Disusun Oleh:
Sri Fajar Wati Rejeki Lestari
NIM : 207011000388
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
HUBUNGAN PERHATIAN ORANG TUA PADA PENDIDIKAN ANAK TERHADAP PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMPN 13 PONDOK RANJI,
TANGGERANG SELATAN SKRIPSI
Diajukan Untuk Melengkapi Dan Memenuhi Syarat Ujian Akhir Program Strata Satu
(S1) Dengan Gelar Sarjana Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan( S.P.d.i)
Oleh :
Sri Fajar Wati Rejeki Lestari NIM : 207011000388
Pembimbing Skripsi :
PROF. DR. H. RUSMIN TUMANGGOR, MA NIP : 194701141965101001
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA 2010
“ Sesungguhnya Bersama Kesulitan Ada Kemudahan”(Al-Insyirah). Semata-mata ingin mendapat ridho allah, ridho kedua orang tuaku, dan
kakak-kakakku, maka mudahkanlah segala urusanku, (amin).
Terima kasih ku persembahkan kepada : 1. Ayahanda Muhammad Nasran Alm
2. Ibunda Siti Rohimah Alm 3. kakanda siti Mutmainah Alm 4. kakanda Nur Sa’adah
5. kakanda Supar Al –Kautsar 6. kakanda Towil Anwar Rosyadi 7. kakanda Ismahir Ashidik
8. kakanda Siti Robingah
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul:”Hubungan Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak Terhadap Belajar Siswa di SMPN 13 Pondok Ranji, Tangerang Selatan” diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan(FITK) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, dan telah dinyatakan lulus dalam ujian munaqasyah pada, Tanggal 9 Bulan Desember Tahun 2010 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar sarjana SI(S.Pd.I) dalam bidang pendidikan agama.
Jakarta, 9 Desember 2010
Panitia Ujian Munaqasyah
Ketua panitia(ketua Jurusan/program studi PAI) tanggal tanda tangan
Bahrissalim, M.Ag ………….. ……….. NIP . 19680307.19983.1.002
Sekretaris (Sekretaris Jurusan PAI)
... ... Drs. Sapiudin, M. Ag
NIP. 19670328.200003.1.001.
Penguji 1
………. ……….. Drs. H.M. Alisuf Sabri
NIP .150 034 454
Penguji II
……….. ………. Drs. Paimun
NIP.150 012 567
Mengetahui
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
SURAT PERNYATAAN
Saya yang bernama :
a.Nama lengkap : Sri Fajar Wati Rejeki Lestari
b.No. induk mahasiswa : 207011000388
c.Fakultas/jurusan : FITK/PAI (Pendidikan Agama Islam)
d.Judul skripsi : Hubungan Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMPN 13 Pondok
Ranji, Ciputat, Tangerang Selatan.
1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli penulis yang diajukan untuk memenuhi
salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
2. Semua sumber yang penulis gunakan dalam penulisan skripsi ini telah penulis
cantumkan sesuai ddengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
3.Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya/skripsi ini bukan hasil karya penulis,
maka penulis bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta.
Jakarta, 9 desember 2010
ABSTRAK
Sri fajar wati rejeki lestari
Anak adalah amanah dari Allah SWT, harapan masa depan baik didunia dan diakherat. Maka kewajiban orang tualah untuk mendidik anak-anaknya. Melihat gejala-gejala yang mengarah kepada masalah kenakalan anak pada saat ini, dan banyaknya anak yang malas masuk sekolah tiap hari di SMPN 13 Pondok Ranji, dan banyaknya anak yang putus sekolah saat ini di Indonesia pada umumnya, penulis tertarik untuk
membahas : “Hubungan Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak
Terhadap Prestasi Belajar Siswa Di SMPN 13 Pondok Ranji, Tangerang-Selatan”.
Skripsi ini bertujuan secara akademis untuk melahirkan paradigm baru, serta konsep dan teori, secara terapan untuk memberikan data dan masukan pada SMPN 13 demi perkembangan pendidikan mengenai hubungan perhatian orang tua pada pendidikan anak terhadap prestasi belajar siswa. Atau memberikan sumbangan bagi pengembangan ilmu penggetahuan yang bermanfaat khususnya orang tua, pendidik, agar memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional dari anak. Dan sebagai bahan evaluasi bagi sekolah, wali kelas, orang tua, demi menunjang keberhasilan siswanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini: deskriptif kuantitatif: peneliti yang dilakukan untuk mengetahui nilai variable mandiri, baik satu variable atau lebih, tanpa membuat perbandingan atau menghubungkan dengan variable yang lain. Teknik pengambilan data: observasi, wawancara, angket, dokumentasi. Populasi dan Sampel: siswa SMPN 13 Pondok Ranji yang berjumlah: 25 siswa. Teknik analisa mengunakan statistic koefisien kolerasi bivariat(untuk menerangkan keeratan hubungan antara dua variabel). Hasil yang ditemukan hubungan perhatian orang tua pada pendidikan anak terhadap prestasi belajar siswa SMPN 13 Pondok Ranji, sebesar 0.454 dalam interprestasi data yang berarti terdapat kolerasi positif yang sedang atau cukup. diperoleh kontribusi variable X yaitu perhatian orang tua memberikan kontribusi sebesar 45.4% terhadap prestasi belajar anak, ini berarti perhatian orang tua mempengaruhi terhadap prestasi belajar anak sebesar 45.4%.
Maka hipotesa alternative :
KATA PENGANTAR
Dengan nama ALLAH SWT yang maha Pengasih dan maha Penyayang, atas
segala rahmat dan hidayahnya sehingga skripsi ini yang berjudul “Hubungan
Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak Terhadap Belajar Siswa di SMPN 13
Pondok Ranji, Tangerang Selatan”. Dapat terselesaikan dengan baik. Sholawat serta
salam semoga selalu dilimpahkan kepada nabi Muhammad SAW yang telah menjadi
suri tauladan terbaik bagi umat dalam menempuh kehidupan di dunia ini.
Sekalipun masih jauh dari sempurna, ini merupakan hasil usaha maksimal
yang penulis lakukan, yang prosesnya tidak sedikit hambatan yang penulis hadapi.
Namun berkat pertolongan ALLAH SWT serta bimbingannya, bantuan dan
saran-saran dari berbagai pihak, akhirnya hambatan tersebut dapat diatasi.
Selanjutnya penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang
telah membantu dan memberikan dorongan baik moril maupun materiel, sehingga
skripsi ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih yang sedalamnya penulis
sampaikan kepada :
1. Bapak Prof.Dr.H.Dede Rosyada, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan
Keguruan, Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Bapak Bahrissalim, M.Ag, Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam, dan
seluruh Dosen dan seluruh Staf yang telah memberikan kesempatan baik
secara Edukatif maupun Administratif selama proses perkuliahan
3. Kepada Pembimbing Skripsi Bapak Prof. Dr. H.Rusmin Tumanggor, MA,
dengan kerelaan hati dan penuh kesabaran memberi bimbingan, petunjuk, dan
saran dalam menyelesaikan Skripsi ini.
4. Kepada Bapak Drs. Sapiudin Shidiq,M,Ag. Bapak Faza, Bu Irhamida yang
telah banyak membantuku selama perkuliahan.
5. Kepada Kepala Sekolah SMPN 13 Pondok Ranji Tangerang Selatan :
Bapak Rohman, Bapak Ade Solihin, Bapak Mamat Rahmat, Ibu Hj. Siti
dan membimbing saya, dalam penulisan skripsi ini yang tidak saya sebutkan
satu persatu, terima kasih banyak.
6. Kepada Bapak H. Sudirman Kepala SDN CIAKAR II yang telah banyak
memberikan dukungan moril, materiel, dan kepada kepala sekolah Ibu Hj.
Amronah, dan wakil kepala sekolah Pak Herman, teman-teman mengajar Pak
Ayat, Bu Mimin, Bu Yeni, Bu Nurul, Bu Inil, Bu Eli,Bu Empu, Bu Ade, Bu
Ika, Pak Maulud, Pak Robi, Pak Hendar, Bu Cici, Bu Odah, pak falah, bu lia
dan semua yang belum saya sebut, terima kasih semoga ALLAH SWT
membalas kebaikan semua. Amin
7. Kepada kedua Orang tua yang telah tiada, semoga diampuni dosa-dosanya
semasa hidupnya, dijauhkan dari siksa kubur, dan ditempatkan bersama-sama
orang-orang yang ALLAH sayangi.
8. Kepada Kakak-Kakak ku yang selalu mencurahkan kasih sayangnya untukku,
yang selalu memberikan dukungan moril, dan materiel, semoga ALLAH SWT
membalas kebaikan semua. Amin.
9. Kepada kakak-kakak tingkatku, teman-teman seangkatan, yang banyak
memberikan bantuan dan dukungannya: lina s, dina fbi, mpo upi, oji, faru,
anas, ipul, umi, rina, wita semua temen2 ppkt Ily, hotline, wilda, bu farida ,
bu ummu, nurul fbi, mba lasmi, lia FBI, munifah, quston, nurmaliha, mb
sutarsih ips, mb sulastri ips, neti dan banyak lagi.
10.Kepada sahabat-sahabatku tersayang : Surini, Dewi, Boan, Yuyun, kalianlah
yang membuatku terus kuat dan tegar, terima kasih semoga ALLAH SWT
membalas kebaikan semua.Amin.
Hanya kepada ALLAH SWT jualah, penulis serahkan semoga segala
bantuan dan amal baik yang telah di berikan akan dibalasnya. Dengan
kerendahan hati, skripsi ini semoga menjadi manfa’at bagi pengembangan
ilmu penggetahuan.
DAFTAR DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING SKRIPSI LEMBAR PENGESAHAN
SURAT PERYATAAN
MOTTO……….i
ABSTRAK………ii
KATA PENGANTAR………iv
HALAMAN DAFTAR ISI………...….….vi
DAFTAR TABEL ………..…..…viii
BAB 1 : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………..…………..1
B. Identifikasi Masalah………..………5
C. Pembatasan Masalah ………..………..5
D. Perumusan Masalah………..………...….…...…….6
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian ……….…6
BAB II : KAJIAN TEORITIS DAN KERANGKA KONSEPTUAL 1.1. Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak.………...…………7
a. Pengertian Orang Tua………..….…….7
b. Pengertian Perhatian Orang Tua………..…...8
c. Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak……….…..10
c.1. Teori-Teori Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak……..…...15
1.2. Prestasi Belajar………...…………...24
a. Pengertian Prestasi ………..…24
b. Pengertian Belajar ………...25
c. Pengertian Prestasi Belajar………..33
d. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar………....33
1.3. Kerangka Berpikir ……….44
1.4. Hipotesis……….45
BAB III : METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu Penelitian………..46
B. Metode Penelitian………46
C. Populasi penelitian………..……….………46
D. Variable Penelitian ………..47
E. Teknik Pengumpulan Data………..………51
F. Teknik Analisis Data………...53
BAB IV : HASIL PENELITIAN A. Gambaran Umum SMPN 13 Pondok Ranji, Ciputat, Tangerang Selatan………...……..57
B. Deskripsi Data ………....68
C. Interprestasi data………..77
D. Analisa data………..81
BAB V : PENUTUP A. Kesimpulan ………..…….…..86
B. Saran………....88
DAFTAR TABLE
1. Table 1 kehadiran siswa kelas VII SMPN 13 pondok ranji,
Tangsel..………...2
2. Table 2 faktor internal yang mempengaruhi pengembangan potensi anak……….………..37
3. Table 3 faktor eksternal yang mempengaruhi pengembangan potensi anak ……….……….40
4. Table 4 variabel perhatian orang tua dan prestasi anak ………..……….………...……45
5. Table 5 ketentuan kategori variable X………..…………...51
6. Table 6 ketentuan kategori variable Y………..…………...51
7. Table 7 Angka Indeks Korelasi Product Moment………53
8. Table 8 data siswa……….61
9. Table 9 keadaan siswa SMPN 13 pondok ranji………61
10.Table 10 Jumlah rombongan belajar ………....………...61
11.Table 11 Prestasi siswa bidang ekstrakurikuler tahun pelajaran 2007/2008………..……...62
12.Table 12 Tenaga Pengajar, Pegawai Dan Siswa…..………62
13.Table 13 Nama-Nama Guru Yang Ada Di SMPN 13 Pondok Ranji, Tangsel………..64
14.Table 14 sarana dan prasarana………..65
15.Table 15 pekerjaan orang tua wali/ekonomi orang tua……….66
16.Table 16.Penghasilan orang tua /wali (gabungan kedua orang tua) siswa……….66
17.Table .17.Tingkat Kesejahteraan orang tua /wali siswa………...67
19.Table. 19 Nilai Perhatian Orang Tua Berdasarkan Hasil Angket Variable
X.……….69
20.Table. 20 Nilai Prestasi Anak Berdasarkan Hasil Angket Variable Y¹..72
21.Table. 21. Nilai Prestasi Anak Berdasarkan nilai raport Variable Y²…74
22.Table. 22. Perhitungan nilai Prestasi Anak hasil angket variable Y¹ dan
nilai perhatian orang tua(variable X) ……….………76
23.Table. 23. Perhitungan nilai Prestasi Anak nilai raport variable Y² dan
nilai perhatian orang tua(variable X)………78
24.Table 24 perhitungan Nilai Prestasi Anak Hasil Angket Variable Y¹ dan
Nilai Prestasi Anak Hasil raport Y²……….80
25.Table. 25. Perhitungan nilai Prestasi Anak nilai raport variable Y³ dan
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Sekolah hanyalah pembantu kelanjutan pendidikan dalam keluarga, sebab
pendidikan yang pertama dan utama diperoleh anak adalah dalam keluarga. Peralihan
bentuk pendidikan informal ke formal memerlukan kerjasama antara orang tua dan
sekolah(pendidik). Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap
orang tua mereka. Juga sangat diperlukan kepercayaan orang tua terhadap
sekolah(pendidik) yang menggantikan tugasnya selama di ruang sekolah.1
Saya melihat anak malas mengerjakan PR, jika orang tua tidak
memperhatikan hal ini anak mengalami kesulitan sendiri yang tak terpecahkan,
akhirnya anak berbuat nekad untuk menghindari tanggungjawab yang dibebankan
padanya, dari rumah pamit sekolah tapi ditengah jalan anak mencari tempat-tempat
hiburan seperti Mall, PS, internet, banyak anak usia sekolah menengah terjerumus
kedalam lingkungan budaya destruktif, terlebih dengan kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi sekarang ini kenakalan anak terkadang telah mengarah kepada tindak
criminal. Tidak ada kegiatan yang dilakukan selain bermain, kondisi ekonomi yang
sulit, biaya sekolah yang cukup mahal, dan ketidakmampuan orang tua menjadikan
anak-anak kehilangan perhatian dan kesempatan untuk belajar. Ada yang sudah
sekolah mereka terpaksa ikut bekerja membantu orang tua mencari nafkah.
Pada Saat Praktek Frofesi Keguruan Terpadu (PPKT) penulis bertugas
menjadi guru piket mencatat siswa/i yang tidak hadir pada kelas sore yaitu kelas VII
yang berjumlah 10 kelas.2 Pada tanggal 21 mei 2010:
Table 1
1
Zahara idris, Dasar-Dasar Kependidikan, (Bandung: Angkasa, 1982), cet.1,h.120
2
Kehadiran Siswa Kelas VII SMPN 13 Pondok Ranji, Tangsel
.No Nama Kelas A I S
1. CIPTO 7.I
2. FAHRI 7.2
3. AYU -
4. RAKA -
NIHIL 7.3
5. ABDUL A.D 7.4
6. AGAM -
7. FAHREZA 7.5
8. DIBYO 7.6
9. M. ISMAIL -
10. PRITA -
NIHIL 7.7
11. DIAH 7.8
12. SUJAK -
13. NURUL 7.9
14. ATIKA 7.10
Dalam interaksi belajar mengajar terdapatlah interaksi social seperti:
a. Interaksi social yang ditandai dengan hubungan tugas. Pertama kali hubungan
anak didik dengan guru tidaklah didasarkan rasa cinta seperti pada hubungan
orang tua dengan anaknya. Hubungan pribadi timbul karena tugas
b. Interaksi social yang selalu punya tujuan untuk mencapai sesuatu bagi
kepentingan si anak didik. Seluruh kegiatan harus punya tujuan yang pada
dasarnya untuk kepentingan si anak didik.
c. Interaksi social yang ditandai dengan kemauan guru untuk membantu si anak
didik guna memperoleh penggetahuan, sikap dan ketrampilan.
d. Interaksi social yang ditandai dengan keyakinan sianak didik, bahwa guru akan
membantunya dalam hal-hal tertentu di dalam perkembangannya. Oleh karena itu
lahirlah sikap menghargai, menghormati, serta mentaati guru, sebagai pernyataan
pengakuan anak didik atas kewibawaan guru.
“situasi belajar-mengajar yang baik adalah apabila dapat memberikan
pengalaman-pengalaman yang terbaik bagi perkembangan anak didik”.
Pengalaman-pengalaman itu harus dipilih untuk kepentingan si anak didik, harus yang
menyebabkan dia aktif dan menjadi lebih sadar akan dirinya dan sekaligus
menyebabkannya lebih bersifat social. Hendaknya dalam setiap interaksi dia dapat
makin mendekat kepada kedewasaan penuh sebagai individu yang mampu
membawakan dirinya dalam kehidupan bermasyarakat”.3
Menurut hasil penelitian, pekerjaan guru (pendidik) di sekolah akan lebih
efektif apabila dia mengetahui latar belakang dan pengalaman anak didik di rumah
tangganya. Anak didik yang kurang maju dalam pelajaran, berkat kerjasama orang tua
anak didik dan pendidik, banyak kekurangan-kekurangan anak didik yang dapat
membantu anak didik dari keluarganya, tidak mudah merubahnya. Untuk kerjasama
antara sekolah dengan orang tua banyak cara-cara yang dapat ditempuh antara lain:
a. Kunjungan ke rumah anak didik
b. Undangan terhadap orang tua ke sekolah
c. Case conference
3
d. Badan pembantu sekolah4
Semua bentuk kerjasama antara sekolah dan orang tua yang telah diuraikan di
atas sangat besar faedah dan artinya dalam memajukan pendidikan sekolah pada
umumnya dan anak didik pada khususnya. Mengingat sangat pentingnya pengaruh
perhatian orang tua dalam keberhasilan pendidikan anak di sekolah yang merupakan
factor utama selain sekolah dan masyarakat. Maka penulis tertarik untuk menelitinya.
Berdasarkan pentingnya tersebut di atas penulis tertarik untuk menulis serta
membahas perhatian orang tua dalam menunjang keberhasilan belajar anak.
Berdasarkan latar belakang ini penulis mengambil judul:
“Hubungan Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak Terhadap Prestasi
Belajar Siswa Di SMPN 13 Pondok Ranji, Tangerang-Selatan”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka dapat
diidentifikasikan sebagai berikut:
a. Ketidak mampuan anak dalam mengikuti pelajaran, tidak diimbanginya
dengan perhatian orang tua.
b. Orang tua sibuk mencari nafkah menyerahkan pendidikan anak pada
sekolah saja dan berharap besar pada masa depan anaknya setelah lulus
sekolah,
c. Pendidikan sebagai tanggung jawab bersama antar keluarga, masyarakat,
dan pemerintah, tidak selalu sinkron dalam menghadapi masalah.
4
d. Sikap anak terhadap sekolah terutama akan dipengaruhi oleh sikap orang
tua mereka, namun tidak jelas apakah orangtua memberi bimbingan agar
anak menghargai semua tujuan sekolah.
e. Perhatian orang tua merupakan salah satu factor penunjang keberhasilan
anak di sekolah, namun banyak orang tua kurang mendukung program
sekolah.
C. Pembatasan Masalah
Untuk menghindari melebarnya pembahasan maka masalah penelitian ini
perlu di batasi sebagai berikut :
a.Pengaruh yang dimaksud dalam penelitian ini adalah upaya orang tua dari
factor-faktor penunjang keberhasilan anak di sekolah.
b.Perhatian orang tua dalam penelitian ini adalah upaya yang dilakukan orang
tua dalam menumbuhkan semangat belajar anak agar berprestasi
c.Prestasi yang diteliti adalah prestasi rata-rata siswa yang bersifat kognitif
berupa nilai raport pada semester genap kelas V11 tahun pelajaran
2009-2010 pada SMPN 13, Tangerang-Selatan.
d.Siswa yang dimaksud dalam penelitian ini adalah siswa SMPN 13 Pondok
Ranji, anak di sekolah Tangerang-Selatan.
D. Perumusan Masalah
Dari masalah yang diteliti, maka perumusan masalah penelitian ini adalah:
“anak seharusnya dalam belajar, kurangnya perhatian orang tua, memotivasi untuk belajar di sekolah, bagaimana orang tua menghadapi strees pada anak, dalam menghadapi pelajaran di sekolah?
E. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan menghasilkan bukti empiric bahwa perhatian
orang tua pada pendidikan anak sangat besar pengaruhya terhadap prestasi
evaluasi bagi sekolah, guru, dan orang tua. Bagi pengembangan ilmu
pengetahuan yang bermanfaat khususnya orang tua dan pendidik agar
memperhatikan kesejahteraan psikologis dan emosional anak.
Terhadap penulis penelitian ini akan sangat berguna untuk
meningkatkan pengetahuan praktis dan meluaskan wawasan kependidikan.
1.1 Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak
a. Pengertian orang tua
Pengertiaan orang tua, menurut kamus besar bahasa Indonesia orang
tua diartikan dengan: 1) ayah dan ibu kandung, 2) orang tua, 3) orang yang
dianggap tua (cerdik, pandai, ahli dsb), 4) orang yang disegani/dihormati di
kampung.5
Istilah orang tua dalam bahasa ingggris: “parent" yang berarti:6 1. Orang tua
2. Ayah
3. Ibu
Dalam bahasa arab istilah orang tua dikenal dengan dengan sebutan
Al-walid pengertian tersebut dapat dilihat dalam al-quran surat lukman ayat 14
yang berbunyi:
⌧
☺
Artinya:
5
Departemen Pendidikan Nasional, kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta;Balai Pustaka 2002) h.802
6
“Dan kami perintahkan kepada manusia(berbuat baik) kepada dua orang
ibu-bapanya; ibunya Telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-
tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. bersyukurlah kepadaku dan kepada
dua orang ibu bapakmu, Hanya kepada-Kulah kembalimu.7
Berdasarkan uraian di atas penulis dapat menyimpulkan bahwa orang
tua adalah ayah dan ibu kandung atau orang dianggap tua yang harus disegani
dan dihormati, yang memberikan kasih sayang, bimbingan, latihan, dan
pendidikan serta memenuhi setiap kebutuhan baik sandang, pangan, maupun
papan bagi anaknya.
b. Pengertian perhatian Orang Tua
Secara bahasa perhatian adalah dapat diartikan sebagai minat, apa
yang disukai atau yang disenangi. Secara istilah perhatian berarti keaktifan
jiwa yang diarahkan kepada suatu objek, baik didalam maupun diluar
dirinya.8
Dapat juga berarti kegiatan yang dilakukan seseorang dalam
hubungannya dengan pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan
sekitar. Dalam keterangan lain disebutkan bahwa perhatian adalah upaya
mencurahkan waktu dan ruang seiring dengan perkembangan anak baik secara
fisik maupun mental spiritual disamping memfokuskan pembinaan kepada
perkembangan jasmani serta daya intelektual.
Perhatian yaitu mempunyai tugas selektif terhadap
rangsangan-rangsangan yang mengenai sampai kepada individu.9 Rangsangan tersebut
muncul dari tingkah laku anak yang mengakibatkan respon dari orang tua
7
Bachtiar Surin, Departemen Agama RI Terjemah dan Tafsir AL-Quran, (Bandung : Fa. Sumatra :1978) h.909.
8
Abu Ahmadi, Psikologi perkembangan , (Jakarta: Rineka Cipta, 1998) Cet, Ke-2. h.145
9
berupa naluri untuk melindungi, menjaga, memberikan yang terbaik untuk
anak.
Hal ini tercermin dalam firman Allah (Q.S.At-Tahrim: 6):
⌧
Artinya:
”Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api
neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya
malaikat-malaikat yang kasar, keras, dan tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang
diperintahkan-Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang
diperintahkan.
Dalam kata peliharalah mengandung makna tanggung jawab besar
manusia terhadap dirinya dan keluarganya, keluarga adalah sebagai
persekutuan hidup terkecil dari masyarakat Negara yang luas. Pangkal
ketentraman dan kedamaian hidup terletak dalam keluarga. Mengingat
keluarga bukan hanya sebagai persekutuan hidup terkecil saja, tetapi lebih dari
itu yakni sebagai lembaga hidup manusia yang dapat memberi kemungkinan
celaka dan bahagianya anggota-anggota keluarga tersebut dunia akherat.
Dari kewajiban yang dipikulkan oleh ayat tersebut atas pundak orang
tua dapat dibedakan 2 macam tugas, yaitu:
1. Orang tua berfungsi sebagai pendidik keluarga
2. Orang tua berfungsi sebagai pemelihara serta pelindung keluarga.10
Adapun yang penulis maksud dengan perhatian orang tua dalam
penelitian ini hanyalah terbatas pada perhatian terhadap hal-hal yang
berhubungan dengan pendidikan (sekolah) dan kasih sayang.
c. Perhatian Orang Tua Terhadap Pendidikan Anak
Anggota Keluarga terdiri dari suami, istri, atau orang tua(ayah dan
ibu) serta anak-anak. Ikatan dalam keluarga tersebut didasarkan kepada cinta
kasih sayang antara suami-istri yang melahirkan anak-anak. Oleh karena itu
hubungan pendidikan dalam keluarga adalah didasarkan atas adanya
hubungan kodrati antara orang tua dan anak.
Pendidikan dalam keluarga dilaksanakan atas dasar cinta kasih sayang
yang kodrati, rasa kasih sayang murni, yaitu rasa cinta kasih sayang
seorangtua terhadap anaknya. Rasa kasih sayang inilah yang menjadi sumber
kekuatan yang menjadi pendorong orang tua untuk tidak jemu-jemunya
membimbing dan memberikan pertolongan yang dibutuhkan anak-anaknya.
Keluarga merupakan kesatuan hidup bersama yang pertama dikenal
oleh anak. Oleh karena itu keluarga disebut sebagai”primary community”
yaitu sebagai lingkungan pendidikan yang pertama dan utama.
Pertama karena dalam keluarga inilah anak pertama kalinya
mendapatkan pendidikan dan bimbingan, kewajiban orang tua tidak hanya
sekedar memelihara eksistensi anak untuk menjadikannya kelak sebagai
10
seorang pribadi, tetapi juga memberikan pendidikan anak sebagai individu
yang tumbuh dan berkembang. Utama karena sebagian besar hidup anak
berada dalam keluarga, maka pendidikan yang paling banyak diterima oleh
anak adalah didalam keluarga.
Jadi besar dan sangat mendasar pengaruh keluarga terhadap
perkembangan pribadi anak terutama dasar-dasar kelakuan seperti sikap,
reaksi dan dasar-dasar kehidupan lainnya seperti kebiasaan makan,
berpakaian, cara bicara, sikap terhadap dirinya dan terhadap orang lain
termasuk sifat-sifat kepribadian lainnya yang semua itu terbentuk pada diri
anak melalui interaksinya dengan pola-pola kehidupan yang terjadi dalam
keluarga.
Oleh karena itu kehidupan dalam keluarga jangan sampai memberikan
pengalaman-pengalaman atau meninggalkan kebiasaan-kebiasaan yang tidak
baik yang akan merugikan perkembangan hidup anak kelak dimasa dewasa.11
Di dalam keluargalah anak didik mulai mengenal hidupnya. Lembaga
pendidikan keluarga memberikan pengalaman pertama yang merupakan factor
penting dalam perkembangan pribadi anak. Suasana pendidikan keluarga ini
sangat penting diperhatikan, sebab disinilah keseimbangan jiwa didalam
perkembangannya individu selanjutnya ditentukan.
Seorang anak dilahirkan dalam keadaan tidak berdaya, dalam keadaan
penuh ketergantungan dengan orang lain, tidak mampu berbuat apa-apa
bahkan tidak mampu menolong dirinya sendiri. Ia lahir dalam keadaan suci
bagaikan meja lilin berwarna putih(a sheet of white paper avoid of all
characters) atau yang lebih dikenal dengan istilah tabularasa.12 Di dalam islam
secara jelas nabi Muhammad Saw, mengisyaratkan lewat sabdanya yang
berbunyi:
11
H.M. Alisuf Sabri, ilmu pendidikan , (Jakarta: CV. Pedoman Ilmu Jaya: 1999) cet.ke-1,h.14.
12
ةﺮﻃﻓﻟاﻰﻟ
ا
ﺪﻟﺗ
ﺎﺴ ا
لآ
و
ﺑا
و
اﺪوﻬ
ﺪ ﺑ
ا
و
ﺎﺴﺠ و
ارﺻ
ﺎﺴ ﻓ ﺎﺴ ﺎ ﺎﻜ ﺎﻓ
Artinya:
“Tiap- tiap orang itu dilahirkan ibunya atas dasar fitrah beragama
(islam) dan tergantung ayah ibunya yang mendidik dia menjadi orang yang
beragama yahudi, nasrani, atau majusi. Maka bila keduanya muslim, jadilah
anaknya muslim”(HR Muslim).
Suci artinya belum terisi oleh pengaruh-pengaruh/atau tulisan apa pun,
disinilah peran orang tua sebagai pendidik pertama dan utama, yang akan
menjadikan dan membentuk pribadi anak dengan tulisan yang diinginkannya.
Campur tangan orang tua sangat dibutuhkan dalam membagi waktu,
serta pengawasan terhadap pelaksanaannya pembagian waktu dan jadwal
belajar dirumah. Anak akan membagi waktu antara tugas-tugas sekolah
dengan bermain-main. Oleh karena itu orang tua harus membantu dalam
perencanaan waktu belajar dan disiplin belajar dirumah.
Berdasarkan uraian diatas, sudah dapat dipastikan bahwa perhatian
orang tua dalam pendidikan anaknya sangat menentukan sekali terhadap
belajar anak disekolahnya.
1. Menyediakan fasilitas belajar anak di rumah atau sarana kebutuhan
belajar.
2. Merencanakan waktu belajar di rumah dan membiasakan disiplin belajar.
3. Memberi bantuan belajar bila anak belum mengerti terhadap suatu materi,
atau bimbingan belajar dirumah.
4. Beri motivasi, bangkitkan semangat, ciptakan suasana belajar yang
menyenangkan.
Dengan demikian penulis mendifinisikan perhatian orangtua sebagai berikut:
Secara umum orang tua mempunyai tiga peranan terhadap anak:
1. Merawat fisik anak, agar anak tumbuh kembang dengan sehat.
2. Proses sosialisasi anak, agar anak belajar menyesuaikan diri terhadap
lingkugannya (keluarganya, masyarakat, kebudayaan).
3. Kesejahteraan psikologis dan emosional dari anak.
Fungsi terakhir ini masih kurang disadari oleh para orangtua. Bagaimana
pengaruh orangtua terhadap pembentukan prilaku anaknya, merupakan
suatu yang sangat majemuk, tergantung dari bermacam-macam faktor,
antara lain:
1. Ciri-ciri orang tua:
a. Usia
b. Pendidikan
c. Taraf social-ekonomi
d. Kepribadian dan sebagainya
2. Ciri-ciri anak:
a. Penampilan fisik
b. Jenis kelamin
c. Kesehatan
d. Kepribadian dan sebagainya
Factor-faktor ini semua mempunyai dampak terhadap sikap dan prilaku
tua bersikap sama. Terhadap semua anaknya. Dalam hal ini sama harus diartikan
“sesuai dengan sifat dan Kebutuhan masing-masing anak.”13
Dan seharusnya sikap orang tua terhadap anaknya adalah sebagai berikut:
1. Mereka memberikan kebebesan kepada anak-anaknya, karena anak sebagai
makhluk yang mempunyai pribadi sendiri
2. Anak-anak selalu dididik dengan pekerjaan yang sesuai dengan
kebutuhan-kebutuhan hidup masa depannya
3. Hubungan orang tua dengan anak-anaknya mengandung unsure kebebasan
sehingga dengan adanya ini anak dapat melatih dirinya untuk hidup
selfstanding yang berarti anak selalu dilatih untuk menjadi dewasa yang
berpribadi kuat
4. Anak-anak selalu dipupuk kemampuannya dengan pemeliharaan kesehatan
tubuhnya melalui pendidikan jasmani sebaik-baiknya
5. Anak-anak diajar dengan pekerjaan-pekerjaan tangan(handicraft) untuk bekal
hidup mereka dimasa akan dating
6. Anak-anak selalu diberi kesibukan-kesibukan kerja dan didorong untuk
bekerja sendiri, sedang pekerjaan yang diberikan kepada mereka disesuaikan
dengan tingkat umur masing-masing, bahkan sering kali lebih tingggi sedikit
dari taraf umurnya.
7. Anak-anak diberi dasar pengertian tentang hidup bermasyarakat yang
bermanfaat di masa depannya
8. Anak-anak tidak dididik secara paksa melainkan secara bebas.
9. Anak-anak diberi pengertian bahwa orang tua tidak akan selamanya memberi
nafkah serta bertanggung jawab atas mereka, apalagi setelah pendidikannya
(dewasa).
Teori –Teori Perhatian Orang Tua Pada Pendidikan Anak
13
Teori adalah pendapat yang dikemukakan oleh seorang ahli, dan biasanya
berisi tentang konsep dan prinsip. Secara bahasa perhatian adalah dapat diartikan
sebagai minat, apa yang disukai atau yang disenangi. Secara istilah perhatian berarti
keaktifan jiwa yang diarahkan kepada suatu objek, baik didalam maupun diluar
dirinya.14
Perhatian dapat diartikan dua macam:
1. Perhatian adalah pemusatan tenaga/kekuatan jiwa tertuju kepada sesuatu objek.
2. Perhatian adalah pendayagunaan kesadaran untuk menyertai sesuatu aktifitas.15
“Pemusatan perhatian orang tua yang diberikan dengan sadar sebagai respon
terhadap Objek disini berupa perhatian orang tua pada pendidikan anak, motivasi
dan minat belajar anak”.
Perhatian Keluarga sebagai salah satu dari tiga lingkungan pendidikan yang
paling berpengaruh terhadap perkembangan jiwa anak.
Pada dasarnya lingkungan mencakup:
a. Tempat(lingkungan fisik), keadaan iklim, keadaan tanah, keadaan alam.
b. Kebudayaan (lingkungan budaya) dengan warisan budaya tertentu bahasa, seni,
ekonomi, ilmu pengetahuan, pandangan hidup, keagamaan.
c. Kelompok hidup bersama(lingkungan social atau masyarakat) keluarga,
kelompok bermain, desa, perkumpulan.
Ki Hajar Dewantara: lingkungan-lingkungan tersebut meliputi lingkungan
keluarga, lingkunan sekolah, dan lingkungan organinisasi pemuda, yang ia sebut
dengan Tri Pusat Pendidikan. 16
Lingkungan sekitar yang dengan sengaja digunakan sebagai alat dalam
proses pendidikan(pakaian, keadaan rumah, alat permainan, buku-buku, alat
peraga, dan lain-lain,) dinamakan linkungan pendidikan.
Tiga lingkungan pendidikan tesebut adalah:
14
Abu Ahmadi, Psikologi perkembangan …, Cet, Ke-2. h.145
15
Wasty Ssoemanto, psikologi pendidikan, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006) Cet.ke-5, h. 34
16
a. Keluarga(pendidikan informal)
Keluarga merupakan lembaga pendidikan yang tertua, bersifat informal, yang
pertama dan utama dialami oleh anak karena itu disebut primary community.
Pendidikan keluarga berfungsi :
1. Sebagai pengalaman pertama masa kanak-kanak
2. Memjamin kehidupan emosional anak
3. Menanamkan dasar pendidikan moral
4. Memberikan dasar pendidikan social
5. Meletakan dasar-dasar pendidikan agama bagi anak-anak.
Menurut ST.Vembrianto ada 7 fungsi dan peran keluarga yang
hubunganya dengan kehidupan anak:
a. Fungsi biologik: yaitu keluarga merupakan tempat lahirnya anak-anak:
secara biologis anak berasal dari orang tuanya.
b. Fungsi afeksi; yaitu keluarga merupakan tempat terjadinya hubungan
social yang penuh kemesraan dan afeksi(penuh kasih sayang dan rasa
aman).
c. Fungsi sosialisasi; yaitu fungsi keluarga dalam membentuk kepribadian
anak. Melalui interaksi social dalam keluarga anak mempelajari pola-pola
tingkah laku, sikap, keyakinan, cita-cita, dan nilai-nilai dalam masyarakat
dalam rangka perkembangan kepribadiannya.
d. Fungsi pendidikan; yaitu keluarga sejak dahulu merupakan institusi
pendidikan. Dahulu keluarga merupakan satu-satunya institusi untuk
mempersiapkan anak agar dapat hidup secara social dan ekonomi di
masyarakat. Sekarang pun keluarga dikenal sebagai lingkungan
pendidikan yang pertama dan utama dalam mengembangkan dasar
kepribadian anak.
e. Fungsi rekreasi; yaitu keluarga merupakan tempat/medan rekreasi bagi
f. Fungsi keagamaan; yaitu keluarga merupakan pusat pendidikan, upacara
dan ibadah agama bagi para angotanya, disamping peran yang dilakukan
institusi agama. Fungsi ini penting artinya bagi penanaman jiwa agama
pada si anak, sayangnya sekarang fungsi keagamaan ini mengalami
kemunduran akibat pengaruh sekularasi.
g. Fungsi perlindungan: yaitu keluarga berfungsi memelihara, merawat dan
melindungi si anak baik fisik maupun sosialnya, fungsi ini oleh keluarga
sekarang tidak dilakukan sendiri tetapi banyak dilakukan oleh
badan-badan social seperti tempat perawatan bagi anak-anak cacat tubuh mental,
anak yatim piatu, anak-anak nakal dan perusahaan asuransi.
Ketujuh fungsi keluarga tersebut sangat besar peranannya bagi
kehidupan dan perkembangan kepribadian si anak. Oleh karena itu harus
diupayakan oleh para orang tua sebagai realisasi tugas dan tanggung jawabnya
sebagai seorang pendidik primer/kodrat.17
Keluarga sebagai pusat pendidikan dan pusat kebudayaan serta pusat
agama. Hubungan antar anggota keluarga harus selalu harmonis dan terpadu
serta gotong-royong. Setiap anggota keluarga harus merasakan ketenangan,
kegembiraan, kenyamanan, dan keamanan dalam keluarga itu. Sebaliknya
yang pecah (broken home) adalah sumber dari kenakalan anak. 18
b. Sekolahan(pendidikan formal)
Sekolah bertanggungjawab atas pendidikan anak-anak selama mereka
diserahkan kepadanya. Karena itu sebagai sumbangan sekolah sebagai lembaga
terhadap pendidikan, diantaranya adalah sebagai berikut:
1. Sekolah membantu orang tua mengerjakan kebiasaan-kebiasaan yang baik
serta menanamkan budi pekerti yang baik.
17
H.M.Alisuf Sabri, ilmu pendidikan…, hal.15-16
18
Ary H Gunawan, Kebijakan-Kebijakan Pendidikan Di Indonesia…, hal.101-102
2. Sekolah memberikan pendidikan untuk kehidupan didalam masyarakat yang
sukar atau tidak dapat diberikan dirumah.
3. Sekolah melatih anak-anak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti
membaca, menulis, berhitung, menggambar, serta ilmu-ilmu lain yang
sifatnya mengembangkan kecerdasan dan pengetahuan.
4. Disekolah diberikan pelajaran etika, keagamaan, estetika, membedakan benar
atau salah, dan sebagainya.
5. Dan lain-lain.
Berkenaan dengan sumbangan sekolah terhadap pendidikan itulah, maka
sekolah sebagai lembaga pendidikan mempunyai sifat-sifat sebagai beriku:
1. Tumbuh sesudah keluarga
2. Lembaga pendidikan formal
3. Lembaga pendidikan yang tidak bersifat kodrati
Disamping itu, pendidikan sekolah juga mempunyai cirri-ciri khusus
sebagai berikut:
1. Diselenggarakan secara khusus dan dibagi atas jenjang yang memiliki
hubungan hierarkis
2. Usia siswa(anak didik) disuatu jenjang relative homogeny
3. Waktu pendidikan relative lama sesuai dengan program pendidikan
yang harus diselesaikan
4. Isi pendidikan(materi) lebih banyak yang bersifat akademis dan
umum
5. Mutu pendidikan sangat ditekankan sebagai jawaban terhadap
kebutuhan dimasa yang akan datang.
Lingkungan Sekolah merupakan lingkungan pendidikan utama dan kedua.
Siswa-siswi, guru, administrator, konselor hidup bersama dan melaksanakan
pendidikan secara teratur dan terencana dengan baik.
Menurut penelitian ternyata bahwa anak-anak nakal dan anak-anak
secara kuantitatif(tak bersekolah sekitar 18%, terlambat sekolah sekitar 54%)
maupun secara kualitatif(sering bolos, kesungguhan belajar, keberanian
menyontek, dan sebagainya). Terdapat kecenderungan yang khas bahwa anak
nakal kurang ingin melanjutkan sekolah sesudah mereka menamatkan studi
mereka disesuatu jenjang pendidikan dibandingkan dengan anak yang tak
nakal. Kebanyakan anak nakal ingin cepat bekerja dan mendapat nafkah.19
Beberapa sebab yang dapat dikumpulkan sebagai penyebab rendahnya minat
belajar anak-anak nakal antara lain:
a. Suka menyelewengkan waktu belajar untuk kegiatan-kegiatan yang
kurang berguna, seperti begadang, omong kosong sambil merokok,
dan bahkan minum-minuman keras sampai menyalahgunaan
narkotika. Akibatnya kosentrasi pikirannya menjadi lemah karena
kurang tidur, suka melamunkan impian kosong, kecanduan, dan
sebagainya.
b. Suka menunda-nunda waktu untuk belajar serta menyiapkan
keperluan-keperluan belajar.
c. Suka membolos atau meninggalkan pelajaran, akibatnya ia ketinggalan
pelajaran atau kehilangan bagian penting dari pelajaran. Lebih-lebih
bila pelajaran itu bersifat prerekuisit, maka kerugian-kerugian itu
makin menjadi momok studi.
d. Suka melamun dan kurang konsentrasi dalam pelajaran. Atau sering
mengganggu temannya selama pelajaran, atau suka membadut dalam
kelas, menarik perhatian.
Kebijakan pendidikan dalam menangkal dan menanggulangi
kenakalan anak disekolah ini termasuk administrasi murid baik didalam maupun
diluar kelas seperti pemberian hukuman dan ganjaran, penataan siswa dalam
kelas, pemberian kesibukan atau bahan penggayaan bagi yang cepat belajar dan
19
pemberian program remedial bagi yang lambat belajar, pemberian perhatian
lebih khusus bagi anak-anak yang suka menarik perhatian atau kurang
diperhatikan oleh orang tuanya, pemberian kegiatan-kegiatan OSIS dan esktra
kurikuler lainnya seperti berkemah, koperasi,penelitian, diskusi, seminar, dan
sebagainya.
c. Lingkungan organisasi pemuda/masyarakat(pendidikan non formal)
Sebagai lembaga pendidikan yang bersifat informal(luar sekolah),
organisasi pemuda mempunyai corak ragam yang bermacam-macam, tetapi
secara garis besar dapat dibedakan antara organisasi pemuda yang diusahakan
oleh pemerintah dan organisasi pemuda yang diusahakan oleh badan swasta.
Peran organisasi pemuda ini utamanya adalah dalam upaya
pengembangan sosialisasi kehidupan pemuda. Melalui organisasi pemuda
berkembanglah semacam kesadaran social, kecakapan-kecakapan di dalam
pergaulan dengan sesama kawan(social skill) dan sikap yang tepat didalam
membina hubungan dengan sesama manusia (social attitude).
Pendidikan pertama sangat mempengaruhi jalan hidup anak dimasa
depannya(masa dewasa). Dibawah ini pendapat para sarjana pendidikan/ ilmu
jiwa:
1. Hurlock: menyatakan bahwa sikap serta tingkah laku anak tampak jelas sekali
dipengaruhi oleh keluarga dimana ia dilahirkan dan berkembang. Rumah adalah
lingkungan pertama bagi anak, keluarga memberi percontohan sikap anak
terhadap orang lain. Benda-benda dan kehidupan pada umumnya. Anak
menjadikan orang tuanya sebagai model(monster) dari penyesuaian dirinya
dengan kehidupan. Bila orang tua tak dapat dipakai untuk standar penyesuaian
diri anak dengan sebaik-baiknya, maka hal ini akan menimbulkan problem
psikologis anak sebagaimana problem tingkah laku pada orang tuanya.
dalam rumah tidak dapat diberantas sampai keakar-akarnya, hanya dapat
dihambat bila telah menjadi besar. 20
2. Arnol Gesell bahkan menganggap bahwa hubungan anak dengan orang tuanya
dalam kehidupan keluarga adalah merupakan suatu kepentingan yang dapat
menentukan pola pertama pribadi anak. Suatu rumah yang teratur rapi yang
terpelihara secara normal, dapat menjamin dengan sebaik-baiknya bagi kesehatan
mental dalam pertumbuhan anak sedangkan sekolah hanya akan dapat
memperoleh hasil maximum bila bekerja secara harmonis dengan keluarga
(rumah yang demikian itu).21
3. Sigmund Freud lebih jauh memungkinkan bahwa orang tua yang neuropathiek,
yang terlalu melindungi dan terlalu lemah lembut terhadap anak menimbulkan
pada anak itu penyakit yang neurosis pula. Sedangkan Flugel juga menyalahkan
sikap orang tua yang terlalu lunak terhadap anaknya. Orang tua yang terlalu keras
atau terlalu melindunginya dapat menjadikan anak tersebut pemberontak tidak
hanya terhadap orang tuanya saja tetapi juga terhadap semua kekuasaan orang
dewasa.
4. Crow & Crow: berpendapat bahwa pendidikan pertama anak diterima dalam
lingkungan rumah. Keadaan ekonomi serta tingkat kehidupan dirumah,
kesetabilan emosi orangtua dan keluarga serta cita-cita dan ambisi yang tampak
dari tingkah laku anggota-anggota keluarga yang lebih tua umurnya, kesemuanya
itu mempengaruhi tingkah laku serta sikap anak secara langsung ataupun tidak
langsung. Anak yang terlalu dimanjakan, terlalu dilindungi atau dilantarkan atau
orang tuanya bersikap keras atau sakit gangguan perasaan, dapat menjadikan
anaknya perusak, penakut dan sakit saraf. 22
20
The Child Development, Hurlock, p.481-482 H.M.Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama…, h. 92
21
The Child from five to ten, Gesell,p.5-10. H.M.Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama…, h. 92
22
5. Prof. Waterink: tiap perkembangan kearah hubungan dengan masyarakat tumbuh
diatas dasar hubungan kehidupan yang dialami anak pada masa kecilnya dalam
lingkungan keluarganya. Bilamana anak oleh suatu sebab kehilangan
lingkungan keluarganya, tidak ada perasaan saling cinta mencintai, maka masih
ada kemungkinan diajarkan kepada anak perasaan saling mencintai itu, bila ada
waktunya dibentuk lingkungan yang baru. Bila anak tidak mendapatkan yang
baru itu mungkin benar ia akan menjadi orang yang tak pernah dapat
mengadakan hubungan yang sungguh-sungguh dengan masyarakat. 23
6. Woodworth dan Marquis bahwa para ahli psikologi dalam, misalnya Freud dan
Adler sepakat dalam menyelidiki pola, dasar pribadi orang dalam kehidupannya,
dikembalikan kepada keadaan hidup keluarga pada tahun-tahun permulaan. 24
memang Freud serta pengikut-pengikutnya juga mengakui bahwa anak selalu
mengadakan identifikasi atau meniru orang-orang yang lebih tua tidaklah secara
passief tetapi secara sungguh-sungguh dan gairah. Anak ingin menjadi seperti
ayahnya atau seperti ibunya. Sikap yang demikian disebut identifikasi aktif.
7. Besarnya pengaruh orang tua(keluarga) terhadap pembentukan pribadi anak,
pengaruh pandangan dan sikap tersebut telah diselidiki di barat oleh beberapa
ahli seperti Harthorn dan May. Hasilnya dikemukakan oleh Flemming dalam
bukunya“The social Psychology Of Education” yang menujukan bahwa
pengaruh tersebut dapat dibandingkan sebagai berikut:
1. Sikap/pandangan orangtua terhadap anaknya: 0.54.
2. Sikap/pandangan teman-temannya terhadap anak sebaya: 0.35.
3. Sikap/pandangan pemimpin club terhadap anggotanya: 0.137.
4. Sikap/pandangan guru sekolah terhadap siswanya: 0.028.
5. Sikap/pandangan guru sekolah minggu(agama) terhadap siswanya: 0.002.
23
Psychologie anak S.R.Prof.Waterink, p.114, H.M.Arifin, Hubungan Timbal Balik Pendidikan Agama…, h. 93
24
6. Flemming mengemukakan bukti bahwa hubungan sikap keluarga dengan
sikap terhadap agama/gereja, peperangan, komunisme menujukan korelasi
rata-rata: 0.50.
Pengaruh social-ekonomi keluarga ada hubunganya dengan
kecerdasan anak, sehingga pada umumnya anak-anak yang pandai berasal
dari keluarga yang makmur ditunjukan dengan korelasi koeffisien: 0.30.
Flemming pengikut aliran konvergensi tidak menghilangkan adanya
pengaruh sekitar dengan pendapatnya: bahwa makin cepat diadakan
perubahan atas lingkungan yang tak sesuai maka makin mudah mencapai
hasil, watak dengan pasti dapat diubah.
Jadi menurut Harthorn dan May dalam daftar korelasi koeffisien
diatas adalah ditujukan bahwa pengaruh orangtua terhadap anak lebih besar
dari pengaruh-pengaruh yang lain. Ini termasuk kehidupan agama dari
orangtua anak. Sedangkan pengaruh guru agama ternyata paling kecil
yaitu: 0.002. maka kehidupan beragama dikeluarga orangtua tak boleh
melengahkan 2 faktor yakni:
1. Factor perkembangan yang bertalian dengan kesusilaan anak
2. Factor perkembangan yang berhubungan dengan sexual(nafsu birahi) anak.
Dengan demikian Pendidikan agama pun tak bisa lepas dari kedua
factor ini karena adanya pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:
Perasaan susila anak: dapat menuju kearah perkembangan akhlak
anak. Akhlak merupakan norma-norma yang menentukan derajat
anak/manusia dalam kehidupan masyarakat. Derajat hidup seseorang
ditentukan oleh tinggi rendah akhlaknya. Akhlak termasuk inti pokok yang
terkandung dalam syariat islam yang diturunkan oleh Allah kepada umat
manusia. Sebab nabi diutus oleh Allah untuk menyempurnakan akhlak
ﻖ ﺧ امرﺎﻜ م ﺗ تﺛ ﺑﺎ اﻮ
Artinya:
“Hanya sanya saya diutus untuk menyempurnakan kemuliaan akhlak
manusia.“25
Tugas orang tua ini akan lebih jelas lagi bila dihubungkan dengan sabda
nabi yang artinya adalah:“Allah memberi rahmat kepada orang tua yang
menolong anaknya agar berbuat baik kepadannya(orang tua)”.
Begitu pentingnya ethiek(akhlak) dalam kehidupan keluarga, sekolah,
dan di masyarakat sehingga Langeveld meletakan dasar-dasar kemampuan
manusia untuk dapat dididik dalam 3 faktor. Ketiga-tiganya ini harus
terdapat dalam diri anak, agar mampu dididik oleh orang dewasa yaitu:
a.Harus mempunyai kemampuan sosialitas(dapat hidup dalam masyarakat)
b.Harus mempunyai kemampuan individualitas(memiliki pribadi)
c.Harus mempunyai kemampuan moralitas(kemampuan berakhlak mulia).
1.2. Prestasi Belajar a. Pengertian Prestasi
Kata prestasi berasal dari belanda yaitu“prestaite” yang kemudian
dalam bahasa Indonesia menjadi prestasi yang berari hasil usaha.26
Dalam kamus popular dijelaskan bahwa prestasi memiliki makna apa
yang telah dapat diciptakan, hasil pekerjaan dan hasil gemilang yang
diperoleh dengan kerja keras.27
25
Flemming, The Social Psychology Of Education, oleh: H.M. Arifin(Jakarta: Bulan Bintang), h. 94-96
26
Zaenal Arifin, evaluasi hasil instruksional, prinsip, teknik, dan prosedur, (Bandung: Remaja Rosda Karya,199), h.2
27
Menurut Gagne prestasi adalah penguasaan siswa terhadap materi
pelajaran tertentu yang telah diperoleh dari hasil tes belajar yang dinyatakan
dalam bentuk skor.28
Kesimpulan: suatu keadaan hasil yang dicapai baik berupa
kemampuan, ketrampilan maupun sikap serta nilai-nilai, setelah adanya
usaha belajar dan mengajar.
b. Pengertian Belajar
Menurut James O. Wittaker, belajar dapat didevinisikan sebagai proses
dimana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau
pengalaman.
Howard L. Kingsley belajar adalah proses dimana tingkah laku (dalam
arti luas) ditimbulkan atau diubah melalui praktek atau latihan. 29
Ada beberapa aktivitas belajar: mendengarkan, memandang, meraba,
mencium, dan mencicipi/mencecap, menulis/mencatat, membaca, membuat
ikhtisar/ringkasan dan menggaris bawahi, mengamati table-tabel,
diagram-diagram, bagan-bagan,menyusun paper atau lembar kertas, mengingat,
berpikir, latihan dan praktek.
Belajar adalah sebagai proses perubahan perilaku, akibat interaksi
individu dengan lingkungan. Interaksi ini biasanya berlangsung secara
sengaja. Kesengajaan itu sendiri tercermin dari adanya factor-faktor berikut:
a. Kesiapan(readiness); yaitu kapasiti baik fisik maupun mental untuk
melakukan sesuatu
b. Motivasi; yaitu dorongan dari dalam diri sendiri untuk melakukan sesuatu
c. Tujuan yang ingin dicapai.30
28
Abdul Gafur, desain intruksional, (Jakarta: BPT. IKIP, 1983), h.9.
29
Wasty Ssoemanto, psikologi pendidikan…, hal . 104
30
Belajar atau yang disebut juga learning, adalah perubahan yang secara
relative berlangsung lama pada perilaku yang diperoleh dari
pengalaman-pengalaman. Belajar merupakan salah satu bentuk perilaku yang amat
penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar membantu manusia
menyesuaiakan diri(adaptasi) dengan lingkungan. Dengan adanya proses
belajar inilah manusia bertahan hidup(survived). 31
Ada factor-faktor yang mempengaruhi hal belajar:
a. Factor-faktor stimuli belajar
Stimuli belajar adalah segala hal diluar individu yang merangsang individu
itu untuk mengadakan reaksi atau perbuatan belajar. Stimuli ini mencangkup
materi, penegasan, serta suasana lingkungan eksternal yang harus diterima
atau dipelajari oleh si pelajar. Hal-hal yang berkaitan dengan stimuli belajar:
Panjangnya bahan pelajaran, kesulitan bahan pelajaran, berartinya bahan
pelajaran, berat-ringannya tugas, suasana lingkungan eksternal.
b. Factor-faktor metode belajar
Metode mengajar yang dipakai guru oleh guru sangat mempengaruhi metode
belajar yang dipakai oleh si pelajar. Dengan perkataan lain, metode yang
dipakai oleh guru menimbulkan perbedaan yang berarti bagi proses belajar.
Factor-faktor metode belajar menyangkut hal-hal berikut: kegiatan berlatih
atau praktek, overlearning dan drill, resitasi selama belajar, pengenalan
tentang hasil-hasil belajar, belajar dengan keseluruhan dan dengan
bagian-bagian, penggunaan modalitas indra, penggunaan dalam belajar, bimbingan
dalam belajar, kondisi-kondisi insentif.
c. Factor-faktor individual
Factor individual sangat besar pengaruhnya terhadap belajar seseorang,
adapun factor-faktor individual itu menyangkut hal-hal berikut:
31
Kematangan, factor usia kronologis, factor perbedaan jenis kelamin,
pengalaman sebelumnya, kapasitas mental, kondisi kesehatan jasmani,
kondisi kesehatan rohani, motivasi.32
Dibawah ini adalah factor-faktor penyebab kesulitan belajar, dengan
menggetahui sebab-sebabnya, sehingga dapat mengatasi dan menanggulangi
sedini mungkin:
1. Factor intern(factor dari dalam diri manusia itu sendiri) yang
meliputi:
a. Factor fisiologi(sebab yang bersifat fisik):
1. Karena sakit
Seorang yang sakit akan mengalami kelemahan fisiknya, sehingga syaraf
sensoris dan motorisnya lemah. Akibatnya rangsangan yang diterima melalui
indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Lebih-lebih sakitnya lama, syarafnya
akan bertambah lemah, sehingga tidak dapat masuk sekolah untuk beberapa
hari, yang mengakibatkan ia tertinggal jauh dalam pelajarannya.
2. Kurang sehat
Anak yang kurang sehat dapat mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah
capek, mengantuk, pusing, daya konsentrasinya hilang karena kurang
semangat, pikiran terganggu. Karena hal-hal ini maka penerimaan dan
respons pelajaran berkurang, saraf otak tidak mampu bekerja secara optimal
memproses, mengelola, menginerprestasi dan mengorganisasi bahan
pelajaran melalui indranya. Perintah dari otak yang langsung kepada saraf
motorik yang berupa ucapan, tulisan, hasil pemikiran / lukisan menjadi
lemah juga. Karena itu, maka seorang guru atau petugas diagnostic harus
meneliti kadar gizi makanan dari anak.
3. Cacat tubuh
Cacat tubuh dibedakan atas:
32
a. Cacat tubuh yang ringan seperti kurang pendengaran, kurang
penglihatan, gangguan psikomotor.
b. Cacat tubuh yang tetap(serius) seperti buta, tuli, bisu, hilang
tangan dan kakinya.
Bagi golongan yang serius, maka harus masuk pendidikan khusus
seperti SLB, bisu, tuli, TPAC-SROC. Bagi golongan yang ringan,
masih banyak mengikuti pendidikan umum, asal guru memperhatikan
dan menempuh placement yang cepat.
b. Factor psikologi(sebab kesulitan belajar karena rohani)
Factor rohani meliputi: Inteligensi, Bakat, Minat, Motivasi, Factor
kesehatan mental.
2. Factor orang tua
a. Factor keluarga
1. Cara mendidik anak
Orang tua yang tidak /kurang memperhatikan pendidikan anak-anaknya,
mungkin acuh tak acuh, tidak memperhatikan kemajuan belajar
anak-anaknya, akan menjadi penyebab kesulitan belajarnya.
Orang tua yang bersifat kejam, otoriter, akan menimbulkan mental yang
tidak sehat bagi anak. Hal ini akan berakibat anak tidak dapat tenteram, tidak
senang dirumah, ia pergi mencari teman sebayanya, hingga lupa belajar.
Sebenarnya orang tua mengharapkan anaknya pandai, baik, cepat berhasil,
tetapi malah menjadi takut, hingga rasa harga diri kurang. Orang tua yang
lemah, suka memanjakan anak, ia tidak rela anaknya bersusah payah belajar,
menderita, berusaha keras, akibatnya anak tidak mempunyai kemampuan dan
kemauan, bahkan sangat tergantung pada orang tua, hingga malas berusaha,
malas menyelesaikan tugas-tugas sekolah, hingga prestasinya menurun.
Kedua sikap itu pada umumnya orang tua tidak memberikan dorongan
kepada anaknya, hingga anak menyukai belajar, bahkan karena sikap orang
2. Hubungan orang tua dan anak
Sifat hubungan orang tua dan anak sering dilupakan. Factor ini penting sekali
dalam menentukan kemajuan belajar anak. Yang dimaksud hubungan adalah
kasih sayang penuh pengertian, atau kebencian, sikap keras, acuh tak acuh,
memanjakan, dan lain-lain. kasih sayang dari orang tua, perhatian atau
penghargaan kepada anak-anak menimbulkan mental yang sehat bagi anak.
Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity. Demikian
juga sikap keras, kejam, acuh tak acuh akan menyebabkan hal yang serupa.
Kasih sayang dari orang tua dapat berupa:
a. Apakah orang tua sering meluangkan waktunya untuk omong-omong
bergurau dengan anak-anaknya.
b. Biasakan orang tua membicarakan kebutuhan keluarga dengan
anak-anaknya.
Seorang anak akan mengalami kesulitan/kesukaran belajar karena
factor-faktor tersebut.
3. Contoh/bimbingan dari orang tua
Orang tua merupakan contoh terdekat dari anak-anaknya. segala yang
diperbuat orang tua tanpa disadari akan ditiru oleh anak-anaknya. Karenanya
sikap orang tua yang bermalas-malasan tidak baik, hendaknya dibuang
jauh-jauh. Demikian juga belajar memerlukan bimbingan dari orang tua agar sikap
dewasa dan tanggung jawab belajar, tumbuh pada diri anak. Orang tua yang
sibuk bekerja, terlalu banyak anak yang diawasi, sibuk organisasi, berarti
anak tidak mendapatkan pengawasan/bimbingan dari orang tua, hingga
kemungkinan akan banyak mengalami kesulitan belajar.
4. Suasana rumah/keluarga
Suasana keluarga yang sangat ramai/gaduh, tidak mungkin anak dapat belajar
dengan baik. Anak akan terganggu konsentrasinya, sehingga sukar untuk
belajar. Demikian juga suasana rumah yang selalu tegang, selalu banyak
ibu selalu cekcok atau selalu membisu akan mewarnai suasana keluarga yang
melahirkan anak-anak tidak sehat mentalnya. Anak akan tidak tahan
dirumah, akhirnya keluyuran diluar menghabiskan waktunya untuk hilir
mudik ke sana ke mari, sehingga tidak mustahil kalau prestasi belajar
menurun. Untuk itu hendaknya suasana di rumah selalu dibuat
menyenangkan, tenteram, damai, harmonis, agar anak betah tinggal di
rumah. Keadaan ini akan menguntungkan bagi kemajuan belajar anak.
5. Keadaan ekonomi keluarga
a. Ekonomi yang kurang/miskin menimbulkan:
1. Kurangnya alat-alat belajar
2. Kurangnya biaya yang di sediakan oleh orang tua.
3. Tidak mempunyai tempat belajar yang baik.
b. Ekonomi yang berlebihan(kaya)
6. Factor sekolah: guru, hubungan guru dengan murid kurang baik,
guru-guru menuntut standar pelajaran diatas kemampuan anak, guru-guru tidak
memiliki kecakapan dalam usaha diagnosis kesulitan belajar, metode
mengajar guru yang dapat menimbulkan kesulitan belajar.
a. Factor alat
b. Kondisi gedung
c. Kurikulum
d. Waktu sekolah dan disiplin kurang
3. Factor ekstern(factor dari luar manusia) meliputi:
a. Factor-faktor non-sosial
Factor mass media meliputi: bioskop, TV, surat kabar, majalah, buku-buku
komik yang ada disekeliling kita, hal-hal itu akan menghambat belajar
apabila anak terlalu banyak waktu yang dipergunakan untuk itu, hingga lupa
b. Factor-faktor social
1. Teman bergaul, pengaruhnya sangat besar dan lebih cepat masuk
dalam jiwa anak.
2. Lingkungan tetangga, corak kehidupan etangga misalnya main judi, minum
arak, menganggur, pedagang, suka tidak belajar, akan mempengaruhi
anak-anak sekolah. Minimal tidak ada motivasi bagi anak-anak untuk belajar.
3. Aktifitas dalam masyarakat, terlalu banyak berorganisasi, kursus ini dan itu,
akan menyebabkan belajar anak menjadi terbengkalai.
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa kesulitan belajar adalah:
Suatu kondisi proses belajar yang ditandai hambatan-hambatan tertentu
untuk mencapai hasil belajar.
Cara mengenal murid yang mengalami kesulitan belajar:
1. Menunjukan prestasi yang rendah/dibawah rata-rata yang dicapai oleh
kelompok kelas.
2. Hasil yang dicapai tidak seimbang dengan usaha yang dilakukan ia berusaha
dengan keras tetapi nilainya selalu rendah.
3. Lambat dalam melakukan tugas-tugas belajar. Ia selalu tertinggal dari
kawan-kawannya dalam semua hal, misalnya dalam menngerjakan soal-soal,
dalam menyelesaikan tugas-tugas.
4. Menunjukan sikap yang kurang wajar, seperti acuh tak acuh, berpura-pura,
dusta, dan lain-lain.
5. Menunjukan tingkah laku yang berlainan.
Misalnya: mudah tersinggung, murung, pemarah,bingung, cemberut, kurang
gembira, selalu sedih.
Disamping melihat gejala-gejala yang tampak, guru bisa mengadakan
penyelidikan di antaranya:
1. Observasi, cara memperoleh data dengan langsung mengamati terhadap
a. Bagaimana sikap siswa dalam mengikuti pelajaran, adalah tanda-tanda
cepat lelah, mudah mengantuk, sukar memusatkan perhatian pada
pelajaran.
b. Bagaimana kelengkapan catatan, peralatan, dalam pelajaran. Murid yang
mengalami kesulitan belajar akan menunjukan gejala cepat lelah, mudah
mengantuk, sukar konsentrasi, catatannya idak lengkap, dan sebagainya.
2. Interviu adalah cara mendapatkan data dengan wawancara langsung terhadap
orang yang diselidiki atau terhadap orang lain yang dapat membrikan
informasi tentang orang yang diselidiki(guru, orang tua, teman intim).
3. Tes diagnosis adalah suatu cara untuk mengumpulkan data dengan tes.
Menurut cronbach, tes adalah suatu prosedur yang sistimatis untuk
membandingkan kelakuan dari dua orang atau lebih.
4. dokumentasi, adalah cara mengetahui sesuatu dengan melihat
catatan-catatan, arsip, dokumen, yang berhubungan dengan yang diselidiki. Untuk
mengetahui murid yang mengalami kesulitan belajar bisa melihat: riwayat
hidupnya, kehadiran murid didalam mengikuti pelajaran, memiliki daftar
pribadinya, catatan hariannya, catatan kesehatannya, ulangannya, raport dll.33
Pendapat Syah, muhibbin: factor-faktor yang mempengaruhi belajar
siswa dapat dibedakan menjadi tiga: factor internal, factor eksternal, factor
pendekatan belajar. 34
Adapun pendapat M.ngalim Purwanto, factor-faktor yang
mempengaruhi belajar ada dua yaitu: factor yang ada pada diri(organisme)
yang disebut factor individual, seperti: kematangan, kecerdasan, latihan,
motivasi. dan factor yang ada di luar individu yang disebut factor social,
seperti: keluarga, rumah, guru, metode, alat-alat, waktu.35
33
Abu Ahmadi & Widodo Supriyono, psikologi belajar, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2004), cet.ke-2, h.77-96.
34
Muhibbin Syah, psikologi pendidikan, (PT.Remaja Rosdakarya: 2003), cet.8, h.132
35
c. Pengertian Prestasi Belajar
Menurut Purwa Darminta, prestasi belajar adalah hasil yang telah
dicapai atau dilakukan dalam kegiatan belajar. 36
Menurut Surtatinah Tirtonegoro bahwa prestasi belajar adalah
penilaian hasil usaha kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk symbol,
angka, huruf, maupun kalimat yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai
oleh setiap anak dalam periode tertentu .37
Menurut S. Nasution prestasi belajar adalah suatu perubahan individu
yang belajar, tidak hanya mengenai pengetahuan saja akan tetapi dapat juga
membentuk kecakapan, kebiasaan diri pribadi individu yang belajar. 38
Berdasarkan penjelasan diatas, menurut hemat peneliti hasil belajar
dari ranah kognitif adalah sesuatu yang diperoleh individu melalui proses
belajar yang menghasilkan perubahan-perubahan dari segi penggetahuan
yang factual dan emperis, dan hasil tersebut merupakan hasil interaksi
berbagi factor baik internal maupun factor eksternal.
d. Faktor –Faktor Yang Mempengaruhi Prestasi Belajar
Factor yang berpengaruh pada pencapaian prestasi disekolah,
kesuksesan anak disekolah tidak hanya ditentukan factor kognisi atau
kecerdasan semata. Ada factor lain yang berpengaruh besar:
1. Keyakinan kemampuan diri
Keyakinan kemampuan diri(self efficacy) anak adalah keyakinan anak bahwa
dirinya mampu menguasai tugas sekolah dan mengatur sendiri belajarnya.
Anak yang tinggi keyakinan kemampuan dirinya lebih cenderung berusaha
mencapai prestasi dan lebih cenderung sukses dari pada anak yang tidak
mempunyai keyakinan atas kemampuannya.
36 Wjs.Poerwadarminta, kamus umum bahasa Indonesia, (Jakarta: PN balai pustaka, 1976), h.176.
37
Suhartinah Tirtonegoro, anak sper normal dan program pendidikannya, (Jakarta: bina aksara,tt), h.13.
38
2. Praktik pengasuhan oleh orang tua
Orang tua dari anak yang pencapaiannya tinggi menciptakan lingkungan
belajar anak mereka. Mereka menyediakan tempat khusus untuk belajar dan
untuk menyimpan buku atau alat sekolah. Mereka mengatur waktu makan,
tidur, dan mengerjakan PR anak, mereka memantau lamanya anak di ijinkan
menonton TV dan acara TV yang boleh diikuti. Mereka juga mengawasi
kegiatan anak sepulang dari sekolah. Mereka memperlihatkan minat terhadap
kehidupan anak dengan bercakap-cakap mengenai sekolah dan juga terlibat
dengan kegiatan sekolah. Anak-anak yang orang tuanya terlibat dengan
sekolah terbukti lebih berprestasi disekolah.
3. Status social ekonomi
Status social orang tua dapat menjadi factor ampuh pada pencapaian prestasi
pendidikan anak. Social ekonomi biasanya bukan merupakan factor penentu
langsung pada pencapaian prestasi. Melainkan melalui perannya dalam
menciptakan atmofer keluarga, Pilihan tetangga, dan praktik pengasuhan oleh
orang tua, anak-anak dari keluarga miskin lebih cenderung mengalami
atmofer rumah dan sekolah yang buruk, mengalami kejadian yang
menimbulkan stress, serta mengalami keadaan rumah tangga yang keras dan
tidak stabil. Mereka cenderung tinggal di lingkungan kumuh dan bersekolah
di sekolah yang rendah mutunya. Keadaan tidak selalu suram jika ada
intervensi dari luar keluarga. Misalnya ada tunjangan pendapatan bagi orang
tua tidak mampu, atau ada beasiswa bagi anak tidak mampu.
4. System pendidikan
System pendidikan yang baik dapat meningkatkan perkembangan anak-anak.
Misalnya: system pendidikan yang menekankan pada tanggungjawab anak,
pilihan pendidikan oleh orang tua, dan pengendalian atau keluwesan yang
lebih besar oleh pemerintah daerah atau sekolah tertentu.