• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU"

Copied!
51
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRACT

THE EFFECT OF ADDING VARIOUS STARTER ON SILAGE BASED RATION AGRICULTURAL WASTE TO CRUDE PROTEIN, DRY

MATTER, ORGANIC MATTER AND ASH CONTENT

By

Dimas Cahyo Kuncoro

The purpose of this study was to determine the effect of adding a starter in the making of silage. This study was compiled using completely randomized design with 4 treatments and 3 replications. The treatment in this study is R0 : basal ration, R1 :basal ration + (EM-4 4%), R2 : basal ration + EM-4 who bred 4%, R3 : basal ration + rumen fluid 4%. The result showed the addition of treatment on trial the addition of 4% starter EM-4, EM-4 who bred and rumen fluid very significant effect in the levels of dry matter and organic matter as well as the real impact on the levels of crude protein and ash content. Best silage, silage contained in the basal ration (R0).

(2)

ABSTRAK

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN

KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

Oleh

Dimas Cahyo Kuncoro

Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan starter dalam pembuatan silase. Penelitian ini disusun menggunakan rancangan acak lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini yaitu R0 : ransum basal, R1: ransum basal + (4 4%), R2: ransum basal + EM-4 yang dikembang biakkan EM-4%, R3: ransum basal + cairan rumen EM-4%. Hasil penelitian menunjukkan penambahan perlakuan pada percobaan penambahan 4% starter EM-4, EM-4 yang dikembangbiakkan dan cairan rumen sangat berpengaruh nyata (P<0,01) terhadap kadar bahan kering dan bahan organik serta berpengaruh nyata (P<0,05) terhadap kadar protein kasar dan kadar abu. Silase terbaik terdapat pada perlakuan dengan penambahan EM-4 4%.

(3)

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN

KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

(Skripsi)

Oleh

Dimas Cahyo Kuncoro

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Peternakan

Pada

Jurusan Peternakan

Fakultas Pertanian Universitas Lampung

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENGARUH PENAMBAHAN BERBAGAI STARTER PADA SILASE RANSUM BERBASIS LIMBAH PERTANIAN TERHADAP PROTEIN

KASAR, BAHAN KERING, BAHAN ORGANIK, DAN KADAR ABU

(Skripsi)

Oleh

Dimas Cahyo Kuncoro

FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Tata letak perlakuan yang diterapkan ... 22

2. Skema pembuatan starter EM4 yang dikembangbiakkan ... 52

3. Skema pembuatan starter cairan rumen yang dikembangbiakkan ... 53

4. Pengukuran molases dan cairan rumen ... 54

5. Larutan dedak ditambahkan tempe busuk ... 54

6. Mencampurkan molases dengan bahan lain ... 55

7. Menutup wadah agar tidak ada udara masuk ... 55

8. Penimbangan bahan ... 56

9. Pencampuran bahan ... 56

10.Pengeringan bahan dibawah sinar matahari ... 57

11.Pencampuran silase dengan starter ... 57

12.Silase yang sudah dipadatkan di silo ... 58

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... iii

DAFTAR GAMBAR ... iv

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 3

C. Manfaat Penelitian ... 3

D. Kerangka Pemikiran ... 3

E. Hipotesis ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA A. Limbah Agroindustri Pertanian ... 7

B. Fermentasi ... 11

C. Starter yang Digunakan pada Fermentasi ... 14

D. EM-4 ... 15

E. Tempe ... 17

F. Cairan Rumen... 18

G. Kandungan Nutrisi Zat Makanan Ternak ... 20

(7)

B. Bahan dan Alat Penelitian ... 21

C. Metode Penelitian ... 22

D. Prosedur Penelitian ... 23

E. Peubah yang Diamati ... 26

IV. HASIL DAN PEMBAHSAN A. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter terhadap Kadar Bahan Kering Silase Ransum ... 31

B. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter terhadap Kadar Abu Silase Ransum ... 34

C. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter terhadap Kadar Bahan Organik Silase Ransum ... 36

D. Pengaruh Penambahan Berbagai Starter terhadap Kadar Protein Kasar Silase Ransum ... 38

V. SIMPULAN DAN SARAN A. Simpulan ... 42

B. Saran ... 42

DAFTAR PUSTAKA ... 43

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Kriteria penilaian silase ... 14

2. Kandungan nutrisi zat bahan pakan penyusun silase ransum ... 20

3. Komposisi silase ransum ... 26

4. Rata – rata kadar bahan kering silase ransum ... 32

5. Rata – rata kadar abu silase ransum ... 35

6. Rata – rata kadar bahan organik silase ransum ... 37

7. Rata – rata kadar protein kasar silase ransum ... 40

8. Analisis ragam uji kadar bahan kering silase ... 48

9. Uji BNT kadar bahan kering silase ... 48

10.Hasil uji BNT kadar bahan kering ... 48

11.Analisis ragam uji kadar abu silase ... 49

12.Uji BNT kadar abu silase ... 49

13.Hasil uji BNT kadar abu silase ... 49

14.Analisis ragam uji kadar bahan organik silase ... 50

15.Uji BNT kadar bahan organik silase ... 50

16.Hasil uji BNT kadar bahan organik silase... 50

17.Analisis ragam uji kadar protein kasar silase ... 51

18.Uji BNT kadar protein kasar silase ... 51

(9)

Jika anda tidak melakukan kesalahan, anda tidak bisa

membuat keputusan.

(Warren Buffett)

Raihlah ilmu, dan untuk meraih ilmu belajarlah untuk

tenang dan sabar.

(Khalifah ‘Umar)

Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang

tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan

keberhasilan saat mereka menyerah

(Thomas Alva Edison)

Musuh yang paling berbahaya di atas dunia ini adalah

penakut dan bimbang. Teman yang paling setia, hanyalah

keberanian dan keyakinan yang teguh

(10)

Allhamdulillahirobbil’alamin...

Kuhaturkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya serta suri

tauladanku Nabi Muhammad SAW yang menjadi pedoman hidup dalam berikhtiar

Ayahanda, Ibunda yang tercinta terimakasih atassegala doa, air mata dan keringat

perjuanganmu yang telah membawaku memasuki gerbang kesuksesan dari rasa tidak mampu hingga

rasa yakin untuk aku mencoba bertahan atas nama perjuanganmu. Aku selalu ingin menceritakan

semua tapi aku selalu kehabisan kata-kata. Mungkin hanya inilah yang mampu kubuktikan

kepadamu bahwaaku tak pernah lupa pengorbananmu, bahwa aku tak pernah lupa nasihat dan

dukunganmu, bahwa aku tak pernah lupa segalanya dan selamanya.

Dengan kerendahan hati karya kecil dan sederhana ini kupersembahkan

Seiklasnya kepada : Ayahanda dan Ibunda, Kakak, Dosen, serta teman seperjuangan atas

waktu dan pengorbanan kalian dalam membantuku menyelesaikan skripsi ini, perhatian kalian selalu

menjadi motivasi bagiku

Kalian yang terbaik diantara yang terbaik

Serta

Almamater hijau (UNILA) yang turut mendampingiku, membangun diriku,

(11)

RIWAYAT HIDUP

(12)

SANWACANA

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi inidengan baik. Skripsi dengan judul “Pengaruh Penambahan Berbagai Starter Pada Silase

Ransum Berbasis Limbah Pertanian Terhadap Protein Kasar, Bahan Kering, Bahan Organik, dan Kadar Abu” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Jurusan Peternakan di Universitas Lampung Pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Wan Abbas Zakaria, M.P.—selaku Dekan Fakultas

Pertanian, Universitas Lampung—atas izin yang diberikan;

2. Ibu Sri Suharyati, S.Pt., M.P.—selaku Ketua Jurusan Peternakan—atas

gagasan, saran, bimbingan, nasehat, dan segala bantuan yang diberikan selama penulisan skripsi;

3. Bapak Prof. Dr. Ir. Muhtarudin, M.S.—selaku Pembimbing Utama—atas saran, motivasi, arahan, ilmu, dan bimbingannya serta segala bantuan selama penulisan skripsi ini;

(13)

4. Dr. Ir. Erwanto, M.S.—selaku Pembahas—atas bimbingan, motivasi, kritik, saran, dan masukan yang positif kepada penulis serta segala bentuk bantuan selama masa studi dan penyusunan skripsi;

5. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian Unila—atas bimbingan, nasehat, dan ilmu yang diberikan selama masa studi;

6. Ayah dan Ibuku tercinta atas segala do’a, dorongan, semangat, pengorbanan, dan kasih sayang yang tulus ikhlas dan senantiasa berjuang untuk keberhasilan penulis, kakak dan adik tercinta atas nasihat dan dukungannya dalam bentuk moril maupun materil;

7. Depo Kurniawan dan Istiana Pratiwi—atas persaudaraan dan kerjasamanya selama penelitian;

8. Teman-teman terbaikku Bastian Rusdi, Angga, Frandy Febriantoro, Hermawan, Arista Pribadi, Decka Wira B, Dwi Haryanto, Fakhri Aji A, Sakroni, Rahmat Nurdiyanto, Riki Dwi H, Miftahudin, Ali Sodikin, Apri, Fery Efata Z, Putu, Haikal M, Dimas R, Aji W, Edwin, Budi, Fikri, Okta S, Bowo, Ayu Astuti, Citra Nindya Kesuma, Dea Fitri Aryandrie, Devi Desnita, Dina Sari, Fitria Maghfiroh, Nia Yulianti, Komalasari, Retno Dwi S, Siti Unayah, Sundari Aprilinda, Putri Handayani, Jeni M, Konita, Tri Atika, Lasmi, Fitri, Sahrina, lisa, laras, septia, imah,—atas kekeluargaan, persahabatan, motivasi yang diberikan kepada penulis dan kenangan indah selama masa studi serta motivasi yang diberikan;

9. Seluruh kakak-kakak (Angkatan 2009 dan 2010) serta adik-adik (Angkatan 2012, 2013 dan 2014) jurusan peternakan—atas persahabatan dan

(14)

10. Semua dosen dan pegawai di jurusan peternakan yang senantiasa memberikan dukungan dan motivasinya;

11. Bapak Sosro Wardoyo, S. Pt—yang telah membantu dalam penyusunan metode penelitian, saran dan waktunya.

12. Semua aktor yang telah mengisi kehidupan dan menemaniku meskipun dari kejauhan dengan segala kasih sayang, dukungan, dan kenangan indah yang hanya menjadi persinggahan yang tidak dapat terlupa.

Semoga semua bantuan dan jasa baik yang telah diberikan kepada penulis mendapat pahala dari Allah SWT, dan semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi kita semua. Aamiin...

Bandar Lampung, Oktober 2015

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Akhadiarto, S. 2009. Pengaruh Pemberian Ransum dari Limbah Jerami Padi dan Onggok melalui Perlakuan Cairan Rumen Terhadap Performa Domba. Pusat Teknologi Produksi Pertanian. Jakarta.

Amirroenas, D. E. 1990. Mutu Ransum Berbentuk Pellet Dengan Bahan Serat Biomassa POD Coklat Untuk Pertumbuhan Sapi Perah Jantan. Tesis Fakultas Pascasarjana, Institut Pertanian, Bogor

Astawan, M. 2004. Tetap Sehat dengan Produk Makanan Olahan. Tiga Serangkai. Solo.

Bestari, J., A. Talib , H. Hamid and D. Suherman. 1998. In-vivo digestibility of rice straw silage with buffalo rumen microbes in ongole cross bredd. Jurnal Ilmu Ternak dan Veteriner. No 23. Vol 1. Hal 224–230.

Budiyanto, M.A.K. 2002.Dasar-dasar Ilmu Gizi, Malang: UMM Press. Hal. 149. Bureenok, S., T. Namihira, S. Mizumachi, Y. Kawamoto, and T. Nakada. 2006.

The effect of epiphytic lacticacid bacteria with or without different by product from defatted rice bran and green tea waste on napiergrass

(Pennisetum purpureum Shumach) silage fermentation. J. Sci. Food Agric. 86: 1073-1077.

Church, D. C. 1979. Digestive Physiology and nutrition of Ruminant, Vol 1 Second Edition . Corvalis. Oregon.

Cullison, A. E. 1975. Feed And Feding . University Of George Reston Publishing Company Inc. Virginia.

Darmawan, K. 2010. Jerami Padi Fermentasi Pakan Alternatif. http://em4baliorganik.blogspot.com. 18 Mei 2015.

(16)

44

Departemen Pertanian.1980. Silase sebagai makanan ternak. Departemen Pertanian. Balai Informasi Pertanian. Laporan Penelitian Ternak. Ciawi, Bogor.

Fathul, F., Liman, N. Purwaningsih, dan S. Tantalo Y.S. 2014. Pengetahuan Pakan dan Formulasi Ransum. Bandarlampung. Universitas Lampung.

Fardiaz, S. 1987. Fisiologi Fermentasi. Pusat Antar Universitas IPB, Bogor. Gohl, B. O. 1981. Tropical Feed. Feed Information. Summaries and Nutritive

Value. FAO. Rome.

Hadinata, I. 2008. Membuat Mikroorganisme Lokal. Pusat Antar Universitas IPB, Bogor.

Hanafi, Nevy Diana. 2008. Teknologi pengawetan Pakan Ternak.

Depertemen Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatra Utara, Medan.

Hartadi, H., S. Reksohadiprodjo, dan A.D. Tillman.1997. Tabel Komposisi Pakan untuk Indonesia. Cetakan Ke-3. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta. Haryoto. 2001. Meningkatkan Protein Kasar Jerami Padi dengan teknologi EM-4.

Laporan Tugas Akhir, Akademi Peternakan Karanganyar, Karanganyar. Hidayat. 2006. Mikrobiologi Industri. Andi offset, Yogyakarta.

Honig, H. and M K.Woolford 1980. Changes in silage on exposure to air. p. 76-87. In: C. Thomas (ed.) Forage Conservation in the 80s. Occasional Symposium No. 11. British Grassland Society, Hurley, Berkshire, UK. Isnandar. 2011. Silase Isi Rumen Sebagai Pengganti Hijauan Jagung terhadap

Produksi Susu Sapi Perah Peranakan Friesian Holstein. Disertasi. Program Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Kalsum, U dan O. Sjofjan. 2008. Pengaruh waktu inkubasi campuran ampas tahu dan onggok yang difermentasi dengan Neurosporasitophila terhadap

kandungan zat makanan. Pros. Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner Bogor, 11–12 Nopember 2008. Puslitbang Peternakan, Bogor. hlm. 226–232.

Kamal, M. 1998.Nutrisi Ternak I. Rangkuman. Lab. Makanan Ternak, Jurusan Nutrisi dan Makanan Ternak, Fakultas Peternakan, UGM. Yogyakarta. Komar, A.1984. Teknologi Pengolahan Jerami Sebagai Makanan Ternak.

(17)

45

Koswara, S. 1992. Teknologi Pengolahan Kedelai Menjadikan Makanan Bermutu. Pustaka Sinar Harapan, Jakarta

Kurnianingtias, I.B., P.R. Pandansari, I. Astuti, S.D. Widyawati, dan W.P.S. Suprayogi. 2012. Pengaruh Macam Akselerator Terhadap Kualitas Fisik, Kimiawi, dan Biologis Silase Rumput Kolonjono. Jurnal Peternakan Universitas Sebelas Maret, Surakarta. No 32. Vol 1. Hal 332–338. Leng, R.A. 1991. Application of biotechnology to nutrition of animals in

developing countries. Animal Production and Health Paper no 90, Rome, Italy.

Lubis, D. A. 1992. Ilmu Makanan Ternak. Pembangunan, Jakarta.

Mahmud., 2009. Tabel Komposisi Pangan Indonesia. Jakarta : PT Elex Media Komputindo.

McDonald, P., R. A. Edwards and J. F. D. Greenhalgh. 1984. Animal Nutrition. 4th ed. English Language Book Society. Longman, London.

McDonald, P., A.R. Henderson and S.J.E. Heron. 1991. The Biochemistry of Silage.Cambrian Printers Ltd., Aberystwyth, Great Britain.

Merry, R.J., K.F. Lowes, and A.L. Winters. 1997: Current and future approaches to biocontrol in silages. Forage conservation: 8th International Scientific Symposium, Pohořelice: Research Institute of Animal Nutrition. Czech Republic, pp. 17-27

Nista, Delly., H. Natalia., dan A. Taufik. 2007. Teknologi Pengolahan Pakan (Ummb, Fermentasi Jerami, Amoniasi Jerami, Silage, Hay). Departemen Pertanian, Direktorat Jendral Bina Produksi Peternakan Balai Pembibitan Ternak Unggul Sapi Dwiguna dan Ayam. Sembawa.

Pond, W.G., D.C. Church, and K.R. Pond. 1995. Basic Animal Nutrition and Feeding. Fourth edition. John Wiley & Sons, New York.

Potter, J. and Robinson. 1997. Nutrient Ecology of The Ruminant. 2ndEd. Cornell University.

Preston, T.R. dan R.A. Leng. 1987. Matching Ruminant Production system with Available Resources in the Tropics and Sub Tropics. Renambel Books Armidale. New South Wales.

Rahayu, W.P. 2003. Diktat Penuntun Praktikum Penilaian Organoleptik.Bogor : Fakultas Teknologi Pertanian Bogor. Institut Pertanian Bogor

(18)

46

Saputra, A. 2011. Kualitas Fisik Silase Pucuk Tebu dengan Penambahan Effective Microorganisme-4 (EM-4). Skripsi Universitas Sriwijaya, Indralaya. Salim, R., B. Irawan, Amirudin, H. Hendrawan dan M. Nakatari. 2002.

Pengawetan Hijauan untuk Pakan Ternak Silase. Sonisugena Pressindo, Bandung.

Sudarmadji, S.B, Haryanto dan Suhardi.1997. Prosedur Analisa Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Jakarta.

Surono, M. Soejono, dan S.P.S. Budhi. 2006. Kehilangan Bahan Kering dan Bahan Organik Silase Rumput Gajah pada Umur Potong dan Level Aditif yang Berbeda. J.Indri. Trop.Anini :Agric.31(1):62-67.

Tillman, D.A., Hartadi, S. Reksohadiprodjo, S. Perwokusumo, dan S.

Lebdosekojo. 1998. Ilmu Makanan Ternak Dasar. UGM Press.Yogyakarta. Turyoni, D. 2005. Pembuatan Dodol Tape Kulit Singkong (Cassava). Semarang :

Teknologi Jasa dan Produksi Universitas Negeri Semarang Utomo, R. 1999. Teknologi Pakan Hijauan. Fakultas Peternakan,

UniversitasGadjahMada, Yogyakarta.

Utomo, R. dan M. Soejono. 1990. Pengaruh pemberian konsentrat terhadap kenaikan berat badan sapi Peranakan Ongole. Laporan Penelitian. Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada. Dibiayai P4M, Ditjen DikTi

DepDikBud, RI.

Winarno, F.G. 1992. Kimia Pangan dan Gizi.PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

(19)
(20)
(21)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang dan Masalah

Peternak Indonesia pada umumnya sering mengalami permasalahan kekurangan atau sampai kesulitan mendapatkan hijauan makanan ternak (HMT) segar sebagai pakan ternak. Pada musim hujan adakalanya dijumpai HMT yang berlimpah, sehingga upaya pengawetan hijuan segar yang disebut silase diharapkan dapat menjadi salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan kekurangan hijauan segar pada musim kesulitan pakan. Selain itu, pembuatan silase dimaksudkan untuk mempertahankan kualitas atau bahkan meningkatkan kualitas pada pakan

tersebut.Hal ini sangat penting karena produktivitas ternak merupakan fungsi dari ketersediaan pakan dan kualitas (Leng, 1991).

(22)

2

karbohidrat mudah larut.Fungsi dari penambahan akselerator adalah untuk

menambahkan bahan kering untuk mengurangi kadar air silase, membuat suasana asam pada silase, mempercepat prosesensilage, menghambat pertumbuhan bakteri pembusuk dan jamur, merangsang produksi asam laktat dan untuk meningkatkan kandungan nutrien dari silase (Komar,1984).

Menurut Lubis (1992) kandungan karbohidrat mudah larut dari molases 74,9%, dedak padi 43,8%, dan tepung gaplek 78,4%. Perbedaan dari kandungan karbohidrat mudah larut dalam setiap akselerator mempengaruhi kualitas silase yang dihasilkan, maka dari itu untuk mengetahui pengaruh penambahan berbagai akselerator terhadap silase perlu dilakukan pengujian kualitas silase tersebut.

Starteratau dengan kata lain disebut dengan Mikro Organisme Lokal (MOL) dapat menyebabkan perubahan pada fisik maupun komposisi kimiawi pada hewan maupun tumbuhan. Fungsinya yaitu agen proses biokimia dalam

pengubahan senyawa anorganik menjadi senyawa organik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan. Penambahanstarterpada silase dimungkinkan dapat

merubah kualitas silase menjadi lebih baik atau meningkat.Kualitas silase dapat dinilai secara fisik, kimiawi, dan biologis.Berdasarkan hal tersebut maka

(23)

3

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh penambahan berbagai jenisstarterterhadap protein kasar, bahan kering, bahan organik, dan kadar abu pada silase ransum.

2. Mengetahui salah satu jenisstarteryang terbaik untuk mengoptimalkan proses fermentasi dan diharapkan mampu meningkatkan masa simpan silase ransum.

C. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini yaitu diharapkan silase ransum yang dibuat dari berbagai jenisstarteryang berbeda dapat meningkatkan masa simpan silase ransum.

D. Kerangka Pemikiran

Ternak ruminansia memiliki permasalahan utama dalam pengembangan produksi, yaitu sulitnya memenuhi ketersediaan pakan secara berkesinambungan baik kualitas maupun kuantitasnya. Karena ternak ruminansia sangat tergantung pada pakan hijauan. Upaya yang dapat dilakukan dalam hal ini adalah dengan

pengawetan pakan yang disebut silase.

(24)

4

Menurut Darmawan (2010), jerami yang difermentasikan dengan EM-4 selama 8 hari terjadi peningkatan protein kasar dari 3,50 % naik menjadi 7,05 % dan kadar lemak naik dari 1,12 % menjadi 2,46 %. Dari penelitian Jamal dan Syamsu (2001) dikutip oleh Nistaet al., (2007) bahwa komposisi jerami padi yang telah

difermentasi dengan menggunakanstartermikroba (starbio) sebanyak 0,6 % dari berat jerami mengalami peningkatan protein kasar dari 4,31 % menjadi 9,11 % dan diikuti dengan penurunan serat kasar dari 40,30 % menjadi 36,52 %. Hasil penelitian Haryoto (2001) menunjukkan bahwa jerami yang difermentasi dengan EM-4 selama 14 hari terjadi peningkatan protein kasar, protein kasar jerami meningkat menjadi 9,08 %.

Cairan rumen merupakan hasil limbah dari pemotongan ternak di rumah potong hewan. Cairan rumen digunakan untuk memanfaatkan mikroorganisme yang ada pada cairan rumen tersebut. Menurut penelitian Akhadiarto (2009) bahwa

(25)

5

Seiring dengan perkembangan jaman pembuatan silase juga sering dimodifikasi dengan penambahan bahan lain atau limbah yang tidak terpakai dengan tujuan untuk memanfaatkan dan memaksimalkan mutu dari limbah tersebut. Limbah yang saya pakai pada penelitian ini adalah tempe busuk. Tempe busuk digunakan untuk pembuatan MOL yaitu pada penelitian ini digunakan sebagai pembuatan starterEM-4 yang dikembangbiakkan. Penambahan tempe busuk ini

dimaksudkan untuk memperbanyak aktivitas dan jumlah mikroba padastarter yang nantinya akan meningkatkan kualitas dari kandungan nutrisi silase tersebut.

(26)

6

Penelitian ini dilakukan dengan penyusunan silase ransum dengan penambahan berbagaistarteryang berbeda. Penyusunan silase ransum dengan penambahan berbagaistarteryang berbeda ini diharapkan akan menghasilkan nilai kandungan nutrisi yang berbeda juga, sehingga akan diperoleh silase ransum yang

mempunyai kandungan nutrisi yang optimal dan yang terbaik untuk diberikan kepada ternak ruminansia. Silase ransum komplit akan diberi perlakuan dengan pemberianstarterberupa EM-4, EM-4 yang dikembang biakan dan cairan rumen yang dikembang biakan.

E. Hipotesis

Hipotesis yang diajukan pada penelitian ini adalah :

1. Penambahan berbagaistarterpada silase ransum akan berpengaruh terhadap protein kasar, bahan kering, bahan organik, dan kadar abu yang terdapat pada silase ransum tersebut.

(27)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Limbah Agroindustri Pertanian

Limbah pertanian adalah bagian utama diatas atau pucuknya yang tersisa setelah panen atau diambil hasil utamanya. Limbah pertanian umumnya mempunyai kualitas yang rendah sehingga penambahan konsentrat dalam ransum merupakan salah satu cara untuk menanggulanginya. Kendala utama pemanfaatan limbah pertanian adalah penggunaannya sebagai pupuk atau bahan bakar, lokasinya yang tersebar, teknologi penggunaannya untuk ternak, umumnya mempunyai protein yang rendah, kecernaan yang rendah dan fluktuasi panen yang sering terjadi pada tanaman pangan. Komposisi silase ransum yang digunakan untuk penelitian terdiri dari rumput gajah, kulit kakao, bungkil sawit, kulit singkong, jenjet jagung, onggok, ampas tahu, mineral, molases, dan urea.

a. Rumput gajah

Rumput gajah (Pennisetum purpureum) adalah hijauan pakan jenis rumput unggul yang memiliki kualitas nutrisi yang tinggi dan tahan terhadap kekeringan,

(28)

8

berkisar antara 2--4% Protein Kasar (CP; Crude Protein) selalu diatas 7% untuk varietas Taiwan, semakin tua CP semakin menurun. Pada daun muda nilai ketercernaan (TDN) diperkirakan mencapai 70%, tetapi angka ini menurun cukup drastis pada usia tua hingga 55%.

b. Kulit kakao

Kulit buah kakao merupakan limbah agroindustri yang dihasilkan tanaman kakao, buah coklat yang terdiri dari 74% kulit buah, 2% plasenta dan 24% biji. Hasil analisa proksimat mengandung 22% protein dan 3--9 % lemak dengan

penggunaannya oleh ternak ruminansia 30--40 %. Sebaiknya sebelum digunakan sebagai pakan ternak, limbah kulit buah kakao perlu difermentasikan terlebih dahulu untuk menurunkan kadar lignin yang sulit dicerna oleh hewan dan untuk meningkatkan kadar protein dari 6--8 % menjadi 12--15 %. Pemberian kulit buah kakao yang telah diproses pada ternak sapi dapat meningkatkan berat badan sapi sebesar 0,9 kg/hari.

c. Bungkil sawit

Bungkil inti sawit (BIS) merupakan salah satu hasil samping pengolahan inti sawit dengan kadar 45--46% dari inti sawit. BIS umumnya mengandung air kurang dari 10% dan 60% fraksi nutrisinya berupa selulosa, lemak, protein, arabinoksilan, glukoronoxilan, dan mineral. Bahan ini dapat diperoleh dengan proses kimia atau dengan cara mekanik. Walaupun BIS proteinnya rendah, tapi kualitasnya cukup baik dan serat kasarnya tinggi. Namun BIS memiliki

(29)

9

d. Kulit singkong

Singkong adalah tanaman rakyat yang telah dikenal di seluruh pelosok Indonesia. Rukaman (1997) menyatakan bahwa komponen kimia dan gizi dalam 100 g kulit singkong adalah sebagai berikut : protein 8,11 g, serat kasar 15,20 g, pektin 0,22 g, lemak 1,29 g, kalsium 0,63 g sedangkan komponen kimia dan gizi daging singkong dalam 100 g adalah protein 1 g, kalori 154 g, karbohidrat 36,8 g, lemak 0,1 g (Mahmud,et al., 2009) sehingga dapat disimpulkan bahwa kadar protein singkong lebih rendah dibanding kulit singkong. Turyoni (2005), menyatakan bahwa kandungan karbohidrat kulit singkong segar blender adalah 4,55%, sehingga memungkinkan digunakan sebagai sumber energi bagi mikroorganisme dalam proses fermentasi.

e. Jenjet jagung/tumpi jagung

Tumpi jagung merupakan limbah agroindustri perontokan jagung pipilan. Ketersediaannya cukup kontinyu dan terkadang menimbulkan masalah dalam pembuangan atau penyimpanannya, terutama pada saat berlangsungnya panen raya jagung. Tumpi jagung bersifat amba (bulky) dan belum dimanfaatkan secara optimal untuk pakan ternak.

f. Onggok

Onggok adalah pakan sumber energi yang berasal dari sisa pengolahaan singkong menjadi tepung tapioka. Permasalahan utama yang ada pada onggok adalah karena onggok memiliki kandungan protein yang rendah sekitar < 15 % dan memiliki kandungan serat kasar yang tinggi. Salah satu solusi untuk

(30)

10

g. Ampas tahu

Ampas tahu merupakan limbah padat yang diperoleh dari proses pembuatan tahu dari kedelai. Dilihat dari komposisi kimianya ampas tahu dapat digunakan sebagai sumber protein. Kandungan protein dan lemak pada ampas tahu cukup tinggi. Adapun kandungan ampas tahu antara lain protein 8,66%, lemak 3,79%, air 51,63% dan abu 1,21%, maka sangat memungkinkan ampas tahu dapat diolah menjadi bahan makanan ternak (Dinas Peternakan Provinsi Jawa Timur, 2011).

h. Mineral

Mineral adalah suatu bahan atau zat yang homogen mempunyai komposisi kimia tertentu atau dalam batas-batas dan mempunyai sifat-sifat tetap, dibentuk di alam dan bukan hasil suatu kehidupan (Potter dan Robinson, 1977).

i. Molases

Pondet al., (1995) yang menyatakan bahwa molasses adalah limbah utama

industri pemurnian gula. Molases merupakan sumber energi yang esensial dengan kandungan gula didalamnya. Molases memiliki kandungan protein kasar 3,1 %; serat kasar 0,6 %, BETN 83,5 %, lemak kasar 0,9 %, dan abu 11,9 %.

j. Urea

(31)

11

B. Fermentasi

Fermentasi adalah peruraian senyawa organik menjadi senyawa sederhana dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan energi (Fardiaz, 1987).

Fermentasi merupakan proses pengolahan bahan organik menjadi bentuk lain yang lebih berguna dengan bantuan mikroorganisme secara terkontrol.

Mikroorganisme yang terlibat diantaranya adalah bakteri, protozoa, jamur atau kapang atau fungi, dan ragi atau yeast.

Silase merupakan makanan ternak yang sengaja disimpan dan diawetkan dengan proses fermentasi di dalam silo. Fermentasi tersebut dimaksudkan untuk

mendapatkan bahan pakan yang masih bermutu tinggi serta tahan lama ( Hanafi, 2006). Karena pasokan bahan pakan untuk ternak pada saat musim kemarau berkurang, silase menjadi pakan alternatif terbaik untuk diterapkan.

Ensilasi adalah metode pengawetan hijauan berdasarkan pada proses fermentasi asam laktat yang terjadi secara alami dalam kondisi anaerobik. Selama

berlangsungnya proses ensilasi, beberapa bakteri mampu memecah selulosa dan hemiselulosa menjadi berbagai macam gula sederhana. Sedangkan bakteri lain memecah gula sederhana tersebut menjadi produk akhir yang lebih kecil (asam asetat, laktat dan butirat). Produk akhir yang paling diharapkan dari proses ensilasi adalah asam asetat dan asam laktat. Produksi asam selama

(32)

12

Tahap I–Fase aerobik.

Tahap ini pada umumnya hanya memerlukan waktu beberapa jam saja, fase aerobik terjadi karena keberadaan oksigen di sela-sela partikel tanaman. Jumlah oksigen yang ada akan berkurang seiring dengan terjadinya proses respirasi pada material tanaman serta pertumbuhan mikroorganisme aerobik dan fakultatif aerobik, seperti khamir dan enterobakteria. Selanjutnya, enzim pada tanaman sepertiproteasedancarbohydraseakan teraktivasi, sehingga kondisi pH pada tumpukan hijauan segar tetap dalam batas normal (pH 6,5--6,0).

Tahap II–Fase fermentasi.

Tahap ini dimulai ketika kondisi pada tumpukan silase menjadi anaerobik, kondisi tersebut akan berlanjut hingga beberapa minggu, tergantung pada jenis dan

kandungan hijauan yang digunakan serta kondisi proses ensilasi. Jika proses fermentasi berlangsung dengan sempurna, Bakteri Asam Laktat (BAL) akan berkembang dan menjadi dominan, pH pada material silase akan turun hingga 3,8--5,0 karena adanya produksi asam laktat dan asam-asam lainnya.

Tahap IIIFase stabil.

(33)

13

enzimproteasedancarbohydrasetoleran asam serta beberapa mikroorganisme khusus, sepertiLactobacillus buchneriyang dapat tetap aktif pada level rendah.

Tahap IVFase pemanenan (feed-out/aerobic spoilage) .

Fase ini dimulai segera setelah silo/fermentor dibuka dan silase terekspose udara luar. Hal tersebut tidak terhindarkan, bahkan dapat dimulai terlalu awal jika penutup silase rusak sehingga terjadi kebocoran. Jika fase ini berlangsung terlalu lama, maka silase akan mengalami deteriorasi atau penurunan kualitas silase akibat terjadinya degradasi asam organik yang ada oleh khamir dan bakteri asam asetat. Proses tersebut akan menaikkan pH pada tumpukan silase dan selanjutya akan berlangsung tahapspoilageke-2 yang mengakibatkan terjadinya kenaikan suhu, dan peningkatan aktifitas mikroorganisme kontaminan, sepertibacilli, moulds dan enterobacteria(Honig dan Woolford, 1980).

Untuk menghindari terjadinya kegagalan dalam proses pembuatan silase, maka perlu dilakukan pengontrolan dan optimalisasi pada setiap tahapan ensilasi. Pada tahap I, dibutuhkan teknik filling material hijauan yang baik kedalam silo, sehingga dapat meminimalisir jumlah oksigen yang ada di antara partikel

(34)

14

kontaminasi aerobik selama penyimpanan. Segera setelah silo/fermentor dibuka, silase harus diberikan kepada ternak hingga habis. Karakteristik silase yang baik menurut Cullison (1975) dan Utomo (1999) yakni:

1. warna silase, silase yang baik umumnya berwarna hijau kekuningan atau kecoklatan, sedangkan warna yang kurang baik adalah coklat tua atau kehitaman;

2. bau, sebaiknya bau silase agak asam atau tidak tajam, bebas dari bau manis, bau ammonia, dan bau H2S;

3. tekstur, kelihatan tetap dan masih jelas. tidak menggumpal, tidak lembek, dan tidak berlendir;

4. keasaman, kualitas silase yang baik mempunyai pH 4,5 atau lebih rendah dan bebas jamur.

Tabel 1. Kriteria Penilaian Silase

Kriteria Penilaian

Baik Sekali Baik Sedang Buruk

Jamur Tidak ada Sedikit Lebih banyak Banyak

Bau

Sumber : Departemen Pertanian (1980).

C. Starteryang Digunakan pada Fermentasi

Mikro Organisme lokal (MOL) adalah mikroorganisme yang dimanfaatkan

(35)

15

sumber mikroorganisme. Bahan dasar untuk fermentasi larutan MOL dapat berasal dari hasil pertanian, perkebunan, maupun limbah organik rumah tangga. Karbohidrat sebagai sumber nutrisi untuk mikroorganisme dapat diperoleh dari limbah organik seperti air cucian beras, singkong, gandum, rumput gajah, dan daun gamal. Sumber glukosa berasal dari cairan gula merah, gula pasir, dan air kelapa, serta sumber mikroorganisme berasal dari kulit buah yang sudah busuk, terasi, keong, nasi basi, dan urin sapi (Hadinata, 2008).

Mikroorganisme yang tumbuh dan berkembang pada suatu bahan dapat menyebabkan berbagai perubahan pada fisik maupun komposisi kimia, seperti adanya perubahan warna, pembentukan endapan, kekeruhan, pembentukan gas, dan bau asam (Hidayat, 2006). Fungsi dari mikroorganisme adalah sebagai agen proses biokimia dalam pengubahan senyawa organik menjadi senyawa anorganik yang berasal dari sisa tanaman dan hewan (Budiyanto, 2002).

D. EM-4

(36)

16

Adapun manfaat dari penggunaan EM-4 ini adalah :

• menyeimbangkan mikroorganisme yang menguntungkan dalam perut ternak;

• memperbaiki dan meningkatkan kesehatan ternak; • meningkatkan mutu daging ternak;

• mengurangi tingkat kematian bibit ternak; • memperbaiki kesuburan ternak;

• mencegah bau tidak sedap pada kandang ternak; • mengurangi stress pada ternak;

• mencegah bau tidak sedap pada kandang ternak dan kotoran ternak.

Bakteri yang terkandung di dalam EM-4 ini adalahLactobacillus casei, Saccharomyces cerevisiae, Rhodopseudomonas palustris. Lactobacillus casei memiliki peranan penting dalam pencernaan. Lactobacillusadalah bakteri yang bisa memecah protein, karbohidrat, dan lemak dalam makanan, dan menolong penyerapan elemen penting dan nutrisi seperti mineral, asam amino, dan vitamin yang dibutuhkan manusia dan hewan untuk bertahan hidup. Berdasarkan

(37)

17

E. Tempe

Tempe adalah produk fermentasi yang amat dikenal oleh masyarakat Indonesia dan mulai digemari pula oleh berbagai kelompok masyarakat barat. Tempe dapat dibuat dari berbagai bahan, tetapi yang biasa dikenal sebagai tempe oleh

masyarakat pada umumnya ialah tempe yang dibuat dari kedelai. Tempe

mempunyai ciri-ciri putih, tekstur kompak. Pada dasarnya cara pembuatan tempe meliputi tahapan sortasi dan pembersihan biji, hidrasi atau fermentasi asam, penghilangan kulit, perebusan, penirisan, pendinginan, inokulasi dengan ragi tempe, pengemasan, inkubasi, dan pengundukan hasil. Tahapan proses yang melibatkan tempe dalam pembuatan tempe adalah saat inokulasi atau fermentasi (Rahayu, 2003).

Inokulum tempe merupakan kumpulan spora kapang yang memegang peranan penting dalam pembuatan tempe karena dapat mempengaruhi mutu yang

dihasilkan. Jenis kapang yang memegang peranan utama dalam pembuatan tempe adalahR. oligosporusdanR. oryzae, sedangkan jenis kapang lain yang juga terdapat adalahR. stoloniferdanR. arrhizus(Koswara, 1992).

(38)

18

berlangsung, aroma yang lembut berubah menjadi tajam karena terjadi pelepasan amonia (Astawan, 2004).

Proses fermentasi tempe dapat dibedakan atas tiga fase yaitu:

a. fase pertumbuhan cepat (030 jam fermentasi) terjadi penaikan jumlah asam lemak bebas, penaikan suhu, pertumbuhan jamur cepat, terlihat dengan terbentuknya miselia pada permukaan biji makin lama makin lebat, sehingga menunjukkan masa yang lebih kompak;

b. fase transisi (3050 jam fermentasi) merupakan fase optimal fermentasi tempe dan siap untuk dipasarkan. Pada fase ini terjadi penurunan suhu, jumlah asam lemak yang dibebaskan, dan pertumbuhan jamur hampir tetap atau bertambah sedikit, flavor spesifik tempe optimal, dan tekstur lebih kompak; c. fase pembusukan atau fermentasi lanjut (50—90 jam fermentasi) terjadi

penaikan jumlah bakteri dan jumlah asam lemak bebas, pertumbuhan jamur menurun dan pada kadar air tertentu pertumbuhan jamur terhenti, terjadi perubahan flavor karena degradasi protein lanjut sehingga terbentuk amonia. Dalam pertumbuhannyaRhizopusakan menggunakan Oksigen dan menghasilkan CO2yang akan menghambat beberapa organisme perusak. Adanya spora dan hifa juga akan menghambat pertumbuhan kapang yang lain. Jamur tempe juga

menghasilkan antibiotika yang dapat menghambat pertumbuhan banyak mikrobia (Hidayat,2006)

F. Cairan Rumen

(39)

19

protein, vitamin B kompleks serta mengandung enzim-enzim hasil sintesa mikroba rumen. Church (1979) juga menyatakan bahwa cairan rumen

mengandung enzim alfa amilase, galaktosidase, hemiselulosa dan selulosa. Isi rumen sapi mengandung BK sekitar 12,50%, PK 11,58%, SK 24,01%, EE 3,01%, dan Ekstrak Tanpa Nitrogen (ETN) 54,68% (Utomoet al., 2007). Meskipun demikian komposisi kimia isi rumen ini tergantung juga pada pakan yang diberikan.

Cairan rumen itu dapat pula dengan dimanfaatkan sebagai pakan. Akan tetapi penggunaan cairan rumen untuk pakan tidak dapat langsung diberikan karena bau yang menyengat sehingga ternak tidak mau memakannya. Selain itu karena berkadar air tinggi, cairan rumen akan cepat busuk dan nutrien yang

dikandungnya akan cepat mengalami kerusakan. Pembusukan dapat dicegah melalui metode pengawetan antara lain penjemuran atau pembuatan silase.

Pada kandungan BK dan gula terlarut yang sesuai dengan kaidah pembuatan silase, maka dalam proses pembuatan silase isi rumen yang berkadar air tinggi (87,50%) perlu ditambahkan bahan pakan yang mengandung BK dan karbohidrat mudah larut yang tinggi. Onggok kering merupakan ampas ketela pohon pada pembuatan pati. Kandungan BK onggok kering 84,41% (Utomo dan Soejono, 1990), 85,12% (Isnandar, 2011) dan BETN 88,10% (Utomo dan Soejono, 1990), 60,47% (Isnandar, 2011), sehingga dapat digunakan sebagai aditif untuk

menaikkan BK dan sumber karbohidrat mudah larut pada pembuatan silase.

(40)

20

menjadi asam organik yang sebagian besar berupa asam laktat, sehingga pH menjadi lebih rendah dan menjadi lebih asam.

G. Kandungan Nutrisi Zat Makanan Ternak

Dalam usaha penggemukan ternak salah satu yang diperhatikan adalah kebutuhan pakan. Pakan yang diberikan haruslah yang memenuhi kebutuhan akan zat-zat gizi untuk mencapai pertambahan berat badan yang sebesar-besarnya, disamping faktor genetik dari ternak itu sendiri. Zat-zat gizi tersebut adalah protein, energi, mineral, vitamin dan air yang terdapat pada berbagai jenis bahan pakan.

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pemilihan pakan ternak yaitu : bahan pakan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia, ketersediaan bahan pakan terjamin dan selalu ada, terutama di sekitar lingkungan peternak, kualitas gizi bahan pakan sesuai dengan kebutuhan ternak, tidak mudah membentuk racun dan mudah tercemar, harga bahan pakan relatif tidak mahal. Kandungan zat nutrisi bahan pakan penyusun silase ransum dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Kandungan nutrisi zat bahan pakan penyusun silase ransum KANDUNGAN ZAT MAKANAN

BAHAN PAKAN BK PK LK SK ABU BETN

---%---Ampas tahu 10,39 28,75 5,96 16,29 4,47 56,62

Kulit Coklat 91,33 6,00 0,90 40,33 14,80 34,26

Rumput Gajah 20,29 6,26 2,06 32,60 9,12 49,96

Bungkil sawit 92,02 18,37 15,53 22,60 4,65 38,85

Jenjet jagung 87,38 8,65 2,38 18,61 1,23 60,52

Mineral 100,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00

Tetes 82,40 3,94 0,30 0,40 11,00 84,36

UREA 100,00 261,87

Kulit singkong 30,60 6,56 1,30 6,40 3,93 81,79

Onggok 89,12 2,72 1,35 8,71 19,29 67,94

(41)

III. METODE PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 - Januari 2015 di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak, Jurusan Peternakan, Fakultas Pertanian, Universitas Lampung. Dengan pembuatan silase di Jurusan Peternakan Fakultas Pertanian Universitas Lampung.

B. Bahan dan Alat Penelitian

(42)

22

Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah plastik kapasitas 5 kg, toples, pisau, saringan, jerigen, karung dan alat pengaduk yang dibeli di pasar Untung Bandarlampung. Kemudian ada kompor, panci, timbangan digital, dan satu set alat analisis proksimat yang ada di Laboratorium Nutrisi dan Makanan Ternak sertacopperyang ada di Jurusan Peternakan Universitas Lampung.

C. Metode Penelitian a. Rancangan penelitian

Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan empat perlakuan dan tiga pengulangan. Perlakuan pada penelitian ini yaitu :

1. P0 = Ransum basal

2. P1 = Ransum basal +starter(EM-4 peternakan 4% w/w)

3. P2 = Ransum basal +starter(EM-4 yang dikembangbiakkan 4% w/w) 4. P3 = Ransum basal +starter(cairan rumen yang dikembangbiakkan 4%

w/w)

Adapun tata letak peubah penelitian adalah :

P2U2 P0U1 P1U1 P3U2

P0U2 P3U1 P2U1 P2U3

P1U2 P3U3 P0U3 P2U3

(43)

23

b. Analisis data

Data yang diperoleh pada penelitian ini dianalisis ragam pada taraf nyata 1%. Apabila hasil analisis ragam diperoleh peubah yang nyata atau sangat nyata, maka dilanjutkan dengan Uji Beda Nyata Terkecil (BNT).

D. Prosedur Penelitian a. Tahap persiapan

Menyediakan sampel berupa limbah pertanian danstarteryang akan dikembang biakkan seperti ampas tahu, kulit coklat, rumput gajah, bungkil sawit, jenjet jagung, mineral, tetes, urea, kulit singkong, onggok, bekatul, aquades, EM-4, tempe busuk, cairan rumen. Kriteria limbah pertanian yang digunakan yaitu limbah yang masih segar dan belum membusuk. Limbah pertanian segar kemudian dijemur dibawah sinar matahari selama ± 12 jam hingga kadar air menjadi (60-75%) lalu dicacah kecil dengan ukuran ±3-5 cm dan ditimbang sesuai kebutuhan. Setiap satuan percobaan menggunakan limbah pertanian kering sebanyak 1 kg.

b. Tahap pelaksanaan.

1. Pembuatan inokulan bakteri asam laktat

Menurut Hadinata (2008), secara terperinci bahan utama MOL terdiri dari 3 jenis komponen, antara lain :

• Karbohidrat : Air cucian beras (tajin), nasi bekas (basi), singkong, kentang, gandum dan yang paling sering digunakan adalah air tajin.

(44)

24

• Sumber Bakteri : keong mas, kulit buah-buahan misalnya tomat, pepaya dan sebagainya, air kencing, cairan rumen/ kotoran hewan atau apapun yang mengandung sumber bakteri.

Pembuatanstarterrumen dengan cara awal pembuatan MOL. Starterrumen dibuat dengan memodifikasi panduan pada Burenoket al., (2006) yakni:

a. mencampur dedak sebanyak 0,5 kg dengan 2,5 liter air, kemudian mendidihkan dan dinginkan. Lalu menyaring dan mengambil airnya; b. mencampurkan cairan rumen sebanyak 1 liter dengan molases sebanyak 1

litter;

c. mencampurkan air rebusan dedak ke dalam larutan campuran nomer b; d. memasukkan larutan bio-aktivator tersebut pada wadah ember yang

terbuat dari bahan plastik dan kemudian ditutup rapat; atau dapat

menambahkan selang yang kemudian dihubungkan kedalam botol berisi air;

e. mendiamkannya selama 3--4 hari di tempat yang aman dan teduh.

f. pada hari 3--4 bakteri hasil pengembangan ini sudah dapat diambil dengan cara disaring memakai saringan;

g. hasil MOL cairan rumen sudah dapat digunakan.

PembuatanstarterEM-4 Peternakan yang dikembangbiakkan dengan cara pembuatan MOL dengan memodifikasi Burenoket al.,(2006) yakni:

a. memasak air sebanyak 2,5 litter sampai mendidih;

(45)

25

c. mendinginkan adonan tersebut hingga suhu kamar;

d. setelah dingin, kemudian dimasukkan kedalam wadah ember;

e. memasukkan 1 litter cairan EM-4 Peternakan lalu mengaduknya hingga rata.;

f. wadah ditutup rapat selama 3--4 hari dan tidak boleh dibuka atau dapat ditambahkan selang yang dihubungkan kedalam botol berisi air;

g. pada hari 3--4 bakteri hasil pengembangan ini sudah bisa diambil dengan cara disaring memakai saringan;

h. hasil MOL EM 4 yang telah dikembangbiakkan sudah dapat digunakan.

2. Pembuatan silase

a. menyediakan sampel berupa limbah pertanian danstarteryang akan dikembangbiakkan seperti ampas tahu, kulit coklat, rumput gajah,

bungkil sawit, jenjet jagung, mineral, tetes, urea, kulit singkong, onggok, bekatul, aquades, EM-4, tempe busuk, cairan rumen;

b. lalu untuk bahan yang berasal dari limbah pertanian seperti rumput gajah dan kulit kakao memotongnya kecil-kecil dengan ukuran 1--5 cm untuk rumput gajah dan 1--3 cm untuk kulit kakao;

(46)

26

Tabel 3. Formulasi silase ransum

BAHAN PAKAN BK PK LK SK ABU BETN IMB IMB

Segar

---%---Ampas tahu** 0,94 2,59 0,54 1,47 0,40 5,10 9,00 19,87

Kulit Coklat* 4,57 0,30 0,05 2,02 0,74 1,71 5,00 6,77

Rumput Gajah** 3,25 1,00 0,33 5,22 1,46 7,99 16,00 23,61

Bungkil sawit** 15,52 3,10 2,62 3,81 0,78 6,55 16,87 17,45

Jenjet jagung*** 7,43 0,74 0,20 1,58 0,10 5,14 8,50 2,18

Mineral** 0,13 0,00 0,00 0,00 0,00 0,00 0,13 0,03

Tetes** 3,79 0,18 0,01 0,02 0,51 3,88 4,60 5,36

UREA** 0,01 1,83 0,00 0,00 0,00 0,00 0,70 0,21

Kulit singkong** 7,34 1,57 0,31 1,54 0,94 19,63 24,00 20,74

Onggok** 13,55 0,41 0,21 1,32 2,93 10,33 15,2 3,78

Kandungan nutrien zat

makanan 56,52 11,73 4,26 16,97 7,87 60,34 100 100

Keterangan:

BK = Bahan kering SK = Serat kasar

PK = Protein kasar BETN = Bahan ekstrak tanpa nitrogen

LK = Lemak kasar IMB = Imbangan

* = Hartadi et al.,(1997); ** = Buku formulasi Ransum (2014); ***Amirroenas (1990).

d. mengeringkan hingga kadar air mencapai (65-70 %); e. setelah kering, menambahkanstarterEM-4, EM-4 yang

dikembangbiakkan, dan cairan rumen yang dikembangbiakkan (4% w/w) berdasarkan perlakuan yang sudah ditetapkan;

f. setelah itu masukkan kedalam plastik dan padatkan. Usahakan tidak ada udara yang tertinggal;

g. ransum difermentasi selama 21 hari. Setelah 21 hari, silase ransum dibuka kemudian dilakukan uji analisis proksimat di Laboraturium

E. Peubah yang Diamati

(47)

27

1. Kadar protein kasar

a. menimbang kertas saring(A);

b. memasukkan sampel analisis sebanyak ± 0,1 gram lalu menimbang kertas saring yang berisi sampel;

c. melipat kertas saring;

d. memasukkan kertas saring ke dalam labukjeldahllalu menambahkan 5 ml H2SO4pekat;

e. menambahkan 0,2 gram atau secukupnya katalisator; f. menyalakan alat destruksi, lalu memulai proses destruksi;

g. mematikan alat destruksi jika sampel berubah menjadi jernih kehijauan; h. mendiamkan di ruang asam dan menambahkan 200 ml aquades;

i. menyiapkan H3BO3padaerlenmeyer,lalu meneteskan 2 tetes indikator. Memasukan ajung kondensor keErlenmeyerdalam posisi terendam lalu menyalakan alat destilasi;

j. menambahkan 50 ml NaOH 45% ke labukjeldahl(jangan sampai terkocok);

k. mengamati larutan padaerlenmeyer(berubah menjadi hijau);

l. mengangkat ujung alat kondensor yang terendam apabila larutan menjadi 50cc dari gelas tersebut lalu mematikan alat destilasi;

m. menyiapkan alat titrasi lalu mengamati larutan padaErlenmeyer; n. menghentikan titrasi jika larutan menjadi ungu;

(48)

28

p. melakukan kembali langkah-langkah tersebut tanpa menggunakan sampel analisis sebagai blanko;

q. menghitung presentase nitrogen;

r. menghitung kadar protein dengan rumus : KP = N x fp

KP = kadar protein kasar (%) N = kandungan nitrogen (%)

Fp = angka faktor protein (nabati 6,25 ; hewani 5,56 ) s. melakukan percobaan secara duplo lalu menghitung nilai rata-rata

kandungan kadar protein sampel;

2. Kadar bahan kering

Analisis kadar air dilakukan dengan cara:

a. memanaskan cawan porselen ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 1 jam;

b. mendinginkan cawan porselen ke dalam desikator selama 15 menit;

c. menimbang bobot cawan porselen (A);

d. memasukkan sampel analisis dan menimbang bobotnya (B); e. memanaskan cawan porselen berisi sampel analisis ke dalam oven

dengan suhu 1350C selama 2 jam;

f. mendinginkan cawan porselen berisi sampel analisis ke dalam desikator;

(49)

29

Kadar Air =( ) ( )

( ) × 100 %

Kadar bahan kering dihitung dengan rumus : Kadar bahan kering (%) = 100 % - % kadar air Keterangan :

A = Bobot cawan porselen (gram)

B = Bobot cawan porselen berisi sampel analisis sebelum dipanaskan (gram) C = Bobot cawan porselen berisi sampel analisis setelah dipanaskan (gram)

3. Kadar abu dan bahan organik

Analisis kadar abu dilakukan dengan cara:

a. memanaskan cawan porselen ke dalam oven dengan suhu 1050C selama 1 jam;

b. mendinginkan cawan porselen ke dalam desikator selama 15 menit;

c. menimbang bobot cawan porselen (A);

d. memasukkan sampel analisis dan menimbang bobotnya (B); e. memasukkan cawan porselen yang sudah berisi sampel analisis ke

dalam tanur dengan suhu 6000C selama 2 jam;

f. mematikan tanur, apabila sampel sudah berubah warna menjadi putih keabu-abuan maka berarti pengabuan sudah sempurna; g. mendiamkan sekitar 1 jam, kemudian mendinginkan di dalam

desikator sampai mencapai suhu kamar biasa; h. menimbang cawan berisi abu (C).

(50)

30

Kadar Abu (%) = X 100% Keterangan :

A = Bobot cawan porselen (gram)

B = Bobot cawan porselen berisi sample sebelum diabukan (gram) C = Bobot cawan porselen berisi sample setelah diabukan (gram)

Kadar bahan organik dihitung dengan rumus :

(51)

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :

1. Penambahan berbagai jenis starter yang berbeda berpengaruh nyata terhadap kandungan protein kasar dan kadar abu serta berpengaruh sangat nyata terhadap bahan kering dan bahan organik;

2. Jenis starter terbaik pada penelitian ini adalah silase ransum tanpa perlakuan (R0) dengan kandungan bahan kering yang paling tinggi yaitu sebesar 73,81 % sehingga diharapkan mampu untuk meningkatkan masa simpan silase ransum.

B. Saran

Gambar

Gambar
Tabel Halaman
Tabel 1. Kriteria Penilaian Silase
Tabel 2. Kandungan nutrisi zat bahan pakan penyusun silase ransum
+3

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengetahui pengaruh penambahan berbagai jenis starter terhadap kadar serat kasar, lemak kasar, kadar air, bahan ekstrak tanpa nitrogen, pada

uji statistik penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan dengan menggunakan tepung limbah ikan gabus pasir memberikan pengaruh yang berbeda nyata (P&lt;0.01) terhadap kecernaan

Hal ini disebabkan oleh jumlah bakteri yang terdapat pada EM4 dan cairan rumen yang hampir sama dan dosis tempe busuk yang digunakan dalam pembuatan inokulum juga

Perlakuan pakan berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap konsumsi bahan kering ransum. Jerami padi yang diamoniasi maupun dengan perlakuan cairan rumen mampu meningkatkan

Berdasar hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa penambahan bioaktivator mikroorganisme campuran berupa cairan rumen dengan persentase cairan rumen sapi yang lebih

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa perlakuan penambahan starter yang berbeda dalam proses fermentasi jerami padi berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap

Kesimpulan yang didapat dari penelitian ini adalah perlakuan dengan lama fermentasi 0 hari, 2 hari, 4 hari, dan 6 hari berpengaruh sangat nyata (P&lt;0,01) terhadap

Perlakuan pakan berpengaruh nyata (P&lt;0,05) terhadap konsumsi bahan kering ransum. Jerami padi yang diamoniasi maupun dengan perlakuan cairan rumen mampu meningkatkan