• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi peningkatan keterikatan kerja karyawan berbasis lintas generasi pada badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan pemerintah kota Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi peningkatan keterikatan kerja karyawan berbasis lintas generasi pada badan kepegawaian, pendidikan dan pelatihan pemerintah kota Bogor"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN KETERIKATAN KERJA

KARYAWAN BERBASIS LINTAS GENERASI PADA

BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PEMERINTAH KOTA BOGOR

LUSI DWI SAFARINA

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul Strategi Peningkatan Keterikatan Kerja Karyawan Berbasis Lintas Generasi Pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Kota Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya ilmiah yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam bacaan dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Oktober 2014

Lusi Dwi Safarina

(4)

ABSTRAK

LUSI DWI SAFARINA. Strategi Peningkatan Keterikatan Kerja Karyawan Berbasis Lintas Generasi Pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Kota Bogor. Dibimbing oleh LINDAWATI KARTIKA, SE, MSi.

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Pemerintah Kota Bogor merupakan badan yang bertugas dalam melaksanakan kebijakan di bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan atau lembaga strategis yang profesional dalam mendukung visi Kota Bogor. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi persepsi karyawan terhadap karakteristik generasi (boomers, generasi X dan generasi Y) di BKPP, mengidentifikasi persepsi karyawan terhadap keterikatan kerja (engagement) yang terjadi di BKPP, dan menganalisis pengaruh generasi terhadap keterikatan kerja (engagement) karyawan di BKPP. Penelitian ini menggunakan metode analisis deskriptif, Structural Equation Modelling dengan metode Partial Least Square (SEM-PLS) dan analisis Regresi Linier Sederhana. Berdasarkan hasil analisis deskriptif diperoleh bahwa generasi boomers dengan indikator aset (modal) adalah generasi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan engagement dengan indikator dedication. Untuk hasil uji PLS, generasi memiliki pengaruh yang signifikan terhadap engagement karyawan. Indikator terbesar dari karakteristik generasi adalah aset (modal) yang berpengaruh terhadap pembentukan engagement absorption (perhatian penuh), dan untuk hasil uji regresi linier sederhana, diperoleh bahwa generasi X adalah generasi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan engagement di BKPP. Kata kunci: boomers, engagement, generasi X, generasi Y

ABSTRACT

LUSI DWI SAFARINA. The Strategic of Improvement The Employee Engagement Based Across Generations on Employee Training and Development Council in Bogor City Government. Supervised by LINDAWATI KARTIKA, SE, MSi.

Employee Training and Development Council (BKPP) Bogor City Government is the organization which has role to do the policy in the employee affair, education and training or professional foundation which is supporting vision of Bogor City. The objective of this research are identifying the employee‟s perception towards the characteristic of the generations (boomers, generation X and generation Y) at BKPP, identifying the employee‟s perception towards engagement that occur at BKPP, and analyzing the generation effect towards in the employee engagement. This research was using descriptive analysis method, SEM (Structural Equation Modeling) with PLS (Partial Least Square) method, and simple linier regression analysis. According to the descriptive result that boomers with asset indicator are the most influential generation to the formation of engagement with dedication indicator. On PLS result, generation has a significant influence towards the employee engagement. The biggest indicator of the generation‟s characteristic is an asset that has influence to the formation of engagement with absorption indicator, and on simple linier regression analysis result, generation X are the most influential generation to the formation of engagement at BKPP.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Manajemen

STRATEGI PENINGKATAN KETERIKATAN KERJA

KARYAWAN BERBASIS LINTAS GENERASI PADA

BADAN KEPEGAWAIAN, PENDIDIKAN DAN PELATIHAN

PEMERINTAH KOTA BOGOR

LUSI DWI SAFARINA

PROGRAM SARJANA ALIH JENIS MANAJEMEN DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(6)
(7)
(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Judul Penelitian yang dipilih dalam penelitian yang diselesaikan sejak bulan Mei 2014 sampai bulan September 2014 ini adalah Strategi Peningkatan Keterikatan Kerja Karyawan Berbasis Lintas Generasi Pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Kota Bogor.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Lindawati Kartika, SE, M.Si. selaku dosen pembimbing dan ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada pihak Badan Kepegawaian Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Kota Bogor serta kepada seluruh responden yang telah membantu selama proses penelitian. Ungkapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada keluarga tercinta Bapak Cecep Muharam, Ibu N. Euis Kurniasih dan Astri Ayuningtias serta keluarga besar karena telah memberikan dukungan, doa dan kasih sayang yang selalu menyertai penulis, tidak lupa kepada M. Fikri Nurachman, teman satu bimbingan, teman-teman ekstensi manajemen angkatan 10, serta sahabat-sahabat yang selalu memberikan dukungan.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

Bogor, Oktober 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 3

TINJAUAN PUSTAKA 3

Generasi 3

Keterikatan Kerja (Engagement) 4

Penelitian Terdahulu 5

METODOLOGI PENELITIAN 5

Kerangka Pemikiran 5

Lokasi dan Waktu Penelitian 7

Pengumpulan Data dan Sumber Data 7

Menentukan Populasi dan Sampel 7

Metode Pengumpulan Data 8

Perumusan Hipotesis 9

Analisis Data 10

HASIL DAN PEMBAHASAN 13

Gambaran Umum Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan 13

Karakteristik Responden 13

Analisis Deskriptif Karyawan BKPP Terhadap Generasi 16 Analisis Deskriptif Karyawan BKPP Terhadap Keterikatan Kerja (Engagement)

Karyawan 19

Pengaruh Generasi Terhadap Keterikatan Kerja (Engagement) Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor Menggunakan Analisis Structural Equation Model

(10)

Pengaruh Generasi Terhadap Keterikatan Kerja (Engagement) Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor Menggunakan Analisis Regresi Linier Sederhana 23

Implikasi Manajerial 25

KESIMPULAN DAN SARAN 27

DAFTAR PUSTAKA 28

LAMPIRAN 31

(11)

DAFTAR TABEL

1 Data Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor berdasarkan generasi 1

2 Karakteristik dari tiga kelompok generasi 3

3 Rekapitulasi hasil penelitian terdahulu 5

4 Data Jumlah Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor 7

5 Bobot skor Skala Likert 8

6 Rentang Skala Interpretasi Hasil Jawaban Kuesioner 8 7 Hasil crosstabulation jabatan terhadap jenis kelamin 14 8 Hasil crosstabulation jabatan terhadap tahun lahir 14 9 Hasil crosstabulation jabatan terhadap tingkat pendidikan terakhir 15 10Hasil crosstabulation jabatan terhadap lama bekerja 15 11Hasil crosstabulation jabatan terhadap motto hidup 16 12Hasil crosstabulation jabatan terhadap teknologi 16

13Persepsi karyawan terhadap generasi 17

14Penilaian karyawan terhadap karakteristik pada generasi boomers 17 15Penilaian karyawan terhadap karakteristik pada generasi X 18 16Penilaian karyawan terhadap karakteristik pada generasi Y 19

17Persepsi karyawan terhadap engagement 19

18Penilaian karyawan terhadap engagement dengan indikator vigor 20 19Penilaian karyawan terhadap engagement dengan indikator dedication 20 20Penilaian karyawan terhadap engagement dengan indikator absorption 21

21Hasil analisis regresi linier sederhana 23

DAFTAR GAMBAR

1 Kerangka Pemikiran Penelitian 6

2 Model SEM PLS Generasi terhadap Engagement 12

3 Model Regresi Linier Sederhana Generasi terhadap Engagement 13

4 Inner Model Generasi Terhadap Engagement 21

5 Outer Model Pengaruh Generasi Terhadap Engagement 22

DAFTAR LAMPIRAN

1 Struktur Organisasi Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan

Pemerintah Kota Bogor Tahun 2014 31

2 Kuesioner Penelitian 32

3 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas Generasi dan Engagement 39 4 Hasil Uji Normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk 43 5 Penilaian Karyawan Terhadap Indikator Karakteristik pada Generasi 44

6 Hasil Uji Partial Least Square 49

(12)
(13)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Sumber daya manusia (SDM) merupakan aset atau modal masa depan sebuah organisasi sebab mereka akan terus berkembang seiring perkembangan zaman. SDM ini mampu terus berinovasi dan melakukan perbaikan-perbaikan baik bagi dirinya maupun bagi organisasi. Untuk itu, kesejahteraan SDM atau karyawan dalam suatu organisasi merupakan sesuatu yang layak diperhatikan karena berkaitan erat dengan komitmen kerja dan kepuasan kerja karyawan. Selain itu juga dapat meningkatkan loyalitas karyawan pada organisasi sehinggga dapat memberikan kontribusi yang besar terhadap kemajuan organisasi. Kepuasan kerja bisa berkaitan dengan dimensi-dimensi terkait dengan SDM, salah satunya adalah keterikatan kerja (engagement) karyawan terhadap organisasi.

Konteks engagement lahir dan berkembang dalam diri seorang karyawan atau SDM tergantung dari nilai kerja, sikap masing-masing karyawan dan iklim organisasi itu sendiri. Engagement dapat dilihat dari seberapa besar dia berkomitmen di dalam organisasi, seberapa keras mereka bekerja, dan seberapa lama ia tetap berada di organisasi. Tingkatan engagement ini tentu berbeda-beda dalam suatu kelompok individu dalam sebuah organisasi. Hal ini dijelaskan dalam penelitian yang dilakukan oleh J. Park dan D. Gursoy (2012) yang ditulis dalam

International Journal of Hospitality Management yang berjudul “Generation Effects on Work Engagement Among U.S. Hotel Employees”. Tingkat engagement

cenderung bervariasi berdasarkan kelompok generasi karyawan.

Kelompok generasi karyawan dibagi dari sekelompok usia yang sama. Menurut De Meuse (2009), terdapat 4 generasi angkatan kerja di dalam organisasi, yaitu Traditionals, Boomers, generasi X, dan generasi Y. Adapun komposisi karyawan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Pemerintah Kota Bogor didominasi oleh generasi X. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1 Data Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor berdasarkan generasi tahun 2014

No. Jabatan

Jumlah

Total

Boomers

(1946-1964)

Gen X (1965-1979)

Gen Y (1980-2000)

1 Kepala Badan 1 1

2 Sekretaris 1 1

3 Kepala Bidang 1 2 3

4 Kepala Sub Bagian 2 1 3

5 Kepala Sub Bidang 1 4 1 6

6 Staf 1 19 17 37

Total 7 26 18 51

Presentase 13.73% 50.98% 35.29% 100%

Sumber: BKPP Pemerintah Kota Bogor (2014)

(14)

2

cara seorang karyawan memandang sumber daya di tempat kerja. Cara pandang tersebut berkaitan dengan tingkat engagement yang karyawan miliki, misalnya tingkat komitmen dan tingkat kepuasan kerja karyawan di dalam organisasi.

Berdasarkan perbedaan cara pandang di antara kelompok generasi mempengaruhi bagaimana organisasi melakukan sebuah implikasi yang nantinya akan menciptakan komitmen kerja dan kepuasan kerja karyawan yang nantinya akan mampu menciptakan kesejahteraan karyawan tersebut, dan hal itu berdasarkan kelompok generasi pada karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor. Maka dari itu, peneliti ingin melakukan sebuah penelitian tentang strategi peningkatan keterikatan kerja karyawan berbasis lintas generasi pada Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Kota Bogor, agar bisa mendapatkan keterangan secara ilmiah tentang variabel tersebut secara baik dan benar.

Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan, maka perumusan masalah dari penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimana persepsi karyawan terhadap karakteristik generasi (boomers, generasi X dan generasi Y) pada BKPP Pemerintah Kota Bogor

2. Bagaimana persepsi karyawan terhadap keterikatan kerja (engagement) yang terjadi pada BKPP Pemerintah Kota Bogor

3. Bagaimana pengaruh generasi (boomers, generasi X dan generasi Y) terhadap keterikatan kerja (engagement) karyawan yang terjadi pada BKPP Pemerintah Kota Bogor

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian adalah merumuskan pertanyaan-pertanyaan dan menemukan jawaban terhadap pertanyaan penelitian tersebut. Maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengidentifikasi persepsi karyawan terhadap karakteristik generasi (boomers, generasi X dan generasi Y) pada BKPP Pemerintah Kota Bogor

2. Mengidentifikasi persepsi karyawan terhadap keterikatan kerja (engagement) yang terjadi pada BKPP Pemerintah Kota Bogor

3. Menganalisis pengaruh generasi (boomers, generasi X dan generasi Y) terhadap keterikatan kerja (engagement) karyawan yang terjadi pada BKPP Pemerintah Kota Bogor

Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian merupakan dampak dari pencapaiannya tujuan, maka berdasarkan tujuan penelitian, manfaat dari penelitian adalah sebagai berikut: 1. Memberikan manfaat berupa tambahan pengetahuan dan wawasan berkaitan

dengan masalah yang diteliti

2. Sebagai bahan pembelajaran dan dapat dijadikan masukan untuk mengetahui adanya pengaruh generasi terhadap keterikatan kerja (engagement) karyawan 3. Memberikan informasi bagi pihak lain yang membutuhkan bahan rujukan

(15)

3 Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian memfokuskan pada strategi peningkatan keterikatan kerja karyawan berbasis lintas generasi. Objek penelitian ini adalah Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Pemerintah Kota Bogor. Variabel penelitian ini adalah generasi (boomers, generasi X, generasi Y) dan keterikatan kerja (engagement)dengan indikator vigor, dedication, dan absorption.

TINJAUAN PUSTAKA

Generasi

De Meuse dan Mlodzik (2009) menyatakan bahwa: A generation is “a

group of people or cohorts who share birth years and experiences as they move

through time together.” Dapat diketahui bahwa generasi adalah sekelompok orang yang berbagi pengalaman hidup yang penting, seperti pada saat mereka memasuki dunia kerja dan pensiun pada usia yang sama. De Meuse (2009) mengatakan bahwa terdapat 4 generasi angkatan kerja di dalam organisasi yang ditentukan berdasarkan tahun lahir, yaitu Traditionals (1909-1945), boomers (1946-1964), generasi X (1965-1979), dan generasi Y (1980-2000).

Dalam Boston College Center for Work & Family (2008) Marstron menyatakan bahwa perspektif atau moto dari ketiga generasi yaitu Baby Boomers

memiliki moto “Live to work” mereka dapat menempatkan seluruh waktu mereka

untuk bekerja di kantor, sebaliknya generasi X memiliki moto “Work to live” yaitu

bekerja untuk hidup, dan generasi Y mempunyai moto “Work my way” mereka bekerja dengan cara mereka sendiri, ditujukan untuk karir mereka sendiri bukan untuk organisasi mereka.

Menurut Murphy (2007), karakteristik atau ciri-ciri dari tiga generasi dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2 Karakteristik dari tiga kelompok generasi

No. Karakteristik Boomers Generasi X Generasi Y 1 Aset (Modal) Orientasi pelayanan

Dedikasi

2 Kecenderungan Tidak berpikir mengenai anggaran

(16)

4

Lanjutan Tabel 2 Karakteristik dari tiga kelompok generasi

No. Karakteristik Boomers Generasi X Generasi Y Mengambil 6 Penghargaan Apresiasi dari atasan

Promosi

Interaksi pribadi Pesan suara E-mail

Pesan singkat Blog

E-mail Sumber: Murphy, S. A (2007)

Keterikatan Kerja (Engagement)

Schaufeli dan Bakker (2004) mendefinisikan keterikatan kerja (engagement) sebagai suatu hal yang positif, memuaskan, sikap pandang yang berkaitan dengan pekerjaan yang ditandai oleh vigor, dedication, dan absorption, yang mengacu pada kondisi perasaan dan pemikiran yang sungguh-sungguh dan konsisten yang tidak hanya fokus pada objek, peristiwa, individu atau perilaku tertentu saja. Terdapat 3 aspek dalam membentuk engagement, yaitu:

a. Vigor, ditandai oleh tingginya tingkat kekuatan dan ketahanan mental dalam bekerja, kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh di dalam pekerjaan dan gigih dalam menghadapi kesulitan.

b. Dedication, ditandai oleh suatu perasaan yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan.

(17)

5 Penelitian Terdahulu

Terdapat beberapa penelitian terdahulu yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan, penelitian terdahulu tersebut dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3 Rekapitulasi hasil penelitian terdahulu

No. Nama Tahun Judul Metode Ringkasan engagement karyawan, yaitu dari turnover intention dan job satisfaction dari tiga kelompok generasi. Generasi millenials merupakan kelompok yang memiliki tingkat engagement paling rendah dari generation x dan baby boomers pengaruh yang positif dan signifikan terhadap engagement pengurus harian DPD Partai XYZ Kota Bogor.

Kepemimpinan delegatif berpengaruh terhadap terbentuknya indikator engagement pengurus harian yaitu advocacy (dukungan) 3 Alfida signifikan dan simultan antara ekspektasi kerja karyawan generasi X dan Y

terhadap rekrutmen di PT. Samudera Indonesia.

Kebiasaan dan perilaku ketika bekerja dari kedua generasi ini memiliki perbedaan yang selain bisa menimbulkan

„perselisihan‟, tetapi juga saling melengkapi antar karyawan generasi X dan generasi Y

METODOLOGI PENELITIAN

Kerangka Pemikiran

Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan (BKPP) Pemerintah Kota Bogor merupakan badan yang bertugas dalam melaksanakan kebijakan di bidang kepegawaian, pendidikan dan pelatihan yang mempunyai visi yaitu “Menjadikan Badan Kepegawaian, Pendidikan dan Pelatihan Kota Bogor sebagai Administrator Kepegawaian dan lembaga strategis yang profesional dalam mendukung Visi Kota Bogor 2010-2014.”

(18)

6

tugas-tugasnya. Tingkatan engagement berbeda-beda dalam suatu kelompok individu yang dinamakan generasi angkatan kerja yang dibagi menjadi 4 kelompok menurut De Meuse (2009), yaitu Traditionals, Boomers, generasi X dan generasi Y. Serta diperlukan analisis mengenai engagement karyawan dari BKPP Pemerintah Kota Bogor dengan indikator penelitian menurut Schaufeli dan Bakker (2004) yaitu vigor, dedication dan absorption. Untuk mendapatkan hasil secara kualitatif dan kuantitatif, peneliti menggunakan metode deskriptif agar dapat menggambarkannya, serta menggunakan metode Structural Equation Modelling dengan Partial Least Score (SEM-PLS) dan metode Regresi Linier Sederhana. Pengaruh generasi terhadap engagement karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor serta implikasi manajerial atau strategi yang dapat peneliti berikan untuk kemajuan organisasi ke depannya. Kerangka pemikiran penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.

Ket : : Ruang Lingkup Penelitian

Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Pemerintah Kota Bogor

Visi dan Misi Pemerintah Kota Bogor

Struktur Organisasi BKPP

Generasi ; De Meuse (2010) a. Boomers (1946-1964) b. Generation X (1965-1979) c. Generation Y (1980-2000)

Engagement ; Schaufeli dan Bakker (2004)

a. Vigor b. Dedication c. Absorption

Metode Deskriptif, Structural Equation Modelling dengan metode Partial Least Square (SEM-PLS) dan

Regresi Linier Sederhana

Pengaruh generasi terhadap keterikatan kerja (engagement) karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor

(19)

7 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Pemerintah Kota Bogor yang berlokasi di Jalan Ir. H. Juanda No. 10, Kelurahan Pabaton, Kecamatan Bogor Tengah, Kota Bogor, Jawa Barat, dengan mengambil populasi dari para karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor. Waktu pelaksanaan penelitian berlangsung dari bulan Mei 2014 sampai dengan September 2014. Waktu tersebut digunakan untuk memperoleh informasi dan data-data lain yang mendukung topik penelitian.

Pengumpulan Data dan Sumber Data

Jenis data yang akan dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh langsung dari BKPP Pemerintah Kota Bogor dengan metode kuesioner dan wawancara.

Data sekunder diperoleh dari laporan dan dokumen yang berkaitan dengan topik penelitian. Selain itu, data sekunder diperoleh dari bahan-bahan rujukan seperti: literatur, jurnal, skripsi, tesis, artikel dan buku-buku yang berhubungan dengan penelitian.

Menentukan Populasi dan Sampel

Penetapan Populasi

Menurut Gulo (2005), Populasi merupakan sekumpulan objek yang menjadi pusat perhatian, yang dari padanya terkandung informasi yang ingin diketahui. Populasi dalam penelitian ini adalah para karyawan BKPP yang berjumlah 51 orang.

Penetapan Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Sugiyono, 2013). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sensus, yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Penjelasan tentang struktur organisasi BKPP tahun 2014 yang berisikan jumlah populasi terdapat pada Lampiran 1, dan jumlah populasi dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 4 Data Jumlah Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor

No. Jabatan Total

1 Kepala BKPP 1

2 Sekretaris BKPP 1

3 Kepala Bidang 3

4 Kepala Sub Bagian 3

5 Kepala Sub Bidang 6

6 Staf 37

Jumlah 51 Sumber: BKPP Pemerintah Kota Bogor (2014)

(20)

8

Metode Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2010), Pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Bila dilihat dari segi cara atau teknik pengumpulan data, maka teknik pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara, yaitu:

a. Wawancara

Wawancara merupakan teknik pengumpulan data yang pelaksanaannya dilakukan dengan berhadapan langsung dengan yang diwawancarai yaitu karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor.

b. Kuesioner

Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya. Kuesioner dibagikan kepada 51 karyawan BKPP, kuesioner penelitian tersebut dapat dilihat pada Lampiran 2. Instrumen lembar pernyataan berupa skala, yaitu menggunakan skala likert. Menurut Syofian Siregar (2011), Skala Likert adalah skala yang dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu objek atau fenomena tertentu. Model skoring dengan Skala Likert dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5 Bobot skor Skala Likert

No. Bobot Skor Kriteria

1 2 3 4

4 3 2 1

Sangat setuju Setuju Tidak setuju Sangat tidak setuju

Berdasarkan Tabel 5, dapat dilihat bahwa Skala Likert mengukur tingkat persetujuan atau ketidaksetujuan responden terhadap penyataan suatu objek. Skala ini dikembangkan oleh Rensis Likert dan biasanya memiliki 4 dari “sangat setuju” sampai 1 “sangat tidak setuju”.

Rentang skala persepsi digunakan untuk menentukan posisi tanggapan responden dengan menggunakan skor-skor. Setiap skor alternatif jawaban yang terbentuk dari teknik skala peringkatan terdiri dari kisaran antara 1 hingga 4, kemudian rentang skala dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: ……….…….(1)

Menghasilkan,

Berdasarkan perhitungan rentang skala diperoleh bahwa rentang skala untuk tiap nilai itu sebesar 0.75. Penentuan dan interpretasi dari hasil rentang skala atas jawaban pertanyaan/pernyataan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6 Rentang Skala Interpretasi Hasil Jawaban Kuesioner

Rentang Skala Jawaban Pertanyaan

1,00 – 1,75 Sangat tidak setuju/Sangat Buruk/Sangat rendah 1,76 – 2,50 Tidak Setuju/Buruk/Rendah

2,51 – 3,25 Setuju/Baik/Tinggi

3,26 – 4,00 Sangat Setuju/Sangat baik/Sangat tinggi Sumber: Data diolah (2014)

(21)

9 Perumusan Hipotesis

Hipotesis (hypo = sebelum; thesis = pernyataan, pendapat) adalah suatu pernyataan yang pada waktu diungkapkan belum diketahui kebenarannya, tetapi memungkinkan untuk diuji dalam kenyaaan empiris (Gulo, 2005).

Perumusan hipotesis penelitian ini adalah:

H0: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan antara generasi terhadap keterikatan kerja(engagement) karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor.

H1: Terdapat pengaruh yang signifikan antara generasi terhadap keterikatan kerja(engagement) karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor.

Uji Validitas

Uji validitas adalah suatu uji yang bertujuan untuk menunjukan sejauh mana suatu alat ukur/instrumen mampu mengukur apa yang ingin diukur (valid measure if it successfully measure the phenomenon) (Syofian Siregar, 2011). Suatu instumen penelitian dikatakan valid, apabila:

a. Jika koefisien korelasi product moment melebihi 0.3

b. Jika koefisien korelasi product moment > r-tabel (α; n-2), n = jumlah sampel c. Nilai sig. ≤ α

Rumus yang bisa digunakan untuk uji validitas menggunakan teknik korelasi product moment adalah:

√ ∑ ∑ ∑ ∑ ………..………..…...(2) Keterangan:

n = Jumlah responden

x = Skor variabel (jawaban responden) y = Skor total variabel untuk responden n

Dalam penelitian ini, uji validitas dilakukan 51 pernyataan yang diberikan pada 51 karyawan, menggunakan alpha sebesar 5%. Nilai r-hitung > r-tabel dapat dilihat pada Lampiran 3. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan softwareStatistic Product and Service Solution (SPSS) 17.0, dimana hasil pengolahan semua butir pernyataan generasi X, generasi Y dan engagement

dinyatakan valid, sedangkan untuk pengolahan pernyataan generasi boomers 19 pernyataan valid dan 4 pernyataan yang tidak valid tidak digunakan kembali dalam pengolahan selanjutnya.

Uji Reliabilitas

Menurut Syofian Siregar (2011), Reliabilitas adalah untuk mengetahui sejauh mana hasil pengukuran tetap konsisten, apabila dilakukan pengukuran dua kali atau lebih terhadap gejala yang sama dengan menggunakan alat pengukur yang sama pula. Uji reliabilitas menyatakan bahwa instrumen penelitian adalah

(22)

10

0.753 pada generasi Y, dan 0.751 pada variabel engagement dengan rumus Alpha Cronbach adalah sebagai berikut:

(

)

………

.………(3) Keterangan:

r11 = Koefisien reliabilitas instrumen k = Jumlah butir pertanyaan

= Varians total

= Jumlah varians butir

Untuk mencari varians, digunakan rumus sebagai berikut:

∑ ∑

………...………(4)

Keterangan: = Varians

n = Jumlah sampel

x = Nilai skor yang dipilih Uji Normalitas

Menurut Priyatno (2013), uji normalitas dilakukan untuk melihat tingkat kenormalan data yang digunakan, apakah data berdistribusi normal atau tidak. Dalam penelitian ini uji normalitas yang digunakan dengan metode uji Shapiro Wilk. Kriteria pengujiannya adalah:

a. Jika nilai signifikansi (Asym Sig. 2 tailed) > 0.05, maka data berdistribusi normal

b. Jika nilai signifikansi (Asym Sig. 2 tailed) < 0.05, maka data tidak berdistribusi normal

Pengujian uji normalitas dilakukan dengan menggunakan bantuan software Statistic Product and Service Solution (SPSS) 17.0, dimana hasil pengujian dapat dilihat pada Lampiran 4. Hasil pengujian menunjukkan bahwa ada beberapa indikator variabel yang mempunyai data tidak berdistribusi normal, untuk itu dilakukan transformasi data ordinal menjadi interval agar data memiliki sebaran atau distribusi normal.

Analisis Data

Analisis data adalah kegiatan mengubah data hasil penelitian menjadi informasi yang dapat digunakan untuk mengambil kesimpulan dalam suatu penelitian. Adapun cara mengambil kesimpulan bisa dengan hipotesis, metode deskriptif, analisis Structural Equation Modelling dengan metode Partial Least Score (SEM-PLS) dan analisis Regresi Linier Sederhana.

Metode Deskriptif

(23)

11 Metode Analisis Structural Equation Modelling dengan metode Partial Least Score (SEM-PLS)

Menurut Noor (2014), Persamaan permodelan struktural (SEM) adalah teknik statistik untuk menguji dan memperkirakan hubungan kausal dengan menggunakan kombinasi data statistik dan asumsi kausal kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan PLS. Menurut Wold dalam buku Analisis Data Penelitian Ekonomi dan Manajemen, PLS merupakan metode analisis yang powerful oleh karena tidak didasarkan banyak asumsi (Tanenhaus dan Hanafi, 2010). PLS sebagai teknik analisis data dengan software

SmartPLS versi 3.0. Karena metode PLS mempunyai keunggulan tersendiri diantaranya: data tidak harus berdistribusi normal multivariate dan ukuran sampel tidak harus besar. PLS mempunyai dua model indikator dalam penggambarannya, yaitu:

1. Model Indikator Refleksif

Model indikator refleksif sering disebut juga principal factor model dimana

covariance pengukuran indikator dipengaruhi oleh variabel laten atau mencerminkan variasi dari variabel laten.

2. Model Indikator Formatif

Model formatif tidak mengasumsikan bahwa indikator dipengaruhi oleh konstruk tetapi mengasumsikan semua indikator mempengaruhi single

konstruk tunggal.

Selain itu, terdapat dua evaluasi model, yaitu model pengukuran/outer model dan model struktural/innermodel.

1. Model Pengukuran (OuterModel)

Outer model atau Model Pengukuran mendefinisikan bagaimana setiap blok indikator berhubungan dengan variabel latennya (Noor, 2014). Perancangan model pengukuran menentukan sifat indikator dari masing-masing variabel laten, apakah refleksif atau formatif, berdasarkan definisi operasional variabel. a. Outer model refleksif:

Convergent dan discriminant validity: nilai loading 0.5 sampai 0.6 dianggap cukup, untuk jumlah indikator dari variabel laten berkisar antara 3 sampai 7. Sedangkan untuk discriminant validity direkomendasikan nilai (Average Variance Extracted) AVE lebih besar dari 0.50

Composite realibility: nilai batas yang diterima untuk tingkat reliabilitas komposit adalah ≥ 0.7, walaupun bukan merupakan standar absolut.

b. Outer model formatif: dievaluasi berdasarkan pada substantive content-nya yaitu dengan melihat signifikansi dari weight.

2. Model Struktural (Inner model)

Inner model atau Model Struktural menggambarkan hubungan antar variabel laten berdasarkan pada substantive theory (Noor, 2014).

(24)

12

Berdasarkan Gambar 2, generasi diharapkan berpengaruh terhadap

engagement, namun untuk mengetahui pengaruh/tidaknya variabel tersebut, generasi sendiri dibagi menjadi beberapa indikator variabel, yaitu G1 (Aset), G2 (Kecenderungan), G3 (Kriteria atasan), G4 (Motivasi), G5 (Pesan yang dapat memotivasi), G6 (Penghargaan), dan G7 (Metode komunikasi). Sedangkan untuk variabel engagement sendiri dapat terbentuk karena beberapa variabel laten endogen yaitu EV (Engagement Vigor), ED (Engagement Dedication) dan EA (Engagement Absorption).

Metode Analisis Regresi Linier Sederhana

Menurut Priyatno (2013), Analisis regresi linier sederhana digunakan untuk mengetahui pengaruh antara satu variabel independen dengan satu variabel dependen. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan bantuan software Statistic Product and Service Solution (SPSS) 17.0.

Persamaan regresi linier sederhana:

………..………...(5) Keterangan:

Y = Variabel dependen yang diprediksikan (engagement) X = Variabel independen (boomers, X, dan Y)

a = Nilai konstanta b = Koefisien regresi

e = Faktor-faktor yang mempengaruhi engagement yang tidak terdapat dalam persamaan linier

Penggunaan regresi linier sederhana memerlukan uji hipotesis yaitu uji t (uji koefisien regresi sederhana) digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen. H0 diterima apabila t-hitung ≤ t-tabel, sebaliknya H0 ditolak jika t-hitung > t-tabel. Jika dihitung berdasarkan signifikansi, H0 diterima jika siginifikasi > alpha (α), sebaliknya H0 ditolak jika signifikansi < alfa (α). Ada 3 tahap perhitungan regresi linier sederhana pada penelitian ini, model struktural pengujian regresi linier sederhana dapat dilihat pada Gambar 3.

Gambar 2 Model SEM PLS Generasi terhadap Engagement Generasi

X G1

G2

G3

G4

G5

G6

G7

Engagement Y

EV

ED

(25)

13

Berdasarkan Gambar 3, Ada 3 tahap perhitungan regresi linier sederhana pada penelitian ini, yaitu boomers (X1)terhadap engagement (Y1), generasi X (X2) terhadap engagement (Y2), dan generasi Y (X3)terhadap engagement(Y3). Tujuan perhitungan tersebut yaitu untuk membandingkan generasi mana yang paling berpengaruh terhadap pembentukan engagement karyawan di BKPP.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Badan Kepegawaian, Pendidikan Dan Pelatihan

Badan Kepegawaian Daerah (BKD) dibentuk dengan mengacu kepada kebijakan Pemerintah Pusat, yaitu Undang - Undang Nomor 43 Tahun 1999 Pasal 34 A ayat (1) “Untuk kelancaran pelaksanaan Manajemen Pegawai Negeri Sipil, dibentuk Badan Kepegawaian Daerah dan yang dimaksud Pasal 34 A tersebut bahwa Badan Kepegawaian Daerah adalah Perangkat Daerah yang dibentuk oleh Kepala Daerah” dan kemudian Keputusan Presiden RI. Nomor 159 Tahun 2000 Tentang Pedoman Pembentukan Badan Kepegawaian Daerah. Beberapa Tugas pokok dan Fungsi BKD adalah menyelenggarakan manajemen Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang mencakup: Perencanaan, Pengembangan Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) PNS dan Administrasi Kepegawaian, Pengawasan dan Pengendalian, Penyelenggaraan dan Pemeliharaan Informasi Kepegawaian, mendukung Perumusan Kebijaksanaan Kesejahteraan PNS serta memberikan bimbingan teknis kepada unit organisasi yang menangani Kepegawaian pada Dinas/Badan/Lembaga di Daerah.

Karakteristik Responden

Responden dalam penelitian berasal dari karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor yang terdiri dari Kepada Badan, Sekretaris Badan, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Sub Bidang dan para staf. Responden yang diteliti sebanyak 51 responden, namun dalam pengisian kuesioner, hanya 43 orang yang bersedia, 8 orang tidak bersedia, maka dari itu dalam pengujiannya peneliti hanya menguji 43 sampel. Karakteristik responden terdiri dari jenis kelamin, tahun lahir, tingkat

Boomers X1

Engagement Y1

Generasi X X2

Engagement Y2

Generasi Y X3

Engagement Y3

(26)

14

pendidikan terakhir, lama bekerja, jabatan, motto yang mewakili karakteristik, dan teknologi yang mempengaruhi karakteristik.

Karakteristik Jabatan terhadap Jenis Kelamin

Karakteristik yang dilakukan pengujian adalah jabatan terhadap jenis kelamin, hal ini dilakukan agar dapat mengetahui seberapa besar jenis kelamin itu mempengaruhi jabatan yang dipegang individu pada karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7 Hasil crosstabulation jabatan terhadap jenis kelamin

Jabatan Jenis Kelamin Total

(orang)

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 7, diperoleh hasil bahwa mayoritas karyawan BKPP berjenis kelamin pria, yaitu sebanyak 24 orang, dengan jabatan sebagai staf. Hal ini menunjukkan bahwa peran pria diutamakan dalam melakukan pekerjaan yang membutuhkan waktu bekerja yang fleksibel dan tahan terhadap tekanan.

Karakteristik Jabatan terhadap Tahun Lahir

Karakteristik yang dilakukan pengujian adalah jabatan terhadap tahun lahir, hal ini dilakukan agar dapat mengetahui berapa banyak rata-rata tahun lahir yang ada di BKPP Pemerintah Kota Bogor. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8 Hasil crosstabulation jabatan terhadap tahun lahir

Jabatan Rentang Tahun Lahir (tahun) Total

(orang) 1946-1964 1965-1979 1980-2000

Kepala BKPP

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 8, diperoleh hasil bahwa mayoritas karyawan BKPP lahir pada rentang tahun 1965-1979 yaitu masuk dalam kelompok generasi X dengan jabatan staf sebanyak 18 orang. Hal ini menunjukkan dalam melakukan pekerjaannya dibutuhkan kemampuan yang memiliki pengalaman yang baik. Karakteristik Jabatan terhadap Tingkat Pendidikan Terakhir

(27)

15 Tabel 9 Hasil crosstabulation jabatan terhadap tingkat pendidikan terakhir

Jabatan Tingkat Pendidikan Terakhir Total

(orang)

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 9, diperoleh hasil bahwa mayoritas karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor merupakan lulusan D3/Akademi sebanyak 19 orang dengan jabatan staf. Hal ini menunjukkan dalam melakukan pekerjaannya, diploma sudah memenuhi persyaratan dan juga pengalaman yang cukup di bidangnya untuk bekerja di BKPP Pemerintah Kota Bogor.

Karakteristik Jabatan terhadap Lama Bekerja

Pada analisis karakteristik berdasarkan lama bekerja, peneliti ingin mengetahui seberapa lama para karyawan menjabat saat ini di BKPP Pemerintah Kota Bogor dan kesesuaian dengan jabatan yang dipegang saat ini. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 10.

Tabel 10 Hasil crosstabulation jabatan terhadap lama bekerja

Jabatan Rentang Lama Bekerja (tahun) Total

(orang)

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 10, diperoleh hasil bahwa mayoritas karyawan BKPP menjabat sebagai staf dalam rentang waktu lama bekerja 1-10 tahun, yaitu sebanyak 27 orang. Hal ini menunjukkan bahwa karyawan di BKPP Pemerintah Kota Bogor dapat diandalkan meskipun dengan pengalaman yang cukup dan menjabat dengan waktu yang relatif baru.

Karakteristik Jabatan terhadap Motto Hidup

(28)

16

Tabel 11 Hasil crosstabulation jabatan terhadap motto hidup

Jabatan

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 11, diperoleh hasil bahwa mayoritas karyawan BKPP memiliki motto hidup Work to live yaitu sebanyak 19 orang dengan jabatan staf. Hal ini menunjukkan bahwa para karyawan percaya bahwa pekerjaan seharusnya tidak mendefinisikan hidup mereka.

Karakteristik Jabatan terhadap Teknologi

Pada analisis karakteristik jabatan terhadap teknologi yang membentuk para karyawan BKPP, peneliti ingin mengetahui bagaimana para karyawan melihat dan merasakan mana teknologi yang membentuk mereka. Hal itu dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12 Hasil crosstabulation jabatan terhadap teknologi

Jabatan Teknologi Total

(orang) Televisi Komputer Internet

Kepala BKPP

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 12, diperoleh hasil bahwa mayoritas karyawan BKPP memilih teknologi internet yaitu sebanyak 17 orang. Hal ini menunjukkan bahwa banyak karyawan BKPP yang sudah mengetahui teknologi masa kini, dan merasakan kemudahan mendapatkan informasi dari internet.

Analisis Deskriptif Karyawan BKPP Terhadap Generasi

(29)

17 Tabel 13 Persepsi karyawan terhadap generasi

Indikator Boomers Generasi

X

Generasi

Y Rataan Interpretasi

Aset (Modal) 3.13 3.32 3.26 3.24 Setuju

Interpretasi Setuju Setuju Setuju Setuju Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 13, dari 3 generasi diperoleh hasil, bahwa rataan skor tertinggi dengan skor 3.22 terdapat dalam generasi boomers dengan indikator tertinggi yaitu aset (modal) dengan skor 3.24. Untuk penjelasan lebih tentang variabel-variabel generasi dapat dilihat pada penjelasan berikut:

a. Generasi Boomers

Generasi boomers merupakan generasi yang lahir antara tahun 1946 sampai 1964, dan telah memasuki masa kerja selama 15-30 tahun di BKPP, lebih lama dari generasi lainnya. Berikut merupakan indikator karakteristik serta pernyataan yang dapat mewakili indikator generasi boomers dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Penilaian karyawan terhadap karakteristik pada generasi boomers

Indikator Pernyataan Rataan Skor Kriteria

Aset (Modal) Berpengalaman merupakan aset terbesar

yang saya miliki 3.50 Sangat baik

Kecenderungan Saya berusaha untuk selalu menjauhi

konflik 3.33 Sangat baik

Kriteria atasan (manager)

Atasan yang memberikan hak dalam menyatakan pendapat adalah penting bagi saya

3.33 Sangat baik

Motivasi

Saya termotivasi oleh para atasan yang membuat saya terlibat dalam

pengambilan keputusan dan dapat membuat perbedaan yang positif

3.33 Sangat baik

Pesan yang dapat memotivasi

“Pendapat Anda sangat berharga” 3.50 Sangat baik “Kontribusi Anda akan diakui” 3.50 Sangat baik Penghargaan

(rewards)

Penghargaan/apresiasi (appreciation)

dari atasan merupakan penting bagi saya 3.50 Sangat baik

Metode komunikasi

Secara umum, saya lebih memilih untuk berkomunikasi secara langsung daripada dengan metode elektronik

3.50 Sangat baik

Sumber: Data diolah (2014)

(30)

18

Penjelasan mengenai nilai dan rataan skor setiap pernyataan dari setiap indikator generasi boomers dapat dilihat pada Lampiran 5.

b. Generasi X

Generasi X merupakan generasi yang lahir antara tahun 1965 sampai 1979, dan telah memasuki masa kerja selama 5-25 tahun di BKPP. Berikut merupakan indikator karakteristik serta pernyataan yang dapat mewakili indikator generasi X dapat dilihat pada Tabel 15.

Tabel 15 Penilaian karyawan terhadap karakteristik pada generasi X

Indikator Pernyataan Rataan Skor Kriteria

Aset (Modal)

Saya mampu beradaptasi dengan cepat dan nyaman bekerja dengan rekan yang berbeda budaya dan latar belakang

3.41 Sangat baik

Saya tidak berkeberatan untuk

menaati peraturan dalam pekerjaan 3.41 Sangat baik

Kecenderungan

Saya memiliki sikap tidak percaya dan ragu terhadap sesuatu yang belum pasti kebenarannya (skeptis)

2.82 Baik

Kriteria atasan (manager)

Saya memilih bekerja dengan atasan yang fleksibel sehingga dapat menempatkan diri terhadap suatu permasalahan

3.59 Sangat baik

Motivasi

Saya termotivasi oleh atasan yang memberikan saya kebebasan dalam bekerja

3.32 Sangat baik

Pesan yang dapat

memotivasi “Lakukan dengan cara Anda” 3.36 Sangat baik

Penghargaan (rewards)

Rewards berupa peningkatan sumber daya sangat penting dalam

mengembangkan kinerja

3.32 Sangat baik

Kesempatan untuk melakukan pengembangan diri merupakan rewards yang penting untuk saya

3.32 Sangat baik

Metode komunikasi

Saya lebih memilih untuk berkomunikasi melalui voice-mail/email daripada melalui interaksi pribadi

3.00 Baik

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat bahwa karakteristik generasi X di BKPP yaitu cepat beradaptasi, kesediaan untuk menaati peraturan, mempunyai sikap skeptis, mereka menyukai atasan yang fleksibel, atasan yang memberikan kebebasan dalam bekerja, mereka termotivasi dengan pesan seperti “lakukan dengan cara anda”, mereka menyukai penghargaan berupa peningkatan sumber daya dan pengembangan diri, dan mereka memilih untuk berkomunikasi melalui

voice-mail/email daripada melalui interaksi pribadi. Penjelasan mengenai nilai dan rataan skor setiap pernyataan dari setiap indikator generasi boomers dapat dilihat pada Lampiran 5.

c. Generasi Y

(31)

19 Tabel 16 Penilaian karyawan terhadap karakteristik pada generasi Y

Indikator Pernyataan Rataan Skor Kriteria

Aset (Modal)

Saya selalu mempunyai harapan baik (optimis) dalam segala hal terutama dalam hal pekerjaan

3.53 Sangat baik

Kecenderungan Pengawasan dan struktur yang jelas

sangat diperlukan dalam hidup saya 3.27 Sangat baik

Kriteria atasan (manager)

Selalu berpikiran positif merupakan

modal utama seorang atasan 3.53 Sangat baik Atasan yang baik selalu mendukung

bawahan dan memberikan pembinaan agar bekerja menjadi lebih nyaman

3.53 Sangat baik

Atasan yang baik menurut saya yaitu atasan yang selalu memberikan motivasi terhadap bawahan nya

3.53 Sangat baik

Motivasi

Saya termotivasi dengan atasan yang dapat mengkoneksikan tindakan dengan tujuan pribadi dan karir saya

2.87 Baik

Pesan yang dapat memotivasi

“Anda akan bekerja dengan

orang-orang cerdas lainnya, orang-orang kreatif” 3.40 Sangat baik Penghargaan

(rewards)

Hadiah (awards) merupakan insentif

terbesar bagi saya 3.00 Baik

Metode komunikasi

Saya lebih memilih untuk berkomunikasi melalui media elektronik seperti e-mail, pesan singkat atau blog daripada secara pribadi

3.00 Baik

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat bahwa karakteristik generasi Y di BKPP yaitu optimis, mereka perlu pengawasan dan struktur yang jelas, mereka menyukai atasan yang berpikiran positif, selalu mendukung, melakukan pembinaan, dan memberikan motivasi, mereka termotivasi dengan atasan yang dapat mengkoneksikan tindakan dengan tujuan dan karir mereka, mereka termotivasi dengan pesan seperti “Anda akan bekerja dengan orang-orang cerdas lainnya, orang kreatif”, mereka menyukai penghargaan berupa hadiah (awards), dan mereka memilih berkomunikasi melalui e-mail, pesan singkat atau blog daripada secara pribadi. Penjelasan mengenai nilai dan rataan skor setiap pernyataan dari setiap indikator generasi boomers dapat dilihat pada Lampiran 5.

Analisis Deskriptif Karyawan BKPP Terhadap Keterikatan Kerja (Engagement) Karyawan

Keterikatan kerja (engagement) dapat diukur berdasarkan 3 indikator, yakni

vigor (semangat), dedication (dedikasi), dan absorption (perhatian penuh). Hal ini dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17 Persepsi karyawan terhadap engagement

Engagement Rataan Skor Interpretasi

Vigor (semangat) 2.87 Setuju

Dedication (dedikasi) 3.02 Setuju

Absorption (perhatian penuh) 2.77 Setuju

Rataan 2.89 Setuju

(32)

20

Berdasarkan Tabel 17, hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan skor tertinggi dengan nilai 3.02 terdapat pada dedication (dedikasi). Maka berdasarkan persepsi karyawan, hal yang membentuk karyawan merasa terikat (engagement) adalah karena dirinya mempunyai perasaan penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan dalam bekerja. Untuk penjelasan lebih tentang variabel-variabel engagement dapat dilihat pada penjelasan berikut:

a. Vigor (semangat)

Engagement karyawan memiliki 3 indikator, salah satunya yaitu vigor yang memiliki unsur meliputi tingkat kekuatan dan ketahanan mental dalam bekerja, kesediaan untuk berusaha dengan sungguh-sungguh di dalam pekerjaan dan gigih dalam menghadapi kesulitan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18 Penilaian karyawan terhadap engagement dengan indikator vigor

No. Indikator Rataan Skor Kriteria

1. Saat bekerja, saya merasa sangat berenergi 2.93 Baik 2. Saat bekerja, saya merasa kuat dan bersemangat 2.93 Baik 3. Ketika saya bangun di pagi hari, saya merasa

bersemangat ingin berangkat kerja 2.93 Baik 4. Saya dapat terus bekerja dalam waktu yang lama 2.58 Baik 5. Saya memiliki ketahanan kerja yang sangat tinggi 2.88 Baik 6. Dalam bekerja, saya pantang menyerah, bahkan

ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik 3.00 Baik

Vigor (Semangat) 2.87 Baik

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 18, persepsi karyawan BKPP terhadap vigor (semangat) secara keseluruhan menunjukkan bahwa hal yang membuat karyawan merasa lebih terikat di BKPP adalah karena karyawan selalu pantang menyerah, bahkan ketika sesuatu tidak berjalan dengan baik. Hal ini dikarenakan adanya motivasi dari atasan dan juga rekan kerja sehingga karyawan berusaha untuk bertahan. b. Dedication (Dedikasi)

Dedication memiliki unsur meliputi suatu perasaan yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan dalam bekerja. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 19.

Tabel 19 Penilaian karyawan terhadap engagement dengan indikator dedication

No. Indikator Rataan Skor Kriteria

1. Saya merasa pekerjaan yang saya lakukan

memiliki arti dan tujuan tersendiri bagi saya 3.19 Baik 2. Saya merasa antusias dengan pekerjaan saya 3.05 Baik 3. Pekerjaan saya menginspirasi saya 2.95 Baik 4. Saya bangga dengan pekerjaan yang saya lakukan 3.09 Baik 5. Bagi saya, pekerjaan saya menantang 2.84 Baik

Dedication (Dedikasi) 3.02 Baik

Sumber: Data diolah (2014)

(33)

21 c. Absorption (perhatian penuh)

Absorption sendiri memiliki unsur konsentrasi dan minat yang mendalam terhadap pekerjaan, waktu terasa berlalu begitu cepat dan individu sulit melepaskan diri dari pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 20.

Tabel 20 Penilaian karyawan terhadap engagement dengan indikator absorption

No. Indikator Rataan Skor Kriteria

1. Waktu berlalu dengan cepat saat saya bekerja 2.88 Baik 2. Saat bekerja, saya seakan lupa akan segala sesuatu di

sekeliling saya 2.53 Baik

3. Saya merasa senang saat sibuk bekerja 2.91 Baik

4. Saya larut dalam pekerjaan saya 2.65 Baik

5. Saya terbawa suasana ketika bekerja 2.79 Baik 6. Sulit untuk melepaskan diri dari pekerjaan saya 2.84 Baik

Absorption (Perhatian penuh) 2.77 Baik

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 20, persepsi karyawan BKPP terhadap absorption

menunjukkan bahwa hal yang membuat karyawan merasa terikat terhadap pekerjaan adalah karena karyawan merasa senang saat sibuk bekerja. Mereka menikmati waktu kerja mereka, dan mempunyai perhatian penuh terhadap pekerjaannya di BKPP. Hal itu dikarenakan atasan yang fleksibel dan rekan kerja yang bisa bekerja sama dengan baik.

Pengaruh Generasi Terhadap Keterikatan Kerja (Engagement) Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor Menggunakan Analisis Structural Equation

Model dengan Metode Partial Least Square

Model PLS yang digunakan dalam penelitian ini adalah model refleksif dan formatif. Pengujian validitas dan reliabilitas dalam model refleksif dilakukan dalam tiga pengujian, yaitu discriminant validity, convergent, dan composite reliability. Sedangkan untuk model formatif dievaluasi berdasarkan pada

substantive content-nya yaitu dengan melihat signifikansi dari outer weight. Sebuah model diperlukan pada setiap pengolahan data dengan menggunakan metode SEM-PLS. Model SEM-PLS untuk mencari pengaruh generasi terhadap

engagement dapat dilihat pada Gambar 4.

(34)

22

Keterangan variabel pada Path Partial Least Square

G1 : Indikator Aset (Modal) pada Generasi G2 : Indikator Kecenderungan pada Generasi

G3 : Indikator Kriteria atasan (manager) pada Generasi G4 : Indikator Motivasi pada Generasi

G5 : Indikator Pesan yang dapat memotivasi pada Generasi G6 : Indikator Penghargaan (rewards) pada Generasi G7 : Indikator Metode komunikasi pada Generasi EA : Engagement Absorption

ED : Engagement Dedication

EV : Engagement Vigor

Gambar 4 menggambarkan pengaruh generasi terhadap keterikatan kerja (engagement) karyawan. Berdasarkan gambar di atas dapat dilihat bahwa generasi berpengaruh positif terhadap terbentuknya engagement, dengan nilai Beta 0.602 dan didukung dengan nilai sebesar 0.362 yang menunjukkan nilai outer loading original sample pengaruh terhadap engagement itu sendiri. Semakin tinggi nilainya berarti indikator tersebut mewakili konstruk. Untuk hasil nilai outer loading > 0.50, dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil pengujian validitas dilakukan dengan melihat nilai atas convergent validity, hasilnya menunjukkan bahwa nilai loading ≥ 0.5 yaitu 0.602 dan memiliki nilai T-statistik > 1.96 pada taraf signifikansi 0.05. Hasil composite reliability > 0.70 yaitu 0.881, dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil pengujian terhadap discriminant validity dapat dilihat pada Lampiran 6. Hasil average variance extracted (AVE) menunjukkan bahwa nilai AVE > 0.5 atau ≥ 0.7 yaitu 0.519, hasilnya dapat dilihat pada Lampiran 6.

Setelah melakukan pengujian tersebut, dilanjutkan dengan melakukan uji signifikan atau bootstrapping yang memberikan nilai signifikansi dari masing-masing indikator dari konstruk generasi maupun konstruk engagement, yang dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Outer Model Pengaruh Generasi Terhadap Engagement

Gambar 5 merupakan hasil uji bootstrapping yang menunjukkan bahwa generasi memiliki signifikansi nyata, atau berpengaruh nyata terhadap

(35)

23 yang dapat mewakili variabel engagement, maka engagement karyawan harus dapat ditingkatkan lagi. Pada uji bootstrapping tersebut dapat dilihat indikator terbesar dengan nilai 25.653 yaitu indikator aset (G1) pada variabel generasi. Hal tersebut yang mencerminkan karakteristik atau ciri-ciri yang berbeda yang dimiliki setiap generasi sehingga mereka bisa bekerja sama dengan baik. Hasil tersebut didukung dengan beta sebesar 7.717, yang berarti bahwa generasi berpengaruh signifikan terhadap engagement karyawan, engagement sendiri dapat terbentuk oleh manifest EA (engagement absorption). Maka dapat disimpulkan bahwa generasi dengan indikator aset berpengaruh secara signifikan terhadap

engagement dengan indikator absorption. Semakin baik aset yang dimiliki setiap generasi, maka semakin membuat karyawan terikat (engagement) dengan minat yang mendalam terhadap pekerjaan karena merasa nyaman di tempat kerja dikarenakan keragaman aset yang dimiliki setiap generasi, sehingga para karyawan bisa bekerja sama dengan baik.

Pengaruh Generasi Terhadap Keterikatan Kerja (Engagement) Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor Menggunakan Analisis Regresi Linier

Sederhana

Terdapat 3 perhitungan dalam metode penelitian ini, yaitu X1 (generasi boomers) terhadap Y1 (engagement), X2 (generasi X) terhadap Y2 (engagement), dan X3 (generasi Y) terhadap Y3 (engagement). Berikut merupakan hasil perhitungan dari setiap generasi dapat dilihat pada Tabel 21.

Tabel 21 Hasil analisis regresi linier sederhana

Generasi Beta

Boomers 0.005

X 0.371

Y 0.342

Sumber: Data diolah (2014)

Berdasarkan Tabel 21, hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai beta terbesar dengan nilai 0.371 terdapat pada generasi X, yang artinya bahwa generasi X adalah generasi yang paling engaged dibandingkan dengan generasi lain. Untuk penjelasan lebih tentang perhitungan dari setiap generasi dapat dilihat pada penjelasan berikut:

1. Generasi boomers

Hasil analisis regresi linier sederhana pada generasi boomers dapat dilihat pada Lampiran 7. Dapat diketahui bahwa variabel generasi boomers berpengaruh positif terhadap engagement karyawan. Hal ini ditunjukkan melalui tabel nilai beta yang bernilai positif. Persamaan regresi linier sederhana pada generasi X dapat dirumuskan sebagai berikut :

……….………..…………(6) Penjelasan :

a. Konstanta (a)

(36)

24

b. Koefisien regresi variabel X1 (generasi boomers)

Jika generasi boomers mengalami penambahan sebanyak satu karyawan, maka

engagement karyawan bertambah 0.005 satuan dengan asumsi variabel independen bernilai tetap.

Berdasarkan hasil uji penelitian ini, t-hitung sebesar 0.058 yang berarti lebih kecil dari t-tabel (2.776). Dan untuk uji berdasarkan signifikansi, signifikansi sebesar 0.956 lebih besar dari alfa sebesar 0.05. Maka dapat disimpulkan generasi

boomers tidak berpengaruh secara signifikan terhadap engagement karyawan di BKPP. Hal ini dikarenakan sampel yang kurang mewakili penelitian, yaitu hanya sebanyak 6 orang, karena memang dalam sebuah instansi yaitu khusunya BKPP sendiri, top management selalu mempunyai jumlah yang sedikit, jika dibandingkan dengan generasi muda lainnya.

2. Generasi X

Hasil analisis regresi linier sederhana pada generasi X dapat dilihat pada Lampiran 7. Dapat diketahui bahwa variabel generasi X berpengaruh positif terhadap engagement karyawan. Hal ini ditunjukkan melalui tabel nilai beta yang bernilai positif. Persamaan regresi linier sederhana pada generasi X dapat dirumuskan sebagai berikut :

……….(7) Penjelasan :

a. Konstanta (a)

Jika variabel X2 (generasi X) memiliki nilai nol, maka nilai engagement karyawan (beta) sebesar 1.726

b. Koefisien regresi variabel X2 (generasi X)

Jika generasi X mengalami penambahan sebanyak satu karyawan, maka

engagement karyawan bertambah 0.371 satuan dengan asumsi variabel independen bernilai tetap.

Berdasarkan hasil uji penelitian ini, dapat diketahui t-tabel sebesar 2.086, dan t-hitung sebesar 3.170 yang berarti lebih besar dari t-tabel (2.086). Dan untuk uji berdasarkan signifikansi, signifikansi sebesar 0.005 lebih kecil dari alfa sebesar 0.05. Maka dapat disimpulkan generasi X berpengaruh secara signifikan terhadap engagement karyawan di BKPP.

3. Generasi Y

Hasil analisis regresi linier sederhana pada generasi Y dapat dilihat pada Lampiran 7. Dapat diketahui bahwa variabel generasi Y berpengaruh positif terhadap engagement karyawan. Hal ini ditunjukkan melalui tabel nilai beta yang bernilai positif. Persamaan regresi linier sederhana pada generasi Y dapat dirumuskan sebagai berikut :

……….………(8) Penjelasan :

a. Konstanta (a)

Jika variabel X3 (generasi Y) memiliki nilai nol, maka nilai engagement karyawan (beta) sebesar 1.838

b. Koefisien regresi variabel X3 (generasi Y)

Jika generasi Y mengalami penambahan sebanyak satu karyawan, maka

(37)

25 Berdasarkan hasil uji penelitian ini, dapat diketahui t-tabel sebesar 2.160, dan t-hitung sebesar 3.812 yang berarti lebih besar dari t-tabel (2.160). Dan untuk uji berdasarkan signifikansi, signifikansi sebesar 0.002 lebih kecil dari alfa sebesar 0.05. Maka dapat disimpulkan generasi Y berpengaruh secara signifikan terhadap engagement karyawan di BKPP.

Implikasi Manajerial

Berdasarkan hasil analisis, menunjukkan bahwa generasi berpengaruh positif dan signifikan terhadap keterikatan kerja (engagement) karyawan. Hasil pengujian persepsi dengan analisis deskriptif, generasi yang berpengaruh signifikan adalah generasi boomers dengan indikator aset (modal) yang berpengaruh terhadap pembentukan indikator engagement karyawan yaitu

dedication (antusiasme dan kebanggaan menjadi karyawan BKPP). Pengujian dengan analisis SEM-PLS diperoleh hasil bahwa indikator aset (modal) dari generasi paling berpengaruh terhadap pembentukan indikator engagement yaitu

absorption (minat yang mendalam bekerja di BKPP), dan untuk pengujian analisis regresi linier sederhana diperoleh hasil bahwa generasi X adalah generasi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan engagement. Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah ide dan tindakan nyata untuk meningkatkan engagement di BKPP, tidak hanya untuk satu generasi, tetapi untuk semua generasi yang mempunyai karakteristik yang berbeda-beda.

Setiap generasi memiliki karakteristik yang beragam berdasarkan pengalaman hidupnya dan karakteristik ini yang nantinya berpengaruh terhadap perancangan strategi peningkatan keterikatan kerja (engagement) karyawan berbasis lintas generasi. Karakteristik responden ini terdiri dari pendidikan, lama bekerja, motto hidup dan teknologi yang membentuk karakter setiap generasi. Generasi boomers di BKPP memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu S1 dan S2, hal ini disesuaikan dengan jabatan para boomers yang masuk dalam top management, lama bekerja 15-34 tahun, memiliki motto hidup live to work dan

work to live, dan teknologi yang membentuk karakter generasi ini adalah televisi dan internet, berdasarkan era para boomers televisi merupakan teknologi yang membentuk karakter mereka, ternyata ada sebagian kecil dari generasi ini yang memilih internet sebagai teknologi yang membentuk karakter mereka sekaligus teknologi yang mereka inginkan saat ini. Generasi X di BKPP memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu D3, S2 dan S1, lama bekerja 5-25 tahun, memiliki motto hidup yang beragam yaitu live to work, work to live dan work my way dan teknologi yang membentuk karakter generasi ini adalah televisi, komputer dan internet. Generasi Y di BKPP memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu S1 dan D3, lama bekerja 4-11 tahun, memiliki motto hidup live to work, work to live dan

(38)

26

Hasil analisis pengaruh generasi terhadap engagement karyawan, diperoleh hasil bahwa indikator yang paling berpengaruh terhadap pembentukan

engagement dapat dilihat pada input berikut:

1. Indikator terbesar dari generasi yang mempengaruhi terbentuknya engagement

karyawan adalah indikator aset. Aset merupakan modal atau kemampuan diri yang dimiliki oleh setiap generasi, yang mempengaruhi terbentuknya

engagement karyawan.

2. Indikator engagement terbesar yang terbentuk di BKPP yaitu indikator dedikasi (antusiasme dan kebanggaan menjadi karyawan), serta manifest terbesar yang mempengaruhi terbentuknya engagement karyawan adalah absorption (minat yang mendalam bekerja di BKPP).

Input berupa hasil analisis menyatakan bahwa indikator aset (modal) adalah indikator tertinggi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan engagement

yang mempunyai dedikasi dan perhatian penuh dalam bekerja di BKPP, sehingga dibutuhkan strategi berdasarkan karakteristik generasi yang membentuknya untuk membuat karyawan merasa terikat (engagement), dan strategi tersebut berbeda-beda dari setiap generasi, beberapa strategi tersebut adalah sebagai berikut: 1. Untuk generasi boomers

Menghargai kontribusi mereka dengan melihat seberapa lama mereka bekerja dengan cara:

a. Memberikan pelayanan karena orientasi generasi boomers adalah pelayanan, misalnya dengan menjalankan program yang sudah ada yaitu adanya KPE (Kartu Pegawai Negri Sipil Elektronik) yang memuat data PNS, berfungsi untuk mendapatkan fasilitas askes, mendapat kepastian tunjangan hari tua dari taspen, kemudahan dalam pelayanan transaksi bank dan pembayaran gaji, dan berbagai fungsi lainnya.

b. Menyediakan sistem imbalan yang sesuai, misalnya berupa piagam perhargaan atau promosi jabatan, untuk menghargai dedikasi yang sudah diberikan di tempat kerja

c. Membentuk kelompok kerja antar para karyawan karena bekerja dengan tim dapat mempercepat penyelesaian pekerjaan

2. Untuk generasi X

Membuat suasana di tempat kerja menyenangkan, dengan cara:

a. Mengadakan event family gathering yang diadakan rutin setiap satu atau dua kali dalam setahun, dan juga event olahraga dan event sosial (amal) untuk mempererat hubungan antar sesama karyawan

b. Mengikutsertakan dan melibatkan karyawan dalam event yang akan diadakan seperti perayaan hari kemerdekaan dengan menjadikan karyawan panitia sehingga dapat membuat mereka lebih kreatif dan bebas untuk berkreasi

c. Mengadakan sosialiasi untuk memperkenalkan peraturan yang ada di tempat kerja

3. Untuk generasi Y

Memberikan dukungan atau motivasi di tempat kerja, dengan cara:

(39)

27 b. Memberikan tantangan kepada karyawan generasi Y dengan memberikan pekerjaan yang menuntut beragam tugas dan beragam kemampuan, supaya kemampuan dan ketrampilan karyawan dapat bertambah

c. Mengembangkan sistem informasi berbasis internet di BKPP untuk mempermudah mendapatkan hal yang diperlukan karyawan, dari mulai data gaji karyawan, data absen, dan lainnya.

Setelah proses tersebut dilakukan, peneliti mengharapkan adanya hasil atau output yaitu:

1. Jika hal tersebut sukses maka diharapkan semua karyawan dapat mempunyai produktivitas dan kualitas kerja yang tinggi, diiringi dengan ketrampilan dan keahlian kerja yang meningkat

2. Keterlibatan yang tinggi di tempat kerja untuk setiap generasi

3. Rasa nyaman di tempat kerja, karena terjalinnya hubungan yang harmonis pada setiap generasi, namun jika dalam proses tersebut gagal, berarti proses untuk karyawan tersebut harus diperbaiki lagi.

Namun bukan hanya output yang ingin diberikan kepada karyawan BKPP, implikasi manajerial ini diharapkan dapat memberikan outcome:

1. Terciptanya Lingkungan kerja yang kondusif yang berdampak terhadap peningkatan prestasi kerja pada karyawan di BKPP

2. Menghasilkan rencana kerja dan hasil yang lebih baik untuk mempercepat pencapaian tujuan instansi

3. Terciptanya kerjasama yang baik antara para atasan dan karyawan dari setiap generasi

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

1. Persepsi karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor terhadap generasi menunjukkan bahwa generasi yang paling berpengaruh terhadap pembentukan engagement adalah generasi boomers (lahir antara tahun 1946-1964) yang sudah bekerja selama 15-30 tahun di BKPP, dengan indikator aset (modal) sebagai indikator terbesar.

2. Persepsi karyawan BKPP terhadap terbentuknya engagement adalah dedication

(dedikasi). Dedikasi yang dimaksud yaitu perasaan yang penuh makna, antusias, inspirasi, kebanggaan dan tantangan bekerja di BKPP Pemerintah Kota Bogor, hal tersebut yang membuat karyawan merasa lebih terikat (engagement) terhadap pekerjaannya di BKPP.

3. Pengaruh generasi terhadap engagement karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor adalah signifikan. Indikator aset (modal) dari generasi menjadi indikator terbesar yang berpengaruh terhadap terbentuknya engagement karyawan yaitu

Gambar

Tabel 1  Data Karyawan BKPP Pemerintah Kota Bogor berdasarkan generasi
Tabel 2  Karakteristik dari tiga kelompok generasi
Tabel 3 Rekapitulasi hasil penelitian terdahulu
Gambar 1  Kerangka Pemikiran Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Rencana Kinerja (Renja) Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang Tahun 2015 ini merupakan rencana kerja tahunan berdasarkan Renstra Dinas Kehutanan Kabupaten Lumajang 2015 –

Dari penjelasan sebelumnya maka disimpulkan bahwa potensi perempuan perlu dikembangkan terutama dalam kegiatan produktif, seperti beternak cacing tanah yang cukup profitabel

CAI (Computer Assisted Intruction) merupakan program pembelajaran dengan memanfaatkan komputer yang memiliki struktur program diantaranya desain bentuk (aplikasi perangkat

Data primer dapat berupa opini subyek secara individual atau kelompok, hasil observasi Pengukuran Kartu skor berimbang Perspektif Keuangan (X1) Pengukuran Kartu

Dasri Al Mubary masih bermain dengan Indera penglihatan, melalui penggal sajak yang bertemakan kepergian seseorang dari dunia ini, penyair mencoba membuat pembaca

Dengan mengucapkan Alhamdulillah segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan berkah, rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

Kurikulum Program Studi Diploma- III Teknik Kesehatan Gigi saat ini sesuai SK Rektor No.2426/H3/KR/2011 mengacu pada Standar Profesi teknisi Gigi sesuai dengan keputusan

1. Pekerjaan harus direncanakan secara memadai. Staf harus disupervisi dengan baik. Bukti yang cukup, kompeten, dan relevan harus diperoleh untuk menjadi dasar yang memadai