• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pengontrol Kualitas Air Tambak Menggunakan Metode Fuzzy Logic dan Kontrol On-Off Untuk Budidaya Udang Windu.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pengontrol Kualitas Air Tambak Menggunakan Metode Fuzzy Logic dan Kontrol On-Off Untuk Budidaya Udang Windu."

Copied!
90
0
0

Teks penuh

(1)

PENGONTROL KUALITAS AIR TAMBAK MENGGUNAKAN METODE FUZZY LOGIC DAN KONTROL ON-OFF

UNTUK BUDIDAYA UDANG WINDU

TUGAS AKHIR

Disusun Oleh :

Nama : Edy Poerwanto

NIM : 09.41020.0058

Program : S1 (Strata Satu)

Jurusan : Sistem Komputer

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER

SURABAYA

(2)

ABSTRAK

Beberapa pengusaha tambak udang windu telah melakukan sirkulasi airdan

menyalakan kincir air, sehingga dapat menjaga kondisi air tambak. Petani tambak

menyalakan kincir air setiap saat, sedangkan untuk pompa air dinyalakan ketika

mereka mendapati udang mengambang. Metode ini tentu saja berdampak pada

pertumbuhan udang dan dapat merugikan petani tambak. Sehingga pemantuan

kondisi air tambak dan pengontrolan air tambak secara terus menerus diperlukan

untuk menjaga kualitas air tambak.Pada proses pemantuan dan pengontrolan

menggunakan 2 buah sensor dan 3 buah aktuator. Sistem ini menggunakan sensor

temperatur dan pH sebagai input sistem, sedangkan untuk aktuator sistem

menggunakan kincir air, keran kapur, dan pompa air.

Dengan menggunakan sensor pH dan temperatur maka proses pemantuan

dan kontrol kualitas air menajdi lebih baik. Aktuator kincir air, keran kapur, dan

pompa air dapat mengubah kualitas air tambak menjadi lebih baik. Dengan

menggunakan keran kapur dan pompa air perubahan pH asam 6.65 menjadi

normal 7.2 dapat dicapai dalam waktu 14 menit. Sedangkan penggunaan kincir air

dapat merubah temperatur 39°C ke 32°C dalam waktu kurang lebih 16 menit.

Dengan demikian sistem ini dapat memfasilitasi petani untuk mengantisipasi

perubahan signifikan dalam kualitas air, sehingga petani ikan akan mendapatkan

hasil yang maksimal pada saat panen.

(3)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Biologi udang windu ... 6

2.1.1 Klasifikasi Udang Windu ... 8

2.1.2 Morfologi Udang Windu ... 8

2.2 Kualitas air tambak ... 9

2.2.1 Temperatur... 11

2.2.2 pH ... 13

2.3 Sensor Temperatur ... 16

(4)

2.5 Microcontroller ... 19

2.5.1 Fitur ATmega16 ... 20

2.5.2 ADC ATmega16 ... 21

2.6 Modul LCD 16x2 ... 22

2.7 Motor DC ... 24

2.8 Rangkaian Driver Motor ... 25

2.9 Rangkaian Driver Relay ... 26

2.10 Penelitian Terdahulu ... 27

2.11 Fuzzy Logic ... 28

2.11.1Himpunan Fuzzy ... 29

2.11.2Aturan if–then Fuzzy ... 32

2.11.3Sistem Inferensi Fuzzy ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Model Penelitian ... 37

3.2 Prosedur Penelitian ... 39

3.3 Cara Kerja Sistem Secara Keseluruhan ... 40

3.4 Perancangan Hardware ... 40

3.4.1 Rangkaian Sistem Minimum ... 40

3.4.2 Rangkaian Driver Motor ... 42

3.4.3 Rangkaian LCD ... 43

3.4.4 RangkaianDriver Relay ... 45

3.4.5 Sensor pH ... 46

3.4.6 Sensor Temperatur ... 46

(5)

3.4.8 Pompa Air ... 47

3.4.9 Kincir air ... 48

3.4.10Miniatur Tambak ... 48

3.5 Perancangan Program ... 49

3.5.1 Blok Baca Sensor... 50

3.5.2 Blok Perhitungan Nilai Temperatur dan pH ... 50

3.5.3 Blok Fuzzy Logic Kincir... 51

3.5.4 Blok Fuzzy Logic Keran ... 54

3.6 Prosedur Evaluasi ... 56

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN... 59

4.1 Pengujian Sistem Minimum ... 59

4.1.1 Tujuan ... 59

4.1.2 Alat yang digunakan ... 59

4.1.3 Prosedur Pengujian ... 59

4.1.4 Hasil Pengujian Sistem Minimum ... 62

4.2 Pengujian LCD ... 63

4.2.1 Tujuan ... 63

4.2.2 Alat yang digunakan ... 63

4.2.3 Prosedur Pengujian ... 63

4.2.4 Hasil Pengujian LCD ... 64

4.3 Pengujian Sensor Temperatur ... 65

4.3.1 Tujuan ... 65

4.3.2 Peralatan yang Digunakan ... 65

(6)

4.3.4 Hasil PengujianSensor Temperatur ... 67

4.4 Pengujian Sensor pH ... 68

4.4.1 Tujuan ... 68

4.4.2 Alat yang Digunakan ... 68

4.4.3 Prosedur Pengujian ... 69

4.4.4 Hasil PengujianSensor pH ... 69

4.5 Pengujian Secara Keseluruhan ... 70

4.5.1 Tujuan ... 70

4.5.2 Alat yang digunakan ... 71

4.5.3 Prosedur Pengujian ... 71

4.5.4 Hasil Pengujian Secara Keseluruhan ... 72

BAB V PENUTUP ... 78

5.1 Simpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

(7)

DAFTAR ISI

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Biologi udang windu ... 6

2.1.1 Klasifikasi Udang Windu ... 8

2.1.2 Morfologi Udang Windu ... 8

2.2 Kualitas air tambak ... 9

2.2.1 Temperatur... 11

2.2.2 pH ... 13

2.3 Sensor Temperatur ... 16

(8)

ABSTRAK ... .iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... .vii

DAFTAR TABEL... xi

DAFTAR GAMBAR ... xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.6 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Biologi udang windu ... 6

2.1.1 Klasifikasi Udang Windu ... 8

2.1.2 Morfologi Udang Windu ... 8

2.2 Kualitas air tambak ... 9

2.2.1 Temperatur... 11

2.2.2 pH ... 13

2.3 Sensor Temperatur ... 16

2.4 Sensor pH ... 17

2.5 Microcontroller ... 19

(9)

2.5.2 ADC ATmega16 ... 21

2.6 Modul LCD 16x2 ... 22

2.7 Motor DC ... 24

2.8 Rangkaian Driver Motor ... 25

2.9 Rangkaian Driver Relay ... 26

2.10 Penelitian Terdahulu ... 27

2.11 Fuzzy Logic ... 28

2.11.1Himpunan Fuzzy ... 29

2.11.2Aturan if–then Fuzzy ... 32

2.11.3Sistem Inferensi Fuzzy ... 33

BAB III METODE PENELITIAN ... 37

3.1 Model Penelitian ... 37

3.2 Prosedur Penelitian ... 39

3.3 Cara Kerja Sistem Secara Keseluruhan ... 40

3.4 Perancangan Hardware ... 40

3.4.1 Rangkaian Sistem Minimum ... 40

3.4.2 Rangkaian Driver Motor ... 42

3.4.3 Rangkaian LCD ... 43

3.4.4 RangkaianDriver Relay ... 45

3.4.5 Sensor pH ... 46

3.4.6 Sensor Temperatur ... 46

3.4.7 Keran Kapur ... 47

4.3.4 Hasil PengujianSensor Temperatur ... 67

(10)

4.4.1 Tujuan ... 68

4.4.2 Alat yang Digunakan ... 68

4.4.3 Prosedur Pengujian ... 69

4.4.4 Hasil PengujianSensor pH ... 69

4.5 Pengujian Secara Keseluruhan ... 70

4.5.1 Tujuan ... 70

4.5.2 Alat yang digunakan ... 71

4.5.3 Prosedur Pengujian ... 71

4.5.4 Hasil Pengujian Secara Keseluruhan ... 72

BAB V PENUTUP ... 78

5.1 Simpulan ... 78

5.2 Saran ... 78

(11)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu penyumbang devisa Indonesia dalam bidang perikanan adalah

udang. Pada Maret 2012 Indonesia menduduki peringkat ketiga setelah Thailand

dan Ekuador dengan nilai ekspor udang sebesar 6.453 MT di pasar Amerika, ini

belum termasuk ekspor untuk pasar di Jepang yang mencapai 2.660 MT. Beberapa

jenis udang yang diekspor adalah jenis vannamei, windu, dan jerbung. Untuk

udang windu memerlukan kondisi lingkungan tambak yang sesuai dengan

kebutuhan hidup dari udang-udang tersebut, sehingga memerlukan perhatian

khusus untuk proses pembudidayaan udang jenis ini agar pengusaha tambak

mendapatkan keuntungan yang maksimal. Kondisi lingkungan tambak bergantung

pada kualitas air yang ditentukan oleh beberapa parameter diantaranya adalah

temperatur, pH, salinitas, dan DO. (Indarwati, 2008)

Saat ini beberapa pengusaha tambak udang, telah melakukan beberapa cara

pengontrolan kualitas air tambak untuk budidaya udang, beberapa cara yang

mereka lakukan adalah dengan melakukan sirkulasi air menggunakan pompa air.

Cara ini dapat meningkatkan kualitas air tambak, dikarenakan proses sirkulasi air

akan membantu memperbaiki nilai DO, temperatur, salinitas, dan pH. Namun para

pengusaha tambak menggunakan parameter ternak sebagai acuan untuk

mengaktifkan pompa air. Para pengusaha tambak akan menyalakan pompa air

ketika mereka mendapati udang-udang mereka mengambang, ini menandakan

bahwa kadar oksigen dalam air terlalu sedikit. Dengan metode ini tentunya akan

menyebabkan pertumbuhan udang terganggu, karena kondisi air tambak yang

(12)

sering mengalami perubahan, sehingga udang menjadi stres karena kekurangan

oksigen. Udang yang stres memiliki kemungkinan kecil untuk bertahan hidup,

dengan demikian hasil panen menjadi tidak optimal.

Berdasarkan permasalahan di atas diperlukan suatu alat untuk proses

pemantauan parameter kualitas air dan pengontrolan aktuator yang dapat menjaga

kualitas air agar para pengusaha tambak dapat mendapatkan hasil yang maksimal

pada saat panen. Pemantuan kondisi air tambak diperlukan untuk melakukan

penanganan dengan cepat apabila terjadi perubahan kualitas air secara signifikan.

Pada proses pemantuan air tambak tentunya diperlukan beberapa sensor untuk

mengetahui parameter kualitas air, dengan menggunakan sensor temperatur dan

sensor pH. Pada Tugas Akhir ini akan dibuat sebuah alat yang dapat memantau

dan mengontrol kualitas air tambak dengan beberapa aktuator yang terintegrasi

dengan microcontroller menggunakan metode fuzzy logic untuk proses

pengambilan keputusan.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan permasalahan yaitu:

1. Bagaimana merancang bangun sistem pemantuan temperatur dan pH

pada air tambak.

2. Bagaimana merancang bangun sistem kontrol pH dan temperatur pada

tambak udang windu.

3. Bagaimanakah teknik penggunaan kincir air agar dapat mengontrol nilai

temperatur pada air tambak.

4. Bagaimanakah teknik pemberian larutan kapurdan sirkulasi air agar dapat

mengontrol nilai pH air tambak.

(13)

1.3 Pembatasan Masalah

Dalampembuatan Tugas Akhir ini terdapat beberapa pembatasan masalah,

antara lain:

1. Pada Tugas Akhir ini hanya memantau 2 paramater air secara real-time

menggunakan sensor, parameter tersebut adalah temperatur dan pH.

2. Proses pengontrolan kualitas air menggunakan aktuator kincir air, keran

kapur, dan pompa air.

3. Proses pengontrolan aktuator kincir air dan keran kapur menggunakan

metode fuzzy logic.

4. Proses pengontrolan pompa air menggunakan metode on-off.

5. Sistem adalah miniatur tambak yang cenderung asam.

1.4 Tujuan

Dalam pembuatan alat pengontrol kualitas air tambak ini tentunya ada

beberapa tujuan yang menjadi tolak ukur keberhasilan alat ukur ini, adalah

sebagai berikut:

1. Dapat membuat rancang bangun sistem pemantuan temperatur dan pH pada

air.

2. Dapat membuat rancang bangun sistem pengontrol kualitas air untuk

tambak udang windu.

3. Mengetahui teknik penggunaan kincir air agar dapat mengontrol nilai

temperatur pada air tambak.

4. Dapat mengetahui teknik pemberian larutan basah agar dapat mengontrol

nilai pH air tambak.

(14)

1.5 Kontribusi

Penelitian Shiddiq dan Rahardjo dengan judul “Sistem Pemantuan

Temperatur dan pH Air Tambak yang Terintegrasi Dengan Data-logger”,

menggunakan data-logger sebagai acuan pemilik tambak dalam pengambilan

keputusan. Penelitian ini mengharuskan petani tambak memiliki kemampuan

untuk mencatat dan menganalisis data yang telah disimpan agar petani dapat

mengambil keputusan denganbaik. Sedangkan pada penelitian saat ini tidak hanya

memantau temperatur dan pH, melainkan dengan mengontrol kualitas air tambak

menggunakan 3 aktuator, sehingga kualitas air tambak menjadi stabil.

1.6 Sistematika Penulisan

Pada penulisan Laporan Tugas Akhir ini ditulis dengan sistematika

penulisan sebagai berikut :

BAB I : PENDAHULUAN

Pada bab ini dikemukakan hal–hal yang menjadi latar belakang,

perumusan masalah, batasan masalah, tujuan yang ingin dicapai,

manfaat serta sistematika penulisan laporan tugas akhir ini.

BAB II : LANDASAN TEORI

Pada bab ini dibahas teori yang berhubungan dengan Biologi udang

windu, kualitas air untuk tambak udang windu, sensor temperatur,

sensor pH, Microcontroller, dan fuzzy logic.

(15)

BAB III : METODE PENELITIAN

Pada bab ini dibahas mengenai penjelasan sistem keseluruhan beserta

detail dari blok diagram sistem yang dibuat,penjelasan perancangan

hardware dan program beserta detail cara kerjanya.

BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini memaparkan berbagai macam percobaan yang dilakukan,

hasil-hasil yang didapatkan berserta solusi dari permasalahan yang

didapat. Selain itu disertai pula hasil uji coba perbagian dan juga uji

coba sistem secara keseluruhan.

BAB V : PENUTUP

Pada bab ini dibahas mengenai kesimpulan dari sistem terkait dengan

tujuan dan permasalahan yang ada, serta saran untuk pengembangan

sistem di masa mendatang.

(16)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Biologi udang windu

Udang windu (Panaeusmonodon Fab.) memiliki sifat-sifat dan ciri khas

yang membedakannya dengan udang-udang yang lain. Udang windu bersifat

Euryhaline, yakni secara alami bisa hidup di perairan yang berkadar garam

dengan rentang yang luas, yakni 5-45‰. Kadar garam ideal untuk pertumbuhan

udang windu adalah 19-35 ‰. Sifat lain yang juga menguntungkan adalah

ketahanannya terhadap perubahan temperatur yang dikenal sebagai eurythemal

(SuyantodanMujiman,2004).

Udang merupakan organisme yang aktif mencari makan pada malam hari

(nocturnal). Jenis makannya sangat bervariasi tergantung pada tingkatan umur

udang. Pada stadium benih, makanan utamany aadalah plankton (fitoplankton dan

zooplankton). Udang dewasa menyukai daging binatang lunak atau moluska

(kerang, tiram, siput), cacing, annelida yaitu cacing Polychaeta dan crustacea.

Dalam usaha budidaya, udang mendapatkan makanan alami yang tumbuh

ditambak, yaitu lumut, plankton, dan benthos. Udang akan bersifat kanibal bila

kekurangan makanan (Soetomo,1990).

Pada siang hari, udang hanya membenamkan diri pada lumpur maupun

menempelkan diri pada suatu benda yang terbenam dalam air (Soetomo,1990).

Apabila keadaan lingkungan tambak cukupbaik, udang jarang sekali

menampakkan diri pada siang hari. Apabila pada suatu tambak udang tampak

aktif bergerak di waktu siang hari, hal tersebut merupakan tanda bahwa ada

(17)

yang tidak sesuai. Ketidak sesuaian ini disebabkan oleh jumlah makanan yang

kurang, kadar garam meningkat, temperatur meningkat, kadar oksigen menurun,

atau pun karena timbulnya senyawa-senyawa beracun (Suyanto dan Mujiman,

2004).

Secara alami daur hidup udang panaeoid meliputi dua tahap, yaitu tahap di

tengah laut dan diperairan muara sungai (estuaria). Udang windu tumbuh menjadi

dewasa dan memijah di tengah laut. Telur udang yang telah dihasilkan kemudian

disimpan pada bagian punggung dari abdomen betina. Bila telur tersebut telah

matang dan siap untuk dibuahi maka dikeluarkan melalui saluran telur (oviduct)

yang terdapat pada bagian pangkal dari pasangan kaki jalan ketiga. Pada saat

telur dikeluarkan, secara bersamaan spermatofor dipecahkan oleh induk betina,

sehingga terjadilah pembuahan. Telur yang telah dibuahi akan menetas dalam

waktu 12 sampai 15 jam dan berkembang menjadi larva (Martosudarmo dan

Ranoemihardjo, 1980). Siklus hidup udang windu dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Siklus Hidup Udang Windu (Panaeusmonodon Fab.)

2.1.1 Klasifikasi Udang Windu

Dalam dunia internasional, udang windu dikenal dengan nama blacktiger,

(18)

tiger shrimp, atau tiger prawn. Adapun udang windu diklasifikasikan sebagai

berikut:

Tabel 2.1 Klasifikasi Udang Windu

Kingdom Animalia PHyllum Arthropoda Class Malacostraca Ordo Decapoda Family Panaeidae Genus Panaeus

Species Panaeus monodon Fabricus

2.1.2 Morfologi Udang Windu

Ditinjau dari morfologinya, tubuh udang windu (Panaeusmonodon Fab.)

terbagi menjadi dua bagian, yakni bagian kepala yang menyatu dengan bagian

dada (kepala-dada) disebut cepHalothorax dan bagian perut (abdomen) yang

terdapat ekor di bagian belakangnya. Semua bagian badan beserta

anggota-anggotanya terdiri dari ruas-ruas (segmen). Kepala-dada terdiri dari 13 ruas, yaitu

kepalanya sendiri 5 ruas dan dadanya 8 ruas. Sedangkan bagian perut terdiri atas

6 segmen dan 1 telson. Tiap ruas badan mempunyai sepasang anggota badan yang

beruas-ruaspula (Suyanto dan Mujiman, 2004).

Seluruh tubuh tertutup oleh kerang kaluar yang disebut eksoskeleton, yang

terbuat dari zat chitin. Bagian kepala ditutupi oleh cangkang kepala (karapaks)

yang ujungnya meruncing disebut rostrum. Kerangka tersebut mengeras, kecuali

pada sambungan-sambungan antara dua ruas tubuh yang berdekatan. Hal ini

memudahkan mereka untuk bergerak (Suyanto dan Mujiman, 2004). Udang betina

lebih cepat tumbuh dari pada udang jantan, sehingga pada umur yang sama tubuh

udang betina lebih besar dari pada udang jantan (Soetomo, 1990).

(19)

Gambar 2.2 Morfologi Udang Windu (Panaeusmonodon Fab.)

Bagian kepala-dada terdapat anggota-anggota tubuh lainnya yang

berpasang-pasangan, morfologi udang windu dapat dilihat pada Gambar 2.2.

Berturut-turut dari muka kebelakang adalah sungut kecil (antennula), sirip kepala

(scop Hocerit), sungut besar (antenna), rahang (mandibula), alat-alat pembantu

rahang (maxilla), dan kaki jalan (pereiopoda). Bagian perut terdapat lima pasang

kaki renang (pleopoda). Ujung ruas ke-6 arah belakang membentuk ujung ekor

(telson). Di bawah pangkal ujung ekor terdapat lubang dubur (anus).

2.2 Kualitas air tambak

Kualitas air merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan budidaya

udang windu. Parameter kualias air yang penting pada budidaya udang windu

adalah kandungan oksigen terlarut, salinitas, temperatur, derajat keasaman (pH)

dan amoniak (Wickins, 1976).

Menurut Poernomo (1988) untuk pertumbuhan yang normal bagi udang,

kadar DO harus dalam batas optimum (4 – 7 mg/l). Lebih lanjut dikatakan bahwa

udang telah menunjukan gejala abnormal, dengan berenang ke permukaan pada

DO 2,1 mg/l pada temperatur 30 ºC, dan pada DO 3 mg/l walaupun udang tidak

(20)

memperlihatkan gejala abnormal tetapi masih di bawah kondisi optimum,

sehingga dalam jangka panjang akan mempengaruhi laju pertumbuhan udang.

Pengaruh pH pada budidaya udang jarang terjadi kecuali pada tambak yang

bertanah asam. Untuk standar kualitas air untuk budidaya udang windu dapat

dilihat pada Tabel 2.2.

(21)

Tabel 2.2 Kualitas Air Tambak Untuk budidaya Udang Windu, Ikan Bandeng, dan

Rumput Laut (Murachman dkk, 2010)

Parameter Minimum Maksimum Rata –rata

I. Kualitas Air

Total suspended solid(mg/l) 20,8 89,12 43,253

II. Kesuburan Air a.Phytoplankton :

i. Kelimpahan (ind/l) 3628 11533 7489

ii. Keanekaragaman 2,55140 3,69136 3,10711

iii. Keseragaman 0,869767 0,947648 0,91435

iv. Dominansi 0,087 0,218 0,14733

b.Zooplankton :

i. Kelimpahan (ind/l) 243 699 460

ii. Keanekaragaman 0,00144 1,58567 0,15402

iii. Keseragaman 0 1,003589 0,32033

2.2.1 Temperatur

Temperatur merupakan parameter yang dapat menentukan kualitas air

karena temperatur berpengaruh terhadap kandungan DO. Semakin besar

temperatur dan ketinggian serta semakin kecil tekanan atmosfer, kadar oksigen

terlarut semakin kecil (Jeffries dan Mills, 1996). Peningkatan temperatur dapat

menyebabkan penurunan kadar gas dalam air, misalnya O2, CO2, N2, CH4 (Haslam,

1995). Temperatur air dapat dihitung berdasar kan pada kesetimbangan energi

untuk setiap lapisan. Dinamika temperatur air tambak dapat dituliskan seperti pada persamaan 2.1 (Indarwati, 2008).

(22)

……….…….………(2.1)

dengan:

T = temperatur air tambak(°C)

Φin =laju perpindahan energi yang masuk ketambak (Watt)

Φout =laju perpindahan energi yang keluar tambak (Watt)

A =luas penampang tambak (m2)

z =kedalaman tambak (m)

ρ =kerapatan air tambak (kg/m3)

c =panas spesifikair tambak (J/kg°C)

Pada penelitian yang dilakukan oleh Katherin Indarwati, pembuatan modul

kontrol kualitas tambak udang sebagai sarana pembelajaran perbaikan teknik

budidaya udang (Indarwati, 2008) menjelaskan bahwa energi yang masuk ke

tambak adalah melalui panas matahari, reaksi biologi yang terjadi di dalam

tambak, dan daya aerator yang digunakan pada tambak, sumber panas pada

penelitiannya disimulasikan dengan sebuah heater.

Energi panas yang hilang dari tambak merupakan energi yang keluar

melalui konveksi/konduksi pada bagian sedimen tambak dan pertukaran panas

melalui antar-muka udara/cairan, seperti penggunaan aerator permukaan pada

tambak, sehingga laju perpindahan energi yang keluar dari tambak dapat dilihat

pada persamaan 2.2 dan 2.3 (Indarwati, 2008).

………(2.2)

dengan:

(23)

Ui = koefisien panas (W/m2°C)

Ta = temperatur lingkungan(°C)

Uw = koefisien perpindahan panas keseluruhan untuk dinding dan

dasar tambak(W/m2°C)

Ag =luas dinding dan dasar tambak

Te = temperatur tanah(°C)

N =jumlah aerator

Paer =daya aerator (W)

V =volume tambak (m3)

2.2.2 pH

pH adalah derajat keasaman yang digunakan untuk menyatakan tingkat

keasaman atau kebasaan yang dimiliki oleh suatu larutan. Ia didefinisikan sebagai

kologaritma aktivitas ion hidrogen (H+) yang terlarut. Koefisien aktifitas ion

hidrogen tidak dapat diukur secara eksperimental, sehingga nilainya didasarkan

pada perhitungan teoritis. Skala pH bukanlah skala absolut, melainkan bersifat

relatif terhadap sekumpulan larutan standar yang pH-nya ditentukan berdasarkan

persetujuan internasional. pH tambak akan cenderung asam hal ini dikarenakan

proses respirasi yang terjadi di dalam tambak menghasilan ion (H+) dengan

persamaan 2.4 (Indarwati, 2008).

….………(2.4)

Semakin banyak makhluk hidup yang bernafas di dalam tambak maka

akan semakin banyak ion H+ yang dihasilkan. Untuk mengurangi nilai ion H+,

perlu diberikan ion Hˉ yang berasal dari larutan kimia kapur. Pengapuran berguna

(24)

untuk memperbaiki keasaman (pH) dasar tambak. Dasar tambak yang ber-pH

rendah dapat menyebabkan rendahnya pH air tambak. Oleh karena itu, perbaikan

pH air tambak harus dimulai dari perbaikan pH tanah dasar tambak. Selain untuk

memperbaiki keasaman dasar tambak, kapur juga berfungsi sebagai desinfektan

dan penyedia unsur hara (fosfor) yang dibutuhkan plankton. Tanah dasar tambak

yang mengandung pirit harus direklamasi terlabih dahulu selama kurang lebih 4

bulan sebelum diberi kapur sejumlah 2-2,5 ton/ha (Suyanto, dkk 2009).

Kapur yang digunakan di tambak berfungsi untuk meningkatkan

kesadahan dan alkalinitas air membentuk sistem penyangga (buffer) yang kuat,

meningkatkan pH, desinfektan, mempercepat dekomposisi bahan organik,

mengendapkan besi, dan merangsang pertumbuhan plankton serta benthos

(Chanratchakoll, 1995).

Menurut Kordi dkk (2010), fungsi pengapuran antara lain:

1. Meningkatkan pH tanah dan air

2. Membakar jasad-jasad renik penyebab penyakit dan hewan liar

3. Mengikat dan mengendapkan butiran lumpur halus

4. Memperbaiki kualitas tanah

5. Kapur yang berlebihan dapat mengikat fosfat yang sangat dibutuhkan

untuk pertumbuhan plankton

Manfaat pengapuran menurut Murtidjo (1988) diantaranya:

1. Menormalkan asam-asam bebas dalam air, sehingga pH meningkat

2. Mencegah kemungkinan terjadinya perubahan pH air atau tanah yang

mencolok

(25)

3. Mendukung kegiatan bakteri pengurai bahan organik sehingga garam dan

zat hara akan terbebas.

4. Mengendapkan koloid yang melayang layang dalam air tambak

Perhitungan nilai pH pada tambak didasarkan pada hukum kesetimbangan

konsentrasi (H+) yang terjadi pada satu lapisan badan air tambak. Dengan

mengasumsikan nilai koefisien laju perubahan ion hidrogen kpH adalah fungsi

reaksi kimia yang terjadi pada badan air tambak, persamaan dinamika yang dapat

digunakan untuk memodelkan nilai pH air tambak dapat dilihat pada persamaan

2.5 dan 2.6 (Indarwati, 2008).

………..………...………(2.5)

………....(2.6)

dengan:

[H+] = konsentrasi ion hidrogen air tambak (kg/m3)

Qin = laju aliran volume air payau yang masuk ke tambak (m3/s)

[H+]in = konsentrasi ion hidrogen yang masuk ke tambak (kg/m3)

Qout = laju aliran volume air tambak yang keluar (m3/s)

kpH = koefisien laju perubahan ion hidrogen akibat reaksi kimia(1/s)

2.3 Sensor Temperatur

Sensor Suhu LM35 merupakan komponen elektronika yang diproduksi

oleh National Semiconductor. LM35 memiliki keakuratan tinggi dan kemudahan

perancangan jika dibandingkan dengan sensor suhu yang lain, LM35 juga

mempunyai keluaran impedansi yang rendah dan linieritas yang tinggi sehingga

(26)

dapat dengan mudah dihubungkan dengan rangkaian kendali khusus serta tidak

memerlukan penyetelan lanjutan.

Meskipun tegangan sensor ini dapat mencapai 30 volt akan tetapi yang

diberikan kesensor adalah sebesar 5 volt, sehingga dapat digunakan dengan catu

daya tunggal dengan ketentuan bahwa LM35 hanya membutuhkan arus sebesar 60

µA hal ini berarti LM35 mempunyai kemampuan menghasilkan panas

(self-heating) dari sensor yang dapat menyebabkan kesalahan pembacaan yang rendah

yaitu kurang dari 0,5 ºC pada suhu 25 ºC .

Temperatur

Gambar2.3 CaraKerjasensorLM35

Gambar2 . 3 menunjukan bentuk dari LM35 tampak depan. Dengan

jangkauan kerja dari 0 Volt sampai dengan 1,5 Volt tegangan operasi sensor

LM35 yang dapat digunakan antar 4 Volt sampai 30 Volt. Keluaran sensor ini

akan naik sebesar 10 mV setiap derajad celcius sehingga diperoleh persamaan

2.7.

V = tegangan keluaran sensor (Volt)

Berikut adalaha spesifikasi dari sensor LM35:

1. Dapat dikalibrasi langsung ke dalam besaran Celcius.

2. Faktor skala linier +10 mV/°C.

(27)

3. Tingkat akurasi 0,5 °C saat temperatur kamar (25 °C).

4. Jangkauan temperatur antara -55 °C sampai 150 °C.

5. Tegangan masukan 4Volt hingga 30 Volt.

6. Kerjakurang dari 60µ A.

7. Impedansi keluaran rendah 0,1Ω untuk beban 1mA (Texas Instrument, 2013).

2.4 Sensor pH

pH adalah satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar keasaman

atau kadar alkali dari suatu larutan. Unit pH diukur pada skala 0 sampai 14.

Istilah pH berasal dari “p” lambang matematika dari negatif logaritma, dan“H”

lambang kimia untuk unsur Hidrogen. Definisi yang formal tentang pH adalah

negatif logaritma dari aktivitas ion Hidrogen. Yang dapat dinyatakan dengan

persamaan 2.8:

………..……….(2.8)

pH dibentuk dari informasi kuantitatif yang dinyatakan oleh tingkat

keasaman atau basa yang berkaitan dengan aktivitas ion Hidrogen. Jika

konsentrasi [ ] lebih besar dari pada [ ], maka material tersebut bersifat

asam, yaitu nilai pH kurang dari 7. Jika konsentrasi [ ] lebih besar dari pada

[ ], maka material tersebut bersifat basa, yaitu dengan nilai pH lebih dari 7.

Pengukuran pH secara kasar dapat menggunakan kertas indikator pH

dengan mengamati perubahan warna pada level pH yang bervariasi. Indikator ini

mempunyai keterbatasan pada tingkat akurasi pengukuran dan dapat terjadi

kesalahan pembacaan warna yang disebabkan larutan sampel yang berwarna

ataupun keruh. Pengukuran pH yang lebih akurat biasa dilakukan dengan

(28)

menggunakan pH meter.

Sistem pengukuran pH mempunyai tiga bagian yaitu elektroda pengukuran

pH, elektroda referensi, dan alat pengukur impedansi tinggi. Pada prinsipnya

pengukuran suatu pH didasarkan pada potensial elektrokimia yang terjadi antara

larutan yang terdapat di dalam elektroda gelas (membran gelas) yang telah

diketahui dengan larutan yang terdapat diluar elektroda gelas yang tidak

diketahui. Hal ini dikarenakan lapisan tipis dari gelembung kaca akan berinteraksi

dengan ion hidrogen yang ukurannya relatif kecil dan aktif, elektroda gelas

tersebut akan mengukur potensial elektrokimia dari ion hydrogen atau diistilahkan

dengan potentialof hydrogen. Untuk melengkapi sirkuit elektrik dibutuhkan suatu

elektroda pembanding. Sebagai catatan, alat tersebut tidak mengukur arus tetapi

hanya mengukur tegangan.

Gambar 2.4 Sensor elektroda pH meter

pH meter akan mengukur potensial listrik (pada Gambar 2.4 alirannya

searah jarum jam) antara Mercury Cloride (HgCl) pada elektroda pembanding dan

Potassium Chloride (KCl) yang merupakan larutan di dalam gelas elektroda serta

potensial antara larutan dan elektroda perak. Tetapi potensial antara sampel yang

tidak diketahui dengan elektroda gelas dapat berubah tergantung sampelnya, oleh

karena itu perlu dilakukan kalibrasi dengan menggunakan larutan yang ekuivalen

(29)

yang lainya untuk menetapkan nilai dari pH.

Elektroda pembanding terdiri dari tabung gelas yang berisi Potassium

Chloride (KCl) yeng terhubung dengan Mercuri Chloride (HgCl) di ujung larutan

KCl. Tabung gelas ini mudah pecah sehingga untuk menghubungkannya

digunakan keramik berpori atau bahan sejenisnya. Elektroda semacam ini tidak

mudah terkontaminasi oleh logam dan unsur natrium (Anthoni, 2006).

2.5 Microcontroller

Microcontroller adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai

masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus

dengan cara khusus. Microcontroller merupakan sebuah komputer kecil yang

terbentuk dari satu IC kecil, yang mana mengandung sebuah prosesor, memori,

dan peralatan input output yang dapat diprogram. Biasanya microcontroller

memiliki suatu fungsi khusus. Microcontroller menggunakan clock yang

berfungsi sebagai pendetak dengan frekuensi tertentu yang memakan sedikit daya

(Ibrahim, 2000).

Microcontroller memiliki beberapa bagian yang terdapat di dalamnya.

Bagian bagian microcontroller tersebut yaitu Input/Output (I/O), Central

Processing Unit (CPU), Memory, Read Only Memory (ROM), dan Random Acces

Memory (RAM) (Atmel, 2010).

2.5.1 Fitur ATmega16

Fitur-fitur yang dimiliki ATMega 16 sebagai berikut :

1. Microcontroller AVR 8 bit yang memiliki kemampuan tinggi, dengan daya

rendah.

(30)

2. Arsitektur RISC dengan throughput mencapai 16 MIPS pada frekuensi

16MHz.

3. Memiliki kapasitas Flash memori 16 KByte, EEPROM 512 Byte dan SRAM

1 KByte.

4. Saluran I/O sebanyak 32 buah, yaitu Port A, Port B, Port C, dan Port D.

5. CPU yang terdiri atas 32 buah register.

6. Unit interupsi internal dan eksternal.

7. Port USART untuk komunikasi serial.

8. Fitur peripheral.

a. Tiga buah timer/counter dengan kemampuan pembandingan.

1. 2(dua) buah timer/ counter 8 bit dengan orescaler terpisah dan mode

compare.

2. 1(satu) buah timer/ counter 16 bit dengan prescaler terpisah, mode

compare, dan mode capture.

b. real time counter dengan oscillator tersendiri.

c. 4 channel PWM

d. 8 channel, 10 bit ADC.

1. 8 single-ended Channel.

2. 7 differential channel hanya pada kemasan TQFP.

3. 2 differential channel dengan programmable gain 1x, 10x, atau 200x.

e. Byte-oriented two-wire serial interface.

f. Programmable serial USART.

g. Antarmuka SPI.

h. Watchdog Timer dengan oscillator internal.

(31)

i. On-chip analog comparator. (Atmel, 2010)

2.5.2 ADC ATmega16

Pada microcontroller ATmega16 terdapat 8 buah pin yang digunakan dapat

digunakan sebagai ADC, pin tersebut adalah PORTA0 sampai PORTA7. ADC

yang digunakan pada penelitian ini adalah ADC 10bit. Sehingga memiliki rentang

nilai 0-1024, 10 bit berarti 2 pangkat 10. Berikut adalah fitur dari ADC

ATmega16.

1. 10-bit resolution

2. 0.5 LSB integral non-linearity

3. ±2 LSB absolute accuracy

4. 13 µs- 260 µs conversion time

5. Up to 15 kSPS at maximum resolution

6. 8 multiplexed single ended input channels

7. 7 differential cnput channels

8. 2 differential input channels with optional gain of 10x and 200x

9. optional left adjustment for ADC result readout

10. 0 – VCC ADC input voltage range

11. selectable 2.56V ADC reference voltage

12. free running or single conversion mode

13. ADC start conversion by auto triggering on interrupt sources

14. interrupt on ADC conversion complete

15.sleep mode noise canceler(Atmel, 2010)

(32)

2.6 Modul LCD 16x2

Modul LCD 16x2 merupakan suatu display yang digunakan untuk

menampilkan suatu karakter yang diberikan oleh sistem, dalam hal ini sistem yang

meberikan informasi adalah microcontroller. Konfigurasi pin dari LCD

ditunjukkan pada Gambar 2.5.

1. Modul LCD memiliki karakteristik sebagai berikut:

Terdapat 16 x 2 karakter huruf yang bisa ditampilkan.

2. Setiap huruf terdiri dari 5x7 dot-matrix cursor.

3. Terdapat 192 macam karakter.

4. Terdapat 80 x 8 bit display RAM (maksimal 80 karakter).

5. Memiliki kemampuan penulisan dengan 8 bit maupun dengan 4 bit.

6. Dibangun dengan osilator lokal.

7. Satu sumber tegangan 5 volt.

8. Otomatis reset saat tegangan dihidupkan.

9. Bekerja pada suhu 0ºC sampai 55ºC.

Tampilan karakter pada LCD diatur oleh Pin E, RS dan RW. Pin E

digunakan untuk memberitahu LCD bahwa sedang mengirimkan sebuah data.

Untuk mengirimkan data ke LCD, maka melalui program E harus dibuat logika

low “0” dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur

yang lain telah siap, set E dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu

(33)

tertentu ( sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut ) dan berikutnya set E ke

logika low “0” lagi.

Ketika RS berlogika low “0”, data akan dianggap sebagi sebuah perintah

atau instruksi khusus (seperti clear screen, posisi kursor dll). Ketika RS berlogika

high “1”, data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada display

LCD. RW digunakan untuk menentukan mode baca dengan memberikan logika 1

atau mode tulis dengan memberikan logika 0 dari data yang terdapat pada pin

DB0-DB7 (Vishay, 2002).

2.7 Motor DC

Motor DC merupakan jenis motor yang menggunakan tegangan searah

sebagai sumber tenaganya. Dengan memberikan beda tegangan pada kedua

terminal tersebut, motor akan berputar pada satu arah, dan bila polaritas dari

tegangan tersebut dibalik maka arah putaran motor akan terbalik pula. Polaritas

dari tegangan yang diberikan pada dua terminal menentukan arah putaran motor

sedangkan besar dari beda tegangan pada kedua terminal menentukan kecepatan

motor.

Motor DC memiliki 2 bagian dasar :

1. Bagian yang tetap/stasioner yang disebut stator. Stator ini menghasilkan

medan magnet, baik yang dibangkitkan dari sebuah koil (elektro magnet)

ataupun magnet permanen.

2. Bagian yang berputar disebut rotor. Rotor ini berupa sebuah koil dimana arus

listrik mengalir (Wardana, 2013).

(34)

2.8 Rangkaian Driver Motor

Kecepatan Motor DC dapat diatur dengan mengatur besar beda potensial

yang diberikan pada kutub motor DC. Metode lain yang biasa digunakan untuk

mengendalikan kecepatan motor DC adalah dengan teknik modulasi lebar pulsa

atau Pulse Width Modulation(PWM).Untuk mengatur kecepatan motor DC dengan microcontroller diperlukan driver. Driver motor DC dapat dibangun

dengan sebuah IC l293D, konfigurasi pin IC L293D dapat dilihat pada Gambar

2.6.

Gambar 2.6 Konfigurasi pin IC L293D ()

Pada Gambar 2.8 pin EN1 merupakan sebuah pin yang difungsikan untuk

meng-enable-kan motor DC, oleh karena itu pin EN1 dapat dihubungkan dengan

output PWM dari microcontroller. Sedangkan pin IN1 dan IN2 digunakan sebagai

input logika untuk mengatur putaran motor DC dan dapat juga digunakan untuk

memberhentikan motor DC secara cepat (Texas Instrument, 2002).

2.9 Rangkaian Driver Relay

Relay adalah komponen listrik yang bekerja berdasarkan prinsip induksi

medan elektromagnetis. Jika sebuah penghantar dialiri oleh arus listrik, maka di

(35)

sekitar penghantar tersebut timbul medan magnet. Medan magnet yang dihasilkan

oleh arus listrik tersebut selanjutnya diinduksikan ke logam ferromagnetis. Logam

ferromagnetis adalah logam yang mudah terinduksi medan elektromagnetis.

Ketika ada induksi magnet dari lilitan yang membelit logam, logam tersebut

menjadi "magnet buatan" yang sifatnya sementara. Cara ini kerap digunakan

untuk membuat magnet non permanen. Sifat kemagnetan pada logam

ferromagnetis akan tetap ada selama pada kumparan yang melilitinya teraliri arus

listrik. Sebaliknya, sifat kemagnetannya akan hilang jika suplai arus listrik ke

lilitan diputuskan (Sant, 2013).

Rangkaian digital bekerja pada tegangan +5 volt DC sedangkan tegangan

kerja relay DC antara 6V sampai 12V. Penggunaan relay sering menjadi pilihan

karena relay mudah dikontrol, relay dapat diberibeban yang besar baik beban AC

maupun DC, dan sebagai isolator yang baik antara rangkaian beban dengan

rangkaian kendali. Rangkaian interface relay dpat dibangun menggunakan konsep

transistor sebagai saklar. Transistor yang digunakan untuk driver relay dapat

dikonfigurasikan dengan common emitor, emitor follower atau transistor

darlington.

2.10 Penelitian Terdahulu

Mahfudz Shiddiq dan Panca sebelumnya membuat sistem pemantuan

temperatur dan pH air tambak yang terintegrasi dengan data-logger (Siddiq dan

Rahardjo, 2008). Sistem ini menggunakan data-logger sebagai acuan pemilik

tambak dalam pengambilan keputusan. Penelitian ini mengharuskan petani dan

oprator tambak harus memiliki kemampuan untuk mencatat dan menganalisa data

yang telah disimpan agar petani dapat mengambil keputusan dengan baik.

(36)

Goib Wiranto dan I Dewa Putu Hermida membuat sistem pemantuan

kualitas air tambak secara real-time dan aplikasinya dalam pengelolaan tambak

udang (Wiranto dan Hermida, 2010). Dalam penelitian ini Goib Wiranto dan I

Dewa Putu Hermida menggunakan parameter DO dan pH sebagai acuan kualitas

air tambak, karena DO dan pH memegang peranan penting dalam penentuan

kualitas air. Kadar DO dan pH apabila tidak sesuai maka air tersebut tidak layak

untuk tempat pembididayaan udang.

Fowler dan kawan-kawan telah membuat sebuah sistem kontrol akuakultur

intensif resirkulasi dengan menggunakan microcontroller (Fowler, dkk,1994).

Algoritma kontrol yang digunakan oleh Fowler dan kawan-kawan adalah logika

fuzzy karena memiliki kemudahan dalam proses penentuan keputusan. Penelitian

ini merekomendasikan untuk tidak memonitor secara langsung semua parameter

kualitas air. Parameter yang ditinjau dalam hal ini adalah temperatur, DO,

salinitas, dan pH..

Katherin Indarwati dalam tugas akhirnya pembuatan modul kontrol

kualitas air tambak udang sebagai sarana pembelajaran perbaikan teknik budidaya

udang (Indarwati, 2008). Dalam pengerjaan tugas akhir ini Katherin Indarwati

menggunakan metode fuzzy logic sebagai kontroler untuk aktuator untuk kincir

angin sedangkan metode on-off untuk pengontrolan pompa air, dalam

penelitiannya dengan menggunakan metode fuzzy membutuhkan waktu 34 jam

untuk mencapai kondisi stabil dengan nilai temperatur berkisar diantara 28º C,

sedangkan metode kontrol on-off mendapatkan nilai salinitas 22-28 ppt.

(37)

2.11 Fuzzy Logic

Teori logika fuzzy dikemukakan pertama kali oleh Lotfi A. Zadech pada

tahun1965, yaitu suatu pendekatan komputasional dalam pengambilan keputusan

sesuai dengan cara berpikir manusia yang mengijinkan adanya ketidakpastian dan

memperlihatkan suatu logika yang bergradasi. Seperti yang dilakukan oleh

manusia dalam mengambil keputusan, pengertian – pengertian yang ada di dalam

pemikiran manusia diukur dengan kualitas daripada kuantitas (Kulkarni, 2001).

Logika fuzzy merupakan salah satu komponen pembentuk Soft Computing.

Pada teori himpunan fuzzy, peranan derajat keanggotaan sebagai penentu

keberadaan elemen dalam suatu himpunan sangatlah penting. Nilai keanggotaan

atau derajat keanggotaan atau membership function menjadi ciri utama dari

penalaran dengan logika fuzzy tersebut (Kusumadewi, 2006).

Menurut Sri Kusuma Dewi, beberapa alasan penggunaan logika fuzzy,

antara lain:

1. Konsep logika fuzzy mudah dimengerti. Karena logika fuzzy menggunakan

dasar teori himpunan, maka konsep matematis yang mendasari penalaran

fuzzy tersebut cukup mudah untuk dimengerti.

2. Logika fuzzy sangat fleksibel, artinya mampu beradaptasi dengan perubahan-

perubahan, dan ketidak pastian yang menyertai permasalahan.

3. Logika fuzzy memiliki toleransi terhadap data yang tidak tepat. Jika diberikan

sekelompok data yang cukup homogen, dan kemudian ada beberapa data

yang “ekslusif”, maka logika fuzzy memiliki kemampuan untuk menangani

data eklusif tersebut.

(38)

4. Logika fuzzy mampu memodelkan fungsi-fungsi non linear yang sangat

kompleks.

5. Logika fuzzy dapat membangun dan mengaplikasikan pengalaman-pengalaman

para pakar secara langsung tanpa harus melalui proses pelatihan. Dalam hal

ini, sering dikenal dengan nama Fuzzy Expert System menjadi bagian

terpenting.

6. Logika fuzzy dapat bekerjasama dengan teknik-teknik kendali secara

konvensional. Hal ini umumnya terjadi pada aplikasi dibidang teknik mesin

maupun teknik elektro (Kusumadewi, 2006).

2.11.1 Himpunan Fuzzy

Teorihimpunan fuzzy diperkenalkan oleh Zadeh pada tahun 1965

(Kulkarni, 2001). Himpunan fuzzy adalah generalisasi konsep himpunan biasa

(ordiner). Untuk semesta wacana X, himpunan fuzzy ditentukan oleh fungsi

keanggotaan yang memetakan anggota x kerentang keanggotaan dalam interval

[0,1]. Sedangkan untuk himpunan biasa fungsi keanggotaan bernilai diskrit 0 dan

1.

Berikut didefinisikan beberapa kelas MF ( member function )

terparameter satu dimensi, yaitu MF dengan sebuah input tunggal (Kusumadewi,

2006).

1. MF segitiga dispesifikasikan oleh tiga parameter { a,b,c} seperti berikut:

(39)

Gambar 2.7 Representasi Kurva Segitiga

Representasi fungsi keanggotaan untuk kurva segitiga adalah

sebagai berikut:

………….(2.9)

dengan:

a = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol

b = nilai domain yang mempunyai derajat keanggotaan satu

c = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol

x = nilai input yang akan diubah kebentuk fuzzy

= nilai fuzzy

Parameter {a, b, c} (dengana<b<c) menentukan koordinat x dari ketiga corner yang mendasari MF segitiga.

2. MF trapesium dispesifikasikan oleh empat parameter {a,b,c,d} sebagai berikut:

(40)

Gambar 2.8 Representasi Kurva Trapesium

Representasi fungsi keanggotaan untuk kurva trapesium adalah sebagai

berikut:

………..…...(2.10)

dengan:

a = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan nol

b = nilai domain terkecil yang mempunyai derajat keanggotaan satu

c = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan satu

d = nilai domain terbesar yang mempunyai derajat keanggotaan nol

x = nilai input yang akan diubah ke dalam bilangan fuzzy

= nilai membership functionfuzzy

Parameter {a,b,c,d} (dengana<b≤c<d) menentukan koordinat x dari keempat corner yang mendasari MF trapesium.

2.11.2 Aturan if–then Fuzzy

Suatu aturan if–then fuzzy atau aturan fuzzy mengasumsikan bentuk

If x is A then y isB,

Dimana A dan B nilai linguistik yang didefinisikan himpunan fuzzy pada

semesta X dan Y. “xisA” disebut anteseden, sedangkan “yisB” disebut konsekuen.

(41)

Dua fungsi implikasi yang banyak digunakan adalah min (Mamdani) karena

kemudahannya dalam interpretasi grafis dan prod (Larsen):

1. Min (minimum). Fungsi ini akan memotong output himpunan fuzzy. Gambar

2.9 menunjukkan salah satu contoh penggunaan fungsi min.

Gambar 2.9 Fungsi implikasi min

2) Dot (dotproduct). Fungsi ini akan menskala output himpunan fuzzy. Gambar

di bawah ini menunjukkan salah satu contoh penggunaan fungsi dot.

Gambar 2.10 Fungsi Implikasi Dot

2.11.3 Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem inferensi fuzzy (FIS) adalah sebuah framework komputasi populer

berdasarkan pada konsep teori himpunan fuzzy, aturan if-then fuzzy, dan penalaran

fuzzy (Kusumadewi, 2006).

Tiga komponen konsep FIS yaitu: baris aturan, mengandung seleksi dari

aturan–aturan fuzzy, basis data, mendefinisikan MF yang digunakan dalam aturan

fuzzy dan mekanisme penalaran, melakukan prosedur inferensi pada aturan–aturan

(42)

dan fakta–fakta yang diberikan untuk menarik output atau konklusi yang

reasonable.

FIS dapat mengambil input fuzzy maupun input tegas (sebagai fuzzy

singleton), tapi output yang dihasilkan hampir selalu himpunan fuzzy.

Kadangkala output tegas dibutuhkan, sehingga dibutuhkan metode defuzifikasi

untuk mengekstrak nilai tegas paling baik merepresentasikan himpunan fuzzy.

Sistem inferensi fuzzy (Fuzzy Inference System) pada dasarnya

mendefinisikan pemetaan non linear dari vektor data input menjadi skalar output.

Proses pemetaan melibatkan input/output fungsi keanggotaan, operator-operator

fuzzy, aturan fuzzyif-then, agregasi dari himpunan output dan defuzzification

(Hartono, 2010). Model umum dari sistem inferensi fuzzy ditunjukkan pada

Gambar 2.11.

Gambar 2.11 Diagram Blok Sistem Inferensi Fuzzy

Sistem inferensi fuzzy memiliki empat komponen, yaitu: fuzzifier,

inference engine, rulebase dan defuzzifier. Rulebase memiliki aturan linguistik

yang diberikan oleh para ahli. Juga mungkin dapat mengambil aturan dari data

numerik. Sekali aturan telah ditetapkan, sistem inferensi fuzzy dapat dilihat

sebagai sebuah sistem yang memetakan sebuah vektor input kevektor output.

Fuzzifier memetakan angka-angka input kedalam keanggotaan fuzzy yang sesuai.

Inferenceengine mendefinisikan pemetaan dari input himpunan fuzzy kedalam

(43)

output himpunan fuzzy. Defuzzifier memetakan output himpunan fuzzy kedalam

nomor crisp.

Model Fuzzy Sugeno (model fuzzy TSK) diajukan oleh Takagi, Sugeno,

dan Kang (Takagi dan Sugeno, 1985, hal.116–132; SugenodanKang, 1988,

hal.15–33) dalam upaya untuk membangun pendekatan sistematis untuk

membangkitkan aturan–aturan fuzzy dari himpunan data input–output yang

diberikan. Suatu aturan fuzzy khas dalam model fuzzy Sugeno dibentuk

if x is A and y is B then z=f(x, y),………(2.11)

dimana A dan B himpunan fuzzy dalam anteseden dan z=f(x, y) fungsi tegas dalam

konsekuen. Jika f(x, y) polimonial orde satu, FIS yang dihasilkan disebut model

fuzzy Sugeno orde satu. Jika f konstan, dihasilkan model fuzzy Sugeno orde nol.

Sistem inferensi fuzzy menggunakan metode Sugeno memiliki

karakteristik, yaitu konsekuen tidak merupakan himpunan fuzzy, namun

merupakan suatu persamaan linear dengan variabel-variabel sesuai dengan

variabel–variable inputnya. Ada 2 model sistem inferensi fuzzy dengan

menggunakan metode TSK, yaitu:

1. Model Fuzzy Sugeno Orde 0

Secara umum bentuk model fuzzy sugeno orde-0 adalah:

IF ( iS )°( iS )°( iS )°...°( iS )THEN z=k (2.12)

Dengan adalah himpunan fuzzy ke-I sebagai anteseden, ° adalah operator

fuzzy (seperti AND atau OR), dan k adalah suatu konstanta (tegas) sebagai

konsekuen.

2. Model Fuzzy Sugeno Orde-1

Secara umum bentuk model fuzzy Sugeno orde-1 adalah:

(44)

q

Dengan adalah himpunan fuzzy ke-I sebagai anteseden,° adalah operator

fuzzy (seperti AND atau OR), p1 adalah suatu konstanta ke-I dan q juga

merupakan konstanta dalam konsekuen. Proses agresasi dan defuzzy untuk

mendapatkan nilai tegas sebagai output untuk M aturan fuzzy juga dilakukan

dengan menggunakan rata-rata terbobot, yaitu:

(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Model Penelitian

Penelitian yang dilakukan dapat dijelaskan dengan lebih baik melalui blok

diagram seperti yang terlihat pada Gambar 3.1.

Gambar 3.1 Blok Diagram

Pada Gambar 5 terdapat tiga bagian utama, yaitu input, proses (sistem

minimum), dan output (aktuator).

1. Bagian input merupakan nilai aktual dari parameter yang diukur pada

air tambak.

(46)

2. Bagian proses merupakan bagian yang ada di dalam microcontroller

terdiri atas 6 bagian:

i. ADC sebagai pengubah data analog dari sensor menjadi data

digital

ii. Perhitungan temperatur merupakan proses pengonversi nilai

analog dari sensor temperatur yang telah diubah oleh ADC.

iii. Perhitungan pH merupakan proses konversi nilai analog dari

sensor pH yang telah diubah oleh ADC.

iv. Fuzzy kincir untuk proses pengambilan keputusan aktuator kincir

air.

v. Fuzzy keran untuk proses pengambilan keputusan aktuator keran

kapur dan kontrol on-off terhadap pompa air.

vi. LCD monitoring merupakan proses pemantauan dari nilai yang

didapatkan dari perhitungan 2 parameter, yang akan ditampilkan

pada LCD.

3. Bagian output terdiri dari 3 aktuator sebagai media untuk

pengontrolan kualitas air tambak dan LCD sebagai alat untuk

memantau parameter air tambak.

i. Pompa air digunakan untuk mempercepat proses pencampuran

larutan kapur dan air tambak dengan metode kontrol on-off.

ii. Kincir air dikontrol menggunakan metode fuzzy yang didapat dari

nilai temperatur.

iii. Keran kapur menggunakan keran yang dikontrol dengan metode

fuzzy untuk mengatur besar kecilnya pembukaan keran.

(47)

iv. LCD merupakan alat pemantau yang akan menampilkan nilai

temperatur dan pH secara real-time.

3.2 Prosedur Penelitian

Langkah-langkah yang dilakukan dalam melakukan penelitian ini terbagi

menjadi beberapa bagian sebagai berikut:

1. Studi Literatur

Mengumpulkan semua referensi yang berhubungan dengan sensor pH,

sensor temperatur, udang windu, dan teknik budidaya udang windu.

2. Desain Sistem

Melakukan perancangan alat yang nantinya memiliki 2 buah sensor, 1

buah microcontroller untuk proses pengontrolan, 3 buah aktuator

sebagai pengendali kualitas air dan sebuah LCD untuk pemantauan.

3. Pembuatan Alat

Pada langkah ini alat dibuat berdasarkan desain yang telah dibuat

sebelumnya.

4. Evaluasi dan Pengujian.

Pengujian dilakukan dengan cara memberi pemanas air pada miniatur

tambak untuk meningkatkan temperatur dan memberikan larutan asam

untuk menurunkan nilai pH. Prosedur selanjutnya yakni evaluasi, pada

tahap ini akan diukur kemampuan sistem dalam menurunkan temperatur

dan meningkatkan nilai pH menjadi stabil. Kecepatan waktu yang

diperlukan sistem untuk mengubah 2 parameter tersebut menunjukan

tingkat keberhasilan sistem ini.

(48)

5. Kesimpulan.

Kesimpulan diambil setelah dilakukan setelah proses uji coba dan

pembahasan.

6. Penulisan Laporan sebagai hasil dari Tugas Akhir.

3.3 Cara Kerja Sistem Secara Keseluruhan

Sistem ini bekerja dengan menerima data dari sensor temperatur dan pH

yang dimasukan kedalam microcrontroller melalui ADC. Sebelum masuk ke

microcontroller, output sensor diberikan pull-down sebesar 10k untuk

memberikan nilai 0 ketika pin ADC microcontroller tidak terhubung, selain itu

penggunaaan resistor pull-down 10k digunakan untuk membatasi arus input pada

microcontroller. Data dari sensor ini digunakan untuk menggerakan aktuator

kincir dan pompa, selain itu data juga akan ditampilkan kedalam LCD berupa nilai

temperatur dan pH dari miniatur tambak.

3.4 Perancangan Hardware

Pada proses penelitian ini membutuhkan beberaapa rangkaian hardware

agar mendapatkan hasil seperti yang diharapkan. Penjelasan mengenai

perancangan hardware ini terbagi menjadi beberapa bagian, yang diantaranya:

rangkaian sistem minimum, rangkaian driver motor, rangkaian LCD, rangkaian

relay, sensor pH, sensor temperatur, keran kapur,pompa air, kincir air,dan

miniatur tambak.

3.4.1 Rangkaian Sistem Minimum

Sistem minimum microcontroller merupakan rangkaian elektronik yang

diperlukan untuk wadah beroperasinya IC microcontroller. Rangkaian sistem

(49)

minimum terbagi menjadi 3 rangkaian utama yaitu rangkaian IC dan rangkaian

reset dan crystal, rangkaian sistem minimum dapat dilihat pada Gambar 3.2.

Gambar 3.2 Rangkaian Sistem Minimum

Microcontroller ATmega16 memiliki 40 pin dengan PORTA, PORTB,

PORTC, dan PORTD. PORTA digunakan sebagai masukan sensor, karena pada

PORTA terdapat 8 buah ADC. Port B men-download program dari komputer ke

microcontroller, karena proses download hanya dilakukan sekali maka PORTB

juga digunakan sebagai output LCD.PORTD sebagai output ke driver motor, pada

PORTD terdapat 3 buah pin PWM sehingga pada prsoses pengontrolan aktuator

akan lebih mudah. Tegangan masukan DC 5 Volt diparalel dengan Kapasitor 100

uF sebagai filter supaya tidak ada kekacauan data karena gangguan interferensi

dari listrik PLN.

(50)

Gambar 3.3 Rangkaian Reset dan Crystal

Rangkaian Reset pada tombol reset (SW1) digunakan untuk melakukan

reset saat pertama kali catu daya dinyalakan. Reset untuk pertama kali merupakan

hal yang terpenting sehingga dapat memastikan bahwa program telah berada pada

posisi awal. Sedangkan untuk rangkaian crystal digunakan untuk pembangkit

clock pada microcontroller.

3.4.2 Rangkaian Driver Motor

Output microcontroller memiliki arus yang lemah sehingga tidak dapat

menggerakan motor, agar dapat menggerakan motor microcontroller memerlukan

rangkaian driver motor. Rangkaian driver motor merupakan bagian penting dalam

penggerakan aktuator. Ada dua aktuator yang digerakan dengan driver motor

yakni keran dan kincir air.

(51)

Gambar 3.4 Rangkaian Driver Motor

Pada Gambar 3.4 terdapat 2 buah diode bridge yang digunakan untuk

melindungi tegangan dan arus yang dihasilkan oleh kumparan pada motor DC.

Diode ini nantinya akan melindungi IC L293 agar tidak rusak, jika tidak dipasang

diode bridge maka IC L293 akan rusak.

3.4.3 Rangkaian LCD

LCD merupakan media tampilan yang menggunakan kristal cair sebagai

media untuk merefleksikan cahaya. LCD digunakan untuk memonitor keadan

tambak, dengan menampilkan nilai dari temperatur dan pH. LCD dihubungkan

pada PORTB microcontroller. Gambar 3.5 menunjukkan rangkaian LCD.

(52)

Gambar 3.5 RangkaianLCD

Tampilan karakter pada LCD diatur oleh Pin E, RS dan RW. Pin EN pada

LCD terhubung dengan PORTB 2 pada microncontroller. Jalur ini digunakan

untuk memberitahu LCD bahwa sedang mengirimkan sebuah data. Untuk

mengirimkan data ke LCD, maka melalui program E harus dibuat logika low “0”

dan set pada dua jalur kontrol yang lain RS dan RW. Ketika dua jalur yang lain

telah siap, set E dengan logika “1” dan tunggu untuk sejumlah waktu tertentu (

sesuai dengan datasheet dari LCD tersebut ) dan berikutnya set E ke logika low

“0” lagi.

Pin RS pada LCD terhubung dengan PORTB 0 pada microcontroller.

Ketika RS berlogika low “0”, data akan dianggap sebagi sebuah perintah atau

instruksi khusus (seperti clear screen, posisi kursor dll). Ketika RS berlogika high

“1”, data yang dikirim adalah data text yang akan ditampilkan pada display LCD.

(53)

Pin RW pada LCD terhubung dengan PORTB 1 pada microcontroller. RW

digunakan untuk menentukan mode baca dengan memberikan logika 1 atau mode

tulis dengan memberikan logika 0 dari data yang terdapat pada pin DB0-DB7.

3.4.4 RangkaianDriver Relay

Relay merupakan saklar remote listrik yang memungkinkan pengguna arus

kecil seperti microcontroller, mengontrol arus yang lebih besar seperti pompa air.

Karena pompa air yang digunakan adalah pompa air AC maka diperlukan relay

sebagai saklar yang dapat dikontrol oleh microcontroller. Namun relay belum

dapat dikontrol oleh microcontroller secara langsung, karena arus output

microcontroller sangat kecil sehingga diperlukan rangkaian tambahan, berikut

rangkaian relay.

Gambar 3.6 Rangkaian Relay

Transistor bipolar adalah komponen yang bekerja berdasarkan ada-tidaknya

arus pemicuan pada kaki Basisnya. Pada aplikasi driver relay, transistor bekerja

sebagai saklar yang pada saat tidak menerima arus pemicuan, maka transistor

akan berada pada posisi cut-off dan tidak menghantarkan arus, Ic=0. Dan saat kaki

(54)

basis menerima arus pemicuan, maka transistor akan berubah ke keadaan saturasi

dan menghantarkan arus. Pada Gambar 3.7 terdapat 2 buah transistor jenis NPN

yang disusun secara Darlington. Transistor ini berfungsi sebagai saklar elektronik

yang akan mengalirkan arus jika terdapat arus bias pada kaki basisnya dan akan

menyumbat arus jika tidak terdapat arus bias pada kaki basisnya.

3.4.5 Sensor pH

pH merupakan satuan ukur yang menguraikan derajat tingkat kadar

keasaman atau kadar alkali dari suatu larutan. Sensor pH digunakan untuk

mengubah derajat keasaman menjadi tegangan, dalam hal ini adalah ion dan

. Jika dalam suatu larutan ion lebih besar dibanding ion maka

larutan tersebut bersifat asam dan apabila sebaliknya maka larutan tersebut

bersifat basa. Pada penelitian ini menggunakan sensor Vernier pH-BTA . Sensor

pH BTA memiliki output analog dengan nilai 0.25V/pH. Sedangkan untuk probe,

sensor ini dapat menghasilkn nilai 59mV/ph. Keluaran dari sensor ini akan

dikonversi oleh ADC microcontroller 10bit melalui PORTA.2. Untuk spesifikasi

sensor pH-BTA secara detail dapat dilihat pada Lampiran 2.

3.4.6 Sensor Temperatur

Sensor yang digunakan pada peneilitian ini adalah LM35. Sensor ini

memiliki keluaran 10mV/°C. Keluaran dari sensor LM35 akan dikonversikan

menjadi data digital oleh data ADC internal 10-bit pada microcontroller,

dengantegangan referensi 3.5V. Keluaran sensor LM35 sebagai masukan dari

ADC internal microcontroller 10-bit dapat dilihat pada Gambar 3.8.

(55)

Gambar 3.7 Rangkain Sensor LM35

3.4.7 Keran Kapur

Pemberian larutan kapur digunakan untuk menaikan nilai pH. Prosedur

pemberian larutan kapur diberikan dengan mengontrol katup pada keran

menggunakan fuzzy logic. Pembuatan aktuator ini menggunakan sebuah keran,

motor DC, potensiometer, sebuah wadah larutan kapur, dan gir. Motor DC

sebagai penggerak katup keran agar dapat membuka dan menutup, sedangkan

potensiometer difungsikan sebagai indikator besaran dari pembukaan katup.

Dengan menggunakan gir banding 18:40, maka motor DC akan berputar perlahan

untuk menggerakan keran dan potensiometer.

Gambar 3.8 Desain Keran Kapur

3.4.8 Pompa Air

(56)

Pompa air merupakan alat yang digunakan untuk menydot air dan

memindahkannya ke suatu tempat. Pada sistem ini pompa air digunakan ketika

keran kapur membuka. Hal ini bertujuan untuk mempercepat pencampuran air

kapur dengan air tambak. Pompa air ini nantinya akan mengambil air dari

miniaturtambak kemudian disedot keluar dan dimasukan kedalam filter yang

berada disamping tambak. Fungsi dari filter ini sendiri adalah untuk menurunkan

kadar amonia air dan menyaring kotoran air miniatur tambak.

3.4.9 Kincir air

Kincir air merupakan aktuator untuk menurunkan nilai temperatur pada

miniatur tambak. Pada penenlitian ini kincir air memiliki luas penampang air

sebesar yang terbagi menjadi 8 buah. Penggerak kincir air (aerator) ini

menggunakan motor DC 12V dengan torsi 3 Kgf.cm atau 29.41995 N. Pada

kecepatan 180rpm kincir air ini dapat menambahkan luas penampang air sebesar

(Indarwati, 2008).

3.4.10 Miniatur Tambak

Pada tambak nyata dengan ukuran 1 Ha petani tambak biasanya

memelihara 150.000 ekor benur udang Windu. Miniatur tambak memiliki ukuran

60x60x50 dengan demikian miniatur ini mampu menampung 60 benur udang.

Bagian samping miniatur tambak terdapat filter dengan ukuran 60x15x50.

Miniatur tambak ditunjukan pada Gambar 3.9.

(57)

Gambar 3.9MiniaturTambak

3.5 Perancangan Program

Perancangan program secara keseluruhan yakni perancangan program

microcontroller. Perancangan secara keseluruhan bisa dilihat lebih jelas melalui

flowchart pada Gambar 3.10.

(58)

Gambar 3.10 FlowchartPerancangan Keseluruhan

3.5.1 Blok Baca Sensor

Blok ini berisi tentang proses pembacaan nilai ADC microcontroller

dengan menggunakan fungsi read_adc(). PORT yang dibaca dalam proses ini

adalah PORTA.1 untuk pembacaan sensor temperatur dan PORTA.2 untuk

pembacaan sensor pH.

3.5.2 Blok Perhitungan Nilai Temperatur dan pH

Data analog dari sensor temperatur dan pH dikalikan dengan nilai

maksimum masing-masing sensor dan dibagi oleh 1023, data kemudian disimpan

dalam variabel temp dan ph. Rumus perhitungan nilai temperatur dan pH dapat

dilihat pada Persamaan 3.3 dan 3.4.

(59)

………..…..(3.1)

...(3.2)

Sensor temperatur memiliki keluaran antara 0-150mV dengan representasi

nilai 0V=0°C dan 150mV=150°C. Dengan nilai Vref=350mV maka pada

Persamaan 3.3 diasumsikan bahwa sensor LM35 memiliki Vmax Sebesar 350mV,

sehingga dikalikan dengan 350. Sedangkan untuk sensor pH memiliki keluaran

antara 0V-3.5V untuk 0V=14pH dan 3.5V=0pH.

3.5.3 Blok Fuzzy Logic Kincir

Blok ini berisi tentang proses pengaturan kecepatan kincir air dengan

menggunakan metode fuzzy. Metode fuzzy yang digunakan adalah metode fuzzy

Sugeno, karena memiliki output berupa persamaan linier sehingga dapat lebih

mudah apabila dituliskan dengan program. Sistem fuzzy yang digunakan memiliki

dua buah input dan sebuah output.

1. Membership FunctionTemperatur

Pada Membership Function temperatur memiliki 3 fungsi keanggotan

yakni dingin, normal, dan panas. Paramater yang digunakan dalam fungsi

keanggotaan ini berdasarkan karasteristik temperatur yang cocok untuk udang

windu.

(60)

Gambar 3.11 Membership FunctionTemperatur (T)

Berdasarkan Gambar 3.11 maka diperoleh persamaan berikut.

………….………(3.3)

………(3.4)

………….………(3.5)

2. Membership Function∆T

Membership Function ∆T merupakan perubahan temperatur dalam 5s. Jika

perubahan temperatur cepat atau lambat, maka akan mempengaruhi nilai output.

Gambar 3.12 Membership FunctionPerubahan Temperatur (∆T)

(61)

Berdasarkan Gambar 3.12 maka diperoleh persamaan berikut.

………….……....…(3.5)

………….…(3.6)

………….….……(3.7)

3. Membership Function Kincir

Membership Function kincir merupakan kecepatan kincir air untuk

mendinginkan temperatur air tambak. Semakin cepat kincir air maka luas

penampang air akan semakin luas dan oksigen dari luar akan masuk kedalam air.

Hal ini menyebabkan perubahan suhu pada air akan semakin cepat mendekati

suhu diluar air. Proses defuzzyfikasi pada penelitian ini menggunakan metode

Sugeno dengan singleton, Membership Function kincir dapat dilihat pada Gambar

3.13.

Gambar 3.13 Membership Function Kincir

(62)

Untuk proses defuzzyfikasi sistem ini menggunakan Persamaan 2.14.

sistem fuzzy kincir ada beberapa rule yang ditetepkan untuk mendapatkan

output yang diinginkan. Berikut adalah rule yang telah ditetapkan.

Tabel 3.1 RuleFuzzy Kincir

T

3.5.4 Blok Fuzzy Logic Keran

Blok ini berisi tentang pengaturan seberapa besar keran akan dibuka agar

kapur dapat mengalir ke tambak, dan mengubah nilai pH seperti yang diinginkan.

Pada pengaturan ini menggunakan metode fuzzy sugeno,yang memiliki sebuah

input dan sebuah output.

1. Membership Function pH

Pada Membership Function pH memiliki 2 fungsi keanggotan yakni asam,

sedikit asam, dan normal. Paramater yang digunakan dalam fungsi keanggotaan

ini berdasarkan karasteristik pH yang cocok untuk udang windu.

Gambar

Gambar 2.5 Konfigurasi pin LCD
Gambar 2.6 Konfigurasi pin IC L293D ()
Gambar 2.7 Representasi Kurva Segitiga
Gambar 2.8 Representasi Kurva Trapesium
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sensor yang dapat digunakan untuk mendeteksi temperatur dalam suatu ruangan adalah sensor suhu seperti LM35.. Sensor ini bekerja berdasarkan kenaikan suhu ruangan, artinya

Sensor yang digunakan untuk mendeteksi kecepatan putar dalam penelitian ini adalah sensor Optocoupler dan sensor yang digunakan untuk mengukur dan mengontrol temperatur motor

Dalam pembuatan sistem ini sensor suhu yang digunakan adalah IC LM35 keluaran semiconductor internasional, alasan penggunaan IC ini sebagai sensor suhu untuk sistem

Prinsip kerja alat ini adalah mengambil nilai yang diinginkan dan nilai pembacaan sensor sebagai masukan, kemudian membandingkan keduanya untuk memutuskan

Permasalahan yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah kemungkinan memanfaatkan diatom epipelic sebagai indikator kualitas lingkungan tambak untuk budidaya udang dengan melihat

Dalam melakukan analisa ini digunakan sensor tipe LM35 yang digunakan sebagai alat sensor suhu didalam rangkaian dengan menggunakan supplay tegangan sebesar 0-5V

Prinsip pengukuran jarak menggunakan sensor ultrasonik HC-SR04 adalah ketika pulsa trigger diberikan pada sensor, transmitter akan mulai memancarkan gelombang ultrasonik,

Alat berbasis mikrokontroler Wemos yang disusun dengan sensor MQ-7 sebagai sensor pendeteksi karbon monoksida dan sensor MQ-135 sebagai pendeteksi kualitas udara akan membaca