Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber
Rejeki Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan
SKRIPSI
Diajukan guna memenuhi salah satu syarat Untuk memperoleh gelar Sarjana Sosal
Universitas Sumatera Utara
DISUSUN OLEH
YUNI RISCA MAWARNI
110902075
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Yuni Risca Mawarni
NIM : 110902075
Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam
Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki
Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 7 tabel, 2 bagan, dan 5 lampiran)
Angka kemiskinan saat ini mengalami pengurangan walaupun tidak signifikan melalui berbagai program yang dirancang sedemikian rupa. Program tersebut bukan hanya dapat diberikan atau digerakkan oleh pemerintah, tetapi juga oleh masyarakat itu sendiri melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Salah satu cara yang tepat untuk mengurangi angka kemiskinan adalah bukan melalui pemberian bantuan semata untuk memenuhi kebutuhan, melainkan melalui pengembangan kapasitas masyarakat. Gagasan alternatif program pengembangan masyarakat yang sesuai di Indonesia adalah Credit Union yang telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1958.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, mengenai peranan yayasan pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) dalam meningkatkan kemandirian masyarakat melalui Credit Union Sumber Rejeki berlokasi di Pinang Baris kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi kepada 5 informan, yang terdiri dari 4 informan anggota CU Sumber dan 1 informan merupakan staf pendamping CU.
Hasil analisis data yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa peranan PKPA dalam meningkatkan kemandirian masyarakat melalui CU Sumber Rejeki Pinang Baris sangat banyak dan berjalan dengan baik, diantaranya melalui pendampingan ekonomi, penyedia simpan-pinjam yang mudah maupun kegiatan pelatihan yang telah direncanakan. Hal ini terlihat dari jawaban para informan yang diajukan oleh penulis.
UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Yuni Risca Mawarni
Student ID Number : 110902075
The role of the Foundation's Center for Study and Child’s Protection (PKPA) in
enhancing Self-reliance Community Through Credit Union Sumber Rejeki Pinang
Baris Subdistrict Medan Sunggal in Medan city
ABSTRACT
(This thesis consists of six chapters, 101 pages, 7 Tables and Appendix 5)
The poverty rate currently experienced a decrease although not significant through a variety of programs designed in such a way. The program not only can be given or actuated by the government, but also by the community itself through non-governmental organizations (NGO) .One of the proper way to reduce the poverty rate is not through the provision of assistance only to meet the needs, but through the community capacity development .The notion of alternative development program in accordance with community in Indonesia is credit union which have been introduced in Indonesia since the year 1958 .
This research using a descriptive qualitative studies, The role of the Foundation's Center for Study and Child’s Protection (PKPA) in enhancing Self-reliance Community Through Credit Union located in Pinang Baris Subdistrict Medan Sunggal. Data on the research done by committing to interviews and observation; 5 informant consisting of four informant of CU Sumber Rejeki’s Member and 1 informant was PKPA’s staf.
Based on the results of the data analysis, the authors concluded that PKPA role in promoting community self-reliance through CU Rejeki Pinang Baris very much up and running well, particularly through economic assistance, savings and loans providers an easy and training activities that have been planned. This is evident from the answers of the informants posed by the author.
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, karena penulis
dapat sampai ke titik ini, dapat menyelesaikan kewajiban sebagai mahasiswa
tingkat akhir. Ini semua bukan karena kuat dan gagah penulis, tapi ini semua
karena rahmat dan ridho-Nya selama ini yang selalu diberikan-Nya sehingga
penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan baik.
Skripsi ini merupakan karya ilmiah yang disusun sebagai salah satu syarat
guna memperoleh gelar Sarjana Sosial di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul “Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan”.
Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada
semua pihak yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini. Secara khusus penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:
1. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Hairani Siregar, S.Sos, M.SP selaku Ketua Departemen Ilmu Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas
Sumatera Utara.
3. Bapak Husni Thamrin S.Sos, M.SP selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan ilmu kepada penulis sehingga
4. Seluruh Staff bagian Kemahasiswaan, administrasi Departemen Ilmu
Kesejahteraan Sosial dan bagian pendidikan, yang membantu segala
proses yang dibutuhkan oleh penulis, yaitu Bu Zuraida, dan Kak Debby. 5. Pimpinan dan seluruh staff Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
(PKPA) yang telah berkenan menerima penulis melakukan Praktik Kerja
Lapangan dan Penelitian Skripsi. Khususnya untuk Camelia Nasution S.Sos, koordinator divisi Sanggar Kreativitas Anak (SKA), Theresha Meilani S.Sos, staff pendamping ekonomi keluarga PKPA. Terima kasih ya kak, sudah mau direpotkan oleh saya dan mengarahkan saya dalam
melakukan praktikum maupun penelitian lapangan.
6. Teristimewa untuk Kedua Orang Tua saya, Bapak Insan Sihite dan Mama Bernika Sitinjak, S.Pd, yang selama ini selalu mendukung, memberikan cinta kasih sayang, doa dan support serta motivasi yang luar
biasa sejak penulis kecil sampai sekarang hingga mampu menyelesaikan
skripsi ini. Terimakasih untuk semua yang sudah bapak dan mama lakukan
untuk penulis. Penulis hanya bisa berdoa agar bapak dan mama selalu
diberikan rezeki, kesehatan, dan kebahagiaan dari Allah SWT. Tak lupa
juga untuk kakak Yullia Sannika Poppy Sihite, A.Md.MTrU, S.E, abang Rachmad Apriyanto Sihite dan Eda Yannti Berutu, juga adik tersayang Juliarty Feredika (calon fisioterapis gratis-ku) yang sering memarahi penulis agar cepat menyelesaikan penulisan skripsi ini.
7. Bapak Uda Barita Sihite, S.Sos dan Inanguda Dra. S. br.Ginting yang menjadi orangtua kedua bagi penulis selama penulis menempuh
Inanguda R. br.Tumanggor yang hampir selalu mendoakan serta membantu secara finansial, yang sangat berarti bagi kehidupan penulis di
perantauan.
8. Untuk Pria terkasih, Wandro Sitanggang, terima kasih atas waktu yang terus diluangkan untuk penulis, serta terus mendukung penulis walaupun
kamu juga sedang menyelesaikan skripsimu. Ich liebe dich.
9. Untuk sahabat terbaik, Sepipi Picyin Rachel, Ka Nessoy my Gem’s Partner, Madeb Debora, kaka Bebeh Arina, Selena Pudan Hera, Ka Iwi Iron Lady, Tika Bocil, Iban Guster, Om Andri, Soncit Sonia Damanik dan Para Penyamun Daniel, Dimas, Tonop, Jole, dan Hongi. Makasih untuk suka-duka, tawa-canda, dalam setiap momen yang kita
lewati bersama.
10.Seluruh kawan seperjuangan kessos 11 yang tidak dapat penulis sebutkan
satu persatu. Makasih ya semua, buat dukungan dan seluruh kenangan
bersama kita saat jadi peserta inisiasi, panitia bayangan, panitia inti, dan
SC paling bersejarah..
12.Untuk sahabatku yang jauh disana Fanny Arista Gunawan, Julia Rani, Rahmah Nadhifa, dan Chairunnisa Rizki Amalia. Walaupun kita berjauhan, tapi Crazy Together tetap dihati.
13.Untuk kawan-kawan penghuni Harmonika Indah Kost, Pitrook Manullang, Natalie, Inggrid, Frischa, dan Vero yang sudah penulis anggap seperti adik sendiri. Makasih ya wee, udah dengerin curhatanku.
Dengan segala kerendahan hati penulis menyadari bahwa masih banyak
terdapat kekurangan dalam skripsi ini. Sangat diharapkan saran dan kritik guna
menyempurnakan penulisan karya ilmiah ini. Semoga bermanfaat.
Medan, 7 Juli 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR BAGAN ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1Latar Belakang ... 1
1.2Perumusan Masalah ... 8
1.3Tujuan dan Manfaat Penelitain ... 8
1.3.1 Tujuan Penelitian ... 8
1.3.2 Manfaat Penelitian ... 8
1.4Sistematika Penulisan ... 9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 11
2.1 Pengertian Peranan ... 11
2.2 Kemandirian ... 12
2.2.1 Mandiri dalam Upaya Pemberdayaan ... 13
2.2.2 Mandiri dalam Upaya Kesejahteraan Sosial ... 14
2.3 Community Organization and Community Development ... 15
2.3.2 Community Development ... 22
2.4 Credit Union ... 30
2.4.1 Sejarah Credit Union ... 30
2.4.2 Pengertian Credit Union ... 32
2.4.3 Tujuan Credit Union ... 33
2.4.4 Struktur Organisasi Credit Union ... 33
2.5 Pendidikan ... 34
2.5.1 Pendidkan dan Masyarakat ... 34
2.5.2 Pendidikan dan Stratifikasi Sosial ... 37
2.5.3 Pendidikan dan Mobilitas Sosial ... 39
2.6 Urbanisasi ... 45
2.7 Kerangka Pemikiran ... 47
2.8 Definisi Konsep ... 50
BAB III METODE PENELITIAN ... 51
3.1 Tipe Penelitian ... 51
3.2 Lokasi Penelitian ... 51
3.3 Informan Penelitian ... 52
3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 52
3.5 Teknik Analisis Data ... 53
BAB IV DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN ... 54
4.1 Lingkungan VI Pinang Baris kecamatan Medan Sunggal ... 54
4.1.1 Letak Geografis ... 54
4.1.2 Penduduk ... 54
4.2.1 Sejarah Singkat Berdirinya Yayasan
Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) ... 59
4.2.2 Visi dan Misi Yayasan PKPA ... 61
4.2.3 Divisi Kerja Yayasan PKPA ... 61
4.2.4 Program Kerja Yayasan PKPA ... 62
4.2.5 Struktur Yayasan PKPA ... 63
4.3 Credit Union Sumber Rejeki ... 65
4.3.1 Sejarah Singkat Berdirinya CU Sumber Rejeki ... 65
4.3.2 Kegiatan CU Sumber Rejeki ... 67
4.3.3 Struktur Organisasi CU Sumber Rejeki ... 67
BAB V ANALISIS DATA ... 69
5.1 Gambaran Informan ... 69
5.2 Hasil Wawancara ... 70
5.3 Pembahasan ... 89
BAB VI PENUTUP ... 95
6.1 Kesimpulan ... 95
6.2 Saran ... 97
DAFTAR BAGAN
Bagan 2.1 Bagan Alur Pemikiran ... 49
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin ... 55
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pekerjaan ... 55
Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 56
Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Berdasarkaan Agama yang dipercaya ... 57
Tabel 4.5 Jumlah Penduduk Berdasarkan Suku Bangsa ... 58
Tabel 4.6 Jumlah Fasilitas Umum Lingkungan VI Pinang Baris kecamatan Medan Sunggal ... 59
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
1. Pedoman wawancara
2. Surat Keputusan Penunjukkan Dosen Pembimbing
3. Surat Izin Penelitian
4. Surat Balasan Izin Penelitian
5. Berita Acara Seminar Proposal
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
FAKULTAS ILMU SOSIAL ILMU POLITIK
DEPARTEMEN ILMU KESEJAHTERAAN SOSIAL
Nama : Yuni Risca Mawarni
NIM : 110902075
Peranan Yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) Dalam
Meningkatkan Kemandirian Masyarakat Melalui Credit Union Sumber Rejeki
Pinang Baris Kecamatan Medan Sunggal Kota Medan
ABSTRAK
(Skripsi ini terdiri dari 6 bab, 101 halaman, 7 tabel, 2 bagan, dan 5 lampiran)
Angka kemiskinan saat ini mengalami pengurangan walaupun tidak signifikan melalui berbagai program yang dirancang sedemikian rupa. Program tersebut bukan hanya dapat diberikan atau digerakkan oleh pemerintah, tetapi juga oleh masyarakat itu sendiri melalui Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Salah satu cara yang tepat untuk mengurangi angka kemiskinan adalah bukan melalui pemberian bantuan semata untuk memenuhi kebutuhan, melainkan melalui pengembangan kapasitas masyarakat. Gagasan alternatif program pengembangan masyarakat yang sesuai di Indonesia adalah Credit Union yang telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 1958.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, mengenai peranan yayasan pusat kajian dan perlindungan anak (PKPA) dalam meningkatkan kemandirian masyarakat melalui Credit Union Sumber Rejeki berlokasi di Pinang Baris kecamatan Medan Sunggal. Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan melakukan wawancara dan observasi kepada 5 informan, yang terdiri dari 4 informan anggota CU Sumber dan 1 informan merupakan staf pendamping CU.
Hasil analisis data yang dilakukan, penulis menyimpulkan bahwa peranan PKPA dalam meningkatkan kemandirian masyarakat melalui CU Sumber Rejeki Pinang Baris sangat banyak dan berjalan dengan baik, diantaranya melalui pendampingan ekonomi, penyedia simpan-pinjam yang mudah maupun kegiatan pelatihan yang telah direncanakan. Hal ini terlihat dari jawaban para informan yang diajukan oleh penulis.
UNIVERSITY OF NORTHERN SUMATRA
FACULTY OF SOCIAL SCIENCE AND POLITICAL SCIENCE
DEPARTMENT OF SOCIAL WELFARE
Name : Yuni Risca Mawarni
Student ID Number : 110902075
The role of the Foundation's Center for Study and Child’s Protection (PKPA) in
enhancing Self-reliance Community Through Credit Union Sumber Rejeki Pinang
Baris Subdistrict Medan Sunggal in Medan city
ABSTRACT
(This thesis consists of six chapters, 101 pages, 7 Tables and Appendix 5)
The poverty rate currently experienced a decrease although not significant through a variety of programs designed in such a way. The program not only can be given or actuated by the government, but also by the community itself through non-governmental organizations (NGO) .One of the proper way to reduce the poverty rate is not through the provision of assistance only to meet the needs, but through the community capacity development .The notion of alternative development program in accordance with community in Indonesia is credit union which have been introduced in Indonesia since the year 1958 .
This research using a descriptive qualitative studies, The role of the Foundation's Center for Study and Child’s Protection (PKPA) in enhancing Self-reliance Community Through Credit Union located in Pinang Baris Subdistrict Medan Sunggal. Data on the research done by committing to interviews and observation; 5 informant consisting of four informant of CU Sumber Rejeki’s Member and 1 informant was PKPA’s staf.
Based on the results of the data analysis, the authors concluded that PKPA role in promoting community self-reliance through CU Rejeki Pinang Baris very much up and running well, particularly through economic assistance, savings and loans providers an easy and training activities that have been planned. This is evident from the answers of the informants posed by the author.
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Credit Union (CU) Sumber Rejeki Pinang Baris adalah sebuah CU yang
didirikan oleh Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) dalam rangka untuk
meningkatkan kesejahteraan ekonomi keluarga dampingan PKPA. CU Sumber
Rejeki Pinang Baris hanya salah satu dari beberapa CU yang didirikan oleh PKPA
baik di kota Medan maupun di luar kota Medan, tetapi bukan CU pertama yang
didirikan oleh PKPA. Pendirian CU oleh PKPA pertama kali dilakukan di daerah
dampingan PKPA yang lain yaitu Lhokseumawe, Aceh, tetapi CU Sumber Rejeki
Pinang Baris merupakan CU pertama di kota Medan yang didirikan pada tahun
2013.
Pengelolaan CU Sumber Rejeki oleh PKPA diserahkan kepada divisi
Sanggar Kreativitas Anak atau biasa disebut dengan SKA bagian pendampingan
ekonomi keluarga. Dibawah pengelolaan divisi SKA, CU Sumber Rejeki telah
merekrut 20 orang wanita sebagai anggota CU dan juga mendirikan 2 CU lainnya
di kota Medan yaitu di Ayahanda dan juga di Klambir Lima. Kedua CU tersebut
masing-masing beranggotakan 14 wanita di Ayahanda dan juga 18 wanita & 1
pria di Klambir Lima, dengan total keseluruhan anggota CU dibawah naungan
PKPA Medan berjumlah 49 anggota.
Berbagai kegiatan dilakukan untuk mewujudkan tujuan pendirian CU
Sumber Rejeki seperti diantaranya yaitu perkumpulan yang dilakukan rutin setiap
pengelolaan sampah plastik yang dilakukan untuk mengurangi limbah plastik
serta menambah daya kreatifitas anggota agar dapat menambah pendapatan,
pelatihan pembibitan menggunakan media sampah diapers bayi yang ditujukan
untuk mengurangi limbah diapers, pelatihan pembuatan kue kering yang
dilakukan untuk meningkatkan pendapatan para anggota CU, penyuluhan hukum
dari DEPKUMHAM dan berbagai kegiatan pendidikan maupun training lainnya
yang masih disupport oleh yayasan PKPA (PKPA, 2015).
Pendirian CU Sumber Rejeki oleh PKPA merupakan sebuah gebrakan
untuk meningkatkan kesejahteraan anak melalui peningkatan ekonomi keluarga
anak dampingan PKPA. PKPA berharap melalui CU Sumber Rejeki para anggota
yang merupakan orang tua para anak dampingan dapat melakukan pengelolaan
keuangan dengan baik, juga dapat meningkatkan kesejahteraan ekonomi dengan
berbagai program yang telah dirancang divisi SKA PKPA. Hal ini agak
menyimpang dari pola kerja PKPA, yang telah diketahui secara umum bahwa
PKPA adalah sebuah yayasan non-pemerintahan yang bergerak untuk melindungi
kehidupan dan hak anak yang semakin terenggut oleh keegoisan masyarakat.
Dalam penanganan masalah anak, PKPA sudah memiliki pengalaman
yang dapat dikatakan berkompeten. Karena PKPA sudah berdiri selama 19 tahun
dalam melindungi hak anak, dan PKPA juga sudah melakukan berbagai kerja
sama dengan beberapa instansi pemerintahan sehingga PKPA sudah diakui oleh
pemerintahan kota Medan dalam menangani permasalahan anak. Beberapa divisi
dibentuk untuk lebih memfokuskan PKPA menyelesaikan permasalahan anak
yang ada, seperti divisi SKA yang melakukan pendampingan ekonomi melalui
kota (komunitas urban), anak-anak yang tinggal di daerah terisolir (remote area),
anak jalanan dan anak berkebutuhan khusus yang memiliki tingkat pendidikan
rendah bahkan kesulitan mendapatkan akses pendidikan. Oleh sebab itu program
yang dilakukan oleh SKA adalah membuka kelas pendidikan untuk anak usia dini
(anak usia 2-5 tahun), bantuan beasiswa untuk akses pendidikan dasar bagi anak
usia 6-18 tahun, vocational training dan kewirausahaan bagi remaja putus sekolah
usia 13-18 tahun. Terdapat juga divisi Pusat Layanan Informasi dan Pengaduan
Anak (PUSPA) yang merupakan divisi pelayanan untuk memberikan
perlindungan dari penanganan masalah anak, diantaranya korban kekerasan
seksual seperti pelacuran paksa dikalangan anak-anak, traffiking untuk tujuan
seksual, kekerasan fisik/seksual anak di dalam rumah tangga, incest (perkosaan
dalam keluarga), anak yang berkonflik dengan hukum dan bentuk kekerasan
lainnya; Pusat Informasi KESPRO dan Gender atau biasa disingkat menjadi
PIKIR yang memiliki konsern pembahasan mengenai isu kesehatan reproduksi,
narkoba, HIV-AIDS dan Gender pada orang muda; dan PKPA Emergency Aid
yang memiliki misi kemanusiaan untuk respon emergensi dan kesiapsiagaan
bencana yang difokuskan kepada anak-anak dan remaja sejak tahun 2003 di
berbagai daerah di Indonesia dengan melakukan aksi tanggap darurat.
Dengan mendirikan CU Sumber Rejeki, PKPA telah menambah jumlah
CU yang ada di Sumatera Utara dibawah pengawasan Puskopdit BK3D Sumatera
Utara yang pada tahun 2010 berjumlah 61 CU dengan total asset sebesar Rp 1
Triliun per November 2010, dan jumlah keanggotaan lebih dari 250.000 anggota
(PM Sitanggang, 2011). Seluruh anggota CU dibawah pengawasan Puskopdit
sebuah wadah yang bernama Credit Union Counseling Office (CUCO). CUCO ini
memiliki fungsi memberikan konsultasi, menyediakan bahan dan program
pelatihan, menyelenggarakan kursus-kursus, menyebarkan informasi dan merintis
Badan Koordinasi Koperasi Kredit (BK3). Fungsi CUCO inilah yang menjadi
cikal bakal pengembangan Credit Union di Indonesia, yang pertama kali dibawa
ke Indonesia oleh Carolus Albrecht, seorang pastor Katolik pada tahun 1958.
Sedangkan ide awal mengenai CU itu sendiri dikembangkan di Jerman oleh
seseorang yang bernama Raiffesien pada tahun 1864, sebagai upaya
menanggulangi kemiskinan yang disebabkan oleh revolusi industri dan
kapitalisme yang terjadi di Jerman (Kompasiana, 2013).
CU dianggap sebagai sebuah gagasan alternatif yang diharapkan dapat
menjadi wadah bersama dalam mengatasi permasalahan kesenjangan sosial
kehidupan masyarakat, khususnya masyarakat yang tingkat pendidikannya rendah.
Pendidikan saat ini dituntut menjadi fondasi kemajuan dan peradaban bangsa yang
dituntut untuk memanusiakan manusia, oleh sebab itu pendidikan dianggap
sebagai salah satu kunci dari penyelesaian masalah kemiskinan. Masyarakat yang
memiliki ekonomi serta tingkat pendidikan yang rendah, berbondong-bondong
melakukan urbanisasi ke kota yang dianggap lebih layak dalam menjalani
penghidupan. Padahal kenyataan yang didapat, masyarakat yang hanya
bermodalkan harapan dan mimpi yang ingin mengubah nasib, harus bersaing
secara ketat di kota. Tanpa keahlian dan juga pendidikan yang tinggi, masyarakat
urban banyak yang beralih ke sektor pekerjaan informal seperti supir angkot,
pedagang asongan, maupun penarik becak. Dan masyarakat yang melakukan
akan dapat bertahan didaerah marginal (pinggiran) kota dengan keadaan yang
tidak jauh berbeda dengan keadaan mereka dahulu dari daerah asal dan bahkan
masuk kedalam kategori miskin (Adul Aziez, 2012).
Kualitas pendidikan yang rendah juga ikut mempengaruhi tingkat
kemiskinan yang terjadi khususnya di pedesaan Indonesia. Karena tanpa
dipungkiri, pendidikan formal yang tinggi dan dikatakan layak hanya akan
didapati di daerah perkotaan. Kesenjangan ini disebabkan oleh keterbatasan dana
yang dimiliki oleh pemerintahan pusat, keadaan geografis Indonesia yang tentu
saja berbeda karena luas negara Indonesia yang berpulau-pulau sementara sarana
komunikasi dan transportasi belum memadai untuk menjangkau seluruh wilayah
Indonesia. Sedangkan di kota, telah diketahui bahwa pendidikan sudah dapat
dikatakan sebagai suatu prestise dalam kehidupan berinteraksi. Melalui
pendidikan masyarakat berharap akan kemajuan atau perubahan dalam kehidupan
pencapaian strata yang lebih tinggi (Rojul Almunr, 2013).
Dalam rangka mengurangi angka kemiskinan dengan meningkatkan
kualitas pendidikan, pemerintah merancang sebuah program yang bernama Wajib
Belajar 9 Tahun dengan menggratiskan biaya pendidikan dasar (SD dan SMP).
Program tersebut berlandaskan UU No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional yang mengamanatkan bahwa setiap warga Negara yang berusia 7-15
tahun wajib mengikuti pendidikan dasar tanpa dipungut biaya melalui program
Bantuan Operasional Sekolah (BOS). Secara umum program BOS bertujuan
untuk meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan pendidikan dalam
rangka wajib belajar 9 tahun yang bermutu. Keberhasilan program BOS dapat
tahun 2005 APK SD telah mencapai 115%, sedangkan SMP pada tahun 2009
telah mencapai 98,11%, sehingga program wajib belajar 9 tahun telah tuntas 7
tahun lebih awal dari target deklarasi Education For All di Dakar (Kemendikbud,
2012). Dalam penyelesaian masalah kemiskinan, pemerintah juga merancang
sebuah program yang disebut Operasi Pasar Khusus yang kemudian diubah
menjadi RASKIN dengan fokus sasaran rumah tangga miskin. Penyaluran
RASKIN (Beras untuk Masyarakat Miskin) dimulai dengan tujuan memperkuat
pertahanan pangan rumah tangga khususnya rumah tangga miskin yang fungsinya
diperluas menjadi bagian dari program perlindungan sosial masyarakat. Selama
2005-2009 RASKIN tidak hanya menjaga kekuatan pangan rumah tangga miskin,
tetapi juga menjaga stabilitas harga.
Melalui beberapa program penuntasan angka kemiskinan di Indonesia,
data menunjukkan bahwa pada tahun 2010 terdapat 31.023.400 jiwa masyarakat
miskin kota maupun desa, sedangkan pada Maret 2009 terdapat 32.530.000 jiwa
masyarakat miskin kota. Berarti terdapat pengurangan angka kemiskinan sebesar
1.506.600 jiwa atau sebesar 4,63%. Lalu selanjutnya pada periode 2011 jumlah
penduduk miskin kota dan desa sebesar 30.018.930 jiwa, dan pada periode
maret-september 2012 terdapat 57.727.000 jiwa penduduk tercatat dalam keadaan
miskin kota-desa. Periode maret-september 2013, terdapat sebanyak 35.660.490
jiwa masyarakat miskin desa di Indonesia dan miskin kota sebanyak 20.960.000
jiwa dengan total sebanyak 56.620.490 jiwa berkurang dari tahun 2012 sebesar
1,95%. Dan pada periode maret-september 2014, tercatat sebanyak 56.007.790
sebanyak 35.143.900 jiwa dan masyarakat miskin kota sebanyak 20.863.890
dengan jumlah pengurangan sekitar 1,09% (BPS, 2014).
Dengan kemiskinan yang masih menyelimuti Indonesia, pencapaian untuk
menjadi negara kesejahteraan masih jauh dari harapan. Padahal kesejahteraan
bangsa bukan hanya impian dari para proklamator Indonesia, Ir. Soekarno dan
Mohammad Hatta saja. Hal tersebut sudah tercantum secara tersirat dalam
pembukaan Undang-undang dasar 1945 alinea IV yang menjelaskan bahwa
bangsa Indonesia harus memajukan kesejahteraan umum. Sebagai negara yang
merdeka sejak tanggal 17 Agustus tahun 1945 dan yang memiliki kedaulatan yang
utuh atas kepemerintahan negara, Indonesia sudah seharusnya dapat menjadi
negara yang memenuhi, melindungi, menghormati semua hak dan kewajiban dari
warga negara agar tercapai kesejahteraan baik secara ekonomi maupun sosial.
Oleh sebab itu masyarakat harus menciptakan inovasi dan kreatifitas untuk
membangun imajinasi optimisme masyarakat agar pencapaian yang didapatkan
maksimal. Selain itu negara juga harus mencari dan mengembangkan potensi
masyarakat yang selama ini terkubur, agar dapat diberdayakan dalam membangun
negara Indonesia yang lebih sejahtera.
Berdasarkan uraian sebelumnya peneliti mencoba melakukan suatu
penelitian dengan melihat dan menganalisa bagaiamana “Peranan Yayasan
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dirumuskan sebelumnya,
perumusan masalah yang dikemukakan dalam penelitian ini adalah
“Bagaimanakah peranan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) sebagai
pendiri dan pengawas Credit Union Sumber Rejeki dalam meningkatkan
kemandirian masyarakat di Pinang Baris, kecamatan Medan Sunggal, kota
Medan?”
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini dilakukan adalah untuk mengetahui apakah peranan
Pusat Kajian dan Perlindungan Anak (PKPA) melalui CU Sumber Rejeki dapat
meningkatan kemandirian masyarakat anggota CU Sumber Rejeki di Pinang
Baris, kecamatan Medan Sunggal, kota Medan.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat digunakan dalam rangka:
1. Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah wawasan dan
pengetahuan mengenai model pengembangan masyarakat.
2. Secara akademis, penelitian ini memberikan kontribusi keilmuan
dalam menambah referensi dan bahan kajian serta studi komparasi bagi
para mahasiswa yang tertarik terhadap masalah pengembangan
3. Secara praktis, hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan
gambaran kepada yayasan Pusat Kajian dan Perlindungan Anak
(PKPA) dalam proses pengembangan konsep, teori maupun model
pengembangan masyarakat.
1.4 Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini berisikan latar belakang masalah, perumusan
masalah, tujuan, dan manfaat penelitian serta sistematika
penulisan.
BAB II : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisikan teori-teori yang berkaitan dengan
penelitian, kerangka pemikiran, definisi konsep, dan
definisi operasional.
BAB III : METODE PENELITIAN
Bab ini berisikan tipe penelitian, lokasi penelitian, populasi
dan sampel, teknik pengumpulan data serta teknik
analisis data.
BAB IV : DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN
Bab ini berisikan tentang gambaran umum lokasi
BAB V : ANALISA DATA
Bab ini berisikan uraian data yang diperoleh dari hasil
penelitian dan analisisnya.
BAB VI : PENUTUP
Bab ini berisikan Kesimpulan dan Saran dari hasil
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Peranan
Peranan berasal dari kata dasar peran, yang dalam Kamus Besar Bahasa
Indonesia, mempunyai arti pemain sandiwara (film), tukang lawak pada
permainan makyong, perangkat tingkah yang diharapkan dimiliki oleh orang yang
memiliki kedudukan di masyarakat. Saat istilah peran digunakan dalam pekerjaan,
maka seseorang yang diberi (mendapatkan) suatu posisi, juga diharapkan
menjalankan perannya sesuai dengan apa yang diharapkan dalam pek erjaan
tersebut.
Peran juga memiliki arti serangkaian perilaku yang diharapkan pada
seseorang sesuai dengan posisi sosial yang diberikan secara formal maupun secara
informal. Peran dilakukan berdasarkan pada ketentuan dan harapan yang
menerangkan apa saja yang harus dilakukan individu dalam suatu situasi tertentu
agar dapat memenuhi harapan-harapan mereka sendiri atau harapan orang lain
yang menyangkut peran tersebut. (Friedman, M., 1998: 286)
Soekanto (2002: 243) mengemukakan pengertian peranan yaitu aspek
dinamis kedudukan (status). Apabila seseorang melaksanakan hak dan
kewajibannya sesuai dengan kedudukan (status/ strata) berarti individu tersebut
menjalankan suatu peranan dengan baik. Menurut Grass, Mason, MC Eachern
(dalam David Berry 1995: 100) mendefinisikan peranan sebagai perangkat
harapan-harapan yang dikenakan pada individu atau kelompok yang menempati
Levinson dalam Soekanto (2009:213) mengatakan peranan mencakup tiga
hal, antara lain:
1. Peranan meliputi norma-norma yang dihubungkan dengan posisi atau
tempat seseorang dalam masyarakat. Peranan dalam arti ini merupakan
rangkaian peraturan-peraturan yang membimbing seseorang dalam
kehidupan bermasyarakat.
2. Peranan merupakan suatu konsep tentang apa yang dapat dilakukan oleh
individu dalam masyarakat sebagai organisasi.
3. Peranan juga dapat dikatakan sebagai perilaku individu yang penting bagi
struktur sosial masyarakat.
Dalam pandangan David Berry, peranan-peranan dapat dilihat sebagai
bagian dari struktur masyarakat sehingga struktur masyarakat dapat dilihat sebagai
pola-pola peranan yang saling berhubungan.
2.2 Kemandirian
Kemandirian berasal dari kata dasar mandiri yang mempunyai arti
kemampuan untuk melakukan dan mempertanggung-jawabkan tindakan yang
dilakukannya serta untuk menjalin hubungan yang suportif dengan orang lain
(Steinberg, 2002). Menurut Shaffer (2002), kemandirian adalah kemampuan untuk
membuat keputusan dan menjadikan dirinya sumber kekuatan emosi diri sehingga
tidak bergantung kepada orang lain.
Tingkat kemandirian yang ada pada setiap individu berbeda-berbeda,
menurut Shaffer ada tingkat kemandirian yang tinggi, dan ada yang rendah.
inisiatif, rasa tanggung jawab, serta mengerjakan sesuatu untuk dan oleh dirinya
sendiri.
2.2.1 Mandiri dalam Upaya Pemberdayaan
Untuk mencapai tingkat masyarakat yang mandiri, upaya yang dilakukan
mengarah pada akar persoalan yaitu meningkatkan terlebih dahulu kemampuan
masyarakat. Bagian yang tertinggal harus dikembangkan tetapi tidak hanya dalam
aspek yang menambah nilai ekonomi, tetapi juga yang menambah nilai sosial dan
nilai budaya (Soetomo, 2012)
Untuk memberdayakan masyarakat, dibutuhkan suatu proses yang panjang
agar mereka menjadi mandiri dan dapat mengembangkan diri. Secara konseptual,
pemberdayaan mencakup beberapa hal yaitu:
1. learning by doing. Atinya pemberdayaan adalah sebagai proses hal belajar
dan ada suatu tindakan konkret yang terus menerus, dampaknya dapat
terlihat.
2. problem solving. Pemberdayaan harus memberikan arti terjadinya
pemecahan masalah yang dirasakan krusial dengan cara dan waktu yang
tepat.
3. self evaluation. Pemberdayaan harus mampu mendorong seseorang atau
kelompok tersebut untuk melakukan evaluasi secara mandiri.
4. self development and coordination. Artinya mendorong agar mampu
melakukan pengembangan diri da melakukan hubungan koordinasi dengan
5. self selection. Suatu kumpulan tumbuh sebagai upaya pemilihan dan
penilaian secara mandiri dalam menetapkan langkah ke depan.
6. self decism. Dalam memilih tindakan yang tepat hendaknya dimiliki
kepercayaan diri dalam memutuskan sesuatu secara mandiri (Saraswati,
1997:79-80).
2.2.2 Mandiri dalam Upaya Kesejahteraan Sosial
Pengertian kesejahteraan sosial berasal dari dua kata yaitu kesejahteraan
dan sosial. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata sosial berarti berhubungan
dengan masyarakat. Sedangkan kata kesejahteraan memiliki arti kondisi aman,
sentosa, makmur, terlepas dari segala macam ancaman, gangguan dan kesulitan.
Dalam UU No. 11 tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial pasal 1 ayat 1:
kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual
dan sosial warga negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri,
sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya.
Dalam pandangan Kartasasmita (1997) upaya memandirikan masyarakat
adalah sebagai proses untuk mencapai serta meningkatkan harkat dan martabat
lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu melepaskan diri
dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Dengan kata lain, memandirikan
masyarakat adalah memampukan masyarakat agar tercapai kesejahteraan
2.3 Community Organizing Community Development 2.3.1 Community Organizing
Pengorganisasian masyarakat atau biasa disebut community organizing
adalah suatu proses ketika suatu komunitas tertentu mengidentifikasi
kebutuhan-kebutuhan serta mengembangkan keyakinan komunitas untuk berusaha memenuhi
kebutuhan tersebut yang disesuaikan dengan sumber daya yang tersedia dan
dengan usaha gotong royong (Sasongko A., 1996)
Menurut Ross Muray (2000), pengorganisasian masyarakat adalah suatu
proses dimana masyarakat dapat mengidentifikasi kebutuhan-kebutuhan dan
menentukan prioritas dari kebutuhan-kebutuhan tersebut, dan mengembangkan
keyakinan untuk berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan sesuai dengan skala
prioritas berdasarkan atas sumber-sumber yang ada dalam masyarakat sendiri
maupun yang berasal dari luar dengan usaha secara gotong royong.
Terdapat beberapa aspek pengorganisasian masyarakat, diantaranya yaitu:
1. Proses, yaitu merupakan proses yang terjadi secara sadar, tetapi dapat juga
tidak disadari. Jika proses disadari, berarti masyarakat menyadari akan
adanya kebutuhan. Kesadaran terhadap kebutuhan dan masalah yang
dihadapi biasanya ditemukan pada segelintir orang saja yang kemudian
melakukan upaya menyadarkan masyarakat untuk mengatasinya. Dan
selanjutnya mereka yang sadar ini yang menginstruksikan kepada
masyarakat untuk bersama-sama mengatasinya. Selanjutnya dalam proses
juga ditemukan unsur-unsur kesukarelaan yang timbul karena terdapat
dorongan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan kelompok atau
2. Masyarakat yang biasa diartikan sebagai kelompok besar yang mempunyai
batas-batas geografis seperti desa, suatu kelompok dari mereka yang
mempunyai kebutuhan bersama dari kelompok yang lebih besar,
kelompok kecil yang menyadari suatu masalah harus dapat menyadarkan
kelompok yang lebih besar, dan kelompok yang secara bersama -sama
mencoba mengatasi masalah dan memenuhi kebutuhannya.
3. Berfungsinya masyarakat yang dapat dilakukan melalui beberapa langkah
seperti menarik orang-orang yang mempunyai inisiatif dan dapat bekerja
untuk membentuk kepanitian yang akan menangani masalah-masalah yang
berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan yang ada; membuat
rencana kerja yang dapat diterima dan dilaksanakan oleh keseluruhan
masyarakat; dan melakukan upaya penyebaran rencana untuk
menyukseskan rencana tersebut.
Sedangkan menurut Adi Sasongko (1978) terdapat beberapa
langkah-langkah dalam pengorganisasian masyarakat, seperti diantaranya adalah:
a. Persiapan Sosial
Tujuan dari persiapan sosial adalah mengajak berpartisipasi atau peran
serta masyarakat sejak awal kegiatan, sampai dengan perencanaan
program pelaksanaan hingga pengembangan program. Kegiatan-kegiatan
dalam persiapan sosial ini lebih ditekankan kepada persiapan-persiapan
yang harus dilakukan baik aspek teknis, administratif dan
program-program kesehatan yang akan dilakukan.
Pada tahap ini para stakeholder harus datang ketengah-tengah
masyarakat dengan hati yang terbuka dan kemauan untuk
mengenal sebagaimana adanya, tanpa disertai prasangka buruk
sambil menyampaikan maksud dan tujuan kegiatan yang akan
dilaksanakan.
2. Tahap Pengenalan Masalah
Tahap ini menuntut suatu kemampuan untuk dapat mengenal
masalah-masalah yang memang benar-benar menjadi kebutuhan
masyarakat. Beberapa pertimbangan yang dapat digunakan untuk
menyusun skala prioritas penanggulangan maslaah adalah:
a) Beratnya masalah
b) Mudahnya mengatasi
c) Pentingnya masalah bagi masyarakat
d) Banyaknya masyarakat yang merasakan
3. Tahap Penyadaran Masyarakat
Tujuan dari tahap ini adalah menyadarkan masyarakat agar mereka
tahu dan mengerti tentang masalah-masalah kesehatan yang
mereka hadapi sehingga dapat berpartisipasi dalam
penanggulangannya serta tahu cara memenuhi kebutuhan akan
upaya pelayanan kesejahteraan sesuai dengan potensi dan sumber
daya yang ada.
Agar masyarakat dapat menyadari masalah dan kebutuhan mereka
terencana dan terorganisir dengan baik, untuk itu beberapa kegiatan
yang dapat dilakukan dalam rangka menyadarkan masyarakat:
a) Lokakarya Mini
b) Musyawarah Masyarakat Desa
c) Rembuk Desa
b. Pelaksanaan
Setelah rencana penanggulangan masalah disusun dalam lokakarya mini,
maka langkah selanjutnya adalah melaksanakan kegiatan tersebut sesuai
dengan perencanaan yang telah disusun. Beberapa hal yang harus
dipertimbangkan dalam pelaksanaan kegiatan penanggulangan masalah
kesejahteraan adalah:
- Pilihlah kegiatan yang dapat dirasakan manfaatnya oleh
masyarakat
- Libatkan masyarakat secara aktif dalam upaya penanggulangan
masalah
- Tumbuhkan rasa percaya diri masyarakat bahwa mereka
mempunyai kemampuan dalam penanggulangan masyarakat.
c. Evaluasi
Penilaian dapat dilakukan setelah kegiatan dilaksanakan yang dilakkan
dalam jangka waktu tertentu. Dalam penilaian dapat dilakukan dengan:
1) Penilaian selama kegiatan berlangsung (Penilaian formatif /
Monitoring). Dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan
kegiatan yang telah dijalankan apakah telah sesuai dengan
2) Penilaian setelah program selesai dilaksanakan (Penilaian sumatif /
penilaian akhir program). Dilakukan setelah melalui jangka waktu
tertentu dari kegiatan yang dilakukan. Dapat diketahui apakah
tujuan atau target dalam pelayanan kesejahteraan telah tercapai
atau belum.
Terdapat beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam
pengorganisasian masyarakat, agar tujuan yang dimaksut dapat terwujud dan tidak
keluar dari kerangka kerja pengorganisasian masyarakat diantaranya yaitu:
a. Keberpihakan.
Pengorganisasian masyarakat harus menitikberatkan pada lapisan bawah
yang selama ini selalu dipinggirkan , sehingga yang menjadi basis
pengorganisasian adalah masyarakat kelas bawah, tanpa mempunyai
prioritas keberpihakan terhadap masyarakat kelas bawah seringkali
pengorganisasian yang dilakukan terjebak pada kepentingan kelas
menengah dan elit dalam masyarakat.
b. Pendekatan holistic.
Pengorganisasian masyarakat harus melihat permasalahan yang ada dalam
masyarakat secara utuh dan tidak sepotong-sepotong, misalnya hanya
melihat aspek ekonomi saja, tetapi harus dilihat dari berbagai aspek
sehingga pengorganisasian yang dilaksanakan untuk mengatasi berbagai
aspek dalam masyarakat.
c. Pemberdayaan.
Muara dari pengorganisasian masyarakat adalah agar masyarakat berdaya
lain; pemerintah, swasta atau lingkungan lain pasar, politik, dsb), yang
pada akhirnya posisi tawar masyarakat meningkat dalam berhubungan
dengan pemerintah dan swasta.
d. HAM.
Kerja-kerja pengorganisasian masyarakat tidak boleh bertentangan dengan
HAM.
e. Kemandirian.
Pelaksanaan pengorganisasian masyarakat harus ditumpukan pada potensi
yang ada dalam masyarakat, sehingga penggalian keswadayaan
masyarakat mutlak diperlukan. Dengna demikian apabila ada factor luar
yang akan terlibat lebih merupakan stimuan yang akan mempercepat
proses perubahan yang dikehendaki. Apabila hal kemandirian tidak bisa
diwujudkan, maka ketergantungan terhadap factor luar dalam proses
pengorganisasian masyarakat menjadi signifikan. Kemandirian menjadi
sangat penting karena perubahan dalam masyarakat hanya bisa terjadi dari
masyarakat itu sendiri.
f. Berkelanjutan.
Pengorganisasian masyarakat harus dilaksanakan secara sistematis dan
masif, apabila tujuannya adalah untuk meningkatkan posisi tawar
masyarakat, oleh sebab itu dalam melaksanakan pengorganisasian
masyarakat harus mampu memunculkan kader-kader masyarakat dan
pengorganisasian local, karena mereka yang akan terus mengembangkan
pengorganisasian yang sudah jalan sehingga kegiatan ini terjamin
g. Partisipatif.
Salah satu budaya yang dilahirkan oleh Orde Baru adalah ‘budaya bisu’
dimana masyarakat hanya dijadikan alat untuk legitimasi dari kepentingan
kelompok dan elit. Kondisi semacam ini terermin dari kegiatan
pengarahan masyarakat untuk mencapai kepentingan-kepentingan sesaat,
oleh sebab itu dalam pengorganisasian masyarakat harus diupayakan
keterlibatan semua pihak terutama masyarakat kelas bawah. Partisipasi
yang diharapkan adalah partisipasi aktif dari anggota sehingga akan
melahirkan perasaan memiliki dari organisasi yang akan dibangun.
h. Keterbukaan.
Sejak awal dalam pengorganisasian masyarakat harus diupayakan
keterbukaan dari semua pihak, sehingga bisa dihindari intrik dan provokasi
yang akan merusak tatanan yang telah dibangun. Pengalaman yang ada
justru persoalan keterbukaan inilah yang banyak menyebabkan perpecahan
dan pembusukan dalam organisasi masyarakat yang telah dibangun.
i. Tanpa kekerasan.
Kekerasan yang dilakuan akan menimbulkan kekerasan yang lain dan pada
akhirnya menjurus pada anarkhisme, sehingga diupayakan dalam
pengorganisasian masyarakat harus mampu menghindari bentuk-bentuk
kekerasaan baik fisik maupun psikologi engna demikian proses yang
dilakukan bisa menarik simpati dan dukungan dari berbagai kalangan
j. Praxis
Proses pengorganisasian masyarakat harus dilakukan dalam lingkaran
Aksi-Refleksi-Aksi secara terus menerus, sehingga semakin lama kegiatan
yang dilaksanakan akan mengalami pengingkatan baik secara kuantitas
dan terutama kualitas, karena proses yang dijalankan akan belajar dari
pengalaman yang telah dilakukan dan berupaya untuk selalu
memperbaikinya.
k. Kesetaraan.
Budaya yang sangat menghambat perubahan masyarakat adalah tinggalan
budaya feudal. Oleh sebab itu pembongkaran budaya semacam ini bisa
dimulai dengan kesetaraan semua pihak, sehingga tidak ada yang merasa
lebih tinggi (superior) dan merasa lebih rendah (inferior), dengan
demikian juga merupakan pendidikan bagi kalangan kelas bawah untuk
bisa memandang secara sama kepada kelompok-kelompok lain yang ada
dalam masyarakat.
2.3.2 Community Development
Dalam bahasa Indonesia, community development berarti pengembangan
masyarakat yang memiliki arti sebagai suatu proses penguatan masyarakat secara
aktif dan berkelanjutan berdasarkan prinsip keadilan sosial, partisipasi dan kerja
sama yang setara. Pengembangan masyarakat mengekspresikan nilai-nilai
keadilan, kesetaraan, akuntabilitas, kesempatan, pilihan, partisipasi, kerjasama,
Pengembangan masyarakat terdiri dari dua konsep, yaitu pengembangan
dan masyarakat. Pengembangan atau pembangunan merupakan usaha bersama
dan terencana untuk meningkatkan kualitas kehidupan manusia yang meliputi
sektor-sektor seperti ekonomi, pendidikan, kesehatan, dan sosial-budaya.
Sedangkan masyarakat dapat diartikan dalam dua konsep yaitu masyarakat
sebagai sebuah “tempat bersama”, yakni sebuah wilayah geografi yang sama
seperti sebuah rukun tetangga atau sebuah kampong di wilayah pedesaan;
masyarakat sebagai “kepentingan bersama” yakni kesamaan kepentingan
berdasarkan kebudayaan dan identitas seperti kepentingan bersama pada
masyarakat etnis minoritas. Dan dalam Pengembangan Masyarakat biasanya
diterapkan terhadap pelayanan-pelayanan sosial kelembagaan.
Community Develompent adalah suatu proses yang merupakan usaha
masyarakat sendiri yang diintegrasikan dengan otoritas pemerintah guna
memperbaiki kondisi sosial ekonomi dan kultural komunitas, mengintegrasikan
komunitas ke dalam kehidupan nasional dan mendorong kontribusi komunitas
yang lebih optimal bagi kemajuan nasional (Hayden dalam Soetomo, 2006 : 79).
Dalam penggunaannya di Indonesia, konsep community development juga
diterjemahkan ke dalam beberapa istilah yang berbeda. Sementara pihak
menerjemahkan community development sebagai pembangunan masyarakat.
Dilihat dari terjemahan unsur-unsur kata-katanya barangkali tidak salah, walaupun
demikian dalam penggunaannya sebagai konsep yang bulat mungkin dapat
mendatangkan dualism pengertian. Sebagaimana diketahui, pengertian
pembangunan masyarakat dapat dipandang dari sudur arti luas dan dapat pula dari
pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana baik dalam bidang
ekonomi, teknologis, sosial maupun politik. Pembangunan masyarakat dalam arti
luas juga dapat berarti proses pengembangan yang lebih memberikan fokus
perhatian pada aspek manusia dan masyarakatnya. Dalam arti sempit,
pembangunan masyarakat berarti perubahan sosial berencana pada suatu lokalitas
tertentu.
Tujuan pengembangan masyarakat adalah membangun kembali
masyarakat sebagai tempat pengalaman penting manusia, memenuhi kebutuhan
manusia, dan membangun kembali struktur-struktur negara kesejahteraan,
ekonomi global, birokrasi, elite professional dan sebagainya yang kurang
berperikemanusiaan dan sulit diakses (Jin Ife dan Frank Tesoriero, 2008).
Berikut beberapa unsur-unsur penting dalam pengembangan masyarakat
diantaranya adalah:
a. Program terencana dan terfokus pada kebutuhan-kebutuhan menyeluruh
dari masyarakat yang bersangkutan.
b. Mendorong swadaya masyarakat.
c. Adanya bantuan teknis dari pemerintah maupun badan-badan swasta atau
organisasi-organisasi sukarela.
d. Mempersatukan berbagai spesialisasi seperti kesehatan masyarakat,
pertanian, peternakan, pendidikan dan kesejahteraan keluarga untuk
membantu masyarakat.
Untuk mengembangkan dan meningkatkan dinamika masyarakat,
a) Ciptakan kondisi agar potensi setempat dapat dikembangkan dan
dimanfaatkan
b) Pertinggi mutu potensi yang ada
c) Usahakan kelangsungan kegiatan yang sudah ada
d) Tingkatkan partisipasi masyarakat dalam pengambilan keputusan.
e) Tingkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan (Dr. Alfitri,
2011: 25-26).
Walaupun berawal dari prinsip-prinsip dasar yang sama, dalam
perkembangannya strategi community development telah menunjukkan variasi
dalam hal tema gerak dan aktivitasnya. Terdapat sejumlah tema yang kemudian
dikenal, namun secara garis besar dapat dibedakan menjadi tiga, yaitu: Self Help,
Technical Assistance dan Conflict. Tema self help mempunyai ciri antara lain
lebih mementingkan proses, lambat dalam menumbuhkan perubahan fisik, sangat
potensial menumbuhkan mekanisme pembangunan yang berkesinambungan.
Petugas lapangan dalam tema ini lebih berkedudukan sebagai fasilitator dan
educator. Tema self help cenderung didasarkan pada suatu anggapan bahwa pada
daasrnya setiap masyarakat mempunyai potensi dan kemampuan untuk
berkembang atas kekuatan sendiri. CD diterapkan untuk mendorong tumbuh dan
teraktualisasikannya potensi tersebut melalui berbagai tindakan bersama warga
komunitas.
Tema technical assistance mempunyai ciri-ciri: lebih mementingkan hasil
material, moderat dalam kecepatan menumbuhkan perubahan, dan potensinya
tema self help. Dalam tema ini petugas lapangan lebih berkedudukan sebagai
konsultan atau advisor. Disamping itu, dalam pendekatan ini hubungan komunitas
dengan pihak-pihak dari luar komunitas cenderung bersifat hubungan vertikal.
Oleh sebab itu, tidak salah kalau dikatakan peranan pihak luar justru lebih
dominan dalam proses pembangunan yang berjalan. Dengan kemampuan dan
skillnya mereka dapat memandu, mengarahkan dan mengevaluasi pelaksanaan
pembangunan dalam komunitas. Bentuk-bentuk aktivitas yang banyak dilakukan
dalam tema ini adalah hal-hal yang berkaitan dengan pembangunan ekonomi dan
industri, peningkatan sistem pelayanan sosial dan koordinasi antarinstansi
pelayanan yang ada. Pendekatan yang digunakan cenderung bersifat delivery
approach, pihak eksternal mendisain program, kemudian menyalurkannya kepada
masyarakat dalam bentuk bantuan dan pelayanan, sedang masyarakat menanggapi
dan memanfaatkan pelayanan tersebut.
Sedangkan tema conflict mempunyai karakteristik memerhatikan baik
proses maupun hasil material, cepat dalam menumbuhkan perubahan karena
tujuannya memang melakukan reformasi, atau bahkan transformasi. Petugas
lapangan dalam tema ini berkedudukan sebagai penganjur atau organisator
gerakan reformasi (Soetomo, 2006 : 125-136)
Banyak program pengembangan masyarakat yang berupaya membangun
basis masyarakat yang lebih kuat untuk aspek tunggal eksistensi manusia, dan
terkadang mengabaikan aspek lainnya. Seperti pengembangan masyarakat yang
memusatkan pada pelayanan kemanusiaan berbasis masyarakat tetapi
mengabaikan basis ekonomim dan terkadang begitu juga sebaliknya.
mengabaikan kekayaan dan kompleksitas kehidupan manusia dan pengalaman
masyarakat.
Terdapat lima dimensi yang sangat penting dalam pengembangan
masyarakat, dan seluruhnya berinteraksi satu dengan lainnya dalam bentuk -bentuk
yang kompleks. Keenam dimensi tersebut, yaitu:
1. Pemungkinan: menciptakan suasana atau iklim yang memungkinkan
potensi masyarakat
2. Penguatan: memperkuat pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki
masyarakat dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya.
3. Perlindungan: melindungi masyarakat terutama kelompok lemah agar
tidak tertindas oleh kelompok kuat, menghindari terjadinya persaingan
yang tidak seimbang (apalagi tidak sehat).
4. Penyokongan: memberikan bimbingan dan dukungan agar masyarakat
mampu menjalankan peranan dan tugas kehidupannya.
5. Pemeliharaan: memelihara kondisi yang kondusif agar tetap terjadi
keseimbangan distribusi kekuasaan antara berbagai kelompok dalam
masyarakat (Suharto dalam Alfitri, 2011: 26-27).
Sebagaimana diketahui, sumber perubahan dan pembaruan dalam suatu
komunitas dapat berasal baik dalam maupun dari luar komunitas yang
bersangkutan. Hal ini disebabkan karena tidak jarang dijumpai suatu komunitas
yang apabila dilihat secara objektif kondisi kehidupannya sudah membutuhkan
peningkatan melalui berbagai bentuk perubahan dan pembaruan, tetapi prakarsa
Oleh sebab tiulah kemudian dipertimbangkan perlunya intervensi dari luar untuk
mendorong tumbuhnya perubahan dan pembaruan tersebut.
Walaupun demikian, sesuai dengan prinsip community development itu
sendiri, intervensi yang diberikan perlu diusahakan untuk tidak menimbulkan
ketergantungan, tetapi justru mendorong terjadinya kesinambungan. Intervensi
dikatakan menimbulkan ketergantungan apabila masyarakat yang tadinya statis
menjadi tergerak untuk melakukan perubahan dan pembaruan setelah memperoleh
intervensi dari luar, tetapi kemudian menjadi statis kembali setelah intervensi
dihentikan dan baru terjadi aktivitas pembaruan lagi apabila memperoleh
intervensi yang baru (Soetomo, 2006 : 137).
Berikut beberapa tahapan intervensi dalam community development:
1. Assessment (Penilaian)
Bertujuan untuk menentukan ketepatan serta efektivitas program dalam
upaya pengembangan masyarakat. Assessment mencakup needs
assessment, identifikasi masalah, analisis masalah, dan resources
assessment.
2. Plan of treatment (Rencana tindakan)
Sebuah proses dalam mengidentifikasi, memilah, menghubungkan
masalah atau kebutuhan dengan sumber-sumber yang dapat
didayagunakan untuk memecahkan maslaah dan/atau memenuhi
3. Treatment (Tindakan)
Mencakup atas tindakan monitoringdan evaluasi. Monitoring memberikan
dua manfaat yaitu memberikan informasi untuk pegangan sementara
program masih sedang berlangsung. Kemudian dilakukan tindakan
evalausi yang dilakukan secara berkala yang ditujukan baik kepada
pelaksanaan program (proses maupun hasil), maupun kepada kerjasama
diantara semua pelaku.
4. Terminasi (Pelepasan)
Merupakan langkah penghentian sementara (sekuensi) kegiatan
pengembangan masyarakat yang mungkin kelak ditindaklanjuti dengan
rangkaian kegiatan berikutnya.
Menurut Mezirow, terdapat tiga jenis program dalam usaha pengembangan
masyarakat, yaitu:
a. Program integrative.
Memerlukan pengemangan melalui koordinasi dinas-dinas teknis.
b. Program adaptis.
Fungsi pengembangan masyarakat cukup ditugaskan pada salah satu
kementerian.
c. Program proyek.
Dalam bentuk usaha-usaha terbatas pada wilayah tertentu dan program
2.4 Credit Union (CU)
2.4.1 Sejarah Credit Union (CU)
Ide mengenai Credit Union lahir saat benua Eropa, khususnya Jerman
sedang mengalami masa ekonomi sulit yang disebabkan oleh kapitalisme dan juga
karena revolusi industri yang sedang genjar dilakukan pada abad ke-19. Pada
masa itu masyarakat, khususnya masyakarat pedesaan, tidak mampu membeli
mesin pertanian, pupuk, bibit ataupun alat peternakan yang dapat meningkatkan
kesejahteraan mereka. Akhirnya mereka berpendapat untuk melakukan migrasi ke
kota dengan harapan mengubah nasib mereka, tetapi masyarakat yang bermigrasi
ke kota bukan semakin sejahtera malah menjadi lebih miskin dan susah.
Masyarakat mencoba bertahan hidup dengan menjadi kuli bagi kelas kaya
dengan upah yang jauh dari kata layak, ada juga yang mencoba membuka usaha
dengan cara meminjam uang dari lintah darat atau renternir. Pinjaman tidak
diberikan secara cuma-cuma, mereka dibebankan dengan bunga yang besar dan
jaminan lahan pertanian mereka akan direbut jika mereka tidak dapat melunaskan
pembayaran yang telah disepakati.
Keadaan yang semakin memarah telah menggugah hati seorang pejabat
daerah setempat yaitu Friedrich Wilhelm Reiffesien, Walikota Flammersfield,
yang pada saat itu menjabat pada tahun 1849. Langkah pertama yang dilakukan
oleh sang walikota adalah mendirikan suatu perkumpulan yang beranggotakan 60
orang kaya yang mengumpulkan dana untuk diberikan kepada masyarakat miskin
sebagai modal dalam pertanian. Langkah ini gagal dikarenakan bukannya
menolong masyarakat miskin, tetapi malah uang telah diberikan
orang kaya yang telah dikumpulkan oleh Reiffesien pun mulai enggan untuk
memberikan bantuan kepada masyarakat miskin.
Reiffesien tidak berhenti begitu saja, beliau kemudian memunculkan
sebuah gagasan untuk mendirikan pabrik roti yang akan menjual roti dengan harga
murah agar dapat dijangkau oleh masyarakat miskin dan juga memberikan roti
secara gratis. Tetapi kemudian langkah ini gagal juga. Setiap apa yang diberikan
kepada masyarakat miskin, pasti selalu akan habis pada saat itu juga dan tidak
akan cukup.
Pada tahun 1852, Raiffesien pindah dan menjabat sebagai walikota baru di
Heddersdoff. Reiffesien menyadari terdapat suatu hubungan antara kemiskinan
dengan ketergantungan. Reiffesien akhirnya mengganti pendekatan dari
pendekatan derma dan belas kasih, menjadi prinsip menolong diri sendiri.
Sehingga di kota ini Reiffesien mendirikan sebuah organisasi yang bernama
Heddesdorfer Credit Union pada tahun 1864, dengan kebanyakan anggota
merupakan petani.
Untuk menjadi anggota, seseorang harus berwatak baik, rajin, dan jujur.
Untuk mengetahuinya, para tetangga harus memberikan rekomendasi.
Kegiatannya mirip arisan, mengumpulkan sejumlah uang lalu meminjamkannya
kepada anggota yang memerlukan. Manajemen Heddesdorfer Credit Union
dijalankan secara demokratis dengan cara:
1. Setiap anggota berpartisipasi dalam rapat anggota.
2. Satu anggota satu suara.
3. Para anggota memilih pengurus dan membuat pola kebijakan bersama.
5. Pengawas bertugas mengawasi kegiatan Credit Union dan membuat
laporan pengawasan kepada rapat anggota
6. Raiffeisen menekankan kerja sukarela kepada Pengurus dan Pengawas
7. Yang boleh menerima imbalan hanyalah kasir purnawaktu yang
menjalankan operasional
Organisasi ini berkembang baik dan berjalan sesuai dengan keinginan sang
walikota. Melalui organisasi anggota yang terlibat memiliki kemampuan untuk
bangkit dari kemiskinan ini secara bertahap kemiskinan mulai berkurang.
2.4.2 Pengertian Credit Union
Koperasi kredit atau Credit Union atau biasa disingkat CU adalah sebuah
lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang dimiliki dan
dikelola oleh anggotanya, dan yang bertujuan untuk menyejahterakan anggotanya
sendiri. Credit Union dapat juga diaritikan sebagai suatu sistem simpan pinjam
non bank yang dilakukan oleh koperasi atau perkumpulan kepada anggotanya.
Sistem Credit Union ini agak sedikit berbeda dengan system koperasi biasa
maupun perbankan lainnya, Credit Union mengutamakan kepercayaan anggota
dan juga setiap anggota bisa meminjam walaupun tabungan dia masih
sedikit. Untuk menjaga credit union terus berjalan maka para pengurus membatasi
pinjaman para nasabah, karena retur bunga dari tabungan bisa dibilang tinggi dan
bunga pinjaman rendah, sehingga agar cash flow berjalan seimbang maka dibatasi
tabungan dan pinjaman agar balance.
Credit Union bisa digunakan sebagai alternative keuangan di daerah
menabung karena dibiasakan menabung sehari-hari, nominal menabung harian
yang kecil sesuai dengan pendapatan orang kurang mampu, karena bila mereka
menabung di bank maka tidak akan bisa menabung dengan nominal yang kecil,
karena bank memiliki batas minimal untuk menabung
2.4.3 Tujuan Credit Union
Terdapat beberapa tujuan dari Credit Union, diantaranya adalah
1. Membantu keperluan kredit para anggota, yang sangat membutuhkan
dengan syarat-syarat yang ringan.
2. Mendidik kepada para anggota, supaya giat menyimpan secara teratur
sehingga membentuk modal sendiri.
3. Mendidik anggota hidup berhemat, dengan menyisihkan sebagian dari
pendapatan mereka.
4. Menambah pengetahuan tentang perkoperasian.
5. Mempererat hubungan kemanusiaan.
2.4.4 Struktur Organisasi Credit Union
Struktur organisasi CU yang semula secara nasional adalah CUCO (Credit
Union Council Office) didampingi oleh Dewan penyantun berkembang dengan
terbentuknya Badan Koordinasi Nasional Koperasi Kredit (BKNKK) pada tahun
1980. Pada saat terkhir ini, organisasi CU berdasarkan tingkatannya terdiri dari
Badan Koordinasi Koperasi Kredit Indonesia (BK3I) di tingkat nasional yang
dikembangkan menjadi induk Koperasi Kredit (Inkopdit) dan mengkoordinir
BK3D seluruh Indonesia) yang dikembangkan menjadi Pusat Koperasi Kredit
(Puskopdit) pelaksana antar CU (interlending) membawahi wilayah koordinator di
daerah tingkat II yang mengkoordinir kegiatan CU (Ginting, 1999).
Di tingkat unit CU, organisasi terdiri dari Dewan Pimpinan/ Pengurus:
Ketua, sekretaris dan bendahara, Badan Pemeriksa terdiri dari: Ketua, Panelis dan
anggota. Panitia-panitia (panitia kredit, panitia pendidikan dll) terdiri dari: Ketua,
Sekretaris dan Anggota dan penasehat atau pelindung.
2.5 Pendidikan
2.5.1 Pendidikan dan Masyarakat
Terdapat suatu hubungan antara pendidikan di sekolah, keluarga dan
masyarakat. Di satu sisi, pendidikan merupakan bagian dari kehidupan yang
dituntut mampu mengikuti perkembangan didalamnya. Di sisi lain, tujuan yang
diemban pendidikan tidak lepas dalam pengaruh lingkungan sekitarnya. Antara
pendidikan dan perkembangan masyarakat tidak dapat dipisahkan satu sama lain.
Kemajuan suatu masyarakat dan suatu bangasa sangat ditentukan oleh
pembangunan sektor pendidikan dalam penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
yang sesuai dengan perkembangan zaman. SDM bangsa Indonesia tidak terlepas
dari fungsi pendidikan nasional. Dalam Pasal 3 Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2004 tentang Sistem Pendidikan Nasional dikatakan:
Sebagaimana diungkapkan oleh A. Tresna Sasrawijaya (1991: 26), tujuan
pendidikan adalah mencakup kesiapan jabatan, keterampilan memecahkan
masalah, penggunaan waktu senggnang secara membangun, dan sebagainya
karena setiap siswa/ anak mempunyai harapan yang berbeda. Dan tujuan
pendidikan secara umum seperti menyangkut kemampuan luas yang akan
membantu siswa untuk berpartisipasi dalam masyarakat.
Pada dasarnya setiap sekolah mendidik anak agar menjadi anggota
masyarakat yang berguna, namun pendidikan di sekolah sering kurang relevan
dengan kehidupan bermasyarakat. Pengetahuan yang diberi berdasarkan
kurikulum kebanyakan berpusat pada bidang studi yang tersusun secara logis dan
sistematis yang tidak nyata hubungannya dengan kehidupan sehari-hari anak
didik. Hal-hal yang dipelajari anak didik hanya memenuhi kepentingan sekolah
untuk ujian, bukan untuk membantu totalitas anak didik agar hidup lebih efektif
dalam masyarakat.
Ferdinand Tὂnnies (dalam J. Dwi Narwoko dan Bagong Suyanto)
mengungkapkan masyarakat terbagi atas dua tipe yaitu: pertama, gemeinschaft
(hubungan primer), merupakan bentuk kehidupan bersama. Antar anggota
mempunyai hubungan batin murni yang sifatnya alamiah dan kekal, dasar
hubungan adalah rasa cinta dan persatuan batin yang nyata dan organis.
Ditemukan dalam kehidupan masyarakat desa, keluarga dan kerabat. Kedua,
gessellchaft (hubungan sekunder), merupakan bentuk kehidupan bersama yang
anggotanya mempunyai hubungan sifat pamrih dan dalam jangka waktu yang
pendek, bersifat mekanis. Ditemukan dalam hubungan perjanjian yang
Untuk mempelajari suatu masyarakat lebih jauh kita dapat mempelajari
berbagai aspek yang diungkapkan oleh S. Nasution dalam Abdullah Idi dan
Safarina (2011: 63) diantaranya sebagai berikut: (1) demografi: statistic
penduduk, komposisi menurut suku bangsa, agama; (2) ekologi: geografis,
penyebaran penduduk; (3) sejarah: perkembangan kehidupan sosial; (4)
kegiatan-kegiatan: mata pencaharian, keluarga, pendidikan, rekreasi, agama, keam