• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Makmur Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Desa (Studi di Desa Makmur Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan Hilir)"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

Daftar Wawancara Informan Kunci

A. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana Desa?

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan ADD di Desa

Makmur Jaya ?

2. Apakah seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka ?

3. Apakah ada faktor-faktor penghambat dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakat dalam pemmanfaatan ADD ?

4. Apa saja kegiatan yang sudah dan akan dilaksanakan dalam pembangunan

ADD untuk pemberdayaan ?

5. Bagaimana animo masyarakat dengan adanya program pemberdayaan

masyarakat?

6. Dalam pekembangan masyarakat sekarang, apakah hambatan yang sering

timbul dalam program pemberdayaan masyarakat makmur jaya ?

7. Apakah masih ada kata-kata gontong royong didesa makmur jaya itu

sendiri?

Bagaimana jika ada jalan kecil rusak dan jembatan tidak diperbaiki dan

longsor, apakah masyakat peduli dan melapor atas kejadian itu ?

Informan Utama

(2)

2. Apakah ada kendala dalam melakukan rekapitulasi ADD ?

3. Apakah pemberdayaan desa, sudah tepat sasaran dalam penggunaannya?

4. Apakah adanya kelihatan kecurangan yang dilakukan penghulu dalam

hasil rekapitulasi? Apakah data yang diterima itu, akurat?

Apakah ada kesullitan dalam melakukan tugas, untuk pemeriksaaan dari pemuda

setempat?

B. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pemberdayaan masyarakat dalam pemberdayaan Alokasi Dana Desa di Desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan Rokan Hilir, Riau

1. Bagaimana menurut bapak mengenai pemberdayaan masyarakat dalam

pemanfaatan alokasi dana desa (ADD) ?

2. Bagaimana semestinya pemberdayaan itu dilakukan supaya tidak ada

halangan dalam pemanfaatan dana alokasi desa tersebut?

3. Bagaimana mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat

desa?

4. Apakah masyarakat desa ikut serta dalam merencanakan program

pemberdayaan desa?

5. Apakah program yang dilakukan sudah dan dilaksanakan dalam pembangunan

(3)

Informan Utama

1. Faktor yang mendukung masyarakat desa yang diketahui oleh bapak pada

saat ini?

2. Apakah ada penghambat lain yang menimbulkan kesusahan kepada

masyarakat dalam pembangunan pemberdayaan masyarakat Makmur

Jaya?

Informan Tambahan

1. Apakah anda mengetahui adanya Alokasi Dana Desa untuk Pemberdayaan

masyarakat?

2. Apakah dalam penggunaannya melibatkan pemuda setempat?

3. Apakah dengan adanya pemberdayaan masyarakat, masyarakat

mendapatkan dampak dari pemberdayaan itu ?

4. Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat dalam

mengembangkan masyarakat makmur jaya dalam program

pemberdayaan?

5. Bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan

(4)

DAFTAR PUSTAKA

BUKU

Ambar Teguh Sulistyani, 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan.

Yogyakarta : Graha Ilmu.

Bungin, Burhan.2001. Metode Penelitian Sosial, Format-format

KualitatiKualitas.Surabaya: Airlangga University Press.

Djohermansyah,Djohan. 2007.Potret Otonomi Daerah dan Wakil Rakyat di Tingkat

Lokal,(Yokyakarta: Pustaka Pelajar.

Eko, Sutoro. 2002, Pemberdayaan Masyarakat Desa, Materi DiklatPemberdayaan

Masyarakat Desa, yang diselenggarakan Badan DiklatProvinsi Kaltim, Samarinda,

Desember 2002.

Jewell, L. N. & Siegall, M., (1998). Psikologi Industri/Organisasi Modern: Psikologi

Penerapan Untuk Memecahkan Berbagai Masalah Di Tempat Kerja, Perusahaan,

Industri, Dan Organisasi, ed-2, Jakarta: Arcan

Prof. Dr. J.S. Badudu dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia

Prijono Onny S., & A.M. W. Pranaka, 1996. Pemberdayaan: Konsep, Kebijakan dan

Implementasi. Jakarta: Center for Strategic and International Studies

Mardiasmo.2001.Pengawasan, Pengendalian dan Pemeriksaan Kinerja Pemerintah

Dalam Melaksanakan Otonomi Daerah. Jurnal Bisnis danAkuntansi.

Siti Muntahanah,Efektifitas Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa Di

Kecamatan Somagede Kabupaten Banyumas Dosen Fakultas Ekonomi Universitas

(5)

Siti Ainul Wida, Akuntabilitas Pengelolaan Alokasi Dana Desa (add) di Desa -Desa

Kecamatan Rogojampi Kabupaten Banyuwangi,2016, Program studi Strata 1

Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Jember.

HR. Otje Salman dan Anton F. Susanto, Teori Hukum, (Bandung:Refika Aditama,

2005).Handoko, H, 1998, Manajemen Personalia dan Sumber Daya Manusia, Edisi

2, BBPE, Yokyakarta

Sinambela, L.P., 2010, Reformasi Pelayanan Publik; Teori, Kebijakan, dan

Implementasi, Jakarta, PT. Bumi Aksara

Sinambela, Lijan Poltak. 2008. Reformasi Pelayanan Publik.Jakarta: Bumi Aksara

Sedarmayanti. (2003). Good Governance (Kepemerintahan Yang Baik) Dalam

Rangka Otonomi Daerah. Bandung: Mandar Maju.

Suparjan, Hempri Suyatna (2003), Pengembangan Masyarakat dari Pembangunan

sampai Pemberdayaan, Yogyakarta:Aditya Media

Suwondo, Kutut. 2005. Civil Society di Aras Lokal. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.

Salam, Darma Setyawan. 2007. Manajemen Pemerintahan Indonesia.Jakarta:

Djambatan

Widjaja, HAW. 2003.Pemerintahan Desa/Marga. PT. Raja Grafindo Persada.

Jakarta.

Yin, K. Robert. 2008. Studi Kasus: Desain dan Metode. Jakarta: PT Raja Grafindo

(6)

Jakarta

Tri,Winnarni,1998, Memahami Pemberdayaan Masyarakat Desa Partisipatif dalam

Orietasi Pembangaunan Masyarakat Desa Menyongsong Abad 21 Menuju

Pemberdayaan Pelayanan Masyarakat, Aditya Media, Yogyakarata.

Usman Sunyoto. 2004.“Pembangunan dan Pemberdayaan Masyarakat”,Yogyakarta,

Pustaka Pelajar

Hari Sabarno, 2007, Mamandu Otonomi Daerah Menjaga Kesatuan Bangsa,

Sinar Grafika, Jakarta

Wahyudi, Bambang. 2012. Gerakan Pemberdayaan Masyarakat Sebuah Tinjauan

Konsep Dalam Upaya Menekan Penyalahgunaan Narkoba (Pusat Promkes, 2005).

Wahjudin, Sumpeno (2011) Perencanaan Desa Terpadu. Banda Aceh,Reinforcement

Action and Development

UNDANG-UNDANG

Peraturan Mentari dalam Negari No 37 Tahun 2007 Tentang Pedoman Pengelolaan

Keuangan Desa

INTERNET

KumpulanSkripsiWebsite :

(7)

KumpulanMakalahwebsite

http:/forum.desa.co.id

Supardan, Drg. Iman. 2013 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan.

https://ovumnews.com/pemberdayaan-masyarakat-bidang-kesehatan/

(8)

BAB III

DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN A. Letak Geografis

Adapun pemerintahan Makmur Jaya pada tahun 1987 hanya merupakan

permukiman transmigrasi yang memiliki luas 1.666,5 Ha dan terdiri dari dua Dusun

yaitu Dusun Harapan Jaya dan Dusun Suka Makmur Desa Bagan Batu Kecamatan

Bagan Sinembah Kabupaten Bengkalis dan pada tahun 1999 Kabupaten Bengkalis

dimekarkan menjadi Kabupaten Rokan Hilir. Seiring dengan perkembangan

penduduk dan kemajuan ekonomi maka pada tahun 2010 desa Bagan Batu

dimekarkan menjadi Kepenghuluan Makmur Jaya dengan PenghuluBapak SUBIRIN,

Shi dan menjadi bagian dari Kecamatan Bagan Sinembah Kabupaten Rokan hilir.

Dan padatahun 2014 Kecamatan Bagan Sinembah dimekarkan menjadi Kecamatan

Bagan Sinembah Raya Kabupaten Rokan Hilir hingga saat ini.

Kepenghuluan Makmur Jaya sejak menjadi Kepenghuluan persiapan hingga

sekarang ini telah dipimpin oleh Bapak Penghulu SUBIRIN,SHi.

B. Demografis

Berdasarkan data dari dusun, Kepenghuluan Makmur Jaya terdiri dari 2 Dusun, 6

Rukun Warga (RW), 16 Rukun Tetangga( RT) dengan rincian sebagai berikut :

1. Dusun Harapan Jaya ( KepalaDusunBapak AGUS SABILAL )

Dusun Harapan Jaya terdiri dari 4 Rukun Warga (RW) dan 12 Rukun Tetangga

(9)

RW 01 ( Ketua RW SUTIKNO ) terdiridari 3 RT :

1. RT 01 ( Ketua RT HARIYANTO )

2. RT 02 ( Ketua RT RUDI HARTONO )

3. RT 03 ( Ketua RT SUPRAYOGI )

RW 02 ( Ketua RW NGADI ) terdiridari 3 RT :

1. RT 01 ( Ketua RT ABDUL HAKIM )

2. RT 02 ( Ketua RT JUMONO )

3. RT 03 ( Ketua RT PH. SITORUS )

RW 03 ( Ketua RW SUTONO ) terdiridari 3 RT :

1. RT 01 ( Ketua RT PAIMIN )

2. RT 02 ( Ketua RT TRIMO )

3. RT 03 ( Ketua RT KASIRAN )

RW 04 ( Ketua RW NGATIMAN ) terdiridari 3 RT :

1. RT 01 ( Ketua RT WAN NURAIDI )

2. RT 02 ( Ketua RT MUSIKIN )

3. RT 03 ( Ketua RT TUMBUR LUMBAN TOBING )

2. Dusun Suka Makmur ( Kepala Dusun Bapak MULYONO )

Dusun Suka Makmur terdiri dari 2 RukunWarga (RW) dan 4 RukunTetangga

(10)

RW 01 (Ketua RW DASARIANTO ) terdiridari 2 RT :

1. RT 01 ( Ketua RT ZULMASYAH BUDI )

2. RT 02 ( Ketua RT KERIK PONIMAN )

RW 02 ( Ketua RW SELAMAT NURIANTO ) terdiridari 2 RT :

1. RT 01 ( Ketua RT SUGIANDO )

2. RT 02 ( Ketua RT HENDRA )

Tabel 1

Batas Kepenghuluan Desa Makmur Jaya

Batas Kelurahan/Kepenghuluan Kecamatan

Utara Kota Paret Simpang Kanan

Selatan Bagan Sinembah Bagan Sinembah

Timur Bagan Sinembah Barat Bagan Sinembah

Raya

Barat Bagan SaptaPermai/

Bhayangkara Jaya

Bagan Sinembah

Luas Kepenghuluan

(11)

Data Penduduk

Jumlah data penduduk Kepenghuluan Makmur Jaya, Kecamatan Bagan

Sinembah Raya, Kabupaten Rokan hilir adalah sebagai berikut :

Tabel 2

Data Kependudukan di Desa Makmur Jaya

No

DUSUN R R

JenisKelamin Jumlah Jiwa Jumlah

KK

Laki-lak

i

Perempuan

1 0 0 78 88 166 40

2

DUSUN

HARAPAN

JAYA

0 49 50 99 25

3 0 41 51 92 24

4 0 0 48 49 97 26

5 0 41 48 89 24

(12)

7 0 51 58 109 29

8 0 0 59 66 125 32

9 0 72 78 150 39

1 0 0 62 56 118 30

1 0 57 49 106 27

1 0 84 71 155 34

1 DUSUN

SUKA

MAKMUR

0 0 11

0

88 198 48

1 0 79 68 147 35

1 0 0 57 48 105 25

(13)

Tabel 3

Data Agama di Desa Makmur Jaya

No Agama Jumlah ( Orang )

1 Islam 1.579 ORANG

2 Khatolik 14 ORANG

3 Protestan 420 ORANG

4 Hindu -

5 Budha -

6 Konghucu -

Jumlah 2.013 ORANG

Tabel 4

Jumlah Perangkat Kepenghuluan

No JABATAN JUMLAH

1 KepalaUrusan 5 Orang

2 KepalaDusun 2 Orang

3 Staff 6 Orang

(14)

Tabel 5

Jumlah Badan Permusyawaratan Kepenghuluan ( BPK ) di Desa Makmur Jaya

No JABATAN JUMLAH

1 Ketua 1 Orang

2 WakilKetua 1 Orang

3 Sekretaris 1 Orang

4 Anggota 6 Orang

Jumlah 9 Orang

C. Visi Desa Makmur Jaya

Visi Desa Makmur Jaya adalah “Terwujudnya Pelayanan pelayanan prima dan

pemerataan pembangunan yang merata serta terciptanyaa lingkungan hidup yang

berbudaya dan agamis “.

D. Misi Desa Makmur Jaya

Untuk mewujudkan visi sebagai langkah menuju Desa mempunyai Visi

“Terwujudnya Pelayanan pelayanan prima dan pemerataan pembangunan yang

merata serta terciptanyaa lingkungan hidup yang berbudaya dan agamis “.maka Desa

(15)

1. Mengembangkan dan meningkatkan saranaprasarana daerah yang mendukung

peningkatan pemerataan pelayanan kepada masyarakat dan pembangunan

daerah yang berkelanjutan.

2. Mengembangkan dan meningkatkan sumberdaya manusia professional yang

menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi dan berjiwakewirausahaan dengan

dilandasi keimanan, ketaqwaan, dannilai-nilaibudaya Melayu.

3. Memberdayakan masyarakat, sumber daya alam dan seluruh kekuatan

ekonomi daerah untuk memperkuat landasan struktur perekonomian berbasis

(16)

BAB IV PENYAJIAN DATA

Pada bab ini penulis akan menyajikan deskripsi dari data yang diperoleh

melalui penelitian dilapangan melalui metode-metode pengumpulan data yang telah

disebutkan pada bab terdahulu. Demikian juga halnya permasalahan yang hendak

dijawab dalam bab ini adalah Bagaimana pemerdayaan masyarakat dalam

pemanfaatan Alokasi Dana Desa dan Faktor apa saja yang mendukung dan

menghambat pemerdayaan masyarakat dalam pemerdayaan Alokasi Dana Desa di

Desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan Rokan Hilir, Riau. Dalam mengumpulkan data

yang diperlukan untuk menjawab permasalahan secara mendalam, ada beberapa

tahapan yang dilakukan penulis, yaitu; pertama, penelitian diawali dengan

pengumpulan berbagai dokumen dari Pemerintahan Kabupaten Rokan Hilir

Kecamatan Bagan Sinembah Raya Kepenghulan Makmur Jaya Tugas Pokok dan

Fungsi (Tupoksi) dan berbagai hal yang berkaitan dengan permasalahan yang ingin

dijawab, Kedua, penulis melakukan sejumlah wawancara dengan Penghulu Makmur

Jaya Kecamatan Sinembah Raya Kepenghuluan Makmur Jaya dan ditambah informan

utama, dan masyarakat sebagai informan tambahan.

Data-data tersebut berupa pernyataan dari para informan mengenai

permasalahan penelitian skripsi ini. Sedangkan data-data sekunder didapatkan dari

studi kepustakaan serta dokumen-dokumen yang didapat dari lokasi penelitian.

Pengumpulan data dilakukan selama kurang lebih dari tiga (2) minggu dilokasi

(17)

3. Bagaimana pemerdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana Desa?

Berdasarkan pangambilan data dilapangan diperoleh identitas informan adalah sebagai berikut :

Tabel 6 Identitas Informan

Nama Jenis Kelamin

Keterangan Identitas Pekerjaaan

Subarin,SH.I Laki-laki Penghulu Makmur Jaya

Hadiyono,SH Laki-laki Camat Bagan Sinambah

Raya atau Pembina Desa

Husnul Yamin Rambe Laki-laki BPK

Ngatijan Laki-laki Tokoh Adat

Agus budiman Laki-laki Tokoh Pemuda

Sulianti Perempuan PKK

- Hasil Wawancara Informan Kunci

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan ADD di Desa

Makmur Jaya ?

Hasil wawancara dengan Subarin,SH.I (Pada Tanggal 22 April 2016) :

“Dalam penggunaan ADD, harus mengikuti peraturan pemerintah. Dimana

(18)

untuk operasional desa, kemudian 70% untuk pemberdayaan masyarakat”.

Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan ADD di Desa Makmur Jaya

sudah cukup baik dilihat dari kegiatan-kegiatan yang sudah terlaksanakan

oleh masyarakat Desa Makmur Jaya contohnya di Bidang Olahraga,PKK,

serta pembangunan dan pemeliharaan fasilitas desa ADD berjalan sesuai

dengan keinginan masyarakatnya.

2. Apakah seluruh kegiatan yang didanai oleh ADD direncanakan,

dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka ?

“Tentu saja, harus direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi secara terbuka

karena sesuai dengan peraturan pemerintah bahwasannya setiap kegiatan

dan penggunaan ADD harus dapat di pertanggung jawabkan secara

administrasi, teknis, dan hukum, sehingga dalam pengevaluasiannya dapat

dipertanggungjawabkan oleh pihak pengelola ADD”

3. Apakah ada faktor-faktor penghambat dalam kegiatan pemberdayaan

masyarakat dalam pemmanfaatan ADD ?

“Dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat di desa makmur jaya

Alhamdulillah berjalan lancar dan insya allah tepat sasaran. Hanya saja

memang ada beberapa penghalang/penghambat dalam kegiatan

pemberdayaan, seperti SDM yang kurang mumpuni kemudian faktor yang

kedua adalah masalah waktu jadi dalam kegiatan pemberdayaan yang di

danai ADD seperti gotongroyong ini banyak terhalang oleh waktu”. Dan

(19)

4. Apa saja kegiatan yang sudah dan akan dilaksanakan dalam pembangunan

ADD untuk pemberdayaan ?

“ada beberapa kegiatan yang sudah kita lakukan dalam kegiatan

pemberdayaan masyarakat, seperti pemberdayaan dalam kegiatan

keolahragaan, pkk, sanggar seni, untuk kegiatan mesjid, pemberdayaan

LPMK, kegiatan pemberdayaan keagamaan (MTQ Desa), kegiatan

Dasawisma, Gotong Royong, dan kegiatan operasional Posyandu, serta

kegiatan karang taruna”

5. Bagaimana animo masyarakat dengan adanya program pemberdayaan

masyarakat?

“Animo masyarakat sangat tinggi dalam kegiatan pemberdayaan masyarakat,

ini terlihat dari tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam segala

kegiatan pemberdayaan masyarakat yang dijalankan sesuai program

pemerintah desa”

6. Dalam perkembangan masyarakat sekarang, apakah hambatan yang sering

timbul dalam program pemberdayaan masyarakat makmur jaya ?

“ untuk hambatan mungkin tidak banyak dan tidak rumit masyarakat desa

makmur ini, cukup cerdas dalam mengambil sikap tentang program desa itu

sendiri. Secara administrasi juga tidak ada masalah, semua beres, adapun

factor yang menghambat dalam kegiatan pemberdayaan ini adalah masalah

waktu, ini terlihat ketika adanya kegiatan gotong royong untuk pembangunan,

(20)

sebagian masyarakat lebih memilih kerja dari pada ikut dalam gotong

royong.

7. Apakah kegiatan gotong royong masih aktif di desa makmur jaya?

“untuk kegiatan gotong royong masih sangat aktif di desa makmur jaya, dan

tingkat partisipasi masyarakatnya lumayan tinggi.

- Hasil Wawancara Informan Utama

1. Bagaimana tranparansi terhadap Alokasi dana desa makmur jaya? Husnul Yamin Rambe ( Pada Januari 2016)

“Alokasi dana desa makmur jaya bersifat transparansi, semua kegiatan ADD

dilakukan secara terbuka agar masyarakat tau kemana saja dana ADD itu di

keluarkan. karena kegiatan ADD, harus dapat dipertanggung jawabkan

secara administrasi dan hukum, bahwasannya seluruh kegiatan yang dibiayai

oleh ADD jelas adanya sesuai dengan laporan yang dilampirkan “

2. Apakah ada kendala dalam melakukan rekapitulasi ADD ?

“Untuk rekapitulasi kita tidak ada masalah karena dalam penggunaan ADD

ini semua di rencanakan, dilaksanakan dan dievaluasi sehingga semuanya

sudah ada standarnya dan

alhamdulillah tidak ada kendala, karena apa yang tertulis di laporan itu

sesuai dengan fakta dilapangan, mengenai nominalnya juga sesuai dengan

bistik yang telah di tetapkan oleh pemerintah”

(21)

“segala kegiatan yang di biayai oleh ADD itu sudah direncanakan

dilaksanakan dan di evaluasi, saya kira sudah tepat sasaran, karena apa yang

direncanakan itu yang dilaksankan dan yg dilaksankan juga sesuai dengan

standar atau bistik. “.

4. Apakah adanya kelihatan kecurangan yang dilakukan penghulu dalam

hasil rekapitulasi?

“Tentu tidak ada, untuk di tahun 2016, untuk itu belum ada gambaranya.”

Apakah data yang diterima itu, akurat?

“Tentu, datanya sudah melalui tahap-tahap yang panjang untuk

pemeriksaanya”.

5. Apakah ada kesullitan dalam melakukan tugas, untuk pemeriksaaan dari

pemuda setempat?

“Tentu tidak mereka, mereka juga bagian dari kegitan kita”.

4. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pemberdayaan masyarakat dalam pemberdayaan Alokasi Dana Desa di Desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan Rokan Hilir, Riau ?

A.Hasil Wawancara Informan Kunci

Bagaimana menurut bapak mengenai pemberdayaan masyarakat dalam

pemanfaatan alokasi dana desa (ADD) ? Hadiyono,SH (Pada Tanggal 22 April 2016) :

“ Menurut saya, Pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan alokasi dana

(22)

transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan secara tertib dan disiplin.

Pemanfaatan ADD dimaksudkan untuk membiayai program pemerintah

dalam melaksanakan kegiatan pemerintah dalam melaksanakan kegiatan

pemerintah dan pemberdayaan masyarakat”.

“Jadi menurut bapak bagaimana semestinya pemberdayaan itu dilakukan

supaya tidak ada halangan dalam pemanfaatan dana alokasi desa tersebut?

“ Pemberdayaan masyarakat terhadap Alokasi Dana Desa harus dilakukan

secara transparansi. Yang dimaksudkan dengan transparansi adalah adanya

keterbukaan informasi dari pihak pemerintah desa terhadap masyarakat agar

masyarakat mengetahui seluruh proses kegiatan yang berlangsung sehingga

pemberdayaan masyarakat terlaksanakan dengan baik.

Bagaimana mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat

desa?

“Untuk mendorong swadaya masyarakat sendiri, di perlukan peranan

pemerintah untuk meningkatkan partisipasi masyarakat untuk bergotong

royong misalnya dengan membuat sosialisasi tentang pentingnya

gotongroyong untuk kepentingan desa”.

Apakah masyarakat desa ikut serta dalam merencanakan program

pemberdayaan desa?

“Tentu, desa atau masyarakat desa tahu apa yang lebih di utamakan dalam

pembangunan desa contoh program yang telah dilakukan untuk

(23)

Apakah program yang dilakukan sudah dan dilaksanakan dalam pembangunan

ADD untuk pemberdayaan itu sendiri ?

“Untuk program di tahun 2016 tentu sudah, sudah banyak yang dilakukan

sesuai dengan data yang diberikan”.

B. Hasil Wawanca Informan Utama

Ngatijan

Faktor yang mendukung masyarakat desa yang diketahui oleh bapak pada saat

ini?

( Pada Januari 2016)

“ Faktor yang mendukung masyarakat desa yang saya ketahui yaitu

masyarakat mau terlibat dalam kegiatan-kegiatan operasional desa.

Contohnya dengan bergotong-royong dalam hal memperbaiki desa Makmur

Jaya ini, seperti menambal jalan yang berlubang dengan memanfaatkan

sumber-sumber yang ada di desa Makmur Jaya ini, ya menurut saya faktor

pendukungnya itu”. Fasilitas –fasilitas didesa juga sudah lumayan bagus,

contohnya fasilitas yang diberikan oleh pihak swasta seperti Koperasi baik

untuk berdagang dan bertani.

Apakah ada penghambat lain yang menimbulkan kesusahan kepada

masyarakat dalam pembangunan pemberdayaan masyarakat Makmur Jaya?

Dalam faktor penghambat biasanya ada sebagian mayarakat yang tidak suka

ataupun tidak mendukung meskipun kebanyakan mendukung dalam

melakukan pemberdayaan desa ini, ada beberapa masyarakat yang tidak mau

ikut serta dalam pembangunan pemberdayaan masyarakat ini. kurangnya

(24)

Kurangnya kesadaran masyarakat, sikap masyarakat yang tradisional juga

menjadi hambatannya”.

Hasil Wawanca Informan Tambahan

Agus budiman

Apakah anda mengetahui adanya Alokasi Dana Desa untuk Pemberdayaan

masyarakat?

( Pada Januari 2016)

“Ya , saya mengetahui adanya Alokasi Dana Desa. Hanya saja saya tidak

terlalu mengetahui secara mendetail karena saya sibuk dengan urusan saya

sendiri tanpa memperdulikan kepentingan desa”.

Apakah dalam penggunaannya melibatkan pemuda setempat?

“ Setahu saya sih Iya, karena setiap pembangunan yang dilakukan didesa

pemuda ikut serta dalam membantu kelancaran kegiatan desa”.

Apakah dengan adanya pemberdayaan masyarakat, masyarakat mendapatkan

dampak dari pemberdayaan itu ?

“Tentu saja, Iya. Masyarakat pasti merasakan dampaknya, dengan adanya

pemberdayaan masyarakat lebih mudah melakukan kegiatan desa contohnya

dengan adanya pemberdayaan masyarakat lebih terarah untuk melakukan

sesuatu yang bermanfaat untuk kepentingan desa”.

Informan Tambahan

Apakah yang menjadi pendukung dan penghambat bagi ibu dalam

(25)

“ Yang menjadi faktor pendukungnya yaitu tersedianya fasilitas-fasilitas yang

diberikan oleh pihak swasta maupun pemerintah dalam hal mengembangkan

masyarakat, contohnya koperasi. Sedangkan penghambatnya masyarakat

tidak tahu apa yang harus dilakukan agar bisa mengembangan diri, itu

disebabkan karena rendahnya pendidikan masyarakatnya”.

Bagaimana meningkatkan partisipasi masyarakat dalam memanfaatkan

pemberdayaan desa ?

“ Mungkin pemerintah harus melakukan terobosan terbaru untuk

meningkatkan partisipasi masyarakat untuk lebih bisa memanfaatkan

(26)

BAB V ANALISIS DATA

1. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana Desa

Pemberdayaan masyarakat hendaklah mengarah pada pada pembentukan

kognitif masyarakat yang lebih baik. Kondisi kognitif pada hakikatnya merupakan

kemampuan berpikir yang dilandasi oleh pengetahuan dan wawasan seorang atau

masyarakat dalam rangka mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kondisi

konatif merupakan suatu sikap perilaku masyarakat yang terbentuk yang diarahkan

pada perilaku yang sensitif terhadap nilai-nilai pembangunan dan pemberdayaan.

Kondisi afektif adalah merupakan sense yang dimiliki oleh masyarakat yang

diharapkan dapat diintervensi untuk mencapai keberdayaan dalam sikap dan perilaku.

Kemampuan psikomotorik merupakan kecakapan ketrampilan yang dimiliki

masyarakat sebagai upaya pendukung masyarakat dalam rangka melakukan aktivitas

pembangunan. Terjadinya keberdayaan pada empat aspek tersebut (kognitif, konatif,

afektif dan psikomotorik) akan dapat memberikan kontribusi pada terciptanya

kemandirian masyarakat yang dicita-citakan, karena dengan demikian dalam

masyarakat akan terjadi kecukupan wawasan yang dilengkapi dengan kecakapan

ketrampilan yang memadai, diperkuat oleh rasa memerlukan pembangunan dan

perilaku sadar akan kebutuhannya tersebut, untuk mencapai kemandirian masyarakat

diperlukan sebuah proses. Melalui proses belajar maka masyarakat secara bertahap

akan memperoleh kemampuan atau daya dari waktu ke 1 waktu, dengan demikian

(27)

mereka, apa yang diharapkan dari pemberdayaan yang merupakan visualisasi dari

pembangunan sosial ini diharapkan dapat mewujudkan komunitas yang baik dan

masyarakat yang ideal (Ambar Teguh, 2004: 80-81).

Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) merupakan bagian yang

tidak terpisahkan dari Pengelolaan Keuangan Desa dalam APBDesa oleh karena itu

dalam Pengelolaan Keuangan Alokasi Dana Desa (ADD) harus memenuhi Prinsip

Pengelolaan Alokasi Dana Desa.

Dalam proses pemberdayaan yang mendukung masyarakat agar termotivasi

mempunyai kemampuan atau keberdayaan untuk menentukan apa yang menjadi

pilihan pengembangan kemampuan dan kemandirian mayarakat untuk berperan aktif

dalam membangun agar secara bertahap masyarakat mampu membangun diri dan

lingkungan secara mandiri melalui peningkatan kesewadayaan masyarakat,

pemanfaatan nilai-nilai sosial budaya masyarakat dan pembangunan ekonomi

masyarakat dan membangun sumber daya alam yang berwawasan lingkungan dan

tepat guna bagi masyarkat.

Penempatan dana alokasi desa sendiri jika proses peberdayaan tercapai yang

digunakan maka dalam pemberdayaan alokasi dana akan menjadi lebih baik dan

maksimal

(28)

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pemberdayaan masyarakat dalam pemberdayaan Alokasi Dana Desa di Desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan Rokan Hilir, Riau.

Dalam menyatakan penghambat timul dari Kapabilitas Instansi Pelaksana dan

sifat-sifat, sikap prilaku, kemampuan dan peran instansi pelaksana dalam

mengimplementasikan program atau kegiatan.

Sistem saling pengaruh antar orang dalam kelompok yang bekerjasama untuk

mencapai tujuan tertentu. Sedangkan Struktur Birokrasi sebagai tata pola yang

menghubungkan antara bagian-bagian kerja berdasarkan kedudukan dan jenis

kewenangan pejabat, bidang-bidang dan hubungan pekerjaan, garis perintah dan

tanggungjawab, rentang kendali dan sistem manajemen dalam organisasi yang diatur

berdasarkan ketentuan yang berlaku.

Faktor yang mendukung masyarakat desa adanya fasilitas-fasilitas yang

dilakukan oleh pihak swasta dalam hal pengembangan terhadap masyarakat seperti

adanya bank mengadakan koperasi yang memberikan program UKM (usaka kecil

menengah) terhadap masyarakat desa dan masyarakat dapat melakukan kegitan dalam

perdagangan dan pertanian untuk mata pencaharian terhadap masayakat desa dan

pemerintah demikian juga membuat pemberlakukan sama dengan pihak-pihak

pendukung pemberdayaan masyarakat.

Hambatan yang terjadi dalam melakukan Pemberdayaan Alokasi Dana Desa,

minimnya tingkat taraf berpendidikannya masyarakat pada desa dan tingkat

kepedulian masyararakat terhadap pembangunan dan proses pembangunan dan

(29)

memaklumi keadaan situsi dalam program desa begitu tidak tercapai seperi apa di

programkan oleh pemerintah terhadap masyarakat desa.

Dalam pengelolaan ADD salah satunya adalah partisipasi masyarakat. Dari hasil

penelitian dan pengamatan yang telah dilakukan pada desa, bahwa tingkat partisipasi

masyarakat dalam proses perencanaan dalam pelaksanaan dalam ADD cukup tinggi. Hasil

penelitian menunjukkan tingginya tingkat partisipasi masyarakat dalam perencanaan

ADD yakni dalam musyawarah desa dapat dilihat dari tingkat kehadiran dan jumlah usulan

oleh masyarakat cukup tinggi. Tingginya partisipasi masyarakat dalam pengelolaan

ADD pada desasesuai dengan teori pemberdayaan menurut Wahjudin Sumpeno

(2011.19) yang menjelaskan bahwa pemberdayaan dapat berupa ide dan gagasan yakni

kemampuan mengekspresikan dan menyumbangkan gagasan dalam suatu forum atau diskusi

secara bebas dan tanpa tekanan. Berdasarkan hasil penelitian dan penga-matan yang telah

dilakukan, budaya gotong-royong masyarakat merupakan salah satu faktor pendorong

dalam pengelolaan ADD di desa. Budaya gotong-royong masyarakat yang tinggi

dapat mendukung pengelolaan ADD khususnya pada tahap pelaksanaan kegiatan.

Hal tersebut sesuai dengan teori pemberdayaan oleh Wahjudin Sumpeno (2011.19) yang

menjelaskan bahwa pemberdayaan merupakan upaya yang ditujukan agar suatu

tatanan dapat mencapai suatu kondisi yang memung-kinkan untuk membangun

dirinya sendiri.

Faktor penghambat dalam pengelolaan ADD pada desa yaitu rendahnya sumber daya

manusia. Sumber daya manusia dari penduduk desa yang rendah dapat dilihat dari tingkat

pendidikan mayoritas penduduk yaitu lulusan SD sedangkan perangkat desa sendiri

(30)

tahap perencanaan. Pada proses perencanaan ADD pada Desa menerapkan sistem musyawarah

desa. Dalam proses musyawarah desa telihat bahwa partisipasi masyarakat tinggi, namun

bentuk-bentuk usulan kegiatan dari mas-yarakat cenderung bersifat pemban-gunan

fisik seperti perbaikan jalan, irigasi, dan lain-lain. Padahal kegiatan tersebut tidak

bersifat pemberdayaan pada diri masyarakat masyarakat sendiri. Monotonnya pola

pikir masyarakat dalam perencanaan penggunaan dana ADD tersebut merupakan cerminan dari

rendahnya tingkat pendidikan masya-rakat dan perangkat desa, sehingga belum ada bentuk

kreativitas dan inovasi dalam pengelolaan ADD untuk pemberdayaan masyarakat. Faktor

penghambat dalam pengelolaan ADD dalam pemberdayaan selanjutnya yaitu rendahnya swadaya

masyarakat. Dari hasil penelitian, swadaya masyarakat desa dinilai sangat kurang,

padahal swadaya masyarakat merupakan Pendapatan Asli Desa (PADes) yang sah. Kurangnya

swa-daya masyarakat merupakan cerminan dari tingkat kesejahteraan masyarakan desa yang masih

dinilai kurang sejahtera. Dilihat dari mayoritas mata pencaharian masyarakat desa yang

sebagai buruh tani, maka berdampak pada tingkat keswadayaan masyarakat dalam

pembangunan desanya. Fenomena tersebut tidak sesuai dengan tujuan ADD menurut Peraturan

Menteri Dalam Negeri Nomor 37 Tahun 2007 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Desa, yang

menjelaskan bahwa salah satu tujuan ADD adalah mendorong peningkatan keswadayaan

masyarakat. Hal tersebut menunjukkan bahwa kurang berhasilnya pengelolaan ADD

(31)

BAB VI

PENUTUP

Berdasarkan hasil penelitian dan uraian analisis yang telah penulis kemukakan

di bab sebelumnya, maka pada bab ini penulis akan menarik suatu kesimpulan

berdasarkan penelitian lapangan yang telah dilakukan dan memberikan saran terkait

dengan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Desa.`

1. Kesimpulan

Adapun Kesimpulan dari Penelitan ini, Antara lain :

Pemberdayan merupakan program yang dilakukan untuk memberdayakan

masyarakat agar mandiri dan bertaraf hidup yang layak seperti hidup dikota yang

terpasilitasi dari pemerinah, pemberdayaan sendiri adalah seperti pemerian

kepercayaan pemerintah kepada kepala desa atau penhulu untuk mengelolah

sumberdayanya agar desa merasakan kemakmuran dan kesejahteraa terhadap

masyarakat desa pada umunya. Dan program adalah tepat untuk kedepan untuk

membagun keadaan situasi dan memaksa masyarakat desa untuk lebih maju dan dapat

bemitra dengan masyarakat sekala nasional dan internasional. Dalam

hambatan-hambatan yang terjadi biasanya atau secara umum, tingkat taraf hidup masyarakat

tidak dalam keadaan berpendidikan tinggi sehinggga terabaikannya program sosial

pemberdayaan masyarakat dan keberuntungannya pada masyarakat adanya

(32)

2. Saran

Pemberdayaan menjadi konsep kunci untuk menanggapi kegagalan

pelaksanaan pembangunan yang selama ini masih belum dapat dirasakan secara

menyeluruh oleh masyarakat pada umumnya. Dalam kelemahan pemberdayaan

sendiri tiada pelatihan dan program pelaksanaan tahunan bagi pendanaan alokasi dana

desa kurang terawasi dalam penempatan dananya. Dan perlu untuk pemberdayaan

sendiri untuk perlu pelatihan program mandiri usaha bersama dengan pemerintah

dengan masyarakat untuk membangun kreyatifitas budaya bangsa untuk menjadi daya

tarik jual terhadap pangsa pasar nasional maupun internasional agar pemberdayaan

sendiri tercapai bagaimana program pemberdayan masyarakat agar masyarakat maju,

(33)

BAB II

METODE PENELITIAN A. Bentuk Penelitian

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif melakukan aktivitasnya untuk memperoleh

pengetahuan, sejumlah informan atau cerita yang rinci tentang subjek dan latar sosial

penelitian. Pengettahuan dan informasi yang diperoleh dari hasil wawancara

mendalam dan pengamatan tersebut akan di bentuk cerita sangat menditeil

(deskripsi-rinci), gambaran mendalam), termasuk ungkapan-ungkapan asli subjek penelitian.

B. Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di Desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan

Sinembeh Rokan Hilir,Riau. Lokasi ini dipilih oleh peneliti dengan tujuan untuk

mendapatkan data dan dokumen yang berhubungan dengan penelitian ini. Selain itu,

akan dilakukan wawancara dengan narasumber terkait dalam penelitian ini.

C. Informasi Penelitian

1. Informan kunci, yaitu mereka yang mengetahui serta memiliki seluruh

informasi pokok yang diperlukan oleh peneliti. Adapun yang menjadi

informan kunci penelitian ini adalah Kepala Desa Bagan Sinembah

Kacematan Rokan Hilir,Riau.

2. informan utama, yakni mereka yang terlibat langsung dalam pelaksanaan

rencana strategis, misalnya pembangunan desa, antisipatif masyarakat dalam

(34)

kondisi Desa Sendiri, karena pemberdayaan masyarakat hanya bisa terjadi

apabila warganya berpartisipasi.

3. Informasi tambahan, merupakan orang-orang yang dapat memberikan

informasi tambahan meskipun tidak terlibat langsung dalam proses penelitian,

namun berperan sebagai sasaran dari pelaksanaan rencana strategis itu sendiri

yaitu masyarakat Desa Bagan Sinembah Kacematan Rokan Hilir,Riau.

D. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis data

a. Jenis Data Primer

Data primer adalah data dan informasi yang diperoleh atau diterima dari hasil

penelitian dan atau narasumber dengan melakukan studi lapangan terhadap objek

penelitian di lapangan, yaitu di Desa Makmur Jaya Kecamatan Bagan Sinembah

Kabupaten Rokan Hilir, Riau.

b. Data Skunder

Data skunder adalah data tambahan untuk melengkapi data primer yang diperoleh

dari bahan-bahan keperpustakaan meliputi literatur/buku-buku yang terkait dengan

penelitian, penelusuran internet, dan dokumen berkas-berkas penting dari instansi

yang diteliti serta penelusuran perundang-undangan atau kebijakan lainnya dari

berbagai sumber yang berikautan dengan desa.

2. Sumber Data

a. Data yang diperoleh melalui wawancara langsung dari sumbernya, diamati

dan dicatat oleh peneliti dari Kantor Kepala Desa Desa Makmur Jaya

(35)

b. Data skunder dalam penelitian ini diperoleh dari literatur-literatur yang du

dapatkan dari perpustakaan Lingkungan Universitas Sumaterara Utara, media

elektronik dan Internet.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam mengumpulkan data informasi yang dibutuhkan dalam penelitian ini

digunakan beberapa teknik pengumpulan data yaitu data primer dan data sekunder.

1. Data Primer

Untuk mendapatkan data primer, dalam penelitian ini dilakukan dengan

wawancara merupakan proses tanya jawab secara langsung yang ditujukan terhadap

informan di lokasi penelitian dengan menggunakan panduan atau pedoman

wawancara. Wawancara dengan melakukan komunikasi secara langsung untuk

mendapatkan informasi secara mendalam dengan mengeksplorasi

pertanyaan-pertanyaan pada informasi dengan mengacu pada interview guide yang telah

dirumuskan peneliti, sehingga data yang diperoleh dari hasil wawancara tersebut

merupakan data pendukung bagi terlaksananya penelitian.

2. Data Sekunder

Data sekunder merupakan semua data yang diperoleh melalui studi

kepustakaan yaitu pengumpulan data dari buku-buku referensi, jurnal yang sesuai

dengan objek kajian penelitian serta berkaitan dengan permasalahan dalam hal ini

mengenai akan dijadikan sebagai panduan dalam melakukan penelitian. Ada beberapa

bentuk atau tipe wawancara yang lazim digunakan dalam penelitian studi kasus,

diantaranya adalah: Pertama, tipe wawancara open ended, artinya dengan teknik

(36)

fakta-fakta suatu peristiwa yang akan diteliti di samping opini mereka mengenai

peristiwa yang ada. Kedua, tipe wawancara terfokus, dimana responden

diwawancarai dalam waktu yang pendek. Dan wawancara ketiga adalah tipe

wawancara yang memerlukan pertanyaan-pertanyaan yang lebih terstruktur. Jadi

peneliti memakai tipe wawancara terstruktur karena ini semua sesuai situasi dan

kondisi saat proses wawancara.

F. Teknik analisis data

Data yang di peroleh di lapangan dalam penelitian ini dalam bentuk data

kualitatif. Analisis data yang dilakukan bersifat interpretatif yaitu berupa interpretasi

yang bertujuan untuk mencapai pengertian dari apa yang di temukan di lapangan

dengan mengunakan pemikiran logis dan disajikan dalam bentuk deskriptif analisis

yang merupakan ciri-ciri pendekatan kualitatif.Analisis data dilakukan dengan

pengorganisasian data yang terkumpul berupa hasil wawancara dalam bentuk catatan,

rekaman wawancara, dokumen atau arsip resmi gambar atau foto sebagai

dokumentasi, kemudian diurutkan dan dikelompokkan dalam kategori-kategori

tertentu sehingga dapat dengan mudah diinterprestasikan dan dipahami. Langkah

selanjutnya adalah menginterprestasikan data dengan mengunakan metode analisis

etik dan emik. Analisis emik artinya data digambarkan menurut apa adanya

sebagaimana digambarkan oleh subjek penelitian atau informan. Sedangkan analisis

(37)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Masalah pembangunan merupakan masalah yang kompleks. Kompleksitas itu

misalnya dari sisi manajemen berarti perlu dilakukan perencanaan, pelaksanaan,

monitoring dan evaluasi. Dari sisi bidang yang yang harus dibangun juga memiliki

aspekkehidupan yang sangat luas. Aspek kehidupan itu mencakup kehidupan politik,

ekonomi,sosial dan budaya serta pertahanan dan keamanan. Dalam manajemen

pemerintahan yang otoriter yang sentralistis, dalam realitas masyarakat lebih

diposisikan sebagai obyek pembangunan. Ketika kini pemerintahan yang demokratis

yang hendak dikembangkan,maka ada perubahan posisi masyarakat yang semula

lebih diposisikan sebagai obyek pembangunan menjadi subyek pembangunan.

Memposisikan masyarakat sebagai subyek dalam pembangunan agar bersifat efektif

perlu dicarikan berbagai alternatif strategi pemberdayaan masyarakat. Pilihan strategi

yang tepat diharapkan dapat meningkatkan kemampuan dan kemandirian masyarakat.

Makalah ini lebih memfokuskan pada paparan tawaran berbagai strategi

pemberdayaan masyarakat.

Pemerintah Desa untuk lebih memberdayakan masyarakat dan mengoptimalkan

sumberdaya yang yang ada baik itu sumberdaya dari desa sendiri maupun dari luar.

Salah satu sumberdaya dari luar desa adalah alokasi dana dari Pemerintah Daerah

dalam ujud Alokasi Dana Desa. Alokasi Dana desa mengandung makna bahwa desa

memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus rumah tangganya sesuai dengan

(38)

sebagai penyelenggara pelayanan publik di desa dan sebagai pendamping dalam

proses perencanaan dan pelaksanaan pembangunan daerah yang melibatkan

masyarakat di tingkat desa. Untuk melaksanakan kewenangan tersebut, pemerintah

desa memiliki sumber-sumber penerimaan yang digunakan untuk membiayai

kegiatan-kegiatan yang dilakukannya. Salah satu hal yang penting untuk diperhatikan

dalam mendukung proses pelaksanaan pembangunan di setiap desa adalah adanya

kepastian keuangan untuk pembiayaannya. (Siti M, 2009 : 2 )

Sejak diberlakukannya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 1 Ayat (3), (5),(6),(7),(8),(9) Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud

dengan:

(3). Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat

daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah.

(5).Otonomi daerah adalah hak, wewenang, dan kewajiban daerah otonom untuk

mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan dan kepentingan

masyarakat setempat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

(6).Daerah otonom, selanjutnya disebut daerah, adalah kesatuan masyarakat

hukum yang mempunyai batas-batas wilayah yang berwenang mengatur dan

mengurus urusan pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat

menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat dalam sistem

Negara Kesatuan Republik Indonesia.

(7).Desentralisasi adalah penyerahanwewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada daerah otonom untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan

(39)

(8).Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh Pemerintah

kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah dan/atau kepada instansi vertikal

di wilayah tertentu.

(9). Tugas pembantuan adalah penugasan dari Pemerintah kepada daerah dan/atau

desa dari pemerintah provinsi kepada kabupaten/kota dan/atau desa serta dari

pemerintah kabupaten kota kepada desa untuk melaksanakan tugas tertentu.

(12). Desa atau yang disebut dengan nama lain, selanjutnya disebut desa, adalah

kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas batas wilayah yang

berwenang untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat,

berdasarkan asal-asul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati

dalam sistem Pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Dalam maksud dari Undang-Undang tersebut maka daerah diberi keleluasaan

untuk menekankan prinsip-prinsip demokrasi, peran serta masyarakat, pemerataan,

keadilan serta dengan memperhatikan potensi dan keanekaragaman daerah.

Undang-Undang ini sebagai landasan hukum bagi tiap daerah untuk mengatur dan mengurus

kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi

masyarakat.

Masyarakat diberi peran yang lebih besar dalam pembangunan daerah. Selain

itu masyarakat dituntut berkreativitas dan berinovasi dalam mengelola potensi daerah

serta memprakarsai pembangunan daerah. (F.Desa,2007:3)

Sejalan dengan perkembangan kemampuan rakyat dalam pembangunan dan

berkurangnya campur tangan pemerintah pusat terhadap daerah, maka pembangunan

(40)

Perencanaan dan implementasi pembangunan seharusnya merupakan usaha untuk

memberdayakan rakyat sehingga mereka mempunyai akses terhadap sumber-sumber

ekonomi. Model pembangunan yang melibatkan masyarakat dapat juga disebut

dengan model pembangunan partisipatif. Pelaksanaan pembangunan partisipatif

merupakan konsekuensi logis dari tuntutan reformasi dan keterbukaan yang

diinginkan oleh masyarakat sejak tumbangnya rejim orde baru, yang juga didukung

oleh prinsip-prinsip penyelenggaraan pemerintahan yang tertuang dalam UU No. 32

Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang mengamanatkan pentingnya

dilaksanakan otonomi daerah, demokratisasi, partisipasi masyarakat serta

desentralisasi kewenangan untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan

di tingkat daerah. (F.Desa,2007 : 4 )

Oleh karena itu diperlukan upaya penguatan perdesaan yang menempatkan desa

sebagai basis desentralisasi. Hal ini penting karena tiga alasan, yaitu :

1. Sebagian besar masyarakat Indonesia hidup di dalam komunitas pedesaan.

2. Komunitas pedesaan itu terkelompok ke dalam satuan masyarakat hukum yang

memiliki pemerintahan yang otonom.

3.Desentralisasi di tingkat desa akan meningkatkan fungsi pemerintahan sesuai

dengan kebutuhan masyarakatnya.

Meskipun Desa seharusnya menjadi basis desentralisasi dan mampu

menjalankan peran sebagai self governing community, kebanyakan Desa menghadapi

masalah yang akut. Pertama : Desa memiliki APBDES yang kecil dan sumber

pendapatannya sangat tergantung pada bantuan yang sangat kecil pula. Kedua :

(41)

Pendapatan Asli Desa (PADes) yang tinggi. Ketiga : Masalah itu diikuti oleh

rendahnya Dana Operasional Desa untuk menjalankan pelayanan. Keempat : Tidak

kalah penting bahwa banyak program pembangunan masuk ke desa, tetapi hanya

dikelola oleh Dinas. Program semacam itu mendulang kritikan bahwa program

tersebut tidak memberikan akses pembelajaran bagi Desa dan program itu bersifat top

down sehingga tidak sejalan dengan kebutuhan Desa dan masyarakatnya.

Dalam penggunaan Alokasi Dana Desa, memerlukan adanya

perencanaan,pelaksanaan,pengawasan, dan pertanggungjawaban terhadap

penggunaannya. Perencanaan pembangunan desa tidak terlepas dari perencanaan

pembangunan dari kabupaten atau kota, sehingga perencanaan yang dibuat tersebut

bisa tetap selaras. Pelaksanaan pembangunan desa harus sesuai dengan yang telah

direncanakan dalam proses perencanaan dan masyarakat, bersama aparat

pemerintahan juga berhak mengetahui dan melakukan pengawasan terhadap jalannya

pembangunan desa Alokasi Dana Desa harus digunakan dan di alokasikan

sebagaimana mestinya sesuai dengan undang-undang dan ketentuan yang berlaku

yang telah ditetapkan pemerintah Indonesia. (S. Ainul, 2009 : 3)

Namun dalam penggunaan alokasi dana desa ini rawan terhadap

penyelewengan yang dilakukan oleh pihak–pihakyang dipercaya untuk mengelola

Alokasi Dana Desa. Selain diperlukan adanya peningkatan kinerja aparatur

pemerintaha desa dan Badan Pengawas Desa, jugadibutuhkan adanya peran dari

masyarakat untuk ikut dalam mengawasi penggunaan anggaran yang didapat dari

(42)

Turunnya berbagai bantuan tersebut belum ditindak lanjuti dengan manajemen

program yang tepat. Untuk menciptakan keberdayaan dan kemandirian masyarakat,

tidak cukup dengan stimulan dana saja. Semestinya stimulan dana tersebut dibarengi

dengan kemampuan manajemen dan pengorganisasian yang baik. kelemahan yang

perlu dikoreksi secara mendasar seperti :

1. Pemberdayaan yang berindikasi KKN.

2. Masih berorientasi pada pertumbuhan ekonomi makro

3. Kebijakan yang terpusat.

4. Lebih bersifat karikatif.

5. Memposisikan masyarakat sebagai obyek.

6. Cara pandang kemiskinan yang diorientasikan pada ekonomi.

7. Bersifat sektoral.

8. Kurang terintegrasi.

9. Tidak berkelanjutan atau mengesampingkan faktor/daya dukung

lingkungan.

Gerakan pembangunan selama ini sering kali bias kepentingan politik. Atmosfir

semacam itu berdampak pada pelayanan publik yang tidak merata. Ada desa yang

selalu mengalir dengan lancar proyek-proyek dari tahun ke tahun, atau bahkan bisa

bertumpuk beberapa proyek secara bersamaan, namun ada desa yang sama sekali

tidak pernah tersentuh proyek tersebut.

Kondisi semacam ini di samping menciptakan kecemburuan antar masyarakat

(43)

yang tidak pernah kebagian proyek tersebut. Selain itu, beban pembangunan bisa

dikatakan lebih besar di kota daripada desa. (F.Desa,2007:2).

Alokasi Dana Desa dimaksudkan untuk membiayai program Pemerintahan

Desa dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan

masyarakat desa. Sedangkan tujuan dari Alokasi Dana Desa adalah:

1. Meningkatkan penyelenggaraan pemerintahan desa dalam melaksanakan

pelayanan pemerintahan, pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa

sesuai kewenangannya.

2. Meningkatkan kemampuan lembaga kemasyarakatan di desa dalam

perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian pembangunan secara parti

sipatif sesuai dengan potensi desa.

3. Meningkatkan pemerataan pendapatan, kesempatan bekerja dan kesempatan

berusaha bagi masyarakat desa.

4. Mendorong peningkatan swadaya gotong-royong masyarakat desa.

Alokasi Dana Desa adalah dana yang dialokasikan oleh Pemerintah Kabupaten

untuk Desa, yang bersumber dari bagian dana perimbangan keuangan pusat dan

daerah yang diterima oleh kabupaten. Pemberian Alokasi Dana Desa merupakan

stimulus bagi kemandirian masyarakat desa dalam melakukan pembangunan di

wilayahnya. Berdasarakan latar belakang yang telah dijelaskan diatas bermaksud

untuk meneliti mengenai pemerdayaan masyarakat tentang alokasi dana desa, maka

peneliti memberi judul “ Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan

(44)

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pemerdayaan masyarakat dalam pemanfaatan Alokasi Dana

Desa?

2. Faktor apa saja yang mendukung dan menghambat pemerdayaan

masyarakat dalam pemerdayaan Alokasi Dana Desa di Desa Makmur Jaya

Kecamatan Bagan Rokan Hilir, Riau ?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada topik penelitian dan permasalahan yang diajukan diatas, meka

tujuan hendak dicapai pada penelitian adalah :

1. Untuk mengetahui pemberdayaan pemanfaatan dalam Alokasi Dana Desa.

2. Untuk mengetahui faktor yang mendukung dan menghambat

pemberdayaan masyarakat dalam pemberdayaan Alokasi Dana Desa di

Desa Makmur Jaya kecamatan Bagan Sinembeh Kabuppaten. Riau.

3. Untuk mengetahui lebih dalam tentang pemanfaatan Alokasi Dana Desa

D. Manfaat Penelitian

Sehubungan dengan tujuan penelitian yang dilakukan ini, maka manfaat dan

hasil yang diharapkan dari penelitian ini, selain dapat berguna bagi diri peneliti

sendiri, juga diharapakan berguna bagi penelitian, kebijakan publik dan ilmu

pengetahuan, yang di uraikan dibawah ini :

a. Sebagai Subjektif

Khusus bagi Derah Kecamatan Rokan Hilir, Desa Makmur Jaya Diharapkan

dapat menajadi masukan dan sekaligus evaluasi terhadap pemerdayaan

(45)

b. Manfaat secara ilmiah

Penelitian yang diangkat dapat menjadi informasi dan dokumen-dokumen

awal untuk pengenalan Tentang Pemerdayaan Alokasi Dana Desa secara

Umun dan kebenarannya.

c. Manfaat Secara Akademisi

Sebagai bahan pembelajaran bagi penulis dan akademisi lain untuk

memahami masalah dalam Pemerdayaan Alokasi Dana Desa

E. Kerangka Teori

Teori adalah suatu sistem yang tersusun oleh berbagai abstraksi yang

berinterkoneksi satu sama lainnya atau berbagai ide yang memadatkan dan

mengorganisasi pengetahuan tentang dunia. (HR.Otje, 2005 : 2) untuk menjawab

pertanyaan yang ada dalam perumusan masalah maka diperlukan pendekatan teoritis

tentang Pemerdayaan Alokasi Dana Desa.

Dalam melakukan penelitinan pemikiran maka teori yang di gunakan dalam

menyusun toeri yang berhubungan erat dengan penelitian dan berhubungan dengan

penelitian yang membantu dan diharapkan memberikan pemahaman yang jelas dan

tepat dalam permasalahan yang akan yang diteliti : Adapun kerangka teori yang

digunakan adalah sebagai berikut :

1. Pemberdayaan Masyarakat Desa a. Pengertian Pemberdayaan

Secara etimologis pemberdayaan berasal dari kata dasar “daya” yang berarti

kekuatan atau kemampuan. Bertolak dari pengertian tersebut maka pemberdayaan

(46)

daya atau kekuatan atau kemampuan, dan atau proses pemberian daya/ kekuatan/

kemampuan dari pihak yang memiliki daya kepada pihak yang kurang atau belum

berdaya. Pengertian “proses” menunjukan pada serangkaian tindakan atau

langkah-langkah yang dilakukan secara kronologis sitematis yang mencerminkan pertahapan

upaya mengubah masyarakat yang kurang atau belum berdaya menuju keberdayaan.

Proses akan merujuk pada suatu tindakan nyata yang dilakukan secara bertahap untuk

mengubah kondisi masyarakat yang lemah, baik knowledge, attitude, maupun

practice (KAP) menuju pada penguasaan pengetahuan, sikap-perilaku sadar dan

kecakapan-keterampilan yang baik.

Makna “memperoleh” daya atau kekuatan atau kemampuan menunjuk pada

sumber inisiatif dalam rangka mendapatkan atau meningkatkan daya, kekuatan atau

kemampuan sehingga memiliki keberdayaan. Kata “memperoleh” mengindikasikan

bahwa yang menjadi sumber inisiatif untuk berdaya berasal dari masyarakat itu

sendiri. Dengan demikian masyarakat yang mencari, mengusahakan, melakukan,

menciptakan situasi atau meminta pada pihak lain untuk memberikan daya/ kekuatan/

kemampuan. Iklim seperti ini hanya akan tercipta jika masyarakat tersebut menyadari

ketidakmampuan atau ketidakberdayaan atau tidak adanya kekuatan, dan sekaligus

disertai dengan kesadaran akan perlunya memperoleh daya atau kemampuan atau

kekuatan.

Makna kata “pemberian” menunjukkan bahwa sumber inisiatif bukan dari

masyarakat. Insisatif untuk mengalihkan daya atau kemampuan/ kekuatan, adalah

pihak-pihak lain yang memiliki kekuatan dan kemampuan, misalnya pemerintah atau

(47)

menyatakan bahwa: pemberdayaan mengandung dua arti. Pengertian yang pertama

adalah to give power or authority, pengertian kedua to give ability to or enable.

Pemaknaan pengertian pertama meliputi memberikan kekuasaan, mengalihkan

kekuatan atau mendelegasikan otoritas kepada pihak yang kurang atau belum

berdaya. Di sisi lain pemaknaan pengertian kedua adalah memberikan kemampuan

atau keberdayaan serta memberikan peluang kepada pihak lain untuk melakukan

sesuatu. Berbeda dengan pendapat Pranarka, Sumodiningrat (Sumodiningrat, 2000

dalam Ambar Teguh, 2004: 78-79) menyampaikan: pemberdayaan sebenarnya

merupakan istilah yang khas Indonesia daripada Barat. Di barat istilah tersebut

diterjemahkan sebagai empowerment, dan istilah itu benar tapi tidak tepat.

Pemberdayaan yang kita maksud adalah memberi “daya” bukan “kekuasaan”

daripada “ pemberdayaan” itu sendiri. Barangkali istilah yang paling tepat adalah

“energize” atau katakan memberi “energi” pemberdayaan adalah pemberian energi

agar yang bersangkutan mampu untuk bergerak secara mandiri. Bertolak pada kedua

pendapat diatas dapat dipahami bahwa untuk konteks barat apa yang disebut dengan

empowerment lebih merupakan pemberian kekuasaan daripada pemberian daya.

Pengertian tersebut sangat wajar terbentuk, mengingat lahirnya konsep pemberdayaan

di barat merupakan suatau reaksi atau pergulatan kekuasaan, sedangkan dalam

konteks Indonesia apa yang disebut dengan pemberdayaan merupakan suatu usaha

untuk memberikan daya, atau meningkatkan daya (Tri Winarni, 1998: 75-76).

Berkenaan dengan pemaknaan konsep pemberdayaan masyarakat, Winarni

(48)

pengembangan, (enabling), memperkuat potensi atau daya (empowering), terciptanya

kemandirian (Tri Winarni, 1998: 75).

Pada hakikatnya pemberdayaan merupakan penciptaan suasana atau iklim yang

memungkinkan potensi masyarakat berkembang (enabling). Logika ini didasarkan

pada asumsi bahwa tidak ada masyarakat yang sama sekali tanpa memiliki daya.

Setiap masyarakat pasti memiliki daya, akan tetapi kadang-kadang mereka tidak

menyadari atau daya tersebut masih belum diketahui secara eksplisit. Oleh karena itu

daya harus digali dan kemudian dikembangkan. Jika asumsi ini berkembang maka

pemberdayaan adalah upaya untuk membangun daya, dengan cara mendorong,

memotivasi dan membangkitkan kesadaran akan potensi yang dimiliki serta berupaya

untuk mengembangkannya. Di samping itu hendaknya pemberdayaan jangan

menjebak masyarakat dalam perangkap ketergantungan (charity), pemberdayaan

sebaliknya harus mengantarkan pada proses kemandirian. (Tri Winari, 1998: 76).

Akar pemahaman yang diperoleh dalam diskursus ini adalah:

1. Daya dipahami sebagai suatu kemampuan yang seharusnya dimiliki oleh

masyarakat, supaya mereka dapat melakukan sesuatu (pembangunan) secara

mandiri.

2. Pemberdayaan merupakan suatu proses bertahap yang harus dilakukan dalam

rangka memperoleh serta meningkatkan daya sehingga masyarakat mampu

mandiri (Tri Winarni, 1998: 76). Pemberdayaan memiliki makna

membangkitkan sumber daya, kesempatan, pengetahuan dan keterampilan

masyarakat untuk meningkatkan kapasitas dalam menentukan masa depan

(49)

Konsep utama yang terkandung dalam pemberdayaan adalah bagaimana

memberikan kesempatan yang luas bagi masyarakat untuk menentukan sendiri arah

kehidupan dalam komunitasnya. Pemberdayaan memberikan tekanan pada otonom

pengambilan keputusan dari suatu kelompok masyarakat. Penerapan aspek demokrasi

dan partisipasi dengan titik fokus pada lokalitas akan menjadi landasan bagi upaya

penguatan potensi lokal. Pada aras ini pemberdayaan masyarakat juga difokuskan

pada penguatan individu anggota masyarakat beserta pranata-pranatanya. Pendekatan

utama dalam konsep pemberdayaan ini adalah menempatkan masyarakat tidak

sekedar sebagai obyek melainkan juga sebagai subyek.

Konteks pemberdayaan, sebenarnya terkandung unsur partisipasi yaitu

bagaimana masyarakat dilibatkan dalam proses pembangunan, dan hak untuk

menikmati hasil pembangunan. Pemberdayaan mementingkan adanya pengakuan

subyek akan kemampuan atau daya (power) yang dimiliki obyek. Secara garis besar,

proses ini melihat pentingnya proses ini melihat pentingnya mengalihfungsikan

individu yang tadinya obyek menjadi subyek (Suparjan dan Hempri, 2003: 44).

Pemberdayaan masyarakat diartikan sebagai tindakan pemberkuasaan rakyat

agar mereka mampu secara mandiri “menguasai sumberdaya yang menjadi milik atau

haknya untuk digunakan mensejahterakan hidupnya.Intisari pemberdayaan

masyarakat adalah menciptakan aturan main pembangunan desa yang mengutamakan,

mengedepankan bahkan melindungi otonomi masyarakat dalam pengambilan

keputusan terhadap aset-aset pembangunan desa. Praktek pemberdayaan masyarakat

diarahkan untuk memberikan jaminan masyarakat desa mampu mengelola secara

(50)

desa beserta pendayagunaan hasil-hasil pembangunan desa yang semuanya itu

dilakukan secara mandiri.Musyawarah desa ataau musyawarah antar desa merupakan

ruang publik politik untuk pengambilan keputusan kebijakan publik yang

partisipatifPengembangan kapasitas desa melalui penyediaan tenaga pendamping dan

pelatihan-pelatihan secara berkelanjutan. (B.Budiman,2014:3).

b. Tahap-Tahap Pemberdayaan

Menurut Sumodiningrat pemberdayaan tidak bersifat selamanya, melainkan

sampai target masyarakat mampu untuk mandiri, meski dari jauh di jaga agar tidak

jatuh lagi (Sumodiningrat, 2000 dalam Ambar Teguh, 2004: 82). Dilihat dari

pendapat tersebut berarti pemberdayaan melalui suatu masa proses belajar hingga

mencapai status mandiri, meskipun demikian dalam rangka mencapai kemandirian

tersebut tetap dilakukan pemeliharaan semangat, kondisi dan kemampuan secara terus

menerus supaya tidak mengalami kemunduran lagi. Sebagaimana disampaikan

dimuka bahwa proses belajar dalam rangka pemberdayaan masyarakat akan

berlangsung secara bertahap. Tahap-tahap yang harus dilalui tersebut adalah meliputi:

1. Tahap penyadaran dan tahap pembentukan perilaku menuju perilaku sadar

dan peduli sehingga merasa membutuhkan kapasitas diri.

2. Tahap transformasi kemampuan berupa wawasan pengetahuan, kecakapan

keterampilan agar terbuka wawasan dan memberikan keterampilan dasar

sehingga dapat mengambil peran di dalam pembangunan.

3. Tahap peningkatan kemampuan intelektual, kecakapan keterampilan

sehingga terbentuklah inisiatif dan kemampuan inovatif untuk mengantarkan

(51)

c. Pengertian Masyarakat

Masyarakat merupakan suatu system yang meliputi unit biofisik para individu

yang bertempat tinggal pada suatu daerah geografis tertentu selama periode waktu

tertentu dari suatu generasi. Dalam sosiologi suatu masyarakat dibentuk hanya dalam

kesejajaran kedudukan yang diterapkan dalam suatu organisasi (F Znaniecki:

1950,145).

W.F Connel (1972: 68-69) menyimpulkan bahwa masyarakat adalah :

a) Suatu kelompok orang yang berpikir tentang diri mereka sendiri sebagai

kelompok yang berbeda, diorganisasi, sebagai kelompok yang di

organisasi secara tetap untuk waktu yang lama dalam rintangan

kehidupan seseorang secara terbuka dan bekerja pada daerah geografis

tertentu,

b) Kelompok orang yang mencari penghidupan secara berkelompok, sampai

turun temurun dan mensosialkan anggota-anggotanya melalui pendidikan.

c) Seorang yang mempunyai system kekerabatan yang terorganisasi yang

mengikat anggota-anggotanya secara bersama dalam keseluruhan yang

terorganisasi.

Masyarakat menurut Syafrudin ( 2009 : 1)

1. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut adat yang

berkesinambungan, terikat rasa identitas diri

2. Sekelompok orang yang memiliki ikatan tertentu, saling berinteraksi dan

(52)

3. Kelompok social yang ditentukan oleh kawasan geografi, nilai, dan interest

umum, setiap anggota saling mengenal dan berinteraksi satu sama lain

d. Pemberdayaan Masyarakat

Dinamika perubahan dan pembangunan senantiasa membawa aspirasi dan

tuntutan baru dari masyarakat untuk mewujudkan kualitas kehidupan yang lebih baik.

aspirasi dan tuntutan masyarakat tersebut dilandasi oleh hasrat untuk lebih berperan

serta dalam mewujudkan masyarakat yang maju, mandiri dan berdasarkan keadilan.

dalam pembangunan yang makin kompleks, masyarakat perlu diberikan rangsangan

untuk ikut memikirkan masalah-masalah pembangunan yang dihadapi dan turut

merumuskan jalan pemecahannya, sehingga peran serta masyarakat yang aktif akan

lebih menumbuhkan kebersamaan dan berimplikasi pada percepatan peningkatan

kesejahteraan masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. upaya memberdayakan

masyarakat, diperlukan kepedulian yang diwujudkan dalam kemitraan dan

kebersamaan dari pihak yang sudah maju kepada pihak yang belum berkembang.

dalam konteks ini, sumodiningrat (1996) mengemukakan bahwa pemberdayaan

masyarakat merupakan suatu proses perubahan dari ketergantungan menuju pada

kemandirian. berbagai pandangan yang berkembang dalam teori pembangunan, baik

dibidang ekonomi maupun administrasi, menempatkan masyarakat sebagai pusat

perhatian dan sasaran sekaligus pelaku utama pembangunan, atau dengan kata lain

masyarakat tidak hanya merupakan obyek, tetapi sebagai subyek pembangunan.

pandangan ini muncul sebagai tanggapan atas terjadinya kesenjangan seiring dengan

(53)

Pemberdayaan masyarakat merupakan suatu usaha yang memungkinkan suatu

kelompok (baca : masyarakat) mampu bertahan (survive) dan dalam pengertian yang

dinamis mengembangkan diri dalam rangka mencapai tujuan bersama. dalam

kerangka pemikiran ini, upaya memberdayakan masyarakat dapat dilakukan melalui 3

(tiga) dimensi, yakni :

1. Menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan potensi masyarakat

berkembang. titik tolak dari pemikiran ini adalah pemahaman bahwa setiap

manusia dan masyarakat memiliki potensi yang dapat dikembangkan.

pemberdayaan dalam konteks ini diartikan sebagai upaya untuk membangun

potensi itu dengan mendorong, memberikan motivasi dan membangkitkan

kesadaran akan potensi yang dimiliki oleh masyarakat serta berupaya untuk

mengembangkannya.

2. Memperkuat potensi atau daya yang dimiliki masyarakat (empowering),

sehingga diperlukan langkah-langkah yang lebih positif dan nyata,

penyesiaan berbagai masukkan serta pembukaan berbagai akses kepada

berbagai peluang yang akan membuat masyarakat menjadi makin berdaya

dalam memanfaatkan peluang.

3. Melindungi, yakni dalam proses pemberdayaan harus dapat dicegah yang

lemah menjadi bertambah lemah.

Dimensi diatas sejalan dengan pemikiran pranarka dan moeljarto (1996) yang

menempatkan manusia atau masyarakat sebagai subyek (pelaku) sehingga

(54)

memberikan atau mengalihkan sebagian kekuasaan, kekuatan atau kemampuan

kepada masyarakat agar individu menjadi lebih berdaya. proses ini dapat pula

dilengkapi dengan upaya membangun aset material guna mendukung pembangunan

kemandirian masyarakat melalui organisasi. kecenderungan dalam proses itu dapat

disebut sebagai kecenderungan primer dari makna pemberdayaan.

kedua, proses pemberdayaan menekankan pada upaya untuk menstimulasi,

mendorong atau memotivasi individu agar mempunyai kemampuan atau keberdayaan

untuk menemukan apa yang menjadi pilihan hidupnya, melalui proses dialog,

sehingga kecenderungan ini dapat dipahami sebagai kecenderungan yang bersifat

sekunder. seiring dengan itu, friedmann (1992; 32-33) mengemukakan bahwa

masyarakat menempatkan (3) tiga kekuatan sebagai sumber utama pemberdayaan,

yakni sosial, politik dan psikologis. kekuatan sosial menyangkut akses terhadap

dasar-dasar produksi tertentu suatu masyarakat, misalnya informasi, pengetahuan dan

keterampilan, partisipasi dalam organisasi sosial, dan sumber-sumber keuangan.

apabila ekonomi masyarakat tersebut meningkat aksesnya pada dasar-dasar produksi

diatas, maka kemampuannya dalam menentukan dan mencapai tujuannya juga

meningkat.

Peningkatan kekuatan sosial dapat dimengerti sebagai suatu peningkatan

akses masyarakat terhadap dasar-dasar kekayaan produktif mereka. kekuatan politik

meliputi akses setiap anggota keluarga terhadap proses pembuatan keputusan,

terutama keputusan yang mempengaruhi masa depan mereka sendiri. kekuatan politik

bukan hanya kekuatan untuk memberikan suara, tetapi juga kekuatan untuk menjadi

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
Tabel 5
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penyelenggaraan Pemerintahan Desa merupakan subsistem dari sistem penyelenggaraan Pemerintah, sehingga Desa memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan

Pemerintah desa leu untuk anggaran Alokasi dana desa tahun 2020 telah mengalokasikan Alokasi dana desa untuk program pembangunan desa dan juga program pemberdayaan

1) Pemberdayaan Masyarakat Dalam Pemanfaatan Alokasi Dana Desa di Desa Pinonobatuan Barat masih belum sesuai dengan asas-asas pengelolaan keuangan desa, salah satunya

Desa juga diberikan kewenangan dalam pembangunan untuk memprakasa dan peran partisipasi yang besar dalam rangka menggali potensi Desa dengan mendorong Pemerintahan

Tujuan diadakannya penelitian ini adalah untuk mengetahui:1) Pengelolaan program pemberdayaan masyarakat melalui pemanfaatan alokasi dana desa di Desa Bojonegara, 2) Dampak

Alokasi Dana Desa sebagaimana tujuan awalnya adalah untuk mengentaskan kemiskinan, dengan demikian agar sesuai dengan tujuannya, maka seyogyanya perlu adanya

Desa Ngasem merupakan salah satu desa yang mendapatkan Alokasi Dana Desa (ADD) dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kediri dan memiliki peran yang cukup besar dalam

Dalam faktor pendukung pemberdayaan masyarakat dalam pemanfaatan alokasi dana desa itu sendiri bayaknya kegiatan-kegiatan oprasional desa contohnya kegiatan gotong