• Tidak ada hasil yang ditemukan

Klasifikasi Vegetasi Sub Zona Pegunungan, Gunung Salak, Bogor Jawa Barat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Klasifikasi Vegetasi Sub Zona Pegunungan, Gunung Salak, Bogor Jawa Barat"

Copied!
22
0
0

Teks penuh

(1)

DISERTASI

KLASIFIKASI VEGETASI ZONA SUB PEGUNUNGAN

GUNUNG SALAK, BOGOR, JAWA BARAT

MUHAMMAD WIHARTO

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

i

PERNYATAAN MENGENAI DISERTASI DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa disertasi Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir disertasi ini.

Bogor, Februari 2009

Muhammad Wiharto

(3)

ABSTRACT

MUHAMMAD WIHARTO. Vegetation Classification of Gunung Salak Sub Mountain Zone, Bogor, West Jawa. Under supervision of CECEP KUSMANA, LILIK BUDI PRASETYO, and TUKIRIN PARTOMIHARDJO.

The research objectives were classifying sub mountain zone of Salak Mountain’s vegetation structurally, physiognomically, floristically; studying the relationship between floristic vegetation types and abiotic factors; and the alteration of structure and species composition in each vegetation type along environmental gradient. Sampling was done with systematic sampling with random start. Vegetation alliances were determined by ordination with factor analysis, and vegetation associations were determined with cluster analysis. Vegetation types at physiognomic and structural level were determined based on UNESCO and NVCS vegetation types. U-Mann Whitney statistic was employed to know whether there were abiotic factors differentiations between alliances and between vegetation structures. Chi-square test was used to know the relationship between vegetation associations and abiotic factors, also the preference of dominant tree species toward abiotic factors. There are three vegetation types founded at alliance levels, which are Schima walichii-Pandanus punctatus/Cinchona officinalis forest alliance (alliance 1); Gigantochloa apus-Mallotus blumeanus/ C. officinalis forest alliance (alliance 2); and Pinus merkusii-Athyrium dilatatum/ Dicranopteris dichotoma forest alliance (alliance 3). Alliance 1 is a broad leaf mix forest dominated by Schima wallichii, alliance 2 is a bamboo forest dominated by G. apus, and alliance 3 is a planted forest dominated by P. merkusii. The abiotic factors that consistently differentiate alliance 1 with the other alliances are N total, dust content of the soil, and slope. P soil’s content for alliance 2, while C organic soil’s content and cation exchange capacity of the soil for alliance 3. Successively, there are 5, 6, and 7 vegetation associations at alliance 1, 2, and 3. Stand structure of alliance 1 and 3 forming J reverse curve. The mean value of dominant tree species diversity and evenness index increases from alliance 2 to 3, and to 1, while the mean value of dominant tree species richness index increases from alliance 3 to 2, and to 1. Each dominant tree species has clumped distribution pattern and uniquely preference to abiotic factor.

(4)

iii

ABSTRAK

MUHAMMAD WIHARTO. Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA, LILIK BUDI PRASETYO, dan TUKIRIN PARTOMIHARDJO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi vegetasi Sub Pegunungan Gunung Salak secara fisiognomi, struktural, dan floristik, juga mengkaji hubungan antara tipe vegetasi floristik dengan faktor abiotik serta perubahan struktur dan komposisi spesies tipe vegetasi floristik di sepanjang gradien lingkungan di Gunung Salak. Sampling dilakukan secara systimatic sampling with random start. Tipe vegetasi tingkat aliansi ditentukan melalui ordinasi dengan analisis faktor dan asosiasi vegetasi ditentukan dengan analisis klaster. Tipe vegetatasi tingkat fisiognomi struktural ditentukan dengan mengacu pada tipe vegetasi UNESCO dan NVCS. Statistik U-Man Whitney dimanfaatkan untuk melihat perbedaan faktor abiotik antara aliansi dan perbedaan antara struktur vegetasi. Uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik, serta melihat preferensi pohon dominan terhadap faktor abiotik. Ditemukan 3 tipe vegetasi tingkat aliansi, yaitu aliansi hutan Schima walichii-Pandanus punctatus/Cinchona officinalis (aliansi 1); aliansi hutan Gigantochloa apus-Mallotus blumeanus/C. officinalis (aliansi 2); dan aliansi hutan Pinus merkusii-Athyrium dilatatum/ Dicranopteris dichotoma (aliansi 3). Aliansi 1 merupakan hutan campuran berdaun lebar di dominasi oleh S. wallichii, aliansi 2 adalah hutan bambu dan didominasi oleh G. apus, dan aliansi 3 merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh P. merkusii. Faktor abiotik yang konsisten membedakan aliansi 1 dengan aliansi lainnya adalah unsur N total tanah, debu tanah, dan arah lereng, untuk aliansi 2 adalah unsur P tanah, serta unsur C organik tanah dan KTK untuk aliansi 3. Ditemukan berturut-turut sejumlah 5, 6, dan 7 asosiasi vegetasi di aliansi 1, 2, dan 3. Sebagian besar asosiasi di hutan alam Gunung Salak berhubungan dengan unsur Ca tanah. Struktur tegakan di aliansi 1 dan 3 membentuk kurva J terbalik. Secara rata-rata indeks keanekaragaman dan indeks kemerataan spesies pohon dominan bergerak naik dari aliansi 2, ke 3, dan ke 1, sedangkan rata-rata indeks kekayaan spesies bergerak naik dari aliansi 3, ke 2, dan ke 1. Setiap spesies pohon dominan memiliki pola distribusi mengelompok dan preferensi yang khas terhadap faktor abiotik.

(5)

RINGKASAN

MUHAMMAD WIHARTO. Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat. Dibimbing oleh CECEP KUSMANA, LILIK BUDI PRASETYO, dan TUKIRIN PARTOMIHARDJO.

Penelitian ini bertujuan untuk mengklasifikasi vegetasi Sub Pegunungan Gunung Salak secara fisiognomi, struktural, dan floristik, juga mengkaji hubungan antara tipe vegetasi floristik dengan faktor abiotik serta perubahan struktur dan komposisi spesies tipe vegetasi floristik di sepanjang gradien lingkungan di Gunung Salak.

Sampling dilakukan secara systimatic sampling with random start. Tipe vegetasi tingkat aliansi ditentukan melalui ordinasi dengan analisis faktor dan asosiasi vegetasi ditentukan dengan analisis klaster. Statistik U-Man Whitney dimanfaatkan untuk melihat perbedaan faktor abiotik antara aliansi dan uji Chi-Square digunakan untuk melihat hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik.

Ditemukan 3 tipe vegetasi tingkat aliansi, yaitu aliansi hutan Schima walichii-Pandanus punctatus/Cinchona officinalis (aliansi 1); aliansi hutan Gigantochloa apus-Mallotus blumeanus/Cinchona officinalis (aliansi 2); dan aliansi hutan Pinus merkusii-Athyrium dilatatum/ Dicranopteris dichotoma (aliansi 3). Aliansi 1 merupakan hutan campuran berdaun lebar di dominasi oleh puspa, aliansi 2 adalah hutan bambu dan didominasi oleh bambu tali, dan aliansi 3 merupakan hutan tanaman yang didominasi oleh pinus.

Bentuk tumbuh paku-pakuan baik yang murni semak maupun pohon paku-pakuan merupakan bentuk tumbuh paling dominan pada strata semak dan anakan pohon di seluruh aliansi Gunung Salak. Pada ketiga aliansi di Gunung Salak, spesies-spesies dengan bentuk tumbuh herba, paku-pakuan, rerumputan, dan jahe-jahean silih berganti menjadi spesies dominan pada blok-blok pengamatan yang menyusun aliansi

Setiap aliansi dibedakan oleh faktor abiotik yang khas, yakni unsur N total tanah, debu tanah, dan arah lereng untuk aliansi 1, unsur P tanah untuk aliansi 2, serta unsur C organik tanah dan KTK untuk aliansi 3. Berdasarkan keberadaan faktor abiotik maka aliansi 1 paling berbeda dengan aliansi 2. Terdapat 9 faktor abiotik yang membedakan kedua aliansi ini. Aliansi 3 juga paling berbeda dengan aliansi 2. Terdapat 8 faktor abiotik yang membedakan kedua aliansi ini. Selanjutnya ditemukan sebanyak 6 faktor abiotik yang membedakan antara aliansi 1 dan 3.

Asosiasi vegetasi di aliansi 1 adalah: Asosiasi hutan T. laxifloraM. eminii/ P. polycephalus; Asosiasi hutan M. blumeanus–L. elegans/ F. sinuata; Asosiasi hutan I. macrophyllaN. umbelhflora/ Staurogyne sp; Asosiasi hutan P. elongataP. integrifolia/ C. javensis; dan asosiasi hutan P. arboreumG. hypoleucum /D. cannaeformis.

(6)

v Rhaphidophora Sp. ; asosiasi hutan C. officinalis- P. merkusii/ I. globosa; dan asosiasi hutan M. blumeanus- Schefflera aromatica./ P. aduncum.

Asosiasi di aliansi 3 adalah: Asosiasi hutan S. wallichii- H. glabra/ B. hirtella; Asosiasi hutan P. elongata-P. punctatus/ Rhaphidophora Sp.; Asosiasi hutan E. oclusa- F. grossulariodes/ E. megalocheilos; Asosiasi hutan A. excelsa- A. tetrandum /R. foraminifera; Asosiasi hutan M. eminii- C. javanica/ C. latebrosa; Asosiasi hutan A. dilatatum-E. latifolia/ S. plana; dan Asosiasi hutan L. elegans- P. merkusii/I. globosa . Bentuk tumbuh pohon merupakan bentuk tumbuh dominan di seluruh aliansi sekaligus di temukan di seluruh asosiasi. Spesies dengan bentuk tumbuh murni semak ditemukan dalam jumlah paling sedikit di seluruh asosiasi vegetasi. Setiap asosiasi vegetasi memiliki komposisi floristik dan faktor abiotik yang khas di aliansi tempat asosiasi yang bersangkutan ditemukan.

Pada aliansi 1 ditemukan unsur Ca tanah pada kategori sedang dan unsur P tanah paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi vegetasi. Arah lereng merupakan faktor yang paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi di aliansi ini. Pada aliansi 2 ditemukan unsur Ca tanah pada kategori sangat rendah dan rendah paling banyak mempengaruhi keberadaan asosiasi vegetasi, diikuti oleh unsur P tanah, N total pada kategori rendah dan sedang, serta unsur C organik tanah pada kategori sangat tinggi. Ketinggian minimal plot dari permukaan laut di aliansi ini merupakan faktor topografi yang paling banyak berhubungan dengan keberadaan asosiasi vegetasi. Kapasitas tukar kation tanah pada kategori sedang, unsur P tanah, dan tekstur tanah merupakan faktor tanah yang paling banyak berhubungan dengan berbagai asosiasi vegetasi di aliansi 3, sedangkan ketinggian tempat dari permukaan laut, lereng curam, dan arah lereng paling banyak mempengaruhi asosiasi vegetasi di aliansi 3.

Unit vegetasi tingkat fisiognomi struktural di Zona Sub Pegunungan Gunung Salak adalah sebagai berikut:

(7)

hanya 1, yaitu Pithecellobium montanum, Calliandra tetragoma, P. venenosa, Dipterocarpus haseltii, dan Symplocus spicata.

Distribusi kelas diameter pohon pada aliansi 1 dan 3 membentuk struktur tegakan J terbalik, sedangkan pada aliansi 2 terdapat kenaikan jumlah individu pohon pada kelas diameter terbesar. Seluruh spesies dominan pada strata pohon di seluruh aliansi memiliki pola distribusi mengelompok.

Berturut-turut nilai Nilai H’ di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 2,666 – 3,391, 1,163 – 3,233, dan 1,683 – 3,498. Berturut-turut nilai e di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 1,136-1,403, berkisar 0,551-1,331, dan berkisar 0,770-1,434. Selanjutnya berturut-turut nilai R di aliansi 1, 2, dan 3 berkisar 1,691-2,662, berkisar 0,621-2,829, dan berkisar 1,051-2,588. Secara rata-rata nilai H’ dan e bergerak naik dari aliansi 2, ke aliansi 3, dan ke aliansi 1, sedangkan rata-rata nilai R bergerak naik dari aliansi 3, ke aliansi 2, dan ke aliansi 1. Secara rata-rata nilai H’ dan nilai e bergerak naik dari aliansi 2, ke aliansi 3, dan ke aliansi 1, sedangkan rata-rata nilai R bergerak naik dari aliansi 3, ke aliansi 2, dan ke aliansi 1.

(8)

vii © Hak cipta milik IPB, tahun 2009

Hak cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritikan atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB

(9)

KLASIFIKASI VEGETASI ZONA SUB PEGUNUNGAN

GUNUNG SALAK, BOGOR, JAWA BARAT

MUHAMMAD WIHARTO

Disertasi

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Doktor pada

Ilmu Pengetahuan Kehutanan

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(10)

ix Judul Disertasi : Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor,

Jawa Barat Nama : Muhammad Wiharto NRP : E 061030101

Menyetujui: Komisi Pembimbing

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S. Ketua

Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc. Dr. Tukirin Partomihardjo

Anggota Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana IPB Ilmu Pengetahuan Kehutanan

Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputra, M.S. Tanggal Ujian : 5 Februari 2009 Tanggal Lulus:

(11)

Alhamdulillah, segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Disertasi dengan judul “Klasifikasi Vegetasi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat”.

Pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, M.S., Dr. Ir. Lilik Budi Prasetyo, M.Sc., dan Dr. Tukirin Partomihardjo selaku ketua dan anggota komisi pembimbing yang senantiasa

meluangkan waktunya untuk membimbing penulis sejak masa perkuliahan, pelaksanaan penelitian dan menyelesaikan karya ilmiah ini.

2. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional yang memberikan bantuan beasiswa pendidikan (BPPS) untuk penulis menempuh pendidikan program doktor di Institut Pertanian Bogor.

3. Prof. Dr. Ir. Khairil Anwar Notodiputro, MS. Selaku Dekan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor serta seluruh staff Sekolah Pascasarjana IPB, yang telah menerima penulis untuk berinteraksi dalam menempuh sekolah dan mengembangkan kemampuan.

4. Dr. Ir. Hendrayanto, M.Agr. selaku Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

5. Prof. Dr. Ir. Fauzi Febrianto, M.S. selaku Wakil Dekan Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

6. Prof. Dr. Ir. Imam Wahyudi, M.S beserta seluruh jajaran Program Studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor.

7. Rektor Universitas Negeri Makassar, Dekan FMIPA dan Ketua Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Makassar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk melanjutkan pendidikan ke tingkat yang lebih tinggi.

8. Dr. Soedarsono Riswan, yang telah bertindak sebagai penguji luar komisi dan memberikan saran pada pelaksanaan Ujian Tertutup.

(12)

xi Nasional Gunung Halimun Salak) selaku penguji luar komisi dan memberikan saran pada pelaksanaan Ujian Terbuka.

10.Pimpinan PERHUTANI Unit III Jawa Barat dan Pimpinan Taman Nasional Gunung Halimun Salak yang telah memberi kesempatan penulis melakukan penelitian di kawasan Gunung Salak.

11.Pak Tarma, Iwan, dan Pak Yudi yang menemani penulis dalam menjelajahi terjalnya hutan di Gunung Salak.

12.Abimanyu D. Nusantara, Eddi N. Sambas, Dr. Wilson Novarino dan rekan-rekan sekolah Pascasarajana IPB lainnya yang senantiasa menjadi teman diskusi.

13.Drs. H. Rawi M. Caronge (Bapak), Hajjah Siti Nahar Kamase (Mama), Bapak Alm. Imam rudin dan Ibu Hajjah Syamsinah (mertua), Drs. Anwar Caronge (kakak) dan keluarga, Prof. Dr. Ir. Muhammad Wihardi Caronge, M. Eng. (adik) dan keluarga, Muhammad Wirahmat Caronge (adik), dan seluruh keluarga yang senantiasa memberikan dorongan pada penulis untuk menyelesaikan studi.

14.Diyahwati, S. Tp., (istri) dan Siti Adinda Dihar Indahwati Caronge serta Muhammad Widinur Caronge (putra-putri) yang senantiasa ikhlas dan setia mendampingi serta berbagi dalam suka dan duka.

Semoga disertasi ini bisa memperkaya khazanah pengetahuan kita tentang vegetasi kawasan sub pegunungan tropis basah khususnya, dan ekologi tumbuhan umumnya. Akhir kata penulis mengucapkan terimakasih, semoga disertasi ini dapat memberikan manfaat.

Bogor, Februari 2009

(13)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Makassar pada tanggal 30 September 1966 sebagai anak pertama dari pasangan Drs. H. Rawi M. Caronge dan Hj. Siti Nahar Kamase. Pendidikan sarjana diselesaikan penulis pada tahun 1990 di Fakultas Kehutanan dan Pertanian Universitas Hasanuddin. Pada tahun 1994, penulis diterima di Program Studi Biologi Pascasarjana Universitas Gadjah Mada dan menamatkannya pada tahun 1998. Pada tahun 2003, penulis mendapat kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tingkat doktor pada program studi Ilmu Pengetahuan Kehutanan, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor, dengan bantuan beasiswa pendidikan dari Departemen Pendidikan Nasional.

Penulis bekerja sebagai staf pengajar di Jurusan Biologi Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Makassar, Sulawesi Selatan sejak tahun 1992. Bidang kajian utama penulis adalah ekologi vegetasi, dengan tugas pengajaran yang dilakukan mencakup Ekologi Tumbuhan, Pengetahuan Lingkungan, dan Ekologi Lansekap.

(14)

xiii

B. Klasifikasi Vegetasi Secara Fisiognomi Struktural, Floristik, dan Numerik ... 9

D. Vegetasi Penutup Lahan dan Floran di Kawasan Gunung Salak ... 26

E. Fauna di Kawasan Gunung Salak ... 27

2. Penentuan Area Kajian dan Model Cuplikan Vegetasi ... 30

3. Teknik Pengambilan Data ... 31

a. Data Vegetasi ... 31

(15)

c. Data Sekunder ... 33

4. Analisis Data ... 33

a. Kajian Komposisi Spesies Vegetasi ... 33

b. Penentuan Persentase Penutupan Tajuk Strata Vegetasi ... 34

c. Kajian Kemelimpahan dan Struktur Vegetasi ... 34

d. Analisis Data Tanah ... 36

e. Penentuan Tipe Vegetasi ………...………. 37

f. Pendugaan Lokasi Geografi Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi di Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ... 43

g . Kajian Perbedaan Faktor Abiotik, Struktur Vegetasi dan Keanekaragaman Spesies, di Antara Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi ... ... 44

h. Kajian Hubungan antara Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi dengan FaktorAbiotik dan Preferensi Ekologi Spesies ... 44

i. Kajian Pola Penyebaran Spesies Pada Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi ... 46

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 48

A. Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak .. 48

1. Aliansi Vegetasi ... 48

2. Karakteristik Lingkungan Pada TipeVegetasi Tingkat Aliansi Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ... 63

3. Dugaan Penyebaran Secara Geografis Aliansi Vegetasi di Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ... 71

B. Tipe Vegetasi Tingkat Asosiasi ... 87

1. Asosiasi Vegetasi Pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ... 87

2. Hubungan antara Asosiasi Vegetasi dan Faktor Abiotik di Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ... 97

C. Tipe Vegetasi Tingkat Fisiognomi Struktural Zona Sub Pegunungan, Gunung Salak ... 103

1. Tipe Vegetasi Tingkat Kelas ... 103

2. Tipe Vegetasi Tingkat Sub Kelas ... 107

3. Tipe Vegetasi Tingkat Kelompok ... 107

4. Tipe Vegetasi Tingkat Formasi ... ... 110

D. Struktur Vegetasi dan Komposisi Spesies Pohon Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ... 113

1. Kerapatan dan Komposisi Spesies pada Tipe Vegetasi Tingkat Aliansi ... 113

2. Distribusi Kelas Diameter Pohon pada Seluruh Aliansi Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ... 121

(16)

xv 4. Indeks Keanekaragaman, Indeks Kemerataan, dan Indeks

Kekayaan Spesies pada Seluruh Aliansi

Zona Sub Pegunungan Gunung Salak ... 132

E. Preferensi Ekologi Spesies di Setiap Aliansi Vegetasi Gunung Salak ... 137

VI. KESIMPULAN ... 154

A. Kesimpulan ... 154

B. Saran ... 157

DAFTAR PUSTAKA ... 158

(17)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Kisaran penutupan tajuk Braun-Blanquet ... 34

2. Hirarki sistem klasifikasi vegetasi UNESCO dan NVCS ... 37

3. Rotate Component Matrix yang memperlihatkan kelompok blok pengamatan penyusun tipe vegetasi tingkat aliansi ... 48

4. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 1 ... 51

5. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 2 ... 53

6. Spesies - spesies paling dominan pada seluruh strata di aliansi 3 ... 56

7. Karakteristik topografi pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 64

8. Karakteristik faktor tanah pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 65

9. Perbedaan faktor abiotik pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 66

10. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 1 ... 89

11. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 2 ... 91

12. Deskripsi statistik nilai konstansi dari asosiasi di aliansi 3 ... 95

13. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 1 ... 97

14. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 2 ... 98

15. Hubungan antara asosiasi vegetasi dengan faktor abiotik di aliansi 3 ... 99

16. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 1 ... 104

17. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 2 ... 105

18. Persentase penutupan tajuk berbagai strata vegetasi di aliansi 3 ... 105

19. Jumlah pohon berbanir pada berbagai tipe vegetasi tingkat aliansi ... 110

20. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 1 ... 114

21. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 2 ... 115

22. Jumlah individu spesies pohon pada aliansi 3 ... 116

23. Kisaran jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 118

24. Total jumlah individu pohon di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 119

25. Perbedaan jumlah individu pohon antara tipe vegetasi tingkat aliansi ... 120

26. Kerapatan pohon pada berbagai hutan hujan tropis basah zone sub pegunungan ... 120

27. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 1 ... 122

28. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 2 ... 123

29. Distribusi kelas diameter pohon di aliansi 3 ... 125

30. Perbedaan jumlah individu pohon pada berbagai kelas diameter di seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 127

31. Pola pengelompokan spesies pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 131

32. Deskripsi statistik nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 133

(18)

xvii

34. Kisaran nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 134

35. Deskripsi statistik nilai (e) pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 135

36. Perbedaan nilai (e) antara seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 135

37. Deskripsi statistik nilai (R) pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 137

38. Perbedaan nilai (R) antara tipe vegetasi tingkat aliansi ... 137

39. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 1 ... 138

40. Preferensi spesies terhadap berbagai faktor abiotik di aliansi 2 ... 143

(19)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Kerangka pemecahan masalah ... 6

2. Persentase penutupan tajuk vegetasi berpembuluh ... 12

3. Citra Gunung Salak melalui satelit Landsat ETM ... 25

4. Vegetasi penutuplahan di Gunung Salak ... 25

5. Lokasi penelitian ... 28

6. Desain plot penelitian ... 30

7. Pola penyebaran tipe vegetasi tingkat aliansi ... 50

8. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-25% pada aliansi 1 ... 72

9. Penyebaran kelas kemiringan lereng 25-45% dan >45% pada aliansi 1 .... 73

10. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-15% pada aliansi 2 ... 75

11. Penyebaran kelas kemiringan lereng 15-45% dan >45% pada aliansi 2 ... 76

12. Penyebaran kelas kemiringan lereng 0-25% pada aliansi 3 ... 77

13. Penyebaran kelas kemiringan lereng 25-45% dan >45% pada aliansi 3 ... 78

14. Penyebaran kelas NDVI <= 0,05 pada aliansi 1 ... 78

21. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan di aliansi 1 ... 83

22. Penyebaran jenis tanah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat; b. kompleks regosol kelabu dan litosol di aliansi 1 ... 84

23. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan pada aliansi 2... 84

24. Penyebaran jenis tanah asosiasi andosol coklat dan regosol coklat dan jenis tanah kompleks regosol kelabu dan litosol pada aliansi 2 ... 85

25. Penyebaran jenis tanah andosol coklat kekuningan pada aliansi 3 ... 85

26. Penyebaran jenis tanah asosiasi andosol coklat regosol coklat dan kompleks regosol kelabu dan litosol pada aliansi 3 ... 86

27. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 1 ... 87

28. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 1 ... 88

29. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi di aliansi 1 ... 89

30. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 2 ... 90

31. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 2 ... 90

32. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada setiap asosiasi di aliansi 2 ... 92

33. Penyebaran bentuk tumbuh tumbuhan pada aliansi 3 ... 93

34. Asosiasi-asosiasi penyusun aliansi 3 ... 94

(20)

xix 37. Distribusi rata - rata suhu udara dan curah hujan (Tahun 2004 – 2008)

di Gunung Salak ... 108

38. Distribusi kelas diameter seluruh individu pohon ... 124

39. Hubungan eksponensial antara kelas diameter dengan jumlah individu pohon ... 124

40. Nilai H’ pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 133

41. Nilai (e) pada seluruh tipe vegetasi tingkat aliansi ... 135

(21)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Nama ilmiah dan daerah tumbuhan strata pohon dan semak ... 169

2. Nama ilmiah dan daerah tumbuhan strata herba ... 172

3. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 1 ... 174

4. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 2 ... 178

5. Spesies umum, jarang dan diferensial di aliansi 3 ... 182

6. Indeks nilai penting spesies pada strata pohon ... 185

7. Kategori faktor abiotik tanah dan topografi ... 197

8. Hasil ordinasi dengan analisis faktor ... 200

9. Unsur iklim curah hujan dan suhu udara kawasan Gunung Salak periode 2004-2008 ... 203

10 Koordinat geografis plot penelitian ... 204

(22)

xxi Penguji Luar Komisi

Ujian Tertutup:

Dr. Soedarsono Riswan (Herbarium Bogoriense, LIPI Cibinong) Ujian Terbuka:

1. Prof. Dr. Ir. H. Dede Setiadi, M.S.

(Departemen Biologi, Fakultas MIPA, Institut Pertanian Bogor) 2. Dr. Ir. Bambang Supriyanto, M.Sc.

(Kepala Balai Taman Nasional Gunung Halimun Salak)

Referensi

Dokumen terkait

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk menguji variabel bebas yaitu durasi, frekuensi, Atensi secara serentak ataupun sendiri-sendiri berpengaruh signifikan

[r]

Pegumpulan data dalam penelitian ini menggunakan teknik pembacaan. Data yang berupa puisi/teks diklasifikasikan berdasarkan unsur-unsur/bagian- bagian tertentu

Hasil analisis data menunjukkan bahwa penggunaan bahan baku lokal yaitu tepung ikan 40%, tepung jagung 24%, dedak halus 10% dan ampas tahu 25% serta penambahan

Berdasarkan wawancara di atas dapat diketahui bahwa standar waktu yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan perdagangan Kota Pekanbaru dalam mengawasi peredaran handphone

menjadi  salah  satu  efek  positif  terhadap  durasi aktivitas sosial rumah tangga. Demikian  halnya  yang  terjadi  pada  rumah  tangga  di  Perumnas 

Dalam rangka penyelenggaraan administrasi kependudukan Pemerintah Kabupaten Gunungkidul berkewajiban untuk memberikan perlindungan dan pengakuan atas status hukum

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dari bab sebelumnya, Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang di programkan Pemerintah melalui perusahaan penjaminan Jamkrindo