TUTUPAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI
KARANG PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU
RIFQI SAEFUL BAHRI
ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA*
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul “Tutupan karang Di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu” adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
ABSTRAK
RIFQI SAEFUL BAHRI. Tutupan Karang Di daerah Transplantasi Karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu. Dibimbing oleh BEGINER SUBHAN dan HAWIS H. MADDUPPA.
Transplantasi karang merupakan teknik perbanyakan koloni karang dengan memanfaatkan reproduksi aseksual karang secara fragmentasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tutupan karang di lokasi transplantasi karang di pulau Pramuka Kepulauan Seribu, sehingga dapat memberikan informasi tentang kondisi transplantasi terumbu karang sebagai upaya merehabilitasi ekosistem terumbu karang yang telah rusak. Penelitian ini dilaksanakan pada 17-19 Maret 2015 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, dengan menentukan tiga titik stasiun dalam pengambilan data. Line Intercept Transek (LIT) digunakan untuk pengambilan data tutupan karan. Persentase tutupan karang keras hidup pada setiap stasiun mempunyai nilai berbeda yang berkisar antara 23% sampai 69%. Stasiun 1 merupakan lokasi keberadaan transplantasi karang yang memiliki persentase tutupan karang keras hidup sangat rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya yaitu 23% sehingga termasuk dalam kondisi buruk. Stasiun 2 memiliki persentase tutupan karang keras hidup sebesar 51% termasuk dalam kondisi yang baik. Stasiun 3 memiliki persentase tutupan karang keras hidup paling tinggi yaitu 69% sehingga termasuk kondisi baik. Ditemukan tiga bentuk pertumbuhan karang Acropora yaitu Acropora branching, Acropora digitate dan Acropora tabulate, sedangkan pada kelompok non-Acropora ditemukan lima bentuk pertumbuhan yaitu Branching, Encrusting, Foliose, Massive dan Submassive.
ABSTRACT
RIFQI SAEFUL BAHRI. Coral Reefs Cover In the area of transplantation Pramuka Island, Kepulauan Seribu. Supervised by BEGINER SUBHAN dan HAWIS H. MADDUPPA.
Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Kelautan
pada
Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan
TUTUPAN KARANG DI DAERAH TRANSPLANTASI
KARANG PULAU PRAMUKA, KEPULAUAN SERIBU
RIFQI SAEFUL BAHRI
ILMU DAN TEKNOLOGI KELAUTAN
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Skripsi : Tutupan Karang Di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu
Nama : Rifqi Saeful Bahri NIM : C54100012
Disetujui oleh
Beginer Subhan S.Pi, M.Si. Pembimbing I
Dr. Hawis H. Madduppa, S.Pi, M.Si Pembimbing II
Diketahui oleh
Dr.Ir. I Wayan Nurjaya, M.Sc Ketua Departemen
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema penelitian yang dipilih sejak bulan Maret 2015 ini adalah Transplantasi Karang, dengan judul Tutupan Karang Di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu.
Kesempatan kali ini penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak yang telah membantu dalam penulisan dan penyusunan skripsi ini terutama kepada : 1. Bapak Beginer Subhan S.Pi, M.Si. dan Bapak Dr.Hawis H. Madduppa, S.Pi,
M.Si selaku dosen pembimbing dalam penelitian skripsi ini atas segala saran, bimbingan, arahan dan nasihat selama penelitian berlangsung dan selama penulisan skripsi ini.
2. Dr. Ir. I Wayan Nurjaya, MSc selaku Ketua Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. Dr. Ir. Henry Manik, ST selaku ketua komisi pendidikan dan seluruh staf Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan. 3. Balai Taman Nasional Kepulauan Seribu.
4. Dinas Kelautan, Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi DKI Jakarta. 5. H. Saeful Bahri dan N. Aam Komala, orangtua tercinta dan Febby Ihsani,
saudara kandung tercinta atas doa, dukungan dan semangat yang terus diberikan kepada penulis hingga dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Siti Maulinna sebagai orang yang selalu memberikan motivasi dan semangat kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
7. Laboratorium Hidrobiologi Laut atas peminjaman peralatan pengambilan data demi kelancaran dalam penelitian dan penulisan skripsi ini.
8. Cheri dan Dea Anlika atas ketersediaannya menjadi mitra penyelaman dalam pengambilan data.
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga segala bentuk kritik dan saran penulis harapkan untuk menjadi bahan evaluasi diri. Semoga skripsi ini bermanfaat.
.
DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL vi
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vi
PENDAHULUAN 1
Latar Belakang 1
Tujuan Penelitian 2
METODE 2
Waktu dan Tempat Penelitian 2
Alat dan Bahan 3
Metode Pengambilan Data 4
Analisis Data 5
HASIL DAN PEMBAHASAN 5
Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5
Kondisi Lingkungan 6
Persentase Tutupan Karang 7
SIMPULAN DAN SARAN 11
Simpulan 11
Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 11
DAFTAR TABEL
1 Posisi Geografis Lokasi Peneliitian 2
2 Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian 3
3 Parameter Kualitas Air dan Alat yang digunakan 4
4 Kategori tutupan karang keras hidup 5
5 Data Kualitas Air 6
6 Persentase Tutupan Karang 7
7 Persentase kategori karang keras hidup dan substrat dasar perairan 8
DAFTAR GAMBAR
1 Peta Lokasi Penelitian 3
2 Metode Pengambilan Data Line Intercept Transect (LIT) atau Transek
Garis (English et al. 1994) 4
4 Persentase tutupan karang keras hidup 8
5 Persentase penutupan substrat dasar perairan di stasiun 1 9 6 Persentase penutupan substrat dasar perairan distasiun 2 10 7 Persentase penutupan substrat dasar perairan di stasiun 3 10
DAFTAR LAMPIRAN
1
Kategori Bentuk Pertumbuhan Karang serta Substrat lainnya (English etal., 1994) 13
2
Persentase penyusunan substrat dasar 14PENDAHULUAN
Latar Belakang
Terumbu karang merupakan ekosistem perairan tropis yang memiliki produktivitas organik dan keanekaragaman spesies tinggi karena adanya variasi habitat di dalamnya. Nyabakken (1992) menyatakan bahwa tingkat adaptasi dan keanekaragaman spesies di terumbu karang dipengaruhi oleh adanya interaksi yang kompleks antara biota penyusun ekosistem tersebut. Komponen terpenting suatu terumbu karang adalah hewan karang yang menghasilkan endapan kalsium karbonat (CaCO3) termasuk ke dalam filum Cnidaria, kelas Anthozoa, ordo Scleractina dan family Scleractinae (Kimbal, 1999).
Salah satu daerah di Indonesia yang memiliki sumberdaya terumbu karang adalah Kepulauan Seribu. Kepulauan Seribu merupakan Kumpulan pulau-pulau kecil yang berada di perairan sebelah utara teluk Jakarta. Menurut Nauli et al. (2013) ekosistem terumbu karang di wilayah Kepulauan Seribu merupakan salah satu ekosistem pesisir dengan biodiversitas yang tinggi dan memiliki sumberdaya alam yang sangat menarik bagi beragam aktivitas perairan.
Terumbu karang Kepulauan Seribu berperan penting bagi masyarakat lokal disekitarnya. Terumbu karang memiliki manfaat secara ekologis, ekonomis dan budaya. Secara ekologis terumbu karang dapat berfungsi sebagai tempat berlangsungnya siklus biologi, kimiawi dan fisik serta sebagai pelindung hempasan gelombang (Winarso et al. 1999). Secara ekonomis terumbu karang dapat menjadi tempat berkembangbiaknya habitat laut, seperti ikan yang menjadi sumber penghidupan nelayan tradisional. Selain itu terumbu karang memiliki daya tarik untuk wisata bahari sehingga dapat menjadikan nilai tambah bagi masyarakat lokal. Keberadaan biota laut ini sangat menarik perhatian manusia, bukan saja karena kehidupan nya yang sangat rahasia, tetapi juga karena manfaatnya yang sangat besar bagi kehidupan manusia (Romimohtarto & Juwana, 2001).
Seiring dengan berjalannya waktu, pertambahan penduduk di wilayah Kepulauan Seribu membuat kawasan terumbu karang mengalami kerusakan. Hal tersebut disebabkan oleh aktivitas manusia yang tidak ramah lingkungan. Kebutuhan manusia yang meningkat seperti kebutuhan pangan, pelabuhan, tempat wisata dan aktivitas lain yang tidak lepas dari keberadaan fungsi laut sehingga menimbulkan dampak negatif terhadap kondisi lingkungan ekosistem terumbu karang. Menurut Burke et al. (2012) tingkat ancaman terhadap terumbu karang di Indonesia mencapai 95% yang disebabkan oleh aktivitas manusia.
Kerusakan terumbu karang di Kepulauan Seribu dikarnakan oleh beberapa sebab seperti penangkapan ikan yang menggunakan bahan peledak, limbah domestik dan limbah industri. Selain itu kegiatan pariwisata dapat menyebabkan terjadinya kerusakan terumbu karang. Kurangnya pengetahuan wisatawan tentang tata cara berwisata yang ramah lingkungan mengakibatkan terjadinya kerusakan secara fisik seperti penghancuran struktur dari life form karang.
2
(Dhahiyat et al. 2003). Upaya yang harus dilakukan yaitu dengan mempercepat regenerasi ekosistem terumbu karang yang sudah rusak atau menciptakan habitat baru komunitas terumbu karang. Transplantasi karang merupakan teknik perbanyakan koloni karang dengan memanfaatkan reproduksi aseksual karang secara fragmentasi (Subhan et al. 2014). Fragmentasi merupakan perkembangbiakan suatu organisme dengan cara memutuskan bagian tubuh induknya.
Tujuan utama transplantasi karang adalah untuk memperbaiki kualitas terumbu karang seperti meningkatnya tutupan karang hidup, keanekaragaman hayati dan keunikan topografi karang (Soedharma dan Arafat, 2006). Saat ini transplantasi karang banyak dikembangkan secara komersil untuk kegiatan perdagangan. Kegiatan untuk perdagangan karang hias telah dilakukan transplantasi karang di Kepulauan Seribu sejak tahun 2004 (Kudus, 2005). Karang hias yang sudah berhasil ditrasplantasikan diantaranya Euphyllia sp. (Subhan et al. 2008) dan Plerogyra sinuosa (Subhan et al. 2008). Sedangkan transplantasi karang di Pulau Seribu dilakukan sejak tahun 2002 hingga tahun 2012 (Statistik Bidang Kelautan, 2015) yang dilakukan di beberapa lokasi dengan berbagai macam model transplantasi.
Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan data kondisi tutupan karang di sekitar lokasi transplantasi karang di Pulau Pramuka Kepulauan Seribu, sehingga dapat memberikan informasi tentang kondisi transplantasi terumbu karang sebagai upaya merehabilitasi ekosistem trumbu karang yang telah rusak.
METODE
Waktu dan Tempat Penelitian
Pengambilan data penelitian dilaksanakan pada tanggal 17-19 Maret 2015 di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, dengan menentukan tiga titik stasiun transplantasi karang dalam pengambilan data. Posisi geografis lokasi pengambilan data dapat dilihat pada Tabel 1.
Berdasarkan posisi geografis, lokasi pengambilan data stasiun 1 berada di barat daya pulau pramuka yang berdekatan dengan pulau karya. Stasiun 2 berada di bagian utara pulau pramuka yang merupakan Area Perlindungan Laut (APL),
Tabel 1 Posisi Geografis Lokasi Pengambilan Data
3 sedangkan stasiun 3 berada di Selatan pulau Pramuka. Peta lokasi pengambilan data penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan untuk menunjang penelitian ini adalah Scuba set, garmin GPS, roll meter, kertas newtop/sabak, kamera underwater, alat tulis, laptop, termometer, refraktometer, pH meter, DO meter, dan buku indentifikasi karang (coral finder) (Subhan et al. 2014). Berikut peralatan yang digunakan disajikan pada Tabel 2.
Tabel 2 Alat dan Bahan yang digunakan dalam penelitian
Nama Alat Keterangan
4
Metode Pengambilan Data
Pengambilan Kualitas Air
Kegiatan yang dilakukan sebelum pengamatan terumbu karang yaitu menetukan posisi geografis menggunakan GPS Garmin dan pengukuran faktor fisika-kimia perairan. Pengambilan data tersebut dilakukan satu kali ulangan di setiap stasiun pada saat dilapangan untuk mengetahui kondisi perairan sebagai tempat kelangsungan hidup terumbu karang. Parameter kualitas air yang diukur serta alat yang digunakan dalam pengukuran penelitian ini dapat dilihat pada Tabel 3.
Tutupan Karang
Metode yang digunakan dalam pengambilan data tutupan karang adalah Line Intercept Transect (LIT) atau transek garis (English et al. 1994). Transek garis dibentangkan sepanjang 20 meter dan pengambilan data dilakukan sebanyak 3 kali ulangan pada setiap stasiun dengan kedalaman 3 meter sampai 5 meter. Saat pengambilan data, penyelam berenang sepanjang transek dan mencatat transisi dalam satuan sentimeter dan karang yang tersinggung oleh transek yang tepat dibawah transek berdasarkan kategori bentuk pertumbuhan hidupnya (life form) dan substrat dasar lainnya (Gambar 2). Kategori bentuk pertumbuhan karang serta substrat dasar lainnya terdapat pada lampiran 1.
Tabel 3 Parameter Kualitas Air dan Alat yang digunakan
Parameter Satuan Alat
5
Metode LIT mempunyai beberapa kelebihan antara lain akurasi data dapat diperoleh dengan baik, kualitas data lebih baik dan lebih banyak, penyajian struktur komunitas seperti persentase penutupan karang hidup ataupun karang mati, ukuran koloni dan keanekaragaman jenis dapat disajikan secara lebih menyeluruh serta dapat menyajikan secara baik data struktur komunitas biota yang berasosiasi dengan terumbu karang (Suharsono, 1994).
Analisis Data
Analisis data meliputi perhitungan penutupan karang. Perhitungan penutupan karang diketahui dengan persamaan berikut menurut English et al. (1994).
Kategori tutupan karang keras (hard coral) menurut Zamani dan Madduppa (2011) dapat dilihat pada Tabel 4.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Wilayah Kabupaten Administrasi Kepulauan Seribu terletah di sebelah Utara Teluk jakarta dan Laut Jawa. Posisi geografis wilayah Kepulauan Seribu berada antara 06 o00’40” dan 05 o54’40” Lintang Selatan dan 106 o40’45” dan 109
o
01’19” Bujur Timur. Pemerintah kecamatan terdiri dari dua yaitu Kecamatan Kepulauan Seribu Utara dan Kecamatan Kepulauan Seribu Selatan. Kecamatan Kepulauan Seribu Utara terdiri dari tiga Kelurahan yaitu Kelurahan Pulau Kelapa, Kelurahan Pulau Harapan dan Kelurahan Pulau Panggang, sedangkan Kecamatan Pulau Seribu Selatan terdiri dari Kelurahan Pulau Tidung, Kelurahan Pulau Pari dan Kelurahan Pulau Untung Jawa.
Pulau Pramuka termasuk dalam kelurahan Pulau Panggang, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara. Sebagai pusat pemerintahan kabupaten, Pulau Pramuka menyediakan sarana dan prasarana untuk meningkatkan pelayanan terhadap masyarakat Kepulauan Seribu seperti rumah dinas Bupati dan pejabat kabupaten, Rumah Sakit Umum Kepulauan Seribu, Mesjid Agung, fasillitas olahraga, Tempat Pelelangan Ikan (TPI), doking kapal nelayan dan lain lain.
Tabel 4 Kategori tutupan karang keras hidup
No. Kategori Tutupan Karang Keras (%) 1. Sangat Baik 75 – 100
2. Baik 50 – 74.9
3. Sedang 25 – 49.9
6
Pulau Pramuka sendiri berada dalam wilayah Taman Nasional Kepulauan Seribu (TNKPS) yaitu dalam zona pemukiman. Taman Nasional Kepulauan Seribu merupakan Taman Nasional laut yang terletak di sebelah utara Jakarta. Dasar penetapan TNKPS adalah Keputusan Menteri Kehutanan No. 6310/Kpts-II/2002 tentang penetapan kawaasan pelestarian alam perairan Taman Nasional Laut Kepulauan Seribu. Kawasan TNKPS meliputi area seluas 107.489 Ha dan terbagi dalam empat zona yaitu zona inti, zona perlindungan, zona pemanfaatan wisata dan zona pemukiman.
Usaha lain yang dilakukan dalam melestarikan Sumber Daya di Kepulauan Seribu adalah dengan membentuk Areal Perlindungan Laut (APL) yang berbasis masyarakat atau kawasan Konservasi Laut Daerah. Areal Perlindungan Laut merupakan upaya masyarakat bersama pemerintah untuk mempertahankan dan memprbaiki kualitaa sumberdaya ekosistem terumbu karang dan sekaligus mempertahankan dan meningkatkan kualitas sumberdaya lainnya yang berasosiasi dengan terumbu karang.
Kondisi Lingkungan
Nilai kualitas air yang diperoleh dari ketiga stasiun secara umum masih dalam kisaran normal untuk menunjang pertumbuhan dan perkembangan hidup terumbu karang. Parameter kualitas air yang di ambil saat penelitian yaitu oksigen terlarut (DO), suhu, salinitas dan derajat keasaman (pH). Data kualitas air di stasiun 1 diambil pada tanggal 17 maret 2015, pada pukul 13:26 WIB. Data kualitas air di stasiun 2 diamabil pada tanggal 18 maret 2015 pukul 8:45 WIB, sedangkan data kualitas air di Stasiun 3 diambil pada hari yang sama pada pukul 14:45 WIB. Pengambilan data kualitas air bertujuan untuk mengetahui kesesuaian daya dukung lingkungan terhadap ekosistem terumbu karang. Data kulitas air insitu ditunjukan pada Tabel 5.
Hasil pengukuran oksigen terlarut (DO) di tiga stasiun berkisar antara 6.5 mg/L hingga 6.6 mg/L. Statiun 1 memiliki nilai oksigen terlarut sebesar 6.5 mg/L begitu juga dengan Stasiun 2 nilai oksigen terlarut nya sebesar 6.5 mg/L, sedangkan Stasiun 3 memiliki nilai kandungan oksigen terlarut sebesar 6.6 mg/L. Menurut Effendi (2003) kandungan oksigen terlarut dengan nilai lebih dari 5 mg/L dapat dikatakan baik untuk organisme laut. Menurut Tomascik et al. (1997) kandungan oksigen dipengaruhi oleh aktivitas metabolisme partikel karbon dalam reaksi kimia dalam proses fotosintesis. Raymonth (1963) menyatakan bahwa kecepatan masuknya oksigen dari udara tergantung pada beberapa faktor antara lain kejenuhan air, suhu, salinitas, serta pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang, dan pasang surut. Menurut Sutarna (1986) kelarutan oksigen pada badan air tergantung pada seberapa besar proses pengadukan air permukaan,
7 akibat proses fisik air laut seperti tiupan angin, keadaan arus, ombak, dan gelombang. Karang dapat tumbuh pada kondisi DO dengan kadar di atas 3.5 ppm (mg/L).
Nilai salinitas yang terukur pada setiap stasiun berkisar antara 29-31 ppt yang menunjukan bahwa di setiap stasiun berada dalam kondisi baik untuk pertumbuhan terumbu karang. Menurut Dahuri (2003) pada umumnya karang tumbuh dengan baik di wilayah dekat pesisir pada salinitas 30-35 ppt.
Derajat keasaman (pH) yang diperoleh dari hasil pengukuran pada setiap stasiun yaitu berkisar antara 7.23-7.63 ppt. Nilai tersebut dikatakan baik untuk pertumbuhan terumbu karang. Menurut Zamani dan Madduppa (2011), kisaran nilai pH yang sesuai untuk terumbu karang yaitu 7 hingga 8.5 ppt.
Selain pengukuran faktor kimia perairan yaitu Oksigen terlarut, salinitas dan derajat keasaman, namun dilakukan pengukuran terhadap suhu perairan sebagai faktor pembatas penyebaran terumbu karang. Menurut Nybakken (1988) suhu yang optimal bagi pertumbuhan biota karang yaitu berkisar antara 25-30°C, namun suhu 30-35°C dapat ditoleransi oleh terumbu karang (Castro dan Hubber, 2003). Berdasarkan hasil pengamatan, suhu yang diperoleh pada stasiun 1 yaitu 30.2°C, di stasiun 2 yaitu 28.9°C dan stasiun 3 yaitu 30.1°C. Sehingga dengan nilai suhu di setiap stasiun tersebut dapat ditoleransi oleh terumbu karang.
Kecerahan air penting bagi pertumbuhan terumbu karang, karna membutuhkan air yang jernih untuk hidup dan berkembang. Cahaya matahari yang masuk dapat digunakan untuk proses fotosintesis bagi karang. Menurut Bengen (2002), semakin rendah intensitas cahaya matahari yang masuk ke dalam kolom perairan, mengakibatkan semakin rendah laju fotosintesis. Hasil pengamatan bahwa ketiga stasiun memiliki kualitas perairan yang jernih.
Persentase Tutupan Karang
Berdasarkan hasil pengamatan yang telah dilakukan bahwa persentase tutupan karang keras hidup (Hard Coral) pada setiap stasiun mempunyai nilai berbeda yang berkisar antara 23% sampai 69%. Nilai persentase tersebut dapat dikategorikan buruk hingga baik sesuai dengan Kategori tutupan karang keras menurut Zamani dan Madduppa (2011). Persentase tutupan karang tersebut
disajikan pada Tabel 6.
Stasiun 3 memiliki persentase tutupan karang keras hidup paling tinggi yaitu 69 ± 9 % sehingga termasuk kategori baik. Stasiun 2 yang merupakan Area Perlindungan Laut memiliki persentase tutupan karang keras sebesar 51 ± 5 % maka termasuk kategori baik. Sedangkan Stasiun 1 yang berlokasi di dekat pulau Karya termasuk kategori buruk karna memiliki persentase tutupan karang keras sebesar 23 ± 6 %.
Tabel 6 Persentase Tutupan Karang
Lokasi Tutupan Karang Keras Kategori/Status
Stasiun 1 23 % Buruk
Stasiun 2 51 % Baik
8
Hasil pengukuran persentase tutupan karang keras hidup pada setiap stasiun penelitian dapat digambarkan perbedaan nilai persentase seperti pada Gambar 3.
Bentuk pertumbuhan karang (life form) menurut English et al. (1997) terbagi atas karang Acropora dan kelompok Non-acropora. Karang Acropora terbagi menjadi digitate, branching, encrusting, tabulate dan submassive. Karang non-Acropora terbagi menjadi branching, encrusting, submassive, massive, foliose, mushroom, Millepora dan Heliopora (Veron, 1995). Persentase berdasarkan bentuk pertumbuhan karang keras hidup dan substrat dasar perairan dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7 menunjukan bahwa jenis karang Acropora yang memiliki ciri dengan bentuk pertumbuhan yang bercabang selalu mendominasi transplantasi di setiap stasiun. Hal ini disebabkan tingkat perumbuhan karang yang bercabang paling cepat dibandingkan dengan karang lain nya. Menurut Suharsono (2008)
Gambar 3 Persentase tutupan karang keras hidup
Tabel 7 Persentase kategori karang keras hidup dan substrat dasar perairan
Kategori Persen tutupan (%)
Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3
Acropora Branching 16.43 15.33 37.38
Acropora Digitate 2.03 2.42 2.20
Acropora Tabulate 0.83 10.58 8.30
Coral Branching 2.57 17.22 14.68
Coral Encrusting - - 0.20
Coral Foliose - 1.00 3.03
Coral Massive 0.57 3.20 1.48
Coral Submassive 0.68 1.17 1.33
Dead Coral - - 2.80
Rubble 74.57 40.98 23.67
Rock - 6.33 1.25
Others - - 2.15
Soft Coral 0.03 1.77 0.17
9 bahwa jenis-jenis karang bercabang seperti Acropora dan Pocillopora memiliki tingkat pertumbuhan 6-8 cm/tahun sedang jenis karang massive seperti porites dan Lobophyllia memiliki pertumbuhan 0.5-1 cm/tahun. Genus acropora biasa tumbuh pada perairan jernih dan lokasi dimana terjadi pecahan ombak (Johan, 2003).
Pertumbuhan karang keras hidup yang ditemukan pada setiap stasiun yaitu pada kelompok Acropora ditemukan tiga bentuk pertumbuhan yaitu Acropora branching, Acropora Digitate, Acropora tabulate. Sedangkan pada kelompok non-Acropora ditemukan lima bentuk pertumbuhan yaitu Branching, Encrusting, Foliose, Massive, Submassive.
Stasiun 1 merupakan lokasi keberadaan transplantasi karang yang memiliki persentase tutupan karang keras hidup sangat rendah dibandingkan dengan stasiun lainnya. Berdasarkan pengamatan, media transplantasi di Stasiun 1 menggunakan metode beton bertulang / pile rock berukuran 40x40x15cm dengan kedalaman sekitar 5 meter. Transplantasi karang di lokasi ini dilakukan sejak tahun 2005 oleh Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta (Statistik Bidang Kelautan, 2015). Kondisi kerangka transplantasi pada stasiun 1 telah rusak sehingga karang yang yang ada di stasiun ini tidak tumbuh baik. Selain itu penempatan posisi antar media transplantasi memiliki jarak yang jauh dibandingkan dengan media transplantasi lain nya, hal ini menyebabkan kategori penutupan karang di Stasiun 1 termasuk kategori buruk (Lampiran 3).
Gambar 4 menampilkan hasil pengamatan yang dilakukan bahwa di lokasi ini, nilai persentase penutupan kelompok abiotik paling tinggi yaitu sebesar 74.57 ± 7 % yang di dominasi oleh patahan karang mati (Rubble). Nilai persentase tutupan kelompok alga yaitu makro alga sebesar 2.28 ± 1 %. Sedangkan nilai persentase tutupan kelompok Biotik seperti soft coral yaitu 0.03 %.
Lokasi pengambilan data stasiun 2 yaitu di Areal Perlindungan Laut. Kondisi transplantasi di lokasi ini cukup baik, sehingga karang yang tumbuh pada media ini dalam kondisi baik (Lampiran 3). Media transplantasi karang di lokasi ini menggunakan metode beton bentuk piramida 60x40cm yang dilakukan sejak tahun 2005 oleh Dinas Kelautan dan Pertanian Provinsi DKI Jakarta (Statistik
10
Bidang Kelautan, 2015). Pembuatan media transplantasi dengan metode beton piramid memiliki kelebihan dalam stabilitas letak formasi yang lebih stabil serta memiliki daya tahan yang lebih lama selain itu banyak terjadi penempelan karang secara alami (Subhan et al. 2014).
Gambar 5 menampilkan persentase tutupan karang keras hidup yang ditemukan di lokasi transplantasi Areal Perlindungan Laut yaitu sebesar 50.92 ± 5 % sehingga termasuk kategori baik. Di lokasi ini persentase penutupan kelompok abiotik memiliki nilai sebesar 47.32 ± 6 %. Nilai persentase tutupan kelompok Biotik sebesar 1.77 ± 2 %. Di sepanjang transek pada stasiun ini tidak ditemukan alga dan karang mati.
Transplantasi karang di stasiun 3 menggunakan metode rak jaring, dengan kondisi karang yang baik. Lokasi ini berada di sebelah selatan pulau pramuka yang merupakan Adopsi Karang. Kondisi perairan di stasiun 3 sangat jernih dengan kedalaman mencapai 5 meter (Lampiran 3). Hasil pengamatan di stasiun 3 dapat dilihat pada Gambar 6.
Gambar 5 Persentase penutupan substrat dasar perairan distasiun 2
11 Gambar 6 menampilkan persentase tutupan karang keras hidup di stasiun 3 termasuk dalam kategori baik, adapun nilai persentase penutupan abiotik di lokasi transplantasi ini yaitu sebesar 24.92 ± 6 % yang di dominasi oleh patahan karang mati (rubble). Nilai persentase tutupan alga sebesar 1.35 ± 3 %. Nilai persentase tutupan Biotik 2.17 %. Nilai persentase tutupan karang mati sebesar 2.80 ± 4 %.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Kondisi tutupan karang di bagian selatan Pulau Pramuka yaitu transplantasi karang adopsi dengan penutupan karang termasuk dalam kategori baik dan memiliki nilai persentase sebesar 68.62%. Selain itu Area Perlindungan Laut termasuk area transplantasi karang yang tergolong dalam kategori baik, sedangkan transplantasi di sekitar Pulau Karya memiliki tutupan karang yang tergolong buruk.
Saran
Pengukuran nilai kualitas air laut menjadi faktor utama yang cukup penting dalam menentukan lokasi penempatan transplantasi karang. Selain itu kerangka media transplantasi harus disesuikan dengan kondisi perairan yang akan dijadikan lokasi penempatan transplantasi karang. Selanjutnya pemantauan transplantasi karang dilakukan secara berkekelanjutan agar karang tetap terjaga dan dapat dikembangkan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Bengen DG. 2002. Ekosistem Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip Pengelolaannya [Sinopsis]. Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan. Bogor (ID): IPB
Burke L, Reytar K, Spalding M, Perry A. 2012. Reefs at Risk Revisited in the Coral Triangle. Washington: World Resources Institute
Dhahiyat Y, Sinuhaji D, dan Hamdani H. 2003. Struktur Komunitas Ikan Karang di Daerah Transplantasi Karang Pulau Pari,Kepulauan Seribu. Jurnal Iktiologi Indonesia. Vol. 3, No 2.
Effendi H. 2003. Telaah Kualitas Air. Kanisius:Yogyakarta.
English S. Wilkinson C, Baker V. 1994. Survey Manual for Tropical Marine Resources. Townsville, Australia, Australian Institute of Marine Science, Townsville Australia: pp. 378
English S, Wilkinson, Baker V. 1997. Survei Manual for Tropical Marine Resources. Volume ke-2. Australia (AU): Australia Institute of Marine Science.
12
Kimbal JW. 1999. Biologi Jilid 3. Edisi V. Erlangga. Jakarta.
Kudus UA. 2005. Budidaya Karang Hias di Kepulauan Seribu. Soedharma D, M.F. Rahardjo, Ferinaldy, Sri Eko Susilawati, Dondy Arafat (Ed). Prosiding Seminar Transplantasi. Bogor, 8 September 2005. Pusat Penelitian Lingkngan Hidup, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. IPB. Nauli L, Soedharma D, Tri KD. 2013. Komposisi dan Distribusi Foraminifera
Bentik di Ekosistem Terumbu Karang Pada Kepulauan Seribu. Jurnal Ilmu dan Teknologi Kelautan Tropis, Vol. 5, No 1.
Nyabakken JW. 1992. Biologi Laut: suatu pendekatan ekologis. Diterjemahkan oleh H. M. Eidman, Koesobiono, D. G. Bengen, M. Hutomo, dan S. Sukardjo. PT Gramedia. Jakarta.
Romimohtarto K, Juwana S. 2001. Biologi Laut: Ilmu Pengetahuan Tentang Biota Laut. Djambatan. Jakarta.
Soedharma D, Arafat D. 2006. Perkembangan Transplantasi Karang di Indonesia. Soedharma D, M.F. Rahardjo, Ferinaldy, Sri Eko Susilawati, Dondy Arafat (Ed). Prosiding Seminar Transplantasi. Bogor, 8 September 2005. Pusat Penelitian Lingkngan Hidup, Lembaga Penelitian dan Pengabdian Masyarakat. IPB.
Statistik Bidang Kelautan. 2015. Dinas Kelautan Pertanian dan Ketahanan Pangan DKI Jakarta.
Subhan B, Soedharma D, Madduppa H, Arafat D, Heptarina D. 2008. Tingkat Kelangsungan hidup dan laju pertumbuhan karang jenis Euphylla sp, Plerogyra sinuosa dan Cynarina lacrymalis yang ditransplantasikan diperairan Pulau Pari, Jakarta. Seminar Nasional Perikanan dan Kelautan: Prosiding Bidang Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan. Malang, 8 November 2008. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya. Xxiv + 190
Subhan B, Madduppa H, Arafat D, Hirmawan MR, Ramadhana HC, Pasaribu R. 2014. Kehidupan Laut Tropis : Tulamben. Bogor IPB Press.
Subhan B, Madduppa H, Arafat D, Soedharma D. 2014. Bisakah Transplantasi Karang Perbaiki Ekosistem Terumbu Karang?. Risalah Kebijakam Pertanian dan Lingkungan Volume 1 Nomor 3 (hlm 159-164). IPB
Suharsono. 1994. Metode Penelitian Terumbu Karang dalam Materi Kursus Pelatihan Metodologi Penelitian Penentuan Kondisi Terumbu Karang. Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanografi – Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia dan Universitas Sam Ratulangi. Manado.
Suharsono. 2008. Jenis Jenis Karang di Indonesia. Program COREMAP LIPI. Jakarta
Tomascik T, Mah AJ, Nontji A, Moosa MK. 1997. The Ecology Of The Indonesian Seas. Part I. Periplus Editions. Singapore(hlm 233-255)
Veron JEN. 1995. Coral in Space and Time: The Biogeography and Evolution of the Scleractinia. Sidney (AU): UNSW Press. 75 pp.
Zamani NP, Madduppa H. 2011. A Standard Criteria for Assesing the Health of Coral Reefs: Implication for Management and Conservation. Journal of Indonesia Coral Reefs. 1(2):137-146
13 Lampiran 1 Kategori Bentuk Pertumbuhan Karang serta Substrat lainnya (English et al., 1994)
Acropora Branching ACB Bercabang seperti ranting
Encrusting ACE Bentuk merayap seperti Acropora
Submassive ACS Bercabang Lempeng dan kokoh
Digitate ACD Percabangan seperti jari tangan
Tabulate ACT Percabangan arah mendatar
Non-Acropora Branching CB Bercabang seperti ranting pohon
Encrusting CE
Bentuk merayap, menempel pada substrat
Foliose CF Bentuk menyerupai lembaran
Massive CM Bentuk menyerupai batu besar
Submassive CS Bentuk Kokoh dengan tonjolan
Mushroom CMR Bentuk seperti jamur, soliter
Millepora CME
Semua jenis karang api, warna kuning diujung koloni
Heliopora CHL
Karang biru, adanya warna biru pada skeleton
Assemblage AA Terdiri dari satu jenis alga
Coralline Algae CA Alga yang mempunyai struktur kapur
Halimeda HA Alga dari genus Halimeda
Macroalgae MA Alga Berukuran besar
Turf Algae TA Menyerupai rumput-rumput halus
14
Lampiran 2 Persentase penyusunan substrat dasar
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
15
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
16
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
17
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
18
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
19
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
20
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
21
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
22
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
23
Lokasi Ulangan Kedalaman Transisi Lifeform Panjang %Cover Kelompok
24
Barat Daya Pulau Pramuka atau Timur Pulau Karya (Stasiun 1)
26
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Tasikmalaya tanggal 26 Agustus 1991 dari keluarga Bapak H. Uu Saeful Bahri dan Ibu N. Aam Komala. Penulis menyelesaikan studi menengah atas di SMAN 2 Kota Tasikmalaya, Jawa Barat pada tahun 2010. Pada tahun 2010 penulis diterima menjadi mahasiswa Institut Pertanian Bogor, Fakultas Peikanan dan Ilmu Kelautan Departemen Ilmu dan Teknologi Kelautan melalui jalur SPMB. Selama menjadi mahasiswa, penulis pernah menjadi asisten mata kuliah Selam Ilmiah.
Penulis menyelesaikan studi di Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan IPB, dengan menyelesaikan tugas akhir yang berjudul “Tutupan Karang di Daerah