• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Saponifikasi pada Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Reaksi Gliserol dan PFAD

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Saponifikasi pada Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Reaksi Gliserol dan PFAD"

Copied!
35
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH SAPONIFIKASI PADA PEMURNIAN

MONO-DIASILGLISEROL HASIL REAKSI GLISEROL DAN PFAD

VERY HERY YESEN SILALAHI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(2)
(3)

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN

SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Saponifikasi pada Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Reaksi Gliserol dan PFAD adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2014

Very Hery Yesen Silalahi

(4)

ABSTRAK

VERY HERY YESEN SILALAHI. Pengaruh Saponifikasi pada Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Reaksi Gliserol dan PFAD. Dibimbing oleh DWI SETYANINGSIH.

Mono-diasilgliserol diproduksi dengan melakukan reaksi esterifikasi antara gliserol dengan PFAD (Palm Fatty Acid Distilates). Reaksi tersebut

menghasilkan campuran MDAG, asam lemak bebas (ALB), dan triasilgliserol (TAG). Adanya ALB dan TAG yang terkandung dapat mengurangi kinerja MDAG sebagai pengemulsi, sehingga diperlukan proses pemurnian untuk mengurangi jumlah ALB dan TAG. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan produk M-DAG murni dengan rendemen tertinggi dan kualitas terbaik. Pemurnian diawali dengan proses saponifikasi ALB dan kemudian diekstraksi menggunakan heksan. Metode tersebut menggunakan NaOH 1 N untuk proses saponifikasi dengan jumlah yang berbeda (tanpa NaOH, 1 ml, 2 ml, 3 ml, dan 4 ml) dan setelah itu dilanjutkan karakterisasi produk yang diperoleh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses saponifikasi berpengaruh dalam pemurnian MDAG. Produk terbaik yang dihasilkan ialah perlakuan dengan 1 ml NaOH 1N, dimana kondisi tersebut menghasilkan rendemen sebesar 31.54% dengan komposisi MAG 26.80%, DAG 30.46%, dan TAG-ALB 42.74%, kadar asam lemak bebas 8.88%, titik leleh 53. °C, nilai pH 5, stabilitas emulsi 84%, tekstur kering, tidak berbau, dan berwarna putih.

Kata kunci: MDAG, asam lemak bebas, sponifikasi

ABSTRACT

VERY HERY YESEN SILALAHI. Saponification Effect in Mono-Diacylglycerol Purification by Result of Glycerol and PFAD Reaction. Supervised by DWI SETYANINGSIH.

Mono-diacylglycerol is produced by esterification reaction between glycerol and PFAD. Esterification reaction produce a mixture of MDAG, free fatty acid (FFA), and triacylglycerol (TAG). FFA and TAG can decrease performance of MDAG as emulsifier, so purification is needed to decrease the number of ALB and TAG. The purpose of this research was to get product of pure MDAG emulsifier that have the best quality and highest yield. Purification was doing by saponification process and then extracted by hexane. That method used saponification with NaOH 1 N at various volume addition (Without NaOH, 1ml, 2 ml, 3 ml, and 4 mL) and continued by product characterization. The result showed that the saponification reaction affect MDAG purity. So, the best product was without 1ml NaOH 1N treatment. That condition produced rendemenofs 31.54% with composition of MAG 26.80%, DAG 30.46%, and TAG-ALB 42.74%, FFA 8.88%, melting point 53oC, pH 5, emulsion stability 84%, dry texture, no odor, and white color.

(5)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian

pada

Departemen Teknologi Industri Pertanian

PENGARUH SAPONIFIKASI PADA PEMURNIAN

MONO-DIASILGLISEROL HASIL REAKSI GLISEROL DAN PFAD

VERY HERY YESEN SILALAHI

DEPARTEMEN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

(6)
(7)

Judul Skripsi : Pengaruh Saponifikasi pada Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Reaksi Gliserol dan PFAD

Nama : Very Hery Yesen Silalahi NIM : F34100070

Disetujui oleh

Dr Dwi Setyaningsih STP Msi Pembimbing

Diketahui oleh

Prof Dr Ir Nastiti Siswi Indrasti Ketua Departemen

(8)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Maret 2014 ini ialah Diasilgliserol, dengan judul Pengaruh Saponifikasi pada Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Reaksi Gliserol dan PFAD. Terima kasih penulis ucapkan kepada:

1. Dr Dwi Setyaningsih STP MSi selaku pembimbing akademik yang telah memberikan ide dan membimbing penulis selama penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Prof Dr Ir Ani Suryani DEA dan Dr Ir Liesbetini Hartoto MS selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam perbaikan skripsi.

3. Seluruh staf dan teknisi Laboratotium Teknologi Industri Pertanian IPB yang telah banyak membantu selama kuliah dan penelitian.

4. Keluarga yang selalu memberikan kasih sayang, motivasi, dan doa kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di IPB.

5. Ibu Endah yang membantu dalam melakukan analisis GC-MS di Pusat Laboratorium Forensik Mabes Polri, Jakarta.

6. Alzara Zetiara, Ayu Dayinta dan Balya Al Bashir selaku teman sebimbingan yang selalu saling membantu selama penelitian dan penyusunan skripsi. 7. Seluruh teman-teman TIN IPB angkatan 47 yang selalu memberi motivasi

dan doa selama penelitian.

8. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu. Semoga karya ilmiah ini dapat bermanfaat

Bogor, Desember 2014

(9)

DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GAMBAR vi

DAFTAR LAMPIRAN vi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 2

Tujuan Penelitian 2

Manfaat Penelitian 2

Ruang Lingkup Penelitian 2

METODE 2

Bahan 2

Alat 2

Prosedur 3

HASIL DAN PEMBAHASAN 6

Karakterisasi MDAG kasar 6

Pemurnian Mono-Diasilgliserol (MDAG) 7

Rendemen MDAG setelah pemurnian 8

Analisa Kromatografi Lapis Tipis (KLT) 9

Persen Asam Lemak Bebas 10

Penampakan Visual 10

Stabilitas Emulsi 11

Derajat Keasaman dan Titik Leleh 12

Analisa GC-MS 13

SIMPULAN DAN SARAN 14

Simpulan 14

Saran 14

DAFTAR PUSTAKA 14

LAMPIRAN 17

(10)

DAFTAR TABEL

1. Karakterisasi MDAG sebelum pemurnian 6

2. Karakteristik visual MDAG 11

3. Uji titik leleh dan uji pH 13

4. Luas area komposisi MDAG sebelum dan sesudah dimurnikan 13

DAFTAR GAMBAR

1. Diagram alir pemurnian MDAG 3

2. MDAG sebelum pemurnian 6

3. Histogram rendemen MDAG hasil pemurnian. 8

4. Hasil uji kromatografi lapis tipis 9

5. Histogram Persentase MAG, DAG, dan TAG+ALB. 9

6. Histogram Asam Lemak Bebas pada MDAG 10

7. Grafik stabilitas emulsi MDAG 12

DAFTAR LAMPIRAN

1. Rendemen dan Karakteristik MDAG sebelum dan setelah pemurnian 15

2. Perhitungan Molar ALB dan NaOH 15

3. Hasil Uji ANOVA 15

(11)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Mono-Diasilgliserol (MDAG) merupakan gabungan monogliserida dan digliserida dimana monogliserida (MAG) memiliki satu rantai asil lemak dan digliserida memiliki dua rantai asil lemak yang diesterifikasikan dengan molekul gliserol (Igoe dan Hui 1996). Menurut Hasanuddin et al. (2003) MDAG termasuk

salah satu surfaktan non-ionik yang banyak digunakan sebagai pengemulsi pada produk pangan dan kosmetika karena MDAG memiliki gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik yang dapat berikatan dengan air dan gugus karboksil yang bersifat lipofilik yang dapat mengikat minyak atau lemak. Kelebihan MDAG dengan emulsifier lain ialah bersifat multifungsi dan tidak terlalu dipengaruhi oleh kondisi asam maupun basa (Lukita 2000).

Produksi MDAG dapat dilakukan dengan beberapa metode yaitu esterifikasi gliserol dengan asam lemak dengan cara kimia dan enzimatis, serta proses produksi dengan cara hidrolisis minyak. Proses produksi esterifikasi cara kimia menggunakan katalis kimia (asam kuat) yang direaksikan pada suhu tinggi (Berger dan Schneider 1992), sedangkan esterifikasi cara enzimatis menggunakan enzim sebagai katalisnya. Reaksi esterifikasi menggambarkan pertukaran gugus hidroksil pada gliserol dengan gugus asil pada asam lemak bebas. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang bersifat acak dimana akan terjadi pengikatan gugus asil dengan jumlah yang berbeda, sehingga produksi MDAG secara esterifikasi akan menghasilkan campuran monoasilgliserol (MAG), diasilgliserol (DAG), serta residu seperti triasilgliserol (TAG) dan sisa asam lemak bebas (ALB) yang tidak mengalami reaksi esterifikasi. Fraksi asam lemak bebas (ALB) dan trigliserida (TAG) yang terkandung pada produk MDAG mempengaruhi kualitas MDAG tersebut. Semakin tinggi jumlah ALB dan TAG yang terkandung maka semakin menurun daya emulsifikasi MDAG tersebut. Tingginya TAG dan ALB akan mempengaruhi karakteristik visual MDAG yaitu lebih berminyak dan lunak. Selain itu juga asam lemak bebas dapat bersifat merusak dan menghasilkan bau tidak enak, sehingga akan mengurangi tingkat penerimaan konsumen (Atmadja 2000).

Oleh karena itu, untuk memperoleh MDAG dengan kualitas yang lebih baik maka diperlukan proses pemurnian MDAG yang memisahkan atau mengurangi jumlah fraksi ALB dan TAG yang terkandung. Pemisahan fraksi ALB dan TAG dapat dilakukan dengan ekstraksi (Irimescu et al. 2001), kromatografi kolom

(Mappiratu 1999), serta distilasi molekuler (Compton et al. 2008). Akan tetapi

metode ekstraksi dan kromatografi kolom memiliki kelemahan yaitu boros penggunaan pelarut dan rendemen yang dihasilkan relatif sedikit, sedangkan metode distilasi molekuler memerlukan biaya yang relatif mahal.

(12)

2

Perumusan Masalah Perumusan masalah penelitian ini meliputi:

1. Pemurnian MDAG dilakukan dengan menghilangkan ALB dan TAG 2. ALB dihilangkan dengan cara penyabunan menggunakan NaOH 3. TAG dihilangkan dengan menggunakan pelarut organik heksan

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini ialah mengetahui pengaruh reaksi saponifikasi terhadap pemurnian mono-diasilgliserol (MDAG) dari hasil proses esterifikasi asam lemak bebas dengan gliserol, serta mengetahui pengaruh pemurnian terhadap karakteristik produk yang dihasilkan.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi mengenai pengaruh reaksi sponifikasi dalam proses pemurnian MDAG untuk menyabunkan ALB, dan heksan untuk melarutkan TAG.

Ruang Lingkup Penelitian

Ruang lingkup dalam penelitian ini meliputi karakterisasi bahan baku, pemurnian mono-diasilgliserol (MDAG) skala laboratorium dengan metode saponifikasi, dan karakterisasi produk yang dihasilkan.

METODE

Bahan

Bahan baku yang digunakan pada penelitian ini ialah mono-diasilgliserol (MDAG) kasar hasil proses esterifikasi gliserol dengan PFAD yang diperoleh dari penelitian sebelumnya (Kurniati 2014, dan Andriani 2014), serta MDAG dari SEAFAST (Southeast Asia Food and Agriculture Science and Technology)

sebagai standar. Bahan kimia yang digunakan ialah heksan, petroleum eter, dietil eter, asam asetat glasial, asam sulfat, aquades, NaOH, etanol 96%, minyak goreng, PFAD, dan indikator PP (Phenolphtalein).

Alat

(13)

3 bahan baku dan produk ialah plat KLT, chamber, buret, kertas pH, peralatan

gelas, sudip, lemari asam, termometer, penangas air, pipet, alat semprot, dan pipa kepiler

Prosedur Pemurnian Mono-Diasilgliserol (MDAG)

Proses pemurnian MDAG dilakukan dengan metode ekstraksi yang dimodifikasi. Proses dikondisikan pada suhu ruangan yang didahului dengan menambahkan 25 ml aquades pada 10 g sampel. Selanjutnya sampel tersebut ditambahkan NaOH 1 N dengan jumlah yang berbeda (tanpa NaOH, 1 ml, 2 ml, dan 4 ml) yang bertujuan untuk menyabunkan ALB dan perlakuan tersebut dilakukan pengadukan dengan magnetic stirer. Sampel yang sudah disabunkan

ditambah NaCl jenuh sebanyak 5 ml untuk mempermudah proses penyaringan menggunakan kertas saring Whatman 41. Setelah disaring, sampel diekstraksi dengan heksan sebanyak 50 ml dan didinginkan pada refrigerator untuk proses

kristalisasi lemak. Sampel disaring kembali dengan kertas Whatman 41 dan dilakukan ekstraksi tahap dua menggunakan pelarut heksan sebanyak 20 ml dan

Saponifikasi

(14)

4

dilanjutkan proses kristalisasi lemak pada refrigerator. Setelah itu, sampel

disaring kembali dan dikering anginkan untuk memperoleh produk MDAG yang lebih murni. Setelah itu produk MDAG murni ditimbang dengan kertas saringnya dan rendemen dihitung menggunakan rumus berikut:

%Rendemen =

Analisis Komposisi MDAG dengan KLT (Sherma dan Fried 2005)

Sebanyak 100 mg untuk masing-masing produk MDAG Seafast (standar MDAG), PFAD (standar ALB), minyak goreng (standar TAG), MDAG sebelum dimurnikan dan MDAG sesudah dimurnikan dilarutkan dalam 1 ml heksan. Selanjutnya 0.5 ml dari larutan tersebut diaplikasikan pada lempeng KLT dalam bentuk spot bulat. Setelah spotting selesai dilakukan, lempeng KLT

dikembangkan atau dielusi menggunakan campuran petroleum eter : dietil eter : asam asetat glasial (90:10:1 v/v/v) yang sebelumnya telah dijenuhkan. Waktu yang diperlukan untuk mengelusi adalah 1.5 jam. Lempeng kemudian dikeluarkan dari bejana pengembang dan dibiarkan beberapa menit sampai uap yang masih tertinggal hilang. Untuk identifikasi, pewarnaan dilakukan dengan asam sulfat 50% yang disemprotkan pada lempeng dan selanjutnya dipanaskan pada oven bersuhu 120 °C selama 1 jam. Spot-spot yang timbul akan tampak berwarna abu-abu tua. Analisa spot masing-masing fraksi dilakukan dengan menggunakan

software ImageJ untuk menghitung luas area masing-masing spot.

Uji Kadar Asam Lemak Bebas (SNI 01-3555-1998)

Sebanyak 2 gram sampel dilarutkan dalam 50 ml etanol netral 95%, lalu dipanaskan hingga mendidih selama 10 menit dalam penangas air sambil diaduk. Kemudian ditambahkan 3 – 5 tetes indikator PP 1% dan dititrasi dengan larutan KOH 0.1 N hingga terbentuk warna merah muda konstan (tidak berubah selama 15 detik). Jumlah KOH yang digunakan untuk titrasi dicatat untuk menghitung kadar ALB. Berikut adalah rumus untuk perhitungan kadar asam lemak bebas:

Kadar ALB (%) = ((A x N x M) / (G)) X 100%

Keterangan :

A = volume (ml) KOH untuk titrasi N = normalitas larutan KOH

M = berat molekul sampel asam lemak yang dominan, yaitu 256.4 g/mol (asam palmitat)

G = bobot sampel (g) Uji penampakan

MDAG kasar dan MDAG yang telah dimurnikan dianalisa berdasarkan penampakan yakni warna secara visual, tekstur menggunakan indra peraba, dan bau menggunakan indra penciuman.

Uji Stabilitas Emulsi (Suryani et al. 2000)

(15)

5 ke dalam tabung reaksi. Pengamatan dilakukan dengan mengukur tinggi emulsi yang terbentuk pada suhu kamar. Berikut adalah rumus untuk menghitung stabilitas emulsi:

Stabilitas Emulsi (%) = (A/S) x 100%

Keterangan :

A = tinggi lapisan teremulsi (cm) S = tinggi cairan total (cm); Pengukuran Nilai pH

Pengukuran nilai pH menggunakan kertas pH universal. Uji ini dilakukan pada saat melakukan uji stabilitas emulsi, dimana kertas pH dicelupkan pada sampel yang sudah diemulsikan.

Uji Titik Leleh (AOAC 1995)

Padatan M-DAG dimasukkan ke dalam pipa kapiler setinggi 1 cm. Pipa kapiler tersebut kemudian dipasang pada termometer dan dimasukan ke dalam penangas air. Bila contoh mulai naik, termometer dibaca dan suhu dicatat sebagai suhu titik leleh sampel tersebut.

Analisa GC-MS

Analisa MDAG terpilih dilakukan menggunakan GC-MS (Gas Chromatography-Mass Spectrometry) Agilent 19091S-433. Analisa dilakukan di

Puslabfor Mabes Polri, Jakarta. Sampel dilarutkan didalam heksan apabila terdapat sampel yang tidak larut maka dilakukan proses sentrifugasi. Sampel yang telah dilarutkan tersebut di inject ke alat GCMS dengan parameter yakni; initial temperature 290 °C, pressure 17.71 psi, run time 35 menit, dan tipe gas

pembawanya Helium. GC-MS akan menghasilkan chromatogram yang akan

diidentifikasi menggunakan software GC-MS Data Analysis.

Rancangan Percobaan

Rancangan percobaan didasarkan pada rancangan acak lengkap (RAL) dengan satu faktor. Pengujian dilakukan dengan program SPSS 16.0 one-way analysis of variance (ANOVA) dengan p<0.05 dilanjutkan uji Duncan. Model

matematika yang digunakan adalah:

Keterangan:

Yij = Respon percobaan akibat faktor A pada taraf ke-i dan ulangan ke-j

µ = Rata-rata umum

Ai = Pengaruh faktor volume NaOH 1N yang digunakan pada taraf ke-i

( i = 1,2,3,4, 5)

Ɛij = Pengaruh kesalahan percobaan akibat faktor A pada taraf ke-i dan

ulangan ke-j (j = 1, 2)

(16)

6

HASIL DAN PEMBAHASAN

Karakterisasi MDAG kasar

MDAG termasuk surfaktan non-ionik berupa campuran antara monoasilgliserol dan diasilgliserol yang memiliki gugus hidroksil yang bersifat hidrofilik (mengikat air) dan gugus asam lemak yang bersifat lipofilik (mengikat minyak/lemak) (Hasanuddin et al. 2003). MDAG kasar yang dikarakterisasi ialah

mono-diasilgliserol (MDAG) yang diperoleh dari hasil reaksi esterifikasi antara gliserol dengan PFAD (Palm Fatty Acid Distilated) menggunakan katalis MESA

(Methyl Ester Sulfonic Acid). Menurut (Kurniati 2014 dan Andriani 2014), sintesis

dimulai dengan penambahan gliserol dan PFAD dengan rasio volume 1:4 ke dalam reaktor dan ditambahkan katalis MESA. Campuran kemudian dipanaskan di dalam reaktor berpengaduk pada suhu 160 °C dalam keadaan vakum. Pada proses esterifikasi digunakan trap untuk menangkap air yang terbentuk sehingga

tidak merusak mono-diasilgliserol yang dihasilkan. Proses esterifikasi ini berlangsung dalam variasi waktu 60 sampai 90 menit.

Hasil reaksi esterifikasi tersebut menghasilkan campuran monoasilgliserol (MAG), diasilgliserol (DAG), triasilgliserol (TAG), asam lemak bebas (ALB), dan sisa gliserol. Produk MDAG kasar dan hasil karakterisasinya dapat dilihat pada Gambar 2 dan Tabel 1.

Gambar 2 MDAG sebelum pemurnian

Tabel 1 Karakterisasi MDAG sebelum pemurnian

Jenis Uji Hasil

% ALB 19.80

Titik leleh (°C) 41,5

pH 4

Warna Coklat

Tekstur Lunak dan berminyak

Bau Tengik (minyak)

Berdasarkan analisa KLT menggunakan software ImageJ, fraksi komposisi

(17)

7 Pemurnian Mono-Diasilgliserol (MDAG)

Sintesis MDAG dapat dilakukan melalui esterifikasi gliserol dengan asam lemak dengan cara kimia dan enzimatis maupun produksi dengan cara hidrolisis minyak. Reaksi esterifikasi menggambarkan pertukaran gugus hidroksil pada gliserol dengan gugus asil dari asam lemak bebas. Reaksi esterifikasi merupakan reaksi yang menghasilkan senyawa ester dari asam karboksilat dan alkohol dengan membebaskan molekul air. Proses esterifikasi memerlukan katalis berupa katalis logam atau biokatalis (enzim). Reaksi esterifikasi dengan katalis logam berlangsung pada suhu dan tekanan tinggi, sedangkan dengan biokatalis dapat berlangsung pada suhu yang relatif rendah (Harnanik 2005). Esterifikasi langsung dari gliserol dan asam lemak menghasilkan monogliserida, digliserida, trigliserida, serta sisa asam lemak dan gliserol yang tidak ikut bereaksi. Komposisi dari produk akhir tergantung pada rasio gliserol dengan asam lemak, tipe asam lemak dan kondisi proses yang diterapkan.

Pemurnian MDAG merupakan proses hilir yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas produk. Proses pemurnian dilakukan untuk memisahkan fraksi-fraksi seperti ALB dan TAG. Pemisahan fraksi-fraksi tersebut dapat dilakukan dengan ekstraksi memakai pelarut (Irimescu et al. 2001), kromatografi

kolom (Mappiratu 1999), distilasi molekuler (molecular destillation) (Compton et al. 2008). Metode ekstraksi merupakan metode yang menggunakan pelarut

organik sebagai pengekstraknya. Menurut Farmo et al. (1994), kelarutan suatu

komponen di dalam sistem non-aquoeus tergantung dari titik leleh dan karakteristik pelarutnya. Suatu zat dapat larut dalam pelarut jika mempunyai nilai polaritas yang sama. Dengan demikian, dalam metode ekstraksi diperlukan pelarut yang polaritasnya sama dengan polaritas TAG dan ALB, maupun sama dengan polaritas MDAG. Metode kromatografi kolom umumnya menggunakan fasa diam dan fasa gerak. Fasa diam yang umum digunakan dengan metode kromatografi kolom ialah gel silika, sedangkan fasa gerak yang digunakan ialah pelarut organik (Watanabe et al. 2006). Kelemahan penggunaan metode ekstraksi dan metode

kromatografi kolom ialah boros penggunaan pelarut organik dan rendemen relatifnya sedikit. Sedangkan metode distilasi molekuler merupakan proses separasi fraksi-fraksi molekul yang berbeda bobotnya pada suhu yang serendah mungkin untuk menghindari kerusakan bahan. Metode ini dicirikan dengan alokasi waktu distilasi singkat, koefisisen transfer panas tinggi, penghilangan

hotspot, aliran operasi kontinyu, tekanan rendah, dan jarak sempit antara

kondensor dan evaporator. Metode distilasi molekuler menghasilkan produk MDAG yang lebih murni dan rendemen yang lebih tinggi dibanding metode lain. Namun penggunaan metode tersebut relatif mahal dan lebih kompleks dalam penggunaannya.

(18)

8

basa yang sesuai untuk memaksimalkan laju reaksi. Selain itu waktu pengadukan selama proses saponifikasi juga berpengaruh dalam mempercepat reaksi saponifikasi (Naomi et al 2013). Penambahan air bertujuan untuk mencuci sabun

dan garam-garam yang terbentuk dari hasil reaksi penyabunan. Selain itu, penambahan air juga bertujuan untuk melarutkan dan memisahkan gliserol yang bersifat polar. Hal ini dikarenakan air merupakan senyawa yang bersifat polar dengan indeks kepolarannya sebesar 9.0 (Anonim 2013). Setelah proses penyabunan dilakukan, selanjutnya ditambahkan NaCl jenuh pada sampel yang telah disabunkan tersebut. Hal tersebut bertujuan untuk memecah emulsi sehingga mempermudah proses penyaringan. Setelah melalui tahap penyaringan, sampel diekstraksi menggunakan pelarut heksan dengan rasio terhadap sampel yaitu 5:1. Heksan merupakan pelarut non polar dengan indeks kepolarannya sebesar 0.0 (Anonim 2013). Penggunaan pelarut heksan diharapkan dapat melarutkan TAG yang lebih bersifat non polar dibandingkan MDAG. Sampel yang sudah dilarutkan dalam heksan dilakukan proses kristalisasi di dalam refrigerator

selama 4 jam. Hal ini dikarenakan pada suhu dingin MDAG akan mengkristal dan membentuk endapan, sedangkan TAG larut dalam heksan. Kemudian endapan tersebut disaring menggunakan kertas saring Whatman 41 dan dilakukan ekstraksi kembali dengan rasio heksan dengan pelarut 1:2. Hal ini dilakukan untuk memperoleh produk MDAG yang lebih murni lagi.

Rendemen MDAG setelah pemurnian

Hasil rendemen pemurnian MDAG yang ditunjukkan pada Lampiran 1 bervariasi antara 26.98% hingga 33.00%. Berdasarkan analisis keragaman (ANOVA) yang terdapat pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa NaOH berpengaruh terhadap rendemen. Uji lanjut diperlukan untuk mengetahui pengaruh tiap taraf volume NaOH 1N terhadap rendemen. Uji lanjut yang digunakan ialah uji Duncan yang ditunjukkan pada Lampiran 3. Hasil dari uji lanjut diperoleh bahwa perlakuan tanpa NaOH dan dengan 1 ml NaOH 1N memliki rendemen tertinggi dan berbeda nyata terhadap MDAG dengan taraf volume 2 ml, 3 ml, dan 4 ml NaOH 1N seperti yang terlihat pada Gambar 3. Sedangkan rendemen MDAG antara taraf volume 2 ml, 3 ml, dan 4 ml NaOH 1N tidak berbeda nyata, sehingga menunjukkan bahwa semakin banyak jumlah NaOH yang digunakan maka rendemen yang diperoleh akan menurun. Hal ini dipengaruhi karena NaOH tidak spesifik dalam menyabunkan ALB, melainkan MDAG juga dapat tersabunkan.

Gambar 3 Histogram rendemen MDAG hasil pemurnian

(19)

9 Analisa Kromatografi Lapis Tipis (KLT)

Tingginya rendemen yang diperoleh tidaklah menunjukkan tingkat kemurnian MDAG yang diperoleh. Sehingga diperlukan uji kromatografi lapis tipis (KLT) dan kuantifikasi persentase fraksi-fraksi komposisi MDAG yang di analisa menggunakan software imageJ. Menurut Hamilton dan Rossel (1987),

kromatografi lapis tipis merupakan teknik pemisahan sederhana yang memisahkan campuran minyak/lemak yang mempunyai kepolaran yang berbeda. Adanya perbedaan kepolaran tersebut memberikan pengaruh perbedaan tingkatan/jarak spot-spot atau nilai rf (nilai jarak yang ditempuh senyawa dari titik asal). Pelarut yang digunakan untuk mengelusi produk MDAG yang dihasilkan ialah campuran petroleum eter, dietil eter, dan asam asetat dengan perbandingan 90:10:1 (v/v/v). Fraksi yang bersifat lebih non polar akan terelusi terlebih dahulu, sedangkan fraksi yang bersifat lebih polar akan tertahan lebih lama oleh adsorben yang juga bersifat polar. TAG adalah fraksi yang bersifat lebih non polar dibandingkan fraksi lainnya (ALB, DAG, dan MAG) sehingga pada saat pengembangan TAG akan memebentuk spot pada bagian atas lempeng KLT dan disusul berturut-turut oleh ALB, DAG dan MAG. Hasil uji KLT dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4 Hasil uji kromatografi lapis tipis

Berdasarkan uji KLT, MDAG dari berbagai perlakuan hanya membentuk tiga spot. Hal ini dikarenakan fraksi ALB dan TAG tidak terelusi secara sempurna, sehingga membentuk spot yang menyatu. Hasil uji KLT yang sudah dielusi tersebut dianalisa dengan sofware imageJ untuk memperoleh luas area spot MAG,

DAG dan TAG+ALB. Adapun hasil pemisahan dengan KLT secara kuantitatif dapat dilihat pada Gambar 5.

(20)

10

Berdasarkan hasil tersebut diperoleh bahwa luas area ALB dan TAG pada MDAG yang telah dimurnikan sudah mengalami penurunan dibandingkan MDAG kasar. Selain itu persentase ALB dan TAG pada MDAG yang dimurnikan semakin meningkat seiring dengan meningkatnya jumlah NaOH yang digunakan. Hal ini ditunjukkan dengan jumlah TAG dan ALB pada perlakuan 1 ml NaOH yang semakin meningkat hingga ke MDAG perlakuan 4 ml NaOH. Peningkatan persentase ALB dan TAG ini menunjukkan proses saponifikasi tidak spesifik menyabunkan ALB, melainkan MDAG juga ikut mengalami proses saponifikasi. Menurut Ketaren (2008), trigliserida, digliserida, dan monogliserida dapat mengalami proses saponifikasi, dimana dalam kondisi yang sama monogliserida dan digliserida dapat tersabunkan lebih cepat dibanding trigliserida. Dengan demikian, hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan NaOH dalam proses pemurnian MDAG tidak secara spesifik dalam menyabunkan fraksi ALB dan TAG dimana fraksi MAG juga ikut tersabunkan.

Persen Asam Lemak Bebas

Jumlah asam lemak bebas yang terkandung dapat diketahui dengan uji ALB (asam lemak bebas). Hasil dari pengujian yang terlampir pada Lampiran 1 menunjukkan bahwa persen ALB setelah pemurnian berkisar antara 8.64% hingga 11.44% untuk setiap perlakuannya. Analisis keragaman (ANOVA) yang dapat dilihat pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa NaOH berpengaruh terhadap penurunan persen ALB. Hal ini ditunjukkan bahwa fraksi ALB pada MDAG kasar ialah sebesar 19.8 % telah mengalami penurunan secara signifikan terhadap MDAG setelah pemurian menggunakan NaOH. Sedangkan uji Duncan yang dapat dilihat pada Lampiran 3 diperoleh bahwa tiap taraf volume NaOH yang digunakan tidak berbeda nyata seperti yang ditunjukkan pada Gambar 6. Hal tersebut menunjukkan bahwa pemurnian dengan NaOH tidak berjalan secara spesifik dalam menyabunkan ALB, melainkan juga menyabunkan MDAG. Berdasarkan perhitungan molar pada Lampiran 2 bahwa jumlah NaOH yang dibutukan untuk menyabunkan ALB ialah 9.09 ml, sehingga kebutuhan NaOH yang dibutuhkan untuk menyabunkan ALB tidak berlebih.

Gambar 6 Histogram Asam Lemak Bebas pada MDAG

Penampakan Visual

(21)

11 tekstur yang kering, putih, dan tidak berbau. Sedangkan MDAG hasil perlakuan dengan saponifikasi 2 ml, 3 ml, dan 4 ml NaOH 1N memiliki tekstur yang berminyak, kecoklatan, dan berbau minyak. Tekstur berminyak dan warna kecoklatan pada MDAG yang dihasilkan menunjukkan tingginya fraksi TAG. Menurut Winarno (2002) TAG atau minyak kelapa sawit memiliki warna kekuningan hingga kecoklatan dan berbau khas minyak. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan NaOH dan kandungan air yang terikat pada MDAG dapat menurunkan sifat kelarutan TAG dalam heksan. Hal ini dikarenakan adanya ketidak-seimbangan ion-ion yang mengakibatkan perubahan kepolaran (Cascaval 2005). Sehingga kelarutan TAG di dalam heksan menurun karena adanya perubahan kepolaran TAG.

Tabel 2 Karakteristik visual MDAG

Perlakuan Gambar Warna Tekstur Bau

MDAG Seafast Putih Kering Tidak berbau

MDAG tanpa NaOH Putih Kering Tidak Berbau

MDAG NaOH 1 ml Putih Kering Tidak berbau

MDAG NaOH 2 ml Putih

kecoklatan Agak berminyak Agak Berbau minyak

MDAG NaOH 3 ml Putih

kecoklatan Berminyak Berbau minyak

MDAG NaOH 4 ml Coklat Berminyak Berbau minyak

Stabilitas Emulsi

Uji stabilitas emulsi yaitu uji yang mengukur seberapa lama pengemulsi atau emulsifier dalam memepertahankan sitem emulsi. Uji stabilitas emulsi dilakukan dengan mencampurkan minyak dan air dengan rasio volume yang sama dan ditambahkan dengan M-DAG sebelum dan sesudah pemurnian, kemudian dilakukan pengadukan sampai rata. Setelah pengadukan, terbentuk tiga lapisan yaitu minyak (atas), bagian yang teremulsi (tengah), dan air (bawah).

Hasil uji stabilitas emulsi dapat dilihat pada Lampiran 1. Berdasarkan analisis keragaman (ANOVA) yang terlampir pada Lampiran 3 diperoleh bahwa MDAG dengan taraf volume NaOH yang berbeda memiliki pengaruh terhadap perubahan slope grafik stabilitas emulsi yang diperoleh. Semakin curam grafik

yang diperoleh maka stabilitas emulsi yang diperoleh semakin rendah. Berdasarkan uji Duncan yang terlampir pada Lampiran 3 diperoleh bahwa MDAG dengan taraf tanpa NaOH dan 1 ml NaOH 1N memliki slope yang lebih kecil dan

berbeda nyata dibanding MDAG dengan taraf 2 ml, 3 ml, dan 4 ml NaOH yang memliki slope yang semakin besar. Hal ini menunjukkan bahwa semakin

meningkatnya volume NaOH yang digunakan maka slope stabilitas emulsi yang

(22)

12

menurunkan kinerja MDAG sebagai pengemulsi. Hal ini sesuai dengan hasil uji KLT dan uji asam lemak bebas yang ditunjukkan pada Gambar 5 dan Gambar 6 dimana persentase ALB dan TAG akan semakin meningkat seiring bertambahnya volume NaOH yang digunakan. Selain itu, rendahnya stabilitas emulsi kemungkinan juga dipengaruhi oleh adanya kandungan NaCl yang tertinggal ketika proses pemisahan sabun. Hasil pengujian stabilitas emulsi dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Grafik stabilitas emulsi MDAG

Derajat Keasaman dan Titik Leleh

Karakterisasi selanjutnya yang dilakukan ialah pengukuran nilai pH. Pengukuran nila pH dilakukan menggunakan kertas indikator pH universal. Pengujian pH dari MDAG dimaksudkan untuk mengetahui tingkat keasaman produk tersebut. Hasil dari pengukuran nilai pH ditunjukkan pada Tabel 3. MDAG sebelum dimurnikan memiliki pH 4 yang menandakan bahwa MDAG yang dihasilkan berada pada suasana asam. Suasana asam tersebut juga dipengaruhi oleh sisa asam lemak bebas yang masih terkandung dan sisa bahan yang digunakan dalam proses esterifikasi berupa gliserol yang memiliki pH 5 dan katalis MESA yang bersifat asam. MDAG standar (seafast) memiliki pH 6, hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah asam lemak bebas yang terkandung sudah sedikit. Sedangkan MDAG perlakuan tanpa NaOH memiliki pH 4 yang menunjukkan bahwa jumlah ALB masih banyak. Sedangkan MDAG dengan perlakuan NaOH memiliki nilai pH yang semakin meningkat (semakin mengarah ke pH netral) sering dengan jumlah NaOH 1 N yang meningkat. Hal tersebut bukan menunjukkan bahwa MDAG perlakuan NaOH memiliki jumlah ALB yang semakin sedikit, melainkan karena pengaruh NaOH yang bersifat basa dimana dapat menurunkan derajat keasaman MDAG.

(23)

13 dapat ditunjukkan pada Tabel 3. Berdasarkan analisis keragaman (ANOVA) yang dilampirkan pada Lampiran 3 menunjukkan bahwa proses pemurnian dengan perlakuan NaOH berpengaruh terhadap perubahan titik leleh yang dihasilkan. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya titik leleh MDAG setelah pemurnian. Peningkatan titik leleh diperngaruhi karena terjadi perubahan komposisi MDAG yang telah dimurnikan menjadi lebih stabil. Akan tetapi, berdasarkan uji Duncan yang terlampir pada Lampiran 3 titik leleh untuk setiap taraf dengan perlakuan volume NaOH berbeda 1N tidak berbeda nyata, sehingga menunjukkan bahwa tiap taraf volume NaOH 1N yang digunakan tidak mempengaruhi perubahan titik lelehnya.

Tabel 3 Uji titik leleh dan uji pH MDAG dikarakterisasi menggunakan analisa GC-MS (Gas Chromatografi - Mass Spectrometry). Sistem pemisahan GC berdasarkan perbedaan tekanan uap dari

setiap komponen yang terkandung. Terdapat dua fase pada GC yaitu fase diam yang dapat berupa padatan atau cairan dan fase gerak berupa gas pembawa yang bersifat inert (seperti He, N2, dan H2). Sedangkan MS merupakan instrumen yang

mengidentifikasi komponen berdasarkan bobot molekul senyawanya (Skoog 1996). Sampel yang digunakan dalam uji GC-MS ialah MDAG sebelum pemurnian dan MDAG setelah pemurnian yang akan menghasilkan

Chromatogram yang ditunjukkan pada Lampiran 4 .

Tabel 4 Luas area komposisi MDAG sebelum dan sesudah dimurnikan tR

(menit) Rumus Molekul Nama Senyawa Sebelum Pemurnian Sesudah Pemurnian % Luas Area

6.609 C3H8O3 Gliserin 0.92 -

18.979 C18H34O Olealdehid 11.86 16.42

19.366 C19H38O4 Monopalmitin 20.02 20.21

21.646 C21H40O4 Monoolein 21.88 17.41

21.844 C21H42O4 Monostearin 1.42 1.63

(24)

14

sebesar 24.29 % telah mengalami penurunan setelah dimurnikan menjadi 12.96 %. Hal tersebut membuktikan bahwa pemurnian MDAG mampu menurunkan kandungan asam lemak. Akan tetapi penurunan jumlah asam lemak bebas juga diikuti dengan penurunan MAG berupa monoolein, monopalmitin dan monostearin dari 43.32 % menjadi 39.25%. Sehinggal hal ini menunjukkan bahwa MDAG juga ikut terlarutkan pada heksan.

SIMPULAN DAN SARAN

Simpulan

Saponifikasi berperan dalam memurnikan mono-diasilgliserol (MDAG) dengan menyabunkan asam lemak bebasnya. Akan tetapi, semakin tinggi jumlah NaOH yang digunakan maka rendemen yang dihasilkan semakin menurun. Hal ini disebabkan karena terjadinya proses saponifikasi yang tidak spesifik hanya menyabunkan ALB, akan tetapi MDAG juga ikut tersabunkan. Namun demikian proses pemurnian dengan perlakuan 1 ml NaOH 1N memberikan pengaruh yang lebih baik dibanding dengan perlakuan dengan NaOH lainnya terhadap rendemen, penurunan persen ALB, peningkatan stabilitas emulsi dan peningkatan titik leleh MDAG yang dihasilkan. Produk MDAG dengan perlakuan 1 ml NaOH 1 N memiliki rendemen sebesar 31.54% dengan komposisi MAG 26.80%, DAG 30.46%, dan TAG-ALB 42.74%, kadar asam lemak bebas 8.88%, titik leleh 53.

°C, nilai pH 5, stabilitas emulsi 84%, tekstur kering, tidak berbau, dan berwarna

putih.

Saran

Reaksi saponifikasi pada proses pemurnian MDAG masih tidak maksimal dalam menyabunkan ALB. Sehingga diperlukan upaya pengkondisian termasuk suhu dan kecepatan pengadukan agar proses saponifikasi dapat menyabunkan ALB secara spesifik. Selain itu, diperlukan pelarut yang lebih nonpolar dibanding heksan untuk memaksimalkan kelarutan TAG dan meminimalkan kelarutan MDAG.

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2013. HPLC Column Protection Guide Version 0113. Torrance (US):

Phenomenex

Andriani AA. 2014. Penentuan Waktu Reaksi dan Konsentrasi Katalis Untuk Sintesis Mono-Diasilgliserol [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. [AOAC] Association of Official Analytical Chemists. 1995. Official Methods of

Analysis of AOAC International. Washington DC (US): AOAC.

(25)

15 Lemak Minyak Sawit dengan Teknik Esterifikasi Enzimatis Menggunakan Lipase Rhizomucor miehei [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor

Berger M & Schneider MP. 1992. Enzymatic esterification of glycerol II lipasecatalyzed synthesis of regioisomerically pure 1(3)-rac-monoacylglycerols. J. Am. Oil Chem. Soc. 69(10) : 961-965.

Compton DL, JA Laszlo, FJ Eller & SL Taylor (2008). Purification of 1,2-diacylglycerols from vegetable oils: Comparison of molecular distillation and liquid CO2 extraction. J Industrial Crops & Products 28, 113–121.

Farmo MW, Erick J, Frank AN, & Norman OVS. 1994. Bailey’s Industrial Oil

and Fat Product. Volume I (4 th ed). New York (US): John Willey and Sons

Inc.

Hamilton RJ & Rossell JB. 1987. Analysis of Oils and Fats. England (GB):

Elsevier Science.

Harnanik S. 2005. Studi Penggunaan Lipase Aspergillus sp. dan Mucor javanicus M 26 II/2 Untuk Menghasilkan Monodiasilgliserol. [thesis]. Bogor (ID):

Institut Pertanian Bogor.

Hasanuddin A, Mappiratu & GS Hutomo. 2003. Pola perubahan mono dan diasilgliserol dalam reaksi etanolisis minyak sawit mentah. J Tekn Indust Pangan 14 (3), 241-247.

Igoe RS dan YH Hui. 1996. Dictioanary of Food Ingredients. New York:

Chapman and Hall.

Irimescu R, Furihata K, Hata K, Iwasaki Y, Yamane T. 2001. Two step enzymatic synthesis of docosahexaenoic acid-rich symmetrically structured triacylglycerol via 2- Monoacylglycerols. J. Am. Oil Chem. Soc.78: 743-748.

Ketaren S. 2008. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta (ID):

UI Pr.

Kurniati D. 2014. Penentuan Suhu Reaksi dan Rasio Volume Gliserol dan Palm Fatty Acid Distillate untuk Sintesis Mono-Diasilgliserol [skripsi]. Bogor

(ID): Institut Pertanian Bogor.

Lukita W.2000. Pemurnian, karakterisasi dan aplikasi mono-dan diasilgliserol yang diproduksi dari destilat asam lemak minyak kelapa melalui teknik esterifikasi dengan katalis lipase Rhizomucor miehei [skripsi] . Bogor(ID):

Institut Pertanian Bogor.

Mappiratu. 1999. Penggunaan biokatalis dedak padi dalam biosintesis antimikroba monoasilgliserol dari minyak kelapa [disertasi]. Bogor(ID): Institut Pertanian Bogor.

Naomi P, Anna ML, dan MY Toha. 2013. Pembuatan Sabun Lunak Dari Minyak Goreng Bekas Ditinjau Dari Kinetika Reaksi Kimia. J Tekn Kimia No. 2, Vol. 19.

Sherma J, Fried B. 2005. Handbook of Thin Layer Chromatography, Third Edition, Revised and Expanded. New York (US): Marcel Dekker Inc.

Skoog DA. 1996. Fundamentals of Analitical Chemistry &th Edition. Orlando

(US): Sounder College Publishing.

[SNI] Standar Nasional Indonesia. 1998. SNI 01-3555-1998: Minyak dan Lemak.

Jakarta(ID): SNI.

Suryani A, Sailah I, Hambali E. 2000. Teknologi Emulsi. Bogor (ID): Institut

(26)

16

Watanabe Y, T Nagao, S Kanatani, T Kobayashi, T Terai & Y Shimada. 2006. Purification of mono-acylglycerol with conjugate linoleic acid synthesized through a lipase-catalyzed reaction by solvent winterization. J Oleo Sci 55

(10), 537-543.

(27)

17

Tabel Rendemen Pemurnian mono-diasilgliserol (MDAG)

Tabel Luas Area Komposisi (Spot Fraksi) MDAG

Sampel MAG DAG TAG+PFAD

MDAG Seafast 4785 7150 6518

MDAG Kasar 6673 5529 14698

MDAG Heksan 3441 4389 6285

Tanpa NaOH 7875 9919 12124

MDAG 1ml 5301 6024 8452

MDAG 2ml 4847 7273 8499

MDAG 3ml 4941 5989 8187

MDAG 4ml 4218 3891 7542

Tabel Persentase Komposisi MDAG

Sampel MAG DAG TAG+PFAD

MDAG Seafast 25.,93% 38.75% 35.32%

MDAG Kasar 24.81% 20.55% 54.64%

MDAG Heksan 24.38% 31.09% 44.53%

Tanpa NaOH 26.32% 33.15% 40.52%

MDAG 1ml 26.80% 30.46% 42.74%

MDAG 2ml 23.51% 35.27% 41.22%

MDAG 3ml 25.85% 31.33% 42.83%

MDAG 4ml 26.95% 24.86% 48.19%

Tabel Nilai Stabilitas Emulsi

Sampel tanpa

NaOH 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml

(28)

18

Tabel Persentase ALB (Asam Lemak Bebas) Sampel MDAG

Seafast Kasar MDAG Tanpa NaOH 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml Ulangan 1 2.62% 19.04% 8.46% 8.66% 11.41% 9.90% 11.42% Ulangan 2 2.56% 20.57% 8.82% 9.10% 11.28% 10.15% 11.45% Rata-Rata 2.59% 19.80% 8.64% 8.88% 11.34% 10.02% 11.43% Tabel Nilai pH

Sampel MDAG

Seafast MDAG kasar Tanpa NaOH 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml

Ulangan 1 6 4 4 5 5 6 6

Ulangan 2 6 4 4 5 5 6 6

Rata-Rata 6 4 4 5 5 6 6

Tabel Titik Leleh

Sampel MDAG

Seafast MDAG kasar Tanpa NaOH 1 ml 2 ml 3 ml 4 ml

Ulangan 1 52 42 53 53 52 52 52

Ulangan 2 51 41 54 53 52 52 52

(29)

19

Diketahui:

Basis : 10 gram MDAG

Asam Palmitat : 16.06 % (BM = 256 g/mol) Asam Stearat : 8.23 % (BM = 288 g/mol) BM NaOH : 40 g/mol

Penyelesaian:

g ALB = (fraksi as. palmitat + fraksi as. stearat) x 5 g = (0.1606 + 0.0823) x 10 g

= 2.429 gram BM ALB = (

) + (

)

= ( ) + ( ) = 169 g/mol + 98 g/mol

= 267 g/mol mol ALB = g ALB/BM ALB

=

= 0.00909 mol

Maka, volume NaOH 1 N yang dibutuhkan untuk menyabunkan ALB: g NaOH = mol ALB x BM NaOH

= 0.00909 x 40 g/mol

= 0.363 gram g NaOH = N x V x BM 0.363 = 1 x V x 40 V = 0.00909 L

= 9.09 mL

(30)

20

ANOVA Terhadap Rendemen MDAG

ONEWAY Rendemen BY Perlakuan /MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.1).

Oneway

[DataSet0]

ANOVA

Rendemen

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 53.054 4 13.264 12.899* .008

Within Groups 5.142 5 1.028

Total 58.196 9

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Rendemen

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2

P2 2 26.9800

P4 2 27.8450

P3 2 28.4600

P1 2 31.5400

P0 2 32.9950

Sig. .215 .211

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

(31)

21 ANOVA terhadap Persentase ALB

ONEWAY Persentase_ALB BY Perlakuan /MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway

[DataSet0]

ANOVA

Persentase_ALB

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 172.026 5 34.405 150.482* .000

Within Groups 1.372 6 .229

Total 173.398 11

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Persentase_ALB

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

MDAG 0 ml NaOH 2 8.6400

MDAG 1 ml NaOH 2 8.8800 8.8800

MDAG 3 ml NaOH 2 10.0250

MDAG 2 ml NaOH 2 11.3450

MDAG 4 ml NaOH 2 11.4250

MDAG kasar 2 19.8050

Sig. .634 .054 .873 1.000

(32)

22

ANOVA terhadap Stabilitas Emulsi

ONEWAY Slop_Kurva_Stabilitas_Emulsi BY Perlakuan /MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway

[DataSet1]

ANOVA

Slop_Kurva_Stabilitas_Emulsi

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups .001 5 .000 75.660* .000

Within Groups .000 6 .000

Total .001 11

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Slop_Kurva_Stabilitas_Emulsi

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3 4

MDAG 4 ml NaOH 2 -.031900

MDAG 3 ml NaOH 2 -.028500 -.028500

MDAG kasar 2 -.026350

MDAG 2 ml NaOH 2 -.020000

MDAG 1 ml NaOH 2 -.012100

MDAG 0 ml NaOH 2 -.011200

Sig. .053 .179 1.000 .547

(33)

23

ANOVA terhadap Titik Leleh

ONEWAY Titik_Leleh BY Perlakuan /MISSING ANALYSIS

/POSTHOC=DUNCAN ALPHA(0.05).

Oneway

[DataSet0]

ANOVA

Titik_Leleh

Sum of Squares df Mean Square F Sig.

Between Groups 192.417 5 38.483 461.800* .000

Within Groups .500 6 .083

Total 192.917 11

Post Hoc Tests

Homogeneous Subsets

Titik_Leleh

Duncan

Perlakuan N

Subset for alpha = 0.05

1 2 3

MDAG kasar 2 41.5000

MDAG 1 ml NaOH 2 52.0000

MDAG 2 ml NaOH 2 52.0000

MDAG 3 ml NaOH 2 52.0000

MDAG 4 ml NaOH 2 52.0000

MDAG 0 ml NaOH 2 53.0000

Sig. 1.000 1.000 1.000

(34)

24

Chromatogram GC-MS Sebelum Pemurnian

Library Search Report

Data Path : C:\msdchem\1\data\

Data File : SAMPEL 3.D

Data Path : C:\msdchem\1\data\

Data File : SAMPEL 2.D

8.00 10.00 12.00 14.00 16.00 18.00 20.00 22.00 24.00 26.00 28.00 30.00 32.00 500000

(35)

25

RIWAYAT HIDUP

Penulis lahir di Simpang Kawat, Simalungun, Sumatera Utara pada tanggal 11 Maret 1993. Penulis merupakan anak pertama dari lima bersaudara dari pasangan Riston Silalahi dan Ramsiolo Aritonang. Penulis menyelesaikan jenjang pendidikan menengah atas di SMA Negeri 1 Dolok Panribuan, Simalungun pada tahun 2010. Pada tahun yang sama penulis melanjutkan pendidikan di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor melalui jalur masuk USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB). Selama mengikuti kegiatan perkuliahan, penulis menjadi anggota Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB dan Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (Himalogin). Penulis memperoleh beasiswa Panduan Preastasi Akademik (PPA) dari tahun 2011-2014. Pada tahun 2013, penulis melakukan kegiatan praktik lapang di PTPN IV Unit Usaha Adolina, Sumatera Utara dan menghasilkan laporan praktik lapang yang berjudul “Pengawasan Mutu pada Proses Pengolahan Tandan Buah Segar Kelapa Sawit Menjadi CPO (Crude Palm Oil) di PTPN-IV

(Persero) Unitu Usaha Adolina – Sumatera Utara”. Pada tahun 2014, penulis menjadi asisten praktikum mata kuliah Peralatan Industri. Penulis melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Saponifikasi pada Pemurnian Mono-Diasilgliserol Hasil Reaksi Gliserol dan PFAD” di bawah bimbingan Dr Dwi Setyaningsih, STP MSi.

Gambar

Gambar 1 Diagram alir pemurnian MDAG
Gambar 2 MDAG sebelum pemurnian
Gambar 3 Histogram rendemen MDAG hasil pemurnian
Gambar 4 Hasil uji kromatografi lapis tipis
+6

Referensi

Dokumen terkait

Hubungan antara Servant Leadership terhadap OCB diuji dengan menggunakan uji korelasi product-moment pearson menujukkan tidak terdapat hubungan yang signifikan

Dalam penelitian ini faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan kebaya akan dilihat dari faktor model, tekstil/kain, dan kenyamanan pemakaian.. Populasi dalam penelitian ini

Masalah yang ada pada tata letak di bagian fabrikasi antara lain, aliran material bolak – balik (backtracking flow), material masuk dan keluar lewat satu pintu

Dalam pembuatan kebijaksanaan telah ditentukan adanya peraturan-peraturan bagi Interen Pengadilan Tata Usaha Negara Padang dimana masing-masing sebagai pemegang

[r]

Undang Perasuransian Nomor 40 Tahun 2014, kedua undang-undang tersebut berperan penting dalam perlindungan asuransi kecelakaan diri. Dimana pelaksanaan klaim asuransi

Bet koks žingsnis ta linkme sulaukia la- bai griežtų Turkijos protestų (pvz., 2001 m. Prancūzijos parlamento Žemiesiems rūmams vienbalsiai priėmus įstatymą, jog 1915 m.

Hubungan antara partisipasi pemakai dan keberhasilan suatu sistem lebih kuat daripada saat peneliti menganggap hanya partisipasi pemakai seperti yang dilakukan oleh