• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kajian Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Sumberdaya Hutan di Hutan Lindung Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Kajian Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Sumberdaya Hutan di Hutan Lindung Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur."

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT SEKITAR DENGAN

SUMBERDAYA HUTAN DI HUTAN LINDUNG GUNUNG

SLAMET BARAT KPH BANYUMAS TIMUR

NURUL HIKMAH SETIO NINGRUM

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHA HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Kajian Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Sumberdaya Hutan di Hutan Lindung Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukkan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2014

Nurul Hikmah Setio Ningrum

(4)

ABSTRAK

NURUL HIKMAH SETIO NINGRUM. Kajian Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Sumberdaya Hutan di Hutan Lindung Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur. Dibimbing oleh SISWOYO dan AGUS HIKMAT.

Masyarakat di sekitar kawasan Hutan Lindung (HL) Gunung Slamet Barat diketahui melakukan interaksi dengan sumberdaya hutan yang ada di wilayah tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa-desa sekitar dan tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan yang terdapat di kawasan. Hasil penelitian menunjukan bahwa karakteristik responden masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan di 4 desa didominasi oleh umur 40-49 tahun (41,0%), berjenis kelamin laki-laki (76,7%), berlatar belakang pendidikan tingkat Sekolah Dasar (76,4%), dan bermata pencaharian sebagai petani (54,1%). Potensi sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu berupa tumbuhan yang dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu bahan pangan sebanyak 19 jenis, bahan bangunan dan bahan bakar sebanyak 24 jenis, tumbuhan obat sebanyak 18 jenis serta pakan ternak sebanyak 11 jenis. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan lebih banyak berada pada kawasan HL Gunung Slamet Barat dibandingan dengan areal hutan milik masyarakat.

Kata kunci: interaksi masyarakat, sumberdaya hutan, tingkat ketergantungan

ABSTRACT

NURUL HIKMAH SETIO NINGRUM. Study of Around Community Interaction with Forest Resources in Protection Forest of West Slamet Mountain East Banyumas. Supervised by SISWOYO and AGUS HIKMAT.

Community in around of Protection Forest area in West Slamet Mountain was knew to interact with the existing forest resources in this region. This research conducted to determine the kinds of forest resources utilization and dependence on forest resource by community in the villages. Results of research showed that the characteristics of the community who utilized the forest resources in four villages dominated by the age of 40-49 years old (41,0%), male (76,7%), educational background in elementary school (76,4%), and work as farmers (54,1%). The potential of forest resources which are utilized by the community in the form of plants can be divided into 4 groups: 19 kinds of foodstuffs, 24 kinds of building materials and fuel, 18 kinds of medicinal plants and 11 kinds of animals feed. The level of community dependence on forest resources are more in Protection Forest of West Slamet Mountain compared with community-owned forest areas.

(5)

KAJIAN INTERAKSI MASYARAKAT SEKITAR DENGAN

SUMBERDAYA HUTAN DI HUTAN LINDUNG GUNUNG

SLAMET BARAT KPH BANYUMAS TIMUR

NURUL HIKMAH SETIO NINGRUM

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan kasih sayang-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Kajian Interaksi Masyarakat Sekitar dengan Sumberdaya Hutan di Hutan Lindung Gunung Slamet Barat, KPH Banyumas Timur pada bulan Mei hingga Juni 2014 yang berlokasi di Hutan Lindung Gunung Slamet, RPH Baturraden, BKPH Gunung Slamet Barat, KPH Banyumas Timur.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Ir Siswoyo, MSi dan Bapak Dr Ir Agus Hikmat, MScFTrop yang telah membimbing selama penulis melakukan penelitian dan penulisan skripsi. Kepada pihak KPH Banyumas Timur dan Ketua LMDH Desa Ketenger, Karangsalam, Melung dan Windujaya yang telah memberikan ijin untuk menggunakan lokasi penelitian. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak, Ibu, dan Kakak-kakak tercinta, serta seluruh keluarga dan teman-teman atas segala bantuan, doa, dan kasih sayangnya.

Semoga karya ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 2

Lokasi dan Waktu Penelitian 2

Alat dan Bahan 3

Pengumpulan Data 3

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6

Karakteristik Responden 6

Potensi Sumberdaya Hutan 11

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat 19

Tingkat Ketergantungan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat 24

terhadap Hutan Lindung Gunung Slamet Barat

SIMPULAN DAN SARAN 29

Simpulan 29

Saran 29

DAFTAR PUSTAKA 29

(10)

DAFTAR TABEL

1 Jumlah responden di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat 3

2 Jenis data yang dikumpulkan 4

3 Pengelompokan kebutuhan dasar masyarakat 5

4 Jumlah responden berdasarkan umur 7

5 Jenis kelamin responden 7

6 Jumlah anggota keluarga 8

7 Tingkat pendidikan responden 9

8 Jenis mata pencaharian responden 10

9 Kepemilikan lahan 11

10 Jenis-jenis tumbuhan penghasil pangan 12

11 Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan 14

dan kayu bakar

12 Jenis-jenis tumbuhan obat 16

13 Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak 19

14 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Karangsalam 20

15 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Ketenger 21

16 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Melung 22

17 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Windujaya 23

18 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Karangsalam terhadap 25

sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung Slamet

Barat

19 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Ketenger terhadap 26

sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung Slamet

Barat

20 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Melung terhadap 27

sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung Slamet

Barat

21 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Windujaya terhadap 28

sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung Slamet

(11)

DAFTAR GAMBAR

1 Peta lokasi penelitian 2

2 Pakis (Dizplazium esculentum) 13

3 Kempeni (Medinila speciosa) 13

4 Tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kayu bakar 15

5 Tumbuhan yang dimanfaatkan untuk bahan bangunan 15

6 Babadotan (Ageratum conyzoides) 16

7 Bengle (Zingiber purpureum) 16

8 Rumput teki (Cyperus brevifolius) 18

9 Rumput mutan (Paspalum conjugatum) 18

DAFTAR LAMPIRAN

1 Presentase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Karangsalam 31

terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung

Slamet Barat

2 Presentase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Ketenger 32

terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung

Slamet Barat

3 Presentase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Melung 33

terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung

Slamet Barat

4 Presentase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Windujaya 34

terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar HL Gunung

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Kawasan Hutan Lindung Gunung Slamet Barat seluas 20 208. 50 ha termasuk ke dalam wilayah Perum Perhutani Kesatuan Pengelolaan Hutan Banyumas Timur. Secara administratif HL Gunung Slamet terletak di wilayah Kecamatan Baturraden dan Kedung Banteng, Kabupaten Banyumas. Jumlah total desa yang letaknya sangat dekat dengan kawasan tersebut sebanyak empat desa, yaitu Desa Karangsalam Ketenger, Melung dan Windujaya.

Masyarakat di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur kemungkinan besar melakukan interaksi dengan kawasan untuk memenuhi kebutuhan hidup baik kebutuhan primer, sekunder, maupun tersier. Girsang (2006) mengemukakan bahwa keterkaitan/interaksi masyarakat dengan hutan telah berlangsung cukup lama karena keberadaan hutan telah memberikan banyak manfaat bagi kehidupan masyarakat. Bagi masyarakat sekitar hutan, keberadaan hutan sangat berarti untuk keberlangsungan hidupnya, mereka bergantung pada sumberdaya yang ada di hutan, baik berupa hasil hutan kayu maupun non-kayu yang akan memberikan nilai tambah bagi kehidupannya.

Sumberdaya hutan merupakan hasil alam yang diambil dari kawasan hutan berupa hasil hutan kayu maupun non-kayu serta mencakup benda-benda nabati atau hewani yang ada di dalam hutan. Hasil alam ini dapat berasal dari lingkungan alam, tetapi bisa juga berasal dari lingkungan yang dibudidayakan manusia (Arrived 2012). Baharudin (2006) mengemukakan bahwa pemanfaatan sumberdaya hutan umumnya untuk kebutuhan atau kepentingan sendiri dan bangunan umum di desa serta untuk bahan kerajinan masyarakat. Masyarakat memandang hutan sebagai lahan usaha dan penyedia berbagai keperluan sehari-hari. Masyarakat di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur kemungkinan memanfaatkan sumberdaya hutan namun data dan informasi tentang jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat belum tersedia.

Adanya interaksi dalam bentuk pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar dengan kawasan HL memungkinkan timbulnya gangguan dan ancaman terhadap kelestarian sumberdaya hutan yang ada. Oleh karena itu pengelolaan dan pemantauan terhadap pemanfaatan sumberdaya hutan perlu dilakukan untuk menjaga kelestarian potensi sumberdaya hutan yang ada serta menjadikannya sebagai sumber pendapatan bagi masyarakat sekitar hutan. Selain itu tingkat ketergantungan masyarakat terhadap kawasan juga belum dapat diketahui secara pasti.

(14)

2

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengidentifikasi karakteristik masyarakat di desa-desa sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat.

2. Mengidentifikasi jenis-jenis sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di desa-desa sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat.

3. Mengidentifikasi tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan yang terdapat di kawasan HL Gunung Slamet Barat.

Manfaat Penelitian

Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat diperoleh data dan informasi yang dapat digunakan sebagai acuan bagi pihak pengelola HL Gunung Slamet Barat khususnya dan KPH Banyumas Timur pada umumnya dalam menyusun kebijakan terkait dengan pelestarian pemanfaatan sumberdaya hutan di kawasan tersebut yang dilakukan oleh masyarakat.

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian Kajian Interaksi Masyarakat dengan Sumberdaya Hutan di HL Gunung Slamet Barat, KPH Banyumas Timur dilakukan di kawasan HL Gunung Slamet Barat dan desa-desa di sekitarnya, meliputi: Desa Karangsalam, Ketenger, Melung, dan Windujaya (Gambar 1). Waktu penelitian selama 8 (delapan) bulan, mulai bulan September 2013 sampai Mei 2014.

(15)

3

Alat dan Bahan

Alat-alat yang dipergunakan dalam penelitian ini, antara lain: kamera, alat perekam suara, alat tulis-menulis, serta laptop. Bahan yang digunakan dalam penelitian, antara lain: laporan/dokumen yang terkait dengan kondisi umum lokasi dan sumberdaya hutan di HL Gunung Slamet Barat, responden, dan kuesioner.

Pengumpulan Data

Prosedur yang digunakan dalam penelitian ini, meliputi: orientasi lapangan, pengumpulan data, pengolahan data dan analisis data.

Orientasi Lapangan

Orientasi lapangan dilakukan dengan tujuan untuk:

a. Menginventarisasi desa-desa yang terdapat di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur.

b. Mengetahui sub-kelompok etnis/asal pada masing-masing desa yang terdapat di sekitar hutan.

c. Mengidentifikasi masyarakat pada masing- masing sub kelompok asal yang memanfaatkan atau tidak memanfaatkan sumberdaya hutan di kawasan HL Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur.

d. Menentukan jumlah responden yang akan diwawancarai dalam suatu desa atau etnis.

Jumlah total responden yang diwawancarai sebanyak 390 responden. Responden yang ditentukan dan berada di sekitar hutan akan diambil sebanyak 30 orang setiap kelompok Rukun Tetangga (RT), pada masing-masing desa dipilih 3 kelompok Rukun Tetangga (RT) yang sesuai dengan keadaan lingkungannya. Khusus untuk desa yang letaknya paling dekat dengan kawasan HL Gunung Slamet Barat diambil keseluruhan. Jumlah responden di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat tersaji pada Tabel 1.

Tabel 1 Jumlah responden di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

No Desa RT Jumlah responden (orang)

1 Karangsalam 01 30

02 30

03 30

2 Ketenger 01 30

02 30

03 30

04 30

3 Melung 01 30

02 30

03 30

4 Windujaya 01 30

02 30

(16)

4

Jenis Data yang Dikumpulkan

Jenis data dan informasi yang dikumpulkan yaitu kondisi umum lokasi penelitian dan pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat sekitar HL Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur yang disajikan pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan

Jenis data Aspek yang

dikaji Sumber data Metode

1 Kondisi umum lokasi penelitian

1) Sejarah, letak dan luas kawasan 2) Topografi dan

kelerengan

3 Pemanfaatan hasil sumberdaya hutan

Teknik Pengumpulan Data Wawancara

Wawancara dilakukan untuk memperoleh data dan informasi mengenai hasil hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur, meliputi Desa Karangsalam, Ketenger, Melung, dan Windujaya. Penentuan responden dilakukan dengan teknik snowball sampling.

Snowball sampling adalah teknik penentuan sampel yang mula-mula jumlahnya kecil, kemudian membesar. Dalam penentuan sampel, pertama-tama dipilih satu atau dua orang sampel, tetapi karena dengan dua orang sampel ini belum merasa lengkap terhadap data yang diberikan, maka peneliti mencari orang lain yang dipandang lebih tahu dan dapat melengkapi data yang diberikan oleh dua orang sampel sebelumnya. Begitu seterusnya, sehingga jumlah sampel semakin banyak

(Sugiono 2008). Wawancara berhenti apabila data yang diperoleh jenuh atau tidak

(17)

5

Analisis Data

Identifikasi Sub-Kelompok dalam Suatu Desa

Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil observasi lapangan ke desa-desa di sekitar kawasan hutan, kemudian dikelompokan lagi ke dalam beberapa kelompok.

Pengelompokkan Kebutuhan Dasar Masyarakat

Data sumberdaya hutan yang telah diperoleh selanjutnya dikelompokkan menjadi beberapa kelompok berdasarkan kebutuhan dasar masyarakat sehari-hari, untuk mendapatkan titik temu dalam pengambilan hasil data tentang pemanfaatan sumberdaya hutan yang tercakup pada kebutuhan dasar tersebut. Pengelompokkan kebutuhan dasar masyarakat desa di sekitar HL Gunung Slamet Barat KPH Banyumas Timur seperti pada Tabel 3.

Tabel 3 Pengelompokan kebutuhan dasar masyarakat

Kelompok Sub Kelompok

1 Pangan Karbohidrat (beras, jagung dan lain-lain) Protein hewani (daging, ikan)

Buah-buahan dan sayuran

2 Bahan-bahan Rumah

Mebel, peralatan rumah tangga, kayu bakar dan lain-lain

3 Obat-obatan 4 Pakan hewan 5 Air minum dan

kebutuhan lainnya

Air minum

6 Pendapatan uang tunai

Binatang buruan, kayu, non kayu, buah-buahan dan lainnya

7. Lain-lainnya

Sumber: Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008).

Tingkat ketergantungan komunitas suatu kelompok masyarakat terhadap sumberdaya hutan dapat dilihat dari presentase kebutuhan tersebut yang dapat dipenuhi oleh hutan. Berdasarkan sumberdaya hutannya, masing-masing kelompok kebutuhan dasar masyarakat dikelompokan menjadi sub-kelompok, yaitu dimulai dari wilayah hutan (kawasan lindung dan hutan produksi), budidaya, pembelian, bantuan, dan lainnya. Selanjutnya pada masing-masing sub-kelompok sumber kebutuhan dasar tersebut diberi skor. Berdasarkan Konsorsium Revisi HCV Toolkit Indonesia (2008), perangkingan (tingkat skor) peran penting hutan atau ekosistem alam lain didasarkan pada presentase berikut ini:

100% : Jika keseluruhan kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber, sumber tersebut dianggap sangat penting; Skor = 4

50%-99% : Jika sebagian besar kebutuhan dipenuhi oleh satu sumber dan jarang sekali oleh sumber lain, sumber tersebut dianggap cukup penting; Skor = 3

(18)

6

10%-24% : Jika kebutuhan dipenuhi oleh banyak sekali sumber lain, sumber tersebut dianggap kurang penting; Skor = 1

0%-9% : Jika kebutuhan tidak lagi dipenuhi oleh hutan atau ekosistem alam lain, sumber tersebut dianggap tidak penting; Skor = 0

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Gunung Slamet merupakan gunung api tertinggi di Jawa Tengah dan tertinggi kedua di Jawa setelah Gunung Semeru. Hutan lindung Gunung Slamet Barat berada disekitar Gunung Slamet. Secara geografis terletak pada 7o 14’ LS dan 109o 12’ BT. Secara administratif terletak di wilayah Kabupaten Banyumas dan Kabupaten Purbalingga, Provinsi Jawa Tengah. Batas kawasan HL Gunung Slamet sebelah barat adalah Kabupaten Brebes, timur Kabupaten Purbalingga, utara Kabupaten Tegal, dan sebelah selatan adalah Kota Purwokerto, Kabupaten Banyumas. Kawasan HL ini tergolong dalam tipe hutan hujan tropis dengan topografi berbukit-bukit yang sangat terjal. Jenis tanah di kawasan ini secara umum tergolong jenis tanah regosol kelabu, litosol, dan litosol berpasir. Kawasan HL Gunung Slamet Barat tergolong ke dalam hutan beriklim basah, dengan curah hujan sekitar 5000 mm/tahun dan kelembaban udara sekitar 60-95%. Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat sebagian besar hanya berlatar belakang pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD). Masyarakat pada umumnya memiliki lebih dari satu mata pencaharian. Jenis mata pencaharian masyarakat meliputi: petani, buruh tani, pengusaha, buruh bangunan, pedagang, angkutan, PNS/TNI dan pensiunan. Sebagian besar dari mereka memeluk agama Islam. Suku yang mendominasi kelompok masyarakat ini adalah suku Jawa (Kalima 2008 diacu dalam Ardhita 2013).

Karakterisktik Masyarakat

Masyarakat pedesaan di sekitar hutan adalah masyarakat yang mempunyai tingkat pendidikan, kesejahteraan, inisiasi dan daya kreasi yang relatif rendah (Sihombing 2011). Masyarakat di sekitar kawasan lindung adalah sekumpulan individu, keluarga, dan komunitas tradisional atau modern yang bertempat tinggal tetap atau terus menerus pada satu areal yang berada di dalam atau berbatasan dengan satu kawasan lindung yang telah berdiri atau telah diusulkan sebagai kawasan lindung (Soedjarwo 2003). Karakteristik masyarakat yang melakukan interaksi dengan kawasan HL Gunung Slamet Barat pada empat desa lokasi penelitian disajikan dalam bentuk tabulasi meliputi umur, jenis kelamin, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, mata pencaharian, dan kepemilikan lahan.

Umur

(19)

7

Berdasarkan kelompok umur pada Tabel 4, dapat diketahui bahwa persentase umur responden yang memanfaatakan sumberdaya hutan di kawasan HL Gunung Slamet Barat didominansi oleh responden yang berumur 40-49 tahun yaitu sebesar 41.0%. Dari data tersebut dapat dikatakan bahwa masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan dilakukan oleh kelompok umur produktif. Tingginya jumlah masyarakat yang memanfaatkan sumberdaya hutan yang tergolong dalam kelompok umur produktif merupakan salah satu faktor keterbatasan lapangan pekerjaan yang mampu memberikan tambahan pendapatan bagi masyarakat sehingga alternatif lain dilakukan yaitu memanfaatkan sumberdaya hutan.

Tabel 4 Jumlah responden berdasarkan umur Jumlah responden tiap desa

Masyarakat yang dijadikan sebagai responden dalam penelitian yaitu masyarakat di Desa Karangsalam, Ketenger, Melung dan Windujaya yang terdiri dari laki-laki dan perempuan. Perbandingan jumlah responden berdasarkan jenis kelamin tersaji dalam Tabel 5.

Tabel 5 Jenis kelamin responden Jumlah responden tiap desa

(20)

8

Berdasarkan Tabel 5, sebagian besar masyarakat yang mengambil hasil hutan di kawasan HL Gunung Slamet Barat yaitu 76.7% berjenis kelamin laki-laki. Sedangkan untuk masyarakat perempuan sebanyak 23.3%. Hal ini terjadi karena kecenderungan seorang laki-laki memiliki fisik lebih kuat dari pada perempuan, sehingga kemampuan untuk mengambil lebih banyak sumberdaya hutan lebih besar pula.

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga berkisar antara 2-8 orang. Data selengkapnya disajikan dalam Tabel 6.

Tabel 6 Jumlah anggota keluarga Jumlah responden tiap desa

∑ demikian, jumlah anggota keluarga berpengaruh terhadap besarnya nilai pemanfaatan sumberdaya hutan. Semakin banyak atau semakin besar jumlah anggota keluarga, maka tentunya akan semakin besar kebutuhan hidup yang harus dipenuhi. Akibatnya semakin banyak keluarga yang mencari tambahan penghasilan dengan memnfaatkan sumberdaya hutan.

Tingkat Pendidikan

Sebagian besar responden berlatar belakang pendidikan tidak tamat Sekolah Dasar (SD) sebesar 14.1%, Sekolah Dasar (SD) sebesar 76.4% dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebesar 7.7% serta Sekolah Menengat Atas (SMA) sebesar 1.8%.

(21)

9

Tabel 7 Tingkat pendidikan responden Jumlah responden tiap desa

Sementara itu, masyarakat yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi (SMA) hanya sedikit yaitu sebesar 1.8% yang memanfaatkan sumberdaya hutan. Anggota masyarakat yang berpendidikan tinggi dan memiliki ketrampilan merasa lebih memiliki peluang untuk memperoleh pekerjaan yang lebih layak dibandingkan dengan memanfaatkan sumberdaya hutan (Souhuwat 2006). Dari keempat desa yang ada, Desa Windujaya merupakan desa yang memiliki pendidikan paling baik, dikarenakan semua warganya pernah menempuh pendidikan hingga tamat, meskipun hanya di tingkat Sekolah Dasar (SD).

Mata Pencaharian

Masyarakat desa memerlukan mata pencaharian sebagai sumber pendapatan untuk memenuhi kebutuhan. Kegiatan mata pencaharian dilakukan di dalam maupun di luar kawasan HL Gunung Slamet Barat oleh masyarakat desa. Kegiatan yang dilakukan di luar kawasan HL Gunung Slamet Barat biasanya terletak di area pemukiman warga dan sekitarnya. Mata pencaharian masyarakat di desa sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat dikelompokan menjadi 7, yaitu Buruh, Dukun bayi, Petani, Tukang kayu, Pedagang, Swasta, dan PNS.

(22)

10

Tabel 8 Jenis mata pencaharian responden Jumlah responden tiap desa

(23)

11

Tabel 9 Kepemilikan lahan Jumlah responden tiap desa

Potensi Sumberdaya Hutan

Interaksi merupakan suatu hubungan yang terjadi antara dua faktor atau lebih yang saling mempengaruhi dan saling memberikan aksi reaksi (Moen 1973

diacu dalam Marliani 2005). Interaksi yang dilakukan oleh masyarakat di sekitar kawasan HL yaitu berupa pemanfaatan sumberdaya hutan yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan dasar hidup sehari-hari. Kebutuhan dasar ini meliputi kebutuhan pangan, air, sandang (pakaian), bahan bangunan, bahan bakar, obat-obatan, pakan ternak, dan kebutuhan uang tunai.

Bahan Pangan

(24)

12

Tabel 10 Jenis-jenis tumbuhan penghasil pangan

No Nama

1 Jengkol Archiden-dron

13 Selada air Nasturtium

sp

Seluruh bagian

Sayuran 2, 3 LP

(25)

13

Bahan Bangunan dan Kayu Bakar

Selain bahan pangan, masyarakat desa di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat juga memanfaatkan beberapa jenis tumbuhan untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kayu bakar. Kayu bakar merupakan salah satu sumberdaya hutan yang paling diminati oleh masyarakat. Selain dimanfaatkan secara pribadi, tidak jarang masyarakat yang melakukan usaha penjualan kayu bakar. Masyarakat memanfaatkan kayu-kayu yang telah tumbang, ranting-ranting pohon yang telah jatuh. Namun ada beberapa masyarakat yang sengaja menebang pohon atau ranting dan batang pohon yang masih berdiameter kecil. Sebagian besar masyarakat menganggap aktivitas pemanfaatan sumberdaya hutan yang selama ini dilakukan diperbolehkan. Karena mereka berfikir, jika sumberdaya hutan yang ada tidak dimanfaatkan maka akan lebih tidak bermanfaat bagi kehidupan masyarakat sekitar hutan, meskipun mereka mengetahui hutan yang mereka manfaatkan adalah kawasan lindung. Selain itu, mereka menganggap bahwa mereka lebih dulu ada sebelum kawasan tersebut ditetapkan sebagai kawasan lindung oleh Perum Perhutani. Ada 24 spesies tumbuhan yang dimanfaatkan oleh masyarakat sekitar HL Gunung Slamet Barat untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kayu bakar. Jenis-jenis tumbuhan tersebut tersaji dalam Tabel 11. Contoh tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar tersaji pada Gambar 4 dan 5.

Gambar 2 Pakis (Diplazium esculentum)

(26)

14

Tabel 11 Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar

4 Jengkol Archiden-dron

6 Kaliandra Calliandra

(27)

15

Tabel 11 Jenis-jenis tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai bahan bangunan dan kayu bakar (lanjutan)

No Nama

Gambar 4 Tumbuhan yang dimanfaatkan untuk kayu bakar

(28)

16

Tumbuhan obat

Menurut Departemen Kesehatan RI dalam surat keputusan Menteri Kesehatan No. 149/SK/Menkes/IV/1978 disebutkan bahwa tumbuhan obat adalah tanaman, bagian tanaman yang digunakan sebagai bahan obat tradisional atau jamu, atau sebagai bahan pemula bahan baku obat (prokursor), atau tanaman yang diekstrak dan ekstrak tanaman tersebut digunakan sebagai obat (Kartikawati 2004

diacu dalam Fakhrozi 2009).

Berdasarkan hasil wawancara, terdapat 18 spesies yang termasuk dalam 12 famili tumbuhan obat yang sering digunakan oleh masyarakat desa sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat. Daftar spesies tumbuhan obat tersebut tersaji dalam Tabel 12. Contoh spesies tumbuhan obat yang dimanfaatkan tersaji pada Gambar 6 dan 7.

Tabel 12 Jenis-jenis tumbuhan obat

No Nama lokal

Nama ilmiah

Bagian yang digu-nakan

Kegunaan

Desa yang me- man-faatkan

Asal mem-peroleh

1 Baba-dotan

Ageratum conyzoides

Daun Luka

berdarah

2, 3, 4 HL, LP

2 Dringo Acorus calamus

Rimpang Demam 1, 2 HL, LP

3 Bina-hong

Anredera cordifolia

Umbi Pemulihan

pasca melahirkan

1, 2, 3, 4 HL, LP

4 Mungsi Carum copticum

Daun, akar Melancar-kan sirkulasi darah

2 HL

Gambar 6 Babadotan (Ageratum conyzoides)

(29)

17

Tabel 12 Jenis-jenis tumbuhan obat (lanjutan)

No Nama

12 Meniran Phylanthus urinaria

Rimpang Penghangat badan

Rimpang Bengkak pasca

(30)

18

berkhasiat obat sebagai obat mereka ketika sakit. Kebanyakan mereka lebih memilih menggunakan obat-obat kimia yang dijual di warung-warung atau pergi ke puskesmas desa. Hal ini banyak dilakukan oleh sebagian masyarakat, karena adanya bantuan jaminan kesehatan dari Pemerintah. Selain itu pengetahuan masyarakat akan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai obat pun tidak banyak.

Pakan Ternak

Menurut kamus besar Bahasa Indonesia, tumbuhan pakan adalah segala sesuatu yang tumbuh, hidup, berbatang, berakar, berdaun, dan dapat dimakan atau dikonsumsi oleh hewan (ternak). Tumbuhan yang digunakan untuk pakan ternak misalnya dengan memangkas daun/dahan dari tumbuhan lalu diberikan pada ternak yang dipeliharadi dalam kandang maupun yang dik/sistem gembala. Bagian tumbuhan tersebut ada yang dilayukan terlebih dahulu baru atau setelah dipangkas langsung dibrikan pada ternak peliharaan (Fakhrozi 2009).

Tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak oleh masyarakat desa sekitar kawasan HL Gunung Slamet yaitu jenis-jenis tumbuhan bawah. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, ada 11 spesies yang termasuk dalam 5 famili tumbuhan yang biasanya digunakan untuk pakan ternak masyarakat. Tumbuhan yang dominan yaitu rumput teki (C.brevifolius), rumput mutian (P.conjugatum), dan bandotan (A.conyzoides ). Tumbuhan tersebut berasal dari hutan lindung dan lahan pribadi. Bagian tumbuhan yang dipangkas langsung diberikan pada ternak tanpa menunggu dilayukan/dikeringkan. Tabel 13 merupakan daftar spesies tumbuhan yang digunakan untuk pakan ternak oleh masyarakat desa sekitar HL Gunung Slamet Barat. Contoh spesies yang digunakan untuk pakan ternak oleh masyarakat desa sekitar HL Gunung Slamet Barat tersaji pada Gambar 8 dan 9.

Gambar 8 Rumput teki (Cyperus brevifolius)

(31)

19

Tabel 13 Daftar spesies tumbuhan yang dimanfaatkan sebagai pakan ternak

No Jenis pakan

ternak Nama ilmiah

Bagian

2 Babadotan Ageratum conyzoides

4 Rumput teki Cyperus brevifolius Seluruh bagian

1, 2, 3, 4 HL, LP

5 Suket jampang

Eleusine indica Seluruh bagian

7 Kelor Moringa oleifera Seluruh

bagian

10 Cowetan Pogonatherum peniceum

Air merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting bagi kehidupan makhluk hidup. Air merupakan suatu hal yang tidak dapat tergantikan dalam pemenuh kehidupan, salah satunya bagi manusia (Ardiansyah 2008). Manusia selalu membutuhkan air setiap harinya. Hampir seluruh masyarakat memiliki tingkat kegunaan yang sama. Air dimanfaatkan sebagai pemenuh kebutuhan minum, masak, mandi, cuci, dan kakus (MCK). Selain itu masyarakat juga kerap kali memanfaatkan air untuk kebutuhan ternak dan pengairan lahan tanaman.

Kebutuhan air masyarakat desa di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat dipenuhi dari sumber mata air yang berasal dari areal hutan lindung yang berada di bawah kaki Gunung Slamet. Mereka membuat saluran air dengan pipa-pipa yang disambungkan sepanjang desa sampai ke rumah-rumah warga. Tidak ada batasan penggunaan air setiap harinya, karena air selalu mengalir setiap saat.

Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat

(32)

20

lokasi masyarakat mendapatkan sumberdaya tersebut.

Tabel 14 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Karangsalam

No Jenis Kebutuhan Dasar Cara Mendapatkan Lokasi 1 Pangan

a. Karbohidrat (padi/singkong/ ubi/talas)

Membeli, budidaya Warung, sawah, ladang, kebun

b. Protein Membeli Warung, penjual

keliling c. Buah-buahan/sayuran Membeli, budidaya,

mengambil dari hutan sekitar pemukiman

Warung, ladang, kebun, hutan

2 Sandang Membeli Pasar, swalayan.

Supermarket 3 Bahan Rumah dan peralatan rumah tangga

a. Rumah Membeli Penjual di kampung

b. Furniture, peralatan rumah tangga, dll

Membeli Pasar, swalayan,

supermarket c. Perabotan rumah

tangga

Membeli Pasar, penjual di

kampung

4 Kayu Bakar Mengambil dari

kebun, hutan di sekitar pemukiman, membeli

Ladang, kebun miliki sendiri, warga yang menjual kayu bakar

5 Air Mata air Mata air yang berasal

dari HL Gunung Slamet Barat

6 Pakan hewan Mengambil dari

ladang, hutan

Hutan sekitar pemukiman, lahan kebun milik sendiri

7 Obat-obatan Pemberian petugas

kesehatan, membeli, deres, buruh tani, hasil mencari rumput dan kayu bakar di hutan

Lahan karet, warung, ladang, kebun, hutan

(33)

warung-21

warung dekat tempat tinggal mereka atau penjual keliling. Hal ini dikarenakan jarak pemukiman dengan pasar yang jauh. Untuk memenuhi kebutuhan sandang dan bahan bangunan masyarakat Desa Karangsalam ini membeli langsung di pasar, swalayan atau supermarket. Untuk memenuhi kebutuhan air, masyarakat menggunakan sumber air yang sama dengan Desa Karangsalam. Kebutuhan pakan hewan biasanya dipenuhi dengan cara mengambil langsung dari ladang atau hutan. Sedangkan kebutuhan uang tunai dipenuhi dengan cara menjual hasil lahan pribadi atau areal hutan.

Tabel 15 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Ketenger

No Jenis Kebutuhan

Dasar Cara Mendapatkan Lokasi

1 Pangan

a. Karbohidrat (padi/singkong/ ubi/talas)

Membeli, budidaya Pasar, warung, sawah, ladang, kebun

b. Protein Membeli Pasar, warung, penjual

keliling c.

Buah-buahan/sayuran

Membeli, budidaya, mengambil dari hutan sekitar pemukiman

Pasar, warung, kebun, hutan

2 Sandang Membeli Pasar, swalayan,

supermarket 3 Bahan Rumah dan peralatan rumah tangga

a. Rumah Membeli Penjual di kampung

b. Furniture, peralatan rumah tangga, dll

Membeli Pasar, swalayan,

supermarket

c. Perabotan rumah tangga

Membeli Pasar, penjual di

kampung

4 Kayu Bakar Mengambil dari

kebun, hutan di sekitar pemukiman, membeli

Ladang, kebun miliki sendiri, warga yang menjual kayu bakar

5 Air Mata air Mata air yang berasal

dari HL Gunung Slamet Barat

6 Pakan hewan Mengambil dari

ladang, hutan

Hutan sekitar

pemukiman, lahan kebun milik sendiri

7 Obat-obatan Pemberian petugas

kesehatan, membeli, budi daya, hutan

Puskesmas, warung, pekarangan, hutan

8 Uang tunai Berdagang, buruh

deres, buruh tani, hasil mencari rumput dan kayu bakar di hutan atau kebun

(34)

22

Berdasarkan Tabel 15, masyarakat Desa Ketenger memenuhi kebutuhan pangan, sandang, bahan rumah dan peralatan rumah tangga, serta bahan bakar dengan cara membeli, budidaya, dan mengambil dari hutan di sekitar pemukiman. Pembelian yang dilakukan tidak hanya sebatas pada pedagang yang ada di desa tersebut. Masyarakat juga melakukan pembelian di pasar, karena jarak pasar dengan desa yang cukup dekat. Dalam pemenuhan kebutuhan obat-obatan selain membeli, pemberian bantuan kesehatan, dan mengambil di hutan, masyarakat melakukan budidaya di lahan pekarangan pribadi. Pemenuhan kebutuhan kayu bakar, air, pakan hewan dan kebutuhan uang tunai sebagian besar masyarakat melakukan hal yang sama dengan masyarakat di Desa Karangsalam.

Tabel 16 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Melung

No Jenis Kebutuhan

Dasar Cara Mendapatkan Lokasi

1 Pangan

a. Karbohidrat (padi/singkong/ ubi/talas)

Membeli, budi daya Pasar, warung, sawah, ladang, kebun

b. Protein Membeli, budi daya Pasar, warung,

penjual keliling, kolam

c.

Buah-buahan/sayuran

Membeli, budidaya, mengambil dari hutan sekitar pemukiman

Pasar, warung, ladang, kebun, hutan

2 Sandang Membeli Pasar, swalayan,

supermarket 3 Bahan Rumah dan peralatan rumah tangga

a. Rumah Membeli Penjual di kampung

b. Furniture, peralatan rumah tangga, dll

Membeli Pasar, swalayan,

supermarket

c. Perabotan rumah tangga

Membeli Pasar, penjual di

kampung

4 Kayu Bakar Mengambil dari kebun,

hutan di sekitar pemukiman

Ladang, kebun miliki sendiri

5 Air Mata air Mata air yang

berasal dari HL Gunung Slamet Barat

6 Pakan hewan Mengambil langsung dari ladang, hutan berdagang, buruh deres, buruh tani, hasil mencari rumput dan kayu bakar di hutan atau kebun

(35)

23

Tabel 16 menyajikan data karakteristik masyarakat Desa Melung dalam memenuhi kebutuhan dasar. Masyarakat Desa Melung memenuhi kebutuhan pangan, sandang, bahan rumah dan peralatan rumah tangga, bahan bakar dan obat-obatan dengan cara membeli, budidaya, dan mengambil dari hutan di sekitar pemukiman. Pembelian yang dilakukan tidak hanya sebatas pada pedagang yang ada di desa tersebut. Masyarakat juga melakukan pembelian di pasar Desa Ketenger. Hal ini dilakukan oleh masyarakat Desa Melung karena letak pasar tersebut dengan Desa Melung lebih dekat dari pada pasar di Desa Melung sendiri. Pemenuhan kebutuhan pangan khusunya protein, sebagian masyarakat melakukan kegiatan beternak, yaitu berupa ternak ayam dan atau ikan. Untuk pemenuhan kebutuhan obat-obatan masyarakat cenderung lebih sering membeli di warung atau pasar dibandingkan dengan berobat di puskesmas, dan memanfaatkan jenis-jenis tumbuhan obat. Pemenuhan kebutuhan kayu bakar, air, pakan hewan dan kebutuhan uang tunai sebagian besar masyarakat Desa Melung melakukan hal yang sama dengan masyarakat di Desa Karangsalam dan Ketenger.

Tabel 17 Karakteristik pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat Desa Windujaya

No Jenis Kebutuhan

Dasar Cara Mendapatkan Lokasi

1 Pangan

a. Karbohidrat (padi/singkong/ ubi/talas)

Membeli, budidaya Pasar, warung, sawah, ladang, kebun

b. Protein Membeli, budidaya Pasar, warung, penjual keliling, kolam

c.

Buah-buahan/sayuran

Membeli, budidaya Pasar, warung, penjual keliling, ladang, kebun

2 Sandang Membeli Pasar, swalayan,

supermarket 3 Bahan Rumah dan peralatan rumah tangga

a. Rumah Membeli Penjual di kampung

b. Furniture, peralatan rumah tangga, dll

Membeli Pasar, swalayan,

supermarket

c. Perabotan rumah tangga

Membeli Pasar, penjual di

kampung

4 Kayu Bakar Mengambil dari

kebun, membeli

Kebun miliki sendiri, warga yang menjual kayu bakar

5 Air Mata air Mata air yang berasal

dari HL Gunung Slamet Barat

6 Pakan hewan Mengambil dari lahan

pribadi

Lahan pribadi

7 Obat-obatan Membeli, bantuan

kesehatan

Pasar, warung, puskesmas

8 Uang tunai Hasil kebun karet,

berdagang, buruh tani

(36)

24

Tabel 17 menyajikan data karakteristik masyarakat Desa Windujaya dalam memenuhi kebutuhan dasar. Masyarakat Desa Windujaya memenuhi kebutuhan pangan, sandang, bahan rumah dan peralatan rumah tangga, bahan bakar dan obat-obatan dengan cara membeli dan budidaya. Pembelian yang dilakukan tidak hanya sebatas pada pedagang yang ada di desa tersebut. Masyarakat juga melakukan pembelian di pasar. Budidaya dilakukan di lahan pribadi milik mereka. Dalam pemenuhan kebutuhan pangan khusunya protein, sebagian masyarakat melakukan kegiatan beternak, yaitu berupa ternak ayam dan atau ikan. Meskipun mereka beternak kambing, namun tidak pernah dikonsumsi untuk kebutuhan pangan pribadi. Untuk pemenuhan kebutuhan obat-obatan masyarakat membeli di warung atau pasar, dan pergi ke puskesmas desa. Setiap warga mendapatkan jaminan kesehatan masyarakat. Masyarakat Desa Windujaya jarang sekali yang menggunakan tanaman obat. Pemenuhan kebutuhan kayu bakar, air, pakan hewan dan kebutuhan uang tunai hampir keseluruhan dipenuhi dari hasil lahan milik pribadi.

Tingkat Ketergantungan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Masyarakat terhadap Hutan Lindung Gunung Slamet Barat

Interaksi merupakan suatu hubungan yang terjadi antara dua faktor atau lebih yang saling mempengaruhi dan saling memberikan aksi reaksi (Moen 1973

diacu dalam Souhuwat 2006). Pemanfaatan sumberdaya hutan di HL Gunung Slamet Barat oleh masyarakat desa sekitar hutan merupakan hubungan interaksi sosial ekonomi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan. Bentuk-bentuk interaksi pemanfaatan sumberdaya hutan melalui kegiatan pemungutan hasil hutan berupa bahan pangan, kayu bakar, bahan rumah dan bangunan, pakan ternak, obat-obatan dan dan hasil jenis jasa hutan lainnya. Selain memanfaatkan sumberdaya hutan, masyarakat juga menggarap lahan milik sendiri untuk ditanami tanaman pertanian atau tanaman tumpangsari yang berada di areal HL Gunung Slamet Barat. Namun tidak hanya itu, seiring dengan berkembangnya zaman, Pemerintah telah memberikan beberapa bantuan untuk masyarakat dalam memenuhi kebutuhan dasarnya, seperti kebutuhan bahan pangan dan obat-obatan. Dan, sebagian masyarakat lainnya memilih membeli untuk memenuhi kebutuhan dasarnya. Alternatif pemilihan sumber pemenuh kebutuhan dasar yang dipilih oleh masyarakat tergantung pada umur, jumlah anggota keluarga, tingkat pendidikan, mata pencaharian, kepemilikan lahan, dan kebutuhan uang tunai setiap kepala keluarga.

Lokasi-lokasi sumberdaya untuk memenuhi kebutuhan dasar dapat dianggap penting jika lokasi tersebut digunakan 50% atau lebih dari jumlah satu atau lebih kebutuhan dasar anggota komunitas untuk memenuhi kebutuhan subsistennya tanpa adanya alternatif lain yang terjangkau atau tidak dapat digantikan oleh barang-barang substitusi. Batas ambang kategori penting didefinisikan sebagai 50% atau lebih dari jumlah satu atau lebih kebutuhan dasar dapat dipenuhi oleh pemanfaatan hutan atau ekosistem alami lain.

(37)

25

dengan cara membeli. Selain membeli, terdapat sebagian warga yang menanam padi di sawah. Pemenuhan kebutuhan protein hewani mayoritas dibeli. Sedangkan untuk buah-buahan masyarakat cenderung melakukan budidaya di ladang atau kebun mereka. Kebutuhan sayuran mayoritas terpenuhi dengan cara membeli, dan sebagian lainnya budidaya di kebun atau ladang. Sebagian lainnya diperoleh dengan cara membeli di pedagang yang ada di desa Karangsalam. Sumber utama dan satu-satunya sumber air bersih yaitu berasal dari mata air HL Gunung Slamet Barat yang berada di bawah kaki Gunung Slamet. Seluruh warga masyarakat Desa Karangsalam menggunakan pakaian dari bahan tekstil. Secara keseluruhan kebutuhan bahan bangunan dan peralatan rumah tangga diperoleh dengan cara membeli. Masyarakat Desa Karangsalam sebagian besar menggunakan kayu bakar untuk memasak. Kayu bakar tersebut diperoleh dari hutan. Selain itu, sebagian kebutuhan bahan bakar untuk memasak dipenuhi dengan cara membeli gas LPG. Kebutuhan akan obat-obatan mayoritas dipenuhi oleh sarana kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah, dan lainnya membeli. Ternak yang dipelihara oleh warga dikandangkan. Kebutuhan pakan ternak sebagian besar dipehuni dari areal hutan. Sumber utama uang tunai diperoleh dari ladang, upah buruh, kebun, dan berdagang.

Tabel 18 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Karangsalam terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

(38)

Are-26

Tabel 19 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Ketenger terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

(39)

27

disediakan oleh Pemerintah, dan lainnya membeli. Ternak yang dipelihara oleh warga dikandangkan. Kebutuhan pakan ternak sebagian besar dipehuni dari areal hutan. Sumber utama uang tunai diperoleh dari hutan karet di areal HL Gunung Slamet Barat, ladang, upah buruh, kebun, dan berdagang.

Tabel 20 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Melung terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

(40)

28

tangga diperoleh dengan cara membeli. Masyarakat Desa Melung sebagian besar sudah menggunakan kompor gas LPG, dan sebagian lainnya menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari ladang, kebun, atau hutan sekitar pemukiman. Kebutuhan akan obat-obatan mayoritas dipenuhi oleh sarana kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah, dan lainnya membeli. Ternak yang dipelihara oleh warga dikandangkan. Kebutuhan pakan ternak sebagian besar dipehuni dari areal HL Gunung Slamet Barat. Sumber utama uang tunai diperoleh dari hutan karet di areal HL Gunung Slamet Barat, sawah, ladang, upah buruh, kebun, dan berdagang.

Tabel 21 Tingkat ketergantungan masyarakat Desa Windujaya terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

(41)

29

mayoritas terpenuhi dengan cara membeli. Sumber utama dan satu-satunya sumber air bersih yaitu berasal dari mata air HL Gunung Slamet Barat yang berada di bawah kaki Gunung Slamet. Seluruh warga masyarakat Desa Windujaya menggunakan pakaian dari bahan tekstil. Secara keseluruhan kebutuhan bahan bangunan dan peralatan rumah tangga diperoleh dengan cara membeli. Selain membeli bahan mebel dari kayu diperoleh dari hutan disekitar pemukiman. Masyarakat Desa Windujaya sebagian besar sudah menggunakan kompor gas LPG, dan sebagian lainnya menggunakan kayu bakar yang diperoleh dari ladang, kebun, atau hutan sekitar pemukiman. Kebutuhan akan obat-obatan mayoritas dipenuhi oleh sarana kesehatan yang disediakan oleh Pemerintah, dan lainnya membeli. Ternak yang dipelihara oleh warga dikandangkan. Kebutuhan pakan ternak sebagian besar dipehuni dari areal hutan sekitar pemukiman. Sumber utama uang tunai diperoleh dari sawah, ladang, upah buruh, kebun, dan berdagang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Sumberdaya hutan yang ada di Kawasan HL Gunung Slamet Barat banyak dimanfaatkan oleh masyarakat di sekitar kawasan yang di dominasi oleh masyarakat usia produktif, berjenis kelamin laki-laki, bermata pencaharian sebagai petani dengan tingkat pendidikan yang masih rendah.

2. Potensi sumberdaya hutan yang dimanfaatkan oleh masyarakat yaitu berupa tumbuh-tumbuhan yang dapat dibedakan menjadi 4 kelompok yaitu: bahan pangan sebanyak 19 jenis, bahan bangunan dan bahan bakar sebanyak 24 jenis, tumbuhan obat sebanyak 18 jenis serta pakan ternak sebanyak 11 jenis.

3. Tingkat ketergantungan masyarakat terhadap sumberdaya hutan pada kawasan HL Gunung Slamet Barat berupa pakan ternak, bahan bakar berupa kayu bakar, dan air.

Saran

1. Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai besarnya nilai manfaat dari sumberdaya hutan di kawasan hutan KPH Banyumas Timur.

2. Pihak KPH Banyumas Timur lebih berperan aktif dalam memberikan program-program yang dapat memajukan LMDH pada masing-masing desa.

DAFTAR PUSTAKA

(42)

30

Ardhita EA. 2013. Keanekaragaman tumbuhan berguna di Hutan Lindung Gunung Slamet RPH Baturraden, BKPH Gunung Slamet Barat, KPH Banyumas Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Arrived JA, 2012. Prospek pengembangan usaha pemanfaatan hasil hutan bukan kayu sebagai alternatif kelola sosial oleh pemegang konsesi IUPHHK-HA CV. Pangkal Begili, Kalimantan Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Baharudin A. 2006. Kajian interaksi masyarakat desa sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani Propinsi Nusa Tenggara Barat [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Birgantoro BA. 2008. Studi pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat desa sekitar hutan (studi kasus di RPH Sumberwaru dan RPH Sumberejo, BKPH Asembagus, KPH Banyuwangi Utara, Perum Perhutani Unit II Jawa Tengah) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Fakhrozi I. 2009. Etnobotani masyarakat Suku Melayu Tradisional di sekitar Taman Nasional Bukit Tiga puluh: studi kasus di Desa Rantau Langsat, Kecamatan Batang Gangsal, Kabupaten Indragiri Hulu, Provinsi Riau [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Girsang RE. 2006. Pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat desa penyangga Taman Nasional Baluran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Konsorium Revisi HCV Toolkit Indonesia. 2008. Panduan Identifikasi Kawasan Bernilai Konservasi Tinggi Indonesia. Balikpapan (ID): Tropenbos International Indonesia Programme.

Marliani RN. 2005. Studi pemanfaatan sumberdaya hutan oleh masyarakat desa penyangga Taman Nasional Baluran [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Saepuddin R. 2005. Etnobotani pada masyarakat adat Kasepuhan Bantan Kidul, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Soedjarwo K. 2003. Makalah Stadium General: Peran Lembaga Sosial dalam Pembangunan Kembali Pengelolaan Hutan di Jawa Barat. Tanggal 8 Mei 2003. Bogor.

Sihombing JA. 2011. Pemanfaatan hasil hutan bukan kayu (HHBK) oleh masyarakat desa sekitar hutan di IUPHHK-HA PT.Rantah Timber Samarinda, Kalimantan Timur [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Souhuwat W. 2006. Studi pemanfaatan hasil hutan oleh masyarakat sekitar Taman Nasional Manusela (studi kasus: Desa Horale, Masihulan, Air Besar, dan Pasahari) [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(43)

31

Lampiran 1 Presetase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Karangsalam terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

Are-al

Hu-tan

Di luar areal hutan

Hu-tan

Budi-

daya Beli

Ban-tuan

Su-ngai

Lain-nya

Pang-an

Karbo-hidrat 0 0 0 2 3 0 0 0

Protein

hewani 0 0 0 0 4 0 0 0

Buah-buahan 0 0 0 3 1 0 0 0

Sayuran 0 0 0 1 3 0 0 0

Air Minum, masak, MCK, dll

4 0 0 0 0 0 0 0

Ba- han-bahan

Pakaian 0 0 0 0 4 0 0 0

Rumah 0 0 0 0 4 0 0 0

Meubel 0 0 0 0 4 0 0 0

Bakar 3 0 0 0 2 0 0 0

Obat-obatan 0 0 0 0 1 3 0 0

Pakan ternak 3 0 0 0 0 0 0 0

Pendapatan

(44)

32

Lampiran 2 Presetase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Ketenger terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

Are-al hu-tan

Di luar areal hutan

Hu-tan

Budi-

daya Beli

Ban-tuan

Su-ngai

Lain-nya

Pang-an

Karbo-hidrat 0 0 0 2 3 0 0 0

Protein

hewani 0 0 0 0 4 0 0 0

Buah-buahan 0 0 0 3 1 0 0 0

Sayuran 0 0 0 1 3 0 0 0

Air Minum, masak, MCK, dll

4 0 0 0 0 0 0 0

Ba- han-bahan

Pakaian 0 0 0 0 4 0 0 0

Rumah 0 0 0 0 4 0 0 0

Meubel 0 0 0 0 4 0 0 0

Bakar 3 0 0 0 2 0 0 0

Obat-obatan 0 0 0 0 1 3 0 0

Pakan ternak 3 0 0 0 0 0 0 0

Pendapatan

(45)

33

Lampiran 3 Presetase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Melung terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

Are-al hu-an

Di luar areal hutan

Hu-tan

Budi-

daya Beli

Ban-tuan Su-ngai

Lain-nya

Pang-an

Karbo-hidrat 0 0 0 2 3 1 0 0

Protein

hewani 0 0 0 1 3 0 0 0

Buah-buahan 0 0 0 3 1 0 0 0

Sayuran 0 0 0 0 3 1 0 0

Air Minum, masak, MCK, dll

4 0 0 0 0 0 0 0

Ba- han-bahan

Pakaian 0 0 0 0 4 0 0 0

Rumah 0 0 0 0 4 0 0 0

Meubel 0 0 0 0 4 0 0 0

Bakar 2 0 0 0 3 0 0 0

Obat-obatan 0 0 0 0 1 3 0 0

Pakan ternak 3 0 0 1 0 0 0 0

Pendapatan uang

(46)

34

Lampiran 4 Presetase tingkat ketergantungan masyarakat Desa Windujaya terhadap sumberdaya yang berasal dari areal di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat

Kebutuhan

Sumber (skor) Hutan

Lindung Di luar Hutan Lindung

Are-al hu-tan

Di luar areal hutan

Hu-tan

Budi-

daya Beli

Ban-tuan

Su-ngai

Lain-nya

Pang-an

Karbo-hidrat 0 0 0 2 3 1 0 0

Protein

hewani 0 0 0 0 3 0 0 0

Buah-buahan 0 0 0 3 1 0 0 0

Sayuran 0 0 0 0 3 0 0 0

Air Minum, masak, MCK, dll

4 0 0 0 0 0 0 0

Baha n-bahan

Pakaian 0 0 0 0 4 0 0 0

Rumah 0 0 0 0 4 0 0 0

Meubel 0 0 0 1 3 0 0 0

Bakar 0 0 2 0 3 0 0 0

Obat-obatan 0 0 0 0 1 3 0 0

Pakan ternak 0 0 3 1 0 0 0 0

Pendapatan uang

(47)

35

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banyumas, Jawa Tengah pada 10 September 1992 sebagai anak ketiga dari tiga bersaudara pasangan Endang Setio Susnedi dan Wiji Astutik. Awal pendidikan penulis yaitu SDN 2 Bancarkembar pada tahun 1998-2004. Pada pendidikan tingkat pertama penulis menjalani pendidikan di SMP N 2 Purwokerto tahun 2004-2007. Pada tahun 2010 penulis lulus dari SMA N 4 Purwokerto dan pada tahun yang sama penulis berhasil lulus seleksi masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI). Penulis memilih jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan.

Selama menuntut ilmu di IPB, penulis aktif di sejumlah organisasi kemahasiswaan antara lain Himpunan Mahasiswa Konservasi (HIMAKOVA) periode 2012/2013, Kelompok Pemerhati Flora HIMAKOVA periode 2012/2013, Internasional Forest Student Association (IFSA) IPB periode 2012/2013, dan Organisasi Mahasiswa Daerah (OMDA) Purwokerto. Selain itu penulis juga aktif di berbagai kepanitiaan antara lain kepanitiaan South East Asia Forest Youth Meeting (SEAFYM) tahun 2011. Kepanitiaan Masa Perkenalan Jurusan Mahasiswa Baru tahun 2012. Kepanitiaan Reuse, Reduce, Recycle, and Respect IFSA LC-IPB tahun 2012. Kepanitiaan Kampus Biodiversitas HIMAKOVA IPB tahun 2012.

Pada tahun 2012 penulis mengikuti Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di jalur Sancang Timur-Kamojang. Pada tahun 2013 penulis melaksanakan Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Sukabumi dan KPH Cianjur, Jawa Barat. Kemudian pada tahun 2014 penulis melakukan Praktek Kerja Lapang Profesi di Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur.

Gambar

Gambar 1 Lokasi Penelitian
Tabel 1 Jumlah responden di sekitar kawasan HL Gunung Slamet Barat
Tabel 2 Jenis data yang dikumpulkan
Tabel 3 Pengelompokan kebutuhan dasar masyarakat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis “Kajian Interaksi Masyarakat Desa Sekitar Taman Nasional Gunung Rinjani Provinsi Nusa Tenggara Barat (studi kasus di Desa Pengadangan,

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi pengelola Danau Singkarak khususnya dan Pemerintah Daerah Sumatera Barat umumnya untuk pengembangan wisata Danau Singkarak