SPIRITUAL QUOTIENT) PADA POKOK BAHASAN TATA SURYA KELAS X SEMESTER 1 SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2005/2006 UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN KEAGAMAAN SISWA
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 Untuk mencapai gelar Sarjana Pendidikan
Oleh:
Nama : Wasis Pambudi
NIM : 4201401024
Jurusan : Fisika
Program Studi : Pendidikan Fisika
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
ii
Skripsi ini telah dipertahankan di depan sidang Panitia Ujian Skripsi
jurusan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Negeri Semarang pada:
Hari : Selasa
Tanggal : 4 April 2006
Panitia Ujian
Ketua, Sekretaris,
Drs. Kasmadi Imam S, M.S. Drs. M. Sukisno, M. Si
NIP. 130781011 NIP. 130529522
Pembimbing I Anggota Penguji
Dra. Dwi Yulianti, M.Si. NIP. 131404299
Pembimbing II
Dra. Langlang H, M.App. Sc. NIP. 131993876
1. Drs. Mirwan, M.Si NIP 131125643
2. Dra. Dwi Yulianti, M.Si. NIP. 131404299
iii
Saya menyatakan bahwa yang tertulis dalam skripsi ini adalah benar-benar
hasil karya sendiri, bukan jiplakan dari hasil karya orang lain. Pendapat atau
temuan orang lain yang terdapat dalam skripsi ini dikutip atau dirujuk berdasarkan
kode etik ilmiah.
Semarang, April 2006
Penulis,
iv
SMA Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 untuk Meningkatkan Wawasan Keagamaan Siswa. Skripsi. Jurusan Fisika, FMIPA. Universitas Negeri Semarang.
Kegiatan pembelajaran di sekolah-sekolah yang berbasis Islam selama ini masih seperti yang dilakukan di sekolah umum. Padahal di sekolah-sekolah yang berbasis Islam telah dianjurkan untuk melakukan pembelajaran yang mengaitkan antara materi pelajaran dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang sesuai. Pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an ini merupakan pembelajaran berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient), yaitu pembelajaran yang dalam satu mata pelajaran terdapat unsur IQ, EQ dan SQ sekaligus.
Permasalahan dalam penelitian ini yaitu “apakah dengan pembelajaran Fisika berwawasan ESQ dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa terutama di sekolah yang berbasis agama Islam?”. Sedangkan tujuan penelitian ini untuk megetahui apakah penelitian ini mampu menjawab permasalahan yang ada.
Penelitian ini dilakukan dengan model Penelitian Tindakan Kelas (PTK), yang dilakukan dalam dua siklus. Data masukan dalam penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif yang terdiri dari: data kondisi awal siswa, data hasil belajar siswa dan data mengenai respon siswa terhadap pembelajaran Fisika berwawasan ESQ.
Pembelajaran Fisika berwawasan ESQ (Emotional Spiritual Quotient) pada pokok bahasan tata surya dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa. Hal ini dapat dikaji dengan meningkatnya nilai wawasan keagamaan siswa dari pretest, postest siklus I dan postest siklus II. Sesuai yang diungkapkan oleh Djazuni (2003), bahwa dengan pembelajaran yang mengaitkan antara materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, akan memberikan wawasan keagamaan yang dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran Fisika berwawasan ESQ ini ternyata juga tidak mengurangi konsentrasi pemahaman siswa terhadap materi Tata Surya sendiri. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya nilai postest materi tata surya seiring dengan meningkatnya nilai wawasan keagamaaan siswa pada postest siklus I dan siklus II.
Dalam mengawali pembelajaran guru hendaknya mengajak siswa untuk berfikir lebih dalam tentang fenomena alam semesta sebelum siswa diberikan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai pengaitan dari materi Tata Surya. Hal ini bermanfaat untuk pemanasan memasuki pembelajaran agar siwa tidak kaget. Selain itu juga modul pembelajaran Fisika berwawsan ESQ dirasa perlu untuk dikembangkan lebih baik dan lebih menarik guna membantu pemahaman siswa terhadap pesan-pesan yang ingin disampaikan.
v
dan siang, terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
Ya Tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini semua dengan sia-sia. Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka” (QS: Ali ‘Imran: 190-191)
“Siapakah yang lebih baik perkataannya dari pada orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan amal shaleh, dan berkata:
Sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri ?.” (QS: Fussilat: 33)
“Dan mintalah pertolongan (kepada Allah) dengan sabar dan sholat. Dan sesungguhnya yang demikian itu berat,
kecuali bagi orang-orang yang khusyu” (QS: Al-Baqarah: 45)
Persembahan: Skripsi ini ku persembahkan kepada:
1. Ibunda, Ayahanda, dan keluarga tercinta, yang telah bersimpuh keringat dan berderai air mata menyertai setiap lagkah ananda. 2. Para guruku, dosenku, kyaiku, ustadzku,
murabbiku, serta mutarabbiku yang telah mengantarkan diri ini menjadi manusia yang sesungguhnya dan seutuhnya.
3. Saudaraku yang telah mengenalkan, mengantarkan dan setia menemani diri ini menapaki jalan yang amat indah: a’tajapc, bang jucky, aa aenal, eko kris, u’chipe, u’indie, u’rohe, u’puttea.
4. Adik-adiku tersayang di fisika, yang telah mengibarkan bendera dan menjaganya agar tetap berkibar, walau banyak yang berusaha untuk menurunkannya.
5. Ikhwah fiillah, para pejuang dakwah yang tetap tegap dalam nikmatnya amar ma’ruf nahi munkar, walau aral senantiasa menghadang dan menerjang.
vi
Senandung kalimat syukur tak henti-hentinya terpanjatkan kepada Allah swt, rabb
semesta alam yang memegang kekuasaan di bumi dan di langit. Dia lah Allah
yang senantiasa mencurahkan samudera kasih sayang-Nya kepada seluruh umat
manusia di hamparan dunia ini, walaupun banyak dari manusia terlena, terlupa,
bahkan dengan kesombongannya berjalan begitu angkuh di muka bumi ini.
Shalawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada baginda nabiyullah
Muhammad saw, keluarga, para sahabat, serta para pengikutnya yang dengan
sepenuh jiwa, raga, dan hartanya senantiasa istiqomah memegang teguh diin yang
mulia ini.
Alhamdulillah, atas ridha Allah semata penulis akhirnya mampu menyelesaikan
skripsi yang berjudul “Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ (Emotional
Spiritual Quotient) Pada Pokok Bahasan Tata Surya Kelas X Semester 1 SMA
Islam Hidayatullah Semarang Tahun Ajaran 2005/2006 Untuk Meningkatkan
Wawasan Keagamaan Siswa “. Semoga skripsi ini menjadi ladang amal ibadah
bagi penulis, keluarga penulis, serta semua pihak yang telah membantu
terselesaikannya skripsi ini.
Penulis menyadari betul banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya
skripsi ini. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus kepada:
1. Dr. A. T. Soegito, SH, MM, selaku Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Drs. Kasmadi Imam, M.S, selaku Dekan FMIPA Unnes.
vii
memberikan saran, masukan, dan kritik selama penyusunan skripsi ini.
6. Dra. Langlang H, M.App.Sc, selaku dosen pembimbing pendamping yang
telah meluangkan waktunya demi keselarasan dan kerapian skripsi ini.
7. Bu Wiet (TU Jurusan Fisika), atas layanan administrasinya yang sangat baik.
8. Drs. Listiyono, M.Pd, selaku Kepala SMA Islam Hidayatullah Semarang yang
telah memberikan ijin penelitian.
9. Yusdaim, S.Pd dan siswa-siswi kelas X-1 dan X-2 SMA Islam Hidayatullah
Semarang, atas kerja samanya.
10.Saudaraku Alif Education (a’tajapc, bang jucky, aa aenal, u’chipe, u’indie,
u’rohe, u’puttea), atas kebersamaan dalam dakwah dan ukhuwahnya.
11.Ust. Usep Badrudzaman dan Ust. Setyawan yang telah setia memberikan ruh
motivasi, bimbingan serta do’anya yang tulus.
12.Ade-adeku tersayang di orbit dakwah fisika. Jazakumullah atas segala
do’anya.
13.Nuri, Faiq, Hartono, Kasmad, dan Giri atas dorongan semangatnya.
14.Temen-temen seperjuangan dalam bimbingan skripsi: kang prie, mba yani,
gus faiz, gathot, yuyun, haryani, yuni, ika, ary, nafis, desi dan sahabatku
P.fisika’01.
15.FKIF, FMI, UKKI, KAMMI, HIMAFI, Perpusfi, KALF, TRUST Community
Semarang, Iqro Club Semarang, Madrasah Qolbun Salim, LPK Ar Rahman,
viii
ix
JUDUL ...i
HALAMAN PENGESAHAN...ii
PERNYATAAN...iii
ABSTRAK ...iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ...v
KATA PENGANTAR ...vi
DAFTAR ISI...ix
DAFTAR TABEL...xii
DAFTAR GAMBAR ...xiii
DAFTAR LAMPIRAN...xiv
BAB I PENDAHULUAN A. Alasan pemilihan judul ...1
B. Rumusan Masalah ...4
C. Tujuan Penelitian ...4
D. Manfaat Penelitian ...4
E. Penegasan Istilah...5
F. Sistematika Skripsi...6
BAB II LANDASAN TEORI A. Hakekat Belajar dan Pembelajaran ...7
1. Teori Belajar Secara Umum...7
x
2. Formula ESQ...11
C. Aplikasi ESQ dalam Pembelajaran ...15
D. Fisika Pokok Bahasan Tata Surya...18
E. Kaitan Fisika dengan Al-Qur’an ...20
F. Pendidikan Fisika Berbasis Islam ...22
BAB III METODE PENELITIAN A. Penentuan Subyek dan Tempat Penelitian ...25
B. Faktor yang Diteliti ...25
C. Rencana Penelitian ...25
D. Prosedur Penelitian ...27
E. Metode Pengumpulan Data ...30
F. Analisis Uji Instrumen ...31
G. Metode Analisis Data...34
H. Indikator Keberhasilan ...35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ...36
1. Hasil Siklus I ...36
2. Hasil Siklus II...37
3. Hasil Penilaian Psikomotorik dan Afektif...39
4. Hasil Angket Pembelajaran Fisika berwawasan ESQ...40
xi
B. Saran…. ...47
DAFTAR PUSTAKA ...49
xii
Tabel 1. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I...36
Tabel.2. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus II ...38
Tabel.3. Nilai postest tata surya siklus I dan siklus II...39
Tabel.4. Penilaian keterampilan psikomotorik siswa...40
Tabel.5. Penilaian keterampilan afektif siswa...40
xiii
Gambar 2. Formula ESQ dimana SQ menjadi pusat IQ dan EQ ...15
Gambar 3. Skema langkah-langkah penelitian tindakan kelas...26
Gambar 4. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I ...37
Gambar 5. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I ...38
xiv
Lampiran 1. Silabus Fisika materi pokok tata surya ...51
Lampiran 2. Rencana Pembelajaran...53
Lampiran 3. Modul Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ ...57
Lampiran 4. Soal dan jawaban uji Wawasan Keagamaan Siswa...74
Lampiran 5. Soal dan jawaban Uji Materi Tata Surya...78
Lampiran 6. Hasil analisis uji soal Wawasan Keagamaan Siswa ...82
Lampiran 7. Hasil analisis uji soal materi Tata Surya ...90
Lampiran 8. Soal dan jawaban pretest/ postest Wawasan Keagamaan Siswa ...101
Lampiran 9. Soal dan jawaban pretest/ postest Materi Tata Surya ...104
Lampiran 10. Nilai hasil pembelajaran siswa ...108
Lampiran 11. Lembar penilaian psikomotorik dan afektif siswa...109
Lampiran 12. Angket Pembelajaran Fisika Berwawasn ESQ dan hasilnya...113
1 A. ALASAN PEMILIHAN JUDUL
Pada sekolah-sekolah yang berbasis Islam seperti MI, MTs, MA ataupun
Sekolah Islam Terpadu, kegiatan belajar mengajar mempunyai visi membentuk
siswa yang seimbang dalam dzikr, fikir maupun ikhtiar. Sekolah-sekolah seperti
ini diharapkan mampu melahirkan pribadi-pribadi yang unggul dalam ilmu dan
juga iman. Pada sekolah-sekolah tersebut, perlu adanya pembelajaran yang
berbeda dengan pembelajaran-pembelajaran di sekolah umum lainnya, seperti
telah dianjurkan baik oleh Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan
Nasional yang tertuang dalam Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru
oleh Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan
Nasional tahun 2003. Pembelajaran di sekolah-sekolah berbasis Islam dituntut
untuk mengaitkan antara mata pelajaran yang sedang disampaikan dengan
nilai-nilai keimanan terutama yang terdapat pada ayat-ayat Al-Qur’an.
Fenomena yang muncul di lapangan selama ini menunjukan bahwa di
sekolah-sekolah berbasis Islam segi pembelajarannya masih cenderung
berorientasi pada materi yang ada seperti terjadi di sekolah-sekolah umum.
Pembelajaran yang mengaitkan materi pelajaran dengan nilai-nilai keimanaan
terutama yang terdapat pada ayat-ayat Al-Quran belum dilakukan. Dapat
dikatakan pembelajaran yang ada di sekolah-sekolah selama ini masih bertumpu
pada pencapaian kecerdasan intelektual atau IQ saja. Padahal menurut berbagai
penelitian, IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia dengan besaran
Book,M.D. menyebutkan bahwa peranan IQ hanya 6% dalam kehidupan manusia
(Ginanjar, 2003: 61).
Menurut Ginanjar (2001) pendidikan di Indonesia hanya menekankan sisi
akademik, padahal sisi EQ dan SQ adalah yang terpenting. Oleh karena itu, sudah
saatnya pembelajaran bukan hanya berorientasi pada kecerdasan intelektual (IQ)
saja, tetapi juga berorientasi pada kecerdasan emosi (EQ) dan juga kecerdasan
spiritual (SQ) dalam satu kesatuan yang terintegrasi sehingga akan tercapai
keseimbangan (tawasunitas) antara IQ, EQ, dan SQ. Pembelajaran seperti inilah
yang dinamakan pembelajaran berwawasan ESQ, dikarenakan ESQ merupakan
suatu konsep formula yang menyatukan unsur IQ (Intellegence Quotient), EQ
(Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient) dalam satu kesatuan. Menurut
Jalalludin Rahmat pendiri SMA Muthahhari Bandung dalam pengantar buku
“Sekolah Para Juara” menyatakan dengan pembelajaran yang disertai
pengetahuan tentang kecerdasan emosional dan kecerdasan spiritual akan
melahirkan “para juara” di sekolahnya (Amstrong, 2004).
Ketua Proyek Peningkatan Wawasan Keagamaan Guru Direktorat Jenderal
Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003
menyatakan bahwa ada dua hal yang membuat pembelajaran berwawasan ESQ
seperti ini terasa penting, yaitu:
1 Membantu tercapainya tujuan, visi dan misi pendidikan nasional, terutama
yang menyangkut tentang pembentukan manusia yang beriman dan bertaqwa
2 Membantu siswa untuk dapat memahami dua sisi materi sekaligus, yaitu sisi
materi pelajaran seperti biasanya dan sisi materi wawasan keagamaan.
Kenyataan di lapangan menunjukan selama ini mata pelajaran sains seperti
fisika di sekolah berbasis islam masih diberikan seperti di
sekolah-sekolah umum. Padahal mata pelajaran fisika merupakan ilmu yang
memposisikan alam sebagai tinjauan objek keilmuannya. Oleh karena itu,
sebenarnya ilmu fisika bisa dimanfaatkan untuk membantu siswa mengenal alam
secara menyeluruh, sehingga siswa akan memahami begitu dahsyatnya ciptaan
Allah swt. Apalagi dengan materi pokok tata surya akan semakin menunjang
siswa untuk memahami ketaruturan dan keseimabangan alam semesta yang telah
diciptakan Allah swt. Materi tata surya mencakup banyak hal tentang fenomena
alam raya ini. Hal ini membuat kita bisa menyelami lebih dalam di balik materi
secara teoritik. Kita akan semakin mantap dengan keyakinan iman kita dengan
mempelajari ayat-ayat Allah yang tertuang dalam alam ini.
Dalam pembelajaran fisika materi pokok tata surya, seperti materi tentang
matahari, planet dan benda angkasa lainnya, akan menyokong sisi kecerdasan
intelektual (IQ) siswa. Kemudian dalam penyampaian pesan-pesan keimanan yang
terdapat dalam Al-Qur'an harapannya akan menyokong sisi kecerdasan emosional
(EQ) siswa maupun kecerdasan spiritual (SQ) siswa. Maka dalam pembelajaran
ini terdapat unsur IQ, EQ, maupun SQ dalam satu kesatuan yang terintregrasi.
Dengan demikian pembelajaran seperti ini merupakan pembelajaran berwawasan
Berdasarkan kepentingan di atas maka dirasakan perlu untuk membuat
penelitian dengan judul “PEMBELAJARAN FISIKA BERWAWASAN ESQ (EMOTIONAL SPIRITUAL QUOTIENT) PADA POKOK BAHASAN TATA
SURYA KELAS X SEMESTER 1 SMA ISLAM HIDAYATULLAH SEMARANG
TAHUN AJARAN 2005/2006 UNTUK MENINGKATKAN WAWASAN
KEAGAMAAN SISWA “.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan
dalam penelitian ini yaitu “apakah dengan pembelajaran fisika berwawasan ESQ
dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa terutama di sekolah yang berbasis
agama islam?”.
C. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah pembelajaran fisika
berwawasan ESQ dapat meningkatkan wawasan keagamaan siswa terutama di
sekolah yang berbasis agama islam, tanpa mengurangi perhatian terhadap hasil
yang hendak akan dicapai dari materi yang sesungguhnya sesuai dengan
kurikulum yang berlaku.
D. MANFAAT PENELITIAN
Manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa yang belajar, penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan
wawasan keagamaan siswa terutama di sekolah yang berbasis agama
islam, tanpa mengurangi perhatian terhadap hasil yang hendak dicapai dari
2. Bagi penyelenggara pembelajaran, diharapkan dengan pembelajaran berwawasan ESQ ini akan mempermudah guru dalam mengaitkan materi
pelajaran dengan pesan-pesan ilahiyah untuk meningkatkan kepahaman
yang mengarah kepada peningkatan iman dan taqwa baik guru maupun
siswa.
E. PENEGASAN ISTILAH
Untuk menghinadari salah penafsiran terhadap judul penelitian ini maka
ada beberapa istilah yang perlu ditegaskan. Adapun istilah-istilah yang perlu
ditegaskan yaitu:
a. Pembelajaran
Pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru sedemikian
rupa, sehingga tingkah laku siswa berubah kearah yang lebih baik (Darsono,
2001).
b. Berwawasan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia Departemen Pendidikan Nasional
disebutkan pengertian wawasan adalah pandangan, meneliti, memandang, ataupun
meninjau. Jadi berwawasan memiliki pengertian yang mempunyai pandangan atau
tinjaun terhadap suatu hal
c. Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
ESQ ialah suatu formula yang menyatukan unsur IQ (Inttelegence
Qoutient), EQ (Emotional Qoutient), dan SQ (Spiritual Qoutient) dalam satu
kesatuan yang terintegrasi ( Ginanjar, 2003)
Wawasan keagamaan adalah pengetahuan tentang hal-hal yang terkait
dengan pemahaman agama. Sedangkan tujuan wawasan keagamaan dalam
pendidikan adalah kesadaran diri bahwa hasil yang diharapkan dan proses
pendidikan yang dilaksanakan harus dijiwai oleh ajaran Islam.
G. SISTEMATIKA SKRIPSI
Sistematika dalam skripsi ini disusun dengan tujuan agar
pokok-pokok masalah dibahas secara urut dan terarah. Sistematika terdiri dari tiga
bagian yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, bagian akhir.
A. Bagian pendahuluan skripsi, berisi judul, halaman pengesahan, halaman
motto dan persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi dan daftar
lampiran.
B. Bagian isi skripsi dibagi menjadi lima bab:
Bab I Pendahuluan, berisi latar belakang, perumusan masalah, penegasan
istilah, tujuan dan manfaat penelitian serta sistematika skrupsi.
Bab II Landasan teori, berisi teori-teori yang digunakan untuk melandasi
penelitian dan hipotesis yang dirumuskan yang merupakan tinjauan
pustaka.
Bab III Metode penelitian
Bab IV Hasil penelitian dan pembahasan meliputi persiapan pelaksanan
dan analisa data serta pembahasan.
Bab V Penutup, berisi kesimpulan dan saran.
C. Bagian akhir skripsi, adalah daftar pustaka, dan lampiran-lampiran yang
7 Hakekat Belajar dan Pembelajaran Teori Belajar Secara Umum
Konsep tentang belajar telah banyak didefinisikan oleh pakar psikologi.
Gagne dan Berline dalam Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar merupakan
proses dimana suatu organisme mengubah perilakunya karena hasil dari
pengalaman. Morgan masih dalam Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan relatif permanen yang terjadi karena hasil dari praktek atau
pengalaman. Slavin juga dalam Darsono (2000) menyatakan bahwa belajar
merupakan perubahan individu yang disebabkan oleh penglaman. Jadi secara
umum belajar merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan
tingkah laku. Dapat dikatakan jika seorang anak belajar maka akan membuat
tingkah lakunya berubah dan berkembang ke arah yang lebih baik.
Dari keempat pengertian tersebut, tampak bahwa konsep tentang belajar
mengandung tiga unsur yaitu:
1) Belajar berkaitan dengan perubahan tingkah laku. Untuk mengukur apakah
seorang telah belajar, maka diperlukan perbandingan antara perilaku sebelum
dan sesudah mengalami kegiatan belajar.
2) Perubahan perilaku itu terjadi karena didahului oleh proses pengalaman.
Belajar merupakan sebuah sistem yang di dalamnya terdapat pelbagai
unsur yang saling berkaitan sehingga mengakibatkan perubahan tingkah laku.
Beberapa unsur yang dimaksud adalah sebagai berikut:
1. Pembelajar, dapat berupa peserta didik, warga belajar dan peserta pelatihan.
2. Rangsangan (stimulus), merupakan segala sesuatu yang berperan
merangsang penginderaan pembelajar.
3. Memori, berisi pelbagai kemampuan yang berupa pengetahuan,
keterampilan, dari aktivitas yang dilakukan sebelumnya.
4. Respon, merupakan tindakan yang dihasilkan dari aktualisasi memori.
2. Teori Pembelajaran
Sesuai dengan pengertian belajar secara umum, yaitu bahwa belajar
merupakan suatu kegiatan yang mengakibatkan terjadi perubahan tingkah laku,
maka pengertian pembelajaran adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh guru
sedemikian rupa, sehingga tingkahlaku siswa berubah ke arah yang lebih baik.
Pembelajaran adalah kegiatan yang dilalakukan secara sadar dan sengaja. Oleh
karena itu pembelajaran mempunyai tujuan. Tujuan pembelajaran adalah
membantu siswa agar memperoleh berbagai pengalaman dan dengan pengalaman
itu tingkah laku siswa bertambah, baik kuantitas maupun kualitas. Tingkah laku
yang dimaksud meliputi pengetahuan, keterampilan, dan nilai atau norma yang
berfungsi sebagai pengendali sikap dan perilaku siswa.
Adapun ciri-ciri pembelajaran antara lain:
(a) Pembelajaran dilakukan secara sadar dan direncanakan secara
(b) Pembelajaran dapat menumbuhkan perhatian dan motivasi siswa dalam
belajar.
(c) Pembelajaran dapat menyediakan bahan belajar yang menarik dan
menantang bagi siswa.
(d) Pembelajaran dapat menggunakan alat bantu belajar yang tepat dan
menarik.
(e) Pembelajaran dapat menciptakan suasana belajar yang aman dan
menyenangkan bagi siswa.
(f) Pembelajaran dapat membuat siswa siap menerima pelajaran, baik
secara fisik maupun psikologis.
B. Konsep Emotional Spiritual Quotient (ESQ)
1. IQ (Intellegence Quotient), EQ (Emotional Quotient), dan SQ (Spiritual Quotient)
IQ (intelligence Quotient) atau kecerdasan intelektual pertama kali
ditemukan oleh Binet pada tahun 1905 di Paris Perancis. Kemudian teori ini
dibawa ke Amerika yaitu di Satandford sehingga kemudian dikenal dengan
Standford Binet. Secara biologis IQ terletak pada otak bagian luar atau disebut
dengan neocortex. IQ ini mulai digunakan pada perang dunia pertama untuk
mengukur kemampuan seseorang. Menurut Ginanjar (2003) IQ merupakan suatu
kecerdasan yang berkaitan dengan kesadaran akan ruang, kesadaran akan suatu
yang tampak dan penguasaan matematik. Dengan kecerdasan ini manusia mampu
memahami rumus-rumus fisika, maupun melakukan perhitungan yang rumit
sekalipun.
EQ (Emotional Quotient) atau kecerdasan emosional ditemukan oleh
Daniel Goleman pada tahun 1995 yang tertuang dalam bukunya “Working With
Emotional Qoutient”. EQ secara biologis terletak pada otak tengah atau lebih
dikenal dengan lymbic system. Menurut Goleman (1995), EQ merupakan
kemampuan untuk memotivasi diri sendiri, mengendalikan dorongan hati, dan
mengatur suasana hati. Sedangkan menurut Ginanjar kecerdasan emosioanal
merupakan kemampuan untuk mengendalikan emosi, kemampuan untuk
menguasai diri untuk tetap dapat mengambil keputusan dengan tenang.
Kecerdasan ini cenderung berperan dalam hubungan antara individu yang satu
dengan yang lain. Hal ini berkaitan bagaimana mereka saling berbicara dengan
menghormati lawan bicara, bagaimana harus bergaul, bagaimana menyayangi
orang lain, mencintai, dan mengungkapkan persaan hati.
SQ (Spiritual Qoutient) atau kecerdasan spiritual merupakan temuan
terkini secara ilmiah yang pertama kali digagas oleh Danah Zohar dan Ian
Marshall, masing-masing dari Harvard University dan Oxford University melalui
riset yang sangat komperhensif. Pembuktian ilmiah tentang kecerdasan spiritual
diantaranya adalah riset ahli psikologi dan ahli saraf, Michael Persinger pada awal
tahun1990-an, dan lebih mutahir lagi tahun 1997 oleh ahli syaraf V.S
Ramachandran dan timnya dari California University, yang menemukan eksistensi
God-Spot dalam otak manusia. Inilah pusat spiritual yang terletak diantara
Austria, Wolf Singer pada era 1990-an telah menunjukan adanya proses syaraf
dalam otak manusia yang terkonsentrasi pada usaha mempersatukan dan memberi
makna dalam pengalaman hidup kita. Suatu jaringan syaraf yang secara literatur
“mengikat” pengalaman kita secara bersama untuk “hidup lebih bermakna”.
Menurut Zohar dan Marshall (2002) kecerdasan spiritual adalah kecerdasan untuk
menghadapi persoalan makna atau value, yaitu kecerdasan untuk menempatkan
perilaku dan hidup kita dalam konteks makna yang lebih luas dan kaya,
kecerdasan untuk menilai bahwa tindakan atau jalan hidup seseorang lebih
bermakna dibanding dengan yang lain. Dapat dikatakan di dalam kecerdasan
spiritual inilah terdapat fitrah manusia sebenarnya. Masih menurut Zohar dan
Marshall SQ merupakan kecerdasan yang paling tinggi dalam diri manusia.
2. Formula ESQ
Cukup banyak orang yang memiliki IQ di atas rata-rata, tetapi banyak
diantara mereka tidak berhasil dalam kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaan.
Justru kadang kalanya orang yang memiliki IQ biasa-biasa saja sebagian besar
dari merekalah yang kemudian menjadi orang-orang yang sukses dalam
kehidupan pribadi maupun dalam pekerjaannya. Yang memiliki IQ tinggi
cenderung kurang pandai bergaul, tidak berperasaan dan egois, karena IQ hanya
berperan ketika individu menjadi makhluk pribadi. Sedangkan yang memiliki IQ
biasa-biasa saja tergolong lebih luwes dalam bergaul, penolong sesama, setia
kawan, bertanggungjawab dan ramah tamah.
Ada sebuah cerita yang tragis di SMA Coral Springs, Florida. Jason H,
adalah siswa terpandai di kelas dua yang selalu mendapatkan nilai A. Ia
Poligruto, guru fisikanya hanya memberi nilai 80. Karena yakin bahwa nilai 80 ini
yang hanya B akan menghalangi cita-citanya, Jason membawa sebilah pisau dapur
ke sekolah. Kemudian ia menemui guru fisikanya di laboratorium, lalu
menusuknya di tulang selangka sebelum ia berghasil ditangkap dengan sangat
susuh payah. Dari kisah nyata ini membuktikan bahwa mengandalkan IQ saja
jelas tidak cukup untuk kehidupan manusia.
Menurut berbagai penelitian, IQ hanya berperan dalam kehidupan manusia
dengan besaran maksimum 20% , bahkan menurut Steven J. Stein, Ph.D. dan
Howard E. Book,M.D. menyebutkan bahwa peranan IQ hanya 6% dalam
kehidupan manusia (Ginanjar,2003: 61). Berdasarkan hal tersebut di atas,
dibutuhkan kecerdasan yang kedua yaitu kecerdasan Emosioanal atau EQ. Dengan
kecerdasan emosional seseorang mampu menata dirinya terutama dalam masalah
hubungan dengan orang lain. Orang yang memiliki kecerdasan emosional akan
lebih menghormati orang lain dan lebih membuat orang lain senang. Hal inilah
yang justru telah mempelancar perjalanan kita dalam menempuh hidup ini dan
berhasil dalam pekerjaan kerena punya banyak link, banyak orang yang dapat
membantu dalam mencapai kesusksesan kita. Oleh karena itu Ginanjar juga
menyebutkan EQ sebagai serangkaian kecakapan untuk melapangkan jalan di
dunia yang penuh liku-liku permasalahan sosial. Tapi coba bayangkan apa yang
terjadi jika kecerdasan ini dimiliki orang-orang yang “jahat”, orang-oarang yang
memilki ambisi pribadi yang menghancurkan. Bukankah Stanlin, Hitler,
Musolinni, dan para koruptor juga memiliki kemampuan ilmu-ilmu yang
demikian?. Meraka adalah orang-orang yang pandai dan cerdas otaknya, tetapi
kepandaiannya digunakan untuk kepentingan pribadinmya semata. Mereka juga
memiliki komitmen, loyalitas, inegritas, pandai bergaul dan pandai menyenangkan
orang demi tujuan yang tidak mulia sebagai ambisinya. Maka hal ini telah
membuktikan bahwasanya IQ dan EQ saja juga tidak cukup.
Hal ini menunjukkan masih dibutuhkan nilai-nilai lain yang tidak bisa dipungkiri keberadaannya, yaitu kecerdasan spiritual atau Spiritual Quotient (SQ).
SQ adalah landasan yang diperlukan untuk memfungsikan IQ dan EQ secara
intelektual (IQ) dan kecerdasan emosional (EQ) merupakan kunci-kunci
kesuksesan yang betul-betul mengorek kemampuan-kemampuan yang dimiliki
oleh manusia hingga ke dasar-dasarnya. Namun, perlu dicatat secara jelas bahwa
kedua kecerdasan ini memiliki kelemahan yang signifikan dalam mengaktualkan
potensi dasar ortak manusia. Ukuran IQ memiliki kelemahan dalam hal pemberian
peluang bagi nuansa-nuansa emosional, seperti empati, motivasi diri,
pengendalian diri dan kerja sama sosial. Sedangkan EQ sebagaimana dengan IQ,
sama sekali menepis peranan spiritual dalam mendorong kesuksesan.
Jadi IQ memang penting kehadirannya dalam kehidupan manusia, yaitu
agar manusia bisa memanfaatkan ilmu pengetahuan yang teraplikasi dengan
terwujudnya teknologi secara efektif maupun efisien. Kemudian EQ juga
memiliki peranan begitu penting dalam membangun hubungan antar manusia
yang efektif sekaligus perannya dalam meningkatkan kinerja, namun tanpa SQ
yang mengajarkan nilai-nilai kebenaran, maka keberhasilan itu hanya
menghasilkan para diktaktor, Hitler-Hitler baru ataupun Fir’aun-Fir’aun kecil di
muka bumi ini. Jadi peranan SQ dalam kehidupan manusia adalah
membangkitkan kemampuan untuk memberi makna ibadah terhadap setiap
prilaku dan kegiatan, melalui langkah-langkah dan permikiran yang bersifat fitrah,
menuju manusia yang seutuhnya, dan memiliki pola pikir tauhidi (integeralistik),
serta berprinsip “hanya karena Allah swt”. Dalam kata lain, SQ menjadikan kita
bagaimana agar membuat semua aktivitas sebagai nilai ibadah kita kepada Allah
swt, Sang Maha Esa, sehingga kita benar-benar menjalankan apa yang telah
disebutkan dalam kalamNya yang mulia: “Dan Aku tidak menciptakan jin dan
manusia melainkan agar mereka beribadah kepada Ku” (QS: Adz dzariyat: 56).
Oleh karenanya, potensi IQ, EQ, dan SQ perlu di sinergikan kedalam satu
formula. Maka munculah formula ESQ, yaitu suatu formula yang menyatukan
unsur IQ, EQ, dan SQ dalam satu kesatuan yang terintegerasi. Jadi ESQ meninjau
aktivitas manusia dari ketiga kecerdasan. Bagaimana bekerja dengan cerdas,
mawas, dan juga ikhlas dalam rangka memenuhi kebutuhan hidup dan menggapai
keridhaanNya semata. Begitu juga dalam aktivitas yang lain termasuk di
setiap individu akan melakukan aktivitas dengan kekuatan intelektualnya, dengan
memikirkan kebermaknaan dia bagi orang lain serta menjadikan aktivitas untuk
ibadah. Dan inilah hakikat kita sebagai manusia yang sesungguhnya.
Keterangan:
SQ terletak pada dimensi spiritual
EQ terletak pada dimensi emosional
IQ terletak pada dimensi fisik
IQ EQ SQ ESQ
manusia manusia manusia manusia manusia manusia
Tuhan Tuhan
Dimensi IQ Dimensi EQ Dimensi SQ
Gambar 1. Bentuk fungsi IQ, EQ, dan SQ dalam hubungan individu manusia (Sumber: Ginanjar, 2001)
Aplikasi ESQ dalam Pembelajaran
Keberadaan IQ, EQ, dan SQ sebenarnya telah termuat dalam pendidikan di
Indonesia. Hal ini dapat dibuktikan dengan ditemukannya IQ pada pelajaran sains,
IPA, matematika dan mata pembelajaran lainnya. EQ juga dapat ditemukan pada
pendidikan moral baik melalui pendidikan Pancasila maupun pedidikan
Kewarganegaraan. Sementara SQ juga dapat ditemukan pada Pendidikan Agama.
Tetapi semuanya terpetak-terpetak dan tidak terintegerasi dalam satu kesatuan
yang saling berhubungan. Hasil yang didapat oleh siswa adalah bagaimana bisa
mengerjakan dengan baik soal-soal dari pelajaran-pelajaran tersebut. Keberhasilan
siswa dalam belajar diukur dengan nilai yang didapat pada tes ataupun ujian saja,
walaupun mereka tidak memahami kandungan yang sesungguhnya dari mata
pelajaran yang bersangkutan. Peranan guru lebih cenderung hanya memberikan
materi dan menjawab kesulitan siswa terhadap materi yang diberikan oleh guru.
Makna-makna di balik materi kurang begitu diangkat, padahal disinilah peluang
agar guru bisa menjalankan tugasnya, “mengajar sekaligus mendidik siswa”.
Sehingga hal-hal seperti ini telah menyebabkan ketidak seimbangan kecerdasaan,
baik IQ, EQ, maupun SQ pada diri siswa.
Formula ESQ merupakan hal yang perlu diperhatikan dalam pendidikan
dan pembelajaran di sekolah-sekolah, terutama sekolah-sekolah berbasis agama
Islam seperti MI, MTs, MA maupun Sekolah Islam Terpadu. Di sekolah-sekolah
seperti ini dibutuhkan pembelajaran berwawasan ESQ, yaitu pembelajaran yang
tetap memperihatikan unsur IQ, EQ, dan SQ dalam satu kesatuan yang
sains, misalnya fisika dapat mengandung unsur IQ, EQ, dan SQ sekaligus. Begitu
juga untuk mata pelajaran yang lain.
Aplikasi dari pembelajaran berwawasan ESQ salah satunya adalah dengan
pembelajaran yang dilengkapi dengan pesan-pesan ilaahiyah dalam ayat-ayat
Al-Qur’an. Untuk mata pelajaran yang berkaitan dengan alam, misalnya fisika mudah
dikemas dalam pembelajaran berwawasan ESQ. Hal ini dikarenakan antara
ayat-ayat Al-Qur‘an dengan teori-teori yang terdapat dalam ilmu fisika terdapat
keselarasan. Selain itu Al-Qur’an juga banyak membicarakan pelbagai subyek
yang jelas-jelas ilmiah.
Menurut Djazuni (2003), pembelajaran yang mengaitkan antara materi
dengan ayat-ayat Al-Qur’an, akan memberikan wawasan keagamaan yang
dihayati dalam kehidupan sehari-hari. Disebutkan juga oleh Lubis dan Widayana
(2003), bahwa pembelajaran yang mengaitkan antara materi fisika dengan
ayat-ayat Al-
Qur’an akan membuat generasi muda kita (dalam hal ini siswa sekolah) akan
memahami betapa besar keagungan Allah, yang sekaligus meningkatkan
keimanaan dan ketaqwaan.
Lebih lanjut mereka menyebutkan walaupun pembelajaran mengaitkan
materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an, namun pencapaian pokok bahasan dan sub
pokok bahasan tetap tidak berubah. Dalam hal ini pembelajaran berwawasan ESQ
akan tetap membuat siswa memahami isi materi yang disampaikan guru sesuai
dengan kurikulum yang ada. Sebagai bagian untuk meningkatkan pemahaman
pembelajaran tetap berdasarkan pada rencana dalam kurikulum yang telah
digariskan.
Dengan kata lain, pembelajaran berwawasan ESQ bertujuan untuk
meningkatkan dan menyelaraskan antara iptek maupun imtaq dalam satu mata
pelajaran apapun tanpa terkecuali. Untuk meningkatkan dan menyelaraskan iptek
dan imtaq ini, lebih rinci disebutkan dalam Proyek Peningkatan Wawasan
Keagamaan Guru Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah
Departemen Pendidikan Nasional tahun 2003, bahwa guru mata pelajaran apa pun
dituntut untuk mempunyai andil dan peranan yang besar melalui:
a. Penciptaan suasana kegiatan belajar-mengajar yang betul-betul diarahkan
untuk penanaman keimanan dan ketakwaan para siswa kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
b. Pengaitan pokok bahasan, sub pokok bahasan, masing-masing mata
pelajaran dengan nilai-nilai keimananan dan ketaqwaan.
c. Penyelarasan konsep iptek dan seni dengan nilai-nilai imtaq.
d. Penanaman kesadaran dan keyakinan kepada siswa bahwa Allah swt telah
menerapkan prisnsip-prinsip keterkaitan alam semesta yang disebut dengan
sunnatullah.
e. Pemberian kesadaran kepada para siswa bahwa mereka belajar semata-mata
melaksanakan perintah Tuhan dalam hal menuntut ilmu.
Keunggulan lain yang muncul dari pembelajaran berwawasan ESQ yaitu
akan membuat siswa sekolah berbasis Islam menjadi lebih antusias dalam
pembelajaran memberikan rangsangan (stimulus) untuk membangkitkan minat
mereka sebagai siswa sekolah yang terbiasa berinteraksi dengan ayat-ayat
Al-Qur’an. Seperti yang telah diungkapkan Anni (2004) dalam psikologi belajar,
bahwa untuk membangkitkan minat belajar, pengaitan pembelajaran dengan minat
siswa adalah sangat penting. Selanjutnya ia mengatakan proses pembelajaran dan
materi yang terkaiat dapat merangsang sekumpulan kegiatan belajar. Apabila
siswa menemukan proses pembelajaran yang merangsang, maka perhatiannya
akan meningkat.
Fisika Pokok Bahasan Tata Surya
Fisika merupakan salah satu cabang besar dari ilmu pengetahuan alam atau
yang sekarang lebih dikenal dengan ilmu sains. Jadi fisika merupakan bagian
yang tak terpisahkan dari sains. Fisika dapat dikatakan merupakan induk dari
segala ilmu yang menyongsong peradaban manusia. Fisika juga merupakan ilmu
yang memposisikan alam sebagai tinjauan objek keilmuannya, sehingga fisika
sangat membantu manusia mengenal alam, mengenal begitu dahsyatnya ciptaan
Allah swt. Menurut Dehart menyarankan kurikulum sains masa depan perlu
didasarkan pada hubungan antar manusia, gejala alam, kemajuan sains dan
teknologi serta kualitas hidup. Ia menyarankan bahwa kepada guru-guru sains
akan perlunya merenungkan secara mendalam hakekat sains, teknologi dan
masyarakat.
Menurut Supriyono (2003), ada beberapa tujuan mata pelajaran rumpun
1. Siswa memiliki pengetahuan dan mampu mendemontrasikan
pemahamannya tentang konsep/prinsip sains untuk menjelaskan berbagai
peristiwa alam baik secara kualitatif maupun kuantitatif.
2. Siswa mampu menerapkan prinsip sains untuk menghasilkan karya
teknologi dan atau sebaliknya mampu mempelajari prinsip sains yang
sudah dimanfaatkan dalam produk teknologi.
3. Siswa memiliki sikap ilmiah produktif.
4. Siswa mampu mengeksplorasi sains dan teknologi, lingkungan dan
masyarakat sebagai sumber sains. Kemampuan memikirkan
pengembangan teknologi inovatif berdasarkan eksplorasi sains dari
lingkungan dan masyarakat, disamping dari sains yang telah ada.
5. Siswa mampu mengungkapkan dengan bahasa yang sesuai untuk
mengkomunikasikan temuan dan kajian sains serta dapat memanfaatkan
alat untuk mengumpulkan data dan mengoprasikan kegiatan sains.
6. Siswa mampu mengembangkan kesadaran tentang pentingnya peran sains
dan teknologi dalam kehidupan sehari-hari serta berbagai aplikasinya di
berbagai bidang seperti, ekonomi, sosial, politik, budaya, agama, bahasa
dan hukum.
7. Siswa mampu mengembangkan kemampuan proses sains serta
memanfaatkannya dalam pemecahan masalah dan pengambilan putusan
8. Siswa memiliki keyakinan tentang keteraturan alam semesta serta
keragaman isinya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sekaligus
penanda keagunganNya.
Dalam pembelajaran yang telah ditemukan di sekolah-sekolah, telah
diupayakan agar semua tujuan yang tercantum di atas dapat terwujud. Tetapi
untuk tujuan agar siswa memiliki keyakinan tentang keteraturan alam semesta
serta keragaman isinya sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sekaligus penanda
keagunganNya, kelihatannya belum ada upaya yang nyata dalam pembelajaran
sains untuk memenuhi tujuan ini. Oleh karena itu, diperlukan pembelajaran
dengan berwawasan ESQ, yang sangat bermanfaat sekali dalam memaknai ciptaan
Tuhan Yang Esa. Apalagi pelajaran fisika terutama tentang jagad raya yang
tercantum dalam bahasan Tata Surya, sungguh sangat mendukung tujuan ini.
Materi Tata Surya mencangkup banyak hal tentang fenomena alam raya.
Hal ini membuat siswa bisa menyelami lebih dalam di balik materi secara teoritik.
Siswa akan semakin mantap dengan keyakinan iman kita dengan mempelajari
ayat-ayat Allah yang tertuang dalam alam ini. Ternyata begitu dahsyat
ciptaanNya. Ternyata begitu kecil manusia di alam jagad raya ini. Maka sudah
sepantasnya kalangan pendidikan sebagai kaum akademik yang dikarunia
kelebihan kecerdasan benar-benar memikirkan hal ini. Sesuai yang terungkap
dalam kalamNya:
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
Ilmu Fisika dalam Al-Qur’an
Ilmu fisika merupakan ilmu yang menyelidiki tentang fenomena-fenomena
alam semesta. Menurut Rahman (2000), dalam ilmu pengetahuan Islam, fisika
merupakan bagian dari prinsip filsafat alam yang banyak dibahas oleh ilmuwan
muslim kenamaan pada masa keemasan Islam. Misalnya Ibnu Sina telah
membahas ilmu filsafat alam dengan panjang lebar dalam karyanya “Fann”
(teknik ilmiah). Para ilmuwan muslim mempunyai perhatian yang besar terhadap
ilmu fisika karena Al-Qur’an menaruh perhatian yang besar terhadap ilmu
tersebut, seperti nampak dalam uraian mengenai fenomena alam semesta yang
amat dahsyat yang disebut begitu jelas dalam Al-Qur’an. Al-Qur’an juga banyak
menjelaskan mengenai unsur-unsur yang penting dalam fisika, seperti waktu,
suara, cahaya dan lain-lainnya.
Al-Qur’an mengajak manusia untuk menggunakan panca indera dan akal
dalam mengamati pengalaman, baik sifatnya material maupun spiritual. Menurut
Ghulsyani (1986), di dalam Al-Qur’an terdapat lebih dari 750 ayat yang
menunjukkan fenomena alam, dan manusia diminta untuk dapat memikirkannya
agar mengenal Sang Pencipta lewat tanda-tanda-Nya. Ayat-ayat tersebut dapat
dibagi ke dalam kategori-kategori antara lain sebagai berikut:
a. Ayat-ayat yang menggambarkan elemen-elemen pokok obyek dan
memerintahkan manusia untuk menyingkapnya, antara lain terdapat di
dalam Al-Qur’an surat 86:5, 24:45, dan 76:62.
b. Ayat-ayat yang mencakup masalah cara penciptaan obyek-obyek material
dan memerintahkan manusia untuk menyingkap asal-usulnya, antara lain
terdapat di dalam Al-Qur’an surat 11:7, 23:12-14, 21:30, 31:10, 41:11, dan
88:17-20.
c. Ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk menyikapi bagaimana alam
semesta ini terwujud, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 29:20,
d. Ayat-ayat yang memerintahkan manusia untuk mempelajari
fenomena-fenomena alam, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 39:21, 30:48,
dan 2:164.
e. Ayat-ayat yang menekankan kelangsungan dan keteraturan penciptaan
Allah, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 27:88, 67:3-4, 25:2,
39:5, dan 21:16.
f. Ayat-ayat yang menjelaskan keharmonisan keberadaan manusia dengan
alam semesta dan ketundukan apa yang ada di langit dan di bumi kepada
manusia, antara lain terdapat di dalam Al-Qur’an surat 2:29, 45:13, 67:15,
16:5, 57:25, dan 6:69.
F. Pendidikan Sekolah Berbasis Islam
Bertolak dari konsep manusia yang bersifat integral-holistik, maka
menurut Mastuhu (1999) sistem pendidikan islam diharapkan berorientasi pada
persoalan dunia dan ukrhrawi. Tujuan pendidikan adalah terwujudnya masyarakat
yang berkepribadian muslim, yang berakhlak mulia, cakap dan terampil serta
percaya pada diri sendiri serta berguna bagi masyarakat dan negara dengan
beramal menuju terwujudnya masyarakat utama adil dan makmur yang diridhoi
oleh Allah swt.
Berdasarkan Master Plan Sekolah Islam Terpadu, penyelenggaraan
program pendidikan ditekanan pada pembinaan pribadi siswa yang sholeh serta
memahami dan terbiasa dengan niali-nilai islam, yakni:
Meyakini Allah swt sebagai pencipta, pemilik, pemelihara dan penguasa
alam semesta dan menjauhkan diri dari segala fikiran, sikap dan perilaku
yang bertentangan dengan apa yang Ia perintahkan.
2. Ibadah yang Benar (Shahihul Ibadah)
Terbiasa dan gemar melaksanakan ibadah yang meliputi: sholat, shaum,
tilawah al Qur’an, dzikr dan do’a sesuai petunjuk Al Qur’an dan AsSunnah.
3. Pribadi yang matang (Matinul Khuluq)
Menampilkan perilaku yang santun, tertib dan disiplin, peduli terhadap
sesama dan lingkungan serta sabar, ulet dan pemberani dalam menghadapi
permasalahan hidup sehari-hari.
4. Mandiri (Qadirun Alal Kasbi)
Mandiri dalam memenuhi segala keperluan hidupnya dan memiliki bekal
yang cukup dalam pengetahuan, kecakapan dan keterampilan dalam usaha
memenuhi kebutuhan nafkahnya.
5. Cerdas dan Berpengetahuan (Mutsaqqaful Fikri)
Memiliki kemampuan berfikir yang kritis, logis, sistematis dan kreatif yang
menjadikan dirinya berpengetahuan luas dan menguasai bahan ajar dengan
sebaik-baiknya, dan cermat dalam mengatasi segala problem yang dihadapi.
6. Sehat dan Kuat (Qawiyul Jismi)
Memiliki badan dan jiwa yang sehat dan bugar, stamina dan daya tahan
tubuh yang kuat.
Memiliki kesungguhan dan motivasi yang tinggi dalam memperbaiki diri
dan lingkungnnya yang ditunjukkan dengan etos dan kedisiplinan kerja yang
baik.
8. Tertib dan cermat (Munazhzhom Fi Syu’unihi)
Tertib dalam menata segala pekerjaan, tugas dan kewajiban; berani dalam
mengambil resiko namun tetap cermat dan penuh perhitungan dalam
melangkah.
9. Efisien (Harisun ‘Ala waqtihi)
Selalu memanfaatkan waktu dengan pekerjaan yang bermanfaat dan mampu
mengatur jadwal kegiatan sesuai dengan skala prioritas.
10. Bermanfaat (Nafiun Lighoirihi)
Peduli kepada sesama dan memiliki kepekaan untuk membantu orang lain
yang memerlukan pertolongan.
Berbagai tinjaun di atas menunjukkan bahwa memang benar-benar
dibutuhkan program pendidikan yang khusus di sekolah-sekolah berbasis Islam
untuk menunjang terwujudnya tujuan penyelenggaraan pendidikan. Salah satu dari
program pendidikan yang dimaksud adalah segi kegiatan belajar dan mengajar.
Oleh karena itu, pembelajaran berwawasan ESQ yang mengaitkan antara materi
dengan pesan keimanan dalam ayat-ayat Al-Qur’an sangat dibutuhkan dalam
25 A. Penentuan Subyek dan Tempat Penelitian
a) Populasi
Populasi penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Islam
Hidayatullah Semarang tahun pelajaran 2005/2006, yang berjumlah empat
kelas, terdiri dari kelas X-1, X-2, X-3 dan X-4.
b) Sampel
Dalam penelitian ini yang menjadi sampel adalah salah satu kelas X
semester 1 SMA Islam Hidayatullah Semarang, yakni siswa kelas X-1.
Sampel diambil secara random (acak).
B. Faktor yang Diteliti
Faktor yang diteliti dalam penelitian ini adalah:
1. Pemahaman siswa terhadap wawasan keagamaan yaitu nilai-nilai keimanan
yang terkandung di dalam Al-Quran dari materi yang disampaikan.
2. Pemahaman siswa terhadap teori fisika pokok bahasan Tata Surya dalam
pembelajaran fisika berwawasan ESQ.
3. Respon siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran.
C. Rencana Penelitian
Penelitian dilaksanakan dengan model penelitian tindakan kelas
memecahkan masalah yang dihadapi dalam melaksanakan tugas pokoknya,
mengelola pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dalam arti luas (Purwadi,
1999). Penelitian tindakan kelas bersifat practice driven atau action driven.
Hal ini berarti bahwa penelitian tindakan kelas bertujuan untuk memperbaiki
pembelajaran secara praktis dan secara langsung. Oleh karena itu banyak
kalangan menilai penelitian tindakan kelas sebagai penelitian praktis
(practical inquiry).
Penelitian tindakan kelas hanya memusatkan perhatian pada
permasalahan yang spesifik dan konstekstual sehingga tidak terlalu
menghiraukan kerepresentatifan sampel. Dengan demikian, tujuan penelitian
tindakan kelas bukanlah menemukan pengetahuan baru yang dapat
diberlakukan secara meluas, tetapi bersifat menemukan bentuk pengajaran di
kelas yang bisa memberikan solusi kepada permasalahan yang dihadapi secara
lokal.
Adapun rangkaian langkah-langkah penelitian tindakan kelas dapat
digambarkan sebagai berikut:
Rencana tindakan Pelaksanaan
Refleksi Observasi
Belum terselesaikan Rencana tindakan II Pelaksanaan II
Terselesaikan? Refleksi Observasi
Belum Siklus Selanjutnya
Dalam penelitian tindakan kelas secara garis besar terdapat empat tahap
kegiatan, yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan (Action), Pengamatan
(Observation), Refleksi (Reflection) dalam setiap siklusnya. Bila siklus I
belum terselesaikan, maka dilakukan siklus II, begitulah seterusnya sampai
tujuan penelitian dapat terpenuhi.
D. Prosedur Penelitian
Penelitian tindakan kelas ini akan dilakukan dalam dua siklus. Siklus I
dengan memberikan materi tata surya secara menyeluruh dan siklus II untuk
menyempurnakan siklus I. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan
yang ingin dicapai seperti yang telah dirancang dalam faktor yang akan
diselidiki. Prosedur pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini terdiri dari
empat tahap dalam setiap siklusnya yaitu Perencanaan (Planning), Tindakan
(Action), Pengamatan (Observation), dan Refleksi (Reflection). Kekurangan
pada siklus pertama akan diperbaiki pada siklus ke dua. Adapun tahap-tahap
tiap siklus adalah sebagai berikut:
F. I. Siklus I
1. Perencanaan (Planning)
a. Menyusun perangkat pembelajaran, dalam hal ini adalah rencana
pembelajaran.
b. Menyusun modul pembelajaran berwawsan ESQ.
c. Membuat lembar observasi (angket) mengenai pengaruh dari
pembelajaran berwawsan ESQ yang dirasakan oleh siswa.
2. Pelaksanaan (Action)
a. Sebelum memulai pembelajaran, guru memberikan pretest untuk
mengetahui sejauh mana kondisi awal wawasan keagamaan
siswa.
b. Guru mengawali pertemuan dengan mengelompokan siswa ke
dalam beberapa kelompok kecil untuk memikirkan fakta
penciptaan alam semesta ditinajau secara ilmu Fisika maupun
ditinjau dari keberadaan manusia sebagai mahluk ciptaan Allah
swt. Setelah itu hasil pemikiran kelompok dipaparkan satu per
satu.
c. Guru membagikan modul pembelajaran berwawasan ESQ kepada
siswa.
d. Guru mulai masuk ke materi awal dengan menarik kesimpulan
dari pemaparan kelompok bahwa Allah swt telah menciptakan
alam semesta dengan amat dahsyat.
e. Guru kemudian menegaskan dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang
berkaitan dengan materi seperti tertera pada modul.
f. Guru melakukan umpan balik tentang pemahaman apakah yang
telah ditangkap oleh siswa
g. Guru membimbing siswa dalam setiap pembelajaran dengan
memberikan stimulus-stimulus yang membuat siswa berfikir
tentang materi tata suraya baik menurut fisika maupun menurut
apa yang terkandung dalam ayat-ayat Al-Qur’an .
3. Pengamatan (Observation)
Kegiatan observasi dilaksanakan untuk menilai kemampuan siswa baik afektif maupun psikomotorik. Observasi juga diambil dari hasil pekerjaan siswa yang didapat dari siklus I.
4. Refleksi (Reflection)
Hasil yang diperoleh pada tahap pengamatan kemudian dikumpulkan,
dianalisis dan dievaluasi oleh peneliti untuk mengetahui berhasil tidaknya
tindakan yang dilakukan. Observasi dari siklus I kemudian dijadikan masukan
bagi siklus II.
II. Siklus II
1. Perencanaan (Planning) Ulang
Perencanaan ulang disusun berdasarkan kesimpulan dan
perbaikan-perbaikan yang dibutuhkan dari siklus I.
2. Pelaksanaan (Action)
a. Guru mengawali materi pertemuan pembelajaran dengan mengajak
siswa untuk kembali memikirkan ciptaan Allah swt yang ada di
sekitar hidup siswa secara luas dan mendalam.
b. Guru memulai masuk ke materi setelah siswa merespon terhadap
ajakan guru untuk memikirkan penciptaan alam semesta ini.
c. Guru memberikan materi tata surya sesuai dengan kurikulum yang
ada di sekolah-sekolah umum.
d. Guru mengelompokkan siswa seperti pada Siklus I untuk mempelajari
salah satu karakteristik dari ciptaan Allah, yaitu Bumi.
e. Guru kemudian menegaskan dengan detail ayat-ayat Al-Qur’an yang
f. Guru menguji kepahaman siswa melalui pertanyaan-pertanyaan
singkat secara lisan.
g. Guru mengajak siswa untuk mengambil ibrah (hikmah) dari materi
pertemuan yang telah didapat.
h. Guru memberikan postes.
3. Pengamatan (Observation)
Kegiatan observasi pada siklus II dilakukan melalui angket, untuk mengetahui respon siswa terhadap pembelajaran fisika berwawasan ESQ. Observasi juga diambil dari hasil pekerjaan siswa pada siklus II.
4. Refleksi (Reflection)
Hasil yang diperoleh pada tahap observasi dikumpulkan, dianalisis dan dievaluasi pada tahap refleksi ini. Selain itu peneliti juga mengadakan observasi langsung pada saat kegiatan berlangsung. Hasil analisis dari tahap ini digunakan untuk mengambil kesimpulan apakah pembelajaran fisika berwawasan ESQ sudah sesui dengan tujuan yang diinginkan atau belum.
E. Metode Pengumpulan Data a. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah siswa SMA Islam
Hidayatullah Semarang kelas X semester 1 tahun ajaran 2005/2006.
b. Jenis Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data kuantitatif
dan data kualitatif, yang terdiri dari:
1)Kondisi awal wawasan keagamaan siswa.
2)Hasil belajar siswa.
c. Cara Pengambilan Data
1) Data tentang kondisi awal wawasan keagamaan siswa mengenai tata
surya, diambil melalui soal pretest tentang wawasan keagamaan.
2) Data tentang hasil belajar siswa, diambil melaui postest soal materi
fisika tata surya dan wawasan keagamaan siswa yang dilaksanakan
pada tiap siklus. Sementara data hasil penilian ranah afektif dan
psikomotorik diambil melalui lembar observasi.
3) Data tentang respon siswa terhadap pembelajaran, diambil melalui
lembar angket yang diisi oleh siswa.
F. Analisis Uji Instrumen
Pada penelitian ini menggunakan instrumen berupa tes. Tes adalah
serentetan pertanyaan atau latihan atau alat lain yang digunakan untuk
mengukur keterampilan, pengetahuan, intelegensi, kemampuan atau bakat
yang dimiliki oleh individu atau kelompok (Arikunto, 2002: 198). Setelah
perangkat tes disusun, kemudian diujicobakan pada kelas lain di luar sampel
untuk mendapatkan perangkat tes yang valid, reliabel dan memiliki taraf
kesukaran dan daya pembeda yang baik. Pada penelitian pembelajaran fisika
berwawasan ESQ ini digunakan metode deskriptif, dengan membandingkan
hasil belajar siswa sebelum tindakan dan hasil belajar siswa setelah tindakan
melalui nilai prosentase untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar
q
1. Validitas butir soal
Untuk menghitung validitas butir soal digunakan rumus:
Keterangan :
rpbis = Koefisien korelasi.
M p = Rata-rata skor total yang menjawab benar pada butir soal.
M t = Rata-rata skor total.
S t = Simapangan baku skor total.
p = Proporsi siswa yang menjawab benar setiap butir soal.
q = Proporsi siswa yang menjawab salah setiap butir soal.
Setelah diperoleh harga rpbis, selanjutnya harga ini dikonsultasikan
dengan r tabel dengan taraf signifikan 5%. Apabila harga rpbis > r tabel
maka soal dikatakan valid.
2. Reliabilitas
Untuk menghitung reliabilitas butir soal digunakan rumus:
⎟
r Reliabilitas instrumen
=
k Banyaknya butir soal
=
t
V Varians total
q = Proporsi siswa yang menjawab salah setiap butir soal.
Σpq= jumlah dari pq
3. Tingkat Kesukaran Soal
Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah dan tidak
terlalu sulit. Untuk mengetahui tingkat kesukaran suatu soal rumus yang
digunakan adalah :
B
JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas
JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA = Jumlah siswa pada kelompok atas
JSB = Jumlah siswa pada kelompok bawah
Kriteria :
IK = 0,00 – 0,30 : soal sukar
IK = 0,31 – 0,70 : soal sedang
IK = 0,71 – 1,00 : soal mudah
4. Daya Pembeda Soal
Rumus yang digunakan untuk menghitung daya pembeda soal
dari alat ukur ini adalah :
A
JBA = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok atas (Suherman,1990: 112)
JBB = Jumlah yang benar pada butir soal pada kelompok bawah
JSA = Jumlah siswa pada kelompok atas
Klasifikasi daya pembeda soal adalah :
D = 0,00 – 0,20 : jelek
D = 0,20 – 0,40 : cukup
D = 0,41 – 0,70 : baik
D = 0,71 – 1,00 : baik sekali
D = negatif: soal tidak baik dan harus dibuang
G. Metode Analisis Data
Dalam penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan cara
membandingkan keadaan wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah
diberi tindakan, baik pada siklus I maupun siklus II. Langkah-langkah dalam
analisis data adalah sebagai berikut:
1) Hasil pretest wawasan keagamaan siswa sebelum dilakukan tindakan dan
postest setelah dilakukan siklus I dan siklus II direkapitulasi.
2) Nilai rerata wawasan keagamaan siswa sebelum dilakukan tindakan dan
setelah dilakukan tindakan siklus I dan siklus II dihitung. Selanjutnya
rerata hasil penilaian postest fisika materi pokok tata surya juga dihitung.
Rerata dihitung menggunakan rumus:
N X
X = ∑ (Sudjana, 1999:109)
keterangan:
X = nilai rerata
X
∑ = jumlah nilai seluruh siswa
3) Hasil belajar (kognitif) siswa dihitung, dengan menggunakan rumus:
4) Hasil belajar afektif dan psikomotorik dihitung, dengan menggunakan
rumus:
5) Ketuntasan belajar siswa dihitung, dengan menggunakan rumus:
%
n = jumlah skor yang diperoleh
N = jumlah skor masksimal
H. Indikator Keberhasilan
Keberhasilan kelas dilihat dari sekurang-kurangnya 85% dari jumlah
peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%
(Mulyasa, 2002: 99). Begitu juga untuk mengukur pemahaman wawasan
keagamaan siswa, karena wawasan sifatnya pengetahuan. Jadi keberhasilan
kelas terhadap pemahaman wawasan keagamaan siswa dilihat dari
sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau
36 A. HASIL PENELITIAN
1. Hasil Siklus I
Dalam pembelajaran fisika berwawasan ESQ materi pokok tata surya, sebelum pembelajaran dimulai siswa diberi soal pretest tentang wawasan
keagamaan mengenai tata surya untuk mengetahui kondisi awal wawasan
keagamaan siswa. Adapun hasil pretest wawasan keagamaan siswa
menunjukkan bahwa rata-rata kondisi awal wawasan keagamaan siwa kelas
X-1 SMA Islam Hidayatullah Semarang adalah 40, ketuntasan belajar klasikal
hanya 4%, sementara nilai terendahnya adalah 13 dan nilai tertingginya adalah
67.
Setelah siklus I diberikan, nilai rata-rata wawasan keagamaan siswa
menjadi 68, ketuntasan belajar klasikal 60%, sementara nilai terendahnya
adalah 40 dan nilai tertingginya adalah 93. Perbandingan nilai wawasan
keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I ditunjukkan oleh tabel 1
berikut:
Tabel.1. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I
No. Wawasan keagamaan siswa Kondisi awal Setelah siklus I
1.
Presentase ketuntasan klasikal
Sementara hasil peningkatan wawasan keagamaan siswa sebelum dan
sesudah siklus I ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
Gambar 4. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus I
Pada Siklus I sebagai bagian utama pembelajaran, siswa diberikan
postestt materi fisika tata surya seiring dengan postest wawasan keagamaan.
Dari hasil postest siklus I menunjukkan bahwa nilai rata-rata tata surya siswa
adalah 70, dengan ketuntasan belajar klasikal 80%, sementara nilai terendahnya
adalah 52 dan nilai tertingginya dalah 84.
2. Hasil Siklus II
Hasil siklus II menunjukkan nilai rata-rata wawasan keagamaan siswa
menjadi 92, ketuntasan klasikal mencapai 100%, sementara nilai terendahnya
adalah 73 dan nilai tertingginya adalah 100. Perbandingan nilai wawasan
keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus II ditunjukkan oleh tabel.2.
berikut:
Tabel.2. Nilai Wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah
No. Wawasan keagamaan siswa awal siklus I siklus II
1.
Presentase ketuntasan klasikal
13
Hasil peningkatan wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah
siklus I ditunjukkan oleh gambar berikut ini:
Gambar 5. Grafik wawasan keagamaan siswa sebelum dan sesudah siklus II
Pada Siklus II sebagai bagian utama pembelajaran, siswa juga
diberikan postest materi fisika tata surya seiring dengan postest wawasan
keagamaan. Hasil postest siklus II menunjukkan bahwa nilai rata-rata tes tata
surya siswa adalah menjadi 80, dengan ketuntasan belajar klasikal 88%,
sementara nilai terendahnya adalah 56 dan nilai tertingginya dalah 96.
Perbandingan nilai tes tata surya siswa dari siklus I dan siklus II
ditunjukkan oleh tabel 3 berikut:
13
nilai terendah nilai tertinggi rata-rata ketuntasan
Tabel.3. Nilai postest tata surya siklus I dan siklus II
Presentase ketuntasan klasikal
52
Ternyata seiring dengan meningkatnya wawasan keagamaan siswa
dari siklusI ke siklus II juga diikuti peningkatan nilai postest materi fisika tata
surya siswa dari siklus I ke siklus II. Adapun peningkatannya dapat dilihat pada
gambar berikut:
Gambar 6. Grafik nilai tes tata surya siswa siklus I dan siklus II 3. Hasil Penilaian Psikomotorik dan Afektif Siswa
Sebagai implementasi Kurikulum Berbasis Kompetensi tahun
2004, dalam penelitian ini juga dilakukan penilaian keterampilan psikomotorik
dan afektif siswa, yang diberikan pada saat observasi siklus I. Adapun
rangkuman hasil dari penilaian tersebut adalah sebagai berikut:
52
nilai terendah nilai tertinggi rata-rata ketuntasan
klasikal
kategori
sk
al
a pos tes siklus I
Tabel.5. Penilaian keterampilan afektif siswa Tabel.4. Penilaian keterampilan psikomotorik siswa a. Hasil Penilaian Keterampilan Psikomotorik siswa
No. Kategori penilaian Jumlah siswa Presentase
1.
b. Hasil Penilaian Keterampilan Afektif Siswa
No. Kategori penilaian Jumlah siswa Presentase
1.
4. Hasil Angket Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ
Untuk melengkapi data penelitian ini, siswa diberikan angket
mengenai respon siswa terhadap pembelajaran fisika berwawasan ESQ. Angket
yang diisi oleh sisiwa berbentuk “ya” dan “tidak”. Jika angket berbentuk “ya”
dan “tidak”, peneliti tinggal menjumlahkan berapa jumlah siswa yang
menjawab “ya” dan “tidak” (Arikunto, 2002: 213). Adapun variabel yang
terdapat di dalamnya adalah respon siswa terhadap penerimaan IQ, respon
siswa terhadap penerimaan EQ, respon siswa terhadap penerimaan SQ, serta
respon siswa terhadap proses pembelajaran. Untuk mengetahui respon siswa
Tabel.6. Hasil angket tentang Pembelajaran Fisika Berwawasan ESQ
menjawab “ya” pada setiap pertanyaan mengenai respon tesebut. Hasil
rangkuman angket tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini:
No. Indikator Presentase penerimaan
1.
2.
3.
4.
Respon IQ
Respon EQ
Respon SQ
Respon terhadap pembelajaran
86%
96%
95%
73%
G. B. PEMBAHASAN
Setelah pretest diberikan, kondisi awal menunjukan wawasan
keagamaan siswa masih rendah. Rata-rata kondisi awal nilai wawasan
keagamaan siswa adalah 40 , sedangkan ketuntasan klasikal terhadap soal
pretest wawasan keagamaan hanya 4% (hanya ada satu siswa yang nilainya di
atas 65). Hal ini disebabkan oleh bagaimana pun siswa masih asing terhadap
keterkaitan antara ayat-ayat Al-Qur’an dengan mata pelajaran fisika materi tata
surya, walaupun sebenarnya ayat-ayat Al-Qur’an merupakan hal yang dekat
dengan mereka sebagai siswa sekolah yang berbasis agama Islam. Setelah
diberikan modul pembelajaran fisika berwawasan ESQ yang memuat
keterkaitan antara materi dengan ayat-ayat Al-Qur’an sebagai sumber minat
mereka, siswa menjadi semakin bersemangat untuk mengikuti pembelajaran
berwawasan ESQ ini. Mereka menjadi antusisas, serta rasa keingin tahuan
mereka terhadap ayat-ayat Al-Qur’an yang terkait dengan tata surya menjadi
lebih dalam. Hal ini seperti yang diungkapkan Anni (2004) dalam psikologi
dengan minat siswa adalah sangat penting. Selanjutnya ia mengatakan pula
bahwa proses pembelajaran dan materi yang terkaiat dapat merangsang
sekumpulan kegiatan belajar. Apabila siswa menemukan proses pembelajaran
yang merangsang, maka perhatiannya akan meningkat. Sebagai hasilnya nilai
rata-rata wawasan keagamaan siswa menjadi 68, dengan ketuntasan kalsikal
60%.
Setelah siklus I selesai dan dievaluasi, sebagai masukan untuk
siklus II siswa menginginkan agar ayat-ayat yang terkait dengan suatu
permasalahan tertentu terhadap materi tata surya agar diperjelas. Sehingga
pembelajaran pada siklus II dilakukan dengan lebih rinci dan detail terhadap
keterkaitan materi tata surya dengan ayat-ayat Al-Qur’an yang sinergi.
Hasilnya, pada postest wawasan keagamaan pada siklus II ini, nilai rata-rata
wawasan keagamaan siwa mencapai 92 dan ketuntasan klasikal mencapai
100% atau dalam kata lain semua siswa tuntas mengerjakan soal wawasan
keagamaan yang berkaitan dengan materi tata surya.
Berdasarkan data penelitian di atas, diperoleh peningkatan nilai
wawasan keagamaan siswa yang terkait dengan materi tata surya dari pretest,
postest siklus I, dan postest siklus II. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
pembelajaran fisika berwawasan ESQ yang mengaitkan antara materi fisika
dengan ayat-ayat Al-Qur’an, telah mencapai tujuan yang diinginkan dalam
penelitian ini yaitu meningkatkan wawasan keagamaan siswa. Seperti apa yang