ABSTRAK
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh MARJONO
Penelitian ini bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola melalui modifikasi alat pada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumberejo tahun pelajaran 2011/2012, dengan penggunaan alat modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola dan dibungkus dengan plastik, bola dari plastik dan bola plastik dibelah dan di isi busa bekas. Jenis penelitian yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas dengan
menggunakan tiga siklus, dengan subjek penelitian adalah siswa kelas lima SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumerejo Tanggamus yang berjumlah dua puluh empat siswa, dengan jumlah siswa tujuh laki-laki dan 17 perempuan. Sedangkan teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi dan menggunakan instrumen penilaian tes gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam. Hasil penelitian temuan awal hanya mencapai ketuntasan 0 %.
Pada siklus pertama dengan penggunaan alat bantu modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas dibuat seperti bola dan dibungkus dengan plastik diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar meningkat menjadi 8,33 %, sedangkan prosentase ketuntasan belajar klasikal sebesar 80 %. Pada siklus kedua dengan alat bantu modifikasi bola dari plastik dan alat bantu berupa kardus bekas air mineral diperoleh prosentase keberhasilan ketuntasan belajar mengalami
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Oleh
MARJONO
Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar
SARJANA PENDIDIKAN
Pada
Program Studi Pendidikan Jasmani dan Kesehatan
Jurusan Ilmu Pendidikan
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pedidikan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS LAMPUNG
UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI
MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO TAHUN PELAJARAN 2011/2012
(Skripsi)
Oleh MARJONO
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Rangkaian gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam .... 25
2. Pelaksanaan menendang bola dengan kaki bagian dalam ... 25
3. Bola plastik ... 28
4. Spiral PTK ... 32
DAFTAR ISI
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Pengertian Belajar Mengajar ... 8
B. Pendidikan Jasmani ... 18
C. Keterampilan Gerak Dasar ... 21
D. Sepakbola ... 22
E. Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam ... 24
F. Modifikasi Alat Pembelajaran... 26
G. Kerangka Konsep ... 28
E. Instrumen Penelitian... 37
F. Teknik Analisis Data ... 38
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian ... 39
B.Pembahasan ... 45
C.Uji Hipotesis ... 49
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 51
B. Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA ... 53
LAMPIRAN ... 55
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Surat Izin Penelitian ... 55
2. Surat izin melaksanakan penelitian ... 56
3. RPP ... 57
4. Tahap Penilaian ... 65
5. Nilai pada setiap siklus ... 69
6. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 1 dan kkm ... 70
7. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 2 dan kkm ... 71
8. Peningkatan nilai dari pretest ke siklus 3 dan kkm ... 72
9. Dokumentasi gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada Sepakbola ... 73
10. Kartu bimbingan skripsi ... 77
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Deskripsi Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki
Bagian Dalam Pada Sepakbola ... 40
2. Deskripsi Daya Serap Penilaian Pada Setiap Siklus ... 42
MOTTO
1. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di
sisi Allah SWT orang yang paling Taqwa (Q.s Al Hujarat:13)
2. Mencintai pujian manusia biasa membuat seseorang
menjadi buta dan tuli (H.R. Dailani)
3. Carilah ilmu, dan cari pula bersama ilmu itu
MENGESAHKAN
1. Tim penguji
Ketua : Drs. Usman Adam, M.Pd. ………
Penguji
Bukan Pembimbing : Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. ....…………
2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 0003
PERNYATAAN
Bahwa saya yang bertanda tangan di bawah ini :
Nama : Marjono
NPM : 1013126018
Tempat tanggal lahir : Pekon singosari Talang Padang 08 November 1964
Dengan ini menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012” adalah benar hasil karya penulis berdasarkan penelitian yang dilaksanakan pada tanggal 9 Februari 2012 sampai dengan 23 februari 2012. Skripsi ini bukan hasil menjiplak, dan atau hasil karya orang lain.
Demikian pernyataan ini penulis buat dengan sebenarnya. Apabila ternyata dikemudian hari terbukti bahwa skripsi ini merupakan jiplakan orang lain/hasil karya orang lain maka saya bersedia dikenakan sanksi sesuai dengan peraturan yang berlaku.
Tanggamus, 2012
PERSEMBAHAN
Alhamdulillahirobil’Alamin
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan anugrah dan rezeki kepada penulis sehingga
penulis dapat mempersembahkan karya tebaik kepada Bapakku Paimin (alm) dan Mamakku Poniyem (alm) yang sangat berarti
dalam hidupku.
Istriku Lily Supartini, Anakku Barep Agung Suhartono, Yayi Ayu Wulandari, dan Ade Bayu Supratman yang penulis sayangi. Terima kasih atas perhatian dan motivasinya sehingga membuat
penulis menjadi kuat dan tegar untuk berusaha memberikan karya terbaik ini.
Judul Skripsi : UPAYA MENINGKATKAN PEMBELAJARAN GERAK DASAR MENENDANG BOLA
DENGAN KAKI BAGIAN DALAM MELALUI MODIFIKASI ALAT PADA SISWA KELAS V SDN 1 KEBUMEN SUMBEREJO
TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012
Nama Mahasiswa : Marjono Nomor Pokok Mahasiswa : 1013126018
Program Studi : Pendidikan Jasmani Kesehatan, dan Rekreasi Jurusan : Ilmu Pendidikan
Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
MENYETUJUI
1. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan 2. Pembimbing
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Pekon Singosari Kecamatan Talang Padang Pada Tanggal 08 November 1964. Sebagai anak ke empat dari lima bersaudara dari pasangan Bapak Paimin dan Ibu Poniyem.
Penulis telah menyelesaikan pendidikan Formal Sekolah Dasar di SDN 1 Sumbersari pada tahun 1979, kemudian menyelesaikan Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMP Sumberejo pada tahun 1982, dan
menyelesaikan Pendidikan Sekolah Guru Olah Raga (SGO) Siliwangi Talang Padang pada tahun 1985.
Penulis tercatat menjadi mahasiswa Universitas Terbuka dan Tamat pada tahun 2003, dan pada tahun 2010 penulis tercatat menjadi mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung pada Program Studi Pendidikan
SANWACANA
Assalamu’alaikum Warahmatullah Wabarakatuh,
Alhamdulillahi rabbil’alamin. Segala puji dan syukur hanya milik Allah SWT, Dzat yang senantiasa menganugrahkan ilmu pengetahuan kepada manusia dengan perantara kalam, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Upaya Meningkatkan Pembelajaran Gerak Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagia Dalam Melalui Modifikasi Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo TanggamusTahun Pelajaran 2011/2012”.
Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada : 1. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Unila;
2. Drs. Baharudin Risyak, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan FKIP Unila;
3. Drs. Wiyono, M.Pd. selaku Ketua Program Studi Penjaskes FKIP Unila yang telah memberikan bimbingan, pengarahan dan motivasi kepada penulis. 4. Drs. Usman Adam, M.Pd. selaku pembimbing atas kesediaannya
memberikan bimbingan, pengarahan, dan motivasi serta kepercayaan kepada penulis.
5. Drs. Ade Jubaedi, M.Pd. selaku penguji yang telah memberikan kritik dan sarannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan FKIP Unila yang telah memberikan motivasi dan sarannya.
7. Bapak Sumarta, A.Ma.Pd. selaku Kepala SDN 1 Kebumen Kecamatan Sumberejo yang telah memberikan izin untuk melaksanakan penelitian pada siswa kelas V tahun pelajaran 2011/2012.
9. Teman-teman seperjuanagan angkatan 2010 S1 dalam jabatan.
10. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, akan tetapi sedikit harapan semoga skripsi yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita semua, Amin.
Wassalamu’alaikum Wr.Wb.
Tanggamus, 2012 Penulis,
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana yang dilakukan oleh seseorang
melalui proses pembelajaran agar secara aktif dapat mengembangkan
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan serta keterampilan yang diperlukan oleh dirinya
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pendidikan jasmani dan
kesehatan merupakan wahana pengembangan motorik, pengetahuan dan
penghayatan nilai-nilai moral yang bermuara pada pengembangan jiwa
peserta didik secara utuh. Isi dari pembelajaran pendidikan jasmani dan
kesehatan memuat berbagai permainan olah gerak jasmani yang dapat
merangsang peserta didik untuk menjadi aktif dan kreatif sesuai dengan
tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Masa anak-anak merupakan
masa dimana pertumbuhan dan perkembangan organ-organ tubuhnya
sedang berlangsung dan bersifat terpadu. Perkembangan yang satu
berkaitan erat dan mempengaruhi aspek perkembangan yang lain.
Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik merupakan kepedulian guru.
Pada usia sekolah dasar perkembangan fisik akan amat erat kaitannya
dengan perkembangan kognitif. Melalui aktivitas fisik mereka mampu
2
jasmani berperan serta dalam perkembangan seorang anak. Menurut pakar
pendidikan jasmani Amerika Serikat, Nixon dan Jewett, pendidikan jasmani
adalah satu tahap atau aspek dari proses pendidikan keseluruhan yang
berkenaan dengan perkembangan dan penggunaan kemampuan gerak
individu yang dilakukan atas dasar kemauan sendiri serta bermanfaat dan
dengan reaksi atau respon yang terkait langsung dengan mental, emosi dan
sosial.
Permainan mempunyai manfaat yang sangat besar bagi mereka yang
memainkannya karena adanya pengaruh positif, baik terhadap individu
maupun kelompok terutama terhadap aspek fisik, mental dan moral.
Permainan sangat besar pengaruhnya bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak terutama karena karakteristik permainannya yang mengutamakan
kerjasama kelompok dan dapat mengembangkan kemampuan penalaran di
samping dapat mengembangkan kemampuan gerak, sikap serta kesegaran
jasmani. Dalam proses pembelajaran pendidikan jasmani guru harus dapat
mengajarkan berbagai keterampilan gerak dasar, teknik dan strategi
permainan/olahraga, internalisasi nilai-nilai (sportifitas, jujur, kerjasama,
tanggung jawab dan lain-lain) dari pembiasaan pola hidup sehat.
Menurut UU RI No.3 tahun 2005 Bab IV Pasal 8 setiap warga negara
berkewajiban untuk berperan serta dalam kegiatan olahraga dan memelihara
prasarana dan sarana olahraga serta lingkungan. Faktor yang menunjang
dalam proses pembelajaran sepakbola adalah sarana dan media belajar yang
3
berpengaruh dalam meningkatkan keterampilan bermain sepakbola,
ketersediaan fasilitas yang digunakan tidak sesuai akan berpengaruh
terhadap kelancaran proses pembelajaran sepakbola di sekolah sesuai
dengan tujuan kurikulum pendidikan jasmani.
Pelaksanaannya adalah dengan menyediakan dan memberikan berbagai
pengalaman gerak untuk membentuk fondasi gerak yang kokoh dan dapat
mengubah gaya hidup menjadi aktif dan sehat. Gerak tersebut terbagi unsur
gerak antara lain melibatkan unsur fisik, mental, intelektual, emosional dan
sosial sehingga aktivitas yang dilakukan dapat mencapai tujuan pengajaran.
Melalui pendidikan jasmani diharapkan siswa dapat memperoleh berbagai
pengalaman untuk mengungkapkan kesan pribadi yang menyenangkan,
kreatif, inovatif, terampil, meningkatkan dan memeliharan kesegaran
jasmani serta pemahaman terhadap gerak.
Sepakbola merupakan cabang olahraga yang sudah memasyarakat. Sering
kita jumpai anak-anak maupun orang dewasa yang melakukan bermain
sepakbola dengan menggunakan fasilitas yang sederhana. Hal ini
menunjukkan bahwa bermain sepak bola sangat digemari oleh seluruh
lapisan masyarakat mulai dari anak-anak maupun orang dewasa.
Salah satu gerak dasar bermain sepakbola adalah menendang bola.
Menendang bola merupakan usaha dari seorang pemain untuk memainkan
bola dengan kaki untuk dioperkan kepada temannya untuk mencetak gol ke
4
dikuasai sebelum menguasai gerak dasar yang lain. Dalam menendang bola
seorang pemain harus mampu mengantisipasi datangnya bola, kemudian
mengoper kepada temannya sebagai umpan atau untuk mencetak gol ke
gawang lawan. Oleh karena itu maka upaya untuk meningkatkan
penguasaan gerak dasar menendang bola maka perlu diajarkan secara baik
dan benar di sekolah.
Pengalaman penulis mengajar untuk siswa SD masih banyak yang kurang
berani membawa bola/menendang bola pada waktu bermain dikarenakan
bola takut lepas dari penguasaannya. Pada umumnya saat menendang bola
yang terjadi tendangan dengan ujung sepatunya sehingga bola tidak sesuai
dengan tujuan bermain.
Di antaranya pada pelaksanaannya perkenaan bola pada kaki bagian dalam
di bagian ujung kaki dan posisi tubuh saat menendang bola. Setelah penulis
amati dari beberapa tahun yang lalu berkisar 70 % dari siswa masih kurang
menguasai gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalamnya. Jika
ditelusuri lebih cermat lagi yang dapat menguasai gerak dasar menendang
bola tidak lebih dari 25 - 30 % di karenakan hal yang telah dikemukakan di
atas salah satu penyebab rendahnya hasil belajar gerak dasar menendang
bola, jika dilihat dari hasil Keriteria Ketuntasan Mengajar (KKM) di SDN 1
Kebumen Sumberejo adalah 65.
Oleh karena itu untuk mengatasi permasalahan tersebut penulis perlu
menindak lanjutinya dengan kajian ilmiah yaitu dengan penelitian tindakan
5
Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagian Dalam Melalui Modifikasi
Alat Pada Siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo Tahun Pelajaran
2011/2012”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang yang telah penulis kemukakan, maka
masalah yang timbul dapat diidentifikasi sebagai berikut :
1. Masih rendahnya kemampuan penguasaan gerak dasar menendang bola
dengan kaki bagian dalam pada siswa kelas V di SDN 1 Kebumen
Sumberejo.
2. Masih banyak siswa menendang bola yang dilakukan dengan kaki bagian
ujung.
3. Masih rendahnya minat dan motivasi siswa putri dalam belajar
sepakbola.
C. Rumusan Masalah
Sesuai latar belakang, identifikasi masalah di atas, maka masalah penelitian
ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
“Apakah modifikasi alat pembelajaran dapat memperbaiki dan
meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagaian dalam pada
6
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk :
1. memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dalam
sepak bola dengan modifikasi bola plastik, bola terbuat dari busa dan
kertas bekas dibuat berbentuk bola, dan karet.
2. mengatasi kendala yang menyebabkan rendahnya pelaksanaan
pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam
untuk sepakbola yang dihadapi siswa pada pembelajaran bermain sepak
bola pada siswa kelas V di SDN 1 Kebumen Sumberejo.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna sebagai wawasan dan
masukan bagi:
a. Bagi penliti
Dapat menambah pengetahuan terutama yang berkaitan dengan
sepakbola.
b. Bagi siswa
Sebagai motivasi dalam meningkatkan gerak dasar menendang bola
dengan kaki bagian dalam untuk sepakbola.
c. Bagi Sekolah
Sebagai bahan masukan dan referensi bagi pembina sekolah mengenai
penggunaan modifikasi alat pembelajaran (bola plastik, kertas dan busa
7
d. Bagi Program Studi
Sebagai informasi dan acuan bagi pihak yang ingin melaksanakan
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Belajar Mengajar
Belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku individu melalui interaksi
dengan lingkungan. Belajar bukanlah suatu tujuan tetapi suatu proses mencapai
tujuan atau merupakan langkah-langkah atau prosedur yang ditempuh.
Seseorang dikatakan telah belajar sesuatu kalau pada dirinya terjadi perubahan
tertentu, misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil
mengoper bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi terampil dalam
menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepak bola. Namun
tidak semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang
tersebut telah belajar. Misalnya perubahan yang terjadi pada bayi, terjadi terutama
bukan karena belajar, bayi yang tadinya tidak dapat duduk menjadi bisa duduk.
Margaret E. Bell Gredler (1991: 1) mengatakan bahwa belajar adalah proses
orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan, dan sikap.
Menurut A. Tabrani Rusyan (1989: 7), belajar dalam arti luas adalah suatu
proses perubahan individu yang dinyatakan dalam bentuk penguasaan, dan
penilaian terhadap sesuatu atau mengenai sikap dan nilai, pengetahuan dan
kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai bidang studi atau lebih luas lagi
9
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari
pengalaman atau latihan. Hilgard dalam Wina Sanjaya (2009: 112)
mengungkapkan Learning is process by wich an activity originates or changed
trough trainingg procedurs (wethwr in the laboratory or in the natural
environment) as distinguised from changes by factorr not atributable to training.
Belajar adalahproses perubahan melalui pendidikan yang terbentuk melalui
kegiatan atau prosedur latihan baik di laboraturium maupun di lingkungan.
Suryabrata (2004: 2) Learning accurs when there is a change in a person’s
cognitif stucture. Ranah kognitif ialah berkenaan dengan perilaku yang
berhubungan dengan berpikir, mengetahui, dan memecahkan masalah
berdasarkan apa yang dipelajari dengan menggunakan sikap, nilai-nilai, apresiasi,
dan penyesuaian perasaan sosial, serta tingkat penerimaan atau penolakan
terhadap sesuatu, jika seseorang memiliki kecerdasan olahraga maka
keterampilanya akan seimbang yang ditujukan dengan psikomotornya atau
keterampilannya. Terbentuknya tingkah laku sebagai hasil belajar memiliki tiga
ciri pokok yaitu: (a) tingkah laku tersebut berupa kemampuan aktual, (b)
kemampuan berlaku dalam waktu relatif lama, (c) kemampuan baru diperoleh
melalui usaha, Kemampuan manusia yang diperoleh sebagai hasil belajar
meliputi tiga aspek, yaitu: (1) achievemen merupakan kemampuan intelektual,
(2) Capasity, merupakan suatu kemampuan potensial dan (3) atitude atau bakat
10
Slameto (1995: 2) menekankan bahwa belajar suatu proses yang dilakukan
seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalaman sendiri dan interaksi dengan lingkungan.
Pengertian ini menunjukkan bahwa segala perubahan tingkah laku individu yang
diakibatkan belajar diperoleh melalui pengalaman. Selain itu berkembang pula
psikologi belajar lainnya yang menggunakan pendekatan praktek atau
eksperimen seperti koneksionisme.
Thorndike dalam Hamzah (2007: 11) menemukakan bahwa belajar adalah
interaksi antara stimulus yang mungkin berupa pikiran, perasaan atau gerakan)
dan respon dari 3 domain tersebut. Belajar adalah proses seseorang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap. Belajar merupakan perubahan
perilaku dan merupakan kecakapan baru yang terjadi karena adanya usaha secara
sengaja meliputi keterampilan dan sikap dan pengetahuan baru.
Berdasarkan konsep belajar di atas antara lain memberikan penjelasan bahwa
untuk memperoleh perubahan tingkah laku dilakukan melalui aktivitas
berinteraksi dengan lingkungan sebagai suatu pengalaman. Dengan demikian
proses belajar yang dilakukan oleh seseorang yang berinteraksi dengan
lingkungan menghasilkan perubahan pada diri siswa,
perubahan-perubahan pada sektor kognitif yang diperoleh dari usaha belajar itulah yang
disebut kemampuan. Maka berhasil atau tidaknya seorang siswa dalam suatu
proses belajar dapat dilihat dari kemampuannya. Hal ini sesuai dengan pendapat
(Sudjana; 1996: 22) bahwa prestasi belajar adalah kemampuan-kemampuan yang
11
Produk dari suatu proses pembelajaran adalah hasil belajar yang diukur dengan
tes kemampuan belajar yang tidak hanya dipengaruhi oleh kualitas proses
pembelajaran yang dialami oleh siswa, tetapi juga faktor lain yang berada di luar
pengaruh sistem pendidikan, di samping kemampuan siswa itu sendiri. Prestasi
belajar siswa dapat mengukur tinggi rendahnya kemampuan belajarnya yang
ditujukan dengan nilai ataupun dapat berupa skill atau keterampilan khususnya di
bidang olahraga. Kemampuan siswa yang merupakan perubahan tingkah laku
sebagai bukti hasil belajar itu dapat diklasifikasikan dalam dimensi-dimensi
tertentu.
Bloom dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membuat klasifikasi hasil belajar
menjadi 3 dimensi, yaitu : ranah kognitif, afektif dan psikomotor, ahli lain
Kingsley dalam Nana Sudjana (1996: 22 ) membagi tiga macam hasil belajar
yaitu meliputi : (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian,
dan (c) persepsi dan cita-cita. Hasil belajar itu berasal dari tiga sumber: (a)
pelajarannya, (b) filosofi pendidikan dan pembelajaran, (c) karakteristik siswa.
Namun biasanya kemampuan seseorang hanya diukur dengan prestasi belajar
yang diperoleh siswa pada akhir pembelajaran saja tanpa melihat prosesnya.
Sedangkan kemampuan seseorang secara luas dapat meliputi: (a) kepandaian dan
kebiasaan, (b) kemampuan sosial, dan (c) berpikir abstrak dan kreatif.
Belajar merupakan suatu proses, suatu kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan.
Belajar bukan hanya mengingat, akan tetapi lebih luas dari itu, yakni mengalami.
Hasil belajar bukan suatu penguasaan hasil latihan melainkan pengubahan
12
Dari uraian di atas dapatlah diidentifikasi ciri-ciri kegiatan yang disebut “belajar”
yaitu : 1) Belajar adalah aktivitas yang menghasilkan perubahan pada diri
individu yang belajar, baik aktual maupun potensial, 2) Perubahan itu pada
dasarnya berupa didapatkannya kemampuan baru, yang berlaku dalam waktu
yang relatip lama, dan 3) Perubahan itu terjadi karena usaha.
Belajar adalah berubah atau perubahan. Perubahan dari tidak tahu menjadi tahu,
dari sederhana menjadi kompleks dan selanjutnya. Masalah belajar merupakan
masalah manusia, oleh karena itu untuk mengupas masalah belajar dapat didekati
dengan berbagai macam cara pendekatan. Ahli fisiologi, ahli pendidikan, ahli
biofisika, pelatih olahraga, guru pendidikan jasmani, mempunyai cara
pendekatan yang berbeda-beda dalam mengupas masalah belajar.
Manusia sebagai mahluk psiko-bio-sosial-kultural, mengalami berbagai masalah
yang menyangkut kehidupanya. Upaya mengatasi persoalan hidupnya, membuat
manusia bisa tumbuh dan berkembang menjadi manusia yang dewasa.
Pengalaman dalam menghadapi masalah kehidupan, akan mendorong manusia
untuk beradaptasi dan mengalami perubahan. Proses adaptasi tersebut
merupakan sebagian dari proses belajar. Bergerak merupakan bagian dari
persoalan hidup.
Belajar motorik adalah seperangkat proses yang bertalian dengan latihan atau
pengalaman yang mangantarkan ke arah perubahan permanen dalam perilaku
13
processes associated with pratice or experience leading to relatively permanent
changes in the capability for responding.
Selanjutnya untuk memahami perilaku gerak (motorik) dapat didekati dengan
Pendekatan psikologis. Hal ini dimungkinkan karena proses belajar gerak atau
keterampilan bukan semata-mata karena gejala neuro-fisiologis. Dalam proses
belajar, faktor mental ikut berpengaruh. Proses belajar melibatkan berbagai
faktor jiwa dan raga sebagai satu kesatuan.
Menurut Oxendine seperti yang dikutip oleh Lutan (1999: 122) mengklasifi-
kasikan teori belajar gerak berdasarkan pendekatan psikologis dibagi menjadi
dua kategori utama yaitu kelompok teori asosiasistimulus-respon dan teori
kognitif. Selanjutnya menurut Guthrie yang dikutip oleh Lutan (1999: 122), drill
berguna untuk memperlancar siswa melakukan lebih banyak respos yang tepat
dan benar.
Belajar menurut kelompok teori kognitif adalah pembelajaran mengorganisasikan
rangsang atau persepsinya ke dalam suatu pola atau bentuk secara keseluruhan.
Menurut Oxendine dikutip Lutan, ada tiga hal penting dari aktivitas pembelajaran
untuk mengolah rangsang yang diterimanya, yaitu; pertama, menghubungkan
satu rangsang dengan yang lain; kedua, merumuskan sementara tentang kaitan
antara cara (alat) dan tujuan; ketiga, berprilaku untuk mencapai tujuan. Belajar
gerak menurut teori ini, adalah bahwa suatu keterampilan cabang olahraga
14
pebelajar mencoba untuk mengkaitkan bagian-bagian dari teknik lempar lembing
melaui persepsinya terhadap bagian-bagian teknik tersebut.
Meskipun kedua kelompok teori belajar tersebut memiliki perbedaan, namun
juga memiliki beberapa persamaan. Kelompok teori koneksionisme lebih
menekankan atau mementingkan unsur stimulus dan respons, sedangkan
kelompok teori kognitif lebih menekankan atau mementingkan pebelajar kognitif
lebih menekankan atau mementingkan pebelajar itu sendiri dalam
mengorganisasikan rangsang. Dengan kata lain kelompok kognitif memandang
interpretasi pebelajar terhadap rangsang sangat penting, dan kelompok
koneksionisme memandang kaitan antara stimulus dan respons yang penting.
Dalam penerapannya, kedua teori tersebut saling mengisi kekurangan
masing-masing.
Pendapat tentang belajar dikemukakan juga oleh Singer (1980: 1), yang
menyatakan bahwa ada tiga komponen dalam belajar gerak, yang bergerak dan
beroperasi secara dinamis. Ketiga komponen tersebut yaitu pebelajar, aktivitas,
dan situasi atau kondisi lingkungan. Ketiga komponen tersebut saling berinteraksi
untuk menghasilkkan perubahan perilaku. Belajar mengakibatkan perubahan
dalam diri pribadi dan selalu terefleksi dalam perilaku yang dapat diamati.
Perubahan tersebut secara relatif permanen sebagai konsekuensi dari pengalaman
atau latihan.
Belajar gerak dalam pandangan tersebut nerupakan perubahan tingkah laku
15
misalnya dalam olahraga sepakbola, seorang anak dari tidak terampil mengoper
bola, menggiring bola dan bermain bola menjadi anak yang terampil dalam
menggiring bola, mengoper dan bahkan pandai bermain sepakbola. Namun tidak
semua perubahan yang terjadi pada diri seseorang terjadi karena orang tersebut
telah belajar.
1. Pembelajaran
Pengajaran adalah interaksi belajar dan mengajar. Pengajaran berlangsung
sebagai suatu proses saling mempengaruhi antara guru dan siswa. Di antara
keduanya terdapat hubungan atau komunikasi interaksi. Guru mengajar di satu
pihak dan siswa belajar di lain pihak. Keduanya menunjukkan aktifitas yang
seimbang, hanya berbeda peranannya saja, (Oemar Hamalik, 2004: 54)
Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang
bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik
dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Persoalan pembelajaran memiliki beberapa lingkup pembelajaran di antaranya
komunikasi, motivasi dan poduktifitas (Barbara,1994: 89). Metode dan teori
pegelolaan banyak diaplikasikan pada bidang pengelolaan dan sumber maupun
secara lebih luas dalam mengelola perubahan. Pengelolaan tersebut dapat berupa
16
Pembelajaran Pendidikan Jasmani dan Kesehatan adalah proses penguasaan
psikomotor yang memerlukan keterampilan gerak. dimana terjadinya
pembelajaran dapat melalui serangkaian proses yang terjadi secara alamiah dan
formal. Teknologi pembelajaran berkembang secara konsisten melalui teori dan
praktek. Konsistensi terjadi karena teori memberikan pengarahan bagi praktek.
Sehingga teori-teori yang ada dapat digunakan sebagai panduan dalam
pengembangan khususnya di kawasan pengelolaan bidang pendidikan.
Elemen-elemen yang mungkin berhubungan dengan aplikasi dan praktek pembelajaran
yaitu jenis pelajaran, sifat dan karakteristik pebelajar, organisasi dimana
berlangsung pembelajaran yaitu sekolah, kemampuan sarana yang tersedia dan
keahlian para guru.
2. Mengajar
Menurut Slameto (1995: 30) mengajar merupakan membimbing siswa dalam
proses belajar. Guru tidak hanya sekedar menyampaikan materi pelajaran kepada
murid tetapi guru juga harus berusaha agar siswa mau belajar karena mengajar
sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu menyiapkan bahan
yang akan disajikan kepada siswa dan guru juga harus memberikan rangsangan,
bimbingan, pengarahan, dan dorongan kepada siswa agar mau belajar. Disinilah
letak kerumitan pembelajaran bagi seorang guru.
Belajar mengajar adalah salah satu kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif
mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dengan anak didik. Interaksi yang
17
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum
pengajaran dimulai. Guru dengan sadar merencanakan kegiatan secara sistematik
dengan memanfaatkan segala sesuatunya guna kepentingan pengajaran.
Para ahli telah merumuskan dan membuat tafsirannya tentang belajar. Belajar
adalah modifikasi atau memperteguhkan kelakuan melalui pengalaman.
Menurut pengertian ini, belajar adalah merupakan salah satu proses suatu
kegiatan dan bukan suatu hasil atau hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya
mengingat akan tetapi lebih luas dari pada itu, yakni mengalami. Hasil belajar
bukan suatu penguasaan hasil latihan, melainkan perubahan kelakuan.
Menurut Oemar Hamalik (2003) ”Mengajar adalah kegiatan membimbing
kegiatan belajar dan kegiatan mengajar hanya bermakna bila terjadi kegiatan
belajar siswa”. Menurut Husdarta dan Saputra (2002) “Mengajar merupakan
suatu proses yang kompleks, guru tidak hanya sekedar menyampaikan informasi
kepada siswa saja tetapi juga guru harus berusaha agar siswa mau belajar.
Karena mengajar sebagai upaya yang disengaja, maka guru terlebih dahulu harus
mempersiapkan bahan yang akan disajikan kepada siswa”.
Dalam pengertian luas, belajar dapat diartikan sebagai kegiatan psikofisik
menuju ke perkembangan pribadi seutuhnya. Kemudian dalam arti sempit,
belajar dimaksudkan sebagai usaha penguasaan materi ilmu pengetahuan yang
merupakan sebagian kegiatan menuju terbentuknya kepribadian seutuhnya.
Relevan dengan ini maka ada pengertian bahwa belajar adalah ”penambahan
18
B. Pendidikan Jasmani
Pada dasarnya Pendidikan Jasmani merupakan pendidikan melalui aktifitas
jasmani guna mencapai pertumbuhan dan perkembangan individu secara
menyeluruh. Melalui pendidikan jasmani siswa sosialisasikan ke dalam aktifitas
jasmani termasuk keterampilan berolahraga.
Pembinaan dan pengembangan pendidikan jasmani merupakan bagian dari
upaya peningkatan kualitas manusia Indonesia yang bertujuan pada peningkatan
kemampuan dan keterampilan jasmani, serta mencapai pertumbuhan fisik dan
mental. Hal ini sesuai pendapat Wirjasantosa (1984: 30) yang mengartikan
pendidikan jasmani ialah suatu susunan kegiatan manusia yang direncanakan
untuk merancang dan meningkatkan kemampuan dan keterampilan jasmani,
pertumbuhan dan perkembangan, kecerdasan dan pembentuk watak serta nilai
dan sikap bagi warga negara sebagai kelengkapan dari pendidikan.
Lebih jauh Wirjasantosa (1984: 30) menjelaskan bahwa tujuan akhir dari
pembelajaran olahraga menuju kesehatan jasmani dan rohani. Kesehatan
jasmani meliputi kekuatan dan kesegaran, keterampilan permainan olahraga,
menghindari sikap buruk. Sedangkan rohaninya adalah membina rasa percaya
diri, mengembang- kan kehalusan budi, memperkuat harga diri dan memberikan
kepuasan serta kegembiraan.
Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani merupakan bagian dari proses
19
jasmani, melibatkan berbagai unsur. Unsur-unsur tersebut merupakan upaya
mencapai sasaran atau tujuan pembelajaran pendidikan jasmani. Istilah
pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah belajar dan mengajar. Untuk
memahami hakikat Pendekatan pembelajaran pendidikan jasmani diperlukan
pemahaman tentang belajar, terutama belajar gerak (motorik), pembelajaran
pendidikan jasmani, dan perkembangan kemampuan motorik.
Pendidikan jasmani merupakan salah satu pendidikan yang sangat penting
diberikan mulai dari usia prasekolah sampai perguruan tinggi, yang tidak terlepas
dari pendidikan lainya. Bahkan dapat dikatakan bahwa pendidikan jasmani
merupakan salah satu alat yang utama bagi pendidikan rohani, seperti semboyan
olahraga mensana incoperensana artinya di dalam tubuh yang sehat terletak jiwa
yang waras. Bahkan keberhasilan berbagai pendidikan mudah dicapai apabila
pendidikan jasmani dilaksanakan sebaik-baiknya di sekolah. Selanjutnya
pendidikan jasmani merupakan satu-satunya pendidikan yang peduli terhadap,
nilai-nilai sportivitas, fair play, kejujuran, kerjasama dan merangsang tumbuh
kembangnya jasmani anak.
Menghindari salah pengertian terhadap pendidikan jasmani, perlu kiranya
dijelaskan bahwa pendidikan jasmani diajarkan di sekolah bukan hanya mata
pelajaran gerak badan saja, melainkan pendidikan yang erat sangkut pautnya
dengan pertumbuhan dan kesehatan jasmani saja. Karena disebutkan bahwa
keadaan jasmani anak tidak terlepas dari rohani akan tetapi malah saling
20
pendidikan jasmani itu sebenarnya merupakan pendidikan keseluruhan atau
kepribadian, maka tidak mengherankan jika pendidikan jasmani juga besar sekali
gunanya dalam pembentukan rohani anak.
Berkaitan dengan hal tersebut di dalam standar kompetensi dan kompetensi dasar
(Depdiknas, 2006: 25), mata pelajaran Pendidikan Jasmani Olahraga dan
Kesehatan dinyatakan bagian integral dari pendidikan secara keseluruhan dan
bertujuan untuk mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan,
berfikir kritis, keterampilan sosial, stabilitas emosional, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani
untuk mencapai tujuan pendidikan nasional.
Pendidikan jasmani merupakan pembelajaran yang didesain untuk meningkatkan
kebugaran jasmani, pengetahuan, prilaku hidup yang aktif dan sikap sportif
melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan
berkelanjutan agar dapat meningkatkan sikap positif bagi diri sendiri sebagai
pelaku dan menghargai manfaat aktifitas jasmani bagi peningkatan kualitas
hidup sehat seseorang sehingga akan terbentuk jiwa sportif dan gaya hidup yang
aktif (Depdiknas, 2004: 2).
Menurut Eddy Suparman (2000:1) pendidikan jasmani dan kesehatan adalah
mata pelajaran yang merupakan bagian dari pendidikan keseluruhan yang dalam
proses pembelajarannya mengutamakan aktivitas jasmani dan kebiasaan hidup
sehat menuju pada pertumbuhan dengan pengembangan jasmani, mental, sosial
21
Disinilah pentingnya pendidikan jasmani, karena menyediakan ruang untuk
belajar menjelajahi lingkungan kemudian mencoba kegiatan yang sesuai minat
anak menggali potensi dirinya. Melalui pendidikan jasmani anak-anak
menemukan saluran yang tepat untuk memenuhi kebutuhannya akan gerak,
menyalurkan energi yang berlebihan agar tidak mengganggu keseimbangan
perilaku dan mental anak, menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna
dan merangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh, meliputi aspek fifik,
mental, emosi, sosial dan moral.
C. Keterampilan Gerak Dasar
Gerak dasar adalah gerak yang berkembangnya sejalan dengan pertumbuhan dan
tingkat kematangan. Ketermpilan gerak dasar merupakan pola gerak yang
menjadi dasar untuk ketangkasan yang lebih kompleks. Rusli (1998) membagi
tiga gerakan dasar yang melekat pada individu yaitu, 1) lokomotor, (2) gerak non
lokomotor, (3) manipulatif.Rusli (1998) mendefinisikan gerak lokomotor adalah
”gerak yang digunakan untuk memudahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain
atau memproyeksikan tubuh ke atas misalnya: jalan, lompat dan berguling”.
Gerak non lokomotor adalah keterampilan yang dilakukan tanpa memindahkan
tubuh dari tempatnya, misalnya membungkuk badan, memutar badan,
mendorong dan menarik. Sedangkan gerak manipualtif adalah ketrampilan
memainkan suatu proyek baik yang dilakukan dengan kaki maupun dengan
22
koordinasi mata-kaki, mata-tangan, misalnya melempar, menangkap dan
menendang.
D. Sepakbola
Pada tanggal 8 Desember 1863 di Cambridge diumumkan secara resmi
peraturan permainan sepak bola yang disusun oleh The Football
Association, dan demikian lahirlah peraturan permainan sepak bola modern
seperti yang kita kenal sekarang ini. Perkembangan bidang organisasi
maupun permainan berturut-turut mengalami perubahan atau
penyempurnaan. Berhubung the Football Association merupakan
satu-satunya organisasi nasional Inggris yang mengatur sendiri mengenai
peraturan permainan, maka pada tahun 1882 dengan dihadiri oleh
utusan-utusan dari perserikatan sepak bola Inggris, Scotlandia, Irlandia dan Wales
didirikan badan khusus yang diberi nama ”The Interntional Football
Association Board”, yang kemudian dikenal dengan nama sehari-hari
”International Board” disingkat dengan I.B. Pada tanggal 21 Mei 1904 atas
inisiatif Guerin dari Perancis didirikan federasi sepak bola internasional
yang diberi nama “Federation International de Football Association”
disingkat menjadi FIFA yang mula-mula beranggotakan tujuh negara,ialah:
Perancis, Belgia, Denmark, Nederland, Spanyol, Swedia dan Swiss, dan
Guerin mendapatjan kehormatan sebagai ketua FIFA yang pertama kali.
Badan pemerintahan sepak bola adalah the Federation Internatianal
23
Soekatamsi (1995: 11), mengatakan bahwa sepakbola adalah permainan
beregu yang dimainkan oleh dua buah regu, masing-masing regu terdiri dari
sebelas orang pemain termasuk seorang penjaga gawang. Sepak bola
dimainkan di atas lapangan rumput yang rata, berbentuk empat persegi
panjang dimana lebar dan panjangnya lapangan kurang lebih berbanding 3
dengan 4. Pada kedua garis lebar lapangan di tengah-tengahnya
masing-masing didirikan sebuah gawang yang saling berhadapan. Di dalam
permainan digunakan sebuah bola yang bagian luarnya terbuat dari kulit
didalam terbuat dari karet diisi dengan udara.
Sedangkan menurut Joseph A. Luxbacher (2001: V) sepakbola adalah
olahraga yang menentang fisik dan mental, permainannya harus melakukan
gerakan terampil di bawah kondisi permainan yang waktunya terbatas, fisik
dan mental yang lelah dan sambil menghadapi lawan
Permainan sepakbola adalah suatu permainan beregu yang dimainkan oleh dua
regu, yang masing-masing regunya terdiri dari sebelas pemain termasuk penjaga
gawang. Permainan sepakbola dilakukan dengan seluruh anggota badan kecuali
kedua lengan (Soekatamsi, 269).
Permainan sepakbola dimainkan olah dua regu yang masing-masing regu
beranggota- kan 11 orang. Masing-masing regu mempertahankan sebuah
gawang dan membobol- kan bola ke gawang lawan. Setiap tim memiliki kiper
yang bertugas untuk menjaga gawang. Kiper diperbolehkan untuk mengontrol
24
40,22 meter dan panjang 16,5 meter pada garis akhir. Pemain lainnya tidak
diperbolehkan menggunakan tangan atau lengan mereka untuk mengontrol bola,
tapi mereka dapat menggunakan kaki, tungkai atau kepala. Gol diciptakan
dengan menendang atau menanduk bola ke dalam gawang lawan. Setiap gol
dihitung dengan skor satu, dan tim yang paling banyak menciptakan gol
memenangkan pertandingan.
E. Gerak Dasar Menendang Bola dengan Kaki Bagian Dalam
Di dalam permainan menggunakan sistem ”man to man” maka menendang bola
dengan kaki dalam merupakan kebutuhan gerak dasar yang penting dari taktik
perorangan. Menendang juga dimaksud untuk menyelamatkan bola apabila tidak
ada kemungkinan untuk passing dengan segera.
Di dalam menendang bola dengan kaki dalam seorang pemain harus dapat
mengontrol bola dengan baik. Bola harus dikontrol dengan baik di daerah yang
sempit, yang mana berarti bahwa bola selalu disentuh pada setiap langkah. Satu
hal yang perlu diperhati- kan di dalam latihan menendang bola dengan kaki
dalam ialah setiap pemain dianjurkan untuk menggunakan kedua kaki sebagai
keperluan untuk melindungi bola terhadap serangan lawan. Pandangan tidak
25
Gambar 1. Rangkaian gerak dasar menendang bola dengan kaki dalam
1) Metode Menendang Bola Dengan Kaki Bagian Dalam
Menendang bola dengan kaki bagian dalam, Posisi kaki yang digunakan untuk
menendang bola dengan kaki bagian dalam sesuai dengan kaki pada waktu
menendang bola dengan kaki bagian dalam. Kaki diputar keluar pada
pergelangan kakinya lurusmenghadap kedepan lutut sedikit ditekuk dan bola
disentuh pada titik pusatnya dengan kaki bagian belakangnya.
26
F. Modifikasi Alat Pembelajaran
Di dalam kamus bahasa Indonesia modifikasi adalah ”pengubahan” dan berasal
dari kata ”ubah” yang berarti ”lain atau beda” mengubah dapat diartikan dengan
”menjadikan lain dari yang sebelumya” sedangkan dari arti pengubahan adalah
”proses”, perubahan atau cara mengubah, kemudian mengubah dapat juga
diartikan pembaruan. Tidak mengherankan bahwa pada mulanya dalam
pembaruan berpokok pada metode mengajar, bukan karena mengajar itu penting
melainkan mengajar itu bermaksud menimbulkan efek belajar pada siswa yang
bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Dalam pendidikan pembaruan dapat diartikan suatu upaya sadar yang dilakukan
untuk memperbaiki praktek pendidikan dengan sungguh-sungguh. Pada kamus
bahasa Indonesia pengertian dari alat adalah ”yang dipakai untuk mengerjakan
sesuatu”. Alat merupakan bagian dari fasilitas pendidikan yang digunakan untuk
proses kegiatan kegiatan belajar mengajar. Oleh sebab itu dengan adanya alat
pembelajaran guru dapat memberikan contoh secara langsung tentang materi
yang akan dibeikan kepada siswa, dengan bertujuan agar mudah dipahami dan
dapat dimengerti oleh peserta didik atau siswa.
Lutan ( 1998 ) Modifikasi adalah perubahan keadaan dapat berupa bentuk, isi,
fungsi, cara penggunaan dan manfaat tanpa sepenuhnya menghilangkan aslinya.
Lutan ( 1998 ) menerangkan modifikasi dalam mata pelajaran diperlukan dengan
tujuan agar siswa memperoleh kepuasan dan mengikuti pelajaran, meningkatkan
27
gerak secara benar. “Secara garis besar tujuan modifikasi adalah :1) mengatasi
keterbatasan akan sarana dan prasarana pendidikan jasmani; 2) mendukung
pertumbuhan dan perkembangan peserta didik; 3) mendukung tercapainya tujuan
pembelajaran yang efektif; 4) mengurangi resiko cedera akibat proporsi antara
sarana pembelajaran dan kondisi fisik yang tidak seimbang”. ( Lutan, 1997 ).
Menurut Azhar Arsyad ( 2005: 7 ) Media pendidikan memiliki pengertian alat
bantu pada proses belajar baik di dalam maupun di luar kelas. ”Alat bantu adalah
alat yang digunakan pendidik dalam menyampaikan pendidikan, alat bantu
(peraga) sangat penting. Alat tersebut berguna agar bahan pelajaran yang
disampaikan oleh guru lebih mudah diterima atau dipahami peserta didik. Dalam
proses belajar mengajar alat peraga dipergunakan dengan tujuan membantu guru
agar proses belajar siswa lebih berhasil dalam proses pembelajaran dan efektif
serta efisien”.
Dari uraian di atas penulis menyimpulkan bahwa modifikasi alat bermain
merupakan suatu upaya seseorang untuk merubah alat bermain yang
sesungguhnya menjadi berbeda dari yang sebelumnya dengan tujuan untuk
meningkatkan kemampuan agar tujuan yang direncanakan sebelumnya dapat
dicapai dengan sebaik-baiknya. Modifikasi alat bermain merupakan bagian dari
inovasi yang dapat dilakukan dalam dunia pendidikan. Adapun kegiatan inovatif
dalam hal ini antara lain pengembangan dan produksi alat-alat pelajaran.
Modifikasi alat yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan
28
kemudahan bagi anak dalam usahanya menuju gerak dasar menendang bola
seperti yang diharap- kan, karena anak dapat mencoba secara berulang-ulang
melakukan gerakan mengoper bola tanpa ragu dan rasa takut karena sakit yang
ditimbulkan saat mengoper bola. Berikut ini adalah modifikasi alat permainan
yang akan digunakan.
Gambar 3. Bola Plastik
G. Kerangka Konsep
Pengamatan
Pengamatan
Pengamatan
Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam tanpa pengarahan
Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam menggunakan modifikasi alat bantu bola yang terbuat dari busa bekas dan dibungkus dengan plastik
Siswa menendang bola dengan kaki bagian dalam menggunakan modifikasi alat bantu kardus bekas air mineral.
29
H. Hipotesis
”Hipotesis adalah dugaan sementara yang harus diuji lagi kebenarannya
melalui penelitian ilmiah. Berdasarkan teori dan kerangka pikir yang
dikemukakan diatas, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai
berikut :
Dengan modifikasi alat dapat memperbaiki dan meningkatkan pembelajaran
gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada Siswa Kelas V
30
III. METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian
Dalam memecahkan masalah sangat diperlukan suatu cara atau metode, karena
metode merupakan faktor penting dalam menentukan keberhasilan dari suatu
penelitian terhadap subyek yang akan diteliti. Dalam hal ini peneliti ingin
menggunakan metode penelitian tindakan kelas (PTK) yang akan dilaksanakan
pada Siswa SDN 1 Kebumen Sumberejo.
Penelitian tindakan adalah salah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan yang nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif
yang ”di coba sambil berjalan” dalam mendeteksi dan memecahkan masalah.
Arikunto (1998 : 82). Jadi jenis penelitian ini salah satu tindakan yang nyata
dimana antara guru dengan siswa terlibat langsung dalam proses memecahkan
masalah dalam penelitian tersebut. Adapun ciri-ciri sebagai berikut :
1. Praktis dan langsung relevan untuk situasi aktual dalam dunia kerja.
2. Menyediakan kerangka kerja yang teratur untuk memecahkan masalah dan
perkembangan-perkembangan baru yang lebih baik.
3. Dilakukan melalui putaran-putaran berspiral
Arikunto (2009: 57) menjelaskan bahwa (classroom action research)
yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru, bekerja sama dengan peneliti
31
peneliti di kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan
pada penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktis pembelajan.
Sedangkan menurut pendapat Aqib (2007: 17) Penelitian tindakan kelas
(classroom Action Research), yaitu penelitian yang dilakukan oleh guru
kelas atau di sekolah tempat ia mengajar dengan penekanan pada
penyempurnaan atau peningkatan proses dan praktik pembelajaran.
a. Manfaat PTK bagi guru adalah sebagai berikut :
1. Membantu guru memperbaiki pembelajaran
2. Membantu guru berkembang secara profesional
3. Meningkatkan rasa percaya diri guru
4. Memungkinkan guru secara aktif mengembangkan pengetahuan dan
keterampilan (Wardani dkk, 2006: 133).
b. Tujuan PTK
PTK merupakan salah satu cara yang strategis bagi guru untuk
memperbaiki layanan kependidikan yang harus diselenggarakan dalam
konteks pembelajaran di kelas dan peningkatan kualitas program
sekolah secara keseluruhan. Hal itu dapat dilakukan mengingat tujuan
penelitian tindakan kelas adalah untuk memperbaiki dan
meningkatkan praktik pembelajaran di kelas secara
berkesinambungan. Tujuan ini ”melekat” pada diri guru dalam
penunaian misi profesional pendidikannya ( Aqib, 2007: 18).
Suharsimi Arikunto (2008: 73), mengemukakan prinsip PTK, yaitu :
32
b. Harus dipersiapkan dengan rinci dan matang
c. Tindakan harus konsisten dengan rancangan
d. Masalah benar-benar ada dan dihadapi oleh guru
Gambar 4. Spiral P T K. (Hopkins,1993) dalam Arikunto(1991 : 105)
Keterangan Gambar
1. Perencanaan ( Planning ).
Dalam tahap ini peneliti menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana,
oleh siapa dan bagaimana tindakan tersebut dilakukan, serta pada tahap
perencanaan ini dipersiapkan skenario pembelajaran, fasilitas sarana pendukung
33
hasil tindakan. Pada perencanaan ini juga dilaksanakan simulasi pelaksanaan
tindakan perbaikan untuk menguji keterlaksanaan rancangan.
2. Tindakan ( Action )
Tindakan adalah pelaksaan yang merupakan implementasi atau penerapan isi
rancangan, yaitu mengenakan tindakan di kelas.
3. Oberservasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh pengamat suatu
tindakan.
4. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah
dilakukan.
Dalam penelitian tindakan ada kata tindakan artinya dalam hal ini guru melakukan
sesuatu yaitu untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Dengan kata lain, penelitian
tindakan kelas ini harus menyangkut upaya guru dalam bentuk proses pembelajaran
yang mengutamakan hasil ke arah yang lebih baik dari sebelumnya.
B. Subyek Penelitian
Populasi menurut Arikunto (1998: 108 ) Menjelaskan bahwa populasi adalah keseluruan dari subjek penelitian. Subyek yang digunakan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo berjumlah 24 orang.
C. Tempat dan Waktu
a. Tempat Penelitian
Nama Sekolah : SDN 1 Kebumen Sumberejo
34
b. Pelaksanaan Penelitian
Lama penelitian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah satu bulan
D. Rancangan Penelitian
Penelitian tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang menunjukan langkah
yaitu perencanaan, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Hubungan keempat
komponen tersebut menunjukan kegiatan berkelanjutan berulang. Jadi bentuk
penelitian tindakan tidak pernah merupakan kegiatan yang tunggal, tetapi selalu
harus berupa rangkaian kegiatan akan kembali ke asal, yaitu dalam bentuk siklus.
1. Siklus Pertama
a. Rencana :
1. Menyiapkan skenario pembelajaran berisi tentang kegiatan-kegiatan yang
akan dilakukan meliputi kegiatan pendahuluan, inti, penutup.
2. Menyiapkan peralatan bola modifikasi terbuat dari busa bekas dibuat
seperti bola terbuat dari kertas dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk
proses pelaksanaan pembelajaran.
3. Mempersiapkan instrumen untuk observasi/pengamatan proses
pembelajaran dan alat untuk dokumentasi seperti kamera.
4. Mempersiapkan siswa untuk mengikuti pembelajaran siklus pertama.
b. Tindakan :
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 3 syaf.
2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang
akan dilakukan pada siklus pertama, yaitu sikap awalan, pelaksanaan dan
35
3. Sebelumnya siswa diberikan contoh menendang bola dengan kaki bagian
dalam, dimulai dari sikap awalan, pelaksanaan, dan akhir dengan
menggunakan bola modifikasi bola terbuat dari kertas dan plastik bekas.
4. Diberikan pengulangan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian
dalam secara bergantian dan berurutan.
5. Kegiatan tindakan dilakukan selama 1 minggu untuk 2-3 kali pertemuan
setelah 2-3 kali pertemuan pada minggu berikutnya menggunakan
instrumen gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam.
c. Observasi :
1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu
pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.
2. Saat penilaian tempat testor berjauhan untuk menjaga objektifitas.
d. Refleksi :
1. Dari data hasil observasi disimpulkan oleh guru Penjas sebagai testor.
2. Mendiskusikan rencana tindakan pada siklus kedua, Setelah didiskusikan
maka tindakan pada siklus kedua adalah menggunakan bola plastik.
2. Siklus Kedua
a. Rencana :
1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan
kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan
meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.
2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar
menendang bola dengan kaki bagian dalam.
36
4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi pada saat pada saat penilaian.
b. Tindakan :
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.
2. Siswa diberikan penjelasan tentang pelaksanaan pembelajaran yang akan
dilakukan pada siklus kedua, guru memberikan contoh mulai dari sikap
persiapan, pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar
menendang bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.
3. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian
dalam berulang-ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini
secara berurutan dengan bola plastik.
4. Pada proses pembelajaran guru mengamati dari pelaksanaan
pembelajaran agar sesuai dengan program yang direncanakan, kemudian
memberikan koreksi jika dalam pelaksanaan masih ada siswa yang
melakukan gerakan yang salah.
c. Observasi :
1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu
pengulangan kemudian dinilai atau dievaluasi.
2. Saat penilaian testor tempatnya berjauhan untuk menjaga objektifitas.
d. Refleksi :
Kesimpulan dari hasil pembelajaran Penjaskes sepakbola yaitu menendang
bola dengan kaki bagian dalam disimpulkan berapa persen peningkatan
yang dicapai oleh siswa melalui refleksi dan hasil observasi siklus ke-2
belum mencapai 80 % yang tuntas dalam pembelajaran dengan demikian
37
3. Siklus Ketiga
a. Rencana :
1. Menyiapkan skenario pembelajaran gerak dasar menendang bola dengan
kaki bagian dalam yang berisi tentang kegiatan - kegiatan yang dilakukan
meliputi pendahuluan, inti, dan penutup.
2. Menyiapkan peralatan untuk proses pembelajaran gerak dasar
menendang bola dengan kaki bagian dalam.
3. Menyiapkan alat modifikasi bola plastik diisi busa sebanyak 24 buah dan
kardus bekas 24 buah.
4. Menyiapkan alat untuk dokumentasi ( kamera ) dan rubrik penilaian.
b. Tindakan :
1. Siswa dibariskan, dan dibagi menjadi 4 bersyaf.
2. Kemudian siswa diberikan penjelasan tentang bentuk pembelajaran yang
akan dilakukan pada siklus kedua, yaitu posisi dari sikap awalan,
pelaksanaan, dan sikap akhir untuk pelaksanaan gerak dasar menendang
bola dengan kaki bagian dalam dengan bola plastik.
3. Sebelumnya siswa diberikan contoh gerak melakukan pembelajaran
gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam yang benar, dari
mulai sikap awalan, pelaksanaan.
4. Setiap siswa melakukan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian
dalam berulang- ulang sampai benar-benar menguasai gerak dasar ini
secara berurutan dengan bola plastik.
c. Observasi :
1. Setelah tindakan dilakukan, diamati dan dikoreksi dan berikan waktu
38
2. Saat penilaian testor tempatnya berjauhan untuk menjaga objektifitas.
d. Refleksi :
Kesimpulan dari hasil pembelajaran Penjaskes sepakbola yaitu menendang
bola dengan kaki bagian dalam dapat disimpulkan dari hasil observasi siklus
ketiga telah mencapai ketuntasan di atas 80 % pembelajaran dengan
demikian maka penelitian ini dihentikan setelah siklus ke-3 ini.
E. Instrumen Penelitian
Instrumen adalah alat yang digunakan untuk mengukur peaksanaan PTK
(Penelitian Tindakan Kelas) di setiap siklusnya, menurut Freir and Cuning Ham
menurut Muhajir dalam Surisman (1997 : 58). Alat untuk mengukur instrumen
dalam PTK (Penelitian Tindakan Kelas) dikatakan valid bila tindakan itu
memegang aplikatif dan dapat berfungsi untuk memecahkan masalah yang
dihadapi. Dari pendapat di atas untuk instrumen tidak perlu lagi diuji coba dan
dihitung validitas dan reliabelitasnya. Instrumen penilaian menendang bola dengan
kaki bagian dalam pada sepak bola dapat dilihat dilampiran 3 halaman 66.
F. Teknik Analisis Data
Setelah data dikumpulkan melalui tindakan setiap siklusnya, selanjutnya data di analisis melalui perhitungan kuantitatif menggunakan rumus berikut:
P = 100 % (Subagio 1991 : 107 dalam Sari, 2006 : 35) Keterangan :
P : Prosentase keberhasilan.
51
V. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka simpulan dari penelitian ini adalah:
1. Dengan penggunaan modifikasi bola yang terbuat dari busa bekas
dibuat seperti bola dan dibungkus dengan pelastik bekas untuk proses
pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar
menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola pada
siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.
2. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik sebanyak 24 buah
untuk proses pembelajaran dapat memperbaiki dan meningkatkan
gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada
sepakbolapada siswa kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo.
3. Dengan penggunaan alat modifikasi bola plastik yang dibelah dan diisi
busa bekas dan kardus bekas air mineral sebanyak siswa dapat
memperbaiki dan meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan
kaki bagian dalam pada sepakbola pada siswa kelas V SDN 1
Kebumen Sumberejo.
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka dapat diajukan saran sebagai berikut:
1. Kepada para guru pendidikan jasmani, modifikasi pembelajaran ini dapat
52
menendang bola dengan kaki bagian dalam pada sepakbola.
2. Untuk siswa Kelas V SDN 1 Kebumen Sumberejo agar selalu berupaya
meningkatkan gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam
pada sepakbola.
3. Bagi peneliti lainnya agar penelitian ini kiranya dapat dikembangkan
lebih lanjut dalam proses pembelajaran guna meningkatkan hasil belajar
gerak dasar menendang bola dengan kaki bagian dalam pada
53
DAFTAR PUSTAKA
Aip Syarifuddin dan Muhadi. 1992. Pendidikan Jasmani. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan.
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Peneliti; Suatu Pendekatan Praktek Edisi Revisi. PT Rineka Cipta. Jakarta.
Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. PT Raja Gafindo Persada. Jakarta.
Bahagia Yoyo dan Suherman Adang. 2000. Prinsip-prinsip Pengembangan dan
Modifikasi Cabang Olahraga. Jakarta : Depdiknas Dirjen Pendidikan Dasar
dan Menengah.
Depdiknas. 2004/2005. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Standart Kompetensi
dan Kompetensi Dasar Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan.
Jakarta: Depdiknas.
Roji. 2004. Buku pendidikan jasmani dan kesehatan SD. Jakarta: PT. Glora Angkasa Pratama. Erlangga.
Hamzah, Amir. 1988. Media Audio-viisual. PT. Gramedia. Jakarta
Lutan, Rusli. 1988. Belajar Keterampilan Motorik, Pengantar Teori dan Metoda. Jakarta: Depdikbud Ditjen Dikti P2LPTK.
Lutan, Rusli dan Suherman, Adang. 2000. Pengukuran Dan Evaluasi Penjaskes. Jakarta : Depdikbud Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
Muhajir. 2007. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan. Erlangga : Jakarta.
Slameto. 1995. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Soekatamsi. 2002. Permainan Bola Besar (Sepakbola). Modul Perkuliahan S1
54
Sukardi. 2003. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta : PT. Bumi Aksara.
Sukintaka. 2005. Metodik Pembelajaran Sepakbola Bagi Pemula. PT Rineka Cipta.