ANALISIS PENDEKATAN
BALANCED SCORECARD
SEBAGAI
ALAT PENGUKURAN KINERJA PT GODANGTUA JAYA
FARMING
Oleh
FEVI MILYARSIH Skripsi
Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi
Pada
Jurusan Akuntansi
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung
ABSTRACT
ANALYSIS OF BALANCED SCORECARD APPROACH AS A
PERFORMANCE MEASUREMENT TOOL FOR PT GODANGTUA JAYA
FARMING
Oleh
FEVI MILYARSIH
The purpose of this study was to determine how the company's performance is
measured by the Balanced Scorecard approach to identification and description of the use of the Balanced Scorecard in performance assessment (financial perspective, customer perspective, internal business processes perspective, and learning and growth perspective).
The study was conducted at PT GodangTua Jaya Farming observation period of 2008–2011. The data used are primary data and secular, primary data through interviews and questionnaires, while the secular data is through the financial statements of PT GodangTua Jaya Farming. Withdrawal of respondents performed using non-random sampling method is purposive sampling with Slovin formula as many as 81 respondents / employees for internal business processes perspective and learning and growth perspectives. As for the customer's perspective as much as 12 respondents (customer kompos).
Based on our research, it can be concluded that the financial perspective looks less good although there are some fluctuations in the following ratio in the ability to pay debts from current assets amounted to 201.94%, the ability of the overall assets in to pay the debt amounting to 174.57%, net profit of total assets amounted to 6.85%, the ability of the investment returns of 6.86%, net income from total assets net of
liabilities by 19.8%, turnover of assets to generate revenues of 168.02%. As for the customer perspective, internal business processes persective and learning and growth perspectives each has persentanse average of 82.72%, 72.15%, 68.48% with
predicate good customer perspective, internal business processes perspective is good, and good learning and growth perspective.
ABSTRAK
ANALISIS PENDEKATAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT
PENGUKURAN KINERJA TERHADAP PT GODANGTUA JAYA FARMING
Oleh
FEVI MILYARSIH
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana kinerja perusahaan diukur dengan pendekatan Balanced Scorecard dan indentifikasi gambaran pengunaan Balanced Scorecard dalam penilaian kinerja (Perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran).
Penelitian dilakukan di PT GodangTua Jaya Farming periode pengamatan tahun 2008 – 2011. Data yang digunakan adalah data primer dan sekuler, data primer melalui wawancara dan penyebaran kuesioner, sedangkan data sekuler melalui laporan-laporan keuangan PT GodangTua Jaya Farming. Penarikan responden dilakukan dengan menggunakan metode Non Random Sampling yaitu purposive sampling dengan rumus slovin yaitu sebanyak 81 responden/karyawan untuk perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Sedangkan untuk perspektif pelanggan sebanyak 12 responden (pelanggan kompos).
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa perspektif keuangan terlihat kurang baik walaupun ada beberapa ratio yang fluktuatif sebagai berikut kemampuan dalam membayar utang dari aktiva lancar sebesar 201,94%, kemampuan dari keseluruhan aktiva dalam membayar hutang sebesar 174,57%, perolehan laba bersih dari total asetnya sebesar 6,85%, kemampuan dalam mengembalikan investasi 6,86%, laba bersih dari total asset setelah dikurangi kewajiban sebesar 19,8%, perputaran asset untuk menghasilkan pendapatan sebesar 168,02%. Sedangkan untuk perspektif pelanggan, perspektif proses bisnis internal dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran masing-masing memiliki rata-rata persentanse 82,72%, 72,15%, 68,48% dengan predikat perspektif pelanggan baik, persepktif proses bisnis internal baik, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran baik.
DAFTAR ISI
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran Karyawan ... 19
2.2.4 Keunggulan Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard .. 20
2.3 Tinjauan Penenlitian Sebelumnya ... 21
III METODELOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 26
3.2 Daerah Penelitian ... 26
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data ... 26
3.4 Populasi dan Sampel ... 27
3.5 Data dan Sumber Data ... 28
3.5.1 Data ... 28
3.5.2 Sumber Data ... 29
3.6 Metode Pengumpulan Data ... 29
3.7 Metode Analisis ... 30
3.7.1 Uji Kualitas Data ... 30
3.8 Alat Analisis ... 31
3.8.1 Analisis Kualitatif ... 31
3.8.2 Analisis Kuantitatif ... 31
IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Deskripsi Data ... 39
4.2 Profil Responden ... 40
4.3 Hasil dan Pembahasan ... 41
A. Perspektif Keuangan ... 41
B. Perspektif Pelanggan ... 47
C. Perspektif Proses Bisnis Internal ... 55
D. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 66
V SIMPULAN DAN SARAN 5.1Simpulan ... 83
5.2Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Indikator Kinerja Berdasarkan Konsep Balanced Scorecard ... 3
Tabel 3.1 Skala Likert Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Kinerja Pelayanan PT GodangTua Jaya Farming ... 35
Tabel 4.1 Hasil Analisis Tingkat Penegmbalian Kuesioner Pelanggan ... 39
Tabel 4.2 Hasil Analisis Tingkat Pengembalian Kuesioner Proses Bisnis Internal Dan Pertumbuhan dan Pembelajaran Karyawan ... 40
Tabel 4.3 Daftar Profil Pelanggan PT GodangTua Jaya Farming ... 40
Tabel 4.4 Daftar Profil Karyawan/Karyawati PT GodangTua Jaya Farming ... 40
Tabel 4.5 Current Ratio PT GodangTua Jaya Farming ... 41
Tabel 4.6 Total Asset to Debt Ratio PT. GodangTua Jaya Farming ... 42
Tabel 4.7 Return On Asset PT GodangTua Jaya Farming ... 43
Tabel 4.8 Return On Investment PT GodangTua Jaya Farming ... 44
Tabel 4.9 Return On Capital Employed PT GodangTua Jaya Farming ... 45
Tabel 4.10 Total Asset Turnover PT GodangTua Jaya Farming ... 46
Tabel 4.11 Daftar Nama Pelanggan Kompos ... 47
Tabel 4.12 Uji Validitas Kepuasan Pelanggan ... 48
Tabel 4.13 Persepsi Pelanggan dan tingkat Kepuasan Pelanggan mengenai pelayanan barang/jasa yang diberikan PT GodangTua Jaya Framing ... 50
Tabel 4.14 Uji Validitas Perspektif Bisnis Internal ... 55
Tabel 4.18 Divisi PT GodangTua Jaya Farming ... 66
Tabel 4.19 Uji Validitas Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran ... 66
Tabel 4.20 Persepsi Karyawan tetang Job Santisfaction (kepuasaan kerja) ... 69
Tabel 4.21 Persepsi karyawan tentang Productivity (produktifitas) ... 74
Tabel 4.22 Persepsi Karyawan tentang Motivasi, Pemberdayaan, dan Keselarasan ... 78
Tabel 4.23 Hasil Ringkasan Perspektif Keuangan PT GodangTua Jaya Farming ... 81
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Pendekatan Balanced Scorecard untuk Perluasan Ukuran Kinerja
Eksekutif ke Perspektif Nonkeuangan; Customers; Proses, serta
Pembelajaran dan Pertumbuhan ... 12
Gambar 2.2 Rerangka Berfikir Balanced Scorecard dalam Penciptaan
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Kuesioner Penelitian
Lampiran 2 Rekapitulasi Data Kuesioner Lampiran 3 Uji Kualitas Data
Lampiran 4 Perhitungan Perspektif Keuangan PT GodangTua Jaya Farming Lampiran 5 Sampel dan Karakteristik Responden
BAB I
PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang Permasalahan
Selama ini pengukuran kinerja semata-mata hanya berfokus pada aspek
keuangannya saja. Masalah tentang kelemahan sistem pengukuran kinerja
perusahaan yang hanya berfokus pada aspek keuangan dan mengabaikan kinerja
non keuangan, seperti kepuasan pelanggan, produktivitas karyawan dan
sebagainya, maka diciptakanlah sebuah model pengukuran kinerja yang tidak
hanya menyangkup keuangan saja melaikan non keuangan pula, yaitu konsep
Balanced Scorecard. Banyak metode untuk mengukur keberhasilan suatu
perusahaan atau organisasi seperti metode smart system, analitycal hierarchy
process (AHP), performance prism dan metode pengukuran kinerja lainya. Dalam
beberapa tahun kebelakang ukuran keberhasilan itu kebanyakan dinilai dari
financial performance dan atau market share saja, walaupun sampai sekarang pun
masih banyak yang mengunakan ukuran tersebut.
Balanced Scorecard merupakan pendekatan terhadap strategi manajemen yang
dikembangkan oleh Kaplan (Harvard Business School) dan Norton pada awal
tahun 1990. Balanced Sorecard berasal dari dua kata yaitu balanced (berimbang)
dan scorecard (kartu skor). Balanced (berimbang) berarti adanya keseimbangan
jangka panjang, antara kinerja yang bersifat internal dan kinerja yang bersifat
eksternal. Sedangkan scorecard (kartu skor) yaitu kartu yang digunakan untuk
mencatat skor kinerja seseorang. Kartu skor juga dapat digunakan untuk
merencanakan skor yang hendak diwujudkan oleh seseorang dimasa depan (jurnal
ilmiah akuntansi, mathius dan erna: 2011).
Mula-mula balanced scorecard digunakan untuk memperbaiki sistem pengukuran
kinerja eksekutif. Awal penggunaannya kinerja eksekutif diukur hanya dari segi
keuangan, namun berkembang menjadi luas menjadi empat perspektif, yang
kemudian digunakan untuk mengukur kinerja organisasi secara utuh. Empat
perspektif tersebut yaitu keuangan, pelanggan, proses bisnis internal serta
pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan pengalaman dalam perusahaan yang
mengimplementasikan balanced scorecard, diketahui bahwa terjadi perbaikan
kinerja perusahaan dari tahun ke tahun. Hal ini disebabkan karena seluruh
karyawan di dalam perusahaan mengerti secara jelas bahwa aktifitas yang mereka
lakukan berpengaruh terhadap keberhasilan pencapaian visi dan misi serta strategi
perusahaan. Atau dengan kata lain bahwa aktifitas strategi telah menjadi kegiatan
seluruh karyawan dalam perusahaan, sehingga mereka menjadi satu kesatuan yang
utuh dan tidak dapat dipisahkan dengan suatu hubungan yang terjadi dalam
perusahaan (dikutip dari mulyadi :2001).
Balanced scorecard menjawab kebutuhan tersebut melalui sistem manajemen
strategi kontemporer, yang terdiri dari empat perspektif yaitu: keuangan,
pelanggan, proses bisnis internal serta pembelajaran dan pertumbuhan.
Keunggulan pendekatan balanced scorecard dalam sistem perencanaan strategis
3
sebagai berikut (1)komprehensif, (2)koheren, (3)seimbang dan (4)terukur.
Balanced scorecard adalah salah satu alat manajemen yang telah terbukti telah
membantu banyak perusahaan dalam mengimplementasikan strategi bisnisnya
(Mulyadi, 2001). Pendekatan yang dilakukan pada Balanced Scorecard
menghubungkan strategi yang ada dalam suatu organisasi/perusahaan, mulai dari
visi, critical success factor (dalam hal ini saya analogikan pada rencana strategi),
dan pengukuran performansi keberhasilan. Agar lebih jelas, pengukuran kinerja
PT GodangTua Jaya Farming diproksikan dengan rasio-rasio dalam perspektif
Balanced Scorecard yang disesuaikan dengan data yang tersedia, yaitu sebagai
berikut:
Tabel 1.1. Indikator Kinerja Berdasarkan Konsep Balance Scorecard
Kinerja Perusahaan
Variabel Indikator Pengukuran Skala Sumber
Data
Perbandingan antara asset lancar dengan laba bersih setelah pajak dengan total asset Perbandingan antara laba bersih setelah pajak dengan investasi modal Perbandingan antara total penjualan dengan total asset
Kinerja
Survey terhadap tingkat kepuasan
karyawan meliputi: - pekerjaanya - gaji,tunjangan - motivasi - pemberdayaan - terhadap promosi
Ordinal Primer
Sumber: jurnal skripsi widodo, 2011 (diadaptasi dari Kaplan:1996)
PT GodangTua Jaya Farming berdiri sejak tahun 1993 dan mempunyai kegiatan
dibidang kontraktor, baik konstruksi, pengurukan tanah maupun berbagai
kegiatan lainnya yang berhubungan dengan aktivitas pemborongan. Sejak
diterapkannya sistem Sanitary Landfill oleh pemerintah DKI Jakarta dalam
rangka pengolahan sampah DKI di TPA Bantargebang, PT GodangTua Jaya
Farming adalah salah satu kontraktor yang mendukung program tersebut sekaligus
salah satu yang terdekat dengan tempat pengolahan sampah dan telah
berpengalaman dalam kegiatan yang berhubungan dengan pengelolaan sampah.
Dalam melaksanakan aktivitas operasinya sebagai perusahaan pengolah sampah
yang dapat menghasil pupuk organik dan jasa pengangkutan, perusahaan akan
berusaha untuk mendapatkan laba yang besar tetapi belakangan ini mengalami
penurunan kinerja. Selama ini perusahan PT GodangTua Jaya Farming belum
melakukan pengukuran kinerja perusahaan menggunakan metode balanced
5
untuk dapat menentukan kinerja, perusahaan dapat menerapkan balanced
scorecard sebagai alat ukur berbasis strategis, seperti financial perspective,
internal proses business perspective, customer perspective, dan learning and
growth perspective.
Penelitian ini mereplikasi dari penelitian sebelumnya yaitu Wahyuni (2011) dan
Imam Widodo (2011). Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan di atas, penulis
tertarik dan ingin melakukan penelitian untuk melihat bagaimana kinerja
perusahaan diukur baik berdasarkan aspek keuangan dan aspek non-keuangannya
melalui pendekatan metode Balanced Scorecard dalam sebuah skripsi berjudul :
“ANALISIS PENDEKATAN BALANCED SCORECARD SEBAGAI ALAT
PENGUKURAN KINERJA TERHADAP PT GODANGTUA JAYA
FARMING”.
I.2. Rumusan Masalah
Berdasar latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, selama ini PT
GodangTua Jaya Farming hanya menyertakan ukuran finansial dengan melihat
tingkat pertumbuhan labanya dan mengabaikan aspek non finansial. Sehingga
perusahaan membutuhkan suatu pengukuran kinerja yang komprehensif dan
koheren. Oleh karena itu, penulis merumuskan masalah yang ingin diteliti, yaitu
”Bagaimana Kinerja PT GodangTua Jaya Farming jika diukur dengan pendekatan
Balanced Scorecard?”.
I.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah yang diterangkan di atas adapun tujuan penelitian
1. Untuk mengetahui bagaimana kinerja PT GodangTua Jaya Farming
selama tahun 2008 – 2011 dengan pendekatan balanced scorecard sebagai
alat analisis kinerja perusahaan yang komprehensif dan koheren.
2. Mengindentifikasi gambaran penggunaan balanced scorecard terhadap
penilaian kinerja perusahaan.
I.4. Manfaat Penelitian
Penulisan skripsi ini diharapkan memiliki manfaat sebagai berikut :
1) Manfaat bagi organisasi, dengan adanya penelitian ini dapat membantu
efektivitas organisasi dan mendorong penerapan untuk tujuan strategis
serta dapat memberikan masukan berupa pemikiran tentang sistem
manajemen strategis yang komprehensif dan koheren dengan
menggunakan balance scorecard, yang memberikan instrument baru yang
cukup menjajikan untuk diterapkan sebagai pengukuran kinerja organisasi.
2) Manfaat bagi pembaca, dapat dijadikan sebagai bacaan untuk menambah
wawasan pengetahuan dan informasi yang bermanfaat tentang akuntansi
manajemen serta sebagai bahan pertimbangan bagi pihak-pihak yang
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Pengukuran Kinerja
2.1.1 Pengertian pengukuran kinerja
Penilaian terhadap kinerja dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan operasi
perusahaan sesuai dengan perencanaan dan tujuan yang dicapai oleh perusahaan
dan organisasi. Keberhasialan tujuan suatu organisasi atau perusahaan bisa
diliahat dari berhasil atau tidaknya kinerja operasi yang di jalankan oleh
organisasi atau perusahaan tersebut.
Menurut Mulyadi (2009), kinerja adalah keberhasilan dalam mewujudkan
sasaran-sasaran strategik perusahaan dan sasaran-sasaran strategik perusahaan ini merupakan hasil
penerjemahan misi, visi, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi perusahaan.
Keberhasilan strategik yang dicapai organisasi atau perusahaan perlu diukur, oleh
sebab itu sasaran strategik yang menjadi basis pengukuran kinerja perlu di
tentukan ukurannya dan ditentukan inisiatif strategik untuk mewujudkanya.
Penilaian kinerja menurut Mulyadi (2009) penilaian kinerja merupakan penilaian
kinerja sebagai penentu secara periodik efektivitas operasional suatu organisasi,
bagian organisasi, dan karyawan berdasarkan sasaran, standar dan kriteria yang
kinerja yang menjadi landasan untuk mendesain sistem penghargaan, agar
personel menghasilkan kinerjanya yang sejalan dengan kinerja yang diharapkan
oleh organisasi atau perusahaan.
Kinerja keuangan suatu perusahaan sangat bermanfaat bagi berbagai pihak
(stakeholders) seperti investor, kreditur, analisis, konsultan keuangan, pialang,
pemerintah dan pihak manajemen sendiri. Penyusunan laporan keuangan berupa
neraca dan laporan laba rugi dari suatu perusahaan, bila disusun secara baik dan
akurat dapat memberikan gambaran keadaan yang nyata mengenai hasil atau
prestasi yang telah dicapai oleh suatu perusahaan selama kurun waktu tertentu.
Inilah yang akan digunakan untuk menilai kinerja perusahaan.
2.I.2 Manfaat Pengukuran Kinerja
Manfaat penilaian kinerja menurut Heidrahman dan Suad Husnan (1990 : 126),
adalah sebagai berikut: 1) Perbaikan kinerja, 2) Pertimbangan untuk penyesuaian
gaji, 3) Dasar bagi keputusan penempatan, 4) Data bagi analisa kebutuhan
pelatihan 5) Rencana dan pengembangan karir, 6) Evaluasi proses penempatan, 7)
Evaluasi sistem informasi SDM, 8) Evaluasi rancangan pekerjaan, 9) Dasar bagi
hak kesamaan karyawan, 10) Memantau adanya kendala eksternal. Berdasarkan
manfaat di atas dapat dikatakan bahwa penilaian prestasi kerja yang dilakukan
secara tidak tepat akan sangat merugikan karyawan dan perusahaan/ organisasi.
Karyawan dapat menurun motivasi kerjanya karena hasil penilaian kinerja yang
tidak sesuai dengan hasil kerjanya (dikutip dari: http://www.wattpad.com/
4178919-manfaat-tujuan-dan-kegunaan-penilaian-prestasi).
Seperti pernyataan diatas manajemen sumber daya manusia sependapat bahwa
9
karyawan yang bersangkutan. Hal ini penting juga bagi perusahaan dimana
karyawan tersebut bekerja. Bagi karyawan, penilaian tersebut berperan sebagai
umpan balik tentang berbagai hal seperti kemampuan, kelebihan, kekurangan, dan
potensi yang pada gilirannya bermanfaat untuk menentukan tujuan, jalur, rencana
dan pengembangan karir. Bagi organisasi hasil sangat penting artinya dan
peranannya dalam pengambilan keputusan tentang berbagai hal, seperti
identifikasi kebutuhan program pendidikan dan pelatihan, rekruitmen, seleksi,
program pengenalan, penempatan, promosi, sistem imbalan dan berbagai aspek
lain dari proses dari manajemen sumber daya manusia secara efektif.
Secara menyeluruh manfaat pengukuran kinerja sangat besar. Menurut Lynch dan
Cross (1993) yang ditulis dalam Yuwono (2003),manfaat pengukuran kinerja
yang baik adalah sebagai berikut:
1. Menelusuri kinerja terhadap harapan pelanggan sehingga akan membawa
perusahaan lebih dekat pada pelanggannya dan membuat seluruh orang
dalam organisasi terlibat dalam upaya member kepuasan kepada
pelanggan.
2. Memotivasi pegawai untuk melakukan pelayanan sebagai bagian dari mata
rantai pelanggan dan pemasok internal.
3. Mengidentifikasi berbagai pemborosan sekaligus mendorong upaya-upaya
pengurangan terhadap pemborosan tersebut.
4. Membuat suatu tujuan strategis yang biasanya masih kabur menjadi lebih
konkret sehingga mempercepat proses pembelajaran organisasi.
5. Membangun konsensus untuk melakukan suatu perubahan dengan reward
Adapun manfaat dari penilaian kinerja menurut menurut Handoko et.al. (2001 :
135), adalah sebagai berikut:
1) Perbaikan prestasi kerja
2) Penyesuaian kompensasi
3) Keputusan penempatan
4) Kebutuhan latihan dan pengembangan
5) Perencanaan dan pengembangan karir
6) Memperbaiki penyimpangan proses staffing
7) Mengurangi ketidak-akuratan informasi
8) Memperbaiki kesalahan desain pekerjaan
9) Kesempatan kerja yang adil
10) Membantu menghadapi tantangan eksternal
Berdasarkan manfaat di atas dapat dikatakan bahwa penilaian prestasi kerja yang
dilakukan secara tidak tepat akan sangat merugikan karyawan dan perusahaan/
organisasi. Dampak motivasi karyawan yang menurun adalah ketidakpuasan kerja
yang pada akhirnya akan sangat mempengaruhi produktivitas kinerja perusahaan.
Bagi perusahaan, hasil penilaian kinerja yang tidak tepat akan mempengaruhi
pengambilan keputusan staffing yang tidak tepat, misalnya promosi.
Mempromosikan karyawan yang tidak tepat untuk menduduki level manajemen,
akan menurunkan kualitas perusahaan tersebut. Kualitas yang menurun pada
akhirnya akan mempengaruhi hasil pencapaian prestasi serta jauh dari tujuan dan
11
2.2 Balanced Scorecard
2.2.1 Konsep dan Evolusi Perkembangan Balanced Scorecard
Konsep Balanced scorecard berkembang sejalan dengan perkembangan
pengimplementasian konsep tersebut. Balanced scorecard telah mengalami
evolusi perkembangan: (1) Balanced scorecard sebagai perbaikan atas sistem
pengukuran kinerja eksekutif, (2) Balanced scorecard sebagai rerangka
perencanaan strategik, dan (3) Balanced scorecard sebagai basis sistem terpadu
pengolahan kinerja personel. Balanced scorecard diciptakan oleh Robert
S.Kaplan, seorang professor dari Havard Business School dan Davit P. Norton
dari kanton akuntan public KPMG. Kedua orang tersebut melalukan riset studi
tentang “Pengukuran Kinerja dalam Organisasi Masa Depan”. Ada 12 perusahan
yang pada waktu itu menjadi objek studi: Advaced Micro Devices, American
Standard, Apple Computer, Bell Sourh, CIGNA, Corner Peripherals, Cray
Research, Dupont, Electrenic Data System, General Electric, Hewlett-Packard
dan Shell Canada. Studi ini didorong oleh kesadaran bahwa pada waktu itu
ukuran kinerja keuangan yang dimanfaatkan oleh semua perusahaan untuk
mengukur kinerja eksekutif tidak lagi memadai (dikutip dari Mulyadi:2009).
Dengan memperluas ukuran kinerja eksekutif ke kinerja non keuangan, ukuran
kinerja eksekutif menjadi komprehensif. Balanced Scorecard memperluas ukuran
kinerja eksekutif keempat perspektif : keuangan, pelanggan, proses bisnis internal
serta pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan pendekatan Balanced
Scorecard, kinerja keuangan yang dihasilkan oleh eksekutif harus merupakan
proses yang produktif dan cost-effective, dan/atau pembangunan personel yang
produktif dan berkomitmen (dikutip dari Mulyadi:2009).
Dari eksperimen awal Balanced Scorecard tersebut, perusahan-perusahaan yang
ikut serta dalam eksperimen tersebut memperlihatkan kemampuan pelipatgandaan
kinerja keuangan mereka. Keberhasilan ini disadari sebagai akibat dari
penggunaan ukuran kinerja Balanced Scorecard yang komperhensif. Dengan
menambahkan ukuran kinerja nonkeuangan, seperti kepuasan pelanggan,
produktifitas dan cost- effectiveness proses, dan pembelajaran dan pertumbuhan,
eksekutif dipacu untuk memperhatikan dan melaksanakan usaha-usaha yang
merupakan pemacu sesungguhnya (Mulyadi: 2009:5).
Gambar 2.1 Pendekatan Balanced Scorecard untuk Perluasan Ukuran Kinerja Eksekutif ke Perspektif Nonkeuangan; Customers, Proses, serta Pembelajaran dan Pertumbuhan
PERSPEKTIF UKURAN KINERJA EKSEKUTIF YANG BERIMBANG
KEUANGAN
Pemanfaat an Akt iva (Asset Turnover)
Cost Effect iveness
Jum lah Cust omers
Baru
Jum lah Cust omers yang m enjadi Noncut omers
Kecepatan w akt u layanan Cost omers
Cycle Time On-Time Delivery
Cycle
13
PEMBELAJARAN DAN
PERTUMBUHAN
(Sumber Mulyadi : 2009 “Sistem Terpadu Pengelolaan Kinerja Personel Berbasis Balanced Scorecard.”)
2.2.2 Pengertian Balanced Scorecard
Balanced Scorecard merupakan suatu sistem manajemen strategi yang
menjabarkan visi dan strategi suatu perusahaan ke dalam tujuan operasional dan
tolok ukur. Tujuan dan tolok ukur dikembangkan untuk setiap 4 (empat)
perspektif yaitu: perspektif keuangan, perspektif pelanggan, perspektif proses
bisnis internal dan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan. Tolok kerja kinerja
keuangan dan non keuangan kedua-duanya adalah penting, kadang-kadang
akuntan dan manajer memfokuskan terlalu banyak kepada tolok ukur keuangan
seperti laba dan variant biaya, karena angka-angka tersebut telah tersedia dari
sistem akuntansi. Namun manager juga dapat memperbaiki pengendalian
operasional dengan mempertimbangkan tolok kerja kinerja nonkeuangan. Tolok
ukur demikian ini dapat lebih tepat waktu dan lebih dekat pengaruhnya terhadap
karyawan pada tingkat organisasi yang lebih rendah dimana produk atau jasa
dibuat atau diberikan. Balanced Scorecard melengkapi pengukuran financial dari
kinerja masa lalu dengan pengukuran penggerak kinerja masa depan.
Menurut Munawir (2002: 437) pengertian balanced scorecard adalah: “Suatu
kartu skor yang digunakan untuk merencanakan skor yang hendak diwujudkan
oleh seseorang di masa depan, dan untuk mencatat skor hasil kinerja yang
sesungguhnya dicapai oleh seseorang”. Pengukuran kinerja tersebut memandang Skill Coverange
Rat io
Quality Work Life
unit bisnis dari empat perspektif yaitu: perspektif keuangan, pelanggan, proses
bisnis dalam perusahaan, serta proses pembelajaran dan pertumbuhan. Melalui
mekanisme sebab akibat (cause and effect), perspektif keuangan menjadi tolak
ukur utama yang dijelaskan oleh tolak ukur operasional pada tiga perspektif
lainnya sebagai driver (lead indication).
Menurut Yuwono (2003: 8) mengemukakan bahwa Balanced Scorecard
merupakan suatu sistem manajemen, pengukuran, dan pengendalian yang secara
cepat, tepat, dan komprehensif dapat memberikan pemahaman kepada manajer
tentang kinerja bisnis. Menurut Mulyadi (2007) mengemukakan bahwa Balanced
Scorecard merupakan alat manajemen kontempoler yang didesain untuk
meningkatkan kemampuan perusahaan dalam melipatgandakan kinerja keuangan
luar biasa secara berkesinambungan (sustainable outstanding financial
performance). Pada hakikatnya tujuan utama pengolahan perusahaan adalah untuk
menjadikan perusahaan sebagai institusi pelipatgandaan kekayaan.
Oleh karena itu, proses pengolahan perusahaan diarahkan untuk menghasilkan
kinerja keuangan luar biasa berkesinambungan (perspektif keuangan). Untuk
mencapai sasaran keuangan tersebut, pengelolaan diarahkan untuk menghasilkan
produk dan jasa yang mampu memenangkan pilihan pelanggan (perspektif
pelanggan). Proses pengolahan diarahkan untuk membangun keunggulan proses
(excellent processes) yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk dan jasa
(perspektif proses bisnis internal) dan membangun keberdayaan sumberdaya
manusia melalui pembangunan modal manusia, modal informasi dan modal
organisasi (perspektif pembelajaran dan pertumbuhan) (dikutip dari Mulyadi :
15
Gambar 2.2 Rerangka Berfikir Balanced Scorecard dalam Penciptaan Kekayaan
Sumber : (Mulyadi : 2009)
2.2.3 Perspektif dalam Balanced Scorecard
Balanced scorecard diterapkan dalam sistem perencanaan strategik untuk
menerjemahkan misi, visi, tujuan, keyakinan dasar, nilai dasar, dan strategi ke
dalam sasaran dan inisiatif strategik yang komprehensif, koheren, terukur dan
beimbang terdiri dari empat perspektif yang mengukurnya. Adapun berikut ini
menjelakan mengenai empat pengukuran balanced scorecard.
1. Perspektif Keuangan
Laporan keuangan merupakan indikator historis agregatif yang merefleksikan
akibat dari implementasi dan eksekusi strategi dalam satu periode , karena
ukuran keuangan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi
memberikan perbaikan yang mendasar bagi keuntungan perusahaan.
Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus
kehidupan bisnis, yaitu: growth, sustain, dan harvest. Tiap tahapan memiliki PERSPEKTIF RERANGKA BERFIKIR
KEUANGAN
PELANGGAN
PROSES BISNIS INTERNAL
PEMBELAJARAN DAN PERTUMBUHAN
Kinerja Keuangan Luar Biasa Berkesinambungan
Cust omer Value
Proses yang Produkt if dan Cost Effective
M odal M anusia
sasaran yang berbeda, sehingga penekanan pengukurannya pun berbeda pula.
Adapun tahapan-tahapan tersebut menurut Kaplan & Norton (2000: 136)
dikutip dari Wahyuni:2011 yaitu:
a. Tahap pertumbuhan (growth)
Tahap awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki
potensi pertumbuhan terbaik. Disini manajemen terikat dengan komitmen
untuk mengembangkan suatu produk/jasa dan fasilitas produksi,
menambah kemampuan operasi, mengembangkan system, infrastruktur
dan jaringan distribusi yang akan mendukung hubungan global, serta
membina dan mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Tolak ukur
kinerja yang cocok dengan tahap ini, misalnya tingkat pertumbuhan
pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
b. Tahap bertahan (sustain)
Tahap kedua dimana perusahaan masih melakukan investasi dan
reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam
tahap ini, peusahaan mencoba mempertahankan pangsa pasar yang ada,
bahkan mengembangkannya jika mungkin. Investasi yang dilakukan
umumnya diarahkan untuk menghilangkan bottleneck, mengembangkan
kapasitas, dan meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten.
Sasaran keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat
pengembalian atas investasi yang dilakukan tolak ukur yang kerap
17
c. Tahap panen (harvest)
Tahapan ketiga dimana perusahaan benar-benar memanen/menuai hasil
investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik
ekspansi maupun pembangunan kemampuan baru, kecuali pengeluaran
untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran dalam keuangan yang
utama dalam tahap ini dapat diiambil sebagai tolak ukur adalah
memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
2. Perspektif Pelanggan
Perspekitf ini biasanya terdiri atas beberapa ukuran utama atau ukuran ginerik
keberhasilan perusahaan dari strategi yang dirumuskan dan dilaksanakan
dengan baik. Dalam perspektif ini peran riset pasar sangat besar dan bernilai
bagi pelanggan. Ada dua kelompok pengukuran dalam perspektif pelanggan
yaitu Core Measurement Group dan Customer Value Proposition (Kaplan &
Norton, 1996).
1. Kelompok yang pertama Care Measurement Group, terdapat lima tolak
ukur yang tergabung dalam kelompok di bawah ini:
a. Market Share, yang mengukur seberapa besar proporsi segmen pasar
tertentu yang dikuasai oleh perusahaan.
b. Customer Acquisition, tingkat dimana perusahaan mampu menarik
konsumen baru.
c. Customer Retention, tingkat dimana perusahaan dapat mempertahankan
hubungan dengan konsumen lamanya.
d. Customer Satisfaction, tingkat kepuasan konsumen terhadap kriteria
e. Customer Profitability, suatu tingkat laba bersih yang diperoleh perusahaan
dari suatu target atau segmen pasar yang dilayani.
2. Kelompok yang kedua disebut customer value proposition atau proporsi
nilai pelanggan yang menggambarkan performance’s driver (pemicu kerja)
yang menyangkut pertanyaan apa yang harus disajikan perusahaan untuk
mencapai tingkat kepuasan loyalitas, retensi dan akuisisi konsumen yang
tinggi. Atribut yang disajikan perusahaan dapat dibedakan dalam tiga
kategori, yaitu:
1. Product or Services Atributes, meliputi fungsi dari produk atau jasa, harga
dan kualitasnya. Dalam hal ini prioritas konsumen bisa berbeda-beda, ada
konsumen yang mengutamakan fungsi dari produk, penyampaian yang tepat
waktu dan harga murah.
2. Customer Relationship, meliputi pengiriman produk dan jasa kepada
pelanggan, termasuk dimensi waktu dan respon pelanggan dan apa yang
dirasakan pelanggan saat membeli produk dari perusahaan.
3. Image and Reputation, menggambarkan faktor-faktor intangible yang
menarik seorang konsumen untuk berhubungan dengan perusahaan.
3. Perspektif Proses Bisnis Internal
Dalam perspektif ini, agar dapat menentukan tolak ukur bagi kinerja ini,
manajemen perusahaan pertama-tama perlu mengidentifikasi proses bisnis
internal yang terdapat di dalam perusahaan. Menurut Kaplan & Norton (2000:
169), pendekatan Balanced Scorecard membagi pengukuran dalam perspektif
19
a. Inovasi (Innovation)
Proses inovasi dibagi menjadi dua bagian yaitu mengidentifikasi
kebutuhan pasar dan menciptakan produk atau jasa untuk memenuhi
kebutuhan pasar tersebut.
b. Operasi (Operations)
Tahapan ini merupakan tahapan aksi dimana perusahaan secara nyata
berupaya untuk memberikan solusi kepada para pelanggan dalam
memenuhi keinginan dan kebutuhan mereka.
c. Pelayanan Purnajual (Postsale Service)
Tahapan ini perusahaan berupaya untuk memberikan manfaat tambahan
kepada para pelanggan yang telah memberi produk-produknya dalam
berbagai layanan purna transaksi jual-beli, seperti garansi, aktivitas
perbaikan dan pemprosesan pembayaran.
4. Perspektif Pertumbuhan dan Pembelajaran
Proses pembelajaran dan pertumbuhan organisasi bersumber dari tiga prinsip,
yaitu people, system, dan organizational procedures. Balanced Scorecard
menekankan pentingnya investasi untuk kepentingan masa depan, dalam
perspektif proses pembelajaran dan pertumbuhan ada tiga fakor yang
diperhatikan, (Kaplan & Norton, 2000: 174), yaitu:
1. Kemampuan Karyawan (Employee Capabilities)
Akibat adanya pergeseran teknologi yang menunjukkan seluruh pekerjaan
diotomatisasi, maka pekerjaan yang sama yang dilakukan secara terus
cukup bagi tercapainya keberhasila perusahaan, oleh karena itu
perusahaan harus melakukan perbaikan terus-menerus.
2. Kemampuan Sistem Informasi (Information System)
Motivasi dan keahlian karyawan diperlukan dalam mencapai tujuan
pelanggan dan bisnis internal, namun itu saja tidak cukup jika mereka
tidak memiliki informasi yang memadai. Dalam persaingan bisnis yang
sangat ketat ini maka diperlukan informasi yang tepat, cepat, dan akurat
sebagai umpan balik. Informasi tersebut dapat berupa informasi tentang
pelanggan, proses bisnis internal, keuangan, dan keputusan yang dibuat
oleh karyawan.
3. Motivasi, Kekuasaan, dan keselarasan (Motivation, Empowerment, and
Alignment)
Ukuran dari motivasi karyawan adalah jumlah saran per-pegawai, dimana
ukuran ini menangkap partisipasi karyawan yang sedang berlangsung
dalam memperbaiki kinerja perusahaan, dan tingkat kualitas partisipasi
karyawan dalam memberikan saran untuk peluang perbaikan.
2.2.4 Keunggulan Manajemen Strategik Berbasis Balanced Scorecard
Menurut Mulyadi : 2009 dalam bukunya, sistem pengelolaan kinerja personel
berbasis Balanced Scorecard memiliki empat keunggulan:
1. Memotivasi personel untuk berfikir dan bertindak strategik dalam
membangun masa depan perusahaan.
2. Meningkaykan kemampuan perusahaan dalam melakukan penginderaan
21
3. Meningkatkan daya respons perusahaan terhadap trend perubahan
lingkungan bisnis.
4. Menghasilkan total business plan yang menyediakan dua macam aktivitas
penciptaan nilai: long-range value creating activities dan short-range
value creating activities.
2.3 Tinjauan Penelitian Sebelumnya
Wahyuni (2011) melakukan penelitian tentang penerapan Balanced Scorecard
sebagai alat pengukuran kinerja pada PT Semen Bosowa Maros melalui metode
kualitatif dan kuantitatif. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa kinerja dari
perspektif keuangan belum dapat diukur dengan baik dan sempurna karena
peningkatan aset tiap tahun masih kecil. Kinerja dari perspektif pelanggan secara
umum sudah sesuai dengan yang diharapkan, hal ini dapat dilihat dari
meningkatnya jumlah pelanggan setiap tahunnya. Pada perspektif proses bisnis
internal diperoleh gambaran bahwa PT Semen Bosowa Maros dalam
memproduksi baranganya secara efesiensi dan efektif. Pada perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan dapat dilakukan dengan baik karena
diterapkannya peraturan bagi karyawan mengenai kehadiran. Dari empat
perspektif dapat dinilai bahwa ukuran kinerja PT Semen Bosowa Maros sudah
cukup baik.
Mathius dan Erna (2011) dalam jurnal ilmiah akuntansi 2011 melakukan
penelitian tentang Penerapan Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukuran
Kinerja yang Memadai, berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh penulis di Bio
Tech Sarana melalui observasi, wawancara dan penyebaran kuisioner kepada
berikut: perusahaan telah melaksanakan pengukuran kinerja perusahaannya untuk
meningkatkan kinerja perusahaannya. Penerapan balanced scorecard yang terjadi
di Bio Tech Sarana termasuk dalam kategori baik, karena dari hasil 100%
responden yang telah diteliti oleh sebanyak 36,67% responden yang menyatakan
baik dan sebanyak 30% responden yang menyatakan cukup serta hanya sebanyak
30% responden lainnya yang paling sedikit menyatakan kurang baik. Hal ini dapat
terlihat dari hasil interval penerapan balanced scorecard. Penerapan balanced
scorecard pada Bio Tech Sarana itu sendiri dapat disimpulkan bahwa
penerapannya telah berjalan dengan baik dan sesuai dengan yang diharapkan oleh
perusahaan. Pengaruh penerapan balanced scorecard terhadap sistem pengukuran
kinerja yang memadai pada perusahaan Bio Tech Sarana, sudah termasuk kedalam
kategori cukup baik artinya terdapat pengaruh yang signifikan antara penerapan
balanced scorecard terhadap keefektivan sistem pengukuran kinerja. Dari hasil
analisis dan pengujian hipotesis dapat disimpulkan bahwa variabel X (Penerapan
Balanced Scorecard) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel Y
(Sistem Pengukuran Kinerja) dengan persentase pengaruh sebesar 14,50%,
sedangkan sisanya sebesar 85,50% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
diamati.
Widodo (2011) dengan melakukan penelitian “Analisis Kinerja Perusahaan
dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard”. Penelelitian ini memiliki
Populasi adalah karyawan tetap PT Jansen Indonesia sebanyak 364 karyawan,
selanjutnya diambil 100 sampel sebagai responden. Sedangkan untuk responden
customer ditetapkan sebanyak 47 responden, karena total pelanggan di Semarang
23
berpartisipasi. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
data sekunder. Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah dilakukan
dapat disimpulkan beberapa hal sebabai berikut: 1)Kinerja perspektif keuangan
pada PT Jansen Indonesia secara keseluruhan dapat disimpulkan atau dinilai
sedang, karena secara umum rasio-rasio keuangan mengalami kenaikan kecuali
ROA dan TATO,2)Kinerja perspektif pelanggan pada PT Jansen Indonesia secara
keseluruhan dapat disimpulkan buruk, karena kepuasan pelanggan buruk
kemampuan perusahaan dalam melakukan menjaga rentensi konsumen juga buruk
sedangkan kemampuan perusahaan dalam melakukan akuisisi pelanggan sedang,
3)Kinerja perspektif proses bisnis intern pada Perusahaan PT Jansen Indonesia
secara disimpulkan sedang, karena inovasi hanya terjadi sekali selama tiga tahun
terakhir dan tidak terjadi penurunan waktu aktivitas operasional secara konsisten
pada proses produksi kursi, meja, tempat tidur maupun lemari, 4)Kinerja
perspektif pertumbuhan dan pembelajaranpada PT Jansen Indonesia dapat
disimpulkan baik pada aspek perputaran karyawan masuk dalam kriteria baik
sedangkan produktivitas karyawan mengalami penurunan. Tingkat kepuasan
karyawan disimpulkan sedang karena karyawan kurang puas.
Darmawanto (2010) melakukan penelitian “Analisis Balanced Scorecard sebagai
Alat Ukur kinerja pada PT Sepatu Asia” berdasarkan penelitian ini Penelitian ini
bertujuan untuk mengukur kinerja perusahaan berdasarkan analisis Balanced
Scorecard. Objek penelitiannya adalah PT Sepatu Asia. Data yang digunakan
adalah neraca dan laporan laba rugi periode 2007-2009 dan hasil pengisian
kuesioner. Alat analisis yang digunakan adalah analisis kuantitatif yang dikenal
deskriptif dengan menggunakan skala Likert untuk mengukur perspektif
pelanggan, proses bisnis internal, pembelajaran dan pertumbuhan. Berdasarkan
hasil seluruh perhitungan, menunjukan kinerja PT Sepatu Asia baik.
Melvia (2009) melakukan penelitian tentang Penerapan Balanced Scorecard
sebagai suatu system pengukuran kinerja pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia
II cabang Tanjung Priok dengan menggunakan analisis deskriptif. Disumpulkan
bahwa perspektikf keuangan dikatakan kurang sehat dengan total skor 52 dari
kemungkinan skor maksimal yang dapat diperoleh sebesar 6 dan untuk perspektif
pelanggan disimpulkan dari 60% responden menyatakan pelayanan yang
diberikan perusahaan adalah baik. Sedangkan untuk perspektif proses bisnis
internal disimpulkan sebesar 62% responden menyatakan proses bisnis internal
adalah baik. Demikian juga dengan perspektif pembelajaran dan pertumbuhan
dapat disimpulkan bahwa sebanyak 58% responden setuju perusahan telah
memperhatikan pembelajaran dan pertumbuhan karyawan.
Rita (2009) yang meneliti tentang “Pengukuran Kinerja pada PT Indosat cabang
Kedaton dengan Menggunakan Pendekatan BalancedScorecard”. Metode
penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian deskriptif
dengan studi kasus. Berdasarkan hasil penelitian kinerja PT Indosat cabang
Kedaton disimpulkan bahwa dari perspektif keuangan dari tahun 2005 sampai
tahun 2007 bersifat tidak stabil, tetapi pengukuran kinerja dari segi perspektif
pelanggan tingkat kepuasan pelangganya adalah baik. Pada perspektif bisnis
internal dapat diketahui bahwa pertumbuhan laba dari tahun 2005 – 2007 terus
meningkat sedangkan dari perspektif pertumbuhan dan pembelajaran diketahui
25
dengan visi dan misi perusahaan namun system informasi yang didapatkan cukup
baik. Sehingga secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa pengukuran kinerja
pada PT Indosat cabang Kedaton dengan menggunakan Balanced Scorecard
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini merupakan penelitian yang berdasarkan pada jenis
penelitian deskriptif yaitu melakukan studi kasus pada PT GodangTua Jaya
Farming di Bekasi, kemudian mengolah dan menganalisis data yang
diperoleh selama penelitian.
3.2 Daerah Penelitian
Objek penelitian ini adalah PT GodangTua Jaya Farming sebagai salah satu
perusahaan yang mengolah sampah menjadi bahan humus atau pupuk organik
di Indonesia dan jasa alat angkut berat. Factory PT GodangTua Jaya Farming
beralamat Jln. Raya Narogong Km.12 Desa Ciketing Udik Pangkalan V,
Bantar Gerbang Bekasi. Lingkup penelitian dalam hal ini adalah untuk
membahas pemecahan masalah penilaian kinerja berdasarkan Balanced
Scorecard sebagai alat ukur kinerja.
3.3 Sumber dan Teknik Pengumpulan Data
Sumber dan Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis adalah
27
dan objektif mengenai penerapan balanced scorecard dalam pengukuran
kinerja perusahaan. Adapun tekniknya sebagai berikut:
a. Penelitian Lapangan (Field Research)
Yaitu metode pengamatan dari yang dilakukan secara langsung maupun
tidak langsung pada objek yang diteliti serta dengan mengadakan
wawancara (interview) dan penyebaran kuesioner dengan bagian-bagian
yang terkait dalam pembahasan ini untuk proses pengumpulan.
b. Tinjauan Pustaka (Library Research)
Yaitu bentuk penelitian yang dilakukan dengan membaca
literature-literatur, karangan ilmiah serta berbagai bahan pustaka lainnya yang ada
hubungannya dengan penulisan skripsi ini. Buku-buku literatur diperoleh
dari kepustakaan dan perusahaan.
3.4 Populasi dan Sampel
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek
yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik kesimpulan. Populasi penelitian
ini adalah karyawan dan pelanggan PT GodangTua Jaya Farming. Pada
perspektif pelanggan, sampel yang diambil khusus pelanggan atau pengguna
divisi kompos yaitu sebanyak 12 orang pelanggan dengan teknik pengambilan
sampel menggunakan teknik purposive sampling.
Purposive sampling dilakukan dengan mengambil orang-orang yang
benear-benar dipilih oleh peneliti menurut ciri-ciri spesifik yang dimilki oleh sampel
tersebut (dikutip dari Edhakidam : 2012). Sedangkan sampel pada karyawan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran penentuan besarnya sampel
menggunakan rumus Slovin sebagai berikut:
N
n =
1 + N e2
Keterangan :
n = ukuran sampel
N = ukuran Populasi
e = kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengembalian sampel
yang ditolerir.
3.5 Data dan Sumber Data
3.5.1 Data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan
sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung melalui
penyembaran kuesioner kepada para karyawan dan pelanggan PT
GodangTua Jaya Farming untuk penialian perspektif sebagai berikut:
1)perspektif pelanggan dengan secara langsung memberikan lembar
kuesioner dan melalui telepon, 2)perspektif proses bisnis internal dan
perspektif pertumbuhan dan pembelajaran secara langsung memberikan
lembar kuesioner kepada karyawan/karyawati PT GodangTua Jaya
Farming. Perhitungan dilakukan dengan menggunakan skala pengukuran
29
mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
tentang fenomena sosial (Ghozali : 2009).
Data sekunder adalah data yang diperoleh melalui laporan keuangan
tahunan PT GodangTua Jaya Farming yang telah diaudit tahun 2008 –
2011 untuk menilai perspektif keuanganya.
3.5.2 Sumber Data
Sumber data yang utama dalam penelitian ini berasal dari PT GodangTua
Jaya Farming dengan melalukan studi kasus.
3.6 Metode Pengumpulan Data
Pada pendekatan dan pengembangan penelitian ini pengumpulan data
dilakukan menggunakan metode sebagai berikut:
1. Observasi, yaitu dengan melakukan pendekatan dan pengamatan langsung
pada PT GodangTua Jaya Farming yang terletak di Jalan Raya
Naronggong Pangkalan V Bantar Gebang, Bekasi.
2. Interview atau wawancara, yaitu teknik pengumpulan data dengan
melakukan tanya jawab langsung maupun melalui telepon pada sumber
yaitu karyawan/karyawati dan pelanggan PT GodangTua Jaya Farming.
3. Kuesioner, yaitu teknik pengumpulan data dengan menyebarkan lembar
pertanyaan baik kepada karyawan/ karyawati maupun pelanggan PT
4. Studi pustaka, yaitu dengan cara mempelajari literatur-literatur yang
relevan guna memperoleh gambaran teoritis mengenai konsep penilaian
kinerja melalui pendekatan Balanced Scorecard.
3.7 Metode Analisis
Data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari data keuangan dan
nonkeuangan. Data nonkeuangan berupa jawaban responden dari
pernyataan-pernyataan yang diberikan merupakan suatu hal yang terpenting
dalam penelitian ini, karena data dikumpulkan melalui kuesioner.
Keabsahan dari suatu hasil penelitian sangat ditentukan oleh alat ukur
yang digunakan untuk mengukur variabel yang diteliti. Oleh karena itu,
suatu alat pengukur perlu diuji dengan pengujian validitas (tingkat
keaslihan) dan reliabilitas (tingkat keandalan).
3.7.1 Uji Kualitas Data
1. Uji Validitas Data
Analisis data diawali dengan validitas data. Uji validitas ini dilakukan dengan
tujuan untuk melihat sejauh mana akurasi dari alat pengukur untuk mengukur
apa yang ingin diukur. Uji validitas pengukur menggunakan metode person
correlation dengan memanfaatkan alat bantu berupa Statistical Package For
The Social Science (SPSS) vers 16.0. Berdasarkan pedoman aturan umum
bahwa butir yang diuji dinyatakan valid apabila taraf signifikansi yang
dihasilkan ≤ 0,05 (Mustafa, 2009).
2. Uji Reliabilitas Data
Selain harus diuji validitas, suatu penelitian juga harus diuji reliabilitas. Uji
31
dipercaya atau dapat diandalkan. Uji reliabilitas dalam penelitian ini
dilakukan dengan menghitung cronbach’s alpha dari masing-masing
instrument dengan memamfaatkan alat bantu berupa Statistical Package For
The Social Science (SPSS) vers 16.0. Alasan penilaian dengan menggunakan
teknik Cronbach Alpha adalah untuk mencari reliabilitas instrumen yang
skornya merupakan rentangan dari beberapa nilai yang berbeda-beda. Butir
yang diuji dan dinyatakan reliabel jika cronbach alpha ≥ 0,6 (Arikunto, 1998).
Misal (0-1), (0-3), (0-4).
3.8 Alat Analisis
3.8.1 Analisis Kualitatif
Dalam analisis kualitatif, penulis mendeskripsikan hasil jawaban
responden, baik karyawan maupun pelanggan yang menggunakan analisis
tabel yang dihasilkan atau didapat dari penyebaran kuesioner.
3.8.2 Analisis Kuantitatif
Metode analisis dalam penelitian ini adalah dengan cara menggambarkan
pengukuran yang relevan dari 4 (empat) perspektif balanced scorecard,
sebagai berikut: Menurut Tunggal (2003 : 8) bahwa tolok ukur kinerja
yang dapat dikemukakan dalam balanced scorecard perusahaan adalah:
a. financial perspective, yakni merupakan pengukuran kinerja yang
ditinjau dari sudut pandang keuangan berdasarkan atas konsekuensi
a. Rasio Likuiditas
Current ratio dengan formulasi :
Asset Lancar
Curret ratio = x 100% Kewajiban Lancar
Curret rasio menunjukkan kemampuan perusahaan untuk membayar
utangnya yang harus segera dipenuhi dengan menggunakan aktiva lancar
yang dimilikinya (Horne: 2005). Menurut Van Horne : ”Sistem
Pembelanjaan yang baik Current ratio harus berada pada batas 200%.
b. Ratio Solvabilitas
Total asset to total debt ratio dengan formulasi :
Total Asset
Total asset to total debt ratio = x 100% Total Kewajiban
Total Assets to total Debt Ratio adalah ratio yang dihasilkan dengan
membandingkan jumlah aktiva (total assets) di satu pihak dengan
jumlah utang (total debt) dilain pihak (Riyanto : 2008). Rasio ini
menunjukkan kemampuan berapa bagian dari keseluruhan aktiva yang
menjamin pembayaran hutang.
c. Ratio Rentabilitas
Return On Asset (ROA) dengan formulasi :
Laba bersih setelah pajak
33
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang digunakan. Dengan
mengetahui rasio ini, kita bisa menilai apakah perusahaan efisien dalam
memanfaatkan aktivanya dalam kegiatan operasional perusahaan. Rasio ini
memberikan ukuran yang lebih baik atas profitabilitas perusahaan karena
menunjukkan efektivitas manajemen dalam menggunakan aktiva untuk
memperoleh pandapatan (Riyanto : 2008).
Return On Investment (ROI) dengan formulasi :
Laba bersih setelah pajak
ROI = x 100% Investasi Modal
Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan
keuntungan dari setiap satu rupiah aset yang digunakan. Investasi modal
mencerminkan konsep dasar yang diterima tentang laba dan tingkat
pendanaan perusahaan (will, halsey dan subramanyam : 2005)
Return on Capital Emloyed (ROCE) dengan formulasi :
EBIT
ROCE = x 100%
Total Aktiva – Kewajiban lancar
ROCE merupakan rasio yang digunakan untuk melihat tingkat
pengembalian operasi dari aset-aset yang didanai sendiri dan pendanaan
jangka panjang, maka semakin tinggi hasil dari rasio tersebut, semakin
baik tingkat pengembalian operasi dari aset yang didanai sendiri (oleh
d. RatioAktivitas
Total Asset Turnover (TATO) dengan formulasi :
Penjualan
TATO = x 100% Total Aktiva
TATO digunakan untuk mengukur kemampuan dana yang tertanam dalam
keseluruhan aktiva berputar dalam suatu periode tertentu atau kemampuan
modal yang diinvestasikan untuk menghasilkan revenue (munawir :2002)
b. Customer perspektif, perspektif ini mengidentifikasikan pelanggan
dan segmen pasar dimana unit bisnis tersebut akan bersaing dan berbagai
ukuran kinerja unit bisnis dalam segmen pasar dapat menggunakan
kuesioner pelanggan. Customer satisfaction index, pengukuran dilakukan
untuk mengukur tingkat kepuasan pelanggan atas harga dan pelayanan
perusahaan. Kepuasan konsumen mencerminkan kemampuan perusahaan
dalam memuaskan kebutuhan pelanggan atas jasa yang digunakan. Untuk
mengetahui tingkat kepuasan pelanggan, maka pengolahan data yang
digunakan adalah sebagai berikut.
Data diperoleh dari pengisian kuesioner oleh para responden, data
kualitatif yang diperoleh diubah menjadi data kuantitatif dengan
memberikan skor masing-masing jawaban dengan skala likert 1 sampai 5
seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002: 74). Kuesioner yang
digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan diadaptasi dari jurnal
35
mengukur kinerja sesuai dengan perusahannya dapat dilihat pada tabel
berikut ini.
Tabel 3.1. Skala Likert Tingkat Kepuasan Pelanggan terhadap Kinerja Pelayanan PT GodangTua Jaya Farming.
No. Tingkat Kepuasan Nilai
1.
Setelah diketahui indek kepuasan dari seluruh responden kemudian
digolongkan pada skala yaitu: a.sangat tidak memuaskan, b.tidak
memuaskan , c.cukup memuaskan, d.memuaskan, dan e.sangat memuaskan.
Untuk menentukan skala ini terlebih dahulu ditentukan indeks kepuasan
minimal dan indeks kepuasan maksimal, interval yang dapat dicari dari
pengurangan antara indeks kepuasan maksimal dengan kepuasan minimal
di bagi menjadi lima seperti yang dirumuskan oleh oleh Sugiyono (2002:80)
sebagai berikut:
EX maks = Skor maksimal yang bisa diberikan
IK min = Indeks Kepuasan Minimun
IK maks = Indeks Kepuasan Maksimum
c. Internal proces business perspective, salah satu ukuran kinerja balanced
scorecard yang menelusuri tentang berbagai proses baru yang harus dikuasai
dengan baik oleh sebuah perusahaan agar dapat memenuhi berbagai
tujuan pelanggan dan finansial diukur dengan menggunakan kuesioner
(Melvia : 2009) yang meliputi:
1) Proses Inovasi
2) Proses Operasi
3) Proses Purnajual
Yang termasuk dalam aktivitas purnajual diantaranya adalah : garansi dan
aktivitas reparasi, perlakuan terhadap produk cacat atau rusak, proses
pembayaran yang dilakukan oleh pelanggan pada transaksi penjualan yang
dilakukan secara kredit. Dapat dilihat dari adanya proses pembayaran yang
cepat dan mudah, adanya perbaikan untuk produk yang rusak, dan
penggantian untuk produk yang rusak atau tidak sesuai dengan harapan
pelanggan pada saat produk diantarkan kepada pelanggan melalui kuesioner
dengan ítem-item pertanyaan.
Setelah dinilai indek kepuasan dari seluruh responden kemudian
digolongkan pada skala a.tidak baik diberi score 1, b. kurang baik diberi
score 2 , c. cukup baik diberi score 3, d.baik diberi score 4, dan e.sangat
baik diberi score 5. Untuk menentukan skala ini terlebih dahulu ditentukan
37
dapat dicari dari pengurangan antara indeks kepuasan maksimal dengan
kepuasan minimal di bagi menjadi lima seperti yang dirumuskan oleh oleh
Sugiyono (2002: 80) sebagai berikut:
IK maks = R x PP x EX maks
IK min = R x PP x EX min
Interval = ( IK maks – IK min ) : skala skor
Dimana:
PP = Banyaknya Pertanyaan
R = Jumlah Responden
EX min = Skor minimal yang bisa diberikan
EX maks = Skor maksimal yang bisa diberikan
IK min = Indeks Kepuasan Minimun
IK maks = Indeks Kepuasan Maksimum
d. Perspektif pertumbuhan dan pembelajaran karyawan ini
mengidentifikasikan struktur yang harus dibangun dalam menciptakan
pertumbuhan dan peningkatan kinerja jangka panjang. Kuesioner yang
digunakan untuk mengukur kepuasan karyawan diadaptasi dari jurnal
skripsi Sri Wahyuni (2011) serta ditambahkan beberapa aspek untuk
mengukur kinerja karyawan yang meliputi :
1) Kepuasan Karyawan (Job Satifaction)
2) Produktivitas
3) Motivasi, Pemberdayaan, dan Keselarasan
Employee Satisfaction Indeks, data kualitatif yang diperoleh dari pengisian
memberikan skor masing-masing pilihan jawaban dengan skala likert
seperti yang dikemukakan oleh Sugiyono (2002: 74).
Setelah diketahui indek kepuasan dari seluruh responden kemudian
digolongkan pada skala a. sangat tidak setuju diberi score 1, b. tidak setuju
diberi score 2 , c. cukup setuju diberi score 3, d. setuju diberi score 4, dan e.
sangat setuju diberi score 5. Untuk menentukan skala ini terlebih dahulu
ditentukan indeks kepuasan minimal dan indeks kepuasan maksimal,
interval yang dapat dicari dari pengurangan antara indeks kepuasan
maksimal dengan kepuasan minimal dibagi menjadi lima seperti yang
dirumuskan oleh oleh Sugiyono (2002: 80) sebagai berikut:
IK maks = R x PP x EX maks
IK min = R x PP x EX min
Interval = ( IK maks – IK min ) : skala skor
Dimana:
PP = Banyaknya Pertanyaan
R = Jumlah Responden
EX min = Skor minimal yang bisa diberikan
EX maks = Skor maksimal yang bisa diberikan
IK min = Indeks Kepuasan Minimun
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan analisis dan pembahasan yang telah dijabarkan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja PT GodangTua Jaya
Farming dengan melalui pendekatan balanced scorecard selama tahun 2008 –
2011 adalah sudah baik. Penilaian pada perspektif keuangan, kinerja PT
GodangTua Jaya Farming diketahui bahwa rasio likuiditas yaitu current ratio
tahun 2008 – 2011 dinilai baik dengan rata-rata sebesar 201,94%. Pada ratio
solvabilitas yaitu total asset to debt ratio dari tahun 2008 – 2011 dengan
rata-rata sebesar 174,57% dinilai kurang baik karena setiap tahun terjadi
penurunan. Pada ratio rentabilitas yaitu ROA, ROI dan ROCE dari tahun
2008 – 2011, rata-rata ROA sebesar 6,85% dinilai cukup baik walau terjadi
peningkatan yang tidak signifikan, rata-rata ROI sebesar 6,85% dinilai cukup
baik walau penurunan selama tahun 2008 -2010 terlihat sangat menurun,
rata-rata ROCE sebesar 19,8% dinilai cukup baik walau terjadi penurunan derastis
dari tahun 2008 - 2010. Pada ratio aktifitas yaitu total asset turnover tahun
2008 – 2011 mengalami fluktuasi dengan rata-rata sebesar 168,02%.
Penilaian perspektif Non Keuangan, kinerja PT GodangTua Jaya Farming
dilihat dari rata-rata tingkat kepuasan pelanggan sebesar 82,72% dengan
modus rata-rata menjawab memuaskan sehingga pelanggan merasa puas atas
pelayanan yang telah diberikan PT GodangTua Jaya Farming. Pada perspektif
proses bisnis internal rata-rata sebesar 72,15% dengan rata-rata modus yang
menjawab baik sehingga dapat dinilai baik, sedangkan untuk perspektif
pembelajaran dan pertumbuhan juga dinilai setuju dengan rata-rata sebesar
68,48% dengan rata-rata modus yang menjawab setuju karyawan PT
GodangTua Jaya Farming sudah merasa baik atas pertumbuhan dan
pembelajaran karyawan yang diberikan perusahaan.
Sehingga gambaran penggunaan pengukuran kinerja dengan menggunakan
pendekatan balanced scorecard dapat dikatakan baik dan perusahaan dapat
menerapkan pengukuran kinerjanya menggunakan metode balanced
scorecard walaupun pada perspektif keuangan terjadi beberapa penurunan
yang drastis terutama tahun 2008 -2010.
5.2 Saran
Berdasarkan penelitian ini penulis ingin menyampaikan beberapa saran yang
diharapkan dapat membawa kebaikan bagi kinerja PT GodangTua Jaya
Farming tentang konsep Balanced Scorecard. Pada perspektif keuangan,
pihak manajemen PT GodangTua Jaya Farming agar bisa melakukan evaluasi
kinerja keuangan setiap tahunnya karena setelah dilakukan pengujian dengan
menggunakan penilaian rasio keuangan beberapa ratio terjadi penurunan yang
drastis terutama tahun 2008-2010, sehingga perolehan laba yang dihasilkan
PT GodangTua Jaya Farming dapat kurang optimal dan maksimal. Pada
85
lebih meningkatkan pelayanan barang/jasa yang sudah ada, hal ini bermaksud
guna menunjang kepuasan pelanggan dan kebijakan yang dibuat oleh
perusahan dapat dijalankan dengan baik. Dan diharapkan dapat terus
ditingkatkan kualitas pelayanan barang/jasa dan sumberdaya perusahaanya
yaitu peningkatkan kualitas karyawan dan pemenuhan fasilitas yang lebih
baik bagi karyawan dapat menghasilkan kinerja perusahaan yang
komperhensif dan koheren.
Sebagai perusahan yang satu-satunya mengolah pembuangan sampah
sebaiknya untuk selalu menjaga, mengembangkan sistem, fasilitas dan
peralatan yang berhubungan dengan kegiatan yang telah dicanangkan
perusahan dengan mengikuti teknologi yang terkini, agar menjadi perusahaan
yang lebih besar dan kuat pada bidangnya, sehingga visi, misi dan kebijakan
PT GodangTua Jaya Farming dapat diwujudkan. Sebaiknya pengukuran
kinerja perusahaan dapat diterapkan dengan menggunakan metode balanced
scorecard. Dengan adanya penelitian pengukuran kinerja perusahaan dengan
menggunakan pendekatan balanced scorecard perusahaan dapat melihat
ukuran kinerja yang akan dicapai sehingga penerapanya dapat dilakukan
DAFTAR PUSTAKA
Anthony, Robert N dan Robert H. Hermanson. 2001. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Darwanto, Agus. 2010. Analisis Balanced Scorecard sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PT Sepatu Asia. Jurnal S1Universitas Gunadarma.
Edhakidam, 2012, http://edhakidam.blogspot.com/2012/11/populasi-dan-sample.html. 7/11/2013. 20.14 WIB
Garrison, Ray. H, dan Eric W. Norren, 2000. Managerial Accounting.
Terjemahan : A. Totok Budisantoso. Salemba Empat. Jakarta.
Handoko, Hani T. 2001. Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Edisi kedua, Lembaga Penerbit BPFE. Yogyakarta.
Horne, Van. 2005. Accounting Economics. Translation Penerbit Gramedia Pustaka Umum. Jakarta.
Kaplan. Robert S dan David Norton. 2000. Balanced Scorecard: Menerapkan Strategi Menjadi Aksi, Terjemahan oleh Peter R. Yosi Pasla dari Balanced Scorecard: Transalting Strategi Into Action (1996). Erlangga. Jakarta.
Laporan Keuangan Tahunan PT GodangTua Jaya Farming tahun 2008 – 2011.
Mathius, Erna. 2011. Penerapan Balanced Scorecard sebagai Alat Pengukuran Kerja Yang Memadai. Jurnal Ilmiah Akuntansi Nomor 5.
Melvia, Afira. 2009. Penerapan Balanced Scorecard sebagai Suatu Sistem Pengukuran Kinerja Pada PT (Persero) Pelabuhan Indonesia II cabang Tanjung Priok. Jurnal Universitas Gunadarma. Jakarta.
Munawir. S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Edisi Keempat. Cetakan Kedelapan, Liberty. Yogyakarta.
Mulyadi. 2001. Balanced Scorecard : Alat Manajemen Kontemporer Untuk Pelipatgandaan Kinerja Keuangan Perusahaan. Edisi Pertama. Salemba Empat. Jakarta.
Rita, Panca. 2009. Pengukuran Kinerja Pada PT Indosat cabang Kedataton dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard. Universitas Lampung. Lampung.
Riyanto, Bambang. 2008. Pembelajaran Perusahaan. BPFE, Yogyakarta.
Sawir, Agnes. 2001, Analisa Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Cetakan Kedua, Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Sudrajat, M. Agus, 2010. http://magussudrajat.blogspot.com/2010/07/bagaimana-mengukur-kinerja-non-keuangan.html. 5/5/2013. 21.05 WIB
Tunggal, Amin Widjaja. 2003. Pengukuran Kinerja Dengan Balanced Scorecard. Harvarindo. Jakarta.
Umar, Husain. 2002. Strategic Management In Action. Cetakan Kedua. Gramedia. Pustaka Utama. Jakarta.
Wahyuni, Sri. 2011. Analisis Balanced Scorecard sebagai Alat Ukur Kinerja Pada PT Semen Bosowa Maros, Universitas Hasanudin Makasar. Makasar.
Widodo, Iman. 2011. Analisis Perusahaan dengan Menggunakan Pendekatan Balanced Scorecard studi kasus pada Perusahan Mebel PT Jansen Indonesia. Universitas Diponogoro Semarang. Semarang.
Wikipedia, 2013, http://en.wikipedia.org/wiki/Return_on_capital_employed.
Will. Jhon J, Halsey. Robert F dan Subramanyam. K.R. 2005. Financial Statement Analysis. Edisi 8. Jakarta.
Yuwono, Sony dkk. 2003. Petunjuk Praktis Penyusunan Balanced Scorecard Menuju Organisasi yang Berfokus pada Strategi. Cetakan Kedua. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.