HUBUNGAN AGROKLIMAT DENGAN FENOFlSlOLOGl
TANAMAN DAN KUALGTAS BL'AH MANGGIS Dl LIMA
SENTRA PRODllKSl Dl PULAU JAWA
ENDANG GUNAWAN
PROGRAM STUD1 AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
SUJUT PERNYATAAN
Saya menyatakan dengan sebenar-benamyz bahwa segala pernyataandalam tesis
ini yang berjudul:
Nubungan AgroMimat dengan Fenofisiologi Tanaman dan Kualitas Buah
Manggis di Lima Sentra Produksi di Pulau Jawa
Mempakan gagasan atau hasil penelitian tesis saya sendiri dengan bimbingan dari
Komisi Pembimbing saya, kecuali yang dengan jelas ditunjukkan rujukannya.
.
.
Tesis ini belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di
perguruan tinggi lainnya.
Semua dzra dan infom~asi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dapat
diperiksa kebenarannya
ENDANG GUNAWAN. 2006. Hubungan Agroklimat dengan Fenofisiologi Tanaman d l n Kuditas Buah di Lima Sentra Produksi Manggis di Pulau Jal.va.
Dibimbing oleh ROEDHY PCERLVANTI dan SRI SEI'YATI HARJADI
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan agroklimat dengan fenofisiologi tanaman, mengetahui iiubungan agroklimat dengan produktivitas dan kualitas buah manggis di lima sentra produksi. Penelitian ini dilakukan di lima sentra produksi manggis yaitu: Lsuwiliang-Bogor, Wanayasa-Punvakarta,
Puspahiang-Tasikmalaya, Kaligesing-Purworejo dan Watulimo-Trenggalek.
Penelitian dilakukan mulai bulan Juli 2003 sampai Mei 2005.
Pengamatan terhadap periode uubus, periode dornlansi tunas, periode berbunga, periode berbuah, periode pmen, produktivitas dan kualitaz buah serta analisis kandungan NPK daun dan karbohidrat daun selalna empat stildia pertumbuhan-perkembangan tanaman. dilakukan pada 20 sampel tanaman manggiS yang berumur antara 30-35 rahun. Selain itu dilakukan pengamatan harian terhadap curah hujan; suhu dan kelenibaban udara. Pada awal penelitian dilakukan analisis struktur, tekstur, k e i ~ tanah dan kandungan hara N, P, K, Mg, dan Ca tanah. Selanjutnya andisis kanciungan hara N, P, K, Mg, dan Ca tanah dilakukan selama empat stadia pertumbuhan-perkembangan tanaman.
Lima sentra produksi manggis menunjukkan tiga pola curah hujan yang berbeda, yaitu, 1) pola curah hujan yans halnpir merata setiap bulannya terjadi di Le~wiliang, hujan turun pada musim ~ n g h u j a n maupun kemarau tetapi jumlah dan intensitas hujan pada musim kemanu lebih rendah, 2) pola curah hujan yang memiliki perbedaan yang cukup t e g a antara lnusim penghujan dar. musim kemarau terjadi di Wanayasa dan Puspahiang, diqtrih~ici curah hujan yang tinggi terjadi pada musim penghujan dan jarang turun hujan pada musim kemarau, walaupun turun hujan, jumlah dan inrensitasnya sangat rendah, 3) pola curah hujan yang memiliki perbedaan yang rssas antara musim penghujan dan musim kemarau terjadi di Kaligesing dan Warnlimo, curah hujan tertinggi terjadi pada musim penghujan dan jarang atau tidak rsrjadi turun hujan pada musim kemarau.
Pola curah hujan berhubungan dengan periode dormansi tunas. Periode kering berhubungan dengan awal keluar kuncup bunga. Daerah Leuwiliang dengan periode kering yang kurang dari 30 hari menghasilkan kuncup bunga manggis pertama setelah 16 bari turun hujan pada awal musim hujan. Daerah Wanayasa dan Puspahiang yang memiliki periode kering kurang lebih 100 hari menghasilkan kuncup bunga pertama setelah mengalami periode kering kurang lebih 80 hari tanpa turun hujan. Daerali haligesing dengan periode kering selama 122 hari menghasilkan kuncup bunga psrtama setelah mengalami periode kering selama 121 hari tanpa turun hujan sedmgkan daerah Watulimo yang memiliki periode kering lebih dari 150 h g i menghasilkan kuncup bunga p e r t m a setelah mengalami periode kering selama 138 h u i tanpa hujan.
Produktivitas tanaman tertinggi terjadi di Wanayasa dan terendah di Leuwiliang. Kedua daerah ini memiliki perbedaan yang nyata pada pola curah Ilujannya. Tetapi daerah dengan pola curah bujan sama yang menunjukkan produktivitas tanaman berbeda, diduga disebabkan adanya perbedaan kandungan hara N, P, K daun dan karbohidrat dam. Daerah dengan pola curah hujan yang
sama tetapi kandungan hara N, P, K dam dan karbohidrat daun yang lebih tinggi
Panjang-pendeknia periode kering t ~ d & berpengaruh terhadap jumlah bunga yang dihasilkan. Sedang!tan intensitas periode kering bs~pengaruh terhadap jundah bunga yang dihasilkan. Secara !id& langsuig intensitas periode kering berpengaruh terhadap produlitivitas tanamail. Produkiivitas tanaman berkorelasi positif dengan jumlah bunga dan buah yang terbentuk. Jumlah buah yang terbentuk berkorelasi negatif jumlall bunga dm buah yang rontok. Jumlah bunga dan buah ronfok berkorelasi positif dengan jumlah curah hujan dan berkorelasi negatif dengan kandungan hara K daun sena karbohidrat daun selama periode perkembangan buah. Produktivitas tanaman berhubungan dengan kandungan NPK daun serta karbohidrat daun. Terdapat korelasi positif antara produktivitas dengan kandungan NPK daun dan karbohidrat daun
Kualitas buah manggis ditunjukkan oleh kemulusan kulii buah, padatan total terlarut dan asam total tertitrasi. Jumlah buah manggis dengall kulit mulus iertin~gi dihasilkan daerah Wanayasa s e d a n g k jjllmlah buah dengan kulit buah
mulus terendah dihasilkan daerah Kaligesing. Kedua daerah ini memiliki . . -. perbedaan nyata pada kandungan karbohidrat daun tanamannya. Kemulusan kulit
HUBUNGAN AGROKLIMAT DENGAN FENOFlSlOLOGl
TANAMAN DAN KUALlTAS BUAH hrlANGGlS Dl LIMA
SENTRA PRODUKSI Dl PULAU JAWA
Endang Gunawan
Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelat Magister Sains pada
Program Studi Agronomi
PROGRAM STUD1 AGRONOMI
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tzsis : Hubungan Agroklimat dengan Fenofisiologi Tanaman dan Kualitas Buah Manggis di Lima Sentra Produksi di Pulau Jawa
Nama : Endang Gunawan
NT : A351020341
Progranl S:udi : Agronomi
Disetujui
1. Ko~nisi Pembimhing
.
Ir. Roedh). Poerwanto.MScKetua
Prof. Dr. Ir. Sri Setyati Hariadi. h4Sc Anggota
Diketahui
,,,,a s, ,
Dr. Ir. Satriyas Ilyas, MS
'.
0 Prof:+:'\
KATA PENGANTAR
Puji syukur All?a~ndulillah penulis panjatkzn ke liadirat Allah SWT, karena
atas rahrnat dan hidayat-Nya penelitian dan penulisan karya ilmiah ini berhasil
diselesaikan. Penelitian ini dibiayai oleh Program Riset Unggulan Strategis
Nasional (RUSNAS) melalui Pusat Kajian Buah-Buahan Tropika, LPPM-IPB.
Pada kesempatan ini pe~lulis mengucapkan rasa terima kasih yang tulus
dan setinggi-tingginya kepada:
1. Prof. Dr. Ir. H. Roedhy Poerwanto, MSc dan Prof Dr.,Ir. Sri Setyari ijarjsdi,
MSc., selaku komisi pembimbing, atas segala bimbingan, masukan, saran dan
kritik yang sangat berarti bagi penulis selama pelaksanaan penelitian dan
penulisan karya ilmiah ini.
2. Dr. Ir. M. Rahmad Suhartanto, MSi., atas kesediaannya sebagai dosen penguji
1uar kolnisi dan atas semua saran serta masukannya.
3. Dr. Ir. H. Sobir, MSi, selaku kepala Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
LPPM-IPB atas izin, bantuan, fasilitas dan dorongan moril dalam
peilyelesaian studi S2 penulis.
4. Staf dosen dan peneliti di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika LPPM-IPB Prof.
Dr. Ir. Hj. Syafrida Manuwoto, MSc., Ir. Hj. Yayah K. Wagiono, MEc., Dr. Ir.
Sriani Sutjiprihati, MS., Dr. Ir. Darda Efendi, MSi., Dr. Ir. Winarso D.
Widodo, MS., Dr. Ir. M. Firdaus, MSi., Ir. Ivone 0. Sumaraw, MS. dan Willy
Bayuardi, SP., MSi, atas segala diskusi, bantuan dan dukungan yang telah
diberikan.
5. Rekan Staf peneliti dan karyawan di Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
LPPM-IPB Kusuma Darms SP., MSi.,., Heri Harti SP., Naekman Naibaho,
SP., Rena Destriani Amd, Rika Lesmawati, Amd., Sulasih SP., dan M.
Syafmdin atas segala batuan, dorongan moril dan keramahtamahannya.
6. Keluarga Bapak H. Sayuti, Bapak Ade Sugema, Bapak Ayi, Bapak
Sastrosupardi (Alm) dan Bapak Arif, atas segala izin, bantuan fasilitas
7. Bapak Sulaeman, Bapak H. Tbramsyah, BA dan Bapak Baisuni serta seluruh
karyawan Kebun Percobaan Tajur d a ~ ~ Pasirkudr? atas segala bailtuan dan
dukungan moril yang telah diberikan.
8. Rekan-rekan penelitian manggis, Ir. Liferdi, MSi, Ir. Lizawati, MSi, Eko
Setiawan SP., MSi., Sopiandi SP., MSi. dan Juanasri SP., MSi., atas
kebersamaan, suka-duka dan diskusinya selama penelitian berlangsung,
semoga pengetahuan yang telah kita peroleh dapat bermanfaat.
9.
Rekan-rekan mahasiswa pascasarjana Program Studi Agronomi angkatan2002, atas segala kebersamaannya dalam menuntut illnu di pescasarjana IPB.
10. Kedua -orang tua Bapak Warsan Tedjasukmana, Mamah Tuti dan seluruh
keluarga atas doa dan dukungan yang telah diberikan kepads penillis.
11. Istri tercinta Ratnasari SP., dua sejoli t e r s q a ~ l g M. Aqsha Assyada Gunawan
dan Sylmi Jasmina Chaimnisa atas pengorbanan, ketulusan, kesabaran dan
pengertian yang telah diberikan selanla ini.
12. Semua pihak yang telah membantu dan memberikan dukungan selama
pendidikan hingga selesainya penulisan tesis ini.
Akhir kata semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi penulis pada
khususnya dan fihak lain yang berkepentingan.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 14 Maret 1977
dari ayah Warsan Tedjasukrnana dan ISu Tuti. Penulis merupakan anak keempat
dari einpat bersaudara.
Tahun 1999 penulis lulus Sarjana Pertanian dari Program Studi
Hortikultura, Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor. Tahun 2000-2002
penulis sempat bekerja di PT. Multi Benih Unggul Indonesia Jakxta sebagai
agronomis. Sejak Maret 2003 hingga saat ini bekerja di Pusat Kajian Buah-buahan
Tropika LPPM-IPB sebagai staf peneliti.
Bulan Juli 2002 peilulis diterima di Program Studi Agronomi pada
DAFTAR IS1
Halaman
...
DAFTAR TABEL ... 111
DAFTAR GAMBAR
...
ivDAFTAR LAMPIRAN
...
ivL a t a Belakang
...
1. .
Tujuail Penelltian ... ::...
4. .
Manfaat Pe~lelitian...
4Hipotesis
...
4TINJAUAN PUSTAKA
...
5Botani manggis
...
5...
Fenofisiologi Tananlan 6...
Kebutuha Agroklimat Tanaman Manggis 11...
Produksi Manggis di indonesia 14...
Kualitas Manggis Indonesia 16 BAHAN DAN METODE...
21Tempat dan Waktu Penelitian
...
21Bahan dan Alat
...
21. .
Metodologi Penelltian...
21...
HASIL DAN PEMBAHASAN 27 PEMBAHASAN UMUM...
51KESIMPULAN DAN SARAN
...
73Kesimpulan
...
73Saran
...
73DAFTAR PUSTAKA
...
75D A K A R TABEL
No
.
Teks Halaman1 Waktu Panen Tanaman Manggis di Beberapa Sentra
Produksi Manggis Indonesia
...
142 Kriteria mutu produk pertanian
...
163 Indeks kemasakan buah manggis
...
184 Posisi geografi dan keiinggian tempat lima sentra produksi manggis
...
275 Sebarnn buuln basah dan kering serta curah hujan rata-rata di lima sentra produksi manggis Tahun 2003-2005
...
286 . Keadam suhu maksimum dan minimum di lima sentra produksi manggis
...
317 Karah~eristik fisik dan kelas tanah di lima sentra produksi manggis
...
328 Kandungan Hara makro primer tanah di lima sentra produksi pada saat tanaman berbunga tahun 200;
...
339 Periode trubus dan dormansi tun= di lima sentra produksi tahun 2004
..
37...
10 Periode keluar kuncup bunga dan anthesis di lima sentra produksi 40 11 Periode Pertumbuhan dan perkembangan buah serta panen manggis di lima sentra produksi ... 4312 Produktivitas tanaman manggis di lima sentra produksi tahun 2003-2005
...
4613 Jumlah Bunga. persentase bunga rontok dan jumlah fruitset pada
...
tanamm manggis di lima sentra produksi 46 14 Bobot bagian buah manggis di lima sentra produksi...
48DAPTAR GAMBAR
No
.
Teks Halaman1 Pola penyebaran curah hujan di lima sentra produksi manggis
pulau Jawa pada tahun 2003-2005
...
292 Keadaan suhu maksimum-minimum dan kelembaban udara harian rata-rata di lima sentra produksi manggis
...
313 Fenologi tanaman manggis di Leuwiliang. Wanayasa dan Puspahiang tahun 2003-2005 35 4 Fenologi tanaman manggis
&
Kaligesing dan Watulimo tahun 2003-2005...
365 Perubahan kandungan hara NPK daun dan karbohidrat daun tanan~an manggis di lima sentra produksi
...
396 Hubungan antara periode perkembangan kuncup bunga san~pai anthesis dengan kandungan N. P daun dan karbohidrat daun
... ....
417 Pertumbuhan buah manggis sejak anthesis sampai siap panen
...
438 Hubungan antara diameter buah manggis dengan kandungan P daun
...
449 Hubungan antara persentase jumlah bunga dan buah muda yang rontok dengan kandungan karbohidrat daun dan hara K daun
...
4710 Kalender manajemen tanaman manggis di Leuwiliang
...
601 1 Kalender manajemen tanaman manggis di Wanayasa
...
6412 Kalender manajemen tanaman manggis di Puspahiang
...
66...
13 Kalender manajemen tanaman manggis di Kaligesing ; ... 68DAFTAR LAMPIRAN
No. Teks Halaman
1 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk pcubah periode trubcs, periode dorrnansi tunas, periode kuncup-a~rhesis, periode
...
anthesis-buah rnatang pada tahun 2004-2005 ...
.
.
792 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk peubah bobot bagian buah manggis dan praduktivitas tanaman tahun 2003/2004
dan tahun 200412005
...
SO3 Tabel rekapitulasi sidik ragam untuk peubah fisik dan kimia
...
buah manggis di lirna sentra produksi 8 1
4 'I abel matriks korelasi antara produktivitas tararnan,
jumlah bunga & buah rontok, periode akhir panen-awal trubus, periode kuncup-anthesis, diameter buah, kemulusan kulit buah, padatan total terlarut, asarn total tertitrasi,
N
daun, P daun, K daundan karbohidrat daun
...
825 Tabel matriks korelasi antara produktivitas tanaman, periode dormansi tunas, jumlah bunga & buah rontok, kemulusan kulit buah, jumlah curah hujan, pH tanah dan
kandungan P tanah
...
836 Tabel Rataan kandungan hara NPK daun : karbohidrat daun dan CM rasio
PENDAHULUAN
Manggis (Garcinia mangostana L.) mempakan salah satu buah tropika
yang lnemililti kekhasan dari segi bentuk dan rasa, sehingga literature lama
menyebutnya sebagai "gueen of Tropical Fruirs ". Keunikan dan kekhasan buah
manggis baik dari segi beniuk maupun rasan)-a menjadi daya tarik konsumen
sehingga menyebabkan permintaan terhadap buah manggis tetap ada dan
cenderung meningkat. Hal ini dibuktikan denzan adanyaepeningkatan volume
ekspor manggis Indonesia dari ,1808 ion pada tahun 1997 menjadi 6012 ton pada
September tahun 2005 (BPS, 2005). Sejak tahun 1989, manggis merupakan salah
satu andalan ekspor buah Indonesia, dan mulai tahun 2000 hingga tahun 2004
buah ini menempati urutan pertama dalam ha1 volun~e ekspor buah segar
Indonesia (BPS, 2004).
Sampai saat ini buah manggis yang beredar di pasar, baik domestik maupun
untuk kebutuhan ekspor berasal dari tanaman manggis rakyat yang beracia dalam
hutan campuran. Hutan campuran yang berisi tananlan manggis tersebut tersebar
di beberapa wilayah Indonesia mulai dari Pulau Sumatra, Jawa, Bali, Kalimantan,
Nusa Tenggara dan Kepulauan Maluku. Keberadaan tanaman manggis pada hutan
campuran umumnya berupa tanaman w-arisan yang tumbuh tanpa input budidaya.
Dengan kondisi tersebut, produktivitas dan halitas manggis Indonesia masih
rendah bahkan di beberapa sentra produksi serinz kali terjadi penurunan produksi
dan kegagalan panen. Pada tahun 2004 produksi manggis Indonesia 621 17 ton,
turun sebesar ?I%, yaitu kurang lebih 16956 ton dari total produksi tahun 2003
(Ditjen.Hortikultura, 2005). Tahun 2004. volume manggis yang masuk pasar luar
negeri hanya 5,45% dari total produksinya berbeda' dengan tahun sebelumnya
yang nlencapai 8,20% (FAO, 2004). Walaupun demikian, setiap tahun sejak tahun
1992 sampai saat ini Indonesia manlpu mengekspor manggis secara kontinyu pada
rnusimnya.
Indonesia mampu mengekspor manggis secara kontinyu sepanjang tahun,
karena awal dan masa panen dari masing-masing sentra produksi berbeda antara
Prod.Horti (2003) untuk beberapa selitra di Pulau Sumatra seperti I~idaragiri Hulu,
Indaragiri Hilir, memiliki waktu panen yang lebiih awal (Sulan Juni - Desember)
dibandingkan sentra produksi lain seperti Bogor, Purwakarta, Tasiknlalaya,
Purworejo, Trenggalek (bulan November - April) dan Kabupaten Lima Puluh
Kota (Januari - Mei).
Selain waktu awal panen yang berbeda-beda, kualitas buah manggis yang
dihasilkan pada berbagai sentra tersebut mempunyai karakteristik yang berbeda.
Buah manggis daerah Leuwiliang Bogor berukuran sedang (90 - 110 gram per
butir) kulitnya millus licin, tapi rasanya kurang manis. Sedangkan buah manggis
daerah Kaligesing'Purworejo berukuran relatif sama dengan manggis Leuwiliang,
kulitnya kurang mulus kadang berburik tapi rasanya mailis. berbeda dengan buah
manggis dari daerah Puspahiang Tasikrnalaya, ukurannya besar 120 - 200 gram
per butir dengan kulit yang mulus licin den rasanya manis (Waluyo, 2003).
Menurut beberapa eksportir, kriteria manggis untuk ekspor salah satunya
ditentukan oleh negara tujuan ekspor. Misalnya kualitas manggis untuk tujuan
ekspor ke negara Asia Timur (Taiwan, Jepang dan Korea) harus memiliki kriteria
kulit mulus mengkilap tanpa burik, kulit tidak retaklmengeras kelopak hijau dan
lengkap, bobot buah minimum 100 gram d a ~ i tidak bergerah kuning, sedikit
berbeda dengan kriteria manggis ekspor tujuan negara Timur Tengah (Uni Emirat,
Arab Saudi, Kuwait dll) yang memberikan toleransi kualitas manggis minimal
memiliki bobot rata-rata 60 gram, kulit tidak 100% mulus maksimal burik 10%,
kulit tidak retaklmengeras, kelopak lengkap dan tidak bergetah kuning.
Menurut Direktorat Tanaman Buah-Ditjen Bina Produksi Hortikultura
(2002), karakteristik agroklimat dan tanah di selu:uh sentra produksi manggis
Indonesia beragam. Sentra-sentra produksi tersebut berada pada ketinggian 0-800
mdpl., dengan curah hujan rata-rata 20-450 mmlbulan, kelembaban udara'45-98%:
suhi udara 20-34'~, jenis tanah beragam (podzolik merah kuning, aluvial,
organosol, andosol, latosol, regosol, litosol, dan rendzina) dan pH tanah berkisar
antara 3-7.
Perbedaan awal w k t u panen, periode musim panen dan kualitas buah yang
terjadi di masing-masing sentra produksi diduga disebabkan oleh adanya
produksi. Berdasarkan letak garis bujur t e m ~ a f sentra tersebilt berada, semakiu ke
barat waktu panen manggis lebih awsl dibandingkan wakru paneii di wiiayah
sebelah timurnya. Namun perkiraan awal dan periode panen suatu daerah yang
berdasarkan pengalaman tahun-tahun sebelumnya seringkali tidak tepat. Diduga
faktor agroklimat berpe~lgan~h terhadap waktu panen manggis. Seperti tanaman
buah tropika lainnya, pembungaan tanaman manggis diduga dipengaruhi oleh
periode kering sebelumn!.a. Menurut Paul1 and Nakasone (1998) tanaman
manggis berbunga setelah mengalami keadaan musitn kering selama 15-30 hari.
Pola produksi dan produktivitas tanaman berhubungan erat dengan
fenofisiologi tanaman. Fenofisiologi merupakan siklus pertumbuhan dan
perkembangan tanaman .yan$ berhubungan erat dengan fisiologi intcnral tarlarnan
yang dipengaruhi faktor iklim 1iGlcungan tumbuhnya. Faktor lingkungan tanaman
akan mempengaruhi proses fisiologi yang terjadi pada tanaman yang diwujudkan
oleh pertumbuhan dan perkembangan tanaman. Unsur iklim yang diduga
berpengaruh terhadap proses fisiologi tanaman antara lain adalah suhu udara,
kelembaban udara, curah hujan, panjang hari dan intensitas cahaya. Proses
fisiologi yang diduga mempengaruhi perubshan fenologi tanaman antara lain
adalah kandungan hormon, nitrogen, karbohidrat dan nisbah C/N yang terdapat
pada tanaman (Samson, 1986).
Hasil penelitian yang mengemukakan hubungan karakteristik agroklimat
dengan fenologi tanaman dan kualitas buah manggis di berbagai sentra produksi
manggis di Indonesia masih terbatas. Akibatnya informasi periode produksi, awal
panen dan karakteristik kualitas manggis dari berbagai sentra produksi di
Indonesia masih kurang. Informasi ini sangat penting bsgi pengembangan
produksi manggis secara komersial dan untuk eksportir manggis. Penelitian untuk
., mengetahui hubungan antara karakteristik agroklimat dengan fenofisiologi
tanaman dan kualitas buah dari setiap sentra produksi penting untuk dilakukan
sehingga dapat diperoleh infom~asi yang berguna bagi pengembangan manggis
Tujuan Penelitian
Penelitian iili merupakan observasi lapang di lima sentra produksi manggis
puiau Jawa. Tujuan dari penelitian ini adalah:
I . Mengetahui hubungan agroklimet dengan fenofisiologi tanaman.
2. Mengetahui hubungan agroklimat dengan produktivitas tanaman.
3. Mengetahui hubungan agroklimat dengan kualitas buah manggis.
Manfaat Penelitian
Manfaat yang dapat diperoleh dari kegiatan penelitian ini adalah:
Mengestimasi saat panen buah secara tepat berdasarkan awal hujan
setelah periode kering.
a Mendapatkan karakteristik kualitas buah terbaik berdasarkan
karak2eristik agroklimat di lima sentra produksi.
a h4endapatkan data awal untuk masukan dan perbaikan manajemen kebun.
Hipotesis
Hipotesis pada penelitian ini adalah:
a Turunnya hujan setelah periode kering menentukan awal keluar kuncup
bunga yang selanjutnya menentukan awal panen.
Lama periode kering menentukan produktivitas tanaman
a Intensitas periode kering menentukan produktivitas tanarnan.
a Agroklimat menentukan produktivitas tanarnan dan kualitas buah
TINJAUAN PUSTAKA
Botani Manggis
Ylanggis dan Kerabatnya
Tanaman manggis termasuk dalam famili Guttiferae yang memiliki getah
kuning. Kerabat dekat manggis dalam satu famili meliputi : Cratoxylon celebicum
EL..
C. !andestiant;n7 MQ., C. ceneatuni MQ., C. fornzasum EL.,C.
galancumI;honii, C. inophyllun7, C. poIyanthum Khorth, Mesua ferrealinn, Marninae hook
F . (Heyne, 1987). Kerabat dekat tanaman manggis dalam satu genus antara lain
Gurciniu dulcis, (3.' celebicu, G. subellipricu, G. porrecra, G. fruticosa, G. pqgilfolia, G. nervosa dun G. parvivoliu (Verheij dan Coronel, 1997; Ileyne, 1987). Menurut Reza el al. (1994) kerabat manggis mencapai 400 species dan yang dapat dimanfaatkan buahnya hanya terdiri dari 40 species. inanggis
merupakan allotetraploid dazi persilangan antara G. homroniana x G.mc.lacensis
(Veli1ei.i dan Coronel, 1997).
4lorfologi Tanaman Manggis
Manggis rnerupakan tanaman pohon berkayu keras dengan tinggi pohon
maksimum 20 meter. Batang lurus mengecil ke arah ujung yang berakhir dengan
rajuk yang berbentuk kerucut. Percabangan tersususn dalam pasangan yang
berselang seling, muncul dari batang dengan sudut lancip, yang kemudian rnenjadi
horizontal atau nlenggantung. Seiuruh bagian tanaman dapat mengeluarkan getah
kuning yang lengket dan kental (Soenarjono, 1997; Verheij dan Coronel, 1997;
Samson, 1986).
Daun manggis berhadapan menyilang dan pada pasangan daun teratas
tangkainya menutupi kuncup tenninalnya. Lembaran daun berbentuk lonjong
berukuran ( I 5 - 25) cm x (7 - 13) cm, menjangat dan tebal, pinggirannya rata dan
bagian ujungnya loncos (Cuspidate). Lembaran daun sebelah bawah berwarna
hijau kuning dengan urat tengah yang berwama hijau muda, menonjol pada kedua
belah daun dan memiliki banyak urat samping yang menonjol dan berjarak sama
[Verheij dan Coronel, 1997). Daun pada keseluruhan tajuk tanaman manggis
Perakaran manggis sangAt jdek dan sedikit, tidak mempunyzi bulu akar
dengan pertumbuhan akar yang sangat lambat. Perakaran rnudah rusak dan mudah
terganggu akibat lingktlngan yang kurang menguntungkan, sehingga luas
pem~ukaan kontak antara akar dan media tumbuh menjadi sempit (Cox, 1989
dulunl Poerwanto el al., 1995).
Bunga mangggis muncul dari ujung pucuk yang tua. Calon bunga muncul
dalaln bentuk bengkakan besar di ujung ranting. Kuncup bunga memerlukan
waktu kurang lebih 25 hari sampai bunga mekar (anthesis) dan buah akan matang
sekitar 100
-
123 hari setelah untlresis. Bunga berada di ketiak dauil, dengan d a mkelopak dan daun mahkota berjumlah 4 - 5 helai. Bunga memiliki jumlah benang
sari yang bervariasi dan bersifat rudinzenfer. Tangkai sari tersaru rnenjadi satu
tiang tengah dengan membentuk 4 - 5 berkas. Putiknya mengecil atau tidak ada
sama sekali. Buah manggis berbentuk buah huni, berbiji 2 - 4 butir. Bijinya besar terbungkus oleh arilus yang berisi sari buah berwama putih bersih, embrionya
berupa massa yang padat yang hanya tersusun atas hipokotil, sedangkan keping
bijinya tidak ada (Verheij dan Coronel, 1997).
Asal Usul dan Peryebaran Tanaman Manggis
Manggis merupakan salah satu tanaman buah tropis yang diduga berasal
dari daerah Semenanjung Malaya, dengan pusat sumber plasma nutfah terdapat di
Malaysia dan Kalimantan Timur (Soenarjono, 1997). Pada awalnya,
pembudidayaannya hanya terbatas di Asia Tenggara, yaitu Myanmar, Kamboja,
Thailand, Filipina, Indonesia sampai ke Papua New Guini (Seonarjono, 1997:
Verheij dan Coronel, 1997). Dalam waktu dua abad terakhir tanaman ini sudah
tersebar ke negara - negara tropik lainnya termasuk Srilangka, India Selatan,
Amerika Tengall, Brazil dan Australia, sekarang ini di negara Australia tersebut
terdapat kebun - kebun manggis dalam skala komersial.
Fenofisiologi
Tanaman
Fenofisiologi berasal dari gabungan fenologi dan fisiologi. Fenofisiologi
tanaman dapat diartikan sebagai serangkaian gejala alamiah penampakan bentuk
yang terjadi dalam tubuh tanaman yang dipeoearuhi oleh keadaan lingkungan
klimatologis.
Studi fenofisiologi pada tanalnan buall-buahan sangat penting dilakukan
oleh pihak yang berkepentingan pada tanaman buah. Pemahaman terhadap
fenofisiologi digunakan dalam ha1 pengelolaan kebun tanaman buah, supaya
jadwal pemupukan, pemangkasan, irigasi dan manipulasi tanaman lainnya dapat
dilakukan secara tepat (Sauco, 1996; Nicols, 1996). Studi fenofisiologi mulai
banyak dilakukan pada tanaman buah-buahan tropika seperti, advocad (Whiley et
al., 1988 dalam Whiley er rrl., 20029, duku (Norlia, 1996), mangga (Cull, 1991
dalam Litz, 1997)
Fenologi
Fenologi merupakan bagian dari ekologi yang mempelajari hubungan
antara pertumbuhan dan perkembangan tanaman dengan keadaan lingkungan
meteorologis dan klimatologis. Verheij dan Coronel (1997) mendefinisikannya
sebagai suatu rangkaian peristiwa tahunan mulai pertumbuhan pucuk yang
serempak, keadaan tak aktif, pembungaan, pembuahan d a r l u ~ h n y a daun pada
suatu lingkungan tertentu. Pada advokad, studi fenolngi mempaksn suatu
pendekatan yang dapat digunakan untuk pengembangan strategi dalam
meningkatkan penampilan dari cabang tanaman buah-buahan kearah yang lebih
baik. Tujuan akhir dalam mempelajari fenologi adalah menjaga keseimbangan
antara pertumbuhan vegetatif dan generatif, membatasi vigor vegetatif yang
berlebihan untuk mendorong kearah pembentukan buah yang lebih besar (Whiley
et al, 1988 dalam Whiley et al., 2002).
Kondisi iklim tahunam yang bervariasi mempengaruhi fenologi, berbagai
ha1 yang dapat dilakukan adalah melalui pendekatan perhitungan aplikasi hara,
air, hormon tumbuh tanaman dan manipulasi ..kanopi melalui pemangkasan
(Whiley and Searle, 1996).
Trubus dan Dormansi Tunas
Trubus ~nerupakan stadia pertumbuhan tunas yang dimulai dari pecah
Tertumbuhan pucuk tanaman dimulai dengan pembelahan sel-sel meristem pada
titik tumbuh. Semakin cepat proses pembelahan sel terjadi, akan semakin cepat
pula pertumbuhan (Weaver 1972) sehingga semakiii banyak terjadi trubus.
Pada tanaman tropika siklus tmbus tanaman sangat beragam. Dalam satu
tahun dapat terjadi satu sampai beberapa kali trubus. Lama pertumbuhan dan
perkembangan trubus dapat terjadi dalam beberapa nlinggu sampai beberapa
bulan, dan interval antara pertumbuhan trubus juga berbeda-beda antara lain
teryantung spesies, kultivar dan posisi percabangan tanaman (Kramer dan
Kozlo\vsski, 1979).
...
Pada fanaman mangga, Whiley el aL(1996)- dalcrrn Litz (1997)
menyebutkan pertumbuhan dan perkembangan trubus sejak keluar kuncup sampai
daun de~vasa menggunakan waktu selama 2-3 bulan, tergantung kultivar dan
keadaan iklim. Selanjutnya Liferdi (2000) melaporkan periode trubus pertama
untuk rambutan Lebak Bulus dan Binjai 35 hari, Rapiah 36 hari dan Gamda 39
hari. Tanaman advokat, waktu yang diperlukan untuk perturnbuhan dan
perkembangan kuncup sampai daun dewasa berukuran maksimum kurang lebih 30
hari (Scora et al., 2007 dalam Whiley ei al., 2002). Hidayat (2002), melaporkan periode tmbus pada tanaman manggis adalah 34,7 hari pada tanaman berumur 2
tahun, 33,3 hari pada tanaman 4 tahun dan 49,2 hari pada tanaman 8 tahun.
Frekuensi terjadinya trubus pada tanaman manggis tergantung umur
tanaman. Dalam kurun waktu satu tahun, tanaman manggis muda mengalami
enam kali tmbus sedangkan tanaman dewasa hanya menghasilkan satu sampai dua
kali trubus (Yacoob & Tindall 1995). Pada kondisi terkontrol intervaI trubus
setiap 40 - 45 hari selama 18 bulan pertama (Downton et a1 1990). Hidayat (2002) menyatakan bahwa sebelum bercabang, bibit manggis dapat menghasilkan 5 - 6
kali trubus per tahun dan pada tanaman manggis dewasa umur 8 tahun hanya
menghasilkan 2 kali trubus
.
Dormansi tunas pada tumbuhan berkayu adalah suatu periode dimana
jaringan atau organ yang mengandung meristem tidak tumbuh atau mengalami
masa istirahat pada saat-saat tertentu (Lang 1994). Pertumbuhan yang terhenti
tersebut n~asih berlangsung proses akumulasi senyawa-senyawa organik tertentu
atau terjadi perubahan struktur mikroskopik (Lang, 1994).
Masa dormansi tunas pada tanaman buah-buahan Gerbeda sat11 dengan
lainnya. Psrbedaan ini selain dipengaruhi oleh perbedazn spesies juga oleh
kultivarlvarietas, umur, dan keadaan lingkungan (Verheij dan Coronel, 1997).
Dormansi runas pertama pada tanaman rambutan berlansung selama 45 hari untuk
varietas Binjai, 37 hari ulltuk -mietas Rapiah, 48 hari untuk varietas Garuda dan
39 hari u n ~ k varietas Lebak Bulus (Liferdi, 2000).
Penelitian Hidayat (2002) menunjukkan bahwa periode dorman lebih
panjang daripada periode trubus. Periode dorman tunas pada tanaman manggis
juvenil lebih pendek dibandingkan tanaman yang sudah d k a s a . Hidayat (2002)
melaporkan periode tanaman manggis berumur 2 tahun adalah 75,3 hari, manggis
umur 4 tahun selama 84 hari dan manggis umur 8 tahun 132 hari.
Hasil penelitian Hidayat (2002) menunjukkan pertumbuhan tanaman
manggis yang lambat disebabkan oleh panjangnya siklus trubus dan silclus cubu us
yang panjang disebabkan oleh periode dormansi tunas yang lama. Semakin tuz
umur tanarnan manggis asal biji pertumbuhannya semakin lambat. Periode
dormansi tunas berhubungan dengan aktivitas fisiologi tanaman seperti, laju
fotosintesis. daya hantar stomata dan laju transpirasi dan kandungan zat endogen
seperti fitohom~on, karbohidrat dan status hara.
Di daerah tropis, trubus biasanya berlangsung pada musim hujan dan
dormansi runas terjadi pada musim kemarau. Namun demikian pada musim
kemarau, m b u s dimungkinkan terjadi jika air tersedia atau ada upaya untuk
menghindarkan dormansi dengan tindakan budidaya seperti perompesan,
pengeringan diikuti dengan pengairan dan aplikasi zat pemecah dormansi (Erez,
2000).
Pembungaan dan Pembuahan
Pada tanaman tingkat tinggi terdapat empat tahap dalam proses
pembungaan berlangsung, yaitu induksi bunga atau evokasi, differensiasi bunga,
pendewasaan bagian bunga dan anthesis (Sedgley and Griffin, 1989). Lang (1952)
bunga, diferensiasi bagian-bagian bunga s e r a * indi\.idu. 3) pematangan bunga,
yang terjadi bersamaaan dengan proses pertumbuhan bagian-bagian bunga. 4)
anlhesis atau bunga n~ekar.
Tahap induksi bunga dinyatakan sebagai tahap perubahan dari fase
vegetatif ke fase reproduktif. Induksi bunga merupakan fase yang paling penting
dalam proses pembungaan. Pada fase ini terjadi pembahan fisiologis dan biokimia
pada mata tunas sedangkan secara morfologi belum terjadi perubahan secara
visual. Induksi bunga dapat dideteksi melalui peningkatan sintesis asam nukleat
dan protein yang dibutuhklul untuk pembelahan.dan diferensiasi sel (Sedgley and
Griffin, 1989). Berbagai faktor berperan dalam induksi pembungaan, yaitu: 1)
faktor ekstemal, ialah suhu, stres air dan panjan~ hari, 2) fzktor irlteinal, ialah
kandungan nitrogen, karbohidrat, asam amino dan hormon, serta 3) faktor
manipulasi manusia, seperti g i d l i ~ i g i n g i pemangkasan, pengeringan,
peinangkasan akar, pelengkungan batang dan pemberian ZPT (Poerwanto, 2003).
Inisiasi bunga n l e ~ p a k a n pembahan morfologi pertama yang dapat
dideteksi pada kuncup tunas, yaitu dengan terbentuknya kubah apeks. Selama
inisiasi bunga berlangsung pada bagian intei~ial terjadi diferensiasi bagian-bagian
bunga. Pada tanaman buah seperti Jeruk. apel. mangga dan rambutan diferensiasi
bunga dimulai dengan perubahan bentmk apeks dari kerucut menjadi kubah.
Kubah akan tems mendatar dan kemudian primordia sepal terbentuk di sisi
luarnya. Kemudian diikuti pembentukan primordia petal, pembentukan tangkai
sari dengan kantong sarinya dan selanjutnya terbentuk pistil (Poerwanto, 2003).
Pada tanaman manggis Rai (2004) melaporkan diferensiasi bunga manggis terjadi
4 hari setelah akhir induksi. Pada pangkal tunas terbentuk primordia bunga berupa
masa kompak berbentuk bulat panjang.
Peristiwa mekarnya bunga dikenal dengan anthesis. Pada saat itu terjadi 1) ekspansi petal dan tangkai sari yang memerlukan pembesaran.se1 dari organ
tersebut, 2) tangkai sari memanjang, kantong sari membelah dan menyebarkan
tepung sari ke luar, 3) kepala putik siap dan menjadi reseptif terhadap tepung sari.
Faktor lingkungan berpengaruh terhadap membukanya bunga. Gazit and Degani
(2002) dalam Whiley et al., (2002) menyebutkan cuaca yang berawan dapat
itu temperatur dan curah hujan berpengrruh terhadap proses mekar d m
tnenutupnya bunga (Sedgley and Griffin, 1989).
Pada tanaman manggis muda, munculnya bunga berlangsung satu sampai
dua kali dalani setahun. Bunga - bunga muncul dari ujung pucuk yang yang tua,
calon bunga muncul dalam bentuk bongkahan besar di ujung ranting. Pada tahap
ini, kuncup bunga niemerlukan waktu sekitar 25 hari sampai bunga mekar atau anthesis (Verheij dan Coronel, 1997).
Tidak semua kuncup bunga dapat tun~buh dan berkembang mencapai
anthesis dan membentuk buah. Tidak hanya kuncup bunga, bunga yang mekar
penuh maupun buah muda dapat gugur. Jumlah buah yang masih tersisa sesudah
periode gugur disebut fruit set. Gugur bunga dan buah muda pada buah-buahail
tropis sangat tinggi. Berbagai penelitian menyrbutkan pada jeruk,fruit sd hanya
mencapai 0,l-3,5%, pada mangga 2%: rambutan 2-3%, sedangkan pada ape1 di
daerah temperate ~nencapai 5-15%. Pada manggis sampai saat belum ada laporan
persentase fiuit set. Poenvanto (2003) menyebutkan beberapa faktor penyebab
gugur bunga dan buah muda, antara lain: 1) psngaruh hujan, 2) kekeringan, 3)
panas yang ekstrem, dan 4) kompetisi diantara organ yang berkemhang.
Periode pertumbuhan dan perkembangan buah sampai buah matang
fisiologis berbeda, tergantung spesies dan kultivar. Pada mangga, buah yang
mencapai,fiuif set dapat dipanen setelah 3-5 bulan setelah anthesis (Crane et al.,
(1 997) dalanz Litz (1 997), pada Rambutan 3-4 bulan setelah anthesis (Verheij d m
Coronel, 1997), pada Advokat 8-17 bulan setelah anthesis (Wolstenholme, 2002
dalam Whiley et a/., 2002). Sedangkan pada manggis 3-4 bulan setelah anthesis
(Verheij dan Coronel, 1997). Di Indonesia, buah manggis matang fisiologis 104
hari setelah anthesis (Satuhu, 1997).
Kebutuhan Agroklimat Tanaman Manggis
Ketinggian T e m p a t d a n Keadaan Tanah
Manggis merupakan salah satu tanaman tropik basah. Pada berbagai
sentara produksi, tanaman manggis dapat hidup pada dataran rendah sampai
(basah). Tanaman manggis seringkali tumbuh berasosiasi dengan tanaman durian
dan duku (Soenarjono, 1997).
Karakieristik tanah yang disukai tanaman manggis ada!ah j- -nis tanah
porous, gembur dengan kandungan bahan organik yang tinggi dengan pH tanah 5
- 7 dan cenderung toleran terhadap pH rendah di lahan gambut. Kondisi tanah
tanaman rnanggis membutuhkan kondisi tanah yang lembab tetapi tidak tergenang
(Paull and Nakasone, 1993).
Curah Eiujan
Curah hujan yang merata antara 1000
-
1500 rnm per tahun dengan 10bulan basah dalam setahun sangat disukai tanaman manggis. Udara yang lembab
(> 80 %) dengan suhu 20 - 30 OC sangat menunjang pertumbuhan tanaman
manggis (Soenarjono. 1997; Tirtawinata et al, 1995). Sejauh ini tanaman manggis
yang produktif di Indonesia, tersebar di berbagai tempat pulau Jawa dan Sumatra
pada ketinggian 5 - 500 m dp, dengan curah hujan diatas 1000 mrn per tahun.
Curah hujan yring tinggi berhubungan erat dengan ketersediaan air di
daerah tersebut. Tanaman manggis muda dapat sangat terhambat pertumbuhannya
kalau kekurangan air. Stress air pada tanaman manggis dapat menimbulkan efek
pengecilan ukuran daun dan panjang tunas dalam waktu yang cukup lama.
Tanaman manggis membutuhkan air yang cukup terutama saat memasuki fase
generatif. Setelah terjadinya induksi pembungaan, pasokan air yang cukup sangat
diperlukan untuk rnendukung pertumbuhan dan perkembangan bunga dan buah
(Paull and Nakasone. 1998).
Cahaya Matahari
Daerah tropika dicirikan dengan berlimpahnya energi radiasi cahaya
sepanjang tahun. Adanya radiasi cahaya yang berasal dari matahari, akan
mempengamhi pertumbuhan dan perkembangan tanaman, contohnya dalam ha1
memproduksi makanan dan fase reproduktif tanaman (Suharsono, 2000). Namun
di daerah tropika, dengan melimpahnya cahaya matahari belum tentu memberikan
manfaat yang optimal karena secara umum ketersediaan cahaya matahari tersebut
terkumpul pada suatu periode yang pendek dan tidak merata. Menurut Baradas
(1979) dalam Suharsono (2000) energi cahaya matahari yang diterima daerah
musim hujan dimana pertumbuhan tanaman sedang berjalan optimal, justru
cahaya matahari tidak diterima secara optimal karena terhalang oleh adanya 9wan.
Menurut William end Yoseph (1970) dulam Suharsono (2000) kira-kira
hanya 2% saja dari energi matahari yang tersedia dapat dimanfaatken taneman.
dari total radiasi yang diterima daun 50% dipakai untuk fotosintesis. Titik
keseimbangan antara fotosintesis dan respirasi, jumlah radiasi matahari yang
diperlukan sekitar 100 - 200 footcandle (0.015 - 0.03 cal/cm2/menit), khususnya
untuk daun-daun tananian yang langsung terkena radiasi matahari.
Kebutuhaii cahaya pada setiap tanaman di daerah tropika berbeda-beda
antara satu dengan laimya. Kebutuhan cahaya tanaman manggis berbeda dengan
tanaman tropika laimya. .Tanaman manggis tahan terhadap naungan dan
pertumbuhannya dapat berlangsung pada tingkat cahaya yang lebih rendah
dibanding tanaman lain. Bahkan tanaman manggis yang masih muda memerlukan
naungan, d a u ~ y a sangat peka terhadap sinar matahari lansung. Menurut
Lukitariati (1996) taraf naungan paranet 50% dan 75% memberikan pertumbuhan
bibit manggis yang paling haik dibandingkan naungan pada taraf 25% dan tanpa
naungan.
Titik kejenuhan cahaya pada bibit manggis (umur 8 bulan) tercapai pada
intensitas cahaya 700 pmol~lm21detik (Ramlan ef al., 1992) intensitas cahaya ini diperoleh pada naungan 50%. Wiebel et al. (1992) juga melaporkan ha1 yang sama pada tanaman manggis berumur satu tahun. Semakin dewasa tanaman
manggis, kebutuhan naungan semakin berkurang dan titik jenuh cahayanya
meningkat. Pada tanaman manggis dewasa sinar matahari penuh dapat
mempercepat masa awal produksinya (Verhei dan Coronel, 1997).
Suhu dan Keiembaban Udara
Setiap jenis tanaman tumbuh dengan baik dalam batas - batas suhu
tertentu. Tanaman manggis membutuhkan suhu optimum antara 25 - 3 5 ' ~ dengan
kelembaban udara lebih dari 80%. Keadaan suhu di bawah S'C dan di atas 38OC,
tanaman manggis tidak dapat bertahan hidup. Demikian juga suhu di bawah 2 0 ' ~
walaupun tanaman manggis dapat bertahan hidup, pertumbuhan tanaman menjadi
P r ~ d u k s i
Manggis
di
lndonesis
Sentra Produksi Manggis Indonesia
Tanaman manggis di Indonesia tumbuh menyebar di beberapa wilayah
Indonesia, nlulai dari dataran rendah sampai menengah (600 m dpl) dengan tipe
iklim basah. Beberapa sentra produksi manggis di Indonesia antara lain: Propinsi
Sumatra Barat, Jambi, Riau, Jawa Barat (Bogor, Punvakarta, Sukabumi,
Tasikmalaya), Jawa Tengah (Punvorejo), Yogyakarta (Kulon Progo), Jawa Timur
(Trenggalek, Malang Selatan, Banyuwangi), Bali (Bangli, Tabanan), Nusa
Tengara Barat (Lombok Barat) dan Maluku (Maluku Tengah) (Soenarjono, 1997).
Pola Panen Manggis Indonesia
Menurut Direktorat Tanalnan Buah Ditjen Bina Produksi Hortikultura
(2001) waktu panen manggis di seluruh Indonesia cukup panjang sekitar 11 bulan
terhitung mulai bulan Juni sampai Mei tahun berikutnya. Waktu panen yang
cukup panjang tersebut diduga karena pada beberapa sentra produksi terdapat
perbedaan waktu produksi dan panen. Selain waktu panen yang berbeda, di
beberapa sentra produksi terjadi dua kali produksi dalam satu tahun, sehingga
panen manggis menjadi kontinu dalam beberapa waktu (Soenarjono, 1997;
Verheij dan Coronel, 1997).
Tabel 1 Waktu Panen Tanaman Manggis di Beberapa Sentra Produksi Manmis Indonesia " W
No. Provinsi KabupatedSentra Populasi Luas Bulan Panen
produksi (pohon) Panen (ha)
1. Aceh Aceh Tenggara 5000 50 7 , s
2. Sumatra Utara Tapanuli Selatan 2700 27 1.2.10.11.12
Deli Serdang 45800 458 11.12
Labuhail Batu 12500 125 10.11
Langkat 3165 31.7 2.3.4
3. Sumatra Barat Pasaman 300 3 10.1 1
4. Sumatra Belitung* 39800 382 1.2.3
Selatan Lahat 11450 115 1.2
5. Riau Indragiri Hilir 95800 960 10.11
Lanjutan Tabel 1
-
No. Provinsi KabupatenfSentra Populasi Luas Bulan Panen
produksi (pohon) Panen (ha)
6. Jawa Barat Pandeglang* 10100 101 1.2.3.4.5.10.1
Tengah
Sumber : Direktorat Tanaman Buah, Ditjen Bina Prod.Horti, 2001
Berdasarkan keadaan tanaman manggis yang tumbuh alami tanpa
perneliharaan. produktivitas manggis di Indonesia sampai saat ini relatif ., rendah,
berkisar antara 30 - 50 kg per pohon. Jika dibandingkan dengan produktivitas
manggis di Malaysia dan India yang dapat mencapai 200 - 300 kg per pohon
(Verheij dan Coronel, 1997), produktivitas manggis di Indonesia sangat rendah.
Dengan keadaan agroklimat yang mirip dengan Malaysia, manggis Indonesia
KuaEtas
Manggis Indonesia
Kramer dan Twigg (1970) dalanz Hariyadi (2000) mutu atau kualitas
adalah sesuatu yang membedakan produk satu dengan yang lain, terutama yang
berhubungan dengan daya terima dan kepuasan konsumen. Mutu atau kualitas
buah ditentukan pada saat panen. Pemanenan pada tingkat ketuaan dan waktu
yang tepat dengall cara yang benar akan menghasilkan buah berkualitas tinggi
(Sjaifullah, 1996). Panen terlalu cepat . . akan menghasilkan buah berkualitzs rendah
dan tidak akan matang dengan sempurnz meskipun ha!l diperam atau disimpan.
Sebaliknya, panen yang terlambat akan mempercepat penlbusukan. Secara umum ,
kriteria lnutu suatu produk psrtanian dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2 Kriteria Mutu Produk Pertanian
Kategori Mutu Kriteria
a. Mutu Visual Ukuran (dirnensi, bobot, Jan volun~e),
bentuk (rasio antar dimensi), warna
(keseragaman dan kecerahan), dan
kondisi umum (adaltidaknya
kerusakan dan kotoran)
b. Mutu Tekstur Kekerasan, keempukan, dan
kerenyahan
c. Mutu Flavor Rasa manis, rasa asan, intensitas rasa
pahit, rasa sepat (asirigency),
intensitas dan kualitas aroma
d. Mutu Gizi Kandungan karbohidrat, protein,
-
lemak, vitamin, dan minerale. Mutu Fungsional Kandungan antioksidan, serat, asam
Iemak omega-3
f. Mutu Keamanan Bebas patogen dan toksin yang
membahayakan kesehatan manusia
[image:29.567.67.483.139.774.2]Sifat Fisik Buah Manggis
Salah satu penilaian mutu buah ! ang paling mudah dilakukan adalah dari
segi fisik. Menurut Sjaifullah (1996), wameter mutu secara fisik yang dinilai
adalah ukuran buah, warna kulit, warns daging buah, kekerasan, serta kesegaran
dan kebersihan kulit buah. Persyaratan rnutu buah manggis untuk ekspor lebih
diutamakan dari penampilan fisik buah daripada kandungan kimia (Satuhu et al.
,
1999)
Ukuran bush meru~akan kriteria penting, baik sebagai daya tarik
. .c
konsumen maupun untuk keperluan penanganan dan pengolahan lanjutan. Seleksi
dan pengkelasan mutu berdasarkan ukuran merupakan ha1 yang sangat umum
dilakukan pada buah. Hariyadi (2000) mengemukakan ukuran biasanya
dinyatakan dengan salah satu atau kombinasi dari tiga parameter, yaitu :
1) dimensi, 2) bobot, dan 3) volunle. Dimensi produk pertanian meliputi panjang,
lebar, diameter, dan keliling dari produk )-ang diukur. Pada umumnya ada korelasi
yang baik antara dimensi dengan bobor. semakin besar dimensi produk maka
semakin besar pula bobotnya. Selanjutnya Satuhu (1999) mengelompokan buah
manggis ke dalam empat grade berdasskan diameter dan bobotnya, yaitu : 1)
grade super A (diameter 20,36
+
1,02 mm, bobot 135,14+
15,44 g), 2) grade A(diameter 18,70
5
0,96 mm, bobot 105,Sl+
12,ll g), 3) grade B (diameter 17,02+
0,61 mm, bobot 78,07 f 6,31 g), dan 4) grade C (diameter 15,58+
0,25 mm,-
bobot 62,30
+
2,83 g).Wama kulit juga dijadikan kriteria untuk menentukan mutu buah manggis.
Indeks warna merupakan cara terbaik untuk mengukur tingkat kematangan buah.
Indeks warna kulit buah manggis dapar dilihat pada Tabel 3. Menurut Sjaifullah
(1996) rasa terenak didapat bila buah dikonsumsi setelah buah mencapai indeks
warna tertinggi atau satu tingkat dibawahnya.
Pematangan pada buah manggis ditandai dengan melunaknya kulit buah.
Buah yang masak dan siap dikonsumsi relatif lebih lunak dan kulitnya mudah
dibuka daripada buah yang belum marang. hlenurut Satuhu et al. (1999) kulit buah yang lunak merata n~erupakan tanda bahwa buah manggis bermutu baik,
sedangkan jika kulit buah keras dan sulir dibuka merupakan salah satu ciri bahwa
TabeI 3 Indeks Kemasakan Buah h4anggis
I
Indeks WarnaI
Deskripibergetah bila dipotong.
Warna kulit kuning dengan bercak
merah atau ungu. Getah pada kulit
0
I
I1
agak berbrang dan isi masih sulit Vi7arna kulit hijaukesan merah. Kulit buah masih
dipisahkan dari kulit.
Seluruh permukaan klllit bildh
I
2I
benrarna merah dan sedikit bergetah.(
Isi bisa dipisahkan dari kulit.
Warna kulit coklat
I
3(
selumh pemukaan. Kulit buah masihI
terdapat getah bila buah dikonsumsi.
War~ia kulit ungu kemerahan pda
I
I
(
selumh permukaan. Kulit bush tidak(
I
4/
mengandung getah. Bud1 siapI
1
I
dikonsumsi dan isi buah mudahI
I I I
Sumber : DEPTAN, I999
5
Hasil penelitian Daryono dan Sosrodiharjo (1986) menunjukkan bahwa dipisahkan dari kulit.
Warna kulit ungu gelap atau
kehitaman pada seluruh permukaan.
sebagian besar buah manggis terdiri atas kulit dan 11anya 18,7 % berupa daging
buah beserta bijinya. Nilai tersebut menunjukkan buah manggis memiliki edible
portion yang nilainya jauh lebih kscil dibanding dengan buah-buahan lain yang
umumnya sekitar 60 %. Konsumen umumnya menyukai buah manggis yang
berdaging tebal dan tidak mengandung banyak biji. Bobot daging buah merupakan
(Romeida et al., 1997). Selanjutnya Hildisutrisno (2002) menyatakan bahwa standar mutu buah manggis yang didasarkan pada minat konsumeii dalam negeri
adalah daging buah tebal dan nilai edibleportionnya sekitar 55 %.
Kriterin Mutu Buah Manggis
Sjaifullah (1996) mengemukakan penilaian mutu buah secara kimia
dilakukan dengan meilgukur kandungan pati, kandungan gula, keasaman, protein,
vitamin, dan mineral. Menurut Satuhu (1999) kandungan kimia buah manggis
tidak dipengaruhi oleh ukuran maupun penampilan bualmya. Kandungan kimia
buah yang berukuran kecil hampir sama dengan buah yang berukuran besar.
Demikian pula kandungan kimia buah yang mulus hampir sama dengan buah yang
burik.
h4enurut Sjaifullah (1996) kandungan gula atau padatan terlarut total
merupakan refleksi dari rasa manis yang juga menunjukkar. derajat ketuaan atau
kemasakan bual~. Kadar gula buah secara kontinyu meningkat sejalan dengan
proses penuaan atau pernasakan.
Hasil penelitian Sosrodiharjo (1980) menunjukkan bahwa keass?n:zr:
daging buah rnanggis pada permulaan perturnbuhan terus meningkat seicing
dengan bertambahnya umur buah, kemudian keasaman mencapai tingkat
maksimurn, selanjutnya keasamannya menumn. Kandungan asam maksimum
terdapat pada buah yang bemmur 103 hari SBM, nilai ini tercapai bersamaan
dengan ukuran fisik buah yang maksimum.
Perbandingan kadar gula-asam (sugar-acid ratio) merupakan salah satu
penentu mutu buah manggis. Umumnya rasa buah ditentukan oleh adanya
perpaduan rasa manis dan rasa asam dengan perbandingan yang tepat (Sjaifullah,
1996). Buah manggis yang dikehendaki konsumen, rasanya manis (kadar gula
18.5%) sedikit asam (kadar asam 0.4%) dengan kadar getah dan air sedikit
(Hadisutrisno, 2002)
Penilaian mutu suatu produk dengan metode ini bersifat subjektif,
sehicgga biasanya penilaian ini melibatkan beberapa panelis sebagai penguji.
Penilaian organoleptik pada buah manggis meliputi rasa, penampakan, dan ada
Rasa berperan penting dalam menentukan mutu buah manggis. Rasa
dipengaruhi ole11 komponen-komponen kimia yang dikandung buah seperti gula,
asarn organik, alkohol, aldehid, maupun ester.
Parameter uiituk nienilai mutu buah manggis berupa keutuhan dan
kesegaran sepal. kesegaran kulit, dan keburikan buah. salah satu syarat mutu
ekspor buah manggis adalah jumlah dan kesegaran sepal buah (Satuhu ei al.,
1997). Buah manggis kualitas ekspor minimal mempunyai tiga buah sepal yang
berwarna hijcu segar.
Daging buahlaril yang terkena getah kuning menyebabkan rasa buahnya .
.
menjadi pahit. Demikian pula apabila getah kuning keluar dan mengotori kulit
buah maka penampakan buah menjadi kurang menarik. Karena itu buah manggis
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di lima sentra produksi mafiggis di Pulau Jawa,
yaitu Leuwiliang (Bogor), Wanayasa (Purwakarta), Puspahiang (Tasikmalaya),
Kaligesing (Punvorejo) dan Warulimo (Trenggalek). Lima sentra produksi ini
berada pada ketinggian tempat 50 - 800 m dpl.
Analisis tanah dan jaringan daun dilakukan di Laboratorium Tanah
Jurasan Tanah Faperta IPB dan Laboratorium Pusat Kajian Buah-buahan Tropika
IPB. Penelitian ini dilakukan mulai bulan Juli 2003 sampai Mei 2005.
Bahan d a n Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tanamaz manggis yang
sudah berproduksi, berumur kurang lebih 30 tahun. Pada masing-madng sentra
produksi dipilih 20 sampel tanaman manggis yang seragam bentuk dan ukuran
tajuknya. Pada setiap tanaman san~pel di pilih 9 cabang primer yang mewakili
tajuk bagian atas, tengah dan bawah.
Bahan penunjang yang digunakan adalah: bahan kimia untuk analisis tanah
dan jaringan tanaman (kandungan hara mikro, nitrogen dan karbohidrat), bahan
kimia untuk analisis kualitas buah (asam tertitrasi). Peralatan yang digunakan
adalah alat pengukur suhu (termometer maksimum-minimum dan termometer
bola basah-kering), alat pengukur kelembaban udara (higrometer), alat pengukur
curah hujan manual, alat pendukung lapangan, peralatan laboratorium untuk
analisis kimia tanah, jaringan daun dan buah.
Metodologi Penelitian
Penelitian ini merupakan obsemasi lapang, tanpa memberikan perlakuan.
Pada masing-masing sampel tanaman setiap lokasi dilakukan pengamatan
terhadap petubahan fenofisiologinya dari setiap fase pertumbuhan dan
perkembangan selama dua musim panen dalam dua tahun. Diamati juga hubungan
antara iklim mikro spesifik dan karakteristik tanah dengan perubahan fenofisiologi
Penelitian ini nienggunakan rmcangan acak kelompok (RAK), dengan
lokasi sentra sebagai kelompok. Jumlah tanaman salnpel sebagai ulangan. Analisis
statistik dilakukan untuk melihat perbedaan karakteristik tanah dan iklim mikro
setiap sentra produksi, fase pertumbuhan-perkembangan tanaman dan pola
sebaran panen serta kualitas buah di masing-masing sentra produksi.
Penentuan tanaman sampel adalah dengan memilih 20 pohon manggis
pada suatu area dengan populasi manggis yang dapat mewakili sentra produksi
terpilih. Tanaman yang dipilih sebagai sampel sudah diseleksi dengan kriteria
umur yang seragam 30-35 tahun, diameter batang 18-20cm pada ketinggian 1 -.,
' meter dari p e n u k a a n tanah, tinggi tanaman 6-8m, diameter tajuk 2,s-3in. Pengambilan sampel jaringan daun dilakukan pada empat stadia pertumbuhan dan
perkembangan tanaman yaitu 1) saat trubus akhir, daun sudah berukuran
maksirnum dan sudah tidak bembah \varna, 2) saat 70 hari setelah awal dormansi
tunas, 3) saat pertumbuhan buah, 50% buah sudah berdiameter 3cm dan 4)
seminggu setelah panen terakhir dilakukan. Pengambilan sampel daun dilakukan
pada musim kedua. Selama dua musim panen yaitu pada tahun 200312004 dan
200412005, pengambilan sampel buah dilakukan untdk mengetahui produkrivitas
tanaman. Sampel buah yang digunakan adalah seluruh buah yang dapat dipanen
dari masing-masing pohon, sehingga diketahui pula jumlah total buah yang
dihasilkan per pohon. Sedangkan pengambilan sampel buab untuk pengamatan
kualitas buah hanya dilakukan pada musim kedua pada tahun 200412005. Sampel
buah untuk pengamatan kualitas fisik adalah seluruh buah yang dipanen dari
masing-masing pohon. Sedangkan sampel buah untuk analisis kimia diambil
secara acak dari buah yang dihasilkan oleh 9 cabang primer yang mewakili tajuk
bagian atas, tengah dan bawah. Pengamatan pada penelitian lapang ini secara
lengkap dilakukan terhadap peubah-peubah sebagai berikut:
1. Pengumpulq data tanah dan iklim mikro harian, yaitu:
- Tekstur, struktur tanah dan kandungan kimia tanah (hara makro-mikro)
pada tiga fase pertumbuhan dan perkembangan tanaman yaitu setelah
trubus, sebelum berbunga, pertumbuhanlperkelnbangan buah dan
- Suhu udara diukur dengan tsrmometer maksimum minimu~li.
- Kelembaban udara diukur menggunakan alat higrometer~
- Curah hujan diukur dengan pengukur curah hujan manual.
2. Tajuk tanaman
- waktu trubus, ditetapkan saat tanaman mengeluarkan tmbus sampai
5 0 % .
- periode trubus dihitung sejak pecah kuncup daun sampai daun
berukuran maksimum dan tidak lagi mengalami perubahan warna.
- Awal dormansi tunas dihitung sejak daun sudah mencapai ukuran
,..
maksimunl dan berwama hijau tua kebiru-biruan..
...
- Periode dormansi tunas dihitung sejak daun berwarna llijau tua
kebiruan dan berukuran maksimum sampai ujung tangkai daun siap
menumbuhkan kuncup baru.
- Pengamatan dilakukan pada sampel daun yang tumbuh pada 9 cabang
primer dari masing-masing pohon.
3. Pembungaan dan pembuahan
- Waktu berbunga, ditetapkan saat tanainan mengeluarkan bunga sampai
50%.
- Periode pertumbuhan dan perkembangan bunga, dihitung sejak keluar
kuncup sanlpai anthesis.
-
Jumlah bunga yang mencapai anthesis- Perkembangan Buah (ukuran diameter buah setelah anthesis sampai
buah siap dipanen).
- Penghitungan buah yang gugur, buah yang gugur dikumpulkan dan
dimasukkan di kantong plastik yang sudah disiapkan di bawah pohon.
Penghitungan dilakukan setiap satu minggu sekali.
- Pengamatan dilakukan pada sampel bunga dan buah yang muncul pada
9 cabang primer dari masing-masing pohon.
4. Produksi buah
-
Produksi total per pohon dihitung dari jumlah total buah yang dipanenselama periode panen
5. Kuaiitas buah
a. Ukuran buah
- Bobot per butir, diukur dsngan menggunakan timbangan
berkapasitas maksilual 1 kg.
-
Diameter buah, diukur pada bagian tengall buah secara transversal dengan menggunakan jangka sorong- Jumlah buah per kg
.,
b. Mutu buah
- - Jumlah buah berdasarkan kelas kriteria eksportir (Waluyo, 2003):
1. Super ;
2
125 g/buah2. K e l a s A ; l l l - 1 0 0 g b u a h
3. Kelas B ; 90,9 - 76,9 gbuah
4. Kelas C ; 66,7 - 62,s f i u a h
5. Kelas D ; 55,s - 50 g~buah
Pengkelasan dari total buah yang dihasilkan per pohon
- Kemulusan buah
1. kulit burik dengan skoring; 1 = 0% burik, 2 = 25% burik,
3 = 50% burik,
4
= 75% burik dan 5 = 100% burik.2. getah kuning dalam buah dengan skoring; 1 = 0% getah
kuning, 2 = 25% getall kuning, 3 = 50% getah kuning, 4 =
75% getah kunicg dan 5 = 100% getah kuning
-
Prosentase bagian yang dapat dimakan (Edible portion).Edible portion merupakan bobot dari daging buah manggis yang
dinyatakan dalam satuan ?/o. Edible portion dimmuskan
-
sebagaiberikut :
Bobot Daging Buah g
Edible portion = X 100%
Bobot Blrah Utuh g
- Kelengkapan dan warna kelopak
-
Padatan total terlarut diukur dengan menggunakanPulp lalu disaring dengan kertas tisu. Hasil saringan diteteskan
pada refraktometer dan kadar padatan terlarut total dinyatakan
dalam %.
- Kandungan asam total tenitrasi dihitung lnelalui asam tertitrasi.
Sejumlah 10 g hancuran buah atau pulp ditambahkan akuades dan
disaring dengan kertas tisu. Penambahan akuades sampai total
larutan 250 ml. Sejumlah 25 ml filtrat dititrasi denganNaOH 0.1 N
menggunakan indikator fenolftaleii: salnpai terbentuk t w n a merah
jambu.
rnl rirran x iV x fp x- 64
Total asani =
X
I00 %mg sainpel
N : Nonnalitas larutan NaOH
$1 : Faktor pensenceran (250125)
6. Pengambilan sampel untuk analisis kandungan hara makro N, P, K, Mg Ca
tanah serta jaringan tanaman dilakukan secara periodik pada empat stadia
pertumiui~dl~ dm perkembangan tanaman (pada akhir trubus, sebelum
kpluar bunga, saat pertumbuhanlperkembangan buah dan se~ninggu setelah
panen). Pengambilan sample tanah jaringan dan organ tanaman dilakukan
pada pagi hari dan segera dimasukan ke dalam cool box. Setelah sampai di
laboratorium, sampel dimasukan kedalamfieezer dengan suhu - 1 0 ' ~ dan
pada hari berikutnya diksringkan dengan menggunakan oven. Sampel
yang sudah kering disimpan kembali ke dalam freezer.
7. Analisis kandungan kkarbohidrat daun menggunakan metode Somogyi
Nelson. Prinsip kerjanya adalah gula dalam bentuk glukosa dalam sampel
diekstraksi dengan alkohol 85% kemudian dididihkan selarna 30 menit.
Setelah alkohol diuapkan. glukosa yang tertinggal dalam larutan ditambah
tembaga sulfat kemudian dididihkan dan ditambah pereaksi Nelson.
Kemudian penetapan kandungan glukosa dilakukan dengan membaca
absorbannya dengan spekuofotometer pada panjang gelombang 500-660
nm. Pengukuran kandungan total pati diukur dengall membandingkan pada
8. Analisis kandungan nitrogen mecggunakan metode Kjedahl. Prinsip
kerjanya adalah sampel didestruksi dengan asam sulfat pekat dengzii
menggunakan kalium sulfat dan merkuri oksida sebagai katalisator.
Nitrogen organik yang terdapat dalarn sampel diubah menjadi ion
ammonium. Kemndian ammonium didestilasi dengan penambahan
natrium hidroksida. Kadar nitrogen dalam sampel ditentukan dengan
Kjeltec Auto analyzer.
Perbandingan rataan peubah diketahui melalui sidik ragam. (uji F) dan
diuji lanjut dengan uji jarak.ianda Duncan (UJGD) pada taraf nyata 5 ?!I. Uji F
dan uji jarak ganda Duncan dilakukan dengan bantuan program SAS 6.12 under
ulindo~ts. Analisis korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara variabel
peubah pengamatan unsure iklim mikro dan tanall dengan peubah vegetatif dan
generatif tananlan. Model regresi untuk mengetahui pengaruh suatu atau beberapa
variabel prediktor terhadap variabel respon, untuk memprediksi variabel prediktor
yang paling berpengaruh terhadap variabel respon digunakan analisis regresi
stepwise. Analisis korelasi, regresi dan regresi stepwise dilakukan dengan bantuan
HASIL DAN PEMBAHAS.4N
Keadaen Liagkungan Lima Sentra Produksi
Letak Geografi dan Ketinggian Tempat
Secara geografi daerah Leuwiang, Wanayasa dan Puspahiang merupakan
sentra produksi manggis yang berada pada bagiau barat pulau Jawa, sedangkan
Kaligesing dan Watulimo berada pada bagian tengah pulau Jawa. Secara lengkap
posisi geografi dan ketinggian rempat lirna sentra produ!:si disajikan dalarn
Tabel 4. ...
Tabel 4 Posisi geografi dan ketinegian tempat lima sentra produksi manggis
. .
-
**
Hasil perhitungan manual dengan altimeterSentra Produksi Leuwiliang Wanayasa Puspahiang Kaligesing Watulimo
Berdasarkan letak garis lintangnya semua sentra produksi berada pada
posisi antara 6O-8'LS. Sedangkan berdasarkan letak garis bujurnya kelima tempat
tersebut tersebar pada garis bujur yang berbeda. Perbedaan dan kesarnaan letak
lintang maupun bujur berhubungan dengan keadaan iklim setempat. Letak
geografis suatu tempat merupakan salah satu faktor penentu utama keadaan atau
karakteristik iklimnya (Handoko, 1994).
Berdasarkan pembagian ketinggian tempat menurut Terra terdapat dua
kelompok sentra produksi manggis, yaitu 1) Wanayasa sebagai sentra produksi
manggis dataran tinggil > 700 mdpl, dan 2) Leuwiliang, Puspahiang, Kaligesing
dan Watulimo sebagai' sentra produksi manggis dataran rend&< 700 mdpl.
Perbedaan ketinggia~ tempat berpengaruh terhadap keadaan iklim wilayah
setempat.
*
Suoractohardio et 01.. 1966Ketinggian Tempat (mdpl)** 410 800 520 340 400 Posisi Geografi* Lintang 6'60' LS 6"701 LS
Bujur 106"60' BT 107'50' BT
7'40' LS
1
108°10' BT7'70' LS 110" BT
Curah Hujan dan Poia Curah Hujan
Berdasarkm hasil penganlatan yazg dilakukan di lima sentra produksi
diketahui bahwa mssing-masing tempat memiliki penyebaran, intensitas, jumlah
dan lama hujan yang berbeda baik secara harian maupun musimannya (Tabel 5).
Curah hujan merupakan faktor penting dalam aktivitas pertanian terutama
produksi tanaman di daerah tropika. Penyebaran, intensitas, dan larnanya hujan
harian maupun musiman di daerah tropika sangat bervariasi berdasarkan tempat
dan waktu (Suharsono, 2000).
..-
Tabel 5 Sebaran bulan basah d m kering sena curah hujan rata-rata di lima sentra produksi manggis tahun-2003-2005
.-
Bulan Curah Hujan
Tempat Basah Kering Tahunan
Jumlah Curah Hujan Jumlah Curah Hujan Rata-
(bulan) rata-rata (mm) (bulan) rata-rata (mm) rata(n1m)
Leuwiliang I I 426,O I 42,O 4503
Wanayasa 8 428,6 4 52,O 3487
Puspahiang 8 391,6 4 51,5 2978
Kaligesing 8 331,l 4 39,5 2899
Watulimo 7 399,4 5 36,O 2514
Secara umum hasil pengamatan selama du? tahun, kelima tempat tersebut
masing-masing memiliki curah hujan yang tinggi pada kisaran 2500 - 4500
mmltahun atau 230 - 420 mmlbulan. Daerah Leuwiliang memiliki jumlah bulan
basah terbanyak sebanyak 11 bulan dengan curah hujan rata-rata 426 mm/bulan.
Sedangkan bulan keringnya hanya 1 bulan dengan curah hujan 42 mm.
Daerah Wanayasa, Puspahiang dan Kaligesing memiliki 8 bulan basah
dengan curah hujan rata-rata per bulan mtara 331,I-428,6 mm. Sedangkan bulan
kering di tiga daerah ini sebanyak