• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN X

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN X"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

67

PENGARUH DUKUNGAN SOSIAL ORANGTUA TERHADAP

KENAKALAN REMAJA DI KECAMATAN X

Wenda Ega Vertin, Lala Septiyani Sembiring, Sartana

Universitas Andalas

Email : wendaegav@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X. Ada 326 remaja terlibat dalam penelitian ini, dengan rentang usia antara 15-18 tahun. Sampel penelitian ini diambil dengan teknik accidental sampling. Data dikumpulkan dengan Skala Dukungan Sosial dari Orangtua (reliabilitas 0,934) dan Skala Kenakalan Remaja (reliabilitas 0,928). Data diolah dengan analisis regresi sederhana. Hasil analisis data menunjukan bahwa dukungan sosial dari orangtua berpengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja (0,01(P<0,05), dengan besaran pengaruh sebesar 3,3% (R2=0,033). Temuan lain penelitian ini adalah kenakalan remaja di Kecamatan X berada pada kategori tinggi sementara dukungan sosial dari orangtua berada pada kategori sedang.

Kata Kunci : Dukungan Sosial, Kenakalan, Remaja, Orangtua

1. PENDAHULUAN

Masa remaja merupakan periode transisi dalam rentang kehidupan manusia yang menjembatani masa kanak-kanak dengan masa dewasa. Pada usia ini, individu mengalami perubahan pada aspek biologis, kognitif, dan sosial-emosional yang akan berpengaruh pada perilaku mereka. Beragam perubahan tersebut membuat remaja menghadapi berbagai masalah yang kompleks, baik masalah yang berhubungan dengan dirinya sendiri maupun masalah dengan lingkungannya.

Lebih jauh, beragam masalah tersebut akan menyebabkan remaja mengalami ketidakberdayaan, sehingga mereka terjerumus pada berbagai tindak kenakalan. Seperti yang dikemukakan Santrock (2003), bahwa tindakan kenakalan yang dilakukan oleh remaja merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk mengurangi beban tekanan jiwanya.

Kenakalan remaja adalah kumpulan perilaku remaja yang tidak dapat diterima secara sosial atau bertentangan dengn norma sosial sampai tindak kriminal (Santrock, 2003) atau tindakan yang menyimpang dari norma-norma hukum pidana (Sarwono, 2012). Lebih rinci, Jensen (dalam Sarwono, 2012) menjelaskan bahwa kenakalan remaja mencakup perilaku yang melanggar status, yang merugikan dirinya sendiri dan orang lain, atau yang menimbulkan kerusakan materi.

Kenakalan yang dilakukan oleh remaja bentuknya beragam, seperti perilaku merokok (World

Health Organization, 2009), tawuran antar pelajar dan seks di luar nikah (Kusmiyati, 2013). Sementara

menurut Kartono (2013) bentuk kenakalan remaja di antaranya adalah kebut-kebutan dijalan, berandalan, perkelahian (tawuran), dan membolos sekolah. Sebagian kenakalan tersebut mengarah pada tindak kriminal, seperti mengancam, mengintimidasi, memeras, mencopet, merampas, menyerang, melakukan pembunuhan, dan melakukan tindak kekerasan lainnya. Bentuk kenakalan yang lain adalah mabuk-mabukkan, melakukan seks bebas, menggunnakan narkoba, memerkosa, melakukan komersialisasi seks, menggugurkan janin, dan berjudi atau melakukan pertaruhan yang lain. Pada umumnya, kenakalan remaja banyak terjadi di kota besar. Menurut Kartono (2003), kota-kota besar menjadi daerah rawan tindak kenakalan remaja disebabkan karena aktivitas masyarakatnya yang cukup tinggi, yang menyebabkan timbulnya berbagai masalah sosial. Masalah sosial tersebut menyebabkan remaja mengalami kebimbangan, kebingungan, kecemasan, dan mengalami konflik, sehingga sebagai bentuk kopingnya, mereka akan melakukan kenakalan.

(2)

68 Kasus kenakalan remaja juga banyak terjadi di kota Payakumbuh, salah satu kota di Sumatera Barat. Secara khusus, kasus kenakalan remaja yang dilaporkan ke Polisi resort (Polres) Payakumbuh berasal dari kecamatan X sebanyak 50% dan 50% lainnya berasal dari seluruh kecamatan lain yang berada di Kota Payakumbuh.

Jenis kenakalan remaja yang dilakukan remaja di Payakumbuh beragam. Selama tahun 2014 tercatat berbagai macam kasus yang dialami oleh remaja di Kepolisian Resort (Polres) Payakumbuh di antaranya 7 kasus pengeroyokan; 8 kasus pencurian; 5 kasus persetubuhan anak di bawah umur; 20 kasus penganiayaan yang dilakukan secara bersama-sama; 1 kasus pembunuhan; dan 1 kasus KDRT (Kekerasan Dalam Rumah Tangga) (Polres Payakumbuh, 2014).

Ada beberapa faktor yang menyebabkan remaja melakukan tindak kenakalan. Faktor-faktor tersebut di antaranya identitas diri, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai di sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, kelas sosial ekonomi, dan kualitas lingkungan sekitar tempat tinggal (Santrock 2003).

Menurut Santrock (2003) dan Kartono (2003) keluarga merupakan salah satu faktor utama yang mempengaruhi remaja melakukan berbagai tindak kenakalan. Hal itu terjadi karena keluarga merupakan lingkungan utama bagi anak. Hubungan antara orangtua dan anak, ayah dengan ibu, atau anak dengan anggota keluarga lain yang tinggal bersama-sama, berpengaruh pada perasaan, pikiran, tindakan serta kehidupan sosial remaja.

Salah satu aspek keluarga yang mempengaruhi kenakalan remaja adalah dukungan sosial dari anggota keluarga. Dukungan sosial adalah hal yang mengacu pada rasa senang yang dirasakan, kenyamanan, perhatian, penghargaan atau bantuan yang diberikan orang lain atau kelompok kepada individu, yangterdiri dari informasi atau nasehat verbal dan/atau non-verbal, bantuan nyata, atau tindakan yang diberikan oleh keakraban sosial atau didapat karena kehadiran individu-individu tersebut dan mempunyai manfaat emosional atau efek perilaku bagi pihak penerima.

Meskipun remaja dapat mendapatkan dukungan sosial dari berbagai sumber, seperti teman, dokter atau komunitas (Sarafino, 2002; Myers, 2010), namun menurut Rodin dan Salovey (dalam Smet, 1994) dukungan sosial yang paling penting bagi remaja adalah dukungan sosial dari keluarga.

Menurut Sukamto (dalam Ali & Ashori, 2000), ketika remaja sedang mengalami kebingungan dalam hidupnya, remaja akan memerlukan dukungan keluarga untuk membantu memperoleh solusi terbaik bagi masalany, khususnya dukungan dari orangtua. Remaja yang mendapat dukungan dari orangtua cenderung menyakini bahwa mereka disayangi, diperhatikan, dan akan mendapatkan bantuan dari orangtua bila mereka membutuhkan sesuatu (Santrock, 2003).

Lebih jauh, Sarafino (2002) menjelaskan bahwa dukungan sosial dapat berupa dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan. Dukungan emosional merupakan suatu bentuk dukungan yang diekspresikan melalui empati, perhatian, kasih sayang dan kepedulian terhadap individu lain. Di sisi lain, dukungan penghargaan merupakan suatu bentuk dukungan yang terjadi melalui ekspresi seseorang dengan menunjukkan suatu penghargaan positif terhadap individu. Sementara dukungan instrumental merupakan suatu bentuk dukungan langsung yang diwujudkan dalam bentuk bantuan material atau jasa yang dapat digunakan untuk memecahkan masalah-masalah praktis. Sedangkan dukungan informasi merupakan suatu dukungan yang diungkapkan dalam bentuk pemberian nasehat/saran, penghargaan, bimbingan/pemberian umpan balik mengenai apa yang dilakukan individu, guna memecahkan masalah yang dihadapi.

Adanya pengaruh dukungan sosial orangtua terhadap perilaku remaja tersebut dibuktikan oleh beberapa hasil penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut menunjukan bahwa dukungan sosial berkolerasi positif pada prestasi belajar pada anak usia sekolah dasar (Mindo, 2008),

self-directed learning pada siswa SMA (Tarmidi, 2010), minat baca pada siswa SMP (Wilatri, 2012).

Penelitian lain yang dilakukan oleh Mutia (2011) terhadap 145 orang siswi SMA di Slawi menemukan bahwa dukungan sosial dari keluarga mempengaruhi tingkat kecenderungan kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Semakin tinggi dukungan sosial dari keluarga maka akan semakin rendah

(3)

69 kecenderungan remaja untuk melakukan tindak kenakalan. Penelitian yang dilakukan oleh Wahida (2011) juga menemukan hasil yang sama. Penelitian yang dilakukan pada 45 orang remaja siswa SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi Tengah tersebut menemukan bahwa dukungan orangtua mempengaruhi tingkat kecenderungan kenakalan yang dilakukan oleh remaja. Semakin tinggi dukungan orangtua, tingkat kecenderungan remaja untuk melakukan kenakalan semakin rendah.

Paparan di atas menunjukkan bahwa banyak kasus kenakalan remaja di Kecamatan X, kota Payakumbuah Kajian peneliti terhadap studi sebelumnya menemukan adanya peran penting dukungan sosial terhadap kenakalan remaja tersebut. Sejauh ini, belum pernah ada penelitian mengenai pengaruh dukungan sosial dari orangtua dan kenakalan remaja yang dilakukan di kecamatan X. Oleh karena itu, peneliti menganggap penting untuk dilakukan penelitian “Pengaruh Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja di Kecamatan X”.

2. METODOLOGI

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah dukungan sosial dari orangtua, sementara variabel tergantungnya adalah kenakalan remaja. Dukungan sosial dari orangtua dalam penelitian ini diukur dengan Skala Dukungan Sosial yang disusun berdasarkan aspek-aspek konsep dukungan sosial yang dikemukakan oleh Sarafino (2002). Di sisi lain, variabel kenakalan remaja diukur dengan Skala Kenakalan Remaja yang disusun berdasarkan jenis-jenis kenakalan remaja yang dikemukakan oleh Jensen (dalam Sarwono, 2012). Responden penelitian ini sebanyak 326 orang, yang diambil dengan teknik accidental sampling. Analisis data penelitian dilakukan dengan menggunakan analisis regresi linear sederhana. Uji normalitas sebaran data penelitian menggunakan teknik kolmogrof smirnof.

3. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Berdasarkan sebaran skala penelitian tersebut diketahui bahwa jumlah responden penelitian dengan usia 15 tahun ada 83 orang, yang berusia 16 tahun ada 94 orang, usia 17 tahun berjumlah 93 orang, dan yang berusia 18 tahun ada 5 orang. Sementara jika dilihat dari jenis kelaminnya, responden yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 174 orang dan responden perempuan sebanyak 152 orang.

Pekerjaan orangtua dikelompokkan menjadi 6 bagian, buruh (26 orang), petani (22 orang), pedagang (55 orang), wiraswasta (114 orang), pegawai swasta (42 orang), dan PNS (53 orang). Kemudian subjek penelitian yang orangtua menikah sebanyak 248 orang dan yang tidak menikah sebanyak 78 orang.

Uji Normalitas

Pengujian normalitas penyebaran skor data dengan menggunakan uji Kolmogorov-Smirnovdengan bantuan program komputer SPSS for windows (Priyatno, 2014).

Tabel 1. Hasil Uji Normalitas

Variabel

Asympsig.

(p)

Alpha

(α)

Keterangan

Dukungan Sosial dari Orangtua 0,72 0,05 Normal Kenakalan Remaja 0,53 0,05 Normal

Berdasarkan uji normalitas data penelitian diperoleh hasil bahwa data variabel dukungan sosial dari orangtua (X) dan variabel kenakalan remaja (Y) tersebar secara normal, sebab signifikan (p) variabel dukungan sosial dari orangtua dan variabel kenakalan remaja lebih besar dari alpha (α)0,05

(4)

70 (p>0,05). Nilai masing-masing signifikansi variabel dukungan sosial dari orangtua (X) adalah 0,72 dan nilai signikansi variabel kenakalan remaja (Y) adalah 0,53.

Uji Linearitas

Kaidah yang digunakan untuk mengetahui linier atau tidak adanya hubungan antara variabel

independent dengan variabel dependent adalah jika p<0,05 maka hubungannya antara variabel independent dengan variabel dependent dinyatakan linier.

Hasil uji linearitas data penelitian menunjukkan adanya hubungan linear antara variabel dukungan sosial dari orangtua (X) dan kenakalan remaja (Y), hal ini bisa dilihat dari nilai signifikansi (p) yaitu 0,00. Apabila nilai p untuk test for linearity lebih kecil dari alpha (α) 0,05, maka antara variabel dukungan sosial dari orangtua (X) dan variabel kenakalan remaja (Y) dianggap terdapat hubungan yang linear.

Analisis Regresi Linear Sederhana

Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana pada penelitian membuktikan hipotesis peneliti, yaitu terdapat pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X. Hal ini bisa dilihat dari taraf signifikan (p) 0,01 yang berarti lebih kecil dari 0,05.

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Sederhana Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja

Variabel

Alpha

(α)

Sig.

(p)

Keterangan

Dukungan sosial dari orangtua - kenakalan remaja 0,05 0,01 Ada pengaruh

Besarnya pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja dapat dilihat dari nilaiR2 (R-Square) atau disebut juga dengan koefisien determinasi, yaitu 0,033.

Tabel3. Besaran Pengaruh Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja

Variabel

R

R

2

Dukungan sosial dari

orangtua - kenakalan

remaja

0,181 0,033

Berdasarkan rumus Kp = R2 x 100% (Priyatno, 2014), maka diperoleh 0,033 x 100% = 3,3%. Hal ini menunjukkan besarnya pengaruh variabel dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X adalah sebesar 3,3%. Sedangkan sisanya sebanyak 96,7% dipengaruhi oleh variabel lain di luar penelitian ini.

Untuk melihat seberapa banyak dampak dari variabel dukungan sosial dari keluarga terhadap variabel kenakalan remaja dapat dilihat berdasarkan koefisien regresi (b), yaitu sebesar -0,116.

Tabel 4. Besaran Dampak Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan Remaja

Variabel

B

Sig.(p)

Constant 95,063 0,00

Dukungan sosial dari orangtua

-0,116 0,001

Berdasarkan Tabel 4.terlihat bahwa konstanta sebesar 95,063, yang artinya bahwa jika dukungan sosial dari orangtua 0, maka kenakalan remaja nilainya adalah 95,063. Selain itu. pada Tabel 4. juga bisa dilihat besarnya angka koefisien regresi (b) yaitu -0,116. Angka 0,116 menunjukkan besarnya dampak variabel dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja, artinya apabila

(5)

71 dukungan sosial dari orangtua (X) mengalami kenaikan satu unit maka kenakalan remaja (Y) mengalami penurunan sebesar 0,116. Koefisien bernilai negatif artinya terjadi hubungan negatif antara dukungan sosial dari orangtua dengan kenakalan remaja, semakin tinggi dukungan sosial dari orangtua maka semakin rendah kenakalan remaja dan begitu juga sebaliknya semakin rendah dukungan sosial dari orangtua maka semakin tinggi kenakalan remaja.

4. HASIL DAN DISKUSI

Hasil analisis regresi sederhana menunjukkan bahwa variabel dukungan sosial dari orangtua memiliki pengaruh signifikan terhadap kenakalan remaja dengan nilai p sebesar 0,01 (p<0,05). Dengan demikian, Hipotesa alternatif (Ha) peneliti diterima yaitu terdapat pengaruh negatif dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja di Kecamatan X.

Hasil penelitian ini sesuai dengan beberapa penelitian terdahulu, di antaranya adalah penelitian yang dilakukan oleh Mutia (2011), dimana dukungan sosial dari keluarga dan kecenderungan kenakalan pada remaja memiliki hubungan negatif yang sangat signifikan. Penelitian serupa juga dilakukan oleh Wahida (2011), yang menunjukkan bahwa dukungan orangtua berpengaruh terhadap kecenderungan kenakalan remaja secara signifikan. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Yatminingsih (2013) yang menemukan hubungan negatif yang signifikan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan kenakalan remaja.

Berdasarkan kajian terhadap beberapa penelitian Hawari (dalam Widayati, 2014) juga menemukan bahwa salah satu faktor penyebab timbulnya kenakalan remaja adalah tidak berfungsinya orangtua sebagai figur tauladan bagi anak. Selain itu, Santrock (2003) juga mengatakan bahwa faktor keluarga sangat menentukan munculnya kenakalan remaja.

Penelitian yang dilakukan oleh Ingram, Patchin, Huebner, Mc Cluskey, dan Bynum (2007) menyatakan bahwa variabel-variabel yang berasal dari keluarga secara tidak langsung berhubungan dengan perilaku kenakalan remaja serius. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa peran pengawasan orangtua adalah komponen penting untuk memahami perilaku antisosial yang dilakukan remaja, dan hubungan keluarga yang kuat serta pengawasan dari orangtua dapat mengurangi kesempatan bagi remaja untuk memiliki hubungan negatif dengan teman sebaya yang kemudian menyebabkan remaja melakukan perilaku kenakalan.

Namun bila ditinjau lebih dalam, terlihat bahwa besarnya pengaruh dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja hanya kecil, yaitu hanya sebesar 3,3%, sedangkan sisanya 96,7% dipengaruhi oleh variabel lain. Temuan ini menjadi hal yang menarik untuk didiskusikan. Bahwasannya, klaim yang dilakukan oleh teoritikus atau peneliti sebelumnya mengenai pengaruh dukungan sosial orang tua terhadap kenakalan remaja terlihat terlalu dilebih-lebihkan. Karena pengaruhnya ternyata tidak terlalu besar.

Temuan ini bisa jadi mengindikasikan adanya gejala bahwa keberadaan orang tua menjadi hal yang semakin kurang berarti ketika individu memasuki masa remaja. Beberapa remaja justru berusaha untuk melepaskan diri dari kekangan orang tua. Adanya gejalan demikian sebenarnya juga banyak diyakini oleh ahli psikologi perkembangan (Misal, Santrock, 2003). Bahwa pada masa remaja, secara sosial, orientasi individu mengalami pergeseran. Dari yang sebelumnya berfokus pada orang tua dan keluarga, menjadi berorientasi pada dunia luar, khususunya teman-teman. Sehingga, adalah wajar ketika pengaruh dukungan sosial orang tua terhadap kenakalan remaja tidak besar.

Terkait hal itu, kemungkinan kenakalan yang dilakukan oleh remaja lebih disebabkan oleh faktor-faktor yang lain. Santrock (2003) menjelaskan bahwa faktor-faktor lain yang mempengaruhi kenakalan remaja, di antaranya adalah identitas, kontrol diri, usia, jenis kelamin, harapan terhadap pendidikan dan nilai-nilai sekolah, proses keluarga, pengaruh teman sebaya, status sosioekonomi, dan kualitas lingkungan masyarakat.

(6)

72 Berdasarkan hasil uji regresi linear sederhana diketahui bahwa besarnya dampak variabel dukungan sosial dari orangtua terhadap kenakalan remaja, yaitu sebesar -0,116. Tanda negatif dari nilai -0,116 menunjukkan hubungan yang berlawanan arah antara dukungan sosial dari orangtua dengan kenakalan remaja. Artinya, semakin tinggi dukungan sosial dari orangtua maka semakin rendah kenakalan remaja dan begitu juga sebaliknya semakin rendah dukungan sosial dari orangtua maka semakin tinggi kenakalan remaja.

Hal diatas menunjukkan bahwa setiap kenaikan satu unit dukungan sosial dari orangtua akan diikuti dengan penurunan kenakalan remaja sebesar 0,116.Kenaikan satu unit dukungan sosial dari orangtua ini memiliki arti bahwa setiap dukungan sosial dari orangtua (dukungan emosional, instrumental, informasional, dan penghargaan) akan menyebabkan penurunan dari perilaku kenakalan yang dilakukan oleh remaja di Kecamatan X. Hal ini berarti bahwa orangtua memiliki pengaruh terhadap perilaku-perilaku yang dilakukan oleh remaja yang ada di Kecamatan X, terutama perilaku kenakalan remaja.

4. KESIMPULAN

Penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh dukungan sosial dari orangtua dengan kenakalan remaja di Kecamatan X dengan arah negatif. Bahwa semakin tinggi dukungan sosial orangtua maka semakin rendah peluang remaja remaja untuk melakukan kenakalan. Sebaliknya, semakin rendah skor dukungan sosial dari orangtua maka semakin tinggi kenakalan remaja.

Sebagian besar remaja di Kecamatan X memiliki skor kenakalan remaja yang tinggi. Mereka memenuhi hampir semua indikator dari keempat aspek kenakalan. Perilaku kenakalan yang paling banyak mereka dilakukan adalah kenakalan sosial yang tidak menimbulkan korban di pihak orang lain.

Di sisi lain, mereka memiliki skor dukungan sosial orangtua pada kategori sedang, tidak terlalu tinggi maupun kurang. Adapun jenis dukungan sosial yang paling banyak mereka terima adalah dukungan informasi.

Penelitian ini juga menemukan bahwa kontribusi dukungan sosial terhadap kenakalan remaja hanya kecil, yaitu 3,3%. Hal ini menunjukkan terjadinya kenakalan remaja di kota X lebih dipengaruhi oleh faktor-faktor yang lain.

(7)

73

DAFTAR PUSTAKA

Santrock. (2003). Adolescence perkembangan remaja. Jakarta: Erlangga.

Sudarsono. (2004). Kenakalan remaja. Jakarta: Rieka Cipta.

Sarwono, S.W. (2012). Psikologi remaja.Jakarta: Rajawali Pers.

Kusmiyati. (2013). Berbagai Perilaku Kenakalan Remaja yang Mengkhawatirkan. Liputan6.

10 Sep 2013 at 20:15 WIB.

Kartono, K. (2003). Patologi sosial 2: Kenakalan remaja. Jakarta: Rajawali Pers.

Polres Payakumbuh. (2014). Data Gangguan Kamtibmas (GK) dan Penyelesaian Kasus

Wilayah Hukum Polres Payakumbuh Periode Tahun 2014 (Laporan kasus masuk).

Tidak dipublikasikan.

Ali, M. & Ashori, M. (2004). Psikologi remaja perkembangan peserta didik. Jakarta: Bumi

Aksara.

Sarafino, E. P. (2002). Health psychology: Biopsychosocial interaction. 5

th

ed. New York:

John Wiley & Sons, Inc.

Myers, D. G. (2010). Social Psychology (10

th

ed.). New York: McGraw-Hill.

Smet, B. (1994). Psikologi kesehatan. Jakarta: PT. Grasindo.

Hartanti. (2002). Peran sense of humor dan dukungan sosial pada tingkat depresi penderita

dewasa pascastroke. Jurnal Anima, 17(2), 107-119.

Mindo, R. R. (2008). Hubungan antara dukungan sosial orang tua dengan prestasi belajar

pada anak usia sekolah dasar. Jakarta: Universitas Gunadarma.

Tarmidi & Ade Riza Rhma Rambe (2010). Korelasi antara dukungan sosial orang tua dan

self‐directed learning pada siswa SMA. Jurnal Psikologi, 37(2), 216 – 223.

Wilastri, D. (2012). Hubungan antara dukungan sosial orangtua dengan minat baca pada

siswa SMP N 16 Yogyakarta (Skripsi). Yogyakarta: Universitas Negeri Sunan Kalijaga.

Mutia, E. & Retno, K. (2011). Hubungan antara dukungan keluarga dengan kecenderungan

kenakalan

remaja

(Naskah

publikasi).

Diakses

dalam

http://www.psychology.uii.ac.id/naskahpublikasi.pdf.

Wahida, Sri. (2011). Pengaruh dukungan orangtua dan self control terhadap kecenderungan

kenakalan remaja SMK Bina Potensi Palu-Sulawesi Tengah (Skripsi). Jakarta:

Universitas Islam Negri Syarif Hidayatullah.

Data Dinas Pendidikan Kota Payakumbuh. (2014). Jumlah Siswa Menurut Usia Sekolah di

Kota Payakumbuh Tahun Pelajaran 2014-2015. Payakumbuh. Tidak dipublikasikan.

Sugiyono. (2012). Metode penelitian Pendidikan pendekatan kuanttitatif, kualitatif, dan r&d.

Bandung : Alfabeta.

Efriani, T. S. (2006). Hubungan perilaku delinquent dengan komunikasi efektif orangtua

Gambar

Tabel 2. Hasil Analisis Regresi Sederhana Dukungan Sosial dari Orangtua terhadap Kenakalan  Remaja  Variabel  Alpha  (α)  Sig

Referensi

Dokumen terkait

Pimpinan madrasah (kepala madrasah dan jajaran pimpinan) dilarang ikut serta dalam proses pengelolaan dana komite ini. Dalam rangka mengelola dana yang bersumber

1) Anak yang pernah mendapat mendapat pengobatan TB, apabila datang kembali dengan gejala TB, perlu dievaluasi apakah anak tersebut menderita TB. Evaluasi dapat

[Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan media gamelan bocah dalam menumbuhkan nilai- nilai karakter kebangsaan seperti toleran, tanggung jawab, mandiri, adaptasi, santun,

In this chapter the writer analyzes the data by applying X-bar theory to both languages noun phrases found in the data. After applying X-bar theory, the writer

HUBUNGAN PERSENTASE LEMAK TUBUH TERHADAP DAYA TAHAN JANTUNG PARU PADA MAHASISWA FAKULTAS KEDOKTERANUNIVERSITAS MATARAM.. Gede Vendi Cahyadi Riandika, Ida Ayu Eka Widiastuti,

Judul : Analisis Pembelajaran Pendidikan Jasmani Ditinjau Dari Jam Waktu Aktif Belajar Siswa kelas VIII Di Sekolah Islam Terpadu SMP Salman Al-Farisi Kota

Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dilakukan, pada penelitian ini akan membahas tentang estimasi suku bunga yang mengikuti model CIR dengan menggunakan

Menganalisa hasil estimasi dari implementasi algoritma Filter Kalman pada model aliran air sungai yang direduksi dengan metode Singular Perturbation Approximation (SPA)..