• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAYA BAHASA DALAM KOLOM PARODI PADA HARIAN KOMPAS EDISI FEBRUARI–MARET 2011 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN DI SMA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "GAYA BAHASA DALAM KOLOM PARODI PADA HARIAN KOMPAS EDISI FEBRUARI–MARET 2011 DAN IMPLIKASINYA PADA PEMBELAJARAN DI SMA"

Copied!
55
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah

Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau penghubung antar

anggota-anggota masyarakat (Keraf, 2002:17). Peranan bahasa sebagai alat komunikasi tidak diragukan

lagi, baik komunikasi secara langsung atau tidak langsung. Dalam berkomunikasi kita juga

membutuhkan media. Salah satu media komunikasi tidak langsung adalah surat kabar.

Perkembangan surat kabar saat ini semakin maju karna didorong oleh keinginan masyarakat

yang semakin kritis dan haus akan informasi. Surat kabar menjadikan dunia terasa kecil sehingga

kejadian, informasi, dan peristiwa dari berbagai belahan dunia dapat dengan cepat diketahui

masyarakat.

Media massa memiliki tiga peran penting, yakni sebagai (1) alat untukmencerdaskan bangsa,

yakni sebagai medium pendidikan, (2) alat pemasyarakatan bangsa, sehingga mengurangi

kesenjangan bahasa antara penduduk “pandai bahasa” dan “miskin bahasa” dan (3) materi

pengajaran bahasa ( Alwasilah, 97 : 47 ).

(2)

karna itu bahasa yang digunakan dalam menulis hendaknya bahasa yang jelas dan sistematis

sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami.

Surat kabar menggunakan ragam bahasa tulis untuk memberikan informasinya kepada

masyarakat, dari bahasa yang lugas, sindiran, bahkan lawakan. Tulisan biasanya terlihat menarik

dengan adanya gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam menuliskan karyanya.

Hakikatnya pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda dalam penulisan karyanya. Perbedaan

ini diantaranya dalam menggunakan kata, menyusun kata dalam sebuah kalimat,

mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang indah, mengungkapkan sesuatu dengan pengertian

dan bahasa yang berlebih-lebihan, ataupun mengungkapkan sesuatu dengan mengkiaskan benda

lain, dan sebagainya (Zainudin, 1991 : 51). Perbedaan itu tentunya ada, karena pengarang adalah

manusia biasa yang memiliki kehidupan yang berbeda antara satu dengan yang lain dan memiliki

cara yang berbeda untuk mendeskripsikan pandangannya mengenai sesuatu hal yang dianggap

menarik.

Latar belakang sosial atau pendidikan merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi

gaya pengarang dalam memaparkan ide yang dimilikinya menjadi sebuah tulisan. Gaya yang

dimiliki pengarang inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya kemasan sebuah cerita

menjadi bacaan yang menarik serta layak

(3)

Surat kabar diharapkan dapat berperan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia,

terutama bagi khalayak ramai khususnya kalangan muda dan remaja yang telah terbiasa dengan

tampilan serba visual. Akibatnya, kebanyakan dari mereka tidak suka dengan huruf-huruf

sehingga menjauhkan mereka dari kegiatan membaca, padahal dengan membaca dapat

membantu mereka meningkatkan keterampilan berbahasa, menambah kosa kata, dan gaya

bahasa.

Gaya bahasa dalam pembelajaran di SMA seringdikaitkan dalam bahasa sastra yang objek

penelitiannya berupa karya sastra seperti puisi dan prosa,dan aplikasi mengenai gaya bahasa

biasanya terletak pada unsur-unsur intrinsik suatu karya sastra berupa majas. Pada umumnya

majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a) majas penegasan, b) perbandingan, c)

pertentangan, dan d) majas sindiran. Secara tradisional bentuk-bentuk inilah yang disebut gaya

bahasa. Sebalikya menurut teori sastra kontemporer majas hanyalah sebagian kecil dari gaya

bahasa. Dengan kalimat lain, gaya bahasa jauh lebih luas dibandikan majas (Ratna, 2009: 164).

Menurut Keraf (2002: 129) Salah satu pembagian gaya bahasa adalah gaya bahasa berdasarkan

langsung tidaknya makna, yaitu suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif

dari bahasa biasa, entah dalam (1) ejaan, (2) pembentukan kata, (3) konstruksi (kalimat, klausa,

frasa), atau (4) aplikasi sebuah istilah untuk memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, rumor,

atau suatu efek yang lain.

(4)

Kompetensi dasar yaitu menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa,

latar) dan materi pembelajaran yaitu topik tentang kehidupan orang lain (berdasarkan situasi dan

kondisi setempat), unsur-unsur cerpen (penokohan, konflik, latar, sudut pandang, alur dan gaya

bahasa).

Meskipun dalam silabus di atas menggunakan cerpen sebagai objeknya bukan berarti gaya

bahasa hanya terdapat pada karya sastra saja, melainkan juga terdapat pada bahasa selain sastra.

Dalam hal ini dikenal sebagai gaya bahasa koran, gaya bahasa formal, gaya bahasa keilmuan,

gaya bahasa humor,gaya bahasa percakapan, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat peneliti

tertarik untuk meneliti gaya bahasa dan memberikan contoh bahan ajar yang dapat digunakan di

sekolah untuk mempelajari gaya bahasa dengan menggunakan media surat kabar..

Surat kabar harian

Kompas

adalah contoh media cetak yang beredar secara nasional dan sudah

mengunakan fungsi surat kabar yang cukup baik. Harian

Kompas

menyajikan berbagai macam

informasi dari informasi sosial, politik, budaya, bisnis, kriminal, hiburan, sampai olah raga dan

dibaca oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Oleh karna itu surat kabar

Kompas

memiliki

banyak peluang dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Dalam surat kabar

tersebut terdapat beberapa rubrik/kolom menarik dan cukup menonjol untuk diteliti penggunaan

gaya bahasanya. Salah satu kolom yang terdapat pada harian Kompas adalah kolom “Parodi”.

Kolom ini khusus diterbikan pada hari Minggu dan mendapat ruangan khusus terletak pada

pojok kanan rubrik Style.

(5)

koaya-roaya

seperti para konglomerat dan hati seperti para malaikat. Tetapi kenyataanya

tidaklah demikian.” Selain itu topik –topik yang diangkat dalam kolom Parodi merupakan topik

terbaru yang sedang ramai dimasyarakat. Selain alasan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan

terhadap para siswa, penggunaan media lain selain buku pelajaran seperti surat kabar sangatlah

menarik minat siswa dalam pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis gaya bahasa pada kolom Parodi

yang terdapat pada harian

Kompas

, sehingga secara keseluruhan penulis berminat mengambil

judul penelitian “Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari–Maret

2011 dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar di SMA.”

1.2.

Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penilitian ini adalah “bagaimanakah

penggunaan gaya bahasa dalam kolom Parodi pada Harian

Kompas

edisi Februari–Maret 2011 dan

implikasinya sebagai bahan ajar di SMA?”

1.3.

Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa dalam kolom “Parodi”

dalam harian

Kompas

edisi Februari–Maret 2011 dan implikasinya pada pembelajaran di sekolah

menengah atas.

(6)

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal berikut.

1. Manfaat Teoretis

Manfaat teoretis, yaitu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang

gaya bahasa

2. Manfaat Praktis

a.

Memberikan alternatif bahan ajar sastra.

b.

Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai deskripsi gaya bahasa dalam kolom

Parodi pada Harian Kompas sebagai bahan ajar bahasa Indonesia khususnya gaya bahasa.

c.

Memberikan pengetahuan kepada penulis mengenai deskripsi gaya bahasa dalam kolom

Parodi pada Harian Kompas sebagai bahan ajar bahasa Indonesia khususnya gaya bahasa.

1.5.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:

1)

penelitian ini dilakukan pada kolom parodi dalam harian kompas edisi Februari–Maret 2011

yang berjumlah 8 data terhitung dari Minggu pertama bulan Februari sampai mingu keempat

bulan Maret;

2)

materi yang dipakai dalam penelitian ini adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya

makna yang mencakup dua ragam gaya bahasa (Keraf, 2002)

(7)
(8)

BABII

LANDASAN TEORI

2.1

Gaya Bahasa

Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengam istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin

stylus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada perkembangan berikutnya,

kata style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau menggunakan

kata-kata secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa

gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis

untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca.

Gaya bahasa dan kosakata memunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Kian kaya kosakata

seseorang, kian beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya

bahasa jelas turut memperkaya kosakata pemakainya. Itulah sebabnya maka dalam pengajaran

gaya bahasa merupakan suatu teknik penting untuk mengembangkan kosakata para siswa

(Tarigan, 2009: 5).

Gaya bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas. Menurut penjelasan(Kridalaksana, 2009),

gaya bahasa (style) mempunyai tiga pengertian;

(9)

Sementara itu, (Leech &Short, 1981: 278; Tarigan, 2009: 66) mengemukakan bahwa gaya

bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk

tujuan tertentu. Bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan bahasa termasuk dalam fungsi

puitik, yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai

dengan waktu dan penerima yang menjadi sasaran) dapat menarik perhatian penerima.

Sebaliknya, bila penggunaanya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka.

Pendapat lain mengatakan pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa,

penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata

mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat (Nurgiantoro,

2000:296).

Berdasarkan beberapa pendapat yang telah peneliti uraikan, dapat dikatakan secara garis besar

bahwa gaya bahasa merupakan penyimpangan makna dari kata-kata yang tertulis yang sengaja

dilakukan oleh pengarang untuk menimbulkan efek tertentu atau menimbulkan konotasi tertentu.

Sebuah pendapat menyebutkan bahwa gaya bahasa memiliki cirri-ciri sebagai berikut.

1.

Ada perbedaan dengan sesuatu yang diungkapkan misalnya melebihkan, mengiaskan,

melambangkan, mengecilkan atau menyindir.

2.

Kalimat yang disusun dengan kata-kata yang menarik dan indah.

3.

Pada umumnya mempunyai makna kias (Zainudin, 1992:52).

(10)

melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai

bahasa).

2.2

Ragam Gaya Bahasa

Pembagian atau penggolongan gaya bahasa sampai saat ini belum memiliki kesamaan persis dari

para ahli seperti pembagian gaya bahasa berikut.

1)

Gaya bahasa terdiri atas tiga macam (Zainuddin, 1991) yaitu;

a.

gaya bahasa perbandingan;

b.

gaya bahasa sindiran ;

c.

gaya bahasa dan ungkapan yang sering digunakan sehari-hari.

2)

Gaya bahasa sekurang-kurangnya dapat dibedakan berdasarkan titik tolak yang dipergunakan

(Keraf, 2002), yaitu;

a.

gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;

b.

gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;

c.

gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung di dalamnya;

d.

gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di dalamnya.

3)

Gaya bahasa terdiri dari empat kelompok (Tarigan, 2009: 6), yaitu;

a. gaya bahasa perbandingan;

b. gaya bahasa pertentangan;

c. gaya bahasa pertautan;

d. gaya bahasa perulangan.

(11)

gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di dalamnya untuk meneliti

kumpulan kolom Parodi pada harian Kompas.

2.3

Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata

Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi (bukan bahasa

resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.

1. Gaya Bahasa Resmi

Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam

kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan

mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Sebab itu, gaya bahasa resmi pertama-tama

adalah bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tertinggi, walaupun sering dipergunakan juga

dalam pidato-pidato umum yang bersifat seremonial.

2. Gaya Bahasa Tak Resmi

Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,

khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini

biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau

bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, dan sebagainya.

3. Gaya Bahasa Percakapan

(12)

2.4

Gaya Bahasa Bedasarkan Nada

Gaya bahasa dilihat dari segi nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: gaya

yang sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.

1. Gaya sederhana

Gaya ini biasanya cocok untuk member intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya.

Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara efektif, penulis harus memiliki kepandaian dan

pengetahuan yang cukup.

2. Gaya Mulya dan Bertenaga

Gaya ini penuh dengan vitalitas dan biasanya dipergunakan untuk menggerakan sesuatu.

Menggerakan sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga pembicara, tetapi juga dapat

mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia akan sanggup pula

menggerakan emosi pendengar.

3. Gaya Menengah

Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang

dan damai, karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya juga

bersifat lemah-lembut, penuh kasih saying, dan mengandung humor yang sehat.

2.5

Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat

Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari gaya bahasa klimaks, antiklimaks,

(13)

1. Gaya Bahasa Paralelisme

Pararelisme merupakan suatu gaya yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian

kata-kata yang menduduki fungsi pragmatikal yang sama dalam sebuah kalimat atau klausa (Rani,

1996: 148). Contoh sebagai berikut.

a.

Kedengarannya memang aneh, dia merasa kesepian di tengah kota metropolitan

ini.

b.

Negara kita ini Negara hukum, semua yang salah harus ditindak tegas tanpa harus

pandang bulu.

1. Klimaks

Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali

semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Contoh sebagai berikut:

a.

Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkram rasa takut dan rasa rendah diri,

tidak dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran

yang obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat secara bebas.

b.

Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman

harapan.

2. Anti Klimaks

Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya

bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting

berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan

yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi

member perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.

Misalnya :

Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya,

pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).

(14)

Antitetis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan,

dengan memergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.

Misalnya :

Mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya,

tetapi mereka juga telah banyak memeroleh keuntungan

daripadanya.

4. Repitisi

Repitisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting

untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.

2.6

Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna

Berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam sebuah kata atau kelompok kata

maka gaya bahasa dapat dibedakan atas dua bagian, yakni gaya langsung atau gaya bahasa

retoris dan gaya bahasa kiasan.

2.6.1

Gaya Bahasa Retoris

(15)

1. Aliterasi

Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.Biasanya

digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan.

Contoh: Takuttitik tumpah

Pada contoh ini perulangan konsonan ditunjukan sebagai perhiasan atau untuk memperoleh efek

keindahan.

2. Asonansi

Gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama disebut asonansi. Biasanya

dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan

atau sekedar keindahan.

Contoh : Ini muka penuh luka siapa punya

Perulangan bentuk vokal pada contoh ini menimbulkan efek keindahan.

3. Anastrof (Inversi)

Anastrof (Inversi) adalah gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang

biasa dalam kalimat. Gaya bahasa ini dipergunakan apabila predikat kalimat hendak lebih

ditonjolkan atau dipentingkan dari pada subjeknya sehingga predikat terletak di depan subjeknya.

Contoh : Besar sekali gajinya.

Yang hendak lebih ditonjolkan dalam kalimat pada contoh ini adalah besarnya gaji.

(16)

Sebuah gaya dimana pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal atau

menyatakan sebaliknya disebut apofasis (preterisio).

Contoh : Saya tidak mau mengatakan dalam rapat ini bahwa Saudara telah menggelapkan uang

jutaan rupiah.

Maksud dari dari contoh ini seolah-olah menutupi kesalahan orang lain namun pada kenyataanya

mengungkap kejahatan orang itu.

5. Apostrof

Apostrof adalah gaya bahasa yang terbentuk sebuah amanat yang disampaikan kepada sesuatu

yang tidak hadir. Makna apostrof ialah berpaling atau berputar.

Seorang pembicara tiba-tiba mengarahkan ucapannya kepada sesuatu yang tidak hadir, kepada

mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan sehingga tampaknya ia

tidak berbicara lagi pada hadirin.

Contoh : Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari

belenggu penindasan ini!

Pembicara mengalihkan ucapannya kepada sesuatu yang tidak hadir karna tidak mungkin

pembicara berbicara didepan dewa.

6. Asindeton

Asindeton adalah penghilangan konjungsi (kata sambung) dalam frasa, klausa atau kalimat,

misalnya dalam kalimat “saya datang, saya lihat, saya menang”

Gaya bahasa asindeton bersifat padat dan mampat; kata-kata yang sederajat berurutan, atau

klausa-klausa yang sederajat, tidak dihubungkan dengan kata sambung.

(17)

Kata sambung yang dihilangkan dalam contoh ini adalah tetapi

7. Polisindenton

Polisindenton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindenton. Beberapa kata,

frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.

Contoh: Setelah pelajaran usai,

maka

berkemas-kemaslah murid-murid hendak pulang,

karna

jam pelajaran terakhir telah habis, lalu mereka berdoa dipimpin ketua kelas.

8. Kiasmus

Kiasmus adalah gaya bahasa yang mengandung dua bagian, baik frasa atau klausa yang sifatnya

berimbang dan dipertentangkan satu sama lain. Tetapi, susunan frasa atau klausanya itu terbalik

bila dibandingkan dangan frasa atau klausa lainya.

Contoh: Uang itu sudah kutabung di bank, tak ada lagi uang di rumah

.Orang tuanya sudah tiada, berantakanlah kehidupannya.

9. Elipsis

Elipsis merupakan gaya bahasa dengan menghilangkan satu kata atau lebih yang dengan mudah

dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar.

Contoh: Masihkah kau tak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat;

tetapi psikis

10. Eufimismus

Eufimismus adalah gaya bahasa yang menggunakan sepatah atau sekelompok kata untuk

menggantikan kata lain dengan maksud supaya terdengar lebih sopan, alat untuk menghindari

diri dari yang dianggap bisa menyinggung perasaan orang lain.

Gaya bahasa ini disebut juga gaya bahasa pelembut.

(18)

Maksud dari contoh ini untuk melembutkan kata gila

11. Litotes

Gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri disebut

litotes. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya atau suatu pikiran dinyatakan

dengan menyangkal lawan katanya.

Contoh : Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.

Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan

Satu milyar rupiah.

12. Histeron Proteron

Histeron Proteron adadah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau

kebalikan dari urutan yang wajar, misalnya, menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada

awal peristiwa. Gaya bahasa ini juga disebut hiperbaton.

Contoh: Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.

Kalimat pada contoh ini sangat tidak logis sebab kereta letaknya di belakang kuda.

13. Pleonasme

Pemakaian kata-kata lebih dari pada yang diperlukan dinamakan gaya bahasa pleonasme atau

disebut juga gaya bahasa penegasan. Pleonasme berasal dari kata pleonazein yang berarti 'lebih

banyak dari yang diperlukan atau berkelimpahan

Contoh: Dia naik ke atas.

Kata ke atas sebenarnya tidak perlu lagi dipakai karena kerja naik tujuannya selalu ke atas. Jadi,

tidak ada orang yang naik ke bawah.

(19)

Tautologi adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa kali sepatah kata dalam

sebuah kalimat. Dapat pula mempergunakan beberapa kata yang bersinonim berturut-turut dalam

sebuah kalimat sehingga disebut gaya bahasa sinonim karena menggunakan kata-kata yang

bersinonim.

Contoh: Sungai ini terlalu amat dalam sekali.

kata terlalu, amat, dan sekali bersinonim.

15. Perifrasis

Perifrasis atau perifrase adalah gaya bahasa penguraian atau pengungkapan yang panjang sebagai

pengganti pengungkapan yang lebih pendek. Sepatah kata diganti dengan serangkai kata yang

mengandung arti yang sama dengan kata yang diganti itu.

Contoh: Ketika sang surya keluar dari peraduannya berangkatlah kami.

kata ketika sang surya keluar dari peraduannya penguraian dari kata pagi-pagi.

16. Prolepsis atau Antisipasi

Prolepsis atau Antisipasi adalah gaya bahasa yang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau

sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya dalam

melukiskan tentang terjadinya suatu kecelakaan pesawat terbang, sebelum sampai pada peristiwa

kecelakaan itu sendiri, penulis sudah mempergunakan kata

pesawat yang sial itu. Padahal

kesialan baru terjadi kemudian.

Contoh: Pesawat yang sial itu sempat mendarat sebelum akhirnya meledak.

(20)

Erotesis adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan

untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak

menghendaki adanya suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada

satu jawaban yang mungkin.

Contoh : Siapa pula yang mau ditindas terus menerus?

Hanya ada satu jawaban yang mungkin atas prtanyaan tersebut, yaitu tidak ada.

18. Silepsis

Silepsis adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan

menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya

mempunyai hubungan dengan kata pertama. Konstruksi yang dipergunakan itu gramatikal benar,

tetapi secara semantik tidak benar.

Contoh : Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.

Konstruksi yang lengkap adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat.

19. Zeugma

Zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi ratapan dengan

menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya

mempunyai hubungan dengan kata pertama. Adapun, kata yang dipakai untuk membawahi kedua

kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari pada (baik secara logis maupun

gramatikal).

Contoh: Dengan membelalakan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.

kata yang cocok untuk kalimat tersebut sebenarnya hanyamembelalakan mata.

(21)

Koreksio adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian

memperbaikinya.

Contoh: dia adalah kekasihku, eh bukan, kakak ku.

21. Hiperbola

Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan. Dengan

membesar-besarkan suatu hal.

Contoh: larinya secepat kilat.

Terlalu berlebihan mengatakan ada orang orang yang berlari secepat kilat karena tidak mungkin

hal itu terjadi.

22. Paradoks

Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan pengungkapan sesuatu

seolah-olah berlawanan tetapi ada logikanya.

Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya.

Contoh: Di kota yang ramai ia merasa kesepian.

Pada kenyataannya memang banyak orang yang jiwanya kosong bisa merasa kesepian di tengah

keramaian.

23. Oksimoron

Suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek bertentangan

disebut oksimoron. Dapat juga dikatakan bahwa oksimoron adalah gaya bahasa yang

mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang

sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.

(22)

Jelas adanya suatu pertentangan yang tajam antara dua kata pada contoh tersebut

2.6.2

Gaya Bahasa Kiasan

Gaya bahasa kiasan ialah gaya yang dilihat dari segi makna tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan

kata-kata yang membentuknya. Orang harus mencari makna di luar rangkaian kata atau

kalimatnya, gaya bahasa yaitu.

1. Persamaan atau simile

Simile adalah gaya bahasa yang menyatakan perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu yang

menggunakan alat formal untuk menyatakan hubungan, seperti:

bagai, laksana, ibarat, dan

sebagainya. Simile langsung menyatakan sesuai sama dengan kata hal lain.

Contoh: bibirnya bagai delima merekah.

kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebut objek pertama yang mau dibandingkan.

Contoh: Bagai duri dalam daging.

Objek yang mau di bandingkan tanpa di sebutkan dalam contoh tersebut adalah pedih.

2. Metafora

Gaya bahasa yang merupakan kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan

benda yang menggantinya disebut metafora. Kedua benda yang diperbandingkan itu mempunyai

persamaan sifat.

Contoh: Matahari adalah raja siang.

Raja mempunyai sifat berkuasa. Sifat kuasa itu juga dimiliki oleh

matahari. Kalau matahari

tidak ada, maka kehidupan pun tiada. Itulah sebabnya

matahari yang bersinar pada waktu siang

diumpamakan sebagai raja siang.

(23)

Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Gaya bahasa alegori melukiskan

sesuatu dengan cara membandingkan sesuatu yang lain secara utuh.

Contoh :"aduhai sungguh malang nasib ku", kata kumbang itu seraya berlinang-linanglah air

matanya. "Telah lama aku terbang melayang-layang, mengelilingi kuntum melati yang kecil

molek dan menyerbak wangi itu.Hendak hinggap aku tidak berani, takut kalau-kalau badan tidak

diterima".

Yang dimaksud kumbang dalam contoh ini adalah pemuda yang dimabuk cinta dan kuntum

melati adalah Juwita yang menjadi idamannya.

4. Parabel

Parabel adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menyebut cerita-cerita khayal dalam kitab

suci yang bersifat alegoris untuk menyampaikan kebenaran moral atau spiritual.

Contoh: Cerita

Ramayana yang didalamnya tersirat pesan bahwa yang benar akan terbukti

kebenarannya.

5. Fabel

Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang dimana binatang-binatang

bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah olah sebagai manusia. Tujuan

fabel ialah menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti.

Contoh: Cerita "Si Kancil".

dalam cerita si Kancil, binatang ini digambarkan bertindak seperti manusia. Ajaran moral yang

disampaikan dalam cerita si Kancil adalah agar manusia berlaku cerdik dan jujur.

(24)

Personifikasi adalah gaya bahasa yang melukiskan benda-benda mati atau barang-barang yang

tidak bernyawa seolah-olah hidup, dapat bergerak. Personofikasi disebut juga penginsanan atau

pengorangan.

Contoh: nyiur melambai di tepi pantai.ss

Kata nyiur melambai pada contoh ini adalah personifikasi karena hanya manusia yang bisa

melambai. Jadi, di sini pohon nyiur diumpamakan manusia.

7. Alusi

Gaya bahasa yang mengias dengan mempergunakan peribahasa atau ungkapan-ungkapan yang

sudah lazim ataupun menggunakan sampiran pantun yang isinya sudah umum diketahui disebut

alusi.

Contoh: Jangan seperti kura-kura dalam perahu. (maksudnya, pura-pura tidak tahu).

Keadaan ku seperti orang makan buah simalakama, jika dimakan ibu mati tidak dimakan

bapak mati. (pilihan yang serba sulit dan tidak menguntungkan).

8. Eponim

Eponim adalah melukiskan sesuatu dengan cara mengambil sifat yang dimiliki oleh nama-nama

yang telah terkenal.

Contoh: Maradona kita telah memasuki lapangan.

Maradona dalam contoh ini adalah nama pemain sepak bola terkenal yang digunakan untuk

mengiaskan orang yang ahli sepak bola.

(25)

Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan sutu sifat atau ciri yang khusus dari suatu orang

atau suatu hal. Keterangan itu adakah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan

nama seseorang atau suatu benda.

Contoh: Lonceng pagi untuk ayam jantan.

Ayam jantan berkokok pada pagi hari. kokokan ayam jantan di ibaratkan sebagai lonceng.

10. Sinekdoke

Sinekdoke berasal dari bahasa yunani

synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama.

Sinekdoke adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan

keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian

(totum pro parte).

Contoh:Setiap kepala dikenakan sumbangan seratus rupiah. (pars prototo)

Yang dimaksud dengan

kepala adalah orang dengan seluruh anggota badan, bukan hanya

kepalanya saja

Contoh:Pertandingan sepakbola itu berakhir dengan kemenangan medan.(totum pro parte).

Yang dimaksud sebenarnya hanya kemenangan kesebelasan pemain dari medan.

11. Metonimia

Metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal

lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.

Contoh : Bapak sedang mengisap jarum..

Menghisap jarum ialah mengisap rokok merek jarum. nama jarum berasoosiasi denagn rokok.

(26)

Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan

sebuah

epiteeta (julukan) untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk

menggantikan nama diri.

Contoh : Si kurus itu sedang makan.

Kata si kurus bukan nama sebenarnya melainkan panggilan pada seseorang yang memiliki tubuh

kurus.

13. Hipalase

Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk

menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan sebuah kata yang lain.

Contoh : Ia berbaring di atas bantal yang gelisah.

Yang gelisah adalah manusianya, bukan bantal.

14. Ironi

Ironi atau Cemooh secara halus adalah gaya bahasa sindiran yang mengatakan sebaliknya dari

yang sebenarnya. Kadang - kadang ironi hanya merupakan suatu olok-olok saja. Apakah itu

sindiran atau gurauan dapat ditentukan oleh cara pembicara berkata ditentukan oleh situasi.

Contoh : "Keputusan anda sangat tepat!"

Kalimat tersebut menjadi ironi apabila sebenarnya keputusan yang diambil itu tidak tepat.

15. Sinisme

(27)

16. Sarkasme

Sarcasm (inggris) adalah perkataan yang menyakitkan hati. Yang dimaksud dengan gaya bahasa

sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang paling kasar. memaki orang dengan kata-kata kasar

yang kasar dan tidak sopan. yang pasti gaya bahasa ini selalu akan menyakiti hati dan tidak enak

didengar.

Contoh : " Cih, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya!"

17. Satire

Kata Satire diturunkan dari kata

satura yang berarti talam yang berisi macam-macam

buah-buahan. satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung

kritik tentang kelemahan manusia. tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan. Satire

berbentuk uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya.

Contoh :Kita sudah tak pernah bertegur sapa sejak curahan air dari atap rumahku jatuh di

halaman rumahmu.

18. Inuendo

Inuendo adalah pengungkapan yang bermaksud menyindir dengan cara mengecilkan kenyataan

yang sebenarnya. Dengan kata lain, menyindir secara tidak langsung.

Contoh: Setiap ada pekelahian, ia selalu terlibat karena ia agak senang berkelahi. maksud selalu

terlibat berarti senang berkelahi tetapi selanjutnya dikatakan dengan agak senang berkelahi

sebagai pengecilan kenyataan.

(28)

Antifrasis adalah semacam ironi ayang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna

kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk

menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.

Contoh: Anda sangat baik (maksudnya agar orang jahat tidak mengganggu).

20. Pun atau Paronomasia

Pun atau Paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan

permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam

maknanya.

Contoh : Tanggal dua gigi saya tanggal dua.

Kata tanggal yang pertama menjelaskan waktu sedangkan kata tanggal yang kedua berarti lepas.

2.7

Fungsi Gaya Bahasa

Gaya bahasa merupakan bentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis

untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar (Guntur Tarigan, 2009:4). Bertolak dari

kenyataan tersebut, dapat dilihat fungsi gaya bahasa yaitu sebagai alat untuk menyakinkan atau

mempengaruhi pembaca atau pendengar.

(29)

Selain pendapat di atas, Guntur Tarigan (2009:4) mengatakan bahwa dengan kata-kata belumlah

begitu jelas untuk menerangkan sesuatu, oleh karna itu digunakan persamaan perbandinganserta

kata-kata kias lainnya. Bertolak dari beberapa pendapat diatas, dapatlah dilihat fungsi gaya

bahasa yaitu sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang disampaikan, alat untuk

memperjelas sesuatu dan alat untuk menciptakan keadaan hati tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat tentang fungsi gaya bahasa yang telah dipaparkan din atas, dapat

disimpulkan fungsi gaya bahasa sebagai berikut.

1)

Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau

pendengar, maksudnya gaya bahasa dapat membuat pembaca atau pendengar semakin yakin

dan percaya terhadap apa yang disampaikan penulis;

2)

Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk menciptakan keadaan perasaan hati tertentu,

maksudnya gaya bahasa dapat menjadikan pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu,

misalnya kesan baik atau buruk, senang, tidak enak dan sebagainya setelah mengetahui

tentang apa yang disampaikan penulis;

3)

Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang

disampaikan, maksudnya gaya bahasa dapat membuat pembaca atau pendengar terkesan

terhadap gagasan yang disampaikan penulis atau pembicara.

2.8

Kolom Parodi

(30)

2007: 28). Baik opini maupun kolom/rubrik, kedua-duanya adalah menyoroti berita aktual

dengan memberi pendapat-pendapat, baik saran , solusi, maupun kritik.

Parodi adalah karya sastra yang di dalamnya terdapat tiruan kata, gaya, sikap hati, dan gagasan

pengarang lain dengan tujuan melucu dan mencemoohkan. Hal itu dicapai dengan

melebih-lebihkan contoh aslinya. Parodi berasal dari kata Yunani “paradoks” yang berarti lagu sebagai

tangapan, akord sumbang (Ensklopedia sastra, 2006

)

Parodi dalam pengunaan umun, artinya suatu karya yang dipergunakan untuk memplesetkan,

memberikan komentar atas karya asli, judulnya ataupun pengarangnya dengan cara yang lucu

atau bahasa satrie. Parodi dapat ditemukan pada karya-karya seni termasuk literatur, musik dan

film bioskop.

Kolom parodi yang ingin penulis teliti penggunaan gaya bahasanya adalah sebuah kolom yang

ditulis oleh Samuel Mulia, yang terdapat pada harian Kompas khususnya yang terbit pada hari

minggu, terletak di pojok sebelah kanan rubrik “Style” terdiri dari seperempat halaman.

2.9

Pembelajaran Bahasa melalui Pemanfaatan Media Pembelajaran

(31)

Oleh karna itu, belajar bahasa, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia yang diarahkan untuk

meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, baik keterampilan yang bersifat reseptif (membaca

dan mendengarkan) maupun yang bersifat produktif (berbicara dan menulis). Guru bahasa tugas

utamanya adalah mengarahkan siswa pada pembelajaran bahasa dan dalam berkomunikasi

dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Dalam hal ini guru diminta untuk

menyajikan pengajarannya dengan penuh rasa tanggung jawab.

Salah satu komponen dalam sistem pembelajaran adalah sumber belajar dan seorang guru bahasa

perlu tahu lebih banyak dan lebih mendalam lagi mengenai pemanfaatan media pembelajaran

guna mendukung proses pembelajaran. Salah satu jenis sumber belajar adalah media cetak

berupa bacaan seperti: buku, komik, surat kabar, majalah, buletin, pamflet, dan lain-lain.

Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca, atau penggunaan simbol-simbol kata secara

visual (Suliani, 2004: 122).

Media cetak meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi

(Arsyad, 2000: 37). Media cetak ini memiliki beberapa kelebihan antara lain.

1)

Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.

2)

Siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis.

3)

Dapat menambah daya tarik serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang

disajikan.

(32)

Dalam memberikan materi pembelajaran baik itu dalam bidang kebahasaan, keterampilan,

maupun kesastraan, guru bahasa dapat memanfaatkan media cetak seperti surat kabar sebagai

media pembelajarannya.

(33)
(34)

1

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, maksudnya

mendeskripsikan semua gaya bahasa yang ditemukan dalam kolom Parodi pada

Harian

Kompas

edisi Februari–Maret 2011. Dengan metode ini, data yang telah

dikumpulkan, diidentifikasi, dianalisis,dideskripsikan, lalu diinterpretasikan

sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian kualitatif diartikan sebagai

penelitian yang tidak mengadakan perhitungan (Moleong, 2004:2). Dengan

metode deskriptif kualitatif, data yang ada dianalisis sesuai dengan apa adanya,

kemudian dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian

3.2 Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat kabar harian

Kompas

yang khusus terbit pada hari Minggu, yang diambil pada minggu

pertama dibulan Februari sampai minggu keempat bulan Maret 2011, berjumlah

delapan eksemplar dan dipilih sesuai kebutuhan. Dari masing-masing eksemplar

diambil bagian kolom “Parodi” data yang terkumpul berjumlah 8 data kolom

parodi.

(35)

2

Untuk memperoleh data yang diperlukan sebagai bahan penelitian, teknik yang

digunakan adalah teknik dokomentasi. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan

data dan dokumen yang diperlukan sebagai bahan penelitian. Dalam hal ini

penulis menggunakan kolom “Parodi” surat kabar Harian Kompas edisi Februari–

Maret 2011.

3.4 Teknik Analisis Data

Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis isi data adalah sebagai

berikut.

1.

Membaca kumpulan data dari kolom Parodi pada harian

Kompas

Minggu.

2.

Mengelompokan gaya bahasa-gaya bahasa yang sejenis yang termasuk dalam

kelompok gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang mencakup

dua ragam gaya bahasa berikut:

a.

gaya bahasa retoris

b.

gaya bahasa kiasan.

3.

Mempersentasikan jumlah gaya bahasa yang digunakan pada kumpulan

kolom Parodipada harian

Kompas.

4.

Mengambil kesimpulan dari hasil analisis untuk menentukan pemakaian gaya

bahasa pada kolom Parodi dalam harian Kompas.

(36)

35

BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil analisis terhadap kolom Parodi pada Harian

Kompas

EdisiFebruari–Maret 2011, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.

1. Gaya bahasa yang digunakan kolom“Parodi” pada harian

Kompas

edisi

Februari–Maret 2011meliputi kelompok gaya bahasa retoris sebanyak 23 jenis

gaya bahasa dan penggunaan kelompok gaya bahasa retoris sebanyak 31

penggunaan yang meliputi aliterasi 3 penggunaan, asonasi 3, anastrof 1,

apofasis 1, asindenton 6, kiasmus 4, elipsis 2, pleonasme 1, perifrasis 2, retoris

4, koreksio 2 dan hiperbola 2 penngunaan.

2. Gaya bahasa yang digunakan kolom“Parodi” pada harian

Kompas

edisi

Februari–Maret 2011meliputi kelompok gaya bahasa kiasan sebanyak 20 jenis

gaya bahasa dan penggunaan kelompok gaya bahasa kiasan sebanyak 25

penggunaan yang meliputi gaya bahasa simile 4 penggunaan, metafora 3

penggunaan, personifikasi 5 penggunaan, eponim 1 penggunaan, epitet 3

penggunaan, sinekdot 1 penggunaan, metonimia 5 penggunaan, sarkasme 3

penggunaan, satire 2 penggunaan .

(37)

36

4. Gaya bahasa yang paling banyak digunakan dalam kolom parodi pada Harian

Kompas Edisi Februari-Maret 2011 adalah gaya bahasa asindenton sebanyak 6

penggunaan dari 59 penggunaan keseluruhan gaya bahasa.

5. Kolom parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 layak untuk

dijadikan alternatif bahan ajar sastra di SMA karena selain lulus syarat

pemilihan bahan ajar dan menunjang pembelajarn sastra di SMA, kolom parodi

pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 ini kaya akan variasi

penggunaan gaya bahasa.

5.2 Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.

1. Dalam pengajaran sastra Indonesia, guru dapat menggunakan kolom parodi

pada Harian Kompas sebagai alternatif bahan ajar karena selain dapat

menunjang tujuan pembelajaran sastra di SMA, kolom Parodi ini kaya akan

variasi penggunnaan gaya bahasa. Jika dilihat dari kedua ragam gaya bahasa

yang diteliti pada kolom parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret

2011, persentase cukup besar pada gaya bahasa erotesis, kiamus, asindenton,

asonasi,aliterasi, epitet, sarkasme, simile, personifikasi dan metafora. Oleh

sebab itu, guru hendaknya mengajarkan gaya bahasa tersebut dalam upaya

peningkatan kemampuan apresiasi siswa.

(38)

GAYA BAHASA DALAM KOLOM PARODI PADA HARIAN KOMPAS

EDISI FEBRUARI

MARET 2011 DAN IMPLIKASINYA

PADA PEMBELAJARAN DI SMA

Oleh

IRMA FARIAN SARI

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(39)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang terkasih.

1.

Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Irwansyah dan Ibunda Fariati Z yang

senantiasa sabar, mendoakan, dan menantikan kelulusanku.

2.

Adik-adikku tersayang Unan, Upun, Tandi dan tika, serta nenekku tersayang

yang selalu mendukung dan memberikan doa yang tiada henti-hentinya.

3.

Seorang lelaki yang kelak dengan izin Allah akan mendampingi hidupku baik

dalam suka maupun duka.

4.

Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah mengajarkanku arti

(40)

MOTTO

“ Ketahuilah, bahwa setelah kesulitan itu akan ada kemudahan dan setelah

kesulitan itu akan ada jalan keluar, keadaan seseorang tidak akan tetap selamanya.

Hari-hari itu akan senantiasa bergulir”.

(La Tahzan, 514)

‘‘Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah

jaminan kegagalan.’’

(41)

SANWACANA

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah

memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada Harian Kompas

edisi Februari–Maret 2011 dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah

Menengah Atas (SMA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar

sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,

Universitas Lampung.

Selama penulisan skripsi ini dan selama menjadi mahasiswa pada Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, penulis mendapatkan

bimbingan, bantuan, dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis

ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1.

Dr. Nurlaksana Eko, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kebijakan dan

kesabaran;

2.

Drs. Kahfie Nazarudin, M.Hum., selaku Pembimbing II dan selaku Ketua

(42)

skripsi ini dari penyusunan proposal dengan penuh kepedulian hingga skripsi

selesai ditulis;

3.

Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku Pembahas yang telah memberikan saran,

masukan, dan kritik demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini;

4.

Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah

memberikan saran, dorongan, dan motivasi pada penulis demi menyelesaikan

skripsi ini;

5.

Dr. Muhammad Fuad, M. Hum, selaku ketua jurusan Bahasa dan seni Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan;

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

yang telah memberi penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat;

7. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung;

5.

Ayahanda dan Ibunda tercinta, adik-adikku Unan, Upun, Tandi dan Tika

terima kasih atas dukungan, motivasi, serta doanya;

6.

Seluruh keluarga besarku yang senantiasa sabar menanti keberhasilanku;

7.

Orang terdekatku terimakasih atas cinta kasih, pengertian dan bersabar

nenanti kelulusannku;

8.

Teman-teman PPL di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung, Sellya,

Sirojudin, Devi, Nani, Tika, Yunita widia, terimakasih atas kekompakan kita.

9.

Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

angkatan 2005, adik tingkat angkatan 2006, 2007, dan 2008, terima kasih atas

(43)

10.

Sahabat-sahabatku Nira Yulisti S.Pd, Leady Andina A.Md, Revi liana, Gustira

Eka Putri S.Pd, Stefanie S.Psi, Ve Dwi Yanti S.Pd terimakasih atas dukungan

kalian semua.

11.

Teman-teman di Pondok Aulia (mbak Wiwit, mbak Yeni, mbk Ana, Siska,

Midri, Iin, Erly, Mila, Detri, ica) terima kasih atas persahabatan, dan

kebersamaan kita kalianlah keluargaku;

12.

Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah

Subhanahu Wa Taala

selalu memberikan balasan yang lebih besar

untuk Bapak, Ibu dan rekan-rekan semua. Hanya ucapan terima kasih dan doa

yang bisa penulis berikan. Kritik dan saran selalu terbuka untuk menjadi

kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita

semua, amin.

Bandar Lampung, November 2012

Penulis,

(44)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel Penggunaan Gaya Bahasa Retoris... 36

(45)

DAFTAR LAMPIRAN

1. Distribusi Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi

pada Harian Kompas Edisi Februari–Maret 2011.

2. Data Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada

Harian Kompas Edisi Februari–Maret 2011

3. Kolom Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari–Maret 2011

(46)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gedong Tataan, pada tanggal 30 April 1987. Penulis

merupakan anak sulung dari lima bersaudara yang dilahirkan dari buah cinta dari

pasangan Irwansyah dan Fariati Z. Penulis mulai mengenyam pendidikan formal

pada tahun 1993 di Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Gedong Tataan dan

dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) SD N 3 Gedong Tataan pada tahun 1993–1999.

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) Taman Siswa Gedong Tataan pada

tahun 1999–2002. Sekolah Menengah Atas (SMA) SMA N 1 Kedondong pada

ssstahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005.

Tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis

melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Pertama

(47)

DAFTAR ISI

Halaman

ABSTRAK. ... i

HALAMAN JUDUL ... iii

HALAMAN PENGESAHAN ...

iv

RIWAYAT HIDUP ...

v

MOTO ...

vi

PERSEMBAHAN ...

vii

SANWACANA ... viii

DAFTAR ISI ...

xii

I.

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II.

LANDASARN TEORI

2.1.

Gaya Bahasa... 7

2.2.

Ragam Bahasa ... 9

2.3.

Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata ... 10

1.

Gaya Bahasa Resmi ... 10

2.

Gaya Bahasa Tak Resmi ... 10

3.

Gaya Bahasa Percakapan ... 11

2.4.

Gaya Bahasa Berdasarkan Nada ... 11

2.5.

Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat... 12

2.5

Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna ... 13

2.5.1

Gaya Bahasa Retoris ... 14

2.5.2

Gaya Bahasa Kiasan ... 21

2.6

Fungsi Gaya Bahasa ... 28

(48)

III.

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian ... 33

3.2 Sumber Data ... 33

3.3Teknik Pengumpulan Data ... 34

IV.

HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 34

4.1 Hasil ... 35

4.1.1

Gaya Bahasa Retoris dalam Kolom Parodi pada Harian

Kompas Edisi Februari-Maret 2011 ... 35

4.1.2

Gaya Bahasa Kiasan dalam Kolom Parodi pada Harian

Kompas Edisi Februari-Maret 2011 ... 37

4.2

Pembahasan ... 37

4.2.1

Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Retoris dalam Kolom

Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 .. 37

4.2.2

Analisis Penggunaan Gaya Bahasa kiasan dalam Kolom

Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 .. 47

4.2.3 Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA 52

V.

SIMPULAN DAN SARAN.

5.1 Simpulan ... 56

5.2 Saran ... 57

(49)

DAFTAR TABEL

Halaman

1. Tabel Penggunaan Gaya Bahasa Retoris ... 36

(50)

MOTTO

“ Ketahuilah, bahwa setelah kesulitan itu akan ada kemudahan dan setelah kesulitan itu akan ada

jalan keluar, keadaan seseorang tidak akan tetap selamanya. Hari-hari itu akan senantiasa

bergulir”.

(La Tahzan, 514)

‘‘Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah

jaminan kegagalan.’’

(51)

PERSEMBAHAN

Dengan penuh ketulusan, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang terkasih.

1.

Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Irwansyah dan Ibunda Fariati Z yang senantiasa sabar,

mendoakan,dan menantikan kelulusanku.

2.

Adik-adikku tersayang Unan, Upun, Tandi dan tika, serta nenekku tersayang yang selalu

mendukung dan memberikan doa yang tiada henti-hentinya.

3.

Seorang lelaki yang kelak dengan izin Allah akan mendampingi hidupku baik dalam suka

maupun duka.

4.

Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah mengajarkanku arti berjuang, bertahan,

(52)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Gedong Tataan, pada tanggal 30 April 1987. Penulis

merupakan anak sulung dari lima bersaudara yang dilahirkan dari buah cinta dari

pasanganIrwansyah danFariati Z. Penulis mulai mengenyam pendidikan formal

pada tahun 1993 di Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Gedong Tataan dan

dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) SD N 3Gedong Tataan pada tahun 1993

1999.

Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) Taman Siswa Gedong Tataan pada

tahun 1999

2002. Sekolah Menengah Atas (SMA) SMA N 1 Kedondong pada

ssstahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005.

Tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan

Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis

melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Pertama

(53)

SANWACANA

Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan

rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi dengan judul Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada Harian Kompas edisi Februari–

Maret 2011 dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA)ini disusun

sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas

Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.

Selama penulisan skripsi ini dan selama menjadi mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung, penulis mendapatkan bimbingan, bantuan, dorongan dari

berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada

1.

Dr. Nurlaksana Eko, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kebijakan dan kesabaran;

2.

Drs. Kahfie Nazarudin, M.Hum., selaku Pembimbing II dan selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah membantu membenahi skripsi ini dari penyusunan

proposal dengan penuh kepedulian hingga skripsi selesai ditulis;

3.

Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku Pembahasyang telah memberikan saran, masukan, dan

kritik demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini;

4.

Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran,

(54)

5.

Dr. Muhammad Fuad, M. Hum, selaku ketua jurusan Bahasa dan seni Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan;

6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah

memberi penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat;

7. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung;

1.

Ayahanda dan Ibunda tercinta, adik-adikku Unan, Upun, Tandi dan Tika terima kasih atas

dukungan, motivasi, serta doanya;

2.

Seluruh keluarga besarku yang senantiasa sabar menanti keberhasilanku;

3.

Orang terdekatku terimakasih atas cinta kasih, pengertian dan bersabar nenanti

kelulusannku;

4.

Teman-teman PPL di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung, Sellya, Sirojudin, Devi, Nani,

Tika, Yunita widia, terimakasih atas kekompakan kita.

5.

Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2005, adik

tingkat angkatan 2006, 2007, dan 2008, terima kasih atas persahabatan, doa, serta

kebersamaan yang telah teman-teman berikan;

6.

Sahabat-sahabatku Nira Yulisti S.Pd, Leady Andina A.Md, Revi liana, Gustira Eka Putri

S.Pd, Stefanie S.Psi, Ve Dwi Yanti S.Pd terimakasih atas dukungan kalian semua.

7.

Teman-teman di Pondok Aulia (mbak Wiwit, mbak Yeni, mbk Ana, Siska, Midri, Iin, Erly,

Mila, Detri, ica) terima kasih atas persahabatan, dan kebersamaan kita kalianlah keluargaku;

8.

Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.

Semoga Allah Subhanahu Wa Taala selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak,

(55)

dan saran selalu terbuka untuk menjadi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita semua, amin.

Bandar Lampung, November 2012

Penulis,

Referensi

Dokumen terkait

Dengan hormat disampaikan bahwa sebagai kelanjutan dari proses evaluasi dari lelang seleksi sederhana pada paket tersebut diatas, diharapkan kehadiran peserta untuk dapat

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui komponen biaya ekspor dan penetapan harga jual ekspor yang dikeluarkan oleh PT Batik Danar Hadi dan incoterm

Tujuan khususnya ialah: (1) menganalisis faktor manusia pada kesiapsiagaan safety driving pengemudi mobil pribadi di rute Tol Cipali; (2) menganalisis faktor

Pada era globalisasi ini perkembangan dunia usaha semakin cepat ditandai dengan persaingan antar perusahaan makin ketat dan tinggi.Kondisi ini membuat perusahaan

- Bahwa terhadap laporan dugaan pelanggaran administratif Pemilu yang disampaikan oleh Sdr.Dr.Ronald Engko, M.Si kepada Bawaslu RI, Pengadu telah keliru

Kondisi tersebut sama halnya dengan hasil penelitian Mugiyo (2011, komunikasi pribadi) bahwa pertumbuhan tanaman Nepenthes rafflesiana Jack dalam tahap aklimatisasi

Standar isi adalah ruang lingkup materi dan tingkat kompetensi yang dituangkan dalam kriteria tentang kompetensi tamatan, kompetensi bahan kajian, kompetensi mata pelajaran,

Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur komunitas makroinvertebrata bentos pada stasiun dua hingga lima didominasi oleh jenis yang intoleran terhadap pencemaran