• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Interaksi Dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Interaksi Dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga Terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja"

Copied!
45
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN

SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA

YENNI RAMBE I24100002

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja adalah benar karya saya dengan arahan dari dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

Yenni Rambe NIM I24100002

(4)
(5)
(6)

ABSTRAK

YENNI RAMBE. Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja. Dibimbing oleh RETNANINGSIH dan TIN HERAWATI.

Kesejahteraan subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupan. Kesejahteraan subjektif dipengaruhi interaksi keluarga dan pengambilan keputusan keluarga. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi dan pola pengambilan keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Populasi penelitian ini adalah keluarga suami-istri bekerja formal di Kantor Pemerintahan Kota Bogor dan memiliki anak yang masih bersekolah. Contoh penelitian ini adalah istri bekerja di kantor pemerintahan Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki anak yang masih bersekolah. Teknik pengambilan contoh dilakukan secara purposive sampling dengan jumlah 49 contoh. Secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada kategori sedang baik dalam interaksi suami-istri dan interaksi ibu-anak. Pola pengambilan keputusan dalam penelitian ini dilakukan secara bersama-sama. Pengambilan keputusan yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah pada aspek pendidikan, strategi pemenuhan kebutuhan, kesehatan, keperluan keluarga, dan sosial kemasyarakatan. Kesejahteraan subjektif keluarga berada pada kategori sedang. Hasil menunjukkan adanya hubungan positif antar interaksi ibu-anak, interaksi suami-istri, pengambilan keputusan, dengan kesejahteraan subjektif. Hasil menunjukkan bahwa interaksi suami-istri berpengaruh posistif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Kata kunci: interaksi keluarga, kesejahteraan subjektif, pengambilan keputusan, suami-istri bekerja

ABSTRACT

YENNI RAMBE. The Influence of Family Interaction and Family Decision Making of Pattern for Dual Earner Subjective Well-Being. Supervised by RETNANINGSIH and TIN HERAWATI

Subjective well-being describe the individual evaluation of the life. Subjective well-being influence by family interaction and familydecision making. This study aimed to analyze the influence of family interaction and family decision making patterns on the family subjective well-being. The study population was dual earner family formal work in Goverment Office of Bogor City. Examples of this study is the dual earner family works in goverment office, wich is in the Department of Education, Department of Health, Agency for Community Empowerment and Family Planning (BPMKB) Bogor City and have children who are still in the school. Mechanical sampling done by purposive sampling with 49 examples. Whole family interaction are in the medium category both of husband-wife interaction and mother-child interaction. Decision-making patterns is conducted jointly. Decision-making is the most widely performed together was in the aspect of education, strategy fulfillment, health, family necessity, and social. Family subjective well-being was in medium category. Results showed that the positive correlation between mother-child interaction, dual earner interaction, decision-making, with subjective well-being. Results showed that husband-wife interaction positive influenced on family subjective well-being.

(7)

PENGARUH INTERAKSI DAN POLA PENGAMBILAN

KEPUTUSAN KELUARGA TERHADAP KESEJAHTERAAN

SUBJEKTIF KELUARGA SUAMI-ISTRI BEKERJA

YENNI RAMBE

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains

pada

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen

DEPARTEMEN ILMU KELUARGA DAN KONSUMEN

FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

(8)
(9)
(10)
(11)
(12)

iv

PRAKATA

Segala puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan berkah dan rahmat-Nya sehingga skripsi ini telah dapat diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan bulan Desember 2014 ini adalah keluarga, yang berjudul Pengaruh Interaksi dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Ir. Retnaningsih, M.Si. Dan Dr. Tin Herawati, S.P. M.Si. Selaku dosen pembimbing atas bimbingan, arahan, bantuan, dan dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini. Terimakasih kepada Dr. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. Selaku dosen pemandu seminar hasil, serta Dr. Ir. Diah Krisnatuti, M.S. Dan Dr. Megawati Simanjuntak, S.P. M.Si. Selaku dosen penguji dalam ujian skripsi atas kritik dan saran yang diberikan kepada penulis untuk kesempurnaan skripsi ini.

Penulis juga tak lupa berterimakasih kepada kedua orang tua tercinta Abd. Rahman Rambe dan Nurhalimah Simanjuntak, serta adik-adikku tersayang atas segala dukungan, motivasi, kasih sayang, dan doa yang telah diberikan. Terimakasih kepada Yan Umbaran Harahap atas bantuan, dukungan, perhatian, motivasi, serta doa kepada penulis. Terimakasih juga kepada Milatul ulfah yang telah membantu dalam penulisan, Ima, Zulfa, Niar, Novi, Lila, Pika, Lisa, Susan yang selalu memberikan motivasi dan masukan kepada penulis. Seluruh teman-teman seperjuangan IKK 47, WBA, Imatapsel 47 dan seluruh rekan dan sahabat yang membantu dalam penyelesaian penulisan saya. Penulis menyadari bahwa masih dapat ditemukan kekurangan dalam penulisan skripsi ini. Oleh sebab itu, penulis bersedia dengan tangan terbuka untuk menerima berbagai kritik serta saran terkait penulisan skripsi ini. Atas bantuan yang telah diberikan, penulis mengucapkan terima kasih.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat.

Bogor, Agustus 2015

Yenni Rambe

(13)
(14)

vi

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR TABEL ... vii

PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 2

Tujuan Umum Penelitian ... 3

Tujuan Khusus ... 4

Manfaat Penelitian ... 4

KERANGKA PEMIKIRAN ... 4

METODE PENELITIAN ... 7

Desain, Tempat, dan Waktu penelitian ... 7

Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh ... 7

Jenis dan Cara Pengumpulan Data ... 7

Pengolahan dan Analisis Data ... 7

Defenisi Operasional ... 10

HASIL ... 10

Karakteristik Keluarga ... 10

Interaksi Keluarga ... 11

Interaksi Suami-istri ... 11

Interaksi Ibu-Anak... 12

Pola Pengambilan Keputusan Keluarga ... 12

Kesejahteraan Subjektif Keluarga... 14

Hubungan Antar Variabel yang Diteliti ... 15

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga ... 16

PEMBAHASAN... 17

Keterbatasan Penelitian ... 20

SIMPULAN DAN SARAN ... 20

Simpulan ... 20

Saran ... 20

DAFTAR PUSTAKA ... 21

LAMPIRAN ... 24

(15)

DAFTAR TABEL

1. Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner ... 9

2. Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga ... 10

3. Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan... 11

4. Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri ... 11

5. Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak ... 12

6. Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ... 13

7. Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga . 14 8. Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga ... 15

9. Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga ... 15

10. Hubungan dimensi kesejahteraan subjektif dengan pengambilan keputusan keluarga ... 16

11. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga ... 17

DAFTAR GAMBAR 1. Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja 6

LAMPIRAN 1. Sebaran contoh berdasarkan suami-istri Chuang (2005) ... 25

2.Sebaran contoh berdasarkan ibu-anak Chuang (2005) ... 26

3.Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga ... 27

(16)
(17)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pertumbuhan penduduk di Jawa Barat terus mengalami peningkatan. Salah satunya terjadi di Kota Bogor yaitu sebanyak 750.819 jiwa pada tahun 2000 meningkat menjadi 950.334 jiwa pada tahun 2010 (BPS 2012). Kepadatan penduduk memicu terjadinya peningkatan tenaga kerja. Hal ini dapat dilihat dari tenaga kerja wanita meningkat disetiap tahunnya. Departemen Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Depnakertrans 2012) menyatakan bahwa wanita bekerja pada tahun 2008 sebesar 37.9 persen, tahun 2009 menjadi sebesar 38.2 persen, dan tahun 2010 bertambah lagi menjadi sebesar 38.6 persen.

Perempuan bekerja memberikan dampak positif terhadap kesejahteraan keluarga, hal ini diungkapkan Puspitasari (2012) bahwa perempuan bekerja memiliki kontribusi terhadap peningkatan kesejahteraan. Wanita bekerja akan mengurangi tingkat kemiskinan yang dihadapi keluarga. Selain memberikan dampak positif, disisi lain perempuan harus mengorbankan waktu dan konsentrasinya untuk pekerjaan, sehingga kontribusinya untuk keluarga menjadi lebih rendah. Bekerja paruh waktu membuat perempuan menggabungkan tanggung jawabnya antara pekerjaan dan rumah tangga (Daalen 2006). Hal ini membuat wanita lebih sulit untuk membagi konsentrasinya antara keluarga dan pekerjaan.

Perempuan bekerja dapat menunjang kesejahteraan keluarga.

Kesejahteraan merupakan tahapan akhir yang ingin dicapai setiap keluarga. Kesejahteraan keluarga dipengaruhi oleh banyak faktor. Beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal, eksternal dan unsur manajemen keluarga. Faktor internal keluarga yang mempengaruhi kesejahteraan meliputi: pendapatan, pendidikan, pekerjaan, jumlah anggota keluarga, umur, kepemilikan aset dan tabungan. Faktor eksternal yang mempengaruhi kesejahteran adalah kemudahan akses finansial pada lembaga keuangan, akses bantuan pemerintah, kemudahan akses dalam kredit barang/peralatan dan lokasi tempat tinggal. Unsur manajemen sumberdaya keluarga yang mempengaruhi kesejahteran adalah perencanaan, pembagian tugas dan pengontrolan kegiatan (Iskandar 2007). Kesejahteraan subjektif keluarga sangat berhubungan dengan interaksi keluarga.

Interaksi keluarga merupakan hal yang sangat penting yang dapat menunjang keberlangsungan kegiatan sehari-hari, baik dalam menentukan keputusan. Menurut Wheatley (2014) rendahnya interaksi keluarga atau menipisnya perasaan lekat dapat membuat suasana keluarga menjadi tidak harmonis. Interaksi keluarga yang rendah dapat berpengaruh terhadap pola pengambilan keputusan keluarga. Pengambilan keputusan yang baik adalah yang melibatkan semua anggota keluarga. Seluruh anggota keluarga melakukan interaksi dengan cara mendiskusikan solusi terbaik untuk mendapatkan kesepakatan yang lebih baik, sehingga dapat mengurangi konflik antara keluarga.

Pengambilan keputusan yang lebih baik adalah yang dilakukan secara bersama-sama antar anggota keluarga, pengambilan keputusan selanjutnya adalah yang dilakukan dengan sistem dominan antara suami-istri, dan pengambilan

keputusan yang paling buruk adalah yang dilakukan dengan sendiri (Kusumo et

(18)

2

positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Mencapai kesejahteraan subjektif yang lebih baik bukanlah hal yang mudah bagi keluarga suami-istri bekerja, karena bagi perempuan yang bekerja paruh waktu harus menggabungkan

tanggung jawab antar keluarga dan pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan

yang bekerja di sektor formal cenderung mengalami keterbatasan waktu berinteraksi dengan anak, kesulitan berinteraksi dengan keluarga, dan sulit membuat keputusan dalam pembagian kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah 2013). Oleh karena itu, pengambilan keputusan yang baik dan interaksi keluarga yang baik dapat menunjang kesejahteraan subjektif ke arah yang lebih baik. Selain itu, temuan mengenai pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan subjektif pada suami-istri bekerja belum banyak diteliti di Indonesia, sehingga penelitian ini diharapkan dapat menjadi bagian dari penelitian ilmu keluarga dalam melengkapi berbagai aspek yang mempengaruhi kesejahteraan keluarga.

Perumusan Masalah

Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Indonesia pada tahun 2008, 2009 dan 2010 secara umum cenderung meningkat. Data pada tahun 2008 tingkat partisipasi angkatan kerja sebesar 67.33 persen dan pada tahun 2009 meningkat menjadi 67.60 persen. Tren peningkatan ini terus berlanjut pada tahun 2010 yang mencapai 67.63 persen. Meningkatnya TPAK tersebut salah satunya disebabkan oleh kesempatan kerja yang semakin meluas dan kebutuhan hidup yang semakin meningkat. Hal tersebut tampaknya memberikan pengaruh yang cukup berarti terhadap meningkatnya laju partisipasi angkatan kerja. Selain itu, peningkatan TPAK ini juga dipengaruhi oleh peningkatan TPAK perempuan. Jumlah angkatan kerja terbesar kedua setelah Jawa Timur dalam periode yang sama adalah provinsi Jawa Barat dan jumlahnya cenderung terus meningkat, yakni sebanyak 18.43 juta orang pada tahun 2008, meningkat menjadi 19.05 juta orang pada tahun 2009 dan 19.21 juta orang pada tahun 2010 (Depnaketrans 2012). Peningkatan tenaga kerja wanita ini terjadi juga di beberapa daerah seperti di Jawa Barat yang merupakan jumlah angkatan kerja kedua terbesar setelah Jawa Timur

Angka peningkatan tenaga kerja ini membuat perempuan yang bekerja makin rentan menghadapi konflik dalam rumah tangga dan pekerjaannya. Hasil temuan Afwan (1998) pemberian stimulus ibu bekerja kepada anak berbeda nyata dengan ibu tidak bekerja, dimana ibu tidak bekerja lebih tinggi dalam memberikan stimulus kepada anak dari pada ibu bekerja. Di sisi lain alokasi waktu ibu bekerja untuk kegiatan rumah tangga, pribadi, organisasi, waktu luang dan mengasuh anak lebih sedikit dari pada ibu tidak bekerja. Bekerja paruh waktu memungkinkan perempuan menggabungkan tanggung jawab antar keluarga dan

pekerjaan (Daalen et al. 2006). Perempuan yang bekerja di sektor formal

cenderung mengalami keterbatasan waktu berinteraksi dengan anak, kesulitan berinteraksi dengan keluarga, dan sulit membuat keputusan dalam pembagian kerja dengan anggota keluarga (Rizkillah 2013).

(19)

3

Seorang istri yang mencurahkan waktunya untuk bekerja di dua ranah sekaligus yakni publik dan domestik akan lebih sulit untuk bekerja sepenuhnya dengan baik, sehingga dapat menimbulkan konflik pada dirinya (Ciptoningrum 2009). Salah satu potensi masalah pada keluarga dengan suami dan istri bekerja adalah istri yang mengabaikan perannya di sektor domestik demi melaksanakan peran di sektor publik (Wood 2001). Dampak yang timbul dari konflik ini ialah istri tidak dapat menghasilkan kinerja yang baik pada pekerjaan domestik (rumah tangga) dan publik (karir). Konflik yang terjadi di dalam keluarga maupun pekerjaan berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja wanita, demikian halnya dengan tekanan pekerjaan dapat berpengaruh negatif signifikan terhadap kepuasan kerja wanita (Dhamayanti 2006). Hal ini dapat terjadi karena tidak optimal dalam menjalankan pekerjaan sehingga hasilnya tidak memuaskan.

Keluarga dengan suami istri bekerja rata-rata belum mampu memenuhi pemenuhan tugas perkembangan keluarga secara ideal. Persentase rata-rata pemenuhan seluruh dimensi hanya berkisar antara 52 persen sampai dengan 81 persen (Damayanti 2013). Penelitian Rizkillah (2013) menyatakan bahwa wanita bekerja mengalami masalah pekerjaan rumah tangganya terkait dalam pengasuhan anak, mengerjakan pekerjakan rumah, masalah interaksi/hubungan suami istri, dan kurangnya waktu yang tersedia untuk anak. Kondisi istri bekerja dapat menyebabkan perubahan peran dasar istri yang seharusnya menangani tugas rumah tangga menjadi ikut berperan dalam mencari nafkah keluarga. Peran ini akan menyita waktu untuk berada di tempat kerja sehingga keluarga yang seharusnya ditangani istri dengan baik dapat saja berubah menjadi tidak baik jika seorang istri tidak mampu membagi waktunya dengan bijak.

Interaksi keluarga erat kaitannya dengan pengambilan keputusan keluarga. Biasanya pasangan yang yang melakukan pengambilan keputusan secara

bersama-sama lebih bahagia dalam kehidupan perkawinan. Menurut Kusumo et al. (2009)

bahwa tingkat kepuasan pengambilan keputusan yang paling baik adalah keputusan yang diambil secara bersama-sama, oleh karena itu agar tidak terjadi pola pengambilan keputusan yang mendominasi antara suami dan istri harus menjaga interaksi antar keluarga dengan baik, karena jika pola interaksinya tidak dijaga akan menyebabkan pola pengambilan keputusan yang kurang baik dan berdampak kepada kesejahteraan di dalam keluarga.

Dari paparan diatas dapat dilihat bahwa permasalahan yang terjadi pada keluarga suami istri bekerja adalah:

1. Bagaimana interaksi yang terjadi pada keluarga dengan suami istri

bekerja?

2. Bagaimana pola pengambilan keputusan keluarga pada keluarga suami

sitri bekerja?

3. Bagaimana kesejahteraan subjektif keluarga suami istri bekerja?

4. Bagaimana hubungan dan pengaruh interaksi keluarga dan pengambilan

keputusan keluarga terhadap kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami sitri bekerja?

Tujuan Umum Penelitian

(20)

4

Tujuan Khusus

1. Mengidentifikasi interaksi yang terjadi dalam keluarga dengan suami-istri

bekerja

2. Mengidentifikasi pola pengambilan keputusan keluarga dengan suami-istri

bekerja

3. Mengidentifikasi kesejahteraan subjektif keluarga dengan suami-istri

bekerja

4. Menganalisis pengaruh interaksi keluarga dan pola pengambilan

keputusan keluarga terhadap kesejahteraan keluarga dengan suami-istri bekerja

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih yang bermanfaat bagi berbagai pihak, khususnya bagi pihak yang tertarik mengkaji masalah keluarga, seperti:

1. Peneliti yang ingin mengkaji lebih jauh mengenai interaksi, pola

pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja

2. Kalangan akademisi, yang ingin menambah literatur dalam mengkaji

mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja

3. Masyarakat, penelitian ini diharapkan dapat memberi informasi dan

gambaran mengenai interaksi, pola pengambilan keputusan terhadap kesejahteraan keluarga pada keluarga dengan suami istri bekerja

4. Bagi pemerintah, penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan dalam

tambahan dalam membuat kebijakan terkait keluarga

KERANGKA PEMIKIRAN

Kesejahteraan keluarga adalah terciptanya suatu keadaan harmonis dan terpenuhinya kebutuhan jasmani serta sosial bagi anggota keluarga, tanpa mengalami hambatan-hambatan yang serius di dalam lingkungan keluarga, dan dalam menghadapi masalah-masalah keluarga akan mudah untuk diatasi secara bersama oleh anggota keluarga, sehingga standar kehidupan keluarga dapat terwujud (UU NO 5 tahun 2009). Menurut Deacon dan Firebaugh (1988), untuk dapat mencapai tujuan keluarga, terdapat tiga jenis sumberdaya yang harus dikelola oleh keluarga yaitu sumberdaya manusia, sumberdaya materi, dan sumberdaya waktu. Ketiga jenis sumberdaya tersebut saling berkaitan satu sama lain.

Sumberdaya manusia dalam hal ini peran istri di sektor publik dapat membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan keluarga merupakan output dari proses pengelolaan sumberdaya keluarga dan penanggulangan masalah yang dihadapi keluarga, termasuk di dalamnya adalah pengambilan keputusan dalam penggunaan sumberdaya yang dimiliki oleh keluarga.

(21)

5

istri bekerja juga dapat disebabkan pendidikan yang tinggi sehingga membuat wanita/istri bekerja ingin mengaktualisasikan diri dan mengabdi kepada masyarakat, dan kemudian secara psikologis dapat mewujudkan kepuasan terhadap diri sendiri.

Keluarga mempunyai sistem jaringan interaksi yang lebih bersifat hubungan interpersonal, karena masing-masing anggota keluarga mempunyai intensitas hubungan satu sama lain dan saling tergantung. Peranan orang tua dalam komunikasi dan interaski sangat besar, sehingga tingkat pendidikan orang tua merupakan salah satu aspek yang mempengaruhi efektivitas dan efesiensi

interaksi dalam keluarga (Guhardja et al. 1989)

Kontribusi pendapatan istri berhubungan signifikan positif dengan pola interaksi keluarga. Semakin besar kontribusi pendapatan istri pada keluarga, maka semakin sering frekuensi interaksi antar anggota keluarga. Hal ini karena kontribusi istri pada pendapatan keluarga akan meningkatkan porsi keuangan keluarga. Pendapatan merupakan salah satu indikator yang dapat mengukur kesejahteraan keluarga. Pendapatan yang tinggi umumnya berhubungan positif dengan kesejahteraan keluarga, semakin tinggi pendapatan maka kesejahteraan keluarga juga semakin meningkat, dengan demikian dapat dilihat adanya keterkaitan antara karakteristik keluarga dengan kesejahteraan keluarga.

Interaksi yang efektif akan memberikan kontribusi yang besar dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari dan pemecahan masalah, serta pengambilan

keputusan (Guhardja et al. 1989). Dasar pengambilan keputusan yang bijak adalah

dengan mengkomunikasikan segala sesuatunya dengan baik kepada anggota keluarga. Keterlibatan anggota keluarga dalam membuat suatu keputusan dapat menentukan keharmonisan di dalam keluarga Interaksi yang terjalin sehat antar keluarga pemicu terbentuknya pengambilan keputusan yang baik dan bijak, dengan melakukan segala pertimbangan dengan anggota keluarga. Kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap kesejahteraan keluarga.

(22)

6

(23)

7

METODE PENELITIAN

Desain, Tempat, dan Waktu penelitian

Penelitian ini menggunakan desain cross sectional study, yakni melakukan

penelitian pada satu waktu tertentu. Pemilihan tempat penelitian dipilih secara

purposive, yaitu di kantor pemerintahan Kota Bogor, Jawa Barat. Waktu pelaksanaan penelitian dilakukan pada bulan Desember 2014 hingga Februari 2015.

Contoh dan Teknik Pengambilan Contoh

Populasi penelitian ini adalah seluruh keluarga suami-istri bekerja di kantor pemerintahan Kota Bogor. Contoh penelitian ini adalah istri bekerja formal di pemerintahan Kota Bogor, yaitu di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, Badan Pemberdayaan Masyarakat dan Keluarga Berencana (BPMKB) Kota Bogor dan memiliki anak yang masih bersekolah. Teknik penarikan contoh dilakukan secara

purposive.

Jumlah perempuan bekerja di Dinas Pendidikan, Dinas Kesehatan, BPMKB sebanyak 200 orang, namun perempuan yang memiliki anak yang masih bersekolah sebanyak 136 orang. Sebanyak 60 responden menyatakan bersedia untuk mengisi kuisioner penelitian, namun kuisioner yang kembali sebanyak 49 responden.

Jenis dan Cara Pengumpulan Data

Jenis data yang dikumpulkan terdiri atas data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh langsung dengan cara “self report” oleh istri yang bekerja

dengan bantuan kuisioner yang meliputi karakteristik kelurga, interaksi keluarga, pola pengambilan keputusan dalam kelurga dan kesejahteraan keluarga. Data sekunder dapat diperoleh melalui studi literatur, instansi yang bersangkutan, penelitian-penelitian sebelumnya yang terkait dengan topik penelitian.

Kesejahteraan subjektif keluarga menggunakan istrumen kesejahteraan keluarga yang dikembangkan dari Sunarti (2012), dan WHO (2012) dengan nilai

Cronbach Alpha 0.987. Kesejahteraan subjektif keluarga diukur dengan pernyataan dengan 49 item pernyataan. Interaksi keluarga terdiri dari interaksi ibu-anak dan interaksi suami-istri. Interaksi keluarga menggunakan instrumen yang dikembangkan dari Chuang (2005). Interaksi ibu-anak diukur dengan 34

item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.903, sedangkan interaksi suami-istri

diukur dengan 35 item pernyataan memiliki Cronbach Alpha 0.923. Instrumen

pola pengambilan keputusan dimodifikasi Puspitawati (2012) dan Sajogyo (1981)

yang memiliki Cronbach Alpha 0.911.

Pengolahan dan Analisis Data

Data yang terkumpul selanjutnya diolah dengan diproses proses editing, coding, scoring, entry, cleaning, serta analyzing menggunakan Microsoft Excel

(24)

8

1. Analisis deskriptif (minimum, maksimum, rata-rata, standar deviasi dan

frekuensi) digunakan untuk menggambarkan:

a) Karakteristik keluarga (usia istri, besar keluarga, pekerjaan suami-istri, lama pendidikan suami-istri, pendapatan per kapita).

b) Interaksi keluarga yang mencakup interaksi ibu-anak (34 pernyataan), dan

interaksi suami-istri (35 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 4 jawaban, yaitu tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi skor 2, sering diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Oleh karena itu masing-masing skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus sebagai berikut:

Indeks = Skor yang dicapai – skor terendah x 100

skor tertinggi – skor terendah

Secara keseluruhan interaksi keluarga dikelompokkan menjadi tiga

kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang kategori untuk

variabel ini yaitu: Rendah : ≤60)

Sedang: 60-80

Tinggi: > 80

c) Pola pengambilan keputusan keluarga, terdiri dari beberapa bidang yaitu bidang keuangan (5 pernyataan), pangan (3 pernyataan), kesehatan (2 pernyataan), pendidikan (2 pernyataan), kegiatan sosial masyarakat (3 pernyataan), strategi pemenuhan kebutuhan (6 pernyataan), dan keperluan keluarga (11 pernyataan). Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban, yaitu istri/suami sendiri diberi skor 1, istri/suami dominan diberi skor 2, bersama diberi skor 3. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama seperti pada variabel interaksi keluarga.

d) Kesejahteraan subjektif keluarga terdiri dari kesejahteraan fisik,

kesejahteraan ekonomi, kesejahteraan psikologi, dan kesejahteraan sosial. Setiap butir pernyataan disediakan 5 jawaban terkait kepuasan, yaitu sangat tidak puas diberi skor 1, tidak puas diberi skor 2, cukup puas diberi skor 3, puas diberi skor 4, dan sangat puas diberi skor 5. Selanjutnya skor masing-masing dijumlahkan dan diperoleh skor total. Berdasarkan skor yang diperoleh selanjutnya skor ditransformasikan ke dalam bentuk indeks, dengan rumus yang sama seperti pada variabel interaksi keluarga. Secara keseluruhan kesejahteraan subjektif keluarga dikelompokkan

menjadi tiga kelompok dengan cut off yang digunakan pada setiap selang

kategori yang sama seperti interaksi keluarga.

(25)

9

Tabel 1 Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner

Variabel Skala Kategoti Data Sumber

kuesioner

Rasio Pendapatan per kapita Kota

Bogor

BPS (2013)

Interaksi keluarga Ordinal Dikategorikan menjadi:

(26)

10

Defenisi Operasional

Keluarga adalah anggota keluarga dalam rumah tangga yang termasuk, anak, suami, dan istri

Karakteristik keluarga adalah ciri khas yang dimiliki oleh keluarga responden seperti usia istri, pekerjaan suami dan isteri, lama pendidikan suami dan isteri, pendapatan per kapita, dan besar keluarga.

Usia isteri adalah jumlah tahun lengkap sejak lahir sampai usia ulang tahun terakhir isteri.

Pendidikan suami dan isteri adalah tingkat pendidikan formal yang diperoleh suami dan isteri.

Pendapatan per kapita adalah total perolehan uang dari hasil bekerja suami dan isteri, kemudian di bagi dengan jumlah anggota keluarga.

Pekerjaan formal adalah pekerjaan di suatu instansi, jam kerja tetap, gaji tetap, dan di luar rumah.

Besar keluarga adalah jumlah orang yang memiliki hubungan keluarga yang terdiri dari ayah, ibu, dan anak dan hidup dari sumberdaya yang sama. Kesejahteraan keluarga subjektif adalah tingkat kepuasan contoh terhadap

keadaan keluarga baik secara fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial.

Pengambilan keputusan keluarga adalah upaya keluarga menentukan suatu keputusan, baik dilakukan secara bersama-sama oleh suami/istri, atau yang dilakukan istri/suami dominan dan istri/suami sendiri.

Interaksi keluarga adalah hubungan timbal balik atau aksi reaksi antara suami-istri, dan ibu-anak.

HASIL

Karakteristik Keluarga

Hasil penelitian dalam Tabel 2 menunjukkan bahwa rata-rata usia istri adalah 40.4 tahun. Menurut Santrock (1995) tahap usia tersebut termasuk pada dewasa madya dengan kategori usia 40-60 tahun. Rata-rata besar keluarga dalam penelitian ini adalah 4 orang. Menurut BKKBN (2005) rataan tersebut termasuk dalam kategori keluarga kecil. Rata-rata lama pendidikan istri adalah 16 tahun dan rata-rata lama pendidikan suami adalah 15 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa bahwa rata-rata lama pendidikan istri lebih tinggi daripada rata-rata lama pendidikan suami.Rata-rata pendapatan per kapita keluarga per bulan sebesar Rp1.979.931, angka tersebut jauh di atas garis kemiskinan Kota Bogor yaitu sebesar Rp360.518 (BPS 2013).

Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga

Jenis pekerjaan istri sebagian besar (95.9%) adalah PNS, sisanya (4.1%) bekerja sebagai honorer (4.1%). Pekerjaan suami dalam penelitian ini cukup

Variabel Minimum Maksimum Rata-rata ± STD

Usia responden (thn) 22 55 40.41±8.58

Besar keluarga (org) 3 6 3.96±0.78

Pendidikan suami (thn) 12 18 15.14±1.87

Pendidikan istri (thn) 12 18 16.00±0.70

(27)

11

beragam dengan persentase tertinggi adalah swasta (42.0%). Jenis pekerjaan lainnya yang dimiliki oleh suami adalah PNS (42.8%), dan wiraswasta (14.3%).

Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan

Variabel n %

Lebih dari separuh (51.0%) interaksi suami-istri berada pada kategori sedang. Namun masih ditemukan sebanyak 22.4 persen interaksi suami-istri tergolong rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa istri tidak pernah mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (10.2%), istri melawan ketika dimarahi suami (8.2%), istri tidak menyediakan sarapan pagi untuk suami (6.1%), istri tidak mendengarkan nasehat suami (6.1%), istri tidak membuat keputusan untuk suami (6.1%), istri terkadang mengalah ketika berdebat dengan suami (44.9%), istri terkadang mengingatkan suami pada saat melakukan kesalahan (49.0%), istri terkadang mengingatkan suami untuk melakukan tugasnya (46.9%). Berdasarkan hasil Tabel 5 menunjukkan bahwa sebanyak 26.5 persen interaksi suami-istri berada pada kategori tinggi. Hasil tersebut dapat dilihat dari beberapa istri yang selalu menunjukkan kasih sayangnya kepada suami (67.3%), istri selalu menyediakan waktu bersama suami (63.3%), istri selalu bangga kepada suami (61.2%), istri selalu menghargai suami (59.2%), istri selalu bercanda dengan suami (53.1%), istri selalu berdiskusi dengan suami mengenai sekolah anak dan keluarga (59.2%), istri selalu menyediakan waktu makan malam dengan suami (51.0%).

Hasil temuan dapat dilihat bahwa secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada kategori sedang. Namun masih terdapat beberapa keluarga memiliki interaksi yang berada pada kategori rendah. Hal tersebut terjadi karena suami-istri sama-sama sibuk dengan pekerjaan yang menguras waktu dan energi, sehingga suami atau istri mengalami kesulitan dalam berinteraksi dengan keluarga.

Tabel 4 Sebaran contoh berdasarkan interaksi suami-istri

(28)

12

Interaksi Ibu-Anak

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa persentase tertinggi (53.1%) interaksi ibu-anak berada pada kategori sedang. Namun, masih terdapat sebanyak 20.4 persen interaksi ibu-anak berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa ibu yang tidak pernah menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami oleh anaknya (12.2%), ibu kadang-kadang tidak sependapat dengan anaknya (61.2%), ibu terkadang mengalah ketika berdebat dengan anaknya (61.2%), ibu terkadang menyuruh anaknya (51.0%), ibu mengaku terkadang anaknya tidak mematuhi perintahnya (44.9%), ibu mengaku terkadang anaknya tidakmelakukan apa yang diperintahkannya (34,7%).

Berdasarkan Tabel 4 terdapat sebanyak 28.6 persen interaksi ibu-anak berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari sebagian besar ibu selalu menunjukkan rasa kasih sayang kepada anaknya (83.7%),ibu selalu menghargai anaknya (77.6%),ibu selalu merasa bangga kepada anaknya (67.3%), ibu selalu berdiskusi dengan anak mengenai sekolah (65.3%), ibu selalu membuat anak merasa senang memeluk anaknya (61.2%), ibu suka mendengarkan cerita anaknya (61.2%), ibu mencoba untuk menyediakan waktu dengan anaknya (59.2%), ibu selalu membantu anaknya dan selalu bercanda dengan anaknya (57.1%), ibu mengingatkan anaknya untuk melakukan tugasnya (53.1%).

Tabel 5 Sebaran contoh berdasarkan interaksi ibu-anak

Kategori n %

Hasil menunjukkan bahwa sebagian besar pengambilan keputusan keluarga dilakukan secara bersama-sama. Aspek pengambilan keputusan keluarga yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah dalam bidang pendidikan, kesehatan, strategi pemenuhan kebutuhan, dan keperluan keluarga, serta sosial kemasyarakatan. Sebanyak 81,7 persen keputusan pendidikan dilakukan secara bersama. Hasil ini dapat dilihat dari beberapa keluarga dalam hal pemilihan sekolah anak (85.7%) dan biaya pendidikan anak (77.6%) dilakukan secara bersama-sama. Sebanyak 79.6 persen pengambilan keputusan di bidang kesehatan dilakukan secara bersama. Hasil ini dapat dilihat dari hal memilih jenis pengobatan (77.6%) dan menentukan tempat berobat (76.9%).

(29)

13

uang tambahan (59.2%) dilakukan secara bersama-sama oleh suami-istri. Pengambilan keputusan dalam hal menentukan keperluan keluarga dilakukan secara bersama (69.4%), hasil ini dapat dilihat dari pembelian rumah dilakukan secara bersama (81.6%), selain itu dalam hal menentukan waktu untuk memiliki anak (87.8%), menentukan jumlah anak (79.6%), melakukan pembagian kerja keluarga (79.6%), dan menentukan jenis KB (75.5%) dilakukan secara bersama oleh suami-istri.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga

No Jenis Keputusan

Pengambilan keputusan sosial masyarakat dilakukan secara bersama (62.6%). Hal ini dapat dilihat beberapa hal dalam yang dilakukan secara bersana adalah keikutsertaan keluarga dalam pengajian (59.2%), keikutsertaan keluarga dalam kerja bakti (63.3%), menentukan biaya sumbangan (65.3%). Namun masih ditemukan beberapa hal yang dilakukan oleh suami. Persentasi tertinggi yang dominan dilakukan oleh suami adalah mencari tambahan pekerjaan (16.3%), perbaikan rumah (12.2%), keikutsertaan keluarga dalam kerja bakti (12.2%), dan menentukan biaya sumbangan (12.2%).

Berdasarkan Tabel 6 bahwa menunjukkan bahwa masih terdapat pengambilan keputusan yang dilakukan secara sendiri atau secara dominan. Pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri istri adalah dalam hal pangan (25.9%). Hal ini dapat dilihat bahwa masih terdapat beberapa pengambilan keputusan yang dilakukan sendiri oleh istri, seperti dalam menentukan menu makanan (30.6%), mengatur kebutuhan pangan sehari-hari (38.8%). Sebanyak 24.5 persen pengambilan keputusan keuangan dominan dilakukan istri. Hal ini dapat dilihat dari menentukan pengeluaran untuk makan (28.6%), pembelian makanan (26.5%), mengatur keuangan keluarga (26.5%) dominan dilakukan oleh istri.

(30)

14

Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Berdasarkan Tabel 7 menunjukkan bahwa sebanyak 32.7 persen kesejahteraan fisik berada pada kategori tinggi. Hasil dapat dilihat dari temuan bahwa keluarga merasa sangat puas dengan kesehatan fisik keluarga (32.7%), kesehatan rohani keluarga (26.5%), keadaan air di sekitar rumah (26.5%), keadaan kehidupan keluarga (26.5%), dan keadaan makanan keluarga (24.5%). Namun masih terdapat sebanyak 20.4 persen kesejahteraan fisik yang berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan kebersihan di dalam rumah (6.1%), kebersihan pekarangan (6.1%), dan keadaan lingkungan hidup (6.1%).

Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan psikologi berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga yang merasa sangat puas dengan keadaan mental keluarga (24.5%), merasa puas dengan kepribadian anak (49.0%), keluarga merasa puas dengan keadaan spiritual keluarga (46.9%). Namun masih ditemukan sebanyak 40.8 persen kesejahteraan psikologi yang berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat bahwa keluarga merasa tidak puas dengan keterampilan yang dimiliki istri (16.3%), keadaan spiritual istri (8.2%)

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan sub-variabel kesejahteraan subjektif keluarga

Kesejahteraan subjektif Rendah (<60) Sedang (60-80) Tinggi (>80)

n % n % N %

Kesejahteraan fisik 10 20.4 23 46.9 26 32.7

Kesejahteraan ekonomi 16 32.7 26 53.1 7 14.3

Kesejahteraan psikologi 20 40.8 16 32.7 13 26.5

Kesejahteraan sosial 16 32.7 24 49.0 9 18.4

Sebanyak 14.3 persen kesejahteraan ekonomi berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga merasa sangat puas dengan pendapatan suami (18.4%), keadaan tempat tinggal keluarga (18.4%), keadaan pakaian keluarga (18.4%), dan keadaan aset keluarga (16.3%). Namun terdapat sebanyak 32.7 persen keluarga yang berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari istri merasa tidak puas dengan pendapatannya (10.2%), tidak puas dengan keuangan (10.2%), tidak merasa puas dengan keadaan transfortasi keluarga (8.2%).

Hasil menunjukkan bahwa terdapat sebanyak 18.9 persen kesejahteran sosial berada pada kategori tinggi. Hal ini dapat dilihat dari beberapa keluarga merasa puas dengan keadaan interaksi ibu-anak (30.6%), interaksi antara suami-istri (26.5%), keadaan akses informasi keluarga (24.5%), dukungan yang didapat istri dari keluarga (22.5%). Selain itu, terdapat sebanyak 32.7 persen kesejahteraan sosial berada pada kategori rendah. Hal ini dapat dilihat dari beberapa istri merasa tidak puas dengan gaya manajemen waktu (16.3%), gaya manajemen pekerjaan (14.3%), kapasitas diri dalam pekerjaan (12.2%), keterlibatan istri dalam kegiatan sosial (12.2%), pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh istri (12.2%).

(31)

15

masih berada pada kategori rendah, faktor yang mempengaruhi kesejahteraan psikologi adalah rendahnya keterampilan yang dimiiliki istri, rendahnya keadaan spiritual keluarga, rendahnya keadaan mental keluarga, dan beban kerja yang ditanggung oleh istri terlalu banyak.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga

Kesejahteraan subjektif keluarga n %

Hubungan antara Karakteristik Keluarga, Interaksi Keluarga, Pengambilan Keputusan Keluarga, dan Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Berdasarkan hasil penelitian pada Tabel 9, terdapat hubungan positif antara interaksi keluarga dengan pendapatan per kapita. Artinya, semakin tinggi pendapatan per kapita, maka akan meningkatkan interaksi keluarga. Selain itu, interaksi suami-istri berhubungan negatif dengan usia istri, artinya semakin tinggi usia ibu maka akan menurunkan interaksi suami-istri. Pengambilan keputusan berhubungan positif dengan pendidikan suami, artinya semakin tinggi pendidikan suami maka, akan semakin tinggi pengambilan keputusan yang dilakukan secara bersama. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif dengan pendidikan istri. Artinya semakin tinggi pendidikan istri maka kesejahteraan subjektif akan semakin baik.

Tabel 9 Hubungan antara karakteristik keluarga, interaksi keluarga, pengambilan keputusan keluarga, dan kesejahteraan subjektif keluarga Interaksi suami-istri (skor) 1 0.438** 0.621**

Pengambilan keputusan (skor) 1 0.383**

(32)

16

keputusan memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi keluarga dan kesejahteraan subjektif. Kesejahteraan subjektif memiliki hubungan positif signifikan dengan interaksi keluarga dan pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan keluarga memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin sering keluarga melakukan pengambilan keputusan secara bersama maka kesejahteraan ekonomi, psikologi, dan sosial semakin baik. Interaksi suami_istri berhubungan positif dengan kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi interaksi suami_istri maka kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial semakin meningkat. Interaksi ibu_anak berhubungan positif dengan kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial. Artinya semakin tinggi interaksi ibu_anak maka kesejahteraan fisik, ekonomi, psikologi, dan sosial semakin meningkat. Tabel 10 Hubungan dimensi kesejahteraan subjektif dengan pengambilan

keputusan keluarga

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kesejahteraan Subjektif Keluarga

Hasil uji regresi linear menunjukkan bahwa Adjusted R Square untuk

(33)

17

Tabel 11 Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif keluarga

Variabel

Lama pendidikan istri (thn) 3.239 0.140 0.258

Pendapatan per kapita (Rp) 1.03 0.040 0.749

Interaksi ibu--anak (skor) 0.051 0.036 0.845 Interaksi suami-istri (skor) 0.715 0.585 0.008** Pengambilan keputusan (skor) 0.082 0.099 0.459

R² 0.713

0.508 0.000**

Adjusted R Square

Sig

Ket : *signifikan pada p<0,05; **signifikan pada p<0,01

PEMBAHASAN

Pendapatan per kapita keluarga per bulan rata-rata sebesar Rp 1.979.931, angka tersebut jauh di atas garis kemiskinan Jawa Barat yaitu sebesar Rp 417.795 (BPS 2012).Pendapatan yang tinggi dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif

keluarga, seperti yang dinyatakan oleh Simanjuntak et al. (2008) bahwa

kesejahteraan subjektif dipengaruhi oleh faktor ekonomi. Namun pendapatan yang tinggi tidak selalu menjadi faktor utama yang menentukan tingginya kesejahteraan subjektif keluarga. Diener dan Oishi (2005) juga menambahkan bahwa sejauh mana demografis tertentu dapat meningkatkan kesejahteraan subjektif keluarga tergantung pada nilai dan tujuan yang dimiliki seseorang serta kepribadian dan kultur.

(34)

18

Secara umum interaksi ibu-anak pada penelitian ini adalah sedang. Namun masih terdapat lebih dari satu per lima interaksi ibu-anak yang berada pada kategori rendah. Yigibalom (2013) menyatakan bahwa kurangnya interaksi keluarga dapat menyebabkan konflik keluarga dan tidak harmonisnya hubungan keluarga. Interaksi yang kurang baik dapat merusak karakter anak seperti yang dinyatakan Agustriyani (2007) bahwa interaksi yang baik dalam keluarga dapat meningkatkan karakter anak. Orang tua yang terlalu sibuk bekerja cenderung lebih banyak mengalami konflik dengan anaknya.

Hasil penelitian interaksi suami-istri berada pada kategori sedang. Namun terdapat lebih dari satu perlima interaksi suami-istri berada pada kategori rendah. Suami-istri yang jarang melakukan interaksi berdampak buruk terhadap kesejahteraan subjektif keluarga. Interaksi yang kurang baik bisa mendatangkan penyakit, ketidakbahagiaan, bahkan membawa kepada perceraian (Sunarti 2013). Ketidakbahagiaan dalam keluarga disebabkan ketidakpuasan berinteraksi dengan keluarga, yang dapat berdampak pada rendahnya kesejahteraan. Puspitawati dan Setioningsih (2011) menyatakan bahwa rendahnya interaksi suami-istri akan menimbulkan masalah untuk pasangan, diantaranya menipisnya perasaan lekat terhadap pasangan dan pada akhirnya akan berdampak pada hubungan perkawinan. Interaksi suami-istri yang kurang baik dapat menyebabkan kandasnya hubungan perkawinan. Wheatley (2014) bahwa menipisnya perasaan lekat dapat membuat suasana keluarga menjadikan keluarga tidak harmonis. Rendahnya interaksi dalam keluarga berpengaruh terhadap ketidakharmonisan keluarga dan dapat menurunkan kesejahteraan keluarga.

Pengambilan keputusan dalam penelitian ini secara umum dilakukan

secara bersama-sama. Temuan tersebut sejalan dengan penelitian Kusumo et al.

(2009) yang menyatakan bahwa pengambilan keputusan yang lebih baik adalah yang dilakukan secara bersama-sama antar anggota keluarga. Menurut Tombokan (2001) status kerja istri berpengaruh terhadap pengambilan keputusan. Namun dalam penelitian ini status suami-istri bekerja tidak begitu mengganggu proses pengambilan keputusan dalam keluarga. Puspitawati dan Fahmi (2008) menyatakan bahwa pengambilan keputusan dipengaruhi oleh jumlah anggota keluarga. Sebelum menentukan keputusan, anggota keluarga merundingkan keputusan terlebih dahulu untuk mendapatkan keputusan terbaik.

Kesejahteraan subjektif menggambarkan evaluasi individu terhadap kehidupan yang mencakup kebahagiaan, kondisi emosi dan kepuasan hidup (Diener dan Biswas 2000). Semakin tinggi kepuasan suatu keluarga terhadap hal-hal di atas, mencerminkan keluarga tersebut semakin sejahtera. Sebaliknya, semakin rendah tingkat kepuasan menunjukkan kondisi yang semakin tidak sejahtera. Secara umum kesejahteraan subjektif keluarga dalam penelitian ini berada pada kategori sedang. Penelitian Marshall dan Bannet (1993) menyatakan belum tentu pada karakteristik ibu bekerja yang penuh dengan tantangan dan beban kerja memberikan pengaruh yang negatif, sebagian besar ibu bekerja bahkan puas dengan keadaan keluarga. Penelitian ini juga menemukan bahwa kesejahteraan fisik, ekonomi, sosial berada pada kategori sedang. Menurut

Guhardja et al. (1989) bahwa keadaan keluarga dinilai secara subjektif oleh

(35)

19

Kesejahteraan psikologi pada penelitian ini berada pada kategori rendah. Menurut Sunarti (2013) bahwa kesejahteraan psikologis meliputi frekuensi emosi tertentu, harapan terhadap masa datang, tingkat kepuasan, konsep diri, dan kepedulian suami terhadap isteri. Hal yang diduga berpengaruh terhadap kesejahteraan psikologi adalah beban kerja suami istri yang terlalu berat, sehingga suami-istri tidak mampu mengontrol emosi, atau kurang puas terhadap kepedulian pasangan.

Hasil uji hubungan pada penelitian ini menunjukkan bahwa interaksi keluarga berhubungan negatif dengan usia istri. Hasil ini sejalan dengan penelitian Larasati (2013) yang menyatakan bahwa semakin tua istri/suami maka interaksi dalam keluarga semakin rendah. Penelitian ini menunjukkan bahwa pendidikan suami berhubungan positif dengan pengambilan keputusan keluarga. Menurut Tombokan (2001) bahwa semakin lama pendidikan suami maka semakin bijak dalam menentukan keputusan. Interaksi keluarga berhubungan positif terhadap

kesejahteraan subjektif. Penelitian Muladsih et al. (2011) menyatakan bahwa pola

komunikasi memiliki hubungan positif dengan kesejahteraan subjektif keluarga, pendapatan per kapita keluarga berhubungan positif dengan komunikasi keluarga. Hasil penelitian juga menunjukkan pendapatan per kapita berhubungan positif dengan interaksi keluarga, karena salah satu sarana penunjang interaksi keluarga adalah media telepon, media sosial, dan internet yang membutuhkan biaya, seperti halnya pulsa. Menurut Iskandar (2007), renggangnya interaksi antar

anggota keluarga dapat menyebabkan kesalahpahaman (misunderstanding)

sehingga pengambilan keputusan dalam keluarga menjadi kurang baik. Hasil penelitian ini juga mengemukakan bahwa interaksi keluarga berhubungan positif terhadap pengambilan keputusan keluarga. Interaksi keluarga yang efektif memberikan kontribusi yang besar terhadap kegiatan sehari-hari dan pemecahan

masalah, serta dalam pengambilan keputusan (Guhardja et al., 1989).

Pengambilan keputusan keluarga berhubungan positif dengan

kesejahteraan subjektif, semakin baik keluarga dalam menentukan keputusan maka kesejahteraan subjektif keluarga semakin baik. hasil tersebut sesuai dengan

Kusumo et al. (2009) bahwa semakin sering keluarga melakukan pengambilan

keputusan secara bersama-sama, maka semakin tinggi tingkat kesejahteraan tingkat kesejahteraan keluarga. Kesejahteraan subjektif dari segi dimensi ekonomi, psikologi, dan sosial berhubungan positif dengan pengambilan keputusan keluarga.

(36)

20

Keterbatasan Penelitian

Penelitian ini memiliki beberapa keterbatasan yang dapat dijadikan perbaikan untuk penelitian-penelitian selanjutnya. Keterbatasan-keterbatas tersebut yaitu:

1. Tempat penelitian hanya dilakukan di beberapa institusi di Kota Bogor,

sehingga tidak dapat menggambarkan seluruh Kota Bogor

2. Penelitian ini tidak mengidentifikasi usia anak secara khusus, sehingga

hasil yang didapat kurang spesifik berdasarkan usia.

3. Responden yang mengisi kuisioner hanya istri sehingga penelitian ini

hanya mengukur semua variabel berdasarkan perceived (yang dirasakan)

istri/ibu saja, sehingga perlu dilakukan penelitian lanjutan namun dengan keterlibatan suami dan anak sebagai responden agar memperoleh informasi yang lebih seimbang.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Usia istri pada penelitian ini berada pada usia madya, besar keluarga berada pada kategori keluarga kecil. Pendidikan istri lebih tinggi (16 tahun) daripada pendidikan suami (15 tahun). Sebagian besar istri bekerja sebagai PNS, namun jenis pekerjaan suami cukup beragam. Rata-rata pendapatan keluarga per kapita adalah Rp 1.979.931,00 jauh di atas garis kemiskinan Kota Bogor. Tingkat interaksi ibu--anak dan tingkat interaksi suami-istri berada pada kategori sedang, sehingga secara keseluruhan interaksi keluarga berada pada kategori sedang. Secara umum pola pengambilan keputusan keluarga dilakukan secara bersama-sama. Pengambilan keputusan yang paling banyak dilakukan secara bersama adalah pendidikan, kesehatan, strategi pemenuhan kebutuhan, keperluan keluarga, sosial kemasyarakatan. Secara keseluruhan keluarga merasa puas dengan kesejahteraan subjektifnya.

Semakin tua istri maka interaksi yang terjadi dalam keluarga semakin rendah. Pendapatan per kapita memiliki hubungan positif dengan interaksi keluarga. Pendidikan suami berhubungan positif dengan pengambilan keputusan. Pendidikan istri dan pendapatan keluarga memilki hubungan positif dengan kesejahteraan subjektif. Terdapat hubungan positif antar interaksi keluarga, pengambilan keputusan keluarga, dengan kesejahteraan subjektif. Interaksi suami-istri berpengaruh positif terhadap kesejahteraan subjektif keluarga.

Saran

(37)

21

Kesejahteraan subjektif yang masih berada pada kategori rendah adalah kesejahteraan psikologi. Upaya meningkatkan kesejahteraan psikologi pada penelitian ini diharapkan kepada pemerintah atau instansi terkait untuk menyediakan program yang dapat mengurangi stres ataupun beban kerja istri. Program yang disediakan dapat berupa berwisata bersama, atau mengadakan perlombaan setiap keluarga supaya tercapai kekompakan antara anggota keluarga. Penelitian ini hanya mendapat informasi dari istri saja, sebaiknya suami dan anak dilibatkan dalam penelitian selanjutnya supaya tercapai hasil yang lebih baik. Bagi instansi terkait diharapkan menyediakan data istri bekerja khususnya di Kota Bogor. Penelitian ini tidak membatasi usia anak yang masih bersekolah, sebaiknya untuk penelitian selanjutnya usia anak diberi batasan untuk melihat implikasinya terhadap interaksi keluarga, pengambilan kelutusan, dan kesejahteraan subjektif keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Abrar dan ghouri. 2010. Dual earners and balance in their family and work life:

findings from pakistan. European Journal of Social Science 17(1).

Afwan RM. 1998. Perkembangan anak usia 3 - 5 tahun pada keluarga ibu bekerja dan ibu tidak bekerja, serta faktor-faktor yang mempengarunya [skripsi]. Bogor (ID): Program Studi Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Keluarga, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

[BKKBN] Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional. 2005. Opini Pembangunan Keluarga Sejahtera. Jakarta (ID) : BKKBN.

[BPS] Badan Pusat Statistika [Jabar] Jawa Barat. 2012. Data jumlah penduduk Jawa Barat berdasarkan ketenagakerjaan tahun 2011-2012 [Internet]. [diunduh 13 Mei 2014]. Tersedia pada: http://jabar.bps.go.id/subyek/data- jumlah-penduduk-jawa-barat-berdasarkan-ketenagakerjaan-tahun-2011-2012

[BPS] Badan Pusat Statistika Kota Bogor. 2013. Kota Bogor dalam angka

[internet]. [diunduh 26 Mei 2015]. Tersedia pada:

http://bogorkota.bps.go.id/publikasi/kota-bogor-dalam-angka-2013

Ciptoningrum P. 2009. Hubungan Peran Ganda dengan Pengembangan Karier Wanita: (Kelurahan Menteng, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat) [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Chuang YC. 2005. Effecs of interaction pattern on family harmony and well being: test of interpersonal theory, relational model theory, and confucian ethics. Asian journal of social psychology. 272-291.

Daalen GV, Willemsen TM, Sanders K. 2006. Reducing work family conflict trough different sources of social support. Journal of Vocational Behavior. Netherlands. (69): 462-476.

(38)

22

Deacon RE, Firebaugh FM. 1988. Family Resources Management: Principles and

Applications (2nd Ed). Massachusettes (USA): Allyn and Bacon.

Depnakertrans [Departemen Nasional Ketenagakerjaan dan Ketransmigrasian]. 2012. Rencana Pembangunan Jangka Panjang 2010-2025. Jakarta (ID): Kementrian Tenaga Kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia.

Dhamayanti R. 2006. Pengaruh konflik keluarga-pekerjaan, keterlibatan pekerjaan, dan tekanan pekerjaan terhadap kepuasan kerja karyawan wanita studi pada nusantara tour & travel kantor cabang dan kantor pusat Semarang. Jurnal studi manajemen dan organisasi, 3(2).

Diener E, Biswas R. 2000. New Direction Well-Being Research: The Curting

Edge (US): University of Illinous Pasific.

Diener E, Oishi. 2005. Handbook of possitive psychology: Subjective well being:

the science of happiness and life satisfaction. (2):63-73. New York: Oxford University pr

Francavilla F, Giannelli C G, Grotkowska G, Socha W M. 2011. Use of Time and Value of Unpaid Family Care Work: A Comparison between Italy and Poland. IZA Discussion Paper 5771: 1-27.

Guhardja S., Puspitawati H., Hartoyo, & Saharia. (1989). Diktat Kuliah Manajemen Sumberdaya Keluarga. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumberdaya Masyarakat, Fakultas Pertanian, Institut Perrtanian Bogor. Hayati L. 2011. Kontribusi ekonomi, peran ganda perempuan dan kesejahteraan

keluarga buruh pabrik [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Iskandar A. 2007. Analisis praktek manajemen sumberdaya keluarga dan dampaknya terhadap kesejahteraan keluarga di Kabupaten dan Kota Bogor [disertasi]. Bogor: Program Pasca Sarjana, Institut Pertanian Bogor.

Kusumo RB, Sunarti E, Pranadji DK. 2009. Analysis on the role of gender in correlation with family welfare of paddy and horticulture farmers in sub urban area. Media Gizi & Keluarga. 32(2): 52-64.

Larasati RN. 2013. Nilai-nilai keluarga, interaksi keluarga dan potensi perdagangan manusia (Kasus di Kabupaten Cianjur) [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID).

Linandar TN. 2009. Faktor-faktor yang mempengaruhi karier wanita [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Marshall N, Barnett C R. 1993. Work – Family strains and gains among two

earner Couple. Journal of Community Psychology 2(1): 64-80.

Mayangsari IK. 2014. Pengaruh kerepotan keluarga sehari-hari (family daily

hassles) dan strategi koping terhadap kesejahteraan subjektif keluarga dengan ayah dan ibu bekerja [skripsi]. Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor (ID). Muladsih OR, Muflikhati I, Herawati T. 2011. Pola komunikasi, pengambilan

keputusan, dan kesejahteraan keluarga jarak jauh: kasus pada keluarga

mahasiswa pascasarjana. JIKK. 4(2): 121-129.

(39)

23

Departemen Ilmu Keluarga dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Puspitawati H, Fahmi SA. 2008. Analisis pembagian peran gender pada keluarga petani. 1(2): 24-33

Rizkillah R. 2013. Masalah dan konflik kerja-keluarga serta strategi penyeimbangan pada keluarga dengan suami isteri bekerja [skripsi]. Bogor (ID): Departemen Ilmu Keluarga Dan Konsumen, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Santrock JW. 1995. Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup.Jakarta

(ID): Erlangga.

Sigelman CK, Adams RM. 1990. Family interactions in public: Parent-child

distance and touching. Journal of nonverbal behavior, 14(2), 63-75.

Simanjuntak M, Puspitawati H, Djamaluddin MD. 2008. Faktor-faktor yang mempengaruhi kesejahteraan subjektif penerima Program Keluarga Harapan (PKH). Media Gizi dan Keluarga, 32(2): 30-39.

Sunarti E. 2013. Ketahanan Keluarga. Bogor (ID): IPB Press

Sunarti E, Nuryani N, Hernawati N. 2009. Hubungan antara fungsi adaptasi, pencapaian tujuan, integrasi, dan pemeliharaan sistem dengan kesejahteraan keluarga. Jurnal Ilmu Kelurga dan Konsumen 2(1):1-10.

Tombokan M. 2001. Pola pengambilan keputusan dalam keluarga, status kerja ibu serta kaitannya dengan konsep peran gender serta kaitannya dengan suku Jawa dan susku Minahasa [tesis]. Program Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor. Bogor.

Wheatley D. 2014. Travel to work and subjective well being: Astudy of UK dual

career households. Journal of transport geography. 39: 187-196.

Wood T. Julia. 2001. Gendered Lives communicaion, gender, and culture 4th

Ed.Belmont : Thomson Learning.

Yigibalom L. 2013. Peranan interaksi anggota keluarga dalam upaya mempertahankan harmonisasi kehidupan keluarga di desa Kumuluk

(40)

24

(41)

25

Lampiran 1 Sebaran contoh berdasarkan suami-istri Chuang (2005)

No Pernyataan 1 2 3 4

1 Ketika suami saya membutuhkan solusi terkait masalahnya, saya membantu memberikan saran

6 Saya mencoba menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan suami saya

0.0 6.1 30.6 63.3

7 Saya senang memeluk suami saya 0.0 10.2 38.8 51.0

8 Saya bangga kepada suami saya 0.0 8.2 30.6 61.2

9 Saya memuji suami saya 2.0 18.4 34.7 44.9

10 Ketika suami saya melakukannya sesuatu untuk saya, saya sangat menghargainya

0.0 6.1 34.7 59.2

11 Saya menghindari untuk melakukan sesuatu yang dapat membuat suami saya merasa sedih

14 Saya membuat keputusan untuk suami saya pada situasi penting 6.1 28.6 32.7 32.7 15 Saya meminta suami saya melakukan sesuatu untuk saya 4.1 42.9 34.7 18.4 16 Saya mengingatkan suami untuk melakukan tugas yang harus 23 Saya mengalah ketika berdebat dengan suami saya 2.0 44.9 42.9 10.2 24 Ketika saya melarang suami untuk tidak melakukan sesuatu, dia

tidak akan melakukannya

6.1 40.8 42.9 10.2

25 Saya membiarkan suami saya membuat keputusan untuk saya pada kondisi penting

2.0 22.4 46.9 28.6

26 Suami saya menyukai cara saya menjelaskan sesuatu kepadanya 0.0 30.6 42.9 26.5 27 Saya menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami suami saya 2.0 16.3 46.9 34.7 28 Ketika saya dengan suami saya tidak sepaham, kami

membicarakannya dengan baik-baik

0.0 4.1 38.8 57.1

29 Saya sering bercanda dengan suami saya 0.0 14.3 32.7 53.1 30 Saya sering berdiskusi dengan suami saya tentang sekolah

anak-anak, dan hal-hal yang lainnya mengenai keluarga

0.0 6.1 34.7 59.2

31 Saya menyediakan waktu untuk sarapan pagi dengan suami saya 6.1 20.4 26.5 46.9 32 Saya menyediakan wantu untuk makan malam bersama suami

saya

0.0 28.6 20.4 51.0

33 Saya menemani suami saya mnonton TV 0.0 36.7 30.6 32.7 34 Saya mengajak suami/keluarga untuk rekreasi bersama 0.0 30.6 28.6 40.8 35 Pada saat saya bekerja, saya selalu menghubungi (menelpon,

sms) suami saya

(42)

26

Lampiran 2 Sebaran contoh berdasarkan ibu-anak Chuang (2005)

Keteranga: 1= tidak pernah; 2= kadang-kadang; 3= sering; 4 = selalu Chuang (2005)

No Pernyataan 1 2 3 4

1 Ketika anak saya membutuhkan solusi terkait masalahnya, saya membantu memberikan saran

6 Saya mencoba menyediakan waktu untuk berinteraksi dengan anak saya

14 Saya meminta anak saya melakukan sesuatu untuk saya 2.0 51.0 30.6 16.3 15 Saya mengingatkan anak untuk melakukan tugas yang harus

dilakukannya

2.0 14.3 30.6 53.1

16 Saya menegur anak saya ketika dia tidak melakukan tugasnya 2.0 18.4 35.7 44.9 17 Anak saya melakukan apa yang saya perintahkan 2.0 34.7 51.0 12.2 18 Saya menegor anak saya pada saat dia melakukan kesalahan 4.1 20.4 38.8 36.7 19 Saya tidak menuruti permintaan anak saya 0.0 14.3 65.3 20.4

26 Anak saya menyukai cara saya menjelaskan sesuatu kepadanya 0.0 28.6 40.8 30.6 27 Saya menjelaskan sesuatu yang tidak dipahami anak saya 12.2 8.2 30.6 49.0 28 Ketika saya dengan anak saya tidak sepaham, kami

membicarakannya dengan baik-baik

0.0 4.1 38.8 57.1

29 Saya sering bercanda dengan anak saya 0.0 10.2 32.7 57.1 30 Saya jalan-jalan dengan anak saya 2.0 16.3 30.6 51.0 31 Saya berdiskusi dengan anak saya tentang sekolahnya 0.0 2.0 32.7 65.3 32 Saya menyediakan waktu untuk sarapan pagi dengan anak saya 0.0 22.4 34.7 42.9 33 Saya menyediakan wantu untuk makan malam bersama anak

saya

0.0 22.4 30.6 46.9

(43)

27

Lampiran 3 Sebaran contoh berdasarkan pola pengambilan keputusan keluarga

(44)

28

Lampiran 4 Sebaran contoh berdasarkan kesejahteraan subjektif keluarga

Keterangan: 1. Sangat tidak puas 2. Tidak puas 3. Cukup puas 4. Puas 5. Sangat puas

7 Keadaan lingkungan hidup (polusi, iklim, kebisingan) 0.0 6.1 26.5 51.0 16.3

8 Keadaa kehidupan keluarga 0.0 2.0 28.6 42.9 26.5

18 Keadaan spiritual/keagamaan keluarga 0.0 8.2 26.5 46.9 18.4

19 Keadaan spiritual/keagamaan anda 0.0 8.2 32.7 42.9 16.3

25 Perilaku suami dalam membantu pekerjaan di rumah tangga 0.0 10.2 24.5 46.9 18.4

26 Gaya manajemen waktu anda 0.0 16.3 30.6 44.9 8.2

27 Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan anda 0.0 14.3 28.6 46.9 10.2

28 Kapasitas anda dalam pekerjaan 0.0 12.2 34.7 42.9 10.2

29 Gaya manajemen (cara pengelolaan) pekerjaan suami 0.0 10.2 28.6 44.9 16.3

30 Kapasitas suami dalam pekerjaan 0.0 10.2 30.6 42.9 16.3

31 Keterlibatan istri dalam kegiatan sosial 0.0 12.2 36.7 42.9 8.2

32 Dukungan yang diberikan dari keluarga 0.0 10.2 32.7 34.7 22.4

33 Keadaan keamanan keluarga anda 0.0 0.0 38.8 42.9 18.4

34 Keterlibatan suami dalam kegiatan sosial 0.0 8.2 36.7 42.9 12.2

35 Pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki oleh istri 0.0 12.2 34.7 38.8 14.3

36 Gaya manajemen keuangan anda 0.0 10.2 36.7 38.8 14.3

37 Akses pelayanan kesehatan dalam keluarga 0.0 6.1 28.6 44.9 20.4

38 Keadaan pelayanan sosial daerah tinggal 0.0 10.2 40.8 40.8 8.2

44 Kemampuan anda untuk membuat keputusan dalam keluarga 0.0 2.0 32.7 51.0 14.3

45 Keadaan pengambilan keputusan pangan 0.0 8.2 28.6 53.1 10.2

46 Keadaan pengambilan keputusan pendidikan 0.0 4.1 32.7 49.0 14.3

47 Keadaan pengambilan keputusan kesehatan 0.0 4.1 28.6 49.0 18.4

48 Keadaan pengambilan keputusan kemasyarakatan 0.0 4.2 38.8 46.9 10.2

(45)

29

RIWAYAT HIDUP

Gambar

Gambar 1  Kerangka Pemikiran Interaksi Keluarga dan Pola Pengambilan Keputusan Keluarga terhadap Kesejahteraan Subjektif Keluarga Suami-Istri Bekerja
Tabel 1 Variabel, skala, kategori data, sumber kuisioner
Tabel 2 Sebaran contoh berdasarkan karakteristik keluarga
Tabel 3 Sebaran contoh berdasarkan jenis pekerjaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menunjukkan bahwa ada pengaruh yang signifikan pada self efficacy (initiative, effort, dan persistence) dan dukungan sosial

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan mengenai pengaruh Prophetic Parenting dalam membentuk karakter pribadi Islami pada Anak di Kuching, Sarawak, Malaysia,

Water Reducing, High Range Retarding Admixtures adalah bahan tambah yang berfungsi untuk mengurangi jumlah air pencampur yang diperlukan untuk menghasilkan beton dengan

merupakan suatu pedoman atau acuan untuk melaksanakan tugas pekerjaan sesuai dengan fungsi dan alat penilaian kinerja instansi pemerintah berdasarkan indikator-indikator

Hasil penelitian menunjukkan bahwa motivasi pasien gagal ginjal kronik yang dilakukakan hemodialisa sebagian besar responden memiliki motivasi positif yaitu sebanyak 17

Agama, Ekonomi, Hukum, Kependidikan, Kesehatan, MIPA, Pertanian, Psikologi, Rekayasa, Sastra Filsafat, Sosial Humaniora. DAFTAR JURNAL TERAKREDITASI TAHUN 2006, 2007,

Karena itu, pangeran harus seperti rubah dengan melindungi dirinya dari jebakan, dan seperti singa untuk melindungi dirinya dari serigala.” (Machiavelli, 2005:

Kabupaten Pontianak adalah kabupaten sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 27 Tahun 1959 tentang Penetapan Undang-Undang Darurat Nomor 3 Tahun 1953 tentang