commit to user
PERBAIKAN POLA BERJALANAMPUTEE BAWAH LUTUT
DENGAN MENGGUNAKANALIGNMENT ADAPTER FOR
PROSTHETIC FOOT BERDASARKANSTATIKA
BIOMEKANIKA
Skripsi
SebagaiPersyaratanMendapatGelarSarjanaTeknik
MUCHAMMAD WENDY DARMAWAN
I1308519
JURUSAN TEKNIK INDUSTRI FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi :
PERBAIKAN POLA BERJALANAMPUTEE BAWAH LUTUT
DENGAN MENGGUNAKAN ALIGNMENT ADAPTER FOR
PROSTHETIC FOOT BERDASARKAN STATIKA
BIOMEKANIKA
Ditulis oleh:
MUCHAMMAD WENDY DARMAWAN I1308519
Mengetahui,
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II
IlhamPriadythama, ST, MTRetnoWulanDamayanti, ST, MT NIP.19801103 200812 1 002NIP. 198003062005012 002
Pembantu Dekan I Ketua JurusanTeknikIndustri
commit to user
KATA PENGANTAR
Assalamu ‘alaikum Wr.Wb
Alhamdulillah, puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini. Shalawat serta salam kepada Rasulullah Muhammad SAW, Al Amin
suri tauladan kita.
Pada kesempatan yang sangat baik ini, dengan segenap kerendahan hati
dan rasa yang setulus-tulusnya, penulis ingin mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada :
1. Kedua orang tua tercinta, H. Darmanto dan Hj. S. Sunarti Konsepsi yang telah
memberikan doa, kasih sayang dan dukungan. Semoga kelak kita bertemu di
Surga-Nya
2. Kusno Adi Sambowo, ST , Ph.D selaku Pembantu Dekan I Fakultas Teknik
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
3. Bapak Dr. Cucuk Nur Rosyidi, ST, MT. selaku Ketua Jurusan Teknik Industri
Universitas Sebelas Maret Surakarta.
4. Bapak Ilham Priadythama , ST, MT dan Ibu Retno Wulan Damayanti, ST, MT
selaku dosen pembimbing yang telah sabar dalam memberikan pengarahan
dan bimbingan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
lancar.
5. Ibu Ir. Ir. Susy Susmartini, MSIE selaku dosen penguji skripsi I dan Bapak Ir.
Lobes Herdiman, MT selaku dosen penguji skripsi II yang berkenan
memberikan saran dan perbaikan terhadap skripsi ini.
6. Bapak Bambang Suhardi, ST, MT. selaku pembimbing akademis. Terima
kasih atas bimbinganya selama ini.
7. Dosen-dosen Teknik Industri yang memberikan ilmu dan nilai yang obyektif
selama ini.
8. Para staf dan karyawan Jurusan Teknik Industri (mba’ Yayuk, mba’ Rina, pak
Agus, mba’Tutik), atas segala kesabaran dan pengertiannya dalam
9. Dek Retno Kumoro yang tak bosan dan tak lelah menyemangati saya untuk
menyelesaikan TA ini.
10.Mbak Avi Meilawati dan Mas Trisna Tirtana. Terimakasih motivasinya.
11.Teman-teman Teknik Industri Transfer 2008: Hadi dulur dan Ridho dulur
(makasih sudah mau menampung saya waktu saya terpuruk), Sandy, Vembi -
Istri, Ayiek - Markiyem, Komandan, Arli Gajah, Simbah Romi, , Bpk/Ibu
Camat , Topix - Rifka, Galih, Henry, Faris, Rika, Agarika, Desty, Anand-Ulo,
Putri, Cici, Gambrenx, Yohanez Krisna - Natalia, Agung , Safi’i-istri, Inul,
Restu, Fuad, Altona, Ridwan. Semoga persahabatan kita berlanjut sampai
kakek nenek. Amin
12.Seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan dalam kata pengantar ini.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi rekan-rekan mahasiswa maupun
siapa saja yang membutuhkannya. Penulis menyadari bahwa laporan tugas akhir
ini masih jauh dari sempurna, dengan senang hati dan terbuka penulis menerima
segala saran dan kritik yang membangun.
Surakarta, Juli 2011
commit to user
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
LEMBAR VALIDASI ... iii
SURAT PERNYATAAN ORISINALITAS KARYA ILMIAH ... iv
SURAT PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... viii
ABSTRACT ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR GAMBAR ... xiv
DAFTAR ISTILAH ... xviii
DAFTAR LAMPIRAN ... xxii
BAB I PENDAHULUAN ... I-1
1.1 Latar Belakang ... I-1
1.2 Perumusan Masalah ... I-4
1.3 Tujuan Penelitian ... I-4
1.4 Manfaat Penelitian ... I-4
1.5 Batasan Masalah ... I-4
1.6 Asumsi Penelitian ... I-5
1.7 Sistematika Penulisan ... I-5
BAB IITINJAUAN PUSTAKA ... II-1
2.1 ... Amputas
i ... II-1
2.2 ... Prostheti
c KakiBawahLutut ... II-2
2.2.1 Prosthetic kaki bawahlutut ... II-2
2.3 ... Alignme
nt Below Knee Prosthetic ... II-5
2.3.1 Bench alignment/ alignment plumb line ... II-5
2.3.2 Static alignment ... II-6
2.3.3 Dynamic alignment ... II-6
2.4 ... PrinsipBi
2.4.1 Prinsip-prinsipmekanik ... II-8
2.4.2 Tingkat berjalan normal ... II-10
2.5 ... Analisis
GerakanSaatBerjalan ... II-16
2.6 ... Momen
GerakanTubuh ... II-19
2.7 ... Penelitia
nSebelumnya ... II-20
BAB III METODOLOGIPENELITIAN ... III-1
3.1 Identifikasi Permasalahan ... III-2
3.1.1 Latarbelakangmasalah ... III-2
3.1.2 Perumusanmasalah ... III-3
3.1.3 Tujuandanmanfaatpenelitian ... III-3
3.1.4 Studiliteraturdanstudiobservasi ... III-3
3.1.5 IdentifikasiAwalPerancangan ... III-4
3.2 TahapPengumpulandanPengolahan Data ... III-4
3.2.1 PerancanganKomponenAligment Adapter
DenganSolidwork 2004 ... III-5
3.2.2 Proses ManufakturRancanganAlignment Adapter
ProstheticDalamProdukNyata ... III-5
3.2.3 FabrikasiRancanganAlignment Adapter Prosthetic III-6
3.2.4 PengukuranAnthropometriPengguna Prosthetic .... III-6
3.2.5 EksperimenPengamatanGerakBerjalanPenggunaProsthetic
PadaBidangDatar ... III-6
3.2.6 PermodelanBiomekanikaPengguna Prosthetic ... III-8
3.3 TahapAnalisis ... III-9
3.4 Kesimpulandan Saran ... III-10
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA ... IV-1
4.1 Pengumpulan Data... IV-1
commit to user
4.2 Permodelan Biomekanika Pengguna Prosthetic Bawah
Lutut ... IV-21
4.4.1 Capture gerakan berjalan pengguna prosthetic
Pada bidang datar ... IV-21
4.4.2 Penentuan free body diagram dan sudut sendi
pada capture gerakan berjalan penggunaprosthetic
di bidang datar ... IV-23
4.4.3 Model formulasi gaya dan momen pada ankle
joint pengguna prosthetic ... IV-24 4.3 Pengolahan Data ... IV-64
4.3.1 Perhitungan Nilai Keseimbangan
GayaPadaKomponen Alignment Adapter yang
MengalamiPensejajaran ... IV-64
4.3.2 Perhitungan Nilai Keseimbangan
MomenpadaKomponen Alignment Adapter yang
MengalamiPensejajaran ... IV-68
4.3.3 Perhitungan Nilai Keseimbangan
GayaPadaKomponen Alignment Adapter
yangTidakMengalamiPensejajaran ... IV-72
4.3.4 Perhitungan Nilai Keseimbangan
MomenpadaKomponen Alignment Adapter yang
MengalamiPensejajaran ... IV-76
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL ... V-1
5.1 AnalisisRancanganKomponen Alignment Adapter For
Prosthetic Foot ... V-1
5.2 AnalisisBiomekanikaPadaAktivitasBerjalanPengguna
Prosthetic ... V-12
5.3 Interprestasihasil ... V-18
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... VI-1
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Komponen-komponen alignment adapter prosthetic ... IV-8 Tabel 4.2 Data anthropometri pengguna prosthetic ... IV-14 Tabel 4.3 Dimensi Prosthetic endoskeletaldenganalignment adapter .... IV-15 Tabel 4.4 Massa segmen tubuh pengguna prosthetic ... IV-17 Tabel 4.5 Proporsi massa individual segmen tubuh ... IV-18 Tabel 4.6 Panjang titik berat segmen tubuh pengguna prosthetic ... IV-20 Tabel 4.7 Rekapitulasi sudut kaki pengguna prosthetic pada gait cycle
bidang datar……….. IV-24
Tabel 4.8 Lengan momen perhitungangaya ankle joint kaki normal fase
initial contact ……….. IV-65
Tabel 4.9 Gaya beratsegmentubuhpengguna prosthetic ... IV-65 Tabel 4.10 Lengan momenperhitungangaya ankle joint kaki prosthetic
fase initial contact……….. IV-66
Tabel 4.11 Rekapitulasi perhitungan nilai gaya pada ankle joint ... IV-67 Tabel 4.12 Lengan momen perhitunganmomen ankle joint kaki normal
fase initial contact ... IV-69
Tabel 4.13 Lengan momenperhitunganmomen ankle joint kaki
prostheticfase initial contact ... IV-70
Tabel 4.14 Rekapitulasi perhitungan nilai momen pada ankle joint ... IV-71 Tabel 4.15 Lengan momen perhitungangaya ankle joint kaki normal fase
initial contact ……….. IV-72
Tabel 4.16 Gaya beratsegmentubuhpengguna prosthetic ... IV-73 Tabel 4.17 Lengan momenperhitungangaya ankle joint kaki prosthetic
fase initial contact……….. IV-74
Tabel 4.18 Rekapitulasi perhitungan nilai gaya pada ankle joint ... IV-75 Tabel 4.19 Lengan momen perhitunganmomen ankle joint kaki normal
fase initial contact ... IV-76
Tabel 4.20 Lengan momenperhitunganmomen ankle joint kaki
commit to user
DAFTAR ISTILAH
A
Add on = Komponenataubagiandarisesuatu yang
dapatdipasangkanpadasuatuproduk yang
berfungsimelengkapiataumeningkatkankemampu
andariproduktersebut.
Amputasi = Pemotongan anggota tubuh.
Ankle Circumreference = Nilai lingkar terkecil pada segmen betis.
Ankle joint = Sendi yang menghubungkantelapak kaki
denganbetis yang terbentukdariartikulasitulang
tibia dan fibula sertatulang talus.
Anterior = Bagian depan dari anggota tubuh.
Anteroposterior = Arah depan dan belakang tubuh.
C
Calf Circumreference = Nilai dari lingkar terbesar pada segmen betis.
Capture = Potongangambar yang di perolehdari video.
Center of mass = Titikkonsentrasimassasuatuobjek.
D
Deformitas =
Perubahandanposisisuatuobjekdalamjangkawaktu
tertentu.
Distal = Ujung segmen tubuh yang terjauh dari pusat
tubuh.
Dorsi flexion = Gerak pergelangan kaki yang memungkinkan
telapak kaki bergerak mendekati bagian betis.
Duralumin alloy = Salah satupaduanaluminium (93,5%)
dengantembaga (4,4%), magnesium (1,5%)
danmangan ( 0,6%).
E
Endoskeletal =Prosthetic dengan rangka dalam menjadi penumpu.
Equilibrium = Kondisi suatu sitem dimana suatu faktor yang
mempengaruhinya dalam keadaan seimbang.
F
Flexion = Gerakansendi yang
menghasilkanpengurangansudutantaraduatulanga
taupermukaantubuh.
Free body diagram = Gambar diagram yang
seringdigunakanahlifisikauntukmenganalisasuatu
objek.
Foot-flat = Kondisi saat fase berdiri dimana keseluruhan
telapak kontak dengan lantai, telapak dalam
posisi mendatar.
G
Gait cycle = Istilah yang menggambarkanpolagerak yang
membentukgayaberjalan.
H
Heel contact = Kondisi saat fase berdiri pada siklus berjalan,
dimana posisi tumit menyentuh lantai.
Heel-off = Konsisi saat fase berdiri pada siklus berjalan,
dimana posisi tumit mulai terangkat dari lantai.
Helicoil = Pirantipenggantiulirdalam.
Hip = Bagian tubuh yang berada pada pangkal paha,
yang menghubungkan kedua kaki ke batang
tubuh.
Hip joint = Sendi pinggul.
I
Initial contact = Periodeawaldari gait cycle atauberjalan.
Initial swing = Periode 60-70% dari gait cycle.
commit to user
LLoading respon = Periode 10% dari gait cycle.
K
Kinematika = Studi yang menjelaskan karakteristik gerakan dari
segi ruangan tanpa melihat gaya yang
menyebabkan gerakan tersebut.
M
Midstance = Fase berdiri pada siklus berjalan dimana telapak
dalam posisi setengah menahan bobot tubuh.
Mid swing = Periode 75%-85% dari gait cycle.
P
Patellar-tendon bearing = Jenis prothese bawah lutut dimana beban tubuh
diakomodasi oleh tendon patellar pada lutut.
Pelvis = Pinggul.
Plantar flexion = Gerak pergelangan kaki yang memungkinkan
telapak kaki bergerak menjauhi bagian betis.
Pre swing = Periode 50-60% dari gait cycle.
Prosthetic = Perangkattiruansebagaipenggantianggotagerak
yang hilang
Posterior = Bagian belakang dari anggota tubuh.
Q
Quadriceps = Otot yang terletak pada paha kaki.
S
Sliding = Pergeseran.
Socket = Penghubungantara prosthetic dengantubuh.
Stance phase = Fase berdiri pada siklus berjalan.
Stump = Bagian segmen tubuh sisa dari amputasi, dihitung
dari pangkal segmen tubuh itu sendiri.
SACH foot = Jenis telapak alat ganti anggota gerak bawah
(telapak prothese kaki) dengan bahan kayu
dilapisi karet dan bersifat statis.
T
Tibia = Tulang kering.
Tilting = Pergeseransudutataurotasi.
Toe-off = Bagian dari fase berdiri pada siklus berjalan
dimana ujung kaki mulai off atau terangkat dari
lantai.
Trochanter = Ujung penonjolan tulang lateral di akhir tulang
commit to user
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kontraktur stump ... II-2 Gambar 2.2 Cakupangerakpadatungkai kaki normal ... II-2 Gambar 2.3 Below knee prosthetic ... II-3 Gambar 2.4 Bench alignment ... II-6 Gambar 2.5 Static alignment ... II-7 Gambar 2.6 Dynamic alignment ... II-8 Gambar 2.7 Kekuatan momen ... II-10 Gambar 2.8 Siklus berjalan normal... II-11 Gambar 2.9 Faseberdiridanberayun ... II-12 Gambar 2.10 Mekanisme otot-otot kaki ... II-12 Gambar 2.11 Tubuhsebagai system enam link dan joint ... II-17 Gambar 2.12 Permodelantitikpusatmassadempter ... II-18 Gambar 2.14 Sebuah momen ... II-20 Gambar 3.1 Metodologi penelitian ... III-1 Gambar 4.1 Kontraktur stump ... IV-2
Gambar 4.2 Cakupangerakpadatungkai kaki normal ... IV-2
Gambar 4.3 Rancangan komponen tilting atas ... IV-4 Gambar 4.4 Rancangan komponen tilting bawah ... IV-5 Gambar 4.5 Rancangan komponen sliding ... IV-6
Gambar 4.6 Rancangan komponen sliding bawah………. IV-7
Gambar 4.7 Rancangan alignment adapter prosthetic ... IV-8
Gambar 4.8 Produk alignment adapter prosthetic ... IV-9
Gambar 4.9 Prostheticbawahlutut dengan komponen alignment adapter
prosthetic ... IV-10
Gambar 4.10 Prosthetic bawah lutut dengan komponen alignment
adapter prostheticyang dipasangkan pada pengguna prosthetic ... IV-11 Gambar 4.11 Prosthetic endoskeletaldenganalignment adapter ... IV-15 Gambar 4.12 Persebaran titik pusat massa... IV-19 Gambar 4.13 Periode cycle gait ... IV-20 Gambar 4.14 Capture gerakan berjalan pengguna prosthetic di bidang
datar ... IV-21 Gambar 4.15 Free body diagram gait cycle pada bidang datar ... IV-22
Gambar 4.16 Fase initial contact gerakan berjalan pada bidang datar... IV-26 Gambar 4.17 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki normal
fase initial contact ... IV-27
Gambar 4.18 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki prosthetic
fase initial contact ... IV-28
Gambar 4.19 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki normal
fase initial contact ... IV-29
Gambar 4.20 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki prosthetic
fase initial contact ... IV-30
fase loading response ... IV-32 Gambar 4.23 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki prosthetic
fase loading response ... IV-33 Gambar 4.24 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki normal
fase loading response ... IV-35 Gambar 4.25 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki prosthetic
fase loading response ... IV-36 Gambar 4.26 Fase midstance gerakan berjalan bidang datar ... IV-37 Gambar 4.27 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki prosthetic
fase mid stance ... IV-38
Gambar 4.28 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki prosthetic
fase mid stance ... IV-39
Gambar 4.29 Fase terminal stance gerakan berjalan bidang datar ... IV-40 Gambar 4.30 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki normal
fase terminal stance ... IV-41
Gambar 4.31 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki prosthetic
fase terminal stance ... IV-42
Gambar 4.32 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki normal
fase terminal stance ... IV-44
Gambar 4.33 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki prosthetic
fase terminal stance ... IV-45
Gambar 4.34 Fase pre swing gerakan berjalan bidang datar ... IV-46 Gambar 4.35 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki normal
fase pre swing ... IV-47 Gambar 4.36 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki prosthetic
fase pre swing ... IV-48 Gambar 4.37 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki normal
fase pre swing ... IV-49 Gambar 4.38 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki prosthetic
fase pre swing ... IV-50 Gambar 4.39 Fase initial swing gerakan berjalan naik bidang datar ... IV-51 Gambar 4.40 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki normal
fase initial swing ... IV-52
Gambar 4.41 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki normal
fase initial swing ... IV-53
Gambar 4.42 Fase mid swing gerakan berjalan bidang datar……… IV-54 Gambar 4.43 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki normal
fase mid swing ... IV-55
Gambar 4.44 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki normal
fase mid swing ... IV-56
Gambar 4.45 Fase terminal swing gerakan berjalan bidang datar ... IV-57 Gambar 4.46 Stick diagram perhitungan gaya ankle kaki normal
fase terminal swing ... IV-58
commit to user
fase terminal swing ... IV-61
Gambar 4.49 Stick diagram perhitungan momen ankle kaki prosthetic
fase terminal swing ... IV-62
Gambar 4.50 Komparasi nilai gaya pada ankle joint dengankomponen
alignmentadaptermengalamipensejajaran……… IV-68
Gambar 4.51 Komparasi nilai momen pada ankle joint dengan komponenalignment adaptermengalami
pensejajaran ……….…………. IV-71
Gambar 4.52 Komparasi nilai gaya pada ankle joint dengankomponen
alignment adapter yang tidakmengalamipensejajaran IV-75 Gambar 4.53 Komparasi nilai momen pada ankle joint dengan
komponenalignment adapter tanpamengalami
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini dikemukakan uraian tentang latar belakang penelitian,
perumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, pembatasan masalah,
asumsi, serta sistematika penulisan penelitian.
1.1
LATAR BELAKANG
Gerak kaki manusia termasuk dalam pergerakan anggota gerak bawah.
Pergerakan anggota gerak bawah merupakan bagian dari anggota gerak tubuh
untuk aktivitas sehari-hari seperti untuk menopang dan sebagai penyeimbang
tubuh saat berdiri, berjalan, berlari, dan melompat. Apabila salah satu atau kedua
anggota gerak bawah mengalami gangguan hingga mengalami amputasi,maka hal
tersebut dapat mengganggu aktivitas atau kegiatan sehari-hari. Ketiadaan alat
gerak bawah atau tungkai kaki masih dibagi menjadi enam bagian meliputi
ketiadaan pada tungkai kaki tepat panggul (hip amputation) ketiadaan tungkai
kaki atas lutut (above-knee amputation), ketiadaan tungkai kaki tengah lutut (knee
disarticulation amputation), ketiadaan tungkai kaki bawah lutut (below-knee
amputation), ketiadaan tungkai tepat ankle (ankle disarticulation amputation) dan
ketiadaan foot (syme amutation) (Handicap International, 2006).Kasus ketiadaan
alat gerak bawah yang sering terjadi di Indonesia adalah kasus ketiadaan tungkai
kaki bawah lutut dengan persentase sebesar 55% dari keseluruhan kasus ketiadaan
alat gerak bawah (Data: Rumah Sakit RSO Orthopedi “Prof. Dr. Soeharso”
Surakarta, 2007).
Ketiadaan tungkai kaki bawah lutut (below-knee amputation) merupakan
amputasi sepanjang area tulangtranstibial. Batas perpotongan amputasi bawah
lutut di awali dari tonjolan tulang tibial plateau hingga batas tonjolan tulang
malleolus (Radcliffe, 1961). Tingkat amputasi tungkai bawah lutut dapat dibagi
menjadi 3 tingkatan amputasi yaitu short stump, medium stump dan long
stump(Handicap International, 2006).
Tingkatan amputasi mempengaruhi sudut cakupan gerak/ROM (ring of
commit to user
I-2
cakupan gerakstump tidak sesuai dengan sudut cakupan gerak kaki normal yang
tidak mengalami amputasi. Perbedaan sudut cakupan gerak stump dengan sudut
cakupan gerak kaki normal yang tidak mengalami amputasimengakibatkan
perbedaan letak garis beban tubuh pada masing-masing tungkai.
Setiap penderita amputasi bawah lutut memiliki sudut kontraktur stump
yang berbeda-beda. Pemendekan salah satu otot mengakibatkan sudut stump
berubah dan mengikuti otot yang memendek sehingga semakin pendek level
amputasi semakin besar sudut kontraktur. Level amputasi yang mengalami
kontraktur sebagian besar pada short stump dan medium stump. Kontraktur stump
dapat diukur dengan mengukur sudut antara garis tengah paha (mid-line of the
thigh) dengan garis tengah stump (mid line-of the stump) menggunakan alat
goniometer (Handicap International, 2006).
Prosthetic kaki bawah lutut merupakan alat pengganti anggota gerak
tungkai bawah yang tiada. Prosthetic dibuat untuk menunjang fungsi dari anggota
gerak tungkai bawah bagi penderita amputasi bawah lutut (May, 1996).
Penggunaan prosthetic kaki bawah lutut adalah untuk menyeimbangkan tubuh
amputee saat berjalan. Pengguna prosthetic pada umumnya tidak dapat berjalan
normal, sehingga aspek biomekanika berperan dalam mengkaji pola berjalan
pengguna telah menyerupai pola berjalan normalnya (Radcliffe, 1961).
Perbedaan letak garis beban tubuh pada tungkai kaki normal dengan
tungkai kaki prostheticberpengaruh terhadap kestabilan berjalan. Gangguan
kestabilan berjalan terjadi akibat gaya reaksi lantai yang menimbulkan gaya atau
dorong kearah mediolateral dan anteroposterior. Gaya dorong mengakibatkan
pola berjalan pengguna prosthetic terdapat gap dengan kaki normal. Sedangkan
keseimbangan berjalan pengguna prosthetic dikatakan baik apabila resultan gaya
pada kaki mendekati nol atau tidak terdapat gap dengan kaki normal. Gap
terhadap kaki normal terjadi akibat prosthetic belum mampu menyeimbangkan
beban tubuh (Radcliffe, 1961).
Keseimbangan beban tubuh amputee merupakan bagian terpenting pada
gerakan berjalan dari pengguna prosthetic. Sehingga prosthetic yang baik harus
mampu memberikan keseimbangan beban tubuh. Gerakan berjalan pada orang
tubuh dalam pergerakan berpindah. Pada saat berjalan dan kaki menyentuh lantai,
beban tubuh yang dihasilkan dari efek tekanan gravitasi bumi menimbulkan gaya
reaksi ke atas. Pada amputee, pemindahan gaya pada prosthetic dan kaki yang lain
dikatakan baik apabila selama proses berjalan pengguna prosthetic melangkah
secara normal agar tidak terjadi gap dengan kaki yang normal.
Alignment/ pensejajaran komponen prostheticberpengaruh besar pada
kualitas fungsional prostheticsaat digunakan berjalan.Alignment prosthetic
memberikan keseimbangan saat berjalan. Pencapaian alignment prosthetic dicapai
melaluipensejajaran
prosthetic
sebelum di
pakai
pada
tungkai
yang
teramputasi(bench alignment/ alignment plumb line), pensejajaran pada
pemakaian prosthetic saat berdiri (statis alignment optimasi) dan optimalisasi
pensejajaran pada pemakaian prosthetic saat berjalan (dynamic alignment
optimasi)(Handicap International, 2006).
Prosthetic bawah lututeksoskeletalyang ada saat ini merupakan prosthetic
yang dibuat secara konventionalsehingga sambungan penghubung komponen
prosthetic bersifatpermanen.Prosthetic bawah lututeksoskeletal tidak dilengkapi
adanya komponen yang mengatur penjajaran komponen pada berbagai sudut
kontraktur. Ketiadaan komponen alignment/ penjajaran mengakibatkan pola jalan
pada pemakai prosthetic eksoskeletaltidak seimbang.
Berdasarkan uraian permasalahan di atas, penelitian ini diperlukan sebuah
komponen penjajaran pada prosthetic bawah lutut. Penjajaran diharap mampu
memperbaiki pola jalan pengguna prostheticyang memiliki kondisi sudut
kontraktur stump yang beragam. Mewujudkan ini perlu dirancang alat penjajaran
yang memiliki kemampuan menjajarkan kontraktur stump. Diharapkan komponen
aligment adapterfor prosthetic foot bawah lutut dapat memperbaiki keseimbangan
berjalan ketika dipakai. Pada penelitian ini juga dilakukan kajian biomekanika
gerak berjalan pengguna prosthetic untuk mengetahui kontribusi rancangan
komponen alignmentadapter for prosthetic foot dalam mengakomodasi gerakan
berjalan dengan melihat perbandingan nilai gaya dan momen pada bagian tersebut
commit to user
I-4
1.2
PERUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, maka perumusan
masalah pada penelitian adalah bagaimana memperbaiki pola berjalan pengguna
prosthetic bawah lutut dengan merancang komponen alignment adapter for
prosthetic foot bawah lutut dan menentukan pengaruhnyaterhadap pola jalan pada
pengguna prosthetic bawah lutut.
1.3
TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dilakukannya penelitian,adalah memperbaiki pola berjalan
pengguna prosthetic bawah lutut denganmerancang komponen alignment adapter
for prosthetic foot bawah lutut dan mengkaji pengaruh komponen alignment
adapter for prosthetic foot bawah lutut terhadap pola jalan pada pengguna
prosthetic bawah lutut.
Memperjelas tahapan pencapaian tujuan tersebut maka ditentukan tujuan
khusus, sebagai berikut:
1.
Merancang alignment adapter for prosthetic foot bawah lutut dengan system
adjustablepada komponen pensejajaran.
2.
Menguji desain rancangan alignment adapter for prosthetic foot bawah lutut
tersebut terhadap siklus berjalan(gait cycle)amputee.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian,sebagai berikut:
1.
Menghasilkan komponen alignment adapter for prosthetic foot bawah lutut
dengan system adjustable.
2.
Mengetahui tingkat keseimbangan berjalan pengguna prosthetic bawah lutut
dengan pemakaian komponenalignment adapter.
3.
Memperoleh perbandingan nilai gaya dan moment pada bagian anklejoint
selama satu siklus berjalan (gait cycle) agar diketahui kontribusi dari rancangan
alignment adapter terhadap karakteristik berjalan pengguna prosthetic.
1.5 BATASAN MASALAH
Batasan masalah dalam penyusunan penelitian ini, sebagai berikut:
1.
Arah sudut kontraktur flexi-exstensi dan abduction-adduction.
3.
Pengujian pada level amputasi short stump.
4.
Pengujian keseimbangan berjalan menggunakan pendekatan biomekanik statis.
5.
Pengamatan gerak berjalan pengguna prosthetic atas lutut dilakukan pada
bidang sagital tubuh manusia.
6.
Kajian biomekanika yang dilakukan hanya fokus pada perhitungan gaya dan
momen pada ankle joint dalam satu siklus berjalan normal.
7.
Kondisi level amputasi yang di uji mewakili dari kondisi amputasi pada semua
level.
1.6
ASUMSI PENELITIAN
Asumsi penelitian dalam penyusunan penelitian ini, sebagai berikut:
1.
Niilai gaya dan momen pada bagian anklejointdapatmewakili perhitungan nilai
gaya dan momen pada pola berjalan.
2.
Posisi pengaturan alignment tidak mempengaruhi titik pusat massa prosthetic.
3.
Pada kajian biomekanika, anggota gerak atas dan tubuh (kepala, leher, tangan,
dan batang tubuh) pengguna prosthetic menjadi satu kesatuan dan dianggap
sebagai beban.
1.7
SISTEMATIKA PENULISAN
Penyusunan skripsi ini terbagi menjadi beberapa bab yang berisi uraian
penjelasan dan dibagi dalam beberapa topik subbab. Secara garis besar uraian
pada bab-bab dalam sistematika penulisan dijelaskan pada uraian dibawah ini.
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini menguraikan tentang latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan masalah, asumsi
dan sistematika penulisan. Uraian bab ini dimaksudkan menjelaskan
latar belakang penelitian yang dilakukan sehingga memberikan manfaat
sesuai dengan tujuan penelitian dengan batasan dan asumsi yang
digunakan pada penelitian ini.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
commit to user
I-6
gambaran umumprosthetic componen dan stump kaki, gaint
analysisperhitungan yang digunakan dalam pengumpulan dan
pengolahan data.
BAB III METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan uraian-uraian tahapan yang dilakukan dalam
melakukan penelitian mulai dari identifikasi masalah hingga penarikan
kesimpulan pada penelitian perancangan alignment adapter for
prosthetic.
BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA
Bab ini berisikan uraian mengenai data-data penelitian yang digunakan
dalam proses pengolahan data dan hasil pengolahan sebagai
rekomendasi dari hasil penelitian ini.
BAB V ANALISIS DAN INTERPRETASI HASIL
Bab ini berisi tentang analisis dan interpretasi hasil daripengumpulan
dan pengolahan data dari hasil rekomendasi.
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini menguraikan target pencapaian dari tujuan penelitian dan
kesimpulan yang diperoleh dari pembahasan sebelumnya berupa
pembahasankesimpulan hasil yang diperoleh dan memberikan saran
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini menguraikan teori-teori yang diperlukan dalam mendukung penelitian, sehingga
pelaksanaan eksperimen, pengolahan data dan analisis permasalahan dapat dilakukan secara
teoritis.
2.1
AMPUTASI
Amputasi dapat diartikan sebagai tindakan memisahkan bagian tubuh sebagian atau
seluruh bagian ekstremitas. Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir manakala masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah tidak mungkin
dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau manakala kondisi organ dapat
membahayakan keselamatan tubuh klien secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain seperti
dapat menimbulkan komplikasi infeksi(Handicap International, 2006).
Amputasi tungkai kaki bawah lutut (below-knee amputation) merupakan amputasi
sepanjang area tulang tran tibial. Batas perpotongan amputasi bawah lutut di awali dari tonjolan
tulang tibial plateau hingga batas tonjolan tulang malleolus (Radcliffe, 1961). Tingkat amputasi
tungkai bawah lutut dapat dibagi menjadi 3 tingkatan amputasi yaitu short stump, medium stump
dan long stump(Handicap International, 2006).
Tingkatan amputasi mempengaruhi sudut cakupan gerak atau ROM (ring of motion) dan
kontraktur stump. Kontraktur stump terjadi akibat pemendekan salah satu otot pada stump
(muscle shortening). Kontraktur stump mengakibatkan sendi lutut pada tungkai yang teramputasi
tidak mampu melakukan gerakan ekstension sepenuhnya.Berikut ini adalah gambar sudut
commit to user
Gambar 2.1 Kontraktur stump
Sumber: Handicap International, 2006
Cakupan gerak sendi lutut pada tungkai kaki normal mampu melakukan gerakan
flexiondengan besaran 0° - 130° dan gerakan Extensiondengan besaran 0 - 5° - 10°, seperti pada
gambar 2.2.
Gambar 2.2Cakupan gerak pada tungkai kaki normal
Sumber: Handicap International, 2006
2.2
PROSTHETIC KAKI BAWAH LUTUT
Prosthetic merupakan alat ganti anggota gerak tubuh yang tidak ada.Anggota gerak
tubuh terdiri dari anggota gerak atas yaitu lengan dan tangan serta anggota gerak bawah yaitu
tungkai dan kaki (May, 1996).Prosthetic anggota gerak bawah memiliki fungsi utama sebagai
mobilisasi atau berjalan.Ketiadaan anggota gerak bawah tubuh dapat dibagi menjadi enam
meliputi ketiadaan kaki bagian tepat panggul (hip disarticulation) ketiadaan kaki bagian atas
lutut (above- knee amputation) dan ketiadaan kaki bagian bawah lutut (below- knee), ketiadaan
bagian tengah lutut (middle-knee disarticulation) ketiadaan pergelangan kaki (ankle
disarticulation) dan ketiadaan telapak kaki (syme amputation).
2.2.1
Prosthetic Kaki Bawah Lutut
Komponen dasar dari prosthetic bawah lutut (below-knee) terdiri dari foot, ankle, shank,
Gambar 2.3 Below knee prosthetic
Sumber: Handicap International, 2006
a.
Foot – Ankle
Kaki prosthetic harus terlihat baik dan dapat bergerak semirip mungkin seperti kaki
sesungguhnya. Ada banyak desain kaki, ada yang sederhana dan ada pula yang
kompleks.Komponen telapak kaki prosthetic mempunyai beberapa tipe, antara lain adalah
sebagai berikut:
1.
SACH (Solid Ankle Cushioned Heel) Foot.
SACH adalah kaki yang paling banyak digunakan di dunia. Kaki ini berfungsi baik,
ringan dan sangat kuat. Bagian-bagiannya tidak ada yang bergerak dan awet. Kaki yang dipakai
oleh Handicap International di Kamboja adalah SACH foot. Kaki seperti ini cukup baik
kualitasnya, murah dan dapat dibuat dari karet pada negara-negara berkembang.
2.
Single axis foot
Desain lama single axis foot kini jarang digunakan. Sendi pergelangan kaki terbuat dari
logam, meniru gerak pergelangan kaki sesunggunhnya, meski tidak dapat melakukan gerak
inversion/eversion.Plantarflexion bumper meredam goncangan akibat gerak tumit. Jari-jari
elastis memungkinkan gerakan mendorong. Gerak pergelangan kaki memungkinkan
perputaran/roll over menjadi semakin mudah.
3.
Multi-axis foot
commit to user
untuk bergerak juga dapat disesuaikan dengan kondisi pasien dengan kelenturan bumper karet
yang sesuai. Kaki ini banyak digunakan pada kaki endoskeletal. Kaki ini bergerak seperti kaki
asli, tapi tidak stabil pada posisi berdiri. Kelemahan lainnya adalah bahwa kaki ini berat.Buffer
ring dari karet dapat rusak dengan cepat, sehingga kaki ini kurang cocok untuk kondisi basah
maupun kering dan berdebu.
4.
Energy recovery foot
Kaki jenis ini lebih tepat untuk pasien amputasi yang mampu berjalan/berlari sangat
cepat.Beban pada kaki bertambah tiga kali lipat ketika berlari. Kaki memiliki tumit elastis yang
kuat untuk meredam beban waktu berlari dan jari elastis yang kuat yang memberi energi dorong
yang dibutuhkan untuk berlari. Pada tipe ini, energi yang diserap dari tekanan tumit dilepaskan
melalui gerak jari kaki, untuk menciptakan energi dorong.
b.
Shank
Shank memiliki fungsi menjaga kaki. Socket pada posisi seharusnyamentransfer berat
badan pasien dari socket ke kaki, membuat kaki terlihat lebih baik (cosmetik).Komponen betis
(body shank) dapat terbuat dari berbagai bahan, tergantung dari metode yang digunakan dalam
pembuatan suatu prosthetic, apakah menggunakan metode endoskeletal atau metode
eksoskeletal.
Apabila pembuatan prosthetic tersebut menggunakan metode eksoskeletal maka bahan
yang digunakan adalah kayu dan aluminium, sedangkan metode endoskeletal maka bahan yang
dapat digunakan adalah pylon tube.
c.
Socket
Socket merupakan bagian dari prostheticberfungsi menahan stumppengguna.Socket
didesain untuk mentransfer berat badan pasien melalui prosthetic ke tanah dengan nyaman.
Socket transtibial memiliki beberapa tipe. Beberapa di antaranya memiliki nama yang berbeda
meski mempunyai arti yang sama,seperti beberapa contoh sebagaiberikut.
1.
Socket patellar tendon-bearing disebut sebagai socket PTB.
2.
Socket supracondylar disebut socket PTB-SC. Juga, disebut singkatan bahasa Jermannya
yaitu socket KBM (Kondylen-Bettung Munster).
3.
Socket supracondylar suprapatellar disebut sebagai PTB-SCSP socket. Sering disebut dalam
singkatan bahasa Prancisnya yaitu socket PTS (Prostesis Tibiale Supracondylienen).
Pensejajaran (Alignment)adalah mekanisme yang digunakan untuk mengubah hubungan
antar komponen prostetic agar mendapat gaya berjalan yang terbaik bagi amputee secara
individual(Handicap International, 2006). Alignment berfungsi mengoptimalisasi pola jalan
amputee dengan mengatur arah garis beban pada komponen prosthetic.Alignmentmemberikan
peranan penting pada kualitas sebuah prosthetic.Optimalisasi alignment prosthetic melalui tiga
tahapan yaitu bench alignment, static aligmen dan dynamic alignment.
2.3.1
Bench Alignment/ AlignmentPlumb Line
Bench alignment/ alignment plumb line adalah alat bantu yang digunakan untuk
mensejajarkan komponen prosthetic dalam bidang pandangan sagital dan frontal, pensejajaran
dilakukan pada tiga garis pandangan medial, lateral dan anterior(Handicap International,
2006).Tiga garis pandangan berperan sebagai garis referensi alignment/ pensejajaran
prosthetic.Bench alignment bertujuan memposisikan titik tengah komponen prosthetic yang
meliputi socket, body shank dan foot agar bertepatan dengan garis referensi sebelum prothetic di
pakai.
Gambar 2.4 Bench alignment
Sumber: Handicap International, 2006
2.3.2
Static Alignment (Pemeriksaan sebelum dicoba)
Static alignment adalah pensejajaran komponen prosthetic saat prosedur fitting
commit to user
ketika berdiri(Handicap International, 2006).Pensejajaran komponen prosthetic dilakukan agar
pusat garis gravitasi tubuh atau garis beban jatuh berada pada komponen prosthetic.
Alignment harus memenuhi prinsip kerja prosthetic dimana socket dalam keadaan flexi
dan adduction dengan ukuran derajat sesuai kontraktur amputee.Telapak kaki dengan body
shankdorsi flexi 2
0–3
0dan external rotasi 5
0– 7
0.
Gambar 2.5 Static alignment
Sumber: Handicap International, 2006
2.3.3
Dynamic Alignment(Pemeriksaan saat dicoba)
Dynamic alignment merupakan pensejajaran yang dilakukan pada prosthetic setelah
melakukan uji berjalan. Dynamic alignment bergantung pada keterampilan pengamatan dan
analisis dari prosthetic pada saat digunakan berjalan.Acuan dynamicprosthetic adalah prosthetic
mampu bergerak selaras terhadap salah satu kaki yang masih ada(Handicap International, 2006).
Tahap pengamatan pada dynamic alignment diawali dengan pemeriksaan keadaan
prosthetic.Prosthetic saat dicobakan harus dalam keadaan nyaman, baik saat memakai maupun
pada saat melepaskannya, dengan tidak meninggalkan prinsip kerja prosthetic secara fungsional
maupun dari segi kosmetiknya. Tepi socket dan tempat penguncinya harus meyakinkan dan
berfungsi baik.Hal ini, dapat di test dengan caraprosthetic dalam keadaan extensi penuh
kemudian ditarik atau dengan ayunan yang kuat prosthetic tidak lepas dari stump. Pada saat
Illiaca Anterior Superior) kanan dan kiri dalam keadaan simetris, shoulder joint kanan dan kiri
dalam keadaan simetris (dalam keadaan satu level). Bila SIAS dan shoulder joint tersebut
terdapat peninggian sepihak perlu diperhatikan, maka perlu mengukur kembali prosthetic
tersebut sesuai dengan ukuran individu. Sendi lutut dalam posisi simetris dalam keadaan valgum
atau varum.Bila belum memenuhi syarat tersebut diatas maka pemeriksaan dynamic alignment
belum dapat dilakukan.
Pemeriksaan dynamic alignment pada prosthetic, pengamat harus memperhatikan setiap
pola jalan yang dilakukan amputee, menanyakan kepada amputee, mengenai keluhan yang
dialaminya, seperti adanya rasa nyeri sehingga membuat rasa yang tidak nyaman dan pola jalan
yang menyimpang. Penyimpangan pola jalan yang terjadi terdiri dari penyimpangan pada saat
heel strike, terdapat fleksi lutut berlebihan yang disebabkan karena chusion heel yang terlalu
kaku, bagian anterior socket terlalu panjang, rasa tidak nyaman pada bagian distal tibia sehingga
tidak dapat menahan gerakan fleksi lutut, penyimpangan pada saat midstance, penyimpangan
biasanya berupa dorongan ke medial dari lutut karena penempatan kaki prostesis yang tidak tepat
terhadap socket, serta fleksi lutut yang berlebih karena dorsofleksi pergelangan kaki,
penyimpangan pada saat push off, adanya fleksi lutut tiba-tiba karena lutut miring ke anterior
atau telapak kaki terlalu dorsofleksi, adanya ekstensi lutut tiba-tiba pada saat toe off karena
commit to user
2.4
PRINSIP BIOMEKANIKBELOW KNEE PROSTHETIC
Prinsip-prinsip biomekanika pada below kneeprosthetic meliputi beberapa bagian, yaitu:
2.4.1
Prinsip-Prinsip Mekanik
Mekanik itu sendiri berhubungan dengan tindakan dari tekanan pada bodi. Biomekanik
berhubungan dengan tindakan dari kekuatan fisik pada tubuh manusia dan yang digunakan.
Biomekanik berhubungan juga dengan banyak faktor yang mempengaruhi sistem otot kerangka
seperti aktivitas elektronik dalam otot, tekanan dari luar yang menghasilkan perubahan kulit,
jumlah energi, untuk daya gerak, dan pola gerakan yang ektrim dari analisa kinematik atau
gerak. Kekuatan adalah tindakan atau gerakan dari bagian tubuh atau lainnya yang cenderung
merubah bentuk gerak dari bagian tubuh berikutnya. Lebih dari satu bagian tubuh selalu terlibat
setiap membicarakan kekuatan. Kekuatan antara bagian-bagian tubuh selalu dalam bentuk
berpasangan. Merupakan hukum gerak Newton ketiga. “Untuk tiap kekuatan gerakan ada
kesamaan dan reaksi kekuatan yang bertolak belakang”.
Beberapa kasus gerakan lebih disadari misal ketika menarik beban berupa kereta barang.
Kasus lain, reaksi lebih berupa bukti sama dengan reaksi dorongan pada mesin jet. Hal ini sering
terasa nyaman dalam menganalisa kekuatan untuk mengamati gerakan dan reaksi secara terpisah.
Bagian tubuh sangat banyak digunakan dalam analisa teknik seperti menunjukkan efek-efek dari
gerakan dan reaksi secara terpisah. Mempertimbangkan situsasi dimana tubuh menarik beban.
Teknik mengisolasi bagian tubuh dari tiap-tiap hal disekitarnya dan menunjukkan kekuatan yang
digunakan untuk mendorong dari bagian-bagian tubuh yang lain disebut diagram bagian tubuh
bebas. Teknik ini digunakan untuk analisa kekuatan kontak dari socket pada stump.
Vektor-vektor merupakan kuantitas yang diukur besarannya dan arah yang bisa disajikan secara grafik
dengan anak panah. Besaran dari kuantitas vektor seperti kekuatan ditunjukkan secara skala
arbitrasi dengan panjang oleh anak panah. Arah ditunjukkan dengan garis dari batang dan kepala
dari anak panah.
Jika konsep dari kekuatan vektor dari diagram bagian tubuh bebas dikombinasikan,
hubungan kuantitatif dari beberapa kekuatan bertindak secara simultan. Berat dalam bagian
tubuh adalah sepasang kekuatan tarik menarik antara tubuh dan bumi. Manusia menarik bumi
dengan kekuatan yang sama dengan besarnya berat tubuh. Analisis masalah prosthetic kebalikan
kekuatan
diketahui
dari tiga
memprod
kekuatan
batang ke
kearah ja
meningk
ditunjukk
M
Tambahk
kebalikan
untuk me
2.4.2
Tin
K
yang me
panggul
Melalui
faktor–fa
dua fase
merupak
n yang terd
i. Kekuatan
a kekuatan
duksi rotasi d
n dikali jarak
eseimbangan
arum jam. J
at secara pro
kan dalam lb
Menjaga rota
kan sedetik k
n arah jarum
enjaga rotasi
ngkat Berja
Kekomplekan
empengaruhi
poros vertik
daya pengg
aktor bentuk
e saat kaki
an bagian s
ekat bisa s
yang memi
yang berger
dari tubuh m
k tegak lurus
n dari jungka
Jika baik ke
oporsional. J
b-ft searah ja
G
asi selama
kekuatan P d
m jam yang
i, produk dar
alan Normal
n proses day
i bentuk ge
kal, kemirin
gerak, tubuh
gerakan sej
berjalan ya
iklus diman
sangat mem
liki efek yan
rak secara
mengenai poi
s dari garis a
at jungkit. Ji
ekuatan F a
Jika kekuata
[image:30.612.72.543.212.456.2]arum jam.
Gambar 2.7
Sumber: Rad
gerakan d
dengan lenga
mana mome
ri F kali d ha
l
ya gerak terb
erakan yaitu
ngan lateral
manusia m
umlah otot u
itu fase ber
na tungkai ac
mbantu dalam
ng sama pad
simultan. M
in referensi.
arah kekuata
ika kekuatan
atau jarak d
an diukur den
7 Kekuatan
dcliffe dan Foo
dari kekuata
an pengungk
en produk d
arus sama de
bukti ketika
u interaksi s
dari panggu
melibatkan p
utama dari b
rdiri dan fa
cuan berkon
m menyeles
da kotak seb
Momen dari
Tiap-tiap be
an menuju po
n F diterapka
dari d menin
ngan pons d
momen
ort, 1961
an F, aksi
kit b. Kekuat
dari P kali b
engan P kali
mempertim
sendi lutut,
ul dan perg
engaruh dar
bagian tubuh
ase berayun.
ntak dengan
saikan keku
bagai keselu
kekuatan c
esarannya ad
oin referens
an pada jarak
ngkat, kecen
dan jarak den
berbalik h
tan P sekara
b [lb-ft]. Mo
b.
mbangkan en
flexi lutut,
geseran later
ri total pola
h yang lebih
Fase berdir
lantai, terb
uatan yang
uruhan komb
cenderung u
dalah produk
i. Pertimban
k d, rotasi ba
nderungan r
ngan feet, mo
harus diterap
ang menghas
omen equilib
nam faktor u
flexi hip, r
ral dari pan
a pergeseran
rendah. Terd
ri (stance ph
commit to user
flat).Midstance dimulai saat posisi foot-flat dan berakhir saat off. Push-off dimulai saat
heel-off dan berakhir saat toe-heel-off bergerak. Fase berayun (swing phase) merupakan bagian siklus
dimana tungkai acuan tidak menyentuh lantai. Fase ini dimulai dengan tidak tersentuhnya kaki
ke lantai dan berakhir saat tumit menempel ke lantai (heel contact).Gambar 2.6 menunjukkan
siklus berjalan manusia normal.Gambar 2.7 menunjukkan fase berdiri dan berayun secara
keseluruhan.
Gambar 2.8 Siklus berjalan normal
Sumber: C.W. Radcliffe dan Foort, 1961
Gambar 2.9 Fase berdiri dan berayun
[image:32.595.172.431.126.503.2]commit to user
II-1
gerakan otot dari keseluruhan sendi yang menyebabkan fleksibilitas plantarflexion
atau dorsiflexion. Mekanisme dari kelompok otot-otot utama dari extremity-lower
[image:33.595.112.514.145.492.2]ditunjukkan pada gambar 2.10.
Gambar 2.10Mekanisme otot-otot kaki
Sumber: C.W. Radcliffe dan Foort, 1961
Tahap-tahap dalam siklus berjalan dijelaskan dengan beberapa bagian.
Mulai dari saat belum bergerak, melangkah, dan saat kedua kaki kembali seperti
posisi semula. Beberapa bagian tersebut dijelaskan, sebagai berikut:
a.
Kejadian-kejadian awal sebelum kontak tumit pertama,
Referensi pada gambar 2.6 khususnya pada kurva di bagian yang
berhubungan dengan akhir dari tahapan mengayun (sekitar 95% siklus lengkap)
dapat dicatat bahwa gerakan sendi lutut mencapai extensi maksimal ketika
sebelum kontak tumit dan periode dari fleksibilitas lutut yang telah terjadi dimana
berlanjut menjadi tahap cara berdiri. Penurunan pada tingkat extensi lutut ini di
akhir tahap mengayun, persiapan pada kaki sebelum membuat kontak dengan
lantai, tergantung pada gerakan dari kelompok otot-otot hamstring seperti yang
terlihat pada kurva aktivitas otot. Kelompok otot hamstring mengikat sampai
panggul bagian belakang pada persendian dan sampai tibia dan fibula di bawah
sendi lutut. Tensi atau tekanan dalam kelompok hamstring dapat menyebabkan
b.
Tahap kontak tumit,
Ketika tumit membuat kontak, gerakan otot hamstring cenderung
memberikan kekuatan ke belakang sehingga terjadi kontak dengan lantai. Lutut
bergerak dengan cepat selama tahap ini. Aktivitas dalam kelompok otot hamstring
ini terus berlanjut tetapi dengan besaran yang terus menurun sedangkan gerakan
otot quadriceps mulai terjadi dengan cepat. Kelompok otot quadriceps bergerak
ke depan sendi otot dan kelompok otot pretibial bergerak sekitar persendian,
menjalankan fungsi interaksi lutut dan menjadi efek dari gerakan lembut dari kaki
depan ke lantai. Fungsi utama dari lutut dan sendi selama kontak tumit adalah
penyerapan goncangan kontak tumit dan menjaga langkah lembut dari pusat
gravitasi dari keseluruhan tubuh. Studi energi menunjukkan bahwa lutut dan sendi
memberikan kontribuisi yang sama dalam fungsi kontak tumit. Fungsi dari lutut
sama dengan penyerapan goncangan yang seringkali diabaikan.
c.
Tahap tengah berdiri atau midstance point,
Gerakan fleksibel lutut yang terkendali dari tahap kontak tumit menjadi
tahap midstance (antara kaki datar dan tumit lepas). Sudut maksimal dari flexi
lutut sekitar 20 derajat dan muncul dalam bagian pertama tahap midstance. Ketika
tubuh bergerak melewati lutut yang stabil, bagian atas daya tolak dari reaksi lantai
bergerak ke depan pada sol dari kaki, kemudian meningkat ke gerakan
dorsifleksion pergelangan kaki dan menyebabkan lutut memulai periode gerak
extensi. Pada periode ini, kendali pada kaki dilakukan melalui interaksi sendi
lutut, dengan aktivitas otot minimal dalam kelompok yang berfungsi pada pangkal
paha dan lutut. Lutut mencapai posisi gerak extensi maksimalnya ketika tumit
meninggalkan tanah, dengan kelompok otot calf yang memberikan ketahanan
pada ekstensi lutut dan gerakan dorsifleksi sendi. Ketika tumit menginggalkan
tanah, lutut memulai kembali periode flexinya, menghasilkan gerakan otot utama
dari sendi pangkal paha atau panggul. Urutsan dari kendali gerakan fleksibel pada
kontak tumit, menghasilkan perluasan sedikit demi sedikit dalam tahap midstance
dan gerakan flexi yang terkendali sebagai persiapan untuk mengayun dalam
menyelesaikan gerakan lutut atau cara berjalan yang menghemat energi pada
commit to user
II-3
d.
Fase push-off,
Selama tahap push-off, lutut terbawa ke depan oleh gerakan sendi panggul
dan keseimbangan sensitif sehingga harus dijaga agar terjadi interaksi pangkal
paha, lutut, dan sendi pergelangan kaki. Kombinasi gerak ini memiliki dua tujuan
yaitu menjaga gerakan halus ke depan dari tubuh secara keseluruhan dan
mengawali gerakan angular dalam mengayun.
Ketika lutut memulai gerak flexi, (sesaat sebelum tumit meninggalkan
tanah), otot lutut pertama harus menahan efek eksternal dari kekuatan bola kaki
yang melewati ruang di bagian sendi lutut. Jadi, ketika lutut digerakkan ke depan
oleh gerakan sendi pangkal paha, lutut harus membalik tiap gerakan untuk
meberikan ketahanan yang terkendali pada fleksibilitas dengan meningkatkan
aktivitas otot quadriceps. Beberapa hal yang bersifat tidak tetap pada aktivitas
otot hamstring dicatat sebagai antagonistik. Kelompok otot calf berlanjut
memberikan plantarlexion aktif selama tahap push-off. Pada waktu jari kaki
meninggalkan lantai, lutut telah bergerak secara flexi dengan sudut 40
°
sampai
45
°
pada maksimum 65
°
yang mana tercapai pada tahap ayunan.
Perbaikan kaki prosthetic ke dalam fungsi yang normal pada fase push-off
sangat sulit dilakukan. Posisi lutut sangat penting, sama seperti sumber aktif dari
energi pergelangan kaki. Karena kurangnya sumber aktif dari energi pergelangan
kaki, awalan dari gerak fleksi pada lutut pasien amputasi yang memakai prosthetic
harus berasal dari gerakan flexi pangkal paha.
e.
Fase mengayun gerakan quadriceps,
Tujuan keseluruhan dari fase mengayun adalah mendapatkan kaki dari satu
posisi ke posisi berikutnya dengan gerakan yang lembut. Pada awal tahap ayunan,
kaki harus menyelesaikan periode peningkatan kecepatan dalam energi geraknya
yang disebabkan oleh gerakan ekstensi aktif dari pergelangan kaki dan flexi dari
pangkal paha selama tahap push-off. Lutut melakukan gerakan flexi dan berlanjut
menjadi menegang setelah jari kaki lepas dari pijakan. Selama melakukan jalan
cepat, dihasilkan gerakan flexi lutut yang berlebih dan tumit meningkat tetapi hal
ini tidak berlaku untuk gerakan kelompok otot quadriceps dalam membatasi sudut
kecenderungan gerak terdapat pada bagian shank, kaki dan otot. Gerakan kecil
otot quadricepsperlu karena faktor-faktor lainnya juga sama pentingnya. Otot
iliopsoa memberikan kontribusi dalam mengembangkanflexi pangkal paha secara
aktif yang mana mendorong akselerasi lutut ke depan dan ke belakang.
f.
Midswing,
Selama midswing, terdapat periode dimana aktivitas otot minimal dan
akselerasi kaki ke belakang dan ke depan seperti pendulum dengan kekuatan
gerakan yang disebut pivot point.
g.
Terminal deceleration-hamstring action,
Pada akhir ayunan, tingkat dari extensi gerakan lutut harus dikurangi
dalam rangka untuk menurunkan kaki pada awal kontak tumit. Penurunan
akselerasi terminal ini pada kaki normal untuk menahan gerakan extensi dari
kelompok otot hamstring.
h.
Gerakan lutut dalam gaya berjalan pasien amputasi,
Penyebab kesulitan dalam penggunaan prosthetic muley (bawah lutut tanpa
ada sendi bantu sisi) adalah kerusakan stump, khususnya sendi lutut. Penyebab
dari kesulitan karena tegangan yang berlebih pada struktur ligamen dari lutut oleh
extensi berlebih dari lutut yang menerima beban. Melindungi struktur ligamen
pada sisi yang teramputasi, penting untuk menjaga dimana batas keamanan dari
kekuatan dan momen dari lutut yang cenderung menekan lutut sampai posisi
extensi yang berlebihan. Pada orang normal, rasa yang nyaman akan posisi lutut
membatasi momen gerak yang berlebih dengan menjaga pusat lutut pada garis
dimana kekuatan di kirim melalui tungkai kaki. Cara ini lutut untuk bergerak
lebih terkendali.
2.1
ANTHROPOMETRI DATA BIOMEKANIKA
Menurut Frankel dan Nordin (1980), biomekanika secara umum
didefinisikan sebagai ilmu yang menggunakan konsep fisika dan teknik untuk
menjelaskan gerakan pada tubuh manusia dan gaya yang bekerja pada bagian
tubuh tersebut pada aktivitas sehari-hari.
Anatomi tubuh manusia terdiri dari segmen tubuh yang dihubungkan oleh
commit to user
II-5
joint(sambungan). Link mewakili segmen tubuh dan joint menggambarkan sendi
sebagai penghubung tiap segmen tubuh. Menurut Chaffin dkk. (1999), tubuh
manusia terdiri dari enam link, sebagai berikut:
1.
Link lengan bawah yang dibatasi oleh joint telapak tangan dan siku.
2.
Link lengan atas yang dibatasi oleh joint siku dan bahu.
3.
Link punggung yang dibatasi oleh joint bahu dan pinggul.
4.
Link paha yang dibatasi oleh joint pinggul dan lutut.
5.
Link betis yang dibatasi oleh joint lutut dan mata kaki.
[image:37.595.114.475.141.492.2]6.
Link kaki yang dibatasi oleh joint mata kaki dan telapak kaki.
Gambar 2.11 Tubuh sebagai sistem enam link dan joint
Sumber: Chaffin et al, 1999
Menurut Chaffin et al. (1999), anthropometri merupakan ilmu yang
berhubungan dengan pengukuran massa, bentuk, ukuran dan inersial tubuh
manusia. Hasil dari pengukuran ini berupa data statistik yang menggambarkan
ukuran, massa dan bentuk tubuh manusia. Data anthropometri merupakan
fundamen dasar biomekanika yang digunakan untuk membangun model
biomekanika yang mengkaji kekuatan dan gaya pada tubuh manusia.
Pengukuran anthropometri segmen tubuh manusia disetarakan dengan
model benda jamak. Panjang setiap link diukur berdasarkan persentase tertentu
dari tinggi badan, sedangkan beratnya diukur berdasarkan persentase dari berat
badan. Penentuan center of mass tiap link didasarkan pada persentase standar yang
diadaptasi dari penelitian Dempster (1955) seperti digambarkan pada gambar
2.11. Panjang link tiap segmen berotasi di sekitar sambungan dan mekanika terjadi
mekanik pada tubuh dan gaya otot yang diperlukan untuk mengimbangi
[image:38.595.114.515.126.494.2]gaya-gaya yang terjadi.
Gambar 2.12 Permodelan titik-titik pusat massa dempster
Sumber: Chaffin DB, et al, 1999
Pada penetuan massa tiap segmen, tubuh manusia digambarkan sebagai
stick diagram seperti pada pemodelan Dempters (1955). Persentase massa segmen
tubuh ditentukan berdasarkan pemodelan distribusi berat tubuh (Webb
Associaties, 1978).
Tabel 2.1 Pemodelan distribusi berat badan
Sumber: Webb Associaties, 1978
a. Head 73.80% b. Neck 26.20% a.Thorax 43.80% b. Lumbar 29.40% c. Pelvis 26.80% a. Upper arm 54.90% b. Forearm 33.30% c. Hand 11.80% a. Thigh 63.70% b. Shank 27.40% c. Foot 8.90% Group Segment (%) of Total
Body Weight
Individual Segment (%) of Group Segment Weight Tubuh Head and
Neck 8.40%
Total Leg 15.70% Torso 50.00%
commit to user
II-7
2.2
ANALISIS GERAK BIOMEKANIKA
Pada pengguna prosthetic, analisis biomekanika digunakan untuk
mengetahui pola berjalan pengguna prosthetic apakah telah sesuai dengan pola
berjalan manusia normal (Radcliffe and Foort, 1961). Hal tesebut diketahui
dengan keseimbangan gaya dan momen pada kaki normal maupun kaki prosthetic
selama pengguna prosthetic berjalan dalam satu periode waktu.
2.6.1
Keseimbangan gerakan manusia
Susan J. Hall (1999) menyebutkan bahwa keseimbangan (equilibrium)
merupakan karakteristik keadaan dimana terjadi keseimbangan gaya dan torsi
(momen gaya) pada tubuh manusia. Berdasarkan hukum Newton pertama, tubuh
dalam kondisi equilibrium ketika dalam keadaan diam (motionless) atau bergerak
dengan kecepatan konstan. Ketika tubuh dalam keadaan diam (sewaktu berdiri
dengan satu kaki atau berdiri di atas papan keseimbangan) hal ini disebut sebagai
static equilibrium. Tiga kondisi yang harus dipenuhi tubuh untuk mencapai
kondisi static equilibrium, sebagai berikut:
1.
Jumlah total gaya vertikal yang terjadi pada tubuh sama dengan nol.
2.
Jumlah total gaya horisontal yang terjadi pada tubuh sama dengan nol.
3.
Jumlah total torsi/momen harus sama dengan nol.
∑F
x= 0
∑F
y= 0
∑
t
= 0... 2.1
dengan, Fx = Gaya Vertikal (N)
Fy = Gaya Horisontal (N)
t =
Torsi (Nm)
2.6.2
Gaya
Gaya dapat diartikan sebagai sebuah dorongan atau tarikan pada suatu
benda. Gaya dapat menyebabkan suatu benda bergerak dengan arah dan
percepatan tertentu. Setiap gaya mempunyai karakteristik berupa besaran dan arah
tertentu. Gaya didefinisikan sebagai hasil perkalian antara massa dengan
percepatan (Hall, 1999). Satuan dasar dari gaya berdasarkan sistem metric adalah
Newton (N).
2.6.3
Torsi (Momen)
Selain bergerak sesuai arah bekerjanya, benda cenderung untuk memutar
dalam suatu sumbu. Perputaran benda tersebut dikarenakan adanya gaya yang
menyebabkan perpindahan, atau disebut torsi. Torsi yang juga dikenal sebagai
puntiran (momen gaya) merupakan hasil kali antara gaya dan lengan gaya.
t
= F x d... 2.3
dengan, F = Gaya pada suatu benda(N)
[image:40.595.116.510.209.490.2]d = Lengan momen (m)
Gambar 2.13 Sebuah momen
Sumber: Gudang Ilmu Fisika, 2010
Torsi merupakan besaran vektor, sehingga selain mempunyai besar, torsi
juga mempunyai arah. Suatu vektor
t
mempunyai arah tegak lurus terhadap
bidang benda. Arah
t
adalah tergantung pada arah berputarnya benda akibat gaya
F dan d yang merupakan jarak gaya dari titik acuan (sumbu 0). Apabila arah rotasi
berlawanan dengan putaran jarum jam, maka torsi bernilai positif. Sebaliknya,
apabila arah rotasi searah dengan putaran jarum jam, maka arah torsi bernilai
negatif. Penentuan nilai momen positif atau negatif bisa saja berlainan, namun
yang terpenting harus selalu konsisten dari awal. Untuk menentukan arah torsi,
kita menggunakan kaidah aturan tangan kanan.
Dalam tubuh manusia, torsi dibangkitkan oleh otot di persendian yang
merupakan hasil dari gaya yang bereaksi di otot dengan jarak garis gaya otot
dengan pusat persendian tersebut. Saat joint bergerak pada suatu jarak tertentu,
terjadi perubahan momen gaya pada otot yang melintasi persendian.Perubahan
pada momen secara langsung akan menyebabkan jointtorque yang dibangkitkan
commit to user
II-9
2.7
PENELITIAN SEBELUMNYA
Retno Wulan Damayanti pada tahun 2003 melakukan kajian mengenai
Perancangan Dan Pengembangan Prosthetic Kaki Bagian Bawah Lutut
Dengan Menggunakan
Quality Function Deployment(QFD) diperoleh hasil
yang menyatakan bahwa prosthetic kaki bagian bawah lutut dengan komponen
insert socket silicone, sistem suspensi cuff rubber, ankle jenis adaptor rotator,
foot jenis Jaipur dan penguat pylonstainless steel. Prosthetic kaki bagian bawah
lutut hasil pengembangan dapat lebih mengakomodasi keinginan pengguna.
Fabianus Adi Suryono pada tahun 2007 melakukan kajian mengenai
Kajian Dalam Pengembangan Rancangan SACH Foot Untuk Pengguna
Prosthetic Jenis Below Knee Amputation Berdasar Pendekatan Biomekanika
diperoleh hasil yang menyatakan bahwa gaya normal untuk fase 1 yang terbesar
terjadi pada bagian hip yaitu sebesar 459,326 N dan yang terkecil terjadi pada
ankle baik kaki normal dan kaki prosthetic sebesar 327,49 N. Gaya normal untuk
fase 2 yang terbesar terjadi pada bagian ankle kaki normal yaitu sebesar 495,48 N
dan yang terkecil terjadi pada ankle kaki prosthetic sebesar 165,43 N. Gaya
normal untuk fase 3 yang terbesar terjadi pada bagian ankle kaki normal yaitu
sebesar 583,194 N dan yang terkecil terjadi pada bagian hip sebesar 476,563 N.
Gaya normal untuk fase 4 yang terbesar terjadi pada bagian ankle kaki normal
yaitu sebesar 623,32 N dan yang terkecil terjadi pada bagian hip sebesar 519,881
N. Gaya normal untuk fase 5 yang terbesar terjadi pada bagian hip yaitu sebesar
523,9 N dan yang terkecil terjadi pada ankle kaki normal sebesar 464,737 N. Gaya
normal untuk fase 6 yang terbesar terjadi pada bagian hip yaitu sebesar 459,326 N
dan yang terkecil terjadi pada ankle kaki normal sebesar 330,661 N. Gaya normal
untuk fase 7 yang terbesar terjadi pada bagian knee prosthetic yaitu sebesar
528,985 N dan yang terkecil terjadi pada ankle kaki normal sebesar 172,14 N.
Gaya normal untuk fase 8 yang terbesar terjadi pada bagian ankle prosthetic yaitu
sebesar 633,883 N dan yang terkecil terjadi pada hip sebesar 538,97 N. Gaya
normal untuk fase 9 yang terbesar terjadi pada bagian knee prosthetic yaitu
sebesar 481,183 N dan yang terkecil terjadi pada knee kaki normal sebesar
Yulie Khrisna pada tahun 2006 melakukan kajian mengenai Usulan
Perbaikan Pada Prosthetic Anggota Gerak Bawah Jenis Socket
Quardrilateral Berdasarkan pendekatan Biomekanika diperoleh hasil yang
menyatakan bahwa usulan perbaikan gaya dan momen lebih stabil daripada
perhitungan gaya dan memen awal. Perbaikan prosthetic dilakukan dengan
merubah berat dan dimensi prosthetic. Sehingga diperoleh keseimbangan gaya
dan momen pada prosthetic usulan dari setiap fase berjalan.
Agus. S pada tahun 2010 melakukan Kajian Mengenai Biomekanika
Pada Pengguna Prosthetic Bawah Lutut Dengan Memperhatikan Fungsi
Ankle Joint dapat disimpulkan sebagai berikut:
Gaya