• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proyeksi Kebutuhan Energi Di Wilayah Lampung Menggunakan Perangkat Lunak Longe-Range Energy Alternatives Planning System (LEAP)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Proyeksi Kebutuhan Energi Di Wilayah Lampung Menggunakan Perangkat Lunak Longe-Range Energy Alternatives Planning System (LEAP)"

Copied!
74
0
0

Teks penuh

(1)

Menciptakan manusia dari segumpal darah (ayat 2). Bacalah, dan tuhanmu itu adalah maha mulia (ayat 3).

Dia yang mengajarkan dengan kalam (ayat 4). Mengajari manusia apa-apa yang dia tidak tahu (Ayat 5).

(surat Al-alaq 1-5)

Bersungguh-sungguhlah kamu pada hal yang bermanfaat bagimu, dan mintalah pertolongan Allah

serta janganlah merasa lemah (HR Muslim)

Orang-orang yang pintar disetiap umat sepakat bahwa kenikmatan dan kebahagiaan tidak akan bias didapatkan dengan kenikmatan pula. Siapa

yang mementingkan kesenangan, maka ia akan kehilangan kesenangan pula. Siapa yang berani menentang badai dan menghadapi rintangan, maka ia akan memperoleh kegembiraan dan kenikmatan. Tidak ada kegembiraan

sama sekali untuk orang yang tidak punya hasrat dan cita-cita (Imam ibnul Qayyim)

Katakanlah sesuatu dengan jujur, sehingga orang lain dapat mengerti kita

(2)

harapan menggapai ridho Illahi Robbi

ku persembahkan skripsi ini untuk :

Keluargaku

Dan

Almamater tercinta

(3)

Proyeksi Kebutuhan Energi Di Wilayah Lampung

Menggunakan Perangkat LunakLonge-Range Energy Alternatives Planning System

(LEAP)

Oleh

Sutrisno

Provinsi Lampung merupakan suatu wilayah dengan letak yang strategis sebagai gerbang masuk serta keluarnya perekonomian dari pulau Jawa ke Sumatra atau sebaliknya. Selain itu potensi sumber daya alam yang besar cukup mampu dijadikan sebagai landasan dan modal pembangunan termasuk potensi sumber daya energi. Kebutuhan energi dari tahun ke tahun naik secara signifikan. jika fix link transportasi antara pulau Jawa dan Sumatra terwujud maka diperkirakan kebutuhan energi akan melonjak secara drastis. Saat ini pasokan energi di Lampung sebagian masih dipasok dari daerah lain seperti dari Jawa, dan provinsi lain di Sumatera. Oleh karena itu perlu dilakukan proyeksi kebutuhan energi hingga beberapa tahun ke depan untuk membantu penyediaan energi, sehingga dengan perencanaan ini provinsi Lampung dapat merencanakan penyediaan energi guna memenuhi kebutuhan energi tersebut.

Dalam penelitian ini dilakukan kajian proyeksi kebutuhan energi di wilayah Lampung dengan menggunakan perangkat lunak LEAP (Long-range Energy Alternative Planning system) versi 2008. Kajian proyeksi kebutuhan energi dilakukan dengan dua sekenario yaitu dasar (berdasarkan BAU) dan optimal (terwujutnya fix link). Proyeksi kebutuhan energi dilakukan berdasarkan analisis data historis ekonomi, kependudukan dan pemakaian energi per aktivitas (intensitas pemakaian energi).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa permintaan energi terbesar di wilayah Lampung pada sekenario dasar tahun 2025 menurut jenis energi yang dikonsumsi adalah minyak solar sebesar 5.460,4 ribu SBM (setara barel minyak), diikuti kemudian premium sebesar

4.739,7ribu SBM, listrik 2.640 ribu SBM, LPG 1.795,2 ribu SBM, kayu bakar 1.553,4 ribu SBM, minyak tanah 257,2 ribu SBM, biomassa 47 ribu SBM, dan arang 800 SBM. Pada sekenario optimal permintaan energi jenis minyak solar diperkirakan sebesar 5.688,6 ribu SBM, premium 4.853 ribu SBM, listrik 2.823,9 ribu SBM, LPG 1.896 ribu SBM, kayu bakar 1.517,1 ribu SBM, minyak tanah 271,6 ribu SBM, biomassa 49,1 ribu SBM, dan arang 1.000 SBM.

(4)

Projection Energy Of Demand In Lampung Province By Using

Longe-Range Energy Alternatives Planning System(LEAP) Software

By

Sutrisno

Lampung province is a region with strategic location as gate for economics exchange from Java to Sumatra or the opposite way. Beside of that huge enough natural resources potential can be the base and capital finance to the development including energy resources potential. Every years, energy demand significantly increate if transportation fix link between Java and Sumatra island realized well, so energy demand will drasticly increase. But, generally energy supply in Lampung still not fulfilled by themselves. Because of that, energy supply projection for future to help energy supplying is needed, so that whit this planning, Lampung province can project energy supply to sullfilled the energy demand.

The research on energy planning in Lampung Region Province is done using LEAP (Long-range Energy Alternative Planning system) version 2008. The study of energy supply-demand is done for two scenario that is base ( pursuant to BAU) and optimal (its fix link). Energy demand projection is calculated using historical data of economics, resident and energy activity ( intensity using of energy).

The result shows that the most energy demand in Lampung region 2025 base scenario, base on consumed energy is diesel oil 5.460,4 thousand BOE (Barrel of Oil Equivalents), followed premium 4.739,7 thousand BOE, electricity 2.640 thousand BOE, LPG 1.795,2 thousand BOE, firewood 1.553,4 thousand BOE, kerosene 257,2 thousand BOE, biomass 47 thousand BOE, and charcoal 800 BOE. At optimal scenario energy demand projection diesel oil type equal to 5.688,6 thousand BOE, premium 4.853 thousand BOE, electricity 2.823,9 thousand BOE, LPG 1.896 thousand BOE, firewood 1.517,1 thousand BOE, kerosene 271,6 thousand BOE, biomass 49,1 thousand BOE, and charcoal 1 thousand BOE.

(5)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Ketersediaan energi merupakan aspek yang sangat penting dan bahkan menjadi

suatu parameter untuk mendukung keberhasilan pembangunan suatu daerah. Pengelolaan sumber daya energi yang tepat dan terarah dengan jelas akan

menjadikan potensi yang dimiliki suatu wilayah berkembang dan termanfaatkan secara optimal. Oleh karena itu, perencanaan dan pengelolaan energi secara umum perlu mendapatkan perhatian serius dari pemerintah daerah. Hal tersebut tentu

juga seiring dengan peningkatan peran Pemerintah Daerah dalam mengelola sumber daya energi. Ketersediaan energi yang memadai dan tepat sasaran akan

memacu perkembangan pembangunan daerah seperti sektor industri, komersial, pelayanan publik dan bahkan kualitas hidup masyarakat. Kemudian secara langsung maupun tidak langsung, hal itu akan mempengaruhi pertumbuhan

ekonomi dan tingkat kesejahteraan masyakarat. Provinsi Lampung merupakan suatu wilayah dengan letak yang strategis sebagai gerbang masuk serta keluarnya

perekonomian dari pulau Jawa ke Sumatra atau sebaliknya. Selain itu, potensi sumber daya alam yang potensial seperti sumber panas bumi, tenaga air, biomassa, dan potensi lain yang cukup mampu dijadikan sebagai landasan dan

(6)

Akan tetapi selama ini permintaan akan energi di Lampung seperti bahan bakar

minyak (BBM), batubara dan gas masih dipasok dari daerah lain seperti dari Jawa, dan provinsi lain di Sumatera. Energi listrik sebagian masih dipasok dari jaringan

interkoneksi Sumatera Selatan karena belum tercukupinya permintaan listrik masyarakat Lampung dari pembangkit yang dimiliki oleh Lampung. Hal ini berarti bahwa sebagian besar kegiatan masyarakat di wilayah Provinsi Lampung

sangat tergantung pada stabilitas pasokan energi dari daerah lain. Agar dapat mencukupi kebutuhan energi diperlukan pengembangan sumber-sumber energi,

Untuk itu perlu dilakukan kajian perencanan energi yang dapat memberikan gambaran kondisi nyata saat ini dan masa depan mengenai bagaimana seharusnya potensi sumber daya energi tersebut dikelola dan dimanfaatkan seoptimal

mungkin sehingga berguna bagi pembangunan daerah Lampung.

Dari adanya data perkembangan penduduk dan juga pertumbuhan ekonomi, serta profil konsumsi energi, maka dengan menggunakan perangkat lunak LEAP

(Long-range Energy Alternatives Planning system) hal itu bisa diprediksikan. Sebagai contoh, proyeksi permintaan energi yang dibutuhkan di wilayah Provinsi

Lampung pada tahun 2025 mendatang.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dimaksudkan untuk memperolah hasil proyeksi kebutuhan energi di Provinsi Lampung yang berupa:

(7)

C. Batasan Masalah

Dalam penelitian ini akan dilakukan perencanaan kebutuhan energi di wilayah Provinsi Lampung. Adapun yang menjadi batasan masalah dalam penelitian ini

adalah:

1. Proyeksi permintaan energi per jenis energi (listrik, BBM dan gas) yang digunakan di Provinsi Lampung dengan tahun 2009 sebagai dasar proyeksi dan

tahun 2025 sebagai batas akhir proyeksi.

2. Proyeksi dibuat berdasarkan kondisi yang terjadi saat ini yaitu, laju

pertumbuhan penduduk, dan ekonomi.

Dalam melakukan analisis kebutuhan energi digunakan alat bantu berupa perangkat lunak komputer yaitu LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning

system).

D. Sistematika penulisan Laporan

Laporan tugas akhir ini disusun menjadi lima Bab. Adapun sistematika penulisannya adalah sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN

Menjelaskan tentang latar belakang masalah, tujuan, batasan masalah, dan sistematika penulisan laporan.

II. TINJAUAN PUSTAKA

(8)

III. METODE PENELITIAN

Menjelaskan mengenai metode-metode yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi, dan menjabarkan tahapan-tahapan kegiatan yang dilakukan selama

penelitin berlangsung sampai pada penyusunan laporan.

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Berisikan data-data yang didapat dari hasil penelitian dan pembahasannya.

V. SIMPULAN DAN SARAN

Berisi mengenai kesimpulan dan saran dari hasil pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

(9)

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Sumber-Sumber Energi

1. Sumber Energi Tak Terbaharui

Sumber energi tidak terbaharui (nonrenewable) didefinisikan sebagai sumber

energi yang tidak dapat diisi atau dibuat kembali oleh alam dalam waktu yang singkat, bukan proses berkelanjutan. Sumber energi tak terbaharui diperoleh dari

perut bumi dalam bentuk cair, gas, dan padat. Sumber energi tak terbaharui diantaranya: minyak bumi, dan batubara. Saat ini, minyak bumi adalah satu-satunya bahan bakar fosil bentuk cair yang diperjual belikan. Bahan bakar fosil

yang berbentuk gas adalah gas alam, sementara yang berbentuk padat adalah batubara. Batubara, minyak bumi, dan gas alam disebut bahan bakar fosil karena

dibentuk dari sisa-sisa binatang dan tumbuhan yang hidup jutaan tahun yang lalu.

a. Minyak Bumi

Minyak bumi adalah zat cair licin dan mudah terbakar yang terjadi sebagian besar

karena hidrokarbon. Jumlah hidrokarbon dalam minyak berkisar antara 50% sampai 90%. Sisanya terdiri atas senyawa organik yang berisi oksigen, nitrogen,

atau belerang. Menurut teori, minyak bumi berasal dari sisa-sisa binatang kecil dan tumbuhan yang hidup di laut jutaan tahun yang lalu. Bangkai-bangkai makhluk hidup ini mengendap di dasar laut dan tertutup lumpur dalam jangka

(10)

terhimpit dan berubah bersamaan dengan bergeraknya kerak bumi. Secara

bertahap mereka diubah menjadi lapisan batuan sedimen. Akhirnya, bangkai-bangkai hewan kecil dan tumbuhan ini secara alami berubah menjadi minyak

bumi.

b. Batubara

batubara adalah batuan sedimen yang berasal dari material organik (organoclastic

sedimentary rock), dapat dibakar dan memiliki kandungan utama berupa karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Batubara adalah lapisan yang merupakan hasil

akumulasi tumbuhan dan material organik pada suatu lingkungan pengendapan tertentu, yang disebabkan oleh proses syn-sedimentary dan post-sedimentary, sehingga menghasilkan tipe tertentu. Pembentukan batubara yang paling

produktif dimana hampir seluruh deposit batubara (black coal)yang ekonomis di belahan bumi bagian utara terbentuk terjadi pada zaman Karbon, yaitu sekitar 360

juta sampai 290 juta tahun yang lalu. Batubara termasuk batuan sedimen berwarna hitam atau kecoklat-coklatan yang mudah terbakar. Energi pada batubara berasal dari energi yang disimpan oleh tumbuhan yang hidup ratusan juta tahun yang lalu

ketika sebagian bumi tertutup oleh hutan rawa. Selama jutaan tahun lapisan sisa -sisa tumbuhan yang berada di dasar rawa tertutup oleh lapisan air dan kotoran

(11)

Sumber:Energi Dan Perubahannya, 2009

Gambar 1. Proses Pembentukan Batubara

Batubara yang kita kenal dibentuk dari sisa- sisa tumbuhan yang terkubur di dasar rawa selama jutaan tahun yang lalu. Pertama, sisa-sisa tumbuhan berubah menjadi bahan yang padat disebut gambut. Akibat tekanan dan pemanasan dari lapisan

bagian atas, sisa-sisa tumbuhan tersebut berubah menjadi batubara.

2. Energi Alternatif (Sumber Energi Terbaharui)

Sumber energi alternatif adalah sumber energi sebagai pengganti sumber energi tak terbaharui. Semua sumber energi terbaharui termasuk sumber energi alternatif. Sumber energi terbaharui (renewable) didefinisikan sebagai sumber energi yang

dapat dengan cepat diisi kembali oleh alam, proses berkelanjutan. Berikut ini adalah yang termasuk sumber energi terbaharui, yaitu: matahari, angin, air,

(12)

kayu sebagai bahan bakar semakin berkurang. Terbatasnya penggunaan sumber energi terbaharui juga disebabkan oleh fakta bahwa sumber energi ini tidak selalu tersedia setiap saat. Sebagai contoh, sumber energi matahari akan berkurang pada

saat langit berawan dan kincir angin tidak akan berfungsi pada saat tidak ada angin. Tetapi saat ini negara-negara di dunia termasuk Indonesia mulai

memikirkan energi alternatif, sehingga banyak negara yang beralih kembali untuk menggunakan sumber energi terbaharui. Di bawah ini dibahas secara singkat berbagai sumber energi terbarui tersebut.

a. Matahari

Sumber:Energi Dan Perubahannya, 2009

Gambar 2. Matahari

Energi matahari diperoleh dari matahari, cahaya panas merupakan komponen dari

energi matahari, panas matahari banyak digunakan untuk mengubah energi dari matahari menjadi energi panas. Energi matahari yang dikonversi ke energi panas

(13)

Sumber:Energi Dan Perubahannya, 2009

Gambar 3. Sel Surya

Energi matahari merupakan salah satu sumber energi alternatif yang potensial untuk dikelola dan dikembangkan lebih lanjut, terutama bagi negara-negara tropis seperti Indonesia. Indonesia diuntungkan dengan intensitas radiasi matahari yang

hampir sama sepanjang tahun, yakni dengan intensitas harian rata-rata sekitar 4,8

/

b. Angin

Energi angin adalah energi yang dihasil kan oleh gaya angin yang berhembus dipermukaan bumi. Energi angin merupakan sumber energi yang dapat

(14)

Sumber:Energi Dan Perubahannya, 2009

Gambar 4. Salah Satu Contoh Turbin Angin

Karena angin tidak menimbulkan polusi dan termasuk sumber energi yang dapat diperbaharui, maka banyak negara di bumi seperti Jerman, Denmark, India, China, dan Amerika Serikat membangun turbin angin sebagai sumber tenaga

listrik tambahan.

c. Panas Bumi

Energi panas bumi adalah energi panas yang berasal dari dalam bumi. Energi panas ini tepatnya dihasilkan di dalam inti bumi, yaitu kira-kira pada kedalaman

6.400 km dari permukaan bumi. Panas bumi tersebut ditimbulkan oleh peristiwa peluruhan partikel-partikel radioaktif di dalam batuan. Inti bumi terdiri dari dua

lapisan, yaitu inti dalam dan inti luar. Inti luar terbentuk dari batuan cair yang sangat panas, disebut magma. Dari magma inilah panas bumi berasal. Panas tersebut akan mengalir menembus berbagai lapisan batuan di bawah tanah. Bila

(15)

bertekanan tinggi. Bila air panas tadi bisa keluar ke permukaan bumi karena ada celah atau terjadi retakan di kulit bumi, maka timbul sumber air panas yang biasa disebut denganhot spring.

Sumber:Energi Dan Perubahannya, 2009

Gambar 5. Uap Panas

d. Biomassa

Biomassa adalah bahan organik yang berasal dari tumbuh-tumbuhan dan binatang.

Energi yang tersimpan di dalam biomassa berasal dari matahari. Energi matahari diserap oleh tumbuh-tumbuhan melalui proses fotosintesis. Pada proses

fotosintesis diperlukan air, karbondioksida dan sinar matahari yang akan menghasilkan glukosa dan oksigen. Energi kimia di dalam tumbuh-tumbuhan diteruskan ke binatang dan manusia ketika mereka memakannya. Biomassa

merupakan sumber energi yang dapat diperbaharui karena tumbuh-tumbuhan dapat kita tanam setiap saat. Beberapa contoh bahan bakar biomassa, diantaranya kayu, tanaman palawija, dan sampah. Jenis-jenis biomassa ini ditunjukkan pada

(16)

diantaranya gas metana atau bahan bakar untuk transportasi seperti ethanol dan biodiesel. Ethanol dan biodiesel ini biasa disebut sebagai bahan bakar yang berasal dari makhluk hidup (Kandi, dkk, 2009).

Sumber:Energi Dan Perubahannya, 2009

Gambar 6. Jenis-Jenis Biomassa

B. Kondisi Kelistrikan dan Sumber Energi Terbarukan di Lampung

1. Kondisi kelistrikan

Perkembangan kelistrikan di Provinsi Lampung menunjukkan peningkatan yang cukup pesat serta mempunyai prospek pengembangan yang cukup tinggi. Hal tersebut dapat dilihat dari pesatnya pembangunan sarana kelistrikan yang meliputi

pembangkit, jaringan, gardu induk yang diusahakan baik oleh PLN maupun Non PLN (Captive Power) dan koperasi. Pertumbuahan pemakaian listrik di Provinsi

(17)

Gambar 7. Perkembangan Pemakaian Listrik Di Provinsi Lampung

Untuk memenuhi kebutuhan energi listrik di Provinsi Lampung saat ini dipasok

oleh pembangkit–pembangkit listrik dibawah pengelolaan PT. PLN (persero) Sektor Bandar lampung sebesar ± 70% dan sisanya dipasok oleh pembangkit

listrik dari sistem Sum-Sel - Lampung sebesar ± 30% dari total kebutuhan. Hal ini dimungkinkan karena sistim kelistrikan di Provinsi Lampung dihubungkan (interkoneksi) dengan sistem kelistrikan Sum-Sel. (lihat Gambar 8).

Sumber: PT PLN (Persero) Wilayah Lampung , 2009

Gambar 8. Sistem Jaringan Transmisi Interkoneksi Lampung–Sumsel Dan Lokasi Pembangkit Listrik Di Provinsi Lampung.

0

1986 1988 1990 1992 1994 1996 1998 2000 2002 2004

(18)

Total beban listrik saat ini adalah sebesar 442 MW dimana besar beban yang

dapat dipasok hanya sebesar 305 MW sehingga kekurangan sebesar 137 MW dipasok dari jaringan interkoneksi Sumbagsel. Pasokan daya sebesar 305 MW

berasal dari sistem pembangkit uap, air, dan diesel seperti yang diberikan dalam tabel 1.

Tabel 1. Pasokan Energi Listrik Untuk Provinsi Lampung

Pembangkit Pasokan

Total Pasokan Lampung 305 MW Pasokan dari Sumbagsel 137 MW

Total Pasokan 442 MW

Sumber: PLN Wilayah Lampung, 2009

Kurva karakteristik beban listrik wilayah Lampung diberikan pada Gambar 10. Dari kurva tersebut terlihat bahwa beban puncak terjadi pada jam 18.00.

Lonjakkan beban pemakaian terjadi antara pukul 17.00–22.00 dan pukul 05.00–

(19)

Sumber: PLN Wilayah Lampung, 2009

Gambar 9. Kurva Karakteristik Beban Listrik Di Lampung

Perkembangan kondisi kelistrikan di Lampung diberikan dalam Tabel 2.

Peningkatan energi terjual setiap tahunnya lebih dari 10%, kecuali pada tahun 2007 yang hanya 8.81%. Bahkan pada tahun 2008 terjadi peningkatan energi

terjual sebesar 16.38%. Peningkatan ini tergolong tinggi. Bila dibandingkan dengan laju pertumbuhan penduduk pertahunnya yang kurang dari 1%, peningkatan ini lebih disebabkan oleh program percepatan listrik pedesaan, yaitu

program percepatan peningkatan desa yang terlistriki. Sehingga pada triwulan pertama tahun 2009 persentasi desa yang belum terlistriki menjadi 29%, seperti

yang diperlihatkan dalam Tabel 3.

Tabel 2. Perkembangan Kondisi Kelistrikan Di Provinsi Lampung

Uraian Satuan 2003 2004 2005 2006 2007 2008

Jumlah Pelanggan Pelanggan 615,754 670,473 732,364 788,970 845,824 904,878 Daya Tersambung MVA 646.98 713.28 796.93 869.78 939.82 1,033.76 Energi Terjual MWh 1,086,400 1,209,238 1,338,679 1,502,222 1,634,577 1,902,300 Peningkatan Energi

Terjual % 11.31% 10.70% 12.22% 8.81% 16.38%

Pedapatan Juta Rp 606,679 716,236 795,833 912,767 1,031,086 1,258,504 Harga Jual Rata-rata Rp/kWh 558.35 593.09 594.49 607.24 630.81 661.57

(20)

Tabel 3. Jumlah Desa Berlistrik Dan Belum Berlistrik

Kabupaten Jumlah Desa

Desa Berlistrik Belum Berlistrik

PLN Non PLN Jumlah % Jumlah %

Lampung Selatan 248 223 223 89.92% 25 10.08%

Lampung Tengah 283 209 51 260 91.87% 23 8.13%

Lampung Timur 252 164 55 219 86.90% 33 13.10%

Lampung Utara 232 166 166 71.55% 66 28.45%

Lampung Barat 196 120 120 61.22% 76 38.78%

Tangamus 372 257 257 69.09% 115 30.91%

Tulang Bawang 234 78 78 33.33% 156 66.67%

Way Kanan 207 106 106 51.21% 101 48.79%

Bandar Lampung - - - - 100.00% - 100.00%

Metro - - - - 100.00% - 100.00%

Pesawaran 133 101 101 75.94% 32 24.06%

Jumlah 2,157 1,424 106 1,530 70.93% 627 29.07%

Sumber: PLN Wilayah Lampung, 2009

Untuk pengembangan penyedian daya listrik dan sistem kelistrikan disusunlah suatu perencanaan sampai tahun 2019. Hal ini diberikan pada Tabel 4. Pada tahun 2010 direncanakan PLTU Tarahan Unit 1 & 2 dengan kapasitas 2 x 100 MW

sudah dapat beroperasi dan pada tahun 2011 PLTP Ulu belu dengan kapasitas 2 x 55 MW juga sudah dapat beroperasi. Sesudah itu belum ada lagi perencanaan

pembangunan pembangkit listrik, sehingga mulai tahun 2013 akan terjadi kembali kekurangan pasokan listrik untuk wilayah Lampung. Hal ini diperlihatkan dalam Gambar 10.

Gambar 10. Grafik Perencanaan Neraca Daya Sistem Kelistrikan Lampung

(PLN Wilayah Lampung, 2009)

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014 2015 2016 2017 2018 2019

M

W

(21)

Tabel 4. Perencanaan Neraca Daya Wilayah Lampung

C. Teknik Peramalan Energi

Proyeksi atau peramalan pada dasarnya merupakan suatu dugaan mengenai

terjadinya suatu peristiwa diwaktu yang akan datang. Dalam perencanaan, kegiatan proyeksi adalah penting karena menjadi dasar dan awal mulainya

perencanaan tersebut. Bila dilihat menurut jangka waktu, maka kegiatan proyeksi dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jangka waktu :

♦ Jangka pendek (short term), dapat harian, mingguan, bulanan, dan satu tahun.

♦ Jangka menengah (medium term), lebih dari satu sampai lima tahun.

♦ Jangka panjang (long term), proyeksi yang dilakukan dengan rentang waktu hingga lebih dari lima tahun.

Dalam hal ini perlu disadari bahwa semakin jauh jangka waktu kedepan kondisi yang akan diperkirakan, maka semakin besar ketidak pastiannya. Karena itu cara

(22)

ramalan jangka panjang misalnya 10 atau 15 tahun mendatang dapat memberikan

angka yang tepat. Dalam usaha untuk mendapatkan angka proyeksi yang akurat perlu terus menerus dilakukan penelitian dalam perkembangannya dan diadakan

tinjauan terhadap data atau angka yang digunakan (review and updating). Sehingga misalnya proyeksi untuk rencana satu tahun perlu diadakan review and updating setiap tiga bulan. Untuk jangka menengah dan panjang perlu diadakan

review and updatingsetiap tahun. Disamping hal tersebut, pada kegiatan membuat proyeksi selalu digunakan asumsi-asumsi, yaitu memisalkan keadaan yang

diwujudkan dengan angka-angka. Dalam kaitan dengan hal tersebut, maka setiap hasil dari suatu proyeksi perlu dilakukan penelitian, pengujian dan pertimbangan antara lain mengenai kewajaran dan ketelitiannya. Dalam kegiatan proyeksi, data

yang menjadi variabel proyeksi harus baik dan benar yaitu objektif, relevan dengan persoalan yang akan dipecahkan dan mutakhir. Data yang salah akan memberikan proyeksi yang salah pula dan akan menyebabkan suatu perencanaan

atau keputusan atau kebijakan yang diambil keliru.

D. Berbagai Teknik Perencanaan Energi

Berbagai teknik atau model perencanaan energi dapat dibangun dari yang paling sederhana sampai yang sangat rumit. Secara umum model tersebut dapat

dibedakan dalam lima pendekatan utama, yaitu pendekatan proses, pendekatan trend, pendekatan elastisitas, pendekatan ekonometri dan pendekataninput/output.

(23)

a. Pendekatan Proses

Pendekatan proses menguraikan aliran energi dari sumber energi primer sampai permintaan final. Prosesnya mencakup ekstraksi sumber daya energi,

penyulingan, konversi, transportasi, penimbunan, transmisi dan distribusi. Keunggulan pendekatan ini adalah mudah mengakomodasi bahan bakar tradisional, dapat dilakukan dengan perhitungan sederhana dan metode paling

cocok dalam menguraikan alternatif teknologi yang ada saat ini. Kendala utamanya, pendekatan ini hanya dapat dipakai untuk sektor energi saja sehingga

tidak dapat menggambarkan interaksi energi-ekonomi dan variabel-variabel kebijakan ekonomi.

b. Pendekatan Trend

Pendekatan trend memiliki keunggulan utama berupa kesederhanaan data dan prasyarat. Pendekatan ini menunjukkan ekstrapolasi kecenderungan masa lalu berdasarkan pemilihan kurva. Analisis ini dapat juga dilakukan dengan

memproyeksikan nilai historis rata-rata kegiatan energi-ekonomi dan rasio energi perkapita. Meskipun secara luas digunakan dalam peramalan, terutama oleh

negara-negara berkembang, keterbatasannya ternyata cukup banyak. Kecenderungan atau perilaku di masa silam mungkin tidak terlalu relavan dengan kejadian di masa depan.Secara umum pendekatan ini tidak dapat menggambarkan

perubahan-perubahan yang bersifat struktural, determinan permintaan. Karena tidak terbuka bagi umpan-balik interaksi energi-ekonomi maka pendekatan ini

(24)

c. Pendekatan Elastisitas

Pendekatan elastisitas dapat dilakukan dengan menghitung besarnya elastisitas permintaan terhadap pendapatan dan elastisitas permintaan terhadap harga. Ini

menunjukkan perubahan tingkat permintaan energi terhadap perubahan pendapatan dan harga. Kelemahan pendekatan ini adalah besarnya unsur ketidak pastian atas estimasi elastisitas permintaan. Alasan ketidak pastian tersebut karena

kondisi beberapa data, keterbatasan variabel harga, pendapatan dan kenyataan data antar waktu (time series) yang digunakan tidak mencerminkan perubahan sisi

dan struktur permintaan energi dalam jangka waktu yang lebih panjang.

d. Pendekatan Ekonometri

Pendekatan ekonometri menggunakan standar perhitungan kuantitatif untuk

analisis dan proyeksi ekonomi. Kelebihan pendekatan ekonometri adalah dalam analisis kebijakan dan proyeksi jangka pendek sampai jangka panjang. Asumsi-asumsi statistik dan perilaku dapat disajikan lewat model persamaan interaksi

energi ekonomi secara simultan. Pendekatan ini juga dapat menyajikan pengaruh harga relatif dan absolut terhadap substitusi antar bahan bakar. Di sisi lain,

kelemahan pendekatan ekonometri terjadi karena harus mengakomodasi kegiatan perubahan teknologi dan datangnya komoditas baru.

e. PendekatanInput-Output

Pendekatan input-output hampir sama dengan pendekatan ekonometri. Ada dua keunggulan pendekatan ini. Pertama, merupakan pendekatan paling komprehensif

(25)

berbagai tahapan. Keunggulan pertama melekat pada analisis input-output.

Namun pendekatan ini memiliki keterbatasan aplikasi. Pendekatan ini bersifat statik yang berlaku untuk satu waktu tertentu. Keterbatasan selanjutnya adalah

kebutuhan akan data dasar sektor ekonomi yang luas dan komprehensif. Dalam penelitian ini digunakan pendekatan trend dan elastisitas untuk memperkirakan besarnya permintaan dan penyediaan energi Propinsi Lampung selama 15 tahun

ke depan dengan menggunakan alat bantu berupa perangkat lunak komputer LEAP ( Makridakis, dkk, 1999).

E. Perangkat Lunak untuk Perencanaan Energi

Energi merupakan kebutuhan yang sangat penting dalam kehidupan manusia.

Pada dekade terakhir perhatian terhadap isu energi semakin meningkat bersamaan dengan isu lingkungan. Oleh karena itu, muncul banyak perangkat lunak yang dapat digunakan sebagai media dalam melakukan perencanaan energi. Developer

yang menyediakan program untuk ini juga muncul dari berbagai kalangan, dari akademisi hingga pelaku usaha, dan dari yang bersifat profit sampai non-profit

(Suhono, 2010).

1. COMPEED XL

XL COMPEED Excel berbasis biaya-manfaat dan efektivitas biaya toolbox untuk pribadi dan pengambil keputusan publik. Program ini dirancang untuk melakukan

(26)

di antara berbagai alternatif. Bagi investor finansial, COMPEED dapat digunakan

untuk studi investasi swasta, sehingga dapat untuk memperhitungkan keputusan "go-no-go". COMPEED menawarkan biaya-manfaatdan analisis efektivitas biaya

yang didasarkan pada berbagai manfaat dan biaya penting yang mengelilingi sebuah keputusan, termasuk sumber daya energi, lingkungan, biaya ekonomi, biaya keuangan, kesempatan kerja, neraca pembayaran, biaya fiskal. Selain itu,

program ini juga dapat menggabungkan efek dari waktu ke waktu, membuat proyek-proyek atau program yang memiliki perbedaan kondisi pada variabel

keuangan atau sumber-sumber ekonomi.

2. EnergyPLAN

EnergyPLAN adalah sebuah alat berbasis Windows yang dibuat untuk membantu

dalam desain nasional atau regional tentang strategi perencanaan energi. Program ini menggunakan model deterministik masukan/keluaran. Secara umum, inputnya berupa data sumber energi terbarukan, kapasitas stasiun energi, biaya dan

sejumlah pilihan yang berbeda menekankan pada strategi peraturan impor/ekspor dan kelebihan produksi listrik. Hasil/keluaran yang dihasilkanberupa

keseimbangan energi dan hasil produksi tahunan, konsumsi bahan bakar, impor/ekspor listrik, dan biaya total termasuk pendapatan dari pertukaran listrik. EnergyPLAN telah diterapkan di Denmark dan sejumlah negara Eropa lainnya.Ini

adalah model deterministik dengan menggunakan beban simulasi perjam untuk satu tahun. Model ini mampu mengoptimalkan pengoperasian system tertentu di

(27)

pemrograman sebagai lawan dari iterasi, pemrograman dinamis atau alat

matematika lanjutan.

3. Energy Costing Tool

Sebagai pengakuan atas peran penting yang dimainkan energi dalam mencapai MDGs, UNDP Program Energi Berkelanjutan (UNDP's SustainableEnergy Programme) telah mengembangkan seperangkat alat untuk membantu

perhitungan energi utama ke dalam MDGs berbasis strategi pembangunan nasional. Sebuah bagian penting dari MDG pengembangan berbasis strategi

pembangunan nasional adalah penetapan biaya MDG, yang secara spesifik menghitung keuangan dan sumber daya manusia yang diperlukan, serta infrastruktur yang diperlukan, untuk memenuhi MDGs. Perangkat biaya

energitelah dirancang secara khusus untuk membantu pemerintah perencana dan pengambil keputusan memperkirakan jumlah dan jenis investasi energi yang dibutuhkan untuk memenuhi MDGs. Hasil penilaian tersebut dapat membentuk

dasar bagi negara berkembang strategi khusus untuk memenuhi MDGs pada tahun 2015. Selain itu, menyediakan kerangka kerja bagi penganggaran yang transparan

terhadap pengeluaran publik untuk memenuhi MDGs.

4. ENPEP (The Energy and Power Evaluation Program)

ENPEP adalah satu alat analisis energi, lingkungan, dan ekonomi yang memiliki

10 set modul. ENPEP dikembangkan oleh Argonne National Laboratory Amerika Serikat dengan dukungan dari USDepartment of Energy. Beberapamodul ENPEP

(28)

sistem tenaga listrik, dan mengevaluasi dampak lingkungan dari strategi energi

yang berbeda. Setiap modul memiliki keterkaitan otomatis dengan modul ENPEP lain serta kemampuan berdiri sendiri.

5. HOMER

Homer menyederhanakan tugas mengevaluasi pilihan desain baik untuk offgrid dan grid-connected untuk pengendalian, stand-alone, dan aplikasi distribusi hasil

pembangkitan. Homer memiliki optimasi dan algoritma analisis sensitivitas yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kelayakan ekonomi dan teknis dari sejumlah

besar pilihan teknologi dan untuk memperhitungkan variasi dalam biaya teknologi serta ketersediaan sumber daya energi. Homer dapat memodelkan berbagai teknologi energi konvensional dan teknologi energi terbarukan. Sumberdaya yang

dapat dimodelkan meliputi panel surya (PV), turbin angin, mikrohidro, solar, bensin, biogas, microturbines dan bahan bakar sel.

6. LEAP (Long-range Energy Alternatives Planning)

LEAP adalah perangkat yang sangat komprehensif dalam merencanakan energi. Banyak variabel yang bisa menjadi input variabel seperti pendapatan (PDRB),

populasi, teknologi, hingga proyeksi permintaan. Untuk selengkapnya tentang LEAP akan dibahas di bagian lain dalam bab ini.

7. MESSAGE

MESSAGE digunakan untuk merumuskan dan mengevaluasi strategi pasokan energi alternatif di bawah yang ditetapkan pengguna yang berbeda dan kendala

(29)

menganalisa energi/listrik pasar dan isu perubahan iklim. Model ini memiliki

karakteristik yang sama model sebagai MARKAL, EFOM dan KALI. MESSAGE dapat memilih biaya yang paling efektif dan sistem teknologi termasuk system

distribusi energi yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan layanan energi yang sudah ditentukan. Tidak seperti model optimasi lain, aplikasi ini tidak memerlukan pembelian GAMS, atau solver komersial. Di dalamnya sudah

tersedia Linear Programming (LP) sebagaisolvergratis.

8. RETScreen

RETScreen International Clean Energy Project Analysis Software dapat digunakan di seluruh dunia untuk mengevaluasi produksi energi, biaya siklus hidup dan pengurangan emisi gas rumah kaca untuk berbagai jenis hemat energi

dan teknologi energi terbarukan (RETs). Software ini juga mencakup produk, biaya dan database cuaca. The RETScreenInternational Online Product Database menyediakan akses informasi ke lebih dari 1.000 produsen teknologi energi bersih

di seluruh dunia, termasuk situs web dan internet langsung link dari dalam perangkat lunak dan RETScreen dari Situs Marketplace. Selain itu, database

menyediakan akses ke sejumlah produsen produk yang terkait dengan data kinerja dan spesifikasi produk. Data ini dapat disisipkan ke sel-sel yang relevan dalam perangkat lunak RETScreen. Perangkat lunak RETScreen ini termasuk modul

untuk mengevaluasi energi angin, hydro kecil, tenaga surya fotovoltaik (PV), gabungan panas dan tenaga, biomassa pemanas, pemanas air matahari, pemanas

(30)

9. SUPER

SUPER adalah model yang berguna untuk studi perencanaan koneksi energy dalam kurun waktu beberapa tahun. Parameter yang digunakan sepertihydro-risk,

fitur reservoir, pertumbuhan permintaan, karakteristik parameter per jam, konservasi energi dan program pengelolaan beban, biaya bahan bakar, periode pelaksanaan proyek, interkoneksi, dll. Program ini digunakan oleh lebih dari 10

negara, oleh entitas perencanaan listrik nasional, regulasi sektor listrik dan lembaga kontrol, konsultan, serta perusahaan pembangkitan dan transmisi.

10. TIMES/MARKAL

MARKAL (Market Allocation) adalah perangkat untuk pemodelan terkait dengan energi, ekonomi dan lingkungan. Hal ini dikembangkan sebagai upaya kolaborasi

yang berada di bawah pengawasan Badan Energi InternasionalTeknologi Energi Program Analisis Sistem (ETSAP). MARKAL adalah model generik yang disesuaikan dengan data input untuk mewakili perubahan selamaperiode tertentu,

biasanya 20-50 tahun dari energi spesifik-sistem lingkungan di tingkat nasional, regional, negara bagian atau provinsi, maupun tingkatan tertentu dalam

masyarakat. Sistem yang ada direpresentasikan sebagai jaringan, menggambarkan semua kemungkinan aliran energi dari ekstraksi sumber daya, melalui transformasi energi dan perangkat dalam pengguna akhir (end-use), dan berguna

untuk pemenuhan permintaan energi. Setiap link dalam jaringan dicirikan oleh satu set koefisien teknis (misalnya, kapasitas, efisiensi), koefisien emisi

(31)

MARKAL mampu menemukan RES terbaik untuk setiap jangka waktu dengan

memilih serangkaian pilihan yang meminimalkan total biaya untuk masing-masing sistem perencanaan. Banyak model yang terpadu di dalam perangkat

lunak ini sehingga akan memperoleh banyak pilihan alternatif. Dalam penelitian ini akan menggunakan perangkat lunak LEAP.

F. Perencanaan Energi menggunakan LEAP

LEAP adalah alat pemodelan dengan scenario terpadu berbasis pada lingkungan

dan energi. LEAP mampu merangkai skenario untuk berapa konsumsi energi yang dipakai, dikonversi dan diproduksi dalam suatu sistem energi dengan berbagai alternatif asumsi kependudukan, pembangunan ekonomi, teknologi, harga dan

sebagainya. Hal ini memudahkan untuk pengguna aplikasi ini memperoleh fleksibilitas, transparansi dan kenyamanan.LEAP adalah perangkat lunak berbasis Windows. Pertama kali menjalankan LEAP layar yang muncul seperti yang

ditampilkan pada Gambar 11. Layar LEAP terdiri atas beberapa bagian, yaitu : - Baris teratas terdapat tulisan LEAP dan namafileyang sedang dibuka.

- Baris kedua adalah menu-menu utama (main menu):Area, Edit, View, General, tree, dan Help.

- Baris ketiga adalahmain toolbar:New, Save, Fuels, Effects, Units, References,

dan sebagainya.

-View baradalah menu vertikal di sisi kiri layar, yang terdiri atas:Analysis,

Detailed Result, Energy Balance, Summaries, Overviews, Technology Database,

(32)

-Kolom di sebelah view bar adalah tempat untuk menuliskan diagram pohon (Tree). Pada baris paling atas dari kolom ini terdapat toolbar untuk membuat/mengedit Tree.

-Kolom berikutnya terdiri atas tiga bagian, yaitu: (a) toolbar untuk membuat/meng-edit skenario, (b) bagian untuk memasukkan data, dan (c)

tampilaninputdata.

- Baris terbawah adalah status bar, yang berisi: nama file yang sedang dibuka, viewyang sedang dibuka, dan status registrasi.

Sumber:panduan perencanaan energi LEAP, 2006

Gambar 11. Tampilan Layar LEAP

Beberapa terminologi umum yang digunakan dalam LEAP antara lain :

Area: sistem yang sedang dikaji (contoh : negara atau wilayah).

Current Accounts : data yang menggambarkan Tahun Dasar (tahun awal) dari jangka waktu kajian.

(33)

Tree : diagram yang merepresentasikan struktur model yang disusun seperti

tampilan dalam Windows Explorer. Tree terdiri atas beberapa Branch. Terdapat empat Branch utama, yaitu Driver Variable, Demand, Transformation, dan

Resources. Masing-masing Branch utama dapat dibagi lagi menjadi beberapa Branchtambahan (anak cabang).

Branch : cabang atau bagian dari Tree, Branch utama ada empat, yaitu

ModulVariabel Penggerak (Driver Variable), modul permintaan (Demand), modul transformasi (transformation) dan modul sumber daya energi (resources).

Expression: formula matematis untuk menghitung perubahan nilai suatu variabel.

Saturation : perilaku suatu variabel yang digambarkan mencapai suatu kejenuhan tertentu. Persentase kejenuhan adalah 0% ≤ X ≤ 100%. Nilai dari total persen

dalam suatuBranchdengan saturasi tidak perlu berjumlah 100%.

Share : perilaku suatu variabel yang mengambarkan mencapai suatu kejenuhan100%. Nilai dari total persen dalam suatu Branch dengan Share harus

berjumlah100%.

Dalam LEAP terdapat 4 modul utama yaitu modul variabel penggerak (Driver

Variable), modul permintaan (Demand), modul transformasi(Transformationn)

dan modul sumber daya energi (Resources). Proses proyeksi penyediaan energi dilakukan pada modul transformasi dan modul sumber daya energi. Sebelum

memasukkan data ke dalam modul transformasi untuk diproses, terlebih dahulu dimasukkan data cadangan sumber energi primer dan sekunder kemodul sumber

(34)

1. Modul Variabel Penggerak (Driver Variable)

Modul ini digunakan untuk menampung parameter-parameter umum yang dapat digunakan pada modul permintaan maupun modul transformasi. Parameter umum

ini misalnya adalah jumlah penduduk, PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), jumlah rumah tangga, dan sebagainya. modul variabel penggerak bersifat komplemen terhadapa modul lainnya. Pada model yang sederhana dapat saja

modul ini tidak digunakan.

2. Modul Permintaan (Demand)

Modul ini digunakan untuk menghitung permintaan energi. Metode analisis yang digunakan dalam model ini didasarkan pada pendekatan end-use(pemakai akhir) secara terpisah untuk masing-masing sektor pemakai sehingga diperoleh jumlah

permintaan energi per sektor pemakai dalam suatu wilayah pada rentang waktu tertentu. Informasi mengenai variabel ekonomi, demografi dan karakteristik pemakai energi dapat digunakan untuk membuat alternatif skenario kondisi

masadepan sehingga dapat diketahui hasil proyeksi dan pola perubahan permintaan energy berdasarkan sekenario-sekenario tersebut.

3. Modul Transformasi (Transformationn)

Modul ini digunakan untuk menghitung pasokan energi. Pasokan energi dapat terdiri atas produksi energi primer (misalnya gas bumi, minyak bumi dan

batubara) dan energi sekunder (misalnya listrik, bahan bakar minyak, LPG, briket batubara dan arang). Susunan cabang dalam modul transformasi sudah ditentukan

(35)

4. Modul Sumber Daya Energi (Resources)

Modul ini terdiri atasPrimarydanSecondary Resources. Kedua cabang ini sudah default. Cabang-cabang dalam Modul Resources akan muncul dengan sendirinya

sesuai dengan jenis-jenis energi yang dimodelkan dalam Modul Transformationn. Beberapa parameter perlu diisikan, seperti jumlah cadangan (misalnya minyak bumi, gas bumi, batubara) dan potensi energi (misalnya tenaga air, biomasa)

(Winarno, O.T. 2006).

G. Perencanaan Energi Menggunakan LEAP (Long-range Energy Alternative

Planning system)

LEAP adalah perangkat lunak komputer yang dapat digunakan untuk melakukan

analisis dan evaluasi kebijakan dan perencanaan energi. LEAP dikembangkan oleh Stockholm Environment Institute, Boston, USA. LEAP telah digunakan dibanyak negara terutama negara-negara berkembang karena menyediakan

simulasi untuk sumber energi dari biomasa. Indonesia melalui Pusat Informasi Energi (PIE) dan Yayasan Pertambangan dan Energi, Departemen Energi dan

Sumber Daya Mineral (ESDM) pada tahun 2002 menerbitkan buku Prakiraan Energi Indonesia 2010 yang menggunakan LEAP sebagai alat bantu analisis perencanaan permintaan-penyediaan energi di Indonesia dari tahun 2000 hingga

2010.

1. Metodologi dan Penentuan Parameter

(36)

bakar minyak (BBM), LPG, gas bumi, batubara, listrik dan energi lainnya. Prakiraan energi dihitung berdasarkan besarnya aktivitas pemakaian energi dan besarnya pemakaian energi per aktivitas (intensitas pemakaian energi). Aktivitas

energi dicerminkan oleh pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Sedangkan intensitas energi merupakan tingkat konsumsi energi per PDB atau jumlah

penduduk dalam waktu tertentu. Dalam penelitian ini intensitas energi dianggap tetap selama periode simulasi. Penambahan dan pengurangan intensitas menunjukkan skenario tertentu yang terjadi pada sisi permintaan. Skenario Dasar

menggambarkan kondisi masa depan yang tidak berubah terhadap kondisi tahun dasar simulasi (2000). Skenario Konservasi menggambarkan kondisi masa depan

bilamana terjadi penurunan intensitas pemakaian energi sebesar 1% per tahun terhadap intensitas tahun 2000 dengan energi mix tetap. Skenario Diversifikasi menggambarkan kondisi masa depan bilamana intensitas total tetap sedangkan

energimixberubah, intensitas BBM turun dan intensitas energi lain naik.

2. Permintaan Energi

Hasilnya, Perbandingan permintaan energi pada ketiga skenario ini diperlihatkan

pada Gambar 12.

Sumber:Prakiraan energi Indonesia 2010,2002

(37)

Konservasi dan Diversifikasi di Indonesia periode 2000-2010 Pertumbuhan

permintaan energi final pada Skenario Dasar rata-rata adalah 5,6% per tahun, sedangkan pada Skenario Konservasi dan Skenario Diversifikasi masing-masing

adalah 4,5% dan 5,4%. Permintaan energi final pada skenario konservari lebih rendah 9,3% dibanding skenario dasar, sedangkan permintaan energi final skenario diversifikasi lebih rendah 1,4% dibanding skenario dasar.

a. Permintaan Energi per Sektor Pemakai

Sektor pemakai energi dalam penelitian ini dibagi menjadi lima sektor yaitu :

sektor industri, sektor komersial, sektor lainnya, sektor rumah tangga dan sektor transportasi. Tabel 5, 6, 7 memperlihatkan hasil proyeksi permintaan energi final per sektor pemakai di Indonesia periode 2000-2010.

Tabel 5 Proyeksi Permintaan Energi Per Sektor Pemakai Skenario Dasar (juta SBM)

Sektor Proyeksi (Tahun)

(Juta SBM) 1990 1995 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Industri 65.29 120.12 196.5 213.6 235.4 259.6 286.2 315.5 komersial 6.09 14.66 15.3 16.6 18.3 20.2 22.2 24.5 Lainnya 17.59 30.08 26.9 29.3 32.3 35.6 39.2 43.2 Rumah

(38)

Tabel 6. Proyeksi Permintaan Energi Per Sektor Pemakai Skenario Konservasi (juta SBM)

Sektor Proyeksi (tahun)

(Juta SBM) 1990 1995 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Industri 65.29 120.12 196.5 209.3 226.1 244.3 263.8 284.8 komersial 6.09 14.66 15.3 16.4 17.9 19.6 21.3 23.3 Lainnya 17.59 30.08 26.9 28.7 31 33.5 36.2 39.1 Rumah

Tangga 237.59 266.47 281.7 287.4 293.4 300 301.7 314.7 Transportasi 73.36 98.28 138.8 153.4 173.3 195.7 221.2 250.2 Non Energi 27.03 22.94 61.8 63.7 67.8 71.7 75.8 80.2 Total 426.95 552.55 721 758.9 809.5 864.7 925.4 992.30

Tabel 7 . Proyeksi Permintaan Energi Per Sektor Pemakai Skenario Diversifikasi (juta SBM)

Sektor Proyeksi (Tahun)

(Juta SBM) 1990 1995 2000 2002 2004 2006 2008 2010 Industri 65.29 120.12 196.5 214 235.5 259 285 313.5 komersial 6.09 14.66 15.3 16 17.1 18.6 20.7 23 Lainnya 17.59 30.08 26.9 29.3 32.3 35.6 39.2 43.2 Rumah

Tangga 237.59 266.47 281.7 293.8 306.8 320.7 335.6 351.6 Transportasi 73.36 98.28 138.8 156.5 180.2 207.6 239.4 276.1 Non Energi 27.03 22.94 61.8 63.7 67.8 71.7 75.8 80.2 Total 426.95 552.55 721 773.4 839.6 913.2 995.7 1.087.7

pada sektor rumah tangga diperkirakan pertumbuhan pemakaian energi final selama periode 2000-2010 rata-rata adalah 3,5% per tahun untuk skenario dasar.

besarnya pemakaian energi sektor rumah tangga pada tahun 2010 diperkirakan 1,4 kali lipat pemakaian pada tahun 2000. Pemakaian energi pada Skenario diversifikasi hampir sama dengan pada skenario dasar, hanya terjadi perubahan

komposisi energi. Pada skenario konservasi, pemakaian energi diperkirakan tumbuh 2,1% per tahun. Gambar 13. memperlihatkan hasil proyeksi permintaan

(39)

Sumber:Prakiraan energi Indonesia 2010,2002

Gambar 13. Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Rumah Tangga Di Indonesia Periode 2000-2010

Pemakaian energi sektor komersial merupakan 18% dari total pemakaian energi sektor komersial dan rumah tangga. Pertumbuhan pemakaian energi sektor komersial sendiri diperkirakan sebesar 5% per tahun selama 2000-2010, sama

dengan pertumbuhan PDB (karena pertumbuhan nilai tambah sektor komersial dianggap sama dengan pertumbuhan PDB dan intensitas pada skenario dasar

dianggap tetap). Gambar 14. memperlihatkan hasil proyeksi permintaan energi final sektor komersial selama 2000-2010.

Pada sektor transportasi diperkirakan pertumbuhan pemakaian energi untuk tahun

2000-2010 adalah sebesar rata-rata 7,3%, Labih besar daripada pertumbuhan PDB yang besarnya 5% per tahun. Hal ini disebabkan pertumbuhan jumlah kendaraan

angkutan darat yang lebih besar daripada pertumbuhan PDB. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, pemakaian energi transportasi diperkirakan akan meningkat dua kali lipat. Gambar 15. memperlihatkan hasil proyeksi permintaan energi final pada

(40)

Sumber:Prakiraan energi Indonesia 2010,2002

Gambar 14. Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Komersial Di Indonesia Periode 2000-2010

Sumber:Prakiraan energi Indonesia 2010,2002

Gambar 15. Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Transportasi Di Indonesia Periode 2000-2010

Pada sektor industri diperkirakan pertumbuhan permintaan energi final selama periode 2000-2010 sebesar 5% per tahun, sama dengan pertumbuhan PDB. Hal ini disebabkan asumsi yang diambil, yaitu pertumbuhan nilai tambah sektor industri

(41)

Permintaan energi tahun 2010 diperkirakan meningkat 1,6 kali pemakaian tahun 2000.

Sumber:Prakiraan energi Indonesia 2010,2002

Gambar 16. Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Industri Di Indonesia Periode 2000-2010

Sektor lainnya meliputi pertanian, pertambangan dan konstruksi. Ketiga sektor

tersebut pertumbuhan aktivitasnya juga diasumsikan sama dengan pertumbuhan PDB, sehingga permintaan energinya juga tumbuh sama dengan pertumbuhan

PDB. Gambar 17. memperlihatkan hasil proyeksi permintaan energi sektor Lainnya.

Sumber:Prakiraan energi Indonesia 2010,2002

(42)

b. Permintaan Energi Final per Jenis

Jenis energi final yang digunakan adalah BBM, gas bumi (termasuk gas kota dan BBG), batubara (termasuk briket batubara), listrik dan LPG. Tabel 8.

memperihatkan hasil proyeksi permintaan energi final per jenis di Indonesia periode 2000-2010, sedangkan pangsa pemakaian energi final per jenis dan proyeksi permintaan energi diperlihatkan pada Gambar 18.

Tabel 8. Proyeksi Permintaan Energi Final Per Jenis Skenario Dasar (Juta SBM)

Jenis Energi Final proyeksi (Tahun)

(juta SBM) 1990 1995 2000 2002 2004 2006 2008 2010 BBM 172.38 248.25 321.7 350.4 388 430.3 477.9 531.3 Batubara 9.41 16.92 22.4 24.3 26.7 29.5 32.5 35.8

Listrik 22.27 33.42 49 57.7 68.9 82 97.4 115.6

Gas 23.61 31.9 37.1 40.2 44.4 48.9 54 59.5

LPG 3.21 6.66 8.8 9.5 10.2 11 11.9 12.8

Non BBM 26.5 26.5 28.4 29.8 31.2 32.6

Etanol

Biomassa 193.19 207.4 220.3 226.2 232.7 242.7 246.2 253.3 TOTAL 424.08 544.56 685.8 734.8 799.3 908.9 951.1 1.040.9

Tabel 9. Proyeksi Permintaan Energi Final Per Jenis Skenario Konservasi

(Juta SBM)

Jenis Energi Final Proyeksi (Tahun)

(juta SBM) 1990 1995 2000 2002 2004 2006 2008 2010 BBM 172.38 248.25 321.7 343.7 373 405.4 441.1 481

Batubara 9.41 16.92 22.4 23.8 25.7 27.7 30 32.4

Listrik 22.27 33.42 49 57.3 67 78.1 90.4 104.3

Gas 23.61 31.9 37.1 40.4 43.8 47.4 51.2 55.4

LPG 3.21 6.66 8.8 9.3 9.8 10.4 11 11.6

Non BBM 26.5 26.5 28.4 29.8 31.2 32.6

Etanol

(43)

Tabel 10. Proyeksi Permintaan Energi Final Per Jenis Skenario Diversifikasi (Juta SBM)

Jenis Energi Final proyeksi (tahun)

(juta SBM) 1990 1995 2000 2002 2004 2006 2008 2010 BBM 172.38 248.25 321.7 340.4 360 381 403.9 428.4 Batubara 9.41 16.92 22.4 27.5 34.7 42.7 51.7 61.8

Listrik 22.27 33.42 49 59 71.8 86.7 103.9 123.5

Gas 23.61 31.9 37.1 42.7 51.8 62.1 74 87.6

LPG 3.21 6.66 8.8 10.9 13.7 16.8 20.2 24.2

Non BBM 26.5 26.5 28.4 29.8 31.2 32.6

Etanol 3.4 4.9 8.6 13.3 19.4

Biomassa 193.19 207.4 220.3 230.8 234.9 243.6 252.8 262.7 TOTAL 424.08 544.56 685.8 766.3 833.9 871.3 951 1.040.2

Sumber:Prakiraan energi Indonesia 2010,2002

Gambar 18. Proyeksi Permintaan Energi Final Per Jenis Energi Di Indonesia Periode 2000-2010

Permintaan BBM selama 2000-2010 diperkirakan akan tumbuh rata-rata 5,6% per tahun dalam skenario dasar, dengan petumbuhan PDB 5% per tahun. Pada tahun

(44)

kemampuan produksi minyak bumi pada saat ini yang hanya berkisar 500 juta

SBM per tahun. Dengan konservasi energi 1% per tahun, pemakaian BBM pada tahun 2010 menjadi 480 juta SBM. Pada skenario diversifikasi, pemakaian BBM

dapat diturunkan menjadi 428 juta SBM pada tahun 2010, dengan meningkatkan pemakaian energi non BBM. Permintaan LPG pada skenario dasar, di mana intensitas pemakaian energi dianggap tetap, diperkirakan akan tumbuh 3,8% per

tahun. Dengan skenario diversifikasi, permintaan LPG diperkirakan akan tumbuh 10,6% per tahun, mendekati pertumbuhan pemakaian LPG pada dasawarsa

sebelumnya. Dalam dasawarsa 1990-2000, pemakaian gas bumi tumbuh rata-rata 5% per tahun, suatu angka pertumbuhan yang relatif rendah dibandingkan dengan pertumbuhan energi yang lain. Pada skenario dasar, pertumbuhan permintaan gas

(45)

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan, maka peneliti dapat menyimpulkan sebagai berikut :

1. Dari proyeksi permintaan energi per sektor energi skenario dasar tahun

2025 diperoleh bahwa sektor transportasi merupakan sektor pemakai energi terbesar di lampung (sekitar 35,03% dari total konsumsi energi

Lampung). Diikuti sektor industri (30,64%) dan sisanya berturut-turut sektor rumah tangga, komersial, dan sosial publik (28,22%), (4,82%) dan (1,29%).

2. Dari proyeksi permintaan energi per sektor energi skenario optimal tahun 2025 diperoleh bahwa sektor transportasi masih sebagai sektor pemakai

energi terbesar di lampung (sekitar 34,6% dari total konsumsi energi Lampung) diikuti sektor industri (30,91%), sektor rumah tangga (28,41%), komersial (4,79%), dan publik sosial (1,29%).

3. Jika ditinjau dari jenis energi yang digunakan, maka tahun 2025, minyak solar merupakan jenis energi yang paling besar permintaannya (33,26%),

(46)

energi utama bagi aktivitas masyarakat Lampung, padahal jumlah

cadangan minyak bumi indonesia semakin sedikit.

4. Jika ditinjau dari jenis energi per satuan yang digunakan, maka tahun

2025, konsumsi minyak solar mencapai 876,91 ribu kl, kemudian premium 832.85 ribu kl, listrik 4606,7 ribu Mwh, LPG 222,4 ribu ton, kayu bakar 660,21 ribu ton, minyak tanah 45,824 ribu kl, biomassa 21,367 ribu ton

dan 201,2 ton arang.

B. Saran

1. Bagi Pemerintah Lampung, kebijakan di bidang energi perlu diarahkan pada pengurangan penggunan bahan bakar minyak (premium, minyak

solar, dan minyak tanah) mengingat jumlah cadangannya semakin menipis. Hal ini dapat dilakukan dengan memaksimalkan penggunaan energi alternatif seperti LPG atau batubara untuk sektor rumah tangga,

komersial dan industri, bahan bakar gas (BBG), biodiesel dan bioetanol untuk sektor transportasi; serta pemanfaatan potensi energi terbarukan

(angin, surya, biomasa, ombak dan air) yang ada baik untuk pembangkit listrik skala kecil maupun sebagai sumber energi termal.

2. Sektor transportasi perlu mendapatkan perhatian khusus oleh

pemerintah Lampung karena konsumsi bahan bakar paling besar terserap pada sektor ini terutama pada sektor transportasi pribadi

(sepeda motor dan mobil penumpang).

(47)

mendapatkan hasil yang lebih detail terhadap permintaan energi.

Seperti harga energi, biaya investasi dan teknologi.

4. Untuk penelitian selanjutnya perlu di lakukan proyeksi penyediaan

energi di Lampung untuk mengetahui seberapa besar potensi yang dimiliki oleh wilayah Lampung untuk dapat mencukupi kebutuhan hingga tahun 2025 mendatang, sehingga dapat meyelesaikan persoalan

tentang kekurangan energi yang dialami oleh Propinsi Lampung.

5. ketersediaan energi penting untuk menunjang PDRB di Lampung, tanpa

(48)

DAFTAR GAMBAR

Salah Satu Contoh Turbin Angin ...

Uap Panas...

Jenis-Jenis Biomassa... Perkembangan Pemakaian Listrik Di Provinsi Lampung ... Sistem Jaringan Transmisi Interkoneksi Lampung – Sumsel Dan

Lokasi Pembangkit Listrik Di Provinsi Lampung ... Kurva Karakteristik Beban Listrik Di Lampung... Grafik Perencanaan Neraca Daya Sistem Kelistrikan Lampung ... Tampilan Layar Leap... Proyeksi Permintaan Energi Final Pada Skenario Dasar... Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Rumah Tangga Di

Indonesia Periode 2000-2010... Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Komersial Di Indonesia

Periode 2000-2010... Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Transportasi Di Indonesia

Periode 2000-2010... Proyeksi Permintaan Energi Final Sektor Industri Di Indonesia

Periode 2000-2010... Proyeksi Permintaan Energi Sektor Lainnya Di Indonesia Periode

(49)

Gambar 18.

Proyeksi Permintaan Energi Final Per Jenis Energi Di Indonesia

Periode 2000-2010... Susunan Model Dalam LEAP...

Letak Modul Variabel Pengerak ...

Diagram Asumsi Kunci Provinsi Lampung... Diagram Permintaan Rumah Tangga Program Leap Untuk

Provinsi Lampung... Diagram Permintaan Industri Program Leap Untuk Provinsi

Lampung ... Diagram Permintaan Transportasi Program Leap Untuk Provinsi Lampung. ... Diagram Permintaan Sektor Komersial, Listrik Publik Dan Sosial

ProgramLeapUntuk Provinsi Lampung ... Diagram Alir Penelitian ... Data Pertumbuhan PDRB Lampung Tahun 2004-2009 ...

Data Dan Proyeksi PDRB Lampung Periode 2009-2025... Data Dan Proyeksi Jumlah Penduduk Lampung 2004-2025 ... Data Konsumsi Energi Per Jenis Energi Di Lampung Tahun 2009 ... Proyeksi Skenario Dasar Permintaan Energi Sektor Rumah Tangga

Kota Di Lampung. ... Proyeksi Skenario Optimal Permintaan Energi Sektor Rumah

Tangga Kota Di Lampung. ... Proyeksi Skenario Dasar Permintaan Energi Sektor Rumah Tangga

Desa Di Lampung ... Proyeksi Skenario Optimal Permintaan Energi Sektor Rumah

Tangga Desa Di Lampung ... Proyeksi Permintaan Energi Sektor Rumah Tangga Di Lampung ... Proyeksi Skenario Dasar Permintaan Energi Sektor Komersial Di

Lampung. ... Proyeksi Skenario Optimal Permintaan Energi Sektor Komersial

(50)

Gambar 38.

Proyeksi Permintaan Energi Sektor Komersial Di Lampung Periode 2009- 2025... Proyeksi Skenario Dasar Permintaan Energi Sektor Industri Di Lampung... Proyeksi Skenario Optimal Permintaan Energi Sektor Industri Di

Lampung……….

Proyeksi Permintaan Energi Sektor Industri Di Lampung Periode 2009-2025 Di Lampung... Proyeksi Skenario Dasar Permintaan Energi Sektor Transportasi

Di Lampung……….

Proyeksi Skenario Optimal Permintaan Energi Sektor Transportasi Di Lampung... Proyeksi Permintaan Energi Sektor Transportasi Di Lampung... Proyeksi Skenario Dasar Permintaan Energi Listrk Sektor Publik Dan Sosial Di Lampung... Proyeksi Skenario Optimal Permintaan Energi Listrk Sektor Publik Dan Sosial Di Lampung... Proyeksi Permintaan Energi Listrik Sektor Publik Dan Sosial Di

Lampung………...

Persentase Permintaan Energi Per Sektor Energi Tahun 2009 Dan Tahun 2025………...

Proyeksi Skenario Dasar Permintaan Energi Per Jenis Energi Di Lampung... Proyeksi Skenario Optimal Permintaan Energi Per Jenis Energi Di

Lampung……….

Proyeksi Permintaan Energi Per Jenis Energi Di Lampung………

(51)

III. METODE PENELITIAN

A. Bahan Penelitian

Dalam penelitian ini bahan yang diperlukan adalah data ekonomi, kependudukan

dan data pemakaian energi. Berikut adalah daftar data yang diperlukan sebagai inputanalisis kebutuhan energi di Lampung :

1. Data ekonomi :

- Pendapatan regional bruto daerah (PDRB) - PDRB per kapita

- Pertumbuhan PDRB

2. Data kependudukan : - Jumlah penduduk

- Jumlah rumah tangga

- Pertumbuhan jumlah penduduk

3. Data pemakaian energi :

- Jenis dan jumlah energi yang digunakan, Data lainnya .

B. Proses Perencanaan

Secara garis besar penyusunan proyeksi permintaan energi terdiri dari tiga tahap,

(52)

1. Pengumpulan Dan Pengolahan Data

Salah satu tahapan yang sangat penting dalam penelitian ini adalah pengumpulan, dan pengelompokan data. Data diperoleh dari biro pusat statistik (BPS), PT. PLN,

PT. Pertamina dan lain-lain. Data tersebut kemudian disiapkan sehingga diperoleh parameter asumsi yang akan digunakan dalam perhitungan analisis permintaan dan penyediaan energi menurut jangka waktu yang telah ditentukan. Data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder.

2 Penentuan Metode dan Model Analisis

Pertama ditetapkan tahun dasar yaitu tahun 2009, proyeksi atau perkiraan dilakukan selama hingga 15 (lima belas) tahun kedepan dengan periode proyeksi 1(satu) tahun. Tahun 2009 ditetapkan sebagai tahun dasar karena data terkini yang

dapat diperoleh adalah data tahun 2009. Setelah semua data yang diperlukan dikelompokkan, maka langkah selanjutnya adalah memasukkan data sekunder tersebut ke masing-masing modul dalam LEAP.

Sumber:panduan perencanaan energi LEAP, 2006

(53)

Ada empat modul yang disediakan leap secara default seperti yang telah dijelaskan pada bab 2, yaitu modul variabel penggerak, modul permintaan, modul transformasi dan modul sumber daya energi. Gambar 20. memperlihatkan proses

permintaan dan penyediaan energi dalamleap.

2.1. Modul Variabel Penggerak

Dalam modul variabel penggerak ditampung parameter-parameter umum yang nantinya dapat digunakan dalam proyeksi permintaan energi antara lain jumlah penduduk, jumlah rumah tangga, pendapatan daerah regional bruto, pendapatan

per kapita, pertumbuhan jumlah penduduk, pertumbuhan PDRB dan lain-lain.

Sumber:panduan perencanaan energi LEAP, 2006

Gambar 20. Letak Modul Variabel Pengerak

A.Key AssumptionsProvinsi Lampung

Dalam key assumptions ditampung parameter-parameter umum yang nantinya dapat digunakan dalam proyeksi permintaan energi lampung antara lain jumlah

(54)

Sebelum kita memulai melakukan proses menjalankan program, terlebih dahulu kita harus membuat struktur diagram pohon, seperti gambar 21.

Gambar 21. Diagram Asumsi Kunci Provinsi Lampung

2.2.Modul Permintaan

Dalam leap perkiran permintaan energi dihitung berdasarkan besarnya aktivitas pemakaian energi dan besarnya pemakaian energi per aktivitas atau intensitas

pemakaian energi. Aktivitas pemakaian energi sangat berkaitan dengan tingkat perekonomian dan jumlah penduduk. Aktivitas pemakaian energi dikelompokkan menjadi beberapa sektor, yaitu :

a. Sektor Rumah Tangga b. Sektor Industri

c. Sektor Transportasi d. Sektor Komersial e. lain-lain

a. Sektor Rumah Tangga (RT)

Pemakaian energi di sektor rumah tangga ditentukan oleh jumlah penduduk dan

(55)

merupakan variabel aktivitas yang pertumbuhannya diproyeksikan menurut

pertumbuhan ekonomi dan jumlah penduduk. Intensitas energi didefinisikan sebagai energi yang dipergunakan (Setara Barel Minyak-SBM) per pendapatan

per kapita (juta Rp). Intensitas energi selama periode proyeksi diasumsikan tetap. Di dalam permintaan rumah tangga terjadi pembagian kelompok jenis energi dan juga pembagian pemakaian energi per aktifitas. Pada electrified terdapat

pembagian pemakaian energi per aktifitas. Terjadi pembagian kelompok jenis-jenis pemakaian energi listrik yang digunakan, mulai dari listrik untuk konsumsi

memasak, untuk mesin pendingin, hingga listrik untuk lemari es. Untuk bahan bakar terdapat pemisahan energi pada konsumsi arang, kayu dengan minyak tanah dan LPG .

1. Struktur Dasar

Langkah pertama dalam melakukan sebuah analisa energi adalah mendesain struktur data yang akan digunakan. Struktur ini akan membantu menjelaskan alur

dan macam teknologi, kebijakan dan pengembangan lebih lanjut dari analisa tersebut. Hal ini akan menuntun pengguna kepada kemudahan dalam pencarian

data maupun pembuatan asumsi-asumsi yang berkaitan dengan data yang akan menjadi input. Secara ringkas, pengguna mungkin dapat mempertimbangkan apakah ingin memasukkan semua cabang yang mungkin ada pada penggunaan

energi akhir (end-use) atau hanya ingin memasukkan kategori umum yang ada pada penggunaan energi di rumah tangga saja. Pengguna juga dapat

(56)

struktur diagram pohon berikut dapat memberikan bagaimana struktur data provinsi Lampung dapat disusun.

Gambar 22. Diagram Permintaan Rumah Tangga ProgramLeapUntuk Provinsi Lampung

Kemudian aplikasikan struktur diagram yang telah dibuat ke dalam area kerja leap

dengan menggunakan tambah, hapus dan properti. semua level cabang yang paling atas selalu merupakan cabang kategori, sedangkan level cabang yang paling bawah selalu merupakan cabang teknologi, di mana biasanya pengguna

(57)

b. Sektor Industri

Sektor industri dibagi menjadi sub sektor makanan dan minuman, tekstil dan barang kulit, mesin dan alat angkut, semen dan bahan galian bukan tambang,

pupuk dan lainnya. pembagian ini didasarkan pada nilai tambah yang dihasilkan, dimana dari sembilan KLUI (kelompok lapangan usaha Indonesia) kelompok

usaha makanan, tekstil, mesin dan semen memiliki nilai tambah ekonomi yang cukup besar. Indikator aktivitas energi sektor industri didefinisikan sebagai nilai tambah yang dihasilkan per tahun. Data nilai tambah diperoleh dari BPS

Lampung. Intensitas pemakaian energi pada sektor industri adalah pemakaian energi per nilai tambah yang dihasilkan. Intensitas dianggap tetap selama periode

proyeksi.

Gambar 23. Diagram Permintaan Industri ProgramLeapUntuk Provinsi

Lampung

c. Sektor Transportasi

Sektor transportasi yang diteliti adalah aktifitas pemakaian energi, data aktivitas pemakaian energi sektor transportasi diperoleh dari BPS dan departemen

(58)

yang dikonsumsi tiap unit kendaraan per tahun.untuk sektor transportasi Lampung energi yang dipakai adalah aktifitas pemakaian energi solar dan premium.

Gambar 24. Diagram Permintaan Transportasi ProgramLeapUntuk Provinsi Lampung

d. Sektor Komersial

Sektor komersial terdiri atas 7 (tujuh) kelompok usaha, yaitu penginapan, komunikasi, rumah makan, perdagangan, jasa keuangan, jasa hiburan dan jasa

sosial. Indikator kegiatan pemakaian energi pada sektor komersial adalah nilai tambah yang dihasilkan. Data nilai tambah sektor diperoleh dari BPS. Intensitas pemakaian energi pada sektor ini adalah pemakaian energi per nilai tambah yang

dihasilkan dan diasumsikan tetap selama periode proyeksi.

(59)

3. Skenario

Tahap selanjutnya adalah membuat skenario. Di dalam skenario ini pengguna akan menganalisa bagaimana permintaan energi dari beberapa sektor akan

meningkat di sepanjang waktu. Pertama, klik atur sekenario dan tambah sekenario yang pertama, lalu beri nama skenario tersebut sebagai dasar dengan singkatan DAS. Kemudian menambah kembali skenario dengan dengan nama optimal

dengan singkatan OPT. Dimana dalam penambahan sekenario memasukan daftar nama-nama jenis bahan bakar yang akan di buat sekenarionya.

Sebelum menutup pengaturan skenario, pilih skenario dasar dengan cara mencentang pada kotak pilihan. Kemudian dapat memasukan parameter-parameter asumsi dan prediksi dari data yang mungkin terjadi di masa depan

Lampung .

4. Analisa Hasil

Output yang diperoleh dari menjalankan program leap berupa grafik dan tabel

hasil proyeksi permintaan energi. Hasil perhitungan penawaran-permintaan berwujud berbagai alternatif neraca penawaran permintaan. Dari alternatif yang

(60)

Penentuan metode dan model analisis

M emasukan data asumsi kunci. 1. Jumlah penduduk

2. Jumlah rumah tangga

3. Pendapatan Daerah Regional Bruto 4. Pendapatan per kapita

5. Pertumbuhan jumlah penduduk 6. Pertumbuhan PDRB dan lain-lain

Memasukan data energi Komersial, Sosial dan publik.

1.Data Ekonomi dan kependudukan 2.Data ketenaga listrikan

3.Data konsumsi energi, dll

A

(61)

Analisis hasil

Menjalankan Pemodelan

Membuat skenario 1. Peningkatan PDRB 2. Peningkatan jumlah

penduduk 3. Konversi energi 4. Peningkatan energi per

kapita

ya

Tidak

Gambar 26. Diagram Alir Penelitian

SELESAI

Kesimpulan

Grafik hasil perhitungan Kesalahan / tidak

Gambar

Gambar 1. Proses Pembentukan Batubara
Gambar 2. Matahari
Gambar 3. Sel Surya
Gambar 4. Salah Satu Contoh Turbin Angin
+7

Referensi

Dokumen terkait

Planning merupakan proses identifikasi area yang menjadi sasaran dan juga memilih bagian dari area yang akan di-benchmark. Ada tiga fase perencanaan dalam model

Dari analisa yang telah dilakukan didapat bahwa menurut beberapa penelitian terdahulu desain / perubahan desain adalah salah satu penyebab terjadinya waste pada

Di lihat dari table 3 nilai T-Statistik pengaruh langsung antara estetika dan nilai emosional sebesar 15,739 dengan path coeficient 0,558, lalu nilai

Konfirmasi penelitian ini didukung oleh data instrumen eksperimen RB-22 Anova Within-Subject (tabel 4.11) dan data empiris deskriptif dengan menggunakan kuesioner

Dampak dari pemalsuan umur pernikahan bagi masyarakat Dusun Cungkingan, Desa Badean, Kecamatan Kabat, Kabupaten Banyuwangi ... Analisis Data

Latar belakang penelitian ini adalah maraknya penggunaan kiai dalam pernikahan sebagai wali muhakkam yang terjadi di Kelurahan Sukabumi, Kecamatan Mayangan, Kota

Dengan adanya banyak hal yang mempengaruhi jenis tanaman untuk suatu lahan tertentu, maka diperlukan suatu sistem yang dapat menampilkan informasi spasial dan

7 Sama halnya dengan kedua penelitian tersebut, literatur mengatakan bahwa jenis histopatologi yang sering ditemukan adalah jenis adenokarsinoma ovarii serosum, selain