• Tidak ada hasil yang ditemukan

Distribusi Dan Preferensi Habitat Udang Dan Kepiting Air Tawar (Crustacea: Decapoda) Di Danau Laut Tawar Aceh Tengah, Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Distribusi Dan Preferensi Habitat Udang Dan Kepiting Air Tawar (Crustacea: Decapoda) Di Danau Laut Tawar Aceh Tengah, Indonesia"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT UDANG DAN

KEPITING AIR TAWAR (CRUSTACEA: DECAPODA) DI

DANAU LAUT TAWAR ACEH TENGAH, INDONESIA

MEUTIYA AGUSTINA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Distribusi dan Preferensi Habitat Udang Dan Kepiting Air Tawar (Crustacea: Decapoda) di Danau Laut Tawar Aceh Tengah, Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Juli 2016

(4)

RINGKASAN

MEUTIYA AGUSTINA. Distribusi dan Preferensi Habitat Udang dan Kepiting Air Tawar (Crustacea: Decapoda) Di Danau Laut Tawar Aceh Tengah, Indonesia. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan DAISY WOWOR.

Udang dan kepiting air tawar termasuk kedalam subfilum Crustacea yang memiliki peranan penting sebagai bioindikator biologis terhadap kualitas ekosistem perairan. Salah satu famili udang air tawar di Indonesia yang memiliki penyebaran paling luas yaitu dari anggota family Palaemonidae (genus Macrobrachium), dan salah satu famili terbesar kepiting air tawar yaitu dari Famili Potamidae. Faktor pembatas utama yang mempengaruhi keberadaan udang dan kepiting air tawar yaitu karakteristik habitat dan factor lingkungan pada masing-masing tipe habitat. Danau Laut Tawar merupakan danau terbesar di Provinsi Aceh. Danau Laut Tawar memiliki populasi ikan endemik yaitu ikan Depik (Rasbora tawarensis) dan ikan Kawan (Poropuntius tawarensis). Permasalahan kualitas lingkungan perairan secara umum yang terjadi di Danau Laut Tawar adalah pendangkalan, peningkatan jumlah alat tangkap yang mengakibatkan over fishing, dan pencemaran secara biologis sehingga mempengaruhi organisme yang terdapat di danau tersebut.

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mempelajari distribusi dan preferensi habitat udang dan kepiting air tawar, serta melihat pertumbuhan alometrik Macrobrachium lanchesteri di Danau Laut Tawar.

Pengambilan sampel dilakukan pada tepi danau dan sepanjang sungai yang mewakili lima tipe habitat, yaitu keramba jaring apung (KJA), perkebunan, persawahan, pemukiman dan kawasan wisata. Penentuan lokasi pengambilan sampel secara purposive yang dilanjutkan dengan road sampling. Pengambilan sampel menggunakan tray net dan hand net. Parameter ekologi yang diamati adalah keberadaan tanaman air, kedalaman sungai (cm), kecepatan arus (cm/detik), suhu (°C), tipe substrat dan pH air. Identifikasi spesimen udang berdasarkan Wowor et al. (2004), pemisahan jenis kelamin udang berdasarkan Kashyap (1997) dan pengukuran morfometrik berdasarkan Paschoal et al. (2013). Identifikasi dan pemisahan jenis kelamin spesimen kepiting berdasarkan Ng danTan (1999).

(5)

Dari identifikasi berdasarkan morfologi didapatkan satu jenis udang air tawar yaitu Macrobrachium lanchesteri, dan satu jenis kepiting air tawar yaitu Malayopotamon turgeo.

Total jumlah udang Macrobrachium lanchesteri yang diperoleh dari Danau Laut Tawar sebanyak 761 individu, yang didapatkan dari 14 titik sampling dari jumlah total 42 titik sampling. Distribusi tertinggi udang ditemukan pada bagian selatan danau, dan distribusi terendah ditemukan pada bagian timur danau. Komposisi jenis kelamin yang ditemukanya itu 18,13% jantan, 30,49% betina tidak bertelur, 26,94% betina bertelur dan 24,44% juvenile.

Total jumlah kepiting Malayopotamon turgeo yang diperoleh dari sungai outlet Danau Laut Tawar adalah 76 individu empat titik sampling. Kepiting hanya ditemukan pada bagian barat danau. Komposisi jenis kelamin kepiting yang ditemukan yaitu56% jantan dan 43% betina

Berdasarkan Principal Components Analysis (PCA) diketahui bahwa faktor lingkungan yang mempengaruhi distribusi dan preferensi habitat udang Macrobrachium lanchesteri adalah tumbuhan air dan substrat. Sedangkan faktor yang membatasi distribusi M. lanchesteri adalah derajat kemiringan dasar perairan, arus, suhu, dan kedalaman air. Banyak tumbuhan air ditemukan pada habitat keramba jaring apung dan persawahan, sehingga jumlah individu yang dijumpai pada kedua habitat tersebut hampir sama. Betina bertelur dan juvenil banyak ditemukan pada habitat yang memiliki banyak tumbuhan air dan berarus tenang. Sedangkan jumlah individu terendah ditemukan pada kawasan pemukiman penduduk dan sama sekali tidak ditemukan pada kawasan wisata.

Faktor lingkungan yang mendukung keberadaan Malayopotamon turgeo adalah arus dan pH perairan. Kepiting tidak ditemukan pada arus tenang dan mengalir lambat, tetapi hanya ditemukan pada sungai yang mempunyai arus deras dan memiliki substrat berbatu.

Panjang karapas dan panjang abdomen pada udang Macrobrachium lanchesteri berkorelasi erat. Jika abdomen mengalami pertambahan panjang maka karapas juga akan bertambah panjang. Sedangkan pada udang betina, korelasi panjang total dan panjang pleura adalah alometri positif.

(6)

SUMMARY

MEUTIYA AGUSTINA. Distribution and Habitat Preferences of Freshwater Shrimps and Crab (Crustacea: Decapoda) at Laut Tawar Lake in the District of Central Aceh, Indonesia. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and DAISY WOWOR.

The shrimp and freshwater crab are included into sub phylum crustacean that has an important role as bio-indicators of the biological quality of aquatic ecosystems. One family of freshwater shrimp in Indonesia which has the most extensive deployment is from family Palaemonidae (genus Macrobrachium) and one of the largest family of freshwater crabs is from Family Potamidae. The main limiting factor affecting the availability of fresh water shrimps and crabs are the habitat characteristics and environmental factors for habitat type of each. Laut Tawar Lake is the largest lake in the province. Laut Tawar Lake has fish endemic known as depik fish (Rasbora tawarensis), and Kawan fish (Poropuntius tawarensis). The problems of water environment quality that occurred in Laut Tawar Lake in general is shallowing, the increase in the number of fishing gear (over fishing), and biological contamination, thus affecting the organisms that are present in the lake.

The purpose of this research is to study the distribution and habitat preferences of freshwater shrimps and crabs as well as to examine allometric growth of Macrobrachium lanchesteri in Laut Tawar Lake.

Samples collection performed at the edge of the lake and along the river which represent the five habitats types, namely cage culture (KJA), plantation, rice field, residential and tourist areas. Determination of sample location was performed by purposive sampling followed by road sampling. Sample collection used tray net and a hand net. Ecological parameters were observed were the presence of other aquatic plants, river depth (cm), current (cm/sec), temperature (°C), substrate type and pH. Identification of shrimp specimen were based on Wowor et al. (2004), the segregation of sexes shrimp based on Kashyap (1997) and morphometric measurements based on Paschoal et al. (2013). Identification of crab specimen were based on Ng and Tan (1999).

Distribution and number of individual freshwater shrimp and crab based on carapace size were analyzed by class intervals using a formula that refers to Sturges (1926).The relationships of shrimp and crab distribution with ecological parameters were analyzed using Principal Components Analysis (PCA) approach in the PAST program version 2.17c. Comparisons of the number of individuals in each habitat of different sexes were performed by Dice-Leraas (Wiley 1981). Allometric relationship between shrimp body length were analyzed using a model

alometrik (Y = AXb). Data were analyzed using analysis of variance (ANOVA), and the data that has significant different continoued with a further test of Tukey. SPSS version 16.0 was used asthe tools to test the statistical package.

Based on identification on morphologcal character it was found that one species from freshwater shrimp and one species from freshwater crab; Macrobrachium lanchesteri and Malayopotamon turgeo respectively.

(7)

distribution of shrimp was found in the southern part of the lake and the lowest distribution was found in the eastern part of the lake. Sex composition found were male (18.13 %), non ovigerous females (30.49 %), ovigerous females (26.94 %) and juvenile (24.44 %).

The total number of Malayopotamon turgeo crabs obtained along the river outlet of Laut Tawar Lake, as many as 76 individuals obtained at four sites. Crab Distribution was only found in the western part of the lake. Sex composition found were males (56 %), and females (43 %).

Based on Principal Components Analysis (PCA) analysis it is known that environmental factors affecting the distribution of Macrobrachium lanchesteri were plants and water pH while the factors that restrict the distribution of M. lanchesteri were the slope, current, temperature, and depth of water. Many aquatic plants were found incage culture habitats and rice fields, so the number of individuals encountered in both habitats are almost the same. Ovigorous Females and juveniles were found in habitats that have a lot of water plants with moderate flow running water while the lowest number of individuals found in a residential area and was not found in the tourist areas.

Environmental factors that support the existence of Malayopotamon turgeo were current and the pH of the water. The crab was not found in the

moderate flow running water but the crab found abundant in streams with moderate flow running water gravel–cobble substrate.

The length of carapace and abdomen in Macrobrachium lanchesteri

shrimp were significantly correlated; if abdomen have added its length then it will also increase the length of carapace while in the female shrimp there was a positive allometry in the correlation between total length and the length of the pleura.

(8)

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016

Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang

Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB

(9)

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains

pada

Program Studi Biosains Hewan

DISTRIBUSI DAN PREFERENSI HABITAT UDANG DAN

KEPITING AIR TAWAR (CRUSTACEA: DECAPODA) DI

DANAU LAUT TAWAR ACEH TENGAH, INDONESIA

SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR 2016

(10)
(11)

Judul Tesis : Distribusi dan Preferensi Habitat Udang dan Kepiting Air Tawar (Crustacea: Decapoda) di Danau Laut Tawar Aceh Tengah, Indonesia

Nama : Meutiya Agustina

NIM : G352130241

Disetujui oleh Komisi Pembimbing

Dr Ir Achmad Farajallah, MSi Ketua

Dr Ir Daisy Wowor, MSc Anggota

Diketahui oleh

Tanggal Ujian: 19 Juli 2016 Tanggal Lulus: Kepala Program Studi

Biosains Hewan

Dr Ir R R Dyah Perwitasari, MSc

Dekan Sekolah Pascasarjana

(12)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya. Shalawat dan salam kita ucapkan kepada Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang diangkat dalam karya ilmiah ini adalah Distribusi dan Preferensi Habitat Udang dan Kepiting Air Tawar (Crustacea: Decapoda) di Danau Laut Tawar Aceh Tengah, Indonesia.

Dalam penulisan karya ilmiah ini tidak lepas dari bantuan, bimbingan, dan dukungan berbagai pihak, sehingga sepenuh hati penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Dr Ir Achmad Farajallah, MSi dan Dr Ir Daisy Wowor, MSc selaku komisi pembimbing penelitian yang telah memberikan saran dan masukan serta bimbingan untuk kesempurnaan penelitian dan karya ilmiah ini.

2. Dr Ir Isdradjad Setyobudiandi, MSc selaku dosen penguji yang memberikan banyak saran dan masukan untuk perbaikan karya ilmiah ini.

3. Dr Ir R R Dyah Perwitasari, MSc selaku ketua program studi Biosains Hewan. 4. Dinas Badan Lingkungan Hidup Kebersihan dan Pertamanan Kabupaten Aceh

Tengah, yang telah membantu berlangsungnya penelitian lapangan.

5. Terima kasih penulis ucapkan kepada Iwan Hasri, SPi, MSi atas bantuan dalam pengambilan data penelitian serta kepada semua pihak yang telah membantu dilapangan.

6. Ayahanda Abdullah Rasyid, SPd dan Ibunda Nurhayati, serta seluruh keluarga adikku Agus, Nauval, Daniel dan Salsa. Terima kasih dengan sepenuh hati atas cinta, doa serta dorongan moril dan materil yang telah diberikan kepada penulis.

7. Semua sahabat penulis dari program studi Biosains Hewan angkatan 2013, serta semua mahasiswa Biosains Hewan yang selalu memberikan dukungan dan semangat bagi penulis dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Juli 2016

(13)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

DAFTAR LAMPIRAN vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Tujuan Penelitian 2

Perumusan Masalah 2

Manfaat Penelitian 2

METODE 3 Lokasi Penelitian 3

Koleksi Sampel 3

Pengamatan Ekologi Habitat 3

Identifikasi Sampel 4

Pengukuran Morfometrik 5

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6 Identifikasi Udang 6

Identifikasi Kepiting 7

Jumlah Udang dan Kepiting pada seluruh Lokasi 8

Komposisi Udang dan Kepiting pada setiap Habitat 8

Distribusi Macrobrachium lanchesteri berdasarkan ukuran 12

Distribusi Malayopotamon turgeo berdasarkan ukuran 13

Pengamatan Ekologi Habitat Udang dan Kepiting 15

Hubungan Alometrik Pertumbuhan Macrobrachium lanchesteri 15

Pembahasan 17

SIMPULAN DAN SARAN 21 Simpulan 21

Saran 21

DAFTAR PUSTAKA 22

LAMPIRAN 25

(14)

DAFTAR TABEL

2.1 Topografi lahan disekitar Danau Laut Tawar 3

3.1 Perbandingan rata-rata jumlah individu Macrobrachium lanchesteri berdasarkan jenis kelamin pada setiap tipe habitat 10 3.2 Perbandingan rata-rata jumlah individu Malayopotamon turgeo

berdasarkan jenis kelamin pada setiap lokasi pengambilan sampel 11 3.3 Distribusi dan Parameter ekologi habitat udang (Macrobrachium

lanchesteri), kepiting (Malayopotamon turgeo) di Danau Laut Tawar 14 3.4 Hasil analisis regresi data morfometri Macrobrachium lanchesteri,

panjang Total (TL), panjang Abdomen (AL), panjang karapas (CL), panjang pleura (PL). *berbeda nyata pada p <0.05 16

DAFTAR GAMBAR

2.1 Peta Aceh, Lokasi Danau Laut Tawar, Takengon Aceh Tengah 4 2.2 Pengukuran morfometrik pada udang air tawar 5

3.1 Macrobrachium lanchesteri 6

3.2 Chephalothorax dan periopod kedua 6

3.3 Malayopotamon turgeo,a. sisi kanan karapaks tampak dorsal,karapaks tanpak ventral (Jantan),c. G1 tampak ventral,d. G2,e. G1 tampak

dorsal 7

3.4 Distribusi udang dan kepiting air tawar berdasarkan wilayah danau 8 3.5 Komposisi individu Macrobrachium lanchesteri di Danau Laut Tawar

pada semua tipe habitat 8

3.6 Komposisi individu Macrobrachium lanchesteri pada semua tipe

habitat 9

3.7 Komposisi individu Malayamon turgeo di Danau Laut Tawar 11 3.8 Sebaran Macrobrachium lanchesteri pada berbagai tipe habitat di

Danau Laut Tawar berdasarkan panjang karapas 12

3.9 Sebaran Malayamon turgeo di Danau Laut Tawar berdasarkan lebar

karapas 13

3.10 Diagram analisis PCA distribusi udang dan kepiting air tawar berdasarkan faktor lingkungan dan habitat di Danau Laut Tawar 15 3.11 Hubungan panjang abdomen dan panjang karapaks (Macrobrachium

lanchesteri) jantan dan betina 16

DAFTAR LAMPIRAN

1 Foto lokasi pengamatan di Danau Laut Tawar 26

2 Macrobrachium lanchesteri 27

3 Malayapotamon turgeo 28

4 Peta lokasi penilian 39

(15)

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Udang dan kepiting air tawar termasuk kedalam subfilum Crustacea, kelas Malacostraca, ordo Decapoda. Udang air tawar termasuk kedalam infraordo Caridea yang terdiri dari 2 famili yaitu dari family Palaemonidae dan Atyidae. Dua genus yang memiliki penyebaran paling luas di Indonesia yaitu genus Macrobrachium (famili Palaemonidae) dan genus Caridina (famili Atyidae) (Chan 1998; De Grave 2008; De Grave & Frasen 2011). Macrobrachium dan Caridina tersebar luas di seluruh Indonesia (Wowor et al. 2009). Udang air tawar memiliki tubuh yang tertutup oleh eksoskeleton, memiliki ciri-ciri badan bersegmen, kepala dan dada bersatu; bagian kepala yang ujungnya meruncing disebut rostrum; memiliki capit pada pasangan kaki jalan (periopod) pertama dan kedua, pleura abdomen segmen kedua bertumpang tindih dengan segmen pertama dan ketiga (Chan 1998; Castro & Huber 2003; Cai et al. 2007), terdapat lima pasang pleopod yang terdiri dari satu pasang endopodite dan satu pasang exopodite (Kashyap 1997).

Kepiting air tawar termasuk kedalam infraordo Brachyura yang terdiri dari lima famili, yaitu famili Pseoudothelphusidae, Tricodactylidae, Potamonautidae, Potamidae dan Gecarcinucidae. Dua dari lima famili kepiting air tawar terbesar yaitu famili Potamidae dengan anggota sebanyak 505 spesies dan famili Gecarcinucidae dengan jumlah 344 spesies. Di Indonesia terdapat 83 spesies kepiting air tawar yang telah berhasil diidentifikasi (Yeo et al. 2008). Kepiting air tawar memiliki tubuh yang tertutup eksoskeleton (kerangka luar) yang sangat keras, berbentuk relatif persegi, maxilliped ketiga berada dalam rongga mulut, telson dan abdomen tidak berkembang dan berevolusi menjadi penutup dada di bagian lateral, periopod berjumlah lima pasang, chelipeds merupakan periopod pertama yang bermodifikasi (Dixon et al. 2003; Ng 2004; Yeo et al. 2008).

Udang dan kepiting air tawar adalah hewan yang mendiami dasar perairan, berperan sebagai salah satu komponen dalam jaringan makanan, pemakan sisa materi organik, dan detritus (Camara et al. 2009; Wowor et al. 2009). Keberadaan udang dan kepiting air tawar di suatu perairan dapat dijadikan bioindikator kualitas ekosistem perairan, karena organisme tersebut hanya terdapat di habitat yang baik dan rentan terhadap gangguan berbagai aktivitas manusia dan limbah (Dahuri 2004; Wowor et al. 2004; Taufik 2011).

(16)

2

Danau Laut Tawar merupakan danau terbesar di Provinsi Aceh (Husnah et al. 2013). Sumber air danau dipasok dari mata air yang berasal dari gunung yang terdapat di sekitar danau. Danau Laut Tawar memiliki satu outlet sepanjang 130,80 km yang melintasi lima Kabupaten dan kota, yaitu Aceh Tengah, Bener Meriah, Bireuen, Aceh Utara dan Lhokseumawe (BPS Kabupaten Aceh Tengah 2014). Danau ini memiliki luas 5.742,10 ha dan menyimpan air ± 538.842.906,7 m3, yang kaya akan keragaman fungsi dan keragaman hayati termasuk jenis ikan endemik (Iriadi 2015). Nasution (2013) melaporkan bahwa Danau Laut Tawar memiliki ikan endemik yaitu ikan Depik (Rasbora tawarensis), dan ikan Kawan (Poropuntius tawarensis), selain itu ditemukan juga empat jenis ikan Tor yaitu Tor douronensis, T. tambra, T. soro dan T. tambroides.

Nasution (2013) menyatakan bahwa permasalahan kualitas lingkungan perairan secara umum yang terjadi di Danau Laut Tawar adalah pendangkalan, peningkatan jumlah alat tangkap yang mengakibatkan terjadinya over fishing. Pencemaran secara biologis yang tidak mempertimbangkan aspek kelestarian serta pencemaran perairan, akan mempengaruhi organisme yang terdapat di danau tersebut. Kehadiran berbagai jenis organisme di badan perairan yang bersifat sensitif terhadap perubahan lingkungan dapat dijadikan sebagai indikator kualitas lingkungan perairan tersebut (Tobing 2009). Penelitian telah banyak dilakukan pada Danau Laut Tawar, terutama penelitian kualitas air seperti pengendalian pencemaran, keanekaragaman ikan, dan penutupan tumbuhan air di Danau Laut Tawar (Dewiyanti 2002; Husnah et al. 2013; Nasution 2013; Iriadi 2015). Akan tetapi penelitian khusus mengenai populasi dan komposisi udang dan kepiting air tawar belum pernah dilaporkan dari kawasan ini.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi dan preferensi habitat udang dan kepiting air tawar, serta melihat pertumbuhan alometrik Macrobrachium lanchesteri di Danau Laut Tawar.

Perumusan Masalah

Danau Laut Tawar memiliki arti penting bagi masyarakat Aceh Tengah yaitu sebagai sumber air bersih, dan mencari ikan yang merupakan mata pencarian penduduk selain bertani. Danau Laut Tawar juga dijadikan sebagai tempat tujuan wisata bagi masyarakat. Secara umum, peningkatan jumlah bahan pencemar yang masuk ke perairan berkaitan dengan aktivitas masyarakat disekitar perairan danau. Aktivitas di daerah permukiman, pertanian, wisata dan keramba jaring apung, dapat menyebabkan menurunnya kualitas lingkungan perairan, sehingga hal–hal tersebut dapat mempengaruhi organisme yang terdapat di Danau Laut Tawar.

Manfaat Penelitian

(17)

3 permukaan sebesar ± 5.742,10 Ha dan kedalaman 84,23 meter dengan kedalaman rata-rata sebesar 25,19 meter (Husnah et al. 2013). Lokasi penelitian Danau Laut Tawar termasuk dalam daerah tangkapan air, secara administratif berada pada empat wilayah Kecamatan yaitu Bintang, Lut Tawar, Kebayakan dan Bebesen.

Daerah lokasi penelitian dibagi menjadi empat wilayah yaitu utara, timur, selatan dan barat danau. Wilayah tersebut mewakili lima tipe habitat yaitu perkebunan, persawahan, permukiman, keramba jaring apung (KJA), dan wisata. Kemiringan lahan di sekitar Danau Laut Tawar bervariasi antara 0 sampai >45% (Tabel 1.1). Daerah dengan kemiringan 0-8% terdapat di sebagian pusat kota wilayah Barat, sedangkan daerah Timur dan Selatan memiliki kemiringan 8-25 % dan wilayah Utara 25-45% (Uswa 2008, Iriadi 2015).

Tabel 1.1 Topografi lahan di sekitar Danau Laut Tawar

Bentuk Lereng Kemiringan (%)

Sumber : BLHKP Kabupaten Aceh Tengah (2014)

Koleksi Sampel

Sampel dikoleksi pada bulan Januari sampai Februari 2015. Titik lokasi pengambilan sampel dilakukan secara purposive. Titik sampling tersebut berada pada daerah aliran sungai yang masuk ke danau (inlet), sepanjang tepi danau dan aliran sungai keluar danau (outlet). Sebanyak 42 titik sampling yang dicuplik di seputaran Danau Laut Tawar (Gambar 2.1). Koleksi sampel menggunakan metode road sampling dengan berjalan di setiap titik pengambilan sampel yang telah

(18)

4

a)

( b)

Malayopotamon turgeo

Macrobrachium

Tipe arus dilihat dari kecepatan waktu pelampung, dengan ketentuan kecepatan lebih dari 2 m/detik tergolong arus deras, dan kecepatan kurang dari 2 m/detik tergolong arus lambat. Tipe substrat sungai dilihat dari dominasi substrat dasar perairan, yaitu berbatu, kerikil, berpasir, lumpur berpasir atau lumpur berdasarkan Wentworth (1922). Pengukuran suhu menggunakan termometer, dan pengukuran pH air menggunakan kertas pH indikator.

Gambar 2.1 (a) Peta Aceh (b) lokasi Danau Laut Tawar, Takengon Aceh Tengah

Identifikasi Sampel

Identifikasi dilakukan di Laboratorium Krustasea Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Cibinong. Kunci identifikasi udang yang digunakan menurut Wowor et al. (2004) berdasarkan ciri-ciri morfologi yaitu; bentuk karapas, bentuk rostrum, bentuk scaphocerite, dan kaki jalan. Penentuan jenis kelamin udang air tawar dilihat pada endopodite kaki renang kedua: udang jantan memiliki appendix masculina dan appendix interna, udang betina hanya memiliki appendix interna saja, sedangkan pada juvenil kedua macam appendix tersebut belum terlihat jelas (Kashyap 1997).

(19)

5 abdomen agak membundar dan melebar yang berfungsi sebagai tempat menyimpan telur yang telah dibuahi.

Pengukuran morfometrik

Dalam penelitian ini sampel udang yang didapatkan diukur berdasarkan panjang total (TL), panjang abdomen (AL), panjang karapas (CL) dan panjang pleura kedua (PL) mengacu pada Paschoal et al. (2013) (Gambar 2.2). Pengukuran morfometrik kepiting berdasarkan lebar karapas (CW). Pengukuran dilakukan menggunakan kaliper digital dengan akurasi 0.01 mm.

Gambar 2.2 Pengukuran morfometrik pada udang air tawar (Paschoal et al. 2013)

Analisis Data

Faktor lingkungan, habitat dan keberadaan udang dan kepiting air tawar dianalisis dengan menggunakan pendekatan Principal Components Analysis (PCA) dalam program PAST versi 2.17c. Perbandingan jumlah individu pada setiap habitat berdasarkan jenis kelamin dianalisis dengan menggunakan uji Dice-Leraas (Wiley 1981). Ukuran panjang karapas udang dan lebar karapas kepiting didistribusi kedalam interval kelas dengan menggunakan rumus yang mengacu pada Sturges (1926) sebagai berikut:

K = 1 + 3,3 log n Keterangan : K = Jumlah Kelas Interval

n = Jumlah Data Observasi log = Logaritma

(20)

6

Chela Karpus Rostrum

HASIL

Identifikasi Udang

Jenis udang yang ditemukan di Danau Laut Tawar adalah Macrobrachium lanchesteri (Gambar 3.1). Ciri morfologi spesies ini adalah bentuk badan yang panjang dan langsing, gigi rostrum yang tidak tersebar merata dan ada bagian yang tidak bergerigi, memiliki 1 gigi di ujung rostrum (Gambar 3.2a), dan karpus pada kaki jalan kedua (periopod) lebih panjang dibandingkan chela (Gambar 3.2b).

Gambar 3.1 Macrobrachium lanchesteri

Gambar 3.2 (a) cephalothorax dan (b) periopod kedua 1 cm

(21)

7

Identifikasi Kepiting

Jenis Kepiting yang ditemukan di Danau Laut Tawar adalah Malayopotamon turgeo (Gambar 3.3). Kepiting ini memiliki karapas berbentuk trapesium (subquadrate), permukaannya halus, bagian brankhial dan gastrik gembung; anterolateral cembung, menonjol, daerah anterolateral memiliki guratan-guratan yang tidak dalam; gigi epibranchial kecil tetapi nyata, terpisah dari gigi pada mata luar (external orbital tooth) dengan celah yang dangkal; lobus epibranchial nyata, bergerigi, tidak menyambung dengan tonjolan postorbital; tonjolan postorbital nyata, menyambung mencapai dasar gigi epibranchial. Segmen ujung gonopod 1 (G1) seperti tabung, melengkung, ujungnya terpotong (truncated), terpilin lebih dari setengah panjang segmen subterminal.

(22)

8

Jumlah Udang dan Kepiting pada seluruh Lokasi

Total jumlah individu udang air tawar yang didapatkan dari Danau Laut Tawar adalah 761 individu, yaitu dari 14 titik dari 42 jumlah total titik sampling. Distribusi dan komposisi udang yang ditemukan pada setiap wilayah danau yaitu; selatan 457 individu (60,05%), barat 177 individu (23,25%), utara 93 individu (12,22%), dan timur 34 individu (4,47%). Kepiting hanya terdapat di bagian barat danau yang diperoleh dari 4 titik sampling pada aliran sungai outlet Danau Laut Tawar. Jumlah kepiting yang ditemukan adalah 76 individu (Gambar 3.4).

Gambar 3.4 Distribusi udang dan kepiting berdasarkan wilayah danau

Komposisi Udang dan Kepiting pada setiap Habitat

Keramba jaring apung (KJA) merupakan habitat yang memiliki komposisi individu jenis udang air tawar tertinggi yaitu 392 individu, Persawahan 253 individu, Perkebunan 61 individu, Pemukiman 55 individu, dan tidak ditemukan udang air tawar pada daerah wisata. Secara umum, komposisi jenis kelamin udang yang ditemukan yaitu (18,13%) jantan, (30,49%) betina tidak bertelur, (26,94%) betina bertelur dan (24,44%) juvenil (Gambar 3.5).

(23)

9

Komposisi jumlah individu udang bervariasi berdasarkan tipe habitat pada 14 lokasi titik sampling yang ditemukan udang air tawar (Gambar 3.6).

Gambar 3.6 Komposisi Macrobrachium lanchesteri pada setiap tipe habitat

(24)

10

Tabel 3.1 Perbandingan rata-rata jumlah individu Macrobrachium lanchesteri berdasarkan jenis kelamin pada setiap tipe habitat

SE = standar eror; Range = rata-rata ± 2.SE perlokasi Lokasi

Jantan Betina Betina Bertelur Juvenil

rata-rata±SE range rata-rata±SE range rata-rata±SE range rata-rata±SE range

Kalang 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 9,00 ± 0,50 8,00 - 10,00 4,00 ± 1,15 1,70-6,30 10,00 ± 1,42 7,16-12,84

Pedemun 5,33 ± 0,62 4,09-6,57 18,67 ± 1,28 16,11-21,24 6,67 ± 0,34 5,99-7,35 22,33 ± 1,27 19,79-24,87

Pukes 2,67 ± 0,89 0,89-4,45 0,66 ± 0,81 -0,96-2,28 11,00 ± 2,11 6,78-15,22 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

Boom 12,33 ± 0,83 10,67-13,99 3,67 ± 0,46 2,75-4,59 10,33 ± 1,22 7,89-12,77 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

Mendali 5,00 ± 0,26 4,5-5,5 5,00 ± 0,26 4,48-5,52 3,00 ± 0,88 1,24-4,76 1,00 ± 1,00 -1,00-3,00

Bewang 1,00 ± 1,00 -1,00 - 3,00 1,67 ± 0,68 0,31-3,03 2,67 ± 0,89 0,89-4,45 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

Rawe 2 3,67 ± 0,46 2,75-4,59 9,00 ± 0,88 7,24-10,76 14,00 ± 0,56 12,88-15,12 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

Mengaya 2,00 ± 0,71 0,58-3,42 5,33 ± 0,14 5,05-5,61 10,33 ± 1,80 6,73-13,93 10,00 ± 2,03 5,94-14,06

Nosar 12,33 ± 0,58 11,17-13,49 6,67 ± 0,26 6,15-7,19 2,67 ± 1,63 -0,59-5,93 9,67 ± 1,62 6,43-12,91

Lot Kala 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 1,33 ± 1,15 0,97-3,63 0,67 ± 0,82 -0,97-2,31 2,67 ± 0,82 1,03-4,31

Kala Pasir 2,00 ± 0,82 0,36-3,64 10,33 ± 0,27 9,79-10,87 1,33 ± 1,15 -0,97-3,63 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00

Weh Bengi 4,00 ± 1,32 1,36-6,64 3,00 ± 0,88 1,24-4,76 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 2,33 ± 0,79 0,75-3,91

Gegarang 5,67 ± 0,92 3,83-7,51 2,00 ± 0,82 0,36-3,64 0,00 ± 0,00 0,00 ± 0,00 1,33 ± 1,15 (-0,97)-3,63

(25)

11

Jumlah individu kepiting tertinggi diperoleh pada daerah Tansaril sebanyak 27 individu, Uning 20 individu, Pendere 18 individu dan Lukop Bada 11 individu. Komposisi jenis kelamin kepiting yang ditemukan yaitu 56% jantan dan 43% betina (Gambar 3.7).

Gambar 3.7 Komposisi individu Malayopotamon turgeo di Danau Laut Tawar Sampel kepiting dari berbagai lokasi dan habitat menunjukkan total jumlah individu yang beragam berdasarkan jenis kelamin. Uji Dice-Leraas menunjukkan jumlah jantan dan betina berbeda nyata kecuali pada daerah Uning. Jumlah jantan dan betina tertinggi ditemukan di daerah Tansaril (Tabel 3.2). Tabel 3.2 Perbandingan rata-rata jumlah individu Malayopotamon turgeo

berdasarkan jenis kelamin pada setiap lokasi pengambilan sampel

Lokasi

(26)

12

Dari keramba jaring apung diperoleh individu dari berbagai ukuran yang lebih banyak jika dibandingkan dengan habitat lainnya. Persawahan didominasi oleh betina bertelur yang berukuran besar. Perkebunan didominasi oleh jantan muda, pemukiman didominasi oleh betina yang berukuran besar, sedangkan di daerah wisata tidak ditemukan udang M. lanchesteri (Gambar 3.8).

(27)

13

Betina terbesar yang berukuran lebar karapas 23.27 – 26.26 mm diperoleh pada tiga lokasi yaitu Lukop Bada, Tansaril dan Uning, sedangkan jantan terbesar yang berukuran lebar karapas 23.27 – 26.26 mm hanya ditemukan pada Tansaril. Jantan paling banyak ditemukan di daerah Pendere, sedangkan betina paling banyak ditemukan di daerah Uning (Gambar 3.9).

(28)

14

(29)

15

Suhu

Kedalaman

Macobrachium lanchesteri

Substrat Tumbuhan Air

Derajat Kemiringan pH

Malayamon turgeo Arus

Pengamatan Ekologi Habitat Udang dan Kepiting

Setiap habitat memiliki karakter ekologi yang berbeda. Habitat tersebut berpengaruh terhadap jumlah dan ukuran udang yang ditemukan. Udang banyak ditemukan pada habitat keramba jaring apung (KJA) dan habitat lahan persawahan dengan arus yang mengalir lambat, substrat lumpur sampai lumpur berpasir, dengan kedalaman yang dangkal. Udang tidak ditemukan pada aliran sungai dan habitat yang tidak memiliki tumbuhan air dan berarus deras (Tabel 3.3).

Hasil analisis PCA menunjukkan bahwa parameter ekologi berkaitan dengan distribusi udang dan kepiting. Parameter ekologi yang mendukung distribusi udang Macrobrachium lanchesteri adalah substrat dan tumbuhan air. Faktor ekologi yang mendukung keberadaan kepiting Malayopotamon turgeo yaitu kecepatan arus dan pH air (Gambar 3.10).

Gambar 3.10 Diagram analisis PCA distribusi udang dan kepiting air tawar berdasarkan faktor lingkungan di Danau Laut Tawar

Hubungan alometrik Pertumbuhan Macrobrachium lanchesteri

(30)

16

Berdasakan uji ANOVA dengan uji lanjut Tukey, panjang total dan panjang abdomen tidak berbeda nyata dengan panjang karapas, begitu juga dengan panjang total dan panjang karapas tidak berbeda nyata dengan panjang pleura (P > 0.05), sedangkan ukuran panjang pleura dengan panjang karapas berbeda nyata (P < 0.05).

Tabel 3.3 Hasil analisis regresi data morfometri Macrobrachium lanchesteri, panjang Total (TL), panjang Abdomen (AL), panjang karapas (CL), panjang pleura (PL). * berbeda nyata pada p <0.05

Gambar 3.11 Hubungan panjang abdomen dan panjang karapas (Macrobrachium lanchesteri ) jantan dan betina

1,08 1,13 1,18 1,23 1,28 1,33 1,38 1,43 1,48

(31)

17

PEMBAHASAN

Distribusi dan Preferensi Habitat Macrobrachium lanchesteri

Pada penelitian ini distribusi M. lanchesteri paling tinggi terdapat pada bagian selatan danau. Banyaknya individu M. lanchesteri yang ditemukan pada tepi danau bagian selatan diduga karena lokasi ini didominasi oleh lahan pertanian seperti persawahan, keramba jaring apung (KJA), perkebunan dan banyak ditemukan tumbuhan air serta memiliki tipe arus yang cenderung tenang dan berarus lambat. Menurut Cai et al. (2004) M. lanchesteri merupakan spesies yang hampir beradaptasi dengan baik pada seluruh jenis badan air tawar, perairan yang dangkal, berarus lambat dan tenang seperti danau, waduk, kolam, sawah, dan aliran air buatan lainnya yang ditumbuhi tumbuhan air (Othman et al. 2006; Oktavia 2013; Annawaty 2014). Hal ini disebabkan karena udang air tawar berasosiasi dengan tumbuhan air (Wowor et al. 2004). Tumbuhan air pada Danau Laut Tawar didominasi oleh eceng gondok (Eichornia crassipes) sebesar 75% (Dewiyanti 2012).

Preferensi habitat M. lanchesteri paling tinggi adalah keramba jaring apung (KJA) yang digunakan oleh masyarakat untuk kegiatan perikanan. Sisa- sisa pakan ikan yang tidak habis dimakan oleh ikan akan menjadi sumber pakan bagi udang air tawar yang terjatuh kedasar perairan. Hal ini dapat menguntungkan bagi beberapa organisme perairan lainnya (Taufik 2011; Daryanto 2015). Jumlah individu pada habitat persawahan tidak jauh berbeda dari habitat keramba jaring apung (KJA), hal ini didukung oleh habitat di sekitar persawahan yaitu banyaknya tumbuhan air dan memiliki arus air tenang sampai mengalir lambat. Habitat semacam ini menjadi pilihan utama betina bertelur dan juvenil. Johnson (1961; 1963), menyatakan bahwa di daerah Malaysia M. lanchesteri banyak ditemukan di daerah sawah pada air yang tidak mengalir.

Habitat perkebunan pada bagian utara danau berada pada dataran tinggi dengan kemiringan sedang hingga curam yang memiliki arus sungai yang deras. Sehingga sedikit individu dan titik sampling yang dilakukan pada wilayah utara danau. Hal ini juga dinyatakan dalam penelitian Purnamasari (2013), bahwa daratan tinggi dengan kemiringan sedang memiliki kecepatan arus sungai yang tinggi sehingga hanya sedikit M. lanchesteri yang dijumpai. Dettinger dan Diaz (2000) menyatakan bahwa tinggi rendahnya kecepatan arus sungai dipengaruhi oleh struktur sungai, kemiringan dan faktor lain seperti musim hujan.

(32)

18

langsung mempengaruhi kualitas perairan khususnya peningkatan konsentrasi deterjen. Daryanto et al.(2015) juga menjelaskan dalam penelitiannya bahwa M. lanchesteri sangat sedikit ditemukan pada kawasan yang padat penduduk. Abdullah (1992) menyatakan bahwa banyaknya limbah yang masuk ke perairan secara tidak terkontrol dapat menyebabkan peningkatan racun yang dapat mempengaruhi ketidakseimbangan ekosistem di perairan tersebut.

Selain itu pada beberapa lokasi pengambilan sampel ditemukan ikan gabus (Channa striata), ikan lele (Clarias batrachus), dan ikan mujair (Oreochromis mossambicus) yang merupakan predator bagi M. lanchesteri. Ikan invasif dapat memberikan dampak besar pada fauna air tawar, terutama dalam sistem perairan danau yang terisolasi dimana hewan tersebut mampu beradaptasi dengan baik. Ikan gabus dan Mujair dapat menjadi predator terbesar di perairan danau yang dapat mengancam keberadaan ikan endemik, krustasea, dan bahkan amfibi (Herder et al. 2012).

Distribusi dan Preferensi Habitat Malayopotamon turgeo

Kepiting air tawar hanya ditemukan di empat titik sampling pada bagian barat danau di aliran Sungai Peusangan yaitu outlet Danau Laut Tawar. Setiap stasiun memiliki karakter ekologi yang berbeda-beda sehingga jumlah spesimen yang diperoleh pada setiap stasiun bervariasi. Spesimen kepiting diperoleh pada penggalan sungai di Desa Tansaril, Desa Uning, dan Desa Pendere yang bertipe habitat perkebunan dan pemukiman. Ketiga titik sampling ini memiliki vegetasi akuatik yang padat dan menjadi habitat yang baik bagi kepiting air tawar, sehingga banyak kepiting ditemukan pada ketiga lokasi ini. Sedangkan jumlah spesimen kepiting paling sedikit ditemukan pada aliran sungai desa Lukop Bada. Lokasi ini berada di daerah pemukiman penduduk dengan aktivitas tinggi dan memiliki sedikit vegetasi akuatik. Kondisi habitat tersebut diduga kurang baik bagi kepiting.

Malayopotamon turgeo dapat ditemukan di dasar sungai, di bawah bebatuan yang sungainya beraliran deras. Sungai Peusangan yang merupakan sungai besar dan adalah satu-satunya outlet Danau Laut Tawar yang berarus deras. Malayoptamon adalah kepiting hulu yang sungainya berarus deras (Wowor 2010). Ng dan Tan (1999) menyatakan bahwa M. turgeo hanya terdapat di perairan tawar Aceh saja. Melalui penelitian ini diketahui bahwa M. turgeo ditangkap oleh sebagian masyarakat lokal untuk dikonsumsi.

(33)

19

Spesies Asing udang air tawar di Danau Laut Tawar

Pada penelitian ini hanya ditemukan satu spesies udang air tawar, Macrobrachium lanchesteri, yang merupakan spesies asing. Udang ini berasal dari Thailand bagian selatan. Masuknya jenis udang ini ke Indonesia diduga disebabkan oleh adanya kegiatan introduksi budidaya perikanan (Taufik 2011). Macrobrachium lanchesteri memiliki penyebaran yang luas, dan dilaporkan tersebar di Malaysia, Brunei, Myanmar, Singapura, Sumatera, Borneo dan Jawa (Wowor et al. 2004, 2009). Hal ini disebabkan karena spesies ini memiliki tingkat toleransi yang tinggi terhadap perubahan lingkungan. Johnson (1963) dan Wowor et al. (2004) melaporkan bahwa M. lanchesteri dapat bertahan hidup pada kondisi lingkungan yang ekstrim di bandingkan dengan jenis lainnya sehingga keberadaannya dapat mengancam berbagai jenis udang asli Indonesia. Jenis ini dapat bertahan hidup pada suhu air yang tingg yaitu 35ºC.

Masuknya M. lanchesteri di Danau Laut Tawar diduga disebabkan oleh kegiatan budidaya ikan Nila (Oreochromis niloticus), Mujair (Oreochromis mossambicus) dan ikan bawal (Cyprinus sp) dengan sistem keramba jaring apung (KJA) (Husnah et al. 2013). Akibat intoduksi tersebut, larva (zoea) udang air tawar M. lanchesteri ikut terbawa bersama media ikan yang diintroduksikan.

Husnah et al. (2013) melaporkan bahwa ikan lokal juga dibudidayakan menggunakan sistem keramba jaring apung (KJA) yaitu ikan kerling/semah (Tor sp.). Untuk mengurangi dampak limbah pakan ikan terhadap lingkungan dan kelestarian ikan endemik, pakan ikan yang diberikan sebaiknya menggunakan pakan yang tersedia di alam. Pakan ikan kerling di alam adalah udang-udangan dan ikan berukuran kecil.

Pada penelitian ini M. lanchesteri ditangkap oleh masyarakat lokal dan dijual untuk umpan memancing serta untuk pakan ikan. Hal ini dapat dinyatakan bahwa udang M. lanchesteri memiliki potensi ekonomi yang dapat meningkatkan pendapatan masyarakat lokal serta dapat mengurangi dampak limbah pakan ikan terhadap lingkungan dan kelestarian ikan endemik yang berada pada kawasan Danau Laut Tawar.

Hubungan alometrik Pertumbuhan Macrobrachium lanchesteri

Analisis hubungan antara panjang tubuh dengan panjang karapas M. lanchesteri dipisahkan bedasarkan jenis kelamin. Hal ini dilakukan dengan asumsi bahwa ada perbedaan pola dan kecepatan tumbuh antara udang jantan dan betina. Berdasarkan hasil analisis regresi, panjang karapas dan panjang abdomen relatif berkorelasi tinggi serta memiliki hubungan alometri positif (jantan b = 1.09 dan betina b = 1.17). Hal ini menunjukkan bahwa jika karapas bertambah panjang maka abdomen juga akan bertambah panjang. Hasil yang serupa juga diperoleh pada penelitian Cherax quadricarinatus (Priyono 2009), Creaseria morleyi (Botello & Alvarez 2006) dan Macrobrachium brasiliense (Mantelatto & Barbosa 2005).

(34)

20

bertambah, maka panjang pleura juga akan bertambah. Hal ini terjadi pada individu betina dewasa yang akan bertelur dan menyimpan telurnya sampai menetas. Semakin lebar pleura maka perlindungan terhadap telur akan semakin optimal dalam proses reproduksi. Hal ini dapat digunakan untuk mendeteksi perbedaan dalam pola pertumbuhan relatif antara jantan dan betina dewasa.

Faktor Lingkungan

Pertumbuhan dan kehidupan biota perairan danau sangat di pengaruhi oleh suhu, karena dapat mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme dan daya larut gas termasuk konsentrasi oksigen terlarut di perairan (Iriadi 2015). Udang dan kepiting ditemukan pada suhu air berkisar antara 21˚C sampai 24˚C (Tabel 3.3). Hal ini diperkuat oleh hasil penelitian Annawaty (2014) yang menyatakan bahwa udang air tawar dapat ditemukan pada suhu yang berkisar antara 18°C sampai 29°C.

Hasil pengukuran pH menunjukkan bahwa pH air Danau Laut Tawar berkisar antara 6 sampai 7 yang bersifat netral. Hal ini sesuai dengan pernyataan New (2002) yaitu pH yang ideal bagi kehidupan organisme akuatik udang air tawar pada umumnya terdapat antara 6,50 sampai pH 8.50. Johnson (1963) menyebutkan bahwa Macrobrachium lanchesteri banyak ditemukan pada pH antara 4.9 sampai 7.6. Hal ini tidak jauh berbeda dengan kepiting genus Malayopotamon yang ditemukan pada pH 7 di perairan Sungai (Simanjuntak et al. 2016).

Berdasarkan pengamatan secara visual, kepiting menyukai substrat bebatuan dan berarus deras, sedangkan udang ditemukan pada habitat substrat lumpur sampai lumpur berpasir yang berarus tenang. Daryanto et al. (2015) juga melaporkan bahwa Macrobrachium lanchesteri juga ditemukan pada habitat substrat yang berlumpur. Menurut Rafni (2004), ukuran partikel sedimen memiliki hubungan dengan kandungan bahan organik, di mana perairan dengan sedimen yang halus memiliki persentase bahan organik yang tinggi. Hal ini karena adanya pengendapan sedimen lumpur yang diikuti oleh akumulasi bahan-bahan organik dasar perairan. Sedangkan sedimen yang kasar memiliki kandungan bahan organik yang lebih rendah karena partikel yang lebih halus tidak dapat mengendap.

(35)

21

SIMPULAN

Sampel krustasea yang ditemukan selama bulan basah Januari sampai Februari 2015 di Danau Laut Tawar, Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh adalah udang Macrobrachium lanchesteri dan kepiting Malayopotamon turgeo. Preferensi habitat mempengaruhi distribusi dan ukuran organisme yang memilihnya. Udang paling menyukai habitat keramba jaring apung (KJA) dan persawahan yang memiliki arus tenang dan tumbuhan air, dan cenderung kurang menyukai habitat kawasan wisata dan pemukiman. Kepiting hanya ditemukan di bagian barat danau di sepanjang aliran sungai Peusangan, yaitu sungai outlet dari Danau Laut Tawar. Kepiting lebih memilih habitat yang kondisi ripariannya masih terjaga dan berarus deras. Terdapat korelasi positif antara panjang karapas dan panjang abdomen pada Macrobrachium lanchesteri.

SARAN

(36)

22

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Z. 1992. Analisis Deterjen pada beberapa Sungai di Kodya Padang. Padang (ID): Universitas Andalas.

Annawaty. 2014. The freshwater atyid shrimps of the genus Caridina (Crustacea: Decapoda: Caridea) from Lake Lindu, Central Sulawesi, Indonesia [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Botello A, Alvarez F. 2006. Allometric growth in Creaseria morleyi (Creaser, 1936) (Decapoda:Palaemonidae), from the Yucatan Peninsula, Mexico. Caribbean Journal of Science. 42: 171-179.

[BLHKP Kabupaten Aceh Tengah] Badan Lingkungan Hidup, Kebersihan dan Pertamanan. 2014. Profil Ekosistem Danau Laut Tawar. Takengon (ID): BLHKP Kabupaten Aceh Tengah.

[BPS Kabupaten Aceh Tengah] Badan Pusat Statistik. 2014. Aceh Tengah Dalam Angka. Takengon (ID): BPS Kabupaten Aceh Tengah.

Cai Y, Ng PKL. 2004. Freshwater Crustacea Identification of Freshwater Invertebrates of the Mekong River and its Tributaries, Chapter 12. Bangkok (TH): Mekong River Commission.

Cai Y, Ng PKL, Choy S. 2007. Freshwater shrimp of the family Atyidae (Crustacea: Decapoda: Caridea) from Peninsular Malaysia and Singapore. Raff. Bull. Zool. 55: 277-309.

Camara IA, Konan MK, Diomandé D, Edia EO, Gouréne G. 2009. Ecology and

diversity of freshwater shrimps in Banco national park, côte d’Ivoire

(Banco River Basin). Knowl. Managt. Aquatic Ecosyst. 393: 1-10.

Chan TY. 1998. Shrimps and prawns, lobster. Dalam: Carpenter KE and Niem VH (eds), FAO identification guide for fisheries purpose, The living marine resources of the Western Central Pacific. FAO Rome. 2: 851-1043. Castro P, Huber ME. 2003. Marine Biology Fourth edition. The MCGraw-Hill

Companies.

Dahuri R. 2004. Pengelolaan Sumber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Cetakan Ketiga. Edisi Revisi. Jakarta (ID): Pradnya Paramita. Daryanto, Hamidah A, dan Kartika WD. 2015. Keanekaragaman jenis udang air

tawar di danau teluk Kota Jambi. Biospecies. 8: 13-19.

De Grave S, Fransen CHJM. 2011. Carideorum catalogus: the recent species of the dendrobranchiate, stenopodidean, procarididean and caridean shrimps (Crustacea: Decapoda). Zoologische Mededelingen. 85: 195-589.

De Grave S, Cai Y, Anker A. 2008. Global diversity of shrimp (Crustacea: Decapoda: Caridea) in Freshwater. Freshwater Animal Diversity Assessment. 595: 287-293.

Dettinger MD, Diaz HR. 2000. Global characteristics of stream how seasonality anvariability. J of Hydrometeorology. 1: 289-310.

Dewiyanti I. 2002. Keragaman jenis dan persen penutupan tumbuhan air di ekosistem Danau Laut Tawar, Takengon, Provinsi Aceh. J Depik. 1: 125-130.

(37)

23 Husnah, Koeshendrajana S, Rahmandi, Hasri I, Farastuti EK, Marini M. 2013. Kajian Pemanfaatan Perikanan (Penangkapan dan Budidaya) di Danau Laut Tawar Kabupaten Aceh Tengah. Takengon (ID): Dinas Peternakan dan Perikanan Kabubaten Aceh Tengah.

Herder F, Schliewen UK, Geiger MF, Hadiaty RK. Gray SM, McKinnon JS, Walter RP, Pfaender J. 2012. Alien invasion in Wallace’s Dreamponds:

records of the hybridogenic “flowerhorn” cichlid in Lake Matano, with an

annotated checklist of fish species introduced to the Malili Lakes system in Sulawesi. Aquatic Invasions. 4: 521–535.

Iriadi R. 2015. Model pengendalian pencemaran Perairan danau laut tawar di Kabupaten Aceh Tengah [disertasi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Johnson DS. 1961. A synopsis of the Decapoda Caridea and Stenopodidea of

Singapore, with notes on their distribution and key to the genera of Caridea occurring and Malayan waters. Bull Nat Mus.30: 44- 79.

Johnson DS. 1963. Distributional and other notes on some freshwater prawns (Atyidae and Palaemonidae) mainly from the Indo-West Pasific Region. Bull Nat Mus. 32: 5-30.

Kashyap V. 1997. Life of Invertebrates. New Delhi (IN): Vikas Publishing House PVT LTD.

Kim JC, Ma CW, Oh CW, Paik SG. 2008. Reproduction and growth of the freshwater prawn, Palaemon paucidens (Dekapoda: Palaemonidae) in a lake of Korea. J of Environmental Biology. 29: 163-168.

Mantelatto FLM, Barbosa LR. Population structure and relative growth of freshwater prawn Macrobrachium brasiliense (Decapoda, Palaemonidae) from São Paulo State, Brazil. Acta Limnol. Bras. 17: 245-255.

Nasution SH. 2013. FGD pengelolaan kawasan budidaya laut tawar. Warta Limnologi. 51: 26-28.

New MB. 2002. Farming Freshwater Prawns. Rome (IT): Food and Agriculture Organization of the United Nations.

Ng PKL. 2004. Crustacea: Decapoda, Brachyura. Di dalam; Yule CM, Sen YH, editor. Freshwater Invertebrates of the Malaysian Region. Kuala Lumpur. Ng PKL, Tan SH. 1999. Revision of the Southeast Asian potamid crabs of the

genus Malayopotamon Bott, 1968 (Crustacea: Decapoda: Brachyura). J of Natural History. 33: 207-231.

Oktavia R. 2013. Diversitas udang Palaemoid di sungai-sungai Aceh Barat-Provinsi Aceh. Geunta Mulia. 4: 79-100.

Othman MS, Abas A, Ya, SS and Maziati M. 2006. Bioaccumulation and ellimination of copper and lead by freshwater prawn Macrobrachium lanchesteri. J of Bio Scie. 6: 717-722.

Paschoal LRP, Guimarães FJ and Couto ECG. 2013. Relative growth and sexual maturity of the freshwater shrimp Palaemon pandaliformis (Crustacea, Palaemonidae) in northeastern of Brazil (Canavieiras, Bahia). Iheringia sér zool porto alegre. 103: 31-36.

Purnamasari L. 2013. Keanekaragaman udang air tawar pada berbagai tipe habitat di Provinsi Jambi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

(38)

24

Rafni R. 2004. Kapasitas asimilasi beban pencemar di perairan teluk Jobokuto Kabupaten Jepara Jawa Tengah [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Ratti JT, Garton EO. 1996. Research and experimental design. Di dalam: Bookhout TA, editor. Research and management techniques for wildlife and habitats. USA: AllenPress. 1–23.

Riady R, Mahatma R, Windarti. 2014. Inventarisasi kepiting air tawar di Kecamatan Kampar Utara Kabupaten Kampar Provinsi Riau. JOM FMIPA. 1: 471-479.

Sturges HA. 1926. The choice of a class interval. J Amer Statist Assoc. 21: 65-66. Susilo VE. 2013. Keanekaragaman Kepiting Air Tawar (Crustacea: Decapoda:

Brachyura) Di Provinsi Jambi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Taufik. 2011. Keanekaragaman udang air tawar di Danau Kerinci Provinsi Jambi [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor.

Tobing ISL. 2009. Kondisi perairan pantai sekitar Merak, Banten berdasarkan indeks keanekaragaman jenis benthos. Vis Vitalis. 02: 31-40.

Uswa M. 2008. Kajian Penggunaan Lahan di Pinggir Danau Sebagai Lahan Penggembangan Kota Studi kasus Danau Laut Tawar Kota Takengon Aceh Tengah [tesis]. Medan (ID): Universitas Sumatera Utara.

Wentworth CK. 1992. A scale of grade and class terms for clastic sediments. The J of Geol. 30: 377-392.

Wiley EO. 1981. Phylogenetics: the theory and practice of phylogenetic systematics: i-xv, 1-439. New York (US): John Wiley & Sons.

Wowor D, Cai Y, Ng PKL. 2004. Crustacea: Decapoda, Caridea. Di dalam: Yule CM, Sen YH, editor. Freshwater Invertebrata Of The Malaysian Region. Kuala Lumpur (KL): Akademi Sains Malaysia.

Wowor D, Muthu V, Meier R, Balke M, Cai Y, Ng PKL. 2009. Evolution of life history traits in asian freshwater prawns of genus Macrobrachium (Crustacea: Decapoda: Palaemonidae) based on multilocus molecular phylogenetic analysis. Mol Phy Evol. 52: 340-350.

Wowor D. 2010. Studi biota perairan dan herpetofauna di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian hilangnya keanekaragaman hayati, Bogor (ID): Pusat Penelitian Biologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

(39)

25

(40)

26

Lampiran 1 Foto lokasi pengamatan di Danau Laut Tawar

Persawahan Perkebunan

Kawasan Wisata Keramba Jaring Apung (KJA)

(41)

27 Lampiran 2. Macrobrachium lanchesteri

(42)

28

Lampiran 3. Malayopotamon turgeo

Karapas tampak dorsal; A. Jantan, B. Betina

Karapas tampak ventral; A. Jantan, B. Betina

A. Gonopod Jantan (G1 dan G2), B. Gonopod Betina

Gonopod Jantan : A (G1), B. (G2), C. (G1)

(A)

(A)

(A)

(A)

(B)

(B)

(B)

(43)
(44)
(45)

31

RIWAYAT HIDUP

(46)
(47)

Gambar

Gambar 2.1 (a) Peta Aceh (b) lokasi Danau Laut Tawar, Takengon Aceh Tengah
Gambar 3.1 Macrobrachium lanchesteri
Gambar 3.3 Malayopotamon turgeo; a. tampak dorsal sisi kanan karapas, b.
Gambar 3.4 Distribusi udang dan kepiting berdasarkan wilayah danau
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan Peraturan Bupati Kayong Utara Nomor 4 Tahun 2012 Tanggal 31&#34; Januari 2012 tentang penjabaran Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Kabupaten

4. Dimana Raspberry Pi 3 B+ telah terinstal Node – Red. Pada Node – Red telah terinstal library Modbus, Telegram, Database. Setelah sistem aktif data akumulasi energi yang

Aplikasi Augmented Reality ini dapat digunakan dalam dunia pendidikan utnuk menyampaikan pengetahuan yang lebih menarik dalam materi pelajaran tentang batik dan

Untuk itu penelitian ini penulis lakukan untuk mengetahui dan menjawab “Bagaimana sistem pengelolaan konsep – konsep pembiayaan pendidikan yang efektif dan efisien

4.1 Tarian mestilah mengiringi kedua-dua persembahan untuk nyanyian solo Tradisional Melayu Asli dan nyanyian duet Irama Malaysia / Etnik Kreatif.. 4.2 Ahli kumpulan

Berdasarkan uraian di atas, dapat diidentifikasi bahwa layanan respon time penyediaan dokumen rekam medik di Poli Kandungan RSIA Puri Galeri Bersalin Malang

keluarga yang tidak memiliki hubungan darah atau kekerabatan dengan Bibi Yuli. yaitu Niko dan

Baerdasarkan hasil analisis sidik ragam (ANOVA) menunjukan bahwa perlakuan lama perendaman Pupuk Formula Alam Hijau memberikan pengaruh yang berbeda nyata pada