• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN

PERMUKIMAN ALAM SUTERA SERPONG

KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

RENI DAHRIA

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER

INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Reni Dahria

(4)

ABSTRAK

RENI DAHRIA. Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten. Dibimbing oleh SYARTINILIA.

Peningkatan pertumbuhan penduduk yang terjadi di daerah perkotaan telah memicu peningkatan pembangunan perumahan yang menyebabkan hilangnya ruang terbuka di perkotaan. Pemeliharaan yang ideal harus diterapkan untuk mencapai lanskap yang estetik, fungsional, dan berkelanjutan. Tujuan khusus magang ini adalah mengevaluasi pengelolaan lanskap di kawasan permukiman untuk meningkatkan kualitas lanskap di Alam Sutera. Program magang dilakukan di PT Alam Sutera Realty Tbk dari 10 Maret sampai 06 Juli 2014. Evaluasi pengelolaan lanskap di Alam Sutera dilakukan dengan analisis deskriptif dan analisis SWOT. Analisis deskriptif dilakukan untuk mengevaluasi efisiensi dan efektivitas pengelolaan lanskap. Sedangkan analisis SWOT dilakukan untuk mengevaluasi faktor internal dan eksternal pengelolaan lanskap. Berdasarkan evaluasi efisiensi dan efektivitas, pengelolaan lanskap di Alam Sutera telah efektif namun tidak efisien. Sedangkan berdasarkan evaluasi faktor internal dan eksternal, pengelolaan lanskap di Alam Sutera berada pada kuadran lima yaitu

hold and maintain. Berdasarkan analisis tersebut dihasilkan alternatif strategi pengelolaan lanskap berupa peningkatan kualitas dan kuantitas tenaga kerja, peralatan dan nursery, dan kualitas pelayanan di permukiman Alam Sutera.

(5)

ABSTRACT

RENI DAHRIA. Evaluation of landscape management of Alam Sutera Residences Areas South Tangerang Banten.Supervised by SYARTINILIA.

Increased population growth occurring in urban areas has triggered increased residential development which led to the loss of open space in urban areas. The ideal maintenance shall be applied in order to reach the aesthetic, functional, and sustainable landscape. The specific objective of this internship was to evaluate the landscape management in residential area for improving the quality of the landscape in Alam Sutera. The internship program was conducted in PT Alam Sutera Realty from 10th March until 06th July 2014. Evaluation of landscape management at Alam Sutera has been done with descriptive and SWOT analysis. Descriptive analysis was performed to evaluate the efficiency and effectiveness of landscape management. Meanwhile SWOT analysis performed to evaluate the internal and external factors of landscape management. Based on the evaluation of efficiency and effectiveness, landscape management in Alam Sutera has been effective but not efficient. Meanwhile based on the evaluation of internal and external factors, the landscape management of Alam Sutera is in quadrant five that hold and maintain. The results of this analysis is an alternative strategy of landscape management by increasing the quality and quantity of employment, tools and nursery, and the quality of services at Alam Sutera Residences.

(6)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian

pada

Departemen Arsitektur Lanskap

EVALUASI PENGELOLAAN LANSKAP KAWASAN

PERMUKIMAN ALAM SUTERA SERPONG

KOTA TANGERANG SELATAN PROVINSI BANTEN

DEPARTEMEN ARSITEKTUR LANSKAP FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(8)
(9)

Judul Skripsi : Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten

Nama : Reni Dahria

NIM : A44100087

Disetujui oleh

Dr Syartinilia, SP MSi Pembimbing

Diketahui oleh

Dr Ir Bambang Sulistyantara, MAgr Ketua Departemen

(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam kegiatan magang yang telah dilaksanakan pada 10 Maret sampai dengan 06 Juli 2014 dengan judul Evaluasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman di Alam Sutera Serpong Kota Tangerang Selatan Provinsi Banten.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari dukungan berbagai pihak karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada:

1. Terima kasih kepada keluarga, Bapak Dahri Heriadi, Ibu Ai Hasanah, Deni Koswara, Seni Sonia atas segala dukungan dan doa restunya

2. Dr Syartinilia, SP MSi selaku dosen pembimbing skripsi dan dosen pembimbing akademik atas masukan, dorongan moril, pengarahan dan bimbingannya dalam penyusunan skripsi maupun selama masa kuliah 3. Seluruh staf pengajar Departemen Arsitektur Lanskap IPB

4. Bapak Ade Rosadi, selaku koordinator landscape di Estate Management Alam Sutera yang selalu memberikan masukan dan bimbingan selama saya melakukan kegiatan magang

5. Bapak Edi DJ, Bapak Berli, Bapak Wito, Bapak Sugeng, Ibu Rini selaku pembimbing lapangan pada team landscape di Estate Management Alam Sutera

6. Bapak Randy Pangaitan selaku kepala Divisi Estate Management serta seluruh jajaran PT Goldland Realty (anak perusahaan dari PT Alam Sutera Realty Tbk) yang telah memberikan kesempatan penulis untuk melaksanakan kegiatan magang skripsi

7. Bapak Dr Kaswanto, SP MSi dan Ibu Fitriyah Nurul H Utami, ST MT sebagai dosen penguji yang telah memberikan masukan dan dorongan moril kepada penulis untuk melengkapi karya ilmiah ini

8. Wary Ratna Sari selaku teman satu bimbingan dan seperjuangan yang selalu memberikan semangat, motivasi, serta saran

9. Seluruh teman-teman, kakak-kakak, dan adik-adik kelas di grup

Syartinilia’s student yang selalu memberikan dukungan dan saran

10.Teman-teman spesial mahasiswa Departemen Arsitektur Lanskap angkatan 47

Penulis menyadari bahwa hasil skripsi ini belum sempurna dan masih memiliki kekurangan. Semoga skripsi ini menjadi pedoman dan memberikan manfaat yang luas untuk pihak-pihak yang membutuhkan.

Bogor, Agustus 2015

(11)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan 2

Manfaat 2

Kerangka Pikir 2

TINJAUAN PUSTAKA 4

Permukiman 4

Lanskap Permukiman 4

Pengelolaan Lanskap 5

Pemeliharaan Lanskap 6

METODOLOGI 9

Lokasi dan Waktu 9

Metode Pelaksanaan Magang 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 17

Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera 17

Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Lanskap 23

Kapasitas dan Efektivitas Kerja Pemeliharaan Lanskap 29

Anggaran Biaya Pemeliharaan Lanskap 47

Evaluasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal Pengelolaan Lanskap 49

Rekomendasi Pengelolaan lanskap Permukiman Alam Sutera 59

SIMPULAN DAN SARAN 61

Simpulan 61

Saran 61

(12)

DAFTAR TABEL

1 Jadwal pelaksanaan kegiatan magang 9

2 Jenis, sumber, cara pengambilan dan kegunaan data 12

3 Matriks SWOT 16

4 Komponen evaluasi efisiensi dan efektivitas pengelolaan lanskap 23

5 Tenaga kerja harian kegiatan pemeliharaan lanskap 30

6 Kapasitas tenaga kerja pemeliharaan lanskap 31

7 Kebutuhan HOK kegiatan pemeliharaan lanskap dalam satu tahun 33

8 Hak tenaga kerja harian 34

9 Rencana jadwal kegiatan pemeliharaan lanskap 35

10 Jenis, jumlah, dan masa efektif peralatan 46

11 Kapasitas dan efektivitas kerja pemeliharaan 47

12 Rencana Anggaran Biaya (RAB) tahun 2014 48

13 Tingkat kepentingan faktor internal 52

14 Pembobotan faktor internal 53

15 Tingkat kepentingan faktor eksternal 55

16 Pembobotan faktor eksternal 55

17 Skor pembobotan internal factor evaluastion (IFE) 55

18 Skor pembobotan ekternal factoreEvaluation (EFE) 56

19 Matriks SWOT 57

20 Peringkat alternatif strategi pengelolaan lanskap Alam Sutera 58

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pikir Kegiatan Magang 3

2 Alur kegiatan magang 10

3 Peta lokasi dan ruang lingkup area pekerjaan (Alam Sutera 2014) 11

4 Matriks internal-eksternal 15

5 Pengawasan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan lanskap 18

6 Pengecekan jaminan 19

7 Ruko yang berada di Alam Sutera (dokumen pribadi) 22

8 Cluster yang berada di Alam Sutera (dokumen pribadi) 22 9 Struktur organisasi PT Alam Sutera Realty (Alam Sutera 2014) 24 10 Struktur organisasi estate management (Alam Sutera 2014) 25

11 Struktur organisasi LEM (Alam Sutera 2014) 26

12 Zonasi kerja pemeliharaan lanskap (Alam Sutera 2014) 28

13 Kegiatan penyapuan (dokumen pribadi) 36

14 Kegiatan penyiraman (dokumen pribadi) 37

15 Kegiatan pemangkasan rumput (dokumen pribadi) 38

16 Kegiatan pengendalian gulma (dokumen pribadi) 39

(13)

18 Tanaman hasil penyulaman (dokumen pribadi) 42

19 Sampah yang berceceran (dokumen pribadi) 43

20 Pembersihan jalan dengan mobil sweeper (dokumen pribadi) 44

21 Kepuasan penghuni Alam Sutera 50

22 Matriks IFE dan EFE 56

DAFTAR LAMPIRAN

1 Lembar kuisioner untuk analisis SWOT 63

2 Data Vegetasi di Alam Sutera Residence 65

3 Struktur organisasi Alam Sutera 68

4 Surat Perintah Kerja 69

5 Rencana Anggaran Biaya (RAB) 77

6 Analisis biaya pemeliharaan LEM 78

(14)
(15)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Jakarta merupakan ibukota Indonesia yang tingkat aktivitas pembangunan dan perekonomiannya yang semakin meningkat sehingga berdampak pada peningkatan sektor permukiman. Menurut Simonds (1983), permukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka secara bersamaan dengan melibatkan semua anggota keluarga untuk melakukan suatu aktivitas dan untuk menampung fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, dan daerah penyangganya. Meningkatnya pada sektor permukiman mengakibatkan pembangunan-pembangunan permukiman baru baik di Jakarta maupun di sekitarnya sehingga semakin berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH). Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya penduduk luar daerah yang melakukan aktivitas perekonomiaanya di ibukota. Mengakibatkan banyaknya

developer yang ingin mengembangkan maupun membuka usaha dibidang permukiman atau perumahan. Pembangunan permukiman akan dikatakan berhasil jika pengelolaan lanskap dapat dikelola dengan baik secara efisien dan efektif.

Salah satu kota yang terkena dampak pembangunan permukiman ini yaitu kota Tangerang Selatan. Tangerang Selatan merupakan salah satu kota penyangga ibukota, dimana peningkatan pembangunan permukiman tersebut mengurangi RTH yang telah ada. Salah satu cara agar RTH tidak semakin berkurang yang diakibatkan oleh peningkatan permukiman maka diterapkan konsep lanskap alami untuk disetiap kawasan permukiman. Menurut Simonds (1983), lingkungan permukiman merupakan pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang tergabung dengan area terbuka dan mempunyai batasan yang jelas serta fasilitas-fasilitas yang menunjang kawasan permukiman seperti pendidikan, niaga, tempat peribadatan, tempat berbelanja, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Menurut Laurie (1986), lanskap permukiman adalah perubahan bentuk historis dari situasi, dimana taman dipertahankan dalam wujud rumahnya sendiri sampai wujud lainnya (taman lingkungan) serta permukiman–permukiman ditata dalam suatu kawasan yang lebih luas seperti pembangunan kota-kota baru. Alam Sutera merupakan salah satu kawasan permukiman yang menerapkan konsep lanskap alami dikembangkan oleh PT Adhihutama Manunggal Tbk. Alam Sutera merupakan sebuah kawasan terpadu (mixed-use development) yang berdiri di atas lahan seluas lebih dari 1500 ha di wilayah Serpong, Tangerang Selatan (Alam Sutera 2014).

(16)

(Alam Sutera 2014). Dalam mempertahankan kondisi lingkungan, diperlukan pengelolaan lanskap seluruh kawasan permukiman secara efesien dan efektif.

Pengelolaan lanskap merupakan faktor penting dalam suatu keberhasilan dari proses perencanaan maupun perancangan. Pengelolaan lanskap perlu diperhatikan untuk mencapai suatu kenyamanan, keamanan, keindahan, dan kelestarian bagi penggunanya. Adapun permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan pengelolaan seperti pembangunan yang dinamis membutuhkan pengelolaan yang ekologis untuk menjaga dan merawat sumberdaya lanskap agar tidak rusak dan menjaga integritas lanskap terhadap bentuk, kekuatan, keistimewaan kawasan Alam Sutera menjadi kawasan yang ideal (Simonds 1983). Menurut Arifin dan Arifin (2005), kegiatan pengelolaan dikelompokkan berdasarkan tahapan mulai dari perencanaan program pemeliharaan, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan, pemeliharaan serta pengawasan dan evaluasi kegiatan pemeliharan. Dalam pengelolaan lanskap meliputi kegiatan pemeliharaan taman. Hal ini mengakibatkan pengelolaan menjadi penting bagi terciptanya suatu lanskap yang berkelanjutan. Pengelolaan lanskap permukiman diangkat menjadi topik judul skripsi untuk mengetahui bagaimana PT Alam Sutera Realty Tbk mengelola areal permukiman yang tergolong besar di Tangerang Selatan.

Tujuan

Tujuan umum dari kegiatan magang ini adalah memperoleh pengetahuan, memperluas wawasan dan mendapatkan pengalaman kerja dibidang keprofesian arsitektur lanskap dan pembelajaran penerapan ilmu yang didapat dari perkuliahan di dunia kerja. Sedangkan tujuan khusus dari kegiatan magang ini adalah:

1. analisis efisiensi dan efektivitas pada pengelolaan;

2. analisis faktor internal dan faktor eksternal dalam pengelolaan;

3. menghasilkan rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman.

Manfaat

Manfaat dari hasil kegiatan magang baik untuk mahasiswa maupun PT Alam Sutera Realty Tbk terutama landscape estate management diantaranya:

1. meningkatkan kemampuan profesionalisme dibidang arsitektur lanskap; 2. memperoleh dan memberikan informasi yang berkaitan dengan pengelolaan

lanskap kawasan permukiman;

3. menjalin kerja sama yang baik antara mahasiswa dengan karyawan perusahaan tempat magang maupun perusahaan dengan departemen;

4. memberikan bahan rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman untuk memperbaiki pengelolaan lanskap kawasan permukiman di Alam Sutera.

Kerangka Pikir

Meningkatnya pada sektor permukiman mengakibatkan pembangunan-pembangunan permukiman baru semakin meningkat sehingga semakin berkurangnya ruang terbuka hijau (RTH). Hal ini mengakibatkan banyaknya

(17)

3

kawasan permukiman tersebut dikelola secara efisien dan efektif. Salah satu pengembang usaha permukiman adalah Alam Sutera. Alam Sutera merupakan salah satu permukiman yang menerapkan konsep lanskap alami untuk menjaga kelestarian lingkungannya. Dilakukan evaluasi pengelolaan lanskap yang terdiri dari menganalisis efisiensi-efektivitas dalam pengelolaan untuk mengevaluasi pada saat proses sampai pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan oleh pengelola, faktor internal-eksternal dalam pelaksanaan pengelolaan untuk menentukan strategi pengelolaan lanskap kawasan permukiman maka dilakukan analisis data pada saat pelaksanaan pengelolaan. Kerangka pikir kegiatan magang dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1 Kerangka Pikir Kegiatan Magang

Pembangunan permukiman

Pengelolaan Lanskap Alam Sutera

Faktor Internal-Faktor Eksternal

Efisiensi-Efektivitas

Rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman Alam Sutera

Evaluasi Pengelolaan lanskap Alam Sutera

Analisis Aspek Pengelolaan dan Pelaksanaan Pengeloaan

Analisis Data Aspek Pelaksanaan

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Permukiman

Menurut Simonds (1983), permukiman merupakan kelompok-kelompok rumah yang memiliki ruang terbuka secara bersamaan dengan melibatkan semua anggota keluarga untuk melakukan suatu aktivitas dan untuk menampung fasilitas umum seperti tempat berbelanja, lapangan bermain, dan daerah penyangganya. Permukiman merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas dan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan masyarakat. Sedangkan perumahan merupakan wilayah yang didominasi oleh lingkungan hunian dengan fungsi utama sebagai tempat tinggal yang dilengkapi dengan prasarana, sarana lingkungan dan tempat kerja yang memberikan pelayanan untuk mendukung kehidupan masyarakat. Menurut Kastoer (1995), menjelaskan bahwa permukiman pada suatu perkotaan memiliki keteraturan bentuk secara fisik, yang sebagian besar rumah menghadap secara teratur ke arah jalan yang ada dan sebagian besar terdiri dari bangunan permanen, berdinding tembok, dan dilengkapi dengan penerangan listrik. Selain itu, kerangka jalannya ditata bertingkat mulai dari jalan raya, jalan penghubung, hingga jalan lingkungan atau lokal.

Pembangunan suatu kawasan permukiman diperlukan perhatian dalam pengelolaan lanskap yang akan dilakukan baik pada saat perencanaan dan perancangan maupun pada saat pelaksanaan karena pengelolaan merupakan penentuan suatu keberhasilan pada sebuah proyek. Keadaan lingkungan permukiman mencerminkan taraf hidup kepribadian dan peradaban manusia, masyarakat atau suatu bangsa karena lingkungan permukiman berfungsi sebagai tempat untuk merefleksikan kehidupan, dan kepribadian manusia terhadap manusia serta lingkungannya.

Lanskap Permukiman

Menurut Simonds (1983), lingkungan permukiman merupakan

pengelompokan dari beberapa cluster tempat tinggal yang tergabung dengan area terbuka dan mempunyai batasan yang jelas serta fasilitas-fasilitas yang menunjang kawasan permukiman seperti pendidikan, niaga, tempat peribadatan, tempat berbelanja, rumah sakit, dan fasilitas lainnya. Fasilitas ini biasanya berada di luar kawasan hunian yang dihubungkan dengan adanya jalur hijau maupun jalur pejalan kaki. Lingkungan permukiman yang ideal merupakan suatu kawasan lingkungan ketetanggaan yang memiliki fasilitas-fasilitas penunjang yang bersama-sama membentuk suatu blok permukiman.

(19)

5 permukiman; (4) bebas tidaknya dari bahaya topografi; (5) pemenuhan pelayanan kesehatan dan jaringan utilitas; (6) potensi untuk pengembagan ruang terbuka; dan (7) bebas tidaknya dari gangguan debu, asap, dan bau busuk.

Pengelolaan Lanskap

Menurut Arifin dan Arifin (2005), pengelolaan merupakan upaya terpadu dalam penataan, pemanfaatan, pemeliharaan, pelestarian, pengawasan, pengendalian, dan pengembangan lingkungan hidup sehingga tercipta lanskap yang bermanfaat bagi manusia dan makhluk hidup lainnya. Sedangkan menurut Pengelolaan adalah proses penyusunan dan pemeliharaan lingkungan tempat individu-individu bekerja secara bersama dalam suatu kelompok dan berfungsi untuk suatu tujuan secara efisien.

Pengelolaan lanskap merupakan sebuah proses yang terdiri penetapan tujuan pengelolaan, penyusunan rencana operasional pengelolaan/pemeliharaan, pelaksanaan program pengelolaan, pemantauan pekerjaan pengelolaan, evaluasi, dan penyusunan ulang perencanaan pengelolaan jika diperlukan. Pengelolaan lanskap berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur dalam organisasi, tenaga kerja, jadwal, ketersediaan alat dan bahan, dan pendanaan. Secara teknis, dibutuhkan personel untuk menjalankan sistem pengelolaan. Sehingga pengelolaan lanskap bertujuan untuk menjaga agar taman atau lanskap yang dikelola tetap berkelanjutan. Pengelolaan lanskap berkelanjutan adalah cara menggunakan sumber daya alam yang ada baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui agar terjadi perputaran di dalamnya sehingga dapat terus bermanfaat bagi generasi yang akan datang (Arifin dan Arifin 2008).

Dalam sisi lanskap, peran arsitek lanskap sebagai seorang ahli lingkungan baik itu seorang designer, planner, engineer maupun manager harus dapat menciptakan dan mampu mengelola suatu bentukan lanskap. Upaya-upaya yang dapat dilakukan, antara lain pemanfaatan energi, penggunaan dan pengelolaan sumber daya alam, pengelolaan limbah serta berbagai hal yang terkait untuk mempertahankan keberlanjutan suatu ekologi lingkungan sehingga dapat meminimumkan besarnya biaya.

(20)

Mengelola lanskap pada suatu kawasan permukiman perlu memperhatikan tata ruang baik zonasi ruang yang sesuai dengan fungsi, sirkulasi, aksebilitas, kesatuan antar ruang, dan hubungan antar ruang. Selain itu, memperhatikan secara fungsi ekologis seperti resapan air, area penyangga, kesesuaian habitat, keanekaragaman flora dan fauna, pengendalian iklim mikro. Didukung juga dengan pemanfaatan elemen taman untuk memperoleh efisiensi daur ulang dan aspek sosial budaya. Hal yang sangat penting dalam pengelolaan lanskap permukiman yaitu kegiatan pemeliharaan baik fisik maupun ideal dalam upaya meningkatkan kesuburan tanah.

Pemeliharaan Lanskap

Pemeliharaan lanskap merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga dan merawat area lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya sehingga kondisi fisik kawasan tersebut tetap baik dan dapat mempertahankan keadaan sesuai dengan rancangan atau desain semula (Sternloff dan Waren 1984). Menurut Arifin dan Arifin (2005), pemeliharaan lanskap terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada desain dan tujuan semula sehingga pemeliharaan ideal berfungsi untuk mempertahankan kondisi rancangan atau desain semula. Mempertahankan tujuan dan fungsi awal dalam pemeliharaan ideal, antara lain pembuatan jadwal pemeliharaan elemen lunak dan elemen keras; dan penggunaan tanaman lokal untuk memudahkan penggantian/penyulaman. Sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pekerjaan tersebut meliputi kegiatan pembersihan taman, penggantian elemen-elemen yang rusak atau tidak berfungsi, penyiraman tanaman, dan penyiagaan gulma, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman. Mencapai efektivitas di dalam pemeliharaan, hendaknya diperhatikan beberapa hal prinsip dalam pemeliharaan lanskap seperti (Arifin dan Arifin 2005):

1. penetapan tujuan dan standar pemeliharaan;

2. pemeliharaan harus dilakukan secara ekonomis, baik waktu, tenaga kerja, peralatan, maupun bahan;

3. operasional pemeliharaan hendaknya di dasarkan pada rencana pemeliharaan yang logis;

4. jadwal pekerjaan pemeliharaan harus didasarkan pada kebijaksanaan dan prioritas yang benar;

5. pemeliharaan pencegahan perlu ditekankan;

6. pengelola pemeliharaan harus diorganisir dengan baik;

7. sumber dana yang cukup dapat mendukung program pemeliharaan yang telah ditetapkan;

8. penyediaan tenaga kerja yang cukup sangat penting untuk melaksanakan fungsi-fungsi pemeliharaan;

9. program pemeliharaan harus dirancang untuk melindungi lingkungan alami; 10. pengelola pemeliharaan taman harus bertanggungjawab terhadap keamanan

umum dan para operator pemeliharaan;

(21)

7

12. para operator pemelihara harus bertanggungjawab terhadap pengelola pemeliharaan;

Pelaksanaan pemeliharaan suatu area, penanggung jawab kegiatan pemeliharaan dapat berbeda-beda. Menurut Sternloff dan Waren (1984) metode penetapan pekerjaan pemeliharaan adalah sebagai berikut:

1. Sistem pemeliharaan unit (unit maintenance)

Pelaksana unit pada sistem ini melaksanakan semua jenis pemeliharaan dilakukan secara sendiri. Suatu taman harus mempunyai karyawan yang dapat memelihara semua fasilitas dalam taman.

2. Karyawan pemelihara khusus (specialized maintenance crew)

Karyawan dilatih mengerjakan pekerjaan tertentu seperti khusus memangkas, membersihkan jendela, atau pekerjaan khusus lainnya. Berdasarkan jadwal, karyawan dipindahkan dari satu unit ke unit lainnya.

3. Pemeliharaan dengan kontrak (maintenance by contract)

Pekerjaan pemeliharaan menjadi tanggung jawab kontraktor sesuai dengan kebutuhan yang telah ditentukan. Pengelola tidak dibebani investasi alat dan karyawan.

Hal-hal untuk mencapai efisiensi dan efektivitas pemeliharaan adalah sitem organisasi pengelolaan, tenaga kerja, alat dan bahan, dan anggaran biaya (Arifin dan Arifin 2005). Akan tetapi, bagian yang penting dalam pemeliharaan lanskap adalah tenaga kerja yang berada langsung di lapangan. Peralatan dan bahan-bahan yang terbaik sekalipun tidak dapat digunakan tanpa adanya tenaga kerja dan hanya tenaga kerja yang berkualitas dan terlatih yang dapat melakukan pekerjaan pemeliharaan lanskap yang baik. Pelatihan singkat mengenai prinsip-prinsip dasar dari pemeliharaan lanskap dapat menghasilkan tenaga kerja yang baik dan antusias terhadap pekerjaannya (Carpenter et. al. 1975). Menurut Arifin dan Arifin (2005), jumlah tenaga kerja harus optimal, tidak kelebihan atau kekurangan. Besar atau kecilnya jumlah tenaga kerja disesuaikan dengan luas taman serta kemampuan keterampilan kerja.

Efektivitas kerja para operator taman sangat menentukan efisiensi biaya pemeliharaan taman. Jika tenaga kerja bekerja dengan efektif sesuai dengan kemampuan tenaga kerja dan keterampilannya, biaya pemeliharaan taman dapat dimanfaatkan seoptimal mungkin. Efektivitas kerja menurut Arifin dan Arifin (2005) sangat ditentukan oleh:

1. motivasi kerja dan tingkat keterampilan yang dimiliki tenaga kerja; 2. sistematika jadwal perencanaan pemeliharaan;

3. ketersediaan alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan; 4. tingkat pengawasan pekerjaan di lapangan;

5. kelancaran komunikasi antara pimpinan dengan para pengawas dan pengawas dengan tenaga kerja pemeliharaan taman di lapangan.

(22)

sendiri sehingga dapat memberikan keuntungan besar bagi semua pihak (Arifin dan Arifin 2005).

Efisiensi dan efektivitas pemeliharaan dipengaruhi oleh penguasaan teknik pemeliharaan yang baik dan peralatan yang memadai. Oleh karena itu, pemeliharaan harus memiliki peralatan pemeliharaan yang tepat dan mengetahui jenis peralatan yang digunakan berikut fungsi dan cara kerjanya (Arifin dan Arifin 2005).

(23)

9

METODOLOGI

Lokasi dan Waktu

Kegiatan magang ini dilaksanakan di PT Alam Sutera Realty Tbk. Lokasi kegiatan magang terletak di Jalan Alam Sutera Utama Kav 2, Alam Sutera, Serpong, Tanggerang Selatan 15235 (Gambar 3).Kegiatan magang dilaksanakan pada Divisi Estate Management tepatnya di bagian landscape estate management

(LEM), di bawah bimbingan kepala divisi estate management, koordinator

landscape, dan staf landscape selaku pembimbing lapangan selama empat bulan. Mahasiswa magang bekerja sebagai mandor di bagian pengelolaan lanskap perumahan bagian selatan dan kebersihan.

Pelaksanaan kegiatan magang skripsi ini berlangsung selama 80 hari, dimulai pada tanggal10 Maret sampai 06 Juli 2014. Selama melakukan kegiatan magang skripsi, mahasiswa mengikuti prosedur kerja perusahaan dengan jam kerja 8 jam per hari dan berpartisipasi aktif dalam seluruh kegiatan pengelolaan yang dilakukan di Alam Sutera. Adapun jadwal keseluruhan pelaksanaan kegiatan magang yang akan disajikan pada Tabel 1.

Tabel 1 Jadwal pelaksanaan kegiatan magang

Jenis kegiatan Maret April Mei Juni Juli Aug’14

-Menurut Sternloff dan Waren (1984) metode penetapan pekerjaan pemeliharaan terbagi menjadi tiga yaitu sistem pemeliharaan unit, karyawan pemelihara khusus, dan pemeliharaan dengan kontraktor. Penetapan pekerjaan pengelolaan lanskap di kawasan Alam Sutera ini menggunakan dua metode yaitu dengan sistem pemeliharaan unit (unit maintenance) dan pemeliharaan dengan kontrak (maintenance by contract). Pengelolaan Alam Sutera dilakukan dengan dua metode yaitu sistem pemeliharaan unit dikenal dengan area in house dan sistem pemeliharaan dengan kontrak dikenal dengan area out house atau kontraktor.

(24)

kontraktor. Area lanskap ini terdiri dari children play grownd (CPG), lapangan olahraga di cluster-cluster, taman kavling dan berm, serta taman lingkungan Alam Sutera. Pengelolaan lanskap merupakan tanggungjawab dari bagian landscape estate management (LEM).

Batasan Studi

Batasan studi dalam skripsi ini hanya mengenai pengelolaan lanskap yang dikelola oleh pihak Alam Sutera bagian landscape estate management (in house).

Lokasi pengelolaan lanskap in house berada pada area perumahan bagian selatan. Pengelolaan lanskap in house meliputi rencana kegiatan in house, rencana anggaran biaya in house, pelaksanaan kegiatan pemeliharaan in house baik pemeliharaan softscape maupun hardscape, dan mengevaluasi tenaga kerja harian

ih house.

Metode Pelaksanaan Magang

Kegiatan magang dilakukan pada unit estate management divisi landscape

Alam Sutera. Kegiatan difokuskan pada pengelolaan lanskap permukiman di Alam Sutera. Metode yang digunakan pada kegiatan magang ada empat bagian, yaitu persiapan magang, pelaksanaan magang, evaluasi pengelolaan lanskap, dan rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman(Gambar 3).

Gambar 2 Alur kegiatan magang

(25)

Gambar 3 Peta lokasi dan ruang lingkup area pekerjaan (Alam Sutera 2014)

3 11

(26)

1. Persiapan Magang

Pada tahap persiapan, mahasiswa melakukan konsultasi dengan pembimbing skripsi dalam menentukan lokasi kegiatan magang skripsi. Persiapan dilanjutkan pembuatan surat izin kegiatan magang skripsi, pembuatan proposal, makalah, dan studi literatur untuk kolokium sebelum pelaksanaan kegiatan magang.

2. Pelaksaaan Magang

Tahapan pelaksanaan magang terdiri dari: a. Pengenalan kondisi umum perusahaan

Mahasiswa melakukan penyesuaian diri terhadap suasana kerja di perusahaan, pengenalan profil serta latar belakang perusahaan, pengenalan staf, struktur organisasi, dan pengenalan terhadap kondisi umum Alam Sutera.

b. Partisipasi aktif

Mahasiswa ikut berpartisipasi aktif dalam pelaksanaan pengelolaan yang dilakukan oleh pihak pengelola baik di lapangan maupun di dalam kantor.

c. Wawancara

Wawancara dilakukan dengan berbagai narasumber terkait seperti manager estate management, koordinator landscape, staf landscape, dan staf di luar bagian landscape. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman pada pengelolaan lanskap in house di Alam Sutera yang akan di analisis menggunakan Analisis SWOT. Selain itu, wawancara juga dilakukan kepada para penghuni Alam Sutera untuk melihat kepuasan penghuni terhadap pengelolaan lanskap in house

di kawasan Alam Sutera.

Pengambilan data seperti aspek fisik-biofisik, aspek pengelolaan, dan aspek pelaksanaan pengelolaan dilakukan selama pelaksanaan kegiatan magang berlangsung yang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Jenis, sumber, cara pengambilan dan kegunaan data

No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Kegunaan Aspek Fisik Biofisik

1 Letak dan Luas Wilayah Perusahaan Data Sekunder

2 Topografi Perusahaan, Peta

Geologi

Data Sekunder

3 Hidrologi Perusahaan Data Sekunder Kondisi

Umum Tapak

4 Tanah Perusahaan Data Sekunder

5 Iklim BMKG Tangerang

Selatan

Data Sekunder

6 Vegetasi dan Satwa Perusahaan,

Lapangan

Data Sekunder, Survei

7 Aksesibilitas Perusahaan,

Lapangan

Data Sekunder, Survei

8 Fasilitas dan Utilitas Perusahaan,

Lapangan

(27)

13

Tabel 2Jenis, sumber, cara pengambilan dan kegunaan data (lanjutan)

No. Jenis Data Sumber Data Cara Pengambilan Kegunaan Aspek Pengelolaan

9 Struktur organisasi Pihak pengelola Wawancara

10 Program pengelolaan Pihak pengelola Wawancara

11 Rencana Anggaran Biaya

13 Jadwal tenaga kerja Pihak pengelola,

Lapangan

Wawancara, Data sekunder, survei, Keusioner

14 Jadwal dan alokasi waktu Pihak pengelola,

Lapangan

Wawancara, data sekunder, survei

15 Bahan dan alat Pihak pengelola Wawancara, data

sekunder, survei

19 Persepsi penghuni Lapangan Wawancara

3. Evaluasi Pengelolaan Lanskap

Evaluasi pengelolaan lanskap ini akan dilakukan analisis data untuk menghasilkan suatu rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman. Analisis data terdiri dari efisiensi-efektivitas, faktor internal-ekternal. Metode yang digunakan untuk menganalisis data yaitu:

a. Analisis deskriptif

Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis aspek-aspek pada pengelolaan lanskap seperti aspek fisik-biofisik, aspek pengelolaan, aspek pelaksanaan pengelolaan sehingga dapat menganalisis efisiensi-efektivitas pengelolaan. Analisis deskriptif ini bertujuan untuk mengevaluasi pengelolaan saat ini yang diterapkan oleh perusahaan baik pada saat proses pengelolaan hingga pelaksanaan pengelolaan. Hasil dari evaluasi pengelolaan lanskap disesuaikan dengan standar pengelolaan di kawasan permukiman Alam Sutera

b. Analisis SWOT

(28)

Analisis data secara kualitatif adalah analisis terhadap faktor-faktor internal dan eksternal. Sedangkan analisis secara kuantitatif dilakukan dengan pembobotan dan pemberian rating (Sandy 2010). Kerangka atau tahapan kerja dengan menggunakan analisis SWOT adalah:

1. Analisis penilaian faktor internal dan faktor eksternal.

Penilaian faktor internal adalah untuk mengetahui pengaruh kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Alam Sutera dengan cara mendaftarkan semua faktor kekuatan dan kelemahannya, serta memberikan dasar untuk mengidentifikasi dan mengevaluasi hubungan antar faktor-faktor tersebut. Sedangkan penilaian faktor eksternal adalah untuk mengetahui pengaruh peluang dan ancaman yang dimiliki dengan cara mendaftarkan semua faktor peluang dan ancaman yang ada (David 2008). Identifikasi berbagai faktor tersebut secara sistematis digunakan untuk merumuskan strategi pengelolaan lanskap permukiman Alam Sutera.

2. Penentuan bobot faktor internal dan eksternal.

Mengiidentifikasi dari setiap faktor-faktor yang kemudian memberikan simbol-simbol agar mempermudah dalam melakukan pembobotan pada tahap selanjutnya. Pemberian bobot dilakukan sesuai dengan tingkat kepentingannya terhadap pengelolaan lanskap yang dilakukan. Pemberian tingkat kepentingan dilakukan kepada setiap faktor dengan kisaran nilai berikut (Kinnear dan Taylor 1991):

4 = sangat penting 3 = penting 2 = cukup penting 1 = kurang penting

Faktor kekuatan dan peluang, semakin besar tingkat kepentingannya maka akan bernilai semakin besar, sedangkan untuk faktor kelemahan dan ancaman bernilai sebaliknya. Setelah mendapatkan nilai tingkat kepentingan dari faktor strategi internal dan eksternal, selanjutnya dilakukan pembobotan dengan menggunakan metode Paired Comparison (perbandingan berpasangan). Penentuan bobot setiap variabel menggunakan skala 1, 2, 3, dan 4 dengan penjelasan sebagai berikut (David 2008):

a. Bobot 1, jika indikator faktor horizontal kurang penting dibandingkan indikator faktor vertikal;

b. Bobot 2, jika indikator faktor horizontal sama penting dibandingkan indikator faktor vertikal;

c. Bobot 3, jika indikator faktor horizontal lebih penting dibandingkan indikator faktor vertikal;

d. Bobot 4, jika indikator faktor horizontal sangat lebih penting dibandingkan faktor vertikal.

Bobot setiap variabel diperoleh dengan menentukan pembagian nilai setiap variabel terhadap jumlah nilai keseluruhan variabel (Kinnear dan Taylor 1991):

Keterangan:

ai = bobot variable ke-i xi = nilai variable ke-i i = 1,2,3,…,n

(29)

15

3. Penentuan peringkat (rating)

Nilai pembobotan pada setiap variabel kemudian dikalikan dengan peringkat berdasarkan nilai tingkat kepentingannya untuk mendapatkan skor pembobotan. Total skor pembobotan didapatkan dari hasil penjumlahan skor pembobotan dari semua faktor strategis. Total skor pembobotan berkisar antara 1-4 dengan rata-rata 2,5. Jika total skor pembobotan internal factor evaluation (IFE) di bawah 2,5 maka dapat dinyatakan bahwa faktor internal lemah, sedangkan jika berada di atas 2,5 maka dinyatakan faktor eksternal kuat. Hal ini berlaku juga untuk total skor pembobotan external factor evaluation (EFE) (David 2008). Nilai total skor pembobotan faktor internal dan eksternal selanjutkan dipetakan dalam matriks internal-eksternal (IE). Pemetaan di matriks IE bertujuan untuk mengetahui kondisi pengelolaan yang ada pada saat ini berdasarkan faktor- faktor internal dan eksternal.

Total Skor IFE

Gambar 4 Matriks internal-eksternal 4. Alternatif Strategi

Pada tahap alternatif strategi dilakukan dengan cara menyusun alternatif strategi pengelolaan yang digambarkan melalui matrik SWOT dengan melihat hubungan dan keterkaitan setiap faktor SWOT yang dimiliki dan berisi kemungkinan strategi alternatif yang dapat digunakan. Terdapat empat jenis strategi yang dihasilkan, yaitu:

a. strategi SO, yaitu dengan menggunakan seluruh kekuatan untuk mengambil peluang sebesar-besarnya;

b. strategi ST, yaitu dengan menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman;

c. strategi WO, yaitu dengan mendapatkan keuntungan dari peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan-kelemahan;

(30)

Strategi-strategi tersebut kemudian dimasukkan ke dalam matriks SWOT

Matriks SWOT dapat menghasilkan beberapa alternatif strategi pengelolaan lanskap kawasan permukiman Alam Sutera sehingga kekuatan dan peluang dapat dimanfaatkan dan ditingkatkan serta kelemahan dan ancaman dapat diminimalisir dan diatasi.

4. Rekomendasi Pengelolaan Lanskap Kawasan Permukiman

Hasil evaluasi pengelolaan lanskap yang telah dilakukan dengan menganalisis data dengan menggunakan analisis deskriptif dan analisis SWOT maka akan menghasilkan suatu rekomendasi pengelolaan lanskap kawasan permukiman. Rekomendasi diberikan sebagai alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh perusahaan Alam Sutera terutama divisi estate management bagian landscape

(31)

17

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Kawasan Alam Sutera

Permukiman merupakan tempat untuk menyelenggarakan kegiatan bermasyarakat dalam lingkup terbatas dan berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian untuk mengembangkan kehidupan masyarakat. Dalam pembangunan suatu kawasan permukiman diperlukan perhatian dalam pengelolaan lanskap yang akan dilakukan baik pada saat perencanaan dan perancangan maupun pada saat pelaksanaan karena pengelolaan merupakan penentuan suatu keberhasilan pada sebuah proyek. Menurut Menteri Perumahan Rakyat (1990) keadaan lingkungan permukiman mencerminkan taraf hidup kepribadiaan dan peradaban manusia, masyarakat atau suatu bangsa karena lingkungan permukiman berfungsi sebagai tempat untuk merefleksikan kehidupan, dan kepribadian manusia terhadap manusia serta lingkungannya. PT Alam Sutera Realty Tbk merupakan pengembang properti untuk pembangunan permukiman di kawasan perkotaan dengan konsep alami. PT Alam Sutera Realty Tbk didirikan pada tanggal 03 November 1993 dengan nama PT Adhihutama Manunggal oleh Harjanto Tirtohadiguno yang memfokuskan kegiatan usaha dibidang properti. Perusahaan ini mengganti nama menjadi PT Alam Sutera Realty Tbk pada tanggal 19 September 2007 No 71 yang dibuat oleh notaris yang bernama Misahardi Wilamarta, SH. Pada tanggal 18 Desember 2007 PT Alam Sutera Realty Tbk menjadi perusahaan publik dengan melakukan penawaran umum di Bursa Efek Indonesia.

Pada tahun 1994 PT Alam Sutera Realty Tbk mulai mengembangkan proyek pertama di sebuah kawasan terpadu yang bernama Alam Sutera Residences yang terletak di Serpong, Tangerang Selatan dengan meluncurkan lebih dari 1100 unit hunian. Pengembangan tahap pertama di Alam Sutera sudah selesai dilakukan, dan pada tahap kedua memfokuskan untuk pengembangan yang lebih menitik beratkan kepada pembangunan area komersial. Pada tahun 2009 Alam Sutera telah mengembangkan akses jalan tol kota untuk menuju Alam Sutera dari Jakarta-Merak. Selain itu, pada tahun yang sama telah dibuka pusat kuliner dan hiburan keluarga yaitu Flavour Bliss yang merupakan tahap awal untuk pengembangan area komersil. Pada tahun 2010 dibuka tahap kedua untuk area komersil yaitu Pasar 8 yang merupakan sebuah komplek pasar modern. Pada tahun yang sama telah dibuka gedung T8 yaitu sebuah kawasan gedung multiguna atau gedung untuk pergudangan dan dilakukan pemancangan awal untuk Mall @Alam Sutera, Apartemen Silkwood Residences, dan gedung perkantoran.

(32)

Setelah melihat sejarah dari PT Alam Sutera Realty Tbk, mahasiswa melakukan kegiatan magang di perusahaan tersebut untuk meningkatkan profesionalisme dibidang arsitektur lanskap, dan mendapatkan ilmu pengetahuan dibidang arsitektur lanskap dengan melakukan praktek langsung di lapangan. Kegiatan magang ini dilakukan di estate management atau bagian pengelola Alam Sutera terutama di bagian pengelola lanskap Alam Sutera. Kegiatan magang dilakukan selama empat bulan dari 10 Maret hingga 06 Juli 2014. Selama kegiatan magang mahasiswa berpartisipasi aktif dalam kegiatan yang dilakukan oleh pihak pengelola lanskap Alam Sutera. Pastisipasi aktif kegiatan magang ini meliputi pengawasan terhadap pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh tenaga kerja harian in house (Gambar 5), melakukan pengecekan jaminan lanskap dan absen para tenaga kerja harian in house pada saat pagi dan sore hari, memberikan upah kerja kepada para tenaga kerja harian in house setiap minggu, menghitung biaya pemeliharaan untuk kontraktor yang akan dimasukan ke dalam surat perintah kerja (Lampiran 5), menghitung biaya tagihan untuk pihak kontraktor, dan menganalisis harga pada bulan Juni untuk menganalisis biaya yang dikeluarkan selama enam bulan dan membandingkan dengan rencana anggaran biaya tahun 2014. Analisis harga dan rencana anggaran biaya tidak dapat diberikan atau dipublikasikan kepada sembarangan orang dikarenakan privasi perusahaan.

Gambar 5 Pengawasan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan lanskap

(33)

19

Gambar 6 Pengecekan jaminan

Berdasarkan masterplan Alam Sutera memiliki luas lahan sebesar 1500 ha. Berdasarkan administrasi Alam Sutera termasuk ke dalam tujuh kelurahan yaitu Kelurahan Kunciran, Kelurahan Panunggangan Timur, Kelurahan Panunggangan, Kelurahan Pakualam, Kelurahan Pakulonan, Kelurahan Pondok Jagung, dan Kelurahan Pondok Jagung Timur. Alam Sutera terletak diantara Kota Tangerang dan Kota Tangerang Selatan dengan koordinat 6014’39” S 106039’14E (Alam Sutera 2014). Dengan batas-batas fisik Alam Sutera sebagai berikut:

Utara : Jalan Tol Jakarta-Merak Selatan : Jalan Raya Serpong

Barat : Melati Mas, BSD, Tol Jakarta-Serpong Timur : Tol Lingkar Luar Jakarta W2

Permukiman Alam Sutera masih terus mengembangkan lahannya untuk memperluas kawasan Alam Sutera. Pengembangan luas kawasan Alam Sutera ini berasal dari lahan pertanian yaitu ladang, sawah yang dimiliki oleh penduduk setempat, serta permukiman penduduk yang bertempat tinggal disekitar kawasan. Pengembangan kawasan masih terus dilakukan dan merupakan bagian dari rencana jangka panjang untuk memenuhi kebutuhan tempat tinggal bagi masyarakat (Alam Sutera 2014). Perencanaan dan pelaksanaan pengembangan kawasan Alam Sutera tetap memperhatikan faktor-faktor kondisi alam di kawasan Alam Sutera karena pengembangan Alam Sutera mengutamakan keamanan, kenyamanan, serta lingkungan tempat tinggal yang sehat dan asri. Menurut Chiara dan Koppleman (1989) pada suatu kawasan permukiman yang harus diperhatikan secara fisik yaitu (1) kondisi tanah dan lapisan tanah; (2) air tanah dan drainase; (3) bebas tidaknya dari bahaya banjir permukiman; (4) bebas tidaknya dari bahaya topografi; (5) pemenuhan pelayanan kesehatan dan jaringan utilitas; (6) potensi untuk pengembagan ruang terbuka; dan (7) bebas tidaknya dari gangguan debu, asap dan bau busuk. Kondisi di kawasan permukiman Alam Sutera dapat dilihat dengan beberapa faktor yaitu:

1. Topografi dan Tanah

Topografi Alam Sutera relatif datar dengan kemiringan rata-rata 0-3% sehingga jalur kendaraan untuk penghuni dan pengunjung Alam Sutera tidak terganggu dan pengguna jalur Alam Sutera merasa nyaman dan aman melalui kawasan Alam Sutera. Selain itu, tidak menggangu kendaraan untuk menyiram tanaman pada saat proses penyiraman tanaman di jalur Alam Sutera maupun di

(34)

penyerapan yang kurang baik pada kawasan Alam Sutera dan tidak dekat dengan pembuangaan air ke sungai dikarenakan kawasan Alam Sutera jauh dari sungai yang berada di Tangerang maupun Tangerang Selatan (Alam Sutera 2014).

Secara umum Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang merupakan daerah yang relatif datar dan ditutupi oleh batuan alluvium, yang terdiri dari batuan lempung, lanau, pasir, kerikil, kerakal dan bongkah. Jenis batuan ini mempunyai tingkat kemudahan dikerjakan yang baik sampai sedang, unsur ketahanan terhadap erosi cukup baik oleh karena itu wilayah Kota Tangerang Selatan dan Kota Tangerang masih cukup layak untuk kegiatan perkotaan.

Jenis tanah di permukiman Alam Sutera adalah tanah latosol merah dan latosol coklat kemerahan dan keras dengan pH tanah berkisar antara 6-7 (netral). Kandungan bahan organik dalam tanah cukup tinggi untuk pertumbuhan tanaman. Tanah latosol memiliki dasar yang lebih dalam dan struktur tanah yang lebih baik. Dalam pertimbangan pembangunan di Alam Sutera pihak planning Alam Sutera mementingkan dan melihat dari segi aspek topografi, jenis tanah dan karakter drainase (Alam Sutera 2014).

2. Iklim dan Hidrologi

Alam Sutera memiliki iklim tropis dengan suhu rata-rata berkisar antara 23,8-35,4oC dengan suhu maksimum mencapai 35,4oC dan suhu minimum 23,8oC. Curah hujan rata-rata 182,9 mm/tahun dengan kelembaban udara 56,5-79,2%. Kondisi seperti ini secara klimatologi wilayah Tangerang Selatan dan Tangerang lokasi semakin tidak nyaman karena cukup panas diakibatkan oleh mobilisasi masyarakat yang cukup besar dan semakin berkurangnya ruang terbuka hijau khususnya wilayah Jabodetabek. Akan tetapi, Alam Sutera telah mengembangkan permukiman yang tetap menjadi ruang terbuka hijau agar terciptanya suasana yang nyaman bagi penghuni maupun pengguna kawasan ini maka dalam pengembangan pembangunan di Alam Sutera tetap mengedepankan ruang terbuka hijau sebagai aspek yang penting dalam suatu pengembangan permukiman (Alam Sutera 2014).

Ketersediaan air di Alam Sutera ini berasal dari Sungai Cisadane dan Sungai Cipondoh yang terlebih dahulu ditampung di reservoir untuk diolah di pusat pengelolaan air Alam Sutera yang bertujuan agar kualitas air layak utuk digunakan oleh pengguna Alam Sutera baik disalurkan ke area perumahan, area komersial, area perkantoran, dan area pendidikan. Water treatment plant (WTP) Alam Sutera memiliki lima pusat pengelolaan air yang masing-masing memiliki delapan buah reservoir di Pusat Pengelolaan Air Alam Sutera atau WTP dengan kapasitas 200 l/detik reservoir (Alam Sutera 2014).

(35)

21

3. Vegetasi dan Satwa

Tanaman yang berada di kawasan Alam Sutera terdiri dari jenis pohon, perdu, semak, dan rumput. Tanaman-tanaman yang ada di kawasan Alam Sutera merupakan tanaman estetik. Tanaman estetik ini merupakan berbagai macam jenis-jenis pohon, tanaman semak dan tanaman penutup tanah yang dapat terlihat indah dan estetik. Jenis pohon dan tanaman yang digunakan merupakan tanaman-tanaman yang populer atau tanaman-tanaman-tanaman-tanaman yang banyak diketahui oleh masyarakat. Salah satunya adalah ki hujan (Samanea saman), berbagai jenis pohon palem, pohon sapu tangan (Maniltoa grandiflora scheff), kana (Canna sp), rumput paetan (Axonopus compressus), dan lain sebagainya. Tanaman-tanaman yang berada di Alam Sutera dapat dilihat pada Lampiran 2. Sedangkan untuk satwa yang berada di kawasan Alam Sutera adalah hewan-hewan peliharaan yang dimiliki oleh penghuni Alam Sutera seperti kucing, anjing, burung, dan kelinci. 4. Aksesibilitas

Aksesibilitas kawasan Alam Sutera sangat mudah karena letak Alam Sutera sangat strategis yang berada dekat dengan jalan tol yaitu jalan tol Jakarta-Merak, jalan tol Jakarta-Serpong, jalan tol Lingkar Luar Jakarta W2. Selain itu, kawasan Alam Sutera ini berada diantara kota Tangerang dan kota Tangerang Selatan. Terdapat beberapa akses yang dapat digunakan untuk menuju Alam Sutera. Salah Satunya Jalan Raya Serpong, jalan tol Jakarta-Merak. Akses menuju kawasan Alam Sutera dapat ditempuh dengan kendaraan roda empat maupun roda dua karena kawasan ini sangat strategis, sehingga memudahkan penghuni maupun pengunjung untuk menuju kawasan Alam Sutera. Selain itu, akses yang mudah dan strategis ini sangat memudahkan bagi pemasok tanaman untuk akses ke kawasan Alam Sutera sehingga dapat mengurangi hambatan dalam memberikan tanaman yang dipesan oleh pihak Alam Sutera maupun dalam kegiatan pengelolaan lanskap.

Kawasan permukiman Alam Sutera ini terbagi menjadi dua area yaitu area komersil dan area cluster perumahan. Area komersil merupakan area bagi para penghuni maupun pengguna Alam Sutera yang ingin membuka usaha atau bisnis di kawasan Alam Sutera. Sedangkan area cluster perumahan merupakan area tempat tinggal bagi penghuni Alam Sutera.

1. Area Komersil

(36)

Spectra, dan Ruko Chrystaland. Salah satu gambar ruko yang termasuk ke dalam area komersil dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Ruko yang berada di Alam Sutera (dokumen pribadi) 2. Area Perumahan atau cluster-cluster

Area perumahan memiliki jalan seluas 8 meter di dalam kawasan hunian (cluster) serta pepohonan yang tumbuh di sekeliling wilayah hunian. Saat ini di Alam Sutera telah mengembangkan lebih dari 30 cluster yang masing-masing terdiri atas 150 hingga 300 hunian dengan masing-masing luas tanah berkisar 5 ha - 10 ha dan dihuni oleh sedikitnya 3500 keluarga (Alam Sutera 2014). Area perumahan ini dibagi menjadi dua area pengelolaan lanskap yaitu area in house

dan area out house. Pengelolaan lanskap area in house terdiri dari cluster

perumahan yaitu Sutera Amaryllis, , Sutera Cemara, Sutera Delima, Sutera Elok, Sutera Flamboyan, Sutera Gardenia, Sutera Harmoni, Sutera Intan, Sutera Jelita, Sutera Kirana, Sutera Lavender, Sutera Riviera, Sutera Telaga Biru, dan Sutera Danau Biru. Area pengelolaan out house terdiri dari cluster perumahan yaitu Sutera Asri, Sutera Buana Sutera Feronia, Sutera Jingga, Sutera Magnolia, Sutera Mentari, Sutera Narada, Sutere Olivia, Sutera Onyx, Sutera Orlanda, Sutera Palma, Sutera Palmyra, Sutera Pelangi, Sutera Renata, Sutera Sitara, dan Sutera Tiara. Salah satu gambar cluster yang termasuk ke dalam area perumahan dapat dilihat pada Gambar 8.

Gambar 8 Cluster yang berada di Alam Sutera (dokumen pribadi)

(37)

23

menggunakan sistem saluran tersier, saluran sekunder, dan saluran primer. Saluran tersier merupakan saluran dari bangunan rumah atau gedung-gedung yang akan menuju ke saluran sekunder yang berada disepanjang jalan dan akan berakhir ke saluran primer yaitu saluran besar menuju ke Sungai Cisadane dan Sungai Cipondoh. Sedangkan fasilitas-fasilitas umum yang berada di kawasan Alam Sutera terdiri dari: Flavour Bliss, Sport Center, sekolah Santa Laurensia dan Gereja Santa Laurensia, mesjid Nur Asmaa Ul-Husna, rumah sakit Omni Internasional, mall @Alam Sutera dan Living World Mall, Pasar 8, Urbanloop

(internal shuttle Alam Sutera), dan jalur sepeda.

Evaluasi Efisiensi dan Efektivitas Pengelolaan Lanskap

Pengeloaan lanskap berlangsung dengan membuat program pengelolaan yang terstruktur dalam organisasi, tenaga kerja, jadwal, ketersediaan alat dan bahan, dan anggaran biaya. Secara teknis, dibutuhkan personil untuk menjalankan sistem pengelolaan. Pengelolaan lanskap bertujuan untuk menjaga agar taman atau lanskap yang dikelola tetap berkelanjutan. Pengelolaan lanskap berkelanjutan adalah cara menggunakan sumber daya alam yang ada baik yang dapat diperbaharui maupun yang tidak dapat diperbaharui agar terjadi perputaran di dalamnya sehingga dapat terus bermanfaat bagi generasi yang akan datang (Arifin dan Arifin 2008). Pengelolaan lanskap adalah proses penyusunan dan pemeliharaan lingkungan tempat individu-individu bekerja secara bersama dalam suatu kelompok dan berfungsi untuk suatu tujuan secara efisien. Aktivitas yang paling dasar dalam pengelolaan lanskap adalah pengamatan secara terstruktur dan berkala terhadap suatu lanskap yang kemudian dilakukan pengawasan. Selain itu, tugas pengelola lanskap juga harus kreatif dan tanggap terhadap semua bentuk masalah lanskap termasuk perilaku manusia dan proses alam (Lyle 1985). Terdapat hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam pengelolaan lanskap yaitu kegiatan pemeliharaan fisik dan pemeliharaan ideal untuk menjaga bentuk dan fungsi sesuai dengan desain awal. Mencapai suatu tujuan maka diperlukan evaluasi terhadap pengelolaan lanskap.

Evaluasi merupakan suatu proses penilaian terhadap suatu kegiatan yang telah dilakukan dengan cara membandingkan hasil kegiatan yang telah dilakukan dengan standar umum atau teori untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan dilakukannya evaluasi ini adalah untuk melihat efektif dan efisien pengelolaan lanskap. Efektif merupakan hasil dari suatu pekerjaan yang dapat mencapai tujuannya dan bersifat kualitatif sedangkan efisien merupakan bagaimana suatu proses untuk mencapai tujuan tersebut dilakukan secara benar dan tepat serta bersifat kuantitatif (Suwandi 2009). Komponen-komponen dalam mengevaluasi efisiensi dan efektivitas pengelolaan lanskap (Tabel 4).

Tabel 4 Komponen evaluasi efisiensi dan efektivitas pengelolaan lanskap

No Komponen Efektif Efisien

1 Struktur Organisasi √ -

2 Zonasi Ruang Kerja √ √

3 Kapasitas dan efektivitas kerja pemeliharaan lanskap √ -

(38)

Struktur Organisasi Pengelola Alam Sutera

PT Alam Sutera Reality Tbk merupakan developer proyek Alam Sutera

Residences yang dipegang oleh seorang komisaris yaitu Harjanto Tirtohadiguno yang bertanggung jawab penuh atas perusahaan dan pengambilan suatu keputusan untuk pengembangan perusahaan. Seorang komisaris dibantu oleh seorang direktur yaitu Tri Ramadi yang bertanggung jawab atas manajemen perusahaan serta berperan untuk mengkoordinir enam direktorat yaitu Finance, Marketing, Project, General Affairs, Direktorat Township, Land Acquisition (Gambar 9).

Gambar 9 Struktur organisasi PT Alam Sutera Realty (Alam Sutera 2014) Koordinasi pelaksanaan kegiatan pengelolaan lingkungan dilakukan oleh divisi estate management di bawah direktorat township yang dipimpin oleh Sari Satyaningrum. Divisi estate management dipimpin oleh kepala divisi yaitu Randy Pangaitan yang bertanggung jawab untuk memastikan bahwa seluruh warga Alam Sutera dapat hidup dengan nyaman, aman, dan tenteram melalui pengelolaan dan penataan lingkungan secara berkesinambungan di seluruh kawasan Alam Sutera. Sub-divisi yang berada di estate management adalah estate, security, operasional dan keuangan. Struktur organisasi divisi estate management dapat dilihat pada Gambar 10.

1. Estate

Sub-divisi estate terbagi atas dua bagian yaitu customer service dan tenant relation. Customer service memiliki tugas sebagai tempat bagi penghuni yang ingin melakukan pemasangan saluran air bersih, memberikan informasi mengenai

estate management dan regulasinya, registrasi tempat di club house, menerima dan menangani berbagai keluhan warga terkait dengan perawatan lingkungan pasca serah terima. Sedangkan ternant relation memiliki tugas untuk memproses serah terima kavling, rumah, ruko, dan fasilitas umum lainnya ke pihak-pihak yang bersangkutan, asistensi pembuatan ijin membangun bangunan (IMB), asistensi pendaftaran listrik, telepon, dan kabel siar, menerima dan mengelola keluhan-keluhan atas rumah atau ruko setelah serah terima.

(39)

25

Gambar 10 Struktur organisasi estate management (Alam Sutera 2014)

2. Security

Sub-divisi security terbagi menjadi dua bagian yaitu safety dan keamanan. Keamanan bertugas dalam mangawasi keamanan Alam Sutera selama 24 jam baik di dalam cluster maupun kawasan sekitar perumahan Alam Sutera dan mengkoordinasi penjagaan keamanan lingkungan dengan pihak-pihak terkait seperti kepolisian Serpong, pengamanan lokal (Pamlok), kuli-kuli angkut sekitar Serpong. Sedangkan safety bertugas untuk menjaga keselamatan kerja baik keselamatan kerja bagi para pekerja Alam Sutera maupun keselamatan bagi para penghuni Alam Sutera.

3. Operasional

Sub-divisi operasional terbagi menjadi tiga bagian yaitu teknik sipil,

mechanical engineering, dan landscape. Teknik sipil bertugas untuk memperbaiki jalan lingkungan Alam Sutera, tembok pembatas, pagar ligkungan, pos jaga, merawat saluran pembuangan air bersih di lingkungan cluster maupun sekitarnya, dan merawat rumah-rumah yang siap untuk dijual kepada konsumen. Mechanical engineering (ME) bertugas untuk perawatan lampu penerangan jalan umum (PJU), perawatan lampu taman dan pos jaga, perawatan fasilitas penunjang lainnya seperti kolam air mancur, signage, dan lain-lain. Sedangkan landscape

bertugas untuk perawatan taman dan kebersihan lingkungan Alam Sutera.

4. Keuangan

Sub-divisi keuangan terbagi menjadi dua bagian yaitu finance dan

accounting. Finance bertugas mengawasi segala aktivitas keuangan perusahaan baik uang yang masuk ke dalam perusahaan maupun uang yang keluar dari perusahaan. Sedangkan accounting bertugas mengawasi semua transaksi yang berhubungan dengan keuangan kantor serta menghitung berapa pajak perusahaan.

(40)

Pembayaran iuran pemeliharaan lingkungan (IPL) dan air bersih dicatat oleh keuangan pada bagian finance.

Struktur organisasi estate management telah dilakukan berdasarkan pemeliharaan taman berskala besar yang telah disusun dan disepakati oleh pihak komisaris Alam Sutera. Sedangkan untuk struktur organisasi bagian landscape

atau dikenal dengan landscape estate management (LEM) dapat dilihat pada Gambar 11.

Gambar 11 Struktur organisasi LEM (Alam Sutera 2014)

Menurut Arifin dan Arifin (2005) diperlukannya bagian administrasi serta pengawas pada setiap zona-zona kerja yang dibantu oleh seorang mandor untuk membantu melancarkan kerja dan mencapai efektivitas kerja. Namun pada bagian LEM belum memiliki bagian administrasi sehingga seluruh proses administrasi masih ditangani oleh koordinator landscape. Bagian LEM juga telah memiliki pengawasdan mandor di setiap area pemeliharaan lanskap akan tetapi untuk area

in house (perumahan bagian selatan dan kebersihan) belum memiliki mandor di area pemeliharaan in house sehingga dibutuhkan seorang mandor untuk mengawasi setiap pekerjaan para tenaga kerja di area-area tersebut. Hasil analisis dari struktur organisasi membuktikan bahwa telah berjalan dengan efektif karena kelancaran kerja telah berjalan dengan lancar dan mencapai tujuannya. Namun dalam proses struktur organisasi masih belum efisien dikarenakan belum adanya bagian administrasi dan mandor untuk pengawasan perumahan bagian selatan dan kebersihan sehingga semua pekerjaan untuk administrasi ditangani langsung oleh koordinator landscape. Pekerjaan mandor ditangani oleh pengawas perumahan bagian selatan dan kebersihan. Hal ini menyebabkan terlalu banyak beban yang ditangani oleh salah satu orang sehingga terjadinya hambatan, keluhan, dan pekerjaanpun belum maksimal. Sebab dengan adanya administrasi dan mandor dapat membantu pekerjaan administrasi dan pengawasan pelaksanaan kegiatan pemeliharaan yang dilakukan oleh para tenaga kerja harian.

Zonasi Ruang Kerja Pengelola Lanskap Alam Sutera

(41)

27

1. Area Perumahan Bagian Selatan

Area perumahan bagian selatan terdiri dari cluster-cluster yang berada di bagian selatan yaitu Sutera Asri, Sutera Buana, Sutera Cemara, Sutera Delima, Sutera Elok, Sutera Flamboyan, Sutera Gardenia, Sutera Harmoni, Sutera Intan, Sutera Jelita, Sutera Kirana, Sutera Lavender, Sutera Magnolia, Sutera Narada, Sutera Amaryllis, Sutera Riviera, Sutera Telaga Biru, Sutera Danau Biru, Sutera Feronia, Griya Sutera, Griya Hijau, Sutera Olivia, Sutera Palma, Sutera Onyx, dan tiga ruko yaitu ruko Niaga 1, ruko Niaga 2, dan ruko Niaga 3. Area perumahan bagian selatan ini memiliki luas 263, 80 ha dan dipegang oleh dua pengawas

landscape Alam Sutera yang satu pengawas memegang 13 cluster dan satu pengawas memegang 14 cluster dan mengawas kebersihan di kawasan Alam Sutera. Area perumahan bagian selatan ini mayoritas pengelolaan lanskap dikelola oleh pihak landscape Alam Sutera (in house) yang terdiri dari 14 cluster dan 3 ruko. Namun belum memiliki mandor dalam membantu pengawasan di area perumahan bagian selatan.

2. Area Perumahan Bagian Utara

Area perumahan bagian utara merupakan area perumahan atau cluster-cluster

yang berada di bagian utara yang terdiri dari Sutera Jingga, Sutera Pelangi, Sutera Mentari, cluster Sutera Orlanda, Sutera Sitara, Sutera Tiara, Sutera Palmyra, dan Sutera Renata. Area perumahan bagian utara memiliki luas sebesar 90,2 ha dan dipegang oleh dua pengawas landscape Alam Sutera. Satu pengawas memegang enam cluster dan satu pengawas memegang dua cluster. Area perumahan bagian utara ini pengelolaan lanskapnya dikelola oleh pihak kontraktor (out house) dan telah memiliki mandor dalam membantu pengawasan di area ini.

3. Area Jalan dan Area Komersil

Area jalan terdiri dari jalan Alam Sutera Boulevard, Jalan Sutera Utama, Jalan Jalur Sutera Barat, Jalan Jalur Sutera Timur, Jalan Jalur Sutera, Jalan Sutera

Boulevard, Jalan Alam Utama, Jalan Lingkar Barat. Area komersil terdiri dari Ruko Jalur Sutera, Ruko Jalur Sutera Timur, Ruko Alam Sutera Towns Center

(ASTC), Ruko Prominence, Ruko The Element, Ruko Palmyra Square, Ruko

Spectra, dan Ruko Chrystaland. Area jalan dan komersil memiliki luas sebesar 136 ha dan dipegang oleh satu pengawas landscape Alam Sutera. Area jalan dan komersil ini pengelolaan lanskapnya dikelola oleh pihak kontraktor (out house) dan telah memiliki mandor dalam membantu pengawasan di area ini.

(42)
(43)

29

Kapasitas dan Efektivitas Kerja Pemeliharaan Lanskap

Pemeliharaan lanskap merupakan kegiatan yang bertujuan untuk menjaga dan merawat area lanskap dengan segala fasilitas yang ada di dalamnya sehingga kondisi fisik kawasan tersebut tetap baik dan dapat mempertahankan keadaan sesuai dengan rancangan atau desain semula (Sternloff dan Warren 1984). Menurut Arifin dan Arifin (2005) pemeliharaan lanskap terbagi menjadi dua jenis yaitu pemeliharaan ideal dan pemeliharaan fisik. Pemeliharaan ideal merupakan pemeliharaan yang mengacu pada desain dan tujuan semula sehingga pemeliharaan ideal berfungsi untuk mempertahankan kondisi rancangan atau desain semula. Mempertahankan tujuan dan fungsi awal dalam pemeliharaan ideal, antara lain pembuatan jadwal pemeliharaan elemen lunak dan elemen keras,

serta penggunaan tanaman awal dari desain untuk memudahkan

penggantian/penyulaman. Sedangkan pemeliharaan fisik meliputi pekerjaan untuk tetap menjaga keindahan, keasrian, kenyamanan, dan keamanan taman. Pekerjaan tersebut meliputi kegiatan pembersihan taman, penggantian elemen-elemen yang rusak atau tidak berfungsi, penyiraman tanaman, dan penyiangan gulma, pemangkasan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit, serta penyulaman.

Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk mencapai efisiensi dan efektivitas kerja pemeliharaan yaitu ketenagakerjaan, kegiatan pemeliharaan, serta alat dan bahan. Selain itu, hal yang perlu diperhatikan dalam menentukan efektif dan efisien suatu pekerjaan pemeliharaan lanskap harus melihat kriteria-kriteria sebagai berikut (Suwandi 2009):

e. Motivasi dalam bekerja yang dimiliki oleh tenaga kerja f. Pengawasan di lapangan pada saat pelaksanaan pemeliharaan

g. Kelancaran komunikasi antara pihak TKH dengan mandor, mandor dengan pengawas, dan pengawas dengan koordinator LEM, koordinator dengan manager

2. Kegiatan Pemeliharaan lanskap

a. Rencana pemeliharaan telah ditentukan sebelum pelaksanaan dan rencana pemeliharaan yang logis

b. Pelaksanaan pemeliharaan harus sesuai dengan rencana pemeliharaan yang telah ditentukan

c. Evaluasi pelaksanaan pemeliharaan untuk melihat hasil kerja dari para TKH maupun hasil pelaksanaan kegiatan pemeliharaan

3. Alat dan Bahan

a. Kuantitas alat dan bahan yang sesuai dengan kebutuhan pada saat pelaksanaan pemeliharaan

b. Kualitas alat yang baik dan alat dapat bekerja dengan maksimal.

(44)

yang baik. Pelatihan singkat mengenai prinsip-prinsip dasar dari pemeliharaan lanskap dapat menghasilkan tenaga kerja yang baik dan antusias terhadap pekerjaannya (Carpenter et. Al. 1975). Menurut Arifin dan Arifin (2005) jumlah tenaga kerja harus optimal, tidak kelebihan atau kekurangan sehingga dapat bekerja dengan maksimal dan mencapai efektif dan efisien.

1. Ketenagakerjaan Pemeliharaan Lanskap

Tenaga kerja pelaksanaan kegiatan pemeliharaan lanskap in house di lapangan merupakan tenaga kerja harian yang ditangani langsung oleh pihak LEM. Jumlah tenaga kerja harian (TKH) yang ditangani oleh LEM yaitu 103 orang. Secara umum TKH ini dibagi berdasarkan area pemeliharaan atau jenis pekerjaan. Berdasarkan area pemeliharaan TKH berjumlah beberapa orang. Misalnya, di daerah cluster Sutera Elok pemeliharaan lanskap dilakukan oleh tiga orang dan ketiga orang terebut harus mampu mengerjakan segala bentuk kegiatan pemeliharaan taman. Sedangkan berdasarkan jenis pekerjaan TKH hanya menangani satu jenis pekerjaan pada luas area tertentu. Misalnya area jalan perumahan bagian selatan (Cluster Sutera Cemara, Cluster Sutera Delima, dan

Cluster Sutera Elok), para TKH melakukan kegiatan penyiraman yang dilakukan oleh dua orang. Pembagian jumlah TKH LEM secara keseluruhan berdasarkan area pemeliharaan atau jenis kegiatan pemeliharaan lanskap yang berlangsung dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Tenaga kerja harian kegiatan pemeliharaan lanskap

No Area Pemeliharaan Jumlah

(orang)

2 Cluster Flamboyan 2 Pembersihan jalan dengan mobil

sweeper 2

(1) Taman Entry SE, SF, SG, SH : Sutera Elok, Sutera Flamboyan, Sutera Gardenia, Sutera Harmoni (2)

Taman Entry SI, SJ, SK : Sutera Intan, Sutera Jelita, Sutera Kirana (3)

Ruko SNi I, SNi II, SNi III : Sutera Niaga I, Sutera Niaga II, Sutera Niaga III (4)

Taman Entry SC, SD : Sutera Cemara, Sutera Delima

Gambar

Gambar 1 Kerangka Pikir Kegiatan Magang
Gambar 2 Alur kegiatan magang
Gambar 3 Peta lokasi dan ruang lingkup area pekerjaan (Alam Sutera 2014)
Tabel 2 Jenis, sumber, cara pengambilan dan kegunaan data
+7

Referensi

Dokumen terkait

Distribusi species fitolankton di bagian tengah dan hilir merata dengan Indeks Kemerataan (E) berturut-turut yaitu 0,87 dan 0,81.. Tidak ada species fitoplankton di bagian

(4) Putusan pemeriksaan dengan acara cepat terhadap sengketa yang berdasarkan pertimbangan hukum bukan merupakan wewenang Badan Penyelesaian Sengketa Pajak sebagaimana

Merujuk pada ketentuan Pasala 30 Peraturan Bupati Nunukan No 8 Tahun 2020 tetang Petunjuk Teknis Penerimaan Peserta Didik Baru pada Sekolah Dasar dan Sekolah Menengah Pertama,

Untuk penelitian selanjutnya, dicoba untuk mencari nilai perpindahan kalor maksimal dari alat penukar kalor yang memiliki variasi kemiringan baffle tersebut, dengan memvariasikan

Berdasarkan Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan sesuai dengan Putusan Mahkamah Konstitusi Perkara Nomor 005/PUU-1/2003

Kegiatan persuteraan alam di Kabupaten Enrekang dilakukan secara terpisah, kegiatan pemeliharaan murbei dan pemeliharaan ulat sutera dilakukan oleh kelompok tani di Desa

Masalah yang dikaji dalam penelitian ini adalah: (1) Bagaimana pelaksanaan pendaftaran peralihan hak atas tanah karena jual beli dengan lelang

Yang disusun untuk melengkapi sebagian persyaratan menjadi Sarjana Arsitektur pada Departemen Arsitektur Universitas Indonesia, sejauh yang saya ketahui bukan merupakan