PERBEDAAN STATUS GIZI DITINJAU DARI PENDAPATAN
ORANG TUA PADA MURID TK Hj. ISRIATI DAN
TK SATRIA TAMA KOTA SEMARANG
SKRIPSI
Diajukan dalam rangka penyelesaian studi Strata 1 untuk mencapai gelar sarjana kesehatan masyarakat
Oleh
Nama Mahasiswa : Dhian Tri Ratna
NIM : 6450401018
Program Studi : Gizi Kesehatan Masyarakat Jurusan : Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas : Ilmu Keolahragaan
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
JURUSAN ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS ILMU KEOLAHRAGAAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2005 SARI
Dhian Tri Ratna. Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua, pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang.
Usia Taman kanak-kanak yaitu antara umur 4-6 tahun termasuk golongan masyarakat yang disebut kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang mengalami proses pertumbuhan yang relatif pesat, dan memerlukan zat–zat gizi dalam jumlah yang relatif besar. Gizi merupakan salah satu komponen dari lingkungan yang memegang peranan penting dalam kesehatan dan tumbuh kembang anak.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan status gizi ditinjau dari pendapatan orang tua, pengeluaran pangan, konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama.
Desain penelitian ini menggunakan pendekatan cross sectional. Sampel sebanyak 98 responden diambil secara purposive sampling, dengan kriteria tertentu yang telah ditetapkan. Metode pengumpulan data menggunakan metode penelitian deskriptif. Pengambilan data dengan mengukur BB/U dan pembagian kuesioner yang berisi indikator pengeluaran pangan dan non pangan, pendapatan orang tua, daya beli rumah tangga, pola pemberian makan, praktek kesehatan, dan pengetahuan orang tua. Analisis data menggunakan analisis univariat meliputi gambaran karakteristik responden umur, jenis kelamin, status gizi, pekerjaan orang tua, pendidikan orang tua, dan pengeluaran non pangan. Analisis bivariat menggunakan uji U Mann Wihtney untuk mengetahui seberapa besar perbedaan status gizi murid TK Hj. Isriati dengan murid TK Satria Tama.
Saran yang dapat diberikan yaitu memberikan pengertian kepada orang tua murid agar tidak hanya memberikan sumber karbohidrat kepada anaknya. Dan memberikan pengertian kepada orang tua murid untuk mengalokasikan pendapatannya sesuai dengan kebutuhan gizi anaknya.
PENGESAHAN
Telah dipertahankan di hadapan sidang Panitia Ujian Skripsi
Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang
Pada Hari : Selasa
Tanggal : 30 Agustus 2005
Panitia Ujian
Ketua Panitia, Sekretaris,
Drs. Sutardji, M.S. dr. Oktia Woro KH, Mkes.
NIP.130 523 506 NIP. 131 695 159
Dosen Penguji,
1. Drs. Herry Koesyanto, M.S ( Ketua) NIP. 131 571 549
2. Ir. Bambang Triatma, Msi (Anggota) NIP. 131 781 325
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
Kesalahan Dibutuhkan Untuk Meraih Sukses!
Kesalahan adalah bagian penting dalam proses belajar. Jangan pernah
menghukum sebuah kesalahan, namun belajarlah darinya (Stepher R. Covey,
2000: 5).
PERSEMBAHAN
Karya ini saya persembahkan untuk :
• Orang tuaku Bapak Djoko Setyo Budi dan Ibu Sugiarti, Mas Andre S, Mas
Aditya N, dan adikku N. Vita serta keluargaku tercinta
• Teman-temanku dan sahabatku : Endah, Wahyu, Halim, Sari, Adi S • Teman-teman IKM angkatan 2001
KATA PENGANTAR
Puji syukur ke hadirat Allah SWT atas rahmat, hidayah, serta
karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul Perbedaan Status Gizi Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua Pada Murid TK Hj. Isriati dan Murid TK Satria Tama Kota Semarang, sebagai salah satu syarat yang diperlukan unuk memperoleh derajat Sarjana Strata Satu (S-1) Ilmu Kesehatan
Masyarakat pada program studi Gizi Kesehatan Masyarakat.
Dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
kasih atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam penyusunan
skripsi, kepada :
1) Dekan Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang, Bapak Drs.
Sutardji, M.S yang telah memberikan ijin penelitian.
2) Ketua Jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang, Ibu
dr. Oktia Woro K.H, M Kes yang telah memberikan ijin penelitian.
3) Bapak Ir. Bambang Triatma, M Si, dosen pembimbing I, atas bimbingan,
kritik, dan saran dalam penyelesaian skripsi
4) Ibu dr. Yuni Wijayanti, dosen pembimbing II, atas bimbingan, kritik, dan
saran dalam penyelesaian skripsi
5) Ibu Fatkhul Barkah, Kepala Sekolah TK Hj. Isriati yang telah memberikan ijin
penelitian
6) Ibu Budiastuti, Kepala Sekolah TK Satria Tama yang telah memberikan ijin
7) Segenap staf pengajar TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama yang telah
membantu dalam pelaksanaan penelitian ini.
8) Bapak dan Ibu Dosen jurusan Ilmu Kesehatan Masyarakat Fakultas Ilmu
Keolahragaan, yang telah memberikan dukungan dalam proses penelitian 9) Bapak, Ibu, kakak dan adikku tercinta yang telah memberi dorongan dan
bantuan baik materiil maupun spiritual sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi ini dengan baik.
10) Teman-temanku dan sahabatku Endah, Wahyu, Halim, Sari, Ulfa, Krissa, Adi,
Priyanto, Ian, Bambang, Ninik A, Umi I, Sunu (terima kasih atas bantuan anda
selama proses penelitian dan penyusunan skripsi).
11) Rekan-rekan mahasiswa IKM angkatan 2001 yang tidak dapat disebutkan
satu persatu.
Semoga amal baik dari semua pihak, mendapatkan balasan dari Allah
SWT. Akhirnya disadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna,
maka penulis mengharapkan saran-saran dan kritik yang membangun dari
pembaca.
Semarang, 2005
Peneliti
DAFTAR ISI
Halaman
JUDUL ... i
SARI ... ii
PENGESAHAN ... iii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
KATA PENGANTAR ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR GRAFIK ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN... 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 4
1.3 Tujuan Penelitian ... 4
1.4 Penegasan Istilah ... 5
1.5 Kegunaan Hasil Penelitian ... 6
BAB II LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS ... 2.1Landasan Teori ... 7
2.1.1 Status Gizi ... 7
2.1.2Penilaian Status Gizi ... 8
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Status Gizi ... 10
2.1.4 Taman Kanak-kanak ... 18
2.1.5 Antropometri ... 24
2.1.6 Indeks Antropomatri ... 27
2.17 Metode Food Recall 24 Jam ... 31
2.1 BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Kerangka Konsep ………. 36
3.2 Definisi Operasional ………. 37
3.3 Populasi Penelitian ... 37
3.4 Sampel Penelitian... 38
3.5 Variabel Penelitian ... 38
3.6 Rancangan Penelitian ... 39
3.7 Teknik Pengambilan Data ... 39
3.8 Prosedur Penelitian ... 44
3.9 Instrumen Penelitian ... 46
3.10Pengolahan dan Analisis Data... 47
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Diskripsi Data ... 52
4.1.1 Distribusi Frekuensi Hasil Penelitian... 52
4.1.2 Hasil Analisis Data... 62
4.2 Pembahasan... 69
4.3 Keterbatasan Penelitian... 75
BAB V SIMPUALAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 76
5.2 Saran... 77
DAFTAR PUSTAKA ... 78
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
1. Angka kecukupan gizi rata-rata yang dianjurkan
(per orang per hari) anak umur 3-6 tahun ... 8
2. Gabungan Indeks BB/U, TB/U, dan BB/TB... 30
3. Distribusi Frekuensi Responden menurut Umur... 52
4. Distribusi Frekuensi Responden menurut Jenis Kelamin ... 53
5. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah TK. Hj. Isriati... 53
6. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ayah TK. Satria Tama... 54
7. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah TK Hj. Isriati ... 54
8. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ayah TK Satria Tama ... 55
9. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu TK. Hj. Isriati ... 55
10. Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu TK. Satria Tama ... 56
11. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu TK Hj. Isriati ... 56
12. Distribusi Frekuensi Pekerjaan Ibu TK Satria Tama ... 57
13. Distribusi Frekuensi Pola Pemberian Makan TK Hj. Isriati ... 57
14. Distribusi Frekuensi Pola Pemberian Makan TK Satria Tama ... 58
15. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua TK Hj. Isriati... 58
16. Distribusi Frekuensi Pengetahuan Orang Tua TK Satria Tama... 59
17. Distribusi Frekuensi Praktek Kesehatan Murid TK Hj. Isriati... 59
18. Distribusi Frekuensi Praktek Kesehatan Murid TK Satria Tama... 60
19. Distribusi Frekuensi Daya Beli TK Hj. Isriati ... 60
20. Distribusi Frekuensi Daya Beli TK Satria Tama ... 60
21. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Non Pangan TK Hj. Isriati ... 61
22. Distribusi Frekuensi Pengeluaran Non Pangan TK Satria Tama ... 61
23. Perbedaan Pendapatan antara TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 62
24. Perbedaan Pengeluaran (Rp) untuk Energi dan Protein antara TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 63
26. Prosentase Sumbangan Energi dari Makanan Terhadap
Konsumsi Energi Anak ... 66 27. Perbedaan Konsumsi Protein antara
TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 66 28. Prosentase Sumbangan Protein dari Makanan Terhadap
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR Halaman
1. Hubungan Timbal Balik antara Gizi Kurang dan Diare ……….. 16
2. Zat Gizi dan Fungsi Utamanya………. 17
3. Kerangka Teori Penelitian ……… 34
DAFTAR GRAFIK
Grafik Halaman
1. Perbedaan Pendapatan Orang Tua TK Hj. Isriati
dan TK Satria Tama ... 63 2. Perbedaan Pengeluaran Pangan
TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama... 64 3. Perbedaan Konsumsi Energi TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama ... 65 4. Perbedaan Konsumsi Protein TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama ... 67 5. Perbedaan dan Status Gizi TK Hj. Isriati
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
1. Analisis Validitas dan Reliabilitas Instrumen Penelitian ... 80
2. Hasil Uji Coba Instrumen Penelitian ... 81
3. Nilai-nilai r Product Moment ... 82
4. Kuesioner Penelitian ... 83
5. Hasil Rekapitulasi Kuesioner... 92
6. Hasil Pengukuran Status Gizi Murid TK ... 95
7. Hasil Recall 2 X 24 jam Murid TK... 97
8. Baku Berat Badan Menurut Umur 48 – 84 Bulan... 99
9. Hasil SPSS Uji Mann – Whitney Test ... 100
10. Hasil SPSS Distribusi Frekuensi TK. Hj. Isriati ... 103
11. Hasil SPSS Distribusi Frekuensi TK Satria Tama ... 107
12. Surat Keputusan Pembimbing Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Semarang... 111
13. Permohonan Ijin Penelitian ... 112
14. Surat Rekomendasi Kesbanglinmas Kota Semarang ... 113
15. Surat Ijin Kepala Dinas Pendidikan Kota Semarang ... 114
16. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian... 115
17. Dokumentasi Penelitian ... 116
18. Daftar Nama Murid Dalam Penelitian Status Gizi... 120
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Anak taman kanak-kanak (TK) merupakan ciri khas yaitu sedang dalam
proses tumbuh kembang. Ia banyak melakukan kegiatan jasmani, dan mulai akif
berinteraksi dengan lingkungan sosial maupun sekitarnya. Mereka ini merupakan
kelompok anak prasekolah berumur 3-6 tahun yang peka terhadap pendidikan dan
penanaman kebiasaan hidup yang sehat (Soegeng Santoso, 2004: 43)
Pada usia 4-6 tahun pembentukan dasar kemampuan otak dan kesehatan
anak sebaik–baiknya paling tepat untuk diterapkan. Selama masa prasekolah seorang anak membutuhkan zat tenaga satu setengah kali kebutuhannya ketika
masih bayi. Sewaktu masih bayi ia membutuhkan 900 Kalori. Setelah berumur 1
tahun ia membutuhkan zat tenaga senilai 1.200 Kalori. Antara 4-6 tahun
kebutuhan zat tenaga sudah meningkat lagi menjadi 1.600 Kalori (Wied Harry
Apriadji,1991: 2).
Gizi yang baik akan turut berperan dalam pencegahan terjadinya berbagai
macam penyakit infeksi dan dapat mendukung tumbuh kembang anak yang optimal. Anak usia taman kanak–kanak yaitu 4-6 tahun termasuk golongan
masyarakat yang disebut kelompok rentan gizi, yaitu kelompok masyarakat yang
paling mudah menderita kelainan gizi, sedangkan pada saat ini mereka sedang
dalam jumlah yang relatif besar. Khususnya untuk anak usia ini, sedang dalam
masa perkembangan (non fisik) dimana mereka sedang dibina untuk mandiri,
berperilaku menyesuaikan dengan lingkungan, peningkatan berbagai kemampuan
dan berbagai perkembangan lain yang membutuhkan fisik yang sehat. Maka
kesehatan yang baik, merupakan hal yang utama untuk tumbuh kembang yang
optimal bagi seorang anak. Kondisi ini hanya dapat dicapai melalui proses
pendidikan dan pembiasan serta penyediaan kebutuhan yang sesuai, khususnya
melalui makanan sehari–hari bagi seorang anak (Soegeng Santoso, 2004: 88).
Tingkat konsumsi zat gizi seseorang, menurut Soegito (1985) dipengaruhi
oleh tingkat ketersediaan makanan dan sikap terhadap makanan. Tingkat
ketersediaan makanan dipengaruhi oleh jenis dan jumlah bahan makanan yang
tersedia, kemampuan atau daya beli serta jumlah anggota keluarga. Sedangkan
sikap terhadap makanan dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan gizi dan faktor
sosial budaya.
Menurut Wied Harry Apriadji (1991: 6) tingkat konsumsi gizi dipengaruhi
oleh daya beli, latar belakang, sosial budaya, tingkat pendidikan, dan pengetahuan
gizi serta jumlah anggota keluarga. Hubungan konsumsi pangan (dalam hal ini
energi dan protein) dan status gizi masyarakat dengan status ekonomi rumah
tangga, memperlihatkan kecenderungan bahwa semakin tinggi pengeluaran rumah
tangga maka semakin tinggi pula konsumsi energi dan protein perhari (Suharjo,
Anak–anak yang berhasal dari keluarga dengan tingkat sosial ekonomi rendah, sangat rawan terhadap gizi kurang. Mereka mengkonsumsi makanan (energi dan protein) lebih rendah dibanding anak–anak dari keluarga berada (Ali Khomsan, 2003: 11).
Rendahnya pendapatan merupakan rintangan lain yang menyebabkan orang-orang tidak mampu lagi membeli pangan dalam jumlah yang diperlukan. Ada pula keluarga-keluarga yang sebenarnya mempunyai penghasilan akan tetapi sebagian anaknya mengalami gizi kurang, hal ini disebabkan karena cara mengatur belanja keluarga yang kurang baik. Ada juga keluarga yang membeli bahan pangan dalam jumlah cukup tetapi karena kurang pandai memilih tiap jenis pangan yang dibeli berakibat kurangnya mutu dan keragaman pangan yang diperoleh. Diantara keluarga dengan penghasilan cukup atau lebih masih banyak yang belum terbiasa membuat perencanaan pengeluaran keluarga sehingga hasilnya lebih acak-acakan (Sajogyo, 1994: 9).
Pendapatan Orang Tua pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang”.
1.2 PERMASALAHAN
Setelah mengamati dan memahami uraian diatas, yang menjadi
permasalahan dalam penelitian ini adalah:
1). Adakah perbedaan pendapatan orang tua murid TK Hj. Isriati lebih tinggi
dibanding pendapatan orang tua pada murid TK Satria Tama?
2). Adakah perbedaan pengeluaran pangan murid TK Hj. Isriati lebih tinggi
dibanding murid TK Satria Tama ?
3). Adakah perbedaan konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati lebih
tinggi dibanding murid TK Satria Tama ?
4). Adakah perbedaan status gizi murid TK dari kelompok pendapatan orang tua
tinggi lebih baik dibanding dari kelompok pendapatan orang tua rendah ?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
1) Mengetahui perbedaan pengeluaran pangan anak TK ditinjau dari
pendapatan orang tua dengan membuktikan dugaan bahwa pendapatan
orang tua TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding TK Satria Tama.
2) Mengetahui konsumsi energi dan protein anak TK ditinjau dari pengeluaran
pangan dengan membuktikan dugaan bahwa pengeluaran pangan anak TK
3) Mengetahui status gizi anak TK ditinjau dari konsumsi energi dan protein
dengan membuktikan dugaan bahwa konsumsi energi dan protein anak TK
Hj. Isriati lebih tinggi dibanding anak TK Satria Tama.
4) Mengetahui status gizi anak TK ditinjau dari pendapatan orang tua dengan
membuktikan dugaan bahwa pendapatan orang tua anak TK Hj. Isriati lebih
tinggi dibanding TK Satria Tama.
1.4 Penegasan Istilah
Berdasarkan judul penelitian “ Perbedaan Status Gizi Anak Ditinjau dari Pendapatan Orang Tua pada Murid TK Hj. Isriati dan TK Satria Tama Kota Semarang”. Adapun penegasan istilah untuk menghindari kesalahan dan penafsiran bagi pembaca sebagai berikut :
1.4.1 Tumbuh Kembang
Tumbuh kembang merupakan proses yang berkaitan dengan perubahan ukuran atau perubahan angka atau nilai pada materi tubuh yang berhubungan dengan aspek diferensiasi bentuk atau fungsi kapasitas fisiologis badan atau organ tubuh, termasuk perubahan emosi atau sosial (Soegeng Santoso, 2004: 42).
1.4.2 Zat gizi
Satuan-satuan yang menyusun bahan makanan atau bahan-bahan dasar. Pada umumnya bahan makanan telah mengandung zat gizi yaitu kabohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Soegeng Santoso, 2004: 89).
1.4.3 Kecukupan gizi
berat dan tinggi badan, genetika serta keadaan hamil, menyusui (Soegeng Santoso, 2004: 127).
1.4.4 Bahan makanan
Sesuatu yang dibeli, dimasak, dan disajikan, sebagai hidangan untuk
dikonsumsi. Bahan makanan dapat diperoleh dari berbagai sumber dan bentuk,
yaitu sayuran, daging, dan buah. (Soegeng Santoso, 2004: 102).
1.5Kegunaan Hasil Penelitian 1.5.1 Ilmu Pengetahuan
Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dalam
meningkatkan taraf kesehatan dan gizi masyarakat pada umumnya dan anak
sekolah pada khususnya.
1.5.2 Masyarakat
Menambah pengetahuan kepada masyarakat khususnya orang tua mengenai
arti pentingnya status gizi kepada anak serta lebih memperhatikan pola pemberian
makanan.
1.5.3 Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat UNNES
Memberikan informasi kepada mahasiswa IKM UNNES tentang perbedaan
pendapatan orang tua, pengeluaran (Rp) untuk energi dan protein, konsumsi
energi dan protein yang terkait terhadap status gizi anak dapat dijadikan refrensi
dalam penelitian lanjutan dan penyempurnaan penelitian yang ada.
Menambah pengetahuan penulis dibidang pendidikan gizi khususnya status
gizi anak sekolah
BAB II
LANDASAN TEORI DAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Status Gizi
2.1.1.1 Definisi Status Gizi
Status gizi (nutrition status) adalah ekspresi dari keadaan keseimbangan
dalam bentuk variable tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk
variable tertentu ( I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 18). Sedangkan menurut
Reksodikusumo (1989) status gizi sebagai tanda-tanda atau penampilan yang
dikaitkan oleh keadaan keseimbangan gizi disatu pihak dan pengeluaran organisme dipihak lain yang terlihat melalui variabel gizi.
2.1.1.2 Keadaan Gizi Anak Taman kanak-kanak
Seorang anak usia TK sedang mengalami masa tumbuh kembang yang
amat pesat. Pada masa ini proses perubahan fisik emosi, dan sosial anak
berlangsung dengan cepat. Proses ini dipengaruhi oleh berbagai faktor dari diri
sendiri maupun lingkungannya.
protein anak laki-laki dan anak perempuan karena pada umur 4-6 tahun penambahan tinggi badan belum begitu menonjol. Adapun kebutuhan yang dianjurkan oleh Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi bagi umur 3-6 tahun tertera pada tabel 1.
Tabel 1
Angka Kecukupan Gizi Rata-rata yang Dianjurkan (per orang per hari) Anak umur 3-6 tahun
Golongan umur Berat Tinggi Energi Protein
1 2 3 4 5
Sumber : Widya Karya Nasional Pangan dan Gizi 1998 dalam I Dewa Nyoman Supariasa,2001
2.1.2 Penilaian Status Gizi
2.1.2.1 Penilaian Status Gizi Secara Langsung
Penilaian status gizi secara langsung di bagi menjadi 4, yaitu :
1) Antropometri
Secara umum antropometri artinya ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari
sudut pandang gizi antropometri berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri secara umum untuk melihat ketidakseimbangan asupan
protein dan energi. Ketidakseimbangan ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik
dan proporsi jaringan tubuh seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.
Metode ini sangat penting untuk menilai status gizi masyarakat, karena
didasarkan atas perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan ketidakcukupan
zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel (supervicial epithelial tissues)
seperti kulit, mata, rambut, dan mukosa oral, atau pada organ-organ yang dekat
dengan permukaan tubuh seperti kelenjar tiroid. Penggunaan metode ini umumnya
untuk survei klinis secara cepat (rapid clinical surveys ). Survei ini untuk
mendeteksi secara cepat tanda-tanda klinis umum dari kekurangan salah satu atau
lebih dari zat gizi. Digunakan juga untuk mengetahui tingkat status gizi seseorang
dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign) dan gejala (symptom) atau
riwayat penyakit.
3) Biokimia
Penilaian dengan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji secara
laboratoris yang dilakukan pada berbagai jaringan tubuh. Jaringan tubuh yang
digunakan darah, urin, tinja dan beberapa jaringan tubuh seperti hati, dan otot.
Metode ini digunakan sebagai peringatan bahwa kemungkinan akan terjadi
malnutrisi yang lebih parah.
4) Biofisik
Penentuan status gizi secara biofisik yaitu dengan melihat perubahan
struktur dari jaringan. Umumnya digunakan dalam situasi tertentu seperti kejadian
buta senja epidemik (epidemic of night blindnes). Cara yang digunakan adalah tes
adaptasi gelap.
Penilaian status gizi secara tidak langsung dapat dibagi menjadi 3 yaitu:
1). Survei Konsumsi Makanan
Survei konsumsi makanan adalah metode penentuan status gizi dengan
melihat jumlah dan jenis zat gizi yang dikonsumsi. Pengumpulan data konsumsi
makanan dapat memberikan gambaran tentang konsumsi berbagai zat gizi pada
masyarakat, keluarga, dan individu. Survei ini dapat mengidentivikasi kelebihan
dan kekurangan zat gizi.
2). Statistik Vital
Metode ini menganalisi data beberapa statistik kesehatan seperti angka
kematian berdasarkan umur, angka kesakitan dan kematian akibat penyebab tertentu dan penyebab lainnya yang berhubungan dengan gizi. Pengunaannya
dipertimbangkan sebagai bagian dari indikator tidak langsung pengukuran status
gizi masyarakat.
3). Faktor Ekologi
Bengoa mengungkapkan bahwa malnutrisi merupahkan masalah ekologi
sebagai hasil interaksi beberapa faktor fisik, biologis, dan lingkungan budaya.
Jumlah makanan yang tersedia sangat tergantung dari keadaan ekologi seperti
iklim, tanah, irigasi, dan lain-lain (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 20).
2.1.3 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Status Gizi 2.1.3.1 Pengetahuan Orang Tua
1). Status gizi yang cukup adalah penting bagi kesehatan dan kesejahteraan.
2). Setiap orang hanya cukup gizi jika makanan yang dimakannya mampu
menyediakan zat gizi yang diperlukan untuk pertumbuhan yang optimal,
pemeliharaan, dan energi.
3). Ilmu gizi memberikan fakta-fakta yang perlu sehinga penduduk dapat
belajar menggunakan pangan yang baik bagi kebutuhan gizi.
Kurangnya pengetahuan dan salah satu konsepsi tentang kebutuhan pangan
dan nilai pangan adalah umum di setiap negara di dunia. Salah satu penyebab
munculnya gangguan gizi adalah kurangnya pengetahuan tentang gizi atau
kurangnya kemampuan unuk menerapkan informasi tentang gizi dalam kehidupan
sehari-hari (Suhardjo, 2003: 25). Pengetahuan tentang kandungan zat gizi dalam
berbagai bahan makanan, kegunaan makanan bagi kesehatan keluarga dapat
membantu ibu memilih bahan makanan yang harganya tidak begitu mahal akan
tetapi nilai gizinya tinggi (Sjahmien Moehji, 2003: 6).
2.1.3.2 Tingkat Pendidikan Orang Tua
Perhatian orang tua terutama ibu kepada anak sangat mempengaruhi tingkat
konsumsi makanan pada anak. Hal ini juga didukung dengan pendidikan ibu yang
dapat mempengaruhi perilaku anak dalam memilih makanan. Menurut Masri
Singarimbun (1995) bahwa pendidikan ibu memberikan pengaruh terhadap
perilaku perwataan anak, khususnya tanggung jawab dalam memilih makanan.
Ibu yang berpendidikan tinggi tidak membiasakan diri untuk berpantang atau tabu
rendah lebih kuat mempertahankan tradisi-tradisi yang berhubungan dengan
makanan, sehingga sulit untuk menerima pembaharuan.
2.1.3.3 Faktor ekonomi keluarga
Keadaan ekonomi keluarga mempengaruhi tumbuh kembang anak dan
status gizinya melalui kesiapan ekonomi keluarga dalam mengasuh anak.
Kesiapan ekonomi keluarga antara lain tergantung besar kecilnya pendapatan
keluarga dan pengeluaran keluarga.
2.1.3.3.1 Pendapatan Orang Tua
Pendapatan adalah seluruh penerimaan baik berupa uang maupun barang
baik dari pihak lain maupun hasil sendiri (Mulyanto Sumardi dan Hans Dieter
Evers, 1982: 20). Sedangkan menurut Bayu Wijayanto,dkk (1999: 5) pendapatan
rumah tangga adalah pendapatan yang diperoleh seluruh anggota keluarga yang
bekerja.
Pendapatan sebagai faktor ekonomi mempunyai pengaruh terhadap
konsumsi pangan. Nils Aria J (1990: 280) menyatakan jika pendapatan
meningkat, proporsi pengeluaran terhadap total pengeluaran menurun, tetapi
pengeluaran absolut untuk makanan meningkat. Hukum ini tidak berlaku untuk
kelompok miskin yang mengeluarkan absolutnya untuk makanan sudah sangat
rendah sehingga jika terjadi peningkatan pendapatan, maka proporsi untuk
makanpun meningkat. Semakin tinggi pendapatan keluarga maka presentase
pendapatan yang dialokasikan untuk pangan semakin sedikit, dan semakin rendah
semakin tinggi, hal ini dikarenakan semua hasil pendapatan digunakan untuk
mencukupi kebutuhan pangan (Suhardjo HR, 1996: 10).
Nils Aria J (1990: 292) juga menyebutkan bahwa jika terjadi kenaikan
pendapatan, maka yang dibeli akan lebih bervariasi atau berubah. Mereka yang
mempunyai pendapatan sangat rendah cenderung akan membeli karbohidrat,
sementara yang lebih mampu akan cenderung membeli makanan lain seperti
protein dan vitamin. Tingkat pendapatan akan dipengaruhi pola kebiasaan makan
yang selanjutnya berperan dalam prioritas penyediaan pangan berdasarkan nilai
ekonomi dan nilai gizinya. Macam–macam pendapatan menurut Mulyanto
Sumardi dan Hans Dieter Evers (1982: 66) yaitu:
1. Pendapatan yang berupa uang yaitu penghasilan yang berupa uang yang
sifatnya reguler dan yang diterima biasanya sebagai balas jasa.
2. Pendapatan berupa barang yaitu penghasilan yang sifatnya reguler dan
biasa akan tetapi tidak selalu berbentuk balas jasa dan diterimakan dalam
bentuk barang atau jasa.
Sedangkan pendapatan menurut perolehannya dapat dibedakan menjadi:
1. Pendapatan kotor
yaitu pendapatan yang diperoleh belum dikurangi pengeluaran dan
biaya-biaya lainnya.
2. Pendapatan bersih
yaitu pendapatan yang diperoleh setelah dikurangi pengeluaran dan biaya-
Bagi mereka pendapatan sangat rendah hanya dapat memenuhi kebutuhan
pangan pokoknya berupa sumber karbohidrat yang merupakan prioritas pangan
utama. Apabila tingkat pendapatan meningkat maka pangan prioritas kedua
berupa sumber protein murah dapat dipenuhi.
2.1.3.3.2 Pengeluaran Keluarga
Pengeluaran merupakan indikator yang lebih banyak digunakan untuk
memperkirakan pendapatan tetap, karena merupakan faktor yang dominan dalam
menentukan konsumsi rumah tangga, semakin tinggi pula konsumsi energi,
protein dan lemak.
Disamping itu nampak pula kecenderungan makin tinggi pengeluaran,
semakin rendah prevalensi gizi kurang untuk balita. Dengan demikian tingkat
pengeluaran rumah tangga sangat erat kaitannya dengan pemenuhan kecukupan
energi dan zat gizi rumah tangga, juga akan mempengaruhi kualitas dan kuantitas
makanan yang dikonsumsinya (Suharjo HR, 1996 : 194).
2.1.3.4 Tingkat Daya Beli Pangan
Tingkat daya beli pangan dapat mempengaruhi keadaan gizi seseorang
yang tergantung pada konsumsi makannya. Konsumsi makanan juga ditentukan
oleh kualitas serta kuantitas makanan. Kualitas makanan menunjukkan adanya
semua zat gizi yang diperlukan tubuh dalam susunan makanan dan perbandingannya yang satu terhadap yang lain. Kuantitas makanan menunjukkan
jumlah masing-masing zat gizi terhadap kebutuhan tubuh.
Latar belakang sosial budaya serta kebiasaan dalam masyarakat dapat
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan pada anak. Misalnya hal
kebersihan, kesehatan, dan pendidikan. Tata cara yang diberlakukan masyarakat
tidak selalu sesuai dengan syarat-syarat kebersihan dan kesehatan. Demikian juga
sikap dan pandangan atau cara berpikir suatu masyarakat belum tentu sesuai
dengan kondisi masyarakat yang lebih luas.
2.1.3.6 Jumlah Anak Dalam Keluarga
Jarak kelahiran yang terlalu dekat dapat mempengaruhi tingkat konsumsi
makanan yang dimakannya. Hubungan laju kelahiran yang tinggi dan kurang gizi,
sangat nyata pada masing-masing keluarga. Sumber pangan keluarga, terutama
mereka yang sangat miskin, akan lebih mudah memenuhi kebutuhan makannya
jika yang harus diberi makan jumlahnya sedikit. Anak-anak yang tumbuh dalam
suatu keluarga miskin adalah paling rawan terhadap kurang gizi di antara seluruh
anggota keluarga dan anak yang paling kecil biasanya yang paling terpengaruh
oleh kekurangan pangan. Sebagian memang demikian, sebab apabila besar
kelurga bertambah maka pangan untuk setiap anak berkurang dan banyak orang
tua tidak menyadari bahwa anak-anak yang sangat muda memerlukan pangan
yang relatif lebih banyak daripada anak-anak yang lebih tua. Tahun-tahun awal
anak-anak yang biasanya meliputi satu hingga enam tahun adalah yang paling rawan gizi. Kurang energi dan protein (KEP) berat akan sedikit dijumpai bila
jumlah anggota keluarganya lebih kecil (Suhardjo, 2003: 23).
Masalah gizi yang berkaitan dengan anak TK adalah penyakit gizi
kurang, umur anak TK yaitu 3-5 tahun, maka anak ini dikelompokkan dalam anak
balita (bawah lima tahun). Anak balita mengalami pertumbuhan badan yang
cukup pesat sehingga memperlukan zat-zat gizi yang tinggi setiap kg berat
badannya. Anak balita ini justru merupakan kelompok umur yang paling sering
menderita akibat kekurangan gizi (Soegeng Santoso, 2004: 71).
Gizi kurang menghambat reaksi imunologis dan berhubungan dengan
tingginya prevalensi dan beratnya penyakit infeksi. Penyakit infeksi pada
anak-anak dengan kwashiorkor atau marasmus sering didapatkan pada taraf yang sangat
berat. Infeksi sendiri mengakibatkan si penderita kehilangan bahan makanan
melalui muntah-muntah dan diare. Gizi kurang dan diare sering dihubungkan satu
sama lain, walaupun diakui bahwa sulit menentukan kelainan yang mana terjadi
lebih dulu, gizi kurang, diare atau sebaliknya (Soegeng Santoso, 2004: 84).
Infeksi Kekebalan
Rendah
Alergi
Definisi Gigi Kerusakan
Diare kronis Insufisiensi
Pancreas
Kolonisasi kuman di usus kecil
Gambar1. Hubungan timbal balik antara gizi kurang dan diare.
Sumber: Sri Kardjati, Aspek Kesehatan dan Gizi Anak Balita, 1985 (Soegeng Santoso, 2004: 84).
2.1.3.8 Konsumsi Energi dan Protein
Konsumsi energi dan protein sangat diperlukan bagi setiap orang
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh secara biologis, psikologis,
maupun sosial. Agar dapat menjalankan berbagai fungsi tubuh dan aktivitas
sehari-hari diperlukan sejumlah tenaga atau energi yang meliputi :
1) Energi luar yaitu yang diperlukan untuk bekerja, berjalan, mengangkat barang
dan lain-lain yang memerlukan kegiatan otot.
2) Energi dalam yaitu energi yang diperlukan untuk pekerjaan alat-alat tubuh
seperti ginjal, jantung, alat pernapasan.
3) Energi yang diperlukan untuk pembentukan jaringan baru, untuk berbagai
Karbohidrat
Air Lemak
Mineral
Vitamin
Regulasi Proses Pertumbuhan dan
mempertahankan Sumber Energi
Gambar 2. Zat Gizi dan Fungsi Utamanya (Yayuk Farida, 2004: 49).
Karbohidrat berfungsi sebagai sumber energi, bahan pembentuk bagi senyawa tubuh, bahan pembentuk asam amino esensial, metabolisme normal lemak, menghemat protein, meningkatkan pertumbuhan bakteri usus (terutama serat), meningkatkan konsumsi protein, mineral, dan vitamin B. Pangan sumber karbohidrat adalah beras, ubi jalar, singkong, kentang, pisang, sagu, dan gandum. Sedangkan protein merupakan zat gizi yang paling banyak erdapat dalam tubuh. Protein merupakan bagian dari semua semua sel-sel hidup. Hampir setengah jumlah protein erdapat di otot, seperlima terdapat ditulang, sepersepuluh terdapat
di kulit, sisanya terdapat dalam jaringan lain dan cairan tubuh. Protein mempunyai beberapa fungsi sebagi berikut :
1) Membentuk jaringan baru dalam masa perumbuhan dan perkembangan tubuh.
2) Memelihara jaringan tubuh, memperbaiki serta mengganti jaringan yang
rusak, atau mati.
3) Menyediakan asam amino yang diperlukan untuk membentuk enzim
pencernaan dan metabolisme serta antibodi yang diperlukan.
4) Mengatur keseimbangan air yang terdapat dalam iga kompartemen yaiu
intraseluler, ekstraseluler, dan intravaskuler.
5) Mempertahankan kenetralan (asam-basa) tubuh (Yayuk Farida, 2004: 52).
2.1.4 Taman Kanak- kanak.
Taman kanak-kanak merupakan awal dari pengenalan anak dengan suatu
lingkungan sosial yang ada di masyarakat umum, di luar keluarga. TK merupakan
anak, juga mendidik anak untuk mandiri, bersosialisasi dan memperoleh berbagai
keterampilan anak. Salah satu aspek yang dibina pada anak TK adalah penjagaan
kesehatan melalui makan makanan sehat. Di TK, anak juga diajarkan tata cara
makan yang benar di samping perilaku memilih makanan yang berguna bagi
dirinya (Soegeng Santoso, 2004: 41).
2.1.4.1 Anak Usia TK
Anak–anak TK (prasekolah) di Indonesia berusia 4-6 tahun. Pada masa ini
pertumbuhan relatif lebih lambat dibandingkan dengan tahun pertama dan
perkembangan lebih tinggi daripada usia remaja dan dewasa (Soenarto, 1996 : 2).
Pada masa ini pertumbuhan berat badan rata–rata 2 kg untuk setiap tahun,
sedangkan rata–rata kenaikan tinggi badannya 6-8 cm tiap tahun. Kenaikan
otaknya lebih kurang 0,15 gr tiap 24 jam (Soetiningsih, 1995 : 23).
Perkembangan anak juga didefinisikan sebagai perubahan psikofisis sebagai
hasil proses pematangan fungsi–fungsi psikis dan fisis yang ditunjang oleh faktor
lingkungan dan proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan
(Satoto, 1990 : 12).
Pengelompokan lingkungan fisikobio- psikososial atas 4 macam :
1. Lingkungan keluarga
Adalah aspek–aspek persiapan fisik, mental, dan sosial. Aspek–aspek ini
berkaitan dengan lingkungan keluarga , pendidikan, pekerjaan, penghasilan,
kemampuan, dan waktu untuk membina gizi, perumahan dan lingkungan
pemukiman.
2. Lingkungan perlindungan anak
Adalah aspek–aspek yang mencakup antara lain promotif, preventif, kuratif,
dan rehabilitatif.
3. Lingkungan pemukiman
Meliputi aspek–aspek geografis, iklim, komunikasi, jumlah penduduk,
kegiatan ekonomi, pelayanan sosial, sanitasi, pendidikan, produksi pengolahan,
penyimpanan, distribusi bahan makanan, budaya nilai sosial, agama, keamanan,
stabilitas serta kebijaksanaan pemerintah.
4. Lingkungan stimulasi / pendidikan
Adalah pemberian stimulasi/rangsangan untuk perkembangan fisik/motorik,
perkembangan emosi, perkembangan sosial,perkembangan intelektual yang dapat
terjadi di sekolah maupun dalam masyarakat (Soegeng Santoso, 2004 : 43)
Peran lingkungan setelah dalam bidang gizi adalah mempengaruhi pola
makan anak–anak, oleh karena sekolah merupakan tempat anak tinggal beberapa
jam setiap hari. Faktor lingkungan sekolah yang berperan dalam gizi anak antara
disekolah (Gani.N, 1992 : 5). Dalam hal ini guru dituntut untuk membantu
pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani anak didik diluar lingkungan
keluarga memasuki pendidikan dasar serta bertujuan untuk membentuk
meletakkan dasar kearah perkembangan sikap, pengetahuan, keterampilan, dan
daya cipta yang diperlukan oleh anak didik dalam penyesuaian diri dengan
lingkungannya dan untuk pertumbuhan serta perkembangan selanjutnya.
2.1.4.2Makanan Sehat Untuk Anak Usia TK
Seorang anak makanan dapat dijadikan media untuk mendidik anak
supaya dapat menerima, menyukai, memilih makanan yang baik, juga untuk
menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu. Dengan demikian dapat
dibina kebiasaan yang baik tentang waktu makan dan melalui cara pemberian
makan yang teratur anak biasa makan pada waktu yang lazim dan sudah mudah
ditentukan (Soegeng Santoso, 2004: 89).
Syarat-syarat makanan khusus anak TK adalah sebagai berikut :
a) Porsi makanan tidak terlalu besar, untuk anak yang banyak makannya dapat
diberikan tambahan makanan.
b) Makanan cukup basah karena berkuah (tidak terlalu kering) agar mudah
ditelan anak.
c) Potongan makanan dan ukuran makanan cukup kecil sehingga mudah
dimasukkan ke dalam mulut anak dan mudah dikunyah. d) Tidak berduri atau bertulang kecil.
e) Sedikit atau tidak terasa pedas, asam, dan berbumbu tajam.
g) Cukup bervariasi bahan dan jenis hidangannya sehingga anak tidak bosan dan
anak belajar mengenal berbagai jenis bahan makanan dan hidangan.
h) Gunakan alat makan dengan ukuran yang sesuai untuk anak TK, tidak
berbahaya (dapat pecah dan tajam seperti kaca), dapat dibersihkan dan
disimpan dengan mudah dan baik (Soegeng Santoso,2004: 149).
Tujuan memberi makanan pada anak adalah untuk memenuhi kebutuhan
zat gizi yang cukup dalam kelangsungan hidupnya, pemulihan kesehatan sesudah
sakit, untuk aktivitas, pertumbuhan dan perkembangan. Dengan memberikan
makan, maka anak juga dididik agar dapat menerima, menyukai, memilih
makanan yang serta menentukan jumlah makanan yang cukup dan bermutu.
2.1.4.3 Masalah Makan pada Anak Usia TK.
Masalah makan pada anak pada umumnya adalah masalah kesulitan
makan. Hal ini penting diperhatikan karena dapat menghambat tumbuh kembang
yang optimal pada anak. Kesulitan makan adalah ketidakmampuan untuk makan
dan menolak makanan tertentu.
Permasalahan pada anak TK adalah bahwa pada usia ini seorang anak
masih merupakan golongan konsumen pasif yaitu belum dapat mengambil dan
memilih makanan sendiri. Mereka juga masih sukar diberikan pengertian tentang
makanan di samping kemampuan menerima berbagai jenis makanan juga masih
terbatas. Dikaitkan dengan kesehatan, maka pada usia ini anak sangat rentan
terhadap berbagai penyakit infeksi terutama apabila kondisinya kurang gizi.
Penyebab kesulitan makan pada anak menurut Palmer dan Horn yang
1. Kelainan neuro-motorik
Kelainan neuro-motorik ini berupa retardasi mental, kelainan otot,
inkoordinasi alat-alat tubuh, kelainan esophagus (saluran menelan)
2. Kelainan congenital
Kelainan ini berhubungan dengan alat pencernaan seperti lidah, saluran
pencernaan. Menyebabkan anak mengalami kesulitan untuk makan sehingga
menimbulkan muntah-muntah. Kelainan jantung bawaan mengakibatkan
masukan kalori yang kurang adekuat disebabkan hipermetabolisme, infeksi
yang berulang.
3. Kelainan gigi-geligi
Ketidaksempurnaan gigi yaitu tanggal akan menyulitkan anak mengunyah
makanan dan anak merasa sakit pada giginya sehingga segan untuk makan.
4. Penyakit infeksi akut dan menahun
Pada infeksi akut saluran napas bagian atas, sering menimbulkan kurang nafsu
makan (anorexia) dan sulit menelan. Infeksi ini mempersukar anak untuk
menerima makanan.
5. Defisiensi nutrien
Defisiensi golongan nutrien yang pokok seperti kalori dan protein
menimbulkan gejala anorexia karena produksi enzim pencernaan dan asam
lambung yang kurang dan anak dalam keadaan apatis. Demikian juga anemia
defisiensi zat besi.
Kekeliruan pengelolaan orang tua dalam mengatur makan anaknya yang bersikap terlalu melindungi dan memaksakan anak makan terlalu banyak melebihi keperluan anak. Juga apabila anak terlalu jauh dari ibunya, dapat terjadi tidak ada nafsu makan. Perasaan takut berlebihan pada makanan juga dapat menyebabkan anak tidak mau makan (Soegeng Santoso,2004: 100).
2.1.4.4 Upaya Mengatasi Makan pada Anak
Akibat dari kesulitan makan jelas akan berpengaruh terhadap gizi seorang anak. Karena itu perlu diusahakan upaya untuk mengatasi kesulitan makan ini.
Upaya terpenting adalah dengan menghilangkan penyebab kesulitan psikologik.
makanan. Mungkin diperlukan latihan, pengobatan, pendekatan psikologis, dan
cara-cara lain Secara garis besar dapat dilakukan adalah upaya dietetik dan upaya
a) Upaya dietetik yaitu upaya ini berhubungan dengan pengaturan makanan yaitu
merancang makanan. b) Upaya psikologik
Hubungan emosional antara anak dan ibu hendaknya baik. Ibu perlu sabar, tenang, dan tekun. Adakan suasana makan yang menyenangkan anak, bersih, dan berikan pujian apabila anak melakukan cara makan dengan baik serta cukup makan.
2.1.5 Antropometri
Antropometri berasal dari kata anthropos dan metros. Anthropos artinya
Dapat diartikan antropometri gizi adalah berhubungan dengan berbagai macam
pengukuran dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat umur dan
tingkat gizi. Antropometri sangat umum digunakan untuk mengukur status gizi
dari berbagai ketidakseimbangan antara asupan protein dan energi. Gangguan ini
biasanya terlihat dari pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh seperti
lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 36).
Adapun keunggulan dari antropometri gizi adalah sebagai berikut :
a) Prosedur sederhana, aman, dan dapat dilakukan dalam jumlah sample yang
besar.
b) Relatif tidak membutuhkan tenaga ahli, tetapi cukup dilakukan oleh tenaga
yang sudah dilatih dalam waktu singkat dapat melakukan pengukuran
antropometri
c) Alatnya murah, mudah dibawa, tahan lama, dapat dipesan, dan dibuat di
daerah setempat.
d) Metode ini tepat dan akurat, karena dapat dibekukan.
e) Dapat mendeteksi atau menggambarkan riwayat gizi di masa lampau.
f) Umumnya dapat mengidentifikasi status gizi sedang, kurang, dan gizi buruk,
karena sudah ada ambang batas yang sudah jelas.
g) Metode antropometri dapat mengevaluasi perubahan status gizi pada periode
tertentu, atau dari satu generasi ke generasi berikutnya.
Metode antropometri gizi dapat digunakan untuk penapisan kelompok yang rawan
terhadap gizi.
a) Tidak sensitive
Metode ini tidak dapat mendeteksi status gizi dalam waku singkat. Di samping
itu tidak dapat membedakan kekurangan zat gizi tertentu seperti zink dan Fe.
b) Faktor diluar gizi (penyakit, genetik, dan penurunan penggunaan energi) dapat
menurunkan spesifikasi dan sensitifitas pengukuran antropometri.
c) Kesalahan yang terjadi pada saat pengukuran dapat mempengaruhi presisi,
akurasi, dan validias pengukuran antropometri gizi. d) Kesalahan ini terjadi karena:
1. pengukuran
2. perubahan hasil pengukuran baik fisik maupun komposisi jaringan
3. analisis dan asumsi yang keliru.
e) Sumber kesalahan biasanya berhubungan dengan:
4. latihan petugas yang tidak cukup
5. kessalahan alat atau alat tidak ditera
6. kesulitan pengukuran.
Beberapa hal yang mendasari penggunaan antropometri :
a) Alatnya mudah didapat dan digunakan, seperti dacin, pita lingkar lengan atas,
dan mikrotoa.
b) Pengukuran dapat dilakukan berulang-ulang dengn mudah dan objektif.
c) Pengukuran bukan hanya dilakukan dengan tenaga khusus professional, juga
e) Hasilnya mudah disimpulkan karena mempunyai ambang batas (cut of points)
dan baku rujukan yang sudah pasti.
f) Secara ilmiah diakui kebenarannya. Hampir semua negara menggunakan
antropomeri sebagai metode untuk mengukur status gizi masyarakat,
khususnya untuk penapisan (sceening) status gizi (I Dewa Nyoman Supariasa,
2001: 37).
2.1.6 Indeks Antropometri
Penggunaan antropometri lebih praktis, cukup teliti, mudah dilakukan oleh
siapa saja dan dibekali latian sederhana. Dalam praktek, antropometri yang sering
digunakan adalah berat badan (BB), tinggi badan (TB), panjang badan (PB),
kadang-kadang digunakan pula lingkar lengan atas (LILA) atau lingkar kepala
(LK). Indikator–indikator antropometri yang ada distandarisasikan berdasar umur
dan jenis kelamin (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001 : 56).
2.1.6.1 Indeks Berat Badan Menurut Umur (BB / U)
Berat badan (BB) menggambarkan masa tubuh (otot dan lemak). Berat
badan menurut umur merupakan ukuran yang baik untuk mengetahui keadaan gizi
anak–anak, terutama anak golongan umur 0-5 tahun (Balita). Ukuran ini juga
memberi gambaran yang baik tentang pertumbuhan anak.
Kelebihan dari penggunaan (BB/ U) yaitu :
1). Alat mudah didapat dan murah
2). Pemeriksaan mudah dan dimengerti oleh masyarakat umum
4). Dapat mendeteksi kegemukan
Kelemahan dari penggunaan (BB / U) yaitu :
1). Mengakibatkan kekeliruan interprestasi gizi bila terjadi udema .
2). Memerlukan data umur yang akurat terutama untuk anak dibawah 5 tahun.
3). Dapat terjadi pengukuran yang salah, misal pada pengaruh pakaian atau pada
saat penimbangan (I Dewa N yoman Supariasa, 2001 : 56)
2.1.6.2 Indeks BB menurut TB(BB/TB)
Indeks BB / TB merupakan indikator yang baik untuk indikator
menyatakan status gizi saat ini, terlebih bila data umur yang akurat sulit diperoleh.
Oleh karena itu Indeks BB / TB disebut juga indikator status gizi yang
independent terhadap umur. Karena Indeks BB / TB yang dapat memberikan
gambaran tentang proporsi berat badan relatif terhadap tinggi badan, maka dalam
penggunaannya Indeks ini merupakan Indikator kekurusan.
Kelebihan dari penggunaan (BB / TB) yaitu:
1). Bebas terhadap pengaruh umur dan ras
2). Dapat membedakan keadaan gizi anak dalam penelitian berat badan relatif
terhadap tinggi badan kurus, gemuk, cukup dan keadaan marasmus serta
lainnya.
Kelemahan dari penggunaan (BB / TB) yaitu:
1).Tidak dapat memberikan gambaran apakah anak tersebut pendek atau cukup
2). Kesulitan dalam melakukan pengukuran panjang badan pada kelompok anak
balita
3). Kesalahan dalam membaca hasil pengukuran sering terjadi (I Dewa Nyoman
Supariasa, 2001 : 58)
2.1.6.3 Indeks TB menurut umur (TB / U) yaitu
Tinggi badan dapat dipakai sebagai patokan untuk menilai keadaaan gizi
yang lalu maupun sekarang. Disamping tinggi badan merupakan ukuran kedua
yang penting, karena dapat dihubungkan dengan berat badan maupun terhadap
lingkar lengan atas (Djiteng Roedjito, 1989 : 72). Tinggi badan merupakan
antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan
normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertambahan umur. Pertumbuhan
tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif sensitive terhadap masalah
kekurangan gizi dalam waktu yang pendek. Pengaruh defisiensi zat gizi terhadap
tinggi badan akan nampak dalam waktu yang relatif lama.
Berdasarkan karakteristik tersebut diatas, maka indeks ini menggambarkan
status gizi masa lalu. Beaton dan Bengoa dalam Supariasa (2001) menyatakan
bahwa indeks TB/U disamping menggambarkan status gizi masa lampau, juga
lebih erat kaitannya dengan status sosial ekonomi.
Keuntungan dari penggunaan (TB/U) yaitu:
1). Baik untuk menilai status gizi masa lampau
2). Ukuran panjang dapat dibuat sendiri, murah, dan mudah dibawa
1). Tinggi badan tidak cepat naik, bahkan tidak mungkin turun
2). Pengukuran relaif sulit dilakukan karena anak harus berdiri tegak, sehingga
diperlukan orang untuk melakukannya.
3). Ketepatan umur sulit didapat.
2.1.6.4 Lingkar Lengan Atas (LILA)
Lingkar lengan atas (LILA) memberi gambaran hasil kumpulan
komponen–komponen tulang, otot dan tebal lemak subkulis. LILA lebih
ditunjukkan untuk pemeriksaan cepat (rapid screening) dalam situasi darurat yang
ditempat itu tidak ada alat timbang yang praktis untuk lapangan sehingga
penimbangan sukar dilakukan. Dibanding dengan cara BB terhadap TB,ukuran LILA sebagai Indeks malnutrisi lebih peka untuk kasus – kasus marasmus dari
pada kuesioner.
Kelemahan Indeks LILA adalah:
1). Tidak dapat memberi gambaran keadaan pertumbuhan secara jelas
2). Sering mengalami kesulitan dalam pengukuran terutama bila anak dalam
keadaan takut dan tegang
3). Memerlukan pembedaan golongan umur (I Dewa Nyoman.S, 2001 : 59).
2.1.6.5 Gabungan Indeks BB / U, TB / U, dan BB / TB .
Untuk memperoleh gambaran status gizi masa kini maupun masa lampau
WHO merumuskan penggunaan gabungan Indeks Antropometri yaitu : BB / U,
TABEL 2. GABUNGAN INDEKS
Baik, pernah kurang gizi Baik Lebih, pernah kurang gizi Lebih, tetapi tidak kegemukan
Sumber: I Dewa Nyoman Supariasa, dkk,2001
Cara menghitung status gizi dengan Z –score
1. Bila “ nilai riel “ hasil pengukuran > = “ nilai median “ BB/U, TB/U, BB/TB,
2. Bila “ nilai riel “ hasil pengukuran < “nilai median “ BB/U, TB/U, BB/TB,
maka rumusnya :
Adapun kategori status gizi BB /U :
Gizi Lebih : > + 2 SD = BB Lebih
Gizi Kurang : -3 sampai dengan < -2 SD = BB rendah
Gizi buruk : < -3 SD = BB sangat rendah
(Baku Antropometri WHO NCHS, 2002: 1)
Dalam pemantauan status gizi penduduk, penggunaan gabungan tiga
tersebut diatas akan sangat bermanfaat dalam proses perumusan kebijaksanaan,
perencanaan maupun program gizi.
2.1.7 Metode Food Recall 24 jam
Prinsip dari meode recall 24 jam , dilakukan dengan mencatat jenis dan
jumlah bahan makanan yang dikonsumsi pada periode 24 jam yang lalu. Dalam
metode ini responden menceritakan semua yang dimakan dan diminum selama 24
jam yang lalu (kemarin). Recall 24 jam sebaiknya dilakukan berulang-ulang dan
harinya tidak berturut-turut. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa minimal 2
kali recall 24 jam tanpa berturut-turut, dapat menghasilkan gambaran asupan zat
gizi lebih optimal dan memberikan variasi yang lebih besar tentang intake harian
individu menurut Sanjur(1997) yang dikutip oleh I Dewa Nyoman Supariasa
(2001: 94). Langkah-langkah pelaksanaan recall 24 jam adalah sebagai berikut:
1 Petugas atau pewawancara menanyakan kembali dan mencatat semua
makanan atau minuman yang dikonsumsi responden dalam ukuran rumah
tangga (URT) selama kurun waktu 24 jam yang lalu, kemudian petugas
melakukan konversi dari URT ke dalam ukuran berat (gram).
2 Menganalisis bahan makanan ke dalam zat gizi dengan menggunakan Daftar
3 Membandingkan dengan Daftar Kecukupan Gizi yang dianjurkan (DKGA)
atau Angka Kecukupasn Gizi (AKG) untuk Indonesia.
Metode recall 24 jam ini mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihannya sebagai berikut :
1) Mudah melaksanakannya serta tidak membebani responden
2) Biaya relatif murah karena tidak memperlukan peralatan khusus dan tempat yang luas
3) Cepat, sehingga banyak mencakup banyak responden 4) Dapat digunakan unuk responden yang buta huruf
5) Dapat memberikan gambaran nyata yang benar-benar dikonsumsi individu sehingga dapat dihitung intake zat gizi sehari.
Kekurangan dalam metode recall 24 jam sebagai berikut :
1) Tidak dapat menggambarkan asupan makanan sehari-hari bila hanya dilakukan recall satu hari.
2) Ketepatan sangat tergantung pada daya ingat responden.
3) The flat slope syndrome, yaitu kecenderungan bagi responden yang kurus untuk melaporkan konsumsinya lebih banyak (over estimate) dan bagi responden yang gemuk cenderung melaporkan lebih sedikit (under estimate). 4) Membutuhkan tenaga atau petugas yang terlatih atau terampil dalam
menggunakan alat bantu URT dan ketepatan alat bantu yang dipakai menurut kebiasaan masyarakat.
meningkatkan mutu data recall 24 jam dilakukan selama beberapa kali pada hari yang berbeda (tidak berturut-turut). Apabila pengukuran hanya dilakukan 1 kali (1X24 jam), maka data yang diperoleh kurang representatif menggambarkan kebiasaan makanan individu (I Dewa Nyoman Supariasa, 2001: 94).
Jenis Dan Jumlah Pangan
Pengetahuan Dan Mutu Gizi Gizi)
Status Gizi Faktor
Gambar 3. Kerangka Teori Penelitian Keterangan: Rp : rupiah
Rt : rumah tangga
Bln : bulan
2.2 HIPOTESIS
Pengertian hipotesis dapat diartikan sebagai suatu jawaban yang bersifat
sementara terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang
terkumpul (Suharsimi Arikunto, 2002: 64). Adapun hipotesa yang diajukan dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut :
1). Ada perbedaan pendapatan orang tua murid TK Hj. Isriati lebih tinggi
dibanding pendapatan orang tua pada murid TK Satria Tama
2). Ada perbedaan pengeluaran pangan murid TK Hj. Isriati lebih tinggi dibanding
murid TK Satria Tama
3). Ada perbedaan konsumsi energi dan protein murid TK Hj. Isriati lebih tinggi
dibanding murid TK Satria Tama
4). Ada perbedaan status gizi murid TK dari kelompok pendapatan orang tua
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1 Kerangka Konsep
Dalam penelitian kerangka konsep yang diperoleh sebagai berikut :
Gambar 4. Kerangka Konsep Penelitian
Kerangka konsep diatas dapat dijelaskan bahwa status gizi anak dalam hal
ini murid TK dapat dipengaruhi oleh tingkat konsumsi energi dan protein.
Sedangkan konsumsi energi dan protein sendiri juga dipengaruhi besarnya
pengeluaran pangan yang bersumber dari biaya yang dikeluarkan untuk
mencukupi kebutuhan pangan keluarga dalam satu hari. Pengeluaran pangan dapat
dipengaruhi oleh pendapatan orang tua. Melalui kerangka konsep ini diharapkan
nampak perbedaan status gizi murid TK ditinjau dari pendapatan orang tua
mereka.
Status Gizi Murid Tk
Konsumsi Energi
Pendapatan Orang Tua
3.2 Definisi Operasional
Bagian ini menjelaskan kerangka alur pemikiran dari penelitian yang
dilakukan. Dalam kerangka konsep ini, masing-masing variable dijelaskan sebagai
devinisi operasional, sehingga penelitian dapat dijalankan dengan jelas dan
teratur.
No Variabel Penelitian
Definisi Operasional Ukuran Skala
1. Status gizi Keadaan tubuh sebagai
3.3 Populasi penelitian.
Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti
(Soekidjo.N, 2002 : 79). Pada populasi penelitian ini adalah seluruh murid TK.Hj.
Isriati dengan jumlah 250 murid sedangkan TK Satria Tama berjumlah 80 murid.
Dengan total populasi 330 murid.
3.4Sampel Penelitian
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti
dan dianggap mewakili seluruh populasi (Soekidjo. N, 2002 : 79). Dalam
penelitian ini teknik yang digunakan dalam pengambilan sample adalah non random sampling dengan teknik proposive sampling. Proposive sampling adalah
teknik penentuan sample dengan pertimbangan atau kriteria-kriteria tertentu.
Jumlah sampel dalam penelitian ini 98 responden, sebagai responden adalah
murid TK yang berlaku sebagai sample (untuk mengetahui status gizi) dan orang
tua dari sample (untuk mengetahui penghasilan dan pengeluaran keluarga).
3.5 Variable Penelitian
Variable adalah sesuatu yang digunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran
yang dimiliki atau didapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep
pengertian tertentu, misalnya umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan,
pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit,dan sebagainya (Soekidjo.N, 2002:
70). Menurut Sugiyono (2002: 3) Variabel bebas adalah merupakan variable yang
Sedangkan variable terikat adalah variable yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat karena adanya variable bebas (Independen).
Variable Bebas Variable Terikat
1. Pendapatan orang tua Pengeluaran (Rp) Untuk Energi Dan Protein 2. Pengeluaran (Rp) untuk Konsumsi Energi dan protein
energi dan protein
3. Konsumsi energi dan protein Status Gizi 4. Pendapatan orang tua Status Gizi
3.6 Rancangan Penelitian
Penelitian ini adalah penelitian explanatory research ,karena hubungan
antara variable–variabelnya dijelaskan melalui pengujian hipotesa (Masri
Singarimbun, 1995: 5). Dalam pelaksanaannya menggunakan pendekatan cross
sectional yaitu mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor risiko dengan
efek dengan cara mengumpulakan data secara sekaligus pada suatu saat (point
time). Artinya subjek penelitian hanya diobservasi sekali saja terhadap variabel
subjek pada saat penelitian (Soekidjo Notoadmojo, ).
3.7Teknik Pengambilan Data
Data merupakan faktor yang sangat penting dalam setiap penelitian.
Pengambilan data dalam penelitian ini disesuaikan dengan jenis data sebagai
berikut :
3.7.1 Data Primer
Data primer yaitu bila pengambilan data dilakukan secara langsung oleh
3.7.1.1Metode Angket atau Kuesioner
Angket atau kuesioner adalah suatu cara pengumpulan data atau suatu
penelitian mengenai suatu masalah yang umumnya banyak menyangkut
kepentingan umum atau kepentingan orang banyak (Soekidjo Notoadmojo, 2002:
112). Pengedaran angket atau kuesioner berupa daftar pertanyaan berisi
formulir-formulir diajukan secara tertulis kepada sejumlah subjek untuk mendapatkan
jawaban baik berisi tanggapan maupun informasi.
Data yang dikumpulkan berdasarkan persepsi yang diperoleh dari
jawaban responden. Dalam penelitian ini anget diberikan secara langsung kepada
responden yang menjadi subjek peneliti.
Alasan menggunakan metode angket karena metode angket mempunyai
beberapa kelebihan antara lain :
1). Efisien
⇒ karena tidak membutuhkan waktu yang lama bagi peneliti dalam
mendapatkan jawaban pada responden.
2). Dapat dijawab dengan cepat oleh responden tanpa menggangu aktifitas
responden
3). Responden dapat menjawab dengan tenang tanpa adanya intervensi
4). Semua responden menerima pertanyaan dan pernyataan yang sama.
Penilaian angket dengan menggunakan skala Likert dipakai untuk tingkat
kesepakatan seseorang terhadap sejumlah pertanyaan berkaitan dengan suatu
pertanyaan dengan kategori tertentu, atau pertanyaan-pertanyaan yang dipakai
dibedakan dalam pertanyaan positif dan pertanyaan negatif.
Berdasarkan aturan Skala Likert yang dikemukaan diatas, kategori
jawaban disusun sebagai berikut :
Alternatif Jawaban Positif(+) Negatif(-)
Selalu Sering
Jarang/Kadang-kadang Tidak pernah
4 3 2 1
1 2 3 4
Cara pemberian dan pengumpulan kuesioner yaitu :
1) Meminta izin kepada Kepala Sekolah TK. Hj. Isriati dan TK. Satria Tama
dengan membawa surat keterangan penelitian dari Universitas.
2) Sebelum kuesioner diberikan kepada sample, kuesioner diuji cobakan terlebih
dahulu pada responden.
3) Setelah kuesioner valid dan reliable baru diadakan penelitian
4) Memberikan kuesioner kepada sample yang ditujukan untuk orang tua murid
5) Pengisian sample diberi waktu 7 hari
6) Setalah 7 hari kuesioner dikumpulkan.
Angket atau kuesioner yang digunakan pada penelitian ini terdiri dari :
1) Kuesioner A : Kuesioner ini digunakan untuk memperoleh informasi
¾ Identitas responden :
- Anak : jenis kelamin, nama anak, berat badan dan tinggi badan anak.
- Orang tua : nama ayah dan ibu,alamat, umur, pekerjaan, pendidikan
terakhir.
¾ Data-data yang terkait dengan pendapatan orang tua meliputi pengeluaran
untuk pangan dan non pangan, pendapatan keluarga, serta daya beli. Dan
status gizi meliputi pola pemberian pangan, pengetahuan orang tua,
praktek kesehatan dan pola pencarian kesehatan
Kuesioner ini bersifat tertutup dalam pilihan ganda dengan alternatif jawaban
yang disediakan untuk pertanyaan memiliki kategori sebagai berikut : kurang, cukup, lebih, sangat lebih atau tidak ada, kadang-kadang, ada, selalu ada.
2) Kuesioner B
Kuesioner B berupa recall 2 x 24 jam, untuk mengetahui konsumsi makanan
murid TK selama sehari. Recall dilakukan dua kali pada hari yang berbeda
(tidak berturut-urut).
Dalam penelitian umumnya menggunakan kuesioner sebagai metode
yang dipilih untuk mengumpulkan data. Data merupakan penggambaran variable
yang diteliti, dan berfungsi sebagai alat pembuktian hipotesis. Benar tidaknya
tergantung dari baik tidaknya instrumen pengumpul data. Pengambilan data pada
Dalam rangka untuk mempermudah penyusunan kuesioner sebagai
instrumen maka perlu dibuat kerangka pengembangan instrumen penelitian.
Kerangka pengembangan tersebut dapat dilihat dalam bentuk matrik sebagai
berikut :
Status Gizi 1) Pola pemberian makan
Pengukuran yang dilakukan pada penelitian ini yaitu pengukuran berat
badan (BB) responden. Pengukuran dilakukan dengan menggunakan timbangan
injak (Bathroom scale) Adapun macam dan prosedur pengukuran yang dilakukan
1) Timbangan diletakkan di tempat yang datar (rata) sehingga tidak goyang.
2) Anak memakai pakaian seminimal mungkin, sepatu maupun isi kantong
harus dilepas.
3) Pada saat ditimbang anak berdiri tepat ditengah timbangan dan menghadap
ke depan.
3.7.1.3Pengamatan (Observasi)
Pengamatan adalah suatu prosedur yang berencana, yang antara lain
meliputi melihat dan mencatat jumlah dan taraf aktivitas tertentu yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti (Soekidjo Notoatmodjo, 2002: 93).
Pengamatan dalam penelitian ini yaitu melihat kondisi dan keadaan lokasi TK
tersebut.
3.7.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu bila pengumpulan data yang diinginkan diperoleh
dari orang lain atau tempat lain dan tidak dilakukan oleh peneliti sendiri (Eko
Budiarto, 2001: 5). Adapun data sekunder yang dimaksud adalah daftar nama
siswa murid kelas A dan kelas B TK Hj. Isriati dan TK. Satria Tama tahun ajaran
2004/2005 untuk mengetahui jumlah anggota dalam populasi.
3.8Prosedur Penelitian
Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui tahap-tahap :
3.8.1 Tahap Persiapan
Pengumpulan data dimulai dengan mempersiapkan atau menyusun
angket atau kuesioner, kemudian dilakukan uji coba kuesioner tersebut. Setelah
kuesioner diperbanyak untuk dibagikan kepada responden. Sedangkan untuk
mengukur berat badan, sebelum alat digunakan alat ditera terlebih dahulu di Dinas
Metrologi. Pengumpulan data dimulai setelah melakukan perijinan di Dinas
Kesbanglinmas, dan Dinas Pendidikan Nasional.
3.8.2 Tahap Pelaksanaan
Pengumpulan data dilakukan 1 minggu. Tahap pelaksanaan pengumpulan
data dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut :
3.8.2.1 Kuesioner A, Kuesioner B (lembar recall 2 X 24 jam) 3.8.2.1.1 Petunjuk Pengisian TK Hj. Isriati
1) Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah TK Hj. Isriati, peneliti
melakukan konfirmasi kepada guru kelas A dan kelas B
2) Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian
dan tata cara pengisian kuesioner.
3) Untuk TK Hj. Isriati pengisian kuesioner diberikan kepada anak untuk
diberikan kepada orang tua.
4) Orang tua dalam hal ini ibu diharapkan mengisi sesuai petunjuk yang ada.
5) Untuk lembar recall pada TK. Hj. Isriati diberi petunjuk pengisian daftar
recall.
3.8.2.1.2 Petunjuk Pengisian TK. Satria Tama
1) Setelah mendapatkan ijin dari Kepala Sekolah TK Satria Tama, peneliti
2) Peneliti membuat surat undangan kepada orang tua murid untuk menghadiri
proses pengisian kuesioner.
3) Sebelum penelitian dilakukan, peneliti menjelaskan tentang tujuan penelitian
dan tata cara pengisian kuesioner.
4) Responden dibagikan kuesioner dan diminta mengisi sesuai petunjuk.
5) Pada saat pengumpulan data peneliti dibantu oleh beberapa rekan (satu kelas
dibantu oleh 3-4 orang). Hal ini dilakukan untuk membantu responden apabila
masih terdapat ketidakfahaman dalam mengisi kuesioner, serta membantu
responden mengingat (untuk recall)
3.8.2.2 Pengukuran Berat Badan (BB)
1) Pengukuran dilakukan di ruang guru secara bergantian.
2) Peneliti mencatat nama murid dan hasil pengukuran.
3.9 Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh peneliti
dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan hasilnya lebih
baik dalam arti cepat, lengkap, sistematis. Sehingga mudah diolah (Suharsimi
Arikunto, 2002: 136). Instrumen yang digunakan penulis dalam penelitian ini
adalah:
1. Alat ukur berat badan (timbangan)yaitu : timbangan digital atau timbangan berdiri digunakan untuk anak yang sudah dapat berdiri, dengan tingkat