BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang Masalah
Salah satu fungsi dari bahasa adalah sebagai alat komunikasi atau penghubung antar
anggota-anggota masyarakat (Keraf, 2002:17). Peranan bahasa sebagai alat komunikasi tidak diragukan
lagi, baik komunikasi secara langsung atau tidak langsung. Dalam berkomunikasi kita juga
membutuhkan media. Salah satu media komunikasi tidak langsung adalah surat kabar.
Perkembangan surat kabar saat ini semakin maju karna didorong oleh keinginan masyarakat
yang semakin kritis dan haus akan informasi. Surat kabar menjadikan dunia terasa kecil sehingga
kejadian, informasi, dan peristiwa dari berbagai belahan dunia dapat dengan cepat diketahui
masyarakat.
Media massa memiliki tiga peran penting, yakni sebagai (1) alat untukmencerdaskan bangsa,
yakni sebagai medium pendidikan, (2) alat pemasyarakatan bangsa, sehingga mengurangi
kesenjangan bahasa antara penduduk “pandai bahasa” dan “miskin bahasa” dan (3) materi
pengajaran bahasa ( Alwasilah, 97 : 47 ).
karna itu bahasa yang digunakan dalam menulis hendaknya bahasa yang jelas dan sistematis
sehingga informasi yang disampaikan mudah dipahami.
Surat kabar menggunakan ragam bahasa tulis untuk memberikan informasinya kepada
masyarakat, dari bahasa yang lugas, sindiran, bahkan lawakan. Tulisan biasanya terlihat menarik
dengan adanya gaya bahasa yang digunakan oleh pengarang dalam menuliskan karyanya.
Hakikatnya pengarang memiliki gaya bahasa yang berbeda dalam penulisan karyanya. Perbedaan
ini diantaranya dalam menggunakan kata, menyusun kata dalam sebuah kalimat,
mengungkapkan sesuatu dengan bahasa yang indah, mengungkapkan sesuatu dengan pengertian
dan bahasa yang berlebih-lebihan, ataupun mengungkapkan sesuatu dengan mengkiaskan benda
lain, dan sebagainya (Zainudin, 1991 : 51). Perbedaan itu tentunya ada, karena pengarang adalah
manusia biasa yang memiliki kehidupan yang berbeda antara satu dengan yang lain dan memiliki
cara yang berbeda untuk mendeskripsikan pandangannya mengenai sesuatu hal yang dianggap
menarik.
Latar belakang sosial atau pendidikan merupakan salah satu faktor yang turut mempengaruhi
gaya pengarang dalam memaparkan ide yang dimilikinya menjadi sebuah tulisan. Gaya yang
dimiliki pengarang inilah yang menentukan berhasil atau tidaknya kemasan sebuah cerita
menjadi bacaan yang menarik serta layak
Surat kabar diharapkan dapat berperan dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia,
terutama bagi khalayak ramai khususnya kalangan muda dan remaja yang telah terbiasa dengan
tampilan serba visual. Akibatnya, kebanyakan dari mereka tidak suka dengan huruf-huruf
sehingga menjauhkan mereka dari kegiatan membaca, padahal dengan membaca dapat
membantu mereka meningkatkan keterampilan berbahasa, menambah kosa kata, dan gaya
bahasa.
Gaya bahasa dalam pembelajaran di SMA seringdikaitkan dalam bahasa sastra yang objek
penelitiannya berupa karya sastra seperti puisi dan prosa,dan aplikasi mengenai gaya bahasa
biasanya terletak pada unsur-unsur intrinsik suatu karya sastra berupa majas. Pada umumnya
majas dibedakan menjadi empat macam, yaitu: a) majas penegasan, b) perbandingan, c)
pertentangan, dan d) majas sindiran. Secara tradisional bentuk-bentuk inilah yang disebut gaya
bahasa. Sebalikya menurut teori sastra kontemporer majas hanyalah sebagian kecil dari gaya
bahasa. Dengan kalimat lain, gaya bahasa jauh lebih luas dibandikan majas (Ratna, 2009: 164).
Menurut Keraf (2002: 129) Salah satu pembagian gaya bahasa adalah gaya bahasa berdasarkan
langsung tidaknya makna, yaitu suatu penyimpangan bahasa secara evaluatif atau secara emotif
dari bahasa biasa, entah dalam (1) ejaan, (2) pembentukan kata, (3) konstruksi (kalimat, klausa,
frasa), atau (4) aplikasi sebuah istilah untuk memperoleh kejelasan, penekanan, hiasan, rumor,
atau suatu efek yang lain.
Kompetensi dasar yaitu menulis cerpen berdasarkan kehidupan orang lain (pelaku, peristiwa,
latar) dan materi pembelajaran yaitu topik tentang kehidupan orang lain (berdasarkan situasi dan
kondisi setempat), unsur-unsur cerpen (penokohan, konflik, latar, sudut pandang, alur dan gaya
bahasa).
Meskipun dalam silabus di atas menggunakan cerpen sebagai objeknya bukan berarti gaya
bahasa hanya terdapat pada karya sastra saja, melainkan juga terdapat pada bahasa selain sastra.
Dalam hal ini dikenal sebagai gaya bahasa koran, gaya bahasa formal, gaya bahasa keilmuan,
gaya bahasa humor,gaya bahasa percakapan, dan lain-lain. Hal inilah yang membuat peneliti
tertarik untuk meneliti gaya bahasa dan memberikan contoh bahan ajar yang dapat digunakan di
sekolah untuk mempelajari gaya bahasa dengan menggunakan media surat kabar..
Surat kabar harian
Kompas
adalah contoh media cetak yang beredar secara nasional dan sudah
mengunakan fungsi surat kabar yang cukup baik. Harian
Kompas
menyajikan berbagai macam
informasi dari informasi sosial, politik, budaya, bisnis, kriminal, hiburan, sampai olah raga dan
dibaca oleh sebagian besar masyarakat di Indonesia. Oleh karna itu surat kabar
Kompas
memiliki
banyak peluang dalam pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia. Dalam surat kabar
tersebut terdapat beberapa rubrik/kolom menarik dan cukup menonjol untuk diteliti penggunaan
gaya bahasanya. Salah satu kolom yang terdapat pada harian Kompas adalah kolom “Parodi”.
Kolom ini khusus diterbikan pada hari Minggu dan mendapat ruangan khusus terletak pada
pojok kanan rubrik Style.
koaya-roaya
seperti para konglomerat dan hati seperti para malaikat. Tetapi kenyataanya
tidaklah demikian.” Selain itu topik –topik yang diangkat dalam kolom Parodi merupakan topik
terbaru yang sedang ramai dimasyarakat. Selain alasan tersebut, berdasarkan hasil pengamatan
terhadap para siswa, penggunaan media lain selain buku pelajaran seperti surat kabar sangatlah
menarik minat siswa dalam pembelajaran khususnya pembelajaran bahasa Indonesia.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menganalisis gaya bahasa pada kolom Parodi
yang terdapat pada harian
Kompas
, sehingga secara keseluruhan penulis berminat mengambil
judul penelitian “Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari–Maret
2011 dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar di SMA.”
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian di atas, rumusan masalah dalam penilitian ini adalah “bagaimanakah
penggunaan gaya bahasa dalam kolom Parodi pada Harian
Kompas
edisi Februari–Maret 2011 dan
implikasinya sebagai bahan ajar di SMA?”
1.3.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan gaya bahasa dalam kolom “Parodi”
dalam harian
Kompas
edisi Februari–Maret 2011 dan implikasinya pada pembelajaran di sekolah
menengah atas.
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk hal-hal berikut.
1. Manfaat Teoretis
Manfaat teoretis, yaitu memperkaya khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang
gaya bahasa
2. Manfaat Praktis
a.
Memberikan alternatif bahan ajar sastra.
b.
Memberikan pengetahuan kepada guru mengenai deskripsi gaya bahasa dalam kolom
Parodi pada Harian Kompas sebagai bahan ajar bahasa Indonesia khususnya gaya bahasa.
c.
Memberikan pengetahuan kepada penulis mengenai deskripsi gaya bahasa dalam kolom
Parodi pada Harian Kompas sebagai bahan ajar bahasa Indonesia khususnya gaya bahasa.
1.5.
Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini sebagai berikut:
1)
penelitian ini dilakukan pada kolom parodi dalam harian kompas edisi Februari–Maret 2011
yang berjumlah 8 data terhitung dari Minggu pertama bulan Februari sampai mingu keempat
bulan Maret;
2)
materi yang dipakai dalam penelitian ini adalah gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya
makna yang mencakup dua ragam gaya bahasa (Keraf, 2002)
BABII
LANDASAN TEORI
2.1
Gaya Bahasa
Gaya bahasa dalam retorika dikenal dengam istilah style. Kata style diturunkan dari bahasa latin
stylus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Pada perkembangan berikutnya,
kata style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau menggunakan
kata-kata secara indah (Keraf, 2002: 112). Secara singkat (Tarigan, 2009:4) mengemukakan bahwa
gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis
untuk menyakinkan atau mempengaruhi penyimak atau pembaca.
Gaya bahasa dan kosakata memunyai hubungan erat, hubungan timbal balik. Kian kaya kosakata
seseorang, kian beragam pulalah gaya bahasa yang dipakainya. Peningkatan pemakaian gaya
bahasa jelas turut memperkaya kosakata pemakainya. Itulah sebabnya maka dalam pengajaran
gaya bahasa merupakan suatu teknik penting untuk mengembangkan kosakata para siswa
(Tarigan, 2009: 5).
Gaya bahasa mempunyai cakupan yang sangat luas. Menurut penjelasan(Kridalaksana, 2009),
gaya bahasa (style) mempunyai tiga pengertian;
Sementara itu, (Leech &Short, 1981: 278; Tarigan, 2009: 66) mengemukakan bahwa gaya
bahasa adalah cara menggunakan bahasa dalam konteks tertentu, oleh orang tertentu, untuk
tujuan tertentu. Bila dilihat dari fungsi bahasa, penggunaan bahasa termasuk dalam fungsi
puitik, yaitu menjadikan pesan lebih berbobot. Pemakaian gaya bahasa yang tepat (sesuai
dengan waktu dan penerima yang menjadi sasaran) dapat menarik perhatian penerima.
Sebaliknya, bila penggunaanya tidak tepat, maka penggunaan gaya bahasa akan sia-sia belaka.
Pendapat lain mengatakan pemajasan merupakan teknik pengungkapan bahasa,
penggayabahasaan, yang maknanya tidak menunjuk pada makna harfiah kata-kata
mendukungnya, melainkan pada makna yang ditambahkan, makna yang tersirat (Nurgiantoro,
2000:296).
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah peneliti uraikan, dapat dikatakan secara garis besar
bahwa gaya bahasa merupakan penyimpangan makna dari kata-kata yang tertulis yang sengaja
dilakukan oleh pengarang untuk menimbulkan efek tertentu atau menimbulkan konotasi tertentu.
Sebuah pendapat menyebutkan bahwa gaya bahasa memiliki cirri-ciri sebagai berikut.
1.
Ada perbedaan dengan sesuatu yang diungkapkan misalnya melebihkan, mengiaskan,
melambangkan, mengecilkan atau menyindir.
2.
Kalimat yang disusun dengan kata-kata yang menarik dan indah.
3.
Pada umumnya mempunyai makna kias (Zainudin, 1992:52).
melalui bahasa secara khas yang memperlihatkan jiwa dan kepribadian penulis (pemakai
bahasa).
2.2
Ragam Gaya Bahasa
Pembagian atau penggolongan gaya bahasa sampai saat ini belum memiliki kesamaan persis dari
para ahli seperti pembagian gaya bahasa berikut.
1)
Gaya bahasa terdiri atas tiga macam (Zainuddin, 1991) yaitu;
a.
gaya bahasa perbandingan;
b.
gaya bahasa sindiran ;
c.
gaya bahasa dan ungkapan yang sering digunakan sehari-hari.
2)
Gaya bahasa sekurang-kurangnya dapat dibedakan berdasarkan titik tolak yang dipergunakan
(Keraf, 2002), yaitu;
a.
gaya bahasa berdasarkan pilihan kata;
b.
gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat;
c.
gaya bahasa berdasarkan nada yang terkandung di dalamnya;
d.
gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di dalamnya.
3)
Gaya bahasa terdiri dari empat kelompok (Tarigan, 2009: 6), yaitu;
a. gaya bahasa perbandingan;
b. gaya bahasa pertentangan;
c. gaya bahasa pertautan;
d. gaya bahasa perulangan.
gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung di dalamnya untuk meneliti
kumpulan kolom Parodi pada harian Kompas.
2.3
Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata
Dalam bahasa standar (bahasa baku) dapatlah dibedakan: gaya bahasa resmi (bukan bahasa
resmi), gaya bahasa tak resmi dan gaya bahasa percakapan.
1. Gaya Bahasa Resmi
Gaya bahasa resmi adalah gaya dalam bentuknya yang lengkap, gaya yang dipergunakan dalam
kesempatan-kesempatan resmi, gaya yang dipergunakan oleh mereka yang diharapkan
mempergunakannya dengan baik dan terpelihara. Sebab itu, gaya bahasa resmi pertama-tama
adalah bahasa dengan gaya tulisan dalam tingkat tertinggi, walaupun sering dipergunakan juga
dalam pidato-pidato umum yang bersifat seremonial.
2. Gaya Bahasa Tak Resmi
Gaya bahasa tak resmi juga merupakan gaya bahasa yang dipergunakan dalam bahasa standar,
khususnya dalam kesempatan-kesempatan yang tidak formal atau kurang formal. Gaya ini
biasanya dipergunakan dalam karya-karya tulis, buku pegangan, artikel-artikel mingguan atau
bulanan yang baik, dalam perkuliahan, editorial, dan sebagainya.
3. Gaya Bahasa Percakapan
2.4
Gaya Bahasa Bedasarkan Nada
Gaya bahasa dilihat dari segi nada yang terkandung dalam sebuah wacana, dibagi atas: gaya
yang sederhana, gaya mulia dan bertenaga, serta gaya menengah.
1. Gaya sederhana
Gaya ini biasanya cocok untuk member intruksi, perintah, pelajaran, perkuliahan, dan sejenisnya.
Sebab itu untuk mempergunakan gaya ini secara efektif, penulis harus memiliki kepandaian dan
pengetahuan yang cukup.
2. Gaya Mulya dan Bertenaga
Gaya ini penuh dengan vitalitas dan biasanya dipergunakan untuk menggerakan sesuatu.
Menggerakan sesuatu tidak saja dengan mempergunakan tenaga pembicara, tetapi juga dapat
mempergunakan nada keagungan dan kemuliaan. Nada yang agung dan mulia akan sanggup pula
menggerakan emosi pendengar.
3. Gaya Menengah
Gaya menengah adalah gaya yang diarahkan kepada usaha untuk menimbulkan suasana senang
dan damai, karena tujuannya adalah menciptakan suasana senang dan damai, maka nadanya juga
bersifat lemah-lembut, penuh kasih saying, dan mengandung humor yang sehat.
2.5
Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat
Gaya bahasa berdasarkan struktur kalimat terdiri dari gaya bahasa klimaks, antiklimaks,
1. Gaya Bahasa Paralelisme
Pararelisme merupakan suatu gaya yang berusaha mencapai kesejajaran dalam pemakaian
kata-kata yang menduduki fungsi pragmatikal yang sama dalam sebuah kalimat atau klausa (Rani,
1996: 148). Contoh sebagai berikut.
a.
Kedengarannya memang aneh, dia merasa kesepian di tengah kota metropolitan
ini.
b.
Negara kita ini Negara hukum, semua yang salah harus ditindak tegas tanpa harus
pandang bulu.
1. Klimaks
Klimaks adalah semacam gaya bahasa yang mengandung urutan-urutan pikiran yang setiap kali
semakin meningkat kepentingannya dari gagasan-gagasan sebelumnya. Contoh sebagai berikut:
a.
Dalam dunia perguruan tinggi yang dicengkram rasa takut dan rasa rendah diri,
tidak dapat diharapkan pembaharuan, kebanggaan akan hasil-hasil pemikiran
yang obyektif atau keberanian untuk mengungkapkan pendapat secara bebas.
b.
Kesengsaraan membuahkan kesabaran, kesabaran pengalaman, dan pengalaman
harapan.
2. Anti Klimaks
Antiklimaks dihasilkan oleh kalimat yang berstruktur mengendur. Antiklimaks sebagai gaya
bahasa merupakan suatu acuan yang gagasan-gagasannya diurutkan dari yang terpenting
berturut-turut ke gagasan yang kurang penting. Antiklimaks sering kurang efektif karena gagasan
yang penting ditempatkan pada awal kalimat, sehingga pembaca atau pendengar tidak lagi
member perhatian pada bagian-bagian berikutnya dalam kalimat itu.
Misalnya :
Ketua pengadilan negeri itu adalah seorang yang kaya,
pendiam, dan tidak terkenal namanya (mengandung ironi).
Antitetis adalah sebuah gaya bahasa yang mengandung gagasan-gagasan yang bertentangan,
dengan memergunakan kata-kata atau kelompok kata yang berlawanan.
Misalnya :
Mereka sudah kehilangan banyak dari harta bendanya,
tetapi mereka juga telah banyak memeroleh keuntungan
daripadanya.
4. Repitisi
Repitisi adalah perulangan bunyi, suku kata, kata atau bagian kalimat yang dianggap penting
untuk member tekanan dalam sebuah konteks yang sesuai.
2.6
Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna
Berdasarkan langsung tidaknya makna yang terkandung dalam sebuah kata atau kelompok kata
maka gaya bahasa dapat dibedakan atas dua bagian, yakni gaya langsung atau gaya bahasa
retoris dan gaya bahasa kiasan.
2.6.1
Gaya Bahasa Retoris
1. Aliterasi
Aliterasi adalah gaya bahasa yang berwujud perulangan konsonan yang sama.Biasanya
digunakan dalam puisi, kadang-kadang dalam prosa, untuk perhiasan atau untuk penekanan.
Contoh: Takuttitik tumpah
Pada contoh ini perulangan konsonan ditunjukan sebagai perhiasan atau untuk memperoleh efek
keindahan.
2. Asonansi
Gaya bahasa yang berwujud perulangan bunyi vokal yang sama disebut asonansi. Biasanya
dipergunakan dalam puisi, kadang-kadang juga dalam prosa untuk memperoleh efek penekanan
atau sekedar keindahan.
Contoh : Ini muka penuh luka siapa punya
Perulangan bentuk vokal pada contoh ini menimbulkan efek keindahan.
3. Anastrof (Inversi)
Anastrof (Inversi) adalah gaya retoris yang diperoleh dengan pembalikan susunan kata yang
biasa dalam kalimat. Gaya bahasa ini dipergunakan apabila predikat kalimat hendak lebih
ditonjolkan atau dipentingkan dari pada subjeknya sehingga predikat terletak di depan subjeknya.
Contoh : Besar sekali gajinya.
Yang hendak lebih ditonjolkan dalam kalimat pada contoh ini adalah besarnya gaji.
Sebuah gaya dimana pengarang menegaskan sesuatu, tetapi tampaknya menyangkal atau
menyatakan sebaliknya disebut apofasis (preterisio).
Contoh : Saya tidak mau mengatakan dalam rapat ini bahwa Saudara telah menggelapkan uang
jutaan rupiah.
Maksud dari dari contoh ini seolah-olah menutupi kesalahan orang lain namun pada kenyataanya
mengungkap kejahatan orang itu.
5. Apostrof
Apostrof adalah gaya bahasa yang terbentuk sebuah amanat yang disampaikan kepada sesuatu
yang tidak hadir. Makna apostrof ialah berpaling atau berputar.
Seorang pembicara tiba-tiba mengarahkan ucapannya kepada sesuatu yang tidak hadir, kepada
mereka yang sudah meninggal, atau kepada barang atau objek khayalan sehingga tampaknya ia
tidak berbicara lagi pada hadirin.
Contoh : Hai kamu dewa-dewa yang berada di surga, datanglah dan bebaskanlah kami dari
belenggu penindasan ini!
Pembicara mengalihkan ucapannya kepada sesuatu yang tidak hadir karna tidak mungkin
pembicara berbicara didepan dewa.
6. Asindeton
Asindeton adalah penghilangan konjungsi (kata sambung) dalam frasa, klausa atau kalimat,
misalnya dalam kalimat “saya datang, saya lihat, saya menang”
Gaya bahasa asindeton bersifat padat dan mampat; kata-kata yang sederajat berurutan, atau
klausa-klausa yang sederajat, tidak dihubungkan dengan kata sambung.
Kata sambung yang dihilangkan dalam contoh ini adalah tetapi
7. Polisindenton
Polisindenton adalah suatu gaya yang merupakan kebalikan dari asindenton. Beberapa kata,
frasa, atau klausa yang berurutan dihubungkan satu sama lain dengan kata-kata sambung.
Contoh: Setelah pelajaran usai,
maka
berkemas-kemaslah murid-murid hendak pulang,
karna
jam pelajaran terakhir telah habis, lalu mereka berdoa dipimpin ketua kelas.
8. Kiasmus
Kiasmus adalah gaya bahasa yang mengandung dua bagian, baik frasa atau klausa yang sifatnya
berimbang dan dipertentangkan satu sama lain. Tetapi, susunan frasa atau klausanya itu terbalik
bila dibandingkan dangan frasa atau klausa lainya.
Contoh: Uang itu sudah kutabung di bank, tak ada lagi uang di rumah
.Orang tuanya sudah tiada, berantakanlah kehidupannya.
9. Elipsis
Elipsis merupakan gaya bahasa dengan menghilangkan satu kata atau lebih yang dengan mudah
dapat diisi atau ditafsirkan sendiri oleh pembaca atau pendengar.
Contoh: Masihkah kau tak percaya bahwa dari segi fisik engkau tak apa-apa, badanmu sehat;
tetapi psikis
10. Eufimismus
Eufimismus adalah gaya bahasa yang menggunakan sepatah atau sekelompok kata untuk
menggantikan kata lain dengan maksud supaya terdengar lebih sopan, alat untuk menghindari
diri dari yang dianggap bisa menyinggung perasaan orang lain.
Gaya bahasa ini disebut juga gaya bahasa pelembut.
Maksud dari contoh ini untuk melembutkan kata gila
11. Litotes
Gaya bahasa yang dipakai untuk menyatakan sesuatu dengan tujuan merendahkan diri disebut
litotes. Sesuatu hal dinyatakan kurang dari keadaan sebenarnya atau suatu pikiran dinyatakan
dengan menyangkal lawan katanya.
Contoh : Kedudukan saya ini tidak ada artinya sama sekali.
Saya tidak akan merasa bahagia bila mendapat warisan
Satu milyar rupiah.
12. Histeron Proteron
Histeron Proteron adadah gaya bahasa yang merupakan kebalikan dari sesuatu yang logis atau
kebalikan dari urutan yang wajar, misalnya, menempatkan sesuatu yang terjadi kemudian pada
awal peristiwa. Gaya bahasa ini juga disebut hiperbaton.
Contoh: Kereta melaju dengan cepat di depan kuda yang menariknya.
Kalimat pada contoh ini sangat tidak logis sebab kereta letaknya di belakang kuda.
13. Pleonasme
Pemakaian kata-kata lebih dari pada yang diperlukan dinamakan gaya bahasa pleonasme atau
disebut juga gaya bahasa penegasan. Pleonasme berasal dari kata pleonazein yang berarti 'lebih
banyak dari yang diperlukan atau berkelimpahan
Contoh: Dia naik ke atas.
Kata ke atas sebenarnya tidak perlu lagi dipakai karena kerja naik tujuannya selalu ke atas. Jadi,
tidak ada orang yang naik ke bawah.
Tautologi adalah gaya bahasa penegasan dengan mengulang beberapa kali sepatah kata dalam
sebuah kalimat. Dapat pula mempergunakan beberapa kata yang bersinonim berturut-turut dalam
sebuah kalimat sehingga disebut gaya bahasa sinonim karena menggunakan kata-kata yang
bersinonim.
Contoh: Sungai ini terlalu amat dalam sekali.
kata terlalu, amat, dan sekali bersinonim.
15. Perifrasis
Perifrasis atau perifrase adalah gaya bahasa penguraian atau pengungkapan yang panjang sebagai
pengganti pengungkapan yang lebih pendek. Sepatah kata diganti dengan serangkai kata yang
mengandung arti yang sama dengan kata yang diganti itu.
Contoh: Ketika sang surya keluar dari peraduannya berangkatlah kami.
kata ketika sang surya keluar dari peraduannya penguraian dari kata pagi-pagi.
16. Prolepsis atau Antisipasi
Prolepsis atau Antisipasi adalah gaya bahasa yang mempergunakan lebih dahulu kata-kata atau
sebuah kata sebelum peristiwa atau gagasan yang sebenarnya terjadi. Misalnya dalam
melukiskan tentang terjadinya suatu kecelakaan pesawat terbang, sebelum sampai pada peristiwa
kecelakaan itu sendiri, penulis sudah mempergunakan kata
pesawat yang sial itu. Padahal
kesialan baru terjadi kemudian.
Contoh: Pesawat yang sial itu sempat mendarat sebelum akhirnya meledak.
Erotesis adalah semacam pertanyaan yang dipergunakan dalam pidato atau tulisan dengan tujuan
untuk mencapai efek yang lebih mendalam dan penekanan yang wajar, dan sama sekali tidak
menghendaki adanya suatu jawaban. Dalam pertanyaan retoris terdapat asumsi bahwa hanya ada
satu jawaban yang mungkin.
Contoh : Siapa pula yang mau ditindas terus menerus?
Hanya ada satu jawaban yang mungkin atas prtanyaan tersebut, yaitu tidak ada.
18. Silepsis
Silepsis adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi rapatan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya
mempunyai hubungan dengan kata pertama. Konstruksi yang dipergunakan itu gramatikal benar,
tetapi secara semantik tidak benar.
Contoh : Ia sudah kehilangan topi dan semangatnya.
Konstruksi yang lengkap adalah kehilangan topi dan kehilangan semangat.
19. Zeugma
Zeugma adalah gaya dimana orang mempergunakan dua konstruksi ratapan dengan
menghubungkan sebuah kata dengan dua kata lain yang sebenarnya hanya salah satunya
mempunyai hubungan dengan kata pertama. Adapun, kata yang dipakai untuk membawahi kedua
kata berikutnya, sebenarnya hanya cocok untuk salah satu dari pada (baik secara logis maupun
gramatikal).
Contoh: Dengan membelalakan mata dan telinganya, ia mengusir orang itu.
kata yang cocok untuk kalimat tersebut sebenarnya hanyamembelalakan mata.
Koreksio adalah suatu gaya yang berwujud, mula-mula menegaskan sesuatu, tetapi kemudian
memperbaikinya.
Contoh: dia adalah kekasihku, eh bukan, kakak ku.
21. Hiperbola
Hiperbola adalah gaya bahasa yang mengandung pernyataan yang berlebihan. Dengan
membesar-besarkan suatu hal.
Contoh: larinya secepat kilat.
Terlalu berlebihan mengatakan ada orang orang yang berlari secepat kilat karena tidak mungkin
hal itu terjadi.
22. Paradoks
Paradoks adalah gaya bahasa yang mengandung pertentangan dengan pengungkapan sesuatu
seolah-olah berlawanan tetapi ada logikanya.
Paradoks dapat juga berarti semua hal yang menarik perhatian karena kebenarannya.
Contoh: Di kota yang ramai ia merasa kesepian.
Pada kenyataannya memang banyak orang yang jiwanya kosong bisa merasa kesepian di tengah
keramaian.
23. Oksimoron
Suatu acuan yang berusaha untuk menggabungkan kata-kata untuk mencapai efek bertentangan
disebut oksimoron. Dapat juga dikatakan bahwa oksimoron adalah gaya bahasa yang
mengandung pertentangan dengan mempergunakan kata-kata yang berlawanan dalam frasa yang
sama, dan sebab itu sifatnya lebih padat dan tajam dari paradoks.
Jelas adanya suatu pertentangan yang tajam antara dua kata pada contoh tersebut
2.6.2
Gaya Bahasa Kiasan
Gaya bahasa kiasan ialah gaya yang dilihat dari segi makna tidak dapat ditafsirkan sesuai dengan
kata-kata yang membentuknya. Orang harus mencari makna di luar rangkaian kata atau
kalimatnya, gaya bahasa yaitu.
1. Persamaan atau simile
Simile adalah gaya bahasa yang menyatakan perbandingan yang bersifat eksplisit, yaitu yang
menggunakan alat formal untuk menyatakan hubungan, seperti:
bagai, laksana, ibarat, dan
sebagainya. Simile langsung menyatakan sesuai sama dengan kata hal lain.
Contoh: bibirnya bagai delima merekah.
kadang-kadang diperoleh persamaan tanpa menyebut objek pertama yang mau dibandingkan.
Contoh: Bagai duri dalam daging.
Objek yang mau di bandingkan tanpa di sebutkan dalam contoh tersebut adalah pedih.
2. Metafora
Gaya bahasa yang merupakan kiasan persamaan antara benda yang diganti namanya dengan
benda yang menggantinya disebut metafora. Kedua benda yang diperbandingkan itu mempunyai
persamaan sifat.
Contoh: Matahari adalah raja siang.
Raja mempunyai sifat berkuasa. Sifat kuasa itu juga dimiliki oleh
matahari. Kalau matahari
tidak ada, maka kehidupan pun tiada. Itulah sebabnya
matahari yang bersinar pada waktu siang
diumpamakan sebagai raja siang.
Alegori adalah suatu cerita singkat yang mengandung kiasan. Gaya bahasa alegori melukiskan
sesuatu dengan cara membandingkan sesuatu yang lain secara utuh.
Contoh :"aduhai sungguh malang nasib ku", kata kumbang itu seraya berlinang-linanglah air
matanya. "Telah lama aku terbang melayang-layang, mengelilingi kuntum melati yang kecil
molek dan menyerbak wangi itu.Hendak hinggap aku tidak berani, takut kalau-kalau badan tidak
diterima".
Yang dimaksud kumbang dalam contoh ini adalah pemuda yang dimabuk cinta dan kuntum
melati adalah Juwita yang menjadi idamannya.
4. Parabel
Parabel adalah suatu istilah yang dipergunakan untuk menyebut cerita-cerita khayal dalam kitab
suci yang bersifat alegoris untuk menyampaikan kebenaran moral atau spiritual.
Contoh: Cerita
Ramayana yang didalamnya tersirat pesan bahwa yang benar akan terbukti
kebenarannya.
5. Fabel
Fabel adalah suatu metafora berbentuk cerita mengenai dunia binatang dimana binatang-binatang
bahkan makhluk-makhluk yang tidak bernyawa bertindak seolah olah sebagai manusia. Tujuan
fabel ialah menyampaikan ajaran moral atau budi pekerti.
Contoh: Cerita "Si Kancil".
dalam cerita si Kancil, binatang ini digambarkan bertindak seperti manusia. Ajaran moral yang
disampaikan dalam cerita si Kancil adalah agar manusia berlaku cerdik dan jujur.
Personifikasi adalah gaya bahasa yang melukiskan benda-benda mati atau barang-barang yang
tidak bernyawa seolah-olah hidup, dapat bergerak. Personofikasi disebut juga penginsanan atau
pengorangan.
Contoh: nyiur melambai di tepi pantai.ss
Kata nyiur melambai pada contoh ini adalah personifikasi karena hanya manusia yang bisa
melambai. Jadi, di sini pohon nyiur diumpamakan manusia.
7. Alusi
Gaya bahasa yang mengias dengan mempergunakan peribahasa atau ungkapan-ungkapan yang
sudah lazim ataupun menggunakan sampiran pantun yang isinya sudah umum diketahui disebut
alusi.
Contoh: Jangan seperti kura-kura dalam perahu. (maksudnya, pura-pura tidak tahu).
Keadaan ku seperti orang makan buah simalakama, jika dimakan ibu mati tidak dimakan
bapak mati. (pilihan yang serba sulit dan tidak menguntungkan).
8. Eponim
Eponim adalah melukiskan sesuatu dengan cara mengambil sifat yang dimiliki oleh nama-nama
yang telah terkenal.
Contoh: Maradona kita telah memasuki lapangan.
Maradona dalam contoh ini adalah nama pemain sepak bola terkenal yang digunakan untuk
mengiaskan orang yang ahli sepak bola.
Epitet adalah semacam acuan yang menyatakan sutu sifat atau ciri yang khusus dari suatu orang
atau suatu hal. Keterangan itu adakah suatu frasa deskriptif yang menjelaskan atau menggantikan
nama seseorang atau suatu benda.
Contoh: Lonceng pagi untuk ayam jantan.
Ayam jantan berkokok pada pagi hari. kokokan ayam jantan di ibaratkan sebagai lonceng.
10. Sinekdoke
Sinekdoke berasal dari bahasa yunani
synekdechesthai yang berarti menerima bersama-sama.
Sinekdoke adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebagian dari suatu hal untuk menyatakan
keseluruhan (pars pro toto) atau mempergunakan keseluruhan untuk menyatakan sebagian
(totum pro parte).
Contoh:Setiap kepala dikenakan sumbangan seratus rupiah. (pars prototo)
Yang dimaksud dengan
kepala adalah orang dengan seluruh anggota badan, bukan hanya
kepalanya saja
Contoh:Pertandingan sepakbola itu berakhir dengan kemenangan medan.(totum pro parte).
Yang dimaksud sebenarnya hanya kemenangan kesebelasan pemain dari medan.
11. Metonimia
Metonimia adalah gaya bahasa yang mempergunakan sebuah kata untuk menyatakan suatu hal
lain, karena mempunyai pertalian yang sangat dekat.
Contoh : Bapak sedang mengisap jarum..
Menghisap jarum ialah mengisap rokok merek jarum. nama jarum berasoosiasi denagn rokok.
Antonomasia juga merupakan sebuah bentuk khusus dari sinekdoke yang berwujud penggunaan
sebuah
epiteeta (julukan) untuk menggantikan nama diri, atau gelar resmi, atau jabatan untuk
menggantikan nama diri.
Contoh : Si kurus itu sedang makan.
Kata si kurus bukan nama sebenarnya melainkan panggilan pada seseorang yang memiliki tubuh
kurus.
13. Hipalase
Hipalase adalah semacam gaya bahasa di mana sebuah kata tertentu dipergunakan untuk
menerangkan sebuah kata yang seharusnya dikenakan sebuah kata yang lain.
Contoh : Ia berbaring di atas bantal yang gelisah.
Yang gelisah adalah manusianya, bukan bantal.
14. Ironi
Ironi atau Cemooh secara halus adalah gaya bahasa sindiran yang mengatakan sebaliknya dari
yang sebenarnya. Kadang - kadang ironi hanya merupakan suatu olok-olok saja. Apakah itu
sindiran atau gurauan dapat ditentukan oleh cara pembicara berkata ditentukan oleh situasi.
Contoh : "Keputusan anda sangat tepat!"
Kalimat tersebut menjadi ironi apabila sebenarnya keputusan yang diambil itu tidak tepat.
15. Sinisme
16. Sarkasme
Sarcasm (inggris) adalah perkataan yang menyakitkan hati. Yang dimaksud dengan gaya bahasa
sarkasme adalah gaya bahasa sindiran yang paling kasar. memaki orang dengan kata-kata kasar
yang kasar dan tidak sopan. yang pasti gaya bahasa ini selalu akan menyakiti hati dan tidak enak
didengar.
Contoh : " Cih, mukamu yang seperti monyet itu, jijik aku melihatnya!"
17. Satire
Kata Satire diturunkan dari kata
satura yang berarti talam yang berisi macam-macam
buah-buahan. satire adalah ungkapan yang menertawakan atau menolak sesuatu. Satire mengandung
kritik tentang kelemahan manusia. tujuan utamanya adalah agar diadakan perbaikan. Satire
berbentuk uraian yang harus ditafsirkan lain dari makna permukaannya.
Contoh :Kita sudah tak pernah bertegur sapa sejak curahan air dari atap rumahku jatuh di
halaman rumahmu.
18. Inuendo
Inuendo adalah pengungkapan yang bermaksud menyindir dengan cara mengecilkan kenyataan
yang sebenarnya. Dengan kata lain, menyindir secara tidak langsung.
Contoh: Setiap ada pekelahian, ia selalu terlibat karena ia agak senang berkelahi. maksud selalu
terlibat berarti senang berkelahi tetapi selanjutnya dikatakan dengan agak senang berkelahi
sebagai pengecilan kenyataan.
Antifrasis adalah semacam ironi ayang berwujud penggunaan sebuah kata dengan makna
kebalikannya, yang bisa saja dianggap sebagai ironi sendiri, atau kata-kata yang dipakai untuk
menangkal kejahatan, roh jahat, dan sebagainya.
Contoh: Anda sangat baik (maksudnya agar orang jahat tidak mengganggu).
20. Pun atau Paronomasia
Pun atau Paronomasia adalah kiasan dengan mempergunakan kemiripan bunyi. Ia merupakan
permainan kata yang didasarkan pada kemiripan bunyi, tetapi terdapat perbedaan besar dalam
maknanya.
Contoh : Tanggal dua gigi saya tanggal dua.
Kata tanggal yang pertama menjelaskan waktu sedangkan kata tanggal yang kedua berarti lepas.
2.7
Fungsi Gaya Bahasa
Gaya bahasa merupakan bentuk retorik yaitu penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis
untuk mempengaruhi pembaca atau pendengar (Guntur Tarigan, 2009:4). Bertolak dari
kenyataan tersebut, dapat dilihat fungsi gaya bahasa yaitu sebagai alat untuk menyakinkan atau
mempengaruhi pembaca atau pendengar.
Selain pendapat di atas, Guntur Tarigan (2009:4) mengatakan bahwa dengan kata-kata belumlah
begitu jelas untuk menerangkan sesuatu, oleh karna itu digunakan persamaan perbandinganserta
kata-kata kias lainnya. Bertolak dari beberapa pendapat diatas, dapatlah dilihat fungsi gaya
bahasa yaitu sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang disampaikan, alat untuk
memperjelas sesuatu dan alat untuk menciptakan keadaan hati tertentu.
Berdasarkan beberapa pendapat tentang fungsi gaya bahasa yang telah dipaparkan din atas, dapat
disimpulkan fungsi gaya bahasa sebagai berikut.
1)
Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk mempengaruhi atau meyakinkan pembaca atau
pendengar, maksudnya gaya bahasa dapat membuat pembaca atau pendengar semakin yakin
dan percaya terhadap apa yang disampaikan penulis;
2)
Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk menciptakan keadaan perasaan hati tertentu,
maksudnya gaya bahasa dapat menjadikan pembaca hanyut dalam suasana hati tertentu,
misalnya kesan baik atau buruk, senang, tidak enak dan sebagainya setelah mengetahui
tentang apa yang disampaikan penulis;
3)
Gaya bahasa berfungsi sebagai alat untuk memperkuat efek terhadap gagasan yang
disampaikan, maksudnya gaya bahasa dapat membuat pembaca atau pendengar terkesan
terhadap gagasan yang disampaikan penulis atau pembicara.
2.8
Kolom Parodi
2007: 28). Baik opini maupun kolom/rubrik, kedua-duanya adalah menyoroti berita aktual
dengan memberi pendapat-pendapat, baik saran , solusi, maupun kritik.
Parodi adalah karya sastra yang di dalamnya terdapat tiruan kata, gaya, sikap hati, dan gagasan
pengarang lain dengan tujuan melucu dan mencemoohkan. Hal itu dicapai dengan
melebih-lebihkan contoh aslinya. Parodi berasal dari kata Yunani “paradoks” yang berarti lagu sebagai
tangapan, akord sumbang (Ensklopedia sastra, 2006
)Parodi dalam pengunaan umun, artinya suatu karya yang dipergunakan untuk memplesetkan,
memberikan komentar atas karya asli, judulnya ataupun pengarangnya dengan cara yang lucu
atau bahasa satrie. Parodi dapat ditemukan pada karya-karya seni termasuk literatur, musik dan
film bioskop.
Kolom parodi yang ingin penulis teliti penggunaan gaya bahasanya adalah sebuah kolom yang
ditulis oleh Samuel Mulia, yang terdapat pada harian Kompas khususnya yang terbit pada hari
minggu, terletak di pojok sebelah kanan rubrik “Style” terdiri dari seperempat halaman.
2.9
Pembelajaran Bahasa melalui Pemanfaatan Media Pembelajaran
Oleh karna itu, belajar bahasa, khususnya pembelajaran bahasa Indonesia yang diarahkan untuk
meningkatkan keterampilan berbahasa siswa, baik keterampilan yang bersifat reseptif (membaca
dan mendengarkan) maupun yang bersifat produktif (berbicara dan menulis). Guru bahasa tugas
utamanya adalah mengarahkan siswa pada pembelajaran bahasa dan dalam berkomunikasi
dengan bahasa Indonesia baik secara lisan maupun tertulis. Dalam hal ini guru diminta untuk
menyajikan pengajarannya dengan penuh rasa tanggung jawab.
Salah satu komponen dalam sistem pembelajaran adalah sumber belajar dan seorang guru bahasa
perlu tahu lebih banyak dan lebih mendalam lagi mengenai pemanfaatan media pembelajaran
guna mendukung proses pembelajaran. Salah satu jenis sumber belajar adalah media cetak
berupa bacaan seperti: buku, komik, surat kabar, majalah, buletin, pamflet, dan lain-lain.
Bahan-bahan ini lebih mengutamakan kegiatan membaca, atau penggunaan simbol-simbol kata secara
visual (Suliani, 2004: 122).
Media cetak meliputi bahan-bahan yang disiapkan di atas kertas untuk pengajaran dan informasi
(Arsyad, 2000: 37). Media cetak ini memiliki beberapa kelebihan antara lain.
1)
Siswa dapat belajar dan maju sesuai dengan kecepatan masing-masing.
2)
Siswa akan mengikuti urutan pikiran secara logis.
3)
Dapat menambah daya tarik serta dapat memperlancar pemahaman informasi yang
disajikan.
Dalam memberikan materi pembelajaran baik itu dalam bidang kebahasaan, keterampilan,
maupun kesastraan, guru bahasa dapat memanfaatkan media cetak seperti surat kabar sebagai
media pembelajarannya.
1
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, maksudnya
mendeskripsikan semua gaya bahasa yang ditemukan dalam kolom Parodi pada
Harian
Kompas
edisi Februari–Maret 2011. Dengan metode ini, data yang telah
dikumpulkan, diidentifikasi, dianalisis,dideskripsikan, lalu diinterpretasikan
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Penelitian kualitatif diartikan sebagai
penelitian yang tidak mengadakan perhitungan (Moleong, 2004:2). Dengan
metode deskriptif kualitatif, data yang ada dianalisis sesuai dengan apa adanya,
kemudian dideskripsikan sesuai dengan tujuan penelitian
3.2 Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah surat kabar harian
Kompas
yang khusus terbit pada hari Minggu, yang diambil pada minggu
pertama dibulan Februari sampai minggu keempat bulan Maret 2011, berjumlah
delapan eksemplar dan dipilih sesuai kebutuhan. Dari masing-masing eksemplar
diambil bagian kolom “Parodi” data yang terkumpul berjumlah 8 data kolom
parodi.
2
Untuk memperoleh data yang diperlukan sebagai bahan penelitian, teknik yang
digunakan adalah teknik dokomentasi. Teknik dokumentasi, yaitu pengumpulan
data dan dokumen yang diperlukan sebagai bahan penelitian. Dalam hal ini
penulis menggunakan kolom “Parodi” surat kabar Harian Kompas edisi Februari–
Maret 2011.
3.4 Teknik Analisis Data
Langkah-langkah yang dilakukan untuk menganalisis isi data adalah sebagai
berikut.
1.
Membaca kumpulan data dari kolom Parodi pada harian
Kompas
Minggu.
2.
Mengelompokan gaya bahasa-gaya bahasa yang sejenis yang termasuk dalam
kelompok gaya bahasa berdasarkan langsung tidaknya makna yang mencakup
dua ragam gaya bahasa berikut:
a.
gaya bahasa retoris
b.
gaya bahasa kiasan.
3.
Mempersentasikan jumlah gaya bahasa yang digunakan pada kumpulan
kolom Parodipada harian
Kompas.
4.
Mengambil kesimpulan dari hasil analisis untuk menentukan pemakaian gaya
bahasa pada kolom Parodi dalam harian Kompas.
35
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil analisis terhadap kolom Parodi pada Harian
Kompas
EdisiFebruari–Maret 2011, penulis menyimpulkan hal-hal sebagai berikut.
1. Gaya bahasa yang digunakan kolom“Parodi” pada harian
Kompas
edisi
Februari–Maret 2011meliputi kelompok gaya bahasa retoris sebanyak 23 jenisgaya bahasa dan penggunaan kelompok gaya bahasa retoris sebanyak 31
penggunaan yang meliputi aliterasi 3 penggunaan, asonasi 3, anastrof 1,
apofasis 1, asindenton 6, kiasmus 4, elipsis 2, pleonasme 1, perifrasis 2, retoris
4, koreksio 2 dan hiperbola 2 penngunaan.
2. Gaya bahasa yang digunakan kolom“Parodi” pada harian
Kompas
edisi
Februari–Maret 2011meliputi kelompok gaya bahasa kiasan sebanyak 20 jenisgaya bahasa dan penggunaan kelompok gaya bahasa kiasan sebanyak 25
penggunaan yang meliputi gaya bahasa simile 4 penggunaan, metafora 3
penggunaan, personifikasi 5 penggunaan, eponim 1 penggunaan, epitet 3
penggunaan, sinekdot 1 penggunaan, metonimia 5 penggunaan, sarkasme 3
penggunaan, satire 2 penggunaan .
36
4. Gaya bahasa yang paling banyak digunakan dalam kolom parodi pada Harian
Kompas Edisi Februari-Maret 2011 adalah gaya bahasa asindenton sebanyak 6
penggunaan dari 59 penggunaan keseluruhan gaya bahasa.
5. Kolom parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 layak untuk
dijadikan alternatif bahan ajar sastra di SMA karena selain lulus syarat
pemilihan bahan ajar dan menunjang pembelajarn sastra di SMA, kolom parodi
pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 ini kaya akan variasi
penggunaan gaya bahasa.
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan tersebut, penulis menyarankan hal-hal sebagai berikut.
1. Dalam pengajaran sastra Indonesia, guru dapat menggunakan kolom parodi
pada Harian Kompas sebagai alternatif bahan ajar karena selain dapat
menunjang tujuan pembelajaran sastra di SMA, kolom Parodi ini kaya akan
variasi penggunnaan gaya bahasa. Jika dilihat dari kedua ragam gaya bahasa
yang diteliti pada kolom parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret
2011, persentase cukup besar pada gaya bahasa erotesis, kiamus, asindenton,
asonasi,aliterasi, epitet, sarkasme, simile, personifikasi dan metafora. Oleh
sebab itu, guru hendaknya mengajarkan gaya bahasa tersebut dalam upaya
peningkatan kemampuan apresiasi siswa.
GAYA BAHASA DALAM KOLOM PARODI PADA HARIAN KOMPAS
EDISI FEBRUARI
–MARET 2011 DAN IMPLIKASINYA
PADA PEMBELAJARAN DI SMA
Oleh
IRMA FARIAN SARI
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
pada
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang terkasih.
1.
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Irwansyah dan Ibunda Fariati Z yang
senantiasa sabar, mendoakan, dan menantikan kelulusanku.
2.
Adik-adikku tersayang Unan, Upun, Tandi dan tika, serta nenekku tersayang
yang selalu mendukung dan memberikan doa yang tiada henti-hentinya.
3.
Seorang lelaki yang kelak dengan izin Allah akan mendampingi hidupku baik
dalam suka maupun duka.
4.
Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah mengajarkanku arti
MOTTO
“ Ketahuilah, bahwa setelah kesulitan itu akan ada kemudahan dan setelah
kesulitan itu akan ada jalan keluar, keadaan seseorang tidak akan tetap selamanya.
Hari-hari itu akan senantiasa bergulir”.
(La Tahzan, 514)
‘‘Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah
jaminan kegagalan.’’
SANWACANA
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada Harian Kompas
edisi Februari–Maret 2011 dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah
Menengah Atas (SMA) ini disusun sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar
sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia,
Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Lampung.
Selama penulisan skripsi ini dan selama menjadi mahasiswa pada Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung, penulis mendapatkan
bimbingan, bantuan, dorongan dari berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis
ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1.
Dr. Nurlaksana Eko, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing
penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kebijakan dan
kesabaran;
2.
Drs. Kahfie Nazarudin, M.Hum., selaku Pembimbing II dan selaku Ketua
skripsi ini dari penyusunan proposal dengan penuh kepedulian hingga skripsi
selesai ditulis;
3.
Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku Pembahas yang telah memberikan saran,
masukan, dan kritik demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini;
4.
Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah
memberikan saran, dorongan, dan motivasi pada penulis demi menyelesaikan
skripsi ini;
5.
Dr. Muhammad Fuad, M. Hum, selaku ketua jurusan Bahasa dan seni Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan;
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
yang telah memberi penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat;
7. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung;
5.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, adik-adikku Unan, Upun, Tandi dan Tika
terima kasih atas dukungan, motivasi, serta doanya;
6.
Seluruh keluarga besarku yang senantiasa sabar menanti keberhasilanku;
7.
Orang terdekatku terimakasih atas cinta kasih, pengertian dan bersabar
nenanti kelulusannku;
8.
Teman-teman PPL di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung, Sellya,
Sirojudin, Devi, Nani, Tika, Yunita widia, terimakasih atas kekompakan kita.
9.
Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
angkatan 2005, adik tingkat angkatan 2006, 2007, dan 2008, terima kasih atas
10.
Sahabat-sahabatku Nira Yulisti S.Pd, Leady Andina A.Md, Revi liana, Gustira
Eka Putri S.Pd, Stefanie S.Psi, Ve Dwi Yanti S.Pd terimakasih atas dukungan
kalian semua.
11.
Teman-teman di Pondok Aulia (mbak Wiwit, mbak Yeni, mbk Ana, Siska,
Midri, Iin, Erly, Mila, Detri, ica) terima kasih atas persahabatan, dan
kebersamaan kita kalianlah keluargaku;
12.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
Semoga Allah
Subhanahu Wa Taala
selalu memberikan balasan yang lebih besar
untuk Bapak, Ibu dan rekan-rekan semua. Hanya ucapan terima kasih dan doa
yang bisa penulis berikan. Kritik dan saran selalu terbuka untuk menjadi
kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi kita
semua, amin.
Bandar Lampung, November 2012
Penulis,
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel Penggunaan Gaya Bahasa Retoris... 36
DAFTAR LAMPIRAN
1. Distribusi Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi
pada Harian Kompas Edisi Februari–Maret 2011.
2. Data Penggunaan Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada
Harian Kompas Edisi Februari–Maret 2011
3. Kolom Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari–Maret 2011
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedong Tataan, pada tanggal 30 April 1987. Penulis
merupakan anak sulung dari lima bersaudara yang dilahirkan dari buah cinta dari
pasangan Irwansyah dan Fariati Z. Penulis mulai mengenyam pendidikan formal
pada tahun 1993 di Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Gedong Tataan dan
dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) SD N 3 Gedong Tataan pada tahun 1993–1999.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) Taman Siswa Gedong Tataan pada
tahun 1999–2002. Sekolah Menengah Atas (SMA) SMA N 1 Kedondong pada
ssstahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis
melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Pertama
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK. ... i
HALAMAN JUDUL ... iii
HALAMAN PENGESAHAN ...
iv
RIWAYAT HIDUP ...
v
MOTO ...
vi
PERSEMBAHAN ...
vii
SANWACANA ... viii
DAFTAR ISI ...
xii
I.
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah... 1
1.2 Rumusan Masalah ... 6
1.3 Tujuan Penelitian ... 6
1.4 Manfaat Penelitian ... 6
1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6
II.
LANDASARN TEORI
2.1.
Gaya Bahasa... 7
2.2.
Ragam Bahasa ... 9
2.3.
Gaya Bahasa Berdasarkan Pilihan Kata ... 10
1.
Gaya Bahasa Resmi ... 10
2.
Gaya Bahasa Tak Resmi ... 10
3.
Gaya Bahasa Percakapan ... 11
2.4.
Gaya Bahasa Berdasarkan Nada ... 11
2.5.
Gaya Bahasa Berdasarkan Struktur Kalimat... 12
2.5
Gaya Bahasa Berdasarkan Langsung Tidaknya Makna ... 13
2.5.1
Gaya Bahasa Retoris ... 14
2.5.2
Gaya Bahasa Kiasan ... 21
2.6
Fungsi Gaya Bahasa ... 28
III.
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian ... 33
3.2 Sumber Data ... 33
3.3Teknik Pengumpulan Data ... 34
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN. ... 34
4.1 Hasil ... 35
4.1.1
Gaya Bahasa Retoris dalam Kolom Parodi pada Harian
Kompas Edisi Februari-Maret 2011 ... 35
4.1.2
Gaya Bahasa Kiasan dalam Kolom Parodi pada Harian
Kompas Edisi Februari-Maret 2011 ... 37
4.2
Pembahasan ... 37
4.2.1
Analisis Penggunaan Gaya Bahasa Retoris dalam Kolom
Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 .. 37
4.2.2
Analisis Penggunaan Gaya Bahasa kiasan dalam Kolom
Parodi pada Harian Kompas Edisi Februari-Maret 2011 .. 47
4.2.3 Implikasi dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia di SMA 52
V.
SIMPULAN DAN SARAN.
5.1 Simpulan ... 56
5.2 Saran ... 57
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Tabel Penggunaan Gaya Bahasa Retoris ... 36
MOTTO
“ Ketahuilah, bahwa setelah kesulitan itu akan ada kemudahan dan setelah kesulitan itu akan ada
jalan keluar, keadaan seseorang tidak akan tetap selamanya. Hari-hari itu akan senantiasa
bergulir”.
(La Tahzan, 514)
‘‘Tidak ada jaminan kesuksesan, namun tidak mencobanya adalah
jaminan kegagalan.’’
PERSEMBAHAN
Dengan penuh ketulusan, kupersembahkan karya ini kepada orang-orang terkasih.
1.
Kedua orang tuaku tercinta, Ayahanda Irwansyah dan Ibunda Fariati Z yang senantiasa sabar,
mendoakan,dan menantikan kelulusanku.
2.
Adik-adikku tersayang Unan, Upun, Tandi dan tika, serta nenekku tersayang yang selalu
mendukung dan memberikan doa yang tiada henti-hentinya.
3.
Seorang lelaki yang kelak dengan izin Allah akan mendampingi hidupku baik dalam suka
maupun duka.
4.
Almamater tercinta, Universitas Lampung yang telah mengajarkanku arti berjuang, bertahan,
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Gedong Tataan, pada tanggal 30 April 1987. Penulis
merupakan anak sulung dari lima bersaudara yang dilahirkan dari buah cinta dari
pasanganIrwansyah danFariati Z. Penulis mulai mengenyam pendidikan formal
pada tahun 1993 di Taman Kanak-Kanak (TK) Pertiwi Gedong Tataan dan
dilanjutkan di Sekolah Dasar (SD) SD N 3Gedong Tataan pada tahun 1993
–1999.
Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMP) Taman Siswa Gedong Tataan pada
tahun 1999
–2002. Sekolah Menengah Atas (SMA) SMA N 1 Kedondong pada
ssstahun 2002 dan diselesaikan pada tahun 2005.
Tahun 2005 penulis terdaftar sebagai mahasiswa Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung. Pada tahun 2010 penulis
melakukan praktik pengalaman lapangan (PPL) di Sekolah Menengah Pertama
SANWACANA
Alhamdulilah, puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufik dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Skripsi dengan judul Gaya Bahasa dalam Kolom Parodi pada Harian Kompas edisi Februari–
Maret 2011 dan Implikasinya sebagai Bahan Ajar di Sekolah Menengah Atas (SMA)ini disusun
sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana pendidikan pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Lampung.
Selama penulisan skripsi ini dan selama menjadi mahasiswa pada Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Lampung, penulis mendapatkan bimbingan, bantuan, dorongan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada
1.
Dr. Nurlaksana Eko, M.Pd., selaku Pembimbing I yang telah membimbing penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini dengan penuh kebijakan dan kesabaran;
2.
Drs. Kahfie Nazarudin, M.Hum., selaku Pembimbing II dan selaku Ketua Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Seni yang telah membantu membenahi skripsi ini dari penyusunan
proposal dengan penuh kepedulian hingga skripsi selesai ditulis;
3.
Dr. Wini Tarmini, M.Hum., selaku Pembahasyang telah memberikan saran, masukan, dan
kritik demi kesempurnaan dalam penulisan skripsi ini;
4.
Dr. Edi Suyanto, M.Pd., selaku dosen Pembimbing Akademik yang telah memberikan saran,
5.
Dr. Muhammad Fuad, M. Hum, selaku ketua jurusan Bahasa dan seni Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan;
6. Bapak dan Ibu dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia yang telah
memberi penulis dengan berbagai ilmu yang bermanfaat;
7. Dr. H. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung;
1.
Ayahanda dan Ibunda tercinta, adik-adikku Unan, Upun, Tandi dan Tika terima kasih atas
dukungan, motivasi, serta doanya;
2.
Seluruh keluarga besarku yang senantiasa sabar menanti keberhasilanku;
3.
Orang terdekatku terimakasih atas cinta kasih, pengertian dan bersabar nenanti
kelulusannku;
4.
Teman-teman PPL di SMP Tunas Harapan Bandar Lampung, Sellya, Sirojudin, Devi, Nani,
Tika, Yunita widia, terimakasih atas kekompakan kita.
5.
Teman-teman Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2005, adik
tingkat angkatan 2006, 2007, dan 2008, terima kasih atas persahabatan, doa, serta
kebersamaan yang telah teman-teman berikan;
6.
Sahabat-sahabatku Nira Yulisti S.Pd, Leady Andina A.Md, Revi liana, Gustira Eka Putri
S.Pd, Stefanie S.Psi, Ve Dwi Yanti S.Pd terimakasih atas dukungan kalian semua.
7.
Teman-teman di Pondok Aulia (mbak Wiwit, mbak Yeni, mbk Ana, Siska, Midri, Iin, Erly,
Mila, Detri, ica) terima kasih atas persahabatan, dan kebersamaan kita kalianlah keluargaku;
8.
Semua pihak yang telah membantu terselesainya skripsi ini.
Semoga Allah Subhanahu Wa Taala selalu memberikan balasan yang lebih besar untuk Bapak,
dan saran selalu terbuka untuk menjadi kesempurnaan di masa yang akan datang. Semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita semua, amin.
Bandar Lampung, November 2012
Penulis,