• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Interaksi Orangtua-Anak Dan Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Interaksi Orangtua-Anak Dan Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

Lisa ‘Adah Arisna Dewi

PENGARUH INTERAKSI ORANGTUA

ANAK DAN

PENGAMBILAN KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Interaksi Orangtua-Anak dan Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Lisa ‘Adah Arisna Dewi

NIM I24100039

(4)

ABSTRAK

LISA ‘ADAH ARISNA DEWI. Pengaruh interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja. Dibimbing oleh Tin Herawati.

Fase remaja merupakan periode kritis dalam perkembangan anak menuju ke dewasaan. Mereka membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk proses penemuan jati dirinya baik dari keluarga ataupun lingkungan hidup yang mendukungnya. Kenakalan minor dan mayor yang kerap dilakukan oleh remaja. Fenomena ini cukup memprihatinkan dikalangan generasi muda sebagai penerus bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh interaksi orangtua dengan anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja. Desain penelitian ini menggunakan

crosssectional study. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan melibatkan SMK

X di Kota Bogor dan melibatkan 52 responden. Responden merupakan siswa kelas XI, dikarenakan pada masa tersebut responden berada pada usia remaja yang sedang rentan mencari jati dirinya. Tingkat interaksi orangtua-anak dalam kategori rendah. Pengambilan keputusan dilakukan oleh dominan ibu. Kenakalan remaja tergolong pada kategori rendah. Terdapat hubungan positif antara interaksi ibu dengan anak dan interaksi ayah dengan anak. Adanya hubungan negatif antara interaksi ayah dengan anak terhadap kenakalan remaja. Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah adanya pengaruh negatif interaksi ayah dengan anak.

Kata kunci: interaksi orangtua-anak, kenakalan remaja, pengambilan keputusan keluarga

ABSTRACT

LISA ' ADAH ARISNA DEWI . The Influence of Parent-Child Interaction and Family Decision Making to Juvenile Delinquency. Supervised by Tin Herawati.

The adolescent phase is a critical period in a child's development towards maturity. They need an environment that is conducive to the discovery of his true identity either from the family or the environment that supports it. Minor and major mischief often done by teenagers. This phenomenon is quite alarming among young generation as the nation's future. This study aims to determine the effect of parental interaction with the child and family decision making to juvenile delinquency. This study used a cross-sectional design of the study. Locations were selected purposively involving SMK X in Bogor and involving 52 respondents. Respondents are students of class XI, because at that time the respondents were in their teens who are susceptible looking for identity. The level of parent-child interaction in the low category. Decision-making is done by a dominant mother. Juvenile delinquency classified in the low category. There is a positive relationship between mother and child interaction and interaction with the child's father. The existence of a negative relationship between interaction with the child's father to juvenile delinquency. Factors affecting juvenile delinquency is the negative effect of interaction with the child's father.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

LISA ‘ADAH ARISNA DEWI

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

2015

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Interaksi Orangtua-Anak dan Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja

Nama : Lisa ‘Adah Arisna Dewi NIM : I24100039

Disetujui oleh

Dr. Tin Herawati, S.P. ,M. Si. Pembimbing

Diketahui oleh

Prof. Dr. Ir. Ujang Sumarwan, M. Sc. Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

ALHAMDULILLAH, puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah Subhanahuwa Ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Topik yang dipilih dalam penelitian di laksanakan sejak bulan November 2014 adalah interkasi dan pengambilan keputusan kelauarga terhadap kenakalan remaja. Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Ibu Dr. Tin Herawati, S.P.,M.Si selaku dosen pembimbing skripsi yang telah memberikan arahan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikam karya ilmiah ini.

2. Ibu Ir. Retnaningsih M. Si, selaku dosen pembimbing akademik dan Ibu Dr. Megawati Simanjuntak, SP, M.Si selaku moderator seminar skripsi. Ibu Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M. Si dan Ibu Nur Islamiah, S,Psi, M,Psi selaku penguji sidang skripsi.

3. Ketua Departemen beserta seluruh dosen dan staf Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen yang telah mendidik, mengajar, dan membagi pengalaman berharga kepada penulis terkait keilmuan di bidang keluarga.

4. Dinas Pendidikan Kota Bogor serta Bapak Teddy dan staf SATGAS yang membantu melengkapi data-data dalam penulisan serta Ibu Dwi dan Bapak Samosir bagian kurikulum di SMK X Bogor, beserta staf guru pengajar yang sudah mengizinkan penulis melakukan penelitian di sekolah.

5. Kedua orangtua Bapak Tri Prajitno dan Ibu Yuli Kristiana serta adik penulis dan seluruh keluarga, atas segala doa dan dukungannya.

6. Teman satu bimbingan Triyani Rahmawati, Andrelina Firdau, Shoimatul Maghfiroh, dan Yenni Rambe atas segala kesetiaan, dukungan dan semangat selama masa penelitian ini dilakukan.

7. Sahabat kesayangan Prilita Permata Sari, Lintang Kusuma Dewi, Dita Muwartami, Isna Nurlela, M. Mardi Dewantara, Zervina Rubi, Yunita Tri Lestari, Tri Susandari, Anggie Pangestika, Hayuningtyas, Rizky Perdana, Bella Ananda, Milatul Ulfa, Rachmaniar, Zulfa, ka Lastri, ka Amel, ka Sari, ka Aida, ka Asilah, Ka Nora dan teman-teman IKK 47 atas bantuan, semangat dan dukungannya dalam penyelesaian skripsi ini.

8. Responden yang telah berpartisipasi dan meluangkan waktunya untuk mengisi kuesioner penelitian ini serta pihak-pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu namanya yang telah membantu dalam penyelesaian karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 3

Manfaat Penelitian 4

Kerangka Pemikiran 4

METODE 5

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian 5

Teknik Pengambilan Contoh 6

Jenis dan Cara Pengumpulan Data 6

Pengolahan dan Analisis Data 8

Definisi Operasional 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 11

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 24

(10)

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Jenis, cara pengumpulan data responden, dan sumber kuesioner 7 Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga 11 Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin 12 Tabel 4 Sebaran kategori interaksi ibu dengan anak 12 Tabel 5 Sebaran kategori interaksi ayah dengan anak 13

Tabel 6 Sebaran pengambilan keputusan 15

Tabel 7 Sebaran pengambilan keputusan keluarga 15

Tabel 8 Sebaran kategori kenakalan remaja 16

Tabel 9 Hubungan karakteristik keluarga dengan variabel utama 17 Tabel 10 Faktor - faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja 17

DAFTAR GAMBAR

Gambar1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Interaksi Dan Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja 5

Gambar 2 Skema penarikan contoh 6

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Sebaran interaksi orangtua dengan anak 26

Lampiran 2 Sebaran pengambilan keputusan 28

Lampiran 3 Sebaran kenakalan remaja 29

Lampiran 4 Indikator interaksi orangtua-anak 31

Lampiran 5 Resume jurnal 34

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Banyak peristiwa yang muncul akhir-akhir ini telah menunjukkan adanya kelabilan yang tengah dihadapi para remaja dalam mencari identitas dirinya. Erik Erikson, seorang pencetus teori perkembangan psikososial, mengemukakan bahwa dalam periode remaja merupakan periode kritis yang dikenal dengan fase identity vs identity confusion. Erikson menjelaskan bahwa jika remaja telah terpapar oleh peran-peran positif maka remaja akan dapat mencapai identitas positif tentang dirinya (Santrock 2009).

Masa remaja merupakan salah satu periode kritis dalam perkembangan anak menuju kedewasaan, membutuhkan lingkungan yang kondusif untuk proses penemuan jati diri atau identitas, baik dari keluarga ataupun lingkungan hidup yang mendukungnya. Bronfenbrenner (1981) dalam Puspitawati (2009) mengatakan bahwa proses sosialisasi anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan yang berada disekitar, seperti lingkungan mikrosistem, mesosistem, dan makrosistem. Lingkungan mikrosistem merupakan lingkungan anak berinteraksi langsung dengan lingkungan yang ada disekitarnya seperti keluarga dan sekolah.

Beberapa kasus yang menimpa remaja seperti kasus bunuh diri, narkoba,

free sex, dan lainnya telah menunjukkan fenomena yang cukup memprihatinkan di kalangan generasi muda sebagai penerus bangsa. Berbagai kasus menunjukkan masih banyak remaja di Indonesia yang melakukan kenakalan kriminal, asusila, dan pergaulan bebas, kehilangan identitas diri, terpengaruh budaya barat serta masalah degradasi moral seperti kurang menghormati orang lain, tidak jujur, sampai usaha untuk menyakiti diri sendiri (Puspitawati 2009). Kondisi tersebut menunjukkan bahwa permasalahan yang dialami remaja cukup serius. Rendahnya kualitas karakter generasi muda dan juga perilaku-perilaku antisosial yang terjadi pada remaja perlu mendapatkan perhatian dari orangtua ataupun lingkungan sosialnya.

Orangtua berperan besar dalam perkembangan kepribadian anak. Terutama dalam menanamkan dasar kepribadian yang ikut menentukan corak dan gambaran seseorang setelah dewasa (Pujianti 2008). Permasalahan remaja yang semakin rentan akhir-akhir ini dikarenakan semakin melemahnya kualitas komunikasi antara anggota keluarga sehingga memudarnya fungsi keluarga dalam melindungi anggotanya dari pengaruh luar (Puspitawati 2006). Proses komunikasi dalam keluarga merupakan hal yang penting karena melalui komunikasi, interaksi dalam keluarga akan menjadi lebih baik. Kondisi tersebut akan memberikan kontribusi besar dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari, pemecahan masalah, serta pengambilan keputusan (Guhardja et al 1992).

(12)

2 Interaksi keluarga erat kaitannya dengan pengambilan keputusan keluarga. Menurut Kusumo et al. (2008), bahwa pengambilan keputusan yang baik adalah keputusan yang diambil secara bersama-sama. Keputusan di dalam keluarga membutuhkan interaksi yang baik pada setiap anggota keluarga tersebut. Jika pola interaksinya tidak dijaga akan menyebabkan pola pengambilan keputusan yang kurang baik dan berdampak kepada kesejahteraan di dalam keluarga (Puspitawati 2008). Pengambilan keputusan yang baik melibatkan semua orang yang ada di dalam keluarga atau dilakukan secara bersama-sama antar anggota keluarga. Lingkungan yang baik di temukan pada keluarga yang ayah dan ibu sama-sama berperan dalam pengambilan keputusan (Martiastuti 2012).

Penelitian mengenai pengaruh interaksi orangtua–anak dan pengambilan keputusan keluarga menjadi sangat menarik untuk dikaji lebih lanjut dengan semakin maraknya kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Oleh karena itu, penelitian interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadapat kenakalan remaja perlu untuk dilakukan.

Perumusan Masalah

Data Badan Pusat Statistik (BPS), Bappenas dan United Nations fund for Population Activities (UNFPA) tahun 2010 menyatakan bahwa separuh dari 63 juta jiwa remaja pada rentang usia 10 sampai 24 tahun di Indonesia rentan berperilaku tidak sehat. Masalah yang menonjol pada remaja saat ini adalah masalah seksualitas (hamil di luar nikah, aborsi, infeksi penyakit menular seksual) serta penyalahgunaan obat-obatan terlarang (narkoba). Sebanyak 34.7 persen remaja putri dan 30.9 persen remaja putra yang berusia 14 sampai 19 tahun pernah melakukan hubungan seksual di luar nikah (Martiastuti 2012 ).

Hasil penelitian Puspitawati (2006) menunjukkan bahwa lebih dari tiga perempat jumlah contoh dari sekolah negeri maupun sekolah swasta melaporkan tidak adanya hubungan yang hangat dan dukungan dari pihak ayah maupun ibu terhadap anaknya. Sikap tersebut tercermin dari perilaku ayah dan ibu dalam hal menanyakan, mendengarkan, menghargai pendapat, memberikan kepedulian, mencintai dengan hangat, membantu pekerjaan, tertawa bersama, bertindak sportif dan pengertian, dan menyatakan cinta kepada anaknya.

Masa remaja merupakan masa transisi, sehingga masih memerlukan bimbingan dan arahan dari orangtuanya, terutama ibu untuk dapat membimbing remaja agar dapat melewati masa remajanya dengan baik. Jika remaja tidak diberikan arahan dalam masa remajanya akan timbul berbagai kenakalan seperti sering terjadi saat ini. Kenakalan yang terjadi pada masa remaja merupakan ekspresi dari ketidakpuasan cara pengasuhan, komunikasi dan kelekatan yang terjalin antara orangtua dengan remaja. Adanya perasaan tidak puas dalam diri remaja berawal dari adanya komunikasi yang tidak harmonis dalam hubungan ibu dan anak kemudian berujung pada ketengangan hubungan diantara keduanya. Pada masa remaja, anak mulai merasakan ketertarikan hubungan antar teman sebaya lebih kuat dibandingkan dengan hubungan dengan orangtua anak.

(13)

3 Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka orangtua memiliki keterbatasan waktu untuk bertemu dan berinteraksi dengan anggota keluarga serta pola pengambilan keputusan di dalam keluarga yang kurang baik. Selanjutnya penelitian Puspitawati (2009) menunjukkan bahwa penggasuhan ibu mempunyai pengaruh yang signifikan dalam mencegah anaknya dari tindakan kenakalan, baik tipe kenakalan umum maupun kenakalan kriminal.

Berdasarkan hal diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja. Penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan penelitian sebagai berikut :

1. Bagaimana hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan terhadap kenakalan remaja?

2. Bagaimana hubungan interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja?

3. Bagaimana pengaruh interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja.

Tujuan Khusus

Secara khusus penelitian ini bertujuan:

1. Mengidentifikasi hubungan karakteristik keluarga dengan interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan terhadap kenakalan remaja. 2. Menganalisis hubungan interaksi orangtua-anak dan pengambilan

keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja.

3. Menganalisis pengaruh interaksi orangtua-anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja.

(14)

4

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada berbagai pihak, antara lain:

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi pihak yang yang tertarik mengkaji masalah keluarga, seperti:

1. Peneliti, yang ingin mengkaji lebih dalam ilmu keluarga mengenai interaksi, pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja 2. Kalangan akademisi, yang ingin menambah literatur dalam mengkaji

interaksi keluarga, pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja

3. Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan gambaran mengenai interaksi, pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja

4. Pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadikan acuan dalam tambahan membuat kebijakan terkait hal keluarga

Kerangka Pemikiran

Keluarga memiliki sistem jaringan interaksi yang bersifat interpersonal, dikatakan hubungan personal karena masing-masing anggota keluarga mempunyai intensitas hubungan antara satu dengan yang lainnya saling ketergantungan. Peran orangtua dalam berkomunikasi dan berinteraksi sangat besar. Keluarga mempunyai peranan penting dalam berinteraksi dengan anak usia remaja, karena dengan orangtua memberikan rasa aman, pengertian, rasa cinta maka akan membuat remaja merasakan lebih nyaman.

Interaksi keluarga yang baik akan memberikan kebahagiaan di dalam keluarga dari berbagai permasalahan dan meminimalisir terjadinya hal-hal negatif pada anak. Interaksi yang efektif akan memberikan dampak pada kegiatan sehari-hari dan pemecahan masalah, serta pengambilan keputusan. Adanya interaksi yang terjalin dengan sehat diantara keluarga memicu terbentuknya pengambilan keputusan yang baik dan bijak. Semakin kecil jumlah anggota keluarga maka pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama atau setara. Interaksi keluarga erat kaitannya dengan pengambilan keputusan keluarga. Keputusan di dalam keluarga membutuhkan interaksi yang baik pada setiap anggota keluarga. Pengambilan keputusan yang bijak yaitu dengan cara mengkomunikasikan dengan baik kepada anggota keluarga. Keterlibatan antar anggota keluarga dalam mengambil suatu keputusan dapat menentukan keharmonisan di dalam keluarga.

(15)

5 keluarga yang ayah dan ibu sama-sama berperan dalam pengambilan keputusan agar tidak menimbulkan penyimpangan perilaku pada remaja.

Perilaku menyimpang yang dilakukan remaja, lebih banyak menjurus kepada kenakalan yang tergolong biasa, seperti tawuran, berkelahi, membolos sekolah, tidak pamit saat keluar rumah, dan minum-minuman keras. Adanya pengarahan dari orangtua membantu remaja untuk masa depan anak. Kenakalan remaja sering muncul dari keluarga dengan interaksi yang kurang baik.

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Pengaruh Interaksi Dan Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kenakalan Remaja

METODE

Desain, Lokasi, dan Waktu Penelitian

Desain penelitian ini adalah cross sectional study, yaitu pengukuran variabel-variabel penelitian pada satu waktu bersamaan dengan objek yang Karakteristik

Contoh :  Usia

 Pendidikan  Pekerjaan  Pendapatan  Besar Keluarga

Interaksi Keluarga :  Kasih sayang  Kebersamaan  Kelekatan  Komunikasi  Konflik

Pengambilan Keputusan :  Pendidikan  Keuangan  Pangan  Keperluan

keluarga lainnya

Kenakalan Remaja :  Kenakalan

minor  Kenakalan

(16)

6 berbeda. Penelitian dilakukan di SMK X Kota Bogor Provinsi Jawa Barat. Lokasi penelitian dipilih secara purposive dengan pertimbangan bahwa, menurut SATGAS Kota Bogor pada tahun 2014 bahwa banyak remaja memiliki tingkat kenakalan yang tinggi. Penelitian telah dilakukan selama lima bulan, terhitung mulai Februari sampai Juni 2015 yang mencakup persiapan, pemgumpulan, pengolahan, analisi data, dan penulisan laporan.

Teknik Pengambilan Contoh

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa yang telah memasuki usia remaja (usia 16-19 tahun) dan bersekolah di SMK X Kota Bogor. Contoh dalam penelitian ini adalah siswa SMK X kelas XI, karena pada jenjang kelas tersebut remaja sudah terpapar oleh lingkungan sekolahnya dan linkungan pe-er group. Penarikan contoh dilakukan secara purposive dengan contoh sebanyak 52 siswa dengan kriteria siswa yang masih mempunyai orangtua utuh.

Gambar 2 Skema penarikan contoh

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan meliputi data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dengan cara self report oleh siswa dengan bantuan kuesioner yang meliputi karakteristik contoh, karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan keputusan dan kenakalan remaja. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur, instansi yang bersangkutan, internet, penelitian-penelitian sebelumnya terkait dengan topik penelitian-penelitian.

Pengambilan data contoh awalnya sebanyak 55 orang siswa SMK X, namun pada perjalanan pengolahan data terdapat data yang tidak masuk dalam kriteria mempunyai orangtua lengkap, sehingga data contoh yang dipakai hanya sebanyak 52 responden untuk penelitian ini.

Pengukuran interaksi keluarga menggunakan instrumen yang modifikasi dari Lange et al. (2002), Chuang (2005) dan Puspitawati (2012) dengan nilai

Cronchbach’s alpha 0,746. Instrumen pola pengambilan keputusan diacu

Purposive, berdasarkan informasi dari Kepala SATGAS KOTA BOGOR 2014

Kota Bogor

SMK X

Kelas XI

n = 52 siswa

Purposive, berdasarkan pada rentang umur remaja yang sudah terpapar oleh informasi dari lingkungan dan pe-er group

(17)

7 Puspitawati (2012) dengan nilai Cronchbach’s alpha 0,758. Pengambilan keputusan terdiri dari keuangan, pangan, pendidikan dan keperluan keluarga lainnya. Instrument kenakalan remaja diacu Puspitawati (2012) dan Hastuti (2013) dengan nilai Cronchbach’s alpha 0,992.

Tabel 1 Jenis, cara pengumpulan data responden, dan sumber kuesioner Variabel Sub Variabel Skala Kategori Data

Karakterirtik keluarga

Besar keluarga Rasio

Berdasarkan BKKBN (2005): 1. Keluarga kecil (0-4 orang) 2. Keluarga sedang (5-7 orang) 3. Keluarga besar (> 8 orang)

Umur (responden) Rasio

Berdasarkan Hurloc (1980): 1. Remaja awal: 12-14 tahun 2. Remaja pertengahan: 14-18 tahun 3. Remaja akhir: 18-21 tahun

Umur

(ayah dan ibu) Rasio

Berdasarkan Hurloc (1980): 1. Dewasa awal: 18-40 tahun 2. Dewasa madya: 41-60 tahun 3. Dewasa lanjut: >60 tahun

(18)

8 Variabel Sub Variabel Skala Kategori Data

Pola

Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan diproses proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, serta analyzing menggunakan Microsoft Excel

dan SPSS for windows. Instrumen penelitian di uji validitas dan reliabilitasnya menggunakan SPSS for Windows. Analisis statistik yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Analisis deskriptif (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi dan frekuensi) digunakan untuk menggambarkan:

a) Karakteristik keluarga (usia ibu, besar keluarga, pekerjaan ayah dan ibu, lama pendidikan ayah dan ibu, pendapatan per kapita).

b) Interaksi keluarga yang mencakup interaksi ibu dengan anak (23 pernyataan), dan interaksi ayah dengan anak (23 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 3 jawaban, yaitu tidak pernah skor 1, jarang diberi skor 2, dan sering sekali skor 3. Oleh karena itu masing-masing skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai berikut:

Secara keseluruhan interaksi keluarga dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang kategori untuk variabel ini yaitu:

 Rendah : ≤ 33,3%  Sedang: 33,4% - 66,0%  Tinggi: 66,1% - 100%

(19)

9 pernyataan disediakan 3 jawaban, yaitu ibu saja/ayah saja sendiri diberi skor 1, dominan ibu/ayah diberi skor 2, bersama diberi skor 3. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama seperti pada variabel interaksi keluarga. d) Kenakalan remaja terdiri dari 42 pernyataan. Setiap butir pernyataan disediakan 3 jawaban terkait pernyataan, yaitu tidak pernah diberi skor 1, jarang diberi skor 2, dan sering sekali diberi skor 3. Selanjutnya skor masing-masing dijumlahkan dan diperoleh skor total. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama seperti pada variabel interaksi keluarga. Secara keseluruhan kenakalan remaja dikelompokkan menjadi tiga kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang kategori yang sama seperti interaksi keluarga.

2. Uji inferensia yang digunakan adalah uji korelasi dan uji regresi linear. Uji korelasi digunakan untuk melihat hubungan karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan keputusan dengan kenakalan remaja. Uji regresi digunakan untuk melihat pengaruh karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja dengan rumus sebagai berikut:

Y = a + β1x1 + β2x2 + β3x3 + β4x4 + β4x4 + β5x5 + β6x6 + β7x7+ β8x8

Keterangan :

Y = Kenakalan remaja a = Konstanta regresi β = Koefisien regresi X1 = Umur ibu

X2 = Lama pendidikan ibu

X3 = Lama pendidikan ayah

X4 = Pendapatan per kapita

X5 = Besar keluarga

X6 = Interaksi ibu dengan anak

X7 = Interaksi ayah dengan anak

(20)

10 Definisi Operasional

Keluarga adalah anggota keluarga dalam rumah tangga yang termasuk anak, ayah dan ibu

Karakteristik keluarga adalah keadaan keluarga yang meliputi umur orangtua, tingkat pendidikan orangtua, jenis pekerjaan orangtua, pendapatan total keluarga, dan besar keluarga.

Usia ibu dan ayah adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun terakhir ibu

Pendidikan ayah dan ibu adalah tingkat pendidikan formal yang diperoleh ayah dan ibu

Pendapatan ayah dan ibu adalah jumlah perolehan uang dari hasil bekerja ayah dan ibu

Karakteristik individu adalah ciri-ciri khas contoh yang diteliti yang meliputi jenis kelamin, umur, dan uang saku.

Besar keluarga adalah jumlah orang yang memiliki hubungan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan hidup dari sumberdaya yang sama.

Pendidikan orangtua adalah jenjang pendidikan tertinggi yang dilalui oleh orangtua.

Pekerjaan orangtua adalah pekerjaan utama yang dilakukan oleh orangtua yang memberikan penghasilan terbesar.

Pendapatan total orangtua adalah jumlah uang yang diterima anggota keluarga, dapat berasal dari kepala keluarga, istri, anak, anggota keluarga yang lain, maupun sumbangan setiap bulannya.

Pendapatan per kapita adalah total perolehan uang dari hasil bekerja ayah dan ibu, kemudian dibagi dengan jumlah anggota keluarga.

Interaksi dalam keluarga adalah tindakan konkrit yang terjalin antara contoh dengan orangtua yang mencerminkan kualitas dan kuantitas hubungan

Pengambilan keputusan keluarga adalah persepsi anak terhadap individu yang menetapkan pilihan dari berbagai kesepakatan di dalam keluarga

Kenakalan remaja adalah perbuatan-perbuatan yang tidak sesuai norma agama dan sosial

Kenakalan minor adalah kenakalan yang tidak melanggar hukum, seperti: berbohong, menipu, membolos, kabur dari rumah, dan menentang keinginan orangtua

(21)

11

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Hasil penelitian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia ibu adalah 42,75 tahun dan rata-rata usia ayah adalah 49,33 tahun. Menurut Hurlock (1980) tahap usia tersebut termasuk pada kategori dewasa madya dengan rentang usia 40-60 tahun. Rata-rata besar keluarga dalam penelitian ini adalah lima orang. Menurut BKKBN (2005) rata-rata tersebut termasuk dalam kategori keluarga sedang yaitu 5-6 orang. Rata-rata lama pendidikan ibu adalah 8,62 tahun yaitu setara dengan tidak tamat SMP dan rata-rata lama pendidikan ayah adalah 10,15 tahun yaitu setara dengan tidak tamat SMA. Rata-rata pendapatan keluarga adalah Rp3.380.796 per bulan, sedangkan pendapatan per kapita keluarga per bulan rata-rata sebesar Rp717.912 angka tersebut sudah diatas garis kemiskinan kota Bogor menurut BPS (2014) yaitu sebesar Rp417.795. Sebaran jenis kelamin pada penelitian ini adalah 50 orang responden berjenis kelamin laki-laki dan sisanya sebanyak 2 orang berjenis kelamin perempuan.

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± standar deviasi

Usia responden (tahun) 17 19 18,0 ± 0,7

Usia ayah (tahun) 32 65 49,3 ± 8,1

Usia ibu (tahun) 29 64 42,7 ± 11,6

Besar keluarga (orang) 2 9 4,9 ± 1,2

Pendidikan ayah (tahun) 3 18 10,1 ± 3,5

Pendidikan ibu (tahun) 5 16 8,6 ± 3,4

Pendapatan keluarga (rupiah ) 1000000 7500000 3380769,2 ± 1637913,4 Pendapatan perkapita (rupiah) 142857 2250000 717912,1 ± 385819,7

(22)

12 Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua

Variabel n %

Pekerjaan ayah

1. PNS 3 5,6

2. Swasta 12 23,1

3. Wirausaha 21 40,3

4. Buruh 13 25,0

5. Supir angkot 1 1,9

6. Tidak bekerja 2 3,9

Pekerjaan ibu

1. PNS 2 3,8

2. Swasta 4 7,7

3. Wirausaha 2 3,8

4. Buruh 8 15,3

5. Pedagang 6 11,5

6. Ibu rumah tangga (tidak bekerja) 30 57,5

Interaksi Orangtua

Interaksi Ibu dengan Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi (59,6%) interaksi ibu dengan anak berada pada kategori rendah. Artinya secara umum interaksi yang dilakukan oleh ibu dengan anak kurang baik. Hal ini dapat dilihat dari lebih dari 25,0 persen responden tidak pernah makan malam bersama keluarga, ibu tidak pernah menanyakan kegiatan responden disekolah, ibu tidak pernah membuat responden menjadi lebih tenang ketika dalam keadaan sedih, dan responden tidak pernah ikut ibu berbelanja. Lebih dari 48,5 persen responden tidak pernah dibantu ibu dalam mengerjakan pekerjaan rumah dan ibu tidak pernah mengantar ke sekolah.

Tabel 4 Sebaran kategori interaksi ibu dengan anak

Kategori n %

Rendah (0 - 33,3%) 31 59,6

Sedang (33,4% - 66,0%) 19 36,5

Tinggi (66,1% - 100%) 2 3,8

Total 52 100,0

Min – Max 25-69

43,00 ± 8,345 Rata-rata ± Standar Deviasi

(23)

13 menunjukkan rasa sayangnya,dan ibu selalu mendengarkan ketika responden ingin berbicara (Lampiran 1).

Responden menjadikan ibu tempat curhat mengenai berbagai hal yang dialami responden. Beberapa responden masih diantar ke sekolah oleh ibu dikarenakan adanya ketakutan responden terhadap serangan dari sekolah lain. tingkat pendidikan ibu yang rendah hanya tamat SD. Hal tersebut mengakibatkan ibu tidak pernah membantu mengerjakan pekerjaan rumah (pr) responden.

Interaksi ibu dengan anak mempunyai indikator konflik, kasih sayang, kebersamaan, kelekatan, dan komunikasi. Sebesar 43,25 persen responden sering sekali konflik dengan ibu, karena adanya adu argumen antara ibu dan responden serta responden yang merasa susah dewasa. Hasil indikator menunjukkan bahwa 48,44 persen adanya saling memberikan kasih sayang antara ibu dan responden, adanya perhatian yang ibu berikan pada responden, ibu memuji dan menghargai responden, serta ibu mengekspresikan rasa sayangnya terhadap responden. Kebersamaan yang tercipta antara ibu dan responden dalam kategori jarang sebesar 47,7 persen,kurangnya waktu khusus diantara ibu dan responden setiap harinya. Sebesar 45,0 persen ibu dan responden jarang merasakan adanya kelekatan diantara keduanya, ibu sudah menjadi tempat curhat responden, kurangnya kepedulian ibu disaat responden sedih dan menjadikan lebih tenang. Indikator terakhir komunikasi sebesar 51,2 persen ibu dan responden sering sekali melakukan komunikasi, adanya komunikasi timbal balik yang dilakukan oleh ibu dan repsonden membuat interkasi diantara keduanya menjadi lebih baik (Lampiran 4)

Interaksi Ayah dengan Anak

Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan bahwa presentase tertinggi (42,3%) interaksi ayah dengan anak berada pada kategori rendah. Hal ini dapat diartikan secara umum bahwa interaksi yang terjalin antara ayah dengan anak tidak maksimal. Lebih dari 21,2 persen menunjukkan bahwa responden tidak mempunyai waktu untuk bersendagurau dengan ayah, ayah tidak pernah mengajak responden sarapan pagi sebelum berangkat sekolah, saat responden mendapat masalah tidak pernah meminta saran kepada ayah, responden tidak pernah bercerita apapun yang dialami responden kepada ayah, ketika responden merasa sedih ayah tidak pernah membuat responden menjadi tenang. Hasil lain menunjukkan lebih dari separuh 55,8 persen responden tidak pernah dibantu ayah saat mengerjakan pekerjaan rumah, ayah tidak menjadi tempat curhat, ayah tidak pernah makan bersama ayah, dan ayah tidak pernah mengantarkan responden pergi ke sekolah.

Tabel 5 Sebaran kategori interaksi ayah dengan anak

(24)

14

Berdasarkan Tabel 5, dapat diketahui bahwa sebanyak (17,3%) interaksi ayah dengan anak berada pada kategori tinggi. Lebih dari sepertiga (30,8%) dari responden mengaku selalu melakukan sholat berjamaah, ayah selalu berkata bangga pada respoden, responden selalu suka saat ayah menjelaskan banyak hal kepada responden, dan pada saat ayah berbicara dengan responden selalu menggunakan suara yang lembut. Selanjutnya lebih dari separuh (57,7%) responden menunjukkan bahwa ayah selalu menanyakan pada responden kegiatan di sekolah, responden selalu mempunyai waktu untuk berkomunikasi dengan keluarga, ayah selalu mendengarkan responden ketika responden ingin berbicara, ayah selalu memuji dan menghargai setiap hal yang responden lakukan, ayah selalu menunjukkan rasa sayangnya, dan responden selalu mempunyai hubungan yang baik dengan ayah (Lampiran 2).

Kesibukan ayah mencari nafkah di luar rumah menyebabkan lebih dari separuh responden tidak menjadikan ayah sebagai tempat curhat dan tidak membantu responden mengerjakan pekerjaan rumah (pr). Hal itu terjadi juga saat ayah tidak pernah membuat responden menjadi tenang pada saat responden merasa sedih dan ayah tidak pernah membantu menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh responden. Responden juga diantar ke sekolah oleh ayah, dikarenakan takut diserang oleh sekolah lain.

Indikator interaksi ayah dan anak persis seperti indikator pada interaksi ibu dan anak. Ayah dan responden jarang (48,1%) mengalami konflik, sebesar 46,7 persen ayah jarang bersama dengan responden, terlihat pada indikator kelekatan (43,0%) dan komunikasi (45,78%) pun ayah jarang bersama responden, karena ayah yang sibuk mencari nafkah di luar rumah sehingga memperkecil konflik. Indikator kasih sayang menunjukkan sebesar 30,4 persen sering sekali dilakukan, ayah menyempatkan untuk memuji, menghargai, dan mengekspresikan kasih sayangnya kepada responden (Lampiran 4)

Pengambilan Keputusan Keluarga

Berdasarkan Tabel 6 bahwa hasil pengambilan keputusan menurut persepsi anak yang lebih tinggi dilakukan secara bersama-sama dengan ayah, ibu dan anak adalah dalam hal pendidikan (67,3%). Lebih dari setengah (65,4%) responden mengaku memilih sekolah yang diinginkan, memilih les tambahan, memilih ekstrakulikuler di sekolah, memilih untuk masuk ke dalam organisasi di sekolah (OSIS,PMR, dan lainnya) dan memilih jurusan yang akan diambil (Lampiran 3).

Pengambilan keputusan tertinggi kedua yang dilakukan secara bersama-sama adalah dalam hal pangan (34,6%). Hal tersebut disebabkan oleh lebih dari setengah responden (55,8%) mengaku adanya permintaan mengenai menu makanan sehari-hari, meminta untuk dimasakin makanan kesukaan dihari khusus (seperti ulang tahun) dan adanya ritual makan bersama di luar rumah.

(25)

15 Pengambilan keputusan dalam hal menentukan keperluan keluarga dilakukan secara bersama-sama sebenyak 28,8% persen. Lebih dari separuh hasil ini dapat dilihat dari keputusan dalam membeli pakaian santai, memberikan fasilitas kepada anak, membeli peralatan sekolah, anak diajak untuk berdiskusi mengenai kebutuhan keluarga, membeli sepatu sekolah, menyisihkan uang saku untuk ditabung, dan mengadakan pergi liburan bersama keluarga.

Tabel 6 Sebaran pengambilan keputusan

Pengambilan keputusan

Sendiri (ayah atau ibu saja)

Dominan (ayah atau ibu)

Bersama-sama (melibatkan

anak)

n % n % n %

Keuangan 30 57,7 14 26,9 8 15,4

Pangan 9 17,3 25 48,1 18 34,6

Pendidikan 2 3,8 15 28,8 35 67,3

Keperluan keluarga 6 11,5 31 59,6 15 28,8

Total 52 100 52 100 52 100

Hasil penelitian pada Tabel 7 menunjukkan bahwa secara umum pengambilan keputusan masuk dalam kategori cukup (48,0%). Artinya pada keluarga responden masih melakukan pengambilan keputusan secara dominan ayah ataupun ibu. Namun sebanyak 21,2 persen pengambilan keputusan masuk dalam kategori baik. Artinya, pada keluarga responden sudah melakukan pengambilan keputusan dengan mengikut sertakan anak dalam pengambilan keputusannya. Selain itu, sebanyak (30,8%) pengambilan keputusan masuk dalam kategori kurang baik, artinya pengambilan keputusan masih dilakukan secara ayah atau ibu sendiri.

Tabel 7 Sebaran pengambilan keputusan keluarga

Pengambilan keputusan keluarga n %

Kurang baik (0 – 33,3%) 16 30,8

Cukup (33,4% - 66,0%) 25 48,0

Baik (66,1% - 100%) 11 21,2

Total 52 100,0

Min – Max 36 - 74

56,40 ± 8,113 Rata-rata ± Standar Deviasi

Kenakalan Remaja

(26)

16 Sebanyak 13,5 persen kenakalan remaja masuk dalam kategori tinggi. Hal ini dapat terlihat lebih dari separuh (51,9%) responden mengaku pernah melakukan seperti minum-minuman keras namun tidak bermasalah dengan keluarga dan sekolah, sering berkelahi dengan sesama pelajar, sering mengambil barang orang lain tanpa permisi, sering minggat dari rumah, bolos dari sekolah tanpa penjelasan, sering memukul orang lain namun tidak sampai terluka, pernah menyerang orang lain dengan senjata tajam, pernah membawa senjata tajam ke sekolah, selalu bergerombol pada saat pulang sekolah, selalu merokok, pernah menggunakan narkoba, pernah menggunakan lem aibon, pernah mengganggu orang lain saat duduk-duduk di pimggir jalan, pernah melakukan seks di luar nikah, pernah ditangkap polisi karena berbuat sesuatu yang melanggar hukum.

Tabel 8 Sebaran kategori kenakalan remaja

Kenakalan remaja n %

Rendah (0 – 33,3%) 25 48,1

Sedang (33,4% - 66,0%) 20 38,4

Tinggi (66,1% - 100%) 7 13,5

Total 52 100,0

Min – Max 48-126

75,87 ± 17,583 Rata-rata ± Standar Deviasi

Kenakalan yang dilakukan remaja bermacam-macam mulai dari kenakalan minor dan kenakalan mayor. Responden sering sekali mengambil barang orang lain tanpa permisi, sudah menjadi hal biasa bagi responden melakukannya, serta adanya perasaan menyenangkan bagi responden bila melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh dilakukan olehnya. Responden melakukan kenakalan tidak sendirian melainkan bersama-sama dengan teman sepermainannya. Contoh kenakalan yang kerap dilakukan oleh responden adalah membolos sekolah, sampai disekolah tidak masuk ke dalam kelas melainkan pergi nongkrong di tempat biasa berkumpul dengan teman-teman lainnya. Membawa senjata tajam di dalam tas sebagai alat perlindungan selama di perjalanan, selalu bergerombol pergi dan pulang sekolah agar aman dari serangan musuh, merokok dan minum-minuman alkohol tidak ketinggalan pada saat berkumpul. Responden kerap menggoda cewek-cewek di jalan, serta banyak dari responden yang sudah melakukan hubungan seks di luar nikah dengan pacar, teman kenalan, ataupun dengan para wanita pekerja seks. Akibat kenakalan yang dilakukannya responden sering ditangkap oleh pihak berwajib karena melanggar norma-norma sosial yang berlaku di masyarakat.

Hubungan antarvariabel yang diteliti

(27)

17 interaksi kedua orangtua dengan anak. Artinya semakin tinggi interaksi ibu dengan anak, maka semakin tinggi interaksi ayah dengan anak. Terdapat hubungan negatif antara interaksi ayah dengan anak terhadap kenakalan remaja. Artinya semakin tinggi interaksi ayah dengan anak sendiri maka akan rendah tingkat kenakalan remaja.

Tabel 9 Hubungan karakteristik keluarga dengan variabel utama

Variabel

Pengambilan keputusan 1 -0,039

Kenakalan remaja 1

Faktor – faktor yang Mempengaruhi Kenakalan Remaja

Hasil uji regresi linear pada Tabel 10 menunjukkan bahwa Adjusted R Square untuk kenakalan remaja pada penelitian ini adalah sebesar 0,078. Artinya, sebesar 7,8 persen faktor-faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja dapat dijelaskan oleh model. Sisanya sekitar 92,2 persen dijelaskan oleh variabel lain yang tidak diteliti. Interaksi ayah dengan anak berpengaruh negatif signifikan terhadap kenakalan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah interaksi ayah dengan anak, maka akan menaikkan skor kenakalan remaja sebanyak 0,009 poin.

Tabel 10 Faktor - faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja

Variabel

Pendidikan ayah (tahun) -1,332 -0,225 0,214

Pendidikan ibu (tahun) 0,773 0,129 0,537

Pendapatan per kapita (rupiah / kapita / bulan)

4,810 0,091 0,629

Besar keluarga (orang) -2,948 -0,179 0,240

Interaksi ibu dengan anak 0,263 0,210 0,367

Interaksi ayah dengan anak -0,500 -0,500 -0,009** Pengambilan keputusan keluarga -0,083 -0,035 0,811

R2 0,223

0,078 0,171

Adjusted R Square

Sig

(28)

18

PEMBAHASAN

Penelitian ini bertujan untuk mengetahui interaksi orangtua dengan anak dan pengambilan keputusan keluarga terhadap kenakalan remaja. Penelitian ini menempatkan responden sebagai seorang remaja yang menjadi anggota organisasi keluarga.

Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh negatif signifikan interaksi ayah dengan anak terhadap kenakalan remaja. Hal ini menunjukkan bahwa semakin rendah interaksi ayah dengan anak, maka semakin menaikkan skor kenakalan remaja. Sejalan dengan hasil penelitian Han dan Lian (2012), mengatakan bahwa pentingnya interaksi orangtua dengan anak mulai dari bayi sampai dewasa mengenai kedisiplinan, gaya pengasuhan dan penyesuaian diri remaja terhadap lingkungannya, sedangkan Han dan Lian (2012) juga mengatakan dengan adanya interaksi yang baik antara ayah dan anaknya akan menyebabkan interaksi mutualisme (timbal balik) yang baik juga antara anak dan ayahnya, sehingga tidak memberikan peluang akan terjadinya kenakalan pada remaja. Penelitian Osborne dan McLanahan (2007) dalam Sundari dan Herdajani (2013), mengatakan bahwa pengawasan dan pendampingan yang diberikan oleh ayah akan berpengaruh terhadap sikap dan perilaku anaknya.

Hasil penelitian interaksi ibu dengan anak dan interaksi ayah dengan anak dalam kategori rendah. Hal ini sejalan dengan penelitian Saliman (2006) yang menyatakan bahwa keluarga yang kurang baik dan tidak serasi hubungannya dengan lingkungan sosial sekitarnya akan cenderung mempunyai anak yang melakukan kenakalan pada usia remajanya. Penelitian Puspitawati (2006) mengindikasikan orangtua yang berkompeten adalah yang melakukan pengasuhan dengan hangat dan mendukung, menghargai anaknya, mencintai anaknya, melakukan kegiatan bersama, menanyakan pendapat, dan membantu memecahkan masalah bersama. Orangtua yang mampu melakukan pengasuhan dengan penuh kehangatan dan dukungan, memperdulikan masalah yang sedang dihadapi, mencintai anaknya, menghargai anaknya, mendiskusikan sesuatu, dan membantu menyelesaikan masalah. Hubungan yang akrab atau erat dengan rasa aman pada anak dapat membantu anak dalam menyesuaikan diri dnegan lingkungannya sampai anak mencapai usia remaja (Doyle dan Morreti 2000). Rendahnya interaksi orangtua dengan anak berpengaruh terhadap kehidupan remaja khususnya terhadap kenakalan remaja.

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini dilakukan secara dominan ayah atau ibu. Hal ini dikarenakan banyak orangtua takut memberikan kepercayaan pada remaja untuk mengambil keputusan sendiri, terutama bagi seorang ayah yang mempunyai anak usia remaja yang tidak mempercayai begitu saja dalam melakukan sesuatu (Harris 1991). Hasil tersebut tidak sejalan dengan temuan Kusumo et al. (2008) yang mengatakan bahwa pengambilan keputusan yang lebih baik adalah yang dilakukan secara bersama-sama antar anggota keluarga. Selain itu, menurut Muladsih (2011) pengambilan keputusan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga.

(29)

19 anak, agar tercipta keputusan terbaik serta disetujui dan diketahui oleh seluruh anggota keluarga.

Kenakalan remaja dalam penelitian ini masuk dalam kategori rendah, namun masih ditemukan tingkat kenakalan yang dilakukan yang dilakukan oleh remaja. Cahyo (2010) mengatakan hal tersebut bermula karena tidak berfungsinya peran orangtua dalam keluarga sebagai pendidik, pengayon, penjaga, pengarah dan sebagainya. Anak yang cendeurng nakal adalah anak yang berasal dari keluarga dengan orangtua kriminal, orangtua yang terlalu disiplin dan ketat, orangtua tunggal, dan keluarga dari ekonomi kelas rendah (Coleman dan Cressey 1987). Hal ini dapat disebabkan oleh kurang maksimalnya orangtua dalam mendidik anak, kurang maksimal pengawasan dari orangtua, pengaruh dari lingkungan, pengaruh dari teman sepermainan dan remaja sendiri yang sedang dalam pencarian jati diri. Menurut Saliman (2006) mengatakan bahwa remaja yang melakukan kenakalan berasal dari keluarga yang mempunyai interaksi kurang baik. Artinya semakin rendah interaksi keluarga maka akan mengakibatkan kenakalan yang tinggi. Menurut penelitian Fine (1985) mengatakan bahwa kenakalan remaja juga terjadi karena kurangnya perhatian pada saat masa kanak-kanak, adanya trauma psikologis, dan tidak pernah mempunyai hubungan yang akrab dengan orangtuanya dan anak-anak lain di lingkunganya. Hal ini sejalan dengan penelitian Maria (2007) keharmonisan keluarga mempunyai peran dalam menekan kenakalan remaja. Keluarga harmonis,seluruh anggota keluarga merasa dicintai, dan mencintai, merasa terpenuhi kebutuhan biologis dan psikologisnya, saling menghargai dan mengembangkan sisitem interaksi yang memungkinkan setiap anggota keluarga menggunakan seluruh potensinya. Menurut Marina (2000) remaja yang terpenuhi kebutuhan secara psikologis lebih kecil kecenderungan untuk berperilaku menyimpang.

Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ditemukan beberapa karakteristik keluarga yang memiliki hubungan positif terhadap interaksi orangtua dengan anak. Selain itu terdapat hubungan positif antara interaksi ibu dengan anak terhadap pendapatan perkapita. Secara umum terdapat hubungan positif antara interaksi ibu dengan anak dan interaksi ayah dengan anak. Menurut Pamungkas (2014) interaksi yang baik dengan menjaga komunikasi dengan anak remaja agar selalu harmonis sehingga anak terakrah dengan baik. Tidak terdapat pengaruh antara interaksi orangtua dengan anak terhadap pengambilan keputusan keluarga. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian Miftahuddin (2014) mengatakan pola interaksi keluarga tidak berpengaruh terhadap tingkap keterlibatan anak dalam pengambilan keputusan anak. Terdapat hubungan negatif antara interaksi ayah dengan anak terhadap kenakalan remaja. Menurut Mardiah (1999) peranan interaksi dalam keluarga sangat besar dalam memepengaruhi tingkah laku remaja, sehingga bila interaksi yang terjadi antara orangtua dengan anak kurang baik dapat mendorong anak utnuk berperilaku nakal. Selain itu, tidak terdapat hubungan diantara pengambilan keputusan terhadap kenakalan remaja.

(30)

20 adanya interaksi yang baik antara ayah dan anaknya akan menyebabkan interaksi mutualisme (timbal balik) yang baik juga antara anak dan ayahnya. Sehingga tidak memberikan peluang akan terjadinya kenakalan pada remaja.

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan perbaikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatasan tersebut yaitu:

1. Metode penelitian yang dilakukan masih bersifat purposive, sehingga sebaran karakteristik responden cenderung homogen yang memengaruhi interpretasi data.

2. Responden yang mengisi kuesioner hanya kelas XI sehingga penelitian ini hanya mengukur semua variabel berdasarkan perceived (yang dirasakan), sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan namun dengan variabel lain seperti teman sepermainan, interaksi ayah dan ibu, lingkungan sekolah dan penambahan responden yang beragam.

(31)

21

SIMPULAN DAN SARAN

SIMPULAN

Rata-rata usia responden adalah 18 tahun, besar keluarga responden mencapai rata-rata lima orang. Sebagian besar pendidikan ayah tidak tamat SMA dan sebagian besar pendidikan ibu tidak tamat SMP. Pekerjaan ayah lebih banyak di bidang wirausaha dan buruh, sedangkan ibu tidak bekerja (ibu rumah tangga). Tingkat interaksi ibu dengan anak dan interaksi ayah dengan anak berada pada kategori rendah. Pengambilan keputusan yang terjadi pada keluarga masih dilakukan oleh dominan ayah atau ibu. Kenakalan remaja tergolong rendah.

Terdapat hubungan negatif besar keluarga, hubungan positif besar keluarga, dan hubungan positif pendapatan perkapita dengan interaksi ibu dengan anak. Hubungan negatif antara interaksi ayah dengan anak terhadap kenakalan remaja. Faktor yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah adanya pengaruh negatif interaksi ayah dengan anak.

SARAN

Adanya perhatian dan kasih sayang lebih dari orangtua dan anak serta diharapkan adanya hubungan timbal balik diantara orangtua-anak untuk meningkatkan hubungan orangtua-anak dan meminimalisir kenakalan remaja. Pengambilan keputusan yang lakukan dalam keluarga lebih baik mengikut sertakan anak dalam diskusi.

(32)

22

DAFTAR PUSTAKA

[BPS] Badan Pusat Statistika [Jabar] Jawa Barat. 2011. Data jumlah penduduk Jawa Barat menurut kelopok umur dan jenis kelamin tahun 2011. [Internet].

[diunduh 2014 Desember 18]. Tersedia pada:

http://jabar.bps.go.id/subyek/jumlah-penduduk-jawa-barat-menurut-kelompok-umur-dan-jenis-kelamin-tahun-2011

[BPS] Badan Pusat Statistika [Jabar] Jawa Barat. 2010. Data jumlah penduduk Jawa Barat hasil sensus penduduk tahun 2010. [Internet]. [diunduh 2014 Desember 18]. Tersedia pada:http://jabar.bps.go.id/subyek/penduduk-jawa-barat-hasil-sensus-penduduk-2010

[BPS] Badan Pusat Statistika [Jabar] Jawa Barat. 2012. Data jumlah penduduk kabupaten dan kota di Jawa Barat tahun 2004-2012. [Internet]. [diunduh 2014 Desember 18]. Tersedia pada:http://jabar.bps.go.id/subyek/jumlah-penduduk-kabupatenkota-di-jawa-barat-2004-2012

[BKKBN] Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional. 2011. Fenomena Kenakalan Remaja Di Indonesia. [internet]. [diunduh 2014 Desember 18]. Tersedia

pada:http://ntb.bkkbn.go.id/Lists/Artikel/DispForm.aspx?ID=673&ContentT ypeId=0x01003DCABABC04B7084595DA364423DE7897

[UNFPA] United Nations fund for Population Activities. 2010. UNFPA Annual Report 2010. [internet]. [diunduh 2014 Desember 18]. Tersedia pada:http://unfpa.org/piblicatios/unfpa-annual-report-2010.

[LITBANG] http://ejournal.litbang.depkes.go.id/index.php/MPK/article/view/990 Bronfenbrenner U. 1981. The Ecology of Human Development: Experiments By

Nature and Design, USA: Library of Congress Cataloging in Publication Data.

Awde Nadine. 2009. The Influence Of Cultural Values On The Parent-Child Interaction Pattern Of Families From On Asian Background. Arecls. Vol 6 (1-7).

Chuang YC. 2005. Effecs of interaction pattern on family harmony and well being: test of interpersonal theory, relational model theory, and confucian ethics. Asian journal of social psychology. 272-291

Gunarsa S.D. & Y.S.D. Gunarsa. 2004. Psikologi Praktis : Anak, Remaja, dan Keluarga. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Hurlock, 1980. Psikologi Perkembangan; Suatu pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan; edisi kelima. Jakarta : Erlangga

Khayati Nur Lathifah, 2012. Hubungan Keterlibatan Ayah dalam Pengasuhan dan Motivasi Berprestasi pada Siswa MTS Wathaniyah Islamiyah Kebumen. Yogyakarta : Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta

Kunarti. 2004. Pengaruh Interaksi Keluarga dan Tekanan Ekonomi terhadap

Kenakalan Remaja di Sekolah Menengah Kejuruan Teknik Industri(SMKTI) Kota Bogor [skripsi]. Bogor: Program Sarjana, Institut Pertanian Bogor. Kusumo RAB. 2009. Peran gender dalam strategi koping dan pengambilan

(33)

23 Kusumo RB, Sunarti E, Pranadji DK. 2008. Analysis on the role of gender in correlation with family welfare of paddy and horticulture farmers in sub urban area. Media Gizi & Keluarga. 32(2). 52-64

Lickona T. 1991. Educating for Character: How Our Schools Can Teach Respect and Responsibility. New York: Bantam Books.

Mardiah. 1999. Hubungan Interaksi Antara Orangtua dan Anak dengan Kenakalan Remaja [skripsi]. Bogor : Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga Martiastuti K. 2012. Resiliensi Remaja Berdasarkan Jenis Kelamin, Jenis Sekolah

dan Tipologi Wilayah [tesis]. Bogor : Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Maria Ulfa. 2007. Peran Persepsi Keharmonisan Keluarga dan Konsep Diri Terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja [tesis]. Yogyakarta : Program Studi Psikologi

Megapolitan. 2012. Polda metro: Kenakalan remaja meningkat pesat, perkosaan menurun pada tahun 2012. [interner]. [diunduh 2014 Desember 18]. Tersedia pada:http://www.beritasatu.com/megapolitan/89874-polda-metro-kenakalan-remajameningkat-pesat-perkosaan-menurun.html

Miftahuddin M A. 2014. Analisis Pengaruh Pola Asuh Orangtua Terhadap Keterlibatan Anak Dalam Keputusan Pembelian Gadget; 2014 September 6; Purwokerto, Indonesia.Prosiding Seminar Hasil Penelitian LPPM IMP 2014. Nindya P.N. dan Margaretha R. 2012. Hubungan Kekerasan Emosional pada

Anak terhadap Kecenderungan Kenakalan Remaja. Jurnal Psikologi Klinik dan Kesehatan Mental. 1(2): 1-9

Papalia DE, Old SW, dan Feldman RD. Human Development (Psikologi Perkembangan). Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Puspitawati H. 2006. Pengaruh Faktor Keluarga, Lingkungan, Teman dan Sekolah terhadap Kenakalan Pelajar di Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) di Kota Bogor [Disertasi]. Bogor: Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor

Puspitawati H, Setioningsih SS. 2011. Fungsi pengasuhan dan interaksi dalam keluarga terhadap kualitas perkawinan dan kondisi anak pada keluarga tenaga kerja wanita (TKW). JIKK. 4(1): 11-20

Puspitawati H. 2009. Kenakalan Pelajar Dipengaruhi oleh Sistem Sekolah dan Keluarga. Bogor: IPB Press

Rizkillah R. 2013. Masalah dan konflik kerja-keluarga serta strategi

penyeimbangan pada keluarga dengan suami isteri bekerja [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, Fakultas Ekologi

Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Rizkillah R. 2014. Kualitas perkawinan dan lingkungan pengasuhan pada keluarga dengan suami istri bekerja [tesis]. Bogor (ID): Sekolah Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.

(34)

24 Santrock JW. 2007. Remaja. Widyasinta B, penerjemah; Sallama NI, editor.

Jakarta: Erlangga. Terjemahan dari: Adolescene, 11th edition.

Saliman. 2006. Kenakalan Renaja Sebagai Perilaku Menyimpang Hubungannya dengan Keberfungsian Sosial Keluarga. [interner]. [diunduh 2015 Mei 22]. Tersedia pada:http://

Sajogyo P. 1981. Peranan Wanita dalam Perkembangan Masyarakat Desa. Jakarta. Rajawali, YIIS.

Saripudin M. 2002. Hubungan Kenakalan Remaja dengan Fungsi Sosial Keluarga [skripsi]. Yogyakarta : Program Studi Sosiologi Agama Fakultas Islam Negeri Sunan Kalijaga

Sunarti E. 2013. Ketahanan Keluarga. Bogor (ID): IPB Press

Supranto J. 2005. Teknik Pengambilan Keputusan. Jakarta (ID): Rineka Cipta. Slamet R. 2001. Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat partisipasi

angkatan kerja wanita daerah tingkat 1 Jawa Timur. Jurnal Ekuitas. 5(1): 32-44

(35)

25

(36)

26 Lampiran 1 Sebaran interaksi orangtua dengan anak

No Pernyataan

3. Saya selalu mempunyai waktu untuk berkomunikasi dengan ibu

65,4 32,7 1,9

4. Saya mempunyai hari-hari khusus untuk berinteraksi dengan ibu 10. Ibu menunjukkan rasa sayangnya kepada saya 86,5 9,6 3,8 11. Ibu saya akan mendengarkan saya ketika saya ingin

berbicara dengannya

75,0 23,1 1,9

12. Ibu menanyakan kegiatan saya di sekolah 46,2 42,3 11,5 13. Saya dibantu ibu mengerjakan pekerjaan rumah 16. Saya melakukan sholat berjamaah (beribadah)

bersama ibu

48,5 48,1 13,5

17. Saya memiliki hubungan yang baik dengan ibu saya 75,0 21,2 3,8 18. Ketika saya mendapatkan masalah, saya meminta

saran kepada ibu saya

42,3 50,0 7,7

19. Ketika saya merasa sedih, ibu membuat saya menjadi tenang

Interkasi ayah dengan anak

1. Ayah mengajak saya sarapan pagi sebelum berangkat

3. Saya selalu mempunyai waktu untuk berkomunikasi dengan ayah

48,1 42,3 9,6

4. Saya mempunyai hari-hari khusus untuk berinteraksi dengan ayah

(37)

27

7. Saya selalu makan malam bersama keluarga 19,2 51,9 28,8

8. Ayah menjadi tempat curhat 19,2 30,8 50,0

9. Ayah mempunyai waktu untuk bersama saya 26,9 50,0 23,1 10. Ayah menunjukkan rasa sayangnya kepada saya 48,1 44,2 7,7 11. Ayah saya akan mendengarkan saya ketika saya ingin

berbicara dengannya

44,2 46,2 9,6

12. Ayah menanyakan kegiatan saya di sekolah 36,5 38,5 25,0 13. Saya dibantu ayah mengerjakan pekerjaan rumah (PR) 15,4 44,2 40,4 14. Saya suka saat ayah menjelaskan banyak hal kepada

saya

36,5 46,2 17,3

15. Ayah mengantarkan saya pergi ke sekolah 5,8 34,6 59,6 16. Saya melakukan sholat berjamaah (beribadah)

bersama ayah

30,8 50,0 19,2

(38)

28 Lampiran 2 Sebaran pengambilan keputusan

No Pernyataan kebutuhan keluarga (pasar tradisional, supermarket, hypermart, dll)

59,6 3,8 21,2 15,4

5. Meminta untuk dibawakan bekal makan ke sekolah

50,0 5,8 25,0 19,2

6. Meminta dimasakin makanan khusus di hari ulang tahun (hari special

8. Menentukan sekolah (memilih sekolah yang diinginkan) buku pelajaran, buku tulis, dll)

19,2 11,5 57,7 11,5

15. Membeli sepatu sekolah 9,6 17,3 61,5 11,5

16. Membayar SPP sekolah 26,9 15,4 36,5 21,2

17. Minta tolong anak untuk membantu pekerjaan rumah (membantu orangtua) 20. Menyisihkan uang saku unuk ditabung

(di bank ataupun di celengan)

19,2 9,6 53,8 17,3

(39)

29 Lampiran 3 Sebaran kenakalan remaja

No Pernyataan

1. Bermasalah dengan keluarga karena minum terlalu banyak

13,5 23,1 63,5

2. Bermasalah dengan sekolah karena minum terlalu banyak

7,7 21,2 71,2

3. Mempunyai perasaan bersalah karena minum 25,0 65,4 9,6 4. Bermasalah dengan teman karena minum terlalu banyak 25,0 63,5 11,5 5. Bermasalah dengan keluarga karena narkoba 9,6 76,9 13,5 6. Bermasalah dengan sekolah karena narkoba 7,7 78,8 13,5 7. Bermasalah dengan teman karena narkoba 15,4 71,2 13,5

8. Merasa ingin berubah lebih baik 75,0 17,3 7,7

9. Merasa dikucilkan karena kebiasaan minum atau narkoba

21,2 63,5 15,4

10. Berkelahi dengan sesama pelajar 51,9 38,5 9,6 11. Ditangkap polisi karena berkelahi, narkoba, atau mabuk 26,9 63,5 9,6 12. Ditangkap polisi karena terkena razia 36,5 53,8 9,6 13. Mengambil barang orang lain tanpa permisi 86,5 1,9 11,5 14. Demi melancarkan rencana anda, anda menghalalkan

segala cara

34,6 53,8 11,5

15. Ternyata ada perasaan menyenangkan melakukan sesuatu yang seharusnya tidak boleh anda lakukan

30,8 57,7 11,5

24. Menyerang seseorang dengan sengaja 26,9 65,4 7,7 25. Menggunakan senjata / kekuatan untuk mendapatkan

uang / barang dari ornag lain

13,5 76,9 9,6

34. Duduk-duduk di pinggir jalan mengganggu orang 34,6 53,8 11,5

35. Menggoda cewek-cewek di jalan 50,0 40,4 9,6

36. Melakukan hubungan seks di luar nikah 17,3 69,2 13,5 37. Ditangkap polisi karena berbuat sesuatu yang melanggar

hukum

28,8 61,5 9,6

(40)

30

No Pernyataan

Pilihan jawaban

Sering sekali (%)

Jarang (%)

(41)

31 Lampiran 4 Indikator interaksi orangtua-anak

Interkasi ibu dengan anak indikator konflik

Kategori n %

Sering sekali (0 – 33,3%) 23 43,2

Jarang (33,4% - 66,0%) 25 47,2

Tidak pernah (66,1% - 100%) 5 9,6

Total 52 100,0

Min – Max 2 - 6

2,96 ± 1,214 Rata-rata ± Standar Deviasi

Interaksi ibu dengan anak indikator kasih sayang

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 26 48,4

Jarang (33,4% - 66,0%) 12 26,5

Sering sekali (66,1% - 100%) 13 25,1

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

14,8 ± 6,07 Rata-rata ± Standar Deviasi

Interaksi ibu dengan anak indikator kebersamaan

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 20 40,1

Jarang (33,4% - 66,0%) 23 47,7

Sering sekali (66,1% - 100%) 9 12,2

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

48,90 ± 10,479 Rata-rata ± Standar Deviasi

Interaksi ibu dengan anak indikator kelekatan

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 19 43,1

Jarang (33,4% - 66,0%) 22 45,0

Sering sekali (66,1% - 100%) 11 11.9

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

(42)

32 Interaksi ibu dengan anak indikator komunikasi

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 26 51,2

Jarang (33,4% - 66,0%) 20 41,9

Sering sekali (66,1% - 100%) 6 6,9

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

14,80 ± 6,07 Rata-rata ± Standar Deviasi

Interaksi ayah dengan anak indikator konflik

Kategori n %

Sering sekali (0 – 33,3%) 19 30,7

Jarang (33,4% - 66,0%) 21 48,1

Tidak pernah (66,1% - 100%) 12 21,2

Total 52 100,0

Min – Max 2 - 6

2,96 ± 1,214 Rata-rata ± Standar Deviasi

Interaksi ayah dengan anak indikator kasih sayang

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 20 43,9

Jarang (33,4% - 66,0%) 17 30,4

Sering sekali (66,1% - 100%) 15 25,7

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

14,80 ± 6,07 Rata-rata ± Standar Deviasi

Interaksi ayah dengan anak indikator kebersamaan

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 11 26,3

Jarang (33,4% - 66,0%) 27 46,7

Sering sekali (66,1% - 100%) 15 28,2

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

(43)

33 Interaksi ayah dengan anak indikator kelekatan

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 19 30,1

Jarang (33,4% - 66,0%) 21 43,0

Sering sekali (66,1% - 100%) 11 26,9

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

20,72 ± 8,498 Rata-rata ± Standar Deviasi

Interaksi ayah dengan anak indikator komunikasi

Kategori n %

Tidak pernah (0 – 33,3%) 17 37,4

Jarang (33,4% - 66,0%) 20 45,7

Sering sekali (66,1% - 100%) 16 16,9

Total 52 100,0

Min – Max 5 - 15

(44)

34 Lampiran 5 Resume jurnal

o

Judul Penulis Resume

Fungsi

1.pasangan yang memiliki kemampuan baik dalam berkomunikasi maka akan semakin baik hubungan diantara suami istri. 2.kedekatan suami dan istri dapat

memberikan efek terhadap hubungan perkawinan.

3.Rendahnya kedekatan suami dan istri akan menimbulkan masalah untuk pasangan diantaranya menipisnya perasaan lekat terhadap pasangan dan pada akhirnya akan berdampak pada hubungan perkawinan.

4.bahwa keadaan hangat yang dibentuk lingkungan anak tidak mampu meningkatkan kondisi anak. 5.Anak membutuhkan kedekatan dan

bonding yang nyata dengan ibunya sehingga anak tetap mengalami stres meskipun orang disekitarnya telah membentuk lingkungan yang hangat dan menyenangkan.

Sry Ayu Rejeki 1.Pemahaman moral yang lebih tinggi terdapat pada anak laki-laki. 2.disarankan untuk dapat bertingkah

laku sesuai dengan norma-norma moral yang dianut dalam masyarakat. Remaja juga diharapkan dapat menghargai hak orang lain dan dapat mempertanggung jawabkan segala tindakannya telah melewati masa kanak-kanak, dan saat ini sudah memasuki masa puber, selanjutnya siap memasuki gerbang masa kedewasaan.

(45)

35

3.Bila anak berubah menjadi remaja yang menutup diri, ajak anak untuk berbicara terbuka mengenai masalah yang dihadapinya.

4.Orangtua tidak mendikte anak mengenai apa yang harus dilakukan delam hidupnya.

5.Orangtua yang memiliki kendali terhadap situasi yang terjadi tapi jangan melupakan hak anak untuk mendapatkan privasi.

6. Komunikasi yang baik akan menjembatani kemauan dan kepentingan keduanya.

.

.

Hubungan antara keluarga broken home, pola asuh orangtua dan interaksi teman sebaya dengan kenakalan

1. Faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orantua sebagai figur tauladan yang baik bagi anak. 2. Adanya hubungan yang signifikan

antara kenakalan remaja dengan keluarga broken home, berarti semakin tidak harmonis hubungan keluarga maka akan semakin tinggi pula tingkat kenakalan remaja. 3. Keluarga merupakan suatu sistem,

apabila dalam keluarga terdapat gangguan pada salah seorang anggota keluarganya, maka seluruh sistem akan ternganggu.

.

Keluarga bercerai dan intensitas interaksi anak terhadap orangtuanya

2. Komunikasi tidak sebatas dengan keluarga utuh, namun dalam keluarga yang tidak bersatu lagi (bercerai) walaupun keluarga yang bercerai pasti memisahkan anak dengan salah satu orangtuanya. 3. Komunikasi yang terpenting antara

anak dan orangtuanya yang berpisah adaah makna dan kualitas dari pertemuan itu.

4. Komunikasi yang baik juga dapat diiringi dengan komunikasi secara tidak langsung seperti lewat telpon, SMS, surat menyurat, merupakan suatu hal yang juga dapat menambahkan keeratan hubungan antara anak dan orangtua.

(46)

36

dengan menggunakan media komunikasi secra tidak langsung tersebut.

6. Keluarga deng penuh konflik tidak akan ,mampu menjalankan fungsi-fungsi keluarganya dengan sempurna.

7. Penelitian – penelitian membuktikan bahwa hubungan emosional lebih berrti dan efektif dari pada hubungan intelektual dalam proses sosialisasi, oleh karena itu orang tua memainkan peranan penting terhadap proses sosialisasi anak.

1. Pengambilan keputusan tidak selalu merupakan tanggung jawab di pihak istri saja, tetapi telah menjadi tanggung jawab bersama antara suami dna istri.

2. Musyawarah bersama adalah cara untuk mengatasi masalah dalam keluarga, caranya dengan memiliki waktu bersama, serta menceritakan ppenglaman pekerjaan maupun sekolah merupakan stategi keluarga untuk dapat bertahan dalam menghadapi permasalahan. 3. Proses pengambilan keputusan

serta interaksi dalam keluarga sangat memerlukan komunikasi yang baik.

4. Semakin kecil jumlah anggota keluarga maka pengambilan keputusan dilakukan secara bersama-sama atau setara.

5. Semakin baik komunikasi antar anggota keluarga maka dukungan sosial yang akan di berikan semakin besar terutama dari keluarga inti.

6. Semakin tinggi frekuensi komunikasi antar anggota keluarga, maka kesejahteraan subjektif keluarga juga akan semakin tinggi. tangga mempunyai peranan yang sangat besar sebagai penyampai pesan pertama.

2. Bapak juga menjadi komunikator dalam musyawarah yang di adakan di keluarga tersebut. 3. Peran ibu juga bisa di jadikan

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran Pengaruh Interaksi Dan Pengambilan Keputusan
Tabel 1 Jenis, cara pengumpulan data responden, dan sumber kuesioner
Tabel 2  Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga
Tabel 3  Sebaran contoh berdasarkan pekerjaan orangtua
+2

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara persepsi orangtua terhadap seksualitas dan kualitas komunikasi orangtua-anak dengan perilaku seksual

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan interaksi sosial teman sebaya dengan pengambilan keputusan karier pada remaja..

Penelitian Dewi, Hardjono, dan Nugroho (2014) menemukan bahwa interaksi sosial teman sebaya pada remaja dapat mempengaruhi seorang remaja untuk mengambil keputusan

Artinya terdapat korelasi yang signifikan antara interaksi guru dan siswa dengan kenakalan remaja, Perahtian orang tua berkorelasi dengan kenakalan remaja ditunjukkan dengan nilai

Dari hasil penelitian ini diperoleh r sebesar 0,162 menunjukan bahwa hubungan lemah sekali antara pengguna media sosial terhadap intensitas interaksi remaja dengan orangtua

Hasil penelitian ini sejalan dengan Nur Hidayat (2019) dalam penelitiannya yang juga seorang Konsultan Pajak mengatakan “Bahwasannya seorang Konsultan Pajak yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari besarnya pengaruh interaksi dalam keluarga dan percaya diri anak terhadap kemandirian anak usia 5-6 tahun di kecamatan praya

Berdasarkan pengertian dari bimbingan, akhlak dan orangtua, maka dapat penulis jelaskan bahwa yang dimaksud dengan bimbingan orangtua dalam penelitian ini adalah bantuan yang dilakukan