• Tidak ada hasil yang ditemukan

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
58
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh MARJONO

Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola melalui modifikasi alat pada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumberejo tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan alat modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola dan dibungkus dengan plastik, bola dari plastik dan bola plastik dibelah dan di isi busa bekas. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan

menggunakan tiga siklus, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas lima SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumerejo Tanggamus yang berjumlah dua puluh empat siswa, dengan jumlah siswa tujuh laki-laki dan 17 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam. Hasil penelitian temuan awal hanya mencapai ketuntasan 0 %.

Pada siklus pertama dengan penggunaan alat bantu modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola dan dibungkus dengan plastik diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 8,33 %, sedangkan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 80 %. Pada siklus kedua dengan alat bantu modifikasi bola dari plastik dan alat bantu berupa kardus bekas air mineral diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami

(2)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MARJONO

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)

UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI

MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012

(Skripsi)

Oleh MARJONO

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Rangkaian gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam .... 25

2. Pelaksanaan menendang bola dengan kaki bagian dalam ... 25

3. Bola plastik ... 28

4. Spiral PTK ... 32

(5)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar ... 8

B. Pendidikan Jasmani ... 18

C. Keterampilan Gerak Dasar ... 21

D. Sepakbola ... 22

E. Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam ... 24

F. Modifikasi Alat Pembelajaran... 26

G. Kerangka Konsep ... 28

E. Instrumen Penelitian... 37

F. Teknik Analisis Data ... 38

(6)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A.Hasil Penelitian ... 39

B.Pembahasan ... 45

C.Uji Hipotesis ... 49

V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 55

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Surat Izin Penelitian ... 55

2. Surat izin melaksanakan penelitian ... 56

3. RPP ... 57

4. Tahap Penilaian ... 65

5. Nilai pada setiap siklus ... 69

6. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 1 dan kkm ... 70

7. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 2 dan kkm ... 71

8. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 3 dan kkm ... 72

9. Dokumentasi gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada Sepakbola ... 73

10. Kartu bimbingan skripsi ... 77

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki

Bagian Dalam Pada Sepakbola ... 40

2. Deskripsi Daya Serap Penilaian Pada Setiap Siklus ... 42

(9)

MOTTO

1. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di

sisi Allah SWT orang yang paling Taqwa (Q.s Al Hujarat:13)

2. Mencintai pujian manusia biasa membuat seseorang

menjadi buta dan tuli (H.R. Dailani)

3. Carilah ilmu, dan cari pula bersama ilmu itu

(10)

MENGESAHKAN

1. Tim penguji

Ketua : Drs. Usman Adam, M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ....…………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 0003

(11)

PERNYATAAN

Bahwa saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Marjono

NPM : 1013126018

Tempat tanggal lahir : Pekon singosari Talang Padang 08 November 1964

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2012 sampai dengan 23 februari 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.

Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Apabila ternyata dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan jiplakan orang lain/hasil karya orang lain maka saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.

Tanggamus, 2012

(12)

PERSEMBAHAN

Alhamdulillahirobil’Alamin

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan rezeki kepada penulis sehingga

penulis dapat mempersembahkan karya tebaik kepada Bapakku Paimin (alm) dan Mamakku Poniyem (alm) yang sangat berarti

dalam hidupku.

Istriku Lily Supartini, Anakku Barep Agung Suhartono, Yayi Ayu Wulandari, dan Ade Bayu Supratman yang penulis sayangi. Terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat

penulis menjadi kuat dan tegar untuk berusaha memberikan karya terbaik ini.

(13)

Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA

DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO

TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Nama Mahasiswa : Marjono Nomor Pokok Mahasiswa : 1013126018

Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan, dan Rekreasi Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI

1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Pembimbing

(14)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Pekon Singosari Kecamatan Talang Padang Pada Tanggal 08 November 1964. Sebagai anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Paimin dan Ibu Poniyem.

Penulis telah menyelesaikan pendidikan Formal Sekolah Dasar di SDN 1 Sumbersari pada tahun 1979, kemudian menyelesaikan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Sumberejo pada tahun 1982, dan

menyelesaikan Pendidikan Sekolah Guru Olah Raga (SGO) Siliwangi Talang Padang pada tahun 1985.

Penulis tercatat menjadi mahasiswa Universitas Terbuka dan Tamat pada tahun 2003, dan pada tahun 2010 penulis tercatat menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan

(15)

SANWACANA

Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,

Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Dzat yang senantiasa menganugrahkan ilmu pengetahuan kepada manusia dengan perantara kalam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagia Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo TanggamusTahun Pelajaran 2011/2012”.

Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila;

2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila;

3. Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis. 4. Drs. Usman Adam, M.Pd. selaku pembimbing atas kesediaannya

memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.

5. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan FKIP Unila yang telah memberikan motivasi dan sarannya.

7. Bapak Sumarta, A.Ma.Pd. selaku Kepala SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumberejo yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas V tahun pelajaran 2011/2012.

(16)

9. Teman-teman seperjuanagan angkatan 2010 S1 dalam jabatan.

10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.

Wassalamu’alaikum Wr.Wb.

Tanggamus, 2012 Penulis,

(17)

1

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang

melalui proses pembelajaran agar secara aktif dapat mengembangkan

dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya

dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan jasmani dan

kesehatan merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan

penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa

peserta didik secara utuh. Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan

kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat

merangsang peserta didik untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan

tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Masa anak-anak merupakan

masa dimana pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuhnya

sedang berlangsung dan bersifat terpadu. Perkembangan yang satu

berkaitan erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain.

Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik merupakan kepedulian guru.

Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya

dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu

(18)

2

jasmani berperan serta dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar

pendidikan jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani

adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang

berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak

individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan

dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan

sosial.

Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang

memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu

maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral.

Permainan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan

anak terutama karena karakteristik permainannya yang mengutamakan

kerjasama kelompok dan dapat mengembangkan kemampuan penalaran di

samping dapat mengembangkan kemampuan gerak, sikap serta kesegaran

jasmani. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat

mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi

permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama,

tanggung jawab dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat.

Menurut UU RI No.3 tahun 2005 Bab IV Pasal 8 setiap warga negara

berkewajiban untuk berperan serta dalam kegiatan olahraga dan memelihara

prasarana dan sarana olahraga serta lingkungan. Faktor yang menunjang

dalam proses pembelajaran sepakbola adalah sarana dan media belajar yang

(19)

3

berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan bermain sepakbola,

ketersediaan fasilitas yang digunakan tidak sesuai akan berpengaruh

terhadap kelancaran proses pembelajaran sepakbola di sekolah sesuai

dengan tujuan kurikulum pendidikan jasmani.

Pelaksanaannya adalah dengan menyediakan dan memberikan berbagai

pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh dan dapat

mengubah gaya hidup menjadi aktif dan sehat. Gerak tersebut terbagi unsur

gerak antara lain melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional dan

sosial sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.

Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai

pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan,

kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran

jasmani serta pemahaman terhadap gerak.

Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat. Sering

kita jumpai anak-anak maupun orang dewasa yang melakukan bermain

sepakbola dengan menggunakan fasilitas yang sederhana. Hal ini

menunjukkan bahwa bermain sepak bola sangat digemari oleh seluruh

lapisan masyarakat mulai dari anak-anak maupun orang dewasa.

Salah satu gerak dasar bermain sepakbola adalah menendang bola.

Menendang bola merupakan usaha dari seorang pemain untuk memainkan

bola dengan kaki untuk dioperkan kepada temannya untuk mencetak gol ke

(20)

4

dikuasai sebelum menguasai gerak dasar yang lain. Dalam menendang bola

seorang pemain harus mampu mengantisipasi datangnya bola, kemudian

mengoper kepada temannya sebagai umpan atau untuk mencetak gol ke

gawang lawan. Oleh karena itu maka upaya untuk meningkatkan

penguasaan gerak dasar menendang bola maka perlu diajarkan secara baik

dan benar di sekolah.

Pengalaman penulis mengajar untuk siswa SD masih banyak yang kurang

berani membawa bola/menendang bola pada waktu bermain dikarenakan

bola takut lepas dari penguasaannya. Pada umumnya saat menendang bola

yang terjadi tendangan dengan ujung sepatunya sehingga bola tidak sesuai

dengan tujuan bermain.

Di antaranya pada pelaksanaannya perkenaan bola pada kaki bagian dalam

di bagian ujung kaki dan posisi tubuh saat menendang bola. Setelah penulis

amati dari beberapa tahun yang lalu berkisar 70 % dari siswa masih kurang

menguasai gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalamnya. Jika

ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat menguasai gerak dasar menendang

bola tidak lebih dari 25 - 30 % di karenakan hal yang telah dikemukakan di

atas salah satu penyebab rendahnya hasil belajar gerak dasar menendang

bola, jika dilihat dari hasil Keriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) di SDN 1

Kebumen Sumberejo adalah 65.

Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis perlu

menindak lanjutinya dengan kajian ilmiah yaitu dengan penelitian tindakan

(21)

5

Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagian Dalam Melalui Modifikasi

Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo Tahun Pelajaran

2011/2012”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka

masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Masih rendahnya kemampuan penguasaan gerak dasar menendang bola

dengan kaki bagian dalam pada siswa kelas V di SDN 1 Kebumen

Sumberejo.

2. Masih banyak siswa menendang bola yang dilakukan dengan kaki bagian

ujung.

3. Masih rendahnya minat dan motivasi siswa putri dalam belajar

sepakbola.

C. Rumusan Masalah

Sesuai latar belakang, identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian

ini dapat dirumuskan sebagai berikut:

“Apakah modifikasi alat pembelajaran dapat memperbaiki dan

meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagaian dalam pada

(22)

6

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan

di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :

1. memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dalam

sepak bola dengan modifikasi bola plastik, bola terbuat dari busa dan

kertas bekas dibuat berbentuk bola, dan karet.

2. mengatasi kendala yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan

pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam

untuk sepakbola yang dihadapi siswa pada pembelajaran bermain sepak

bola pada siswa kelas V di SDN 1 Kebumen Sumberejo.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wawasan dan

masukan bagi:

a. Bagi penliti

Dapat menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan

sepakbola.

b. Bagi siswa

Sebagai motivasi dalam meningkatkan gerak dasar menendang bola

dengan kaki bagian dalam untuk sepakbola.

c. Bagi Sekolah

Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pembina sekolah mengenai

penggunaan modifikasi alat pembelajaran (bola plastik, kertas dan busa

(23)

7

d. Bagi Program Studi

Sebagai informasi dan acuan bagi pihak yang ingin melaksanakan

(24)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Belajar Mengajar

Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi

dengan lingkungan. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi suatu proses mencapai

tujuan atau merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.

Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau pada dirinya terjadi perubahan

tertentu, misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil

mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi terampil dalam

menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun

tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang

tersebut telah belajar. Misalnya perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi terutama

bukan karena belajar, bayi yang tadinya tidak dapat duduk menjadi bisa duduk.

Margaret E. Bell Gredler (1991: 1) mengatakan bahwa belajar adalah proses

orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.

Menurut A. Tabrani Rusyan (1989: 7), belajar dalam arti luas adalah suatu

proses perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan

penilaian terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai, pengetahuan dan

kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi

(25)

9

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari

pengalaman atau latihan. Hilgard dalam Wina Sanjaya (2009: 112)

mengungkapkan Learning is process by wich an activity originates or changed

trough trainingg procedurs (wethwr in the laboratory or in the natural

environment) as distinguised from changes by factorr not atributable to training.

Belajar adalahproses perubahan melalui pendidikan yang terbentuk melalui

kegiatan atau prosedur latihan baik di laboraturium maupun di lingkungan.

Suryabrata (2004: 2) Learning accurs when there is a change in a person’s

cognitif stucture. Ranah kognitif ialah berkenaan dengan perilaku yang

berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah

berdasarkan apa yang dipelajari dengan menggunakan sikap, nilai-nilai, apresiasi,

dan penyesuaian perasaan sosial, serta tingkat penerimaan atau penolakan

terhadap sesuatu, jika seseorang memiliki kecerdasan olahraga maka

keterampilanya akan seimbang yang ditujukan dengan psikomotornya atau

keterampilannya. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki tiga

ciri pokok yaitu: (a) tingkah laku tersebut berupa kemampuan aktual, (b)

kemampuan berlaku dalam waktu relatif lama, (c) kemampuan baru diperoleh

melalui usaha, Kemampuan manusia yang diperoleh sebagai hasil belajar

meliputi tiga aspek, yaitu: (1) achievemen merupakan kemampuan intelektual,

(2) Capasity, merupakan suatu kemampuan potensial dan (3) atitude atau bakat

(26)

10

Slameto (1995: 2) menekankan bahwa belajar suatu proses yang dilakukan

seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan.

Pengertian ini menunjukkan bahwa segala perubahan tingkah laku individu yang

diakibatkan belajar diperoleh melalui pengalaman. Selain itu berkembang pula

psikologi belajar lainnya yang menggunakan pendekatan praktek atau

eksperimen seperti koneksionisme.

Thorndike dalam Hamzah (2007: 11) menemukakan bahwa belajar adalah

interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan)

dan respon dari 3 domain tersebut. Belajar adalah proses seseorang memperoleh

berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan perubahan

perilaku dan merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara

sengaja meliputi keterampilan dan sikap dan pengetahuan baru.

Berdasarkan konsep belajar di atas antara lain memberikan penjelasan bahwa

untuk memperoleh perubahan tingkah laku dilakukan melalui aktivitas

berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu pengalaman. Dengan demikian

proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang berinteraksi dengan

lingkungan menghasilkan perubahan pada diri siswa,

perubahan-perubahan pada sektor kognitif yang diperoleh dari usaha belajar itulah yang

disebut kemampuan. Maka berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam suatu

proses belajar dapat dilihat dari kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat

(Sudjana; 1996: 22) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang

(27)

11

Produk dari suatu proses pembelajaran adalah hasil belajar yang diukur dengan

tes kemampuan belajar yang tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas proses

pembelajaran yang dialami oleh siswa, tetapi juga faktor lain yang berada di luar

pengaruh sistem pendidikan, di samping kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi

belajar siswa dapat mengukur tinggi rendahnya kemampuan belajarnya yang

ditujukan dengan nilai ataupun dapat berupa skill atau keterampilan khususnya di

bidang olahraga. Kemampuan siswa yang merupakan perubahan tingkah laku

sebagai bukti hasil belajar itu dapat diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi

tertentu.

Bloom dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membuat klasifikasi hasil belajar

menjadi 3 dimensi, yaitu : ranah kognitif, afektif dan psikomotor, ahli lain

Kingsley dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membagi tiga macam hasil belajar

yaitu meliputi : (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian,

dan (c) persepsi dan cita-cita. Hasil belajar itu berasal dari tiga sumber: (a)

pelajarannya, (b) filosofi pendidikan dan pembelajaran, (c) karakteristik siswa.

Namun biasanya kemampuan seseorang hanya diukur dengan prestasi belajar

yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran saja tanpa melihat prosesnya.

Sedangkan kemampuan seseorang secara luas dapat meliputi: (a) kepandaian dan

kebiasaan, (b) kemampuan sosial, dan (c) berpikir abstrak dan kreatif.

Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.

Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.

Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan

(28)

12

Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar”

yaitu : 1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri

individu yang belajar, baik aktual maupun potensial, 2) Perubahan itu pada

dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu

yang relatip lama, dan 3) Perubahan itu terjadi karena usaha.

Belajar adalah berubah atau perubahan. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu,

dari sederhana menjadi kompleks dan selanjutnya. Masalah belajar merupakan

masalah manusia, oleh karena itu untuk mengupas masalah belajar dapat didekati

dengan berbagai macam cara pendekatan. Ahli fisiologi, ahli pendidikan, ahli

biofisika, pelatih olahraga, guru pendidikan jasmani, mempunyai cara

pendekatan yang berbeda-beda dalam mengupas masalah belajar.

Manusia sebagai mahluk psiko-bio-sosial-kultural, mengalami berbagai masalah

yang menyangkut kehidupanya. Upaya mengatasi persoalan hidupnya, membuat

manusia bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa.

Pengalaman dalam menghadapi masalah kehidupan, akan mendorong manusia

untuk beradaptasi dan mengalami perubahan. Proses adaptasi tersebut

merupakan sebagian dari proses belajar. Bergerak merupakan bagian dari

persoalan hidup.

Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau

pengalaman yang mangantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku

(29)

13

processes associated with pratice or experience leading to relatively permanent

changes in the capability for responding.

Selanjutnya untuk memahami perilaku gerak (motorik) dapat didekati dengan

Pendekatan psikologis. Hal ini dimungkinkan karena proses belajar gerak atau

keterampilan bukan semata-mata karena gejala neuro-fisiologis. Dalam proses

belajar, faktor mental ikut berpengaruh. Proses belajar melibatkan berbagai

faktor jiwa dan raga sebagai satu kesatuan.

Menurut Oxendine seperti yang dikutip oleh Lutan (1999: 122) mengklasifi-

kasikan teori belajar gerak berdasarkan pendekatan psikologis dibagi menjadi

dua kategori utama yaitu kelompok teori asosiasistimulus-respon dan teori

kognitif. Selanjutnya menurut Guthrie yang dikutip oleh Lutan (1999: 122), drill

berguna untuk memperlancar siswa melakukan lebih banyak respos yang tepat

dan benar.

Belajar menurut kelompok teori kognitif adalah pembelajaran mengorganisasikan

rangsang atau persepsinya ke dalam suatu pola atau bentuk secara keseluruhan.

Menurut Oxendine dikutip Lutan, ada tiga hal penting dari aktivitas pembelajaran

untuk mengolah rangsang yang diterimanya, yaitu; pertama, menghubungkan

satu rangsang dengan yang lain; kedua, merumuskan sementara tentang kaitan

antara cara (alat) dan tujuan; ketiga, berprilaku untuk mencapai tujuan. Belajar

gerak menurut teori ini, adalah bahwa suatu keterampilan cabang olahraga

(30)

14

pebelajar mencoba untuk mengkaitkan bagian-bagian dari teknik lempar lembing

melaui persepsinya terhadap bagian-bagian teknik tersebut.

Meskipun kedua kelompok teori belajar tersebut memiliki perbedaan, namun

juga memiliki beberapa persamaan. Kelompok teori koneksionisme lebih

menekankan atau mementingkan unsur stimulus dan respons, sedangkan

kelompok teori kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar kognitif

lebih menekankan atau mementingkan pebelajar itu sendiri dalam

mengorganisasikan rangsang. Dengan kata lain kelompok kognitif memandang

interpretasi pebelajar terhadap rangsang sangat penting, dan kelompok

koneksionisme memandang kaitan antara stimulus dan respons yang penting.

Dalam penerapannya, kedua teori tersebut saling mengisi kekurangan

masing-masing.

Pendapat tentang belajar dikemukakan juga oleh Singer (1980: 1), yang

menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam belajar gerak, yang bergerak dan

beroperasi secara dinamis. Ketiga komponen tersebut yaitu pebelajar, aktivitas,

dan situasi atau kondisi lingkungan. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi

untuk menghasilkkan perubahan perilaku. Belajar mengakibatkan perubahan

dalam diri pribadi dan selalu terefleksi dalam perilaku yang dapat diamati.

Perubahan tersebut secara relatif permanen sebagai konsekuensi dari pengalaman

atau latihan.

Belajar gerak dalam pandangan tersebut nerupakan perubahan tingkah laku

(31)

15

misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper

bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi anak yang terampil dalam

menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepakbola. Namun tidak

semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut

telah belajar.

1. Pembelajaran

Pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung

sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Di antara

keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar di satu

pihak dan siswa belajar di lain pihak. Keduanya menunjukkan aktifitas yang

seimbang, hanya berbeda peranannya saja, (Oemar Hamalik, 2004: 54)

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang

bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik

dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Persoalan pembelajaran memiliki beberapa lingkup pembelajaran di antaranya

komunikasi, motivasi dan poduktifitas (Barbara,1994: 89). Metode dan teori

pegelolaan banyak diaplikasikan pada bidang pengelolaan dan sumber maupun

secara lebih luas dalam mengelola perubahan. Pengelolaan tersebut dapat berupa

(32)

16

Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah proses penguasaan

psikomotor yang memerlukan keterampilan gerak. dimana terjadinya

pembelajaran dapat melalui serangkaian proses yang terjadi secara alamiah dan

formal. Teknologi pembelajaran berkembang secara konsisten melalui teori dan

praktek. Konsistensi terjadi karena teori memberikan pengarahan bagi praktek.

Sehingga teori-teori yang ada dapat digunakan sebagai panduan dalam

pengembangan khususnya di kawasan pengelolaan bidang pendidikan.

Elemen-elemen yang mungkin berhubungan dengan aplikasi dan praktek pembelajaran

yaitu jenis pelajaran, sifat dan karakteristik pebelajar, organisasi dimana

berlangsung pembelajaran yaitu sekolah, kemampuan sarana yang tersedia dan

keahlian para guru.

2. Mengajar

Menurut Slameto (1995: 30) mengajar merupakan membimbing siswa dalam

proses belajar. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada

murid tetapi guru juga harus berusaha agar siswa mau belajar karena mengajar

sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu menyiapkan bahan

yang akan disajikan kepada siswa dan guru juga harus memberikan rangsangan,

bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar mau belajar. Disinilah

letak kerumitan pembelajaran bagi seorang guru.

Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif

mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang

(33)

17

diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum

pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik

dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.

Para ahli telah merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar

adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.

Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu

kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya

mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar

bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.

Menurut Oemar Hamalik (2003) ”Mengajar adalah kegiatan membimbing

kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan

belajar siswa”. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan

suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi

kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar.

Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus

mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa”.

Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik

menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,

belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang

merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.

Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah ”penambahan

(34)

18

B. Pendidikan Jasmani

Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas

jasmani guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu secara

menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa sosialisasikan ke dalam aktifitas

jasmani termasuk keterampilan berolahraga.

Pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani merupakan bagian dari

upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan

kemampuan dan keterampilan jasmani, serta mencapai pertumbuhan fisik dan

mental. Hal ini sesuai pendapat Wirjasantosa (1984: 30) yang mengartikan

pendidikan jasmani ialah suatu susunan kegiatan manusia yang direncanakan

untuk merancang dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani,

pertumbuhan dan perkembangan, kecerdasan dan pembentuk watak serta nilai

dan sikap bagi warga negara sebagai kelengkapan dari pendidikan.

Lebih jauh Wirjasantosa (1984: 30) menjelaskan bahwa tujuan akhir dari

pembelajaran olahraga menuju kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan

jasmani meliputi kekuatan dan kesegaran, keterampilan permainan olahraga,

menghindari sikap buruk. Sedangkan rohaninya adalah membina rasa percaya

diri, mengembang- kan kehalusan budi, memperkuat harga diri dan memberikan

kepuasan serta kegembiraan.

Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses

(35)

19

jasmani, melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut merupakan upaya

mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran pendidikan jasmani. Istilah

pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah belajar dan mengajar. Untuk

memahami hakikat Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani diperlukan

pemahaman tentang belajar, terutama belajar gerak (motorik), pembelajaran

pendidikan jasmani, dan perkembangan kemampuan motorik.

Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting

diberikan mulai dari usia prasekolah sampai perguruan tinggi, yang tidak terlepas

dari pendidikan lainya. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani

merupakan salah satu alat yang utama bagi pendidikan rohani, seperti semboyan

olahraga mensana incoperensana artinya di dalam tubuh yang sehat terletak jiwa

yang waras. Bahkan keberhasilan berbagai pendidikan mudah dicapai apabila

pendidikan jasmani dilaksanakan sebaik-baiknya di sekolah. Selanjutnya

pendidikan jasmani merupakan satu-satunya pendidikan yang peduli terhadap,

nilai-nilai sportivitas, fair play, kejujuran, kerjasama dan merangsang tumbuh

kembangnya jasmani anak.

Menghindari salah pengertian terhadap pendidikan jasmani, perlu kiranya

dijelaskan bahwa pendidikan jasmani diajarkan di sekolah bukan hanya mata

pelajaran gerak badan saja, melainkan pendidikan yang erat sangkut pautnya

dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani saja. Karena disebutkan bahwa

keadaan jasmani anak tidak terlepas dari rohani akan tetapi malah saling

(36)

20

pendidikan jasmani itu sebenarnya merupakan pendidikan keseluruhan atau

kepribadian, maka tidak mengherankan jika pendidikan jasmani juga besar sekali

gunanya dalam pembentukan rohani anak.

Berkaitan dengan hal tersebut di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar

(Depdiknas, 2006: 25), mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan

Kesehatan dinyatakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan

bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan,

berfikir kritis, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek

pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani

untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.

Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan

kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai

pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas

hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang

aktif (Depdiknas, 2004: 2).

Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah

mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam

proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup

sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial

(37)

21

Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk

belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat

anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak

menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak,

menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan

perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna

dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fifik,

mental, emosi, sosial dan moral.

C. Keterampilan Gerak Dasar

Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan

tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang

menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi

tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non

lokomotor, (3) manipulatif.Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah

”gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain

atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”.

Gerak non lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan

tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan,

mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan

memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan

(38)

22

koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan

menendang.

D. Sepakbola

Pada tanggal 8 Desember 1863 di Cambridge diumumkan secara resmi

peraturan permainan sepak bola yang disusun oleh The Football

Association, dan demikian lahirlah peraturan permainan sepak bola modern

seperti yang kita kenal sekarang ini. Perkembangan bidang organisasi

maupun permainan berturut-turut mengalami perubahan atau

penyempurnaan. Berhubung the Football Association merupakan

satu-satunya organisasi nasional Inggris yang mengatur sendiri mengenai

peraturan permainan, maka pada tahun 1882 dengan dihadiri oleh

utusan-utusan dari perserikatan sepak bola Inggris, Scotlandia, Irlandia dan Wales

didirikan badan khusus yang diberi nama ”The Interntional Football

Association Board”, yang kemudian dikenal dengan nama sehari-hari

International Board” disingkat dengan I.B. Pada tanggal 21 Mei 1904 atas

inisiatif Guerin dari Perancis didirikan federasi sepak bola internasional

yang diberi nama “Federation International de Football Association

disingkat menjadi FIFA yang mula-mula beranggotakan tujuh negara,ialah:

Perancis, Belgia, Denmark, Nederland, Spanyol, Swedia dan Swiss, dan

Guerin mendapatjan kehormatan sebagai ketua FIFA yang pertama kali.

Badan pemerintahan sepak bola adalah the Federation Internatianal

(39)

23

Soekatamsi (1995: 11), mengatakan bahwa sepakbola adalah permainan

beregu yang dimainkan oleh dua buah regu, masing-masing regu terdiri dari

sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepak bola

dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk empat persegi

panjang dimana lebar dan panjangnya lapangan kurang lebih berbanding 3

dengan 4. Pada kedua garis lebar lapangan di tengah-tengahnya

masing-masing didirikan sebuah gawang yang saling berhadapan. Di dalam

permainan digunakan sebuah bola yang bagian luarnya terbuat dari kulit

didalam terbuat dari karet diisi dengan udara.

Sedangkan menurut Joseph A. Luxbacher (2001: V) sepakbola adalah

olahraga yang menentang fisik dan mental, permainannya harus melakukan

gerakan terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik

dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan

Permainan sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan oleh dua

regu, yang masing-masing regunya terdiri dari sebelas pemain termasuk penjaga

gawang. Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh anggota badan kecuali

kedua lengan (Soekatamsi, 269).

Permainan sepakbola dimainkan olah dua regu yang masing-masing regu

beranggota- kan 11 orang. Masing-masing regu mempertahankan sebuah

gawang dan membobol- kan bola ke gawang lawan. Setiap tim memiliki kiper

yang bertugas untuk menjaga gawang. Kiper diperbolehkan untuk mengontrol

(40)

24

40,22 meter dan panjang 16,5 meter pada garis akhir. Pemain lainnya tidak

diperbolehkan menggunakan tangan atau lengan mereka untuk mengontrol bola,

tapi mereka dapat menggunakan kaki, tungkai atau kepala. Gol diciptakan

dengan menendang atau menanduk bola ke dalam gawang lawan. Setiap gol

dihitung dengan skor satu, dan tim yang paling banyak menciptakan gol

memenangkan pertandingan.

E. Gerak Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagian Dalam

Di dalam permainan menggunakan sistem ”man to man” maka menendang bola

dengan kaki dalam merupakan kebutuhan gerak dasar yang penting dari taktik

perorangan. Menendang juga dimaksud untuk menyelamatkan bola apabila tidak

ada kemungkinan untuk passing dengan segera.

Di dalam menendang bola dengan kaki dalam seorang pemain harus dapat

mengontrol bola dengan baik. Bola harus dikontrol dengan baik di daerah yang

sempit, yang mana berarti bahwa bola selalu disentuh pada setiap langkah. Satu

hal yang perlu diperhati- kan di dalam latihan menendang bola dengan kaki

dalam ialah setiap pemain dianjurkan untuk menggunakan kedua kaki sebagai

keperluan untuk melindungi bola terhadap serangan lawan. Pandangan tidak

(41)

25

Gambar 1. Rangkaian gerak dasar menendang bola dengan kaki dalam

1) Metode Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam

Menendang bola dengan kaki bagian dalam, Posisi kaki yang digunakan untuk

menendang bola dengan kaki bagian dalam sesuai dengan kaki pada waktu

menendang bola dengan kaki bagian dalam. Kaki diputar keluar pada

pergelangan kakinya lurusmenghadap kedepan lutut sedikit ditekuk dan bola

disentuh pada titik pusatnya dengan kaki bagian belakangnya.

(42)

26

F. Modifikasi Alat Pembelajaran

Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal

dari kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan

”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah

”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga

diartikan pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam

pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting

melainkan mengajar itu bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang

bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan

untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus

bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah ”yang dipakai untuk mengerjakan

sesuatu”. Alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk

proses kegiatan kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat

pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi

yang akan dibeikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan

dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.

Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi,

fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya.

Lutan ( 1998 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan

tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan

(43)

27

gerak secara benar. “Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi

keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung

pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan

pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara

sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ).

Menurut Azhar Arsyad ( 2005: 7 ) Media pendidikan memiliki pengertian alat

bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. ”Alat bantu adalah

alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu

(peraga) sangat penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang

disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam

proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru

agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif

serta efisien”.

Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat bermain

merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat bermain yang

sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk

meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat

dicapai dengan sebaik-baiknya. Modifikasi alat bermain merupakan bagian dari

inovasi yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Adapun kegiatan inovatif

dalam hal ini antara lain pengembangan dan produksi alat-alat pelajaran.

Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan

(44)

28

kemudahan bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar menendang bola

seperti yang diharap- kan, karena anak dapat mencoba secara berulang-ulang

melakukan gerakan mengoper bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang

ditimbulkan saat mengoper bola. Berikut ini adalah modifikasi alat permainan

yang akan digunakan.

Gambar 3. Bola Plastik

G. Kerangka Konsep

Pengamatan

Pengamatan

Pengamatan

Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam tanpa pengarahan

Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam menggunakan modifikasi alat bantu bola yang terbuat dari busa bekas dan dibungkus dengan plastik

Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam menggunakan modifikasi alat bantu kardus bekas air mineral.

(45)

29

H. Hipotesis

”Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya

melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang

dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai

berikut :

Dengan modifikasi alat dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran

gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada Siswa Kelas V

(46)

30

III. METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena

metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu

penelitian terhadap subyek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin

menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan

pada Siswa SDN 1 Kebumen Sumberejo.

Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif

yang ”di coba sambil berjalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.

Arikunto (1998 : 82). Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata

dimana antara guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan

masalah dalam penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :

1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.

2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan

perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.

3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral

Arikunto (2009: 57) menjelaskan bahwa (classroom action research)

yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti

(47)

31

peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan

pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajan.

Sedangkan menurut pendapat Aqib (2007: 17) Penelitian tindakan kelas

(classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru

kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada

penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.

a. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut :

1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran

2. Membantu guru berkembang secara profesional

3. Meningkatkan rasa percaya diri guru

4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan

keterampilan (Wardani dkk, 2006: 133).

b. Tujuan PTK

PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk

memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam

konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program

sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan

penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan

meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara

berkesinambungan. Tujuan ini ”melekat” pada diri guru dalam

penunaian misi profesional pendidikannya ( Aqib, 2007: 18).

Suharsimi Arikunto (2008: 73), mengemukakan prinsip PTK, yaitu :

(48)

32

b. Harus dipersiapkan dengan rinci dan matang

c. Tindakan harus konsisten dengan rancangan

d. Masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru

Gambar 4. Spiral P T K. (Hopkins,1993) dalam Arikunto(1991 : 105)

Keterangan Gambar

1. Perencanaan ( Planning ).

Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,

oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap

perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung

(49)

33

hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan

tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.

2. Tindakan ( Action )

Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi

rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.

3. Oberservasi

Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu

tindakan.

4. Refleksi

Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah

dilakukan.

Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan

sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian

tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran

yang mengutamakan hasil ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.

B. Subyek Penelitian

Populasi menurut Arikunto (1998: 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo berjumlah 24 orang.

C. Tempat dan Waktu

a. Tempat Penelitian

Nama Sekolah : SDN 1 Kebumen Sumberejo

(50)

34

b. Pelaksanaan Penelitian

Lama penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan

D. Rancangan Penelitian

Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah

yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat

komponen tersebut menunjukan kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk

penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu

harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.

1. Siklus Pertama

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran berisi tentang kegiatan-kegiatan yang

akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.

2. Menyiapkan peralatan bola modifikasi terbuat dari busa bekas dibuat

seperti bola terbuat dari kertas dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk

proses pelaksanaan pembelajaran.

3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses

pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.

4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3 syaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang

akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu sikap awalan, pelaksanaan dan

(51)

35

3. Sebelumnya siswa diberikan contoh menendang bola dengan kaki bagian

dalam, dimulai dari sikap awalan, pelaksanaan, dan akhir dengan

menggunakan bola modifikasi bola terbuat dari kertas dan plastik bekas.

4. Diberikan pengulangan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian

dalam secara bergantian dan berurutan.

5. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan

setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya menggunakan

instrumen gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.

c. Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu

pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2. Saat penilaian tempat testor berjauhan untuk menjaga objektifitas.

d. Refleksi :

1. Dari data hasil observasi disimpulkan oleh guru Penjas sebagai testor.

2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua, Setelah didiskusikan

maka tindakan pada siklus kedua adalah menggunakan bola plastik.

2. Siklus Kedua

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan

kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan

meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar

menendang bola dengan kaki bagian dalam.

(52)

36

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi pada saat pada saat penilaian.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

2. Siswa diberikan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan

dilakukan pada siklus kedua, guru memberikan contoh mulai dari sikap

persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar

menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.

3. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian

dalam berulang-ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini

secara berurutan dengan bola plastik.

4. Pada proses pembelajaran guru mengamati dari pelaksanaan

pembelajaran agar sesuai dengan program yang direncanakan, kemudian

memberikan koreksi jika dalam pelaksanaan masih ada siswa yang

melakukan gerakan yang salah.

c. Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu

pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.

2. Saat penilaian testor tempatnya berjauhan untuk menjaga objektifitas.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran Penjaskes sepakbola yaitu menendang

bola dengan kaki bagian dalam disimpulkan berapa persen peningkatan

yang dicapai oleh siswa melalui refleksi dan hasil observasi siklus ke-2

belum mencapai 80 % yang tuntas dalam pembelajaran dengan demikian

(53)

37

3. Siklus Ketiga

a. Rencana :

1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan

kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan

meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.

2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar

menendang bola dengan kaki bagian dalam.

3. Menyiapkan alat modifikasi bola plastik diisi busa sebanyak 24 buah dan

kardus bekas 24 buah.

4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera ) dan rubrik penilaian.

b. Tindakan :

1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.

2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang

akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan,

pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar menendang

bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.

3. Sebelumnya siswa diberikan contoh gerak melakukan pembelajaran

gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang benar, dari

mulai sikap awalan, pelaksanaan.

4. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian

dalam berulang- ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini

secara berurutan dengan bola plastik.

c. Observasi :

1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu

(54)

38

2. Saat penilaian testor tempatnya berjauhan untuk menjaga objektifitas.

d. Refleksi :

Kesimpulan dari hasil pembelajaran Penjaskes sepakbola yaitu menendang

bola dengan kaki bagian dalam dapat disimpulkan dari hasil observasi siklus

ketiga telah mencapai ketuntasan di atas 80 % pembelajaran dengan

demikian maka penelitian ini dihentikan setelah siklus ke-3 ini.

E. Instrumen Penelitian

Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK

(Penelitian Tindakan Kelas) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham

menurut Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen

dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dikatakan valid bila tindakan itu

memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang

dihadapi. Dari pendapat di atas untuk instrumen tidak perlu lagi diuji coba dan

dihitung validitas dan reliabelitasnya. Instrumen penilaian menendang bola dengan

kaki bagian dalam pada sepak bola dapat dilihat dilampiran 3 halaman 66.

F. Teknik Analisis Data

Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus berikut:

P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Sari, 2006 : 35) Keterangan :

P : Prosentase keberhasilan.

(55)

51

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:

1. Dengan penggunaan modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas

dibuat seperti bola dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk proses

pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar

menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola pada

siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.

2. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik sebanyak 24 buah

untuk proses pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan

gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada

sepakbolapada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.

3. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik yang dibelah dan diisi

busa bekas dan kardus bekas air mineral sebanyak siswa dapat

memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan

kaki bagian dalam pada sepakbola pada siswa kelas V SDN 1

Kebumen Sumberejo.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:

1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat

(56)

52

menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola.

2. Untuk siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo agar selalu berupaya

meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam

pada sepakbola.

3. Bagi peneliti lainnya agar penelitian ini kiranya dapat dikembangkan

lebih lanjut dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar

gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada

(57)

53

DAFTAR PUSTAKA

Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.

Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.

Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan

Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar

dan Menengah.

Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi

dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.

Jakarta: Depdiknas.

Roji. 2004. Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.

Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-viisual. PT. Gramedia. Jakarta

Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.

Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.

Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.

Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1

(58)

54

Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.

Sukintaka. 2005. Metodik Pembelajaran Sepakbola Bagi Pemula. PT Rineka Cipta.

Gambar

Gambar 1.  Rangkaian gerak dasar menendang bola dengan kaki dalam
Gambar 3. Bola Plastik
Gambar 4. Spiral P T K. (Hopkins,1993) dalam Arikunto(1991 : 105)

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan secara langsung dalam kegiatan pembelajaran menggunakan dua model pembelajaran yaitu model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan model

belajar dan membantu siswa untuk belajar sepanjang hayat, serta materi reaksi oksidasi-reduksi memiliki banyak hal (masalah) yang dapat ditemui oleh siswa di kehidupan

Sebagai pemimpin umat Islam setelah Rasulullah Saw., Abu Bakar disebut Khalifah Rasulillah (pengganti Rasul Allah) yang dalam perkembangan selanjutnya disebut

Padjadjaran atas segala bentuk tuntutan hukum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta/Plagiatisme dalam karya ilmiah saya

Analisis hubungan jumlah tanggungan keluarga dengan tingkat intensitas kerja pada anak-anak yang bekerja di sektor informal tersebut yaitu sebagian besar terdiri dari jumlah

[r]

Penjelasan di atas memiliki makna dengan diadakannya upaya Guru Pendidikan Agama Islam dalam mencegah penyalahgunaan narkoba yang dilakukan melalui pembelajaran

Namun dalam pelaksanaan Kurikulum 2013 ini ditemukan adanya problematika yang dihadapi oleh guru yaitu pada penilaian autentik itu sendiri, dalam penilaian autentik ini