• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kelelahan Dengan Produktivitas Pada Pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Kelelahan Dengan Produktivitas Pada Pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

LAMPIRAN 1

KUESIONER PENELITIAN

KUESIONER PENELITIAN KELELAHAN DAN PRODUKTIVITAS PADA PEKERJA DI PT ANUGERAH SAWIT MAKMUR, KABUPATEN

LABUHAN BATU UTARA TAHUN 2016

Responden yang terhormat,

Bersama ini saya mohon kesedian Bapak untuk mengisi daftar kuesioner yang diberikan. Informasi yang Bapak berikan hanya semata-mata untuk data penelitian dalam rangka penyusunan tugas akhir dengan judul “Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas Pada Pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2016”. Pada program sarjana Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Informasi yang Bapak berikan merupakan bantuan yang sangat berarti dalam penyelesaian penelitian ini. Atas perhatian Bapak, saya ucapkan terimakasih.

Ttd. Persetujuan Menjadi Responden

I. Identitas Responden

Nama :

Umur : ...tahun

Tamatan : SD/SLTP/SLTA/PT

Masa Kerja :

Status Perkawinan : Jumlah Tanggungan :

(2)

1. Bacalah baik-baik setiap butir pertanyaan

2. Berilah tanda () pada kolom yang telah disediakan

3. Dimohon semua butir pertanyaan dapat diisi dan tidak ada yang terlewatkan

4. Dimohon memberikan tanggapan atau pernyataan yang terdapat pada kuesioner berikut, sesuai dengan keadaan, pendapat atau perasaan Anda pada saat skala ini diisi bukan berdasarkan pendapat umum atau pendapat orang lain

III. Kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research

Committee (IFRC)

Keterangan :

Sangat Sering (Jika hampir setiap hari terasa dalam 1 minggu) Sering (3-4 hari terasa dalam seminggu)

Kadang-Kadang (1-2 hari terasa dalam seminggu) Tidak Pernah (tidak pernah merasa dalam seminggu)

Apakah pada saat Anda bekerja, Anda merasakan hal-hal sebagai berikut :

No Gejala Kelelahan SS S KK TP

1 Kepala Anda terasa nyeri 2 Merasa lelah diseluruh badan 3 Kaki Anda terasa nyeri 4 Frekuensi Anda menguap 5 Pikiran Anda kacau 6 Anda mengantuk 7 Mata terasa berat (ingin

(3)

8 Kaku dan canggung untuk bergerak

9 Tidak seimbang dalam berdiri 10 Merasa ingin berbaring 11 Merasa susah untuk berfikir 12 Lelah berbicara

13 Merasa gugup 14 Sulit berkonsentrasi 15 Sulit untuk memfokuskan

perhatian

16 Cenderung untuk lupa 17 Kurang kepercayaan 18 Cemas terhadap sesuatu 19 Tidak dapat mengontrol sikap 20 Tidak dapat tekun dalam bekerja 21 Sakit kepala

22 Bahu terasa kaku 23 Merasa nyeri di bagian

punggung

24 Sesak nafas/ sulit untuk bernafas 25 Merasa haus

(4)

27 Merasa pusing

28 Kelopak mata terasa berat (untuk dibuka)

29 Gemetar pada bagian tubuh tertentu

(5)
(6)
(7)
(8)

22 33 2 5 1 3 3 2 0 1 2 0 1 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 2 1 2 1 1 1 3 2 0 2 1 1 1 1 0 32 1 44 47 54 54 52 52 303 51 2

23 26 1 1 1 3 1 2 1 2 3 0 1 2 0 1 1 2 1 1 1 0 1 2 1 2 2 2 1 3 2 1 2 1 0 1 1 1 37 1 44 40 51 53 53 46 287 48 1

24 41 4 10 2 2 4 2 1 1 3 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 2 2 2 1 3 3 2 2 1 1 1 1 0 35 1 48 47 53 50 54 47 299 50 2

25 37 3 5 1 2 3 2 1 2 3 0 0 2 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 1 1 1 34 2 42 50 53 47 48 47 287 48 1

26 31 2 6 2 3 3 2 1 2 2 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 3 1 1 1 0 1 1 1 28 1 48 40 54 53 51 47 293 49 1

27 33 2 11 3 3 3 2 1 2 1 0 0 2 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 3 0 2 1 1 1 1 0 30 1 42 56 55 55 51 51 310 52 2

28 27 1 4 1 3 2 2 1 2 1 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0 1 1 2 3 1 2 1 0 1 1 1 28 1 44 40 53 55 52 47 291 49 1

29 31 2 7 2 3 3 2 1 2 2 0 0 0 1 0 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1 1 3 3 0 2 1 1 1 1 1 29 1 43 50 54 53 54 53 307 51 2

30 36 3 7 2 2 4 2 0 2 3 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 3 3 1 2 1 1 1 1 1 31 1 45 25 53 53 45 52 273 46 1

31 34 2 10 2 3 3 2 0 0 2 0 0 0 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 3 1 2 1 1 1 1 1 48 2 43 50 50 46 48 42 279 47 1

32 31 2 6 2 3 3 2 0 2 1 0 0 3 0 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1 2 3 0 1 1 1 1 1 1 49 2 50 42 50 50 47 48 287 48 1

33 29 1 11 3 2 1 2 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 2 3 1 1 1 1 1 1 1 45 2 45 40 49 49 47 52 282 47 1

34 47 5 11 3 2 4 2 0 2 1 0 0 0 0 1 0 1 1 1 1 0 0 1 1 0 1 1 1 3 3 0 2 1 1 1 1 1 26 1 50 46 53 53 50 51 303 51 2

Keterangan:

Umr : umur pekerja (tahun)

Umk : Umur dalam bentuk kategori (tahun)

(9)

( 1= <5 tahun, 2= 5-10 tahun, 3= >10 tahun) Ddk : Tingkat Pendidikan dalam bentuk kategori

( 1= SD, 2= SLTP, 3= SLTA, 4= PT)

jt : Jumlah Tanggungan dalam bentuk kategori (1= 1 orang , 2= 2 orang, 3= 3 orang, 4= 4 orang) sp : Status Pernikahan dalam bentuk kategori

(1= tidak menikah, 2= menikah) P1-P30 :pernyataan kuesioner

Stpk : Skor total pernyataan kelelahan dalam bentuk kategori

(0= rendah: 0-21, 1= sedang:22-44, 2= tinggi:45-67, 3= sangat tinggi:68-90)

KatL : Kelelahan dalam bentuk kategori

(0= rendah, 1= sedang, 2= tinggi, 3= sangat tinggi) Pro1- Pro6 : hasil TBS hari ke-1 sampai ke-6

Totp : total hasil TBS

Rat_p : Rata-rata produktivitas dalam bentuk kategori (1= tidak produktif , 2= produktif)

(10)

OUTPUT HASIL UJI UNIVARIAT DAN BIVARIAT

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 26-30 5 14.7 14.7 14.7

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid <5 13 38.2 38.2 38.2

5-10 12 35.3 35.3 73.5

>10 9 26.5 26.5 100.0

(11)

Tingkat pendidikan

Frequency Percent Valid Percent

(12)
(13)
(14)
(15)
(16)
(17)

Frequency Percent Valid Percent

kelopak mata terasa berat (untuk dibuka)

(18)

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid rendah 1 2.9 2.9 2.9

sedang 15 44.1 44.1 47.1

tinggi 18 52.9 52.9 100.0

(19)

produktivitas

N Valid 34

Missing 0

Mean 1.59

Std. Error of Mean .086

Median 2.00

Std. Deviation .500

Produktivitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid tidak produktif 22 64.7 64.7 64.7

produktif 12 35.3 35.3 100.0

Total 34 100.0 100.0

Correlations

stk rat_p

Spearman's rho stk Correlation Coefficient 1.000 -.602(**)

Sig. (2-tailed) . .000

N 34 34

rat_p Correlation Coefficient -.602(**) 1.000

Sig. (2-tailed) .000 .

N 34 34

(20)

DOKUMENTASI

(21)
(22)

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Watik Pratiknyo, 2003. Dasar dasar Metodologi Penelitian Kedokteran

dan Kesehatan. Jakarta: PT. Raja GrafindoPersada.

A.M Sugeng Budiono,.2003. Bunga Rampai Hiperkes dan Kesehatan Kerja. Semarang: Badan Penerbit UNDIP.

Hasibuan, S.P Malayu,. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hariandja, Marihot T.E,. 2002. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Grasindo.

Kristina, Delima,.2004. Hubungan Motivasi Kerja dengan Produktivitas

Kerja Karyawan Pemanen Kelapa Sawit di PT X. Skripsi.

Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor.

Mangoensoekarjo S., Semangun S. 2003. Manajemen Agribisnis Kelapa Sawit Gajah Mada University Press. Yogyakarta.

Nurmianto, Eko,.2003. Ergonomi Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya :ITS.

Risza, Suyatno,.2010. Masa Depan Perkebunan Kelapa Sawit Indonesia. Yogyakarta: Kanisius.

Sinungun, Muchdarsyah,.2008. Produktivitas: Apa dan Bagaimana. Jakarta: BumiAksara.

Sugiyono,.2010.Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung : Alfabeta.

Sukadi,.2014. Teknik Memanen Kelapa Sawit. Balai Besar Pelatihan Pertanian: Kalimantan Selatan.

Suma’mur, P.K., 2009. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja. Jakarta: CV

Sagung Seto.

Sunarko, 2007. Petunjuk Praktis Budidaya dan Pengolahan Kelapa Sawit. Jakarta: Agromedia Pustaka.

Tarwaka.,2004. Ergonomi untuk Keselamatan Kesehatan Kerja dan

Produktivitas Kerja. Cetakan Pertama. Surakarta:Uniba Press.

Tarwaka.2010. Ergonomi Industri.Dasar-Dasar Pengetahuan Ergonomi dan

(23)

Wignjosoebroto, S., 2003. Ergonomi, Studi Gerak dan Waktu Teknik Analisis

untuk Peningkatan Produktivitas Kerja. Edisi pertama cetakan

kedua, Surabaya: Penerbit GunaWidya.

Yuniarsih, dan Suwanto. 2009. Manajemen Sumber Daya Manusia : Teori,

(24)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah survei analitik dengan pendekatan “cross sectional

yang bertujuan untuk mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur.

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1 Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di PT Anugerah Sawit Makmur khususnya di afdeling I yang terletak di Desa Pulo Dogom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dimulai dari April - Mei 2016.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh pekerja pemanen kelapa sawit yang merupakan pekerja tetap yang tersebar di 4 afdeling PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara sebanyak 97 orang. Populasi penelitian ini berjumlah 97 orang.

3.3.2 Sampel

(25)

3.4 Metode Pengumpulan Data

1. Data Primer

Data primer yaitu data yang diperoleh langsung dari responden melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner mengenai data responden (identitas, umur, masa kerja, status perkawinan dan jumlah tanggungan). Untuk mengukur kelelahan pada pekerja menggunakan kuesioner perasaan kelelahan secara subyektif yaitu Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee dan untuk produktivitas dilihat dari TBS (tandan buah segar) yang

dihasilkan pekerja pemanen kelapa sawit. 2. Data Sekunder

Data sekunder berupa gambaran umum perusahaan, struktur organisasi perusahaan dan data pendukung lainnya diperoleh dari pihak manajemen yang berwenang.

3.5 Variabel dan Defenisi Operasional 3.5.1 Variabel Penelitian

Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas (X) dan variabel terikat (Y). Variabel bebas atau variabel independen yang diukur adalah kelelahan dan variabel terikat atau variabel dependen dalam penelitian ini adalah produktivitas.

3.5.2 Defenisi Operasional

(26)

2. Produktivitas adalah pekerja pemanen kelapa sawit yang dihitung rata-rata selama 6 (enam) hari berturut-turut memanen jumlah TBS (tandan buah segar) yaitu 50 TBS/hari/orang.

3.6 Metode Pengukuran

1. Kelelahan

Pengukuran kelelahan dilakukan dengan menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee untuk

mengukur tingkat perasaan lelah secara subyektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi dan 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik.

Setiap pertanyaan kuesioner menggunakan skala likert dan tingkat kelelahan pada pekerja diukur dengan menjumlahkan skor dari seluruh pertanyaan.

Untuk pertanyaan dengan jawaban: 1. “Tidak Pernah” diberi nilai 0, 2. “Kadang-Kadang” diberi nilai 1, 3. “ Sering” diberi nilai 2 dan 4. “Sangat Sering” diberi nilai 3.

(27)

a) Rendah (0), bila responden memperoleh jumlah nilai 0-21 b) Sedang (1), bila responden memperoleh jumlah nilai 22-44 c) Tinggi (2), bila responden memperoleh jumlah nilai 45-67

d) Sangat Tinggi (3), bila responden memperoleh jumlah nilai 68-90 (Tarwaka, 2010)

2. Produktivitas

Pengukuran produktivitas pekerja dengan menghitung jumlah TBS (tandan buah segar) oleh pekerja per hari per orang, dilakukan setelah pemanen selesai bekerja, kemudian dicatat hasil TBS (tandan buah segar). Untuk produktivitas dikategorikan oleh PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara menjadi 2 (dua), yaitu :

1) Tidak Produktif berjumlah <50 TBS 2) Produktif berjumlah ≥50 TBS

3.7 Metode Analisis Data

Analisis data ditentukan untuk mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas. Adapun uraian metode tersebut adalah sebagai berikut:

3.7.1 Analisis Univariat

(28)

3.7.2 Analisis Bivariat

(29)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

4.1.1 Gambaran Umum Perusahaan

PT Anugerah Sawit Makmur adalah salah satu perusahaan swasta di bidang perkebunan kelapa sawit dengan izin surat persetujuan dari Kepaniteraan Pengadilan Negeri Labuhanbatu Utara Nomor 272/1995/PT tanggal 30 Februari 1997 dan Surat Izin Usaha dari Bupati Labuhanbatu Utara 108/HK/2008/286 tanggal 20 April 2008. Perusahaan ini memiliki pohon kelapa sawit dengan tahun tanam 1994-1997. Luas lahan perkebunan yaitu 2194,79 Ha. Perusahaan ini memiliki empat afdeling yaitu afdeling I, afdeling II, afdeling IIIA dan afdeling IIIB dengan areal yang dapat ditanami kelapa sawit seluas 1.754,42 Ha.

PT Anugerah Sawit Makmur terletak di Desa Pulo Dogom, Kecamatan Kualuh Hulu, Kabupaten Labuhanbatu Utara, Propinsi Sumatera Utara, dengan batas wilayah:

(30)

4.1.2 Visi dan Misi Perusahaan

Berikut ini merupakan visi dan misi PT Anugerah Sawit Makmur: a. Visi

Menjadi pusat kehandalan pengelolaan perusahaan agroindustri minyak kelapa sawit dengan tata kelola perusahaan yang baik serta berwawasan lingkungan. b. Misi

1. Menjamin keberlanjutan usaha yang kompetitif.

2. Meningkatkan daya saing produk secara berkesinambungan dengan sistem, cara dan lingkungan kerja yang mendorong munculnya kreativitas dan inovasi untuk meningkatkan produktivitas dan efisiensi.

3. Meningkatkan laba secara berkesinambungan.

(31)

4.1.3 Struktur Organisasi Perusahaan

Struktur organisasi yang digunakan oleh PT Anugerah Sawit Makmur dapat dilihat pada Gambar 4.1.

Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Anugerah Sawit Makmur

Adapun uraian tugas dan tanggung jawab pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur adalah sebagai berikut:

1. Manager Unit

Manager Unit merupakan pimpinan tertinggi di PT Anugerah Sawit Makmur. Manager Unit bertanggung jawab secara keseluruhan terhadap perencanaan operasional perusahaan serta bertanggung jawab dalam mengevaluasi kinerja unit.

(32)

Selain itu Manager Unit memiliki tugas sebagai berikut :

a. menciptakan iklim kerja yang sesuai dengan memperlihatkan hubungan ke dalam dan di luar kehidupan sosial bawahan dan masyarakat sekitarnya agar kegairahan kerja tetap terpelihara.

b. melaksanakan penilaian dan mengusulkan pengangkatan, pemindahan, penambahan dan hukuman bagi pekerja berdasarkan ketentuan yang berlaku demi tegaknya disiplin kerja.

c. mengawasi dan menilai hasil kerja Kepala Dinas secara terus menerus dengan membandingkan hasil dan norma-norma kerja serta melakukan tindakan pemulihan untuk menghindari anggaran biaya yang melebihi batas teloransi yang dibenarkan.

2. Kepala Dinas Tanaman

Kepala Dinas Tanaman bertugas melakukan koordinasi penyusunan taksasi produksi tanaman berdasarkan data dan pengamatan agar diperoleh taksasi yang dapat mendekati kenyataan. Selain itu Kepala Dinas Tanaman juga memiliki tugas sebagai berikut:

a. mengendalikan semua kegiatan operasi afdeling berdasarkan norma-norma yang berlaku agar semua kegiatan berjalan sesuai dengan tujuan operasi.

b. membina pengetahuan dan keterampilan para asisten tanaman/afdeling melalui rapat kerja, diskusi, penjelasan langsung dilapangan supaya lebih mampu melaksanakan tugas sebagai instruksi terhadap bawahannya.

(33)

3. Asisten Tanaman/Afdeling

Asisten Tanaman/Afdeling bertugas membuat taksasi produksi tanaman yang disusun berdasarkan analisis data dan taksiran potensi tanaman agar diperoleh taksasi yang mendekati kenyataan. Selain itu, Asisten Tanaman/Afdeling mempunyai tugas sebagai berikut:

a. mengajukan kebutuhan pekerja berdasarkan ketentuan penerimanya agar dapat menyelesaikan semua pekerjaan sesuai dengan program.

b. mengatur pembagian kerja dan melengkapi peralatan secara teratur agar diperoleh sesuai yang ditentukan.

c. menempatkan pekerja sesuai dengan bakat, fisik dan sikap agar tercapai semangat kerja yang bergairah.

d. melaksanakan pemeliharaan secara efektif dan efisien sesuai dengan standar yang ditentukan.

e. melaksanakan panen sesuai dengan kriteria yang ditentukan dan menyelesaikan pengangkutan secepatnya.

4. Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan

Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan merupakan penanggung jawab perusahaan di bidang pemeliharaan, bengkel dan bertanggung jawab atas segala kebijaksanaan dan tindakan dalam bidang produksi, Selain itu, Kepala Dinas Teknik dan Pengolahan memiliki tugas sebagai berikut:

a. memberikan petunjuk dan mengawasi pemeliharaan di bidang teknik.

(34)

c. menandatangani dan mengecek formulir-formulir dan laporan-laporan sesuai dengan asisten dan prosedur yang berlaku.

d. melaporkan data, kegiatan bagian pengolahan dan laboratorium kepada administrator.

5. Assisten SDM dan Umum

Assisten SDM dan Umum bertugas membantu Manager Unit dalam meneliti penerimaan pekerja. Tugas yang ditangani Assisten SDM dan Umum adalah sebagai berikut:

a. mengawasi dan meneliti penerimaan pekerja dengan berpedomaan kepada standar yang ditetapkan.

b. mengkoordinasikan kegiatan dalam peningkatan kesejahteraan pekerja.

c. memberikan informasi kepada Manager Unit dalam bidang produktivitas kerja. 6. Kepala Dinas Tata Usaha

Kepala Dinas Tata Usaha bertugas membantu manager unit dalam memimpin seluruh kegiatan administrasi perusahaan. Tugas yang ditangani Kepala Dinas Tata Usaha adalah sebagai berikut:

a. merencanakan dan mengkoordinasikan kegiatan bagian administrasi. b. mengawasi pemakaian dan penggunaan alat-alat kantor.

c. mengkoordinasikan segala pembayaran dan penyediaan barang-barang. d. mengawasi seluruh kegiatan administrasi perusahaan.

(35)

Assisten pengolahan bertugas membantu kepala dinas pengolahan dalam mengawasi kegiatan perusahaan. Selain itu, Assisten Pengolahan mempunyai fungsi sebagai berikut:

a. mengawasi seluruh kegiatan proses produksi.

b. mengawasi kualitas dan kuantitas produk yang dihasilkan dengan berpedoman kepada ketentuan yang ditetapkan.

(36)

4.1.4 Pekerja Perusahaan

Adapun pekerja PT Anugerah Sawit Makmur dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Pekerja PT Anugerah Sawit Makmur

No. Afdeling/Bagian Luas

(37)

4.2 Deskripsi Umum Pekerja

4.2.1 Umur

Distribusi pekerja berdasarkan umur dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.2 Distribusi Pekerja Berdasarkan Umur di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Umur (tahun) N % Kabupaten Labuhanbatu Utara jumlah pekerja terbanyak berdasarkan umur pada umur 31-35 tahun sebanyak 12 orang (35,3%)

4.2.2 Tingkat Pendidikan

Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

(38)

4.2.3 Masa Kerja

Tabel 4.4 Distribusi Pekerja Berdasarkan Masa Kerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Masa Kerja (tahun) N %

<5 13 38,2

5-10 12 35,3

>10 9 26,5

Total 34 100,0

Dari tabel 4.4 menunjukkan pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara jumlah pekerja terbanyak berdasarkan masa kerja yaitu <5 tahun yaitu 13 orang (38,2%).

4.2.4 Status Perkawinan

Tabel 4.5 Distribusi Pekerja Berdasarkan Status Perkawinan di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Status Perkawinan N %

Belum menikah 0 -

Menikah 34 100,0

Total 34 100,0

(39)

4.2.5 Jumlah Tanggungan

Tabel 4.6 Distribusi Pekerja Berdasarkan Jumlah Tanggungan di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Jumlah Tanggungan (orang) N % Labuhanbatu Utara jumlah pekerja terbanyak berdasarkan jumlah tanggungan yaitu 3 (tiga) orang sebanyak 15 orang (44,1%).

4.2.6 Kelelahan

Berdasarkan hasil pengukuran dengan menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatique Research Committee pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara maka kelelahan dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 4.7 Hasil Pengukuran Kelelahan Berdasarkan Kuesioner Subjective

(40)
(41)

Dari tabel 4.7 menunjukkan gejala kelelahan yang dirasakan pekerja terbanyak pada kategori sangat sering adalah merasa nyeri dibagian punggung sebanyak 22 orang (64,7%), kategori sering adalah cemas terhadap sesuatu dan merasa haus masing-masing sebanyak 23 orang (67,6%), kategori kadang-kadang adalah merasa ingin berbaring, sakit kepala dan suara serak masing-masing 33 orang (97,1 %), dan kategori tidak pernah adalah pikiran kacau dan tidak seimbang dalam berdiri masing-masing 30 orang (88,2%).

Tabel 4.8 Distribusi Pekerja Berdasarkan Kelelahan di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Kelelahan N %

Rendah 1 2,9

Sedang 15 44,1

Tinggi 18 52,9

Total 34 100,0

(42)

4.2.7 Produktivitas

Produktivitas pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara dapat dilihat pada tabel berikut ini.

(43)

Dari tabel 4.9 menunjukkan rata-rata hasil tandan buah segar (TBS) yang dihasilkan pekerja minimum 46 TBS dan maksimum 52 TBS. Rata-rata hasil TBS paling banyak dihasilkan pekerja yaitu 49 TBS (tidak produktif) sebanyak 13 orang (38,2%).

Tabel 4.10 Distribusi Pekerja Berdasarkan Produktivitas di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Produktivitas Jumlah %

Tidak 20 58,8

Ya 14 41,2

Total 34 100,0

Dari tabel 4.10 menunjukkan pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara jumlah responden terbanyak berdasarkan produktivitas yaitu pada hasil TBS (tandan buah segar) tidak produktif <50 TBS yaitu 20 orang (58,8%).

4.3 Analisis Bivariat

Berdasarkan hasil yang didapatkan dari 34 pekerja pemanen kelapa sawit diketahui bahwa 1 orang mengalami kelelahan rendah, 15 orang mengalami kelelahan sedang, dan 18 orang mengalami kelelahan tinggi. Berdasarkan alat ukur kuesioner Subjective Self Rating Test. Selanjutnya dilakukan uji korelasi Spearman untuk melihat apakah ada hubungan yang signifikan antara kelelahan

(44)

4.3.1 Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas

Tabel 4.11 Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas pada Pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Tingkat tidak ada produktivitas pekerja tidak produktif dan produktivitas pekerja produktif ada 1 orang (2,9%). Kelelahan sedang ada 15 orang (44,1%), produktivitas pekerja tidak produktif ada 4 orang (11,8%) dan produktivitas pekerja produktif ada 11 orang (32,4%). Kelelahan tinggi ada 18 orang (52,9%), produktivitas pekerja tidak produktif ada 16 orang (47,1%) dan produktivitas pekerja produktif ada 2 orang (5,9%).

(45)

BAB V PEMBAHASAN

5.1 Distribusi Pekerja

Distribusi pekerja berdasarkan umur di PT Anugerah Sawit Makmur Tahun 2016, kelompok umur terbanyak adalah kelompok umur 31-35 tahun yaitu 12 orang (35,3%). Distribusi pekerja berdasarkan tingkat pendidikan pekerja paling banyak pada pendidikan SLTA yaitu sebanyak 22 orang (64,7%), sisanya pada tingkat pendidikan SLTP sebanyak 12 orang (35,3%).

Distribusi pekerja berdasarkan masa kerja pekerja paling banyak pada masa kerja <5 tahun sebanyak 13 orang (38,2%), sisanya pada masa kerja 5-10 tahun sebanyak 12 orang (35,3%) dan >10 tahun sebanyak 9 orang (26,5%). Distribusi pekerja berdasarkan status perkawinan seluruh pekerja menikah sebanyak 34 orang (100,0%).

Distribusi pekerja berdasarkan jumlah tanggungan pekerja paling banyak memiliki 3 orang tanggungan sebanyak 15 orang (44,1%), sisanya memiliki 4 orang tanggungan sebanyak 9 orang (26,5%), 2 orang tanggungan sebanyak 6 orang (17,6%) dan 1 orang tanggungan sebanyak 4 orang (11,8%).

5.2 Kelelahan pada Pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2016

(46)

kerja juga sering kali diartikan sebagai menurunnya performa kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan yang harus dilakukan (Wignjosoebroto, 2008).

Subjective Self Rating Tes dari Industrial Fatigue Research Committee

(IFRC) Jepang, merupakan kuesioner untuk mengukur tingkat kelelahan subjektif yang digunakan peneliti yang berisi 30 daftar pertanyaan yang diajukan kepada pekerja pemanen kelapa sawit. Pengukuran dilakukan masing masing-masing 1 kali kepada pekerja pada hari ke enam setelah selesai memanen kelapa sawit, yaitu dimulai pukul 10.00 – 16.30 WIB. Berdasarkan hasil pengukuran kelelahan terhadap 34 orang pekerja, menunjukkan bahwa yang mengalami kelelahan rendah 1 orang (2,9%), kelelahan sedang 15 orang (44,1%) dan kelelahan tinggi yaitu 18 orang (52,9%). Proses kerja pekerja pemanen kelapa sawit yaitu pekerja memotong tandan buah segar (TBS) dengan menggunakan egrek yang terbuat dari fiber 2 batang (10 meter) dan berat 6,8 kg, memotong pelepah daun yang meyangga buah, memungut brondolan, menumpukkan pelepah daun yang di potong secara teratur dengan cara ditelungkupkan, mengangkut tandan buah segar (TBS) ke tempat pengumpulan hasil (TPH).

(47)

proses kerja panen kelapa sawit ini dikerjakan secara kedua tangan atau manual. Melalui wawancara singkat pekerja banyak yang tidak memanfaatkan waktu istirahat yang cukup yang diberikan oleh perusahaan. Proses kegiatan pekerjaan seperti ini dapat menimbulkan pembebanan otot secara statis. Dalam pembebanan otot secara statis otot tidak memperoleh gula darah atau oksigen dari darah dan harus bergantung pada persendiannya sendiri. Asam laktat juga tidak dapat dipecah kembali sehingga akan bertumpuk dan menghasilkan rasa sakit atau kelelahan otot yang dapat menyebabkan kelelahan (Suma’mur P.K, 2009).

Pekerja juga tidak membawa bekal dan lebih memilih untuk makan dirumah setelah memanen kelapa sawit selesai, sebab perusahaan tidak menanggung untuk makan siang pekerja hanya menyediakan air minum dikantin perusahaan. Jarak afdeling untuk sampai ke kantin perusahaan jauh, berkisar 3 km. Asupan energi yang kurang disebabkan konsumsi makanan yang tidak mencukupi kebutuhan sehingga tubuh mengalami kekurangan tenaga untuk bergerak, bekerja dan melakukan aktivitas. Pekerja merasa lemah dan produktivitas menurun. Dari analisis yang dilakukan diketahui bahwa semakin tidak sesuainya asupan energi pekerja dengan kebutuhan energi yang dibutuhkan untuk bekerja selama 8 jam maka kemampuan bekerja akan berkurang dan lebih mudah untuk letih.

(48)

pelepah dan tandan buah segar (TBS) dan mendorong yang dilakukan secara berulang-ulang oleh pekerja pemanen kelapa sawit yang dapat menimbulkan kelelelah dan rasa sakit.

Kelelahan pada pekerja juga ditandai dengan adanya rasa cemas terhadap sesuatu. Rasa cemas terhadap sesuatu merupakan perasaan yang paling sering muncul pada pekerja, berdasarkan data penelitian dalam kategori sering rasa cemas terhadap sesuatu merupakan keadaan yang sering dialami pekerja. Dari keterangan yang ditambahkan oleh pekerja rasa cemas yang dirasakan pekerja berupa rasa cemas terhadap sebab-sebab psikologis seperti kekhawatiran akan tertimpa tandan buah segar (TBS), brondolan yang terjatuh, tertusuk duri kelapa sawit dan tanggung jawab terhadap pencapaian target tandan buah segar (TBS) perharinya dan konflik-konflik memberi pengaruh yang seakan-akan terkumpul dalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.

Kelelahan pada pekerja juga ditandai dengan merasa haus ketika bekerja hal ini disebabkan pekerjaan dilakukan diruangan terbuka dan langsung terpapar sinar matahari dan topografi tanah yang terjal dan curam. Lingkungan luar akan memberi pengaruh terhadap lingkungan kerja baik cuaca panas maupun dingin. Pekerja juga tidak membawa bekal air minum. Meskipun demikian perusahaan menyediakan air minum untuk pekerja di kantin hanya saja letaknya cukup jauh dari masing-masing afdeling berjarak 3 km.

(49)

jam istirahat, adanya pekerjaan tambahan misalnya membersihkan dan menyusun pelepah kelapa sawit dan kurangnya asupan makanan pekerja tersebut.

Kelelahan juga seringkali terjadi akibat ketidakseimbangan masukan sumber kelelahan (beban kerja) dengan besarnya proses keluaran yang berupa pemulihan. Proses pemulihan dapat dicapai dengan membiasakan diri melakukan peregangan otot akibat kegiatan kerja minimal setelah 1 jam bekerja.

5.3 Produktivitas pada Pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten

Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Secara teknis produktivitas merupakan perbandingan antara hasil yang dicapai dan keseluruhan sumber daya yang dipergunakan, sedangkan produktivitas pekerja adalah perbandingan antara hasil yang dicapai dengan pasar pekerja per satuan waktu dan sebagai tolak ukur jika ekspansi dan aktivitas dari sikap sumber yang digunakan selama produktivitas berlangsung dengan membandingkan jumlah yang dihasilkan dengan setiap sumber yang digunakan. Jadi produktivitas adalah ukuran yang menunjukkan pertimbangan antara input dan output yang dikeluarkan perusahaan serta peran pekerja yang dimiliki per satuan waktu (Muchdarsyah, Sinungun 2008).

(50)

Produktivitas pada pekerja yang tidak produktif dapat disebabkan oleh kapasitas kerja yaitu kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan dan disebabkan oleh beban tambahan akibat lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, dan faktor pada pekerja sendiri yang meliputi faktor biologi, fisiologis, dan psikologis. Pada saat penelitian, terdapat pemanen yang sedang istirahat pada saat jam kerja dan tidak ada pengawasan oleh mandor terhadap pekerjaannya.

5.4 Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas pada Pekerja di PT

Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016

Terdapat keterkaitan yang erat antara kelelahan yang dialami oleh pekerja dengan kinerja perusahaan. Apabila tingkat produktivitas seorang pekerja terganggu yang disebabkan oleh faktor kelelahan fisik maupun psikis, maka akibat yang ditimbulkannya akan dirasakan oleh perusahaan berupa penurunan produktivitas perusahaan. Pekerja sebagai aset investasi perusahaan perlu dikelola dengan baik dan benar, antara lain dengan memperhatikan faktor-faktor kemungkinan timbulnya kelelahan.

(51)

Hasil penelitian ini juga sesuai dengan pernyataan Grandjean dalam Tarwaka (2004) yaitu kelelahan merupakan suatu kelompok gejala yang berhubungan dengan penurunan kesiagapan, kapasitas, dan efisiensi kerja, keterampilan, motivasi serta peningkatan kecemasan atau kebosanan yang dapat berakibat pada peningkatan kesalahan kerja, ketidakhadiran, keluar kerja, kecelakaan kerja, dan penurunan produktivitas

(52)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016, dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Ada hubungan yang signifikan antara kelelahan dengan produktivitas pada pekerja berdasarkan pengukuran dengan menggunakan uji korelasi Rank Spearman (Spearman’rho p-value 0,000 < 0,05). Hubungan ini di tunjukan

dengan nilai korelasi sebesar -0,602 yang termasuk kedalam kategori kuat. Artinya jika kelelahan tinggi maka produktivitas akan menjadi rendah begitu sebaliknya.

6.2 Saran

1. Bagi Pekerja

a. Membiasakan diri melakukan peregangan otot seperti menggerakkan anggota tubuh kepala, badan, tangan, dan kaki sebelum pekerjaan dimulai, di sela-sela pekerjaan, saat istirahat dan setelah bekerja dengan tujuan sirkulasi darah tetap lancar ke seluruh anggota tubuh

(53)

2. Bagi Perusahaan

a. Adanya program peregangan otot atau latihan peregangan otot yang dilakukan sebelum bekerja dan setelah secara rutin agar otot tidak kaku dan nyeri pada saat bekerja.

(54)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kelelahan

2.1.1 Defenisi Kelelahan

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Istilah kelelahan biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi semuanya bermuara kepada kehilangan efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta ketahanan tubuh. Kata kelelahan (fatigue) menunjukkan keadaan yang berbeda–beda, tetapi semuanya berakibat kepada pengurangan kapasitas kerja dan ketahanan tubuh (Suma’mur P.K, 2009).

Kelelahan merupakan suatu perasaan yang bersifat subjektif. Istilah kelelahan mengarah pada kondisi melemahnya tenaga untuk melakukan suatu kegiatan (Budiono, dkk., 2003).

Kelelahan akibat kerja seringkali diartikan sebagai proses menurunnya efisiensi, performansi kerja dan berkurangnya kekuatan atau ketahanan fisik tubuh untuk terus melanjutkan kegiatan yang harus dilakukan. Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak. Pada susunan syaraf pusat terdapat sistem aktivitas atau bersifat simpatis dan inhibisi atau bersifat parasimpatis (Wignjosoebroto, 2003).

(55)

suatu pekerjaan hingga seseorang mencapai pada titik yang lemah, lesu, letih dan lelah.

2.1.2 Penyebab Kelelahan

Menurut Suma’mur P.K (2009) yang dapat menyebabkan terjadinya

kelelahan adalah keadaan monoton, beban dan lamanya pekerjaan baik fisik maupun mental, keadaan lingkungan seperti iklim kerja, penerangan dan kebisingan, kondisi kejiwaan seperti tanggung jawab, kekhawatiran atau konflik, perasaan sakit, penyakit dan keadaan gizi.

(56)

Menurut Kroemar & Grandjean dalam Tarwaka (2004) faktor-faktor yang menyebabkan kelelahan dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Teori kombinasi pengaruh penyebab kelelahan dan penyembuhan yang diperlukan untuk menyeimbanginya

Intensitas dan lamanya kerja fisik dan mental

Problem fisik: tanggung jawab, kekhawatiran konflik

Lingkungan: iklim, penerangan, kebisingan

Kenyerian dan kondisi kesehatan

Circadian rhytm Nutrisi

Pemulihan/ penyegaran

(57)

2.1.3 Klasifikasi Kelelahan

Kelelahan dapat dibedakan berdasarkan: 1. Proses dalam otot yang terdiri dari :

a. Kelelahan otot, adalah suatu penurunan kapasitas otot dalam bekerja akibat kontraksi yang berulang. Kontraksi otot yang berlangsung lama mengakibatkan keadaan yang dikenal sebagai kelelahan otot. Otot yang lelah akan menunjukkan kurangnya kekuatan, bertambahnya waktu kontraksi dan relaksasi, berkurangnya koordinasi serta otot menjadi gemetar.

b. Kelelahan umum, adalah perasaan yang menyebar yang disertai adanya penurunan kesiagaan dan kelambanan pada setiap aktivitas. Kelelahan umum biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).

2. Penyebab terjadinya kelelahan yang terdiri dari:

a. Kelelahan fisiologis, adalah kelelahan yang timbul karena adanya perubahan-perubahan faal dalam tubuh. Dari segi fisiologis, tubuh manusia dapat dianggap sebagai mesin yang mengkonsumsi bahan bakar dan memberikan output yang berupa tenaga yang berguna untuk melaksanakan aktivitas sehari-hari.

(58)

tubuhnya. Beberapa sebab kelelahan ini diantaranya: kurangnya minat dalam pekerjaan, berbagai penyakit, monotoni, keadaan lingkungan, adanya hukum atau nilai moral yang mengikat yang dirasakan tidak cocok baginya, serta sebab-sebab fisikologis lain seperti tanggung jawab, kekhawatiran, dan konflik-konflik. Pengaruh-pengaruh ini seakan-akan terkumpul didalam tubuh (benak) dan menimbulkan rasa lelah.

3. Waktu terjadinya kelelahan yang tediri dari:

a. Kelelahan akut, terutama disebabkan oleh kerja suatu organ atau seluruh tubuh secara berlebihan.

b. Kelelahan kronis, yaitu kelelahan yang disebabkan oleh sejumlah faktor yang berlangsung secara terus-menerus dan terakumulasi untuk jangka waktu yang panjang. Gejala-gejala yang tampak jelas akibat lelah kronis ini dapat dicirikan seperti; meningkatnya emosi dan rasa jengkel sehingga orang menjadi kurang toleran terhadap orang lain, munculnya sikap apatis terhadap pekerjaan, depresi yang berat, dan lain-lain (Wignjosoebroto, 2003).

Terdapat dua jenis kelelahan, yaitu kelelahan otot dan kelelahan umum (AM Sugeng Budiono, 2003).

1. Kelelahan Otot (Muscular Fatigue)

(59)

pekerja dalam melakukan pekerjaannya dan meningkatnya kesalahan dalam melakukan kegiatan kerja, sehingga dapat memengaruhi produktivitas kerjanya. Gejala kelelahan otot dapat terlihat pada gejala yang tampak dari luar atau external signs (AM Sugeng Budiono, 2003).

Sampai saat ini masih berlaku dua teori tentang kelelahan otot yaitu teori kimia dan teori saraf pusat terjadinya kelelahan. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot. Sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan saraf adalah penyebab sekunder. Sedangkan pada teori saraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses.

Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya rangsangan saraf melalui saraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot. Rangsangan aferen ini menghambat pusat-pusat otak dalam mengendalikan gerakan sehingga frekuensi potensial kegiatan pada sel saraf menjadi berkurang. Berkurangnya frekuensi tersebut akan menurunkan kekuatan dan kecepatan kontraksi otot dan gerakan atas perintah kemauan menjadi lambat. Dengan demikian semakin lambat gerakan seseorang akan menunjukkan semakin lelah kondisi otot seseorang (Tarwaka, 2004).

2. Kelelahan Umum (General Fatigue)

(60)

kelelahan tersebut. Tidak adanya gairah untuk bekerja baik secara fisik maupun psikis, segalanya terasa berat dan merasa “ngantuk” (AM Sugeng Budiono, 2003).

Kelelahan umum biasanya ditandai berkurangnya kemauan untuk bekerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya kerja fisik, keadaan dirumah, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan gizi (Tarwaka, 2004).

2.1.4 Gejala Kelelahan

Menurut Sumakmur P.K (2009) gejala atau tanda-tanda yang berhubungan dengan kelelahan dapat dilihat pada tabel 2.1 :

Tabel 2.1 Gejala atau perasaan atau tanda yang berhubungan dengan kelelahan

Perasaan berat di kepala Menjadi lelah seluruh badan

Kaki merasa berat Menguap

Merasa kacau pikiran Mengantuk

Merasa berat pada mata Kaku dan canggung dalam gerakan Tidak seimbang dalam berdiri Mau berbaring

Merasa susah berfikir Lelah berbicara

Gugup Tidak dapat berkonsentrasi

Tidak dapat memfokuskan perhatian terhadap sesuatu

Tidak dapat tekun dalam melakukan pekerjaan

Kurang kepercayaan diri Cemas terhadap sesuatu Tidak dapat mengontrol sikap Cenderung untuk lupa

Sakit kepala Kekakuan di bahu

Merasa nyeri di punggung Merasa pernafasan tertekan

Merasa haus Suara serak

Merasa pening Spasme kelopak mata

Tremor pada anggota badan Merasa kurang sehat

(61)

Selain itu pada kelelahan kronis perasaan lesu tampak sebagai suatu gejala penting. Gejala-gejala psikis pada penderita kelelahan kronis adalah perbuatan penderita yang antisosial sehingga tidak cocok dan menimbulkan sengketa dengan orang-orang sekitar; pada penderita terjadi depresi, berkurangnya tenaga fisik dan juga energi mental kejiwaan serta hilangnya inisiatif. Gejala psikis demikian sering disertai kelainan psikosomatis seperti sakit kepala yang tanpa adanya penyebab organis, vertigo, gangguan pencernaan, sukar atau tidak dapat tidur, dan lain-lain.

2.1.5 Akibat Kelelahan

Konsekuensi akibat kelelahan dalam hal ini menyebabkan tingkat absentisme akan meningkat terutama mangkir kerja pada waktu jangka pendek

disebabkan kebutuhan istirahat lebih banyak atau meningkatnya angka sakit (Suma’mur P.K., 2009).

(62)

memungkinkan faktor penting dalam sebab ataupun akibat (Suma’mur P.K.,

2009).

2.1.6 Pengukuran Kelelahan

Metode pengukuran kelelahan sangat banyak ragamnya dan merupakan suatu perasaan subyektif yang sulit diukur sehingga di perlukan pendekatan secara multidisiplin. Adapun parameter yang digunakan untuk mengukur kelelahan adalah : Waktu Reaksi Seluruh Tubuh atau Whole Body Reaction Test (WBRT), Uji ketuk Jari (Finger Taping Test), Uji Flicker Fusion, Uji Critical Fusion, Uji Bourdon Wiersma, Skala Kelelahan IFRC (Industrial Fatique Rating Comite),

Ekskresi Katikolamin, dan Stroop Test (Suma’mur P.K., 2009).

Menurut Tarwaka (2004) pengukuran kelelahan dapat diukur dengan berbagai cara, yaitu :

1. Kualitas dan kuantitas hasil kerja

(63)

2. Perasaan kelelahan secara subyektif (Subjective feelings of fatigue)

Subjective Self Rating Test dari Industrial Fatigue Research Committee

(IFRC) Jepang, merupakan kuesioner untuk mengukur tingkat kelelahan subyektif. Kuesioner tersebut berisi 30 daftar pertanyaan yang terdiri dari :

a. 10 pertanyaan tentang pelemahan kegiatan, meliputi: perasaan berat di kepala, lelah di seluruh badan, berat di kaki, menguap, pikiran kacau, mengantuk, ada beban pada mata, gerakan canggung dan kaku, berdiri tidak stabil, ingin berbaring.

b. 10 pertanyaan tentang pelemahan motivasi: susah berfikir, lelah untuk bicara, gugup, tidak berkonsentrasi, sulit untuk memusatkan perhatian, mudah lupa, kepercayaan diri berkurang, merasa cemas, sulit mengontrol sikap, tidak tekun dalam pekerjaan.

c. 10 pertanyaan tentang gambaran kelelahan fisik: sakit di kepala, kaku di bahu, nyeri di punggung, sesak nafas, haus, suara serak, merasa pening, spasme di kelopak mata, tremor pada anggota badan, merasa kurang sehat.

3. Alat ukur perasaan kelelahan kerja (KAUPK2)

KAUPK2 (Kuesioner Alat Ukur Perasaan Kelelahan Kerja) merupakan parameter untuk mengukur perasaan kelelahan sebagai gejala subyektif yang dialami pekerja dengan perasaan yang tidak menyenangkan. Keluhan yang dialami pekerja setiap harinya membuat mereka mengalami kelelahan kronis. a. Pengukuran gelombang listrik pada otak

(64)

b. Uji psiko-motor (Psychomotor Test)

Pengukuran ini dilakukan dengan cara melibatkan fungsi persepsi, interpretasi dan reaksi motorik dengan menggunakan alat digital reaction timer untuk mengukur waktu reaksi.

2.1.7 Cara Mengatasi Kelelahan

Untuk menghindari rasa lelah diperlukan adanya keseimbangan antara masukan sumber datangnya kelelahan tersebut (faktor penyebab kelelahan) dengan jumlah keluaran yang diperoleh lewat proses pemulihan (recovery). Proses pemulihan dapat dilakukan dengan cara memberikan waktu istirahat yang cukup atau dengan cara memperpendek jam kerja harian yang nantinya akan menghasilkan kenaikan output per jam, sebaliknya dengan memperpanjang jam kerja harian akan memperlambat kecepatan (tempo) kerja yang akhirnya berakibat pada penurunan prestasi kerja perjamnya (Wignjosoebroto, 2003).

(65)

2.2 Produktivitas

2.2.1 Defenisi Produktivitas

Produktivitas diartikan sebagai hubungan antara hasil nyata maupun fisik (barang-barang dan jasa) dengan masuknya yang sebenarnya. Produktivitas adalah ukuran efisiensi produktif. Suatu perbandingan antara hasil keluaran (output) dan masukan (input). Masukan sering dibatasi dengan masukan pekerja, sedangkan keluaran diukur dalam kesatuan fisik bentuk dan nilai (Muchdarsyah, 2008).

Secara teknis produktivitas merupakan perbandingan antara keluaran (output) terhadap masukan (input) yang dapat diukur dengan melakukan penilaian yang bersifat parsial, misalnya keluaran dalam bentuk hasil pelaksanaan kerja per unit waktu terhadap masukan yang diperuntukkan bagi intervensi kesehatan dan biasanya menunjukkan hasil yang positif (Suma’mur P.K, 2009).

(66)

2.2.2 Faktor-faktor yang Memengaruhi Produktivitas

Pada dasarnya produktivitas dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu beban kerja, kapasitas kerja, dan beban tambahan akibat lingkungan kerja. Beban kerja berhubungan dengan beban fisik, mental maupun sosial yang memengaruhi tenaga kerja. Kapasitas kerja berkaitan dengan kemampuan untuk menyelesaikan pekerjaan pada waktu tertentu sedangkan beban tambahan akibat lingkungan kerja meliputi faktor fisik, kimia, dan faktor pada pekerja sendiri yang meliputi faktor biologi, fisiologis, dan psikologis. Banyak faktor yang memengaruhi produktivitas baik terhadap pekerja itu sendiri maupun terhadap lingkungan pekerjaannya. Menurut Hariandja (2002), faktor–faktor yang memengaruhi produktivitas adalah: a. kemampuan; kecakapan yang dimiliki berdasarkan pengetahuan, lingkungan

kerja yang menyenangkan menambah kemampuan pekerja.

b. sikap; yang menyangkut perangai pekerja yang banyak dihubungkan dengan moral dan semangat kerja.

c. situasi dan keadaan lingkungan; faktor ini menyangkut fasilitas dan keadaan dimana semua pekerja dapat bekerja dengan tenang serta sistem kompensasi yang ada.

d. motivasi; tiap pekerja perlu diberikan dorongan dalam usaha meningkatkan produktivitas.

(67)

Menurut Muchdarsyah Sinungun (2005) tinggi rendahnya produktivitas seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain; manusia, modal, metode (proses), lingkungan organisasi (internal), lingkungan produksi, lingkungan negara (eksternal), lingkungan internal maupun regional dan umpan balik.

Menurut Suma’mur P.K. (2009) selain faktor kesehatan, ada beberapa

faktor yang juga memengaruhi tingkat produktivitas yaitu motivasi kerja, latar belakang pendidikan, keterampilan tenaga kerja, profesionalitas, pengalaman, kompetensi kerja, tingkat kesejahteraan, jaminan kontiniutas kerja, jaminan sosial, adanya apresiasi, hubungan kerja dan hubungan industrial, citra perusahaan, serta lingkungan sosial budaya. Untuk itu, kesehatan bukanlah faktor utama yang menentukan produktivitas, namun tanpa kesehatan tidak mungkin produktivitas yang baik dapat diwujudkan.

2.2.3 Pengukuran Produktivitas

Menurut Yuniasih dan Suwanto (2008) bahwa produktivitas dapat diukur dengan dua standar utama yaitu produktivitas fisik dan produktivitas nilai. Produktivitas fisik dapat diukur dari aspek kuantitas dan kualitas produk yang dihasilkan, sedangkan produktivitas nilai dapat diukur atas dasar nilai-nilai kemampuan sikap, perilaku, disiplin, motivasi, kerjasama dan komitmen terhadap pekerjaannya.

(68)

penempatan perusahaan yang tetap seperti dalam menentukan target atau sasaran tujuan yang nyata dan pertukaran informasi antara pekerja dan manajemen secara periodik terhadap masalah-masalah yang saling berkaitan (Muchdarsyah Sinungan, 2003).

Menurut (Muchdarsyah Sinungan, 2003) terdapat beberapa hal yang memengaruhi kelayakan produktivitas pekerja yang kemudian dijadikan indikator dalam pengukuran produktivitas, yaitu:

1. Kondisi Organisasi

Kondisi organisasi adalah pertimbangan-pertimbangan rasional dalam lingkungan kerja yang ditimbulkan oleh pekerjaan-pekerjaan dalam pengorganisasian baik secara emosi maupun bawah sadar yang kemudian berpengaruh pada tingkah laku pekerja.

2. Kelelahan yang dipaksakan

Kelelahan dapat mengurangi aktivitas yang akhirnya mengakibatkan ketidakmampuan meneruskan pekerjaan secara maksimal. Jika didorong keinginan yang kuat seseorang akan dapat bekerja cukup lama tanpa merasa letih, padahal sebenarnya mereka merasakan kelelahan pikiran.

3. Kejenuhan

(69)

4. Peristiwa Kerja

Peristiwa-peristiwa kerja yang di maksud adalah situasi yang tidak terkontrol yang dapat menyebabkan hal-hal yang tidak diinginkan.

5. Kecelakaan Kerja

Kecelakaan kerja biasanya diakibatkan oleh sebab-sebab yang beragam dan saling berhubungan yaitu sebab intrinsik, antara lain: kondisi tubuh, usia, pengalaman, dan psikologis serta sebab ekstrinsik berkaitan dengan lingkungan kerja, antara lain: alat yang digunakan, jenis pekerjaan, dan tempat kerja.

Dapat disimpulkan bahwa seseorang sudah bekerja dengan produktif apabila sudah menunjukkan output kerja yang sudah mencapai ketentuan minimal hingga maksimal. Ketentuan ini berdasarkan hasil besaran keluaran yang dihasilkan secara normal dan diselesaikan dalam jangka waktu yang sesuai dan layak di dalam suatu perusahaan.

2.3 Pemanen Kelapa Sawit

(70)

Panen dilakukan 6 hari dalam seminggu, 1 hari untuk pemeliharaan alat. Tingkat produksi dipengaruhi kualitas tanaman, kesuburan tanah, keadaan iklim, umur tanaman, pemeliharaan tanaman dan serangan hama penyakit. Panen memerlukan teknik tertentu agar mendapatkan hasil panen yang berkualitas. Cara yang tepat akan memengaruhi kuantitas produksi, sedangkan waktu yang tepat akan memengaruhi kualitas produksi, kegiatan panen kelapa sawit meliputi : 1. Persiapan panen.

Persiapan panen merupakan pekerjaan yang mutlak dilakukan untuk memutuskan tanaman belum menghasilkan (TBM) menjadi tanaman menghasilkan (TM). Persiapan panen yang baik akan menjamin tercapainya target produksi dengan biaya yang seminimal mungkin, kegiatan persiapan tediri dari kesiapan kondisi areal, penyediaan tenaga panen, pembagian seksi potong buah, penyediaan alat- alat kerja. Kegiatan persiapan panen kelapa sawit yang dilakukan adalah :

a. tanaman kelapa sawit mencapai ketinggian 8 meter 60% pohon telah menghasilkan tandan matang panen

b. berat TBS rata-rata ≥ 22,15 kg c. membuat jalan pikul

d. membuat tempat pengumpulan hasil (TPH).

(71)

2. Cara pelaksanaan panen

Proses kerja memanen kelapa sawit meliputi pekerja memotong tandan buah segar (TBS), memungut brondolan, menumpukkan pelepah daun yang di potong secara teratur dengan cara ditelungkupkan dan mengangkut dari pohon ke tempat pengumpulan hasil (TPH) serta ke pabrik. Pelaksanaan panen dan pengangkutan ke pabrik tidak dilakukan secara sembarangan, tetapi perlu dilakukan dengan baik sehingga diperoleh buah dengan rendemen minyak yang tinggi dengan kualitas minyak yang baik.

3. Rotasi dan sistem panen

Rotasi panen adalah waktu yang diperlukan antara panen terakhir sampai panen berikutnya pada tempat yang sama. Dalam pemanenan kelapa sawit umumnya menggunakan rotasi 7 hari. Artinya satu areal panen harus dimasuki (diancak) pemanen tiap 7 hari. Rotasi panen dianggap baik bila buah tidak lewat matang, yaitu dengan menggunakan sistem 6/7, artinya dalam satu minggu terdapat 6 hari panen dan masing - masing ancak panen diulang 7 hari berikutnya. 4. Penanganan buah selepas panen

(72)

5. Pengangkutan tandan buah segar (TBS) ke pabrik

Tandan buah segar harus segera diangkut ke pabrik untuk diolah. Buah yang tidak segera diolah akan mengalami kerusakan. Alat angkut yang dapat digunakan dari kebun ke pabrik diantaranya adalah truk. Setelah tandan buah segar (TBS) sampai di pabrik, segera dilakukan penimbangan. Penimbangan penting dilakukan terutama untuk mendapatkan angka-angka yang berkaitan dengan produksi, pembayaran upah pekerja dan perhitungan rendemen minyak sawit.

2.4 Hubungan Kelelahan dengan Produktivitas

Kelelahan merupakan kriteria kompleks yang tidak hanya menyangkut kelelahan fisiologis dan psikologis tetapi dominan hubungannya dengan penurunan produktivitas. Adapun faktor yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah pekerja, maka dari itu kondisi pekerja harus selalu dijaga baik fisik maupun psikologisnya, karena hal tersebut sangat memengaruhi dalam bekerja. Pekerjan yang terus menerus dilakukan dan bersifat monoton akan berakibat kelelahan dan kelelahan akan berakibat menurunnya konsentrasi bekerja dan memengaruhi pada hasil kerja.

(73)

2.5 Kerangka Konsep

Kerangka Konsep dalam penelitian ini adalah :

Gambar 2.2 Kerangka Konsep

Dalam penelitian ini peneliti ingin mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas dimana kerangka konsep dalam penelitian ini adalah kelelahan yang hasil ukurnya dibagi kedalam empat klasifikasi kelelahan yaitu rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. Produktivitas dibagi menjadi tidak produktif dan produktif.

Variabel bebas (X) : Kelelahan

a. Rendah b. Sedang c. Tinggi

d. Sangat Tinggi

Variabel terikat (Y) : Produktivitas

(74)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting bagi produktivitas dan peningkatan produktivitas pekerja selaku sumber daya manusia. Untuk bekerja produktif pekerjaan harus dilakukan dengan cara kerja dan pada lingkungan kerja yang memenuhi syarat kesehatan. Apabila persyaratan tersebut tidak dipenuhi, maka terjadi gangguan pada kesehatan misalnya kelelahan dan daya kerja pekerja yang akhirnya berpengaruh buruk terhadap produktivitas (Suma’mur P.K, 2009).

Menurut Tarwaka (2004), ada banyak faktor yang memengaruhi produktivitas dan salah satunya adalah kelelahan. Kelelahan secara langsung memengaruhi performansi kerja. Ada kecenderungan bahwa tingkat performansi kerja seseorang yang tinggi disebut sebagai orang yang menunjukkan produktivitas yang tinggi, namun sebaliknya seseorang yang tingkat performansi kerjanya tidak memenuhi kriteria perusahaan maka pekerja tersebut dikatakan mempunyai produktivitas yang rendah.

(75)

Seseorang yang mengalami kelelahan akan menunjukan tanda-tanda seperti: sakit kepala (pusing), melamun, kurang konsentrasi, penglihatan kabur, susah menjaga mata agar tetap terbuka, konstan menguap bahkan tertidur saat bekerja, mudah tersinggung, jangka waktu menyimpan memori (ingatan) singkat, motivasi rendah, halusinasi, gangguan dalam mengambil keputusan dan penilaian, memperlambat refleks dan tanggapan, fungsi sistem kekebalan tubuh berkurang, frekuensi melakukan salah meningkat (Suma’mur,P.K 2009).

Produktivitas merupakan suatu ukuran kinerja seberapa baik sumber daya produksi manusia dan sumber daya produksi dimanfaatkan untuk mendapatkan hasil kerja yang ingin dicapai oleh suatu individu, organisasi atau perusahaan. Pentingnya produktivitas bagi pemerintah dan administrator publik adalah produktivitas akan menyeimbangkan budget dan kualitas pelayanan, bagi para manajer adalah untuk memperbaiki profitabilitas, dan bagi pekerja produktivitas adalah alat untuk meningkatkan kompensasi kinerja dan prestasi dalam bekerja (Tarwaka,2004).

Penelitian yang dilakukan Delima Kristina yang berjudul “Hubungan antara Motivasi Kerja dengan Produktivitas Kerja Pemanen Kelapa Sawit di PT X Tahun 2004”, berdasarkan hasil penelitian dari dua variabel didapatkan bahwa ada hubungan antara motivasi kerja dengan produktivitas kerja pekerja pemanen kelapa sawit tahun 2004 (Kristina, 2004).

(76)

dikatakan bahwa sejauh ini belum ada penelitian yang membahas tentang hubungan kelelahan dengan produktivitas pekerja yang dilakukan di Pabrik Kelapa Sawit PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016. Dengan demikian penelitian ini merupakan penelitian pertama yang membahas dan menganalisis hubungan kelelahan dengan produktivitas pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016.

Tanaman kelapa sawit merupakan salah satu sumber minyak nabati, sehingga minyak kelapa sawit sangat dibutuhkan oleh semua kalangan. Banyak hal yang harus dilakukan untuk mendapatkan kelapa sawit yang berkualitas bagus diantaranya dengan hasil panen yang diperoleh harus benar-benar baik dilihat dari kematangan buah. Buah kelapa sawit yang masak adalah yang berwarna kemera-merahan dan adanya buah yang jatuh dibawah pohon membuktikan bahwa adanya buah kelapa sawit yang siap panen. Pentingnya pemanenan ini tentunya agar buah tidak busuk dipohon. Dengan adanya panen yang baik maka tidak akan terjadi kesalahan dalam memanen buah kelapa sawit.

(77)

Terletak di Desa Pulo Dogom Kecamatan Kualuh Hulu Kabupaten Labuhanbatu Utara Propinsi Sumatera Utara dengan luas lahan kebun sawit 2194,79 Ha saat ini dengan cara panen tanaman yang tingginya 2-5 m dilakukan dengan cara jongkok dengan alat dodos, sedangkan tanaman dengan ketinggian 5-10 m dipanen dengan cara berdiri dan menggunakan alat egrek. Tanaman dengan tinggi 8 m dilakukan dengan egrek fiber dan arit bergagang panjang. Dalam proses panen dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan seperti;memotong tandan, mengambil atau mendodos buah yang telah siap untuk dipanen, mengutip brondolan hasil dari rontokan panen dan mengangkut hasil panen ke tempat pemungutan hasil (TPH).

Kegiatan panen buah kelapa sawit di afdeling 1 yang seluas 602,67 Ha masih menggunakan tenaga manusia dengan alat panen yang masih sederhana dan bersifat manual. Pekerja panen melakukan pekerjaan panen menggunakan sistem rotasi 6/7, artinya dalam satu luasan areal tertentu dibagi menjadi 6 hari panen yaitu hari senin sampai dengan hari sabtu dengan rotasi ulangan 7 hari. Dalam satu kali rotasi pekerja pemanen buah kelapa sawit rutin selama delapan jam per harinya selama enam hari kerja, dengan luas lahan yang diberikan sebesar 2,5 Ha untuk setiap pekerja dengan rata-rata jumlah tanaman (pokok) sekitar 338 tanaman kelapa sawit dengan ketinggian tanaman hampir sama yaitu lebih dari 8 meter. Pada afdeling 1 berat buah (janjang) rata-rata seberat 22,15 kg.

(78)

batang (10 meter) dengan berat 6,8 kg dan dibawa diatas pundak sebelah kanan masing-masing pekerja. Terdapat pekerja yang kebanyakan tidak membawa bekal dan air minum di afdeling dan lebih memilih untuk makan dirumah sebab perusahaan tidak menanggung biaya makan pekerja di kantin, perusahaan hanya menyediakan air minum di kantin tetapi jarak kantin dengan afdeling jauh berjarak 3 km. Terlihat juga pada waktu istirahat pekerja tidak menggunakan waktu untuk beristirahat untuk makan dan minum pada siang hari dan masih adanya pekerja yang bekerja di waktu istirahat yang telah di tetapkan oleh perusahaan.

Melalui wawancara singkat pada beberapa pekerja pemanen kelapa sawit ditemukan beberapa kondisi pelemahan dari pekerja yang menunjukkan kelelahan seperti merasa lelah di seluruh badan, merasa nyeri di bagian punggung, perasaan berat dikepala, kaku ditangan dan kaki, merasa lesu, mengantuk, merasa kaku dibahu dan rasa ingin berbaring.

Berdasarkan data PT Anugerah Sawit Makmur pada Tahun 2015, hasil produksi perusahaan tidak stabil. Pada Januari yaitu 682,540 ton, Februari yaitu 503 ton, Maret yaitu 432,740 ton, April yaitu 590,960 ton, Mei 607,360 ton, Juni yaitu 720,630 ton, Juli yaitu 716,110 ton, Agustus yaitu 672,320 ton, September yaitu 627,760 ton, Oktober yaitu 871,860 ton, November yaitu 824,750 ton dan Desember yaitu 579,600 ton.

(79)

pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah apakah ada hubungan kelelahan dengan produktivitas pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui tingkat kelelahan pada pekerja pemanen kelapa sawit di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016. 2. Untuk mengetahui produktivitas pada pekerja pemanen kelapa sawit PT

Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016. 3. Untuk mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas pada pekerja

di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016.

1.4 Hipotesis

Adapun hipotesis dalam penelitian ini adalah:

(80)

1.5 Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan bagi perusahaan agar dapat menyusun kebijakan di dalam meningkatkan produktivitas pekerja di tempat kerja.

2. Dapat memberikan informasi dan pengetahuan terhadap pekerja tentang kelelahan yang berhubungan dengan produktivitas.

(81)

ABSTRAK

Kelelahan mengakibatkan terjadinya penurunan daya kerja dan berkurangnya ketahanan tubuh untuk bekerja, sehingga pekerja menghentikan pekerjaannya dan mengambil waktu istirahat.

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara. Jenis penelitian ini bersifat analitik dengan desain cross- sectional. Populasi penelitian ini sebanyak 97 orang pekerja dan sampel sebanyak 34 orang pekerja dengan menggunakan metode purposive sampling. Pengumpulan data kelelahan dilakukan dengan wawancara menggunakan kuesioner Subjective Self Rating Test dari International Fatigue Research Committee dan pengumpulan data produktivitas dilakukan dengan menghitung jumlah TBS (tandan buah segar) pada pekerja. Untuk mengetahui hubungan kelelahan dengan produktivitas dilakukan uji statistik menggunakan uji Rank Spearman.

Hasil penelitian menunjukkan kelelahan yang dirasakan pekerja terdapat pada kategori kelelahan rendah sebanyak 1 orang (2,9%), kelelahan sedang sebanyak 15 orang (44,1%) dan kelelahan tinggi sebanyak 18 orang (52,9%). Produktivitas pekerja yang tidak produktif sebanyak 20 orang (58,8%) dan produktivitas pekerja yang produktif sebanyak 14 orang (41,2%). Hasil uji statistik Rank Spearman menunjukkan ada hubungan yang signifikan antara kelelahan dengan produktivitas pada pekerja di PT Anugerah Sawit Makmur (Spearman’rho p-value 0,000 < 0,05). Hubungan ini di tunjukan dengan nilai koefisien korelasi sebesar -0,602 yang termasuk ke dalam kategori kuat. Artinya jika kelelahan tinggi maka produktivitas akan menjadi rendah begitu sebaliknya.

Disarankan kepada pekerja untuk membiasakan diri melakukan peregangan otot seperti menggerakkan anggota tubuh kepala, badan, tangan, dan kaki sebelum pekerjaan dimulai, di sela-sela pekerjaan, saat istirahat dan setelah bekerja dan melakukan peregangan otot sebanyak 2 kali masing-masing dalam 10 hitungan.

Gambar

Gambar 1: Pekerja sedang memanen tandan buah segar (TBS)
Gambar 2 : Lahan kebun kelapa sawit terjal dan curam
Gambar 4.1 Struktur Organisasi PT Anugerah Sawit Makmur
Tabel 4.3 Distribusi Pekerja Berdasarkan Tingkat Pendidikan di PT Anugerah Sawit Makmur, Kabupaten Labuhanbatu Utara Tahun 2016
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sanggahan ditujukan kepada Panitia Pengadaan Barang/Jasa Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Bandar Lampung paling lambat hari Selasa tanggal 29 Januari 2013 Pukul 15.00 WIB.

Kelompok Kerja III Unit Layanan Pengadaan di Lingkungan Kantor Pusat Sekretariat Jenderal Kementerian Keuangan akan melaksanakan Pelelangan Sederhana dengan

Dari penelitian tersebut didapatkan hasil bahwa faktor akuntansi yang akan mempengaruhi peringkat obligasi adalah.. pertumbuhan perusahaan sedangkan faktor non-akuntansi

 Untuk anak yang masih sekolah minta surat keterangan dari sekolah atau salinan kartu pelajar yang masih berlaku..  Bukti keuangan 3 bulan terakhir dari yang bersangkutan,

Kelaparan yang sebelumnya hanya menjadi bagian dari fenomena kemiskinan, yang sudah lebih dulu ada sejak bahkan sebelum bangsa Amerika terbentuk, kini

Falling behind merupakan kompilasi dari berbagai esai yang terfokus pada pertanyaan pokok , “Mengapa terjadi kesenjangan di antara Amerika Latin dan Amerika serikat

Kreditur yang dimaksud di sini adalah pihak yang memiliki uang ( money ), barang ( goods ), atau jasa ( service ) untuk dipinjamkan kepada pihak lain, dengan haraan dari

Dalam dunia usaha pada saat ini, dimana terjadi persaingan yang sangat ketat untuk supaya tetap bisa bertahan dan eksis dalam usaha yang telah berjalan maka para pelaku