• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP MEREDANYA KECEMASAN SAAT MELAKUKAN LONCAT INDAH GAYA PAKU PADA SISWI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH LATIHAN RELAKSASI PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP MEREDANYA KECEMASAN SAAT MELAKUKAN LONCAT INDAH GAYA PAKU PADA SISWI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

i ABSTRAK

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP MEREDANYA KECEMASAN

SAAT MELAKUKAN LONCAT INDAH GAYA PAKU

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan relaksasi progressive muscle relaxation terhadap meredanya kecemasan saat melakukan loncat indah gaya paku pada siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima tahun pelajaran 2013/2014.Dan diharapkan bermanfaat bagi peneliti dan guru penjaskes sebagai bahan mengajar dalam kegiatan pembelajaran mata pelajaran penjaskes khususnya loncat indah.

Metode penelitian yang digunakan adalah exsperiment subyek tunggal. Subyek yang digunakan adalah siswa putri kelas XI di SMA Negeri 1 Way Lima yang berjumlah 24 siswa. Pengumpulan data menggunakan Tes dan Pengukuran.

(2)

ii

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI PROGRESIVE MUSCLE

RELAXATION TERHADAP MEREDANYA KECEMASAN SAAT MELAKUKAN LONCAT INDAH GAYA PAKU

PADA SISWI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN

2013/2014

Oleh

ARISANDI ARGA SAPUTRA

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mendapatkan Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan

Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi Jurusan Ilmu Pendidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

iii

Judul Skripsi : PENGARUH LATIHAN RELAKSASI PROGRESIVE MUSCLE RELAXATION TERHADAP MEREDANYA KECEMASAN SAAT MELAKUKAN LONCAT INDAH GAYA PAKU PADA SISWI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN 2013/2014

Nama Mahasiswa : ARISANDI ARGA SAPUTRA Nomor Pokok mahasiswa : 0913051055

Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI 1. Komisi Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

Drs. Frans Nurseto, M.Psi Drs. Ade Jubaedi, M.Pd NIP.19630926 198901 1 001 NIP. 19581210 198712 1 001

2. Ketua Jurusan Imu Pendidikan

(4)

iv

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Drs. Frans Nurseto, M.Psi ...

Sekretaris : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Suranto, M.Kes ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si NIP. 19600315 198503 1 003

(5)

v

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertanda tangan di bawah ini : Nama : Arisandi Arga Saputra

NPM : 0913051055

Tempat tanggal lahir : Bandar Lampung, 28 Oktober 1991

Alamat : Jl. P.Sanama Gg. Sanama II Way Halim Bandar Lampung

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul “Pengaruh Latihan Relaksasi Progresive Muscle Relaxation Terhadap Meredanya Kecemasan Saat Melakukan Loncat Indah Gaya Paku Pada Siswi Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima Tahun Pelajaran 2013/2014” adalah benar-benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 4 Februari 2013 Skripsi ini bukan hasil plagiat, ataupun hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenar-benarnya, apabila

dikemudian hari terjadi kesalahan, penulis bersedia menerima sanksi akademik sebagaimana yang berlaku di Universitas Lampung.

Bandar Lampung, 21 Februari 2013

(6)

vi

RIWAYAT HIDUP

Penulis bernama lengkap Arisandi Arga Saputra,

dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 28 Oktober 1991 sebagai anak kesatu dari tiga bersaudara. Penulis dilahirkan dari pasangan Bapak Ahmad Sugiono dan Ibu Mulyanah

Pendidikan formal yang telah ditempuh penulis antara lain: Sekolah Dasar (SD) di SD Negeri 2 Way Halim dan selesai pada tahun 2003. Kemudian masuk SMP Negeri 12 Bandar Lampung pada tahun 2003 dan lulus pada tahun 2006. Kemudian masuk Sekolah Menengah Atas SMA Al-Azhar 3 Bandar Lampung pada tahun 2006 dan selesai pada tahun 2009.

Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan Jasmani Dan Kesehatan melalui jalur Ujian Masuk Lokal (UML).Pengalaman lain mengikuti organisasi himajip sebagai anggota bidang dana dan usaha, Magang Teknokra sebagai Reporter, dan mengikuti kegiatan UKM

(7)

vii

MOTTO

“Jangan Sia-Siakan Sebuah Kesempatan Untuk Selangkah Maju Kedepan Karena Kesempatan Itu Tidak Akan Datang Dua Kali”

(Penulis)

“Saya Akan Menggunakan Waktu Sebaik Mungkin Karena Waktu Tidak Akan Berputar Kembali”

(Penulis)

“ Jadikanlah Sabar Dan Sholat Sebagai Penolongmu”

(QS. Al Baqoroh, 2:153)

“Ketekunan Bisa Membuat Sesuatu Yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin, Membuat Kemungkinan Menjadi Kemungkinan Besar, Dan Membuat

Kemungkinan Besar Menjadi Pasti“

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Puji syukur penulis ucapakan ke pada Allah SWT atas semua anugerah yang telah diberikan

kepadaku, karya tulis sederhana ini kupersembahkan kepada:

Ayah handa Ahmad Sugiono dan kedua Ibunda ku Mulyanah (alm) , Erni Yuningsih

dan adik-adik yang kusayangi (M. Ghandi Alif Wicaksono, Aisyah Wulan Anggraini),

serta seluruh keluarga, sahabat dan teman yang telah

membantu & mendoakan,

selalu mengharapkan

hal yang terbaik

”untukku”.

Almamater Tercinta

(9)

ix

SANWACANA

Puji Syukur penulis haturkan ke pada ALLAH SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul Pengaruh

Latihan Relaksasi Progresive Muscle Relaxation Terhadap Meredanya Kecemasan saat Melakukan Loncat Indah Gaya Paku Pada Siswi Kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima Tahun Pelajaran 2013/2014” dapat diselesaikan

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Unuversitas Lampung. Dalam proses penulisan skripsi ini terjadi banyak

hambatan baik yang datang dari luar dan dari dalam diri penulis. Penulisan skripsi ini pun tidak lepas dari bimbingan dan bantuan serta petunjuk dari berbagai pihak,

oleh karena itu penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M. Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

2. Drs. Baharudin, M.Pd selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan dan segenap dosen dan karyawan FKIP Universitas Lampung.

3. Drs.Frans Nurseto, M.Kes selaku pembimbing I dalam penulisan skripsi ini

yang telah memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis

(10)

x

5. Drs.Suranto, M.Kes selaku pembahas dalam penulisan skripsi ini yang telah

memberikan pengarahan, saran dan keritik kepada penulis.

6. Kepala SMA Negeri 1 Way Lima beserta dewan guru yang telah membantu

dalam menyelesaikan penelitian ini.

7. Bapak dan ibu dosen Penjaskes yang telah membantu dalam proses

perkuliahan, pembimbingan, pembinaan dan atas segala ilmu yang telah

diberikan, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

8. Bapak dan Ibu di staf Tata Usaha FKIP Unila.yang telah membantu proses

terselesaikannya skripsi ini.

9. Kepada sahabatku Berlina yang telah banyak menberikan dukungan, motivasi

dan semangat.

10. Kepada keluarga besar angkatan 2009 Joni, M.Chandra, Eva Lingga yang

selalu menemani penulisan ini dan teman-teman yang lainya terimakasih

banyak.

Akhir kata penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan

akan tetapi penulis berharap semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua.

Bandar Lampung,21 Februari 2013 Penulis

(11)
(12)

xii

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA FIKIR, DAN HIPOTESIS

A. Relaksasi ... 6

(13)

xiii Daftar Tabel

Halaman

1. Hasil Perhitungan tiga macam data Denyut Nadi ... 33

2. Hasil perhitungan tiga macam data Tekanan darah (diastole) ... 34

3. Hasil perhitungan tiga macam data Tekanan darah (siastole) ... 34

4.Hasil perhitungan data saat istirahat dan saat cemas denyut nadi ... 34

5.Hasil perhitungan data saat cemas dan setelah relaksasi denyut nadi. .... 35

6. Hasil perhitungan data saat Istirahat dan saat cemas Tekanan Darah (Diastole) ……… 36

7. Hasil perhitungan data saat istirahat dan saat cemas tekanan darah (Diastole)………. 36

8. Hasil perhitungan data saat istirahat dan saat cemas Tekanan Darah (Siastole)………. 37

9. Hasil perhitungan data saat cemas dan setelah relaksasi Tekanan Darah (Siastole)………. 37

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

Gambar 1 : Peningkatan Kecemasan... 18

Gambar 2 : Kecemasan dan Ambisi ... 19

Gambar 3 : Teknik Loncat Indah Gaya Paku ... 21

Gambar 4 : Kerangka Pemikiran ... 23

Gambar 5 : Desain Experiment Subyek Tunggal ... 26

Gambar 6 :Automatic Blood Preasure Monitor ... 30

(15)

xv

(16)

PENGARUH LATIHAN RELAKSASI PROGRESIVE MUSCLE

RELAXATION TERHADAP MEREDANYA KECEMASAN SAAT MELAKUKAN LONCAT INDAH GAYA PAKU

PADA SISWI KELAS XI IPA SMA NEGERI 1 WAY LIMA TAHUN PELAJARAN

2013/2014

(Skripsi)

Oleh

Arisandi Arga Saputra

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(17)

I.PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.

Loncat indah adalah salah satu olahraga air yang mempunyai resiko besar pada waktu melakukan gerakan loncat, diperlukan keberanian, percaya diri yang tinggi. dan dibutuhkan teknik yang benar, hal ini karena berkaitan

dengan ketinggian, dan biasanya ketinggian yang bervariasi dari 1 meter sampai 10 meter.

Adanya faktor ketinggian dan belum pernahnya seorang untuk melakukan loncat indah sering kali menimbulkan kecemasan pada saat akan

melakukan loncatan untuk yang pertama kalinya dan hal ini akan mempengaruhi aktifitas loncat indah yang dilakukan. Karena tingkat kecemasan tinggi maka sering kali teknik yang benar terabaikan, dan

terjadi masalah seperti misalnya terjadi trouble, terjadi kecelakaan seperti tubuh memar akibat terbentur air, dll. Hal ini sesuai dengan pendapat Satiadarma (2000), bahwa “ bahwa kecemasan dapat menimbulkan

ketidak serasian motorik pada atlet karena adanya ketegangan, keraguan dan tidak terkoordinasinya gerakan.” (hlm. 197)

Hal ini merupakan salah satu sebab yang melatarbelakangi mengapa perkembangan olahraga loncat indah agak terhambat, karena ada

(18)

2

riskan dengan kecelakaan, penuh resiko. Keadaan yang sebenarnya

tidaklah seperti anggapan yang ada pada masyarakat seperti diatas karena peralatan yang digunakan memenuhi standar keselamatan. hal utama yang dihadapi oleh mereka yang mulai mengikuti olahraga ini adalah rasa

cemas yang tinggi sehingga muncul anggapan bahwa olahraga ini sangat berbahaya.

Dalam menggunakan papan lompatan tersebut sangat dipengaruhi dengan

teknik yang dipergunakan dan juga keberanian yang didalamnya termasuk tingkat kecemasan yang berbeda – beda dalam setiap manusia.

Seorang pasti pernah mengalami kecemasan pada saat menjelang,

berlangsung atau selesai kegiatan, sedikit banyak hal ini akan

mempengarui penampilanya pada saat aktifitas. Kecemasan merupakan

perasaan khawatir tentang ketakutan atau adanya persepsi tentang sesuatu hal yang mengancam, was – was dan disertai dengan peningkatan

perubahan system jaringan tubuh pada susunan saraf otonom dan

gangguan pada pencernaan.

Dari hasil uraian diatas dan dari hasil pengamatan pada siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima bahwa siswa masih belum memahami tingkat kecemasan pada diri siswi tersebut berpengaruh dalam melakukan

(19)

3

Dari beberapa hal diatas maka peneliti bermaksud melakukan penelitan tentang “ Pengaruh Latihan Relaksasi Progresive Muscle Relaxation

terhadap meredanya kecemasan saat melakukan loncat indah gaya paku pada siswi kelas kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima”.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang diatas, maka permasalahan yang dapat didentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Ada siswa yang merasa takut, gelisah, dan berkeringat dingin pada saat akan melakukan aktifitas loncat indah.

2. Terdapat siswa yang gugup dalam melakukan loncat indah.

3. Beberapa siswa takut dianggap remeh teman-temanya jika ia tidak bisa melakukan loncat indah.

4. Terdapat siswa yang merasa malu dan dipandang ketinggalan dari siswa yang lain jika tidak dapat melakukan loncat indah.

C. Batasan Masalah

Bedasarkan latar belakang masalah dan identifikasi masalah di atas, maka untuk lebih efektif penulis membatasi masalah dengan mengkaji mengenai meredanya tingkat kecemasan siswa saat melakukan loncat indah gaya

(20)

4

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pada pembatasan masalah di atas, maka masalah dalam penelitian ini adalah siswa mengalami kecemasan saat akan melakukan loncat indah gaya paku, adapun permasalahnya adalah:

“Apakah kecemasan siswa saat akan melakukan loncat indah gaya paku

dapat dikurangi dengan menggunakan latihan rileksasi progressive muscle

relaxation?”

E. Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah kecemasan siswi saat melakukan loncat indah gaya paku dapat diredakan dengan

menggunakan latihan rileksasi progressive muscle relaxation.

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Peneliti

Sebagai salah satu teknik yang dapat digunakan untuk meredakan

kecemasan,. Teknik rilaksasi ini juga dapat diterapkan sebagai bahan materi

pokok pada setiap pendidikan dasar berdasarkan teori dapat meredakan

kecemasan

2. Siswa

(21)

5

otot tubuh tidak terlalu tegang sehingga dia akan lebih rileks dan

dapat mengontrol posisi tubuh dengan benar.

3. Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Hasil penelitian ini diharapkan menjadi gambaran dalam upaya

pengkajian latihan relaksasi terhadap meredanya kecemasan seseorang.

G. Ruang Lingkup Penelitian

Obyek penelitian : Untuk mengetahui latihan relaksasi progressive muscle

relaxation terhadap meredanya kecemasan siswi saat

melakukan loncat indah gaya paku.

Subyek penelitian : Siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima.

(22)

II. TINJAUAN PUSTAKAN

A.Relaksasi

Relaksasi merupakan salah satu teknik yang dapat meredakan kecemasan

bahkan williams (1996), berpendapat bahwa : “ it is important to realize

that some relaxation techniques are motor skill that need to be learned.”

(hlm. 181). Selain itu juga Satiadarma (2000), mengatakan sebagai berikut : “ bahwa relaksasi tidak sekedar meredakan ketegangan secara psikis,

tetapi juga memperbaiki kondisi fisik seseorang.” (hlm. 198). Selain itu

juga relaksasi dapat mengurangi ketegangan otot dan akan mengurangi gejala stres lainya seperti kecemasan, tidak mampu mengambil keputusan, perhatian yang menyempit dsb (Tim Psikologi SEA GAMES XIX 1997)”.

Teknik ini juga telah banyak digunakan terutama untuk mengurangi

kegairahan dan ketegangan yang berlebihan yang dirasakan oleh para atlet.

Latihan ini membawa seseorang sampai keadaan rileks pada otot-ototnya. Jika seseorang berada pada keadaan seperti itu, akan terjadi pengurangan timbulnya reaksi emosi yang menggelora, baik pada susunan saraf pusat,

maupun pada susunan syaraf otonom dan lebih lanjut dapat meningkatkan perasaan segar dan sehat baik jasmani maupun rohani. Hal ini sesuai

(23)

7

antara emosi, misalnya kecemasan, dengan kondisi tubuh( ketegangan

pada otot-otot). Jadi jika seseorang dapat meredakan kecemasan atau merilekskan otot-ototnya, maka akan terjadi juga pengurangan ketegangan atau kecemasan dan akibat lain karena keadaan tersebut.

B. Teknik-teknik relaksasi

Ahli-ahli psikologi telah mencobakan beberapa teknik untuk mengurangi kecemasan yang berlebihan pada individu yang memperlihatkan ketakutan dalam menghadapi berbagai situasi, antara lain adalah seperti apa yang

dikatakan Harsono (1988):

1.Teknik Jacobson dan Schultz 2. Teknik Cratty (1973)

3. Teknik Progressive muscle relaxation (jacobson) 4. Teknik Autogenic Relaxation (psychotonic Training) 5. Teknik respons bebas-anxiety

6. Latihan pernafasan dalam (deep breathing)

7. Meditasi”. (hlm. 285).

Dari tujuh teknik relaksasi penulis hanya mengunakan satu teknik relaksasi yaitu teknik Progresive muscle relaxation (jacobson), dengan alasan bahwa kedua aspek fisik dan psikis dapat dilatih bersamaan

sehinga hasilnya akan lebih optimal. Seseorang yang mengalami

ketakutan biasanya otot-ototnya menjadi tegang (Harsono,1988). Kalau

ototnya tegang (tensed), maka biasanya ketrampilan fisiknya akan

terganggu. Oleh karena itu agar tidak terganggu otot tersebut harus dibuat

(24)

8

Jacobson berpendapat bahwa ada hubungan langsung dari sistem otot ke

emosi orang, kalau dapat mengontrol sistem otot-otot kita dapat mengurangi ketegangannya, maka kita akan mampu pula untuk

mengontrol emosi-emosi kita (Harsono,1983).

C. Progressive muscle relaxation technique

Teknik relaksasi ini pertama kali diperkenalkan oleh Edmond Jacobson seorang dokter dari Amerika Serikat, adalah salah satu teknik untuk

belajar mengontrol otot-otot (Vanek dan Cratty, 1970).

Jacobson berpendapat (Harsono,1988), sebagai berikut : “ bahwa ada

hubungan langsung dari sistem otot ke emosi orang. Kalau kita dapat

mengontrol sistem otot-otot kita dan mengurangi ketegangannya, maka kita akan mampu pula untuk mengontrol emosi kita”. (hlm. 284).

Secara sepintas prosedur jacobson dapat digambarkan sebagai berikut : mula-mula climber disuruh berbaring dengan rileks, kemudian secara bergantian setiap anggota tubuh diberi giliran untuk dilatih relaksasi.

Misalkan lengan disuruh ditegangkan (kontraksi) dengan tegangan isometrik. Tegangan ini dipertahankan untuk selama kira-kira 10 detik

atau lebih (gauron,1984), setelah itu otot diperintahkan untuk rileks dan bahwa otot-otot lengan itu dapat kita kontrol. Prosedur yang sama dilakukan pada otot-otot lainnya, sampai seluruhnya benar-benar merasa

(25)

9

Setelah berlatih berulang-ulang, diharapkan lama-kelamaan mampu

mengontrol otot-otot sehingga apabila ketegangan pada otot, segera dapat memerintahkan otot untuk rileks.

D. Pelaksanaan dan tempat latihan

Agar efektif hasilnya latihan ini sebaiknya dilakukan ditempat dan situasi

yang memungkinkan latihan tersebut berlangsung dengan baik, antara lain: 1. dilaksanakan ditempat yang tenang, bebas dari hal-hal yang

mengganggu kosentrasi, suara bising, tempat kotor, panas terik,

dll.

2. Sebaiknya dilapisi oleh matras yang cukup empuk agar dapat

berbaring dengan enak.

3. dilakukan ditempat yang teduh terhindar dari sengatan langsung matahari

4. dialunkan musik yang menenangkan jiwa (musik klasik) dalam memberikan instruksi suara harus betul-betul menenangkan.

5. harus dilakukan secara sukarela dan tekun dan mempunyai kemampuan kosentrasi dengan baik

E. Kecemasan

Siswi yang akan melakukan loncat indah pasti pernah mengalami

(26)

10

tanpa bantuan orang lain, ada sejumlah perenang yang membutuhkan

bantuan orang lain untuk mengatasi kecemasannya.

Cemas menurut kamus besar Bahasa Indonesia (1999) adalah “tidak

tentram hati (karena khawatir, takut); gelisah” (hlm.181). Anshel (1977)

mengatakan kecemasan adalah reaksi emosi terhadap suatu kondisi yang dipersepsi mengancam. Selanjutnya Weinberg dan Gould (1995)

menjelaskan bahwa kecemasan merupakan emosi negatif yang ditandai oleh adanya perasaan khawatir, was-was, dan disertai dengan peningkatan

perubahan sistem jaringan tubuh.

Definisi kecemasan menurut pandangan beberapa ahli. Dalam Dictionary of Sport dan Exercise Sciences (Anshel, Freedson, Hamill, Haywood, Horvat,

dan Plowman, 1991) mendefinisikan kecemasan sebagai perasaan subyektif tentang ketakutan atau adanya persepsi tentang sesuatu hal yang

mengancam .

Weinberg dan Gould (1995) menjelaskan “ anxiety is a negative emotional

state with feelings of nervouness, worry, and apprehension assosiated with

activation or arousal of the body”. (hlm. 93).

Evans (dalam Satiadarma & Soekasah, 1996) mengatakan bahwa

kecemasan merupakan keadaan stres tanpa penyebab yang jelas dan hampir

selalu disertai gangguan pada susunan saraf otonom dan gangguan pada pencernaan.

(27)

11

tentang sesuatu hal yang mengancam , was-was, dan disertai dengan

peningkatan perubahan sistem jaringan tubuh pada susunan saraf otonom dan gangguan pada pencernaan.

F. Pengukuran Tingkat Kecemasan

Pengukuran tingkat kecemasan dalam olahraga secara umum terdiri atas 3

(tiga) bentuk yaitu pengukuran fisik (physiological technique), pengukuran perilaku (behavioral technique) dan pengukuran psikologis/kognitif

(psychological technique). Namun berbagai teknik pengukuran ini masih

jauh dari sempurna karena adanya pertimbangan sejumlah faktor, dan pengukuran-pengukuran ini masih mengandung banyak kelemahan.

Dalam pengukuran fisik, Hackfort dan Schwenkenmezger (1989) mengemukakan bahwa pengukuran gejala-gejala fisik tertentu seperti tekanan darah, denyut nadi, dsb dapat terjadi pada mereka yang mengalami

kecemasan, dan kondisi yang sama juga terjadi pada mereka yang menikmati kegembiraan.

Sedangkan dalam pengukuran perilaku, akurasi pengukuran ini juga sangat rendah karena a) tiap atlet memiliki ciri perilaku khusus yang terkait dengan kecemasan, b) tiap pelatih memiliki persepsi individual akan

(28)

12

pribadi akan perubahan tersebut yang dapat digolongkan sebagai indikator

cemas.

Beberapa pengukuran psikologis seperti STAI (State Trait Anxiety Inventory) tidak dirancang untuk situasi olahraga. Pengukuran lainnya

seperti SCAT (Sport Competition Anxiety Test) dianggap hanya mampu mendeteksi kecemasaan kognitif, tetapi tidak terhadap kondisi somatis. Demikian juga SAS (Sport Anxiety Scale) yang mengukur kecemasan

kognitif dan somatis masih belum dapat diterima sebagai perangkat yang cukup layak untuk meramalkan dampak kecemasan terhadap penampilan

atlet. Masalahnya adalah, reaksi atlet sangat dipengaruhi oleh kondisi sesaat yang dihadapinya.

G. Dua macam Anxiety

1. State Anxiety

Hackfort & Schwenkmezger (1993) mendefinisikan state anxiety sebagai:

“…subjective, consciously perceived feelings of inadequacy and tension

accompanied by an increased arousal in the autonomous nervous

system.”

(29)

13

“state anxiety is defined as a temporary emotional condition of the

human organism that varies in intensity and is unstable with regard to

time. It is described as consisting of subjective, consciously perceived

feelings of tension and anxious expectancy, combined with an increase

in activity of the autonomic nervous system.”

Dari kedua definisi diatas, state anxiety merupakan keadaan yang

sementara dan relatif tidak stabil. State anxiety juga dianggap sebagai kombinasi dari persepsi masing-masing individu dalam mempersepsikan perasaan cemasnya dan meningkatnya aktivitas pada sistem saraf

otonom. Keadaan ini menghasilkan dua komponen yang ada dalam state anxiety yang disebut oleh Liebert dan Morris (dalam Hackfort &

Schwenkmezger, 1993) sebagai worry dan emotionality.

Worry didefinisikan sebagai elemen kognitif dari kecemasan, seperti misalnya pengharapan (expectation) negatif dan perhatian terhadap

dirinya, keadaan yang sedang terjadi, dan akibat-akibat yang berpotensi untuk muncul (Parfitt, Jones, & Hardy, 1990). Sementara emotionality

didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap indikasi-indikasi yang muncul pada sistem saraf otonom dan perasaan yang tidak mengenakkan

seperti misalnya tegang dan gelisah.

Worry merupakan penilaian individu mengenai suatu keadaan di luar dirinya yang dianggap mengancam, sementara emotionality lebih kepada

(30)

14

2. Trait Anxiety

Spielberger (dalam Hackfort & Schwenkmezger, 1993) mengatakan:

“The concept of trait anxiety depicts relatively stable individual

differences in susceptibility to anxiety reactions, i.e., in the tendecy to

perceive a broad spectrum of situation as dangerous or threatening.”

Sementara Hackfort & Schwenkmezger (1993) berpendapat:

“Trait anxiety is defined as an acquired behavior disposition,

independent of time, causing an individual to perceive a wide range of

objectively not very dangerous circumstances as threatening.”

Dari definisi-definisi diatas, trait anxiety dianggap stabil dan sudah menjadi kecenderungan individu untuk bereaksi cemas terhadap

situasi-situasi yang mengancam atau yang tidak mengancam. Kecenderungan tersebut juga menyebabkan trait anxiety tidak tergantung pada waktu seperti halnya pada state anxiety.

Endler & Okada (dalam Hackfort & Schwenkmezger, 1993) membagi trait anxiety ke dalam 4 komponen, yaitu:

1. Ancaman terhadap ego di dalam lingkungan sosialnya

2. Kecemasan yang berkaitan dengan bahaya yang mengancam fisik

(31)

15

4. Kecemasan yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari

Sementara Hackfort & Schwenkmezger (1993) berdasarkan literatur psikologi olahraga yang didapat dari Hackfort & Schwenkmezger

(1985); Schwenkmezger, (1985); dan Vormbock (1983), membagi trait anxiety ke dalam 5 komponen, yaitu:

1. Kecemasan akan cedera fisik. 2. Kecemasan pada kegagalan 3. Kecemasan terhadap kompetisi

4. Kecemasan akan malu

5. Kecemasan pada sesuatu yang tidak diketahui

Pembagian komponen trait anxiety oleh Hackfort & Schwenkmezger lebih

tepat digunakan karena pembagian ini didasarkan pada situasi-situasi

olahraga yang memang sering menimpa atlet .

H.Kecemasan Kompetitif (competitive anxiety)

Bila atlet menganggap ada situasi yang mengancam maka akan terjadi peningkatan reaksi cemas, proses kompetisiadalah proses kecemasan yang terjadi pada seorang sebagai hasil adanya situasi kompetisi yang objektif.

Penghubung antara kecemasan dan kompetisi dapat ditemukan dengan mendefinisikan kompetisi dalam olahraga. Marten (1976) mendefinisikan

(32)

16

“a process in which the comparison of an individual’s performance is

made with standard in the presence of at last one other person who is

aware of the criterion for comparison and evaluate the comparison

prosess”

Kompetisi merupakan suatu proses yang membandingkan penampilan individu berdasarkan standar yang dikemukakan setidaknya oleh satu

orang yang memahami criteria dalam pemahaman dan evaluasi dari proses pembandingan tersebut. Proses dalam kompetisi merupakan suatu yang pada dasarnya menimbulkan ketakutan karena evaluasi internal dan

eksternal dari individu yang kompeten. Sebagai sasaran akhir kompetisi membandingkan performa individu dengan beberapa standar, lalu

memberikan informasi tentang kesuksesan atau kegagalan individu dalam suatu kompetisi.

Sedangkan Mark Anshel (1990), menyatakan bahwa kecemasan kompetitif mereflesikan perasaaan atlet dimana akan terjadi suatu kesalahan, yaitu out come yang tidak sukses, atau pengalaman gagl yang akan dialami.

Competitive anxiety is the response of the individual to sporting accasions,

and perhaps most significantly the big sporting accasions (scull, 1994).

I. Sumber Kecemasan

(33)

17

1.Keluhan somatis. Terjadi karena peningkatan aktivitas fisiologis yang

berkaitan dengan situasi yang menimbulkan stress seperti saat menjelang kompetisi. Contoh keluhan somatic adalah sakit perut, mual, pusing,berkeringat dingin, menguap yang berlebihan, tidak

biasa tidur, sering buang air kecil dan sebagainya.

2.Takut gagal. Perasaan yang dialami atlet terjadi jika ada evaluasi

subjektif dari atlet yang menghasilkan persepsi gagal dalam meraih prestasi, hal tersebut menyebabkan timbulnya reaksi cemas pada diri atlet.

3.Perasaan tidak adekuat. Timbul karena atlet mempresepsikan dirinya secara tidak benar, misalnya ketidakpuasan terhadap kemampuan

yang dimilikinya yang menghasilkan perasaan lemah, kelelahan, dan ketidak mampuan konsentrasi.

4.Kehilangan kendali. Bisa dilihat dari persepsi atlet terhadap

ketidakmampuannya mengendalikan suatu yang sedang terjadi. Hal-hal yang sedang terjadi dianggap dikendalikan oleh factor luar seperti

keberuntungan. Biasanya factor kecemasan ini diwakili oleh pikiran-pikiran yang menyalahkan orang lain, misalnya lawan yang curang, pelatih yang tidak baik, kondisi lapangan yang buruk, dan nasib yang

malang.

5.Rasa bersalah. Munculnya berkaitan dengan moralitas dan agresi, rasa

bersalah ini biasanya berhubungan dengan kecurangan yang

(34)

18

6.Keinginan diperhatikan orang lain. Perhatian orang lain dapat menjadi

kepuasan dalam hal ini sering dengan keinginan pamer, yang akhirnya meningkatkan semangat juang. Jika hal ini sebaliknya terjadi tidak adanya perhatian dari orang lain akan menimbulkan kegelisahan.

7.Kehilangan kepercayaan diri. Disebabkan oleh kegagalan yang dialami berulang-ulang menyebabkan kegelisahan batin tersendiri

untuk atlet, hal ini akan membuat trauma tersendiri bagi atlet.

J. Hubungan Kecemasan dangan Prestasi

Pada olahraga prestasi, semua orang mengalami kecemasan, hanya tingkat kecemasannya berbeda-beda. Kecemasan yang dialami oleh siswa biasanya

akan meningkat pada saat menjelang kompetisi atau berada dalam situasi kompetisi. Sedikit rasa cemas dapat meningkatkan performa tetapi tingkat kecemasan yang tinggi menghambat performa yang diharapkan.

Menurut teori ∩ peningkatan sesaat yang sedang atau rendah sampai pada suatu saat tertentu dapat mempengaruhi keoptimalan performa yang

ditampilkan atlet, sedangkan peningkatan kecemasan sesaat yang terlalu tinggi dapat menurunkan performa.

(35)

19

Gambar2.2 Kecemasan dan ambisi

Keterangan:

1. Anxiety sedang ambisi rendah 2. Anxiety sedang ambisi sedang

3. Anxiety sedang ambisi tinggi 4. Anxiety rendah ambisi rendah

5. Anxiety rendah ambisi sedang 6. Anxiety rendah ambisi tinggi 7. Anxiety tinggi ambisi rendah

(36)

20

K. Loncat Indah

Loncat indah adalah salah satu olahraga air yang mempunyai resiko besar pada waktu melakukan gerakan loncat, diperlukan keberanian dan percaya diri yang tinggi.

Loncat indah pertama kali ditemukan di Eropa dan mulai menjadi olahraga kompetisi di Inggris pada tahun 1905. Loncat indah merupakan

perpaduan gerakan akrobatik di udara dan loncatan. Pada dasarnya loncat indah terdiri dari loncatan yang dimulai dari langkah take off atau

pantulan take off kemudian masuk ke air. Penggunaan papan loncat adalah

kombinasi dari gerakan saat di udara setelah take off dan sebelum masuk ke air.

Loncatan biasanya di lakukan dari papan plat dan spring board, kemudian melakukan berbagai gaya sebelum terjun kedalam air.Loncat air dibedakan menjadi 2, Yaitu :

1.Kedua tangan terlebih dahulu yang masuk kedalam air, kemudian

anggota badan lain yang mengikuti.

2.Kedua kaki terlebih dahulu yang masuk kedalam air, kemudian anggota badan lain mengikuti.

a) Teknik-teknik Dasar Loncat Indah

(37)

21

ditundukkan,kedua lengan diluruskan kemuka bawah mengarah

menuju jarak 2 m dari tepi kolam. Kedua ibu jari kaki saling berkaitan atau kedua telapak tangan saling bertindihan. Kepala tundukan diantara kedua lengan dan melihat kebagian perut.

2)Terjun(berdiri berlutut satu kaki). Sikap badan, lengan dan kepala sama dengan bersikap jongkok. Pantat harus sudah diangkat supaya

titik berat badan terletak dimuka.

3)Terjun (Berdiri dengan sikap badan lengan dan kepala sejajar) 4)Terjun (Sikap start). Sikap permulaan adalah dengan meletakkan

kaki seperti sikap terjun berdiri. Kedua tangan di luruskan kebelakang , badan dan kepala diangkat.

Gambar2.3 Loncat indah gaya paku

L.Kerangka Pemikiran

Adanya faktor ketinggian dan belum pernahnya seorang untuk melakukan

loncatan sering kali menimbulkan kecemasan pada para pemula saat akan melakukan loncatan untuk yang pertama kalinya dan hal ini akan

(38)

22

kecemasan tinggi maka sering kali teknik yang benar terabaikan, dan

terjadi masalah. Hal ini sesuai dengan pendapat Satiadarma (2000), bahwa “ bahwa kecemasan dapat menimbulkan ketidak serasian motorik pada

atlet karena adanya ketegangan, keraguan dan tidak terkoordinasinya gerakan.” (hlm. 197)

Kecemasan yang dialami ini disebabkan karena rasa tidak percaya diri dan

takut tidak menguasai materi yang akan disampaikan kepada teman-temannya.

Kecemasan yang dialami siswa tersebut harus dikurangi supaya tidak

mempengaruhi siswa. Cara yang dapat digunakan untuk mengurangi kecemasan tersebut adalah dengan menerapkan latihan relaksasi

progresive muscle relaxation, karena teknik ini pada umumnya digunakan

untuk mengurangi kecemasan yang dialami individu. Tujuan dari penerapan teknik ini adalah untuk mengurangi perasaan cemas yang

dialami siswa saat melakukan aktivitas loncat indah.

Umumnya penggunaan latihan relaksasi progresive muscle relaxation

digunakan jika klien mengalami suatu kecemasan. Harsono(1988) seseorang yang mengalami ketakutan biasanya otot-ototnya menjadi tegang. Jacobson berpendapat bahwa ada hubungan langsung dari sistem

otot ke emosi orang kalau dapat mengontrol sistem otot-otot kita dapat mengurangi ketegangannya, maka kita akan mampu pula untuk

(39)

23

Dari uraian diatas maka peneliti mencoba untuk meredakan keceasan siswi

sat melakukan loncat indah gaya paku dengan menggunakan latihan relaksasi progresive muscle relaxation. Caranya adalah dengan melakukan observasi terlebih dulu sebelum diberi perlakuan untuk melihat seberapa

tinggi kecemasan yang dialami subjek, setelah itu diberikan perlakuan dan setelah diberi perlakuan maka subjek diobservasi lagi kecemasannya

apakah mengalami penurunan atau tidak.

Berikut ini peneliti mencoba menggambarkan kerangka pikir dalam

bentuk gambar :

13.

14.

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian

Dari gambar tersebut dapat dilihat pada awalnya siswa mengalami kecemasan saat melakukan loncat indah gaya paku. kemudian peneliti mencoba untuk mengatasi kecemasan tersebut dengan menerapkan latihan

relaksasi menggunakan teknik progresive muscle relaxation dengan tujuan kecemasan yang dialami siswa tersebut nantinya akan berkurang sehingga

(40)

24

M. Hipotesis

Sugiyono (2008:64) “Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian, dimana rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan. Dikatakan sementara, karena jawaban yang diberikan baru

didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta – fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data.”

Bedasarkan pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa hipotesis adalah jawaban yang bersifat sementara terhadap masalah penelitian yang

kebenanrannya harus diuji secara empiris melalui data-data yang terkumpul.

“Pengaruh latihan rileksasi Progresive Muscle Relaxation terhadap

meredakan mecemasan Saat melakukan loncat indah gaya paku pada siswi kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima.”

Dari uraian yang telah dijelaskan di atas, dapat ditarik suatu hipotesis

penelitian yaitu:

Ho: Latihan rileksasi progresive muscle relaxation tidak dapat meredakan kecemasan saat akan melakukan loncat indah gaya paku pada siswi

kelas XI IPA SMA Negeri 1 Way Lima.

Ha: Latihan rileksasi progresive muscle relaxation dapat meredakan kecemasan saat akan melakukan loncat indah gaya paku pada siswi

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam suatu penelitian diperlukan metode yang sesuai dengan masalah

yang akan diteliti sehingga dapat diperoleh hasil yang sesuia dengan yang diharapkan. Metode penelitian ini sangat diperlukan untuk menetukan data dan pengembangan suatu pengetahuan serta untuk menguji suatu

kebenaran pengetahuan.

Metode yang dipakai dalam penelitian ini adalah metode eksperimen.

Metode eksperimen adalah metode percobaan dan observasi sistematis dalam satu situasi khusus, dimana gejala-gejala yang diamati itu begitu disederhanakan, yaitu hanya beberapa factor saja yang diamati, sehingga

penelitian bisa mengatasi seluruh proses eksperimennya,(Kartini Kartono,1996:267). Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah

desain eksperimen subjek tunggal.pada penelitian ini yang akan dihilangkan oleh peneliti adalah kecemasan yang dialami siswa saat

presentasi.

Desain yang digunakan adalah eksperimen subjek tunggal (Arikunto, 2002:85)

(42)

26

diberikan perlakuan subjek diberikan suatu pengukuran kecemasan (O1), dan setelah diberi perlakuan diukur kembali keadaan kecemasannya (O2). Hasil kedua pengukuran tersebut dibandingkan untuk menguji apakan perlakuan

ayng diberikan dapat mengurangi tingkat kecemasan.

Sebelum perlakuan Treatment Setelah perlakuan

Gambar3.1 desain eksperimen subyek tunggal

Keterangan :

O1 : Subyek mengalami kecemasan

X : Perlakuan menggunakan latihan relaksasi progressive muscle

relaxation

O2 : Subyek menurun kecemasannya

B. Subjek Penelitian

Subyek penelitian adalah sumber data untuk menjawab masalah. Penelitian

subjek ini disesuaikan dengan keberadaan masalah dan jenis data yang ingin dikumpulkan. Penelitian ini dibreikan kepada siswa yang mengalami

(43)

27

kecemasan saat melakukan loncat indah gaya paku. Pelaksanaan

pengambilan subyek yaitu mula-mula peneliti mengidentifikasi permasalahan yang ingin diteliti, dengan mengadakan penelitian

pendahuluan terlebih dahulu. Lalu peneliti menetapkan subjek untuk permasalah tersebut berdasarkan teknik pengumpulan data observasi terstruktur.

Pada penelitian ini subjeknya adalah para siswi kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Way Lima. Selanjutnya karena populasinya relatif kecil, maka

seluruh anggota populasi (24 orang siswi) dijadikan subjek penelitian.

C. Variable Penelitian

Arikunto (2006:96) variabel merupakan segala sesuatu yang akan menjadi

objek penelitian atau apa yang menjadi titik perhatian suatu penelitian. Sedangkan menurut Suryabrata (2007:72) variabel adalah faktor-faktor

yang berperan dalam penelitian peristiwa atau gejala yang akan diteliti (objek penelitian).

Dalam penelitian ini bedasarkan judul yang telah ditetapkan oleh penulis yaitu: “Pengaruh latihan rileksasi terhadap meredanya kecemasan saat

melakukan loncat indah gaya paku pada siswi kelas XI IPA 1 SMA Negeri 1 Way Lima” Maka variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah

(44)

28

perlakuan yang sengaja diberikan untuk mendapatkan perubahan pada

siswi, yaitu kecemasan siswi saat akan melakukan loncat indah gaya paku.

D. Definisi Operasional

kecemasan siswa pada saat melakukan loncat indah adalah emosi yang tidak menyenangkan yang ditandai dengan istilah seperti kekhawatiran,

keprihatinan, dan rasa takut yang kadang-kadang dialami dalam tingkat yang berbeda-beda.

kecemasan siswa pada saat presentasi ditandai dengan timbulnya indikator berupa gejala fisik seperti: kekhawatiran, ketakutan, ketegangan,

kegelisahan dan sulit berkonsentrasi.

Progresive Muscle Relaxation adalah teknik untuk mengubah tingkah laku

melalui perpaduan beberapa teknik yang terdiri dari memikirkan sesuatu,

rileks dan membayangkan sesuatu agar klien dapat mengurangi ketakutan atau ketegangan dalam suasana tertentu, di dalam penelitian ini untuk

mengurangi kecemsan siswa pada saat melakukan loncat indah.

E. Instrument Penelitian

Menurut Suharsimi Arikunto (2002: 136) instrumen adalah alat atau fasilitas yang digunakan penelitian dalam mengumpulkan data agar

(45)

29

1. Pengukuran Denyut Nadi dan Tekanan Darah a. Automatic Blood Pressure Monitor

b. Blangko pengukuran denyut nadi dan tekanan darah c. Alat tulis

F. Teknik Pengumpulan Data

1. Instrument pengukuran denyut nadi dan tekanan darah

Instrumen penelitian merupakan alat atau cara yang digunakan untuk

mengambil data penelitian. Instrumen yang digunakan untuk mengambil data penelitian diantaranya :

Tingkat denyut nadi dan tekanan darah

Untuk mengukur denyut nadi dan tekanan darah digunakan suatu alat yang disebut Automatic Blood Pressure Monitor

Alat yang digunakan antara lain:

a. Automatic Blood Pressure Monitor

b. Blangko pengukuran

c. Alat tulis

Pelaksanaan pengambilan data:

(46)

30

3. Maju satu persatu untuk diukur denyut nadi dan tekanan

darahnya saat istirahat.

4. Setelah didapat hasilnya para siswi satu pesatu naik ke atas papan

loncatan.

5. Setelah siswi naik ke atas papan loncatan kembali diukur denyut nadi dan tekanan darahnya untuk mengetahui adanya kenaikan

denyut nadi dan tekanan darah.

6. Kemudian para siswi diberikan rileksasi.

7. Setelah itu kembali diukur denyut nadi dan tekanan darahnya setelah diberikan rileksasi.

Gambar 3.2 Automatic Blood Pressure Monitor

G. Analisis Data

Analisis data atau pengolahan data merupakan suatu langkah penting dalam suatu penelitian. Dalam suatu penelitian seorang peneliti dapat menggunakan dua jenis analisis, yaitu analisis statistik dan analisis non

statistik.

Pada dasarnya statistik mempunyai dua pengertian yang luas dan yang

(47)

31

ilmiah yang dipersiapkan untuk mengumpulkan, mengajukan, dan

menganalisis, data yang berwujud angka. Sedangkan dalam pengertian yang sempit statistik merupakan cara yang digunakan untuk

menunjukkan semua kenyataan yang berwujud angka.

Setelah data diperoleh, yang terdiri dari 3 (tiga) pengukuran yaitu: tekanan darah dan denyut nadi saat istirahat Adapun langkah-langkah

pengolahan data pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Menghitung skor rata-rata (mean) . 2. Menghitung standar deviasi (SD) .

3. Menghitung standar deviasi gabungan

4. Mengetes normalisasi dari distribusi pretest dan posttest 5. Jika ternyata kelompok berdistribusi normal, dilanjutkan

dengan pengetesan homogenita s variansinya.

6. Jika ternyata salah satu atau kedua distribusi itu tidak normal, langkah selanjutnya menggunakan statistik non parametrik.

Dalam hal ini dapat menggunakan tes Wilcoxon.

7. Jika ternyata kedua variansinya homogen dilanjutkan dengan

uji t atau t-test

(48)

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A.Kesimpulan

Berdasarkan hasil analia statistik seperti tercantum dalam bab IV, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Loncat indah dapat meningkatkan kecemasan terbukti dengan

meningkatnya denyut nadi dan tekanan darah.

2. Latihan relaksasi dapat menurunkan denyut nadi dan tekanan darah.

3. Karena ada keterkaitan antara peningkatan denyut nadi dan tekanan darah terhadap kecemasan maka dapat diartikan bahwa dengan latihan relaksasi kecemasan dapat diredakan.

4. Latihan kontraksi relaksasi yang dikemukakan oleh Yacobson baik untuk diterapkan pada para loncat indah pemula.

5. Terdapat penurunan baik denyut nadi maupun tekana darah yang signifikan antara cemas sebelum eksperimen dan setelah eksperimen.

Dari hasil eksperimen terbukti bahwa kecemasan dapat diredakan oleh latihan

(49)

41

B.Saran-saran

Dari hasil penelitian ini penulis mempunyai saran-saran sebagai berikut :

1. Lakukan penelitian yang sejenis dengan metode meredakan kecemasan

yang lain.

2. Lakukan penelitian dengan testi wanita.

3. Dengan semakin banyak testi akan lebih baik kesimpulan yang didapat.

4. Hasil ini dapat dipakai sebagai masukan yang berharga untuk para fasilitator terutama untuk meredakan kecemasan.

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Anshel, M. H. (1997). Sport psychology: From theory to practice. Scottsdale, Az: Gorsuch Scarisbrick.

Hackfort, D. & Schwenkmezger, P. (1989). Measuring anxiety in Sports. New York. Hemisphere.

Harsono. (1988). Coaching. Jakarta. Tambak Kusuma.

Harris, D.V. (1984). Applied sport psychology personal growth to Peak Performance. Mountain View, Ca. Mayfield.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1999). Jakarta. Balai Pustaka.

Nasution. (1975). Metode Statistik. Jakarta. P.T. Gramedia. Nurseto, Frans. (2011) . Psikologi Olahraga. (November 2011) Singgih. Gunarsa. (2003). Kuliah (februari 2003).

Sudjana. (1996). Metoda Statistika. Bandung.Tarsito.

Spileberger. C. (1993). Anxiety and behavior. New York, Academic. Sutrisno. (1983). Metodologi Research. Yogyakarta.Univ. Gajah Mada.

Vanek. Craty (1970). Psichology and the superior athelete. The Millan Company, London. Collier-Macmillan.

Weinberg, R.S. & Gould. (1995). Foundations of sport and exercise Psychology. Champaign, H.: Human Kinetics.

Wiliams, Melwin. H. (1996). Lifetime fitness and wellness.The United States of Aerica. The Nc-Graw-Hill Companies,Inc.

(51)

43

Sugiyono.2008. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Bandung:Remaja Rosdakarya.

Gambar

Gambar 1. Kerangka pikir penelitian
Gambar 3.2 Automatic Blood Pressure Monitor

Referensi

Dokumen terkait

ada beberapa judul drama Korea yang menceritakan tentang penindasan terhadap kaum perempuan, dimana pemeran utama perempuan digambarkan sebagai sosok yang ceroboh, tidak pintar

Latar Belakang: Aktivitas Sosial adalah kegiatan yang dilakukan bersama dengan masyarakat dilingkungan sekitar.Seseorang lansia yang dapat berinteraksi sosial dengan

The objective of this research is to evaluate the environmental impact of some currently implemented methods of POME treatment, such as: (1) open lagoon and land application

Listwise deletion based on all variables in the procedure... Listwise deletion based on all variables in the

Miskonsepsi ini juga ditemukan pada penelitian terdahulu [1, 8, 24] yang dapat disebabkan karena siswa dan mahasiswa hanya menghafal secara cepat bahwa komponen

Di mana mereka dilihatkan dalam film Kartini ini sebagi sosok yang membuat perempuan dimarginal akibat dari tradisi Jawa yang membelenggu kaum perempuan pada masa

foreign language, mastering all of the thousands of vocabulary is indeed very difficult

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kontribusi pendapatan usaha peternakan kambing terhadap tingkat pendapatan petani, skala usaha minimal yang memberikan