• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo Muticus Linnaeus, 1766) Di Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo Muticus Linnaeus, 1766) Di Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN EKOWISATA MERAK HIJAU (

Pavo

muticus

Linnaeus, 1766) DI RESORT LABUHAN MERAK

TAMAN NASIONAL BALURAN

BERTY FATIMAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Resort Labuhan Merak, Taman Nasional Baluran adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Agustus 2015

(4)

ABSTRAK

BERTY FATIMAH. Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran. Dibimbing oleh HARNIOS ARIEF dan TUTUT SUNARMINTO.

Merak Hijau merupakan salah satu satwa liar yang terdapat di Taman Nasional Baluran (TNB), memiliki bentuk morfologi yang indah serta perilaku yang unik. Habitat merak hijau di Resort Labuhan Merak memiliki lansekap alam yang potensial untuk dijadikan daya tarik ekowisata. Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk merumuskan alternatif strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak TNB berdasarkan aspek permintaan dan aspek penawaran. Penelitian dilakukan di Bilik dan Air Karang Resort Labuhan Merak, TNB pada bulan Febuari – Maret 2015. Pengumpulan data dilakukan melalui observasi lapang, penyebaran kuesioner, wawancara dan studi pustaka. Alternatif strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat dilakukan dengan pemberdayaan masyarakat sekitar, menyusun desain teknis dan paket ekowisata merak hijau, meningkatkan mutu sumber daya manusia, meningkatkan sarana penunjang dan promosikan Resort Labuhan Merak melalui berbagai media promosi.

Kata kunci: ekowisata, merak hijau, strategi pengembangan, taman nasional

ABSTRACT

BERTY FATIMAH. Ecotourism Development of the Green Peafowl (Pavo muticus Linnaeus, 1766) in the Resort Labuhan Merak Baluran National Park. Supervised by HARNIOS ARIEF and TUTUT SUNARMINTO.

Green pefowl is one of wild animal in Baluran National Park, it has beautiful morphological shape with unique behaviour. The habitat of green pefowlin Baluran National Park owns natural landscape which is potential to be ecotourism interest. The main goal of this research is to formulate an alternative development strategy of green pefowl ecotourism in Baluran National Park based on demand and supply aspects. This research is applied in Bilik and Air Karang Labuhan Merak Resort, Baluran National Park on February – March 2015. Data collection is applied by field observation, distributing questionnaires, interview and literature study. Alternative development strategy of green pefowl ecotourism in Baluran National Park is applied by empowering local people, creating technical design and green pefowl ecotourism package, increasing human resource quality, increasing supporting facility and promoting Labuhan Merak Resort via various kinds of promoting media.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kehutanan

pada

Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

PENGEMBANGAN EKOWISATA MANGROVE DI PANTAI

BILIK DAN SEJILE RESORT LABUHAN MERAK

TAMAN NASIONAL BALURAN

BERTY FATIMAH

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA FAKULTAS KEHUTANAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia dan limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) pada bulan Februari – Maret 2015.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Harnios Arief M ScF dan Bapak Dr Ir Tutut Sunarminto M Si selaku pembimbing skripsi, pihak Resort labuhan Merak, TNB yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian, Kepala Resort Labuhan Merak, Outsourcing Resort labuhan Merak yang telah membantu dan membimbing dalam pengumpulan data lapang. Terima kasih kepada Bapak (Mohamad Farid), Ibu (Yulistiana Dewayani), Ma’e (Hj. Haniyah), kedua adik saya (Muhammad Adam Yourdan dan Fakhri Syuhada), dan seluruh keluarga atas kasih sayang dan dukungan dalam bentuk moril maupun meteril. Terima kasih juga disampaikan kepada Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata, keluarga besar KSHE 48, tim PKLP Taman Nasional Baluran, dan Himakova atas segala bentuk bantuannya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan.

Bogor, Agustus 2015

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vii

DAFTAR GAMBAR vii

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 1

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Kerangka Pemikiran 2

METODE 3

Lokasi dan Waktu Penelitian 3

Alat dan Obyek 4

Metode Penelitian 4

Pengumpulan Data 4

Analisis Data 5

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Kondisi Umum Lokasi Penelitian 6

Merak Hijau 8

Potensi Ekowisata Merak Hijau 13

Pengunjung Potensial Ekowisata Merak hijau 13

Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Merak Hijau 15

Rencana Pengembangan Ekowisata Merak Hijau 16

Pengembangan Ekowisata Merak Hujau 16

SIMPULAN DAN SARAN 23

Simpulan 23

Saran 23

DAFTAR PUSTAKA 24

(10)

DAFTAR TABEL

1 Aksesibilitas menuju Resort Labuhan Merak 7

2 Karakteristik pengunjung TNB 14

3 Preferensi pengunjung terhadap merak hijau 14 4 Prferensi pengunjung terhadap merak hijau 15 5 Matrik SWOT strategi pengembangan ekowisata merak hijau 17

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka pemikiran pengembangan ekowisata merak hijau 3

2 Peta lokasi penelitian 4

3 Merak hijau jantan (a), dan merak hijau betina (b) 8

4 Perilaku makan merak hijau (a), pohon pakan (b) 9

5 Pohon pilang sebagai pohon tidur merak hijau 10 6 Merak hijau jantan yang mengalami moulting 12

7 Bukit Bilik (a), dan Bukit Air Karang (b) 13 8 Bukit Bilik (a), kondisi substrat di Bukit Bilik (b), Savana Bilik (c) 21

9 Karakteristik pengunjung Taman Nasional Baluran 15 10 Bukit Air Karang (a), rumput gajah (b), jalur tanah berbatu (c) 22

DAFTAR LAMPIRAN

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Merak hijau (Pavo muticus) merupakan salah satu satwaliar yang memiliki persebaran luas khususnya pada wilayah Asia Timur dan Asia Selatan, yaitu dari Bangladesh sampai Indochina dan Pulau Jawa (Indonesia) (Shanaz et al., 1995; MacKinnon 1993; Departemen Kehutanan dan Perkebunan 2000). Salah satu wilayah persebaran Merak hijau di Indonesia yaitu di Taman Nasional Baluran (TNB). Berdasarkan peta persebaran merak hijau (P. muticus) di TNB, terdapat beberapa lokasi perjumpaan merak hijau (P. muticus) yaitu Resort Labuhan Merak, Resort Bama, Resort Perengan, Resort Watu Numpuk, dan Resort Bitakol. Status merak hijau berdasarkan IUCN (2014) dikategorikan ke dalam vulnerable (rentan atau rawan punah). Sedangkan berdasarkan CITES (2015) burung merak hijau dikategorikan ke dalam Appendix II, artinya perdagangan jenis burung ini harus dikendalikan, antara lain melalui sistem kuota dan pengawasan. Upaya konservasi merupakan bentuk pelestarian keberadaan merak hijau khususnya di kawasan TNB. Upaya konservasi dapat dilakukan melalui banyak cara, salah satunya adalah dengan adanya kegiatan wisata yang dapat menunjukkan kepada masyarakat akan manfaat dan pentingnya keberadaan merak hijau bagi keseimbangan ekosistem TNB.

Merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat dijadikan sebagai potensi ekowisata karena memiliki daya tarik berupa keindah morfologi dan perilakunya. Namun sampai saat ini belum ada pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak. Sehingga dibutuhkan strategi pengembangan ekowisata merak hijau. Strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Taman Nasional Baluran dapat dimanfaatkan sebagai salah satu sumber ekonomi masyarakat dengan pendekatan yang berwawasan ekonomi dan lingkungan.

Pengembangan ekowisata merak hijau diharapkan tidak bertentangan dengan fungsi utama kawasan TNB sebagai kawasan konservasi. Oleh karena itu diperlukan suatu penelitian untuk mengetahui berbagai aspek permintaan dan penawaran yang dapat mendukung pengembangan ekowisata merak hijau.

Rumusan Masalah

Merak hijau merupakan salah satu satwa yang terdapat di TNB dan memiliki peluang untuk dikembangkan sebagai obyek ekowisata. Kegiatan ekowisata tidak hanya membantu melesatarikan alam, namun merupakan kegiatan berwisata yang melibatkan banyak pihak terutama masyarakat. Perencanaan dan pengelolaan yang tepat diperlukan agar kegiatan tersebut berkelanjutan dan tujuan ekowisata tercapai. Pengembangan ekowisata merak hijau di TNB masih mengalami kendala, antara lain:

1. Potensi merak hijau sebagai obyek ekowisata di Resort Labuhan Merak belum teridentifikasi,

(12)

2

2. Pengelola TNB belum memiliki strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Taman Nasional Baluran, khususnya Resort Labuhan Merak.

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah

1. Menilai potensi ekowisata merak hijau (P. muticus) sebagai atraksi wisata di Resort Labuhan Merak, Taman Nasional Baluran.

2. Menganalisis permintaan pengunjung, kesiapan masyarakat dan pengelola dalam pengembangan ekowisata merak hijau di resort Labuan Merak, Taman Nasional Baluran.

3. Merancang strategi pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak, Taman Nasional Baluran.

Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai kondisi merak hijau dan pemanfaatannya dalam ekowisata di TNB. Hasil ini juga dapat digunakan untuk merancang kegiatan ekowisata dengan memperhatikan nilai-nilai ekologis dari kehidupan merak hijau di TNB.

Kerangka Pemikiran

Merak hijau merupakan salah satu satwa yang mudah dijumpai di TNB khususnya di Resort Labuhan Merak pada bulan-bulan tertentu, memiliki daya tarik untuk dikembangkan menjadi obyek ekowisata. Merak hijau, habitat dan wilayah jelajahnya dapat digunakan sebagai sarana pembelajaran khususnya konservasi. Sehingga akan memberikan kesadaran terhadap masyarakat akan pentingnya kelestarian keberadaan merak hijau dan habitatnya.

(13)

Gambar 1 Kerangka pemikiran pengembangan Ekowisata Merak Hijau

METODE

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan Resort Labuhan Merak, Seksi Pengelolaan Taman Nasional (SPTN) Wilayah II Karangtekok TNB. Penelitian juga dilakukan di desa sekitar TNB yaitu Desa Sumberwaru Kecamatan Banyuputih Kabupaten Situbondo Provinsi Jawa Timur. Data penelitian dikumpulkan pada bulan Februari−Maret 2015. Peta lokasi penelitian disajikan pada Gambar 2.

(14)

4

Gambar 2 Peta lokasi penelitian

Alat dan Obyek Penelitian

Alat yang digunakan yaitu GPS, kuesioner, panduan wawancara, tally sheet, kamera Nikon P530, peta kawasan, alat tulis, dan laptop, ArcGIS 10.2 dan microsoft office 2013 (word, excel dan power point).. Obyek penelitian berupa merak hijau, dengan subyek penelitian yaitu pengunjung potensial Resort Bama, pengelola TNB, dan masyarakat Desa Sumberwaru.

Metode Penelitian

Penelitian dilakukan melalui tahap pengumpulan data dan analisis data.

Pengumpulan data

Studi pustaka

(15)

Observasi

Observasi lapang merupakan kegiatan yang dilakukan untuk memperoleh data mengenai potensi ekowisata, aksesibilitas, sarana dan prasarana dan penunjang lainnya dilakukan dengan cara pengamatan langsung ke lapangan. Pengambilan data perilaku merak hijau dilakukan dengan menggunakan metode concentration count, yaitu pengamatan yang dilakukan secara terkonsentrasi pada suatu titik yang diduga sebagai tempat dengan peluang perjumpaan yang tinggi misalnya tempat tersedianya pakan dan pohon tidur. Pengamatan ini dilakukan pada tempat berkumpulnya atau tempat yang menjadi kebutuhan dasar bagi merak hijau seperti tempat berlindung, tempat tidur, berkembangbiak, makan dan minum. Pengamatan dimulai pada pukul 04.30-18.30 WIB. Parameter yang dicatat yaitu perilaku harian, habitat, dan lokasi sebaran. Observasi lapang juga dilakukan untuk melihat dan mengidentifikasi sarana dan prasarana yang tersedia di Resort Labuhan Merak sebagai fasilitas pengunjung.

Wawancara

Wawancara ditujukan kepada pengelola dan masyarakat Desa Sumberwaru. Wawancara kepada pihak pengelola ditujukan kepada kepala balai; kepala bagian konservasi, humas, pemanduan dan pelayanan TNB; kepala Resort Labuhan Merak dan kepala SPTNW II Karangtekok. Sedangkan wawancara kepada masyarakat Desa Sumberwaru dilakukan dengan teknik systematic random sampling sebanyak 30 responden, yaitu pengambilan sampel dimana hanya unsur pertama yang dipilih secara random, sedangkan unsur berikutnya dipilih secara sistematis dengan selang lima rumah untuk diambil sampel.

Kuesioner

Pengambilan data dengan menggunakan kuesioner ditujukan kepada pengunjung, yaitu dengan menggunakan kuesioner tertutup (close ended), dimana responden diminta menjawab pertanyaan dengan memilih dari sejumlah alternatif jawaban yang telah disediakan. Teknik yang digunakan adalah random sampling sebanyak 30 responden. Hal ini didasarkan dari perhitungan dengan jumlah 30 tidak berbeda nyata dengan jumlah yang lebih besar dari 30, sehingga 30 responden sudah cukup dalam penelitian sosial.

Analisis data

Analisis deskriptif

Data dianalisis secara deskriptif dengan menjelaskan aktivitas dan perilaku harian serta kondisi habitat dari Merak hijau. Analisis deskriptif juga digunakan untuk menyimpulkan data yang diperoleh dari pengelola terkait keberadaan Merak hijau di Resort Labuan Merak TNB.

Skala likert

(16)

6

pengunjung terhadap ekowisata merak hijau dari jumlah aspek yang memiliki nilai terbesar dibandingkan aspek lainnya.

Analisis SWOT

Analisis SWOT, yaitu Strength, Weakness, Opportunity, dan Threat (kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman) dengan tujuan untuk mengetahui strategi pengembangan, perencanaan dan pengelolaan kawasan pariwisata. Analisis SWOT memungkinkan untuk mengembangkan model strategi yang didasarkan pada infromasi yang telah dikumpulkan. Analisis SWOT mengasumsikan bahwa organisasi akan mencapai strategi yang sukses dengan memaksimalkan kekuatan dan peluang serta meminimalkan kelemahan dan hambatan (Rangkuti 2001).

Analisis SWOT merupakan analisis yang digunakan untuk mengetahui dan menginventarisasi faktor-faktor sebagai berikut:

1. Kekuatan (strength) yaitu faktor internal yang bersifat menguntungkan.

2. Kelemahan (weakness) yaitu faktor internal yang bersifat tidak menguntungkan.

3. Kesempatan (opportunity) yaitu faktor eksternal yang dapat menguntungkan. 4. Ancaman (treath) yaitu faktor eksternal yang dapat mendatangkan kerugian.

Analisis SWOT akan menghasilkan suatu strategi yang menggambarkan paduan terbaik diantara faktor-faktor tersebut. Analisis ini dilaksanakan berdasarkan asumsi bahwa strategi yang didapatkan merupakan suatu strategi yang efektif untuk memaksimalkan kekuatan dengan memanfaatkan peluang dan meminimalkan kelemahan dan kemungkinan ancaman (Yoeti 1996 diacu pada Noor 2003).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Resort Labuhan Merak terletak di Seksi Pengelolaan Taman Nasional Wilayah (SPTNW) II Karangtekok memiliki luas kawasan 2.526,97 ha. Taman Nasional Baluran secara administratif terletak di Kecamatan Banyuputih, Kabupaten Situbondo, Propinsi Jawa Timur. Catatan klimatologi TNB menyatakan bahwa musim hujan terjadi antara bulan November-April, sedangkan musim kemarau pada bulan April-Oktober setiap tahunnya. Pada bulan basah curah hujan tertinggi terjadi di bulan Desember-Januari (Rencana Pengelolaan Taman Nasional 2014).

(17)

timorensis), lutung jawa (Trachypithecus auratus), monyet ekor panjang (Macaca fascicularis), merak hijau (Pavo muticus) dan beberapa jenis burung lain.

Aksesibilitas

Aksesibilitas menggambarkan tentang kondisi dan proses yang harus dilakukan pengunjung dalam mendatangi suatu obyek wisata tersebut berada (Avenzora 2008). Taman Nasional Baluran berada di lokasi yang strategis karena merupakan koridor pariwisata Surabaya-Bali. Aksesibilitas menuju TNB dapat ditempuh dari arah Banyuwangi, Bali, Situbondo, maupun Surabaya. Bandara terdekat dengan TNB adalah Bandara Blimbingsari di Banyuwangi dan terdapat dua bandara lainnya, yaitu Bandara Ngurah Rai di Denpasar dan Bandara Juanda di Surabaya. Aksesibilitas menuju Taman Nasional Baluran disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Aksesibilitas menuju Resort Labuhan Merak

Rute Jarak

(km) Jenis Kondisi

Waktu (menit) Denpasar−Ketapang (Banyuwangi) 132 Aspal, laut Baik 225 Ketapang (Banyuwangi)−TNB

(Karangtekok) 50 Hotmix Baik 65

Surabaya−TNB (Karangtekok) 232 Hotmix Baik 265 Situbondo−TNB (Karangtekok) 37 Hotmix Baik 25 Banyuwangi (Kota)−TNB

Sumber: Balai Taman Nasional Baluran (2014).

Aksesibilitas menuju Resort Labuhan Merak dapat ditempuh menggunakan jalur darat dan laut. Jalur laut hanya dapat dilalui apabila musim kering. Hal ini dikarenakan jenis tanah di kawasan ini merupakan jenis tanah alluvium yang memiliki karakter berlumpur pada saat musim penghujan dan retak-retak pada saat musim kemarau. Sehingga pada saat musim penghujan akses menuju kawasan hanya dapat melalui jalur laut, yaitu dengan menggunakan perahu dari pelabuhan ketapang kecil yang berada di Desa Sidodadi.

Sarana dan prasarana

(18)

8

Merak Hijau Morfologi

Delacour (1977) menyebutkan merak hijau jantan mempunyai ciri-ciri morfologi mempunyai jambul dan dagu yang berwarna hijau kebiruan. Pada bagian muka di sekitar mata berwarna biru hitam, biru kobalt dan kemudian kuning. Leher, dada dan punggung sebelah depan berwarna campuran antara biru dan hijau emas, sedangkan bagian punggung sebelah belakang terdapat bulu-bulu yang tersusun seperti sisik dengan warna hijau perunggu yang bagian tepinya berwarna hitam dan mempunyai jalur-jalur berwarna coklat berbentuk seperti huruf “v”. Sayap berwarna hijau kebiruan, sayap sekunder berwarna hijau biru pekat dan sayap primernya berwarna merah tua. Perutnya berwarna hijau pekat, sedangkan kakinya berwarna hitam kecoklatan dan bertaji. Ekor merak hijau berwarna coklat kehitaman dan bintik-bintik pucat, tidak panjang dan letaknya tertutupi oleh bulu hias dan berfungsi menopang bulu hias. ciri morfologi merak hijai jantan dapat dilihat pada Gambar 3a.

Morfologi merak hijau betina sama dengan merak jantan, hanya pada bagian ekor saja yang membedakan jantan dan betina. Merak betina tidak memili bulu hias. Ciri morfologi merak hijau betina dapat dilihat pada Gambar 3b.

(a) (b)

Gambar 3 Merak hijau jantan (a) dan merak hijau betina (b)

Perilaku

Perilaku makan dan minum

(19)

perilaku makan merak hijau dilakukan dengan cara berjalan sambil mematuk-matuk bagian daun atau bunga rumput dan daun anakan, atau memematuk-matuk-mematuk-matuk buah sambil hinggap pada cabang pohon bagian atas yang masih mampu menahan berat badannya.

Aktivitas minum dilakukan setelah aktivitas makan selesai dengan cara berjalan ke tempat-tempat sumber air. Hernowo (1995) juga menyatakan bahwa merak hijau minum dengan cara memasukkan paruhnya ke dalam air untuk mengambil air yang dilanjutkan dengan mengangkat kepalanya ke atas hingga lehernya membentuk huruf S. Namun berdasarkan hasil wawancara dengan petugas, merak hijau tidak akan minum ke sumber air selama pakan yang dimakan masih mengandung banyak air. Aktifitas minum dilakukan pada saat musim kering karena kadar air pada pakan berkurang.

(a) (b)

Gambar 4 Perilaku makan (a) dan pohon gebang (Corypha utan) sebagai pohon pakan merak hijau (b)

Perilaku berjemur

Merak hijau di Bilik dan Air Karang memulai aktifitasnya pada pukul 05.00-05.30 WIB dengan bertengger pada dahan pohon pilang sebagai pohon tidurnya. Kemudian mengeluarkan satu kali suara sebagai tanda akan turun dari sarang untuk melanjutkan aktifitasnya yaitu mencari makan. Menurut Sumbara (2006), aktivitas berjemur berguna untuk mengeringkan bulu yang basah pada malam hari akibat embun dan memanfaatkan sinar matahari.

Perilaku berteduh

(20)

10

Hernowo (1995) menyatakan bahwa merak hijau di TNB berteduh pada pukul 09.00-13.00 WIB sambil melakukan aktifitas makan. Merak hijau berteduh di bawah pohon yang tidak tinggi dan rindang serta memiliki tajuk berpayung. Selain itu merak hijau juga berteduh di bawah semak belukar atau pohon yang tidak tinggi dan bertajuk rindang seperti bentuk paying. Aktivitas berteduh dilakukan di bawah pohon dengan cara berdiri tegak dengan sayap dibuka ke bawah. Pada saat berteduh dilakukan kegiatan mandi debu, menelisik, makan, dan minum.

Perilaku istirahat dan tidur

Aktivitas tidur merak dilakukan mulai pukul 17.30 WIB atau setelah keadaan mulai gelap. Menurut penuturan petugas, merak hijau naik ke atas pohon tidurnya lalu mengeluarkan bunyi satu kali sebagai tanda merak tidak akan turun lagi dari pohon tidur sampai pagi. Sebelum tidur, merak hijau berdiri selama 5-12 menit di cabang pohon tidur yang dilanjutkan dengan meletakkan perutnya dengan muka tegak ke arah areal yang terbuka. Pohon tidur merak hijau di Bilik dan Air Karang Resort Labuhan Merak tidur terdapat 1-2 individu. Tempat tidur merak hijau di Resort Labuhan Merak umunya terdapat di areal yang terbuka dan memiliki pohon yang besar. Pohon yang sering dimanfaatkan oleh merak hijau untuk tidur adalah pohon pilang, dapat dilihat pada Gambar 4. Menurut Hernowo (1995) merak hijau juga menggunakan pohon yang berbeda sebagai pohon tidurnya untuk menghindari adanya gangguan atau bahaya yang dapat mengancam dirinya. Namun di Resort Labuhan Merak, merak hijau banyak menggunakan pohon pilang sebagai pohon tidur (Gambar 5).

Gambar 5 Pohon pilang (Acacia leucophloea) sebagai pohon tidur merak hijau

Perilaku mandi debu

(21)

dilakukan pada siang hari yaitu pukul 10.00-14.00 WIB (Supratman diacu dalam Sumbara 2006).

Perilaku display dan kawin

Perilaku display merupakan ciri awal akan dimulainya perkawinan. Perilaku display dilakukan oleh merak hijau jantan saat bulu hiasnya mulai tumbuh. Perilaku ini bertujuan untuk menarik perhatian merak hijau betina dan menunjukkan kematangan secara seksual terhadap merak hijau betina maupun merak hijau jantan lainnya. Aktivitas ini berlangsung selama 2-5 menit, tapi display yang bertujuan untuk menarik perhatian betina bisa berlangsung lebih dari 7 (tujuh) menit bahkan sampai 30 menit. Di TNB perilaku kawin dimulai sekitar bulan Oktober, sedangkan perilaku display dilakukan pada bulan Juli. Proses display diawali dengan tubuh merak hijau jantan membungkuk ditopang oleh kedua kakinya yang membengkok, diikuti dengan leher yang dilengkungkan membentuk huruf “S” serta mengembangkan bulu-bulunya. Kedua sayap dikembangkan dan diturunkanhingga tungkai kaki. Bulu hias didirikan dengan cara menegakkan bulu ekornya yang berfungsi juga sebagai penopang beban bulu hias. Bulu hias dimekarkannya dengan cara menggoyangkan tubuhnya hingga berbentuk kipas raksasa atau setengah lingkaran sempurna, bulu hias yang mekar ditopang oleh bulu ekor dan kedua sayapnya.

Hernowo (1995) perilaku kawin diawali dengan adanya ”Tarian Merak” dan merak jantan memanggil merak betina dengan suara ngeeeeeeeyaow, ngeeeeeeeyaow... weewaaoow, wee-waaoow... merak hijau jantan menaikkan seluruh bulu hias yang ditopang oleh bulu ekornya yang kaku dan membentuk kipas. Sayapnya diturunkan dan melangkah mendekati merak betina. Selanjutnya merak jantan membalik secara tiba-tiba dengan memiringkan tubuhnya ke arah merak betina. Gerakan ini dilakukan secara berulang-ulang. Betina mengelilingi merak jantan berulang-ulang, dan merak jantan sesekali mendekati betina sambil menggetarkan bulu hiasnya. Apabila merak betina menerima bujukan tersebut, merak betina mendekam dan merak jantan segera menaiki punggung merak betina dan perkawinan pun berlangsung.

Merontokkan bulu hias (moulting)

(22)

12

Gambar 6 Merak hijau jantan yang mengalami moulting

Habitat

Habitat adalah kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan, baik fisik maupun biotik, yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembangbiaknya satwaliar (Alikodra 2002). Merak hijau di Pulau Jawa hidup di habitat relatif kering, hutan semi gugur dan areal terbuka (BirdLife International 2001). MacKinnon et al. (1993) menyatakan merak hijau merupakan pengunjung hutan terbuka dengan padang rumput dan perkebunan teh atau kopi. Hal ini dipertegas oleh King et al. (1975), bahwa habitat merak hijau adalah di hutan terbuka, hutan sekunder, pinggir sungai, dan tepi hutan.

Merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat dijumpai di hutan musim dataran rendah (hutan sekunder). Tipe hutan tersebut mendominasi di wilayah Labuhan Merak. Pada musim kemarau mengalami kondisi kering dan sebagian pohon menggugurkan daunnya. Merak hijau lebih memilih berada di wilayah bervegetasi tidak rapat dan terdapat hamparan rumput. Hal ini karena faktor pakan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan semak-semak digunakan untuk melindungi diri dari serangan predator (ajag maupun manusia) sehingga mencari lokasi yang cenderung tertutup.

Daerah jelajah

(23)

(a) (b)

Gambar 7 Bukit Bilik (a) dan Bukit Air Karang (b)

Potensi Ekowisata Merak Hijau

Merak hijau sebagai sumberdaya alam merupakan jasa alam yang dapat dijadikan obyek kegiatan ekowisata. Merak hijau memiliki morfologi yang indah serta keunikan perilaku seperti perilaku display dan kawin, mandi debu dan moulting. Keunikan dan spesifik yang dimiliki oleh merak hijau dapat dikembangkan menjadi obyek wisata di TNB. Ekowisata merak hijau dapat dikembangkan untuk mengenalkan merak hijau beserta habitatnya kepada pengunjung dan masyarakat serta penyadartahuan bahwa merak hijau merupakan satwa yang keberadaannya harus dilestarikan, hal tersebut dapat membantu upaya konservasi.

Selain merak hijau sebagai daya tarik utama wisata, lansekap alam yang terdapat di Resort Labuhan Merak merupakan faktor pendukung dalam pengembangan ekowisata merak hijau ini. Resort labuhan Merak memiliki ekosistem yang beragam, seperti hutan primer, hutan sekunder, hutan mangrove dan savana. Pada hutan sekunder terdapat bukit-bukit yang memiliki lansekap alam yang indah. Sehingga selain menikmati morfologi dan perilaku merak hijau, pengunjung dapat menikmati lansekap di sekitar habitat merak hijau. Peta potensi ekowisata disajikan pada Lampiran 1.

Pengembangan ekowisata tidak hanya fokus terhadap obyeknya saja, tetapi pada aspek lain seperti lingkungan sekitar kegiatan ekowisata tersebut. Menurut Triastuti (2015), terdapat lima aspek utama dalam pengembangan ekowisata: 1. Adanya keaslian lingkungan alam dan budaya

2. Keberadaan dan dukungan masyarakat 3. Pendidikan dan pengalaman

4. Keberlanjutan

5. Kemampuan manajemen dalam pengelolaan ekowisata

Pengunjung Potensial Ekowisata Merak Hijau Karakteristik

(24)

14

berpengaruh terhadap minat ekowisata yang ditawarkan. Salah satu faktor yang mempengaruhinya adalah pendapatan dan pendidikan, dimana dengan meningkatnya pendapatan pengunjung berpengaruh terhadap permintaan perjalanan wisata. Berikut adalah karakteristik pengunjung TNB (Tabel 2).

Tabel 2 Karakteristik pengunjung TNB

Karakteristik Pengunjung Jumlah Presentase

Jenis Kelamin

Laki-laki 19 63%

Perempuan 11 37%

Usia

15-24 27 10%

25-50 3 90%

Pendidikan Terakhir

SMP 2 7%

SMA 20 67%

Diploma 4 13%

Sarjana 4 13%

Sumber informasi tentang TNB diperoleh responden dari media cetak (27%), media elektronik (26%), website atau media sosial (28%) dan kerabat dekat (19). Website atau media sosial merupakan media yang digunakan oleh berbagai kalangan dan usia, penyebaran informasi melalui media tersebut sangat efektif.

Persepsi

Kurangnya informasi mengenai merak hijau menyebabkan persepsi pengunjung terhadap merak hijau rendah. Namun pengunjung mengetahui bahwa merak hijau merupakan satwaliar yang menarik dan harus dilestarikan. Sebagian besar pengunjung hanya mengetahui keunikan dari morfologi merak hijau saja. Rincian persepsi penunjung mengenai merak hijau disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3 Persepsi pengunjung terhadap merak hijau

No Pernyataan Nilai

1 Merak hijau di TNB menarik untuk disaksikan/ diamati 5.5

2 Merak hijau di TNB perlu dilestarikan 6.53

3 Ekowisata merak hijau merupakan upaya pelestarian satwaliar 6.1 4 Perlu pengembangan ekowisata merak hijau di TNB 6.4 5 Responden sudah mengenal perilaku merak hijau di TNB dengan baik 4.43 Keterangan 1. Sangat tidak menarik 4. Biasa saja 7. Sangat menarik

(25)

Preferensi

Kegiatan pengembangan ekowisata harus memperhatikan preferensi pengunjung. Perilaku display dan kawin merak hijau dianggap sebagai perilaku yang paling menarik oleh pengunjung (skor 6,93). Hasil penilaian preferensi pengunjung terhadap kegiatan yang diinginkan dalam ekowisata merak hijau telah disajikan dalam Tabel 4.

Tabel 4 Preferensi pengunjung terhadap perilaku merak hijau sebagai obyek ekowisata

Potensi Masyarakat dalam Mendukung Ekowisata Merak Hijau Karakteristik

Masyarakat yang tinggal di sekitar kawasan TNB adalah masyarakat yang berasal dari lima desa penyangga. Desa penyangga merupakan desa yang bersinggungan langsung dengan taman nasional. Lima desa penyangga kawasan TNB diataranya adalah masyarakat Desa Wonorejo, Desa Watukebo, Desa Bajulmati, Desa Sumberwaru, dan Desa Sumberanyar. Masyarakat yang dijadikan responden dalam penelitian ini adalah masyarakat dari Desa Sumberwaru, hal ini dikarenakan Desa Sumberwaru merupakan desa terdekat dan merupakan akses utama ke Resort Labuhan Merak. Sebagian besar masyarakat Desa Sumberwaru merupakan masyarakat asli yang sudah mendiami kawasan tersebut lebih dari 10 tahun. Sebanyak 77% dari total responden merupakan masyarakat asli, sedangkan sisanya yaitu 23% merupakan masyarakat pendatang dari daerah sekitar Desa Sumberwaru yaitu dari Bayuwangi, dan Malang, bahkan salah satu responden berasal dari Sulawesi. Di Desa Sumberwaru masyarakat lulus SD 70%, lulus SMP 13%, lulus SMA 7%, dan Sarjana 10%. Sebanyak 93% masayarakat bermatapencaharian sebagai wiraswasta yaitu petani, peternak dan nelayan. Sedangkan 7% responden merupakan PNS.

Persepsi

(26)

16

pengembangan ekowisata di TNB khususnya Resort Labuhan Merak karena selain satwaliar yang menarik, resort tersebut memiliki lansekap alam yang indah.

Kesadaran masyarakat Desa Sumberwaru tinggi terhadap kelestarian lingkungan, karena banyak masyarakat yang mencari sumber penghasilan dari kawasan TNB. Selain kelestarian lingkungan, masyarakat Desa Sumberwaru juga berpendapat tentang pentingnya kelestarian satwa yang berada di TNB salah satunya yaitu merak hijau.

Partisipasi

Kegiatan ekowisata tidak terlepas dari peran serta masyarakat sekitar kawasan. Partisipasi menjadi penting karena dapat memberikan manfaat yang besar terhadap kesejahteraan masyarakat serta manfaat ekologi bagi kawasan. Manfaat ekologi bagi kawasan, karena masyarakat akan merasa memiliki tanggungjawab menjaga kelestarian kawasan karena kawasan telah memberikan kesejahteraan bagi kehidupan masyarakat. Semua responden setuju jika dikembangkan ekowisata merak hijau, dengan adanya kegiatan tersebut masyarakat berharap kepada pihak pengelola untuk memberikan andil kepada masyarakat dalam kegiatan ekowisata tersebut.

Partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekowisata merak hijau ini beragam, yaitu sebagai pemandu wisata (13%), penyedia penginapan (6%), ikut melestarikan kawasan (7%), warung (23%), penyediaan jasa transportasi (perahu 27% dan motor 17%). Namun partisipasi terbanyak adalah penyediaan jasa transportasi perahu, karena sebagian besar masyarakat bermatapencaharian sebagai nelayan.

Rencana Pengembangan Ekowisata Merak Hijau di Resort Labuhan Merak

Pengembangan ekowisata di TNB mengacu pada Rencana Pengelolaan Taman Nasional (RPTN) yang dibuat setiap 10 tahun sekali. Resort Labuhan Merak merupakan salah satu usulan pengembangan wisata seperti yang tercantum pada RPTN TNB 2014-2023. Pengembangan ekowisata merak hijau memerlukan dukungan dan partisipasi dari pengelola, sehingga perlu dikaji mengenai beberapa persepsi, partisipasi serta kebijakan yang terkait pengelolaan satwaliar di TNB.

Pengelolaan sumberdaya di Resort Labuhan Merak dikelola oleh beberapa pegawai dengan tugas/jabatan yang beragam yaitu Kepala Resort, Polisi Hutan dan Outsourcing atau masyarakat mitra polhut. Salah satu pengelola di Resort Labuhan Merak memiliki kemampuan di bidang merak hijau. Berdasarkan penjelasan Kepala TNB, belum ada rencana pengembangan ekowisata merak hijau karena pengelola masih terfokus kepada pengembangan dan pengelolaan obyek ekowisata yang telah ada.

Pengembangan Ekowisata Merak Hijau Resort Labuhan Merak

(27)
(28)

18

Strategi SO (Strength-Opportunity)

Strategi SO merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat digunakan yaitu melakukan kerjasama dengan pemerintah daerah dalam kegiatan ekowisata merak hijau. Strategi ini dapat memberikan keuntungan kepada kedua pihak. Strategi lain yang dapat dapat dilakukan yaitu membuat strategi pemasaran dan promosi yan tepat, sehingga informasi mengenai kegiatan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat diketahui oleh masyarakat luas.

Pemerintah daerah merupakan salah satu pelaku utama dalam peningkatan kualitas kegiatan ekowisata. Partisipasi ini bertujuan untuk mewujudkan mitra kerja dalam atau luar negeri dalam mengelola kawasan TN. Peran serta pemerintah daerah sangat besar dalam penyusunan kegiatan ekowisata, karena pemerintah daerah memiliki kewajiban untuk memajukan perekonomian daerahnya. Kegiatan ekowisata dapat memberikan pengaruh positif terhadap perekonomian masyarakat sekitar TNB. Dengan adanya kegiatan ekowisata yang memberikan keuntungan bagi banyak pihak, akan memberikan kesadaran khususnya bagi masyarakat akan pentingnya menjaga kelestarian alam karena dengan lestarinya alam maka akan memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat.

Strategi yang dipakai oleh para pihak baik pemerintah yang memiliki tanggungjawab dalam perlindungan sumberdaya alam dan swasta sebagai operator wisata dalam mengatasi kendalan dan menggunakan peluang untuk memanfaatkan potensi secara optimal. Menurut Triastuti (2015) dalam pengelolaan obyek wisata, baik terhadap atraksi, fasilitas, infrastruktur, transportasi, dan pelayanan guna mencapai keberhasilan perlu dijalin hubungan antar stakeholder. Sehingga tercapai penghasilan dan manfaat secara nasional, baik terhadap kunjungan pengunjung, penciptaan lapangan kerja, dan devisa negara. Sehingga dengan adanya kerjasama dalam kegiatan ekowisata akan memberikan dampak positif bagi pengelola, masyarakat, dan pemerintah.

Strategi pemasaran merupakan rencana yang menjabarkan ekspektasi pengelola akan dampak dari berbagai aktifitas atau program pemasaran terhadap permintaan produk atau lini produknya di pasar sasaran tertentu. Proses pemilihan strategi pemasaran membutuhkan pertimbangan yang cermat atas sejumlah tipe informasi :

a. Tujuan atau sasaran produk, tujuan produk harus dijadikan sebagai pedoman dalam menetukan tipe dasar strategi yang dibutuhkan.

b. Peluang pasar, karakteristik dan besarnya peluang pasar harus ditetapkan secara jelas berdasarkan analisis pasar dan pengukuran pasar.

c. Kesuksesan pasar, manajer pemasaran harus memahami jenis keunggulan bersaing dan tingkat pengeluaran pemasaran yang diperlukan untuk mencapai kesuksesan pasar (Candra 2002 diacu dalam Winarto 2003).

(29)

akan dijual lebih dikenal oleh masyarakat khususnya masyarakat yang dekat dengan lokasi ekowisata tersebut.

Strategi WO (Weakness-Opportunity)

Strategi WO merupakan strategi untuk meminimalkan atau mengatasi kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat dilakukan yaitu meningkatkan sarana dan prasarana dalam kegiatan ekowisata merak hijau dan membuat kegiatan ekowisata yang sesuai dengan permintaan pengunjung. Kegiatan ekowisata merak hijau yang ditawarkan harus aman dan sesuai dengan permintaan pengunjung.

Meningkatnya minat ekowisata di TNB akan berpengaruh terhadap permintaan pengunjung terkait fasilitas yang terdapat di lokasi ekowisata. Fasilitas penunjang kegiatan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak harus memperhatikan aspek ekologi sehingga tidak banyak merubah bentang alam pada areal tersebut. Pembangunan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pengunjung harus seminimal mungkin, seperti:

a. Kantor informasi kegiatan ekowisata, sehingga pengunjung akan mendapat informasi lengkap mengenai kegiatan yang akan dilakukan juga sebagai tempat singgah sementara sebelum melanjutkan perjalanan ke lokasi.

b. Jalan setapak menuju lokasi, berupa jalan tanah dari kantor informasi sampai ke lokasi.

c. Shelter, digunakan sebagai tempat istirahat bagi pengunjung atau tempat pengamatan obyek kegiatan ekowisata yaitu merak hijau namun dengan pertimbangan sensitivitas merak hijau terhadap kegiatan manusia. Shelter dapat berupa saung yang terbuat dari bahan kayu sehingga akan lebih alami dan menyatu dengan lingkungan sekitar atau dapat berupa tempat duduk panjang dengan bahan kayu.

d. Papan interpretasi, digunakan untuk menginformasikan merak hijau kepada pengunjung. Terbuat dari bahan yang tahan terhadap perubahan cuaca sehingga mudah dalam perawatannya.

e. Menara pandang untuk menunjang kegiatan ekowisata merak hijau, sehingga pengunjung dapat melihat perilaku merak hijau dengan mudah.

Kegiatan yang dapat dikembangkan dalam ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak TNB adalah ekowisata minat khusus untuk melihat perilaku display dan kawin. Merak hijau merupakan satwa yang sensitif terhadap gangguan, sehingga kegiatan mengamati perilaku merak hijau dapat dilakukan pada jarak tertentu. Menurut petugas di Resort Labuhan Merak, jarak yang memungkinkan untuk mengamati perilaku merak hijau adalah 20 meter. Sehingga sasaran progam ekowisata minat khusus merak hijau adalah minimal usia 17 tahun, hal ini didasarkan pada hasil pengambilan data pengunjung. Usia minimal pengunjung yang berkunjung ke TNB adalah 17 tahun. Pada usia ini maksud dan tujuan produk ekowisata akan tersampaikan dengan baik kepada pengunjung. Sehingga produk ekowisata minat khusus merak hijau ini akan berhasil.

(30)

20

seperti perilaku display dan kawin. Perilaku display dan kawin dipilih karena beberapa pertimbangan, diantaranya adalah:

a. Musim kawin merak hijau terjadi pada bulan kering. Menurut MacKinnon (1990) diacu pada Hernawan (2003) musim kawin merak hijau di TN Baluran berlangsung dari bulan Oktober-Januari. mengering dan tidak tumbuh setinggi ± 150 cm seperti pada saat musim basah, sehingga perjumpaan dengan obyek ekowisata akan lebih mudah. Pada bulan basah rumput di TNB akan tumbuh tinggi dan lebat sehingga manghalangi jarak pandang, sehingga perjumpaan dengan merak hijau akan susah dijumpai. Maka bulan yang tepat untuk pelaksanaan kegiatan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak TNB dapat dilaksanakan pada saat musim kawin yaitu pada bulan Oktober–Januari.

Strategi ST (Strength-Threats)

Strategi ST merupakan strategi dengan menggunakan kekuatan untuk meminimalkan atau mengatasi kelemahan-kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang dapat dilakukan yaitu mengatur jalur wisata bagi pengunjung dan peran pihak pengelola dalam menjaga keamanan di Resort Labuhan Merak.

Strategi ini dilakukan agar kegiatan ekowisata tidak bersinggungan dengan jalur penggembalaan hewan ternak milik warga Dusun Merak. Terdapat dua jalur pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak, yaitu jalur Bilik dan jalur Air Karang. Kedua jalur tersebut berbeda arah, jalur Bilik menuju arah utara dari kantor resort sedangkan jalur Air Karang menuju ke arah selatan kantor resort.

(31)

(a)

(b)

(c)

Gambar 8 Bukit Bilik (a), kondisi substrat di Bukit Bilik (b), dan Savana Bilik

(32)

22

warga karena konturnya yang tinggi. Kondisi lansekap Air Karang dapat dilihat pada Gambar 9.

(a)

(b)

(c)

Gambar 9 Bukit Air Karang (a), rumput gajah (b), dan jalur tanah berbatu (c)

(33)

keamanan maksimal, maka perlu dilakukan patroli secara rutin oleh polisi hutan dan staff terkait untuk mengetahui kondisi kawasan. Peningkatan kemanan bertujuan untuk meminimalisir terjadinya gangguan terhadap kawasan yang dapat berpengaruh terhadap keberadaan merak hijau.

Strategi WT (Weakness-Threats)

Strategi WT merupakan strategi untuk meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman yang ada. Strategi yang dapat dilakukan adalah meningkatkan kualitas dan kuatitas SDM yang berhubungan dengan pengelolaan kegiatan ekowisata merak hijau.

Sumberdaya manusia merupakan salah satu aspek yang penting untuk ditingkatkan dalam penyelenggaraan kegiatan ekowisata, hal ini dikarenakan SDM merupakan kunci dari keberhasilan kegiatan ekowisata. Kegiatan ekowisata merak hijau ini memerlukan SDM yang mengetahui perilaku merak hijau secara terperinci. Sehingga dapat menyampaiakan perilaku merak hijau kepada pengunjung dengan baik dan pengunjung dapat menerima informasi tersebut dengan baik pula. Selain kualitas SDM, kuantitas juga perlu diperhatikan, sehingga dapat menunjang dan memperlancar kegiatan ekowisata merak hijau. Peningkatan kualitas sumberdaya pengelola dapat dilakukan dengan pelaksanaan pelatihan interpreter atau pemandu wisata khusus mengenai ekowisata merak hijau dan ekowisata pada umunya dan mengikuti seminar yang berhubungan dengan ekowisata. Petugas harus dapat berkomunikasi dan memberikan informasi yang komunikatif sehingga dapat memberikan kepuasan bagi pengunjung.

Pengembangan sumberdaya tidak hanya diberikan kepada pengelola saja, peran serta masyarakat dalam kegiatan ini akan memberikan dampak positif terhadap kehidupan dan kesejahteraan masyarakat sekitar kawasan TNB, sehingga akan terjalin kerjasama yang baik antara pihak pengelola dengan masyarakat. Sesuai engan pendapat Triastuti (2015) salah satu strategi pengelolaan ekowisata adalah menguatkan sumberdaya manusia. Selain kemampuan dalam memandu pengunjung, masyarakat dapat bekerjasama dengan pengelola dalam penyediaan jasa yang mendukung kegiatan ekowisata.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

1. Potensi sumber daya dan daya tarik merak hijau di Resort Labuhan Merak sangat potensial untuk dikembangkan menjadi obyek daya tarik ekowisata. Merak hijau potensial karena keindahan morfologi dan keunikan perilakunya. Selain kedua faktor tersebut, lansekap alam yang terdapat di Resort Labuhan Merak juga berpotensi untuk mendukung pengembangan ekowisata merak hijau di Resort labhan Merak.

(34)

24

3. Seluruh responden masyarakat setuju apabila merak hijau di Resort Labuhan Merak dikembangkan menjadi kawasan ekowisata dan masyarakat bersedia berpartisipasi secara aktif maupun pasif.

4. Pengembangan ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak dapat dilaksanakan pada bulan-bulan tertentu yaitu pada saat musim kawin merak hijau, sehingga perjumpaan dengan merak hijau akan lebih mudah.

Saran

1. Meningkatan keamanan pada sekitar kawasan Resort Labuhan Merak baik dari masyarakat yang berada di dalam kawasan maupun luar kawasan sehingga kegiatan ekowisata merak hijau dapat berjalan lancar.

2. Memaksimalkan peran aktif masyarakat di desa sekitar TNB dan memberikan pelatihan khusus terkait ekowisata merak hijau.

DAFTAR PUSTAKA

Alikodra HS. 2002. Pengelolaan Satwaliar. Cetakan Pertama Jilid I. Bogor (ID): Fakultas Kehutanan IPB

Avenzora R. 2008. Ekoturisme: Teori dan Praktek. Banda Aceh (ID): BRR NAD-Nias

Balai Taman Nasional Baluran. 2014. Rencana Pengelolaan Taman Nasional Baluran. Situbondo (ID): BTNB

BirdLife International. 2001. Threatened birds of Asia: the BirdLife International Red Data Book. Cambridge: BirdLife International

CITES. 2015. CITES (Convention of International Trade in Endangered Species of Wild Fauna and Flora). www.cites.org. Diakses pada 9 April 2015. Delacour J. 1977. The pheasant of the world. 2nd Edition. Surrey England: Spurr

Publications Saiga Publishing co. Ltd

Departemen Kehutanan dan Perkebunan. 2000. Buku saku pengenalan jenis satwaliar yang dilindungi (Aves). Bogor (ID): Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam, Direktorat Perlindungan Hutan dan Kebun

IUCN. 2014. The redlist of threathened species. http://www.iucnredlist .org. Diakses tanggal 23 November 2014

Hernawan E. 2003. Studi populasi dan habitat merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Hutan Jati Ciatawali, BKPH Buah Dua dan BKPH Songgom, KPH Sumedang. [Skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor Hernowo JB. 1995. Ecology and Behaviour of The Green Peafowl (Pavo muticus

Linnaeus 1766) in Baluran National Park, East Java. Germany: Thesis Faculty of Forestry Science Georg August University Göttingen

Kriyanto R. 2006. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta (ID): Kencana-Prenada Media Group

(35)

Maryati. 2007. Ekologi Perilaku Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Taman Nasional Alas Purwo dan Taman Nasional Baluran, Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor (ID): Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor

Noor M. 2003. Analisis pengembangan festival budaya perang telur penyu dalam pengusahaan ekowisata di Taman Wisata Alam Tanjung Belimbing Kabupaten Sambas Kalimantan Barat. [Karya Ilmiah]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Rangkuti F. 2001. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis. Jakarta (ID): PT Gramedia Pustaka Utama

Shanaz J, Jepson P, Rudyanto. 1995. Burung-burung terancam punah di Indonesia. Bogor: PHPA/Birdlife International Indonesia Programme Sumbara B. 2006. Studi ekologi merak hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di

hutan pinus Cikuray , BKPH Bayongbong, KPH Garut, Jawa Barat. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Supratman A. 1998. Kajian Pola Penyebaran dan Karakteristik Habitat Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) pada Musim Tidak Berbiak di Resort Rowobendo Taman Nasional Alas Purwo Jawa Timur. [Skripsi]. Bogor (ID): Jurusan Konservasi Sumberdaya Hutan Fakultas Kehutanan IPB Triastuti I. 2015. Model Ekowisata: dalam perpektif hokum konservasi

sumberdaya alam hayati dan ekosistemnta (Hukum Lingkungan). Bogor (ID): UIKA Press

(36)
(37)

Lampiran 1 Potensi ekowisata merak hijau di Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran

26

(38)
(39)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Banjarnegara, 12 januari 1993 dari Bapak Drs Mohamad Farid dan Ibu Yulistiana Dewayani. Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh jenjang pendidikan Sekolah Dasar di SDN 01 Sumberejo (1999-2005), pendidikan menengah pertama di MTs Muhammadiyah Batur (2005-2008) dan pendidikan menengah atas di MAN 2 Banjarnegara (2008-2011). Pada tahun 2011 penulis diterima di Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor (IPB) melalui jalur SNMPTN Undangan.

Selama masa perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan yaitu Himpunan Mahasiswa Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata (HIMAKOVA) sebagai anggota Biro Kewirausahaan (2012/2013) dan Biro Pengembangan Sumberdaya Manusia (PSDM) (2013/2014), dan anggota serta Bendahara II (2012/2013), Bendahara I (2013/2014) Kelompok Pemerhati Mamalia Tarsius (2012-2014). Bersama HIMAKOVA penulis mengikuti pada kegiatan Eksplorasi Fauna, Flora dan Ekowisata Indonesia (RAFFLESIA) di Cagar Alam Bojonglarang Jayanti (2013) dan pernah pula mengikuti kegiatan Studi Konservasi Lingkungan (SURILI) di Taman Nasional Aketajawe-Lolobata (2014). Selain sebagai anggota HIMAKOVA, penulis juga merupakan anggota UKM LAWALATA IPB.

Penulis melaksanakan Praktek Pengenalan Ekosistem Hutan (PPEH) di Taman Wisata Alam Gunung Papandayan dan Cagar Alam Leuweung Sancang pada tahun 2013, Praktek Pengelolaan Hutan (PPH) di Hutan Pendidikan Gunung Walat pada tahun 2014 dan Praktek Kerja Lapang Profesi (PKLP) di Taman Nasional Baluran pada tahun 2015. Untuk memperoleh gelar Sarjana kehutanan IPB, penulis melakukan penelitian skripsi dengan judul Pengembangan Ekowisata Merak Hijau (Pavo muticus Linnaeus, 1766) di Resort Labuhan Merak Taman Nasional Baluran di bawah bimbingan Dr Ir Harnios Arief, M ScF dan Dr Ir Tutut Sunarminto, MSi.

(40)
(41)

Gambar

Gambar 1.
Gambar 1  Kerangka pemikiran pengembangan Ekowisata Merak Hijau
Gambar 2  Peta lokasi penelitian
Tabel 1  Aksesibilitas menuju Resort Labuhan Merak
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil penelitian ini adalah sistem informasi yang mencakup informasi kehadiran dosen dan informasi pergantian jadwal.. Dalam tampilan tersebut terdapat 3(tiga)

Banyaknya tumbuhan kersen yang tumbuh di Indonesia dan selama ini belum banyak yang memanfaatkannya, membuat kami berfikir untuk berinovasi mengolah buah kersen menjadi

Berdasarkan analisis korelasi ganda, menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang kuat antara Variabel lingkungan kerja fisik (X1) dan Variabel lingkungan kerja non

Surakarta, Maret 2015. Tujuan penelitian ini ada dua. 1) Mendeskripsikan bentuk tindak kesantunan imperatif pada jargon warung makan di wilayah Surakarta. 2) Mendeskripsikan

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas produk dan kualitas pelayanan terhadap keputusan pembelian kuliner oleh konsumen, yang dilakukan baik

Hal ini terlihat dari nilai signifikansi yaitu 0,009 kurang dari α = 0,05.Hal ini berarti terdapat interaksi antara pembelajaran (DI dan konvensional) dan pengetahuan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis statistik yang dilakukan, maka dapat disimpulkan bahwa: 1) peningkatan kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh

Tabel rataan perlakuan klon tanaman karet terhadap kadar padatan total (%) seluruh penyadapan..