KETERKAITAN NILAI
LAND RENT
LAHAN SAWAH
DENGAN KEMIRINGAN LERENG, JARAK TERHADAP
JALAN, DAN SUNGAI DI KECAMATAN PADARINCANG
KABUPATEN SERANG
AIDA RATNA JUWITA
DEPARTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan, dan sungai di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Januari 2015
Aida Ratna Juwita
ABSTRAK
AIDA RATNA JUWITA. Keterkaitan Nilai Land rent Lahan Sawah dengan Kemiringan Lereng, Jarak terhadap Jalan, dan Sungai di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang. Dibimbing oleh ASDAR ISWATI dan KHURSATUL MUNIBAH.
Kecamatan Padarincang merupakan salah satu kecamatan yang memiliki lahan sawah terluas di Kabupaten Serang yaitu seluas 3709,22 ha. Pada umumnya nilai ekonomi dari lahan sawah lebih rendah jika dibandingkan dengan lahan terbangun, sehingga akan mempercepat terjadinya alih fungsi lahan sawah. Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengidentifikasi nilai land rent lahan sawah berdasarkan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan, dan sungai, (2) Menganalisis keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan, dan sungai, dan (3) menganalisis tingkat pemenuhan kebutuhan hidup petani dari hasil usahataninya. Pelaksanaan penelitian meliputi: (1) pemetaan penggunaan lahan sawah, (2) analisis nilai land rent dan pemenuhan kebutuhan hidup petani, (3) analisis keterkaitan nilai land rent dengan kemiringan lereng, jarak jalan, dan sungai.
Nilai land rent lahan sawah di Kecamatan Padarincang yang tertinggi terdapat pada lahan sawah yang terletak dikemiringan datar (3 %), berjarak 0-500 m dari jalan, dan berjarak 200-400 m dari sungai dengan nilai sebesar Rp 1.148,49 /m2/th. Sedangkan nilai land rent terendah terdapat pada lahan sawah yang terletak dikemiringan landai (>8-15 %), berjarak 1000-1500 m dari jalan, berjarak 1400-1600 m dari sungai dengan nilai sebesar Rp 385,60 /m2/th. Keterkaitan nilai land rent lahan sawah yang berada di Kecamatan Padarincang dengan kemiringan lereng lahan sawah memiliki keterkaitan yang kuat, sehingga kemiringan lereng sangat mempengaruhi nilai land rent lahan sawah. Hubungan antara pemasukan dan pengeluaran untuk petani pemilik maupun penggarap tidak nyata dengan R2 masing-masing 0,358 dan 0,038. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai pemasukan lebih kecil dari pengeluaran (defisit). Pada petani pemilik 60 % defisit, sedangkan petani penggarap seluruh responden 100 % defisit.
ABSTRACT
AIDA RATNA JUWITA. Linkage Value Land rent paddy fields with Slopes, Distance to the Road, and the River in Padarincang District Serang. Supervised by ASDAR ISWATI and KHURSATUL MUNIBAH
Subdistrict Padarincang is one of the districts that have the largest paddy fields area in Serang is 3.709,22 ha. In general, the economic value of paddy fields is lower when compared to undeveloped land,so which will accelerate the transfer of paddy fields. This study aims to (1) identify the land rent value of paddy fields based on slope, distance to roads, and rivers, (2) analyze the relationship paddy fields land rent value with slope, distance to roads, and rivers, and (3) analyze the subsistence farmers level from farming results. Implementation of the research include: (1) mapping of paddy fields use, (2) analysis of the value of land rent and subsistence farmers, (3) analysis of land rent rate link with slope, distance roads, and rivers.
Value of the land rent in District Padarincang paddy fields which is highest in paddy fields at slope located (0-3 %), is 0-500 m from the road, and within 200-400 m from the river with a value of Rp 1.148,49 /m2/yr. While the land rent value was lowest for the wetland area located ramps slope (>8-15 %), within 1.000-1.500 m from the road, is 1.400 to 1.600 m from the river with a value of Rp 385,60 /m2/yr. The Linkage land rent value paddy fields located in Padarincang district with slope paddy fields has a strong relationship, so that the slope greatly affect the value of the land rent paddy fields. The relationship between income and expenditure for the owner or tenant farmers unreal with R2 respectively 0,358 and 0,038. It is shown that the value is smaller income than expenses (deficit). At the farmer owners of 60 % deficit, while sharecroppers all respondents 100 % deficit.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian
pada
Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan
KETERKAITAN NILAI
LAND RENT
LAHAN SAWAH
DENGAN KEMIRINGAN LERENG, JARAK TERHADAP
JALAN, DAN SUNGAI DI KECAMATAN PADARINCANG
KABUPATEN SERANG
AIDA RATNA JUWITA
DEPERTEMEN ILMU TANAH DAN SUMBERDAYA LAHAN FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR
PRAKATA
Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya, sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan September 2012 sampai Juni 2013 ini adalah Land Rent dengan judul Keterkaitan Nilai Land Rent Lahan Sawah dengan Kemiringan Lereng, Jarak terhadap Jalan, dan Sungai di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang.
Terima kasih penulis ucapkan kepada Ibu Dr. Ir. Asdar Iswati dan Ibu Dr. Khursatul Munibah, MSc selaku pembimbing, serta Ibu Ir. Dyah Retno Panuju, MSi dan Bapak Dr. Ir. Baba Barus, MSc selaku penguji luar komisi, atas saran-sarannya. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada Kepala serta staf dari Bappeda Kabupaten Serang, Kepala dan staf dari Dinas Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Serang yang telah memberikan Citra Quickbird, Kepala dan staf dari Badan Pusat Statistik Kabupaten Serang dan Bapak Camat beserta staf Kecamatan Padarincang yang telah membantu selama pengumpulan data. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak M. Sani Yusuf (ayahanda), Ibu Robiatul Adawiyah (Ibunda), Anjar Hafidhun serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Januari 2015
DAFTAR ISI
Tempat dan Waktu Penelitian 5
Bahan dan Alat 6
Pelaksanaan Penelitian 6
Tahap Persiapan 6
Pemetaan Penggunaan Lahan Sawah 7
Penentuan Titik/Lokasi Pengumpulan Data Land rent 9 Pengumpulan Data Land rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup
Petani 10
Analisis Nilai Land rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani 10 Analisis Keterkaitan Nilai Land rent dengan Kemiringan Lereng,
Jarak terhadap Jalan dan Sungai 11
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN 12
Iklim 12
Tanah 12
Topografi 13
Sosial Ekonomi 13
HASIL DAN PEMBAHASAN 13
Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Kemiringan Lereng 13 Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Jarak ke Jalan 16 Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Jarak ke Sungai 19 Keterkaitan Nilai Land rent Lahan Sawah dengan Kemiringan Lereng,
Jarak terhadap Jalan, dan Sungai 22
Keterkaitan Pengeluaran dan Pemasukan Petani dari Hasil Usahatani 23
SIMPULAN DAN SARAN 27
Simpulan 27
Saran 28
DAFTAR PUSTAKA 28
LAMPIRAN 30
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi letak lahan sawah terhadap jalan, sungai, kemiringan lereng dan
Jumlah lokasi pengumpulan data land rent dan kebutuhan hidup petani 9 2 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah terhadap
kemiringan lereng
14 3 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan kelas kemiringan lereng 15 4 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah terhadap
jarak ke jalan 17
5 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak terhadp jalan 18 6 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah terhadap
jarak ke sungai 20
7 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak terhadap jalan
21 8 Korelasi dan regresi nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng,
jarak terhadap jalan, dan sungai 22
DAFTAR GAMBAR
1 Pengaruh dari nilai dan kurva biaya untuk ilustrasi konsep land rent yang
merupakan surplus ekonomi setelah pembayaran biaya produksi 3
2 Peta administrasi lokasi penelitian 5
3 Bagan alir penelitian 8
4 Sebaran lokasi pengambilan data land rent lahan sawah dan kebutuhan hidup
petani di Kecamatan Padarincang 10
5 Boxplot nilai land rent lahan sawah pada berbagai kemiringan lereng 14 6 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng 16 7 Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak ke jalan 16 8 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap jalan 19 9 Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak ke sungai 19 10 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap sungai 22
11 Pemasukan, pengeluaran dan defisit petai penggarap 24
12 Hubungan pengeluaran dan pemasukan petani penggarap 25
13 Pemasukan, pengeluaran dan defisit/surplus petai pemilik 26
DAFTAR LAMPIRAN
1 Koordinat GPS lokasi pengecekan lapang dan pengambilan data land
rent lahan sawah di Kecamatan Padarincang 30
2 Form pengumpulan data land rent dan kebutuhan hidup petani 33
3 Data input dan output Lahan Sawah 36
4 Data Nilai land rent Lahan Sawah 41
5 Data petani berdasarkan kemiringan lereng, jarak jalan, dan sungai 46 6 Data biaya kebutuhan hidup dan tingkat pemenuhan kebutuhan hidup
pada petani pemilik 49
7 Data biaya kebutuhan hidup dan tingkat pemenuhan kebutuhan hidup
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Peningkatan jumlah penduduk di Kecamatan Padarincang pada tahun 2010-2011 sebesar 6.271 jiwa (BPS 2010-2011). Peningkatan jumlah penduduk tersebut berdampak pada peningkatan kebutuhan lahan dan aktivitas ekonomi, sehingga terjadi perubahan penggunaan lahan pertanian ke non pertanian. Salah satu bentuk lahan pertanian yang sering terjadi perubahan penggunaannya adalah lahan sawah.
Nilai ekonomi merupakan sisa surplus ekonomi sebagai bagian dari nilai produksi total atau pendapatan total yang ada setelah pembayaran dilakukan untuk semua faktor biaya total (Barlowe 1978). Land rent dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti kualitas fisik lahan, lokasi dan sistem lingkungan di sekitarnya. Semakin besar nilai output yang dihasilkan dari suatu lahan, maka land rent yang diperoleh juga semakin tinggi.
Provinsi Banten merupakan provinsi yang memiliki luas lahan sawah 197.165 Ha yang berada pada urutan ke 12 dari seluruh Indonesia. Salah satu kabupaten di Provinsi Banten yang memiliki luasan lahan sawah yang luas yaitu Kabupaten serang dengan luasan 49.811,24 Ha, yang menempati urutan ke tiga setelah Kabupaten Pandeglang dan Kabupaten Lebak (BPS 2013). Kecamatan yang memiliki sumbangsi yang besar salah satunya Kecamatan Padarincang seluas 3.709,22 Ha atau sekitar 7,45 % dari luas lahan sawah di Kabupaten Serang. Selain itu, pada kecamatan ini penggunaan lahan yang dominan yaitu penggunaan lahan sawah sektar 37,45 % dari luas kecamatan (Dinas pertanian dan perkebunan Kab. Serang 2012).
Jarak memiliki pengaruh terhadap nilai land rent seperti penelitian Sobari (2003), lahan tambak yang memiliki jarak terhadap pasar 21 Km nilai land rent
lahan tersebut Rp 1.571.237 /Ha/th lebih besar dibandingkan dengan lahan tambak yang berada pada jarak 39 Km dari pasar dengan nilai land rent Rp 513.000/Ha/th.
Menurut penelitian Jamal (2001), di Kabupaten Karawang Jawa Barat, harga lahan yang diterima petani jika terjadi alih fungsi lahan secara signifikan dipengaruhi oleh status lahan, jumlah tenaga kerja yang diserap di lahan tersebut, jarak dari saluran tersier, jarak dari jalan, dan jarak dari kawasan industri atau pemukiman, sedangkan produktivitas lahan, jenis irigasi, dan perubahan lain tidak berpengaruh nyata.
Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian adalah:
1. Mengidentifikasi nilai land rent lahan sawah berdasarkan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan, dan sungai
2. Menganalisis keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan, dan sungai
3. Menganalisis tingkat pemenuhan kebutuhan hidup petani dari hasil usahataninya
TINJAUAN PUSTAKA
Nilai Ekonomi Lahan ( Land rent )
Land rent adalah sisa surplus ekonomi sebagai bagian dari nilai produksi total atau pendapatan total yang ada setelah pembayaran dilakukan untuk semua faktor biaya total (Barlowe 1978). Surplus ekonomi dari sumberdaya lahan dapat dilihat dari kesuburan tanah dan lokasi (Sitorus 2004).
Economic rent adalah surplus pendapatan yang diperoleh atas penggunaan sebidang lahan yang nilainya ditentukan oleh kemampuan lahan pada lokasi tertentu untuk menghasilkan penerimaan dan menutupi biaya produksi. Economic rent sebidang lahan dibedakan menjadi : (i) ricardian rent nilai intrinsik yang terkandung dalam sebidang lahan, seperti kesuburan dan topografinya sehingga mempunyai keunggulan produktivitas lahan; dan (ii) locational rent nilai yang disebabkan oleh perbedaan lokasi. Ricardian rent adalah surplus sebagai akibat dari kualitas dan daya dukung fisik lahan. Nilai tanah adalah nilai sekarang sebagai nilai diskonto dari total rante tanah (land rent) yang diharapkan diperoleh pada masa yang akan datang. Artinya nilai tanah berkaitan erat dengan akumulasi rente tanah dalam suatu periode tertentu.
Locational rent adalah surplus yang timbul sebagai akibat lokasi/jarak suatu lahan terhadap suatu kegiatan tertentu. Jika locational rent dipertimbangkan, maka kesesuaian penggunaan lahan tidak hanya dilihat/ditentukan oleh ricardian rent saja tetapi juga aspek locational rent-nya, sebagaimana ditentukan oleh: (1) lima faktor transportation cost (intrinsik, volume, sifat berat jenis, daya tahan/kadalursa dan kebahayaan), (2) jarak, dan (3) kemudahan transportasi.
Cost (MC) atau biaya marginal maksimum tercapai pada saat harga tertinggi, sedangkan Average Cost (AC) atau biaya rata-rata maksimum tercapai pada saat harga rata-rata.
Dalam kenyataannya nilai dan fungsi lahan tidak hanya ditentukan oleh dua faktor tersebut tetapi juga ditentukan oleh faktor sosial yang kemudian dikenal sebagai sociocultural rent dan manfaat ekologi atau disebut juga ecological rent
dan banyak faktor yang belum diketahui. Dengan demikian pemanfaatan lahan harus memenuhi persyaratan kesesuaian secara fisik dan biologi, secara ekonomi menguntungkan dan secara kelembagaan dapat diterima oleh masyarakat.
Lahan Sawah
Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak yang dibatasi oleh pematang, saluran untuk menyalurkan air, yang biasanya ditanami oleh padi sawah tanpa memandang darimana diperolehnya lahan tersebut (Deptan, 2000). Lahan sawah adalah lahan yang dikelola untuk budidaya tanaman padi yang digenangi selama atau sebagian dari masa pertumbuhan padi. Yang membedakan lahan ini dengan lahan rawa adalah masa penggenangan airnya, pada lahan sawah penggenangan tidak terjadi terus-menerus tetapi mengalami masa pengeringan.
Berdasarkan pengairan lahan sawah dibedakan menjadi dua yaitu lahan sawah berpengairan (irigasi) dan lahan sawah tidak berpengairan (non irigasi). Lahan sawah berpengairan (irigasi) yaitu lahan sawah yang memperoleh pengairan dari sistem irigasi, baik yang bangunan penyadap dari jaringan-jaringannya yang diatur dan dikuasai dinas pengairan PU maupun dikelola sendiri oleh masyarakat. Lahan sawah irigasi terdiri atas : lahan sawah irigasi teknis, lahan sawah irigasi setengah teknis, lahan sawah irigasi sederhana, dan lahan Gambar 1. Pengaruh dari Nilai dan Kurva Biaya untuk Ilustrasi Konsep Land rent
sawah irigasi non PU. Sedangkan lahan sawah tak berpengairan (non irigasi) yaitu lahan sawah yang tidak memperoleh pengairan dari sistem irigasi tetapi tergantung pada air alam seperti air hujan, pasang surut air sungai/laut, dan air rembesan. Lahan sawah non irigasi meliputi: lahan sawah tadah hujan, lahan sawah pasang surut, dan lahan sawah lainnya (lebak, rembesan, lahan rawa yang dapat ditanami padi dan lain-lain).
Kemiringan Lereng
Kemiringan lereng adalah kemiringan permukaan lahan terhadap suatu garis horisontal dan besarnya kemiringan dinyatakan dalam derajat atau persen. Dua titik yang berjarak 100 meter dan mempunyai selisih tinggi 100 meter akan membentuk lereng 100 % atau sama dengan suatu kecuraman lereng sebesar 45o. Lereng yang curam seperti ini dapat memperbesar jumlah aliran permukaan, apabila terjadi hujan sehingga semakin besar nilai lereng maka akan dapat memperbesar energi angkut aliran permukaan. Akibat dari kondisi seperti itu maka dapat meningkatkan daya erosi terhadap tanah. Jika lereng permukaan tanah menjadi dua kali lebih curam, maka banyaknya erosi persatuan luas juga menjadi 2,0 sampai 2,5 kali lebih besar (Arsyad 2000).
Jalan
Jalan adalah prasarana transportasi darat yang meliputi segala bagian jalan, termasuk bangunan pelengkap dan perlengkapannya yang diperuntukkan bagi lalulintas, yang berada di atas permukaan tanah, di bawah permukaan tanah dan/ atau air, serta diatas permukaan air, kecuali jalan kereta api, jalan lori, dan jalan kabel ( Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).
Jarak jalan merupakan panjang lintasan jalan yang dilalui oleh suatu benda. Dalam ilmu ekonomi jarak dari tempat memproduksi barang atau jasa ke tempat pemasaran sangat tergantung pada biaya transportasi. Biaya transportasi merupakan biaya untuk memindahkan produk antar dua tempat. Biaya transportasi umumnya merupakan fungsi dari jarak, semakin jauh jarak daerah suplai dengan daerah demand maka biayanya semakin tinggi. Biaya transportasi juga kadang berbeda untuk produk bahan baku untuk produk yang sudah diproses.
Harga input angkut adalah biaya yang dikeluarkan oleh seorang pengusaha untuk memindahkan satu satuan berat (kg) barang sejauh satu satuan jarak (m). Harga yang ditentukan produsen didasarkan atas biaya produksi dan kondisi permintaan yang dihadapi pada berbagai tempat. Kondisi permintaan ini mencakup elastisitas permintaan dan biaya angkutan untuk menyerahkan barang yang akan dijual. Perbedaan biaya antara daerah yang satu dengan daerah yang lain (Djojodipuro 1991).
Sungai
sepanjang pengalirannya oleh garis sempadan. Sungai juga bisa diartikan sebagai bagian permukaan bumi yang letaknya lebih rendah dari tanah disekitarnya dan menjadi tempat mengalirnya air tawar menuju ke laut, danau, rawa atau sungai yang lainnya (PP RI No. 35 tahun 1991).
Aliran air sangat tergantung oleh kondisi tata guna lahan di permukaan bumi. Bila tidak ada daerah yang dapat menyerap (DAM/ bendungan) yang bisa menahan laju aliran pada waktu musim penghujan air akan mengalir langsung ke laut. Pada waktu musim kemarau karena tidak ada lagi hujan maka keberadaan air disuatu tempat tergantung dari kuantitas dan kualitas resapan dari penahan air pada waktu musim penghujan. Salah satu fungsi sungai diantaranya sebagai sumber air pertanian diantaranya untuk memenuhi kebutuhan air bagi lahan sawah.
METODE PENELITIAN
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Padarincang Kabupaten Serang Provinsi Banten. Secara geografis lokasi penelitian terletak pada 105°54'0"-106°2'0" LU dan 6°10'0"-6°16'0" LS (Gambar 2). Kecamatan Padarincang memiliki luas wilayah ± 9.903,99 ha yang terdiri dari 14 desa diantaranya Desa Ciomas, Barugbug, Cisaat, Cipayung, Curuggoong, Batukuwung, Citasuk, Padarincang, Kalumpang, Kadukempong, Bugel, Kramatlaban, Kadubeureum, dan Cibojong.
Kecamatan Padarincang secara geografis mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut :
a. Sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Mancak dan Kecamatan Gunungsari,
b. Sebelah timur dengan Kecamatan Pabuaran,
c. Sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Ciomas dan Kabupaten Pandeglang, dan
d. Sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Cinangka dan Kabupaten Pandeglang (BPS dan Bappeda Kab. Serang 2011).
Analisis data dilakukan di Bagian Perencanaan dan Pengembangan Wilayah, Departemen Ilmu Tanah dan Sumberdaya Lahan, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Penelitian dilaksanakan mulai dari bulan September tahun 2012 sampai Juni 2013.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah citra Quickbird
Kabupaten Serang tahun 2011, peta administrasi Kecamatan Padarincang tahun 2011 skala 1:25.000, peta lereng Kabupaten Serang tahun 2011 skala 1:225.000, peta jalan Kecamatan Padarincang tahun 2011 skala 1:25.000, peta sungai Kabupaten Serang 2011, dan peta RTRW Kebupaten Serang tahun 2011 skala 1:225.000.
Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Global Positioning System (GPS), perangkat keras computer, kamera, dan abney level, serta perangkat lunak berupa Arc Gis versi 9.3, SPSS dan Microsoft Office.
Pelaksanaan Penelitian
Bagan alir penelitian disajikan pada Gambar 3. Pelaksanaan penelitian terdiri dari enam tahapan kegiatan, yaitu: (1) persiapan, (2) pemetaan penggunaan lahan, (3) penentuan lokasi pengumpulan data land rent dan pengeluaran petani untuk kebutuhan hidup, (4) pengumpulan data land rent dan pengeluaran petani untuk kebutuhan hidup, (5) analisis nilai land rent dan pemenuhan kebutuhan hidup petani, (6) analisis keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan dan sungai.
Tahap Persiapan
Pertanian dan Perkebunan Kabupaten Serang, dan peta-peta lainnya diperoleh dari Bappeda Kabupaten Serang. Koreksi geometri dilakukan pada citra Quickbird dan peta-peta lainnya. Koreksi geometri dilakukan untuk menghilangkan distorsi geometri pada citra dan mendapatkan hubungan antara sistem koordinat citra (baris, kolom) dengan proyeksi peta. Sistem koordinat yang digunakan yaitu WGS 1984 UTM Zone 48S, dikarenakan proyeksi Universal Transverse Mercator
(UTM) Indonesia masuk dalam zona 46-54 (Prasetyo 2011) dan Kecamatan Padarincang berada pada zona 48 S.
Pemetaan Penggunaan Lahan Sawah
Interpretasi penggunaan lahan sawah di Kecamatan Padarincang dari citra
Quickbird yang dilakukan secara visual pada layar monitor dengan pendekatan unsur-unsur interpretasi kemudian dilakukan pengecekan lapang. Unsur interpretasi tersebut adalah rona, ukuran, bentuk, tekstur, pola, bayangan, situs, dan asosiasi (Sutanto 1986) :
1. Rona adalah tingkat kegelapan atau kecerahan suatu objek pada citra. Objek yang banyak memantulkan atau memancarkan tenaga ke arah sensor menimbulkan rona yang cerah. Sebaliknya objek yang banyak menyerap tenaga atau sedikit memantulkan tenaga menimbulkan rona yang gelap.
2. Bentuk adalah konfigurasi atau kerangka suatu objek, misalnya sungai yang dapat dikenali dari bentuknya yang panjang dan berkelok – kelok, serta seluruh bentuk khas yang terlihat di citra.
3. Ukuran erat kaitannya dengan skala pada citra. Ukuran suatu objek meliputi dimensi jarak, luas, tinggi, lereng, dan volume.
4. Tekstur adalah perubahan rona pada citra fotografi. Tekstur merupakan hasil gabungan dari bentuk, ukuran, pola, bayangan, dan ronanya.
5. Pola ialah hubungan spasial objek. Pola memberikan suatu pengulangan bentuk umum tertentu atau hubungan karakteristik suatu objek, misalnya suatu kompleks perumahan dengan pola yang teratur dan ukuran yang seragam. 6. Bayangan objek yang tidak tertembus cahaya akan menyebabkan terdapatnya
suatu daerah yang tidak terkena sinar secara langsung yang disebut dengan bayangan. Bayangan dapat menyembunyikan objek yang terdapat di suatu daerah, namun ada juga objek – objek tertentu yang justru tampak lebih jelas, misalnya cerobong asap atau tembok stadion.
7. Situs adalah letak suatu objek. Umumnya sawah mempunyai situs di dekat aliran sungai / air.
Gambar 3 Bagan Alir Penelitian
Citra Quickbird Koreksi Geometri Peta administrasi, peta lerang, peta jalan, dan peta sungai
Interpretasi penggunaan lahan sawah
Peta-peta terkoreksi: peta lereng,peta jalan, dan peta
sungai
Buffering peta jalan dan peta sungai Pengecekan lapang
Peta penggunaan lahan sawah
peta jalan dan peta sungai telah di Buffer
Intersect
Peta Penggunaan lahan sawah berdasarkan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan
dan sungai
Lokasi Pengumpulan data land rent & kebutuhan hidup petani
Input (lahan sawah) Output (lahan sawah)
Analisis land rent
Nilai land rent lahan sawah berdasarkan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan,
dan sungai Data pengeluaran
responden untuk kebutuhan hidup
Data pemenuhan kebutuhan hidup
petani
Peta kelas lereng (0-3%, >3-8 %, dan >8-15%)
Keterkaitan nilai land rent lahan sawah berdasarkan kemiringan lereng, jarak
Penentuan Titik / Lokasi Pengumpulan Data Land Rent
Titik/lokasi pengumpulan data land rent ditentukan dengan cara menumpang tindihkan antara (1) peta penggunaan lahan sawah dengan peta kemiringan lereng, (2) peta penggunaan lahan sawah dengan peta buffer jalan, dan (3) peta penggunaan lahan sawah dengan peta buffer sungai. Peta kemiringan lereng terdiri dari tiga klas lereng yaitu lereng 0-2 %, >2-8 %, dan >8-15 %.
Buffer pada peta jalan dibuat dengan selang 1.000 m, sehingga jarak jalan ke sawah dikelompokkan menjadi 0-1.000 m, 1.000-2.000 m, 2.000-3.000 m, 3.000-4.000 m. Buffer pada peta sungai dengan selang 500 m sehingga jarak sungai ke sawah dikelompokkan menjadi 0-500 m, 500-1.000 m, 1.000-1.500 m, 1.500-2.000 m. Setelah peta jalan dan sungai selesai di buffer kemudian ditumpang tindihkan dengan peta kemiringan lereng dan penggunaan lahan sawah.
Berdasarkan hasil tumpang tindih tersebut ditentukan lokasi pengumpulan data untuk analisis land rent dan kebutuhan hidup petani dengan cara mengklasifikasikan letak lahan sawah terhadap jalan, sungai, dan kemiringan lereng. Klasifikasi lahan sawah dan lokasi pengumpulan data land rent dan kebutuhan hidup petani disajikan pada Tabel 1.
Tabel 1 Klasifikasi letak lahan sawah terhadap jalan, sungai, kemiringan lereng dan jumlah lokasi pengumpulan data land rent dan kebutuhan hidup
lahan sawah dan kebutuhan hidup petani disajikan pada Gambar 4. Setelah ditentukan lokasi responden kemudian ditentukan koordinatnya. Koordinat GPS lokasi pengumpulan data disajikan pada Lampiran 1. Responden yang diwawancarai adalah anggota gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) yang ada di Kecamatan Padarincang.
Pengumpulan Data Land Rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani
Pengumpulan data land rent dilakukan dengan teknik wawancara dengan alat bantu kuesioner pada Lampiran 2. Jenis data yang dikumpulkan untuk perhitungan land rent penggunaan lahan sawah meliputi : varietas, biaya tetap, modal (input), produksi, harga jual, pendapatan, dan biaya variabel. Selain itu, juga dikumpulkan data yang kebutuhan hidup keluarga responden yang dengan cara menanyakan biaya pengeluaran rata-rata tiap bulannya, yang meliputi biaya makan, ongkos dan jajan anak sekolah, iuran sekolah anak, biaya kesehatan, biaya sewa rumah, rekening listrik, rekening air, biaya rokok, dan biaya untuk kondangan tiap bulannya.
Gambar 4 Sebaran lokasi pengumpulan data land rent lahan sawah dan kebutuhan hidup petani di Kecamatan Padarincang
Analisis Nilai Land Rent dan Pemenuhan Kebutuhan Hidup Petani
LR = Y (m-c) – Y.t.d dengan :
LR = land rent (Rp/m2/th)
Y = output per unit lahan (Kg/m2) m = harga satuan output (Rp/kg)
c = biaya produksi per satuan output (Rp/kg)
t = biaya transportasi per satuan output (Rp/kg/km) d = jarak antara lokasi produksi dengan pusat pasar (Km)
Output lahan sawah adalah hasil produksi dari total luas yang dimanfaatkan dikalikan dengan harga jual hasil produksi. Input yang digunakan untuk lahan sawah berupa biaya untuk pupuk, pestisida, bibit, tenaga kerja, dan transportasi. Pemenuhan kebutuhan hidup petani (PKp) dihitung dengan rumus sebagai berikut :
Analisis Keterkaitan Nilai Land Rent dengan Kemiringan Lereng, Jarak
terhadap Jalan dan Sungai
Untuk mengetahui gambaran keragaman data nilai land rent di wilayah penelitian dianalisis dengan boxplot. Di dalam boxplot disajikan informasi tentang nilai observasi terkecil, kuartil terendah atau kuartil pertama (q1) yang memotong 25 % dari data terendah, median (q2) atau nilai pertengahan, kuartil (q3) yang memotong 25 % dari data tertinggi, dan nilai observasi terbesar Boxplot dapat memberikan informasi tentang berbagai data, pemutusan dan penyebaran data dari nilai tengahnya, nilai ekstrim atau outliernya, dan beberapa pengukuran lainnya (Junaidi 2009).
Untuk mengetahui hubungan antara nilai land rent dengan kemiringan lereng, nilai land rent dengan jarak jalan, dan nilai land rent dengan jarak sungai dilakukan analisis regresi sederhana dengan rumus sebagai berikut :
Y = a + βX Dengan Y = Nilai land rent
a = Konstanta
β = Koefisien
X = Kemiringan lereng/Jarak jalan/Jarak sungai
Untuk mengetahui keterkaitan antara nilai land rent dengan kemiringan lereng, jarak jalan, dan jarak sungai dianalisis menggunakan regresi berganda dengan rumus sebagai berikut :
Y = B + β1X1 + β2X2 + β3X3
Dimana Y = Nilai land rent Β = Konstanta
Output – Input Kebutuhan Hidup Petani
X1 = Kemiringan lereng
X2 = Jarak terhadap jalan
X3 = Jarak terhadap sungai
Analisis korelasi mengadopsi pendekatan simetris, sehingga tidak ada perbedaan antara variabel independent dan variabel dependent (Aczel 1996). analisis korelasi merupakan pengukur hubungan dua variabel atau lebih yang dinyatakan dengan derajat keeratan atau tingkat hubungan antar variabel. Dalam penelitian ini analisis korelasi digunakan untuk mengetahui keterkaitan antara nilai land rent dengan kemiringan lereng, jarak jalan, dan jarak sungai. Hasil analisis korelasi memiliki nilai r bertanda positif dan negatif, jika nilai r positif menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi searah dan tanda negatif menunjukkan bahwa kedua variabel berkorelasi berlawanan arah. Secara diskriptif nilai rs dapat dikategorikan menjadi lima kategori sebagai berikut : (1) jika nilai 0<|rs|<0,2, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat lemah, (2) jika nilai 0,2≤|rs|<0,4, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi lemah, (3) jika nilai 0,4≤|rs|<0,6, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sedang, (4) jika nilai 0,6≤|rs|<0,8, maka kedua vriabel dikategorikan berkorelasi kuat, dan (5) jika nilai 0,8≤|rs|<1, maka kedua variabel dikategorikan berkorelasi sangat kuat (Firdaus et al. 2011).
KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN
Iklim
Menurut klasifikasi iklim Schmidt & Ferguson daerah sekitar lokasi penelitian termasuk tipe iklim B. Curah hujan tahunan rata-rata di Kecamatan Padarincang 2.000-3.500 mm/tahun. Curah hujan tahunan rata-rata di Desa Ciomas, Cipayung, Barugbug, Batukuwung bagian utara, Citasuk bagian utara, dan Kalumpang bagian utara yaitu 2.000-2.500 mm/tahun. Curah hujan tahunan rata-rata di Desa Cisaat, Curuggoong, Batukuwung bagian selatan, Citasuk bagian selatan, Kalumpang bagian selatan, Padarincang, Kadukempong, Kadubeureum, Bugel, Cibojong bagian utara, dan Kramatlaban bagian utara yaitu 2.500-3.000 mm/tahun. Sedangkan untuk curah hujan tahunan rata-rata di Desa Cibojong bagian selatan dan Kramatlaban bagian selatan yaitu 3.000-3.500 mm/tahun (Bappeda Kab. Serang 2011).
Tanah
Topografi
Topografi di lokasi penelitian tergolong bervariasi dari datar hingga bergunung. Lokasi yang memiliki topografi datar dengan kemiringan lereng (0-2 %) di Desa Kadubeureum, Bugel, Kalumpang, Padarincang, Kramatlaban, Citasuk, Batukuwung, Cipayung, dan Barugbug. Lahan yang bertopografi berombak sampai bergelombang dengan berkemiringan lereng (>2-15 %) terdapat di Desa Ciomas, Barugbug, Cipayung, Curuggoong, Batukuwung, Citasuk, Padarincang, Kramatlaban,dan Cibojong. Pada lahan yang bertopografi berbukit agak bergelombang dengan berkemiringan lereng (>15-25%) terdapat dibagian Desa Cibojong, Kramatlaban, Padarincang, Kadukempong, Citasuk, Batukuwung, dan Curuggoong. Lahan yang bertopografi berbukit dengan berkemiringan lereng (>25-40 %) terdapat di Desa kramatlaban, Kadukempong, Batukuwung, dan Curuggoong. Lahan yang bertopografi bergunung dengan berkemiringan lereng (>40 %) terdapat pada Desa Cibojong dan Kramatlaban bagian selatan yang merupakan bagian dari Gunung Karang dan hutan (Bappeda Kab. Serang 2011).
Sosial Ekonomi
Jumlah penduduk di Kecamatan Padarincang tahun 2012 adalah 65.439 jiwa. Kepadatan penduduk pada tahun 2012 yaitu 7 jiwa/ha. Mata pencaharian penduduk di Kecamatan Padarincang bervariasi, yaitu petani 77,07 %, buruh industri 3,81 %, pedagang 10,28 %, Supir 1,74 %, Jasa 1,46 %, dan lain-lain 5,64 %. Fasilitas pendidikan di Kecamatan Padarincang ditunjang dengan jumlah sarana pendidikan pada tahun 2012 yaitu TK 8 buah, SDN 38 buah, MI 7 buah, SMP 8 buah, MTs 6 buah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Nilai Land rent Sawah Berdasarkan Kemiringan Lereng
Hasil analisis Boxplot nilai land rent lahan sawah pada berbagai kelas kemiringan lereng disajikan pada Gambar 5. Gambar 5 menunjukkan bahwa nilai
Gambar 5 Boxplot nilai land rent lahan sawah pada berbagai kemiringan lereng Keragaman nilai land rent sawah terbesar terdapat pada kelas kemiringan lereng >8-15 %. Besarnya keragaman selain faktor-faktor yang telah disebutkan diatas, faktor selang kelas kemiringan lereng yang besar sehingga letak lahan sawah yang berbeda-beda misalkan lahan sawah berkemiringan lereng 9 %, 10 %, 11 %, 12 % dan 13 % sehingga memiliki nilai yang berbeda-beda pula dan menyebabkan keragamannya menjadi besar.
Sedangkan keberagaman terkecil terdapat pada lahan sawah berkemiringan 0-3 %. Hal tersebut disebabkan oleh faktor biaya tenaga kerja, biaya saprotan, produksi sawah dan biaya transportasi, selain itu faktor selang kelas kemiringan yang kecil hanya tiga kemiringan lereng yaitu lahan sawah pada kemiringan lereng 1 %, 2 % dan 3 % sehingga nilai land rent lahan sawah tersebut hampir homogen dan menyebabkan keragaman nilai menjadi kecil.
Nilai land rent lahan sawah maksimum, minimum dan rata-rata pada tiap kelas kemiringan lereng terdapat pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rent sawah semakin tinggi kemiringan lereng nilai land rent
semakin kecil. Hal tersebut salah satunya dikarenakan pada lahan sawah berkemiringan lereng 0-3 % yang relatif datar memiliki tingkat pengelolaan lahan sawah yang lebih mudah sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk pengelolaan lahan sawah lebih murah jika dibandingakan dengan lahan sawah berkemiringan lereng yang lebih besar.
Nilai land rent lahan sawah maksimum pada kemiringan 0-3 % letaknya berada di kemiringan lereng 2 %, berjarak 105,54 m dari jalan dan 290,37 m dari sungai dengan luas lahan sawah 7.000 m2, sedangkan nilai land rent minimum terletak pada kemiringan lereng 2 %, berjarak 149,38 m dari jalan dan 718,53 m dari sungai dengan luas lahan sawah 3.000 m2. Nilai land rent maksimum pada kelas kemiringan lereng >3-8 % berada pada kemiringan lereng 7 %, berjarak 28,14 m dari jalan dan 157,32 dari sungai dengan luas sawah 5.000 m2, sedangkan nilai minimum terdapat pada kemiringan lereng 8 %, berjarak 941,48 m dari jalan dan 532,18 m dari sungai dengan luasan 5.000 m2. Selanjutnya nilai land rent
maksimum pada kelas kemiringan lereng >8-15 % berada pada kemirngan lereng 9 %, berjarak 554,36 dari jalan dan 379,91 m dari sungai dengan luas sawah 5.000 m2, sedangkan nilai minimum terletak pada kemiringan lereng 12 %, berjarak 1.179,43 m dari jalan dan 1.599,23 m dari sungai dengan luas sawah 5.000 m2.
Tabel 3 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan kelas kemiringan lereng
Kelas
Gambar 6 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng
Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan Jarak ke Jalan
Hasil analisis Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jaraknya ke jalan disajikan pada Gambar 7. Gambar 7 menunjukkan bahwa setiap jarak ke jalan memiliki keragaman nilai land rent lahan sawah yang berbeda-beda.
Gambar 7 Boxplot nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak ke jalan
1003,90
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500 4000
Jika dilihat dari faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah seperti biaya tenaga kerja, biaya saprotan, biaya transportasi dan produksi sawah (Tabel 3) pada setiap jarak terhadap jalan memiliki faktor yang berbeda-beda. Pada umumnya biaya tenaga kerja mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah pada seluruh jarak terhadap jalan kecuali pada lahan sawah yang berjarak 1.500-2.000 m. Hal ini disebabkan karena lahan sawah pada jarak tersebut tersebut biaya tenaga kerja yang dikeluarkan oleh petani hampir sama sehingga biaya tenaga kerja tidak berpengaruh nyata terhadap keragaman nilai land rent
lahan sawah yang berjarak 1.500-2.000 m dari jalan, akan tetapi faktor yang mempengaruhi pada jarak ini yaitu variasi biaya saprotan dan biaya transportasi yang digunakan petani.
Keragaman nilai land rent terbesar pada sawah yang berjarak 500-1.000 m dari jalan. Keragaman ini disebabkan oleh variasi produksi walaupun biaya saprotan yang dikeluarkan untuk pengelolaan relatif sama akan tetapi kendala yang terdapat pada lahan sawah beranekaragam dan biaya tenaga kerja yang berbeda-beda, selain itu banyaknya lahan sawah yang terdapat pada selang jarak jalan ini juga mempengaruhi keragaman. Sedangkan keragaman nilai land rent
terkecil pada jarak 3.000-3.500 m dari jalan. Rendahnya keragaman ini disebabkan oleh variasi biaya saprotan yang dikeluarkan petani untuk lahan sawah seperti biaya untuk melakukan pembajakan atau pengolahan dan biaya tenaga kerja sesuai kesepakatan petani sedikitnya lahan sawah yang berada pada selang jarak jalan ini dan ada yang memiliki nilai land rent yang sama sehingga berbagai jarak terhadap jalan disajikan pada Tabel 5. Tabel 5 menunjukkan bahwa rata-rata nilai land rent lahan sawah semakin jauh dari jalan maka nilai land rent
lokasi sawah membutuhkan biaya lebih besar akan tetapi dari hasil produksi masih dapat menutupi biaya produksi.
Nilai land rent maksimum pada jarak 0-500 m dari jalan sama seperti pada kemiringan lereng 0-3 %, sedangkan nilai minimum terdapat pada kemiringan lereng 12 %, berjarak 291,13 m dari jalan dan 1.398,60 m dari sungai dengan luas 5.000 m2. Nilai land rent maksimum yang terdapat pada jarak 500-1.000 m dari jalan sama seperti nilai maksimum yang terdapat pada kelas kemiringan lereng >8-15 %, sedangkan nilai land rent minimum sama seperti nilai minimum pada kelas kemiringan lereng >3-8 %. Nilai maksimum pada jarak 1.000-1.500 m dari jalan berada pada kemiringan lereng 8 %, berjarak 1.284,75 m dari jalan dan 702,76 m dari sungai dengan luas 7.000 m2, sedangkan nilai minimum sama seperti dengan nilai minimum pada kelas kemiringan lereng >8-15 %.
Nilai maksimum pada jarak 1.500-2.000 m dari jalan terdapat di kemiringan lereng 2 %, berjarak 1.527,32 m dari jalan dan 1.426, 69 m dari sungai dengan lahan sawah berkemiringan 2 %, berjarak 2.283,44 m dari jalan dan 583,84 m dari sungai dengan luas sawah 10.000 m2.
Nilai land rent maksimum pada jarak 2.500-3.000 m berada di kemiringan 2 %, berjarak 2.829,07 m dan 1.142,60 m dengan luas 5.000 m2, sedangkan nilai minimum berada di lahan sawah berkemiringan 2 %, berjarak 2.546,41 m dari jalan dan 1.233,77 m dari sungai dengan luasan 15.000 m2. Nilai land rent lahan sawah pada jarak 3.000-3.500 m berada di kemiringan 2 %, berjarak 3.327,21 m dari jalan dan 820,31 m dari sungai dengan luasan 5.000 m2, sedangkan nilai land rent minimum terdapat di lahan sawah berkemiringan 2 %, berjarak 3.378,11 m dari jalan dan 1.019,30 m dari sungai dengan luasan 10.000 m2.
Tabel 5 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak terhadap jalan
Jarak Jalan
1.000-1.500 925,89 385,60 771,96
1.500-2.000 911,60 872,43 895,50
2.000-2.500 949,50 814,50 895,25
2.500-3.000 949,50 831,67 896,40
3.000-3.500 907,40 887,40 900,73
analisis adalah jalan kabupaten yang tidak langsung sampai ke lokasi sawah atau tidak digunakan secara intensif untuk aktivitas petani.
Gambar 8 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap jalan
Nilai Land rent Lahan Sawah berdasarkan jarak ke Sungai
Hasil analisis Boxplot lahan sawah berdasarkan jarak ke sungai disajikan pada Gambar 9. Gambar 9 menunjukkan bahwa nilai land rent lahan sawah ke sungai memiliki keragaman yang berbeda-beda.
867,40
0 500 1000 1500 2000 2500 3000 3500
Linear (Series1)
0 200 400 600 800 1000 1200 1400 1600 1800 2000
Jarak Sungai (m)
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberagaman nilai land rent diantaranya biaya saprotan, biaya tenaga kerja, produksi sawah, dan biaya transportasi (Tabel 6) disetiap jarak terhadap sungai memiliki faktor yang berbeda-beda. Pada umumnya biaya tenaga kerja mempengaruhi keberagaman pada seluruh jarak lahan sawah ke sungai kecuali pada lahan sawah yang berjarak 1.600-1.800 m dari sungai karena biaya yang dikeluarkan oleh petani untuk biaya tenaga kerja hampir sama sesuai dengan kesepakatan petani. Selain itu, keragaman pada jarak tersebut juga dipengaruhi oleh biaya saprotan seperti biaya untuk pengelolaan dan pembelian atau perawatan peralatan yang digunakan pada lahan sawah dan biaya tenaga kerja yang berbeda-beda di setiap lahan sawah yang terdapat pada jarak tersebut.
Keragaman nilai land rent terbesar dapat dijumpai pada jarak 1.400-1.600 m dari sungai. Besarnya keragaman ini disebabkan oleh variasi produksi yang dapat dipengaruhi biaya saprotan yang digunakan petani yang berbeda-beda pula, serta perbedaan biaya tenaga kerja sesuai kesepakatan petani. Selain itu, pada lahan sawah yang berada pada jarak ini terdapat nilai land rent lahan sawah yang paling kecil sehingga keragaman nilainya menjadi lebih besar. Sedangkan keragaman nilai land rent terkecil dari lahan sawah terdapat pada jarak 200-400 m dari sungai. Keragaman tersebut, disebabkan oleh perbedaan untuk biaya saprotan dan biaya tenaga kerja, serta nilai yang hampir homogen walupun lahan sawah yang terdapat pada jarak tersebut cukup banyak sehingga nilai keragamannya menjadi kecil. Tabel 6 Faktor yang mempengaruhi keragaman nilai land rent lahan sawah
Rendahnya nilai tersebut disebabkan karena pasokan air dari sungai tidak sampai ke lahan sawah tersebut sehingga mengakibatkan pertumbuhan tanaman kurang baik dan produksi menjadi berkurang selain itu, memerlukan biaya produksi yang cukup tinggi untuk menjaga agar lahan sawah tidak gagal panen.
Tabel 7 Nilai land rent lahan sawah berdasarkan jarak terhadap sungai
Jarak Sungai
200-400 1.148,49 785,20 919,58
400-600 1.003,90 424,80 796,70
600-800 1.080,95 616,85 829,63
800-1.000 999,83 452,20 853,67
1.000-1.200 961,87 438,80 829,18
1.200-1.400 949,50 412,70 764,00
1.400-1.600 967,33 385,60 716,60
1.600-1.800 887,40 561,80 774,06
Nilai land rent maksimum berdasarkan jarak terhadap sungai nilainya relatif menurun atau dapat dinyatakan semakin jauh jarak lahan sawah terhadap sungai maka nilai land rent lahan semakin menurun. Sedangkan jika dilihat dari nilai
land rent minimum memiliki nilai yang berfluktuasi. Hal tersebut dapat disebabkan karena letak dan kondisi lahan sawah berbeda-beda. Nilai land rent
lahan sawah mengalami peningkatan nilai di jarak 200-400 m dari sungai yang disebabkan oleh perbedaan lokasi sawah, selain itu berdasarkan kemiringan yang berbeda. pada jarak 0-200 m berada pada kemiringan lereng 9 % sedangkan di jarak 200-400 m dari sungai berada pada kemiringan 7 % sehingga pada lahan sawah berjarak 200-400 m memiliki biaya untuk pengelolaan yang lebih kecil dibandingan lahan 0-200 m. Selanjutnya Nilai land rent minimum mengalami penurunan kembali pada jarak 400-600 m yang disebabkan karena letak lahan sawah berada pada kemiringan 8 % sehingga nilai biaya akan meningkat dan nilai
land rent menjadi menurun.
Pada jarak 600-800 m dari sungai nilai land rent minimum mengalami peningkatan yang disebabkan karena hasil produksi pada lahan sawah tersebut cukup besar walaupun letak lahan sawah berada pada kemiringan lereng 13 %, petani masih dapat menutupi biaya produksi dengan hasil produksi yang tinggi dan meyebabkan nilai land rent menjadi tinggi. Selanjutnya nilai land rent
Hasil analisis regresi sederhana hubungan nilai land rent dengan jarak sawah ke sungai disajikan pada Gambar 10. Hasil analisis tersebut menunjukkan nilai R2 sebesar 0,281 yang menyatakan bahwa nilai land rent lahan sawah tidak berpengaruh nyata terhadap jarak ke sungai. Hal ini karena sungai yang digunakan dalam penelitian ini merupakan sungai cabang pertama bukan menggunakan sungai yang langsung mengalir ke lahan sawah atau irigasi.
Gambar 10 Hubungan nilai land rent lahan sawah dengan jarak terhadap sungai
Keterkaitan Nilai Land rent Lahan Sawah dengan Kemiringan Lereng,
Jarak terhadap Jalan, dan Sungai
Tabel 8 menunjukkan hasil korelasi antara nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan dan sungai. Keterkaitan nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng dapat dilihat dari R2 sebesar 0,845 nilai yang menunjukkan bahwa kemiringan lereng merupakan faktor yang mempengaruhi dalam perhitungan nilai land rent lahan sawah. Selain itu, dilihat dari koefisien korelasi antara nilai land rent dengan kemiringan lereng sebesar -0.698, artinya bahwa hubungan antara nilai land rent dengan kemiringan lereng termasuk dalam hubungan yang kuat pada tingkat kepercayaan 95 %.
Tabel 8 Korelasi dan regresi nilai land rent lahan sawah dengan kemiringan lereng, jarak terhadap jalan dan sungai
Konstanta Kemiringan
Koef Korelasi -0,698 0,095 -0,216
Berdasarkan hasil dari korelasi hubungan nilai land rent lahan sawah terhadap jarak ke jalan dan sungai memiliki hubungan yang lemah berdasarkan tingkat kepercayaan 95 %. Hal ini disebabkan dalam analisis yang dipergunakan dalam penelitian ini menggunakan jalan utama kecamatan sehingga tidak terlihat pengaruhnya terhadap perhitungan nilai land rent lahan sawah. Selain itu sungai yang digunakan merupakan sungai cabang pertama sehingga tidak terlihat pula hubungannya dengan nilai land rent.
Tabel 8 juga menunjukkan hasil regresi memiliki nilai R2=0,521. Nilai R2 yang lebih besar jika dibandingkan dengan hasil regresi jika dilihat dari masing-masing faktor. Berdasarkan hasil regresi berganda tersebut menunjukkan kemiringan lereng secara signifikan yang paling mempengaruhi, sedangkan jarak jalan dan sungai karena nilai sig di atas 0,05 sehingga selang kepercayaannya kurang dari 95 %. Sedangkan pengaruh terhadap jarak jalan dan sungai sama seperti terlihat di pembahasan sebelumnya yaitu kedua faktor tersebut tidak begitu berpengaruh. Hal ini dikarenakan jalan yang digunakan dalam parameter pengukuran yaitu jalan utama kecamatan dan sungai yang digunakan merupakan sungai cabang pertama sehingga kedua parameter tidak terlihat pengaruhnya. Jika dilihat dari nilai R2-nya pada nilai R2 dari hasil analisis beranda nilainya lebih besar jika dibandingkan dengan nilai R2 yang dilihat dari hubungan masing-masing. Hal ini dapat disebabkan nilai R2 yang dipengaruhi oleh faktor kemiringan lereng.
Keterkaitan Pengeluran dan Pemasukan Petani dari Hasil Usahatani
Penggarap
Hubungan pemasukan, pengeluaran dan defisit petani penggarap dari usahatani disajikan pada Gambar 11. Gambar 11 menunjukkan bahwa pemasukan minimum Rp 1.702.800/th yaitu responden di titik 48. Minimnya pemasukan petani penggarap karena petani tersebut hanya mengelola atau menggarap lahan sawah seluas 3.000 m2, selain itu letak lahan sawah yang berada pada kemiringan lereng 7 % dan berjarak 1.490,75 m dari sungai mempengaruhi biaya untuk pengelolaan lahan sawah dan letaknya yang cukup jauh dai sungai maka akan mempengaruhi pertumbuhan padi dan hasil produksi menjadi kecil sehingga keuntungannya kecil. Sedangkan pemasukan maksimum Rp 8.234.600/th pada pada responden di titik 71. Hal ini disebabkan petani tersebut melakukan pengelolaan atau penggarapan lahan sawah seluas 12.000 m2, selain itu letak lahan sawah pada titik tersebut berada pada kemiringan lereng 2 % sehingga tidak memerlukan banyak biaya untuk melakukkan perawatan karena lahan sawahnya yang dapat dan mudah untuk dilakukkan pengelolaan dan letak lahan sawah yang berada pada jarak 675,82 m dari sungai maka lahan sawah masih mudah untuk mendapatkan pengairan yang akan mempengaruhi hasil produksi sehingga keuntungannya besar.
24
Keterangan : - Pemasukan : Pendapatan petani dari hasil usahatani.
-Pengeluaran : Biaya yang harus dikeluarkan oleh petani untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. -Defisit/Surplus : Hasil dari pemasukan dikurangi dengan pengeluaran petani.
Gambar 11 Pemasukan, pengeluran dan defisit petani penggarap
-15000000 -10000000 -5000000 0 5000000 10000000 15000000 20000000
5
10 35 18 2 23 96 7 12 56 73 85 88 109 4 16 48 59 61 67 72 76 94 6 13 32 51 8 21 34 39 42 62 79 95 53 25 57 74 84 63 31
Pemasukan/tahun (Rp)
Pengeluaran/tahun (Rp)
defisit min pemasukkan maks pengeluaran min
pemasukkan min
defisit maks pengeluaran maks
Responden
P
emasuka
n,P
enge
luar
an
da
n De
fisit
(
R
p/t
sudah tidak ada tanggungan anak sekolah. Pengeluaran maksimum Rp 14.400.00/th pada responden di titik 31, karena petani masih memiliki anak yang masih sekolah di bangku SMP satu orang sehingga biaya yang dikeluarkan petani untuk jajan anak sekolah Rp 150.000/bulan, Rp 50.000/bulan untuk tambahan iuran sekolah karena SPP sudah mendapatkan dana Bantuan Oprasional Sekolah (BOS) dan biaya rokok sebesar Rp 150.000/bulan. Petani ini termasuk dalam keluarga petani yang cukup konsumtif karena hasil usahatani tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari maka petani tersebut mendapatkan penghasilan tambahan dari istrinya yang bekerja sebagai buruh cuci.
Defisit petani penggarap minimum Rp 11.046.000/th, pada responden di titik 71, karena petani yang memiliki pemasukan maksimum dan hasil dari usahatani digunakan untuk kebutuhan hidup hanya keperluan pokok dan petani tersebut sudah tidak memiliki tanggungan anak sekolah, sehingga petani tersebut memiliki defisit yang minimum. Sedangkan defisit petani penggarap maksimum Rp 29.254.000/th pada responden di titik 82, karena pada petani tersebut memiliki pengeluaran yang cukup besar dengan hasil pemasukan penggarapan lahan sawah seluas 5.000 m2. Petani tersebut harus membiayai anak yang masih sekolah dibangku SMP sebanyak satu orang dan SMA sebanyak satu orang dengan uang jajan Rp 200.000/bulan, biaya untuk makan sebesar Rp 650.000/bulan, dan biaya untuk petani tersebut merokok sebesar Rp 150.000/bulan sehingga kekurangan untuk memenuhi kebutuhan hidup petani tersebut masih cukup besar.
Hubungan pengeluran dan pemasukan petani penggarap dari hasil usahatani disajikan pada Gambar 12. Gambar 12 menunjukkan bahwa nilai R2=0,038, artinya pengaruh pengeluaran dengan pemasukkan petani penggarap tidak nyata.
Gambar 12 Hubungan pengeluaran dan pemasukan petani penggarap
y = 0.127x + 1E+07
0 2000000 4000000 6000000 8000000 10000000
Pemilik
Hubungan pemasukan, pengeluaran dan defisit petani pemilik dari usahatani disajikan pada Gambar 13. Gambar 13 menunjukkan bahwa pemasukan petani pemilik minimum Rp 3.735.600/th pada responden di titik 44, karena petani tersebut memilki lahan sawah seluas 3.000 m2 yang terletak 1.189,40 m dari sungai sehingga lahan sawah kurang mendapatkan pasokkan air saat musim kering sehingga hasil produksi lahan sawah menjadi lebih kecil yang bedampak pada kecilnya keuntungan. Pemasukan petani pemilik maksimum Rp 20.225.000/th pada responden di titik 98 yang disebabkan petani tersebut memiliki lahan sawah seluas 15.000 m2 yang berada pada kemiringan lereng 2 % karena lahan sawah yang datar maka pengelolaan lahan sawahnya cukup mudah walaupun lahan sawahnya terletak 2.546,41 dari jalan memerlukan biaya transportasi yang besar dan 1.233,77 m dari sungai memerlukan biaya tenaga kerja untuk pengelolaan yang cukup besar agar lahan sawah masih dapat pasokkan air akan tetapi hasil produksi dari lahan sawahnya cukup besar sehingga biaya produksi masih dapat tertutupi sehingga petani pemilik masih memiliki keuntungan yang besar.
Gambar 13 Pemasukan, pengeluran dan defisit/surplus petani pemilik Pengeluaran petani pemilik minimum Rp 12.720.000/th pada responden di titik 90, karena petani tersebut memiliki hasil produksi lahan sawah yang cukup besar sehingga biaya produksi yang digunakan untuk lahan sawah masih dapat tercukupi dan memiliki keuntungan. Selain itu, petani tersebut sudah tidak memiliki tanggungan anak sekolah dan menggunakan hasil dari usahatani hanya untuk memenuhi kebutuhan pokok. Pengeluaran maksimum Rp 19.560.000/th terdapat pada responden di titik 50, karena petani tersebut masih memiliki anak yang masih sekolah di bangku SD satu orang, SMP satu orang, dan SMA satu orang dengan biaya jajan anak sebesar RP 250.000/bulan dan biaya untuk rokok petani RP 250.000/bulan dari hasil lahan sawahnya yang seluas 5.000 m2 dengan
biaya produksi lahan sawah yang cukup besar untuk pengelolaan karena lahan sawahnya terletak pada kemiringan lereng 12 % dan 1.398,60 m dari sungai.
Defisit minimum atau dapat dikatakan surplus maksimum Rp 6.905.000/th terdapat pada responden di titik 98. Hal ini sebabkan petani tersebut memiliki pemasukan maksimum seperti yang telah dijelaskan diatas dan hasil usahatani dipergunakan hanya untuk memenuhi kebutuhan hidup pokok, sehingga petani tersebut memiliki kelebihan dari hasil usahataninya yang bisa di simpan. Defisit maksimum Rp 14.496.500/th terdapat pada petani di titik 50. hal tersebut karena petani memiliki pengeluaran paling besar dibandingkan dengan petani lainnya seperti yang telah dijelaskan di atas.
Hubungan pengeluran dan pemasukan petani pemilik dari hasil usahatani disajikan pada Gambar 14. Gambar 14 menunjukkan nilai R2= 0,358, artinya pengaruh pengeluaran dengan pemasukkan petani pemilik dari usahatani tidak nyata.
Gambar 14 Hubungan pengeluran dan pemasukan petani pemilik
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Nilai land rent lahan sawah di Kecamatan Padarincang yang tertinggi terdapat pada lahan sawah yang terletak dikemiringan datar-hampir datar (0-3 %), berjarak 0-500 m dari jalan, dan berjarak 200-400 m dari sungai dengan nilai sebesar Rp 1.148,49 /m2/th. Sedangkan nilai land rent terendah terdapat pada lahan sawah yang terletak di kemiringan landai (>8-15 %), berjarak 1000-1500 m
y = -0.294x + 2E+07 R² = 0,358
0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000
0 5000000 10000000 15000000 20000000 25000000
Linear (Series1)
Peng
el
uar
an
(R
p/
th)
dari jalan, berjarak 1400-1600 m dari sungai dengan nilai sebesar Rp 385,60 /m2/th.
Keterkaitan nilai land rent lahan sawah yang berada di Kecamatan Padarincang dengan kemiringan lereng lahan sawah memiliki keterkaitan yang kuat. Dalam penelitian ini nilai dari kemiringan lereng sangat mempengaruhi nilai
land rent dari suatu lahan sawah.
Hubungan antara pemasukan dan pengeluaran untuk petani pemilik maupun penggarap tidak nyata dengan R2 masing-masing 0,358 dan 0,038. Hal ini ditunjukkan bahwa nilai pemasukan lebih kecil dari pengeluaran (defisit). Pada petani pemilik 60 % defisit, sedangkan petani penggarap seluruh responden 100 % defisit.
Saran
Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan memperhatikan hirarki jalan yang digunakan petani untuk aktivitas pertanian lahan sawah dan jaringan irigasi, sehingga dapat diketahui perbedaannya dan faktor yang menyebabkan nilai land rent lahan sawah berbeda.
DAFTAR PUSTAKA
Aczel A D. Complete Business Statistics.Third Edition. Irwin. America. Arsyad S. 2000. Konservasi Tanah dan Air. IPB Press. Bogor.
Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah. 2011. Rencana Pengembangan dan Penata Ruang Kabupaten Serang Tahun 2012-2024. Sereng.
Badan Pusat Statistik. 2011. Kecamatan Padarincang Dalam Angka.
. 2013. Statistik Lahan Pertanian Tahun 2008-2012. Jakarta. Barlowe R. 1978. Land resources Economic, Second Edition. Prentice Hall Inc,
New Jersey.
Departemen Pertanian. 2000. Lahan dan Jenis Pengairan. Deptan. Jakarta.
Dinas Pertanian dan Perkebunan. 2011. Luasan Lahan Sawah di Kabupaten Serang Tahun 2011.Serang.
Djojodipuro M. 1991. Teori Lokasi. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Firdaus M, Harmini, dan M A Farid. 2011. Aplikasi Metode Kuantitatif. IPBPress. Bogor.
Hardjowigeno S. 2007. Ilmu Tanah. Edisi Baru. Jakarta (ID): Akademika Pressindo.
Jamal E. 2001. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pembentukan Harga Lahan Sawah pada Proses Alih Fungsi Lahan ke Penggunaan Non Peranian: Studi Kasus di Beberapa Desa, Kabupaten Karawang, Jawa Barat. Jurnal Agro Ekonomi, 19 (1): 45-63.
Junaidi. 2009. Mengenal Boxplot. http://junaidi-dummy.Blogspot.com
/2009/06/serba-serbi-boxplot.html. [diakses pada tanggal 10 juni 2014].
Prasetyo A. 2011. Modul Dasar ArcGis :Aplikasi Pengelolaan Sumberdaya Alam.
Bogor : Institut Pertanian Bogor.
Rustiadi E., S Saefulhakim dan DR Panuju. 2011. Perencanaan dan Pengembangan Wilayah. Edisi Kedua. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Jakarta.
Sitorus SRP. 2004. Pengembangan Sumberdaya Lahan Berkelanjutan. Edisi Ketiga. Laboratorium Perencanaan Pengembangan Sumberdaya Lahan. Depatremen Ilmu Tanah. Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor. Bogor.
Suparmoko. 1989. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis). PAU-UGM. Yogyakarta.
. 1997. Ekonomi Sumberdaya Alam dan Lingkungan (Suatu Pendekatan Teoritis). Dalam Sobari M.P., T.Kusumastanto., dan Sandra DEK. 2006. Analisis land rent pemanfaatan lahan tambak di pesisir kabupaten serang provinsi banten. Jurnal Mangrove dan Pesisir, 6 (3): 40-52.
LAMPIRAN
Lampiran 1 Koordinat GPS Lokasi Pengeceka Lapang dan Pengambilan Data
Lang Rent Lahan Sawah Di Kecamatan Padarincang
Lampiran 1(lanjutan)
No Nama
Titik pengam
atan
Tanggal X Y Z
Akur asi (m)
Ler eng (%)
Lampiran 2 Form Pengumpulan Data Land rent dan Kebutuhan Hidup Petani Form Pengumpulan Data Land rent
Titik pengamatan : ……… Kecamatan : Padarincang
Desa : ………
6. Jumlah total anggota keluarga (termasuk KK) : 7. Jumlah tanggungan yang masih sekolah :
a. SD:………orang; b.SMP:……..orang; c. SMA:…….orang; d. Lainnya:……..orang
8. Jumlah keluarga yang bekerja :
9. Masuk dalam kategori mana bapak/ibu sebagai petani : a. petani pemilik tanah b. patani pemilik tan penggarap c. petani penggarap d. buruh tani
10. Apakah lahan bapak/ibu usahakan milik sendiri : a. Ya b. Tidak
11. Bila ya, berapa luas lahan yang bapak/ibu miliki :……….Ha
Berapa luas lahan yang bapak/ibu usahakan :………...Ha Sistem irigasi apa yang digunakan : a. teknis b. non teknis Berapa jarak lahan sawah ke jaringan irigasi primer:………….…….m Berapa jarak lahan sawah k sungai :………m 12. Apakah bapak/ibu menggarap milik orang lain: a. Ya b. Tidak
13. Luas sawah garapan :……….Ha
14. Bagaimana pola garap atau bagi hasil (perbandingan pemilik:penggarap):
a. biaya ditanggung pemilik, hasil panen dibagi (……:……)
b. biaya ditanggung bersama (…….:…….) hasil (…….:…….)
c. biaya ditanggung penggarap, hasil (…….:…….)
15. Bila lahan tersebut lahan sewa, berapa harga sewa tiap m2 nya:
Rp……….../ m2 16. Bila bapak/ibu buruh tani berapa upah per hari :
Pria : Rp………….………/hari wanita : Rp……….………/hari
17. Apakah bapak/ibu melakukan pemupukan : a. Ya b. Tidak
18. Bila ya, apa jenis pupuk yang digunakan (sebutkan) : ……… ……….
Berapa harga beli pupuknya (dirincikan harganya) :………..
Berapa kali pemupukan dilakukan tiap satu masa tanam : 20. Membeli dimana pupuk yang bapak/ibu gunakan : ………
berapa biaya transportasinya : ………..
21. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dalam pengadaan benih/bibit : a. Ya b. Tidak
22. Jenis ibit/benih yang digunakan: ………. 23. Harga bibit yang digunakan : ……….. Brapa banyak bibit/benih yang digunakan tiap satu masa tanam………
24. Dari mana bapak/ibu memperoleh bibit/benih tersebut : a. beli b. Sendiri
jika beli, membeli dimana:………... berapa biaya trasportasinya:………..
25. Apakah bapak/ibu melakukan pengendalian hama dan penyakit: a. Ya b. Tidak
bila ya, berapa kali bapak/ibu melakukan pengendalian hama penyakit dalam tiap satu masa tanam :
a. satu kali; b. dua kali; c. tiga kali; d. empat kali
Apa jenis pestisida yang digunakan :………... Berapa harga pestisida tersebut :……….. Berapa banyak pestisida yang digunakan………
Dari mana bapak/ibu mendapatkan pestisida tersebut ; a.beli b. sendiri Jika beli, dimana membelinya :………
berapa biaya transportasinya :………..
Hama apa yang paling banyak menyerang tanaman bapak/ibu:………..
26. Dalam 1 tahun menanam padi sebanyak berapa kali : ……… Jika ada tanaman selingan, apa tanamannya : ………
Berapa biaya yang diperlukan : ……… 27. Berapa modal bapak/ibu butuhkan (mulai dari pengelolaan tanah hingga
pascapanen (mengolah, menanam, memelihara)): Rp………
28. Berapa produksi rata-rata yang dihasilkan tiap kali panen (per musim panen
(musim penghujan, musim kering 1, musim kering 2))………kg 29. Berapa harga jual produksi per kilogram (bedakan antara penjualan gabah
dengan beras) Rp………/kg
Untuk gabah (gabah basah atau gabah kering) berapa harga jual
masing-masing : ………..
30. Apakah bapak/ibu menjual hasil produksi tersebut : a. Ya b. Tidak 31. Bila ya, berapa persentasi yang dijual dengan yang dikonsumsi :
a. hasil produksi yang dijual :……….% b. hasil produksi yang dikonsumsi :………%
32. Apakah bapak/ibu mengalami kesulitan dala menjual hasil panen : a. Ya b. Tidak
c. warga sekitar d. lainnya………..
34. Jika tanah ini akan dijual, berapa harga tanah per meternya: Rp………./m
35. Apakah usahatani ini memenuhi kebutuhan hidup : a. Ya b. Tidak 36.Berapa banyak dana hasil usahatani yang digunakan untuk memenuhi
kebutuhan hidup :…….% atau Rp………dari total kebutuhan Rp………..
37.Siapa saja yang berperan menyumbang pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari : a. ayah; b.ibu; c.anak; d.Lainnya……… 38.Mohon disampaikan biaya harian/mingguan/bulanan/tahuanan :
a. total pengeluaran perbulan Rp……….. b. belanja makana perhari Rp………...
c. ongkos (jajan,transport)anak sekolah/minggu Rp………
36
Lampiran 3 Data Input dan Output Lahan Sawah
37
32 Sarmaenah 10000 Teknis Padi 4000 1174000 633000 5250000 Padi 3750 1174000 633000 5250000
38
58 H.matohir 12000 Teknis Padi 4800 1330000 1010400 6075000 Padi 4200 1330000 1010400 6075000
59 samuni 10000 Teknis Padi 3850 1150000 812000 5400000 Padi 3450 1150000 812000 5400000
60 suhem 10000 Teknis Padi 3950 1150000 832000 5000000 Padi 3700 1150000 832000 5000000
40
91 sarmada 10000 Teknis Padi 4000 1150000 1052500 5000000 Padi 3800 1150000 1052500 5000000
92 lasman 10000 Teknis Padi 4000 1150000 1052500 5000000 Padi 3650 1150000 1052500 5000000
98 samlawi 15000 Teknis Padi 6000 1540000 1572500 7750000 Padi 5400 1540000 1572500 7750000
99 sarhani 5000 Teknis Padi 2000 700000 526250 2250000 Padi 1850 700000 526250 2250000
102 salwani 10000 Teknis Padi 4000 1150000 1263000 5000000 Padi 3900 1150000 1263000 5000000
104 sulhar 5000 Teknis Padi 2000 700000 631500 2250000 Padi 1900 700000 631500 2250000
109 pandi 5000 Teknis Padi 2000 700000 631500 2250000 Padi 1900 700000 631500 2250000