• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berkomunikasi. Seluruh negara di dunia dapat merasakan dampak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. untuk saling berkomunikasi. Seluruh negara di dunia dapat merasakan dampak"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Perkembangan media komunikasi massa dengan diiringi kemajuan teknologi saat ini dapat memungkinkan penduduk dari berbagai belahan dunia untuk saling berkomunikasi. Seluruh negara di dunia dapat merasakan dampak dari kemajuan teknologi tersebut. Banyak pula negara yang memanfaatkan kesempatan tersebut untuk memperkenalkan negaranya ke dunia internasional salah satunya adalah Korea Selatan. Seperti yang dikut ip dari Kompas.com edisi Minggu 15 Januari 2012; Bahwa gelombang budaya pop Korea sedang melanda dunia, anak muda di mana-mana histeris melihat aksi group perempuan dan group laki-laki Korea. Inilah puncak kejayaan budaya Korea di sekitar kita1

Selama sepuluh tahun terakhir Korea Selatan sangat giat meperkenalkan dan mengekspor industri kreatif dan kebudayaan mereka ke berbagai negara di belahan dunia. Hal ini ditandai dengan dikenal luasnya grup musik, fashion dan drama yang semuanya khas Korea. Arus gelombang budaya Korea pun dapat kita rasakan di Indonesia. Seperti yang dikutip dari Kompas.com pada edisi Kamis 10 Februari 2011; bahwa penduduk di Indonesia yang berada pada posisi keempat

.

1

“Gelombang Korea” Menerjang Dunia (2012, 15 Januari). Kompas Online. Diakses pada tanggal 09 Maret 2012 pukul 20:00 WIB. Dari

(2)

dunia2

Melalui berbagai media massa gelombang budaya Korea ini terus berkembang. Salah satu media yang ikut mensukseskan gelombang budaya Korea di Indonesia adalah televisi. Televisi memiliki kelebihan dapat didengar dan dilihat, karena sifat audio visual ini televisi menjadi lebih digemari

. Indonesia, sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 di dunia, memiliki kebutuhan terhadap informasi dan hiburan yang lebih banyak dibandingkan dengan negara lain. Oleh karenanya, arus informasi di Indonesia bergerak sangat cepat. Hal inilah yang mendorong gelombang budaya Korea berkembang dengan pesat di Indonesia.

3

. Diawali pada tahun 2002 salah satu stasiun TV swasta menyiarkan drama serial Korea yang berjudul “Winter Sonata”. Drama serial ini ternyata sukses menarik perhatian pemirsa. Kemudian diikuti oleh permintaan audiens yang mayoritas terdiri dari remaja putri. Mereka berlomba-lomba mencari produk Korea. Peluang ini dimanfaatkan oleh stasiun TV dengan menayangkan produk industri kreatif Korea. Dengan tujuan untuk mendapakan audiens sebanyak-banyaknya guna menarik pemasang iklan4

Banyak sekali judul drama korea yang berhasil di ekspor ke Indonesia dan dinikmati oleh remaja putri hingga wanita dewasa. Hal yang menarik perhatian penulis adalah hampir seluruh judul drama Korea tersebut mengeksploitasi perempuan dengan menjadikan perempuan sebagai objek cerita. Peneliti melihat

.

2

Jumlah Penduduk Indonesia Bisa Menggeser AS (2011, 10 Februari). Kompas Online. Diakses pada tanggal 11 Maret 2012 pukul 21:30 WIB. Dari

3

Riswandi. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta: Graha Ilmu. 2009. Hal:5. 4

(3)

ada beberapa judul drama Korea yang menceritakan tentang penindasan terhadap kaum perempuan, dimana pemeran utama perempuan digambarkan sebagai sosok yang ceroboh, tidak pintar dalam segala hal dan merupakan sumber atau biang keladi dari berbagai masalah. Namun, beberapa judul drama tersebut merupakan drama-drama favorit dikalangan remaja putri di Indonesia. Bahkan berhasil mendapatkan beberapa penghargaan. Diantaranya Princess Hour, Boys Before Flower, dan Naughty Kiss.

Perempuan dalam kamus besar bahasa indonesia memiliki definisi sebagai seseorang yang secara fisik memiliki karakteristik sebagai perempuan.5

Kita dapat melihat iklan yang memenuhi layar televisi atau media cetak hampir seluruh iklan yang ada di media massa menjadikan perempuan sebagai objek utama. Contoh lain dapat kita lihat dalam dunia perfilman, banyak film yang mengangkat perempuan sebagai titik utama dimana cerita berawal. Tak jarang ceritanya pun memaparkan perempuan sebagai objek pelampiasan seks, Perempuan sering diidentifikasikan sebagai makhluk yang menyukai keindahan, penyayang dan bertutur kata halus.

Namun dewasa ini media massa baik media cetak, televisi, radio bahkan media massa lainnya, dipenuhi dengan makhluk bernama Perempuan. Perempuan sering dijadikan objek dalam kapitalisasi industri, karena perempuan dianggap sebagai makhluk sempurna yang dengan kecantikannya mampu menarik perhatian khalayak yang menjadi sasaran untuk dijadikan konsumen.

5

(4)

atau sebagai objek kekerasan. Selain itu perempuan pun dikenal sebagai makhluk yang konsumtif. Dimana perempuan dijadikan sasaran dalam penjualan sebuah produk. Saat ini ketika karya seni kreatif seperti iklan dan film menjadi konsumsi masyarakat dalam berbagai media massa, posisi perempuan ini menjadi sangat potensial untuk dikomersialkan dan dieksploitasi, karena posisi perempuan menjadi sumber inspirasi dan juga tambang uang yang tak habis-habisnya.

Dalam perkembangan media elektronik khususnya televisi tentu saja membawa dampak positif dan dampak negatif. Salah satu dampak negatif terutama terhadap perempuan yang terdapat dalam media elektronik tersebut. Hal yang sensitif dalam persoalan eksploitasi perempuan ini adalah ketika dikontruksikan dengan media massa tentunya baik dalam hal tayangan (content) atau sifatnya dalam bentuk berita (news).

Bentuk eksploitasi tersebut dapat kita lihat dalam industri media elektronik, televisi dan internet, perempuan kerap kali hanya dijadikan sebagai obyek seksual, dimana tubuh perempuan maupun sifat keperempuanan dijadikan salah satu alat untuk memancing daya tarik pemirsa baik dalam sinetron, film televisi, dan program-program televisi lainnya, memanfaatkan keindahan atau sensualitas tubuh perempuan sebagai alat untuk menjual produk yang diiklankan atau untuk dimanfaatkan dalam memperoleh keuntungan dalam industri pornografi dalam media televisi dan internet adalah terdapatnya eksploitasi elektronik internet.

(5)

Perempuan oleh media massa, baik melalui iklan atau berita, senantiasa digambarkan sangat tipikal yaitu tempatnya ada di rumah tangga, berperan sebagai ibu rumah tangga dan pengasuh, tergantung pada pria, tidak mampu membuat keputusan penting, menjalani profesi terbatas, selalu melihat pada dirinya sendiri, sebagai obyek seksual/simbol seks (pornographizing; sexploitation), obyek peneguhan pola kerja patriarki, obyek pelecehan dan kekerasan, selalu disalahkan (blaming the victim) dan bersikap pasif, serta menjalankan fungsi sebagai alat pembujuk. Selain itu, eksistensi perempuan juga tidak terwakili secara profesional di media masa, baik dalam media hiburan atau dalam media berita.6

Terlepas dari hal diatas walaupun beberapa media telah mencoba menampilkan liputan dengan menghormati perempuan (korban), misalnya dengan menyingkirkan identitas dan dengan menjelaskan kejadian secara ringkas dan deskriptif saja, tetapi masih saja terdapat media yang tetap mengedepankan Ketika media massa memberitakan peristiwa pemerkosaan dan dalam berita itu disebutkan “perempuan berkulit kuning langsat dan bertubuh sintal”, maka penulisan peristiwa pemerkosaan itu telah menjadikan perempuan sebagai korban, korban untuk kedua kalinya (revictimized), pertama dia menjadi korban kekerasan fisik (pemerkosaan), kedua, dia menjadi korban penulisan, seolah-olah karena kulitnya yang kuning dan tubuhnya yang sintal itu yang menjadi penyebab kekerasan atas diri perempuan itu.

6

(6)

pemberitaan terhadap perempuan secara “vulgar” tanpa mengedepankan prinsip check and balance dalam penyiaran atau peliputan.

Melalui media massa khalayak tidak hanya menerima informasi tentang kekerasan aktual terhadap perempuan itu sendiri, tetapi juga menerima informasi tentang kekerasan yang menimpa perempuan, misalnya melaui informasi yang menunjukkan perendahan martabat perempuan, diskriminasi ataupun limitasi fungsi sosial di masyarakat.

Hal ini diperparah dengan adanya isu ketidaksetaraan gender antara laki-laki dan perempuan yang nampak dalam media massa. Ketidakadilan gender telah berlangsung di negeri ini sejak berabad-abad, ironisnya masyarakat sendiri memang memiliki bahasa dan ideologi yang masih menempatkan perempuan sebagai objek, korban, serta memandang bahwa pengorbanan oleh perempuan merupakan tugas yang mulia (The glory of suffering). Pengertian bahwa perempuan memiliki sifat-sifat lemah, lembut, emosional, bergantung, pasif, domestis, natural, kurang rasional, naif (sementara pria: cerdas, kuat, mandiri, aktif, adventure, rasional, memimpin) memang telah diyakini selama berabad-abad menjadi suatu kebenaran yang terjadi di masyarakat.

Persoalan media massa pada umumnya terkait dengan aspek budaya, politik, dan ekonomi. Dari aspek budaya, media massa merupakan institusi sosial pembentuk definisi dan citra realitas sosial, serta ekspresi identitas yang dihayati bersama secara komunal. Dari aspek politik, media massa memberi ruang dan arena bagi terjadinya diskusi aneka kepentingan berbagai kelompok sosial yang

(7)

ada di masyarakat dengan tujuan akhir untuk menciptakan pendapat umum sebagaimana diinginkan oleh masing-masing kelompok sosial tersebut. Dari aspek ekonomi, media massa merupakan institusi bisnis yang dibentuk dengan tujuan untuk mendapatkan keuntungan secara material bagi pendirinya.7

Drama Itazura Na Kiss versi Korea atau Naughty Kiss ini mendapat apresiasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan versi aslinya yakni versi Jepang. Drama Naughty Kiss yang diproduksi pada tahun 2010 ini mendapat penghargaan 2010 MBC Drama Awards kategori popularity award dan 2010 MBC Drama Award kategori Best New Actor Award. Drama yang dibintangi oleh Kim Hyun Joong (Baek Seung Jo) dan Jung So Min (Oh Ha Ni) ini menceritakan

Dari sisnilah peneliti tertarik untuk meneliti lebih dalam tentang eksploitasi perempuan pada televisi khusunya dalam serial drama Korea. Dalam penelitian ini penulis memfokuskan penelitian pada serial drama korea yang berjudul “Naughty Kiss” yang ditayangkan di Indosiar. Drama berseri dengan enam belas episode ini diadaptasi dari sebuah komik manga Jepang berjudul “Mischievous Kiss” atau “Itazura Na Kiss”. Sebelumnya komik manga tersebut diproduksi menjadi drama seri dalam beberapa versi, yakni versi Jepang, Indonesia, Taiwan dan kemudian Korea. Pada tahun 2002 Indonesia sempat menjiplak Itazura Na Kiss dan memproduksi sinetron dengan cerita yang sama dengan judul “Ciuman Pertama” yang dibintangi oleh Agnes Monica dan Agung Dumadi namun tidak tren dikalangan remaja.

7

(8)

tentang kehidupan anak SMA yang akan menghadapi ujian. Tokoh utama pria digambarkan sebagai sosok yang pintar dan mengagumkan. Sedangkan tokoh utama wanita digambarkan sebagai sosok yang ceroboh, tidak pintar, dan sumber pembuat masalah. Drama Naughty Kiss ini ditayangkan oleh Indosiar pada bulan Juni tahun 2011 dan ditayangkan ulang pada bulan Mei 2012.

Eksploitasi perempuan di media massa khususnya pada program televisi penting untuk dipersoalkan. Alasannya pertama, terkait dengan posisi strategis televisi sebagai salah satu media massa yang menjadi agen sosialisasi ideologis suatu nila-nilai tertentu di masyarakat melalui fungsinya sebagai penerus warisan sosial (transmission of the social heritage). Kedua, di antara media massa yang ada, media televisi relatif mempunyai pengaruh lebih besar dibandingkan media massa yang lain disebabkan sifat audio-visual yang mampu mengatasi hambatan literasi khalayaknya.8

Kehadiran gelombang budaya Korea di berbagai media massa khususnya televisi patut kita telaah. Jangan sampai simbol-simbol ekslpoitasi perempuan yang digambarkan di berbagai drama tersebut dapat mempengaruhi pandangan khalayak terhadap seorang perempuan. Berdasarkan uraian tersebut di atas maka penulis memilih judul Eksploitasi Perempuan Dalam Serial Drama Korea (Analisis Semiotik Serial Drama Korea Naughty Kiss Di Indosiar). Peneliti akan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes dalam penelitian ini. Penggambaran eksploitasi perempuan merupakan sebuah tanda atau makna.

8

(9)

Roland Barthes menerapkan teori dasar yang dapat menunjukkan makna-makna implisit yang tertanam pada tanda atau makna tersebut.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka penulis merumuskan perumusan masalah sebagai berikut: Bagaimana pembacaan simbol-simbol eksploitasi perempuan dalam serial drama Korea Naughty Kiss?

1.3 Tujuan Penelitian

Mengacu kepada latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pembacaan simbol-simbol eksploitasi perempuan dalam serial drama Korea Naughty Kiss.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Secara Teoritis

Penelitian ini secara teoritis atau akademis dapat dijadikan kajian ilmiah untuk pengembangan ilmu komunikasi khusunya dalam kajian semiotika dimana penelitian tentang semiotika ini belum banyak dilakukan.

1.4.2. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan mampu memberikan informasi keterkaitan dengan kajian ilmu komunikasi khususnya semiotika, yang dapat dimanfaatkan dalam penelitian yang akan dilakukan lebih lanjut tentang topik yang sama.

(10)

Penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi bahan masukkan, pertimbangan, dan sumbangan pemikiran. Selain itu juga diharapkan dapat memberikan masukkan dan koreksi terhadap pelaku industri hiburan terkait.

Referensi

Dokumen terkait

Kompetensi berbicara Bahasa Inggris siswa kelas IX E SMP N 4 Kintamani masih sangat rendah, oleh karena itu peneliti merasa perlu untuk melakukan tindakan

Penelitian ini dimaksudkan untuk menganalisa perbedaan gambaran makroskopis dan mikroskopis organ paru dan usus halus pada tikus Wistar setelah pemberian warfarin dosis

Kadar Protein, Indeks Putih Telur, dan Nilai Haugh Unit Telur Itik Setelah Perendaman Ekstrak Daun Salam ( Syzygium polyanthum ) dengan Waktu Penyimpanan yang Berbeda pada..

bahwa dalam rangka meningkatkan kelancaran pelaksanaan tugas pada Kantor Pengelolaan Taman Pintar Kota Yogykarta, sehingga berdaya guna dan berhasil guna serta

Hasil pengamatan terhadap pertumbuhan dan serangan hama penyakit pada padi sawah dengan metode IbM dan konvensional Pengamatan Perlakuan Tanpa Teknologi IbM

Hal tersebut menunjukan tidak ada perbedaan yang signifikan tingkat ketrampilan mahasiswa dalam memasang infus dengan menggunakan metode belajar dengan media audiovisual dan

Am 89. Tiap-tiap Tiap-tiap fail hendaklah dicatat fail hendaklah dicatat pergerakannya. Sistem doket Sistem doket diamalkan oleh agensi-agensi diamalkan oleh agensi-agensi

Pemberhentian Stasiun UI - Halte Fakultas Psikologi - Halte Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik - Halte Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya - Halte Fakultas Ekonomi dan Bisnis -