• Tidak ada hasil yang ditemukan

REPRESENTASI BIAS GENDER DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS (Analisis Semiotika Bias Gender Dalam Lagu-lagu Iwan Fals)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "REPRESENTASI BIAS GENDER DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS (Analisis Semiotika Bias Gender Dalam Lagu-lagu Iwan Fals)"

Copied!
124
0
0

Teks penuh

(1)

REPRESENTASI BIAS GENDER DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS (Analisis Semiotika Bias Gender Dalam Lagu-lagu Iwan Fals)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana (Strata 1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan Ilmu Komunikasi

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Disusun oleh : Putri Selisca 20120530105

JURUSAN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

(2)

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Nama : Putri Selisca Nomor Mahasiswa : 20120530105 Konsentrasi : Advertising Progam Studi : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan Judul : ”REPRESENTASI BIAS GENDER DALAM LAGU-LAGU IWAN FALS” adalah hasil karya saya sendiri dan seluruh sumber yang dikutip maupun dirujuk telah dinyatakan dengan benar. Apabila dikemudian hari skripsi saya ini terbukti merupakan hasil plagiat dari karya orang lain, maka saya bersedia dicabut gelar kesarjanaanya.

Yogyakarta, 2 September 2016

(3)

iv

MOTTO

“Don’t lose the faith, keep praying, keep trying!”

“Jangan hilang keyakinan, tetap berdoa, tetap mencoba!”

-Putri Selisca-

“Keberhasilan seseorang bukan hanya diukur dari besar otak & ototnya.

Tapi diukur oleh kebesaran hatinya.”

-Iwan Fals-

Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu.

Niscaya Allah memudahkannya ke jalan menuju surga.”

(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Dengan penuh rasa syukur dan bangga skripsi ini saya persembahkan untuk :

ALLAH SWT, yang maha segalanya. Tuhan maha pengasih

juga penyayang. Terima kasih atas segala karunia yang diberikan kepada saya, keluarga saya dan setiap makhluk di dunia ini. Serta atas izin-Nya saya telah berhasil dan sukses menyelesaikan studi saya di Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan mendapat gelar Sarjana Strata (S-1).

Kepada Ibu saya, terima kasih yang telah menjaga,

menyayangi, mendukung saya selama ini dan selalu memberi semangat. Serta sabar menanti hingga saya selesai menempuh pendidikan saya tanpa ada keluhan sedikitpun.

Untuk (almarhum) Ayah, berkat kerja keras ayah, saya bisa

sekolah dan telah selesai menempuh S1. Semoga ayah selalu dalam lindungan-Nya disana. Terima kasih atas kasih sayang ayah selama ini. Tidak akan ada pengganti sehebat ayah.

Kepada keluarga dan saudara, terima kasih telah memberi

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Tidak lupa ucapan terimakasih saya kepada :

 Dosen pembimbing yaitu bapak Taufiqurrahman, S.IP., MA., Ph.D., terimakasih atas bimbingan dan arahannya selama ini. Sehingga saya dapat melakukan penelitian ini dan dari dosen pembimbing juga saya mendapatkan banyak tambahan pengetahuan.

 Kepada dosen penguji yaitu mas Zein Mufarrih Muktaf, S.IP., M.I.Kom, dan pak Filosa Gita Sukmono, S.I.Kom., MA. Terima kasih sudah bersedia menjadi dosen penguji dalam penelitian ini, dan atas kritik dan sarannya yang sangat membantu.

 Seluruh dosen Ilmu Komunikasi UMY, terima kasih atas segala bimbingan kalian dan ilmu yang disampaikan. Dengan segala ilmu yang sudah diberikan sangat bermanfaat.

 Pak Jono dan Pak Mur selaku staff TU yang sudah membantu mahasiswa dengan sabar selama proses perkuliahan hingga skripsi berjalan dan selesai.

 Untuk seseorang yang telah ikhlas memberi semangat setiap hari, dari proses perjuangan skripsi hingga akhir. Dan telah sudi mendengar keluh kesah, yaitu Hendi Zuhdi.

 Barisan para kawan seperjuangan skripsi Syarifah Rizka Wahyuni, Rachmatika Nuriesta Dewi, Lia Ainun, Leonardo Adamy, Lisa Karunia, Amelinda Dyah Anestya, Annisa Rasyida dll.

(6)

 KKN 94, Yuniar, Yessica, Ranum, Tata, Teh vivi, Sunaini, Taufik, Anton, Hendra, Zuhri, Amran, Haris, Dedi, Rilo, Windu, makasih untuk suka dan duka nya selama berada di desa Pandakan Bantul.

 Seluruh teman-teman dan sahabat di Jurusan Ilmu Komunikasi angkatan 2012, kalian begitu luar biasa, bersatu kita berkarya untuk bersama-sama menginspirasi.

 Seluruh pasukan Advertising 2012, semangat untuk skripsinya dan semoga segera menyusul untuk lulus.

(7)

viii KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan Karunia-Nya, serta shalawat dan salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa umatnya kepada era pencerahan dari zaman kejahilan.

Alhamdulillah, penulis sampaikan atas terlaksananya skripsi strata-1 Program Studi Ilmu Komunikasi. Penulis sangat berharap bahwa skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembacanya. Semoga menjadi ilmu yang bermanfaat serta berkontribusi bagi kemajuan bangsa.

Melalui kata pengantar ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada berbagai pihak antara lain :

1. Allah SWT beserta Rosul-Nya Nabi Muhammad SAW.

2. Bapak Prof. Bambang Cipto, M.A selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Bapak Haryadi Arief Nuur Rasyid, S.IP., MA. Selaku ketua jurusan Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Bapak DR. Taufiqurrahman, S.IP., MA. Selaku dosen pembimbing. Terimakasih atas arahannya dan saran dalam membimbing penulis yang berguna bagi kebaikan penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

5. Dosen Penguji Skripsi I Bapak Zein Mufarrih Muktaf, S.IP., Ph.D. Terimakasih telah memberikan masukan dan saran untuk menyelesaikan skripsi ini.

(8)

ix 7. Seluruh rekan-rekan akademika Ilmu Komunikasi UMY, bapak dan ibu dosen Ilmu Komunikasi UMY yang telah memberikan saya pengetahuan dan pembelajaran buat saya, administrasi TU Ilmu Komunikasi Pak Jono, Pak Mur dan Mbak Siti. Terimakasih telah menjadi pusat informasi dan semua doa juga dukungannya selama proses penulisan skripsi ini berjalan.

8. Terimakasih kepada seluruh teman-teman yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan tugas akhir ini.

Mengakhiri kata pengantar ini, penulis menyadari bahwa skripsi ini masih perlu banyak masukan dan saran, maka dari itu penulis mengharapkan masukan dan saran dari pembaca. Semoga skripsi ini dapat berguna bagi semua pihak serta perkembangan ilmu pengetahuan dan pembangunan bangsa.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

Yogyakarta, 4 September 2016

(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul... i

Halaman Pengesahan Skripsi………... ii

Halaman Pernyataan……… iii A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 8

BAB II GAMBARAN UMUM OBYEK PENELITIAN A. Biografi Iwan Fals………... 29

B. Keluarga Iwan Fals………... 34

C. Proses Kreatif Iwan Fals Dalam Bermusik……….. 37

D. Kegiatan Iwan Fals Diluar Bermusik………... 39

(10)

F. Penghargaan Iwan Fals………. 47

BAB III PEMBAHASAN A. Representasi Budaya Patriarki... 53

B. Representasi Perempuan Nakal... 68

C. Perempuan Sebagai Objek Seksualitas………. 78

BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan... 90

B. Saran... 93

DAFTAR PUSTAKA... 94

(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kegiatan Karate Iwan Fals... 74

Gambar 2.2 Cover Film Damai Kami Sepanjang Hari... 75

Gambar 2.3 Cover Film Kantata Takwa... 86

Gambar 2.4 Cover Film Kekasih... 86

(12)
(13)

xiii ABSTRAK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI

KONSENTRASI ADVERTISING Putri Selisca

20120530105

Representasi Bias Gender Dalam Lagu-Lagu Iwan Fals

(Analisis Semiotika Bias Gender Dalam Lagu-Lagu Iwan Fals) Tahun Skripsi: 2016 + 100 halaman + 7 lampiran + 5 gambar Daftar Kepustakaan: 36 buku + 8 jurnal + 16 sumber online

Bias gender merupakan keadaan yang menunjukan sikap berpihak lebih pada wanita dari laki-laki atau sebaliknya. Pada penelitian ini menganalisis mengenai representasi bias gender dalam lagu-lagu Iwan Fals menggunakan analisis semiotika sebagai analisis utama dengan menggunakan metode seorang ahli semiotika yaitu Roland Barthes dengan menemukan makna atau tanda yang muncul dalam lirik lagu. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui serta menganalisis bagaimana representasi bias gender dalam lagu-lagu Iwan Fals. Hasil penelitian ini menguraikan makna mengenai representasi bias gender pada enam lagu Iwan Fals. Dimana penelitian ini, yang diteliti atau objek penelitiannya adalah lirik lagu “Doa Pengobral Dosa”, “Bunga Trotoar”, “Bunga-bunga Kumbang-kumbang”, “Lonteku”, “Neraka Yang Asyik” dan “Bento”. Dari hasil analisis yang dilakukan lebih dalam, penulis menemukan tiga representasi bias gender mengenai perempuan dalam keenam lirik lagu Iwan Fals tersebut, yaitu representasi budaya patriarki, representasi perempuan nakal, dan representasi perempuan sebagai objek seksualitas.

(14)

xiv ABSTRACT

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA FACULTY OF SOCIAL AND POLITICAL SCIENCE COMMUNICATION SCIENCE STUDIES

ADVERTISING COURSE Putri Selisca

20120530105

Representations of Gender Bias In the Iwan Fals Songs (Semiotics Analysis of Gender Bias In the Iwan Fals Songs) Thesis Year: 2016 + 100 pages + 7 + 5 sheets attachment Literature list: 36 book + 8 journal + 16 source of online

Gender bias is a state that shows the favors of women than men, or otherwise.In this research analyze regarding the representation of gender bias in the Iwan Fals songs using semiotic analysis as the primary analysis using a method that is semiotician Roland Barthes to find meaning or marks that appear in the lyrics. The purpose of this study is to determine and analyze how the representation of gender bias in Iwan Fals songs. The results of this research describes the meaning of the representation of gender bias in the six songs of Iwan Fals. Where is this research, which researched or object of research is the lyrics of the song "Doa Pengobral Dosa", "Bunga Trotoar", "Bunga-bunga Kumbang-kumbang", "Lonteku", "Neraka Yang Asyik" and "Bento". From the analysis of performed deeper, the authors found three gender bias regarding women representation in the sixth lyrics Iwan Fals, namely the representation of a patriarchal culture, naughty women's representation, and the representation of women as sexual objects.

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

(16)

individu, kelompok, ataupun masyarakat luas. Salah satu lirik lagu yang mempunyai makna adalah lagu dari musisi legendaris yaitu Iwan Fals. Siapa yang tak kenal oleh sosok musisi legendaris ini yang telah menciptakan lagu-lagu yang sampai saat ini masih diminati. Seniman yang tumbuh pada masa Orde Baru itu, dikenal dengan lagu serta liriknya yang renyah dan mempunyai nilai.

Namun diantara banyaknya lagu yang diciptakan oleh Iwan Fals, ada beberapa lagu yang merepresentasikan mengenai bias gender, lagu yang menyinggung kaum perempuan. Bias gender merupakan keadaan yang menunjukan sikap berpihak lebih pada laki-laki dari wanita atau sebaliknya. Bentuk bias gender adalah adanya ketidakadilan gender dan ketidaksetaraan gender. Representasi mengenai perempuan yang berhubungan dengan seksualitas selama ini digambarkan dengan kelemahan, perempuan direpresentasikan sebagai sosok atau pihak yang didominasi dan menjadi objek seksual laki-laki. Seperti yang dikatakan oleh Chris Barker bahwa “Laki-laki umumnya diyakini secara ilmiah lebih mendominasi, berorientasi hierarkis dan haus kekuasaan, sementara perempuan dilihat sebagai pemelihara, pengasuh anak dan berorientasi domestik” (Barker, 2004: 245).

(17)

hadir dalam masyarakat di seluruh penjuru dunia dan menjadi salah satu sumber terjadinya ketimpangan gender yang berujung pada bentuk-bentuk perilaku yang merugikan kaum perempuan, tidak terkecuali di Indonesia. Masyarakat yang menganut ideologi ini akan menempatkan nilai-nilai budaya patriarki sebagai fondasi konstruk sosial. Kaum laki-laki akan selalu mewarisi sebuah tatanan sosial yang menjadikan mereka mendominasi ruang kekuasaan dan kewenangan.

Posisi perempuan sering muncul sebagai simbol kehalusan, emosional, sesuatu yang bergerak lamban, bahkan kadang berhenti. Merepresentasikan perempuan kerap ditemukan pada lagu-lagu yang menjadikan perempuan sebagai objek acuannya. Dalam menggambarkan sosok perempuan, seorang penulis lirik lagu seringkali dipengaruhi oleh nilai-nilai yang ada dalam masyarakat. Jika masyarakat yang melingkupinya dipengaruhi oleh ideologi patriarki dalam memandang sosok perempuan, maka dapat dipastikan pula yang akan hadir dalam lirik lagu yang dituliskannya.

Seperti lagu-lagu yang terdapat dalam album Iwan Fals yang menggambarkan sosok perempuan sebagai perempuan yang lemah. Iwan Fals memang seorang maestro yang kritis terhadap pemerintah, namun tak kritis terhadap isu gender. Dalam lagunya yang berjudul “Doa Pengobral Dosa”

(18)

berteman nyamuk nakal, dan segumpal harapan… kapankah datang, Tuan

berkantong tebal?”

Lagu lainnya yang menyinggung kaum perempuan yaitu yang berjudul “Bunga-bunga Kumbang-Kumbang” yang dirilis pada tahun 1993. Lagu ini sangat menyudutkan posisi perempuan. Dalam lagu ini jelas menggugah kaum perempuan karena dalam lirik lagu ini terlihat jelas bahwa “Bunga” dimaksudkan seperti perempuan dan “Kumbang-Kumbang” dimaksudkan seperti “Laki-laki”. Dalam lagu ini bukanlah bercerita tentang bunga dan binatang melainkan tentang perempuan yang memiliki fungsi untuk “memenuhi” kebutuhan seksual laki-laki. Itulah makna yang tersembunyi dalam lirik lagu ini. Setelah perempuan dianggap “tidak menggiurkan” bagi

laki-laki seperti layaknya madu sang bunga yang sudah habis, ia tinggalkan. Dalam lirik lagu ini juga Iwan Fals menganggap bahwa kondisi ini adalah kodrat perempuan atas laki-laki, tergambar jelas oleh liriknya yang berbunyi “Mungkin Tuhan tlah takdirkan….

Selain itu, lagu yang berjudul “Tince Sukarti Binti Mahmud” kian menggambarkan bahwa sosok perempuan itu banal serta tak berdaya. Dalam lagunya yang berjudul “Tince Sukarti Binti Mahmud” yang dirilis pada tahun

(19)

perempuan cina yang lemah tak berdaya tertimpa masalah kemudian sosok Tince ini menjual harga diri.

Beda halnya dengan lagu Iwan Fals yang menggambarkan sosok laki-laki. Penggambaran sosok laki-laki berbanding terbalik dengan penggambaran sosok perempuan. Sosok laki-laki selalu digambarkan sebagai seorang yang berkuasa, kuat, dan tegas. Seperti dalam lirik lagu Iwan Fals yang berjudul “Bento” yang dirilis pada tahun 2008. Bento merupakan sosok laki-laki yang berkuasa dan memiliki segalanya. Tergambar jelas pada liriknya yaitu: “Namaku Bento.. Rumah Real Estate.. Mobilku Banyak, Harta melimpah..”.

Kebanyakan pencipta lagu membuat lagu yang menggambarkan sosok perempuan yang lemah. Makin kian menyudutkan kaum perempuan dengan lagunya Iwan Fals yang berjudul “Bunga Trotoar”. Lagu ini dirilis pada tahun

2008 yang lalu. Dalam lirik lagu ini mempunyai gambaran bahwa sosok perempuan itu sebagai perempuan murahan. Kata “bunga” bukan mengartikan

sebagai tumbuhan melainkan perempuan yang berada di trotoar atau yang sering kita tahu dengan sebutan PSK atau Pekerja Seks Komersial. Seperti yang kita ketahui bahwa PSK itu bertempat di trotoar. Dalam lirik lagu ini makin jelas bahwa perempuan tidak punya harga diri di mata laki-laki. Sama halnya pada lagu Iwan Fals yang berjudul “Perempuan Malam” yang dirilis

(20)

Menurut periode pembuatan lagu Iwan Fals yang merepresentasikan bias gender yaitu pada tahun 1984 Iwan Fals merilis lagu yang berjudul “Neraka Yang Asyik” yang sungguh membuat kaum perempuan sangat rendah dalam

pemaknaan liriknya. Tahun 1985 Iwan Fals membuat lagu yang berjudul “Tince Sukarti Binti Mahmud”, tahun 1989 Iwan Fals merilis lagu yang berjudul “Perempuan Malam”, tahun 1993 lagu yang berjudul “Bunga-bunga Kumbang-kumbang” dan “Lonteku”. Tidak berhentinya Iwan Fals ternyata masih menciptakan lagu yang merepresentasikan perempuan yang berjudul “Bunga Trotoar” pada tahun 2008. Dan lagu-lagu tersebut merupakan lagu-lagu yang masih beredar. Dan dapat dilihat beberapa lagu-lagu-lagu-lagu Iwan Fals yang tidak beredar di http://www.iwanfals.co.id/discography.

(21)

(http://www.iwanfals.co.id/article/journal, diakses pada tanggal 28 Agustus 2016).

Lirik lagu dapat dikategorikan sebagai pesan verbal. Karena dalam pesan verbal proses komunikasi dilakukan melalui kata-kata, yang merupakan unsur bahasa, dan kata-kata sudah jelas merupakan simbol verbal (Sobur, 2004: 42). Meskipun lirik lagu tersebut sudah terlanjur tenar dan enak didengar, kita perlu tetap kritis terhadapnya. Pentingnya riset penelitian ini yaitu memberikan pemahaman dan kesadaran kepada masyarakat agar lebih kritis terhadap makna dalam lagu-lagu yang diminati karena setiap lirik lagu mengandung makna yang tersembunyi. Sehingga masyarakat lebih bisa memilih mana lagu yang memang mempunyai makna positif dan mana lagu yang mengandung makna negatif. Dan masyarakat bisa mengetahui bias gender yang terjadi di masyarakat terutama dalam sebuah lagu.

(22)

B. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan permasalahan yang dipaparkan di latar belakang masalah oleh peneliti, maka dapat dirumuskan masalah dalam penelitian ini yaitu sebagai berikut :

“Bagaimana representasi bias gender dalam lagu-lagu Iwan Fals?”

C. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang hendak dicapai oleh peneliti dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :

“Untuk mengetahui serta menganalisis bagaimana representasi bias gender

dalam lagu-lagu Iwan Fals”

D. MANFAAT PENELITIAN 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan mampu menambah kajian pengetahuan dan referensi ilmu komunikasi mengenai representasi bias gender dalam sebuah lagu.

2. Manfaat Praktis

(23)

b. Memberikan kesadaran masyarakat agar lebih kritis dalam menerima terpaan media massa, apapun itu bentuknya. Sehingga tidak dengan mudah menganggap segala tampilan media adalah sebuah kewajaran budaya.

E. KAJIAN PUSTAKA

Dalam penelitian ini, ada beberapa kajian pustaka yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan penelitian, yaitu :

1. Representasi

(24)

merepresentasikan konsep yang kita miliki, dan berfungsi mengkontruksi makna untuk mengkomunikasikan bagaimana dunia memaknai satu sama lain (Hall, 1997 : 25).

Ada tiga pendekatan untuk menerangkan bagaimana mempresentasikan makna melalui bahasa, yaitu reflective, intentional, contructionist. Pertama, pendekatan reflective, yakni pendekatan yang terkait dengan makna yang dipahami dalam objek, personal, idea atau kejadian yang berlangsung pada dunia yang nyata. Bahasa berfungsi layaknya cermin yang merefleksikan arti yang sebenarnya. Dalam pendekatan ini, reflective lebih menekankan apakah bahasa telah mampu mengekspresikan makna yang terkandung dalam objek yang bersangkutan (Hall, 1997:23-25).

Kedua, pendekatan intentional,pendekatan ini melihat bahwa bahasa dan fenomenanya dipakai untuk mengatakan maksud dan memiliki pemaknaan atas pribadinya. Ia tidak merefleksikan tetapi ia berdiri atas dirinya dengan segala pemaknaannya. Kata-kata diartikan sebagai pemilik atas apa yang ia maksudkan. Jadi dalam pendekatan intentional ini, lebih ditekankan pada apakah bahasa telah mampu mengekspresikan apa yang komunikator maksudkan (Hall, 1997:23-25).

(25)

memunculkan apa yang disebut interpretasi. Kontruksi sosial dibangun melalui aktor-aktor sosial yang menggunakan sistem konsep kultur bahasa dan dikombinasikan oleh sistem representasi yang lain (Hall, 1997 : 23-25). John Fiske merumuskan tiga proses yang terjadi dalam representasi yaitu: (1) Realitas

Dalam bahasa tulis, seperti dokumen wawancara transkip dan sebagainya. Dalam bahasa visual seperti perilaku, make up, pakaian, ucapan, gerak-gerik dan sebagainya.

(2) Representasi

Elemen tadi ditandakan secara teknis. Dalam bahasa tulis seperti kata, proposisi, kalimat, foto, caption, grafik dan sebagainya. Dalam visual seperti kamera, musik, tata cahaya dan lain-lain. Elemen-elemen tersebut ditransmisikan kedalam kode representasional yang memasukkan diantaranya bagaimana objek digambarkan.

(3) Ideologi

Semua elemen diorganisasikan dalam koherensi dan kode-kode ideologi. Seperti individualism, liberalism, sosialisme, patriarki, ras, kelas, materialism dan sebagainya (Fiske dalam Wibowo, 2013 : 149)

2. Bias Gender

(26)

dengan laki-laki, serta cenderung dieksploitasi atas potensi fisiknya saja (Fakih, 1997:15-17). Pemikiran yang bias gender dapat menyebabkan terjadinya ketidakadilan gender. Akibat adanya bias gender yaitu terdapat perbedaan-perbedaan faktor biologis antara perempuan dan laki-laki.

Perempuan memang berbeda secara jasmaniah dari laki-laki, perempuan mengalami haid, dapat mengandung, melahirkan serta menyusui yang melahirkan mitos dalam masyarakat bahwa perempuan berhubungan dengan kodrat sebagai ibu. Perbedaan ciri-ciri perempuan dan laki-laki terlihat sejak masih kanak-kanak dimana anak laki-laki lebih banyak memperoleh kesempatan bermain diluar rumah dan mereka bermain lebih lama dari anak perempuan. Perbedaan biologis dan psikologis ini menimbulkan pendapat-pendapat atau suatu kesimpulan di masyarakat dimana kesimpulan itu pada umumnya merugikan pihak perempuan. Kesimpulan itu antara lain adalah laki-laki lebih unggul dan laki-laki dipandang lebih lebih pandai dibanding anak perempuan, laki-laki lebih rasional dari anak perempuan. Perbedaan seperti ini timbul karena sudut pandang yang terkadang salah menginterpretasikan perempuan sehingga menimbulkan diskriminasi atau kerugian di pihak perempuan (Worthen & Sullivan, 2005).

(27)

lebih dominan dalam sistem keluarga dan masyarakat, hal ini sangat merugikan perempuan. Implikasi bias gender secara tidak langsung dapat merugikan masyarakat secara menyeluruh. Apabila perempuan diposisikan tertinggal, maka akan sulit bagi perempuan untuk menjadi mitra sejajar laki-laki, sehingga hubungan keduanya akan menjadi timpang (Rahmianawati, 2001:33).

Pengertian gender itu sendiri yaitu sifat yang melekat pada kaum laki-laki maupun perempuan yang dikonstruksikan secara sosial maupun kultural (Fakih, 2012: 8). Gender berhubungan erat dengan budaya patriarki. Budaya patriarki sangat melekat di seluruh masyarakat. Kerap kali dalam sebuah lagu, masyarakat tidak menyadari bahwa lagu yang mereka dengarkan mengandung makna dan nilai-nilai tersendiri. Kehadiran lirik lagu yang dihadiri oleh alunan musik lebih ditempatkan sebagai sarana hiburan saja oleh sebagian besar masyarakat. Sehingga makna yang terkandung dalam lirik lagu kurang diperhatikan secara seksama.

(28)

Pengertian gender secara umum mengacu kepada pemilihan peran sosial atau kontruksi sosial yang membedakan peran antara laki-laki dan perempuan oleh etika budaya setempat yang dikaitkan dengan pandangan kepantasan peran sosial menurut jenis kelamin secara biologis. Untuk memahami konsep gender harus membedakan antara kata gender dengan sex (jenis kelamin). Pengertian jenis kelamin adalah pensifatan atau pembagian dua jenis kelamin manusia yang ditentukan secara biologis yang melekat pada jenis kelamin tertentu (Fakih, 2001: 8). Sedangkan gender menurut Oakley adalah perbedaan perilaku (behavioral differences) antara laki-laki dengan perempuan yang dikonstruksi secara sosial, yakni perbedaan yang bukan kodrat atau ketentuan Tuhan melainkan diciptakan oleh manusia (laki-laki dan perempuan) melalui proses yang sangat panjang (dalam Fakih, 2001: 71-72). Efek negatif pemilahan peran sosial (gender) dari budaya patriarki kemudian memunculkan adanya ketidakadilan gender diantaranya adalah: (1) Diskriminasi perempuan

(29)

(2) Eksploitasi kaum perempuan

Eskploitasi kaum perempuan terutama dari keluarga yang secara ekonomi kurang mampu banyak sekali terjadi. Perempuan yang berasal dari keluarga kurang mampu identik dengan karakteristik perempuan berpendidikan rendah, kurang pengalaman dan cenderung nerimo. Kondisi perempuan seperti ini sangat rentan dengan perlakuan tidak adil. Salah satu perlakuan tidak adil kaum perempuan adalah dalam bentuk eksploitasi, pemaksaan dan penjajahan hak.

(3) Marginalisasi perempuan

Bentuk marginalisasi terhadap perempuan pada jaman modern harus bersaing dengan kaum laki-laki. Namun bersamaan dengan itu muncul pergantian dengan teknologi yang menggantikan peran pekerja perempuan oleh mesin, akibatnya perempuan dengan tingkat pendidikan rendah dan ekonomi lemah berperan pada sektor yang tidak terjamak dan ditinggalkan oleh laki-laki dan mesin.

(4) Subordinasi perempuan

(30)

(5) Stereotype jenis kelamin

Stereotype jenis kelamin adalah pelabelan kepada perempuan dengan berbagai jenis pembatasan berupa keharusan atau kewajiban atau pelarangan tertentu yang menuntut untuk ditaati berdasarkan adat budaya masyarakat dan apabila dianggap akan mendapat semacam sanksi sosial. (6) Beban kerja lebih berat

Salah satu efek dari pemilahan peran sosial yang menimpa kaum perempuan adalah beban kerja yang lebih berat.

(7) Kekerasan terhadap perempuan

Bentuk ketidakadilan yang juga sering terjadi adalah kekerasan terhadap perempuan. Kekerasan terhadap perempuan bisa berbentuk kekerasan fisik atau kekerasan nonfisik (Ace Suryadi dan Ecep Idris, 2004: 76).

3. Semiotika

(31)

penelitian yang akan ditempuh untuk mencapai sebuah tujuan atau hasil. Scholes menyatakan bahwa semiotika, yang biasanya didefinisikan sebagai pengkajian tanda-tanda (the study of sign), pada dasarnya merupakan sebuah studi atas kode-kode, yaitu sistem apapun yang memungkinkan kita memandang entitas-entitas tertentu sebagai tanda-tanda atau sebagai sesuatu yang bermakna (Budiman, 2011: 3). Umberto Eco berpendapat bahwa ilmu semiotika adalah ilmu yang bisa masuk dalam semua disiplin ilmu.

Semiotika berkaitan dengan segala hal yang dapat dimaknai tanda-tanda. Suatu tanda adalah segala sesuatu yang dapat dilekati (dimaknai) sebagai penggantian yang signifikan untuk sesuatu lainnya. Segala sesuatu ini tidak terlalu mengharuskan perihal adanya atau mengaktualisasikan perihal dimana dan kapan suatu tanda memaknainya. Jadi, semiotika ada dalam semua kerangka (prinsip), semua disiplin studi, termasuk dapat pula digunakan untuk menipu bila segala sesuatu tidak dapat dipakai untuk menceritakan (mengatakan) segala sesuatu (semuanya). Saya berpendapat bahwa definisi “teori penipuan” seharusnya diambil seperti program komperhensif yang memadai bagi suatu semiotika umum (Eco dalam Berger, 2010: 4-5).

Semiotika tidak bisa lepas dari kehidupan sosial dan budaya. Semiotika itu sendiri mempunyai tiga bidang studi utama, seperti yang terdapat dalam buku John Fiske yang berjudul Cultural and Communication Studies (2011: 60) : a. Tanda itu sendiri. Hal ini terdiri atas studi tentang berbagai tanda yang

(32)

b. Kode atau sistem yang mengorganisasikan tanda. Studi ini mencakup cara berbagai kode dikembangkan guna memenuhi kebutuhan suatu masyarakat atau budaya atau untuk mengeksploitasi saluran komunikasi yang tersedia untuk mentransmisikannya.

c. Kebudayaan tempat kode dan tanda bekerja. Ini pada gilirannya bergantung pada penggunaan kode-kode dan tanda-tanda itu untuk keberadaan dan bentuknya sendiri.

Dalam sebuah lagu tentu mengandung kata-kata yang mempunyai makna tertentu. Salah satu cara yang digunakan oleh para ahli untuk membahas lingkup makna adalah dengan membedakan antara makna denotatif dan makna konotatif. Makna denotatif suatu kata ialah makna yang yang biasa kita temukan dalam kamus. Sedangkan makna konotatif ialah makna denotatif ditambah dengan segala gambaran, ingatan, dan perasaan yang ditimbulkan oleh kata itu sendiri (Sobur, 2003: 263).

(33)

mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Sobur, 2004:69).

Semiotika terdiri atas lambang, baik verbal maupun nonverbal. Dalam lirik lagu tentu saja menggunakan lambang verbal. Lambang verbal adalah bahasa yang kita kenal. Bahasa merupakan sistem tanda. Menurut Saussure bahasa merupakan suatu sistem tanda (sign). Pembahasan pokok pada teori Saussure adalah prinsip yang mengatakan bahwa bahasa adalah suatu sistem tanda, dan setiap tanda itu tersusun dari dua bagian, yaitu signifier (penanda) dan signified (petanda). Signifier adalah elemen fisik dari tanda dapat berupa tanda, kata, image, atau suara. Dengan kata lain, penanda adalah “bunyi yang bermakna” atau “coretan yang bermakna”. Jadi penanda adalah aspek materil

dari bahasa, apa yang dikatakan atau didengar dan apa yang ditulis atau dibaca. Petanda adalah gambaran mental, pikiran, atau konsep. Jadi petanda adalah aspek mental dari bahasa (Bertens dalam Sobur, 2003:46). Sedangkan signified adalah menunjukan konsep mutlak yang mendekat pada tanda fisik yang ada (Masinambow dalam Sobur, 2003:33).

F. RISET TERDAHULU

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang membahas tentang representasi bias gender dalam lagu antara lain:

(34)

penelitian ini adalah penelitian kualitatif menggunakan metode pendekatan semiotik. Objek penelitian ini adalah lagu dangdut kontemporer. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa adanya ketimpangan-ketimpangan dan ketidaksetaraan gender mengenai perempuan di dalam media massa serta perempuan masih saja ditempatkan sebagai objek kesenangan laki-laki.

(2) Penelitian yang dilakukan oleh Tantri Puspita Yazid (2014) yang membahas tentang Representasi Gender Dalam Lirik Lagu si Nona. Metode penelitian ini adalah penelitian deskriptif kualitatif menggunakan metode semiotika. Objek penelitian ini adalah lagu dari Minangkabau yang berjudul si Nona. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa lirik lagu si Nona merepresentasikan realitas yang terjadi dalam kehidupan sosial budaya masyarakat Minangkabau yang meninggikan kedudukan perempuan.

(35)

(4) Penelitian yang dilakukan oleh Nurtryasa Goktuana Gultom (2010) yang membahas tentang Representasi Kehidupan Politik di Indonesia Dalam Lirik Lagu Iwan Fals. Metode penelitian ini adalah penelitian kualitatif dan menggunakan analisis semiotika. Objek penelitian ini adalah lagu Iwan Fals yang berjudul Manusia Setengah Dewa dan Surat Buat Wakil Rakyat. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa kedua lagu tersebut merepresentasikan kehidupan presiden dan wakil rakyat (anggota DPR) khususnya perilakunya yang tidak banyak berubah.

(5) Penelitian yang dilakukan oleh Bima Agung Sanjaya (2013) yang membahas tentang Makna Kritik Sosial Dalam Lirik Lagu Bento Karya Iwan Fals. Metode penelitian ini adalah metode kualitatif menggunakan kajian analisis semiotika. Objek penelitian ini adalah lagu Iwan Fals yang berjudul Bento. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa lagu tersebut berisikan makna kritik-kritik sosial terhadap pemerintah orde baru, dan adanya kekuasaan negara yang begitu kuat membelenggu sendi-sendi kehidupan sebagai warga negara.

(36)

G. METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini menggunakan jenis penelitian kualitatif, membahas situasi tertentu dengan tidak berhubungan dengan pengujian hipotesis maupun dengan suatu prediksi. Dari berbagai cara metode kualitatif pendekatan yang digunakan adalah menggunakan kajian analisis semiotika. Dalam penelitian ini, analisis semiotika akan dilakukan dengan mendasarkan atas dasar tanda-tanda tidak hanya terbatas pada bahasa tetapi juga objek dan peristiwa-peristiwa yang terjadi sebagai bentuk bagian yang mengandung makna dan dari hal tersebut diharapkan dapat diketahui makna-makna yang ada berdasarkan interpretasi peneliti.

Semiotika memecah-mecah kandungan dalam teks menjadi bagian-bagian, dan menghubungkan mereka dengan wacana-wacana yang lebih luas. Analisis semiotik menyediakan cara menghubungkan teks tertentu dengan sistem pesan dimana ia beroperasi (John Stokes dalam Wahyuni, 2006:77). Dalam penelitian ini, analisis semiotika akan dilakukan dengan mendasarkan pada model yang dikemukakan oleh Barthes, dimana dalam hal ini tidak hanya petanda, penanda ataupun tanda yang dianalisis tetapi terdapat makna konotatif yang terdapat dalam lirik lagu tersebut tetapi juga mitos.

(37)

(petanda) di dalam sebuah tanda terhadap realitas eksternal. Barthes menyebutnya sebagai denotasi, yaitu makna paling nyata dari tanda. konotasi adalah istilah yang digunakan Barthes untuk menunjukan signifikasi tahap kedua. Pada signifikasi tahap kedua yang berhubungan dengan isi, tanda melalui mitos (myth).

Mitos adalah bagaimana kebudayaan menjelaskan atau memahami beberapa aspek tentang realitas atau gejala alam. Roland Barthes menelusuri makna dengan pendekatan budaya yaitu semiotik makro, dimana Barthes memberikan makna pada sebuah tanda berdasarkan yang melatarbelakangi munculnya makna tersebut. Dengan demikian makna dalam tataran mitos dapat diungkap sesuai dengan keunggulan semiotik Roland Barthes yang terkenal dengan elemen mitosnya.

2. Objek Penelitian

Penelitian ini memilih objek kajian Lagu-lagu Iwan Fals yang berjudul Doa Pengobral Dosa, Bunga Trotoar, Bunga-bunga Kumbang-kumbang, Lonteku, Neraka Yang Asyik dan Bento. Lagu-lagu tersebut dipilih untuk diteliti lebih dalam.

3. Teknik Pengumpulan Data

(38)

data. Penelitian studi pustaka berdasarkan dari sumber-sumber tertulis berupa buku, jurnal, surat kabar, dan literature ilmiah lainnya. Data seperti ini sangat berperan membantu mendapatkan teori-teori pendukung lebih lanjut.

4. Teknik Analisis Data

(39)

Pada penelitian ini, peneliti menggunakan analisis semiotika Roland Barthes untuk menganalisis makna-makna yang tersirat dari pesan komunikasi yang disampaikan. Roland Barthes merupakan intelektual dan kritikus sastra Prancis yang ternama, eksponen penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra (Sobur, 2003:63). Dalam mengkaji tentang pemaknaan atas tanda, maka akan ditemukan adanya dua sifat makna sebagaimana yang dikemukakan dalam konsep semiotik Roland Barthes. Kedua sifat makna tersebut adalah makna denotatif dan konotatif. Makna denotatif adalah makna yang tampak secara langsung (makna asli dalam tanda), sementara makna konotatif adalah makna yang berupa turunan dari makna denotatif dan lebih mengarah pada interpretasi yang dibangun melalui budaya, pergaulan sosial dan lain sebagainya (Sobur, 2003:68-69). Melanjutkan studi Hjelmslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja (Cobley & Jansz, 1999) :

1. Signifier

(40)

Dari peta Barthes di atas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsur material: hanya jika Anda mengenal tanda “singa”,

barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian menjadi mungkin. Jadi dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya (Cobley dan Jansz, dalam Sobur 2003:69).

Membahas tentang tanda denotasi dan konotasi, terdapat perbedaan antara keduanya. Roland Berthes telah memberikan rancangan model yang sistematis terhadap penganalisaan makna suatu tanda, yaitu dengan melalui dua tahap pemaknaan (two order of signification). Tahap yang pertama disebut denotasi dan tahap yang kedua disebut konotasi, dimana hal tersebut akan dijelaskan dibawah ini:

(1) Pemaknaan tingkat pertama (first order signification)

(41)

yang lain atau dengan kata lain apa yang digambarkan tanda dalam sebuah objek. Denotasi menjadi landasan dari tahap kedua (konotasi). (2) Pemaknaan tingkat kedua (second order of signification)

Pada tingkat kedua ini sistem penandaannya disebut konotasi. Konotasi menggambarkan hubungan yang terjadi ketika suatu tanda dilihat dengan perasaan atau emosi penggunanya dan dengan nilai-nilai budaya mereka. Konotasi melibatkan simbol-simbol, sejarah dan hal-hal yang berhubungan dengan emosional. Makna konotasi oleh Barthes disebut sebagai mitos, yaitu makna yang didapatkan seseorang berdasarkan referensi kultural yang dimilikinya (Alex Sobur, 2004:127)

(42)

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Sistematika penulisan disusun untuk memudahkan penyajian hasil analisis data sekaligus memudahkan proses analisis penelitian. Untuk itu, tulisan ini disusun secara sistematis yang terdiri dari 4 bab.

Bab I berisi tentang pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, kajian pustaka dan metode penelitian yang digunakan. Paparan pada bab ini berfungsi sebagai pendahuluan yang mengantarkan isi pembahasan pada bab-bab berikutnya. Bab II berisi tentang penjelasan yang berkaitan dengan obyek penelitian, dalam hal ini yang dimaksud adalah profil dan penjelasan sejarah mengenai Iwan Fals.

Bab III berisi analisis data yang telah didapatkan dengan menggunakan kerangka analisis yang telah ditentukan dalam teknik analisis data. Dalam penelitian ini kerangka analisis semiotika dalam merepresentasikan bias gender dalam lagu-lagu Iwan Fals.

(43)

BAB II

GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN

A. Biografi Iwan Fals

Iwan Fals lahir tanggal 3 September 1961 dengan nama Virgiawan Listanto dengan panggilan kecil “Tanto”. Kata ibunya, ketika berumur

bulanan, Tanto selalu menangis setiap kali mendengar suara adzan maghrib. Ternyata sampai sekarang Ia pun masih gampang menangis, ketika mendengar kenyataan yang dihadapinya tidak sesuai dengan hati nuraninya.

(44)

Saudi selama 8 bulan. Karena tinggal di negeri orang, Iwan merasakan sangat membutuhkan hiburan. Hiburan satu-satunya adalah gitar yang dibawa dari Indonesia. Selama di Jeddah itu, Iwan Fals selalu menyanyikan dua lagu untuk hiburannya, yaitu Sepasang Mata Bola dan Waiya. Banyak yang bertanya tentang asal nama Fals yang ia gunakan. Nama itu ternyata didapat sewaktu dalam perjanan dari Jeddah kembali ke Jakarta. Waktu pulang dari Jeddah pas musim Haji, di pesawat orang-orang pada bawa air zamzam, namun Iwan hanya menenteng gitar kesayangannya. Melihat ada anak kecil bawa gitar di pesawat, membuat seorang pramugari heran. Pramugari itu lalu menghampiri Iwan dan meminjam gitarnya, diakses pada tanggal 11 April 2016). Tapi begitu baru akan memainkan, pramugari itu heran. Suara gitar milik Iwan terdengar fals. Setelah membetulkan steman nada gitar, pramugari itu lalu mengajari Iwan memainkan lagu Blowing in the Wind-nya Bob Dylan. Peristiwa itulah yang menginspirasi Iwan menambahkan Fals di belakang namanya hingga kini terkenal dengan panggilan Iwan Fals (Ubaedy & Ratrioso, 2005 : 2).

(45)

nongkrong. Setiap kali teman-temannya bermain gitar dan memainkan lagu-lagu, Iwan Fals selalu memperhatikan, hingga akhirnya ia nekat memainkan gitar itu, namun sayang, ia malah memutuskan salah satu senar hingga dimarahi temantemannya. Sejak saat itu, gitar seperti terekam kuat dalam ingatan seorang Iwan Fals. Waktu sekolah di SMP 5 Bandung iwan Fals punya pengalaman menarik dengan gitar (Ahmad, 2010 : 16-17).

Setelah merasa bisa bikin lagu, apalagi bisa bikin orang tertawa, timbul keinginan untuk mencari pendengar lebih banyak. Karirnya di jalanan sedikit memberi berkah tersendiri buatnya. Kalau ada hajatan, kawinan, atau sunatan, Iwan datang untuk menyanyi. Dulu pertama kali manajernya bernama Engkos, seorang tukang bengkel sepeda motor. Karena kerja di bengkel yang banyak didatangi orang, dia sering tahu kalau ada orang yang punya hajatan. Di SMP Iwan sudah merasakan betapa pengaruh musik begitu kuat. Mungkin karena Iwan nggak punya uang, nggak dikasih kendaraan dari orang tua untuk jalan-jalan, akhirnya perhatiannya lebih banyak tercurah pada gitar. Kemudian sekolahnya mulai nggak benar. Sering bolos, lalu pindah sekolah. Saat itu Iwan merasakan gitar bisa menjawab kesepiannya. Apalagi ketika sudah merasa bisa bikin lagu, dapat duit dari ngamen, mulailah Ia agak sedikit sombong.

(46)

Jakarta. Waktu itu Ia baru sadar kalau ternyata lagu yang diciptakan sudah terkenal di Jakarta. Sehingga banyak anak muda yang suka dan kenal dengan lagu yang diciptakannya. Sebelum Seseorang yang kenal produser dari Jakarta itu datang ke Bandung, Iwan sebetulnya sudah pernah rekaman di Radio 8 EH. Ia bikin lagu lalu diputar di radio itu, tapi radio itu kemudian dibredel. Respon yang baik dari orang-orang dan teman-teman sekolahnya semakin mendorongnys untuk segera ke ibukota untuk mencoba peruntungan. Iwan Fals kemudian menjual sepeda motornya untuk modal berangkat ke ibukota. Ia berangkat ke Jakarta bersama beberapa temannya yang bergabung dalam kelompok “Amburadul” (Awe, 2007 : 4-5)

(47)

M. Album Sarjana Muda ternyata banyak diminati dan Iwan Fals mulai mendapatkan berbagai tawaran untuk bernyanyi. Ia kemudian sempat masuk televisi setelah tahun 1987. Saat acara Manasuka Siaran Niaga disiarkan di TVRI, kemudian lagu Oemar Bakri juga sempat ditayangkan di TVRI. Awal dekade 1990-an Iwan Fals aktif di padepokan Rendra di Citayam. Ia menciptakan kolaborasi dengan W.S Rendra, Sawung Jabo, dan Setiawan Djodi dalam Kantata Takwa. Beberapa lagu mereka, misalnya Bento dan Bongkar, sempat memberi inspirasi bagi anak-anak muda. Lagu itu sempat berkumandang ketika para mahasiswa melakukan demonstrasi (Simanjuntak, 2009 : 96).

(48)

Rekaman lagu-lagu yang tidak dipasarkan tersebut kemudian sempat diputar di sebuah stasiun radio yang sekarang sudah tidak mengudara lagi. Iwan Fals juga pernah menyanyikan lagu-lagu tersebut dalam beberapa konser musik, yang mengakibatkan dia berulang kali harus berurusan dengan pihak keamanan dengan alasan lirik lagu yang dinyanyikan dapat mengganggu stabilitas Negara. Beberapa konser musiknya pada tahun '80-an juga sempat disabotase dengan cara memadamkan aliran listrik dan pernah juga dibubarkan secara paksa hanya karena Iwan Fals membawakan lirik lagu yang menyindir penguasa saat itu (http://www.iwanfals.co.id/article/our-story, diakses pada tanggal 30 Maret 2016).

B. Keluarga Iwan Fals

(49)

“Opini”, yang bercerita tentang kegelisahan orang tua menghadapi kenaikan

harga-harga barang sebagai imbas dari kenaikan harga BBM pada awal tahun 1982 yaitu pada hari kelahiran Galang (1 Januari 1982) (http://www.iwanfals.co.id/article/our-story, diakses pada tanggal 28 Agustus 2016).

Nama Cikal sebagai putri kedua juga diabadikan sebagai judul album dan judul lagu Iwan Fals yang terbit tahun 1991. Sebelumnya Cikal juga pernah dibuatkan lagu dengan judul Anisa pada tahun 1986. Rencananya lagu ini dimasukkan dalam album Aku Sayang Kamu, namun dibatalkan. Lirik lagu ini cukup kritis sehingga perusahaan rekaman batal menyertakannya. Pada cover album Aku Sayang Kamu terutama cetakan awal, pada bagian penata musik masih tertulis kata Anissa. Pada bulan April 1997 Galang Rambu Anarki meninggal secara mendadak yang membuat aktivitas bermusik Iwan Fals sempat vakum selama beberapa tahun. Galang dimakamkan di pekarangan rumah Iwan Fals di desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok Jawa Barat (http://newsmedia.co.id/iwan-fals-si-asli-musisi-indonesia/, diakses pada tanggal 11 April 2016).

(50)

yang bercerita tentang kehilangan Gilang. Pada lagu ini istri Iwan Fals (Yos) juga ikut menyumbangkan suaranya. Sejak meninggalnya Galang Rambu Anarki, warna dan gaya bermusik Iwan Fals terasa berbeda. Dia tidak segarang dan tidak seliar dahulu. Lirik-lirik lagunya terkesan lebih dewasa dan puitis. Iwan Fals juga sempat membawakan lagu-lagu bertema cinta baik karangannya sendiri maupun dari orang lain. Pada tanggal 22 Januari 2003, Iwan Fals dianugerahi seorang anak lelaki yang diberi nama Raya Rambu Rabbani. Kelahiran putra ketiganya ini seakan menjadi pengganti almarhum Galang Rambu Anarki dan banyak memberi inspirasi dalam dunia musik seorang Iwan Fals. Di luar musik dan lirik, penampilan Iwan Fals pada saat itu juga berubah total (Prie GS, 2007 : 25).

(51)

kegiatan dan kontrak. Dengan adanya Iwan Fals Manajemen (IFM), Iwan Fals lebih profesional dalam berkarier (Prie GS, 2007 : 27).

C. Proses kreatif Iwan Fals dalam bermusik

Sudah banyak yang mengetahui sosok Iwan Fals yang dekat sekali di telinga masyarakat karena lagu-lagunya yang begitu mempunyai banyak peminat untuk mendengarkannya. Merangkul orang untuk bisa menjadi peminat lagunya tidaklah mudah, butuh perjuangan dalam karir bermusiknya dan Iwan Fals telah mengalaminya. Membuat lagu agar bisa diterima dan didengar oleh masyarakat membutuhkan proses kreatif tersendiri dalam bermusik bagi para musisi-musisi terutama Iwan Fals. Menurut seorang Iwan Fals, proses kreatif dalam bermusik yaitu dengan adanya keluarga. Iwan Fals merupakan seorang superstar yang tetap mementingkan keluarganya. Sosok Iwan Fals sangat dekat terhadap keluarganya. Bagi Iwan Fals, keluarga adalah segalanya. Tanpa adanya keluarga, proses kreatif dalam bermusiknya tidak akan berjalan lancar tanpa dukungan dari keluarga.

(52)

“Saya menikmati betul proses pengerjaan proyek ini. Sebelumnya belum pernah ada yang menawari saya untuk bekerjasama dengan melibatkan keluarga. Semuanya terasa menyenangkan, dan saya antusias bisa mengangkat tema yang mungkin jarang saya bawakan. Pengalaman baru buat saya dan keluarga. Saya senang semua berjalan lancar dan juga punya kepedulian mengangkat tema cinta dan keluarga. Memang waktu terbaik menyatakan kasih sayang kita ke keluarga kita ya setiap saat karena merekalah alasan dan sumber inspirasi serta kreativitas saya dalam bermusik.” (Munady, http://pikiran-rakyat.com, diakses pada tanggal 12 April 2016).

Begitulah menurut sosok Iwan Fals yang mendominasikan dan mengutamakan keluarganya dalam karirnya dalam bermusik untuk menjadikan sebagai proses kreatifnya dalam bermusik. Bagi Iwan Fals, keluargnya adalah kebanggaannya.

Selain keakraban dengan keluarganya sendiri yang membuat proses kreatif Iwan Fals terjadi, keakraban juga terjalin dengan keluarga besar Musica Studio‟s. Musica Studio‟s juga membantu terjadinya proses kreatif

Iwan Fals dalam membuat sebuah album. Persahabatan dengan keluarga Musica Studio‟s membuat proses pembuatan album berjalan dengan lancar.

(53)

D. Kegiatan Iwan Fals diluar bermusik

Memang seorang Iwan Fals merupakan musisi yang sibuk dalam karir bermusiknya karena sampai saat ini Iwan Fals masih aktif menciptakan lagu-lagu dan masih membuat sebuah album. Namun aktivitasnya tidak hanya bermusik, diluar kegiatan bermusiknya ternyata Iwan Fals mempunyai kegiatan lain selain bermusik.

Dunia Iwan Fals tidak hanya dunia musik saja. Iwan Fals sempat aktif di kegiatan olahraga, dia pernah meraih gelar Juara II Karate Tingkat Nasional, Juara IV Karate Tingkat Nasioanl 1989, sempat masuk pelatnas dan melatih karate kampusnya di STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Iwan Fals juga sempat menjadi kolumnis di beberapa tabloid olahraga (http://www.iwanfals.co.id/article/our-story/53-biografi-iwan-fals, diakses pada tanggal 13 April 2016). Iwan Fals sempat melatih karate di STP (Sekolah Tinggi Publisistik). Di lapangan badminton rumah kawasan Condet Jakarta Iwan Fals melatih karate yang beberapa murid karatenya kini menjadi Simpai di Dojo Tiga Rambu yaitu Simpai Budi, Simpai Dayat, dan Simpai Aras.

(54)

adalah disiplin gerak karena karate ada tiga unsur gerak yaitu kihong (dasar karate), kata (seni bela diri), dan kumite (pertarungan). Sebagai penyanyi butuh kondisi tetap sehat karena berpengaruh secara fisik. “Kalo nggak latihan karate sulit untuk main di panggung dua jam”, ucap Iwan Fals (http://www.iwanfals.co.id/article/journal, diakses pada tanggal 23 Mei 2016).

Gambar 2.1

Kegiatan Karate Iwan Fals

(55)

yang terpenting dari penanaman tersebut adalah menjaga dan merawat pohon yang ditanam.

Selain itu, Iwan Fals pernah membintangi sebuah iklan di televisi yaitu sebuah produk kopi yang sedang gencar-gencarnya melakukan promosinya. Iwan Fals didaulat sebagai brand ambassador produk tersebut. Iwan fals pun mendapat bayaran yang setara dengan artis internasional

(

(56)

Gambar 2.2

Cover film Damai Kami Sepanjang Hari

(57)

keadaan sosial masyarakat Indonesia pada saat itu juga harus berhadapan dengan kemungkinan pencekalan oleh pemerintah penguasa. Suara kesaksian para seniman tersebut ditumpahkan dalam konser akbar mereka, sebuah pertunjukan seni "Kantata Takwa".

Gambar 2.3

Cover film Kantata Takwa

(58)

Gambar 2.4 Cover film Kekasih

(59)

Iwan pun dijadwalkan akan berkolaborasi dengan para seniman daerah agar masyarakat desa bisa mengembangkan talenta dan karyanya. "Agar musik daerah bisa menjadi musik nasional dan internasional,"kata Marwan. Iwan mengaku senang diajak untuk berkolaborasi dengan kementerian itu. Ia ingat pengalamanya yang hidup di desa selama 15 tahun. Ia mengaku dulu diajarkan berbagai hal dari alam. Dari desa pula ia membuat berbagai karya yang akhirnya disukai masyarakat (https://m.tempo.co/read/news.com, diakes pada tanggal 18 Mei 2016).

Gambar 2.5

Konferensi Pengangkatan Iwan Fals sebagai Duta Desa

E. Album lagu Iwan Fals

(60)

Rakyat dan Tante Lisa), bagi kelompok marginal (misalnya lagu Siang Seberang Istana dan Lonteku), atau bencana besar yang melanda Indonesia (atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti lagu Ethiopia) mendominasi tema lagu-lagu yang dibawakannya dan banyak disukai oleh pecinta musik di Indonesia.

Melalui lagu-lagunya, ia menceritakan tentang kehidupan sosial-budaya di akhir tahun 1970-an hingga masa sekarang. Lagunya juga berisi tentang kritik atas perilaku sekelompok orang contohnya Wakil Rakyat, Tante Lisa, empati bagi kelompok marginal misalnya Siang Seberang Istana, Lonteku, atau bencana besar yang melanda Indonesia atau kadang-kadang di luar Indonesia, seperti Ethiopia mendominasi judul lagu-lagu yang ia nyanyikan. Iwan Fals selain menyayikan lagunya ia juga kemudian menyanyikan lagu sejumlah pencipta lain. Iwan Fals identik dengan julukan “penyanyi tukang protes”.

Musiknya dianggap mirip dengan Bob Dylan, karena nuansa music countrynya. Hanya bedanya terletak di syair lagu-lagunya yang terasa lebih telanjang dan lugas (Tim Narasi, 2009 : 95).

Iwan Fals telah memiliki album lagunya dengan jumlah yang cukup banyak, berikut merupakan album-album Iwan Fals dari awal karirnya hingga saat ini :

(61)

(Kelompok Penyanyi Jalanan) (1985), 11. Sore Tugu Pancoran (1985), 12. Aku Sayang Kamu (1986), 13. Ethiopia (1986), 14. Lancar (1987), 15. Wakil Rakyat (1987), 16. 1910 (1988), 17. Mata Dewa (1989), 18. Antara Aku, Kau Dan Bekas Pacarmu (1989), 19. Swami I (1989), 20. Kantata Takwa (1990), 21. Cikal (1991), 22. Swami II (1991), 23. Belum Ada Judul (1992), 24. Hijau (1992), 25. Dalbo (1993), 26. Anak Wayang (1994), 27. Orang Gila (1994), 28. Lagu Pemanjat (bersama Trahlor) (1996), 29. Kantata Samsara (1998), 30. Best Of The Best (2000), 31. Suara Hati (2002), 32. In Collaboration with (2003), 33. Manusia Setengah Dewa (2004), 34. Iwan Fals in Love (2005), 65 35. 50:50 (2007), 36. Untukmu Terkasih (2009) - mini album. 37. Keseimbangan - Iwan Fals (2010), 38. Tergila-gila (2011), 39. Raya (2013).

F. Penghargaan Iwan Fals

Iwan Fals memang seorang maestro legendaries yang mempunyai prestasi dalam bidang musik dan mempunyai banyak penghargaan. Penghargaan yang telah diraih oleh Iwan Fals yaitu sebagai berikut :

1) Juara I Festival Musik Country (1980).

2) Gold record, lagu Oemar Bakri, PT Musica Studio‟s.

3) Silver record, penyanyi & pencipta lagu Ethiopia, PT Musica Studio‟s.

4) Penghargaan prestasi artis HDX 1987 – 1988, pencipta lagu Buku Ini Aku Pinjam.

(62)

6) The best selling, album Mata Dewa, BASF, 1988 – 1989.

7) Konser Dengan Penonton Terbesar Sepanjang Masa Tahun (1991) di Stadion Utama Gelora Bung Karno senayan. Tercatat 150.000 Penonton Memadati Stadion. Bahkan Ada yang Naik ke Atap Stadion.

8) Penyanyi rekaman pria terbaik, album Anak Wayang, BASF Award XI, 18 April 1996.

9) Penyanyi solo terbaik Country/Balada, Anugrah Musik Indonesia – 1999. 10) Presents This Certificate To Iwan Fals In Recognition Of The Contribution

To Cultural Exchange Between Korea and Indonesia, 25 September 1999. 11) Penyanyi solo terbaik Country/Balada AMI Sharp Award (2000).

Video klip terbaik lagu Entah, Video Musik Indonesia periode VIII – 2000/2001.

Triple Platinum Award, Album Best Of The Best Iwan Fals, PT Musica Studio‟s – Juni 2002.

12)Pada 29 April 2002 Iwan Fals di Nobatkan Sebagai Asian Heroes yaitu Sebagai Salah Satu “Pahlawan Besar Asia”.

13)6th AMI Sharp Award, album terbaik Country/Balada.

14)6th AMI Sharp Award, artis solo/duo/grup terbaik Country/Balada.

15)Pemenang video klip terbaik edisi – Juli 2002, lagu Kupu-Kupu Hitam Putih, Video Musik Indonesia, periode I- 2002/2003.

(63)

17)Triple Platinum Award, album In Collaboration with, angka penjualan di atas 450.000 unit, PT Musica Studio‟s – November 2003.

18)7th AMI Award 2003, Legend Awards.

19)7th AMI Award 2003, Penyanyi Solo Pria Pop Terbaik. 20)Penghargaan M Indonesia 2003, Most Favourite Male.

21)SCTV Music Award 2004, album Ngetop! (pop) In Collaboration with. 22)SCTV Music Award 2004, Penyanyi Pop Ngetop.

23)Anugrah Planet Muzik 2004. 24)Generasi Biang Extra Joss – 2004.

25)8th AMI Samsung Award, Karya Produksi Balada Terbaik.

26)SCTV Music Award 2005, album pop solo ngetop Iwan Fals In Love. 27)With The Compliment Of Metro TV.

28)Partisipasi dalam acara konser Salam Lebaran 2005, PT Gudang Garam Indonesia.

29)6 Album Iwan Fals Swami, Sarjana Muda, Kantata Takwa, Mata Dewa, Orang Gila, Aku Sayang Kamu! Masuk dalam 150 Album Indonesia Terbaik Sepanjang Masa pada Tahun (2007)

30)Mendapatkan Talk Less Do More Award sebagai salah satu Class Music Heroes 2009.

(64)

32)Penghargaan Satyalancana Kebudayaan Pemerintah Republik Indonesia (2010)

(65)

51 BAB III

PEMBAHASAN

Lirik lagu yang dibawakan oleh Iwan Fals tersebut adalah sebuah proses komunikasi yang mewakili seni karena terdapat informasi dan pesan yang terkandung dalam lirik lagu tersebut yang sengaja digunakan oleh komunikator untuk disampaikan kepada komunikan dalm hal ini masyarakat luas, dengan menggunakan bahasa yang verbal. Ketika sebuah lirik lagu mulai diperdengarkan kepada khalayak, lirik tersebut mempunyai tanggung jawab yang besar atas tersebar luasnya sebuah keyakinan, nilai-nilai, bahkan prasangka tertentu. Pesan yang disampaikan oleh pencipta lagunya tentu tidak akan berasalkan dari luar diri si pencipta lagu, artinya bahwa pesan tersebut bersumber dari pola pikirnya yang terbentuk dari hasil interaksinya dengan lingkungan disekitarnya.

(66)

52

Analisis ini dilakukan untuk dengan tujuan mengetahui tanda-tanda atau makna dibalik lirik lagu terhadap apa yang di representasikan oleh pencipta lagu. Beberapa lagu yang menjadi objek penelitian yaitu lagu Iwan Fals yang berjudul Doa Pengobral Dosa, Bunga Trotoar, Bunga-bunga Kumbang-kumbang, Lonteku, Neraka Yang Asyik dan Bento. Lagu-lagu tersebut akan di analisis lebih dalam lagi menggunakan metode Roland Barthes. Lagu-lagu tersebut dipilih untuk diteliti karena lagu-lagu tersebut setelah dilihat liriknya terdapat unsur yang merepresentasikan bias gender dan lagu-lagu tersebut merupakan lagu-lagu yang masih beredar.

Subjek penelitian/ Lirik lagu

Semiotika Roland Barthes

(67)

53 Ada beberapa lagu yang menjadi objek penelitian untuk di analisis dan salah satunya yaitu lagu yang menggambarkan tokoh seorang laki-laki yang judulnya Bento untuk membedakan dengan lagu-lagu yang menggambarkan tokoh perempuan tentang bagaimana perbedaan yang di representasikan dalam lirik lagu yang diciptakan oleh Iwan Fals. Sehingga nantinya akan terlihat perbedaan lirik lagu yang merepresentasikan perempuan itu seperti apa dan lirik lagu yang merepresentasikan laki-laki itu seperti apa.

Dalam bab ini terdiri dari beberapa sub bab yaitu, representasi budaya patriarki, representasi perempuan murahan, dan representasi perempuan sebagai objek seksualitas. Tiap sub bab terdapat penjelasan mengenai representasi bias gender dalam lirik lagu Iwan Fals.

A. Representasi budaya patriarki

(68)

54 bidang kehidupan. Menurut Saparinah Sadlil (2010:342), diskriminasi terhadap perempuan dan terhadap anak perempuan memang masih menjadi bagian dalam kehidupan perempuan karena didukung secara struktural seperti masih adanya UU dan hukum yang belum memberikan perlindungan bagi perempuan juga secara kultural lewat sikap atau perilaku sebagai hasil internalisasi nilai-nilai budaya dan agama yang menempatkan perempuan sebagai makhluk yang lebih lemah kedudukannya daripada laki-laki.

Penganggapan perempuan sebagai kaum yang lemah dibandingkan laki juga merugikan bagi kaum perempuan dalam hal pekerjaan. Bagi laki-laki, perempuan tidak bisa bekerja keras seperti laki-laki. Pandangan tersebut membuat status ekonomi perempuan lebih rendah dibanding laki-laki. Kaum perempuan identik dengan kebodohan, kemiskinan, lebih banyak kewajiban dibanding hak (Muslikhati, 2004:62).

(69)

55 yang kehidupan sosial dan ekonominya lebih rendah dibandingkan laki-laki termasuk dalam sebuah lirik lagu. Kekuasaan selalu berpihak kepada laki-laki. Patriarki adalah kekuasaan kaum laki-laki yang mendominasi dan megontrol badan, seksualitas, pekerjaan, peran atau status kaum perempuan dalam keluarga maupun masyarakat (Banawiratama, 1996:13). Seperti dalam lirik lagu Iwan Fals yang menciptakan lirik lagu tentang seorang laki-laki, penggambaran sosok laki-laki sebagai orang yang mempunyai segalanya, contohnya lagu Iwan Fals yang berjudul Bento. Bento adalah seorang laki-laki. Dalam lirik lagu Bento ini Iwan Fals merepresentasikan seorang laki-laki yang berkuasa atau memiliki segalanya, mulai dari harta yang berlimpah dan wajah yang tampan. Terlihat jelas dalam liriknya yaitu:

“Namaku Bento, rumah real estate” “Mobilku banyak harta melimpah”

(70)

56 Di balik lirik lagu Iwan Fals ada beberapa kalimat yang ternyata mengungkapkan bahwa perempuan itu lebih lemah dibandingkan dengan laki-laki. Penganggapan perempuan yang lemah menyudutkan perempuan derajatnya lebih rendah dibandingkan laki-laki. Seperti kalimat dalam lirik lagu yang berjudul Doa Pengobral Dosa. Lirik tersebut mengatakan bahwa :

“Kapankah datang” “Tuan berkantong tebal”

Dalam lirik tersebut mempunyai makna denotasi tentang keinginan atau harapan adanya seseorang datang. “Tuan” berarti seorang laki-laki yang mempunyai uang yang tebal atau banyak. Dan makna konotasinya keinginan disini maksudnya adalah keinginan seorang wanita yang berharap ada seorang laki-laki datang yang mempunyai banyak uang. “Tuan” yang berarti laki-laki yang derajatnya lebih tinggi. “Berkantong tebal”, kantong merupakan tempat yang biasanya untuk menaruh uang, dan tebal yang merupakan uang yang banyak. Disini berarti derajat laki-laki direpresentasikan mempunyai derajat lebih tinggi dibandingkan perempuan. Selain itu dalam lirik lagu Iwan Fals yang berjudul Tince Sukarti Binti Mahmud. Liriknya yang mengatakan bahwa:

“Janji makelar penyanyi orbitkan “

“Sukarti Janji sukarti hati persetan harga diri”

(71)

57 perdagangan atau penjualan. Disini maksudnya makelar penyanyi adalah orang yang statusnya sebagai perantara seseorang yang ingin menjadi penyanyi. Seorang makelar ini berjanji untuk mendorong Sukarti untuk menjadi penyanyi. Namun Sukarti mengabaikan janjinya dan mengabaikan harga dirinya. Makna konotasinya yaitu, dalam lirik ini Sukarti “persetan dengan harga diri”. Ini berarti Sukarti mengabaikan harga dirinya.

Mengabaikan berarti tidak peduli dengan harga dirinya sampai rendah pun tetap tidak peduli.

Perempuan yang mengabaikan harga dirinya yaitu disebut dengan perempuan murahan atau gampangan yang mempunyai sifat pasif terhadap laki-laki. Makna dalam lirik ini berarti Sukarti yang seorang perempuan ini di gambarkan sebagai sosok perempuan yang gampang terbujuk oleh tawaran laki-laki karena Sukarti lebih mementingkan tawaran seorang makelar yang bisa mengubah nasib Sukarti daripada harga dirinya. Makelar disini berarti mempunyai derajat lebih tinggi dibandingkan Sukarti karena seorang makelar ini bisa mengubah nasib Sukarti. Sehingga seorang makelar ini atau laki-laki ini akhirnya bisa menguasai seorang perempuan tersebut.

(72)

58 dibandingkan perempuan sehingga laki-laki kebanyakan mempunyai derajat yang lebih tinggi daripada perempuan.

Pandangan yang mengatakan bahwa perempuan adalah orang yang derajatnya lebih rendah dibandingkan laki-laki berarti perempuan dianggap lebih lemah. Hal itu terjadi karena orang melihat wanita dari sisi psikis. Anggapan “lemah” ini pun menimbulkan diskriminasi yang tak pernah hilang hingga saat ini. Anggapan ini sangat merugikan pihak perempuan. Seperti yang dikatakan oleh Yazbeck (1998) jika perempuan menjadi lemah dan tertindas sehingga membutuhkan pendukung, selain itu peran perempuan mulai dari pusat kehormatan dan kesucian sebagai Ibu hingga degredasi terendah sebagai perempuan yang tidak sempurna serta simbol dari rasa malu dan kelemahan yang harus melayani laki-laki. Penggambaran perempuan dalam media seringkali sangat stereotipe. Perempuan digambarkan tak berdaya, lemah, dan membutuhkan perlindungan. Realitas media di Indonesia menunjukan adanya bias gender dalam representasi perempuan dalam media.

(73)

59 memimpin (Abdilah, 2002:55). Laki-lakilah yang dianggap dominan yang berada di pusat. Perempuan hanya sebagai kanca wingking atau dalam istilah bahasa jawanya “swargo nunut neroko katut” (Fakih, 2003: 12).

Merepresentasikan perempuan sebagai kaum yang lemah dibandingkan laki-laki banyak dijadikan sebagai objek seperti dalam lirik lagu. Dalam kehidupan ini, masyarakat memandang perempuan sebagai seorang yang lemah dan tidak berdaya (Sunarto, 2003:45). Anggapan perempuan sebagai sosok yang lemah membuat musisi mempunyai ide untuk menciptakan lagu. Salah satu musisi yang menciptakan lagu mengenai penggambaran perempuan yang lemah yaitu Iwan Fals. Beberapa lagu yang diciptakan oleh Iwan Fals yang menceritakan seorang perempuan yang lebih banyak menggambarkan perempuan sebagai orang yang lemah.

Bahkan tidak hanya satu lagu saja yang dibuat oleh Iwan Fals mengenai penggambaran perempuan sebagai kaum yang lemah tetapi ada lebih dari satu. Beberapa lirik lagu yang mengandung makna bahwa perempuan adalah kaum yang lemah terdapat dalam lagu-lagu Iwan Fals. Tergambar jelas dalam liriknya yang berjudul Bunga Trotoar yaitu:

(74)

60 Makna denotasi dalam lirik lagu tersebut yaitu, kata “langkah-langkah garang datang” maksudnya adalah adanya seorang laki-laki datang. “Garang” adalah sebutan yang biasanya dimiliki oleh laki-laki. Menghancurkan wanginya kembang. Kembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia atau KBBI yaitu bunga. “Engkau” dalam KBBI merupakan orang yang diajak bicara. “Diam tak berdaya” berarti tidak bergerak sama sekali dan lemah. Sedangkan makna konotasinya yaitu, kata “garang” memang biasanya sebutan

untuk laki-laki. Namun kata “garang” merupakan makna lain dari karakter orang yang galak. Biasanya orang yang galak disebut dengan “garang”.

Dalam lirik ini “langkah-langkah garang” adalah langkah dari sosok laki -laki yang galak. Galak yang berarti jahat. Sosok -laki--laki jahat ini datang “hancurkan wanginya kembang”. Kata “hancurkan” dalam lirik ini mempunyai makna konotasi yaitu merusak. Dan kata “wanginya kembang” mempunyai makna lain yaitu keperawanan perempuan. “Kembang” biasanya

sebutan untuk perempuan yang salah satu contohnya yaitu kembang desa. Dan kata “wangi” dalam lirik ini mempunyai arti keperawanan seorang

perempuan. Iwan Fals menggambarkan perempuan yang masih perawan dengan kata “wanginya kembang”.

Gambar

Gambar 2.1 Gambar 2.2
Tabel 1.1 Peta Tanda Roland Barthes
GAMBARAN UMUM OBJEK PENELITIAN
Gambar 2.1 Kegiatan Karate Iwan Fals
+5

Referensi

Dokumen terkait

menunjukkan bahwa perlakuan pemberian pupuk organik cair biokultur urin sapi berpengaruh nyata terhadap bobot segar tanaman, bobot eskip umbi, bobot kering tanaman

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pemberian konsentrasi kitosan dalam media czapex memberikan pengaruh nyata terhap pertumbuhan diameter koloni miselia

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Susunan Berkala (Tabel Periodik Panjang) adalah suatu tabel yang terdiri dari unsur-unsur yang disusun berdasrkan golongan dan nomor atomnya yang dipakai untuk Ilmu Pengetahuan

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Penulisan ilmiah ini menggambarkan cara pembuatan visualisasi Control Product dengan menggunakan visual basic 6.0, yang disertai dengan tampilan menu untuk memilih operasi

DPA - SKPD 2.2 Rekapitulasi Dokumen Pelaksanaan Anggaran Belanja Langsung Menurut Program dan Kegiatan Satuan Kerja Perangkat Daerah. DPA - SKPD 2.2.1 Rincian Dokumen

Perkembangan internet saat ini sebagai sarana untuk memperoleh informasi semakin banyak digunakan, karena jangkauannya luas, Internet sangat ideal bila digunakan sebagai sarana