• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis komparasi penerapan prinsip syariah tentang mekanisme operasional pada asuransi takaful keluarga dan asuransi syariah Allianz Life Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis komparasi penerapan prinsip syariah tentang mekanisme operasional pada asuransi takaful keluarga dan asuransi syariah Allianz Life Indonesia"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy)

Oleh:

DESIANA PUJA ASTUTI NIM: 105046201710

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(2)
(3)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Analisis Komparasi Penerapan Prinsip Syariah Tentang Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia, telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 18 Juni 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (...) NIP. 195505051982031012

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001

Pembimbing I : Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ,

ASAI, RFA (...)

Pembimbing II: Yuke Rahmawati, S.Ag, MA (...) NIP. 197509032007011016

Penguji I : DR. H. Supriyadi Ahmad, M.A (...) NIP. 195811281994031001

(4)

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Skripsi yang berjudul Analisis Pengembangan Produk Takaful Mikro Sakinah (Studi Kasus Pada Takmin Working Group, Bogor) , telah diujikan dalam sidang munaqasyah Fakultas Syariah dan Hukum UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada tanggal 18 Juni 2010. Skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Program Strata 1 (S1) pada Program Studi Muamalat (Ekonomi Islam)

Jakarta, 18 Juni 2010 Dekan,

Prof. Dr. H. Muhammad Amin Suma, SH, MA, MM NIP. 195505051982031012

Panitia Ujian Munaqasyah

Ketua : Prof. Dr. H. M. Amin Suma, SH, MA, MM (...) NIP. 195505051982031012

Sekretaris : H. Ah. Azharuddin Lathif, M.Ag, MH (...) NIP. 197407252001121001

Pembimbing I : A.M. Hasan Ali, MA (...) Nip. 19751201200501105

Penguji I : Dr. Hj. Mesraini, MA (...)

NIP. 150326895

(5)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Syariah Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai

Gelar Sarjana Ekonomi Syariah (SE.Sy) Oleh:

Desiana Puja Astuti NIM: 105046201710

Di Bawah Bimbingan

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA Yuke Rahmawati, S.Ag.,MA NIP: 197509032007011016

KONSENTRASI ASURANSI SYARIAH PROGRAM STUDI MUAMALAH FAKULTAS SYARIAH DAN HUKUM

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

(6)

salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 21 Juni 2010

(7)

Muamalat Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, 2010

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana penerapan konsep syariah dalam operasional pada tataran riil, dalam hal pada dua perusahaan asuransi syariah yang memiliki perbedaan latar balakang. Perusahaan yang dimaksud adalah Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Allianz Life Indonesia. Setelah mengetahui bagaimana penerapan antara keduanya, selanjutnya akan dibandingkan penerapannya. Penelitian dilakukan dengan menggunakan data primer, baik melalui wawancara, observasi, maupun penggunaan catatan dan laporan miliki perusahaan. Data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan metode deskriptif pendekatan kualitatif.

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah bahwa di dalam mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga sudah sesuai dengan prinsip syariah, sedangkan mekanisme operasional pada Asuransi Allianz Life Indonesia secara umum sudah sesuai dengan prinsip syariah, namun perlu dilakukan penelitian lebih dalam lagi tentang pembayaran premi tabarru’ pada produk Allisya Protection yang pembayarannya dilakukan mulai bulan ke-13 sementara itu berdasarkan fatwa Dewan Syariah Nasional pembayran premi tabarru’ harus dilakukan sejak bulan pertama kepesertaan.

(8)

dengan limpahan cinta kasih-Nya penulis dapat menyelesaikan pendidikan strata I pada Universitas Islam Negeri (UIN) “Syarif Hidayatullah” Jakarta.

Shalawat dan salam, yang mengiringi rasa syukur penulis hadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang menjadi suri tauladan yang paling sempurna dalam sikap dan tutur katanya.

Rasa bahagia dan haturan terimakasih atas terselesaikannya skripsi yang berjudul “ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA” penulis sembahkan khusus untuk Ayahanda Dwi Junarko serta Ibunda tercinta Rohani yang dengan do’a, perhatian serta kasih sayangnya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Penulis juga menghaturkan banyak terima kasih kepada para pihak yang telah membantu penulis hinggga terselesaikannya skripsi ini. Terima kasih penulis haturkan kepada:

(9)

Rahmawati, S.Ag.,MA, selaku pembimbing skripsi yang telah membantu dalam pemecahan masalah yang dihadapi penulis.

5. PT. Asuransi Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Pegawai Perpustakaan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

7. Kakak ku Nova, serta adik-adik ku Desiani Puji Astuti, S.Si, Ibnu Maulana Siddiq, Dian Anggraini yang telah memberikan baik support, materi maupun doanya, serta ponakan ku tersayang Fabian Ananda Syakir yang selalu membuat ku tertawa akan kelucuannya

8. Abang ku tersayang Ridwan, terimakasih atas pengorbanan mu selama ini yang tidak henti-hentinya memberikan nasehat dan semangat untuk penulis

9. Sahabat-sahabat terbaik ku (Sarah, Nana, Sukree, Azis) Serta keluarga besar asuransi syariah 2005. Thanks a lot….

Tentunya segala kebaikan tersebut tidak dapat penulis balas dengan balasan yang melebihi daripada balasan Allah SWT. Semoga Allah selalu memberikan kepada kita jalan yang terbaik. Amin.

Jakarta, 21 Juni 2010

(10)

HALAMAN PENGESAHAN ………... ii

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii

LEMBAR PERNYATAAN ……….. iv

ABSTRAK ………. v

KATA PENGANTAR ... vi

DAFTAR ISI ... viii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ……… 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah ……….... 6

C. Tujuan dan Manfaat ……….. 8

D. Review Studi Terdahulu ……… 9

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian ……….... 10

2. Ruang Lingkup Penelitian ………... 11

3. Data dan Sumber Data ………. 12

(11)

6. Metode Analisis Data ……… 14

F. Sistematika penulisan ……… 16

BAB II KAJIAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA KEUANGAN BERBASIS SYARIAH DAN ASURANSI SYARIAH A. Prinsip Lembaga Keuangan Berbasis Syariah ……….. 18

B. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Definisi Asuransi ……… 22

2. Prinsip Dasar Asuransi ……… 24

3. Teori Dasar Asuransi ………... 27

4. Unsur Operasional Asuransi ……… 28

C. Asuransi dalam Perspektif Islam ……….. 30

D. Asuransi Syariah (Takaful) 1. Definisi dan Jenis Asuransi Syariah ……… 32

2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah ………. 34

3. Landasan Operasional Asuransi Syariah di Indonesia …... 36

(12)

2. PT. Allianz Life Indonesia ……….. 51 B. Pengertian, Manfaat, dan Mekanisme Operasional Produk

1. Takafulink (Asuransi Takaful Keluarga) ……… 55 2. Allisya Protection (Allianz Life Indonesia) ……….. 67 BAB IV MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA DAN ASURANSI SYARIAH ALLIANZ LIFE INDONESIA

A. Sistem Operasional asuransi syariah berdasarkan akad

1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi……….. 82

2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim……… 89 3. Pelaksanaan manejemen risiko ……….. 93 4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip

mudharabah)……….. 98

B. Pengelolaan Dana Investasi ……… 101

C. Peran Dewan Pengawas Syariah dan Dewan

(13)
(14)

A. Latar Belakang Masalah

Penggunaan produk keuangan tidak mungkin dihindari pada saat ini, baik produk keuangan yang berasal dari lembaga keuangan bank ataupun non-bank. Keduanya menawarkan manfaat-manfaat yang menjanjikan. Selain terciptanya kemudahan dalam melakukan transaksi dan memberikan fungsi proteksi, lembaga keuangan juga merupakan sarana investasi yang tepat serta mampu bersifat fleksibel dalam menghadapi tuntutan masyarakat. Dikatakan bersifat fleksibel karena lembaga keuangan kini mencoba memasukkan nilai-nilai kerohanian dalam sistemnya, yaitu nilai-nilai yang dibutuhkan masyarakat dalam menyelaraskan kehidupan dunia dan akhirat mereka. Di Indonesia, munculnya berbagai lembaga keuangan berbasis syariah kini tengah menjadi fenomena kontemporer yang telah memberikan warna dalam perekonomian. Setelah dunia perbankan yang menerapkan prinsip syariah berkembang cukup pesat, kini giliran industri perusahaan asuransi yang mencoba melakukan penerapan prinsip syariah dalam mekanisme operasionalnya.

Asuransi syariah di Indonesia dinilai masih baru dalam dunia perasuransian Indonesia, dimana asuransi syariah dikenal di Indonesia kurang lebih 16 tahun yang lalu dan menjadi tren baru lima tahun belakangan. Diperkirakan permintaan atas asuransi syariah akan membantu peningkatan

(15)

penetrasi asuransi di Indonesia, hal ini dipengaruhi oleh meningkatnya pengetahuan masyarakat atas manfaat dari produk asuransi yang ditawarkan serta membaiknya keadaan ekonomi1.

Fenomena yang terjadi diawali dengan berdirinya perusahaan asuransi syariah murni, PT Asuransi Takaful Indonesia (tahun 1994), kemudian asuransi berbasis syariah mulai digarap oleh beberapa perusahaan asuransi konvensional dengan pendirian divisi syariah. Hal ini terjadi karena memang dalam perkembangannya, Asuransi Takaful mengalami pertumbuhan yang cepat sehingga menarik minat beberapa perusahaan asuransi konvensional untuk membuka divisi syariah dan menciptakan produk-produk syar’i.

Sampai tahun 2010 sudah ada sekitar 42 lembaga asuransi syariah di Indonesia, empat diantaranya adalah perusahaan asuransi yang murni secara utuh berdiri menerapkan prinsip syariah, sementara lainnya adalah perusahaan asuransi konvensional yang menjadikan asuransi syariah sebagai bagian dari produk dan layanan mereka.

Menurut survei dari Karim Business Consulting (KBC), potensi pasar asuransi syariah di Indonesia, setidak-tidaknya dapat digolongkan menjadi tiga kelompok potensial, yaitu:

1

Jens Reisch, Fokus Kepada Nasabah Mendorong Allianz Life Untuk Luncurkan Asuransi Syariah Bagi Masyarakat Indonesia Jakarta: Siaran Pers, 2006 diakses melalui

(16)

1. Pengguna produk keuangan syariah yang menghendaki agar transaksi asuransinya benar-benar memiliki orientasi syariah. Jumlah pengguna seperti ini tidak terlalu besar, mengingat kesadaran terhadap produk-produk asuransi bernilai syariah masih belum signifikan.

2. Pengguna produk keuangan syariah yang melakukan perpindahan (switching) dari model asuransi konvensional. Mereka ini lebih menginginkan profit dan benefit daripada nilai syariahnya. Jumlahnya sangat dominan dan umumnya berasal dari kelas menengah.

3. Pengguna produk keuangan syariah yang selama ini setia pada produk asuransi konvensional dan sulit untuk berpindah ke model lain karena sudah merasa nyaman dan percaya. Satu-satunya penyebab mereka melakukan perpindahan adalah karena kualitas model asuransi syariah dianggap sama atau lebih dari model konvensional yang selama ini mereka preferensikan.

Oleh karenanya baik dari sisi perusahaan maupun nasabahnya, konsep asuransi berbasis syariah yang ditawarkan perusahaan dan diminati oleh nasabahnya bukan semata-mata berorientasi pada sisi keislaman-nya saja, akan tetapi juga mempertimbangkan sisi strategi bisnis dan profit.

(17)

dalam sebuah organisasi perusahaan yang berorientasi kepada profit, akan berakibat pada penggabungan dua visi yang berbeda, yaitu visi sosial (social oriented) yang seharusnya menjadi landasan utama dan visi ekonomi yang menjadi landasan penunjangnya. Yang menjadi dasar pijakan utama dalam membangun kelembagaan ekonomi Islam dalam tataran riil, semacam perbankan dan asuransi adalah terpenuhinya nilai-nilai; pelarangan riba dan bunga bank, mengutamakan dan mempromosikan perdagangan dan jual-beli, keadilan, kebersamaan dan tolong menolong, serta saling mendorong untuk meningkatkan prestasi. Beberapa prinsip utama tersebut harus ada dalam sebuah lembaga keuangan syariah, khususnya prinsip bebas riba. Maka sebuah lembaga keuangan belum dikatakan syariah tatkala dalam realitanya masih memakai instrumen bunga sebagai pijakan operasionalnya2

Seperti dikatakan sebelumnya, bahwa kini ada sekitar 42 lebih perusahaan asuransi syariah di Indonesia, dimana dalam perindustrian asuransi syariah tersebut terdiri dari perusahaan asuransi syariah yang murni dan utuh menawarkan produk- produk syar’i serta perusahaan konvensional yang mendirikan divisi syariah atau menawarkan produk syariah. Asuransi Takaful Keluarga, sebagai salah satu perusahaan asuransi yang secara murni berdiri sebagai perusahaan asuransi yang menerapkan prinsip syariah dalam sistem operasional dan pengelolaan dananya, kini bersaing dengan

2

Hasan Ali, Asuransi Dalam Perspektif Hukum Islam : Suatu Tinjauan Analisis Historis,

(18)

perusahaan asuransi konvensional yang menawarkan produk dan layanan yang sejenis. Seperti misalnya Asuransi Allianz Life Indonesia, yang telah menawarkan produk asuransi jiwa syariah tetapi berada pada satu atap dengan produk asuransi konvensional yang mereka miliki. Indonesia merupakan negara pertama dimana Allianz Asia mulai menciptakan dan menawarkan produk- produk syariah-nya. Hal tersebut sangat menarik, mengingat Allianz adalah perusahaan asuransi konvensional yang terkemuka pada beberapa negara di dunia.

Berdasarkan realita tersebut maka diperlukan sebuah kajian dan penelitian mengenai kesesuaian konsep asuransi syariah dengan praktiknya pada kedua jenis perusahaan asuransi syariah tersebut, yaitu Asuransi Takaful Keluarga sebagai perusahaan asuransi syariah murni dan Asuransi Allianz Life Indonesia sebagai perusahaan asuransi konvensional dengan produk syariah didalamnya.

Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis ingin mengkaji dan menganalisis tentang sejauh mana konsep syariah benar-benar diterapkan dalam tataran riil, serta membandingkan hal tersebut pada dua jenis perusahaan asuransi yang memiliki perbedaan latar belakang, melalui sebuah penelitian yang berjudul: “ANALISIS KOMPARASI PENERAPAN PRINSIP SYARIAH TENTANG MEKANISME OPERASIONAL PADA ASURANSI TAKAFUL KELUARGA

(19)

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Asuransi syariah merupakan sebuah solusi bagi pengguna jasa keuangan yang sistemnya menekankan pada prinsip dasar keislaman (prinsip tauhid, keadilan, pertimbangan faktor halal-haram, tolong menolong, saling melindungi, saling bertanggung jawab, dan saling bekerja sama). Sehingga secara teori, asuransi syariah harus menerapkan sistem dan operasional yang tidak melanggar prinsip-prinsip dasar ekonomi Islam. Adapun kekhususan sistem operasional asuransi syariah secara garis besar terletak pada dua bidang, yaitu:

1. Dalam hal perjanjian (akad), yang kemudian berdampak pada:

a) Posisi peserta asuransi sepenuhnya sebagai pemilik dana, sementara perusahaan hanya sebagai fasilitator dan pemegang amanah dalam menjaga dan mengelola dana mereka.

b) Penetapan biaya premi sesuai kesepakatan antara perusahaan dengan peserta asuransi, yang bebas dari keadaan yang sarat akan ketidakpastian biaya (gharar) serta unsur perjudian (maisir).

c) Adanya pengendalian resiko dalam bentuk risk sharing antara sesama peserta asuransi sesuai prinsip ta’awun (asas tolong – menolong), yang diimplementasikan melalui konsep tabarru’

d) Adanya sistem profit and loss sharing (mudharabah)

(20)

3. Adanya pemantauan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional atas kinerja operasional agar tetap berada dalam jalur syariah.

Oleh karena itu agar penelitian ini lebih fokus dan terarah, maka batasan masalah ditekankan pada mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Allianz Life Indonesia, dimana mekanisme operasional yang akan dianalisis terdiri dari:

1. Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi.

2. Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim. 3. Pelaksanaan manejemen risiko

4. Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip

mudharabah)

5. Pengelolaan dana investasi

6. Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN)

(21)

1. Produk Takafulink dari Asuransi Takaful Keluarga 2. Produk Allisya Protection dari Allianz Life Indonesia

Selanjutnya untuk mempermudah alur bahasan ini, penulis merumuskan permasalahan yang diambil dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimanakah penerapan prinsip syariah dalam mekanisme operasional pada Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia?

2. Adakah perbedaan antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia dalam menerapkan prinsip syariah pada mekanisme operasionalnya?

C. Tujuan dan Manfaat

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Mengetahui penerapan prinsip syariah pada mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia.

2. Membandingkan penerapan prinsip syariah pada mekanisme operasional antara Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia.

(22)

1. Berdasarkan fenomena terkini, kajian tentang asuransi dilihat dari kacamata Islam semakin intensif dilakukan. Untuk itu penelitian ini diharapkan agar dapat menjadi wacana dan referensi tambahan dalam mengembangkan kajian ekonomi Islam, terlebih mengenai asuransi syariah.

2. Bagi para praktisi perasuransian syariah di Indonesia, diharapkan agar hasil penelitian ini dijadikan sebagai ajang evaluasi, motivasi, dan instropeksi, sehingga terjadi perbaikan penerapan prinsip syariah yang sebenar-benarnya dalam tataran riil. Hal ini perlu dilakukan agar immage syariah yang melekat pada lembaga keuangan tersebut tidak sekedar perbedaan istilah saja sementara substansinya masih menggunakan prinsip-prinsip asuransi konvensional, melainkan secara sungguh-sungguh menerapkan prinsip syariah yang telah ditawarkan pada masyarakat.

3. Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat dijadikan acuan oleh pengguna jasa-jasa keuangan, khususnya jasa asuransi, agar lebih kritis dan selektif dalam menentukan produk keuangan yang digunakan

D. Review Studi Terdahulu

(23)

penelitiannya, Fatihin (2009) mencoba meneliti tentang Implementasi Nilai-Nilai Syariah Pada Pengelolaan Hotel Sofyan Betawi Jakarta Pusat. Penelitian tersebut menjelaskan sejauh mana penerapan nilai-nilai syariah pada pengelolaan Hotel Sofyan Betawi. Didalam skripsi ini hanya dua variabel yang digunakan untuk menilai sejauh mana implementasi nilai syariah sudah diterapkan pada pengelolaan Hotel Sofyan Betawi, yaitu penerapan prinsip Ketuhanan dan prinsip Aqidah.

Kemudian Yani Haryati (2005) dalam penelitiannya menganalisis Peran Dewan Pengawas Syariah Terhadap Mekanisme Operasional Asuransi Syariah studi kasus pada PT. MAA Life Assurance Syariah. Skripsi ini meneliti seputar peranan Dewan Pengawas Syariah terhadap mekanisme operasional pada PT. MAA Life Assurance Syariah.

E. Metodologi Penelitian 1. Jenis Penelitian

(24)

sebuah proses berlangsung dan realitas-realitas lain yang melingkupi proses tersebut tanpa melibatkan perhitungan dengan alat-alat matematis.

Sementara itu penelitian kualitatif berusaha mengungkapkan berbagai keunikan yang ada pada individu, kelompok, dan atau organisasi dalam kehidupan sehari-hari secara menyeluruh, rinci, dan dalam. Penelitian kualitatif diharapkan menghasilkan suatu uraian mendalam tentang ucapan, tulisan, dan perilaku yang dapat diamati dari individu, kelompok masyarakat, dan perilaku suatu organisasi tertentu dalam sebuah setting konteks tertentu yang dikaji dari sudut pandang yang utuh, komprehensif, dan holistic3.

2. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini difokuskan pada dua produk asuransi syariah dari Asuransi Takaful Kelurga dan Allianz Life Indonesia, dimana keduanya merupakan produk asuransi syariah yang termasuk dalam jenis asuransi jiwa. Dua produk tersebut adalah :

a. Takafulink (Produk dari Asuransi Takaful Keluarga)

b. Allisya Protection (Produk dari Allianz Life Indonesia)

Disamping itu, penelitian ini juga dilakukan hanya memfokuskan pada sisi operasional tertentu pada kedua perusahaan asuransi tersebut. Sisi operasional yang dimaksud adalah:

3

(25)

1) Kedudukan akad antara peserta asuransi dan perusahaan asuransi dalam transaksi

2) Konsep pengelolaan dana dalam penetapan dana premi dan klaim

3) Pelaksanaan manejemen risiko

4) Prosedur dan pelaksanaan konsep bagi hasil (prinsip mudharabah)

5) Pengelolaan dana investasi

6) Peran Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN)

3. Data dan Sumber Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis data primer. Data primer merupakan data yang dikumpulkan, diolah dan disajikan langsung oleh peneliti (Fanani, 2003:5).

(26)

4. Lokasi Penelitian

Penulis melakukan penelitian skripsi pada dua perusahaan asuransi berbeda yaitu pada P T . Asuransi Takaful Keluarga (Graha Takaful Indonesia Jl. Mampang Prapatan Raya No.100, Jakarta 12790 Telp. 799 1234, 799 2345) dan pada P T . A s u r a n s i Allianz Life Indonesia Divisi Syariah (Jl. Summitmas II, 19th Floor Jl. Jend. Sudirman Kav.61-62 Jakarta Pusat 12190Telp. 5299 8888)

5. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah dengan mengumpulkan catatan dan laporan, wawancara, serta pengamatan. (observasi).

a. Catatan dan Laporan

Perusahaan-perusahaan biasanya menyimpan berbagai catatan dan membuat laporan untuk alasan pertanggungjawaban berlangsungnya operasional perusahaan tersebut. Dalam catatan dan laporan tersebut, memungkinkan adanya data yang penting mengenai operasional perusahaan.

b. Wawancara

(27)

daftar pertanyaan yang bersifat semi-struktural4. Wawancara dalam penelitian ini dilakukan dengan pihak-pihak yang terlibat dalam proses operasional, baik dari sisi perusahaan maupun nasabah (peserta asuransi).

c. Pengamatan (observasi)

Teknik pengamatan digunakan dengan cara mengamati dan menerima informasi serta mengolah informasi yang diperoleh tersebut dengan menggunakan organ indera peneliti. Dalam hal ini untuk mendapatkan data, peneliti mencoba mengamati proses operasional yang sebenarnya terjadi. Metode pengamatan dilakukan sebagai penunjang metode wawancara, jika metode wawancara dianggap kurang memuaskan.

6. Metode Analisis Data

Metode analisa data yang digunakan adalah metode analisis deskriptif. Dalam metode ini, analisa dilakukan dengan mendeskripsikan data-data yang telah diolah secara kualitatif serta mengembangkan data tersebut secara logis. Analisa dilakukan melalui pemaparan menggunakan bahasa verbal mengenai permasalahan yang telah diteliti. Data yang telah terkumpul kemudian diproses sebelum siap dianalisis melalui pencatatan, pengetikan, penyuntingan, atau alih tulis. Sehingga data-data yang disajikan secara kualitatif, dijabarkan dengan menggunakan kata-kata, yang biasanya disusun

4

(28)

ke dalam teks yang diperluas.

Alur Analisis dilakukan dengan tiga tahapan5, yaitu: a. Reduksi Data

Reduksi data diartikan sebagai proses pemilihan, pemusatan, perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan- catatan yang diperoleh dari lapangan. Reduksi data merupakan suatu bentuk analisis yang menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa, sehingga kesimpulan-kesimpulan akhirnya dapat ditarik dan diverifikasi. Dengan reduksi data, data yang diperoleh dapat diseleksi. Artinya, data mana yang dikode, mana yang tidak digunakan, pola-pola mana yang meringkas sejumlah bagian yang tersebar, atau informasi-informasi apa yang dapat dikembangkan secara kronologis dan logis.

b. Penyajian Data

Penyajian data merupakan kumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan. Penyajian data yang digunakan dalam tulisan ini adalah bentuk teks naratif, didukung dengan matriks dan bagan yang menjelaskan proses operasional asuransi

5

(29)

syariah di lapangan. c. Penarikan Kesimpulan

Proses penarikan kesimpulan dilakukan sejak pengumpulan data, dimana dari proses tersebut mulai dicari pola-pola tertentu, penjelasan, serta alur-alur tertentu yang relevan dengan masalah penelitian. Sehingga pada akhirnya penarikan kesimpulan final dilakukan setelah data yang terkumpul dianalisis

F. Sistematika Penulis

Mengenai sistematika penulisan, dalam hal ini penulis membaginya dalam lima bab yang secara garis besar adalah sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, review studi terdahulu, metodologi penelitian serta membahas mengenai sistematika penulisan.

BAB II Kajian Teoritis Tentang Lembaga Keuangan Berbasis Syariah Dan Asuransi Syariah

(30)

asuransi, serta menguraikan tentang asuransi dalam perspektif islam, dan menguraikan tentang asuransi asuransi syariah mulai dari definisi dan jenis asuransi syariah, prinsip dasar asuransi syariah, landasan operasional asuransi syariah, mekanisme pengelolaan dana asuransi syariah, dewan pengawas syariah dan dewan syariah nasional, perbedaan asuransi syariah dan asuransi konvensional.

BAB III Gambaran Umum Perusahaan Asuransi Syariah

Bab ini menguraikan tentang sejarah umum perusahaan asuransi syariah mulai dari sejarah umum PT. Asuransi Syariah Takaful Keluarga dan PT. Asuransi Allianz Life Indonesia, serta menguraikan tentang pengertian, manfaat dan mekanisme operasional produk Takafullink (Asuransi Takaful Keluarga) dan Allisya Protection (Allianz Life Indonesia)

BABIV Mekanisme Operasional Pada Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Syariah Allianz Life Indonesia

Membahas tentang analisis komparasi penerapan sistem syariah pada mekanisme operasional Asuransi Takaful Keluarga Dan Asuransi Allianz Life Indonesia.

BAB V Penutup

(31)

BAB II

KAJIAN TEORITIS TENTANG LEMBAGA KEUANGAN BERBASIS SYARIAH DAN ASURANSI SYARIAH

A. Prinsip Lembaga Keuangan Berbasis Syariah

Lembaga Keuangan Syariah pada dasarnya menjadikan prinsip - prinsip pada sistem ekonomi Islam sebagai dasar sistem operasional. Hal yang paling utama dalam prinsip tersebut adalah tidak diperbolehkannya konsep bunga uang (riba’) serta tujuan komersial Islam yang tidak mengenal peminjaman uang tetapi adanya pelaksanaan kemitraan / kerjasama (mudharabah dan musyarakah) dengan prinsip bagi hasil, sedang peminjaman uang hanya dimungkinkan untuk tujuan sosial tanpa adanya imbalan apapun.

Didalam menjalankan operasinya, fungsi lembaga keuangan berbasis syariah6 terdiri dari:

1. Sebagai penerima amanah untuk melakukan investasi atas dana-dana yang dipercayakan oleh pemegang rekening investasi / deposan atas dasar prinsip bagi hasil sesuai dengan kebijakan investasi lembaga keuangan.

2. Sebagai pengelola investasi atas dana yang dimiliki oleh pemilik dana

/ sahibul mal sesuai dengan arahan investasi yang dikehendaki oleh

pemilik dana (dalam hal ini lembaga keuangan bertindak sebagai manajer

6

Achmad Baraba. Prinsip Dasar Operasional Perbankan Syariah. Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan Direktorat Kebijakan Moneter Bank Indonesia diakses melalui www.google.com.

(32)

investasi.

3. Sebagai penyedia jasa lalu lintas pembayaran dan jasa-jasa lainnya sepanjang tidak bertentangan dengan prinsip syariah

4. Sebagai pengelola fungsi sosial seperti pengelolaan dana zakat dan penerimaan serta penyaluran dana kebajikan

Dari fungsi tersebut, lembaga keuangan memiliki beberapa prinsip akad terjadinya transaksi, yang terdiri dari :

1. Prinsip mudharabah ( Profit and Loss Sharing) yaitu perjanjian antara dua pihak, dimana pihak pertama sebagai pemilik dana (sahibul maal) dan pihak kedua sebagai pengelola dana (mudharib) untuk mengelola suatu kegiatan ekonomi dengan menyepakati nisbah bagi hasil atas keuntungan yang akan diperoleh, sedangkan kerugian yang timbul adalah risiko pemilik dana sepanjang tidak terdapat bukti bahwa mudharib melakukan kecurangan atau tindakan yang tidak amanah (misconduct). Berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada mudharib, maka mudharabah dibedakan menjadi mudharabah mutlaqah dimana mudharib diberikan kewenangan sepenuhnya

(33)

2. Prinsip Musyarakah yaitu perjanjian antara pihak-pihak untuk menyertakan modal dalam suatu kegiatan ekonomi dengan pembagian keuntungan atau kerugian sesuai nisbah yang disepakati musyarakah dapat bersifat tetap atau bersifat temporer dengan penurunan secara periodik atau sekaligus diakhir masa proyek.

3. Prinsip Wadiah adalah titipan dimana pihak pertama menitipkan dana atau

benda kepada pihak kedua selaku penerima titipan, dengan konsekuensi titipan tersebut sewaktu-waktu dapat diambil kembali, dimana penitip dapat dikenakan biaya penitipan. Berdasarkan kewenangan yang diberikan maka wadiah dibedakan menjadi wadiah ya dhamanah yang berarti penerima titipan berhak mempergunakan dana/barang titipan untuk didayagunakan tanpa ada kewajiban penerima titipan untuk memberikan imbalan kepada penitip dengan tetap pada kesepakatan dapat diambil setiap saat diperlukan, sedang disisi lain wadiah amanah tidak memberikan kewenangan kepada penerima titipan untuk mendayagunakan barang/dana yang dititipkan.

4. Prinsip Jual Beli (Al Buyu') yaitu terdiri dari :

a. Murabahah, yaitu akad jual beli antara dua belah pihak dimana

(34)

dengan angsuran.

b. Salam, yaitu pembelian barang dengan pembayaran dimuka dan barang

diserahkan kemudian.

c. Ishtisna', yaitu pembelian barang melalui pesanan dan diperlukan proses untuk pembuatannya sesuai dengan pesanan pembeli dan pembayaran dilakukan dimuka sekaligus atau secara bertahap.

5. Jasa-Jasa terdiri dari :

a. Ijarah, yaitu kegiatan penyewaan suatu barang dengan imbalan

pendapatan sewa, bila terdapat kesepakatan pengalihan pemilikan pada akhir masa sewa disebut Ijarah mumtahiya bi tamlik (sama dengan operating lease)

b. Wakalah, yaitu pihak pertama memberikan kuasa kepada pihak

kedua (sebagai wakil) untuk urusan tertentu dimana pihak kedua mendapat imbalan berupa fee atau komisi.

c. Kafalah, yaitu pihak pertama bersedia menjadi penanggung atas kegiatan

yang dilakukan oleh pihak kedua sepanjang sesuai dengan yang diperjanjikan dimana pihak pertama menerima imbalan berupa fee atau komisi (garansi).

(35)

6. Prinsip Kebajikan yaitu penerimaan dan penyaluran dana kebajikan dalam bentuk zakat, infaq, shodaqah dan lainnya, serta penyaluran alqardul hasan , yaitu penyaluran dan dalam bentuk pinjaman untuk tujuan menolong golongan miskin dengan penggunaan produktif tanpa diminta imbalan kecuali pengembalian pokok hutang.

B. Tinjauan Umum Tentang Asuransi 1. Definisi Asuransi

Definisi Asuransi menurut Undang-Undang republik Indonesia Nomor 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian Bab I Pasal 1:

“ Asuransi atau Pertanggungan adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dengan ketentuan pihak penanggung mengikatkan diri kepada tertanggung dengan menerima premi asuransi, untuk memberikan penggantian kepada tertanggung karena kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin akan diderita tertanggung, yang timbul dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan”.

Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang (KUHD) pasal 246 dijelaskan bahwa yang dimaksud asuransi atau pertanggungan adalah:

(36)

memberikan penggantian kepadanya, karena suatu kerusakan, kerugian, kerusakan, kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan dideritanya, karena suatu peristiwa tak tentu (onzeker vooral)”

Sementara itu, definisi asuransi7 dalam berbagai sudut pandang. Dalam pendangan ekonomi, asuransi merupakan metode untuk mengurangi risiko dengan jalan memindahkan dan mengombinasikan ketidakpastian akan adanya kerugian keuangan (finansial). Dari sudut pandang sosial, asuransi didefinisikan sebagai organisasi sosial yang menerima pemindahan risiko dan mengumpulkan dana dari anggota-anggotanya guna membayar kerugian yang mungkin terjadi pada masing-masing anggota tersebut. Menurut pandangan bisnis, asuransi adalah sebuah perusahaan yang usaha utamanya menerima/ menjual jasa, pemindahan risiko dari pihak lain, dan memperoleh keuntungan dengan berbagi risiko (risk sharing) diantara sejumlah nasabahnya. Dari sudut pandang hukum, asuransi merupakan suatu kontrak (perjanjian) pertanggungan risiko antara tertanggung dengan penanggung. Penanggung berjanji akan membayar kerugian yang disebabkan risiko yang dipertanggungkan kepada tertanggung, sedangkan tertanggung membayar premi secara periodik kepada penanggung. Dalam pandangan matematika, asuransi merupakan aplikasi matematika dalam memperhitungkan biaya dan faedah pertanggungan risiko,

7

(37)

dimana hukum probabilitas dan teknik statistik dipergunakan untuk mencapai hasil yang dapat diramalkan

Perusahaan asuransi secara umum terbagi menjadi dua, yaitu Perusahaan Asuransi Umum dan Perusahaan Asuransi Jiwa. Perusahaan Asuransi Umum adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko atas kerugian, kehilangan manfaat, dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga, yang timbul dari peristiwa yang tidak pasti, yang diselenggarakan berdasarkan prinsip konvensional dan atau prinsip syariah.

Sementara yang dimaksud dengan Perusahaan Asuransi Jiwa adalah perusahaan yang memberikan jasa dalam penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan hidup atau meninggalnya seseorang yang dipertanggungkan, yang diselenggarakan berdasarkan prinsip konvensional dan atau prinsip syariah.

2. Prinsip Dasar Asuransi

Enam prinsip dasar asuransi8, yaitu:

a. Insurable Interest (adanya kepentingan yang dipertanggungkan):

menjelaskan bahwa insurable interest merupakan hak atau adanya hubungan dengan persoalan pokok dari kontrak, seperti menderita kerugian finansial sebagai akibat terjadinya kerusakan, kerugian atau kehancuran suatu harta. Tanpa insurable interest, suatu kontrak akan menimbulkan niat jahat untuk menyebabkan terjadinya kerugian

8

(38)

dengan tujuan memperoleh santunan. Jika insurable interest itu ada, maka tidak mungkin mendapatkan keuntungan dari peristiwa tersebut.

b. Utmost Good Faith ( Kejujuran Sempurna): bahwa kita berkewajiban

memberitahukan sejelas-jelasnya dan teliti mengenai segala fakta-fakta penting yang berkaitan dengan objek yang diasuransikan, karena kontrak asuransi seharusnya dibuat berdasarkan itikad baik. Prinsip ini juga menjelaskan mengenai risiko-risiko yang dijamin maupun yang dikecualikan, segala persyaratan dan kondisi pertanggungan secara jelas serta teliti. Kewajiban untuk memberikan fakta-fakta penting tersebut berlaku:

1) Sejak perjanjian mengenai perjanjian asuransi dibicarakan sampai kontrak asuransi selesai dibuat, yaitu pada saat persetujuan kontrak tersebut.

2) Pada saat perpanjangan kontrak asuransi

3) Pada saat terjadi perubahan pada kontrak asuransi dan mengenai hal- hal yang ada kaitannya dengan perubahan-perubahan itu.

c. Indemnity (Indemnitas): merupakan kontrak penggantian kerugian,

(39)

posisinya sebelum terjadi kerugian.

d. Subrogation (Subrogasi): merupakan prinsip dimana ketika seorang

penanggung telah membayar ganti rugi sepenuhnya kepada tertanggung dalam segala hal untuk menuntut pihak ketiga yang telah menimbulkan kerugian pada tertanggung. Hak subrogasi dibatasi sampai dengan jumlah kerugian yang dibayarkan oleh penanggung kepada pihak tertanggung.

e. Contribution (Kontribusi): maksud dari prinsip ini adalah, apabila

penanggung telah membayar penuh ganti rugi yang menjadi hak tertanggung, maka penanggung berhak menuntut perusahaan-perusahaan lain yang terlibat suatu pertanggungan (secara bersama-sama menutup asuransi harta benda milik tertanggung) untuk membayar bagian kerugian masing-masing yang besarnya sebanding dengan jumlah pertanggungan yang ditutupnya.

f. Proximate Cause (Kausa Proksimal): prinsip ini mengandung konsep

(40)

3. Teori Dasar Asuransi

Berbicara masalah asuransi, tentu saja tidak akan terlepas dari masalah penanggulangan risiko yang mungkin terjadi di masa yang akan datang. Sementara itu, apa yang terjadi di masa mendatang adalah suatu keadaaan dimana penuh dengan ketidakpastian (uncertainty). Sehingga dalam hal ini manusia hanya bisa membuat sebuah perencanaan dengan menggunakan berbagai prediksi (perkiraan) tentang kejadian di masa yang akan datang, sedangkan kepastian hanya terlatak di tangan Tuhan.

Teori dasar yang diterapkan oleh perusahaan-perusahaan asuransi dalam merencanakan dan memperkirakan kejadian dimasa yang akan datang, dimana teori yang dimaksud adalah Hukum Bilangan Besar (the Law of Large Number). Konsep penting dari Hukum Bilangan Besar ini mengatakan bahwa,

walaupun peristiwa yang timbul tampaknya tidak beraturan, namun pada hakikatnya mengikuti suatu pola. Apabila pola itu dikenali melalui observasi terhadap masa lalu, kemungkinan bahwa peristiwa tersebut akan terjadi (probabilitas sebuah kejadian) dapat ditentukan. Jadi menurut hukum, ini makin banyak jumlah observasi yang dilakukan oleh suatu peristiwa, maka semakin besar kemungkinan observasi tersebut menghasilkan estimasi probabilita yang benar9.

9

(41)

Dalam menerapkan hukum ini, perusahaan asuransi mengumpulkan informasi khusus tentang sekelompok orang, agar dapat mengenali pola kerugian yang telah dialami. Sehingga dengan menggunakan informasi tersebut, perusahaan asuransi dapat memprediksi jumlah kerugian yang akan timbul pada jenis kelompok yang serupa dengan lebih akurat.

4. Unsur Operasional Perusahaan Asuransi

Unsur terpenting dalam hal operasional perusahaan asuransi adalah unsur pengendalian risiko (manajemen risiko). Cara paling umum yang digunakan oleh perusahaan asuransi dalam mengendalikan risiko10 adalah : 1. Transfer risiko (risk transfer): risiko dialihkan kepada pihak lain,

dimana risiko yang terjadi pada peserta asuransi dialihkan kepada pihak perusahaan asuransi dan pihak peserta membayar atas jasa tersebut.

2. Risk sharing: menanggung risiko secara bersama-sama, dimana risiko

ditanggung bersama antara sesama peserta asuransi, dengan tujuan untuk saling tolong menolong.

Unsur operasional perusahaan asuransi dalam sembilan divisi11, yaitu:

a. Marketing (pemasaran)

10

Hasan Ali. Asuransi dalam Perspektif Hukum Islam: Suatu Tinjauan Analisis Historis, Teoritis, dan Praktis. Jakarta 2004: Prenada Media, h.84

11

(42)

b. Aktuaria: divisi yang melakukan studi statistik dan finansial pada jangka panjang melalui prinsip yang diterapkan dalam Hukum Bilangan Besar.

c. Underwriting: divisi yang melakukan penafsiran dan penggolongan

tingkat risiko yang terdapat pada seorang calon tertanggung

d. Customer service: divisi yang menjaga pelanggan tetap puas dan

bersikap positif terhadap perusahaan

e. Administrasi klaim: divisi yang bertanggung jawab untuk memenuhi pembayaran uang sebagaimana yang dijanjikan oleh perusahaan dalam polis asuransi

f. Fund manager: divisi yang bertanggung jawab di bagian keuangan perusahaan untuk menginvestasikan sejumlah besar uang yang terkumpul untuk pembayaran klaim di masa depan ditambah dana perusahaan agar tidak ada dana menganggur

g. Administrasi: fungsi akuntansi memberikan informasi yang paling penting dalam pengelolaan bisnis. Dimana pengumpulan, penganalisaan dan peringkasan dana keuangan dilakukan untuk membuat keputusan bisnis dan untuk melengkapi persyaratan-persyaratan laporan keuangan.

(43)

hukum kepada semua pihak serta melindungi hak-hak perusahaan. i. Sumber daya manusia : divisi yang mengatur segala sesuatu tentang

pegawai dan karyawan perusahaan.

C. Asuransi Dalam Perspektif Islam

Ada beberapa kalangan Islam yang meragukan kebenaran konsep asuransi dilihat dari kacamata Islam. Menurut kalangan tersebut, asuransi dianggap merupakan bentuk usaha yang menentang takdir (qadla dan qadar), karena pada dasarnya Islam mengakui bahwa musibah, kecelakaan dan kematian merupakan takdir Allah. Memang alasan tersebut tidak dapat disalahkan, akan tetapi Islam juga selalu melihat segala sesuatu secara universal. Berbagai interpretasi mengenai makna ayat-ayat Al- Quran dan hadits yang bersifat konstan-absolut dapat digunakan menjadi modal utama dalam menjawab tantangan dan perkembangan jaman yang bersifat positif relatif, termasuk menanggapi masalah asuransi ini.

(44)

Sehingga ayat tersebut dapat dijadikan sebagai dasar bahwa ber-asuransi tidak bertentangan dengan takdir, bahkan Allah menganjurkan adanya upaya-upaya menuju kepada perencanaan masa depan dengan sistem proteksi yang dikenal dalam mekanisme asuransi.

Jadi, sistem proteksi atau asuransi dibenarkan sejauh telah memenuhi syarat- syarat lain dalam konsep muamalat secara Islami. Dalam konsep muamalat secara Islami setidaknya ada b e b e r a p a hal yang jelas diharamkan, yaitu: adanya unsur gharar (ketidak jelasan dana), unsur maisir (judi/ gambling), riba, zhulum (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan perbuatan

maksiat

Sementara itu, Hukum Bilangan Besar yang menjadi teori dasar dari cara kerja asuransi dalam memperkirakan masa depan, merupakan aplikasi dari kaidah fiqhiyyah, al-‘adah muhakkamah. Dimana kaidah tersebut menjelaskan bahwa

kebiasaan yang telah berlalu merupakan suatu ketetapan hukum yang dapat dijadikan landasan hukum bagi peristiwa berikutnya. Interaksi ini mengharuskan adanya persesuaian dengan nilai dasar yang ada dalam syariah Islam12.

12

(45)

D. Asuransi Syariah (Takaful)

1. Definisi dan Jenis Asuransi Syariah (Takaful)

Secara etimologi bahasa arab, takaful berasal dari akar kata kafala atau tafaa’ala yang berarti saling menanggung. Sementara ada yang mengartikan dengan makna saling menjamin. Dalam bidang muamalah, Muhammad mengatakan bahwa asuransi syariah (takaful) adalah: “Saling memikul risiko diantara sesama orang sehingga antara satu dengan yang lainnya menjadi penanggung atas risiko yang lainnya. Saling pikul risiko itu dilakukan atas dasar saling tolong dalam kebaikan dengan cara masing- masing mengeluarkan dana ibadah (tabarru) yang ditunjukkan untuk menanggung risiko tersebut13.”

Dalam asuransi syariah tidak hanya melibatkan dua pihak yang bertakaful, yakni orang-orang yang saling mengikatkan dirinya untuk saling menjamin risiko yang diderita masing-masing, melainkan diperlukan pihak ketiga. Pihak ketiga yang dimaksud ini adalah lembaga atau badan hukum atau perusahaan yang menjamin kegiatan kerja sama atau asuransi ini terjamin berjalan dengan baik dan tidak termasuk kegiatan yang dilarang oleh syariat: al-gharar, al-maisir, al-riba. Berkaitan dengan ini, menurut Praja ada unsur-unsur penting yang mesti ada demi terlaksananya

13

(46)

takaful, yaitu:

a. Beberapa pihak yang berasuransi

b. Pengelola asuransi (Perusahaan Asuransi). Dalam hal ini, perusahaan asuransi hanya bertindak sebagai fasilitator saling menanggung diantara para peserta asuransi14

Perusahaan asuransi syariah dapat menawarkan dua jenis pertanggungan15, yaitu:

1) Takaful keluarga (Asuransi Jiwa): adalah bentuk takaful yang memberi perlindungan dalam menghadapi musibah kematian dan kecelakaan atas diri peserta takaful. Sementara itu produk takaful keluarga dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu:

a) Takaful dengan unsur tabungan, meliputi: Takaful berencana/ Dana Investasi, Takaful Dana Haji dan Takaful Pendidikan.

b) Takaful tanpa unsur tabungan, meliputi: Takaful Berjangka, Takaful majelis Ta’lim, Takaful Khairat Keluarga, Takaful Pembiayaan, Takaful Kecelakaan Diri, Takaful Wisata dan Perjalanan, Takaful Kecelakaan Siswa, Takaful Perjalanan Haji dan Umroh.

14

Gemala.Dewi, Aspek-Aspek Hukum Dalam Perbankan dan Perasuransian Syariah di Indonesia. Jakarta: Prenada Media.,2004

15

(47)

2) Takaful Umum (Asuransi umum): adalah bentuk asuransi yang memberi perlindungan dalam menghadapi bencana atau kecelakaan atas harta milik peserta takaful, seperti rumah, kendaraan bermotor, bangunan pabrik dan sebagainya. Jenis produk takaful umum meliputi; Takaful Kebakaran, Takaful Kendaraan bermotor, Takaful Risiko Pembangunan, Takaful Pengangkutan Barang, Takaful Risiko Mesin, dll

2. Prinsip Dasar Asuransi Syariah

Takaful dalam menjalankan usahanya bertujuan memberikan

perlindungan kepada peserta yang bermaksud menyediakan sejumlah dana bagi ahli warisnya dan atau penerima hibah, wasiat, bila peserta tersebut meninggal dunia. Selain itu takaful berfungsi pula sebagai penyedia dana yang dapat digunakan untuk berjaga-jaga apabila mendapatkan kesulitan disaat mendatang, akibat sakit, kecelakaan maupun karena sebab lainnya., takaful memiliki tiga konsep dasar16, antara lain:

a. Saling bertanggung jawab, dimana sesama peserta mampu merasakan bahwa antara satu dengan lainnya adalah bersaudara.

b. Saling bekerja sama dan saling membantu, artinya sesama peserta harus semakin meningkatkan kepeduliannya dalam upaya meringankan beban saudara yang lain. Jadi dengan bertakaful, diharapkan azas

16

(48)

kebersamaan akan tercipta dengan sendirinya, sehingga komitmen saling membantu benar-benar tercipta.

c. Saling melindungi, dimana komitmen membela dan saling mensejahterakan sangat diharapkan tercipta melalui kepesertaannya di Takaful.

Ketiga konsep ini tidak akan dapat dilaksanakan, bila nilai taqwa dan iman yang kokoh serta niat ikhlas belum meresap secara mendalam pada semua peserta dan pengelola Takaful.

Pada dasarnya konsep ini ada pada asuransi konvensional, namun dalam aplikasinya masih mempunyai kekurangan, di antaranya unsur-unsur al-gharar, maisir dan ribawi masih ada dalam pelaksanaannya. Karenanya

konsep dasar ini harus bermuara pada operasional pelaksanaannya, sehingga komitmen saling menolong, melindungi dan bertanggung jawab benar-benar terlaksana.

Tiga prinsip dasar di atas dengan beberapa prinsip yang tidak kalah pentingnya17. Prinsip-prinsip tersebut antara lain:

1) Tauhid (Unity): merupakan dasar utama dari setiap bentuk bangunan yang ada dalam syariah Islam, dimana setiap gerak langkah serta bangunan hukum harus menceminkan nilai-nilai

17

(49)

Ketuhanan

2) Keadilan (justice): merupakan upaya dalam menempatkan hak dan kewajiban antara nasabah dan perusahaan asuransi sehingga terpenuhinya nilai-nilai keadilan antara pihak-pihak yang terikat dalam akad asuransi.

3) Kerelaan (al-ridha): merupakan prinsip yang harus diterapkan pada setiap peserta asuransi agar mempunyai motivasi dari awal untuk merelakan sejumlah dana (premi) yang disetorkan ke perusahaan asuransi untuk difungsikan sebagai dana sosial (tabarru).

4) Larangan riba: tidak diperbolehkannya riba dalam bentuk apapun, termasuk masalah bunga dalam mengalokasikan dana untuk investasi.

5) Larangan maisir (judi): tidak diperbolehkannya unsur perjudian dalam bisnis asuransi.

6) Larangan gharar (ketidakpastian): dengan prinsip ini maka akad yang dilakukan dalam transaksi asuransi serta kepemilikan dana harus pasti dan jelas adanya.

3. Landasan Operasional Asuransi Syariah di Indonesia

(50)

yang mengatur masalah asuransi syariah, yaitu Peraturan Pemerintah nomor 39 tahun 2008 tentang penyelenggaraan usaha perasuransian, KMK No. 422/KMK/2003 tentang penyelenggaran usaha perusahaan asuransi dan perusahaan reasuransi, PMK No.18/PMK.010/2010 tentang prinsip dasar penyelenggaraan usaha asuransi dan usaha reasuransi dengan prinsip syariah, kemudian Keputusan Direktur Jenderal Lembaga Keuangan No. Kep 390/ LK/2005 tentang pedoman perhitungan tingkat kesehatan keuangan serta bentuk dan susunan laporan dan pengumunan laporan keuangan bagi perusahaan asuransi non PT.

Disamping itu, pedoman mengenai asuransi syariah ini juga dimantapkan oleh adanya fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia. Dimana pedoman tersebut, khususnya mengenai masalah teknis operasional, secara ringkas dapat dijelaskan sebagai berikut:

1) Akad yang diperbolehkan dalam asuransi syariah adalah akad yang tidak mengandung unsur gharar (penipuan), maysir (perjudian), riba, zhulm (penganiayaan), risywah (suap), barang haram dan maksiat.

2) Akad dalam asuransi:

(51)

dilakukan untuk tujuan kebajikan.

b)Dalam akad setidak-tidaknya harus dibedakan: 1. Hak dan kewajiban peserta dan perusahaan 2. Cara dan waktu pembayaran premi

3. Jenis akad tijarah dan atau akad tabarru’ serta syarat-syarat yang disepakati, sesuai dengan jenis asuransi yang diakadkan.

c) Kedudukan para pihak dalam akad tijarah dan tabarru’:

1. Dalam akad tijarah, perusahaan bertindak sebagai mudharib (pengelola) dan peserta bertindak sebagai shahibul mal (pemegang polis)

2. Dalam akad tabarru’ (hibah), peserta memberikan hibah yang akan digunakan untuk menolong peserta lain yang terkena musibah. Sedangkan perusahaan bertindak sebagai pengelola dana.

d) Ketentuan dalam akad tijarah dan tabarru’:

(52)

2. Jenis akad tabarru’ tidak dapat diubah menjadi jenis akad tijarah.

e) Masalah premi:

1. Pembayaran premi didasarkan atas jenis akad tijarah dan jenis akad tabarru.

2. Untuk menentukan besarnya premi, perusahaan asuransi syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk asuransi kesehatan.

3. Premi yang berasal dari jenis akad mudharabah dapat diinvestasikan dan hasil investasinya dibagihasilkan kepada peserta.

4. Premi yang berasal dari jenis akad tabarru’ dapat f) Masalah klaim:

1. Klaim dibayarkan berdasarkan akad yang disepakati pada awal perjanjian

2. Klaim dapat berbeda dalam jumlah sesuai dengan premi yang dibayarkan.

(53)

4. Klaim atas akad tabarru, merupakan hak peserta dan merupakan hak perusahaan, sebatas yang disepakati dalam akad.

g) Masalah Investasi:

1. Perusahaan selaku pemegang amanah wajib melakukan investasi dari dana yang terkumpul.

2. Investasi wajib dilakukan sesuai dengan syariah h) Masalah pengelolaan dana:

1. Pengelolaan asuransi syariah hanya boleh dilakukan oleh suatu lembaga yang berfungsi sebagai pemegang amanah.

2. Perusahaan asuransi syariah memperoleh bagi hasil dari pengelolaan dana yang terkumpul atas dasar akad tijarah (mudharabah).

3. Urusan asuransi syariah memperoleh ujrah (fee) dari pengelolaan dana akad tabarru’ atau hibah.

4. Mekanisme Pengelolaan Dana Asuransi Syariah

(54)

santunan kepada yang mengalami musibah sesuai isi akta perjanjian tersebut.

Keuntungan perusahaan asuransi syariah diperoleh dari bagian keuntungan dana dari para peserta, yang dikembangkan dengan prinsip mudharabah (sistem bagi hasil). Para peserta asuransi syariah berkedudukan sebagai pemilik modal dan perusahaan asuransi syariah berfungsi sebagai yang menjalankan modal. Keuntungan yang diperoleh dari pengembangan dana itu dibagi antara para peserta dan perusahaan sesuai ketentuan yang telah disepakati.

Adapun mekanisme pengelolaan dana peserta ( premi) terbagi menjadi dua sistem yaitu:

a. Sistem yang mengandung unsur tabungan

Setiap peserta wajib membayar sejumlah uang (premi) secara teratur kepada perusahaan. Besar premi yang akan dibayarkan tergantung kepada kemampuan peserta. Akan tetapi perusahaan menetapkan jumlah minimum premi yang dapat dibayarkan. Setiap peserta dapat membayar premi tersebut, melalui rekening koran, giro atau membayar langsung. Peserta dapat memilih cara pembayaran, baik tiap bulan, kuartal, semester maupun tahunan.

Setiap premi yang dibayar oleh peserta setelah dipotong dengan fee atau ujrah akan dipisah oleh perusahaan asuransi dalam dua rekening

(55)

1. Rekening Tabungan, yaitu kumpulan dana yang merupakan milik peserta, yang dibayarkan bila:

a) Perjanjian berakhir

b) Peserta mengundurkan diri

c) Peserta meninggal dunia

2. Rekening Tabarru’, yaitu kumpulan dana yang diniatkan oleh peserta sebagai iuran kebajikan untuk tujuan saling tolong-menolong dan saling membantu, yang dibayarkan bila:

a) Peserta meninggal dunia

b) Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)

Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Tiap keuntungan dari hasil investasi, setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi menurut prinsip Al- Mudharabah. Prosentase pembagian mudharabah (bagi hasil) dibuat dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta.

b. Sistem yang tidak mengandung unsur tabungan

(56)

1. Peserta meninggal dunia

2. Perjanjian telah berakhir (jika ada surplus dana)

Kumpulan dana peserta ini akan diinvestasikan sesuai dengan syariah Islam. Keuntungan dari hasil investasi setelah dikurangi dengan beban asuransi (klaim dan premi re-asuransi), akan dibagi antara peserta dan perusahaan menurut prinsip Al-Mudharabah dalam suatu perbandingan tetap berdasarkan perjanjian kerjasama antara perusahaan dengan peserta (misalnya, 30% untuk perusahaan dan 70% untuk peserta).

Persentase untuk kedua rekening tersebut ditentukan sesuai dengan kelompok umur peserta Takaful dan jangka waktu pertanggungan. Dalam asuransi syariah, semakin tua kelompok umur tertanggung dan semakin lama jangka waktu pertanggungan, maka semakin besar jumlah presentasenya. Untuk memberi gambaran lebih jelas tentang mekanisme atau perhitungan dalam asuransi syariah akan diilustrasikan sebagai berikut18:

Usia peserta asuransi : 25 tahun Jangka waktu pertanggungan : 10 tahun

Premi per tahun : Rp. 1.000.000,00 Rekening peserta (98%) : 98% x Rp. 1.000.000

18

(57)

= Rp. 980.000,00

Rekening khusus peserta : 2% x Rp. 1.000.000 = Rp. 20.000 Rasio bagi hasil :70% untuk peserta: 30% untuk

perusahaan

Apabila peserta meninggal dunia pada tahun ke 5 masa angsuran, maka:

- Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 5 = Rp. 4.900.000 - Keuntungan dari bagi hasil selama 5 tahun = Rp. 400.000 - Sisa premi yang belum dibayar = Rp. 5.000.000 Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp. 10.300.000

Apabila peserta masih hidup hingga berakhirnya masa pertanggungan (setelah 10 tahun), maka:

- Jumlah rekening peserta Rp. 980.000 x 10 = Rp 9.800.000 - Keuntungan dari bagi hasil selama 10 tahun = Rp 1.800.000

- Rekening khusus peserta (tidak ada) = Rp. 0 Jumlah santunan yang diterima ahli warisnya = Rp.11.600.000

Bila peserta mengundurkan diri pada tahun kelima masa angsuran, maka:

(58)

5. Dewan Pengawas Syariah (DPS) dan Dewan Syariah Nasional (DSN) Definisi Dewan Pengawas Syariah (DPS) menurut Keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN-MUI No: Kep-98/MUI/III/2001 adalah badan yang ada di lembaga keuangan syariah dan bertugas mengawasi pelaksanaan keputusan DSN di lembaga keuangan syariah tersebut. Dewan Pengawas Syariah diangkat dan diberhentikan di Lembaga Keuangan Syariah melalui RUPS setelah mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN).

Berdasarkan keputusan Dewan Pimpinan MUI tentang susunan pengurus DSN- MUI, No: Kep-98/MUI/III/2001, maka fungsi dari Dewan Pengawas Syariah dirumuskan sebagai berikut:

a. Melakukan pengawasan secara periodik pada lembaga keuangan syariah yang berada di bawah pengawasannya.

b. Mengajukan usul-usul pengembangan lembaga keuangan syariah kepada pimpinan lembaga yang bersangkutan dan kepada DSN.

c. Melaporkan perkembangan produk dan operasional lembaga keuangan syariah yang diawasinya kepada DSN sekurang-kurangnya dua kali dalam satu tahun anggaran.

d. DPS merumuskan permasalahan-permasalahan yang memerlukan pembahasan- pembahasan DSN

(59)

komisaris sebagai pengawas / direksi. Jika fungsi komisaris adalah pengawas dalam kaitan dengan kinerja manajemen, maka DPS melakukan pengawasan kepada manajemen dalam kaitan dengan implementasi sistem dan produk-produk agar tetap sesuai dengan syariah Islam. DPS bertanggung jawab atas pembinaan akhlak seluruh karyawan berdasarkan sistem pembinaan keislaman yang telah diprogramkan setiap tahunnya, ikut mengawasi pelanggaran nilai-nilai Islam di lingkungan perusahaan tersebut, serta bertanggung jawab atas seleksi syariah karyawan baru yang dilaksanakan oleh sekretaris DPS.

Dewan Pengawas Syariah harus membuat pernyataan secara berkala (biasanya tiap tahun) bahwa Lembaga Keuangan Syariah yang diawasinya telah berjalan sesuai dengan ketentuan syariah.

(60)

agama dan tokoh masyarakat

(61)

BAB III

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH

A. Sejarah Umum Perusahaan Asuransi 1. Asuransi Takaful Keluarga

PT. Asuransi Takaful Keluarga merupakan anak perusahaan dari PT Syarikat Takaful Indonesia, dimana perusahaan tersebut merupakan perusahaan asuransi yang menjadi pelopor asuransi berbasis syariah murni di Indonesia. PT. Syarikat Takaful Indonesia berdiri pada 24 februari 1994 atas inisiatif Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia Tbk, PT. Asuransi Jiwa Tugu Mandiri, Departemen Keuangan RI, serta beberapa pengusaha muslim Indonesia. Sementara itu PT Asuransi Takaful Keluarga sendiri didirikan pada 4 Agustus 1994 dan mulai beroperasi pada 25 Agustus 1994, dimana dalam sejarahnya PT. Asuransi Takaful Keluarga pernah meraih MUI Award 2004 sebagai Asuransi Syariah Terbaik di Indonesia.

Visi dari Takaful Indonesia adalah menjadi grup asuransi terkemuka yang menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang komprehensif dengan jangkauan signifikan diseluruh Indonesia menjelang tahun 2011. Sedangkan misi dari perusahaan ini adalah kami bertekad memberikan solusi dan pelayanan terbaik dalam perencanaan keuangan dan pengelolaan risiko

(62)

bagi umat dengan menawarkan jasa takaful dan keuangan syariah yang dikelola secara professional, adil, tulus dan amanah.

Company Profile PT Asuransi Takaful Keluarga adalah sebagai berikut:

Pemegang saham:

• PT Syarikat Takaful Indonesia (99,94%)

• Koperasi Karyawan Takaful (0,06%)

Dewan Komisaris:

• Komisaris Utama: Dato’ Mohamed Hassan Md Kamil

• Komisaris Independen: H.M.U. Suwendi FSAI, FLMI, MBA

• Komisaris: Muhammad Harris, SE • Komisaris: Saiful Yazan Ahmad

Dewan Pengawas Syariah (DPS):

• Ketua : Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin

• Anggota : Dr. H.M. Syafi’i Antonio, MSc

Prof. Dr. Fathurrahman Djamil, MA Prof. Madya Dr. Shobri Salamon Dewan Direksi:

• Direktur Utama: Ir. Agus Edi Sumanto, MM, M.Si, AAIJ, ASAI, RFA

(63)

Walaupun merupakan dua jenis perusahaan asuransi yang memiliki manajemen berbeda, Asuransi Takaful Keluarga dan Asuransi Takaful Umum berada pada satu kantor yang sama. Asuransi Takaful Keluarga berusaha menerapkan budaya perusahaan berbasis keislaman, seperti kalimat “salam” selalu diucapkan jika ada orang baru memasuki ruangan. Ruangan kantor Asuransi Takaful Keluarga dilengkapi sejumlah interior yang bernuansa Islam. Selama penelitian, Bpk. Nastain, selaku responden dari Asuransi Takaful Keluarga senantiasa membagikan pemahamannya kepada peneliti mengenai Asuransi dipandang dari kacamata Islam, juga mengenai hadist-hadist yang melatarbelakanginya. Saat menjelaskan segala sesuatu tentang operasional asuransi syariah, beliau menggunakan istilah-istilah yang tidak lepas dari bahasa syariah. Bpk. Nastain juga mengatakan bahwa perusahaan- perusahaan asuransi syariah di Indonesia masih dalam proses menuju kepada kebaikan Islam yang sempurna, begitupun yang terjadi pada Asuransi Takaful.

Adapun produk – produk yang ditawarkan oleh Asuransi Takaful Keluarga diantaranya adalah:

a. Takafulink : Produk yang merupakan sarana berinvestasi sekaligus ber- asuransi sesuai syariah.

(64)

pendidikan untuk putra- putrinya sampai pendidikan sarjana.

c. Takaful Dana Haji : Bentuk perlindungan untuk perorangan yang menginginkan dan merencanakan pengumpulan dana untuk biaya menjalankan ibadah haji.

d. Takaful Kesehatan: Produk yang diperuntukkan bagi perorangan yang bermaksud menyediakan dana santunan Rawat Inap dan Operasi bila peserta sakit dalam masa perjanjian.

2. Asuransi Allianz Life Indonesia

Allianz sebagai perusahaan Asuransi bertaraf internasional didirikan pada tahun 1890 di Berlin, Jerman. Saat ini Allianz merupakan salah satu perusahaan asuransi dan jasa keuangan yang hadir di lebih dari 70 negara di dunia. Untuk wilayah Asia Pasifik, Allianz hadir sejak tahun 1917 dan beroperasi di 14 negara serta berkantor pusat regional di Singapura. Kemudian pada tahun 1981 Allianz hadir di Indonesia melalui kantor representatif yang selanjutnya berdiri sebagai perusahaan asuransi kerugian joint venture di tahun 1989 yang dikenal sebagai PT Asuransi Allianz

(65)

Visi dari Allianz Life Indonesia adalah menjadi pilihan pertama dan utama bagi pelanggan, rekan bisnis, dan karyawan. Disamping itu, Allianz akan membangun hubungan kerjasama jangka panjang atas dasar saling percaya. Sementara itu, misi dari Allianz Indonesia adalah menjadi perusahaan asuransi dan penyedia jasa keuangan nomor satu di tahun 2010.

Bapak Supriyono, Agency Director Allianz Life Indonesia, menjelaskan bahwa seiring dengan pencapaian visi dan misi-nya, Allianz Life Indonesia sangat mengutamakan pemenuhan keinginan dan kebutuhan berbagai kalangan di masyarakat, karena itulah mengapa Allianz Life Indonesia menawarkan produk asuransi jiwa syariah. Menyadari meningkatnya permintaan produk asuransi syariah, Allianz Life Indonesia merespons atas tingginya permintaan tersebut dengan menawarkan produk asuransi jiwa syariah pada bulan Januari 2006, dimana Indonesia merupakan negara pertama Allianz Asia memperkenalkan produk-produk syariah. Menurut kutipan sebuah siaran pers melalui website resmi Allianz, Jens Reisch, Presiden Direktur Allianz Life Indonesia, mengungkapkan bahwa dengan menawarkan produk syariah ini Allianz bermaksud memenuhi kebutuhan masing- masing nasabah yang unik disetiap negara, termasuk di Indonesia yang mayoritas penduduknya adalah muslim.

(66)

kuat dengan Allianz Life Indonesia. Walaupun demikian, agen dan distributor untuk produk konvensional tetap merangkap sebagai agen yang memasarkan produk syariah, tidak ada agen khusus untuk produk syariah. Sehingga kantor Allianz Life Indonesia yang menawarkan produk- produk konvensional juga melayani masyarakat yang tertarik dengan produk – produk syariah.

(67)

“…..intinya mbak, risiko itu tidak ditanggung perusahaan tetapi ditanggung oleh kumpulan peserta melalui sistem tanggung renteng, itu lho…namanya…apa ya bahasa syariah-nya, tahu..?”

Ucapan dari Bpk. Supriyono tersebut menggambarkan bahwa, walaupun telah memasarkan produk syariah, tetapi mereka belum mengenal sepenuhnya istilah- istilah syariah yang berhubungan dengan operasional perusahaan, dimana mereka masih memakai istilah- istilah umum, seperti istilah “tanggung renteng” untuk konsep tabarru’, konsep penting dalam asuransi syariah.

Adapun produk-produk syariah yang ditawarkan oleh Allianz Life Indonesia adalah sebagai berikut:

a. Allisya Protection : Untuk memenuhi kebutuhan individu dan keluarga mulai dari perencanaan pendidikan, tabungan dan investasi, menyediakan dana untuk kebutuhan di masa pensiun.

b. Allisya Invest : Sarana berinvestasi dengan cara pembayaran premi sekaligus untuk memenuhi kebutuhan financial individu dan keluarga.

(68)

B. Pengertian, Manfaat, dan Mekanisme Operasional Takafulink dan Allisya Protection

1. Takafulink (Asuransi Takaful Keluarga)

Takafulink merupakan salah satu produk Asuransi Takaful Keluarga yang merupakan sarana berinvestasi sekaligus berasuransi sesuai syariah, dimana Takafulink ini menawarkan hasil investasi yang optimal dengan pilihan sesuai preferensi peserta asuransi.

Manfaat yang ditawarkan dari produk ini adalah:

a. Manfaat asuransi (dana santunan) sebesar 800% dari premi tahunan atau 125% dari premi sekaligus.

b. Peserta asuransi dapat memperluas manfaat asuransi dengan menambahkan program asuransi Takaful Kecelakaan Diri dan/ atau Asuransi Kesehatan.

(69)

Berikut ulasan lebih lanjut mengenai tiga tahapan tersebut :

a. Masa Pra-Transaksi Produk Takafulink

Masa pra-transaksi terdiri dari kegiatan-kegiatan yang dilakukan perusahaan dalam proses pemasaran dan tahapan lain yang terjadi antara perusahaan dan peserta sebelum akad terbentuk. Perlu diketahui bahwa khusus untuk data yang menjelaskan, bagaimana pihak marketing Asuransi Takaful Keluarga melakukan proses pemasaran, diperoleh dari buku panduan untuk agen (pemasar) milik intern perusahaan.

Berdasarkan data yang diperoleh dari buku panduan untuk agen (pemasar) milik intern perusahaan, maka hal-hal yang harus dilakukan oleh agen atau pihak marketing sesuai prosedur perusahaan, adalah sebagai berikut:

1) Menerangkan manfaat produk dengan jelas dan benar. 2) Menyarankan untuk mengambil produk sesuai kebutuhan. 3) Meyakinkan bahwa aplikasi sudah dipahami dan semua

keterangan yang diberikan sesuai dengan kondisi yang sebenarnya. Sehingga bila ternyata tidak benar dapat membatalkan perjanjian asuransinya.

4) Menginformasikan dan menerangkan isi syarat umum polis.

(70)

6) Memberikan keterangan yang benar tentang keadaan calon peserta, hal ini dimantapkan dengan pengisian surat pernyataan penutup oleh agen yang merupakan salah satu bagian dari lembar aplikasi.

Sebelum mengajukan permohonan asuransi, calon peserta harus memenuhi ketentuan kepesertaan, dimana calon peserta harus sehat jasmani dan rohani serta usia masuk minimal 17 tahun dan maksimal 60 tahun. Lamanya masa perjanjian adalah 16 tahun untuk usia 17 s/d 54 tahun, atau masa perjanjian ditambah usia masuk, asal tidak melebihi 70 tahun.

Sebelum mengisi dan menandatangani Surat Pengajuan Asuransi (SPA/ aplikasi), calon peserta asuransi diharapkan membaca dan memahami dengan seksama isi dan maksud dari SPA. Lembar isian dalam SPA tersebut terdiri dari formulir data pribadi, akad tertulis dan pernyatan calon peserta.

Gambar

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH
syariah dapat menggunakan rujukan, misalnya tabel mortalita untuk asuransi jiwa dan tabel morbidita untuk
GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ASURANSI SYARIAH

Referensi

Dokumen terkait

1).Responsibilitas (tanggung jawab) adalah eksekusi terhadap tugas yang berhubungan dengan peran tertentu dari perawat. perawat yang selalu bertanggung jawab dalam

Berdasarkan data observasi dan tes hasil belajar pada siklus II, guru pengajar dan observer sepakat untuk tidak melanjutkan tindakan karena tindakan yang diberikan pada

Dari pendapat-pendapat para pakar ekonomi tentang definisi harga tersebut di atas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa harga adalah elemen dalam bauran pemasaran yang tidak saja

Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel relasi orang tua-anak dapat berperan secara signifikan dibandingakan tekanan teman sebaya, sehingga disarankan bagi orang

• Layanan pengendalian penyakit TB • Layanan pencegahan dan pengendalian penyakit ISP 9 • Penyusunan rencana program • Pelaksanaan pemantauan dan informasi •

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk mengetahui dan perlu untuk mengkajinya lebih mendalam ke dalam bentuk penelitian yang berjudul hardiness

87 Ida Indrawati, Tanya Jawab Pengantar Manajemen dan Organisasi (Bandung: Armico, 1988), hlm.. adalah dari operator SiMBA sendiri. Ketika mereka melakukan pemasukkan data

Anak usia prasekolah juga masih sulit diberikan pengenalan dan diberikan jenis makanan baru daripada saat masih batita dan balita, sehingga dengan adanya