INFORMASI AKUNTANSI
(Studi Empiris Pada Baitul Maal Wat Tamwil Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta)
THE INFLUENCE OF TOP MANAGEMENT SUPPORT, TRAINING OF USERS OF THE SYSTEM, FORMALIZATION OF SYSTEM
DEVELOPMENT, ORGANIZATIONAL SIZE, AND USER INVOLVEMENT IN THE DEVELOPMENT OF THE SYSTEM ON THE PERFORMANCE OF
THE ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM
(Empirical Study at the Baitul Maal Wat Tamwil Territory Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
GIRINDRA PRAWITA DEVI 20130420156
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INFORMASI AKUNTANSI
(Studi Empiris Pada Baitul Maal Wat Tamwil Wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta)
THE INFLUENCE OF TOP MANAGEMENT SUPPORT, TRAINING OF USERS OF THE SYSTEM, FORMALIZATION OF SYSTEM
DEVELOPMENT, ORGANIZATIONAL SIZE, AND USER INVOLVEMENT IN THE DEVELOPMENT OF THE SYSTEM ON THE PERFORMANCE OF
THE ACCOUNTING INFORMATION SYSTEM
(Empirical Study at the Baitul Maal Wat Tamwil Territory Daerah Istimewa Yogyakarta)
SKRIPSI
Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh Gelar Sarjana pada
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Akuntansi Universitas
Muhammadiyah Yogyakarta
Oleh :
GIRINDRA PRAWITA DEVI 20130420156
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
( QS. Al – Baqarah : 286 )
“Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat)
kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku
sangat pedih ”
( QS. Ibrahim : 7)
“Ada tiga hal mendasar untuk mencapai segala yang Anda inginkan, yaitu usaha
yang sungguh – sungguh, konsentrasi dan fokus, dan menggunakan akal sehat”
- Thomas Alfa Edison –
“Don’t say I can’t, but say I will learn till I can. Act and believe, I always try to deliver the best, but I always put my faith on God to do the rest”
telah menjadi takdirku memang begitu berharga, namun semua itu tidak dijadikan penyesalan akan tetapi dijadikan pembelajaran. Terimakasih Ya Allah atas kesempatan yang telah Kau berikan kepadaku. Karya kecil ini aku persembahkan untuk :
Kedua Orangtuaku Tersayang :
Joko Sutiyanto
Hesti Handayani
Saudara Kandung Laki – lakiku Tersayang :
Yoga PramandaJati Almamater Tercinta :
Program StudiAkuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis
HALAMAN MOTTO ... v
1. Kinerja Sistem Informasi Akuntansi ... 11
2. Faktor-faktor yang Memengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi ... 13
3. Dukungan Manajemen Puncak... 14
4. Pelatihan Pemakai Sistem ... 15
5. Formalisasi Pengembangan Sistem ... 16
6. Ukuran Organisasi ... 17
7. Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem ... 17
B. Hasil Penelitian Terdahulu ... 18
C. Hipotesis ... 21
D. Model Penelitian ... 27
BAB III METODE PENELITIAN... 28
A. Obyek dan Subyek Penelitian ... 28
B. Teknik Pengambilan Sampel ... 28
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 44
A. Gambaran Umum Obyek dan Subyek Penelitian ... 44
B.Hasil Uji Kualitas Instrumen Data ... 49
C. Hasil Uji Asumsi Klasik ... 54
D. Hasil Penelitian (UjiHipotesis) ... 57
E. Pembahasan ... 62
BAB V SIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN ... 69
A. Simpulan ... 69
B. Saran ... 70
C. Keterbatasan Penelitian ... ... 70 DAFTAR PUSTAKA
4.3. Data Karakteristik Responden ... 47
4.4. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 48
4.5. Hasil Uji Outliers Ke – 1 ... 49
4.6. Hasil Uji Reliabilitas ... 51
4.7. Hasil Uji Validitas ... 52
4.8. Hasil Uji Normalitas ... 54
4.9. Hasil Uji Multikolinieritas ... 55
4.10. Hasil Uji Heteroskedastisitas ... 56
4.11. Hasil Uji Regresi ... 57
4.12. Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 58
4.13. Hasil Uji Nilai F ... 58
4.14. Hasil Uji Nilai t ... 59
LAMPIRAN 2 DATA HASIL PENELITIAN
LAMPIRAN 3 DAFTAR OBYEK PENELITIAN di BMT
LAMPIRAN 4 HASIL UJI STATISTIK DESKRIPTIF
LAMPIRAN 5 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL DUKUNGAN
MANAJEMEN PUNCAK
LAMPIRAN 6 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL PELATIHAN PEMAKAI
SISTEM
LAMPIRAN 7 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL FORMALISASI
PENGEMBANGAN SISTEM
LAMPIRAN 8 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL UKURAN ORGANISASI
LAMPIRAN 9 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KETERLIBATAN
PEMAKAI DALAM PENGEMBANGAN SISTEM
LAMPIRAN 10 HASIL UJI VALIDITAS VARIABEL KINERJA SISTEM
INFORMASI AKUNTANSI
LAMPIRAN 11 HASIL UJI RELIABILITAS
LAMPIRAN 12 HASIL UJI ASUMSI KLASIK
the development of the system on the performance of accounting information systems. This research method using purposive sampling. Purposive sampling is a sampling technique with a certain consideration determination. The population in this study are employees of BMT in territory of Daerah Istimewa Yogyakarta, which routine operations by using a computer. The sample in this research is 85 respondents, but the data can be processed is 74 respondents. The analytical tool used in this research is multiple regression using SPSS version 16.
The test results in this study indicate that top management support, training of users of the system, formalization of system development, and the involvement of users in system development had no significant impact on the performance of accounting information systems. As for the size of the organization have a significant impact positively on the performance of accounting information systems.
Dewasa ini, perkembangan teknologi sudah semakin berkembang
dengan cepat, canggih, dan dengan pesat. Hal tersebut ditandai dengan
munculnya berbagai macam perangkat teknologi yang digunakan di
berbagai kalangan, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, sosial maupun
organisasi. Perkembangan teknologi tersebut penggunaannya juga semakin
mudah, sehingga bisa digunakan oleh berbagai kalangan. Perkembangan
informasi tersebut juga turut berkembang dalam bidang informasi
akuntansi dalam sebuah instansi atau organisasi. Karena informasi
akuntansi yang dihasilkan dari sebuah instansi merupakan jantung bagi
instansi tersebut, maka informasi yang dihasilkan akan digunakan bagi
pihak–pihak yang berkepentingan, seperti pihak internal dan pihak
eksternal. Sehingga pihak–pihak yang berkepentingan tersebut akan
merasa puas dengan sajian informasi tersebut.
Pada masa sekarang ini, banyak instansi yang melakukan
persaingan supaya instansi tersebut bisa tetap eksis. Dengan adanya sistem
informasi, maka sebuah instansi akan dengan mudah dalam meningkatkan
kinerja dan lebih mampu lagi dalam melakukan pengendalian. Sistem
informasi yang telah berkembang pesat tersebut tentunya telah didukung
dengan sistem yang terkomputerisasi. Setiap instansi tentunya menerapkan
diterapkan sesuai dengan kebutuhan instansi. Sehingga di tiap–tiap
instansi memiliki sistem informasi yang berbeda–beda, sesuai dengan
kebutuhan instansi.
Persaingan antar instansi mulai harus diperhatikan secara sungguh–
sunguh, supaya suatu instansi tetap menjadi instansi yang kompetitif demi
menjawab setiap tantangan dari masyarakat. Serta tetap menjadi instansi
unggulan yang diharapkan oleh masyarakat. Oleh karena itu, dengan
adanya dukungan sistem informasi dan teknologi yang terkomputerisasi
sangat memudahkan bagi instansi dalam meningkatkan tingkat kinerjanya.
Setiap instansi dituntut untuk bisa memberikan suatu informasi
yang akurat dan terpercaya untuk digunakan bagi pihak–pihak yang
berkepentingan. Informasi tersebut tentunya dari hasil olahan data–data
instansi yang telah disusun menjadi informasi akuntansi yang akurat dan
terpercaya. Informasi yang dihasilkan tentunya diolah dengan
menggunakan sistem yang telah ditetapkan oleh instansi. Dengan adanya
informasi akuntansi yang dihasilkan oleh instansi, maka dibuatlah sebuah
sistem yang disebut dengan sistem informasi akuntansi. Sistem informasi
akuntansi merupakan sebuah sistem yang telah dirancang oleh suatu
instansi untuk menghasilkan informasi akuntansi yang akurat dan
terpercaya.
Sistem informasi akuntansi juga telah diterapkan di dalam industri
lembaga keuangan, yaitu Baitul Maal Wat Tamwil (BMT). Dalam industri
nasabah. Dengan informasi yang tersaji secara terstruktur dan baik, akan
membantu nasabah dalam melakukan kegiatan yang berhubungan dengan
BMT. Misalnya dalam menyelesaikan berbagai jenis transaksi. Dalam
BMT, pelayanan harus diutamakan, karena pelayanan berhubungan
langsung dengan nasabah, oleh karena itu, nasabah tentunya menginginkan
informasi yang sangat detail.
Bebagai jenis transaksi yang ditawarkan oleh BMT pada masa
sekarang ini semakin beraneka ragam. Oleh karena itu, karyawan BMT
dituntut untuk bisa menguasai sistem informasi yang telah dirancang.
Ketepatan dan kecermatan dalam melakukan pekerjaan harus dikuasai oleh
karyawan BMT. Sehingga tingkat kesalahan yang terjadi akan semakin
kecil. Data transaksi yang salah juga dapat menyebabkan pihak–pihak
pengguna menjadi bingung, sehingga pihak pengguna tersebut sulit untuk
membuat keputusan. Karena data yang diolah akan menjadi output bagi
industri lembaga keuangan tersebut. Sehingga selain diperlukan sistem
informasi yang efisien juga dibutuhkan tenaga sumber daya manusia yang
kompeten dalam menggunakan sistem informasi yang telah dirancang. Hal
tersebut sesuai dengan QS. Al-Ahqaf:19, yaitu :
Artinya :
“ Dan bagi masing-masing mereka derajat menurut apa yang telah
mereka kerjakan dan agar Allah mencukupkan bagi mereka (balasan)
Ayat tersebut menjelaskan bahwa, Allah SWT akan memberikan
balasan kepada seluruh umat atas seluruh perbuatan yang dikerjakan di
dunia. Baik itu pekerjaan yang baik maupun pekerjaan yang buruk. Hal
tersebut juga berdampak pada pekerjaan yang sedang dilakukan di suatu
instansi. Apabila karyawan yang bekerja melakukan pekerjaannya dengan
tulus, baik, serta ikhlas, maka akan berdampak pula pada insatansi
karyawan tersebut. Akan tetapi, apabila karyawan yang memiliki ilmu
lebih tetapi tidak diaplikasikan untuk pekerjaannya, maka akan membuat
pekerjaannya menjadi kacau. Sehingga, instansi tempat karyawan bekerja
tersebut juga tidak akan mengalami kemajuan.
Semakin tahun, ada banyak lembaga keuangan yang dapat
menghimpun dana dari masyarakat. Baitul Maal Wat Tamwil adalah salah
satunya. Baitul Maal Wat Tamwil atau disingkat dengan BMT merupakan
lembaga keuangan yang dapat melakukan kegiatan pengembangan usaha–
usaha produktif dan investasi. Baik dalam meningkatkan kualitas ekonomi
pengusaha mikro dan kecil dengan mendorong kegiatan menabung dan
menunjang pembiayaan kegiatan ekonomi. BMT juga menerima titipan
dana zakat, infaq, dan shadaqah serta mengoptimalkan distribusinya sesuai
dengan peraturan dan amanahnya. Tentunya BMT juga menghasilkan
output yang berupa laporan keuangan. Dari laporan keuangan yang
dihasilkan bisa dilihat apakah kinerja dari BMT tersebut sudah baik
ataukah belum. Hal tersebut dilihat dari pengguna sistem informasi di
Namun, terkadang pengguna dari sistem informasi di BMT salah
dalam menginput nominal, sehingga hal tersebut akan memperlambat
keluarnya laporan keuangan. Kesalahan yang banyak dilakukan adalah
salah dalam menginput nominal, dan jenis transaksi. Tentunya, hal
tersebut perlu perbaikan yang memakan waktu cukup lama, sehingga
ketika jam bekerja telah selesai, pengguna sistem informasi masih
melakukan perbaikan data. Oleh karenanya perlu adanya tindak lanjut
mengenai beberapa faktor yang dapat mendukung kinerja sistem informasi
akuntansi telah diterapkan secara disiplin oleh BMT atau kah faktor–faktor
tersebut belum terlaksana dengan baik.
Terdapat berbagai faktor yang dapat meningkatkan keterampilan
dan kecekatan pengguna sistem informasi dalam mengoperasikan sistem
informasi yang dirancang suatu instansi. Pertama, ialah peranan
manajemen puncak dalam memberikan dukungan kepada karyawan yang
berkaitan dengan sistem informasi akuntansi. Semakin aktif manajemen
puncak dalam memberikan dukungan kepada karyawan, akan semakin
meningkatkan kinerja karyawan. Dengan adanya dukungan yang aktif dari
manajemen puncak, karyawan akan termotivasi dalam menyelesaikan
pekerjaan nya dengan baik.
Kedua, dengan mengikuti pelatihan–pelatihan yang diadakan oleh
perusahaan maupun pihak luar perusahaan. Melalui pelatihan tersebut,
diharapkan pengguna sistem dapat memeroleh pengetahuan yang lebih
penolakan dan kecemasan yang terjadi apabila terdapat penggantian sistem
yang lebih baru. Dari adanya pelatihan tersebut, diharapkan pula
kemampuan teknik personal akan semakin berkembang. Sehingga dengan
berkembangnya kemampuan teknik personal, akan dapat membantu
menyelesaikan pekerjaan dengan mudah dan tepat.
Ketiga, adanya formalisasi pengembangan sistem. Formalisasi
pengembangan sistem merupakan susunan secara terstruktur serta
pendokumentasian pengembangan sistem secara sistematis. Sehingga,
segala sesuatu yang berkaitan dengan sistem informasi akuntansi akan
didokumentasikan dan dikomunikasikan secara jelas mengenai seluruh
kegiatan yang berkaitan dengan sistem informasi akuntansi. Baik itu dari
segi komponen, pengoperasian, maupun tujuan.
Keempat, keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem.
Adanya keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem akan membawa
pengaruh bagi karyawan pengguna sistem. Sehingga keikutsertaan
karyawan dalam proses pengembangan sistem akan memengaruhi motivasi
kinerja karyawan untuk menerima sistem yang lebih baru. Dari
perkembangan sistem yang lebih baru tersebut, pengguna sistem akan
menjadi cepat tanggap dalam pengoperasian sistem yang baru.
Kelima, ukuran organisasi. Ukuran organisasi ditentukan oleh
besarnya jumlah karyawan yang ada di instansi tersebut. Apabila di suatu
instansi memiliki karyawan yang besar, maka segala permasalahan yang
apabila di suatu instansi terdapat karyawan yang memiliki permasalahan
dalam pekerjaannya, maka akan dapat dengan segera dibantu oleh
karyawan lain.
Penelitian terdahulu terkait dengan topik yang sama yang
dilakukan oleh beberapa peneliti dengan berbagai objek, diantaranya
adalah, variabel dukungan manajemen puncak oleh Prabowo dkk (2013)
menyatakan, terdapat pengaruh positif adanya dukungan manajemen
puncak terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Variabel pelatihan
pemakai sistem oleh Septianingrum (2014) menyatakan, pelatihan
pemakai sistem berpengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi. Variabel formalisasi pengembangan sistem oleh Handoko dan
Marfuah (2013) menyatakan, terdapat pengaruh positif formalisasi
pengembangan sistem terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Variabel ukuran organisasi oleh Handoko dan Marfuah (2013)
menyatakan, terdapat pengaruh positif ukuran organisasi terhadap kinerja
sistem informasi akuntansi. Variabel keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem oleh Hendra dkk (2013) menyatakan, terdapat
pengaruh positif antara keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan
sistem terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Oleh karena itu, peneliti tertarik melakukan penelitian dengan judul
Keterlibatan Pemakai Dalam Pengembangan Sistem Terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi“.
Penelitian ini termasuk penelitian kompilasi dari Gustiyan (2014)
dan Septianingrum (2014). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang dilakukan oleh Gustiyan (2014) dan Septianingrum (2014) adalah
pada obyek penelitian dan varibel dependen. Obyek penelitian yang
dilakukan oleh Gustiyan (2014) adalah di Bank Perkreditan Rakyat (BPR)
di Tanjung Pinang. Sedangkan untuk variabel independen pada penelitian
Gustiyan (2014) dan Septianingrum (2014) adalah tidak adanya variabel
ukuran organisasi. Sedangkan untuk obyek penelitian yang dilakukan oleh
Septianingrum (2014) adalah di BPJS Ketenagakerjaan Semarang dan
Daerah Istimewa Yogyakarta.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dari
penelitian ini adalah :
1. Apakah dukungan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi ?
2. Apakah adanya pelatihan pemakai sistem berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi ?
3. Apakah formalisasi pengembangan sistem berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi ?
4. Apakah ukuran organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap
5. Apakah keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi ?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji dan menemukan bukti
empiris bahwa :
1. Pengaruh dukungan manajemen puncak berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
2. Pengaruh pelatihan pemakai sistem berpengaruh positif signifikan
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
3. Pengaruh formalisasi pengembangan sistem berpengaruh positif
signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
4. Pengaruh ukuran organisasi berpengaruh positif signifikan terhadap
kinerja sistem informasi akuntansi.
5. Pengaruh keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem
berpengaruh positif signifikan terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Pihak–pihak yang akan melakukan penelitian lebih lanjut terkait
topik yang sama dapat mempergunakannya sebagai bahan
pertimbangan dan referensi.
c. Dapat memberikan kontribusi ilmu pengetahuan mengenai Sistem
Informasi Akuntansi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Instansi
Bagi manajemen Baitul Maal Wat Tamwil di wilayah
Daerah Istimewa Yogyakarta dan sekitarnya, hasil dari penelitian
ini diharapkan dapat digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan
kinerja pegawai, dan untuk pengambilan keputusan mengenai
penilaian kinerja.
b. Bagi Peneliti
Menjadikan sarana dalam menerapkan ilmu pengetahuan
yang telah didapat selama di bangku perkuliahan serta dapat
memberi gambaran terkait berbagai faktor yang dapat
1. Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
Pengertian kinerja menurut Simanjuntak dalam Septianingrum,
2014 ialah, tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan suatu tugas
tertentu dalam suatu instansi ataupun organisasi. Sedangkan menurut
Mangkunegara dalam Gustiyan, 2014 kinerja (prestasi kerja)
merupakan hasil kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan
tanggung jawab yang diberikan kepadanya.
Kinerja menurut Cushway dalam Gustiyan, 2014 ialah menilai
bagaimana seseorang telah bekerja dibandingkan dengan target yang
telah ditentukan. Sehingga, dapat ditarik kesimpulan dari pengertian
kinerja yang dijelaskan oleh beberapa pakar diatas. Kinerja merupakan
keadaan yang harus disampaikan dan diketahui oleh pihak tertentu
untuk dapat mengetahui tingkat pencapaian hasil suatu perusahaan,
sehingga pihak yang memerlukan informasi merasa puas dengan
keputusan yang diambil.
Selanjutnya adalah pengertian sistem. Sistem merupakan suatu
rangkaian yang terdiri dari dua atau lebih komponen yang memiliki
hubungan dan berinteraksi dalam mencapai tujuan tertentu. Sistem
kepentingan tertentu dan mendukung sistem yang memiliki kapasitas
lebih besar. Tujuan sistem yaitu menghubungkan bagian-bagian dari
sistem tersebut.
Pengertian selanjutnya adalah informasi. Menurut Susanto
dalam Gustiyan, 2014, informasi merupakan hasil pengolahan data
yang memberikan arti dan manfaat. Informasi merupakan data yang
diolah menjadi bentuk yang lebih berguna bagi yang menerimanya.
Selanjutnya adalah pengertian sistem informasi akuntansi.
Menurut Widjajanto dalam Septianingrum, 2014, sistem informasi
akuntansi ialah susunan berbagai formulir catatan, peralatan, termasuk
komputer dan perlengkapannya serta alat komunikasi, tenaga
pelaksananya dan laporan yang terkoordinasikan secara erat yang
didesain untuk mentransformasikan data keuangan menjadi informasi
yang dibutuhkan manajemen. Sedangkan, menurut Jogiyanto dalam
Septianingrum, 2014, sistem informasi akuntansi dapat didefinisikan
sebagai sistem informasi yang merubah data transaksi bisnis menjadi
informasi keuangan yang berguna bagi penggunanya. Menurut
Baridwan dalam Septianingrum, 2014, sistem informasi akuntansi
merupakan suatu komponen yang dapat mengumpulkan,
menggolongkan, mengolah, menganalisa, dan mengkombinasikan
informasi keuangan yang berhubungan untuk dapat diambil keputusan
Sehingga, dari beberapa definisi yang dijelaskan oleh pakar–
pakar diatas, dapat ditarik kesimpulan mengenai arti dari sistem
informasi akuntansi, yaitu sistem yang dirancang untuk melakukan
olah data. Data yang diolah yaitu berupa informasi akuntansi yang
bersifat data keuangan. Sistem informasi akuntansi di instansi BMT
merupakan suatu aplikasi sistem yang dirancang oleh pembuat sistem
di BMT untuk melakukan berbagai olahan data. Data yang diolah
diantaranya mengenai transaksi-transaksi yang ditawarkan kepada
nasabah BMT.
Kemudian dapat ditarik kesimpulan mengenai pengertian kinerja
sistem informasi akuntansi, yaitu penilaian dan evaluasi terhadap
pelaksanaan sistem informasi akuntansi yang digunakan oleh suatu
perusahaan dalam pencapaiannya untuk memberikan sebuah informasi
akuntansi yang efektif, efisien, dan akurat sesuai dengan tujuan
perusahaan tersebut.
2. Faktor–faktor Yang Memengaruhi Kinerja Sistem Informasi Akuntansi
Menurut Tjhai Fung Jen dalam Septianingrum, 2014, pada
perusahaan jasa terdapat faktor-faktor yang memengaruhi kinerja
sistem informasi akuntansi, yaitu :
a. Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem
b. Kemampuan teknik personal
d. Dukungan manajemen puncak
Dukungan manajemen puncak menurut Hashmi dalam
Septianingrum, 2014 merupakan pihak yang mempunyai tanggung
jawab dalam meyediakan petunjuk untuk berbagai kegiatan sistem
informasi dalam menentukan kesuksesan untuk semua kegiatan yang
berkaitan dengan sistem informasi. Dukungan manajemen mempunyai
peran penting dalam tahap pengembangan sistem informasi akuntansi
dan juga keberhasilan implementasi sistem tersebut. Dalam konteks
posisi yang dimiliki oleh manajemen puncak merupakan posisi yang
lebih baik, maka dalam penguasaan sistem informasi dan pengetahuan
IT, maka manajemen puncak dapat memahami desain sistem informasi
akuntansi yang kemudian menggunakan pengetahuan mereka untuk
mendesain perencanaan sistem informasi akuntansi untuk
pembangunan sesuai dengan kebutuhan informasi instansi mereka, Al
Eqab dan Ismail dalam Suryawarman dan Widhiyani, 2012.
Manajemen puncak bertugas dalam mengatur strategi dan
membuat rencana kegiatan secara umum serta mengarahkan jalannya
pengembangan sistem informasi yang digunakan oleh instansinya,
sehingga dapat memotivasi pemakai untuk berpartisipasi dalam
pengembangan sistem di instansinya. Menurut Lee dan Kim dalam
Septianingrum, 2014, manajemen puncak diartikan sebagai
pemahaman manajemen puncak tentang sistem komputer dan tingkat
minat, dukungan, dan pengetahuan tentang sistem informasi atau
komputerisasi.
4. Pelatihan Pemakai Sistem
Pelatihan pemakai sistem merupakan pelatihan yang diadakan
oleh pihak perusahaan untuk memperkenalkan sistem kepada
karyawan. Melalui adanya pelatihan, diharapkan karyawan dapat
memperoleh ilmu lebih serta dapat mengarah pada peningkatan
kinerja, Montazemi dalam Komara dalam Gustiyan, 2014. Menurut
Komara dalam Setyawan, 2013, dengan pelatihan dan pendidikan,
pemakai sistem dapat memperoleh kemampuan untuk mengidentifikasi
persyaratan informasi serta kesungguhan dan keterbatasan sistem dan
kemampuan yang diperoleh dapat mengarah pada peningkatan kinerja.
Kegiatan pelatihan untuk pemakai sistem mempunyai tujuan
untuk melatih serta mengembangkan kemampuan para pemakai sistem.
Tujuan yang lain ialah untuk membangun rasa percaya diri pemakai
sistem sehingga dapat dijadikan antisipasi terhadap kecemasan dan
penolakan dari pemakai terhadap timbulnya sistem yang baru, Nelson
berpendapat bahwa apabila kurangnya dalam pemberian pelatihan bagi
pemakai sistem akan menjadi faktor utama kurangnya pemanfaatan
sistem informasi.
5. Formalisasi Pengembangan Sistem
Formalisasi merupakan prosedur yang didesain untuk mengatasi
permasalahan yang dihadapi oleh suatu instansi, yaitu tingkat dimana
suatu instansi menggunakan prosedur tersebut, termasuk petunjuk serta
komunikasi yang bersifat tertulis. Formalisasi menunjukkan kejelasan
terhadap peraturan serta prosedur yang dilaporkan dan
didokumentasikan sehingga dapat berguna untuk memastikan
keseragaman dalam proses bisnis. Formalisasi pengembangan sistem
ialah susunan secara terstruktur dan formal serta pendokumentasian
pengembangan sistem secara sistematis, Dalimunthe, 2014. Tujuan
penyusunan dan pendokumentasian secara terstruktur ialah untuk
dikomunikasikannya segala sesuatu yang berkaitan dengan
pengembangan sistem, baik itu mengenai pengoperasian, tujuan,
maupun komponen, Dalimunthe, 2014.
Formalisasi pengembangan sistem menurut Lee dan Kim dalam
Antari, 2015 merupakan pendokumentasian dalam proses
pengembangan sistem secara sistematis yang setelah itu
dikonfirmasikan dengan dokumen yang ada. Tjhai dalam Almilia dan
Briliantien dalam Gustiyan, 2014 berpendapat bahwa semakin tinggi
meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi dikarenakan adanya
hubungan yang positif antara formalisasi pengembangan sistem
dengan kinerja sistem informasi akuntansi.
6. Ukuran Organisasi
Ukuran organisasi merupakan salah satu karakteristik
organisasional. Organisasi melakukan perubahan melalui lingkungan
yang melingkupinya, Imana, 2014. Transformasi dilakukan oleh
organisasi melalui lingkungan yang melingkupinya. Lingkungan
terbagi menjadi lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan
mikro seperti organisasi itu sendiri, tujuan-tujuan, sumber daya, dan
proses. Sedangkan lingkungan makro merupakan lingkungan secara
keseluruhan diluar organisasi.
Ukuran organisasi menurut Edy Suwito dan Arleen Herawaty
dalam Dalimunthe, 2014 pada dasarnya ukuran organisasi
dikategorikan dalam tiga kategori, yaitu organisasi besar, organisasi
menengah, dan organisasi kecil. Ukuran organisasi sering digunakan
untuk menetapkan besarnya organisasi, seperti jumlah karyawan,
volume penjualan, dan pendapatan premium. Kriteria yang paling
umum digunakan untuk menentukan besar atau kecilnya ukuran
organisasi ialah jumlah karyawan, Ananda, 2014.
7. Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem
Keterlibatan pemakai ialah proses pengembangan sistem yang
sedang melakukan pengembangan sistem. Keterlibatan pemakai lebih
ditekankan pada perancangan dan pengembangan sistem informasi
akuntansi. Kesempatan yang diberikan kepada pemakai sistem
informasi akuntansi untuk menjadi partisipan, maka akan menjadi
tanggungjawabnya. Sehingga dari tanggungjawab tersebut akan
meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi, Antari, 2015.
Keterlibatan dalam menjadi partisipan ditunjukkan melalui
intervensi personal yang nyata dari pemakai sistem informasi
akuntansi, Dalimunthe, 2014. Keterlibatan tersebut mencakup
mengenai bagaimana peranan pemakai dalam proses perancangan
sistem informasi. Serta langkah-langkah apa saja dan kontribusi yang
akan dilakukan dalam mendukung pengembangan sistem, Imana,
2014. Seringnya tingkat partisipasi dari pemakai sistem informasi
akuntansi dalam proses pengembangan sistem, maka akan
meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi, Abhimantra, 2016.
B. Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel dukungan
manajemen puncak adalah, Prabowo, dkk, 2013, menyatakan bahwa
terdapat pengaruh adanya dukungan top management dalam proses
pengembangan dan pengoperasian sistem informasi akuntansi terhadap
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi. Rivaningrum dan Mahmud, 2015
menyatakan bahwa Dukungan Manajemen Puncak berpengaruh positif
mengungkapkan bahwa dukungan top management berpengaruh positif
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Gustiyan, 2014, menyatakan
bahwa dukungan manajemen puncak tidak berpengaruh terhadap kinerja
sistem informasi akuntansi. Hendra, dkk, 2013, yang menyatakan bahwa
terdapat pengaruh positif dan signifikan antara dukungan manajemen
puncak terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel pelatihan pemakai
sistem adalah, Septianingrum, 2014, mengungkapkan bahwa adanya
pelatihan dan pendidikan pengguna berpengaruh positif terhadap kinerja
sistem informasi akuntansi. Utama dan Suardikha, 2014, menyatakan
bahwa program pendidikan dan pelatihan pemakai tidak berpengaruh
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Prabowo, dkk, 2013,
mengungkapkan bahwa adanya program pelatihan dan pendidikan
pengguna sistem informasi berpengaruh terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi. Prabowo, dkk, 2014, menyatakan bahwa terdapat pengaruh
positif dan signifikan antara program pelatihan dan pendidikan pemakai
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Handoko dan Marfuah, 2013,
menyatakan terdapat pengaruh positif antara program pelatihan dan
pendidikan pemakai terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Penelitian terdahulu terkait dengan variabel formalisasi
pengembangan sistem adalah, Handoko dan Marfuah, 2013, menyatakan
tidak terdapat pengaruh positif formalisasi pengembangan sistem terhadap
bahwa terdapat pengaruh formalisasi pengembangan sistem informasi
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Almilia dan Briliantien, 2014,
yang menyatakan tidak terdapat hubungan yang signifikan formalisasi
pengembangan sistem informasi terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi. Gustiyan, 2014, menyatakan bahwa tidak ada pengaruh
formulasi pengembangan sistem informasi terhadap kinerja sistem
informasi akuntansi. Utama dan Suardikha, 2014, menyatakan bahwa
formalisasi pengembangan sistem informasi berpengaruh terhadap kinerja
sistem informasi akuntansi.
Penelitian terdahulu terkait variabel ukuran organisasi adalah,
Rusdi dan Megawati, 2014 yang menyatakan bahwa ukuran organisasi
berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi. Yunita, 2012 yang menyatakan bahwa ukuran organisasi
berpengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Utama
dan Suardikha, 2014, menyatakan bahwa ukuran organisasi tidak
berpeengaruh terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Almilia dan
Briliantien, 2014, yang menyatakan tidak terdapat pengaruh ukuran
organisasi terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Damana dan
Suardikha, 2016, menyatakan bahwa ukuran organisasi berpengaruh
positif terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
Penelitian terdahulu terkait variabel keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem adalah, Hendra, dkk, 2013, yang menyatakan bahwa
pengembangan sistem terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Utama
dan Suardikha, 2014, menyatakan bahwa faktor keterlibatan pemakai
dalam pengembangan sistem informasi akuntansi tidak berpengaruh
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Prabowo, dkk, 2014,
menyatakan bahwa keterlibatan pemakai tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Prabowo, dkk,
2013, mengungkapkan bahwa tidak terdapat pengaruh keterlibatan
pengguna terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Gustiyan, 2014,
menyatakan bahwa keterlibatan pemakai tidak berpengaruh dan tidak
signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
C. Hipotesis
1. Dukungan Manajemen Puncak
Dukungan manajemen puncak diartikan sebagai dukungan
yang diberikan dari manajemen puncak bagi pemakai sistem. Tingkat
dukungan yang diberikan manajemen puncak dapat dijadikan sebagai
salah satu faktor penting untuk mencapai keberhasilan dari semua
kegiatan yang berkaitan dengan sistem informasi. Apabila dukungan
yang diberikan semakin besar, maka kinerja sistem informasi
akuntansi akan semakin meningkat. Hal ini dikarenakan terdapat
hubungan antara dukungan manajemen puncak dalam proses
pengembangan sistem informasi. Dukungan tersebut penting, karena
tidak hanya alokasi sumber daya yang diperlukan untuk
sinyal yang kuat bagi karyawan, bahwa suatu perubahan yang
dilakukan merupakan sesuatu yang penting, Nopitasari, 2012.
Prabowo, dkk, 2013, menyatakan bahwa terdapat pengaruh
adanya dukungan top management dalam proses pengembangan dan
pengoperasian sistem informasi akuntansi terhadap kinerja sistem
informasi akuntansi. Septianingrum, 2014, mengungkapkan bahwa
dukungan top management berpengaruh positif terhadap kinerja
sistem informasi akuntansi. Rivaningrum dan Mahmud, 2015
menyatakan bahwa Dukungan Manajemen Puncak berpengaruh positif
terhadap Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.
H₁ :Dukungan manajemen puncak berpengaruh positif terhadap kinerja Sistem Informasi Akuntansi 2. Pelatihan Pemakai Sistem
Pelatihan menjadi upaya dalam pengembangan Sumber Daya
Manusia (SDM), menambah pengetahuan, dan meningkatkan
keterampilan kinerja. Pelatihan bermanfaat untuk meminimalisir
kesalahan pada saat pegoperasian aplikasi sistem informasi akuntansi,
sehingga pengguna dapat meningkatkan kinerjanya. Kesuksesan
pemakai sistem tergantung dari teknologi itu sendiri serta tingkat
keahlian dari individu yang mengoperasikan.
Septianingrum, 2014, mengungkapkan bahwa adanya pelatihan
dan pendidikan pengguna berpengaruh positif terhadap kinerja sistem
program pendidikan dan pelatihan pemakai berpengaruh terhadap
kinerja sistem informasi akuntansi. Prabowo, dkk, 2013,
mengungkapkan bahwa adanya program pelatihan dan pendidikan
pengguna sistem informasi berpengaruh terhadap kinerja sistem
informasi akuntansi.
H2: Pelatihan pemakai sistem berpengaruh positif terhadapKinerja Sistem Informasi Akuntansi 3. Formalisasi Pengembangan Sistem
Formalisasi pengembangan sistem informasi ialah
pemberitahuan terkait tahapan dari proses pengembangan sistem yang
tercatat secara sistematik, dan secara aktif melakukan penyesuaian
terhadap catatan, Almilia dan Briliantien, 2014. Dalam pengembangan
sistem informasi, memerlukan adanya formalisasi untuk
meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi. Fung Jen dalam
Almilia dan Briliantien, 2014, mengemukakan bahwa semakin tinggi
tingkat formalisasi pengembangan sistem informasi di perusahaan
akan meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi.
Formalisasi menunjukkan kejelasan terhadap suatu peraturan
serta prosedur yang didokumentasikan dan dilaporkan sehingga
berguna untuk memastikan keseragaman dalam proses bisnis. Dengan
adanya pelaporan dan pendokumentasian tersebut, segala kegiatan
berkaitan dengan sistem informasi akuntansi akan dapat diketahui oleh
pihak internal maupun pihak eksternal instansi.
Handoko dan Marfuah, 2013, menyatakan tidak terdapat
pengaruh positif dan signifikan formalisasi pengembangan sistem
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Hendra, dkk, 2013, yang
menyatakan bahwa terdapat pengaruh formalisasi pengembangan
sistem informasi terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Rusdi
dan Megawati, 2014, menyatakan bahwa formalisasi pengembangan
sistem informasi berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap
Kinerja Sistem Informasi Akuntansi.
H3: Formalisasi pengembangan sistem berpengaruh positif terhadap kinerja Sistem Informasi Akuntansi
4. Ukuran Organisasi
Dalam suatu organisasi yang berukuran besar, tentunya
memiliki sistem informasi yang lebih baik apabila dibandingkan
dengan organisasi ataupun instansi yang berukuran kecil. Semakin
besar ukuran suatu organisasi, maka akan memiliki karyawan yang
lebih banyak untuk pengoperasian sistem informasi akuntansi yang
pada gilirannya akan dapat meningkatkan kinerja sistem informasi
suatu instansi. Besarnya karyawan tersebut bertujuan untuk saling
membantu antar karyawan apabila di dalam suatu instansi terdapat
masalah. Apabila terdapat karyawan yang kesulitan dalam
lain. Fung Jen dalam Almilia dan Briliantien, 2014 mengemukakan
bahwa semakin besar ukuran organisasi maka akan meningkatkan
kinerja sistem informasi akuntansi.
Rusdi dan Megawati, 2014, menyatakan bahwa ukuran
organisasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja sistem
informasi akuntansi. Yunita, 2012, menyatakan bahwa ukuran
organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi. Almilia dan Briliantien, 2014, yang menyatakan tidak
terdapat pengaruh ukuran organisasi terhadap kinerja sistem informasi
akuntansi.
H4: Ukuran organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja Sistem Informasi Akuntansi
5. Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem
Keterlibatan akan memberikan pengaruh pada kriteria kunci
seperti kualitas sistem, kepuasan pengguna dan penggunaan sistem,
Ives dan Olson, Bruwer dan Hirschheim dalam Sogiharto dalam
Hendra, 2013. Mereka meyakini bahwa keterlibatan pemakai dalam
proses pengembangan sistem mempunyai pengaruh positif terhadap
kepuasan. Keikutsertaan pemakai sistem informasi akuntansi dalam
proses pengembangan sistem akan semakin menambah wawasan baru
kepada pemakai sistem. Keterlibatan pemakai bertujuan guna
Sehingga, dalam hal pengoperasian sistem yang baru, pemakai sistem
informasi akuntansi akan lebih lancar dalam pengoperasiannya.
Hendra, dkk, 2013, menyatakan bahwa terdapat pengaruh
antara keterlibatan pemakai dalam proses pengembangan sistem
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Utama dan Suardikha,
2014, menyatakan bahwa faktor keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem informasi akuntansi secara parsial berpengaruh
terhadap kinerja sistem informasi akuntansi. Prabowo, dkk, 2014,
menyatakan bahwa keterlibatan pemakai tidak berpengaruh positif dan
signifikan terhadap kinerja sistem informasi akuntansi.
D. Model Penelitian
+
+
+
+
+
Gambar 2.1
Gambar 2.1. Model Penelitian Dukungan Manajemen Puncak ( X1 )
Pelatihan Pemakai Sistem ( X2 )
Formalisasi Pengembangan Sistem ( X3 )
Ukuran Organisasi ( X4 )
Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem ( X5 )
Obyek penelitian ini adalah Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) di
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sedangkan untuk subyek penelitian
ini adalah karyawan BMT yang dalam rutinitas kegiatan operasionalnya
menggunakan sistem informasi akuntansi terkomputerisasi.
B. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan purposive sampling. Purposive sampling merupakan teknik
penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu, Sugiyono, 2007. Kriteria
penentuan sampel untuk menjadi responden ialah karyawan di BMT
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta yang rutinitas kegiatan
operasionalnya menggunakan sistem informasi akuntansi terkomputerisasi.
Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi
berganda yang diolah dengan menggunakan software SPSS versi 16.
C. Jenis Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah data primer,
yaitu data yang diperoleh secara langsung dari obyek yang telah
ditentukan. Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini ialah berupa
kuisioner yang telah diisi oleh karyawan BMT yang menjadi responden
kualitatif yang dinyatakan dengan angka menjadi data kuantitatif. Data
kuantitatif ini berguna untuk input data penelitian hipotesis, Setiadi, 2015.
D. Teknik Pengumpulan Data
Penelitian ini menggunakan metode survey. Metode survey
merupakan metode yang diperoleh dengan membagikan kuesioner secara
langsung kepada karyawan BMT.
Teknik pengumpulan data yang diperoleh menggunakan metode
kuesioner. Metode ini dilakukan melalui penyebaran kuesioner yang telah
disusun secara terstruktur, dimana sejumlah pertanyaan disampaikan
secara tertulis kepada responden untuk ditanggapi sesuai dengan kondisi
yang sebenarnya yang dialami oleh responden yang bersangkutan.
Pertanyaan dalam kuesioner berkaitan dengan pendapat responden
tentang dukungan manajemen puncak, keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem informasi, formalisasi pengembangan sistem
informasi, ukuran organisasi, pelatihan pemakai sistem informasi, dan
kinerja sistem informasi akuntansi. Penjelasan mengenai petunjuk
pengisian kuesioner dan pertanyaan di dalam kuesioner dibuat sesederhana
dan sejelas mungkin supaya memudahkan responden dalam melakukan
pengisian jawaban. Pertanyaan di dalam kuesioner berupa pertanyaan
positif dan kalimat dalam pertanyaan tidak panjang serta mudah untuk
dimengerti sehingga memudahkan responden dalam menjawab pertanyaan
Kuisioner yang diberikan kepada responden merupakan kuisioner
yang tertutup dikarenakan responden hanya memilih satu jawaban yang
sudah disediakan dan merupakan jawaban yang sesuai dengan kondisi
yang sesungguhnya di perusahaan.
E. Definisi Operasional Variabel 1. Variabel Dependen
Variabel dependen atau variabel terikat dalam penelitian ini
adalah Kinerja Sistem Informasi Akuntansi. Kinerja sistem informasi
ialah alat yang dipakai untuk mengukur efektivitas sistem informasi
dengan menggunakan kepuasan pemakai dan pemakaian sistem.
Indikator yang digunakan dalam variabel kinerja sistem
informasi adalah, sistem informasi akuntansi dapat membantu instansi
berfungsi dengan baik, sistem informasi akuntansi penting untuk
kesuksesan instansi, sistem informasi akuntansi memberikan informasi
yang dibutuhkan oleh instansi, dengan adanya sistem informasi
akuntansi instansi dapat mengerjakan tugas dengan mudah, sistem
informasi akuntansi telah dilengkapi informasi yang akurat. Pernyataan
yang terdapat dalam kuisioner mengadopsi kuisioner dari Imana, 2014.
Dalam variabel kinerja sistem informasi ini terdapat 6 butir
pertanyaan dan menggunakan pengukuran skala likert dengan 5 poin
penilaian, yaitu :
1) Sangat Tidak Setuju
3) Netral
4) Setuju
5) Sangat Setuju
Apabila jawaban dari responden semakin mengarah ke poin 5,
maka menunjukkan bahwa kinerja sistem informasi akuntansi di instansi
yang bersangkutan telah berjalan dengan baik.
2. Variabel Independen
a. Dukungan Manajemen Puncak (X1)
Dukungan manajemen puncak yang diberikan dalam
perusahaan akan meningkatkan keinginan pemakai sistem
informasi untuk menggunakan sistem informasi yang ada dan akan
lebih merasa puas dalam menggunakan sistem tersebut, Tjhai, dkk
dalam Hendra dkk 2013.
Indikator yang digunakan dalam variabel dukungan
manajemen puncak adalah, harapan yang tinggi dari atasan
terhadap penggunaan sistem informasi akuntansi, peran aktif dari
atasan dalam perencanaan operasi sistem informasi akuntansi,
perhatian yang tinggi dari atasan dalam kinerja sistem informasi
akuntansi, pemahaman atasan mengenai sistem informasi
akuntansi, kepedulian atasan mengenai sistem informasi akuntansi
di instansi yang bersangkutan, dukungan dari atasan dengan
karyawan. Pernyataan yang terdapat dalam kuisioner mengadopsi
kuisioner dari Imana, 2014.
Dalam variabel dukungan manajemen puncak ini terdapat 6
butir pertanyaan dan menggunakan pengukuran skala likert dengan
5 poin penilaian, yaitu :
Apabila jawaban dari responden semakin mengarah ke poin
5, maka menunjukkan bahwa dukungan manajemen puncak di
instansi yang bersangkutan telah berjalan dengan baik.
b. Pelatihan Pemakai Sistem (X2)
Variabel pelatihan pemakai sistem berkaitan dengan
pelatihan dan pendidikan yang diajarkan kepada karyawan
pengguna aplikasi komputer dalam menggunakan sistem yang
benar dan tepat. Hal lain yang diperoleh dalam pelatihan dan
pendidikan bagi karyawan adalah mendapat wawasan yang baru
dan mengarah pada peningkatan kinerja, Montazemi dalam
Komara dalam Gustiyan 2014.
Indikator yang digunakan dalam variabel pelatihan pemakai
menjalankan sistem informasi akuntansi dari instansi yang
bersangkutan, keuntungan dengan adanya program pelatihan untuk
karyawan dari instansi yang bersangkutan, keahlian yang diperoleh
karyawan dari program pelatihan, program pelatihan lanjutan untuk
karyawan, pengakuan pentingnya pelatihan untuk karyawan dari
instansi yang bersangkutan. Pernyataan yang terdapat dalam
kuisioner mengadopsi kuisioner dari Imana, 2014 dan
Septianingrum, 2014.
Dalam variabel pelatihan pemakai sistem ini terdapat 5
butir pertanyaan dan menggunakan pengukuran skala likert dengan
5 poin penilaian, yaitu :
Apabila jawaban dari responden semakin mengarah ke poin
5, maka menunjukkan bahwa pelatihan pemakai sistem di instansi
yang bersangkutan telah berjalan dengan baik.
c. Formalisasi Pengembangan Sistem (X3)
Pengembangan sistem informasi yang diformalisasikan
akan meningkatkan kinerja atau kesuksesan sistem informasi, Tjhai
Indikator yang digunakan dalam variabel pelatihan pemakai sistem
adalah, dokumentasi pengembangan sistem informasi akuntansi
disiapkan dengan format yang telah distandarisasi, biaya
pengembangan sistem informasi akuntansi dialokasikan pada
pengembangan yang nampak pada sasaran anggaran, pengenalan
terhadap pengendalian sistem informasi akuntansi berbasis
komputer. Pernyataan yang terdapat dalam kuisioner mengadopsi
kuisioner dari Imana, 2014.
Dalam variabel formalisasi pengembangan sistem ini
terdapat 3 butir pertanyaan dan menggunakan pengukuran skala
likert dengan 5 poin penilaian, yaitu :
1) Sangat Tidak Setuju
2) Tidak Setuju
3) Netral
4) Setuju
5) Sangat Setuju
Apabila jawaban dari responden semakin mengarah ke poin
5, maka menunjukkan bahwa formalisasi pengembangan sistem di
instansi yang bersangkutan telah berjalan dengan baik.
d. Ukuran Organisasi (X4)
Dalam suatu organisasi yang berukuran besar, tentunya
memiliki sistem informasi yang lebih baik jika dibandingkan
suatu organisasi, maka akan memiliki karyawan yang lebih banyak
untuk pengoperasian sistem informasi akuntansi yang pada
gilirannya akan dapat meningkatkan kinerja sistem informasi suatu
perusahaan. Fung Jen dalam Almilia dan Briliantien, 2014
mengemukakan bahwa semakin besar ukuran organisasi akan
meningkatkan kinerja sistem informasi akuntansi.
Indikator yang digunakan dalam variabel pelatihan pemakai
sistem adalah, instansi yang bersangkutan telah memiliki karyawan
yang mencukupi, instansi yang bersangkutan telah memiliki
karyawan sesuai dengan kebutuhan instansi, jumlah karyawan di
instansi yang bersangkutan sudah memadai. Pernyataan yang
terdapat dalam kuisioner mengadopsi kuisioner dari Rusdi dan
Megawati, 2014.
Dalam variabel ukuran organisasi ini terdapat 3 butir
pertanyaan dan menggunakan pengukuran skala likert dengan 5
poin penilaian, yaitu :
1) Sangat Tidak Setuju
2) Tidak Setuju
3) Netral
4) Setuju
Apabila jawaban dari responden semakin mengarah ke poin
5, maka menunjukkan bahwa ukuran organisasi di instansi yang
bersangkutan telah memadai dan sesuai dengan kebutuhan.
e. Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem (X5)
Variabel keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem
ditekankan pada bagaimana peranan pemakai dalam perancangan
sistem informasi beserta langkah apa saja yang dilakukan dalam
mendukung pengembangan sistem, Imana, 2014.
Indikator yang digunakan dalam variabel pelatihan pemakai
sistem adalah, peran karyawan dalam pengembangan sistem
informasi akuntansi di instansi yang bersangkutan, partisipasi
karyawan dalam pengembangan sistem informasi akuntansi yang
bersangkutan, kontribusi karyawan dalam pengembangan sistem
informasi akuntansi yang bersangkutan. Pernyataan yang terdapat
dalam kuisioner mengadopsi kuisioner dari Imana, 2014.
Dalam variabel ukuran organisasi ini terdapat 3 butir
pertanyaan dan menggunakan pengukuran skala likert dengan 5
Apabila jawaban dari responden semakin mengarah ke poin
5, maka menunjukkan bahwa keterlibatan pemakai dalam
pengembangan sistem di instansi yang bersangkutan telah berjalan
dengan baik.
F. Uji Kualitas Instrumen Data 1. Uji Outlier
Outlier merupakan data atau kasus yang memiliki
karakteristik unik yang terlihat berbeda jauh dari observasi yang
lainnya. Outlier tersebut muncul dalam bentuk nilai ekstrim baik untuk
variabel tunggal maupun kombinasi, Ghozali, 2011. Tujuan
penggunaan uji outlier adalah untuk mengetahui normal atau tidaknya
data yang telah diperoleh peneliti. Apabila terdapat data tidak normal,
maka dilakukan dengan cara mengeluarkan univariate outliers. Hal ini
dilakukan untuk meminimalisir kesalahan pada uji model yang akan
dilakukan, Setiadi, 2015.
Deteksi terhadap univariate outliers dilakukan dengan
menentukan nilai ambang batas yang dikategorikan sebagai outliers,
melalui konversi nilai data penelitian dalam bentuk standard score
(z-score) yang mempunyai nilai rata-rata nol standar dan standar deviasi
sebesar satu. Nilai ambang batas untuk penelitian sampel besar (diatas
80 sampel), maka nilai ambang batas dari z-score berada pada rentang
z-score ≤-3 atau ≥3 dikategorikan sebagai outliers, Hair dkk dalam
Ghozali, 2011.
2. Uji Reliabilitas
Uji reliabilitas ialah alat untuk mengukur suatu kuesioner
yang merupakan indikator dari variabel. Suatu kuisioner dikatakan
reliabel apabila jawaban dari seseorang terhadap pernyataan adalah
konsisten dari waktu ke waktu dan dapat menunjukkan hasil yang
sama apabila dilakukan oleh orang yang sama dan dalam waktu yang
berbeda. Uji reliabilitas dilihat dari nilai Cronbach Alpha. Apabila
nilai Cronbach Alpha nya lebih besar dari 0,70, maka suatu variabel
dinyatakan reliabel, Nunnally dalam Ghozali, 2011.
3. Uji Validitas
Uji Validitas ialah tingkat keandalan dan ketepatan alat
ukur yang digunakan. Uji validitas digunakan untuk mengukur sah
atau valid tidaknya suatu kuisioner. Suatu instrumen pengukuran dapat
dikatakan mempunyai validitas yang tinggi jika menghasilkan data
yang relevan dengan tujuan pengukuran dan dapat memberikan
gambaran yang cermat tentang data tersebut. Uji validitas dilakukan
dengan menggunakan korelasi Pearson Product Moment. Instrumen
dikatakan valid apabila memiliki faktor loading lebih besar dari 0,50,
G. Uji Hipotesis Dan Analisis Data 1. Uji Statistik Deskriptif
Uji statistik deskriptif digunakan untuk memberikan gambaran
secara umum yang relevan dengan menggunakan tabel distribusi yang
merincian seluruh variabel dalam penelitian. Uji statistik deskriptif
dalam penelitian ini dilihat dari rata-rata (mean), standar deviasi,
varian, maksimum, dan minimum.
2. Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi klasik digunakan untuk memastikan bahwa
persamaan dari regresi telah terbebas dari multikolinieritas,
heteroskedastisitas, serta data berdistribusi normal. Uji asumsi klasik
terdiri dari :
a. Uji Normalitas
Uji normalitas berguna untuk menentukan data yang telah
dikumpulkan berdistribusi normal atau diambil dari populasi
normal. Apabila banyaknya data lebih dari 30 angka (n>30), maka
sudah dapat diasumsikan data berdistribusi normal. Dapat disebut
pula sebagai sampel yang besar.
Kriteria dalam pengujian uji normalitas ialah nilai sig lebih
besar dari 0,05, sehingga residual menyebar normal. Apabila nilai
sig. lebih kecil dari 0,05 maka residual tidak menyebar normal,
b. Uji Multikolinieritas
Uji Multikolinearitas ialah hubungan linier antara variabel
bebas (independen) yang satu dengan variabel bebas yang lain
yang dalam analisis regresi tidak terdapat korelasi. Kriteria dalam
pengujian uji multikoliniearitas ialah apabila nilai VIF (Variance
Inflation Factors) < 10 maka tidak mengandung multikolinearitas
diantara variabel independen. Akan tetapi apabila nilai VIF > 10
maka mengandung multikolinearitas diantara variabel independen,
Nazaruddin dan Basuki, 2015.
c. Uji Heteroskedastisitas
Uji heteroskedastisitas ialah adanya ketidaksamaan varian
dari residual untuk semua pengamatan pada model regresi. Tujuan
dilakukannya uji heteroskedatisitas ialah untuk menguji apakah
dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu
pengamatan ke pengamatan yang lain.
Kriteria dalam uji heteroskedastisitas ialah apabila nilai sig.
> dari 0,05 maka data bebas dari heteroskedastisitas. Namun
apabila nilai sig < dari 0,05 maka data mengandung
heteroskedastisitas, Nazaruddin dan Basuki, 2015.
3. Uji Hipotesis
Hipotesis diuji dengan menggunakan analisis regresi linier
dua atau lebih variabel independen. Analisis ini digunakan untuk
menguji lima hipotesis, yaitu :
H1: Dukungan manajemen puncak berpengaruh positif terhadap
kinerja Sistem Informasi Akuntansi
H2: Keterlibatan pemakai dalam pengembangan sistem informasi
berpengaruh positif terhadap kinerja Sistem Informasi
Akuntansi
H3: Formalisasi pengembangan sistem informasi berpengaruh positif
terhadap kinerja Sistem Informasi Akuntansi
H4: Ukuran organisasi berpengaruh positif terhadap kinerja Sistem
Informasi Akuntansi
H5: Pelatihan pengguna sistem informasi berpengaruh positif terhadap
kinerja Sistem Informasi Akuntansi
Rumus yang digunakan menurut Nazaruddin dan Basuki, 2015 adalah:
Y = α + B1.DMP + B2.PPS + B3.FPS + B4.UO + B5.KET + e
Keterangan :
Y : Variabel dependen ( Kinerja Sistem Infrmasi Akuntansi )
KET : Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem
e : error
a. Uji Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)
Analisis yang digunakan untuk mengetahui persentase
variabel independen terhadap variabel dependen secara bersama-sama.
Kriteria pengujian ini ialah apabila nilai (R2) sama dengan nol, maka
persentase variabel independen tidak memberikan pengaruh terhadap
variabel dependen. Akan tetapi apabila (R2) sama dengan satu maka
persentase variabel independen dapat memberikan pengaruh yang
sempurna terhadap variabel dependen, Ghozali, 2011.
b. Uji Nilai F
Uji F digunakan untuk menunjukkan semua variabel bebas
yang dimasukkan dalam model penelitian yang mempunyai
pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat. Uji F
dilakukan dengan membandingkan nilai sig. F dengan α (0,05).
Apabila nilai sig F < α (0,05), maka terdapat pengaruh secara
bersama-sama antara variabel independen terhadap variabel
dependen, Ghozali, 2011.
c. Uji Nilai t
Uji t digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan
antara setiap variabel independen (Dukungan Manajemen Puncak,
Ukuran Organisasi, dan Keterlibatan Pemakai dalam
Pengembangan Sistem) secara parsial terhadap variabel dependen
(Kinerja Sistem Informasi Akuntansi). Kriteria pengujian ini ialah
apabila nilai sig. lebih kecil dari α (0,05) dan koefisien regresi
searah maka hipotesis terdukung. Namun apabila nilai sig lebih
1. Analisis Karakteristik Responden
Penelitian ini menggunakan kuisioner yang telah didistribusikan
kepada karyawan BMT yang rutinitas operasional nya menggunakan
komputer. Jumlah kuisioner yang didistribusikan adalah 90 kuisioner yang
disebar ke 25 BMT yang berada di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Total BMT yang ada di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta ialah lebih
dari 100 BMT. Peneliti berhasil mendatangi 25 BMT untuk melakukan
distribusi kuisioner. Namun, 2 BMT tidak memberikan izin kepada
peneliti untuk melakuakan penelitian.
Tabel 4.1.
Total 90 85 85 -
Outlier 11
Total Data Diolah 74
Sumber: Data Primer yang diolah, 2016
Berdasarkan tabel 4.1., terdapat 90 kuisioner yang didistribusikan
dan kuisioner yang kembali berjumlah 85 kuisioner. Semua kuisioner
yang kembali tersebut, telah diisi secara lengkap oleh responden yaitu
karyawan yang rutinitas operasionalnya menggunakan komputer di BMT
wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta. Sehingga data yang dapat diolah
adalah 85 data. Akan tetapi, setelah melakukan uji outlier, maka jumlah
data yang tersisa adalah menjadi 74 data, dan 11 baris data harus
dihilangkan, karena terdapat data yang terdeteksi sebagai data outlier.
Untuk hasil outlier dapat dilihat pada lampiran 14.
Tabel 4.2.
Jumlah kuisioner yang tidak kembali 5
Jumlah kuisioner yang tidak dapat dipakai -
Jumlah kuisioner yang dapat dipakai 85
Tingkat pengembalian (85/90x100%) 94,4%
Tingkat pengembalian yang dipakai (85/90x100%) 94,4%
Tabel 4.2. menunjukkan tabel tingkat pengembalian kuisioner.
Jumlah kuisioner yang didistribusi berjumlah 90 kuisioner, akan tetapi
hanya 85 kuisioner yang kembali. Kuisioner yang dapat dipakai juga
berjumlah 85 kuisioner. Sehingga, tingkat pengembalian kuisioner ialah
sebesar 94,4 %.
Tabel 4.3.
Data Karakteristik Responden
Karakteristik Deskripsi Jumlah Persentase (%)
Jenis Kelamin Pria
Tabel 4.3. merupakan karakteristik responden yang diukur dengan
menggunakan skala interval, yang menunjukkan besarnya frekuensi
absolute dan persentase jenis kelamin, umur responden, pendidikan
terakhir, dan jabatan dari responden.
Mayoritas responden ialah berjenis kelamin wanita dengan
persentase 71 %, usia responden adalah dikisaran usia 26-31 tahun
dengan persentase 36 %, pendidikan terakhir responden S1 dengan
persentase 57 %, dan mayoritas jabatan ialah teller dengan persentase
28%.
2. Statistik Deskriptif
Hasil tabel uji statistik deskriptif disajikan dalam tabel 4.4. yang
memberikan gambaran deskriptif yang terdiri dari variabel Kinerja
Sistem Informasi Akuntansi sebagai variabel dependen, serta
Dukungan Manajemen Puncak, Pelatihan Pemakai Sistem, Formalisasi
Pengembangan Sistem, Ukuran Organisasi, dan Keterlibatan Pemakai
dalam Pengembangan Sistem sebagai variabel independen. Distribusi
data dapat dikatakan baik apabila nilai deviasi standarnya dibawah
Valid N (listwise) 74
Sumber: Data Primer yang diolah, 2016
Tabel 4.4. menunjukkan bahwa variabel Dukungan Manajemen
Puncak dengan jumlah responden 74 orang memiliki rata-rata (mean) sebesar
25,11 dengan standar deviasi 2,350. Variabel Pelatihan Pemakai Sistem
dengan jumlah responden 74 orang memiliki rata-rata (mean) 20,47 dengan
standar deviasi 2,042. Variabel Formalisasi Pengembangan Sistem dengan
jumlah responden 74 orang memiliki rata-rata (mean) 12,14 dengan standar
deviasi 1,474. Variabel Ukuran Organisasi dengan jumlah responden 74
orang memiliki rata-rata (mean) 11,19 dengan standar deviasi 2,052. Variabel
Keterlibatan Pemakai dalam Pengembangan Sistem dengan jumlah responden
74 orang memiliki rata-rata (mean) 10,58 dengan standar deviasi 2,087. Serta
variabel Kinerja Sistem Informasi Akuntansi dengan jumlah responden 74
orang memiliki rata-rata (mean) sebesar 25,88 dengan standar deviasi 2,725.
B. Hasil Uji Kualitas Instrumen Data
Pada penelitian ini alat analisis yang digunakan ialah Statistical
Product and Service Solutions (SPSS) versi 16. Sebelum melakukan
pengujian lebih lanjut hal pertama yang dilakukan ialah melihat normal
atau tidaknya data yang akan digunakan, supaya ketika dilakukan
pengujian selanjutnya tidak terjadi kesalahan. Cara yang digunakan untuk
melihat adanya outlier yaitu dengan melakukan uji z-score. Data yang
mempunyai nilai z-score ≤ - 3 atau ≥ 3 maka data dapat dikatakan terkena
Tabel 4.5. Hasil Uji Outliers Ke-1
N Minimum Maximum Zscore(DMP_1) 85 -2.55303 1.28781 Zscore(DMP_2) 85 -2.64448 1.41782 Zscore(DMP_3) 85 -3.30776 1.40441 Zscore(DMP_4) 85 -2.89828 1.44914 Zscore(DMP_5) 85 -3.40941 1.44757 Zscore(DMP_6) 85 -3.32078 1.28139 Zscore(PPS_1) 85 -2.63695 1.48834 Zscore(PPS_2) 85 -2.83676 1.52092 Zscore(PPS_3) 85 -2.59681 1.49076 Zscore(PPS_4) 85 -2.09182 1.36070 Zscore(PPS_5) 85 -2.82843 1.41421 Zscore(FPS_1) 85 -2.64448 1.41782 Zscore(FPS_2) 85 -3.02942 1.73911 Zscore(FPS_3) 85 -3.71277 1.63614 Zscore(UO_1) 85 -2.55827 1.49365 Zscore(UO_2) 85 -2.12669 1.71945 Zscore(UO_3) 85 -2.35184 1.64629 Zscore(KETERLIBATAN_1)
Zscore(KINERJA_1) 85 -2.33951 .97480 Zscore(KINERJA_2) 85 -4.00539 .95274 Zscore(KINERJA_3) 85 -2.09331 1.26388 Zscore(KINERJA_4) 85 -2.44724 .96285 Zscore(KINERJA_5) 85 -2.34015 1.30963 Zscore(KINERJA_6) 85 -3.13514 1.45946 Valid N (listwise) 85
Sumber: Data Primer yang diolah, 2016
Pengujian outliers dalam penelitian ini dilakukan dengan
menggunakan alat bantu program SPSS versi 16. Data yang dievaluasi
terlebih dahulu diubah kedalam bentuk nilai yang terstandarisasi dengan
kriteria nilai rata-rata sama dengan nol dan standar deviasinya sebesar satu
(z-score) yang kemudian melakukan evaluasi terhadap nilai minimum dan