• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Analisis Gerombol Untuk Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Penerapan Analisis Gerombol Untuk Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENERAPAN ANALISIS GEROMBOL UNTUK PROFIL KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Oleh :

SURYATI NIM. 081000028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

PENERAPAN ANALISIS GEROMBOL UNTUK PROFIL KESEHATAN IBU DAN ANAK DI PROVINSI SUMATERA UTARA

TAHUN 2011

SKRIPSI

Diajukan SEbagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh : SURYATI NIM. 081000028

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)
(4)

ABSTRAK

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi mendatang. Tingginya angka kematian ibu dan anak tersebut menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan, baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Untuk menggambarkan cakupan pelayanan KIA tersebut berdasarkan wilayah kerja atau kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dapat dilakukan dengan analisis gerombol/cluster dengan metode K-Means dan dievaluasi dengan analisis diskriminan.

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan analisis gerombol untuk menggambarkan profil kesehatan ibu dan anak di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011. Adapun jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data profil kesehatan ibu dan anak tahun 2011 dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 gerombol yaitu status KIA baik ada 22 kabupaten/kota yang terdiri dari Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Serdang Bedagai, Batubara, Padang Lawas, Sibolga, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan, Padang Sidimpuan, dan Gunung Sitoli. Untuk status KIA sedang ada 9 kabupaten/kota yang terdiri dari Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Padang Lawas Utara, Nias Utara, Tanjung Balai, dan Binjai. Serta status KIA buruk ada 2 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari Nias Selatan dan Nias Barat.

Saran dari penelitian ini adalah agar pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melengkapi pencatatan data yang tidak lengkap sehingga diperoleh kabupaten/kota yang tepat pada status KIA baik, status KIA sedang dan status KIA buruk supaya dapat memperbaiki program KIA dalam merencanakan pembangunan kesehatan.

(5)

ABSTRACT

The problem of maternity and children health is as a national problem which requires serious attention because it determines the quality of human resources in the future. High rate of mortality shows that maternity and children health is very urgent to add from both the scope and service quality. In describing the scope of maternity and children health service based on working area or regency/city in North Sumatera Province, it can be conducted by cluster analysis with K-Means method and it is evaluated with discriminant analysis.

The objevtive of the research was to apply cluster analysis to describe the profile of children and maternity health in North Sumatera province in 2011. This was descriptive research. The collected data was secondary data and taken from the profile of maternity and children in 2011 from Health Departement, North Sumatera University.

The results of research showed that there were 3 clusters namely the cluster categorized good as found in 22 regencies/cities consisting of Nias, South Tapanuli, Middle Tapanuli, North Tapanuli, Toba Samosir, North Labuhan Batu, South Labuhan Batu, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, West Pakpak, Samosir, Serdang Bedagai, Batubara, Padang Lawas, Sibolga, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan, Padang Sidimpuan and Gunung Sitoli. For medium maternity and children health, there were 9 regencies/cities consisting of Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, North Padang Lawas, North Nias, Tanjung Balai and Binjai. And bad maternity and children health was found in 2 regencies/cities in North Sumatera consisting of South Nias and West Nias.

It is suggested for Health Departement North Sumatera Province to complete those required data for good category, medium and bad category in order to make good improvement for planning health development.

(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : SURYATI

Tempat/ Tanggal Lahir : Padangsidimpuan/ 24 Januari 1990

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum menikah

Nama Orang Tua : Ayah H. Ali Yusuf

Ibu Hj. Nurlanna Daulay

Anak ke : 2 (dua) dari 3 (tiga) orang bersaudara

Alamat Rumah : Desa Siloting No. 36 Kec. Padangsidimpuan

Batunadua

Riwayat Pendidikan

Tahun 1994 - 1996 : TK Al-Khalili Ujung Gurap

Tahun 1996 - 2002 : SD Negeri 200301 Pudun Julu

Tahun 2002 - 2005 : MTsN Model Padangsidimpuan

Tahun 2005 - 2008 : MAN 1 Padangsidimpuan

Tahun 2008 - 2012 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan

Riwayat Organisasi

Tahun 2008 – 2010 : HMI FKM USU 

   

(7)

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim,

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas

skripsi yang berjudul : “Penerapan Analisis Gerombol Untuk Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011”. Shalawat dan salam kepada Nabi Muhammad SAW yang senantiasa tercurahkan pada beliau yang telah

menjadi teladan utama bagi ummatnya.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat dalam memperoleh

Gelar Sarjana Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini

penulis persembahkan kepada ayahanda Ali Yusuf dan ibunda Nurlanna Daulay yang

telah membesarkan, mendidik, membimbing dengan penuh kasih sayang dan tak

henti mendoakan penulis hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik. Semoga

Allah memberikan kebahagiaan kepada keduanya baik di dunia maupun di akhirat.

Amin.

Selama menulis laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan

dari berbagai pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D selaku Ketua Departemen Kependudukan

(8)

3. Bapak Drs. Abdul Jalil A.A, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Skripsi I dan Ibu

Arnita, S.Si, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi II yang telah memberikan

bimbingan, arahan, ilmu, motivasi, serta dukungannya kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Heru Santosa, MS, Ph.D dan Ibu Maya Fitria, SKM, M.Kes selaku

Dosen Penguji yang telah meluangkan waktunya untuk memberikan masukan

dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Ibu Dr. Ir. Erna Mutiara, M.Kes selaku Dosen Pembimbing Akademik penulis di

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh Dosen dan staf Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera

Utara yang telah banyak memberikan ilmu dan bantuan selama penulis menuntut

ilmu di fakultas.

7. Pimpinan dan staf di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

8. Staf di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara buat Bu Yusni, Kak Rena dan

Kak Cut penulis ucapkan banyak terima kasih atas bantuannya selama ini.

9. Untuk abangku Asrul Aziz,ST dan adikku Suryani tersayang yang selalu

mendoakan dan meyemangati penulis.

10. Sahabat – sahabat seperjuangan di Departemen Kependudukan dan Biostatistika :

Arifa, Agnes, Iin, Nia, Linda, Via, Caprin, Fauji, Bg Syarif, Bg Ari dan Bg Feb

yang sering membantu memberi masukan dan diskusi dalam penyelesaian skripsi

ini. Untuk teman baikku selama di FKM : Kak Desi, Helda, Habidah, Vika, Eva,

dan Mala. Serta sahabat dekat penulis : Chelti, Saipul, Halimah, Toybah, Ummu

(9)

11. Semua pihak yang telah membantu penyelesaian skripsi ini yang tidak bisa

disebutkan satu persatu.

Penulis menyadari bahwa tugas skripsi ini masih belum sempurna oleh karena

itu kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan untuk perbaikan

menuju yg lebih baik. Semoga Tugas Sarjana ini memberi manfaat bagi siapapun

yang membacanya serta dapat menjadi referensi yang bermanfaat bagi imu

pengetahuan.

Medan, Juni 2012

Penulis,

(10)

DAFTAR ISI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Analisis Gerombol . ... 8

2.2.2 Asumsi Analisis Diskriminan ... 25

2.2.3 Model Analisis Diskriminan ... 26

2.2.4 Langkah-langkah Analisis Diskriminan ... 26

2.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak... 28

2.3.1 Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak. ... 28

2.3.2 Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak. ... 29

2.3.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak ... 30

2.4 Kerangka Konsep ... 35

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian. ... 36

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian. ... 36

3.3 Populasi dan Sampel. ... 36

(11)

3.3.2 Sampel ... 37 .

3.4 Metode Pengumpulan Data. ... 37

3.5 Definisi Operasional. ... 37

3.6 Aspek Pengukuran. ... 38

3.7 Analisa Data ... 39

BAB IV HASIL 4.1 Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ... 41

4.1.1 Letak Geografis ... 41

4.1.2 Kependudukan ... 42

4.1.3 Umur ... 43

4.1.4 Pendidikan ... 43

4.2 Analisis Deskriptif (Univariat) ... 44

4.3 Analisis Gerombol ... 46

4.4 Analisis Diskriminan ... 51

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Status KIA Baik ... 60

5.2 Status KIA Sedang ... 62

5.3 Status KIA Buruk ... 63

5.4 Keterbatasan Penelitian ... 66

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 67

6.2 Saran ... 70

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN

Lampiran 1 Data Hasil Penelitian Lampiran 2 Hasil Output SPSS

1. Analisis Deskriptif 2. Analisis Gerombol 3. Analisis Diskriminan Lampiran 3 Surat Izin Penelitian

(12)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Perbandingan Metode Hirarki, Non Hirarki, dan

Two Step Cluster ... 22

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran ... 38

Tabel 4.1 Karakteristik Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Sumatera Utara ... 44

Tabel 4.2 Pusat Gerombol Akhir ... 46

Tabel 4.3 Jumlah Anggota dari Setiap Gerombol ... 47

Tabel 4.4 Hasil Penggerombolan 33 kabupaten/kota Berdasarkan Profil Kesehatan Ibu dan Anak ... 48

Tabel 4.5 Kategori Nilai Profil Kesehatan Ibu dan Anak ... 50

Tabel 4.6 Perbedaan Antara Ketiga Gerombol Untuk Setiap Variabel ... 52

Tabel 4.7 Penamaan Fungsi Diskriminan Satu dan Dua (Struktur Matriks) ... 54

Tabel 4.8 Fungsi Diskriminan untuk Menentukan 33 Kabupaten/Kota di Provinsi Sumatera Utara pada Tipe Status KIA Baik, Status KIA Sedang, dan Status KIA Buruk ... 55

Tabel 4.9 Fungsi Diskriminan Rata-rata Tiap Kelompok (Centroid) ... 56

Tabel 4.10 Hasil Klasifikasi Fungsi Diskriminan ... 56

(13)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penerapan Analisis Gerombol Untuk Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Sumatera Utara

(14)

ABSTRAK

Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi mendatang. Tingginya angka kematian ibu dan anak tersebut menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat mendesak untuk ditingkatkan, baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Untuk menggambarkan cakupan pelayanan KIA tersebut berdasarkan wilayah kerja atau kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dapat dilakukan dengan analisis gerombol/cluster dengan metode K-Means dan dievaluasi dengan analisis diskriminan.

Tujuan penelitian ini adalah menerapkan analisis gerombol untuk menggambarkan profil kesehatan ibu dan anak di Provinsi Sumatera Utara tahun 2011. Adapun jenis penelitian ini bersifat deskriptif. Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data profil kesehatan ibu dan anak tahun 2011 dalam penelitian ini diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 3 gerombol yaitu status KIA baik ada 22 kabupaten/kota yang terdiri dari Nias, Tapanuli Selatan, Tapanuli Tengah, Tapanuli Utara, Toba Samosir, Labuhan Batu Utara, Labuhan Batu Selatan, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, Pakpak Bharat, Samosir, Serdang Bedagai, Batubara, Padang Lawas, Sibolga, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan, Padang Sidimpuan, dan Gunung Sitoli. Untuk status KIA sedang ada 9 kabupaten/kota yang terdiri dari Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, Padang Lawas Utara, Nias Utara, Tanjung Balai, dan Binjai. Serta status KIA buruk ada 2 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara yang terdiri dari Nias Selatan dan Nias Barat.

Saran dari penelitian ini adalah agar pihak Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara melengkapi pencatatan data yang tidak lengkap sehingga diperoleh kabupaten/kota yang tepat pada status KIA baik, status KIA sedang dan status KIA buruk supaya dapat memperbaiki program KIA dalam merencanakan pembangunan kesehatan.

(15)

ABSTRACT

The problem of maternity and children health is as a national problem which requires serious attention because it determines the quality of human resources in the future. High rate of mortality shows that maternity and children health is very urgent to add from both the scope and service quality. In describing the scope of maternity and children health service based on working area or regency/city in North Sumatera Province, it can be conducted by cluster analysis with K-Means method and it is evaluated with discriminant analysis.

The objevtive of the research was to apply cluster analysis to describe the profile of children and maternity health in North Sumatera province in 2011. This was descriptive research. The collected data was secondary data and taken from the profile of maternity and children in 2011 from Health Departement, North Sumatera University.

The results of research showed that there were 3 clusters namely the cluster categorized good as found in 22 regencies/cities consisting of Nias, South Tapanuli, Middle Tapanuli, North Tapanuli, Toba Samosir, North Labuhan Batu, South Labuhan Batu, Simalungun, Dairi, Karo, Humbang Hasundutan, West Pakpak, Samosir, Serdang Bedagai, Batubara, Padang Lawas, Sibolga, Pematang Siantar, Tebing Tinggi, Medan, Padang Sidimpuan and Gunung Sitoli. For medium maternity and children health, there were 9 regencies/cities consisting of Mandailing Natal, Labuhan Batu, Asahan, Deli Serdang, Langkat, North Padang Lawas, North Nias, Tanjung Balai and Binjai. And bad maternity and children health was found in 2 regencies/cities in North Sumatera consisting of South Nias and West Nias.

It is suggested for Health Departement North Sumatera Province to complete those required data for good category, medium and bad category in order to make good improvement for planning health development.

(16)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Masalah dalam kehidupan sehari-hari tidak hanya didasarkan pada hubungan

satu variabel atau dua variabel saja, akan tetapi cenderung melibatkan banyak

variabel. Analisis tentang banyak variabel dikaji secara mendalam dalam analisis

multivariat (Nuningsih, 2010).

Analisis multivariat adalah metode-metode statistik yang mengolah beberapa

pengukuran menyangkut individu atau objek sekaligus. Teknik analisis multivariat

diklasifikasikan menjadi dua yaitu analisis dependensi/ketergantungan dan analisi

interdependensi/saling ketergantungan. Analisis dependensi bertujuan untuk

menerangkan atau memprediksi variabel tergantung dengan menggunakan dua atau

lebih variabel bebas, yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis regresi

multivariat, analisis diskriminan, analisis varians multivariat (Manova) dan analisis

korelasi kanonik. Sedangkan analisis interdependensi bertujuan untuk memberikan

makna terhadap seperangkat variabel atau membuat kelompok-kelompok secara

bersama-sama, yang termasuk dalam klasifikasi ini ialah analisis faktor, analisis

cluster/gerombol, dan multidimensional scaling (Narimawati, 2008).

Dalam perkembangannya analisis gerombol telah dipergunakan dalam

berbagai disiplin ilmu seperti biologi, ekonomi, psikologi, pemasaran, kedokteran dan

lain-lain (Supranto, 2004). Analisis gerombol adalah statistik variabel ganda yang

(17)

sehingga individu atau objek yang terletak dalam satu gerombol memiliki kemiripan

yang lebih besar dibandingkan dengan objek yang terletak dalam gerombol lain.

Prinsip dasar dalam analisis gerombol adalah mengelompokkan objek

(observasi) pada suatu gerombol yang memiliki kemiripan sangat besar dengan objek

lain dalam gerombol yang sama, tetapi sangat tidak mirip dengan objek lain pada

gerombol yang berbeda. Hal ini berarti bahwa gerombol yang baik akan mempunyai

homogenitas (kesamaan) yang tinggi antar anggota dalam satu gerombol dan

heterogenitas (perbedaan) yang tinggi antar gerombol yang satu dengan yang lainnya

(Santoso, 2010).

Metode analisis gerombol dibedakan menjadi dua yaitu metode hirarki dan

metode tak berhirarki. Metode hirarki dibedakan menjadi dua yaitu metode

penggabungan (agglomerative) dan metode pemecahan (devisive). Prosedur yang digunakan dalam metode hirarki adalah prosedur pautan tunggal (single linkage), pautan lengkap (complete linkage), dan pautan rata-rata (average linkage). Hasil penggerombolan metode berhirarki secara umum membentuk diagram pohon atau

dendogram yang menggambarkan pengelompokan objek berdasarkan jarak. Metode

tak berhirarki bertujuan untuk mengelompokkan n objek ke dalam k gerombol (k < n), di mana nilai k telah ditentukan sebelumnya. Metode tak berhirarki yang banyak digunakan adalah K-Means Cluster danFuzzy C-Means.

K-Means merupakan metode clustering sederhana dan mudah diimplementasikan karena memiliki kelebihan dalam mengelompokkan data yang

berukuran besar serta menghasilkan gerombol dengan cepat. Kelemahan metode ini

(18)

dan tidak menjamin solusi gerombol yang unik karena metode ini sulit mencapai

global optimum.

K-Means termasuk dalam teknik partitioning. Secara umum teknik ini dimulai oleh penentuan k titik di ruang berdimensi p untuk menentukan estimasi awal pusat gerombol. Dengan demikian dalam teknik partitioning ini, metode K-Means

memungkinkan setiap data harus termasuk ke gerombol tertentu pada suatu tahapan

proses, pada tahapan proses berikutnya berpindah ke gerombol yang lain.

Metode K-Means bertujuan untuk mengelompokkan objek sedemikian hingga jarak tiap-tiap objek ke pusat gerombol di dalam suatu gerombol minimum (Karson,

1937). Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengkaji analisis gerombol

melalui metode K-Means.

Salah satu disiplin ilmu yang dipergunakan dalam analisis gerombol saat ini

adalah bidang kesehatan. Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan

masalah nasional yang perlu mendapat prioritas utama karena sangat menentukan

kualitas sumber daya manusia (SDM) pada generasi mendatang. Tingginya angka

kematian ibu dan anak tersebut menunjukkan bahwa pelayanan KIA sangat mendesak

untuk ditingkatkan, baik dari segi jangkauan maupun kualitas pelayanannya. Upaya

peningkatan pelayanan KIA tersebut perlu dilakukan secara bersama-sama oleh para

pelayanan kesehatan, pemerintah dan masyarakat yang peduli kesehatan, karena

masalah KIA ini bukan hanya tanggung jawab pemerintah semata, tetapi menjadi

tanggung jawab semua pihak baik swasta, masyarakat umum bahkan organisasi non

(19)

sangat peduli dengan KIA di Indonesia khususnya Provinsi Sumatera Utara

(Sitompul, 2011).

Kesehatan perempuan dan kesehatan anak merupakan dasar yang penting

dalam perkembangan masyarakat. Hanya perempuan yang bisa hamil dan melahirkan

anak, namun fakta menunjukkan bahwa ratusan ribu perempuan di seluruh dunia

terus-menerus meninggal oleh sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan, yang

seharusnya dapat dicegah. Hal ini merupakan salah satu ketidakadilan sosial terbesar

di masa kini. Beberapa tahun terakhir ini diakui dan diterima secara luas bahwa

kematian maternal yang seharusnya dapat dicegah merupakan pelanggaran terhadap

hak-hak asasi perempuan. Di seluruh dunia, diperkirakan sekitar 529.000 perempuan

meninggal tiap tahunnya oleh sebab-sebab yang berkaitan dengan kehamilan, dan

99% dari kematian ini terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang (WHO,

2007).

Sesuai visi misi presiden, kebijakan pembangunan kesehatan periode 5 tahun

ke depan (2010-2014) diarahkan pada tersedianya akses kesehatan dasar yang murah

dan terjangkau terutama pada kelompok menengah ke bawah guna mendukung

pencapaian MDG’s pada tahun 2015, dengan sasaran pembangunan kesehatan adalah

peningkatan akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan antara lain ditandai oleh

meningkatnya angka harapan hidup, menurunnya tingkat kematian bayi dan kematian

ibu melahirkan (Kemkes RI, 2010).

Dewasa ini AKI dan AKB di Indonesia masih tinggi dibandingkan dengan

negara ASEAN lainnya. Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia

(20)

kelahiran hidup, AKN 19 per 1.000 kelahiran hidup, dan AKABA 44 per 1.000

kelahiran hidup. Dalam upaya pencapaian MDG’s dan tujuan pembangunan

kesehatan, peningkatan pelayanan kesehatan ibu diprioritaskan yaitu dengan

menurunkan Angka Kematian Ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT). Target

Cakupan kesehatan ibu yang harus dicapai pada tahun 2009 masing-masing sebesar

94% untuk Akses Pelayanan Antenatal (cakupan ibu hamil K1), 84% untuk cakupan

pelayanan ibu hamil sesuai standar (K4), dan 82% untuk cakupan Persalinan oleh

Tenaga Kesehatan (Depkes, 2011).

AKI Provinsi Sumatera Utara tercatat 268 per 100.000 kelahiran hidup pada

tahun 2010. Bila dibandingkan dengan angka nasional, AKI Sumatera Utara lebih

tinggi. Berdasarkan hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

2007 menyebutkan bahwa AKI Indonesia sebesar 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Angka ini turun dibandingkan AKI tahun 2002 yang mencapai 307 per 100.000

kelahiran hidup (Dinkes Provsu, 2011)

Upaya untuk mempercepat penurunan AKI telah dimulai sejak akhir tahun

1980-an melalui program Safe Motherhood Initiative yang mendapat perhatian besar dan dukungan dari berbagai pihak baik dalam maupun luar negeri. Pada akhir tahun

1990-an secara konseptual telah diperkenalkan lagi upaya untuk menajamkan strategi

dan intervensi dalam menurunkan AKI melalui Making Pregnancy Safer (MPS) yang dicanangkan oleh pemerintah pada tahun 2000. Strategi MPS ini memfokuskan pada

3 pesan kunci yaitu: 1) setiap persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan terlatih 2)

(21)

wanita usia subur mempunyai akses terhadap upaya pencegahan kehamilan yang

tidak diinginkan dan penanganan komplikasi keguguran.

Sehubungan dengan penerapan sistem desentralisasi, maka pelaksanaan

strategi MPS di daerah pun diharapkan dapat lebih terarah dan sesuai dengan

permasalahan setempat. Dengan adanya variasi antar daerah dalam hal demografi dan

geografi, maka kegiatan dalam program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) akan berbeda

pula. Namun agar pelaksanaan program KIA dapat berjalan lancar, aspek peningkatan

mutu pelayanan program KIA tetap diharapkan menjadi kegiatan prioritas baik di

tingkat puskesmas maupun ditingkat kabupaten/kota. Peningkatan mutu program KIA

juga dinilai dari besarnya cakupan program di masing-masing wilayah kerja.

Untuk itu, perlu dipantau secara terus-menerus besarnya cakupan pelayanan

KIA di suatu wilayah kerja, agar diperoleh gambaran yang jelas mengenai kelompok

mana dalam wilayah kerja tersebut yang paling rawan (Depkes, 2009). Dengan

diketahuinya lokasi rawan kesehatan ibu dan anak, maka wilayah kerja tersebut dapat

lebih diperhatikan dan dicarikan pemecahan masalahnya. Untuk menggambarkan

cakupan pelayanan KIA tersebut berdasarkan wilayah kerja atau kabupaten/kota di

Provinsi Sumatera Utara dapat dilakukan dengan analisis gerombol/cluster.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini adalah : Bagaimana hasil penerapan

analisis gerombol/cluster untuk menggambarkan profil kesehatan ibu dan anak di

Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011.

(22)

Menerapkan analisis gerombol/cluster untuk menggambarkan profil kesehatan

ibu dan anak di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui karakteristik profil kesehatan ibu dan anak di Provinsi

Sumatera Utara Tahun 2011.

2. Untuk mengetahui pengelompokan kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara

berdasarkan data profil kesehatan ibu dan anak (pelayanan kesehatan ibu hamil,

pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompotensi kebidanan,

cakupan pelayanan kesehatan ibu nifas, rujukan kasus risti dan penanganan

komplikasi, dan kunjungan neonatal) dari gerombol-gerombol yang terbentuk.

3. Untuk mengevaluasi keakuratan klasifikasi data profil kesehatan ibu dan anak di

33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera Utara dalam pembentukan gerombol.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Merupakan pengalaman dalam menerapkan teori dengan praktek di lapangan

terutama penerapan uji statistik khususnya analisis gerombol/cluster.

2. Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara untuk

memperbaiki program pelayanan kesehatan ibu dan anak dalam merencanakan

pembangunan kesehatan berdasarkan hasil-hasil yang didapat.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Analisis Gerombol

2.1.1 Pengertian Analisis Gerombol

Cluster atau ‘gerombol’ dapat diartikan ‘kelompok’ dengan demikian, pada

dasarnya analisis gerombol akan menghasilkan sejumlah gerombol (kelompok).

Analisis ini diawali dengan pemahaman bahwa sejumlah data tertentu sebenarnya

mempunyai kemiripan di antara anggotanya; karena itu, dimungkinkan untuk

mengelompokkan anggota-anggota yang ‘mirip’ atau mempunyai karakteristik yang

serupa tersebut dalam satu atau lebih dari satu gerombol (Santoso, 2010).

Analisis gerombol melakukan sebuah usaha untuk menggabungkan keadaan

atau objek ke dalam suatu kelompok, dimana anggota kelompok itu tidak diketahui

sebelumnya untuk dianalisis. Dengan kata lain analisis gerombol merupakan analisis

statistik yang digunakan untuk mengelompokan n objek ke dalam k buah kelompok, dengan setiap objek dalam kelompok memiliki keragaman yang besar dibandingkan

antar kelompok (Afifi & Clark, 1999).

Menurut Sharma (1996:185) yang dikutip dari Nuningsih (2010), analisis

gerombol merupakan salah satu teknik multivariat metode interdependensi (saling

ketergantungan). Oleh karena itu, dalam analisis gerombol tidak ada pembedaan

antara variabel bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Analisis gerombol adalah teknik yang digunakan untuk menggabungkan

(24)

a. Setiap kelompok atau gerombol homogen mempunyai karakteristik tertentu. Hal

ini berarti bahwa observasi dalam setiap kelompok sama dengan observasi lain

dalam satu kelompok yang sama.

b. Setiap kelompok seharusnya berbeda dari kelompok lain dengan karakteristik

yang sama. Hal ini berarti bahwa observasi dalam kelompok yang satu seharusnya

berbeda dari observasi dalam kelompok lain.

Menurut Tan et al (2006:490) yang dikutip dari Nuningsih (2010), analisis gerombol digunakan untuk mengelompokkan data observasi yang hanya berdasarkan

pada informasi yang ditemukan dalam data, di mana data tersebut harus

menggambarkan observasi dan hubungannya. Oleh karena itu, tujuan dari analisis ini

adalah observasi dalam satu kelompok mirip satu sama lain dan berbeda dari

observasi dalam kelompok lain. Semakin besar kemiripan (homogenitas) dalam kelompok dan semakin besar perbedaan (heterogenitas) antar kelompok maka penggerombolan akan lebih baik atau lebih berbeda.

Pada prinsipnya analisis gerombol merupakan proses untuk mereduksi

sejumlah objek yang besar menjadi lebih sedikit yang disebut gerombol. Analisis

gerombol digunakan oleh peneliti yang belum mengetahui anggota dari suatu

kelompok. Analisis gerombol disebut juga Q-analysis, classification analysis, pengenalan pola (pattern recognition), analisis segmentasi (numerical taxonomy) (Supranto, 2004).

2.1.2 Tujuan Analisis Gerombol

(25)

1. Mengetahui ada tidaknya perbedaan yang nyata (signifikan) antar kelompok yang

terbentuk, dalam hal ini gerombol yang dihasilkan.

2. Melihat profil serta kecenderungan-kecenderungan dari masing-masing gerombol

yang terbentuk.

3. Melihat posisi masing-masing objek terhadap objek lainnya dari gerombol yang

terbentuk.

2.1.3 Asumsi Analisis Gerombol

Asumsi yang harus dipenuhi pada analisis gerombol: (Santoso, 2010)

1. Sampel yang diambil benar-benar bisa mewakili populasi yang ada. Memang

tidak ada ketentuan jumlah sampel yang representatif, namun tetaplah diperlukan

sejumlah sampel yang cukup besar agar proses clustering bisa dilakukan dengan

benar.

2. Multikolinearitas, yaitu kemungkinan adanya korelasi antar objek. Sebaiknya

tidak ada atau seandainya ada, besar multikolinearitas tersebut tidaklah tinggi

(misal di atas 0,5). Jika sampai terjadi multikolinearitas, dianjurkan untuk

menghilangkan salah satu variabel dari dua variabel yang mempunyai korelasi

cukup besar.

2.1.4 Melakukan Analisis Gerombol

Analisis gerombol ini terdiri dari beberapa proses dasar, yaitu :

1. Merumuskan Masalah

Hal yang paling penting di dalam perumusan masalah analisis gerombol ialah

pemilihan variabel-variabel yang akan dipergunakan untuk penggerombolan

(26)

dengan masalah penggerombolan/pengelompokan akan mendistorsi hasil

penggerombolan yang kemungkinan besar sangat bermanfaat.

Pada dasarnya set variabel yang akan dipilih harus menguraikan kemiripan

antara objek, yang memang benar-benar relevan dengan masalah riset pemasaran.

Variabel harus dipilih berdasarkan penelitian sebelumnya, teori atau suatu

pertimbangan berkenaan dengan hipotesis yang akan diuji. Di dalam riset eksplorasi

peneliti harus menggunakan pertimbangan dan intuisi.

2. Memilih Ukuran Jarak atau Similaritas

Oleh karena tujuan penggerombolan ialah untuk mengelompokkan objek yang

mirip dalam gerombol yang sama, maka beberapa ukuran diperlukan untuk

mengakses seberapa mirip atau berbeda objek-objek tersebut. Pendekatan yang paling

biasa ialah mengukur kemiripan dinyatakan dalam jarak (distance) antara pasangan

objek (Supranto, 2004).

Objek dengan jarak yang lebih pendek antara mereka akan lebih mirip satu

sama lain dibandingkan dengan pasangan dengan jarak yang lebih panjang. Ada 3

metode yang digunakan : (Santoso, 2010)

a. Mengukur korelasi antara sepasang objek pada beberapa variabel. Cara ini

sebenarnya sederhana; jika beberapa data memang akan ‘tergabung’

menjadi satu gerombol, tentulah di antara data tersebut ada hubungan yang

erat, atau disebut berkorelasi satu dengan yang lain. Metode ini

mendasarkan besaran korelasi antara data untuk mengetahui kemiripan

(27)

b. Mengukur jarak (distance) antara dua objek. Pengukuran ada

bermacam-macam, yang paling popular adalah metode Euclidean Distance. Pada

dasarnya, cara ini memasukkan sebuah data ke dalam gerombol tertentu

dengan mengukur ‘jarak’ data tersebut dengan pusat gerombol. Jika data

ada dalam jarak yang masih ada dalam batas tertentu, data tersebut dapat

dimasukkan pada gerombol tersebut.

c. Mengukur asosiasi antar-objek. Pada dasarnya, cara ini akan

mengasosiasikan sebuah data dengan gerombol tertentu; dalam praktek,

cara ini tidak sepopuler kedua cara sebelumnya.

Korelasi dan distance digunakan jika data adalah metrik, sedangkan

asosiasi digunakan jika data adalah non-metrik.

Dalam praktek, penggunaan metode Euclidean Distance adalah yang

paling popular.

3. Melakukan Proses Standarisasi Data Jika Diperlukan

Setelah cara mengukur jarak ditetapkan, yang juga perlu diperhatikan adalah

apakah satuan data mempunyai perbedaan yang besar. Sebagai contoh, jika variabel

penghasilan mempunyai satuan juta (000.000), sedangkan usia seseorang hanya

mempunyai satuan puluhan (00), maka perbedaan yang mencolok ini akan membuat

perhitungan jarak (distance) menjadi tidak valid. Jika data memang mempunyai

satuan yang berbeda secara signifikan, pada data harus dilakukan proses standarisasi

dengan mengubah data yang ada ke Z-Score. Proses standarisasi menjadikan dua data

dengan perbedaan satuan yang lebar akan otomatis menjadi menyempit (Santoso,

(28)

4. Memilih Suatu Prosedur Penggerombolan

Setelah data yang dianggap mempunyai satuan yang sangat berbeda

diseragamkan, dan metode gerombol ditentukan (misal dipilih Eucledian), langkah

selanjutnya adalah pengelompokan data, yang bisa dilakukan dengan dua metode:

a. Hierarchical Method, ialah metode yang memulai pengelompokannya

dengan dua atau lebih obyek yang mempunyai kesamaan paling dekat,

kemudian proses dilanjutkan ke objek lain yang mempunyai kedekatan

kedua. Demikian seterusnya sehingga gerombol akan membentuk

semacam “pohon” dimana ada hierarki (tingkatan) yang jelas antar objek,

dari yang paling mirip sampai dengan yang paling tidak mirip. Secara

logika semua objek pada akhirnya hanya akan membentuk sebuah

gerombol. Dendogram biasanya digunakan untuk membantu memperjelas proses hierarki tersebut.

b. Non Hirarchical Method, ialah metode yang dimulai dengan menentukan

terlebih dahulu jumlah gerombol yang diinginkan (dua gerombol, tiga

gerombol atau yang lain). Dan kemudiaan baru dilakukan proses gerombol

tanpa mengikuti proses hierarki. Biasa disebut metode K-Means Cluster.

Dua kelemahan dari prosedur non-hierarki ialah bahwa banyaknya

gerombol harus disebutkan/ditentukan sebelumnya dan pemilihan pusat

gerombol sembarang. Lebih lanjut, hasil gerombol mungkin tergantung

pada bagaimana pusat dipilih. Banyak program non-hierarki, memilih k

objek (kasus) yang pertama, tanpa ada nilai yang hilang sebagai pusat

(29)

tergantung pada urutan observasi dalam data. Bagaimanapun juga,

gerombol non-hierarki lebih cepat daripada metode hierarki dan lebih

menguntungkan kalau jumlah objek/kasus atau observasi besar sekali

(sampel besar).

5. Melakukan Interpretasi Terhadap Gerombol yang Telah Terbentuk.

Setelah sejumlah gerombol terbentuk dengan metode hierarki atau

non-hierarki, langkah selanjutnya adalah melakukan interpretasi terhadap gerombol yang

telah terbentuk, yang pada intinya memberi nama spesifik untuk menggambarkan isi

gerombol tersebut.

6. Melakukan Validasi dan Profiling Cluster

Gerombol yang terbentuk kemudian diuji apakah hasil tersebut valid.

Kemudian dilakukan proses profiling untuk menjelaskan karakteristik setiap

gerombol berdasar profil tertentu (seperti usia konsumen pembeli rumah, tingkat

penghasilannya dan sebagainya). Dari data profiling tersebut bisa dilakukan analisis

lanjutan seperti Analisis Diskriminan.

2.1.5 Metode Pengelompokan

Dalam analisis gerombol, terdapat banyak metode untuk mengelompokkan

observasi ke dalam gerombol. Secara umum metode pengelompokkan dalam analisis

gerombol dibedakan menjadi hirarki (Hierarchical Clustering Method) dan metode non hirarki (Nonhierarchical Clustering Method). Metode hirarki digunakan apabila belum ada informasi jumlah gerombol yang dipilih. Sedangkan metode non hirarki

(30)

Metode analisis gerombol membutuhkan suatu ukuran ketakmiripan (jarak)

yang didefinisikan untuk setiap pasang objek yang akan dikelompokan. Jarak yang

biasa digunakan dalam analisis penggerombolan diantaranya (Johnson & Wichern,

2007) adalah :

a. Jarak Euclidian

Jarak Euclidian adalah jarak yang paling umum dan paling sering digunakan

dalam analisis gerombol. Jarak Euclidian antara dua titik dapat terdefinisikan dengan

jelas. Jarak digunakan adalah peubah kontinu.

Jarak Euclidian antara gerombol ke-i dan ke-j dari p peubah didefinisikan:

dengan :

d(i,j) = jarak antara objek i ke objek j = nilai tengah pada gerombol ke-i

= nilai tengah pada gerombol ke-j

p = banyaknya peubah yang diamati b. Jarak Mahalanobis

Jarak Mahalanobis sangat berguna dalam menghilangkan atau mengurangi

perbedaan skala pada masing-masing komponen. Pada permasalahan tertentu, pada

saat menentukan jarak, perlu juga dipertimbangkan ragam dan peragam. Jarak

(31)

dengan :

d(i,j) = jarak antara objek i ke objek j = nilai tengah pada gerombol ke-i

= nilai tengah pada gerombol ke-j

S-1 = matriks ragam peragam gabungan antara

c. Jarak Manhattan

Ukuran ini merupakan bentuk umum dari jarak Euclidian, fungsi jaraknya

didefinisikan:

dengan:

d(i,j) = jarak antara objek i ke objek j = nilai tengah pada gerombol ke-i

= nilai tengah pada gerombol ke-j

p = banyaknya peubah yang diamati d. Jarak Log Likehood

Jarak Log Likelihood dapat diterapkan untuk peubah kontinu maupun

kategorik. Asumsi yang ada pada jarak ini adalah peubah kontinu menyebar normal,

(32)

Two Step Cluster cukup tegar terhadap pelanggaran asumsi tersebut sehingga metode ini masih dapat digunakan ketika terjadi pelanggaran asumsi.

Jarak antara gerombol j dan s didefinisikan:

dengan :

Keterangan :

N = jumlah total observasi

= jumlah observasi di dalam gerombol j

Njkl = jumlah data di gerombol j untuk peubah kategorik ke-k dengan kategorik

ke-l

= ragam dugaan untuk peubah kontinu ke-k untuk keseluruhan observasi

= ragam dugaan untuk peubah kontinu ke-k dalam gerombol j

(33)

KB = jumlah total peubah kategorik

Lk = jumlah kategorik untuk peubah kategorik ke-k

d(j,s) = jarak antara gerombol j dan s

<j,s> = indeks kombinasi gerombolj dan s

Jarak Euclid dan jarak Manhattan digunakan jika antar peubah memiliki

satuan yang sama dan korelasi antar peubahnya tidak nyata. Sedangkan jika satuan

antar peubah tidak sama dapat menggunakan jarak Euclid maupun jarak Manhattan

yang telah ditransformasi ke dalam bentuk baku. Jika adanya korelasi antar peubah

yang nyata, jarak yang digunakan menggunakan jarak Mahalanobis atau jika

menggunakan jarak Euclid maka peubah asal ditransformasi menggunakan analisis

komponen utama (AKU).

1. Metode Hirarki

Pada dasarnya metode ini dibedakan menjadi dua metode pengelompokkan,

yaitu:

a. Metode Penggabungan

Proses pengelompokan dengan pendekatan metode penggabungan (Down to Top) dimulai dengan n gerombol sehingga masing-masing gerombol memiliki tepat satu objek, kemudian tentukan dua gerombol terdekat dan gabungkan gerombol

tersebut menjadi satu gerombol baru. Proses penggabungan dua gerombol diulangi

sampai diperoleh satu gerombol yang memuat semua himpunan data. Perlu

diperhatikan bahwa setiap penggabungan dalam metode ini selalu diikuti dengan

perbaikan matriks jarak. Hasil analisis gerombol dari metode ini dapat disajikan

(34)

b. Metode Pemecahan

Proses pengelompokan dengan pendekatan metode pemecahan (Top to Down) dimulai dengan n objek yang dikelompokkan menjadi satu gerombol, kemudian gerombol tersebut dipartisi ke dalam dua gerombol pada setiap langkah sampai

diperoleh n gerombol dengan setiap gerombol memiliki satu objek.

2. Metode Non-Hirarki

Metode penggerombolan tak berhirarki digunakan apabila banyak gerombol

yang akan dibentuk sudah diketahui terlebih dahulu. Salah satu contohnya adalah

metode K-means. Pada metode ini harus ditentukan terlebih dahulu besarnya k, yaitu banyaknya gerombol. Pemilihan k dapat ditentukan secara subjektif berdasarkan latar belakang bidang masing-masing. Jarak yang biasanya digunakan adalah jarak

Euclidean.

Dalam metode ini data dibagi dalam k partisi, setiap partisi mewakili sebuah gerombol. Secara umum proses metode non-hirarki sebagai berikut :

a. Pilih k centroid gerombol awal atau seed, di mana k merupakan jumlah gerombol yang diinginkan.

b. Tempatkan setiap observasi ke dalam gerombol yang terdekat.

c. Tempatkan kembali setiap observasi ke dalam k gerombol menurut aturan penghentian yang sudah ditentukan.

d. Proses berhenti jika tidak ada observasi yang berpindah lagi, jika belum ulangi

(35)

Beberapa algoritma non-hirarki berbeda dalam aturan untuk memperoleh

centroid gerombol awal dan aturan yang digunakan untuk menempatkan kembali

observasi. Beberapa aturan yang digunakan untuk memperoleh seed awal antara lain : 1) Pilih k observasi pertama dengan tidak ada data yang hilang sebagai centroid atau

seed gerombol awal.

2) Pilih observasi pertama dengan tidak ada data yang hilang sebagai seed gerombol pertama, lalu seed gerombol kedua dipilih dari observasi yang mempunyai jarak terjauh dari sebelumnya, dan seterusnya.

3) Pilih secara random k observasi dengan tidak ada data yang hilang sebagai pusat gerombol atau seed.

4) Perbaiki seed yang dipilih dengan menggunakan aturan tertentu sehingga jarak

seed tersebut sejauh mungkin.

5) Gunakan heuristic tentang identifikasi pusat gerombol sehingga jarak pusat gerombol tersebut sejauh mungkin.

6) Gunakan seed yang disediakan oleh peneliti.

Setelah seed diidentifikasi, gerombol awal yang dibentuk akan menempatkan kembali n - k observasi sisanya ke dalam seed yang terdekat dengan observasi tersebut.

Beberapa algoritma non hirarki juga berbeda terkait dengan prosedur yang

digunakan dalam penempatan kembali observasi ke dalam k gerombol. Adapun aturan penempatan kembali observasi sebagai berikut :

1) Hitung centroid setiap gerombol dan tempatkan kembali observasi ke dalam

(36)

dihitung ulang setelah penempatan kembali semua observasi yang telah dibuat.

Jika perubahan dalam centroid gerombol lebih besar daripada kriteria konvergensi

yang dipilih maka penempatan kembali setiap observasi terus dilakukan. Proses

penempatan kembali dilanjutkan hingga perubahan centroid kurang dari kriteria

konvergensi yang dipilih.

2) Hitung centroid setiap gerombol dan tempatkan kembali observasi ke dalam

gerombol berdasarkan centroid terdekat. Untuk penempatan kembali setiap

observasi, hitung ulang centroid gerombol di mana observasi ditempatkan dan

gerombol dari mana observasi ditempatkan. Sekali lagi penempatan kembali

dilanjutkan hingga perubahan centroid gerombol kurang dari kriteria konvergensi

yang dipilih.

3) Tempatkan kembali observasi sedemikian sehingga beberapa fungsi objektif

diminimumkan.

Pada dasarnya, algoritma non-hirarki dibedakan atas teknik partitioning,

overlapping dan hybrid. Sebelum membahas partitioning sebagai dasar metode K-Means, secara singkat akan dibahas overlapping dan hybrid.

Overlapping terjadi apabila data tumpang tindih sehingga suatu objek dapat termasuk ke dalam beberapa gerombol. Dalam teknik ini data mempunyai nilai

keanggotaan (membership). Sedangkan hybrid merupakan teknik penggabungan antara metode hirarki dan non-hirarki.

Dalam pendekatan partitioning, observasi dibagi ke dalam k gerombol tanpa menggunakan matriks jarak di antara semua pasangan titik seperti pada pendekatan

(37)

3. Metode Two Step Cluster

Metode Two Step Cluster merupakan suatu metode penggerombolan yang

dapat mengatasi masalah skala pengukuran, khususnya untuk data berukuran besar

dengan peubah yang memiliki tipe data kategorik dan kontinu, serta mengetahui

gerombol optimasi yang terbentuk. Gerombol optimal memiliki jarak antar gerombol

yang paling jauh, dan jarak antar obyek yang paling dekat. Fungsi jarak yang

digunakan adalah jarak Euclidian atau jarak Log Likelihood. Karena menggunakan

ukuran jarak tersebut, maka dimungkinkan digunakan berbagai tipe data baik kontinu

maupun kategorik. Hasil akhir dari metode ini adalah pembentukan gerombol optimal

(38)

Menurut Chiu et al (2001) yang dikutip dari Karlina (2007) adapun perbedaan

metode Hirarki, Non Hirarki dan Two Step Cluster yaitu :

Tabel 2.1 Perbandingan Metode Hirarki, Non Hirarki, dan Two Step Cluster

2.1.6 Metode K-means

K-Means merupakan salah satu metode data clustering non hirarki yang berusaha mempartisi data yang ada ke dalam bentuk satu atau lebih gerombol/cluster.

Metode ini mempartisi data ke dalam gerombol sehingga data yang memiliki

karakteristik sama dikelompokkan ke dalam satu gerombol yang sama. Dasar

Aspek yang dibandingkan

Metode Hirarki Metode Non Hirarki

Two Step Cluster Ukuran data Untuk data kecil Untuk data

besar

Untuk data sangat besar

Jenis peubah Kontinu Kontinu Kontinu dan

kategorik

Banyak gerombol

Belum diketahui Sudah diketahui Belum diketahui

Ukuran jarak Euclidian atau mahalanobis

Euclidian Euclidian atau

Log likehood

K-means  Pembentukan CF Tree  Agglomerative  Menentukan

(39)

pengelompokan dalam metode ini adalah menempatkan objek berdasarkan rata-rata

(mean) gerombol terdekat (Jhonson & Wichern, 2007). Algoritma K-Means

memerlukan 3 komponen yaitu:

1. Jumlah Gerombol K

Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, K-Means merupakan bagian dari metode non-hirarki sehingga dalam metode ini jumlah k terus harus ditentukan terlebih dahulu. Jumlah gerombol k dapat ditentukan melalui pendekatan metode hirarki. Namun perlu diperhatikan bahwa tidak terdapat aturan khusus dalam

menentukan jumlah gerombol k, terkadang jumlah gerombol yang diinginkan tergantung pada subjektif seseorang.

2. Gerombol Awal

Gerombol awal yang dipilih berkaitan dengan penentuan pusat gerombol awal

(centroid awal). Dalam hal ini, terdapat beberapa pendapat dalam memilih gerombol

awal untuk metode K-Means sebagai berikut:

a. Pemilihan gerombol awal dapat ditentukan berdasarkan interval dari jumlah

setiap observasi.

b. Pemilihan gerombol awal dapat ditentukan melalui pendekatan salah satu

metode hirarki.

c. Pemilihan gerombol awal dapat secara acak dari semua observasi.

Oleh karena adanya pemilihan gerombol awal yang berada ini maka

(40)

3. Ukuran Jarak

Dalam hal ini, ukuran jarak digunakan untuk menempatkan observasi ke

dalam gerombol berdasarkan centroid terdekat. Ukuran jarak yang digunakan dalam

metode K-Means adalah jarak Euclid.

2.2 Analisis Diskriminan

Analisis diskriminan adalah teknik multivariat yang termasuk pada

Dependence Method, dengan ciri adanya variabel dependen dan independen. Dengan demikian, ada variabel yang hasilnya tergantung pada variabel independen. Ciri

khusus analisis diskriminan adalah data variabel dependen harus berupa data kategori,

sedangkan data untuk variabel independen berupa data rasio.

Kegunaan analisis diskriminan ada dua yaitu pertama adalah kemampuan

memprediksi terjadinya variabel dependen dengan memasukkan data variabel

independen; kedua adalah kemampuan memilih mana variabel independen yang

secara nyata memengaruhi variabel dependen dan mana yang tidak (Santoso, 2010).

2.2.1 Tujuan Analisis Diskriminan

Adapun tujuan analisis diskriminan adalah : (Yasril, 2009)

1. Membuat suatu fungsi diskriminan dari variabel independen yang bisa

mendiskriminan atau membedakan kelompok variabel dependen, artinya mampu

membedakan suatu objek masuk kelompok yang mana.

2. Menguji apakah ada perbedaan signifikan antara kelompok, dikaitkan dengan

variabel independen.

3. Menentukan variabel independen yang mana yang memberikan sumbangan

(41)

4. Mengelompokkan (mengklasifikasikan) variabel dependen ke dalam suatu

kelompok didasarkan pada nilai variabel independen.

2.2.2 Asumsi Analisis Diskriminan

Asumsi-asumsi yang harus dipenuhi untuk analisis diskriminan adalah :

(Yasril, 2009)

1. Multivariate Normality

Bila menggunakan teknik analisis multivariat dengan analisa diskriminan,

variabel independen seharusnya berdistribusi normal. Jika data tidak

berdistribusi normal, hal ini akan menyebabkan masalah pada ketepatan

fungsi (model) diskriminan. Regresi Logistik bisa dijadikan alternatif metode

jika memang data tidak berdistribusi normal.

2. Matriks kovarians dari semua variabel independen seharusnya sama (equel)

3. Tidak adanya data yang sangat ekstrim (outlier) pada variabel independen.

Jika ada data outlier yang tetap diproses, hal ini bisa berakibat berkrangnya

ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan.

4. Tidak ada multikolinearitas antar variabel independen.

Multikolinearitas terjadi bila ada variabel independen yang berkorelasi sangat

kuat dengan variabel independen lainnya. Untuk mengetahui adanya

multikolinearitas dapat dilakukan dengan melihat korelasi antar variabel

independen yaitu jika nilai r > 0,8 menunjukkan adanya multikolinearitas.

2.2.3 Model Analisis Diskriminan

Model analisis diskriminan berkenaan dengan kombinasi linier yang disebut

(42)

Zjk = a + W1X1k + W2X2k + … + WnXnk dimana

Zjk = Nilai (skor) diskriminan dari fungsi diskriminan j untuk objek k

a = Intercept

Wn = Timbangan diskriminan untuk variabel independen

Xnk = Variabel independen n untuk objek k

2.2.4 Langkah-Langkah Analisis Diskriminan

1. Desain penelitian untuk analisis diskriminan (Yasril, 2009):

a. Pemilihan variabel dependen dan independen

Sebelum menggunakan analisis diskriminan, peneliti harus menentukan terlebih

dahulu mana variabel dependen dan mana variabel independen. Sesuai dengan

ketentuan di atas, variabel dependen harus merupakan variabel kategorik

sedang variabel independen merupakan variabel numerik.

Berdasarkan jumlah kelompok variabel dependen yang dalam hal ini harus

mutually exclusive dan exhaustive, analisis diskriminan dibedakan menjadi dua

yaitu :

1) Analisis diskriminan dua kategorik/kelompok, dimana variabel dependen

dikelompokkan menjadi 2 (dikotomi), diperlukan satu fungsi diskriminan.

2) Analisis diskriminan berganda (Multiple Discriminant Anlysis/MDA),

dimana variabel dependen dikelompokkan menjadi lebih dari 2 kelompok

(multikotomi), diperlukan fungsi diskriminan sebanyak (k-1) kalau ada k

kategori.

(43)

Pada analisis diskriminan tidak ada ketentuan untuk besar sampel, tetapi

beberapa penelitian menyarankan 5-20 sampel untuk setiap variabel

independen. Dengan demikian jika ada lima variabel independen, seharusnya

minimal ada 25 sampel.

c. Pembagian Sampel

Ada beberapa cara pembagian sampel yang dilakukan, tetapi yang paling sering

digunakan adalah membagi menjadi 2 kelompok yaitu kelompok sampel

analisis yang digunakan untuk membuat estimasi nilai koefisien fungsi

diskriminan dan kelompok validasi yang digunakan untuk menguji hasil

diskriminan. Jumlah tiap kelompok biasanya sama besar walaupun ini tidak

mutlak.

Apabila peran bagian pertama kemudian ditukar dengan peran bagian kedua,

analisis diulangi, yang dipergunakan untuk estimasi kemudian untuk validasi,

ini yang disebut double cross validation.

2. Pembentukan fungsi diskriminan

Ada dua metode dasar untuk membuat fungsi diskriminan :

a. Direct Method (Simultaneous Estimation), dimana semua variabel

dimasukkan secara bersama-sama kemudian dilakukan proses dikriminan

b. Step-wise Discriminant Analysis, dimana variabel dimasukkan satu persatu ke

dalam model diskriminan.

(44)

Untuk menguji signifikan fungsi diskriminan dilihat nilai signifikan dari Wilk’s

Lambda, Pilai, F test dan lainnya (Santoso, 2010). Jika p > 0,05, maka

menunjukkan bahwa fungsi diskriminan ini dapat memperlihatkan perbedaan

yang jelas antara dua kelompok variabel dependen (Yasril, 2009).

4. Menguji ketepatan klasifikasi dari fungsi diskriminan

Untuk menguji ketepatan klasifikasi fungsi diskriminan dilakukan uji dengan

Casewise Diagnostics. Jika fungsi diskriminan mempunyai ketepatan

mengklasifikasi kasus > 50%, ketepatan model dianggap tinggi.

5. Melakukan interpretasi terhadap fungsi diskriminan tersebut

2.3 Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

2.3.1 Pengertian Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) merupakan salah satu prioritas utama

pembangunan kesehatan di Indonesia. Program ini bertanggung jawab terhadap

pelayanan kesehatan bagi ibu hamil, ibu melahirkan dan bayi neonatal. Salah satu

tujuan program ini adalah menurunkan kematian dan kejadian sakit di kalangan ibu

(Hasanbasri, 2007).

Pengelolaan program KIA bertujuan memantapkan dan meningkatkan

jangkauan serta mutu pelayanan KIA secara efektif dan efisien. Pemantapan

pelayanan KIA dewasa ini diutamakan pada kegiatan pokok sebagai berikut (Depkes,

2009) :

a. Peningkatan pelayanan antenatal di semua fasilitas pelayanan dengan mutu sesuai

(45)

b. Peningkatan pertolongan persalinan ditujukan kepada peningkatan pertolongan

oleh tenaga kesehatan kebidanan secara berangsur.

c. Peningkatan deteksi dini risiko tinggi/komplikasi kebidanan, baik oleh tenaga

kesehatan maupun masyarakat oleh kader dan dukun bayi serta penanganan dan

pengamatannya secara terus menerus.

d. Peningkatan penanganan komplikasi kebidanan secara adekuat dan pengamatan

secara terus menerus oleh tenaga kesehatan.

e. Peningkatan pelayanan neonatal dan ibu nifas dengan mutu sesuai standard yang

menjangkau seluruh sasaran.

2.3.2 Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA)

Tujuan Program Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) adalah tercapainya

kemampuan hidup sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal, bagi

ibu dan keluarganya untuk menuju Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera

(NKKBS) serta meningkatnya derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh

kembang optimal yang merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia

seutuhnya (Erliana, 2009).

Sedangkan tujuan khusus program KIA adalah : (Nasir, 2008)

1. Meningkatnya kemampuan ibu (pengetahuan, sikap dan perilaku), dalam

mengatasi kesehatan diri dan keluarganya dengan menggunakan teknologi tepat

guna dalam upaya pembinaan kesehatan keluarga, paguyuban 10 keluarga,

(46)

2. Meningkatnya upaya pembinaan kesehatan balita dan anak prasekolah secara

mandiri di dalam lingkungan keluarga, paguyuban 10 keluarga, Posyandu, dan

Karang Balita serta di sekolah Taman Kanak-kanak atau TK.

3. Meningkatnya jangkauan pelayanan kesehatan bayi, anak balita, ibu hamil, ibu

bersalin, ibu nifas, dan ibu meneteki.

4. Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan ibu hamil, ibu bersalin, ibu nifas, ibu

meneteki, bayi dan anak balita.

5. Meningkatnya kemampuan dan peran serta masyarakat, keluarga dan seluruh

anggotanya untuk mengatasi masalah kesehatan ibu, balita, anak prasekolah,

terutama melalui peningkatan peran ibu dan keluarganya.

2.3.3 Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) 1. Pelayanan Antenatal

Pelayanan antenatal merupakan pelayanan kesehatan oleh tenaga kesehatan

professional (dokter spesialis obgyn, dokter umum, bidan dan perawat) seperti

pengukuran berat badan dan tekanan darah, pemeriksaan tinggi fundus uteri,

imunisasi tetanus toxoid (TT) serta pemberian tablet besi kepada ibu hamil selama

masa kehamilannya sesuai pedoman pelayanan antenatal yang ada dengan titik berat

pada kegiatan promotif dan preventif. Hasil pelayanan antenatal dapat dilihat dari

cakupan palayanan K1 dan K4 (Dinkes Provsu, 2011).

Kunjungan baru ibu hamil (K1) adalah kunjungan ibu hamil yang pertama

kali pada masa kehamilan. Sedangkan cakupan K4 ibu hamil adalah kontak ibu hamil

dengan tenaga kesehatan yang keempat (atau lebih), untuk mendapatkan pelayanan

(47)

pada triwulan I, satu kali kontak pada triwulan II, dan dua kali kontak pada triwulan

III (Depkes, 2009).

2. Pertolongan Persalinan oleh Tenaga Kesehatan dengan Kompetensi Kebidanan

Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pertolongan persalinan

oleh petugas kesehatan, tidak termasuk pertolongan pendampingan. Pertolongan

persalinan dilakukan oleh dokter ahli, dokter, bidan atau petugas kesehatan lainnya

yang telah memperoleh pelatihan tehnis untuk melakukan pertolongan kepada ibu

bersalin. Dilakukan sesuai dengan pedoman dan prosedur teknis yang telah ditetapkan

(Dinkes Provsu, 2011).

Periode persalinan merupakan salah satu periode yang berkontribusi besar

terhadap Angka Kematian Ibu di Indonesia. Kematian saat bersalin dan 1 minggu

pertama diperkirakan 60% dari seluruh kematian ibu. Sedangkan dalam target

MDG’s, salah satu upaya yang harus dilakukan untuk meningkatkan kesehatan ibu

adalah menurunkan angka kematian ibu menjadi 102 per 100.000 kelahiran hidup

pada tahun 2015 dari 425 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 1992 (SKRT) serta

meningkatkan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah pelayanan

persalinan yang aman yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi

kebidanan (Depkes, 2011).

3. Cakupan Pelayanan Kesehatan Ibu Nifas (KF3)

Masa nifas atau pueperium adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat “kandungan” seperti keadaan sebelum hamil yang berlangsung selama ± 6

(48)

pada ibu mulai 6 jam sampai 42 hari pasca persalinan oleh tenaga kesehatan. Untuk

deteksi dini komplikasi pada ibu nifas diperlukan pemantauan pemeriksaan terhadap

ibu nifas dengan melakukan kunjungan nifas minimal sebanyak 3 kali dengan

distribusi waktu: 1) kunjungan nifas pertama (KF1) pada 6 jam setelah persalinan

sampai 3 hari; 2) kunjungan nifas ke-2 (KF2) dilakukan dalam waktu hari ke-4

sampai dengan hari ke-28 setelah persalinan; dan 3) kunjungan nifas ke-3 (KF3)

dilakukan dalam waktu hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 setelah persalinan

(Erliana, 2009).

Pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi: 1) pemeriksaan

tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu; 2) pemeriksaan tinggi fundus uteri; 3)

pemeriksaan lokhia dan pengeluaran per vaginam lainnya; 4) pemeriksaan payudara

dan anjuran ASI eksklusif 6 bulan; 5) pemberian kapsul Vitamin A 200.000 IU

sebanyak dua kali; 6) pelayanan KB pasca persalinan (Dinkes Provsu, 2011).

4. Rujukan Kasus Risti dan Penanganan Komplikasi

Dalam memberikan pelayanan khususnya oleh tenaga bidan di desa dan

puskesmas, beberapa ibu hamil yang memiliki resiko tinggi (risti) dan memerlukan

pelayanan kesehatan karena terbatasnya kemampuan dalam memberikan pelayanan,

maka kasus tersebut perlu dilakukan upaya rujukan ke unit pelayanan kesehatan yang

memadai.

Risti atau komplikasi kebidanan adalah keadaan penyimpangan dari normal,

yang secara langsung menyebabkan kesakitan dan kematian ibu maupun bayi.

Risti/komplikasi kebidanan meliputi; Hb < 8 g %, tekanan darah tinggi (sistole > 140

(49)

ketuban pecah dini, letak lintang pada usia kehamilan >32 minggu, letak sungsang

pada primigravida, infeksi berat/sepsis, persalinan prematur (Dinkes Provsu, 2011).

Kejadian komplikasi kebidanan dan risiko tinggi diperkirakan terdapat pada

sekitar 15-20% ibu hamil. Komplikasi dana kehamilan dan persalinan tidk selalu

dapat diduga atau diramalkan sebelumnya, sehingga ibu hamil harus berada sedekat

mungkin pada sarana pelayanan yang mampu memberikan Pelayanan Obstetri dan

Neonatal Emergensi Dasar (PONED). Agar puskesmas mampu melaksanakan

PONED maka harus didukung pula oleh tenaga medis terampil yang telah dilatih dan

adanya sarana medis maupun non medis yang memadai.

Komplikasi obstetri ini merupakan penyebab langsung kematian ibu, yaitu

perdarahan, infeksi, eklamsia, partus macet (persalinan kasip), abortus dan rupture

uteri (robekan rahim). Sedangkan komplikasi neonatal adalah neonatal dengan

penyakit dan kelainan yang dapat menyebabkan kesakitan, kecacatan, dan kematian

yaitu seperti BBLR (berat badan lahir rendah <2500 gr.

Neonatal risti/komplikasi meliputi asfiksia, tetanus neonatorum, sepsis,

trauma lahir, BBLR (berat badan lahir <2.500 gr), sindroma gangguan pernafasan dan

kelainan neonatal. Neonatal risti/komplikasi yang tertangani adalah neonatal

risti/komplikasi yang mendapat pelayanan oleh tenaga kesehatan terlatih, dokter dan

bidan di polindes, puskesmas, rumah bersalin dan rumah sakit (Depkes, 2011).

5. Kunjungan Neonatal (KN1 dan KN3)

Kunjungan neonatal adalah kontak neonatal dengan tenaga kesehatan minimal

(50)

didalam maupun diluar gedung puskesmas (termasuk bidan desa, polindes dan

kunjungan rumah) dengan ketentuan (Depkes, 2009) :

a. Kunjungan pertama kali pada hari pertama sampai pada hari ke tujuh (sejak 6 jam

setelah lahir 7 hari)

b. Kunjungan kedua kali pada hari ke delapan sampai dengan hari keduapuluh

delapan (8-28 hari)

Petugas kesehatan dalam melaksanakan pelayanan neonatus disamping

melakukan pemeriksaan kesehatan bayi, juga dilakukan konseling perawatan bayi

kepada ibunya. Pelayanan tersebut meliputi pelayanan kesehatan neonatal dasar

(tindakan resusitasi, pencegahan hipotermia, pemberian ASI dini dan eksklusif,

pencegahan infeksi berupa perawatan mata, tali pusat, kulit dan pemberian

imunisasi), pemberian vitamin K, manajemen terpadu balita muda (MTBM) dan

penyuluhan perawatan neonatus di rumah menggunakan buku KIA (Dinkes Provsu,

(51)

2.4Kerangka Konsep

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penerapan Analisis Gerombol Untuk Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011

Profil kabupaten/kota

Variabel

1.Cakupan pelayanan ibu hamil (K1) 2.Cakupan pelayanan ibu hamil (K4) 3.Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

4.Cakupan pelayanan ibu nifas 5.Cakupan penanganan komplikasi obstetri

6. Cakupan penanganan komplikasi neonatal

7.Kunjungan neonatal (KN1) 8.Kunjungan neonatal lengkap

Analisis

Gerombol/Cluster

Hasil :

1. Status KIA baik 2.Status KIA sedang 3. Status KIA buruk

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif karena merupakan prosedur untuk membuat gambaran yang digunakan dalam program pelayanan kesehatan

(Soekidjo,2005). Jenis penelitian menurut tujuannya adalah penelitian terapan pada

data sekunder karena menggunakan analisis gerombol data profil pelayanan

kesehatan ibu dan anak di Provinsi Sumatera Utara Tahun 2011 (Erlina, 2011).

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara. Lokasi

penelitian ini dipilih dengan alasan bahwa pelayanan kesehatan ibu dan anak

merupakan rincian Pelayanan Kesehatan Dasar (PKD), dimana menjadi target khusus

pelayanan di tingkat Puskesmas, sebagai Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) pada

setiap Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan dirujuk ke Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara. Penelitian ini dimulai dari survei pendahuluan, penelusuran pustaka,

seminar proposal, pengumpulan dan pengolahan data serta seminar akhir yang

dilakukan dari bulan Februari sampai Juni 2012.

(53)

Populasi penelitian adalah seluruh data profil pelayanan kesehatan ibu dan

anak yang ada di Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 2010.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian adalah data 1 tahun yaitu data profil pelayanan kesehatan

ibu dan anak tahun 2010 yang terdiri dari 33 kabupaten/kota di Provinsi Sumatera

Utara.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yaitu data profil pelayanan

kesehatan ibu dan anak tahun 2010 yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Provinsi

Sumatera Utara.

3.5 Definisi Operasional

1. X1 = Cakupan kunjungan ibu hamil (K1) adalah perbandingan antara jumlah

kunjungan baru (K1) ibu hamil di satu wilayah kerja pada kurun waktu tertentu

dengan penduduk sasaran ibu hamil.

2. X2 = Cakupan kunjungan ibu hamil (K4) adalah perbandingan antara jumlah

kunjungan ibu hamil keempat (K4) di satu wilayah kerja pada kurun waktu

tertentu dengan penduduk sasaran ibu hamil.

3. X3 = Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan adalah perbandingan

antara jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di satu wilayah kerja pada kurun

(54)

4. X4 = Cakupan pelayanan ibu nifas adalah perbandingan antara jumlah pelayanan

ibu nifas oleh tenaga kesehatan minimal 3 kali di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu dengan penduduk sasaran ibu nifas.

5. X5 = Cakupan penanganan komplikasi obstetri adalah perbandingan antara jumlah

kasus kegawatdaruratan obstetrik yang ditangani di satu wilayah kerja pada kurun

waktu tertentu dengan 20% sasaran ibu hamil.

6. X6 = Cakupan penanganan komplikasi neonatal adalah perbandingan antara

jumlah kasus kegawatdaruratan neonatal yang ditangani di satu wilayah kerja

pada kurun waktu tertentu dengan 20% sasaran bayi.

7. X7 = Cakupan kunjungan neonatal (KN1) adalah perbandingan antara jumlah

neonatal pada umur 0-7 hari yang telah memperoleh pelayanan kesehatan sesuai

standar KN1 di satu wilayah kerja pada kurun tertentu dengan penduduk sasaran

bayi.

8. X8 = Cakupan kunjungan neonatal lengkap adalah perbandingan antara jumlah

neonatal yang telah memperoleh pelayanan kesehatan sesuai standar KN2 di satu

(55)

3.6 Aspek Pengukuran

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Status Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Variabel Skala Ukur

Cakupan kunjungan ibu hamil (K1) Rasio

Cakupan kunjungan ibu hami (K4) Rasio

Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

Rasio

Cakupan pelayanan ibu nifas Rasio

Cakupan penanganan komplikasi obstetric Rasio Cakupan penanganan komplikasi neonatal Rasio

Cakupan kunjungan neonatal (KN1) Rasio

Cakupan kunjungan neonatal lengkap Rasio

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan untuk menyederhanakan data agar lebih mudah dibaca

dan diinterpretasikan. Tahap analisis data meliputi :

1. Analisis deskriptif (Univariat)

Analisis deskriptif digunakan untuk menggambarkan distribusi:

a. Cakupan pelayanan ibu hamil (K1)

b. Cakupan pelayanan ibu hamil (K4)

c. Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan

d. Cakupan pelayanan ibu nifas

e. Cakupan penanganan komplikasi obstetri

f. Cakupan penanganan komplikasi neonatal

g. Kunjungan neonatal (KN1)

Gambar

Gambaran Umum Provinsi Sumatera Utara ........................  41
Tabel 2.1 Perbandingan Metode Hirarki, Non Hirarki, dan Two Step Cluster
Gambar 2.1    Kerangka Konsep Penerapan Analisis Gerombol Untuk Profil Kesehatan Ibu dan Anak di Provinsi Sumatera Utara Tahun   2011
Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Status Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Pada hari ini Selasa tanggal lima belas bulan November tahun dua ribu enam belas, kami yang bertanda tangan di bawah ini Pokja Pelelangan Jasa Konsultan Perencanaan Gedung

From the results of testing and analysis that has been done can be concluded some thing that is classification analysis of opinion sentiment film in

[r]

[r]

Summary of change:  Introduces more specific and strongly typed metadata that can be used to filter data, and specifies a generic constraint mechanism to filter on domain axes,

[r]

Dalam tahap pemberian penjelasan ini, tidak ada pertanyaan dari Peserta mengenai isi Dokumen Pengadaan dan Jadwal pelaksanaan yang telah ditentukan

Bagi calon penyedia jasa konsultan peringkat 1 selanjutnya akan di undang untuk mengikuti Klarifikasi dan Negosiasi Biaya pada tanggal 7 Juni 2013, di ruang Sekretariat