• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Pada Pokok Bahasan Tata Surya Kelas X Semester 1 SMA Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 20052006 untuk Meningkatkan Wawasan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) Pada Pokok Bahasan Tata Surya Kelas X Semester 1 SMA Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 20052006 untuk Meningkatkan Wawasan"

Copied!
106
0
0

Teks penuh

(1)

SPIRITUAL QUOTIENT) PADA POKOK BAHASAN TATA SURYA KELAS X SEMESTER 1 SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2005/2006 UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN KEAGAMAAN SISWA

SKRIPSI

Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan

Oleh:

Nama : Wasis Pambudi

NIM : 4201401024

Jurusan : Fisika

Program Studi : Pendidikan Fisika

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

(2)

ii

Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi

jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas

Negeri Semarang pada:

Hari : Selasa

Tanggal : 4 April 2006

Panitia Ujian

Ketua, Sekretaris,

Drs. Kasmadi Imam S, M.S. Drs. M. Sukisno, M. Si

NIP. 130781011 NIP. 130529522

Pembimbing I Anggota Penguji

Dra. Dwi Yulianti, M.Si. NIP. 131404299

Pembimbing II

Dra. Langlang H, M.App. Sc. NIP. 131993876

1. Drs. Mirwan, M.Si NIP 131125643

2. Dra. Dwi Yulianti, M.Si. NIP. 131404299

(3)

iii

Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar

hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain. Pendapat atau

temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan

kode etik ilmiah.

Semarang, April 2006

Penulis,

(4)

iv

SMA Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 untuk Meningkatkan Wawasan Keagamaan Siswa. Skripsi. Jurusan Fisika, FMIPA. Universitas Negeri Semarang.

Kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah yang berbasis Islam selama ini masih seperti yang dilakukan di sekolah umum. Padahal di sekolah-sekolah yang berbasis Islam telah dianjurkan untuk melakukan pembelajaran yang mengaitkan antara materi pelajaran dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai. Pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an ini merupakan pembelajaran berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient), yaitu pembelajaran yang dalam satu mata pelajaran terdapat unsur IQ, EQ dan SQ sekaligus.

Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “apakah dengan pembelajaran Fisika berwawasan ESQ dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa terutama di sekolah yang berbasis agama Islam?”. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk megetahui apakah penelitian ini mampu menjawab permasalahan yang ada.

Penelitian ini dilakukan dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan dalam dua siklus. Data masukan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari: data kondisi awal siswa, data hasil belajar siswa dan data mengenai respon siswa terhadap pembelajaran Fisika berwawasan ESQ.

Pembelajaran Fisika berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) pada pokok bahasan tata surya dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa. Hal ini dapat dikaji dengan meningkatnya nilai wawasan keagamaan siswa dari pretest, postest siklus I dan postest siklus II. Sesuai yang diungkapkan oleh Djazuni (2003), bahwa dengan pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, akan memberikan wawasan keagamaan yang dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Fisika berwawasan ESQ ini ternyata juga tidak mengurangi konsentrasi pemahaman siswa terhadap materi Tata Surya sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai postest materi tata surya seiring dengan meningkatnya nilai wawasan keagamaaan siswa pada postest siklus I dan siklus II.

Dalam mengawali pembelajaran guru hendaknya mengajak siswa untuk berfikir lebih dalam tentang fenomena alam semesta sebelum siswa diberikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pengaitan dari materi Tata Surya. Hal ini bermanfaat untuk pemanasan memasuki pembelajaran agar siwa tidak kaget. Selain itu juga modul pembelajaran Fisika berwawsan ESQ dirasa perlu untuk dikembangkan lebih baik dan lebih menarik guna membantu pemahaman siswa terhadap pesan-pesan yang ingin disampaikan.

(5)

v

dan siang, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):

Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS: Ali ‘Imran: 190-191)

“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata:

Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ?.” (QS: Fussilat: 33)

“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat,

kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS: Al-Baqarah: 45)

Persembahan: Skripsi ini ku persembahkan kepada:

1. Ibunda, Ayahanda, dan keluarga tercinta, yang telah bersimpuh keringat dan berderai air mata menyertai setiap lagkah ananda. 2. Para guruku, dosenku, kyaiku, ustadzku,

murabbiku, serta mutarabbiku yang telah mengantarkan diri ini menjadi manusia yang sesungguhnya dan seutuhnya.

3. Saudaraku yang telah mengenalkan, mengantarkan dan setia menemani diri ini menapaki jalan yang amat indah: a’tajapc, bang jucky, aa aenal, eko kris, u’chipe, u’indie, u’rohe, u’puttea.

4. Adik-adiku tersayang di fisika, yang telah mengibarkan bendera dan menjaganya agar tetap berkibar, walau banyak yang berusaha untuk menurunkannya.

5. Ikhwah fiillah, para pejuang dakwah yang tetap tegap dalam nikmatnya amar ma’ruf nahi munkar, walau aral senantiasa menghadang dan menerjang.

(6)

vi

Senandung kalimat syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada Allah swt, rabb

semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Dia lah Allah

yang senantiasa mencurahkan samudera kasih sayang-Nya kepada seluruh umat

manusia di hamparan dunia ini, walaupun banyak dari manusia terlena, terlupa,

bahkan dengan kesombongannya berjalan begitu angkuh di muka bumi ini.

Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda nabiyullah

Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang dengan

sepenuh jiwa, raga, dan hartanya senantiasa istiqomah memegang teguh diin yang

mulia ini.

Alhamdulillah, atas ridha Allah semata penulis akhirnya mampu menyelesaikan

skripsi yang berjudul “Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional

Spiritual Quotient) Pada Pokok Bahasan Tata Surya Kelas X Semester 1 SMA

Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 Untuk Meningkatkan

Wawasan Keagamaan Siswa “. Semoga skripsi ini menjadi ladang amal ibadah

bagi penulis, keluarga penulis, serta semua pihak yang telah membantu

terselesaikannya skripsi ini.

Penulis menyadari betul banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya

skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:

1. Dr. A. T. Soegito, SH, MM, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.

2. Drs. Kasmadi Imam, M.S, selaku Dekan FMIPA Unnes.

(7)

vii

memberikan saran, masukan, dan kritik selama penyusunan skripsi ini.

6. Dra. Langlang H, M.App.Sc, selaku dosen pembimbing pendamping yang

telah meluangkan waktunya demi keselarasan dan kerapian skripsi ini.

7. Bu Wiet (TU Jurusan Fisika), atas layanan administrasinya yang sangat baik.

8. Drs. Listiyono, M.Pd, selaku Kepala SMA Islam Hidayatullah Semarang yang

telah memberikan ijin penelitian.

9. Yusdaim, S.Pd dan siswa-siswi kelas X-1 dan X-2 SMA Islam Hidayatullah

Semarang, atas kerja samanya.

10.Saudaraku Alif Education (a’tajapc, bang jucky, aa aenal, u’chipe, u’indie,

u’rohe, u’puttea), atas kebersamaan dalam dakwah dan ukhuwahnya.

11.Ust. Usep Badrudzaman dan Ust. Setyawan yang telah setia memberikan ruh

motivasi, bimbingan serta do’anya yang tulus.

12.Ade-adeku tersayang di orbit dakwah fisika. Jazakumullah atas segala

do’anya.

13.Nuri, Faiq, Hartono, Kasmad, dan Giri atas dorongan semangatnya.

14.Temen-temen seperjuangan dalam bimbingan skripsi: kang prie, mba yani,

gus faiz, gathot, yuyun, haryani, yuni, ika, ary, nafis, desi dan sahabatku

P.fisika’01.

15.FKIF, FMI, UKKI, KAMMI, HIMAFI, Perpusfi, KALF, TRUST Community

Semarang, Iqro Club Semarang, Madrasah Qolbun Salim, LPK Ar Rahman,

(8)

viii

(9)

ix

JUDUL ...i

HALAMAN PENGESAHAN...ii

PERNYATAAN...iii

ABSTRAK ...iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v

KATA PENGANTAR ...vi

DAFTAR ISI...ix

DAFTAR TABEL...xii

DAFTAR GAMBAR ...xiii

DAFTAR LAMPIRAN...xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judul ...1

B. Rumusan Masalah ...4

C. Tujuan Penelitian ...4

D. Manfaat Penelitian ...4

E. Penegasan Istilah...5

F. Sistematika Skripsi...6

BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ...7

1. Teori Belajar Secara Umum...7

(10)

x

2. Formula ESQ...11

C. Aplikasi ESQ dalam Pembelajaran ...15

D. Fisika Pokok Bahasan Tata Surya...18

E. Kaitan Fisika dengan Al-Qur’an ...20

F. Pendidikan Fisika Berbasis Islam ...22

BAB III METODE PENELITIAN A. Penentuan Subyek dan Tempat Penelitian ...25

B. Faktor yang Diteliti ...25

C. Rencana Penelitian ...25

D. Prosedur Penelitian ...27

E. Metode Pengumpulan Data ...30

F. Analisis Uji Instrumen ...31

G. Metode Analisis Data...34

H. Indikator Keberhasilan ...35

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...36

1. Hasil Siklus I ...36

2. Hasil Siklus II...37

3. Hasil Penilaian Psikomotorik dan Afektif...39

4. Hasil Angket Pembelajaran Fisika berwawasan ESQ...40

(11)

xi

B. Saran…. ...47

DAFTAR PUSTAKA ...49

(12)

xii

Tabel 1. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I...36

Tabel.2. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus II ...38

Tabel.3. Nilai postest tata surya siklus I dan siklus II...39

Tabel.4. Penilaian keterampilan psikomotorik siswa...40

Tabel.5. Penilaian keterampilan afektif siswa...40

(13)

xiii

Gambar 2. Formula ESQ dimana SQ menjadi pusat IQ dan EQ ...15

Gambar 3. Skema langkah-langkah penelitian tindakan kelas...26

Gambar 4. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I ...37

Gambar 5. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I ...38

(14)

xiv

Lampiran 1. Silabus Fisika materi pokok tata surya ...51

Lampiran 2. Rencana Pembelajaran...53

Lampiran 3. Modul Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ ...57

Lampiran 4. Soal dan jawaban uji Wawasan Keagamaan Siswa...74

Lampiran 5. Soal dan jawaban Uji Materi Tata Surya...78

Lampiran 6. Hasil analisis uji soal Wawasan Keagamaan Siswa ...82

Lampiran 7. Hasil analisis uji soal materi Tata Surya ...90

Lampiran 8. Soal dan jawaban pretest/ postest Wawasan Keagamaan Siswa ...101

Lampiran 9. Soal dan jawaban pretest/ postest Materi Tata Surya ...104

Lampiran 10. Nilai hasil pembelajaran siswa ...108

Lampiran 11. Lembar penilaian psikomotorik dan afektif siswa...109

Lampiran 12. Angket Pembelajaran Fisika Berwawasn ESQ dan hasilnya...113

(15)

1 A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL

Pada sekolah-sekolah yang berbasis Islam seperti MI, MTs, MA ataupun

Sekolah Islam Terpadu, kegiatan belajar mengajar mempunyai visi membentuk

siswa yang seimbang dalam dzikr, fikir maupun ikhtiar. Sekolah-sekolah seperti

ini diharapkan mampu melahirkan pribadi-pribadi yang unggul dalam ilmu dan

juga iman. Pada sekolah-sekolah tersebut, perlu adanya pembelajaran yang

berbeda dengan pembelajaran-pembelajaran di sekolah umum lainnya, seperti

telah dianjurkan baik oleh Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan

Nasional yang tertuang dalam Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru

oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan

Nasional tahun 2003. Pembelajaran di sekolah-sekolah berbasis Islam dituntut

untuk mengaitkan antara mata pelajaran yang sedang disampaikan dengan

nilai-nilai keimanan terutama yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an.

Fenomena yang muncul di lapangan selama ini menunjukan bahwa di

sekolah-sekolah berbasis Islam segi pembelajarannya masih cenderung

berorientasi pada materi yang ada seperti terjadi di sekolah-sekolah umum.

Pembelajaran yang mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai keimanaan

terutama yang terdapat pada ayat-ayat Al-Quran belum dilakukan. Dapat

dikatakan pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah selama ini masih bertumpu

pada pencapaian kecerdasan intelektual atau IQ saja. Padahal menurut berbagai

penelitian, IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran

(16)

Book,M.D. menyebutkan bahwa peranan IQ hanya 6% dalam kehidupan manusia

(Ginanjar, 2003: 61).

Menurut Ginanjar (2001) pendidikan di Indonesia hanya menekankan sisi

akademik, padahal sisi EQ dan SQ adalah yang terpenting. Oleh karena itu, sudah

saatnya pembelajaran bukan hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual (IQ)

saja, tetapi juga berorientasi pada kecerdasan emosi (EQ) dan juga kecerdasan

spiritual (SQ) dalam satu kesatuan yang terintegrasi sehingga akan tercapai

keseimbangan (tawasunitas) antara IQ, EQ, dan SQ. Pembelajaran seperti inilah

yang dinamakan pembelajaran berwawasan ESQ, dikarenakan ESQ merupakan

suatu konsep formula yang menyatukan unsur IQ (Intellegence Quotient), EQ

(Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient) dalam satu kesatuan. Menurut

Jalalludin Rahmat pendiri SMA Muthahhari Bandung dalam pengantar buku

“Sekolah Para Juara” menyatakan dengan pembelajaran yang disertai

pengetahuan tentang kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual akan

melahirkan “para juara” di sekolahnya (Amstrong, 2004).

Ketua Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru Direktorat Jenderal

Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003

menyatakan bahwa ada dua hal yang membuat pembelajaran berwawasan ESQ

seperti ini terasa penting, yaitu:

1 Membantu tercapainya tujuan, visi dan misi pendidikan nasional, terutama

yang menyangkut tentang pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa

(17)

2 Membantu siswa untuk dapat memahami dua sisi materi sekaligus, yaitu sisi

materi pelajaran seperti biasanya dan sisi materi wawasan keagamaan.

Kenyataan di lapangan menunjukan selama ini mata pelajaran sains seperti

fisika di sekolah berbasis islam masih diberikan seperti di

sekolah-sekolah umum. Padahal mata pelajaran fisika merupakan ilmu yang

memposisikan alam sebagai tinjauan objek keilmuannya. Oleh karena itu,

sebenarnya ilmu fisika bisa dimanfaatkan untuk membantu siswa mengenal alam

secara menyeluruh, sehingga siswa akan memahami begitu dahsyatnya ciptaan

Allah swt. Apalagi dengan materi pokok tata surya akan semakin menunjang

siswa untuk memahami ketaruturan dan keseimabangan alam semesta yang telah

diciptakan Allah swt. Materi tata surya mencakup banyak hal tentang fenomena

alam raya ini. Hal ini membuat kita bisa menyelami lebih dalam di balik materi

secara teoritik. Kita akan semakin mantap dengan keyakinan iman kita dengan

mempelajari ayat-ayat Allah yang tertuang dalam alam ini.

Dalam pembelajaran fisika materi pokok tata surya, seperti materi tentang

matahari, planet dan benda angkasa lainnya, akan menyokong sisi kecerdasan

intelektual (IQ) siswa. Kemudian dalam penyampaian pesan-pesan keimanan yang

terdapat dalam Al-Qur'an harapannya akan menyokong sisi kecerdasan emosional

(EQ) siswa maupun kecerdasan spiritual (SQ) siswa. Maka dalam pembelajaran

ini terdapat unsur IQ, EQ, maupun SQ dalam satu kesatuan yang terintregrasi.

Dengan demikian pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran berwawasan

(18)

Berdasarkan kepentingan di atas maka dirasakan perlu untuk membuat

penelitian dengan judul “PEMBELAJARAN FISIKA BERWAWASAN ESQ (EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT) PADA POKOK BAHASAN TATA

SURYA KELAS X SEMESTER 1 SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG

TAHUN AJARAN 2005/2006 UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN

KEAGAMAAN SISWA “.

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan

dalam penelitian ini yaitu “apakah dengan pembelajaran fisika berwawasan ESQ

dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa terutama di sekolah yang berbasis

agama islam?”.

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran fisika

berwawasan ESQ dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa terutama di

sekolah yang berbasis agama islam, tanpa mengurangi perhatian terhadap hasil

yang hendak akan dicapai dari materi yang sesungguhnya sesuai dengan

kurikulum yang berlaku.

D. MANFAAT PENELITIAN

Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa yang belajar, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan

wawasan keagamaan siswa terutama di sekolah yang berbasis agama

islam, tanpa mengurangi perhatian terhadap hasil yang hendak dicapai dari

(19)

2. Bagi penyelenggara pembelajaran, diharapkan dengan pembelajaran berwawasan ESQ ini akan mempermudah guru dalam mengaitkan materi

pelajaran dengan pesan-pesan ilahiyah untuk meningkatkan kepahaman

yang mengarah kepada peningkatan iman dan taqwa baik guru maupun

siswa.

E. PENEGASAN ISTILAH

Untuk menghinadari salah penafsiran terhadap judul penelitian ini maka

ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan. Adapun istilah-istilah yang perlu

ditegaskan yaitu:

a. Pembelajaran

Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian

rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono,

2001).

b. Berwawasan

Dalam kamus besar bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional

disebutkan pengertian wawasan adalah pandangan, meneliti, memandang, ataupun

meninjau. Jadi berwawasan memiliki pengertian yang mempunyai pandangan atau

tinjaun terhadap suatu hal

c. Emotional Spiritual Quotient (ESQ)

ESQ ialah suatu formula yang menyatukan unsur IQ (Inttelegence

Qoutient), EQ (Emotional Qoutient), dan SQ (Spiritual Qoutient) dalam satu

kesatuan yang terintegrasi ( Ginanjar, 2003)

(20)

Wawasan keagamaan adalah pengetahuan tentang hal-hal yang terkait

dengan pemahaman agama. Sedangkan tujuan wawasan keagamaan dalam

pendidikan adalah kesadaran diri bahwa hasil yang diharapkan dan proses

pendidikan yang dilaksanakan harus dijiwai oleh ajaran Islam.

G. SISTEMATIKA SKRIPSI

Sistematika dalam skripsi ini disusun dengan tujuan agar

pokok-pokok masalah dibahas secara urut dan terarah. Sistematika terdiri dari tiga

bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, bagian akhir.

A. Bagian pendahuluan skripsi, berisi judul, halaman pengesahan, halaman

motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi dan daftar

lampiran.

B. Bagian isi skripsi dibagi menjadi lima bab:

Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah, penegasan

istilah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika skrupsi.

Bab II Landasan teori, berisi teori-teori yang digunakan untuk melandasi

penelitian dan hipotesis yang dirumuskan yang merupakan tinjauan

pustaka.

Bab III Metode penelitian

Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi persiapan pelaksanan

dan analisa data serta pembahasan.

Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.

C. Bagian akhir skripsi, adalah daftar pustaka, dan lampiran-lampiran yang

(21)

7 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Teori Belajar Secara Umum

Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi.

Gagne dan Berline dalam Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar merupakan

proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari

pengalaman. Morgan masih dalam Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau

pengalaman. Slavin juga dalam Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar

merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh penglaman. Jadi secara

umum belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan

tingkah laku. Dapat dikatakan jika seorang anak belajar maka akan membuat

tingkah lakunya berubah dan berkembang ke arah yang lebih baik.

Dari keempat pengertian tersebut, tampak bahwa konsep tentang belajar

mengandung tiga unsur yaitu:

1) Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Untuk mengukur apakah

seorang telah belajar, maka diperlukan perbandingan antara perilaku sebelum

dan sesudah mengalami kegiatan belajar.

2) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.

(22)

Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai

unsur yang saling berkaitan sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku.

Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:

1. Pembelajar, dapat berupa peserta didik, warga belajar dan peserta pelatihan.

2. Rangsangan (stimulus), merupakan segala sesuatu yang berperan

merangsang penginderaan pembelajar.

3. Memori, berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,

keterampilan, dari aktivitas yang dilakukan sebelumnya.

4. Respon, merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.

2. Teori Pembelajaran

Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar

merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku,

maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru

sedemikian rupa, sehingga tingkahlaku siswa berubah ke arah yang lebih baik.

Pembelajaran adalah kegiatan yang dilalakukan secara sadar dan sengaja. Oleh

karena itu pembelajaran mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah

membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman

itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku

yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang

berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.

Adapun ciri-ciri pembelajaran antara lain:

(a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara

(23)

(b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam

belajar.

(c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan

menantang bagi siswa.

(d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan

menarik.

(e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan

menyenangkan bagi siswa.

(f) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik

secara fisik maupun psikologis.

B. Konsep Emotional Spiritual Quotient (ESQ)

1. IQ (Intellegence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient)

IQ (intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual pertama kali

ditemukan oleh Binet pada tahun 1905 di Paris Perancis. Kemudian teori ini

dibawa ke Amerika yaitu di Satandford sehingga kemudian dikenal dengan

Standford Binet. Secara biologis IQ terletak pada otak bagian luar atau disebut

dengan neocortex. IQ ini mulai digunakan pada perang dunia pertama untuk

mengukur kemampuan seseorang. Menurut Ginanjar (2003) IQ merupakan suatu

kecerdasan yang berkaitan dengan kesadaran akan ruang, kesadaran akan suatu

yang tampak dan penguasaan matematik. Dengan kecerdasan ini manusia mampu

(24)

memahami rumus-rumus fisika, maupun melakukan perhitungan yang rumit

sekalipun.

EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional ditemukan oleh

Daniel Goleman pada tahun 1995 yang tertuang dalam bukunya “Working With

Emotional Qoutient”. EQ secara biologis terletak pada otak tengah atau lebih

dikenal dengan lymbic system. Menurut Goleman (1995), EQ merupakan

kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengendalikan dorongan hati, dan

mengatur suasana hati. Sedangkan menurut Ginanjar kecerdasan emosioanal

merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi, kemampuan untuk

menguasai diri untuk tetap dapat mengambil keputusan dengan tenang.

Kecerdasan ini cenderung berperan dalam hubungan antara individu yang satu

dengan yang lain. Hal ini berkaitan bagaimana mereka saling berbicara dengan

menghormati lawan bicara, bagaimana harus bergaul, bagaimana menyayangi

orang lain, mencintai, dan mengungkapkan persaan hati.

SQ (Spiritual Qoutient) atau kecerdasan spiritual merupakan temuan

terkini secara ilmiah yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian

Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui

riset yang sangat komperhensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual

diantaranya adalah riset ahli psikologi dan ahli saraf, Michael Persinger pada awal

tahun1990-an, dan lebih mutahir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S

Ramachandran dan timnya dari California University, yang menemukan eksistensi

God-Spot dalam otak manusia. Inilah pusat spiritual yang terletak diantara

(25)

Austria, Wolf Singer pada era 1990-an telah menunjukan adanya proses syaraf

dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan memberi

makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literatur

“mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk “hidup lebih bermakna”.

Menurut Zohar dan Marshall (2002) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk

menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan

perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,

kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih

bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat dikatakan di dalam kecerdasan

spiritual inilah terdapat fitrah manusia sebenarnya. Masih menurut Zohar dan

Marshall SQ merupakan kecerdasan yang paling tinggi dalam diri manusia.

2. Formula ESQ

Cukup banyak orang yang memiliki IQ di atas rata-rata, tetapi banyak

diantara mereka tidak berhasil dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan.

Justru kadang kalanya orang yang memiliki IQ biasa-biasa saja sebagian besar

dari merekalah yang kemudian menjadi orang-orang yang sukses dalam

kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaannya. Yang memiliki IQ tinggi

cenderung kurang pandai bergaul, tidak berperasaan dan egois, karena IQ hanya

berperan ketika individu menjadi makhluk pribadi. Sedangkan yang memiliki IQ

biasa-biasa saja tergolong lebih luwes dalam bergaul, penolong sesama, setia

kawan, bertanggungjawab dan ramah tamah.

Ada sebuah cerita yang tragis di SMA Coral Springs, Florida. Jason H,

adalah siswa terpandai di kelas dua yang selalu mendapatkan nilai A. Ia

(26)

Poligruto, guru fisikanya hanya memberi nilai 80. Karena yakin bahwa nilai 80 ini

yang hanya B akan menghalangi cita-citanya, Jason membawa sebilah pisau dapur

ke sekolah. Kemudian ia menemui guru fisikanya di laboratorium, lalu

menusuknya di tulang selangka sebelum ia berghasil ditangkap dengan sangat

susuh payah. Dari kisah nyata ini membuktikan bahwa mengandalkan IQ saja

jelas tidak cukup untuk kehidupan manusia.

Menurut berbagai penelitian, IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia

dengan besaran maksimum 20% , bahkan menurut Steven J. Stein, Ph.D. dan

Howard E. Book,M.D. menyebutkan bahwa peranan IQ hanya 6% dalam

kehidupan manusia (Ginanjar,2003: 61). Berdasarkan hal tersebut di atas,

dibutuhkan kecerdasan yang kedua yaitu kecerdasan Emosioanal atau EQ. Dengan

kecerdasan emosional seseorang mampu menata dirinya terutama dalam masalah

hubungan dengan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional akan

lebih menghormati orang lain dan lebih membuat orang lain senang. Hal inilah

yang justru telah mempelancar perjalanan kita dalam menempuh hidup ini dan

berhasil dalam pekerjaan kerena punya banyak link, banyak orang yang dapat

membantu dalam mencapai kesusksesan kita. Oleh karena itu Ginanjar juga

menyebutkan EQ sebagai serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di

dunia yang penuh liku-liku permasalahan sosial. Tapi coba bayangkan apa yang

terjadi jika kecerdasan ini dimiliki orang-orang yang “jahat”, orang-oarang yang

memilki ambisi pribadi yang menghancurkan. Bukankah Stanlin, Hitler,

Musolinni, dan para koruptor juga memiliki kemampuan ilmu-ilmu yang

demikian?. Meraka adalah orang-orang yang pandai dan cerdas otaknya, tetapi

kepandaiannya digunakan untuk kepentingan pribadinmya semata. Mereka juga

memiliki komitmen, loyalitas, inegritas, pandai bergaul dan pandai menyenangkan

orang demi tujuan yang tidak mulia sebagai ambisinya. Maka hal ini telah

membuktikan bahwasanya IQ dan EQ saja juga tidak cukup.

Hal ini menunjukkan masih dibutuhkan nilai-nilai lain yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya, yaitu kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).

SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara

(27)

intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) merupakan kunci-kunci

kesuksesan yang betul-betul mengorek kemampuan-kemampuan yang dimiliki

oleh manusia hingga ke dasar-dasarnya. Namun, perlu dicatat secara jelas bahwa

kedua kecerdasan ini memiliki kelemahan yang signifikan dalam mengaktualkan

potensi dasar ortak manusia. Ukuran IQ memiliki kelemahan dalam hal pemberian

peluang bagi nuansa-nuansa emosional, seperti empati, motivasi diri,

pengendalian diri dan kerja sama sosial. Sedangkan EQ sebagaimana dengan IQ,

sama sekali menepis peranan spiritual dalam mendorong kesuksesan.

Jadi IQ memang penting kehadirannya dalam kehidupan manusia, yaitu

agar manusia bisa memanfaatkan ilmu pengetahuan yang teraplikasi dengan

terwujudnya teknologi secara efektif maupun efisien. Kemudian EQ juga

memiliki peranan begitu penting dalam membangun hubungan antar manusia

yang efektif sekaligus perannya dalam meningkatkan kinerja, namun tanpa SQ

yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran, maka keberhasilan itu hanya

menghasilkan para diktaktor, Hitler-Hitler baru ataupun Fir’aun-Fir’aun kecil di

muka bumi ini. Jadi peranan SQ dalam kehidupan manusia adalah

membangkitkan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap

prilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan permikiran yang bersifat fitrah,

menuju manusia yang seutuhnya, dan memiliki pola pikir tauhidi (integeralistik),

serta berprinsip “hanya karena Allah swt”. Dalam kata lain, SQ menjadikan kita

bagaimana agar membuat semua aktivitas sebagai nilai ibadah kita kepada Allah

swt, Sang Maha Esa, sehingga kita benar-benar menjalankan apa yang telah

disebutkan dalam kalamNya yang mulia: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan

manusia melainkan agar mereka beribadah kepada Ku” (QS: Adz dzariyat: 56).

Oleh karenanya, potensi IQ, EQ, dan SQ perlu di sinergikan kedalam satu

formula. Maka munculah formula ESQ, yaitu suatu formula yang menyatukan

unsur IQ, EQ, dan SQ dalam satu kesatuan yang terintegerasi. Jadi ESQ meninjau

aktivitas manusia dari ketiga kecerdasan. Bagaimana bekerja dengan cerdas,

mawas, dan juga ikhlas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan menggapai

keridhaanNya semata. Begitu juga dalam aktivitas yang lain termasuk di

(28)

setiap individu akan melakukan aktivitas dengan kekuatan intelektualnya, dengan

memikirkan kebermaknaan dia bagi orang lain serta menjadikan aktivitas untuk

ibadah. Dan inilah hakikat kita sebagai manusia yang sesungguhnya.

Keterangan:

SQ terletak pada dimensi spiritual

EQ terletak pada dimensi emosional

IQ terletak pada dimensi fisik

IQ EQ SQ ESQ

manusia manusia manusia manusia manusia manusia

Tuhan Tuhan

Dimensi IQ Dimensi EQ Dimensi SQ

Gambar 1. Bentuk fungsi IQ, EQ, dan SQ dalam hubungan individu manusia (Sumber: Ginanjar, 2001)

(29)

Aplikasi ESQ dalam Pembelajaran

Keberadaan IQ, EQ, dan SQ sebenarnya telah termuat dalam pendidikan di

Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya IQ pada pelajaran sains,

IPA, matematika dan mata pembelajaran lainnya. EQ juga dapat ditemukan pada

pendidikan moral baik melalui pendidikan Pancasila maupun pedidikan

Kewarganegaraan. Sementara SQ juga dapat ditemukan pada Pendidikan Agama.

Tetapi semuanya terpetak-terpetak dan tidak terintegerasi dalam satu kesatuan

yang saling berhubungan. Hasil yang didapat oleh siswa adalah bagaimana bisa

mengerjakan dengan baik soal-soal dari pelajaran-pelajaran tersebut. Keberhasilan

siswa dalam belajar diukur dengan nilai yang didapat pada tes ataupun ujian saja,

walaupun mereka tidak memahami kandungan yang sesungguhnya dari mata

pelajaran yang bersangkutan. Peranan guru lebih cenderung hanya memberikan

materi dan menjawab kesulitan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru.

Makna-makna di balik materi kurang begitu diangkat, padahal disinilah peluang

agar guru bisa menjalankan tugasnya, “mengajar sekaligus mendidik siswa”.

Sehingga hal-hal seperti ini telah menyebabkan ketidak seimbangan kecerdasaan,

baik IQ, EQ, maupun SQ pada diri siswa.

Formula ESQ merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan

dan pembelajaran di sekolah-sekolah, terutama sekolah-sekolah berbasis agama

Islam seperti MI, MTs, MA maupun Sekolah Islam Terpadu. Di sekolah-sekolah

seperti ini dibutuhkan pembelajaran berwawasan ESQ, yaitu pembelajaran yang

tetap memperihatikan unsur IQ, EQ, dan SQ dalam satu kesatuan yang

(30)

sains, misalnya fisika dapat mengandung unsur IQ, EQ, dan SQ sekaligus. Begitu

juga untuk mata pelajaran yang lain.

Aplikasi dari pembelajaran berwawasan ESQ salah satunya adalah dengan

pembelajaran yang dilengkapi dengan pesan-pesan ilaahiyah dalam ayat-ayat

Al-Qur’an. Untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan alam, misalnya fisika mudah

dikemas dalam pembelajaran berwawasan ESQ. Hal ini dikarenakan antara

ayat-ayat Al-Qur‘an dengan teori-teori yang terdapat dalam ilmu fisika terdapat

keselarasan. Selain itu Al-Qur’an juga banyak membicarakan pelbagai subyek

yang jelas-jelas ilmiah.

Menurut Djazuni (2003), pembelajaran yang mengaitkan antara materi

dengan ayat-ayat Al-Qur’an, akan memberikan wawasan keagamaan yang

dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Disebutkan juga oleh Lubis dan Widayana

(2003), bahwa pembelajaran yang mengaitkan antara materi fisika dengan

ayat-ayat Al-

Qur’an akan membuat generasi muda kita (dalam hal ini siswa sekolah) akan

memahami betapa besar keagungan Allah, yang sekaligus meningkatkan

keimanaan dan ketaqwaan.

Lebih lanjut mereka menyebutkan walaupun pembelajaran mengaitkan

materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, namun pencapaian pokok bahasan dan sub

pokok bahasan tetap tidak berubah. Dalam hal ini pembelajaran berwawasan ESQ

akan tetap membuat siswa memahami isi materi yang disampaikan guru sesuai

dengan kurikulum yang ada. Sebagai bagian untuk meningkatkan pemahaman

(31)

pembelajaran tetap berdasarkan pada rencana dalam kurikulum yang telah

digariskan.

Dengan kata lain, pembelajaran berwawasan ESQ bertujuan untuk

meningkatkan dan menyelaraskan antara iptek maupun imtaq dalam satu mata

pelajaran apapun tanpa terkecuali. Untuk meningkatkan dan menyelaraskan iptek

dan imtaq ini, lebih rinci disebutkan dalam Proyek Peningkatan Wawasan

Keagamaan Guru Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah

Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003, bahwa guru mata pelajaran apa pun

dituntut untuk mempunyai andil dan peranan yang besar melalui:

a. Penciptaan suasana kegiatan belajar-mengajar yang betul-betul diarahkan

untuk penanaman keimanan dan ketakwaan para siswa kepada Tuhan Yang

Maha Esa.

b. Pengaitan pokok bahasan, sub pokok bahasan, masing-masing mata

pelajaran dengan nilai-nilai keimananan dan ketaqwaan.

c. Penyelarasan konsep iptek dan seni dengan nilai-nilai imtaq.

d. Penanaman kesadaran dan keyakinan kepada siswa bahwa Allah swt telah

menerapkan prisnsip-prinsip keterkaitan alam semesta yang disebut dengan

sunnatullah.

e. Pemberian kesadaran kepada para siswa bahwa mereka belajar semata-mata

melaksanakan perintah Tuhan dalam hal menuntut ilmu.

Keunggulan lain yang muncul dari pembelajaran berwawasan ESQ yaitu

akan membuat siswa sekolah berbasis Islam menjadi lebih antusias dalam

(32)

pembelajaran memberikan rangsangan (stimulus) untuk membangkitkan minat

mereka sebagai siswa sekolah yang terbiasa berinteraksi dengan ayat-ayat

Al-Qur’an. Seperti yang telah diungkapkan Anni (2004) dalam psikologi belajar,

bahwa untuk membangkitkan minat belajar, pengaitan pembelajaran dengan minat

siswa adalah sangat penting. Selanjutnya ia mengatakan proses pembelajaran dan

materi yang terkaiat dapat merangsang sekumpulan kegiatan belajar. Apabila

siswa menemukan proses pembelajaran yang merangsang, maka perhatiannya

akan meningkat.

Fisika Pokok Bahasan Tata Surya

Fisika merupakan salah satu cabang besar dari ilmu pengetahuan alam atau

yang sekarang lebih dikenal dengan ilmu sains. Jadi fisika merupakan bagian

yang tak terpisahkan dari sains. Fisika dapat dikatakan merupakan induk dari

segala ilmu yang menyongsong peradaban manusia. Fisika juga merupakan ilmu

yang memposisikan alam sebagai tinjauan objek keilmuannya, sehingga fisika

sangat membantu manusia mengenal alam, mengenal begitu dahsyatnya ciptaan

Allah swt. Menurut Dehart menyarankan kurikulum sains masa depan perlu

didasarkan pada hubungan antar manusia, gejala alam, kemajuan sains dan

teknologi serta kualitas hidup. Ia menyarankan bahwa kepada guru-guru sains

akan perlunya merenungkan secara mendalam hakekat sains, teknologi dan

masyarakat.

Menurut Supriyono (2003), ada beberapa tujuan mata pelajaran rumpun

(33)

1. Siswa memiliki pengetahuan dan mampu mendemontrasikan

pemahamannya tentang konsep/prinsip sains untuk menjelaskan berbagai

peristiwa alam baik secara kualitatif maupun kuantitatif.

2. Siswa mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya

teknologi dan atau sebaliknya mampu mempelajari prinsip sains yang

sudah dimanfaatkan dalam produk teknologi.

3. Siswa memiliki sikap ilmiah produktif.

4. Siswa mampu mengeksplorasi sains dan teknologi, lingkungan dan

masyarakat sebagai sumber sains. Kemampuan memikirkan

pengembangan teknologi inovatif berdasarkan eksplorasi sains dari

lingkungan dan masyarakat, disamping dari sains yang telah ada.

5. Siswa mampu mengungkapkan dengan bahasa yang sesuai untuk

mengkomunikasikan temuan dan kajian sains serta dapat memanfaatkan

alat untuk mengumpulkan data dan mengoprasikan kegiatan sains.

6. Siswa mampu mengembangkan kesadaran tentang pentingnya peran sains

dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari serta berbagai aplikasinya di

berbagai bidang seperti, ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, bahasa

dan hukum.

7. Siswa mampu mengembangkan kemampuan proses sains serta

memanfaatkannya dalam pemecahan masalah dan pengambilan putusan

(34)

8. Siswa memiliki keyakinan tentang keteraturan alam semesta serta

keragaman isinya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sekaligus

penanda keagunganNya.

Dalam pembelajaran yang telah ditemukan di sekolah-sekolah, telah

diupayakan agar semua tujuan yang tercantum di atas dapat terwujud. Tetapi

untuk tujuan agar siswa memiliki keyakinan tentang keteraturan alam semesta

serta keragaman isinya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sekaligus penanda

keagunganNya, kelihatannya belum ada upaya yang nyata dalam pembelajaran

sains untuk memenuhi tujuan ini. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran

dengan berwawasan ESQ, yang sangat bermanfaat sekali dalam memaknai ciptaan

Tuhan Yang Esa. Apalagi pelajaran fisika terutama tentang jagad raya yang

tercantum dalam bahasan Tata Surya, sungguh sangat mendukung tujuan ini.

Materi Tata Surya mencangkup banyak hal tentang fenomena alam raya.

Hal ini membuat siswa bisa menyelami lebih dalam di balik materi secara teoritik.

Siswa akan semakin mantap dengan keyakinan iman kita dengan mempelajari

ayat-ayat Allah yang tertuang dalam alam ini. Ternyata begitu dahsyat

ciptaanNya. Ternyata begitu kecil manusia di alam jagad raya ini. Maka sudah

sepantasnya kalangan pendidikan sebagai kaum akademik yang dikarunia

kelebihan kecerdasan benar-benar memikirkan hal ini. Sesuai yang terungkap

dalam kalamNya:

“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam

(35)

Ilmu Fisika dalam Al-Qur’an

Ilmu fisika merupakan ilmu yang menyelidiki tentang fenomena-fenomena

alam semesta. Menurut Rahman (2000), dalam ilmu pengetahuan Islam, fisika

merupakan bagian dari prinsip filsafat alam yang banyak dibahas oleh ilmuwan

muslim kenamaan pada masa keemasan Islam. Misalnya Ibnu Sina telah

membahas ilmu filsafat alam dengan panjang lebar dalam karyanya “Fann”

(teknik ilmiah). Para ilmuwan muslim mempunyai perhatian yang besar terhadap

ilmu fisika karena Al-Qur’an menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu

tersebut, seperti nampak dalam uraian mengenai fenomena alam semesta yang

amat dahsyat yang disebut begitu jelas dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an juga banyak

menjelaskan mengenai unsur-unsur yang penting dalam fisika, seperti waktu,

suara, cahaya dan lain-lainnya.

Al-Qur’an mengajak manusia untuk menggunakan panca indera dan akal

dalam mengamati pengalaman, baik sifatnya material maupun spiritual. Menurut

Ghulsyani (1986), di dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 750 ayat yang

menunjukkan fenomena alam, dan manusia diminta untuk dapat memikirkannya

agar mengenal Sang Pencipta lewat tanda-tanda-Nya. Ayat-ayat tersebut dapat

dibagi ke dalam kategori-kategori antara lain sebagai berikut:

a. Ayat-ayat yang menggambarkan elemen-elemen pokok obyek dan

memerintahkan manusia untuk menyingkapnya, antara lain terdapat di

dalam Al-Qur’an surat 86:5, 24:45, dan 76:62.

b. Ayat-ayat yang mencakup masalah cara penciptaan obyek-obyek material

dan memerintahkan manusia untuk menyingkap asal-usulnya, antara lain

terdapat di dalam Al-Qur’an surat 11:7, 23:12-14, 21:30, 31:10, 41:11, dan

88:17-20.

c. Ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk menyikapi bagaimana alam

semesta ini terwujud, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 29:20,

(36)

d. Ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk mempelajari

fenomena-fenomena alam, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 39:21, 30:48,

dan 2:164.

e. Ayat-ayat yang menekankan kelangsungan dan keteraturan penciptaan

Allah, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 27:88, 67:3-4, 25:2,

39:5, dan 21:16.

f. Ayat-ayat yang menjelaskan keharmonisan keberadaan manusia dengan

alam semesta dan ketundukan apa yang ada di langit dan di bumi kepada

manusia, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 2:29, 45:13, 67:15,

16:5, 57:25, dan 6:69.

F. Pendidikan Sekolah Berbasis Islam

Bertolak dari konsep manusia yang bersifat integral-holistik, maka

menurut Mastuhu (1999) sistem pendidikan islam diharapkan berorientasi pada

persoalan dunia dan ukrhrawi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya masyarakat

yang berkepribadian muslim, yang berakhlak mulia, cakap dan terampil serta

percaya pada diri sendiri serta berguna bagi masyarakat dan negara dengan

beramal menuju terwujudnya masyarakat utama adil dan makmur yang diridhoi

oleh Allah swt.

Berdasarkan Master Plan Sekolah Islam Terpadu, penyelenggaraan

program pendidikan ditekanan pada pembinaan pribadi siswa yang sholeh serta

memahami dan terbiasa dengan niali-nilai islam, yakni:

(37)

Meyakini Allah swt sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa

alam semesta dan menjauhkan diri dari segala fikiran, sikap dan perilaku

yang bertentangan dengan apa yang Ia perintahkan.

2. Ibadah yang Benar (Shahihul Ibadah)

Terbiasa dan gemar melaksanakan ibadah yang meliputi: sholat, shaum,

tilawah al Qur’an, dzikr dan do’a sesuai petunjuk Al Qur’an dan AsSunnah.

3. Pribadi yang matang (Matinul Khuluq)

Menampilkan perilaku yang santun, tertib dan disiplin, peduli terhadap

sesama dan lingkungan serta sabar, ulet dan pemberani dalam menghadapi

permasalahan hidup sehari-hari.

4. Mandiri (Qadirun Alal Kasbi)

Mandiri dalam memenuhi segala keperluan hidupnya dan memiliki bekal

yang cukup dalam pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam usaha

memenuhi kebutuhan nafkahnya.

5. Cerdas dan Berpengetahuan (Mutsaqqaful Fikri)

Memiliki kemampuan berfikir yang kritis, logis, sistematis dan kreatif yang

menjadikan dirinya berpengetahuan luas dan menguasai bahan ajar dengan

sebaik-baiknya, dan cermat dalam mengatasi segala problem yang dihadapi.

6. Sehat dan Kuat (Qawiyul Jismi)

Memiliki badan dan jiwa yang sehat dan bugar, stamina dan daya tahan

tubuh yang kuat.

(38)

Memiliki kesungguhan dan motivasi yang tinggi dalam memperbaiki diri

dan lingkungnnya yang ditunjukkan dengan etos dan kedisiplinan kerja yang

baik.

8. Tertib dan cermat (Munazhzhom Fi Syu’unihi)

Tertib dalam menata segala pekerjaan, tugas dan kewajiban; berani dalam

mengambil resiko namun tetap cermat dan penuh perhitungan dalam

melangkah.

9. Efisien (Harisun ‘Ala waqtihi)

Selalu memanfaatkan waktu dengan pekerjaan yang bermanfaat dan mampu

mengatur jadwal kegiatan sesuai dengan skala prioritas.

10. Bermanfaat (Nafiun Lighoirihi)

Peduli kepada sesama dan memiliki kepekaan untuk membantu orang lain

yang memerlukan pertolongan.

Berbagai tinjaun di atas menunjukkan bahwa memang benar-benar

dibutuhkan program pendidikan yang khusus di sekolah-sekolah berbasis Islam

untuk menunjang terwujudnya tujuan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu dari

program pendidikan yang dimaksud adalah segi kegiatan belajar dan mengajar.

Oleh karena itu, pembelajaran berwawasan ESQ yang mengaitkan antara materi

dengan pesan keimanan dalam ayat-ayat Al-Qur’an sangat dibutuhkan dalam

(39)

25 A. Penentuan Subyek dan Tempat Penelitian

a) Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Islam

Hidayatullah Semarang tahun pelajaran 2005/2006, yang berjumlah empat

kelas, terdiri dari kelas X-1, X-2, X-3 dan X-4.

b) Sampel

Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah salah satu kelas X

semester 1 SMA Islam Hidayatullah Semarang, yakni siswa kelas X-1.

Sampel diambil secara random (acak).

B. Faktor yang Diteliti

Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:

1. Pemahaman siswa terhadap wawasan keagamaan yaitu nilai-nilai keimanan

yang terkandung di dalam Al-Quran dari materi yang disampaikan.

2. Pemahaman siswa terhadap teori fisika pokok bahasan Tata Surya dalam

pembelajaran fisika berwawasan ESQ.

3. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.

C. Rencana Penelitian

Penelitian dilaksanakan dengan model penelitian tindakan kelas

(40)

memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya,

mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam arti luas (Purwadi,

1999). Penelitian tindakan kelas bersifat practice driven atau action driven.

Hal ini berarti bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki

pembelajaran secara praktis dan secara langsung. Oleh karena itu banyak

kalangan menilai penelitian tindakan kelas sebagai penelitian praktis

(practical inquiry).

Penelitian tindakan kelas hanya memusatkan perhatian pada

permasalahan yang spesifik dan konstekstual sehingga tidak terlalu

menghiraukan kerepresentatifan sampel. Dengan demikian, tujuan penelitian

tindakan kelas bukanlah menemukan pengetahuan baru yang dapat

diberlakukan secara meluas, tetapi bersifat menemukan bentuk pengajaran di

kelas yang bisa memberikan solusi kepada permasalahan yang dihadapi secara

lokal.

Adapun rangkaian langkah-langkah penelitian tindakan kelas dapat

digambarkan sebagai berikut:

Rencana tindakan Pelaksanaan

Refleksi Observasi

Belum terselesaikan Rencana tindakan II Pelaksanaan II

Terselesaikan? Refleksi Observasi

Belum Siklus Selanjutnya

(41)

Dalam penelitian tindakan kelas secara garis besar terdapat empat tahap

kegiatan, yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan

(Observation), Refleksi (Reflection) dalam setiap siklusnya. Bila siklus I

belum terselesaikan, maka dilakukan siklus II, begitulah seterusnya sampai

tujuan penelitian dapat terpenuhi.

D. Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam dua siklus. Siklus I

dengan memberikan materi tata surya secara menyeluruh dan siklus II untuk

menyempurnakan siklus I. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan

yang ingin dicapai seperti yang telah dirancang dalam faktor yang akan

diselidiki. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari

empat tahap dalam setiap siklusnya yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan

(Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection). Kekurangan

pada siklus pertama akan diperbaiki pada siklus ke dua. Adapun tahap-tahap

tiap siklus adalah sebagai berikut:

F. I. Siklus I

1. Perencanaan (Planning)

a. Menyusun perangkat pembelajaran, dalam hal ini adalah rencana

pembelajaran.

b. Menyusun modul pembelajaran berwawsan ESQ.

c. Membuat lembar observasi (angket) mengenai pengaruh dari

pembelajaran berwawsan ESQ yang dirasakan oleh siswa.

(42)

2. Pelaksanaan (Action)

a. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan pretest untuk

mengetahui sejauh mana kondisi awal wawasan keagamaan

siswa.

b. Guru mengawali pertemuan dengan mengelompokan siswa ke

dalam beberapa kelompok kecil untuk memikirkan fakta

penciptaan alam semesta ditinajau secara ilmu Fisika maupun

ditinjau dari keberadaan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah

swt. Setelah itu hasil pemikiran kelompok dipaparkan satu per

satu.

c. Guru membagikan modul pembelajaran berwawasan ESQ kepada

siswa.

d. Guru mulai masuk ke materi awal dengan menarik kesimpulan

dari pemaparan kelompok bahwa Allah swt telah menciptakan

alam semesta dengan amat dahsyat.

e. Guru kemudian menegaskan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang

berkaitan dengan materi seperti tertera pada modul.

f. Guru melakukan umpan balik tentang pemahaman apakah yang

telah ditangkap oleh siswa

g. Guru membimbing siswa dalam setiap pembelajaran dengan

memberikan stimulus-stimulus yang membuat siswa berfikir

tentang materi tata suraya baik menurut fisika maupun menurut

apa yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an .

(43)

3. Pengamatan (Observation)

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa baik afektif maupun psikomotorik. Observasi juga diambil dari hasil pekerjaan siswa yang didapat dari siklus I.

4. Refleksi (Reflection)

Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan kemudian dikumpulkan,

dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti untuk mengetahui berhasil tidaknya

tindakan yang dilakukan. Observasi dari siklus I kemudian dijadikan masukan

bagi siklus II.

II. Siklus II

1. Perencanaan (Planning) Ulang

Perencanaan ulang disusun berdasarkan kesimpulan dan

perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan dari siklus I.

2. Pelaksanaan (Action)

a. Guru mengawali materi pertemuan pembelajaran dengan mengajak

siswa untuk kembali memikirkan ciptaan Allah swt yang ada di

sekitar hidup siswa secara luas dan mendalam.

b. Guru memulai masuk ke materi setelah siswa merespon terhadap

ajakan guru untuk memikirkan penciptaan alam semesta ini.

c. Guru memberikan materi tata surya sesuai dengan kurikulum yang

ada di sekolah-sekolah umum.

d. Guru mengelompokkan siswa seperti pada Siklus I untuk mempelajari

salah satu karakteristik dari ciptaan Allah, yaitu Bumi.

e. Guru kemudian menegaskan dengan detail ayat-ayat Al-Qur’an yang

(44)

f. Guru menguji kepahaman siswa melalui pertanyaan-pertanyaan

singkat secara lisan.

g. Guru mengajak siswa untuk mengambil ibrah (hikmah) dari materi

pertemuan yang telah didapat.

h. Guru memberikan postes.

3. Pengamatan (Observation)

Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan melalui angket, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran fisika berwawasan ESQ. Observasi juga diambil dari hasil pekerjaan siswa pada siklus II.

4. Refleksi (Reflection)

Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi pada tahap refleksi ini. Selain itu peneliti juga mengadakan observasi langsung pada saat kegiatan berlangsung. Hasil analisis dari tahap ini digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah pembelajaran fisika berwawasan ESQ sudah sesui dengan tujuan yang diinginkan atau belum.

E. Metode Pengumpulan Data a. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SMA Islam

Hidayatullah Semarang kelas X semester 1 tahun ajaran 2005/2006.

b. Jenis Data

Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kuantitatif

dan data kualitatif, yang terdiri dari:

1)Kondisi awal wawasan keagamaan siswa.

2)Hasil belajar siswa.

(45)

c. Cara Pengambilan Data

1) Data tentang kondisi awal wawasan keagamaan siswa mengenai tata

surya, diambil melalui soal pretest tentang wawasan keagamaan.

2) Data tentang hasil belajar siswa, diambil melaui postest soal materi

fisika tata surya dan wawasan keagamaan siswa yang dilaksanakan

pada tiap siklus. Sementara data hasil penilian ranah afektif dan

psikomotorik diambil melalui lembar observasi.

3) Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran, diambil melalui

lembar angket yang diisi oleh siswa.

F. Analisis Uji Instrumen

Pada penelitian ini menggunakan instrumen berupa tes. Tes adalah

serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk

mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat

yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002: 198). Setelah

perangkat tes disusun, kemudian diujicobakan pada kelas lain di luar sampel

untuk mendapatkan perangkat tes yang valid, reliabel dan memiliki taraf

kesukaran dan daya pembeda yang baik. Pada penelitian pembelajaran fisika

berwawasan ESQ ini digunakan metode deskriptif, dengan membandingkan

hasil belajar siswa sebelum tindakan dan hasil belajar siswa setelah tindakan

melalui nilai prosentase untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar

(46)

q

1. Validitas butir soal

Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus:

Keterangan :

rpbis = Koefisien korelasi.

M p = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal.

M t = Rata-rata skor total.

S t = Simapangan baku skor total.

p = Proporsi siswa yang menjawab benar setiap butir soal.

q = Proporsi siswa yang menjawab salah setiap butir soal.

Setelah diperoleh harga rpbis, selanjutnya harga ini dikonsultasikan

dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%. Apabila harga rpbis > r tabel

maka soal dikatakan valid.

2. Reliabilitas

Untuk menghitung reliabilitas butir soal digunakan rumus:

r Reliabilitas instrumen

=

k Banyaknya butir soal

=

t

V Varians total

(47)

q = Proporsi siswa yang menjawab salah setiap butir soal.

Σpq= jumlah dari pq

3. Tingkat Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak

terlalu sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang

digunakan adalah :

B

JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas

JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah

JSA = Jumlah siswa pada kelompok atas

JSB = Jumlah siswa pada kelompok bawah

Kriteria :

IK = 0,00 – 0,30 : soal sukar

IK = 0,31 – 0,70 : soal sedang

IK = 0,71 – 1,00 : soal mudah

4. Daya Pembeda Soal

Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal

dari alat ukur ini adalah :

A

JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas (Suherman,1990: 112)

(48)

JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah

JSA = Jumlah siswa pada kelompok atas

Klasifikasi daya pembeda soal adalah :

D = 0,00 – 0,20 : jelek

D = 0,20 – 0,40 : cukup

D = 0,41 – 0,70 : baik

D = 0,71 – 1,00 : baik sekali

D = negatif: soal tidak baik dan harus dibuang

G. Metode Analisis Data

Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan cara

membandingkan keadaan wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah

diberi tindakan, baik pada siklus I maupun siklus II. Langkah-langkah dalam

analisis data adalah sebagai berikut:

1) Hasil pretest wawasan keagamaan siswa sebelum dilakukan tindakan dan

postest setelah dilakukan siklus I dan siklus II direkapitulasi.

2) Nilai rerata wawasan keagamaan siswa sebelum dilakukan tindakan dan

setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II dihitung. Selanjutnya

rerata hasil penilaian postest fisika materi pokok tata surya juga dihitung.

Rerata dihitung menggunakan rumus:

N X

X = ∑ (Sudjana, 1999:109)

keterangan:

X = nilai rerata

X

∑ = jumlah nilai seluruh siswa

(49)

3) Hasil belajar (kognitif) siswa dihitung, dengan menggunakan rumus:

4) Hasil belajar afektif dan psikomotorik dihitung, dengan menggunakan

rumus:

5) Ketuntasan belajar siswa dihitung, dengan menggunakan rumus:

%

n = jumlah skor yang diperoleh

N = jumlah skor masksimal

H. Indikator Keberhasilan

Keberhasilan kelas dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah

peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%

(Mulyasa, 2002: 99). Begitu juga untuk mengukur pemahaman wawasan

keagamaan siswa, karena wawasan sifatnya pengetahuan. Jadi keberhasilan

kelas terhadap pemahaman wawasan keagamaan siswa dilihat dari

sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau

(50)

36 A. HASIL PENELITIAN

1. Hasil Siklus I

Dalam pembelajaran fisika berwawasan ESQ materi pokok tata surya, sebelum pembelajaran dimulai siswa diberi soal pretest tentang wawasan

keagamaan mengenai tata surya untuk mengetahui kondisi awal wawasan

keagamaan siswa. Adapun hasil pretest wawasan keagamaan siswa

menunjukkan bahwa rata-rata kondisi awal wawasan keagamaan siwa kelas

X-1 SMA Islam Hidayatullah Semarang adalah 40, ketuntasan belajar klasikal

hanya 4%, sementara nilai terendahnya adalah 13 dan nilai tertingginya adalah

67.

Setelah siklus I diberikan, nilai rata-rata wawasan keagamaan siswa

menjadi 68, ketuntasan belajar klasikal 60%, sementara nilai terendahnya

adalah 40 dan nilai tertingginya adalah 93. Perbandingan nilai wawasan

keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I ditunjukkan oleh tabel 1

berikut:

Tabel.1. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I

No. Wawasan keagamaan siswa Kondisi awal Setelah siklus I

1.

Presentase ketuntasan klasikal

(51)

Sementara hasil peningkatan wawasan keagamaan siswa sebelum dan

sesudah siklus I ditunjukkan oleh gambar berikut ini:

Gambar 4. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I

Pada Siklus I sebagai bagian utama pembelajaran, siswa diberikan

postestt materi fisika tata surya seiring dengan postest wawasan keagamaan.

Dari hasil postest siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata tata surya siswa

adalah 70, dengan ketuntasan belajar klasikal 80%, sementara nilai terendahnya

adalah 52 dan nilai tertingginya dalah 84.

2. Hasil Siklus II

Hasil siklus II menunjukkan nilai rata-rata wawasan keagamaan siswa

menjadi 92, ketuntasan klasikal mencapai 100%, sementara nilai terendahnya

adalah 73 dan nilai tertingginya adalah 100. Perbandingan nilai wawasan

keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus II ditunjukkan oleh tabel.2.

berikut:

(52)

Tabel.2. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah

No. Wawasan keagamaan siswa awal siklus I siklus II

1.

Presentase ketuntasan klasikal

13

Hasil peningkatan wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah

siklus I ditunjukkan oleh gambar berikut ini:

Gambar 5. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus II

Pada Siklus II sebagai bagian utama pembelajaran, siswa juga

diberikan postest materi fisika tata surya seiring dengan postest wawasan

keagamaan. Hasil postest siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes tata

surya siswa adalah menjadi 80, dengan ketuntasan belajar klasikal 88%,

sementara nilai terendahnya adalah 56 dan nilai tertingginya dalah 96.

Perbandingan nilai tes tata surya siswa dari siklus I dan siklus II

ditunjukkan oleh tabel 3 berikut:

13

nilai terendah nilai tertinggi rata-rata ketuntasan

(53)

Tabel.3. Nilai postest tata surya siklus I dan siklus II

Presentase ketuntasan klasikal

52

Ternyata seiring dengan meningkatnya wawasan keagamaan siswa

dari siklusI ke siklus II juga diikuti peningkatan nilai postest materi fisika tata

surya siswa dari siklus I ke siklus II. Adapun peningkatannya dapat dilihat pada

gambar berikut:

Gambar 6. Grafik nilai tes tata surya siswa siklus I dan siklus II 3. Hasil Penilaian Psikomotorik dan Afektif Siswa

Sebagai implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun

2004, dalam penelitian ini juga dilakukan penilaian keterampilan psikomotorik

dan afektif siswa, yang diberikan pada saat observasi siklus I. Adapun

rangkuman hasil dari penilaian tersebut adalah sebagai berikut:

52

nilai terendah nilai tertinggi rata-rata ketuntasan

klasikal

kategori

sk

al

a pos tes siklus I

(54)

Tabel.5. Penilaian keterampilan afektif siswa Tabel.4. Penilaian keterampilan psikomotorik siswa a. Hasil Penilaian Keterampilan Psikomotorik siswa

No. Kategori penilaian Jumlah siswa Presentase

1.

b. Hasil Penilaian Keterampilan Afektif Siswa

No. Kategori penilaian Jumlah siswa Presentase

1.

4. Hasil Angket Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ

Untuk melengkapi data penelitian ini, siswa diberikan angket

mengenai respon siswa terhadap pembelajaran fisika berwawasan ESQ. Angket

yang diisi oleh sisiwa berbentuk “ya” dan “tidak”. Jika angket berbentuk “ya”

dan “tidak”, peneliti tinggal menjumlahkan berapa jumlah siswa yang

menjawab “ya” dan “tidak” (Arikunto, 2002: 213). Adapun variabel yang

terdapat di dalamnya adalah respon siswa terhadap penerimaan IQ, respon

siswa terhadap penerimaan EQ, respon siswa terhadap penerimaan SQ, serta

respon siswa terhadap proses pembelajaran. Untuk mengetahui respon siswa

(55)

Tabel.6. Hasil angket tentang Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ

menjawab “ya” pada setiap pertanyaan mengenai respon tesebut. Hasil

rangkuman angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:

No. Indikator Presentase penerimaan

1.

2.

3.

4.

Respon IQ

Respon EQ

Respon SQ

Respon terhadap pembelajaran

86%

96%

95%

73%

G. B. PEMBAHASAN

Setelah pretest diberikan, kondisi awal menunjukan wawasan

keagamaan siswa masih rendah. Rata-rata kondisi awal nilai wawasan

keagamaan siswa adalah 40 , sedangkan ketuntasan klasikal terhadap soal

pretest wawasan keagamaan hanya 4% (hanya ada satu siswa yang nilainya di

atas 65). Hal ini disebabkan oleh bagaimana pun siswa masih asing terhadap

keterkaitan antara ayat-ayat Al-Qur’an dengan mata pelajaran fisika materi tata

surya, walaupun sebenarnya ayat-ayat Al-Qur’an merupakan hal yang dekat

dengan mereka sebagai siswa sekolah yang berbasis agama Islam. Setelah

diberikan modul pembelajaran fisika berwawasan ESQ yang memuat

keterkaitan antara materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai sumber minat

mereka, siswa menjadi semakin bersemangat untuk mengikuti pembelajaran

berwawasan ESQ ini. Mereka menjadi antusisas, serta rasa keingin tahuan

mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan tata surya menjadi

lebih dalam. Hal ini seperti yang diungkapkan Anni (2004) dalam psikologi

(56)

dengan minat siswa adalah sangat penting. Selanjutnya ia mengatakan pula

bahwa proses pembelajaran dan materi yang terkaiat dapat merangsang

sekumpulan kegiatan belajar. Apabila siswa menemukan proses pembelajaran

yang merangsang, maka perhatiannya akan meningkat. Sebagai hasilnya nilai

rata-rata wawasan keagamaan siswa menjadi 68, dengan ketuntasan kalsikal

60%.

Setelah siklus I selesai dan dievaluasi, sebagai masukan untuk

siklus II siswa menginginkan agar ayat-ayat yang terkait dengan suatu

permasalahan tertentu terhadap materi tata surya agar diperjelas. Sehingga

pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan lebih rinci dan detail terhadap

keterkaitan materi tata surya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang sinergi.

Hasilnya, pada postest wawasan keagamaan pada siklus II ini, nilai rata-rata

wawasan keagamaan siwa mencapai 92 dan ketuntasan klasikal mencapai

100% atau dalam kata lain semua siswa tuntas mengerjakan soal wawasan

keagamaan yang berkaitan dengan materi tata surya.

Berdasarkan data penelitian di atas, diperoleh peningkatan nilai

wawasan keagamaan siswa yang terkait dengan materi tata surya dari pretest,

postest siklus I, dan postest siklus II. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa

pembelajaran fisika berwawasan ESQ yang mengaitkan antara materi fisika

dengan ayat-ayat Al-Qur’an, telah mencapai tujuan yang diinginkan dalam

penelitian ini yaitu meningkatkan wawasan keagamaan siswa. Seperti apa yang

Gambar

Tabel.3. Nilai postest tata surya siklus I dan siklus II...........................................39
Gambar 5. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I ......38
Gambar 1. Bentuk  fungsi IQ, EQ, dan SQ dalam hubungan individu manusia
Gambar 3. skema langkah-langkah penelitian tindakan kelas
+7

Referensi

Dokumen terkait

Jika ada pekerjaan galian atau pengerukan yang dilakukan sebelum caisson, palung dan cofferdam terpasang pada tempatnya, maka setelah selesai pembuatan dasar pondasi, Kontraktor

“Asesmen adalah suatu proses atau upaya formal mengumpulkan informasi yang berkaitan dengan variabel-variabel prnting pembelajaran sebagai bahan dalam mengambil

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh istri nelayan, bagaimana kontribusi yang diberikan istri dan ada tidaknya

Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memadukan konsep-konsep dasar dari berbagai ilmu sosial yang disusun melalui pendekatan pendidikan dan

[r]

Sehubungan dengan telah dilakukannya evaluasi administrasi, teknis dan kewajaran harga serta formulir isian Dokumen Kualifikasi untuk penawaran paket pekerjaan tersebut diatas,

Pada hari ini Selasa tanggal Dua Puluh Empat bulan Maret tahun Dua Ribu Lima Belas kami Pokja Pengadaan Pada BLUD RSUD Kabupaten Manggarai telah melaksanakan download dan

1 Buah CD yang berisi Salinan (soft copy/ hasil scan) Dokumen Penawaran Administrasi, Teknis dan Biaya serta Dokumen Kualifikasi Perusahaan yang berisi