• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Belanja APBD Bidang Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Belanja APBD Bidang Infrastruktur, Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi Sumatera Utara"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengeluaran Pemerintah (Government Expenditure)

Pemerintah berperan di dalam menyediakan kebutuhan akan barang dan

jasa publik yang tak dapat disediakan sektor swasta. Menurut pendapat Keynes

dalam Sadono Sukirno (2000) bahwa peranan atau campur tangan pemerintah

masih sangat diperlukan yaitu apabila perekonomian sepenuhnya diatur oleh

kegiatan pasar bebas, bukan saja perekonomian tidak selalu mencapai tingkat

kesempatan kerja penuh tetapi juga kestabilan kegiatan ekonomi tidak dapat

diwujudkan.

Barang publik memiliki ciri khas yaitu tersedianya adalah karena campur

tangan pemerintah dalam rangka memenuhi kebutuhan masyarakat akan barang

dan jasa yang relatif murah (karena harga disubsidi pemerintah), tidak dapat

dikecualikan (non-excludable), karena dapat dinikmati oleh orang lain dan tidak

pula bersaing (non-rival). Dalam hal ini fokus penelitian pada sektor pendidikan,

kesehatan dan infrastruktur. Ketiga elemen ini sangat penting dan pemerintah

bertanggungjawab dalam hal menyediakan sarana dan prasarana ini untuk

publik/masyarakat. Total pengeluaran pemerintah merupakan penjumlahan

keseluruhan dari keputusan anggaran pada masing-masing tingkat pemerintahan

(2)

Klasifikasi belanja publik menurut Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun

2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah Pasal 27 menetapkan klasifikasi

belanja sebagai berikut:

1. Belanja daerah diklasifikasikan menurut organisasi, fungsi, program dan

kegiatan serta jenis belanja.

2. Klasifikasi belanja menurut organisasi disesuaikan dengan susunan

organisasi pemerintahan daerah.

3. Klasifikasi menurut fungsi terdiri dari;

a. Klasifikasi berdasarkan urusan pemerintahan untuk tujuan manajerial

pemerintahan daerah

b. Klasifikasi berdasarkan fungsi pengelolaan keuangan negara untuk

tujuan keselarasan dan keterpaduan dalam rangka pengelolaan

keuangan negara.

Klasifikasi belanja publik dapat dikategorikan berdasar berbagai macam

kriteria, salah satu diuraikan dalam Government Finance Statistics Manual (1986)

adalah sebagai berikut:

1. Belanja jasa publik umum

Belanja-belanja yang termasuk dalam kategori ini antara lain adalah

belanja operasi untuk organisasi eksekutif dan legislatif, belanja untuk

jasa-jasa umum, belanja riset dasar, belanja transaksi hutang, dan belanja

administrasi transfer antar unit pemerintah daerah.

(3)

Belanja-belanja kategori ini antara lain adalah belanja pertahanan militer

dan sipil, bantuan militer untuk asing, riset pertahanan dan sebagainya.

3. Belanja perlindungan umum

Belanja kategori ini dibedakan dengan belanja pertahanan, diantaranya

adalah belanja jasa kepolisian, jasa pemadam kebakaran, jasa pengadilan,

jasa rumah tahanan dan riset untuk perlindungan publik

4. Belanja urusan ekonomi

Belanja yang termasuk dalam kategori ini diantaranya belanja urusan

ketenagakerjaan, belanja komersial, belanja energi dan bahan bakar dan

belanja untuk perindustrian lainnya beserta risetnya.

5. Belanja perlindungan lingkungan

Belanja yang termasuk diantaranya adalah belanja pengolahan limbah dan

polusi, serta tata kota.

6. Belanja perumahan dan public utilities

Belanja kategori ini diantaranya adalah pengembangan perumahan dan

pemukiman, sistem penyediaan air bersih, belanja penerangan jalan, dan

pekerjaan-pekerjaan umum lainnya.

7. Belanja kesehatan

Belanja kesehatan diantaranya adalah perlengkapan dan peralatan dan

kesehatan, jasa kepada pasien, jasa rumah sakit umum, dan risetnya.

(4)

Belanja ini antara lain adalah belanja jasa olahraga dan rekreasi, belanja

jasa kebudayaan, jasa penyiaran, jasa urusan keagaman, komunitas, dan

lain-lain.

9. Belanja pendidikan

Belanja pendidikan diantara lain adalah belanja pendidikan dasar,

pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi, termasuk belanja pendukung

pendidikan lainnya.

10. Belanja perlindungan sosial

Belanja perlindungan sosial diantara lain adalah belanja perlindungan

terhadap manusia lanjut usia (manula), belanja perlindungan anak dan

keluarga, belanja untuk mengatasi pengangguran, dan belanja sosial

lainnya.

2.2 Indeks Pembangunan Manusia

Pembangunan manusia menurut UNDP adalah proses memperluas

pilihan-pilihan penduduk (people’s choise). Ada tiga pilihan-pilihan yang menjadi perhatian,

yaitu: Kesehatan, Pendidikan dan Standar hidup yang layak. Maka atas dasar ini,

penulis ingin memfokuskan penelitian ini dalam sejauhmana efektivitas

pembangunan manusia di Provinsi Sumatera Utara.

Lanjouw, dkk. (2001) menyatakan pembangunan manusia di Indonesia

adalah identik dengan pengurangan kemiskinan. Empat hal pokok yang perlu

diperhatikan dalam pembangunan manusia adalah produktivitas, pemerataan,

(5)

kemiskinan itu terjadi didalam masyarakat, yaitu: tidak adanya produktivitas.

Dengan adanya produktivitas maka terciptanya daya beli. Masyarakat miskin

tidak produktif karena pendidikannya sangat rendah. Adanya fasilitas pendidikan

murah dan kesehatan yang terjamin akan meningkatkan produktivitas dan

menaikkan pendapatan masyarakat. Ini menjadi tugas aparatur pemerintah dalam

investasi dalam pembangunan fasilitas umum, sektor pendidikan dan sektor

kesehatan. Brata (2005) menyimpulkan bahwa pengeluaran pemerintah, investasi

dan distribusi pendapatan sebagai determinan-determinan pembangunan di

Indonesia.

UNDP membagi klasifikasi tingkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

menjadi: low (IPM < 50), lower-medium (IPM antara 50 dan 65,99),

upper-medium (IPM antara 66 dan 79,99) dan high (IPM > 80). Dengan adanya Indeks

ini dapat diukur sejauhmana tingkat pembangunan manusia di suatu wilayah.

2.2.1 Hubungan Pengeluaran Pemerintah dan Indeks Pembangunan Manusia

Pengeluaran pemerintah (Government expenditure) adalah bagian dari

kebijakan fiskal (Sadono Sukirno, 2000) yaitu suatu tindakan pemerintah untuk

mengatur jalannya perekonomiaan dengan cara menentukan besarnya penerimaan

dan pengeluaran pemerintah setiap tahunnya, yang tercermin dalam dokumen

Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) untuk nasional dan Anggaran

Pendapatan Belanja Daerah (APBD) untuk daerah atau regional. Pengeluaran

(6)

instrument pemerintah untuk mempengaruhi jalannya perekonomian.

Perekonomian suatu negara dapat dilihat dari sejauh mana integrasi kebijakan

moneter dan fiskal mampu mengurangi kesenjangan GNP, tingkat pengangguran,

dan laju inflasi (Dornbusch dan Fischer, 1996).

Pengeluaran pemerintah memegang peranan penting terutama dalam

menyediakan barang dan jasa publik, ketersediaan barang dan jasa publik ini akan

menentukan pengumpulan modal atau investasi masyarakat/swasta, sehingga akan

mendorong pertumbuhan ekonomi.

2.2.2. Pengaruh Belanja APBD untuk Infrastruktur terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Daerah mengalami kemajuan akan semakin maju dan daerah yang

mengalami ketertinggalan akan semakin tertinggal, hal ini karena perbedaan dari

modal, tenaga kerja, keterampilan, teknologi, dan fasilitas publik yang berbeda

pada tiap-tiap daerah. Termasuk dalam pembangunan infrastruktur pembangunan

antara perkotaan dan pedesaan mengalami perbedaan yang nyata. Daerah

perkotaan sangat memadai sarana dan prasarana dibandingkan dengan pedesaan.

Menurut Sjafrizal (2012), faktor yang menyebabkan terjadinya ketimpangan antar

wilayah adalah: perbedaan kandungan sumber daya alam, perbedaan kondisi

demografis, kurang lancarnya mobilitas barang dan jasa, konsentrasi kegiatan

ekonomi wilayah, dan alokasi dana pembangunan antar wilayah. Sehingga alokasi

dana untuk infrastruktur sangat berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan

(7)

Gambar 2.1 memperlihatkan perbandingan pengeluaran (satuan milyar rupiah)

2.2.3. Pengaruh Belanja APBD untuk Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pendidikan dan kesehatan berperan tingkatkan kualitas Sumber Daya

Manusia (SDM). Undang-Undang No.23 Tahun 1992 tentang Kesehatan

menyatakan bahwa kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial

yang memungkinkan hidup produktif secara sosial dan ekonomi. Besarnya

pengeluaran pemerintah dan masyarakat terhadap bidang pendidikan dan

kesehatan menjadi ukuran yang menunjukkan perhatian pada usaha

pengembangan kualitas SDM. Investasi SDM yang dilakukan negara-negara maju

sangat menentukan dalam mendorong laju Indeks Pembangunan Manusia.

Dampak investasi SDM negara maju mampu melebihi dampak investasi fisik.

Selain kualitas hidup manusia, investasi merupakan salah satu faktor terpenting

dalam pertumbuhan ekonomi, dengan investasi diharapkan mampu untuk

(8)

Kesehatan dan pendidikan dapat dilihat sebagai komponen vital dalam

pertumbuhan dan pembangunan, sehingga diperlukan peran pemerintah dengan

pengalokasian belanja untuk peningkatan pembangunan melalui peningkatan

pendidikan dan kesehatan (Todaro, 2006:34).

2.3. Penelitian Terdahulu

Beberapa penelitian telah banyak dilakukan oleh para peneliti yang

meneliti hubungan antara seberapa besar anggaran belanja pemerintah untuk

membiayai pembanguan infrastruktur, pendidikan dan kesehatan terhadap

peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi Sumatera Utara. Penelitian

tersebut antara lain sebagai berikut:

1. Yufika, Nanik Istiyanti dan Aisah Jumiati (2015) menganalisis Pengaruh

Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Kabupaten Jember Periode 1990-2014. Berdasarkan hasil

analisis diperoleh bahwa Realisasi anggaran belanja di bidang pendidikan,

kesehatan dan infrastruktur berpengaruh positif dan signifikan terhadap

Indeks Pembangunan Manusia di Kabupaten Jember.

2. Charisma Kuriata Ginting, Irsyad Lubis dan Kasyful Mahalli (2008) dalam

Jurnal yang berjudul: “Pembangunan Manusia di Indonesia dan

Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya”. Berdasarkan penelitian ini menjelaskan

bahwa pembangunan manusia di Indonesia sangat ditentukan oleh

pemerintah. Nilai koefisien PPD (pengeluaran pemerintah untuk

(9)

3. Rahmansah (2015) menganalisis Pengaruh Pengeluaran Pemerintah bidang

Pendidikan dan Kesehatan terhadap Indeks Pembangunan Manusia

melalui Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Mamminasata. Dalam

penelitian ini menunjukkan bahwa pengeluaran pemerintah di bidang

pendidikan dan kesehatan berpengaruh terhadap Indeks Pembangunan

Manusia di Provinsi Sumatera Utara.

2.4. Kerangka Pemikiran

Berdasarkan kerangka teori dan hasil studi terdahulu yang telah dibahas

diatas maka dibangun kerangka pemikiran teoritis untuk melakukan analisis

pengaruh pengeluaran publik Fasilitas Umum (Infrastruktur), pendidikan dan

kesehatan terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di Provinsi

Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data time series tahun 2000-2014,

penelitian ini menggunakan estimasi model sebagai pendekatannya. Model yang

akan diestimasi adalah model pertumbuhan ekonomi, dimana variabel yang

digunakan diambil dari pendekatan ekonometrik

Gambar 2.2: Kerangka Pemikiran Pengeluaran

Fasilitas Umum (X1)

Pengeluaran publik pendidikan (X2)

Pengeluaran publik kesehatan (X3)

IPM

(10)

2.5. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah jawaban sementara dari permasalahan yang menjadi

objek penelitian dimana kebenarannya masih perlu untuk diuji. Berdasarkan

perumusan masalah di atas, hipotesis sebagai berikut :

1. Pengeluaran Pemerintah dalam belanja APBD Provinsi Sumatera Utara

pada tahun 2000-2014 pada sector Infrastruktur berpengaruh positif

terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Sumatera Utara.

2. Pengeluaran Pemerintah dalam belanja APBD Provinsi Sumatera Utara

pada tahun 2000-2014 pada sektor Pendidikan berpengaruh positif

terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Sumatera Utara.

3. Pengeluaran Pemerintah dalam belanja APBD Provinsi Sumatera Utara

pada tahun 2000-2014 pada sektor Kesehatan berpengaruh positif

terhadap peningkatan Indeks Pembangunan Manusia di Provinsi

Gambar

Gambar 2.2: Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

terlihat bahwa pemanfaatan jasa lingkungan hutan menjadi ekowisata memberikan kontribusi ekonomi bagi masyarakat yang tinggal di sekitar hutan yaitu sebesar 30.70% untuk

Berdasarkan rumusan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah “Terdapat pengaruh yang signifikan antara

Selain motivasi, disiplin juga sangat mempengaruhi kinerja karyawan terlihat dari karyawan yang melanggar sanksi hukuman yang telah ditetapkan oleh perusahaan, yang

• To prevent an avoidable event, detect an event earlier, and respond an event rapidly, do rapid risk assessment and disseminate it to relative agencies on

Pada hari ini Senin tanggal dua puluh empat bulan Oktober tahun dua ribu enam belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini Pokja Pelelangan Jasa Konsultansi Perencanaan Gedung

43 PURWANTO SD NEGERI 1 SUNGAPAN Galur SMP N 1 LENDAH. 44 WAHYU SUDARMOKO SD NEGERI PLERET KIDUL Panjatan SMP N

Pada penclitian ini penulis memodifikasi alat panen tipe berpisau dengan mengubah metode pengambilan tangkai buah dari sistem tarik menjadi sistem dorong, menguji

Kedua verba di atas dikatakan tidak total dan tidak komplet karena tidak dapat bertukar pada konteks kalimat seperti pada contoh, selain itu keduanya tidak memiliki makna