• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN"

Copied!
68
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENGARUH PENGELUARAN PEMERINTAH PADA SEKTOR PENDIDIKAN DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS

PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

Oleh Ika Dwi Wahyuni

Permasalahan yang dibahas dalam penulisan ini adalah apakah pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan secara parsial dan bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan?

Tujuan penulisan ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan secara parsial dan bersama-sama (simultan) berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu pendekatan penelitian yang menggunakan data dari variabel-variabel yang diteliti dan kemudian dihitung dengan menggunakan metode statistik yang tersedia. Pengolahan data yang digunakan untuk menganalisis seluruh analisis dalam penelitian ini menggunakan program Eviews 4.

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik simpulan bahwa pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 3,19E-12 pada 2 tahun berikutnya dengan asumsi variabel lain tetap. Pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan sebesar 1,66E-12 pada 2 tahun berikutnya dengan asumsi variabel lain tetap. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Indeks Pembangunan Manusia (IPM), yang dapat dilihat dari nilai f-Statistik sebesar 9,553785 ternyata lebih besar dibandingkan nilai f-tabel pada signifikasi 5% yaitu 3,09.

(2)

DAN KESEHATAN TERHADAP INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA PROVINSI SUMATERA SELATAN

Oleh

IKA DWI WAHYUNI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar SARJANA EKONOMI

Pada

Jurusan Ekonomi Pembangunan

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama Ika Dwi Wahyuni lahir di Srinanti tanggal 16 Juli 1992 sebagai anak kedua dari empat bersaudara, bbuah hati pasangan Iskandar dan Rusmala.

Penulis memulai pendidikan di Sekolah Dasar Negeri 2 Srinanti pada tahun 1999 dan lulus tahun 2004, melanjutkan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Pedamaran dan lulus pada tahun 2007, Sekolah Menengah Atas Negeri Unggulan 3 Kayuagung dan lulus tahun 2010, kemudian diterima sebagai mahasiswa Ekonomi Pembangunan di Fakultas Ekonomi Universitas Lampung pada tahun 2010 yang sekarang berganti nama menjadi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung. Penulis menyelesaikan pendidikan di Universitas Lampung pada tahun 2015.

(7)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk Allah SWT sebagai rasa syukur atas ridho serta karunia-Nya sehingga skripsi ini telah terselesaikan dengan baik. Serta RasulullahNabi Muhammad SAW yang telah membawa umat dari zaman kebodohan menuju zaman ilmu pengetahuan. Alhamdulillahirabbil’alamiin.

Ayahku Iskandar, Ibuku Rusmala,Kakakku Eko Ari Sandi,dan adik-adikku Gita Tri Wardani dan Naila Safira yang paling kucintai, terimakasih untuk segala

do’a,semangat dan dukungan kalian kepada penulis,

Dosen dan sahabat yang selalu memberikan arahan dan dukungan agar saya menjadi lebih baik lagi.

Almamater tercinta. Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(8)

MOTO

“berangkat dengan penuh keyakinan,berjalan dengan penuh keihklasan, istiqomah

dalam menghadapi cobaan”.

(TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid)

“Pendidikan merupakan perlengkapan paling baik untuk hari tua”

(Aristoteles)

„Sabar dalam menghadapi kesulitan dan bertindak bijaksana dalam mengatasinya

(9)

SANWACANA Bismillahirrahmanirrahim

Alhamdulillahirabbil’alamin, puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT,

karena atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan”ini sebagai salah satu syarat mencapai gelar Sarjana Ekonomi.

Dalam menyelesaikan skripsi ini penulis banyak terbantu dan didukung oleh beberapa pihak, oleh karena itu dalam kesempatan ini dengan ketulusan hati penulis menyampaikan ucapan terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Satria Bangsawan, S.E., M.Si., selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung;

2. Bapak Muhammad Husaini, S.E., M.Si., selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan yang membantu mengarahkan dan memberikan saran; 3. Ibu Asih Murwiati, S.E., M.E., selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi

Pembangunan. Terima kasih untuk masukan dan saran-sarannya.

(10)

memberikan bimbingan, kritik dan saran dalam proses penyelesaian skripsi. 6. Ibu Liez Maria Hamzah, S.E., M.E, selaku Pembimbing Akademik;

7. Seluruh Bapak/Ibu dosen Fakultas Ekonomi dan Bisnis, yang telah membimbing dan membagi ilmunya yang bermanfaat untuk penulis;

8. Kedua orangtuaku, Bapak Iskandar, dan Ibu Rusmala yang dengan sabarnya telah mendidik penulis, yang dengan keikhlasannya selalu mendoakan, yang dengan segala kemampuannya selalu mengupayakan membantu penulis hingga menjadi seperti sekarang;

9. Kakakku Eko Ari Sandi, Adik-Adikku Gita Tri Wardani dan Naila Safira,Ayuk Iparku Silvia Nopianti Am.keb dan Keponakan ku tersayang Alika Mindhi Castilla yang selalu memberikan tawa dan canda, serta memotivasi penulis sampai sekarang;

10. Seseorang yang spesial Adi Armansyah,S.pd yang telah menemani penulis dan tiada henti memberikan doa serta semangat kepada penulis.

11. Sahabat kecilku, Melani Damai Yanti,S.pd yang selalu memberikan doa dan semangat yang tiada henti kepada penulis.

12. Sahabat rantauku, Sri Eka Yati,S.Ikom dan Dian Nindarian Sari, Semoga kita semua sukses.

13. Sahabat dan teman terdekatku Yulian Elvia Hermy, Via Eviana S.E dan Devi Meylina Ulfa S.E, Hardia Nuari Utami, Lathifa Octarina S.E, Devi Novita Sari S.E semoga kita semua sukses.

(11)

Dianria Marizsa S.E, Zulmi Mahyumi, yang selalu memberi semangat kepada penulis, semoga kita semua sukses.

15. Teman-teman Ekonomi Pembangunan 2010 Erika, Hana, Citra Varika, Diah, Army, Dani Chan, Nurmala, Dimas, Fani, Yulandita dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan satu- persatu.

16. Kakak-kakak tingkat, Mba Putri, Mba Ely, Mba Tina, Kak Risdian Dinata. 17. Adik tingkat EP 2011, Defti, Devi, Yesi, Yeni, Trimul, Caca, dan

teman-teman yang lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

18. Sahabat bolang, Marfi CLL. Terimakasih selalu memberi semangat penulis. 19. Keluarga KKN Sukadana Selatan Kecamatan Sukadana Kabupaten Lampung

Timur,Maryadi, Taufan, Albert, Diki, Shella, Ayu, Mba Dwina, Bang Jajul dan Tio, Keluarga Bapak Subari.

20. Staf FEB dan EP, Ibu Hudayah, Ibu Yati, Mas Feri, Pakde Heriyanto, Pakde Ikhman, dan Mas Ma’ruf.

21. Berbagai pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penulisan skripsi ini yang tidak bisa disebutkan satu per satu. Terima kasih.

Akhir kata, penulis berharap skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat untuk semua. Aamiin.

Bandar Lampung, 21 Mei 2015 Penulis,

(12)

i A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 9

C. Tujuan Penelitian ... 9

D. Kegunaan Penelitian... 10

E. Kerangka Berpikir ... 11

F. Hipotesis... 12

II. LANDASAN TEORI A. Teori Pengeluaran Pemerintah ... 13

B. Kebijakan Pemerintah ... 15

C. Definisi Pembangunan Manusia ... 19

D. Indeks Pembangunan Manusia... 22

E. Komponen-komponen IPM... 24

F. Pengaruh Pengeluaran Sektor Pendidikan ... 28

G. Pengaruh Pengeluaran Sektor Kesehatan... 32

H. Penelitian Terdahulu ... 33

III. METODE PENELITIAN A. Batasan Variabel ... 36

B. Jenis Data ... 37

C. Populasi dan Sampel ... 38

D. Teknik Pengumpulan Data... 38

E. Metode Analisis ... 39

F. Pengujian Hipotesis... 45

G. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Selatan... 47

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Deskriptif Variabel Penelitian... 49

1. Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan ... 49

2. Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan... 51

(13)

ii

B. Analisis Regresi ... 54

C. Pengujian Hipotesis... 55

1. Koefisien Determinasi (R2) ... 55

2. Uji Parsial (uji t-Statistik) ... 55

3. Uji Parsial (F-statistik) ... 56

4. Hasil Estimasi Regresi Data Panel ... 56

D. Pembahasan Hasil Penelitian ... 69

1. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia ... 69

2. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia ... 72

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 75

B. Saran... 76 DAFTAR PUSTAKA

(14)

iii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013 ... 3 2. Realisasi Anggaran Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2010-2013 ... 6 3. Realisasi Anggaran Sektor Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi

Sumatera Selatan Tahun 2010-2013 ... 7 4. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM ... 25 5. Ringkasan Penelitian Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah

Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Indonesia ... 34 6. Ringkasan Penelitian Pengaruh Alokasi Belanja Urusan Kesehatan

Dan Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di

Kabupaten Jember ... 35 7. Hasil Estimasi Dengan Menggunakan Random Effcet ... 57 8. Nilai Intercept Model 1 Kabupaten/Kota Provinsi Sumatera

(15)

iii

DAFTAR LAMPIRAN

Gambar Halaman

(16)

iii

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Kerangka Berfikir... 12 2. Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah ... 14 3. Rata-rata Pengeluaran Pemerintah Sektor Pendidikan dari

2004-2013 ... 50 4. Rata-rata Pengeluaran Pemerintah Sektor Kesehatan selama

(17)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia merupakan kekayaan bangsa dan sekaligus sebagai modal dasar pembangunan. Tujuan dari pembangunan adalah menciptakan lingkungan yang memungkinkan bagi rakyat untuk menikmati hidup sehat, umur panjang dan menjalankan kehidupan yang produktif. Sesuai dengan perkembangan paradigma pembangunan ekonomi, maka telah terjadi perubahan tolok ukur keberhasilan pembangunan ekonomi dari pendekatan pertumbuhan ekonomi (growth) menjadi pendekatan pembangunan manusia (Brata, 2005).

Pemikiran kontemporer mengenai pembangunan juga telah menempatkan kembali manusia sebagai subyek atau pusat dari proses pembangunan. Lembaga

(18)

sekedar proses produksi komoditas serta akumulasi modal (BPS, Bappenas-UNDP, 2004).

Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) secara fisik dan mental mengandung makna peningkatan kapasitas dasar penduduk yang kemudian akan memperbesar kesempatan untuk dapat berpartisipasi dalam proses pembangunan. Kapasitas dasar yang dimaksud menurut Todaro (2006), yang sekaligus merupakan tiga nilai pokok keberhasilan pembangunan ekonomi adalah kecukupan(sustenance), jati diri(selfsteem), serta kebebasan(freedom).

Pembangunan manusia menjadi penting dan perlu mendapat perhatian sebab pada kenyataannya pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selalu dapat memecahkan persoalan kesejahteraan seperti kemiskinan dan taraf hidup masyarakat secara luas, sehingga keberhasilan pembangunan dewasa ini seringkali dilihat dari pencapaian kualitas Sumber Daya Manusianya. Salah satu cara untuk mengukur keberhasilan atau kinerja suatu negara atau wilayah dalam bidang pembangunan manusia digunakan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) atau Human

Development Index(HDI). Indeks ini pertama kali dikembangkan oleh pemenang nobel IndiaAmartya SendanMahbub ul Haqseorang ekonom Pakistan dibantu olehGustav RanisdariYale UniversitydanLord Meghnad DesaidariLondon School of Economics(Todaro, 2006).

(19)

3 schooling), dan kemampuan daya beli (purchasing power parity). Indikator angka harapan hidup mengukur kesehatan, indikator angka melek huruf penduduk dewasa dan rata-rata lama sekolah mengukur pendidikan dan terakhir indikator daya beli mengukur standar hidup (Kuncoro, 2004).

Indikator-indikator di atas sering dijadikan bagi Pemerintah Daerah di Indonesia dalam menilai IPM di wilayahnya, begitu juga dengan Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan, dimana nilai IPM berada pada tahap menengah antara 50-79,9. Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada Tabel 1 di bawah ini.

Tabel 1. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013

Kabupaten/Kota Indeks Pembangunan Manusia (dalam %)

Ogan Komering Ulu 72,30

Sumber : BPS Provinsi Sumatera Selatan, 2014.

(20)

terendah yaitu Kabupaten Empat Lawang. Rata-rata IPM se Provinsi Sumatera Selatan belum memperlihatkan nilai yang optimal, karena semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak.

Terdapat faktor lain yang juga dapat mempengaruhi perkembangan kualitas pembangunan manusia, yakni pengeluaran pemerintah khususnya bidang

pendidikan dan bidang kesehatan. Apalagi sejak era otonomi daerah bergulir yang ditandai dengan berlakunya UU No. 22 Tahun 1999 yang kemudian direvisi dengan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, maka pemerintah daerah melakukan berbagai upaya untuk meningkatkan kualitas SDM di

wilayahnya, baik dari aspek fisik (kesehatan), aspek intelektualitas (pendidikan), aspek kesejahteraan ekonomi (berdaya beli), serta aspek moralitas (iman dan ketaqwaan) sehingga partisipasi rakyat dalam pembangunan akan dengan sendirinya meningkat.

(21)

5 menyebabkan peningkatan kualitas modal manusia, hal ini juga akan memacu investasi ekonomi (Jhingan, 2000).

Mardiasmo (2002), menyatakan bahwa dalam era otonomi, pemerintah daerah harus semakin mendekatkan diri pada berbagai pelayanan dasar masyarakat. Oleh karena itu, alokasi belanja modal memegang peranan penting guna peningkatan pelayanan ini. Sejalan dengan peningkatan pelayanan ini (yang ditunjukkan dengan peningkatan belanja modal) diharapkan dapat meningkatkan kualitas pembangunan manusia yang diharapkan.

Namun seiring dengan peningkatan pengeluaran pemerintah pada APBD serta pelaksanaan otonomi daerah selama beberapa tahun, ternyata belum tampak perubahan yang signifikan terhadap kesejahteraan rakyat. Ini terlihat jelas pada pengeluaran pemerintah yang menjadi instrumen induk untuk menjalankan fungsi alokasi dan distribusi, dimana alokasi dan realisasi anggaran lebih sering

didominasi oleh kepentingan belanja rutin birokrasi, terutama untuk membayar gaji pegawai pemerintah daerah, biaya kantor dan biaya perjalanan dinas. Selain itu sebagian besar anggaran tersebut juga digunakan untuk pembangunan atau pengembangan yang lebih bersifat fisik (pembangunan gedung). Sehingga

pengalokasian anggaran yang berhubungan dengan peningkatan mutu dan kualitas pembangunan manusia menjadi kurang efektif (Mardiasmo, 2002).

(22)

menopang daerah-daerah yang belum mampu untuk memenuhi kebutuhan daerahnya sendiri. Khusus untuk kegiatan atau program yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan prioritas nasional (seperti pendidikan dan kesehatan), maka pemerintah pusat mengalokasikan dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang disebut sebagai Dana Alokasi Khusus (DAK).

Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan dapat dilihat pada tabel 2 di bawah ini.

Tabel 2. Realisasi Anggaran Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010-2013

Kabupaten/Kota Pendidikan

2010 2011 2012 2013

Kab. Lahat 246.759,18 290.501,64 379.477,91 446.440,09 Kab. Musi Banyuasin 430.109,90 530.656,17 565.038,32 637.797,33 Kab. Musi Rawas 252.455,34 303.353,66 301.044,23 379.422,93 Kab. Muara Enim 339.064,58 460.399,31 491.544,57 560.860,92 Kab. Ogan Komering Ilir 284.287,53 416.777,90 462.205,89 517.620,56 Kab. Ogan Komering Ulu 162.871,83 202.575,00 245.003,38 331.631,35 Kota Palembang 591.033,10 809.678,58 1.058.143,81 1.222.085,55 Kota Prabumulih 97.566,57 122.040,28 138.563,31 161.879,58 Kota Pagar Alam 61.869,39 110.015,55 101.488,83 128.219,34 Kota Lubuk Linggau 129.268,81 154.261,91 180.469,20 203.602,84 Kab. Banyuasin 290.230,17 406.448,24 473.569,51 574.524,47 Kab. Ogan Ilir 223.945,61 280.079,33 286.299,29 408.100,95 Kab. OKU Timur 242.547,25 338.368,58 315.731,88 382.136,26 Kab. OKU Selatan 92.137,53 181.407,42 175.903,07 220.607,65 Kab. Empat Lawang 87.819,44 128.791,66 119.267,97 153.028,14 Sumber : DJPK, 2014.

(23)

7 Lawang. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan tersebut dimaksudkan agar mampu memaksimalkan tingkat angka melek huruf pada masyarakat. Walaupun demikian, kondisi sektor pendidikan tersebut harus ditunjang dengan sektor kesehatan agar mampu meningkatkan kualitas pembangunan manusia.

Tabel 3. Realisasi Anggaran Sektor Kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2010-2013

Kabupaten/Kota Kesehatan

2010 2011 2012 2013

Kab. Lahat 79.882,05 89.621,44 108.518,31 124.004,10 Kab. Musi Banyuasin 183.800,76 181.528,58 200.378,60 245.052,03 Kab. Musi Rawas 87.809,55 92.615,88 107.580,25 135.887,68 Kab. Muara Enim 120.301,22 140.680,22 224.485,22 178.106,94 Kab. Ogan Komering Ilir 87.775,08 102.278,81 109.901,87 127.528,67 Kab. Ogan Komering Ulu 71.209,42 73.073,66 76.599,13 105.529,73 Kota Palembang 110.275,03 130.130,59 161.166,41 167.826,70 Kota Prabumulih 49.023,53 52.969,14 65.642,29 77.257,56 Kota Pagar Alam 40.470,13 36.683,01 52.053,64 64.925,21 Kota Lubuk Linggau 43.616,10 38.504,68 55.314,79 67.931,34 Kab. Banyuasin 64.125,14 76.977,53 84.619,30 118.304,43 Kab. Ogan Ilir 41.445,51 40.606,34 52.600,88 68.204,44 Kab. OKU Timur 48.019,61 60.251,02 97.560,75 103.309,05 Kab. OKU Selatan 31.919,18 37.620,25 38.822,33 58.527,65 Kab. Empat Lawang 24.700,84 26.126,66 33.587,59 48.745,01 Sumber : DJPK, 2014.

Pada realisasi APBD sektor kesehatan mayoritas mengalami peningkatan yang cukup signifikan, dan hanya 4 kabupaten yang berfluktuasi yaitu Musi Banyuasin, Muara Enim, Lubuk Linggau dan Ogan Ilir.

(24)

Indonesia, memperlihatkan bahwa pengeluaran pemerintah bidang pendidikan dan kesehatan memberikan pengaruh yang positif terhadap pembangunan manusia. Semakin besar alokasi pengeluaran bidang pendidikan dan kesehatan semakin baik pula IPM yang dicapai.

Dalam Laporan Pembangunan Manusia Indonesia (LPMI) tahun 2004 dikatakan bahwa dalam jangka pendek, walaupun tidak ada pertumbuhan ekonomi yang memuaskan, sebuah negara dapat meningkatkan pembangunan manusia yang cukup signifikan melalui pengeluaran publik yang direalisasikan dengan baik. Untuk itu, tidak dapat dipungkiri bahwa kebijakan realisasi belanja pembangunan terutama di sektor pendidikan dan sektor kesehatan akan memberi pengaruh yang positif bagi perkembangan pembanguan manusia.

Penulis mencoba mengangkat Provinsi Sumatera Selatan sebagai obyek penelitian dengan alasan bahwa Provinsi Sumatera Selatan merupakan kota tertua di

(25)

9 setiap tahunnya pada Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan ternyata tidak sesuai dengan besarnya perkembangan realisasi dari kebijakan ABPD pada sektor pendidikan dan kesehatan. Untuk mengetahui seberapa besar kebijakan realisasi APBD khususnya untuk sektor pendidikan dan sektor kesehatan berpengaruh terhadap perkembangan pembangunan manusia, penulis tertarik menganalisis masalah ini dengan melakukan penelitian ilmiah dengan judul“Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Apakah pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan?

2. Apakah pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan?

3. Apakah pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan secara bersama-sama berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan

(26)

2. Untuk menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan secara bersama-sama terhadap Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Selatan.

D. Kegunaan Penelitian

Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat memberikan kegunaan sebagai berikut:

1. Bagi penulis

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan ekonomi publik dan fiskal yang berkaitan dengan pengeluaran pemerintah pada sektor pendidikan dan kesehatan serta Indeks Pembangunan Manusia.

2. Bagi Akademis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan yang berarti dalam pengembangan ilmu ekonomi secara umum, khususnya pada bidang ilmu ekonomi publik dan fiskal.

3. Bagi Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan

(27)

11 E. Kerangka Berfikir

Kebijakan pengeluaran pemerintah yang dituangkan dalam Anggaran Belanja dan Pendapatan Daerah (APBD) untuk subsektor sosial yang terangkum dalam belanja modal. Besarnya pengeluaran tersebut mengindikasikan besarnya peran

pemerintah terhadap pembangunan manusia. Dalam alokasi belanja modal dan anggaran pendidikan dan kesehatan dari tahun ke tahun mengalami peningkatan hal ini dapat meningkatkan laju indeks pembangunan manusia, namun dalam perkembangannya peningkatan alokasi dana untuk investasi pembangunan sering kali tidak sejalan dengan tingkat besarnya laju pertumbuhan pembangunan manusia.

(28)

Gambar 1. Kerangka Berfikir F. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka berfikir diatas, maka hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut :

1. Diduga pengeluaran pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan.

2. Diduga pengeluaran pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan.

3. Diduga pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kebijakan APBD sektor kesehatan secara bersama-sama berpengaruh positif terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan.

Pengeluaran pemerintah Sektor Pendidikan

Pengeluaran pemerintah Sektor Kesehatan

Indeks Pembangunan Manusia

(29)

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Pengeluaran Pemerintah

Wagner mengemukakan suatu teori mengenai perkembangan pengeluaran pemerintah yang semakin besar dalam persentase terhadap GNP yang juga

didasarkan pula pengamatan di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang pada abad ke-19. Wagner mengemukakan pendapatnya dalam bentuk suatu

hukum, akan tetapi dalam pandangannya tersebut tidak dijelaskan apa yang dimaksud dengan pertumbuhan pengeluaran pemerintah dan GNP.

Hukum Wagner dikenal dengan “The Law of Expanding State Expenditure”.

Dasar dari hukum tersebut adalah pengamatan empiris dari negara-negara maju (Amerika Serikat, Jerman, Jepang). Dalam hal ini Wagner menerangkan mengapa peranan pemerintah menjadi semakin besar, terutama disebabkan karena

(30)

Dimana:

PPkP : Pengeluaran pemerintah per kapita

PPK : Pendapatan per kapita, yaitu GDP/jumlah penduduk 1,2,...n : Jangka waktu (tahun)

Gambar 2. Kurva Perkembangan Pengeluaran Pemerintah Sumber : Mangkoesoebroto, 2001.

Menurut Kumar dalam Setyopurwanto (2013:5) modal manusia sangat berhubungan dengan keterampilan dan pengetahuan yang terkandung pada

manusia yang diperoleh melalui pendidikan, pelatihan, dan pengalaman yang akan berguna dalam produksi barang, jasa dan pengembangan pengetahuan lebih lanjut. Oleh karena itulah maka kunci utama dari modal manusia adalah pendidikan dilengkapi oleh faktor lain diantaranya kesehatan, lingkungan kerja, dan faktor lainnya.

(31)

15

manusia berguna untuk meningkatkan penghasilan individu dan sebagai mesin penggerak pertumbuhan ekonomi. Perbaikan dalam bidang pendidikan memberi peluang pertumbuhan ekonomi yang lebih tinggi di masa mendatang karena dengan pendidikan maka para pekerja diharapkan memiliki kemampuan yang lebih baik dalam mengoperasikan, mengekprolasi dan mengeksploitasi sumber daya ekonomi dan memanipulasi modal fisik.

Produktivitas pekerja meningkat melalui perbaikan kesehatan baik secara fisik dan mental serta melalui perpindahan lokasi tempat mereka bekerja. Peningkatan investasi sumber daya manusia secara langsung berdampak pada peningkatan produktivitas tenaga kerja yang mendorong peningkatan pendapatan (produk domestik bruto) riil. Hal tersebut ditunjukkan oleh peningkatan persediaan, neraca perdagangan, dan konsumsi rumah tangga. Investasi sumber daya manusia

cenderung menyebabkan distribusi pendapatan yang lebih merata dan cenderung mengurangi angka kemiskinan.

B. Kebijakan Anggaran

(32)

perencanaan dan penganggaran negara.

APBD terdiri atas pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah. Pendapatan daerah berasal dari Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan (DP), dan Lain-lain Pendapatan yang Sah (LPS). Lebih rinci lagi yang dimaksud dengan PAD terdiri dari pajak daerah dan retribusi daerah, ditambah dengan keuntungan perusahaan daerah, serta peneriamaan lain-lain yang sah seperti biaya perijinan, hasil dari kekayaan daerah dan sebagainya.

Sementara itu Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Belanja daerah secara garis besar dapat dikelompokkan ke dalam dua golongan yaitu belanja atau pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan. Belanja rutin pada dasarnya berunsurkan pos-pos belanja untuk membiayai pelaksanaan roda pemerintahan sehari-hari meliputi belanja pegawai, belanja barang : berbagai macam subsidi, angsuran, dan lain-lain. Sedangkan belanja atau pengeluaran pembangunan merupakan pengeluaran yang bersifat menambah modal masyarakat dalam bentuk prasarana fisik (Mardiasmo, 2002).

Sedangkan pembiayaan daerah adalah setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Pembiayaan daerah adalah transaksi keuangan pemerintah daerah yang

(33)

17

Pembiayaan Daerah menurut Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 Pasal 59 terdiri dari Penerimaan Pembiayaan dan Pengeluaran Pembiayaan Daerah. Pengeluaran pemerintah mencerminkan kombinasi produk yang dihasilkan untuk menyediakan barang publik dan pelayanan kepada masyarakat yang memuat pilhan atas

keputusan yang dibuat oleh pemerintah.

Dalam anggaran pendapatan dan belanja negara, pengeluaran pemerintah di Indonesia secara garis besar dikelompokkan atas pengeluaran rutin dan pengeluaran pembangunan (Dumairy, 1996:164)

a. Pengeluaran rutin

Pengeluaran rutin adalah semua pengeluaran negara untuk membiayai tugas umum pemerintahan dan kegiatan operasional pemerintahan pusat,

pembayaran bunga atas hutang dalam negeri, pembayaran bunga atas hutang luar negeri, pembayaran subsidi, dan pengeluaran rutin lainnya (Undang-Undang No. 19 Tahun 2001).

b. Pengeluaran pembangunan

(34)

Dasar teori pengeluaran pemerintah adalah identitas keseimbangan pendapatan nasional (Y=C+I+G+(X-M)) dimana Y menggambarkan pendapatan nasional sekaligus penawaran agregat, permintaan agregat digambarkan pada persamaan C+I+G+(XM) dimana G merupakan pengeluaran pemerintah yang merupakan bentuk dari campur tangan pemerintah dalam perekonomian. Kenaikan atau penurunan pengeluaran pemerintah akan menaikkan atau menurunkan pendapatan nasional. Pemerintah tidak cukup hanya meraih tujuan akhir dari setiap

kebijaksanaan pengeluarannya, tetapi juga harus memperhitungkan sasaran antara yang akan menikmati atau terkena kebijaksanaan tersebut. Pemerintah pun perlu menghindari agar peningkatan perannya dalam perekonomian tidak justru melemahkan kegiatan swasta (Dumairy, 1996:161-164).

(35)

19

Beberapa alasan yang dapat dikemukakan adalah pertumbuhan ekonomi, pertumbuhan ekonomi yang dimaksud disini bukanlah pertumbuhan ekonomi secara statistik saja, namun pertumbuhan ekonomi yang juga memberikan kontribusi langsung terhadap masyarakat. Pertumbuhan ekonomi yang

berlangsung di Indonesia selama ini tidak menyentuh secara langsung ke lapisan masyarakat golongan ekonomi lemah, karena pertumbuhan ekonomi yang secara statistik diungkapkan oleh pemerintah tidak mencerminkan gambaran secara langsung kondisi sosial dalam masyarakat.

C. Definisi Pembangunan Manusia

United Nation Development Program(UNDP, 2004) mendefinisikan

pembangunan manusia sebagai suatu “proses untuk memperluas pilihan-pilihan

bagi penduduk”, dalam arti bahwa manusia diberi pilihan yang lebih banyak

dalam memenuhi kebutuhan hidupnya baik yang menyangkut ekonomi, sosial, dan budaya. Dalam hidup manusia ada beberapa hal penting yang harus dipenuhi seorang manusia agar dapat mencapai apa yang ia inginkan.

Ada tiga hal yang dianggap penting untuk pilihan manusia, yaitu untuk memiliki kehidupan yang panjang dan sehat, untuk memperoleh ilmu pengetahuan dan memiliki akses terhadap sumberdaya yang diperlukan untuk mendapat standar

(36)

Model pertumbuhan ekonomi, pembangunan sumber daya manusia (SDM), pendekatan kesejahteraan, dan pendekatan kebutuhan kebutuhan dasar manusia masih kurang lengkap dibandingkan dengan konsep pembangunan manusia seperti yang diatas. Model pertumbuhan ekonomi berkaitan dengan peningkatan pendapatan dan produksi nasional (GNP). Pembangunan SDM menempatkan manusia terutama sebagai input dari proses produksi (sebagai suatu sarana bukan tujuan). Pendekatan kesejahteraan melihat manusia sebagai pemanfaat bukan sebagai objek perubahan. Pendekatan kebutuhan-kebutuhan dasar memfokuskan pada penyediaan barang dan jasa kebutuhan hidup (UNDP, 2004)

Pembangunan manusia memiliki dua sisi:pertama,fungsi dari keberdayaan manusia dankedua,pemakaian keberdayaan itu untuk keseimbangan kehidupan dan tujuan produksi (UNDP, 2004). Sesuai dengan konsep pembangunan

manusia, pendapatan hanyalah salah satu pilihan manusia walupun termasuk yang terpenting. Tujuan pembangunan manusia ialah memperluas pilihan bukan hanya pendapatan.

Berdasarkan pengalaman banyak negara terlihat bahwa pembangunan manusia yang tingkatnya cukup tinggi juga dijumpai pada negara yang tingkat

pendapatannya hanyalah moderat, dan pembangunan manusia dengan tingkat yang rendah terdapat juga pada negara yang pendapatannya relatif tinggi. Dari fakta tersebut dapat diambil suatu kesimpulan sederhana bahwa tidak otomatis ada hubungan antara pendapatan yang tinggi dengan kemajuan pembangunan

(37)

21

meningkatkan GDP dan tidak memasukkan peningkatan kualitas kehidupan. Pertumbuhan GDP memang penting, tetapi tidak cukup untuk pembangunan manusia. Demikian pula teori pembentukan modal manusia, dan pembangunan sumberdaya menganggap bahwa manusia hanya sebagai media, bukan merupakan tujuan akhir, hanyalah sebagai instrumen untuk menghasilkan barang-barang yang lebih banyak. Sebenarnya manusia bukan hanya sekedar faktor modal tetapi manusia juga adalah tujuan akhir dan penerima manfaat dari proses pembangunan (UNDP, 2004).

Oleh karena itu, konsep pembentukan modal manusia hanya menangkap satu sisi dari pembangunan manusia. Sementara itu pembangunan dengan pendekatan kesejahteraan menganut prinsip bahwa manusia sebagai pengguna manfaat, bukan sebagai agen perubahan atau peserta dalam proses pembangunan.

Sebagaimana laporan UNDP (2004), dasar pemikiran konsep pembangunan manusia meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

a. Pembangunan harus mengutamakan penduduk sebagai pusat perhatian; b. Pembangunan dimaksudkan untuk memperbesar pilihan-pilihan bagi

penduduk, bukan hanya untuk meningkatkan pendapatan mereka. Oleh karena itu, konsep pembangunan manusia harus berpusat pada penduduk secara komprehensif dan bukan hanya pada aspek ekonomi semata;

c. Pembangunan manusia memperhatikan bukan hanya pada upaya

(38)

d. Pembangunan manusia didukung empat pilar pokok, yaitu: produktivitas, pemerataan, kesinambungan dan pemberdayaan;

e. Pembangunan manusia menjadi dasar dalam penentuan tujuan pembangunan dan dalam menganalisis pilihan-pilihan untuk mencapainya.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa pertumbuhan ekonomi harus dikombinasikan dengan pemerataan hasil-hasil pembangunan. Kesamaan

kesempatan harus sama untuk generasi sekarang dan generasi mendatang. Dan semua orang, laki-laki dan perempuan harus diberdayakan untuk mengambil bagian dalam merencanakan dan melaksanakan faktor-faktor kunci yang membentuk masa depan mereka.

D. Indeks Pembangunan Manusia

IPM diperkenalkan pertama kali pada tahun 1990 oleh UNDP. Indeks

Pembangunan Manusia (IPM) merupakan suatu pengukuran perbandingan dari tiga indikator, yaitu: angka harapan hidup pada waktu lahir (life expectancy at birth), angka melek huruf penduduk dewasa (adult literacy rate) dan rata-rata lama sekolah (mean years of schooling), dan kemampuan daya beli (purchasing power parity). IPM juga dapat dikatakan sebagai suatu indeks komposit yang juga merupakan indikator yang dapat menggambarkan perkembangan pembangunan manusia secara terukur dan representatif.

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) mencakup tiga komponen yang dianggap mendasar bagi manusia dan secara operasional mudah dihitung untuk

(39)

23

Peluang hidup dihitung berdasarkan angka harapan hidup ketika lahir;

pengetahuan diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk berusia 15 tahun ke atas; dan hidup layak diukur dengan pengeluaran per kapita yang didasarkan pada paritas daya beli (purchasing power parity). Nilai IPM suatu negara atau wilayah menunjukkan seberapa jauh negara atau wilayah itu telah mencapai sasaran yang ditentukan yaitu angka harapan hidup 85 tahun, pendidikan dasar bagi semua lapisan masyarakat (tanpa kecuali), dan tingkat pengeluaran dan konsumsi yang telah mencapai standar hidup layak. Semakin dekat nilai IPM suatu wilayah terhadap angka 100, semakin dekat jalan yang harus ditempuh untuk mencapai sasaran itu (Kuncoro, 2004).

IPM disempurnakan olehUnited Nation Development Programme(1990). Alasan penyempurnaan tidak lain karena manusia adalah ukuran keberhasilan dari

pembangunan. Sehingga ukuran “bobot“ manusia saja tidaklah cukup, dan

(40)

E. Komponen-komponen IPM

Tahapan pertama penghitungan IPM adalah menghitung indeks masing-masing komponen IPM (kesehatan, pengetahuan, dan standar hidup layak) dengan hubungan matematis sebagai berikut:

Indeks (Xi) = (Xi - Xmin)/ (Xmaks - Xmin) Di mana :

Xi = indikator komponen IPM ke-i (i = 1,2,3) Xmaks = nilai maksimum Xi

Xmin = nilai minimum Xi

Persamaan di atas akan menghasilkan nilai 0≤ Xi ≤ 1, untuk mempermudah cara membaca skala dinyatakan dalam 100 persen sehingga interval nilai menjadi 0≤ Xi≤ 100.(UNDP, 2004)

Tahapan kedua penghitungan IPM adalah menghitung rata-rata sederhana dari masing-masing indeks Xi dengan hubungan matematis:

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) = 1/3 Xi

= 1/3 (X1+ X2+ X3) Dimana:

X1 = indeks angka harapan hidup

X2 = 2/3 (indeks melek huruf) + 1/3 (indeks rata-rata lama sekolah) X3 = indeks konsumsi per kapita yang disesuaikan

(41)

25

Tabel 4. Nilai Maksimum dan Minimum Indikator Komponen IPM Indikator Nilai

GDP per kapita riil yang disesuaikan

Sumber: Badan Pusat Statistik, BAPPENAS, UNDP, 2004

1. Indeks Harapan Hidup

Indeks Harapan Hidup menunjukkan jumlah tahun hidup yang diharapkan dapat dinikmati penduduk suatu wilayah. Dengan memasukkan informasi mengenai angka kelahiran dan kematian per tahun variabel diharapkan akan mencerminkan rata-rata lama hidup sekaligus hidup sehat masyarakat (UNDP, 2004).

(42)

2. Indeks Pendidikan

Penghitungan Indeks Pendidikan (IP) mencakup dua indikator yaitu angka melek huruf/Adult Literacy Rate Index(ALR) dan rata-rata lama sekolah/Mean Years Of Schooling Index(MYS). Populasi yang digunakan adalah penduduk berumur 15 tahun ke atas karena pada kenyataannya penduduk usia tersebut sudah ada yang berhenti sekolah. Batasan ini diperlukan agar angkanya lebih mencerminkan kondisi sebenarnya mengingat penduduk yang berusia kurang dari 15 tahun masih dalam proses sekolah atau akan sekolah sehingga belum pantas untuk rata-rata lama sekolahnya. Adapun cara menghitung rata-rata tertimbang dari variabel tersebut sesuai dengan bobotnya.

MYS = Rata–rata lama sekolah

fi = Frekuensi penduduk berumur 10 tahun ke atas pada jenjang pendidikan si = Skor masing-masing jenjang pendidikan

(UNDP, 2004)

(43)

27

kemampuan baca tulis dalam suatu kelompok penduduk secara keseluruhan. Sedangkan cerminan angka MYS merupakan gambaran terhadap keterampilan yang dimiliki penduduk.

3. Standar Hidup Layak

Di Indonesia menggunakan “rata-rata pengeluaran per kapita riil yang

disesuaikan”(adjuisted real per capita expenditure)atau daya beli yang

disesuaikan(purchasing power parity.Hal ini tentu saja berbeda dengan UNDP yang menggunakan indikator GDP per kapita riil yang telah disesuaikan

(adjuisted real GDP per capita)sebagai indikator standar hidup layak. Untuk perhitungan IPM sub nasional (provinsi atau kabupaten/kota) tidak memakai PDRB per kapita karena PDRB per kapita hanya mengukur produksi suatu wilayah dan tidak mencerminkan daya beli riil masyarakat yang merupakan concernIPM. Untuk mengukur daya beli penduduk antar provinsi di Indonesia, BPS menggunakan data rata-rata konsumsi 27 komoditi terpilih dari Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) yang dianggap paling dominan dikonsumsi oleh masyarakat Indonesia dan telah distandarkan agar bisa dibandingkan antar daerah dan antar waktu yang disesuaikan dengan indeks PPP (Purchasing Power Parity) (UNDP, 2004).

Perhitungan PPP/unit dilaksanakan dengan rumus :

PPP/unit = Ri dimana :

(44)

P (i,j) = Harga komoditi j di Provinsi i

Q (i,j) = Jumlah komoditi j (unit) yang dikonsumsi di Provinsi i. (UNDP, 2004)

F. Kebijakan Sektor Pendidikan

Sektor pendidikan dianggap penting untuk diprioritaskan demi perjalanan bangsa. Namun yang menjadi masalah bahwa dalam UU Sistem Pendidikan Nasional Pasal 49 ayat (1) menyebutkan bahwa amanat anggaran pendidikan 20 persen tidak termasuk gaji pendidik dan biaya pendidikan kedinasan. Beragam opsi pun mengemuka. Tetapi yang jelas anggaran pendidikan sebesar 20 persen akan sulit dilaksanakan secara langsung. Hal ini tentu saja pemerintah memiliki alasan-alasan yang cukup kuat dan mendasar, mengapa negara belum dapat memenuhi kebijakan anggaran pendidikan sebesar 20 persen tersebut. Perlu pula dipahami dalam mengalokasikan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN bukan masalah yang sederhana. Karena diketahui bahwa ada keterbatasaan anggaran untuk memenuhi pagu tersebut. Namun disisi lain bila ingin negara melepaskan diri dari kemiskinan dan kebodohan tentunya mau tidak mau harus memprioritaskan masalah pendidikan. Problem yang sering mengemukan dalam anggaran pendidikan 20 persen, bahwa APBN tersebut merupakan bentuk dari Undang-undang (Tarigan, 2007).

(45)

29

Pemenuhan anggaran 20 persen itu sendiri sebenarnya sangat tidak relevan

dengan kondisi Depdiknas saat ini. Lonjakan jumlah anggaran yang lebih dari 100 persen dikawatirkan oleh banyak kalangan tidak akan mampu diserap oleh sistem birokrasi, perencanaan, pelaksanaan serta kontrol hingga ke pelosok daerah. Namun perlu berhati-hati menyikapi hal ini. Satu sisi, keputusan ini

menggembirakan, tapi bagaimana dengan Depdiknas sendiri, apakah mampu menyerap, karena selama ini dikawatirkan anggaran yang berlebih akan

mengakibatkan pengeluaran yang tidak terkait dengan masalah pendidikan. Selain itu masih belum jelas sektor-sektor, atau kegiatan mana saja yang seharusnya masuk dalam skema anggaran pendidikan yang tersebar pada sektor-sektor berbagai departemen dan daerah. Kondisi ini perlu penjelasan secara gamblang agar tidak terjadi kesalahan inteprestasi apa yang dimaksud dengan anggaran pendidikan. Dengan ketidakjelasan tersebut juga nampak dalam Undang-Undang Sisidiknas tahun 2003, padahal secara politis tekad pemerintah untuk membangun pelayanan pendidikan bagi seluruh rakyat terlihat cukup besar. Pasal 31 Undang-Undang Dasar (UUD) 1945 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak mendapat pendidikan, bahkan setiap warga negara wajib mengikuti pendidikan dasar dan untuk itu pemerintah bertanggung jawab membiayainya. Melalui perubahan Pasal 31 UUD 1945, tekad tersebut makin diperkuat dengan adanya ketetapan bahwa negara memprioritaskan anggaran pendidikan

(46)

Presentase yang sama juga dimandatkan untuk dialokasikan oleh setiap daerah dalam anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD) masing-masing. Namun Keputusan Mahkamah Konstitusi terkait pengujian pasal 49 ayat (1) Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang

berujung kepada dimasukkannya gaji guru dalam perhitungan 20 persen anggaran Pendidikan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Pasal 49 ayat (1) UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (UU Sisdiknas) sepanjang mengenai frasa “gaji pendidik” dan bertentangan dengan UUD 1945.

Hal tersebut dinyatakan Mahkamah Konstitusi (MK) dalam sidang pengucapan putusan perkara No. 24/PUU-V/2007. Dengan dimasukkannya komponen gaji pendidik dalam perhitungan anggaran pendidikan, menurut MK, lebih mudah bagi Pemerintah bersama DPR untuk melaksanakan kewajiban memenuhi anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dalam APBN, pernyataan ini tentunya masih dalam perdebatan. Jika komponen gaji pendidik dikeluarkan, anggaran pendidikan dalam APBN 2007 hanya sebesar 11,8 persen. Sedangkan dengan memasukkan komponen gaji pendidik, anggaran pendidikan dalam APBN 2007 dapat mencapai 18 persen (Fery, 2002).

(47)

31

Nomor 45 Tahun2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau APBN 2008 bertentangan dengan Undang-Undang Dasar 1945. Anggaran pendidikan sebesar 15,6 persen tidak memenuhi amanat konstitusi sekurang-kurangnya 20 persen dari APBN. Pemerintah diberi waktu hingga tahun 2009 untuk memenuhi ketentuan tersebut.

Dengan demikian pada tahun anggaran 2009 akhirnya memenuhi amanat Undang-Undang Dasar 1945, yaitu dengan mengalokasikan anggaran pendidikan sebesar 20 persen dari total jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara. Hal ini berarti jumlah anggaran pendidikan akan menjadi Rp. 224 triliun yang

sebelumnya hanya Rp. 152 triliun. Walupun anggaran itu masih lebih kecil dibanding anggaran negara tetangga, misalnya dengan basis produk domestik bruto (PDB) angka Indonesia adalah 1,9 persen, sementara Thailand 5,0 persen, Malaysia 5,2 persen, dan Vietnam 2,8 persen. Namun jumlah ini jauh di atas rata-rata anggran sektor lain seprti sosial, pemuda dan olah raga, hankam dan

kesehatan (Subri, 2011).

Melalui instrumen kebijakannya, yaitu kebijakan fiskal, pemerintah

(48)

Angka partisipasi sekolah digunakan untuk melihat kemampuan lembaga pendidikan formal (sekolah) dalam menyerap anak usia sekolah. Angka ini termasuk ke dalam indikator pendidikan dikarenakan sekolah merupakan tempat menuntut ilmu guna mencerdaskan bangsa yang telah disusun berdasarkan

kebutuhan yaitu melalui kurikulum. Sedangkan angka buta huruf digunakan untuk melihat ketidakmampuan masyarakat dalam membaca dan menulis. Kemampuan membaca dan menulis merupakan kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh masyarakat sehingga angka buta huruf dapat digunakan untuk melihat kualitas pendidikan masyarakat.

G. Kebijakan Sektor Kesehatan

Di dalam beberapa literatur tentang ekonomi kesehatan pembahasan tentang pembiayaan sektor kesehatan selalu diawali dengan pendefinisian sektor

kesehatan itu sendiri. Hal ini disebabkan karena yang terjadi pada kenyataannya terdapat perbedaan definisi sektor kesehatan antara satu negara dengan negara lainnya. Sektor kesehatan memiliki definisi yang lebih luas di negara sedang berkembang dari pada negara-negara maju. Perbedaan definisi ini sudah pasti akan mempengaruhi proses pengambilan kebijakan di sektor kesehatan, terutama dalam hal pembiayaannya. Untuk mencapai tujuan dan sasaran pembangunan kesehatan maka diperlukan dana, baik yang bersumber dari pemerintah maupun dari masyarakat (Simanjuntak, 2000).

(49)

33

swasta dapat berasal dari pengeluaran rumah tangga atau perorangan (out of pocket), perusahaan swasta/BUMN untuk membiayai karyawannya, badan penyelenggara beberapa jenis jaminan pembiayaan kesehatan termasuk asuransi kesehatan untuk membiayai pesertanya, dan lembaga non pemerintah yang umumnya digunakan untuk kegiatan kesehatan yang bersifat sosial dan kemasyarakatan.

Esensi dari ilmu ekonomi pada dasarnya adalah mengkaji tentang alternatif penggunaan sumberdaya yang langka secara efisien. Seiring dengan

perkembangannya, penerapan ilmu ekonomi saat ini dapat digunakan dalam berbagai sektor, salah satunya adalah sektor kesehatan.

Beberapa ekonom menganggap bahwa kesehatan merupakan fenomena ekonomi baik jika dinilai dari stok maupun sebagai investasi, sehingga fenomena kesehatan menjadi variabel yang nantinya dapat dianggap sebagai faktor produksi untuk meningkatkan nilai tambah barang dan jasa, atau sebagai suatu sasaran dari tujuan-tujuan yang ingin dicapai baik oleh indinvidu, rumah tangga maupun masyarakat, yang dikenal sebagai tujuan kesejahteraanwelfare objective. Oleh karena itu kesehatan dianggap sebagai modal dan memiliki tingkat pengembalian yang positif baik untuk individu maupun untuk masyarakat (Simanjuntak, 2000).

H. Penelitian Terdahulu

(50)

berjudul: “Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia”.

Tabel 5. Ringkasan Penelitian Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks

Pembangunan Manusia di Indonesia

Judul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia

Penulis Meylina Asri

Tujuan untuk mengetahui pengaruh variabel-variabel pengeluaran pemerintah daerah pada sektor pendidikan dan kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Model Estimasi Y = a + b1LnX1+ b2LnX2

Jenis Data Data time series selama periode 2007-2008

(51)

35

Tabel 6. Ringkasan Penelitian Pengaruh Alokasi Belanja Urusan Kesehatan Dan Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Jember

Judul Pengaruh Alokasi Belanja Urusan Kesehatan Dan Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Jember

Penulis Nurida Fatimah

Tujuan Untuk menjelaskan pengaruh alokasi belanja daerah urusan kesehatan dan pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Jember

Model Estimasi Y = a + b1X1+ b2X2

Jenis Data Data time series selama periode 2007-2011

Hasil Penelitian Dari uji F pengaruh belanja urusan kesehatan dan pendidikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia, F hitung adalah 0,76, sedangkan F tabel adalah 19,0, maka F hitung < Ftabel (0,76 < 19,0) sehingga Ho diterima dan Hi ditolak. Artinya belanja daerah urusan kesehatan dan pendidikan secara bersama-sama (simultan) tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Untuk uji t, dari hasil penghitungan diketahui bahwa secara parsial belanja urusan kesehatan tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan

Manusia (t hitung 0,912 < t tabel 4,303) dan hasil regresi probabilitas belanja daerah urusan kesehatan sig t = 0,458 sedangkan α = 0,05, artinya probabilitas belanja daerah urusan kesehatan lebih besar dari 0,05 maka Ho diterima dan Hi ditolak sehingga variabel bebas belanja daerah urusan kesehatan tidak berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan Manusia. Selanjutnya hasil penghitungan secara parsial belanja urusan pendidikan juga tidak berpengaruh signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (t hitung 0,478 < t tabel 4,303) dan hasil regresi probabilitas belanja daerah urusan pendidikan sig t = 0,478. Sedangkan α = 0,05, artinya probabilitas belanja daerah urusan pendidikan lebih besar dari 0,05 maka belanja daerah urusan pendidikan tidak

(52)

III. METODE PENELITIAN

A. Batasan Variabel

Untuk mempermudah penelitian ini pada penulisan masalah yang akan dibahas adalah hanya menghitung besarnya pengaruh kebijakan anggaran terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Selatan. Variabel yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Kebijakan APBD sektor pendidikan

Merupakan pengeluaran pemerintah untuk sektor pendidikan yang

mencerminkan pengeluaran pemerintah dari total realisasi belanja daerah yang dialokasikan untuk sektor pendidikan. Data yang digunakan adalah data kebijakan APBD Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (Juta Rupiah) tahun 2004-2013 yang didapat dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman www.djpk.go.id.

2. Kebijakan APBD sektor kesehatan

(53)

37 yang didapat dari Direktorat Jendral Perimbangan Keuangan dilaman

www.djpk.go.id.

3. Indeks Pembangunan Manusia

Indeks Pembangunan Manusia adalah indeks komposit yang digunakan untuk mengukur pencapaian rata-rata suatu Negara dalam tiga hal mendasar

pembangunan manusia, yaitu : (1) Indek Harapan Hidup, yang diukur dengan angka harapan ketika lahir; (2) Indeks Pendidikan, yang diukur berdasarkan rata-rata lama sekolah dan angka melek huruf penduduk usia 15 tahun ke atas; (3) Indeks Standar Hidup Layak, yang diukur dengan daya beli konsumsi per kapita. Data yang digunakan adalah data Indeks Pembangunan Manusia Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan (dalam persen) tahun 2004-2013 yang didapat dari Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Selatan.

B. Jenis Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dalam bentuk data panel yang disusun secara time series yang bersifat kuantitatif, yaitu data

berbentuk angka-angka misalnya kebijakan APBD Sektor Pendidikan, kebijakan APBD Sektor Kesehatan dan Indeks Pembangunan Manusia. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari dokumen-dokumen serta keterangan-keterangan lainnya yang mendukung penelitian ini.

(54)

yang dimuat di media massa, baik cetak maupun elektronik yang relevan dengan pokok penelitian.

C. Populasi dan Sampel

Populasi adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu, sedangkan sampel adalah bagian dari populasi yang

digunakan sebagai objek penelitian (Sugiyono, 2008). Populasi penelitian ini adalah seluruh kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yaitu 11 kabupaten dan 4 kota.

Adapun kriteria pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu inklusi dan eksklusi.

1. Kriteria Inklusi adalah kriteria atau ciri-ciri yang harus dipenuhi oleh setiap anggota populasi yang dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Kriteria inklusi dalam penelitian ini yaitu kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Selatan yang sudah definitif selama periode 2004-2013.

2. Kriteria eksklusi yaitu kriteria atau ciri-ciri yang tidak dapat diambil sebagai sampel (Notoadmodjo, 2010). Kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah kabupaten/kota yang belum definitif selama periode penelitian.

D. Teknik Pengumpulan Data

(55)

lain-39 lain yang menyangkut objek penelitian yaitu IPM, kebijakan APBD sektor

pendidikan dan kesehatan Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan tahun 2004-2013.

E. Metode Analisis

Untuk mengetahui pengaruh kebijakan APBD sektor pendidikan, kebijakan APBD sektor kesehatan, dan Indeks Pembangunan Manusia digunakan metode analisis kuantitatif yaitu dengan menggunakan data panel, yaitu kombinasi antara deret waktu (time series) dan kerat lintang (cross section). Data time series sering disebut dengan data runtut waktu yaitu merupakan rangkaian observasi pada suatu nilai yang diambil pada waktu yang berbeda, sedangkan data cross section adalah data dari satu atau lebih variabel yang dikumpulkan dalam waktu yang sama (Gujarati, 2011). Alat pengolahan data dengan menggunakan program Eviews 4.

Penelitian mengenai pengaruh kebijakan APBD sektor pendidikan dan Kebijakan APBD sektor kesehatan menggunakan data time series sebanyak 10 (sepuluh) tahun yang diwakili data tahunan periode 2004-2013 dan data cross section sebanyak 10 data mewaliki 10 Kabupaten/Kota yang ada di Provinsi Sumatera Selatan. Kombinasi pooling data menghasilkan 100 observasi dengan fungsi persamaan dengan estimasi regresi data panel sebagai berikut:

Yit = 0 + 1X1it + 2X2it + et

Dimana:

(56)

X1 = Kebijakan APBD sektor pendidikan X2 = Kebijakan APBD sektor kesehatan 1,2 = Koefisien regresi masing-masing variabel

i = time series t = cross section et = error term

A. Metode Analisis Panel Data

Menurut Gujarati (2011) dalam model data panel persamaan model dengan menggunakan data cross section yaitu :

Yt = 0 + 1X1 + ei; i = 1,2,...N

Dimana N adalah banyaknya data cross section

Sedangkan persamaan model time series adalah sebagai berikut : Yt = 0 + 1X1 + ei; i = 1,2,...T

Dimana T adalah banyaknya data time series

Data panel merupakan data gabungan time series dengan cross section maka model dapat ditulis:

Yt = 0 + 1X1 + eit

i = 1,2,...N; t = 1,2,...T dimana:

(57)

41 NxT = banyaknya data panel

Alasan pemilihan data panel yang digunakan dalam penelitian ini berkaitan dengan beberapa keunggulan data panel. Menurut Widarjono (2012: 114) metode regresi data panel mempunyai beberapa keuntungan jika dibandingkan dengan data time series atau cross section, yaitu (1) Data panel yang merupakan gabungan dua data time series dan cross section mampu menyediakan data yang lebih

banyak sehingga akan menghasilkan degree of freedom yang lebih besar, (2) Menggabungkan informasi dari data time series dan cross section dapat mengatasi masalah yang timbul ketika ada masalah penghilangan variabel.

Keunggulan regresi data panel menurut Wibisono (2005: 145) antara lain : a. Panel data mampu memperhitungkan heterogenitas individu secara eksplisit

dengan mengizinkan variabel spesifik individu.

b. Kemampuan mengontrol heterogenitas ini selanjutnya menjadikan data panel dapat digunakan untuk menguji dan membangun model perilaku lebih

kompleks.

c. Data panel mendasarkan diri pada observasi cross section yang berulang-ulang (time series), sehingga metode data panel cocok digunakan sebagai study of dinamic adjustment.

(58)

e. Data panel dapat digunakan untuk mempelajari model-model perilaku yang kompleks.

f. Data panel dapat digunakan untuk meminimalkan bias yang mungkin ditimbulkan oleh agregasi data individu.

Ajija (2011) mengemukakan bahwa keunggulan-keunggulan tersebut memiliki implikasi pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam model data panel, karena penelitian yang menggunakan data panel memperbolehkan

identifikasi parameter tertentu tanpa perlu membuat asumsi yang ketat atau tidak mengharuskan terpenuhinya semua asumsi klasik regresi linier seperti pada ordinary least square (OLS).

Ada 3 teknik pendekatan mendasar yang digunakan dalam mengestimasi model regresi dengan data panel, yaitu:

1. Model Pooled Least Square (Common Effect)

Metode pendekatan ini tidak memperhatikan dimensi individu maupun waktu. Diasumsikan bahwa perilaku data antar daerah sama dalam berbagai kurun waktu. Model ini hanya menggabungkan kedua data tersebut tanpa melihat perbedaan antar waktu dan individu sehingga dapat dikatakan bahwa model ini sama halnya dengan metode OLS (Ordinary Least Square) karena

(59)

43 terjadinya bias, namun model ini digunakan sebagai pembanding dari kedua pemilihan model lainnya.

2. Model Pendekatan Efek Tetap (Fixed Effect)

Pendekatan model ini menggunakan variabel boneka (dummy) yang dikenal dengan sebutan model efek tetap (fixed effect) atau Least Square Dummy Variabel atau disebut juga Covariance Model. Pada metode fixed effect, estimasi dapat dilakukan dengan tanpa pembobot (no weighted) atau Least Square DummyVariabel (LSDV) dan dengan pembobot (cross section weight) atau General Least Square (GLS). Tujuan dilakukannya pembobotan adalah untuk mengurangi heterogenitas antar unit cross section. Penggunaan model ini tepat untuk melihat perubahan perilaku data dari masing-masing variabel sehingga data lebih dinamis dalam mengintrepetasi data.

3. Model Pendekatan Efek Acak (Random Effect).

Model data panel pendekatan ketiga yaitu model efek acak (random effect). Dalam model fixed effect memasukkan dummy bertujuan mewakili

ketidaktahuan kita tentang model yang sebenarnya. Namum membawa konsekuensi berkurangnya derajat kebebasan (degree of freedom) sehingga pada akhirnya mengurangi efisiensi parameter. Untuk mengatasi masalah tersebut dapat digunakan variabel gangguan (error term) yang dikenal dengan random effect. Model ini mengestimasi data panel dimana variabel gangguan mungkin saling berhubungan antar waktu dan antar individu (Widarjono, 2009).

(60)

model Fixed Effect dan model Random Effect. Pemilihan model Fixed Effect dan Random Effect lebih baik dari pada model OLS. Terdapat dua pertimbangan, yaitu: (1) tentang ada tidaknya korelasi antara eit terjadi korelasi antara eit dan variabel independen. Jika diasumsikan dan variabel independen X maka model Random Effect lebih cepat. Sebaliknya jika tidak ada korelasi antara eit dan variabel independen maka model Fixed Effect lebih cepat; (2) Berkitan dengan jumlah sampel didalam penelitian jika sampel yang diambil adalah sebagian kecil dari populasi maka akan didapatkan error terms eit yang bersifat random sehingga model Random Effect lebih cepat (Widarjono, 2009)

Uji secara formal dikembangan oleh Hausman. Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih apakah menggunakan Fixed Effect Model atau Random Effect Model. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesis sebagai berikut:

H0 : Random Effects Model H1: Fixed Effects Model

Sebagai dasar penolakan H0 maka digunakan statistik Hausman dan

membandingkan dengan Chi square: Jika nilai hasil pengujian nilai statistik Hausman lebih besar daripada Chi-square tabel, maka cukup bukti untuk

(61)

45 F. Pengujian Hipotesis

1. Uji R-square (R2)

Koefisiensi determinasi (R2) menginformasikan baik atau tidaknya model regresi yang terestimasi. Angka tersebut dapat mengukur seberapa dekat garis regresi yang terestimasi dengan data sesungguhnya. Artinya, nilai tersebut mencerminkan seberapa besar variasi dari varibael terikat Y dapat diterangkan oleh variabel bebas X. Semakin besar R2, maka semakin baik dari model regresi yang diperoleh. Baik atau tidaknya suatu persamaan regresi ditentukan oleh R2 yang mempunyai nilai antara nol sampai satu (Widarjono, 2009).

(62)

2. Uji Parsial (Uji-t statistik)

Pengujian hipotesis untuk setiap koefisien regresi dilakukan dengan uji-t statistik pada tingkat kepercayaan 95 persen dan dengan derajat kebebasan df = n-k-1

H0 : 1 = 0 : tidak berpengaruh

Ha : 1 > 0 : berpengaruh H0 : 2 = 0 : tidak berpengaruh Ha : 2 > 0 : berpengaruh Apabila :

t-statistik ≤ t tabel : H0 diterima dan Ha ditolak t-statistik ≥ t tabel : H0 ditolak dan Ha diterima

Jika H0 ditolak, berarti peubah bebas yang diuji berpengaruh nyata terhadap peubah terikat (Widarjono, 2009).

3. Uji Keseluruhan (Uji F)

Pengujian hipotesis dengan menggunakan indikator koefisien determinasi (R2) dilakukan dengan uji-F pada tingkat kepercayaan 95 persen dan derajat

kebebasan df1 = k-1 dan df2 = n-k.

H0 : β1= β2 = 0, artinya secara bersama-sama tidak ada pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen

Ha: β1 ≠ β2≠ 0, artinya secara bersama-sama ada pengaruh variabel

independen terhadap variabel dependen Apabila :

(63)

47 f-statistik > f tabel : H0 ditolak dan Ha diterima

Jika H0 diterima, berarti peubah bebas tidak berpengaruh nyata terhadap peubah terikat. Sebaliknya, jika H0 ditolak berarti peubah bebas berpengaruh nyata terhadap peubah terikat (Widarjono, 2009).

G. Gambaran Umum Provinsi Sumatera Selatan

Provinsi Sumatera Selatan dikenal juga sebagai Bumi sriwijaya karena pada abad ke-7 hingga abad ke-12 Masehi merupakan pusat Kerajaan Sriwijaya yang

terkenal dengan kerajaan maritim terbesar. Provinsi Sumatera Selatan berdiri pada tanggal 12 september 1950.

Secara administratif Provinsi Sumatera Selatan terdiri dari 11 kabupaten dan 4 kota dengan ibukota Palembang. Pada tahun 2011 di Provinsi Sumatera Selatan terdapat 223 kecamatan, 384 kelurahan, dan 2.812 desa. Daerah dengan wilayah terluas adalah Kabupaten Ogan Komering Ilir yaitu seluas 1,7 juta hektar dan yang paling kecil adalah Kota Palembang dengan luas 37,4 ribu hektar.

Perekonomian Sumatera Selatan sangat tergantung pada sektor industri, pertanian, dan pertambangan. Di sumatera selatan terdapat beberapa industri besar milik

(64)

memiliki komoditas perkebunan yang sangat dominan seperti karet dan kelapa sawit. Tanaman kopi juga banyak terdapat di Kota Pagar Alam. Cadangan minyak bumi, gas bumi dan batu bara di Sumatera Selatan juga cukup besar.

Secara geografis Provinsi Sumatera Selatan terletak di antara 1 - 4° Lintang selatan dan 102 - 106° Bujur Timur. Batas wilayah Provinsi Sumatera Selatan adalah:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Provinsi Jambi

b. Sebelah Timur berbatasan dengan Provinsi Kepulauan Bangka Belitung c. Sebelah Selatan berbatasan dengan Provinsi Lampung

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Provinsi Bengkulu.

Provinsi Sumatera Selatan memiliki luas daratan sebesar 8.701.741 hektar dan dialiri banyak sungai, salah satunya yaitu sungai Musi yang merupakan sungai terpanjang di Pulau Sumatera dengan panjang sekitar 750 Km. Provinsi sumatera Selatan juga memiliki beragam sumber daya alam seperti minyak bumi, batu bara, dan gas alam.

(65)

75

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil yang telah diuraikan pada bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan terkait tujuan penelitian ini, yaitu sebagai berikut :

1. Pengeluaran Pemerintah sektor pendidikan berpengaruh positif dan signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 tingkat pada variabel Pengeluaran Pemerintah sektor pendidikan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 3,19E-12 pada 2 tahun berikutnya dengan asumsi variabel lain tetap.

2. Pengeluaran Pemerintah sektor kesehatan berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap Indeks Pembangunan Manusia pada 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan, yang berarti bahwa setiap kenaikan 1 tingkat pada variabel pengeluaran pemerintah sektor kesehatan maka Indeks Pembangunan Manusia akan meningkat sebesar 1,66E-12 pada 2 tahun berikutnya dengan asumsi variabel lain tetap.

3. Pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan pengeluaran pemerintah sektor kesehatan secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel Indeks

(66)

9,553785 ternyata lebih besar dibandingkan nilai f-tabel pada signifikasi 5% yaitu 3,09.

B. Saran

1. Peningkatan pendidikan dapat membantu masyarakat untuk keluar dari rendahnya kualitas sumber daya manusia. Untuk itu pengeluaran pemerintah di bidang pendidikan pada masing-masing 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan harus dilakukan secara optimal sehingga dapat

meningkatkan kualitas hidup sumber daya manusia dan dapat menurunkan angka melek huruf dan rata-rata lama sekolah, misalnya melalui Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) dan wajib belajar 9 tahun.

2. Peningkatan kesehatan dapat membantu masyarakat untuk keluar dari rendahnya kualitas sumber daya manusia. Untuk itu pengeluaran pemerintah di bidang kesehatan pada masing-masing 11 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan harus dilakukan secara optimal, sehingga dapat

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Asri, Meylina. 2013. Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Daerah Pada Sektor Pendidikan dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia di Indonesia. Jurnal Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Vol. 1 No. 1 Maret 2013.

BPS-BAPPENAS-UNDP. 2004. Indonesia Human Development Report 2004. Jakarta: BPS.

Brata, Aloysius Gunadi, 2005. Investasi Sektor Publik Lokal, Pembangunan Manusia, dan Kemiskinan. Lembaga Penelitian Universitas Atma Jaya. Yogyakarta.

Dumairy. 1996. Perekonomian Indonesia. Penerbit Erlangga. Jakarta. Fatimah, Nurida. 2014. Pengaruh Alokasi Belanja Urusan Kesehatan Dan

Pendidikan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Kabupaten Jember. Jurnal Ilmu Administrasi Negara. Vol. 2 No. 1. Juni 2014. Fery. 2002. Ekonomi Publik. BPFE. Yogyakarta.

Gujarati, Damodar. 2011. Dasar-dasar Ekonometrik. Edisi kelima. Terjemahan Salemba 4, Jakarta.

Jhingan. 2000. Ekonomi Pembangunan dan Perencanaan. Rajawali Press. Jakarta. Kuncoro, M. 2004. Otonomi dan Pembangunan daerah reformasi, Perencanaan,

Strategi dan Peluang. Erlangga. Jakarta.

Mangkoesoebroto, Guritno. 2001. Kebijakan Ekonomi Publik di Indonesia. Cetakan Kedua. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Mardiasmo. 2002. Otonomi Daerah Sebagai Upaya Memperkokoh Basis Perekonomian Daerah. Makalah. Disampaikan dalam Seminar Pendalaman Ekonomi Rakyat.

Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta.

(68)

Universitas Indonesia Press. Jakarta.

Situmorang. 2007. Ekonomi Pembangunan, Problematika dan Pendekatan. Salemba Empat. Jakarta.

Subri. 2011. Ekonomi Pembangunan. Edisi Ketiga. Bagian Penerbitan STIE YKPN. Yogyakarta.

Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Kedua. Penerbit CV. Alpha Beta. Bandung.

Tarigan, Robinson. 2007. Ekonomi Regional. Edisi Revisi. Bumi Aksara. Jakarta. Todaro, Michael P., 2006. Pembangunan Ekonomi: Di Dunia Ketiga Edisi 9, Alih

Bahasa Drs. Haris Munandar. Penerbit Erlangga. Jakarta.

UNDP. 1990. Human Development Report 1990. Oxford University Press. New York.

UNDP. 2004. Human Development Report 2004. Oxford University Press. New York.

Widarjono, Agus. 2012. Ekonometrika: Pengantar dan Aplikasinya. Edisi Keempat. Penerbit UPP STIM YKPN.Yogyakarta.

Id.wikipedia.org, diakses tanggal 7 Juni 2014.

Gambar

Gambar     Halaman
Tabel 1. IPM Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Selatan Tahun 2013
Tabel 2. Realisasi Anggaran Sektor Pendidikan Kabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan Tahun 2010-2013
Tabel 3. Realisasi Anggaran Sektor Kesehatan Kabupaten/Kota di ProvinsiSumatera Selatan Tahun 2010-2013
+4

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan Dan Kesehatan Terhadap Indeks Pembangunan Manusia Di Provinsi

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh dari pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan, pertumbuhan ekonomi dan kemiskinan terhadap

Hasil menunjukkan bahwa variabel independen pengeluaran pemerintah sektor pendidikan dan kesehatan, dan pertumbuhan ekonomi signifikan pada α = 10% serta kemiskinan

Penulisan tesis yang berjudul Pengaruh Pengeluaran Pemerintah Di Sektor Publik Terhadap Pembangunan Manusia Dan Kemiskinan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk

Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Badrudin (2011) yang menunjukkan bahwa variabel penge- luaran pemerintah di Provinsi DIY pada sektor kesehatan berpengaruh

Adanya pengaruh intervening pada variabel in- deks pembangunan manusia, mengandung arti bahwa pengeluaran pemerintah sektor publik tidak akan ser- ta merta langsung

Untuk menguji pengaruh variabel – variabel independen (Tingkat Kemiskinan dan Pengeluaran Pemerintah Bidang Pendidikan) terhadap Indeks Pembangunan Manusia, maka

Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah bahwa pengeluaran pemerintah sektor Pendidikan dan Sektor Kesehatan berpengaruh positif dan signifikan