• Tidak ada hasil yang ditemukan

TA : Pembuatan Buku Makanan Tradisional Surabaya Sebagai Upaya Melestarikan Produk Lokal.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "TA : Pembuatan Buku Makanan Tradisional Surabaya Sebagai Upaya Melestarikan Produk Lokal."

Copied!
63
0
0

Teks penuh

(1)

TUGAS AKHIR

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA

2013

Nama : Stefanus Lutfi Eliazer NIM : 09.42010.0003

(2)

ix

sebagai jembatan terbatasnya informasi tentang keberadaan makanan tradisional di Surabaya. Kemudian proses produksi buku ini dilakukan dengan melakukan wawancara, observasi, kepustakaan dan studi eksisting yang berguna untuk menentukan konsep desain yang diusung dalam pembuatan buku. Melalui analisis tema konsep desain diperoleh sebuah konsep Penyelamatan Budaya. Konsep yang diusung menjadi tema dalam pembuatan buku harus benar-benar mencerminkan penyelamatan budaya khususnya dalam bidang kuliner maka pada proses mengambil gambar, tata layout menunjukkan bahwa sebagian besar makanan tradisional yang harus diselamatkan, di jaga dan dilestarikan keberadaannya yang ada di sekitar kita. Dari hasil kesepakatan buku ini dapat diharapkan mampu membantu meningkatkan kesadaran masyarakat bahwa penting untuk melestarikan produk lokal berkaitan dengan keberadan makanan tradisional sendiri sehingga makanan tradisional tidak terjajah oleh makanan asing atau fast

food yang kini menjadi pilihan masyakarat.

(3)

xii

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 6

1.3 Batasan Masalah ... 6

1.4 Tujuan ... 6

1.5 Manfaat Perancangan ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1 Pelestarian ... 8

2.2 Makanan Tradisional ... 8

(4)

xiii

BAB III METODE & PERANCANGAN KARYA ... 28

3.1 Metodologi Penelitian ... 28

3.2 Tekni Pengumpulan Data ... 28

3.2 Wawancara ... 28

3.2 Observasi ... 29

3.2 Dokumentasi ... 29

3.2 Studi Eksisting ... 29

3.2 Studi Kepustakaan ... 30

3.3 Teknik Analisis Data ... 30

(5)

xiv

BAB IV IMPLEMENTASI KARYA ... 67

4.1 Implementasi Desain ... 67

BAB V PENUTUP ... 91

5.1 Kesimpulan ... 91

5.2 Saran ... 92

(6)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Jenis Font Serif ... 25

Gambar 2.2 Jenis Font Sans Serif ... 25

Gambar 2.3 Jenis Font Script ... 26

Gambar 3.3.1 Desain Buku Direktori Pariwisata ... 34

Gambar 3.3.2 Isi Buku Direktori Pariwisata ... 34

Gambar 3.3.3 Cover dan Halaman Pertama ... 37

Gambar 3.3.4 Isi Buku ... .38

Gambar 3.3.5 Cover dan Halaman Pertama ... 39

Gambar 3.6 Isi Buku ... 40

Gambar 3.4 Sample Picture Windows Layout ... 51

Gambar 3.4.1 Sample Quadran Layout ... 52

Gambar 3.4.2 Warna ... 53

Gambar 3.6 Sketsa Alternatif Cover Depan ... 60

Gambar 3.6.1 Sketsa cover depan terpilih ... 61

Gambar 3.6.2 Sketsa Alternatif cover belakang ... 62

Gambar 3.6.3 Sketsa Cover belakang terpilih ... 63

Gambar 3.6.4 sketsa alternatif halaman ... 64

Gambar 3.6.5 sketsa halaman terpilih. ... 65

Gambar 4.1 Desain Cover Depan ... 68

Gambar 4.2.2 Desain Cover Belakang ... 70

Gambar 4.2.3 Desain Halaman Penerbit ... 71

Gambar 4.2.4 Desain Halaman Pengantar ... 72

Gambar 4.2.5 Desain Halaman Persembahan ... 73

Gambar 4.2.6 Desain Halaman Daftar Isi ... 74

Gambar 4.2.7 Desain Picture Window Layout pada makanan Semanggi Surabaya ... 75

Gambar 4.2.8 Desain Picture Window Layout pada makanan Lontong Balap ... 76

(7)

xvi

Rujak Cingur ... 77

Gambar4.2.10 Desain Picture Window Layout pada makanan Rawon ... 78

Gambar 4.2.11 Desain Picture Window Layout pada makanan Bebek Surabaya. ... 79

Gambar 4.2.12 Desain Picture Window Layout pada makanan Gado-gado Surabaya ... 80

Gambar 4.2.13 Desain Quadran Layout pada makanan Lontong Kikil ... 81

Gambar 4.2.13 Desain Picture Window Layout pada makanan Tempe Penyet ... 82

Gambar 4.2.14 Desain Picture Window Layout pada makanan Sate Kelapa ... 83

Gambar 4.2.15 Desain Picture Window Layout pada makanan Tahu Tek ... 84

Gambar 4.2.17 Desain Quadran Layout pada makanan Tahu Telur ... 85

Gambar 4.2.18 Desain Picture Window Layout pada makanan Lontong Mie ... 86

Gambar 4.2.19 Desain Picture Window Layout pada makanan Ayam Goreng Pemuda ... 87

Gambar 4.3.1 Desain Poster ... 88

Gambar 4.3.2 Desain Pembatas Buku ... 89

Gambar 4.3.3 Desain X-banner ... 90

(8)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.7.1 Tabel MATRIX SWOT ... 45

(9)

1 1.1Latar belakang

Surabaya memiliki banyak produk lokal yang bisa memberikan kontribusi

terhadap ekonomi daerah, khususnya dalam bidang kuliner. Namun seiring

perkembangan zaman dan masuknya produk asing, seperti makanan cepat saji (fast

food) yang kerap menjadi menu andalan bagi masyarakat Surabaya, produk lokal

mulai terkikis oleh makanan asing. Berangkat dari permasalahan tersebut, sebuah

buku referensi tentang makanan tradisional menjadi penting sebagai upaya

melestarikan produk lokal.

Pembuatan buku sebagai upaya melestarikan produk lokal ialah sebagai upaya

mendokumentasikan dan mempublikasikan guna menyajikan sebuah informasi akan

keberadaan dari makanan tradisional tersebut, sehingga keberadaan dapat

melestarikan akan makanan tradisional Surabaya yang lambat laun terkikis oleh

makanan siap saji atau fast food.

Pelestarian, dalam Kamus Bahasa Indonesia ( Eko, 2006:88 ) berasal dari kata

dasar lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian,

dalam kaidah penggunaan Bahasa Indonesia, pengunaan awalan ke dan akhiran –an

artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya ( kata kerja ). Jadi

berdasarkan kata kunci lestari ditambah awalan ke- dan akhiran –an, maka yang

(10)

tidak berubah dan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan sesuatu

agar tetap sebagaimana adanya. Merujuk pada definisi pelestarian dalam Kamus

Bahasa Indonesia tersebut, maka dapat ditemukan kesimpulan bahwa yang dimaksud

pelestarian produk lokal adalah upaya untuk mempertahankan agar produk lokal tetap

dipertahankan sebagaimana adanya.

Pengertian makanan adalah produk pangan yang siap hidang atau yang

langsung dapat dimakan. Makanan biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah

terlebih dahulu diolah atau dimasak (Soekarto, 1990). Sedangkan yang termasuk

makanan tradisional adalah makanan (termasuk jajanan) dan minuman serta

bahan-bahan campuran (ingredient) yang secara trdisional telah digunakan dan berkembang

di daerah atau masyarakat Indonesia (Anonim, 1996).

Sebagian makanan jajanan (makjan) adalah tergolong makanan tradisonal

yang telah mengalami perkembangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan

pada tahun 1988 terbukti bahwa makanan jajanan yang sifatnya informal ini ternyata

memberi kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian. Tiga puluh persen

kebutuhan makanan rumah tangga dipenuhi dari makanan jajan (Hubeis, 1995).

Dalam pembuatan makanan tradisional peranan budaya manusia sangat

penting, yaitu bentuk ketrampilan, kreativitas, sentuhan seni, tradisi dan selera.

Makin tinggi budaya manusia, makin luas variasi bentuk makanan dan makin

kompleks cara pembuatannya serta makin rumit liku-liku cara penyajiannya. Daya

tarik makanan, seperti rasa, warna, bentuk dan tekstur memegang peranan penting

(11)

Makanan tradisional merupakan makanan yang biasa dimakan sejak beberapa

generasi, terdiri dari hidangan yang cocok dengan selera, tidak bertentangan dengan

agama, kepercayaan masyarakat setempat, dan terbuat dari bahan makanan serta

bumbu-bumbu yang tersedia setempat (Sastroamidjojo, 1995). Makanan tradisional

umumnya terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, termasuk sayuran yang selalu

dimakan mendampingi makanan pokok, dan makanan selingan atau kudapan, di

samping buah-buahan.

Dari pengelompokan tersebut masih dibedakan menjadi makanan biasa, dan

makanan upacara atau makanan istimewa yang dimakan pada waktu-waktu tertentu

(Suryobroto, 1995).

Makanan ialah bagian dari budaya dari setiap kota dimana makanan itu

berada. Di tengah maraknya makanan asing di Surabaya yang menyajikan berbagai

makanan yang siap saji (fast food), makanan tradisional Surabaya mulai terkikis oleh

produk asing khususnya di dalam bidang makanan. Makanan tradisional Surabaya

memiliki pesona makanan yang khas dan menjadi daya tarik di Surabaya. Selain rasa

yang khas, hidangan yang di sajikan pun khas. Berbagai macam pilihan makanan

tradisional khas Surabaya, antara lain semanggi, rujak cingur, gado-gado, tahu tek,

tahu telur, tempe penyet, lontong balap dan lain sebagainya.

Makanan khas Surabaya ini patut di lestarikan akan produk lokal yang selama

ini dibangun oleh warga Surabaya sendiri, sehingga menciptakan sebuah produk

unggulan yang hingga ini dikenal. Warga Surabaya sendiri hanya mengenal beberapa

(12)

Surabaya yaitu melalui buku, sehingga dengan penggunaan buku dapat melestarikan

produk lokal itu sendiri kepada masyarakat Surabaya. Di samping itu buku

merupakan media cetak yang dapat berperan mendidik untuk semua kalangan, mulai

dari anak-anak hingga orang dewasa. Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan

sumber pembangun watak bangsa (Muktiono, 2003:2).

Buku dapat dijadikan pula sebagai sarana informasi untuk memahami sesuatu

dengan mudah. Dalam masyarakat, buku untuk anak-anak umumnya adalah buku

bergambar, karena anak-anak lebih mudah memahami buku tersebut dengan banyak

gambar dari pada tulisan, sedangkan orang dewasa lebih fleksibel untuk memahami

apa yang ada pada buku walaupun tanpa gambar sekalipun (Muktiono, 2003:76).

Dalam media cetak Jawa Pos tanggal 18 November 2012 yang ditulis oleh Abdul

Waid dalam rubrik “BUKU” yang menjelaskan bahwa media cetak seperti buku

bukannya limbung melainkan tetap berjaya dan setiap penerbit meningkatkan jumlah

cetakan dalam setiap bukunya sehingga dapat di simpulkan bahwa buku tetap menjadi

pilihan utama dari pada kualitas internet yang menyajikan berbagai keperluan

ataupun kebutuhan yang masyarakat inginkan.

Sehingga buku yang memiliki komposisi lebih dominan pada gambar akan

dapat di jadikan acuan untuk pembuatan buku makanan tradisonal khas Surabaya dan

buku ini menjadi sebuah buku referensi, disamping itu buku refensi atau buku

rujukan adalah sebuah buku yang di susun dan diolah sedemikian rupa untuk

digunakan sebagai sumber menemukan informasi tertentu dan tidak untuk dibaca

(13)

Dari pernyataan tersebut, pembuatan buku makanan tradisional Surabaya yang

berisi berbagai macam makanan khas Surabaya dan berisi dokumentasi foto-foto

menarik dari setiap menu makanan yang berada di kota Surabaya diharapkan dapat

mewakili keterbatasan informasi dan menjadi sumber kontribusi melestarikan produk

lokal yang sudah dibangun serta mengajak warga Surabaya untuk lebih mengenal

(14)

1.2Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat dirumuskan masalah dari perancangan ini

adalah:

“Bagaimana membuat buku makanan tradisional Surabaya sebagai upaya

melestarikan produk lokal?”

1.3Batasan Masalah

Batasan masalah dalam Pembuatan buku makanan tradisional Surabaya sebagai

upaya melestarikan produk lokal adalah:

1. Buku membahas makanan tradisional khas yang ada di kota Surabaya

2. Ulasan hasil makanan

3. Buku makanan tradisional ini berbentuk buku referensi

4. Bahasa yang terdapat dalam buku adalah bahasa Indonesia

1.4Tujuan

Tujuan dalam Pembuatan buku makanan tradisional Surabaya sebagai upaya

melestarikan produk lokal adalah:

1. Untuk membuat buku makanan tradisional Surabaya sebagai upaya

melestarikan produk lokal.

2. Sebagai bentuk keberadaan makanan tradisional Surabaya

3. Memberikan informasi kepada masyarakat khususnya di Kota Surabaya

tentang makanan-makanan khas Surabaya yang dapat menjual nilai-nilai

(15)

1.5Manfaat Perancangan 1.5.1 Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari pembuatan buku ini adalah dapat menambah

pengetahuan umum akan produk-produk lokal dalam bidang kuliner khususnya kota

Surabaya.

Pembuatan buku ini dapat menjadikan sebagai referensi bagi penelitian yang

lainnya yang melakukan penelitian terhadap makanan tradisional khususnya dalam

perancangan komunikasi visual dalam bentuk buku.

1.5.2 Manfaat praktis

Manfaat praktis dari pembuatan buku ini diharapkan dapat memberikan

kontribusi terhadap Dinas Pariwisata di Kota Surabaya dalam meningkatkan

pengetahuan akan makanan-makanan tradisional khas Surabaya kepada masyarakat,

sehingga masyarakat dapat lebih mengenal nilai-nilai produk lokal yang ada di kota

(16)

8

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

Untuk mendukung pembuatan buku ini, maka berbagai teori dan konsep yang

relevan dirancang secara sistematis sehingga pembuatan buku ini lebih kuat dan

ilmiah.

2.1 Pelestarian

Pelestarian, dalam Kamus Bahasa Indonesia (Eko, 2006:88 ) berasal dari kata

dasar lestari, yang artinya adalah tetap selama-lamanya tidak berubah. Kemudian,

dalam kaidah penggunaan Bahasa Indonesia, pengunaan awalan kedan akhiran –an

artinya digunakan untuk menggambarkan sebuah proses atau upaya ( kata kerja ). Jadi

berdasarkan kata kunci lestari ditambah awalan ke- dan akhiran –an, maka yang

dimaksud pelestarian adalah upaya untuk membuat sesuatu tetap selama-lamanya

tidak berubah dan dapat didefinisikan sebagai upaya untuk mempertahankan sesuatu

agar tetap sebagaimana adanya. Merujuk pada definisi pelestarian dalam Kamus

Bahasa Indonesia tersebut, maka dapat ditemukan kesimpulan bahwa yang dimaksud

pelestarian produk lokal adalah upaya untuk mempertahankan agar produk lokal tetap

(17)

2.2 Makanan Tradisional

Pengertian makanan adalah produk pangan yang siap hidang atau yang

langsung dapat dimakan. Makanan biasanya dihasilkan dari bahan pangan setelah

terlebih dahulu diolah atau dimasak (Soekarto, 1990). Sedangkan yang termasuk

makanan tradisional adalah makanan (termasuk jajanan) dan minuman serta

bahan-bahan campuran (ingredient) yang secara trdisional telah digunakan dan berkembang

di daerah atau masyarakat Indonesia (Anonim, 1996).

Sebagian makanan jajanan (makjan) adalah tergolong makanan tradisonal

yang telah mengalami perkembangan. Berdasarkan hasil penelitian yang dilaksanakan

pada tahun 1988 terbukti bahwa makanan jajanan yang sifatnya informal ini ternyata

memberi kontribusi yang tidak sedikit terhadap perekonomian. Tiga puluh persen

kebutuhan makanan rumah tangga dipenuhi dari makanan jajan (Hubeis, 1995).

Dalam pembuatan makanan tradisional peranan budaya manusia sangat

penting, yaitu bentuk ketrampilan, kreativitas, sentuhan seni, tradisi dan selera.

Makin tinggi budaya manusia, makin luas variasi bentuk makanan dan makin

kompleks cara pembuatannya serta makin rumit liku-liku cara penyajiannya. Daya

tarik makanan, seperti rasa, warna, bentuk dan tekstur memegang peranan penting

dalam menilai makanan siap hidang (Soekarto, 1990).

Makanan tradisional merupakan makanan yang biasa dimakan sejak beberapa

generasi, terdiri dari hidangan yang cocok dengan selera, tidak bertentangan dengan

agama, kepercayaan masyarakat setempat, dan terbuat dari bahan makanan serta

(18)

umumnya terdiri dari makanan pokok, lauk pauk, termasuk sayuran yang selalu

dimakan mendampingi makanan pokok, dan makanan selingan atau kudapan, di

samping buah-buahan. Dari pengelompokan tersebut masih dibedakan menjadi

makanan biasa, dan makanan upacara atau makanan istimewa yang dimakan pada

waktu-waktu tertentu (Suryobroto, 1995).

Makanan tradisional merupakan makanan tradisional khas Surabaya antara lain,

Semanggi Surabaya yang hingga kini sulit untuk di temukan lokasi penjualan seperti

pada umum berjualan dipinggir jalan bahkan di sebuah restoran, kemudian makanan

tradisional Surabaya seperti Rujak Cingur yang dikenal oleh masyarakat luas,

Lontong Balap, Rawon, Bebek Goreng Surabaya, Gado-Gado Surabaya, Lontong

Kikil, kemudian makanan tradisional surabaya juga terdapat pada olahan nabati

seperti Tempe Penyet, Tahu Tek, Tahu Telur. Tak luput makanan tradisional khas

Surabaya seperti Lontong Mie, dan Ayam Goreng Pemuda. Makanan tradisional khas

Surabaya yang disebutkan ialah makanan tradisional asli khas Kota pahlawan yaitu

kota Surabaya.

2.3 Produk lokal

Dalam KBBI (Kamus Besar Bahasa Indonesia) produk yang berartikan barang

atau jasa yang dibuat dan ditambah gunanya atau nilainya di dalam proses produksi

dan menjadi hasil akhir dari proses produksi. Sedangkan arti dari lokal ialah sebuah

ruang yang luas guna memproduksi sebuah barang atau jasa dalam sebuah wilayah

(19)

Jadi produk lokal menjelaskan bahwa barang atau jasa yang dibuat atau

ditambah guna atau nilai yang diproduksi dalam wilayah setempat. Jadi yang di

maksud dengan produk lokal Surabaya adalah barang atau jasa yang di produksi

dalam wilayah Surabaya. Dalam produk lokal Surabaya ini meliputi makanan khas

Surabaya yaitu Semanggi Surabaya, Rujak Cinggur, Lontong Balap dll, guna

mempertahankan nilai kebudayaan asli kota pahlawan yaitu Surabaya.

2.4 Kajian Tentang Buku

Buku adalah sumber ilmu pengetahuan dan sumber pembangun watak bangsa

(muktiono, 2003:2). Buku dapat dijadikan pula sebagai sarana informasi untuk

memahami sesuatu dengan mudah. Dalam masyarakat, buku untuk anakanak

umumnya adalah buku bergambar, karena anak-anak lebih mudah memahami buku

tersebut dengan banyak gambar dari pada tulisan, sedangkan orang dewasa lebih

fleksibel untuk memahami apa yang ada pada buku walaupun tanpa gambar sekalipun

(Muktiono, 2003:76). Buku merupakan koleksi paling umum yang dihimpun

perpustakaan. Pengertian buku adalah terbitan yang membahas informasi tertentu

disajikan secara tertulis sedikitnya 64 halaman tidak termasuk halaman sampul,

diterbitkan oleh penerbit atau lembaga tertentu, serta ada yang bertanggung jawab

terhadap isi yang dikandungnya (Darmono, 2002: 65).

Pemanfaatan buku sebagai media informasi sudah sangat umum.

Sebagaimana yang dikutip dari eniklopedia bebas (www.wikipedia.org), jenis-jenis

(20)

1. Buku Fiksi

Jenis buku ini merupakan salah satu jenis buku yang paling banyakditerbitkan

didunia. Adapun kisah dibalik cerita adalah sebuah fiksi / tidakberdasarkan

kehidupan nyata. Contoh dari buku fiksi adalah : Novel, novelgrafis ataupun

komik.

2. Buku Non Fiksi

Dalam kepustakaan jenis-jenis buku non fisik banyak digunakan

sebagaibuku-buku referensi ataupun juga ensiklopedia. Adapun beberapa jenissebagaibuku-buku non

fiksi antara lain adalah : buku sekolah, buku jurnalistik, atlas,album, laporan

tahunan, dan sebagainya.

Sehingga berdasarkan pernyataan diatas, buku ini adalah salah satu buku

non fiksi, karena buku non fiksi digunakan sebagai buku referensi, dimana sifatdari

pembuatan buku ini adalah sebagai buku referensi, yang menyuguhkaninformasi

makanan tradisional yang ada di kota Surabaya.

2.4.1 Struktur Buku 1. Cover

Merupakan bagian terpenting pada perwajahan buku karena bagian iniharus

dapat mengundang perhatian pembeli untuk tertarik membeli suatubuku.

(21)

a. Front Cover(Cover Depan)

Berisikan Nama Pengarang, Nama Editor, Nomor Edisi, dan Judul Buku.

Fornt Cover biasanya memuat foto atau ilustrasi yang mencerminkan

buku tersebut.

b. Back Cover( Cover Belakang)

Umumnya memuat foto pengarang dan juga mandatoris seperti quotes

ataupun barcode dan juga logo dari penerbit. Mengenai tentang cover,

judul buku akan diletakkan di cover depan, judul merupakan bagian

terpenting dari sebuah buku, karena melalui judul inilah pembaca akan

memutuskan untuk melihat dan membaca informasi yang berada dalam

buku atau malah sebaliknya untuk mengalihkan perhatiannya.

2. Halaman Pengantar Buku

a. Halaman Judul (halaman ii)

Halaman ini berisi judul buku, nama pengarang, dan juga nama penerbit.

b. Halaman Dedikasi (halaman iii)

Halaman ini berisi judul buku, nama pengarang, dan juga nama penerbit.

c. Halaman Pra Kata

Berisikan tentang Kata pengantar yang buat oleh editor, atau pun orang

yang mempunyai hubungan dengan pengarang dalam proses pembuatan

(22)

d. Daftar Isi

Merupakan halaman penting dalam pembuatan sebuah buku non fiksi

karena akan memuat isi-isi dalam setiap halamannya.

e. Kata Pengantar

Berisikan kata pengantar oleh pengarang yang ditujukan kepada pembaca.

f. Halaman Persembahan

Berisikan sebuah ucapan syukur atau terimakasih pengarang kepada

pihak-pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan buku.

3. Halaman Isi

a. Pendahuluan

Dalam penulisan buku non fiksi pada halaman ini yang dijelaskan pertama

kali ialah pendahuluan yang tertuju ke topik.

b. Kesimpulan

Merupakan kesimpulan dari seluruh isi buku.

c. Tentang Pengarang

Berisikan Biodata penulis, Riwayat Hidup, serta pas foto penulis.

2.5 Layout

Menurut Tom Lincy dalam buku (Kusrianto, 2007: 277), prinsip layout yang

(23)

keseimbangan, kontras, irama dan kesatuan. Dalam pembuatan buku ini desain layout

menjadi landasan dasar untuk menjadikan acuan dalam memberikan panduan dalam

mendesain layout dari pembuatan buku makanan tradisional Surabaya. Untuk

mengatur layout, maka di perlukan pengetahuan akan jenis-jenis layout. Berikut

adalah jenis-jenis layout pada media cetak, baik majalah, iklan, koran maupun sebuah

buku.

1. Mondrian Layout

Mengacu pada konsep seorang pelukis Belanda bernama Piet Mondrian,

yaitu penyajian iklan yang mengacu pada bentuk-bentuk square / landscape

/ portait, dimana masing-masing bidangnya sejajar dengan bidang

penyajian dan memuat gambar / copy yang saling berpadu sehingga

membentuk suatu komposisi yang konseptual.

2. Multi Panel Layout

Bentuk iklan dimana dalam satu bidang penyajian dibagi menjadi beberapa

tema visual dalam bentuk yang sama (square/double square semuanya).

3. Picture Window Layout

Tata letak iklan dimana produk yang diiklankan ditampilkan secara close

up. Bisa dalam bentuk produknya itu sendiri atau juga bisa menggunakan

(24)

4. Copy Heavy Layout

Tata letaknya mengutamakan pada bentuk copy writing (naskah iklan) atau

dengan kata lain komposisi layout nya di dominasi oleh penyajian teks

(copy).

5. Frame Layout

Suatu tampilan iklan dimana border/bingkai/frame nya memberntuk suatu

naratif (mempunyai cerita).

6. Shilhoutte Layout

Sajian iklan yang berupa gambar ilustrasi atau tehnik fotografi dimana

hanya ditonjolkan bayangannya saja. Penyajian bisa berupa Text-Rap atau

warna spot color yang berbentuk gambar ilustrasi atau pantulan sinar

Komposisi gambar visualnya, bahkan kadang-kadang teks dan susunannya

(25)

9. Jumble Layout

Penyajian iklan yang merupakan kebalikan dari sircus layout, yaitu

komposisi beberapa gambar dan teksnya disusun secara teratur.

10.Grid Layout

Suatu tata letak iklan yang mengacu pada konsep grid, yaitu desain iklan

tersebut seolah-olah bagian per bagian (gambar atau teks) berada di dalam

skala grid.

11.Bleed Layout

Sajian iklan dimana sekeliling bidang menggunakan frame (seolah-olah

belum dipotong pinggirnya). Catatan: Bleed artinya belum dipotong

menurut pas cruis (utuh) kalau Trim sudah dipotong.

12.Vertical Panel Layout

Tata letaknya menghadirkan garis pemisah secara vertical dan membagi

layout iklan tersebut.

13.Alphabet Inspired Layout

Tata letak iklan yang menekankan pada susunan huruf atau angka yang

berurutan atau membentuk suatu kata dan diimprovisasikan sehingga

menimbulkan kesan narasi (cerita).

14.Angular Layout

Penyajian iklan dengan susunan elemen visualnya membentuk sudut

(26)

15.Informal Balance Layout

Tata letak iklan yang tampilan elemen visualnya merupakan suatu

perbandingan yang tidak seimbang.

16. Brace Layout

Unsur-unsur dalam tata letak iklan membentuk letter L (L-Shape). Posisi

bentuk L nya bisa tebalik, dan dimuka bentuk L tersebut dibiarkan kosong.

17. Two Mortises Layout

Penyajian bentuk iklan yang penggarapannya menghadirkan dua insetyang

masing-masing memvisualkan secara diskriptif mengenai hasil

penggunaan/detail dari produk yang ditawarkan.

18.Quadran Layout

Bentuk tampilan iklan yang gambarnya dibagi menjadi empat bagian

dengan volume/isi yang berbeda.Misalnya kotak pertama 45%, kedua 5%,

ketiga 12%, dan keempat 38%. (mempunyai perbedaan yang menyolok

apabila dibagi empat sama besar).

19.Comic Script Layout

Penyajian iklan yang dirancang secara kreatif sehingga merupakan bentuk

media komik, lengkap dengan captions nya.

20.Rebus Layout

Susunan layout iklan yang menampilkan perpaduan gambar dan teks

(27)

2.6 Proporsi

Proporsi adalah kesesuaian antara ukuran halaman dengan isinya (Kusrianto,

2007: 277). Penerapan teori ini dalam pembuatan buku how to makanan tradisional di

kota Surabaya, sebagai salah satu media bagi visualisasi sebuah konsep dalam

penerapan perbandingan ukuran yang digunakan untuk menentukan penataan visual,

keseimbangan visual demi membentuk proporsi yang sesuai.

2.7 Keseimbangan

Keseimbangan merupakan suatu pengaturan agar penempatan dalam suatu

halaman memiliki efek seimbang (Kusrianto, 2007: 279). Keseimbangan dalam

pembuatan buku ini membantu membentuk sebuah proporsi visual yang sesuai, yang

bertujuan untuk memberikan elemen visual yang memiliki kesan nyaman untuk di

terapkan pada pembuatan buku makanan tradisional Surabaya.

2.8 Unsur-Unsur Desain

Dalam pembuatan buku makanan tradisional Surabaya, pembahasan tentang

desain layout berperan memberikan pengarahan tentang pengaturan layout halaman

dalam sebuah buku. Desain layout mengacu pada unsur-unsur desain yang terdiri dari

Garis, Warna, sehingga unsur-unsur desain juga memiliki peran dalam memberikan

acuan untuk unsur-unsur desain yang akan dijadikan satu kesatuan dalam penyusunan

(28)

2.8.1 Garis (Line)

Garis adalah elemen visual yang dapat dipakai dimanapun dengan tujuan

untuk memperjelas dan mempermudah pembaca (Supriyono, 2010:58). Garis

merupakan salah satu unsur desain untuk terbentuknya sebuah gambar. Garis

memiliki sifat-sifat tang dapat memiliki arti atau kesan.

1. Garis Tegak, memiliki kesan kuat, kokoh, tegas dan hidup

2. Garis Datar, memiliki kesan lemah, tidur, dan mati.

3. Garis Lengkung memiliki kesan lemah, lembut dan mengarah.

4. Garis Patah, memiliki kesan hati-hati dan cermat.

5. Garis Miring, memiliki kesan menyudutkan.

6. Garis Berombak, memiliki kesan yang berirama.

Sifat-sifat garis tersebut adalah acuan untuk desain layout yang dapat

menjadi acuan untuk mendukung dan menentukan desain layout untuk

pembuatan buku makanan tradisional di kota Surabaya.

2.8.2 Warna

Warna merupakan unsur penting dalam obyek desain. Karena warna memiliki

kekuatan yang mampu mempengaruhi citra orang yang melihatnya. Masing-masing

warna mampu memberikan respon secara psikologis (Supriyono, 2010:58). Warna

diyakini mempunyai dampak psikologis terhadap manusia. Dampak tersebut dapat

dipandang dari berbagai macam aspek, baik aspek panca indera, aspek budaya dan

(29)

Berikut ini jenis macam rasa terhadap warna:

1. Warna netral

Warna netral adalah warna-warna yang tidak lagi memiliki kemurnian

warna atau dengan kata lain bukan merupakan warna primer maupun

sekunder. Warna ini merupakan campuran ketiga komponen warna

sekaligus, tetapi tidak dalam komposisi tepat sama.

2. Warna Kontras

Warna kontras adalah warna yng berkesan berlawanan satu dengan yang

lainnya. Warna kontras bisa didapatkan dari warna yang bersebrangan

(memotong titik tengah segitiga) terdiri atas warna primer dan warna

sekunder. Tetapi tidak menutup kemungkinan pula membentuk kontras

warna dengan mengolah nilai ataupun kemurnian warna, contoh warna

kontras adalah merah dengan hijau, kuning dengan ungu, dan biru dengan

jingga.

3. Warna Panas

Warna panas adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran di

dalam lingkungan warna mulai dari merah hingga kuning. Warna ini

menjadi symbol, riang, semangat, marah dan sebagainya. Warna

mengesankan jarak yang dekat. Tetapi justru barang yang mempunyai

(30)

4. Warna Dingin

Warna dingin adalah kelompok warna dalam rentang setengah lingkaran

di dalam lingkaran warna mulai dari hijau hingga ungu. Warna ini menjadi

symbol kelembutan, sejuk, nyaman, dan sebagainya. Warna sejuk

mengesankan jarak yang jauh. Tetapi justru barang yang mempunyai

warna dingin ini radiasi panasnya besar

Menurut E. Holzschlag dalam tulisannya “Creating Color Scheme”

warna memiliki respon psikologis yang mampu ditimbulkan.’

1. Merah, memiliki respon psikologi kekuatan, bertenaga, kehangatan,

nafsu, cinta, agresifitas dan bahaya.

2. Biru, memiliki respon psikologi kepercayaan, konservatif, keamanan,

teknologi, kebersihan dan perintah.

3. Hijau, memiliki respon psikologi alami, kesehatan, pandangan yang

enak, kecemburuan dan pembaharuan.

4. Kuning, memiliki respon psikologi optimis, harapan, filosofi, ketidak

jujuran, pengecut dan pengkhianatan..

5. Ungu, memiliki respon psikologi spiritual, misteri, keagungan,

perubahan bentuk dan arogan.

6. Orange, memiliki respon psikologi energy, keseimbangan, dan

kehangatan.

7. Coklat memiliki respon psikologi dapat dipercaya, nyaman, dan

(31)

8. Abu-abu, memiliki respon psikologi intelek, futuristik, modis,

kesenduan dan merusak.

9. Putih, memiliki respon psikologi kemurnian, suci, bersih, steril dan

kematian.

10.Hitam, memiliki respon psikologi seksualitas, kemewahan, misteri,

ketakutan dan keanggunan.

Warna tidak hanya dapat dilihat respon psikologis namun warna juga dapat

dilihat dari tiga dimensi.

a. Hue

Berdasarkan hue, warna digolongkan menjadi tiga golongan, primer,

sekunder, dan tersier.

b. Value

Dalam value, warna dinilai dari terang-gelapnya warna. Semua warna dapat

dikurangi, diperlemah kekuatannya sehingga menjadi muda atau diperkuat

kekuatannya menjadi lebih gelap.

c. Intensitas

Intensitas berarti tingkat kemurnian atau kejernihan warna,. Intensitas warna

memiliki intensitas penuh ketika tidak dipadukan dengan warna lain,

berbanding sebaliknya, intensitas warna yang kurang menjadikan warna

(32)

2.8.3 Tipografi

Teks adalah bagian penting dalam desain, sehingga mempelajari ilmu yang

mempelajari tentang huruf cetak sangatlah diperlukan dalam penyusunan sebuah

desain. Ilmu yang mempelajari tentang teks adalah tipografi, tipografi didefinisikan

sebagai suatu proses seni untuk menyusun bahan publikasi menggunakan huruf cetak

dan merangkainya dalam sebuah komposisi yang tepat untuk memperoleh suatu

tampilan yang dikehendaki.

Desain komunikasi visual tidak bisa lepas dari tipografi sebagai unsur

pendukungnya. Karena rangkaian huruf dalam sebuah kata atau kalimat bisa berarti

suatu makna yang mengacu pada sebuah gagasan dan memiliki kemampuan untuk

menyampaikan suatu citra ataupun kesan secara visual ( Kusrianto, 2006:190 ).

Pemilihan jenis font diperlukan sebagai media pendukung, sehingga penerapan

teori tipografi ini dapat menjadi sebuah pemahaman untuk menentukan jenis font

yang akan diperlukan dalam perancangan buku monumen di kota Surabaya.

Menurut ( Rustan, 2011: 1-10 ) pengelompokan huruf sesuai garis besar antara

lain :

1. Serif

Huruf jenis serif dapat dikenali memiliki kait yang terdapat diujung-ujungnya.

(33)

Gambar 2.1 Jenis Font Serif

Sumber : (www.desanstudio.com)

2. Sans Serif

Huruf jenis sans serif tidak memiliki kait yang terdapat diujung-ujungnya.

Sans serif melambangkan kesederhanaan.

Gambar 2.2 Jenis Font Sans Serif

Sumber : (www.sitepoint.com)

3. Script

Jenis huruf ini juga sering disebut Kursif. Huruf ini menyerupai goresan

tangan yang dikerjakan dengan pena, kuas atau pensil tajam dan biasanya

miring ke kanan. Kesan yang ditimbulkan adalah sifat pribadi, akrab,

keanggunan, dan kepuasan. Seperti halnya huruf jawa adalah salah satu

(34)

Gambar 2.3 Jenis Font Script

Sumber : (www.cactusproject.com)

2.8.4 STP ( Segmentasi, Targeting, Positioning )

Diungkapkan oleh Philip kotler (Marketing 3.0: from Product to Customers to

the Human Spirit. 2011.136) menyatakan “ Perusahaan menawarkan produk

unggulannya kepada masyarakat luas. Akan tetapi, untuk mendapatkan keuntungan

yang maksimal perusahaan harus memilih pasar apa yang ingin mereka layani.

1. Segmentasi

Segmentasi pasar adalah merupakan konsep yang mendasari strategi pemasaran

perusahaan dan pengalikasian sumber daya yang harus dilakukan dalam rangka

mengimplementasikan program pemasaran dalam buku Fandy Tjiptono (2008:

211).

2. Targeting

Targetting menurut Fandy Tjiptono (2008: 211), merupakan proses

mengevaluasi dan memilih satu atau beberapa segmen pasar yang dinilai

(35)

3. Positioning

Menurut Rhenal Kasali (1998: 49) Positioning adalah suatu strategi untuk

memasuki jendela otak konsumen. Positioning tidak dianggap penting selama

barang-barang yang tersedia dalam suatu masyarakat tidak begitu banyak serta

persaingan belum menjadi sesuatu yang penting dan positioning akan menjadi

(36)

67 4.1 Konsep

Dengan menggunakan konsep “Culture Rescue” yang dibingkai dalam

foto eksklusif, maka upaya untuk melestarikan produk lokal, akan tergambar jelas

dalam sebuah buku. Pengambilan gambar visual mengutamakan daya tarik minat

sebuah foto agar dapat mudah mengetahui informasi tentang makanan tradisional

Surabaya, melestarikan makanan tradisional guna menjaga nilai local budaya

Surabaya yang dalam bidang kuliner. Konsep yang mendasari buku ini ialah

“culture rescue” yang memiliki sebuah pesan yakni melalui buku “Surabaya

Heritage Food” ikut melesatarikan, menjaga dan ikut melindungi dari carut

marutnya makanan asing yang mengutamakan cepat saji guna mempercepat

efektifitas waktu dan buku Surabaya Heritage Food juga memberikan informasi

(37)

4.2

Implementasi Karya

4.2.1 Desain Cover

Gambar 4.1 Desain Cover

Konsep desain cover yang dipilih berdasarkan pertimbangan Surabaya

memiliki kuliner yang dikenal oleh masyarakat luas. Pemilihan foto makanan

lontong balap sebagai ilustrasi foto pada cover depan buku tak lepas dari sejarah

mengapa disebut dengan lontong balap. Pada cover depan pemilihan font

(38)

readibity. Sedangkan bahasa yang digunakan untuk judul ialah “Surabaya

Heritage Food”, pemilihan bahas ini berdasarkan bahwa memiliki arti untuk

melestarian dan menjaga eksistensi makana tradisional Surabaya serta

penggunaan bahasa mudah untuk mengingat buku makanan tradisional Surabaya.

Sedangkan untuk tagline yang disampaikan menggunakan bahsa Indonesia

ialah bahasa yang digunakan sehari-hari dan dapat digunakan dalam

berkomunikasi serta memilik arti bahwa makanan tradisional perlu penyelamatan

sebagai produk lokal. Pada pewarnaan background dan font dipilih berdasarkan

warna-warna yang diperoleh keyword. Sedangkan jenis font yang dipergunakan

sebagai headline dan tagline ialah Harabara, font ini berjenis san serif, dimana

font ini memiliki sifat kemudahan untuk membaca dan luwes ketika membacanya

(39)

4.2.2 Desain Cover belakang

Gambar 4.2.2 Desain Cover belakang

Cover belakang memiliki 4 foto makanan yang menjadi bagian dari isi

buku. Foto tersebut berfungsi sebagai penekanan informasi secara visual makanan

yang terdapat pada cover depan, sehingga pembaca dapat memahami serta

(40)

4.2.3 Desain Halaman Penerbit

Gambar 4.2.3 Desain Halaman Penerbit

Layout pada halaman penerbit ialah salah satu contoh menggunakan layout

picture windows, yang lebih menekankan pada sisi gambar makanan tradisional

(41)

4.2.4 Desain Halaman Pengantar

Gambar 4.2.4 Desain Halaman Pengantar

Merujuk halaman pengantar yang berisi tentang sambutan penulis dan

terdapat foto monument Sura & baya. Penggunaan layout picture windows pada

halaman ini menekankan pembaca agar tidak merasa bosan dan jenuh ketika

(42)

4.2.5 Desain Halaman Persembahan

Gambar 4.2.5 Desain Halaman Persembahan

Merujuk pada halaman persembahan, dalam halaman terdapat ucapan

terima kasih kepada banyak pihak yang sudah membantu, berpartisipasi dalam

(43)

4.2.6 Desain Halaman Daftar Isi

Gambar 4.2.5 Desain Halaman Daftar Isi

Merujuk pada halaman daftar isi, dalam halaman terdapat susunan atau

urutan makanan tradisional Surabaya, sehingga masyarakat dapat melihat secara

(44)

4.2.7 Desain Picture Window Layout pada makanan Semanggi Surabaya

Gambar 4.2.7 Desain Picture Window Layout

Pada judul makanan tradisional Surabaya yaitu Semanggi Surabaya,

menggunakan layout Picture window yang menekankan pada foto yang

menjelaskan isi makanan semanggi serta dengan pengambilan foto secara close up

maka terlihat jelas makanan semanggi surabaya ini dapat menarik minat

masyarakat dan terdapat artikel yang menjelaskan makanan semanggi Surabaya

(45)

4.2.8 Desain Picture Window Layout pada makanan Lontong Balap

Gambar 4.2.8 Desain Picture Window Layout

Pada lembar berikutnya judul makanan tradisional Surabaya ialah Lontong

Balap. Pada makanan lontong balap menggunakan layout Picture window yang

menekankan pada foto yang menjelaskan isi makanan lontong balap serta dengan

sudut foto yang mendominasi isi layout tersebut, maka terlihat Lontong Balap ini

dapat menarik minat masyarakat dan terdapat artikel yang menjelaskan makanan

(46)

4.2.9 Desain Picture Window Layout pada makanan Rujak Cingur

Gambar 4.2.8 Desain Picture Window Layout

Merujuk pada menu makanan tradisional Surabaya yaitu Rujak Cingur,

dalam halaman ini menggunakan layout Picture window yang menekankan pada

foto yang menjelaskan isi dari Rujak Cingur, terdapat lontong sebagai

karbohidrat, tahu, tauge, buah-buahan dan bahan utama ialah cingur sapi yang

menjadi ciri khas makanan tersebut. Dari segi tata layout artikel, terlihat lebih

(47)

4.2.10 Desain Picture Window Layout pada makanan Rawon

Gambar 4.2.10 Desain Picture Window Layout

Merujuk pada halaman buku ini yang berjudul Rawon, terlihat bahwa

layout ini menekankan pada sisi foto yang mendomimasi dari keluruhan bidang,

yang ingin menjelaskan bahwa makanan Rawon memiliki makanan pelengkap

seperti empal, tempe, dan telur asin serta disajikan dengan nasi, sambal dan tauge.

Dari segi penataan layout terdapat 2 buah foto pendukung untuk menjelaskan

(48)

4.2.11 Desain Picture Window Layout pada makanan Bebek Surabaya

Gambar 4.2.11 Desain Picture Window Layout

Pada halaman buku ini yang berjudul Bebek Surabaya, terlihat bahwa

layout ini menekankan pada sisi foto yang mendomimasi dari keluruhan bidang,

yang ingin menjelaskan bahwa makanan Bebek Surabaya memiliki makanan

pelengkap seperti lalapan, sambal serta disajikan dengan nasi dan gorengan

tepung atau disebut dengan “kremes”. Dari segi penataan layout terdapat 3 buah

foto pendukung dengan sudut pengambilan berbeda guna menjelaskan makanan

(49)

4.2.12 Desain Picture Window Layout pada makanan Gado-Gado Surabaya

Gambar 4.2.12 Desain Picture Window Layout

Halaman makanan Gado-gado Surabaya, terlihat bahwa layout ini

menekankan pada sisi foto yang mendomimasi dari keluruhan bidang, yang ingin

menjelaskan bahwa makanan Gado-gado Surabaya memiliki sangat berbeda

dengan gado-gado jakarta, informasi tersebut terdapat pada artikel yang tercantum

dalam buku. Kemudian dari segi penataan layout artikel terdapat 3 baris artikel

(50)

4.2.13 Desain Quadran Layout pada makanan Lontong Kikil

Gambar 4.2.12 Desain Quadran Layout

Pada halaman berikut makanan tradisional khas Surabaya ialah Lontong

Kikil, terlihat bahwa layout ini menampilkan 3 buah foto yang mendomimasi dari

keluruhan bidang, yang ingin ditekankan bahwa makanan Lontong Kikil disajikan

dengan irisan lontong, irisan daun bawang, dan taburan sambal kering serta

diberikan jeruk nipis agar tercipta rasa segar ketika menikmatinya. Kemudian dari

segi penataan layout artikel terdapat artikel yang mengulas lontong kikil serta

(51)

4.2.14 Desain Picture Window Layout pada makanan Tempe Penyet

Gambar 4.2.14 Desain Picture Window Layout

Pada halaman berikut makanan tradisional khas Surabaya yang sangat

terjangkau harga ialah Tempe Penyet, terlihat bahwa layout ini ke-2 foto

mendomimasi dari keluruhan bidang, yang ingin ditekankan bahwa makanan

Tempe Penyet yang disajikan dengan lalapan dan nasi, kemudian dari sisi foto,

yang di tekankan pada tekstur dari tempe yang dapat menggugah selera.

Kemudian dari segi penataan layout artikel terdapat artikel yang mengulas

makanan Tempe Penyet serta mengutamakan unsur legibility dan readibilty guna

(52)

4.2.15 Desain Picture Window Layout pada makanan Sate Kelapa

Gambar 4.2.15 Desain Picture Window Layout

Pada sisi halaman berikut buku ini yang berjudul Sate Kelapa, terlihat

bahwa layout ini menekankan pada sisi foto yang mendomimasi dari keluruhan

halaman sehingga yang di tekankan pada halaman ini ialah menampilkan ekslusif

dari makanan sate kelapa yang sudah menjadi bagian makanan tradisional

Surabaya yang sudah mulai terkikis. Dari segi penataan layout terdapat 2 buah

artikel yang menjelaskan makanan sate kelapa dibalut dengan kelapa dan ditusuk

dengan bambu maupun dengan tusuk sate pada umumnya kemudian disiram

(53)

4.2.16 Desain Picture Window Layout pada makanan Tahu Tek

Gambar 4.2.16 Desain Picture Window Layout

Halaman berikut buku ini yang berjudul Tahu tek. Terlihat dari nama

makanan sudah unik dan menjadi makanan tradisional kota Surabaya yang sudah

menjadi bagian dari kota Surabaya. Dari segi penataan layout terdapat 2 buah foto

yang menjadi dominan dari layout secara keseluruhan guna menampilkan

kelezatan dari makanan tersebut serta tak lupa terdapat 3 baris artikel yang

menjelaskan nama tahu tek tercipta dari mana hingga bumbu yang dicampur

(54)

4.2.17 Desain Quadran Layout pada makanan Tahu Telur

Gambar 4.2.17 Desain Quadran Layout Window

Pada salah satu judul makanan tradisional Surabaya yaitu Tahu Telur, pada

halaman ini menggunakan layout quadran yang menekankan pada menu pilihan

foto yang menjelaskan dari beberapa sudut atau angle pengambilan foto guna

dapat menarik pembaca serta tidak membuat jenuh ketika membaca artikel yang

(55)

4.2.18 Desain Picture Window Layout pada makanan Lontong Mie

Gambar 4.2.18 Desain Picture Window Layout

Halaman berikut buku ini yang berjudul Lontong Mie. Terlihat dari nama

makanan hampir sama dengan lontong balap. Pada halaman ini terdapat 2 buah

foto yang menjadi dominan dari layout secara keseluruhan guna menampilkan

kelezatan dari makanan tersebut serta tak lupa terdapat 2 baris artikel yang

menjelaskan Lontong mie hingga disajikan dengan pelengkap dari lontong mie itu

(56)

4.2.19 Desain Quadran Layout pada makanan Ayam Goreng Pemuda

Gambar 4.2.19 Desain Quadran Layout Window

Pada halaman terakhir makanan tradisional Surabaya yaitu Ayam Goreng

Pemuda, pada halaman ini menggunakan layout quadran yang menekankan pada

menu pilihan foto yang menjelaskan dari beberapa sudut atau angle pengambilan

foto sehingga dapat menarik pembaca serta tidak membuat jenuh ketika membaca

(57)

4.3 Desain Media Pendukung 4.3.1 Desain Poster

Gambar 4.3.1 Desain Poster

Pada media pendukung dalam buku makanan tradisional Surabaya berupa

poster yang berukuran A3 (297x420mm) menggunakan desain layout yang dapat

terlihat secara langsung dengan menampilkan sebagian dari makanan tradisional

yang berada di dalam buku sehingga pembaca akan tertarik ketika melihat

(58)

4.3.2 Desain Pembatas Buku

Gambar 4.3.1 Desain Pembatas buku

Pada media pendukung kedua dalam buku makanan tradisional Surabaya

berupa pembatas buku yang berukuran 30x150mm menggunakan desain layout

yang dapat terlihat secara langsung dengan menampilkan ikon kota Surabaya serta

headline dan subheadline “Surabaya Heritage Food” sebagai judul buku makanan

(59)

4.3.3 Desain X-banner

Gambar 4.3.3 Desain X-banner

Pada media pendukung keetiga dalam buku makanan tradisional Surabaya

berupa x-banner yang berukuran 60x160mm menggunakan desain layout yang

dapat terlihat secara langsung dengan menampilkan sebagian makanan tradisional

Surabaya yang sudah dikenal oleh masyatakat serta headline dan subheadline

(60)

91 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang dapat diambil dari Pembuatan Buku Makanan

Tradisional Surabaya sebagai berikut:

1. Dalam pembuatan buku makanan tradisional Surabaya, melalui beberapa

proses, dengan mengumpulkan dara melalui pihak pemerintah hingga

survey lokasi makanan tradisional Surabaya itu dijual. Kemudian

dilakukan proses pengambilan foto dengan menggunakan sudut pandang

yang dapat menarik minat pembaca serta penataan layout buku yang

sesuai dengan konsep yang digunakan.

2. Konsep dalam Pembuatan Buku Makanan Tradisional Surabaya ialah

“Culture Rescue” yaitu menyelamatkan produk budaya yakni berupa

makanan tradisional Surabaya yang kian lama mulai terkikis oleh

makanan asing atau fast food.

3. Dengan adanya buku makanan tradisional Surabaya ini sebagai upaya

untuk melestarikan produk lokal kota Surabaya. Kemudian

diimplementasikan dalam bentuk konsep kreatif, strategi komunikasi dan

strategi media. Implementasi pembuatan buku makanan tradisional

Surabaya ini diharapkan dapat dikenal lagi oleh masyarakat kota Surabaya

bahkan masyarakat luar Surabaya, yang ditunjukkan dengan pembuatan

(61)

5.2 Saran

Pembuatan buku makanan tradisional Surabaya ialah salah satu bentuk

upaya ikut melesatarian produk lokal yang berupa makanan tradisional di kota

Surabaya yang sudah dilakukan oleh pihak pemerintahan. Selain itu juga sebagai

dokumentasi bahwa makanan yang dirangkum dalam buku ini merupakan

makanan khas Surabaya serta mampu menjadi referensi atau bahan rujukan untuk

melakukan pembuatan atau perancangan selanjutnya serta ikut melestarikan

(62)

_________. 2000. Membidik Pasar Indonesia, Segmentasi Targeting Positioning. Jakarta: Gramedia

Kusrianto, Adi. 2007. Pengantar Desain Komunikasi Visual. Yogyakarta: Andi

Miles B, Matthew dan A. Michael Huberman. 2007. Analisis Data Kualitatif. Terjemahan. Jakarta. Universitas Indonesia.

Muktiono, Joko D. 2003. Aku Cinta Buku, Menumbuhkan Minat Baca Pada Anak, Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.

Nazir. 1988. Metode Penelitian. Jakarta : Ghalia Indonesia.

Rustan, Surianto S.Sn. 2008. Layout dan Dasar Penerapannya. Jakarta: PT

Sastroamidjojo, S. 1995. Makanan Tradisional, Status Gizi, dan Produktivitas

Kerja. Dalam Prosiding Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional. Jakarta: Kantor Menteri Negara Urusan Pangan.

Surjodibroto, W. 1995. Hubungan antara Makanan Tradisional dan Tingkat

Kebugaran Masyarakat Indonesia. Dalam Prosiding “Widyakarya Nasional Khasiat Makanan Tradisional”. Jakarta: Kantor Menteri Negara Urusan Pangan.

Supriyono, Rakhmat. 2010. Desain Komunikasi Visual Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: ANDI

Yatim Riyanto. 2001. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: SIC.

(63)

Makanan. Jurnal Halal. No. 07/11/ September-Nopember: 29-33.

Sumber Koran

Abdul Waid, penulis buku tinggal di kebumen pada media massa jawa pos dalam rubric BUKU, minggu 18 november 2012

Dokumen Negara

Panduan Pusat Kajian Makanan Tradisional. Kantor MenPangan - Depdikbud. Jakarta, 1996.

Literatur Lain

Gambar

Tabel 3.3.5 Tabel Analisis Keyword ....................................................................
Gambar 2.2 Jenis Font Sans Serif
Gambar 2.3 Jenis Font Script
Gambar 4.1 Desain Cover
+7

Referensi

Dokumen terkait

menggunakan media grafis dengan pengintegrasian nilai-nilai imtaq lebih baik jika dibandingkan dengan hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen untuk pre-tes yang

Dengan adanya permasalahan tersebut maka rumusan masalah untuk penelitian ini ialah bagaimana merancang sebuah aplikasi yang dapat menampilkan informasi bahwa

Berdasarkan hasil pembahasan dan uraian mengenai Operasi Atalanta di Teluk Aden, dapat disimpulkan bahwa tujuan Uni Eropa melaksanakan misi di Teluk Aden antara lain

Melihat kenyataan bahwa kebudayaan yang ada di Indonesia sangatlah banyak ragamnya, maka cerita rakyat yang dipilih adalah berasal dari kota Surabaya, yaitu Sura dan

Definisi dari data primer, adalah data yang dihimpun secara langsung dari sumbernya dan diolah sendiri oleh lembaga bersangkutan untuk dimanfaatkan. 1) Observasi tentang

Untuk tingkat kecerdasan naturalis rendah, kelompok yang mengikuti metode experiential learning lebih tinggi dalam meningkatkan pengetahuan konsep ekosistem siswa

Berdasarkan Tabel 8 dapat diketahui bahwa total biaya rata-rata per hektar usahatani lada putih di Desa Kedarpan Kecamatan Kejobong Kabupaten Purbalingga yang

Data yang dikumpulkan untuk penelitian ini meliputi data primer (data produktif dan non produktif pekerja melalui teknik work sampling , data performance rating