• Tidak ada hasil yang ditemukan

EVALUATION OF INDUSTRY DEPARTMENT OF ACCOUNTING PRACTICES IN SMK DEWANTARA CANDIPURO SOUTH LAMPUNG EVALUASI PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI JURUSAN AKUNTANSI DI SMK DEWANTARA CANDIPURO LAMPUNG SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "EVALUATION OF INDUSTRY DEPARTMENT OF ACCOUNTING PRACTICES IN SMK DEWANTARA CANDIPURO SOUTH LAMPUNG EVALUASI PELAKSANAAN PRAKTIK KERJA INDUSTRI JURUSAN AKUNTANSI DI SMK DEWANTARA CANDIPURO LAMPUNG SELATAN"

Copied!
126
0
0

Teks penuh

(1)

DEVELOPMENT OF LEARNING CYCLE MODEL ON TWO VARIABLES LINEAR INEQUALITIES AT TENTH GRADE OF SMK BANDAR LAMPUNG

By Erinal Lutfi

This research aimed to: (1) describe school’s potency and condition, (2) produce syntax of learning cycle model and student worksheet (LKS) (3) analyze the effectiveness of learning cycle model usage and students worksheet (4) analyze the efficient of learning cycle model usage and student worksheet (5) analyze the attractiveness of learning cycle model and student worksheet.

This research is development research. Subject of research are student of SMKN 1 Bandar Lampung, SMKN 3 Bandar Lampung, SMKN 4 Bandar Lampung. To collecting the data techniques was done by observation, questionnaires and test. The research data was analyzed by quantitative t-test by z score and qualitative.

This Result of research are: (1) schools’ potency and condition supported to develop learning model, (2) to produce syntax of learning cycle model which consists of seven stages, they are (a) elicit, (b) engage, (c) explore, (d) explain, (e) elaborate, (f) evaluate, (g) extend which supported by students worksheet. (3) effective product was used as a learning model because z score 0,46 was lower than z table 0,64 (4) efficiency product score was 1,5 , it is higher than efficiency criteria which is about 1 (5) percentage of attractiveness achieve 83,5 % by attractiveness criteria.

(2)

ABSTRAK

PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER DUA VARIABEL KELAS X SMK

KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh

Erinal Lutfi

Penelitian ini mempunyai tujuan: (1) mendeskripsikan potensi dan kondisi sekolah, (2) menghasilkan sintak pembelajaran model Learning Cycle serta LKS (3) menganalisis tingkat efektivitas penggunaan model pembelajaran Learning Cycle

serta LKS dan (4) menganalisis tingkat efisiensi penggunaan model pembelajaran

Learning Cycle serta LKS (5) menganalisis kemenarikan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle serta LKS.

Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan.Tempat penelitian di SMKN1 Bandar Lampung, SMKN 3 Bandar Lampung, SMKN 4 Bandar Lampung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket dan tes. Data penelitian dianalisis secara kuantitatif diuji dengan z skor dan kualitatif.

Hasil dari penelitian ini adalah : (1) kondisi dan potensi sekolah mendukung untuk pengembangan model pembelajaran, (2) menghasilkan sintak pembelajara model

Learning Cycle yang terdiri dari tujuh tahap, yaitu (a) elicit, (b) engage, (c)

explore, (d) explain, (e) elaborate, (f) evaluate, (g) extend serta didukung LKS. (3) produk efektif digunakan sebagai model pembelajaran karena nilai z skor adalah 0,46 lebih kecil dari z tabel sebesar 0,64, (4) nilai efisiensi produk adalah 1,5 lebih besar dari kriteria efisiensi yang bernilai 1 (5) persentase kemenarikan mencapai 83,5 % dengan criteria menarik.

(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau, SumateraSelatan pada tanggal 18 Oktober 1967,

sebagai anak kedua dari sebelas bersaudara, putra dari Alimin dan Syamsimar.Jenjang

pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di Madrasah Annur Lubuk Linggau

diselesaikan pada tahun 1980 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Muhammadyah

Lubuk Linggau diselesaikan padatahun 1983, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di

SMA Negeri Lubuk Linggau diselesaikan pada Juni 1986. Bulan Agustus 1986, penulis

terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan MIPA Program Studi Kimia FKIP Universitas

Sriwijaya. Mendapatkan gelar Sarjana pada tahun 1991.Kemudian pada tahun 2012

penulis melanjutkan studi pasca sarjana di jurusan Ilmu Pendidikan program studi

(8)

Moto

Bacalah, danTuhanmulah

YangMahaPemurah,Yang mengajar

(manusia)denganperantarankalamDia

mengajarkepadamanusiaapa yang

tidakdiketahuinya

“.

(Q.S. Al 'Alaq : 3-5).

Sebaik-baikmanusiaadalah yang

dapatmemberikanmanfaatuntukmanusia

lain

(Al-hadist)

“Semua orang terlahir genius”

(Howard Gardner)

(9)

PERSEMBAHAN

Dengan kerendahan hati dan mengharap ridho

Allah, kupersembahkan karya kecil ini kepada:

Ayahanda Alimin dan IbundaSyamsimar serta uni

Efa Muryani SPdi yang terhormat,

Anakku tersayang (titipan Ilahi)

Muhammad Haris Lutfi dan Dwi Saraswati Lutfi

SegenapKeluargabesarku yang

selalumendoakankeberhasilanku,

Sahabatdanteman-temanku yang

selaluberbagikebahagiaan,

(10)

SANWACANA

Assalamu’alaikumWr. Wb.

Alhamdulillah, Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas

segala rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan.

Tesis dengan judul "Pengembangan Model Pembelajaran Learning Cycle (Siklus Belajar) Materi Pertidaksamaan Linier Dua Variabel Kls X SMK Bandar Lampung" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Magister Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Lampung.Dalam pelaksanaan dan penulisan tesis ini tidak

lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui berkat rahmat

dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang

hadir dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih

setulus-tulusnya kepada :

1. Bp. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, selaku rektor Universitas Lampung.

2. Bp. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Lampung.

3. Bp. Dr. Bujang Rahman,M.Si, selaku Dekan Fakultas Kegururan Ilmu Pendidikan

Universitas Lampung.

4. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku ketua Program Studi Magister Teknologi

Fakultas Kegururan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung..

5. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd.,selaku pembimbing utama serta pembimbing akademik

yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, semangat, kritik dan

saran kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta

(11)

7. Dr. Budi Koestoro, selaku pembahas utama.

8. Dr. Sulton Djasmi, selaku pembahas kedua.

9. Seluruh dosen Magister Teknologi Pendidikan, FKIP Unila yang telah mendidik

dan memberikan ilmu pengetahuan yang berguna kepada penulis selama kuliah.

10. Yang terhormat Ayahku Alimin yang telah menanamkan keyakinan kepada Allah

SWT. Yang Mulia Ibunda Syamsimar yang senantiasa sabar dan mendoakan

keberhasilanku, nasehat dan senyum yang menyemangatkanku. Terimakasih

kakakku Efa Muryani SPdI atas segala hal terbaik dan semua yang telah diberikan

kepadaku yang takkan bisa aku ganti dengan apapun.

11. Titipan Illahi- kedua anakku, Muhammad Haris Luthfi dan Dwi Saraswati Luthfi.

Sumber semangat yang tak ternilai dalam hidupku.

12. Teman-teman seperjuangan serta sahabat terbaikku di Magister Teknologi

Pendidikan 2012 baik di kelas A dan B, terima kasih atas segala dukungan,

semoga Allah selalu memberikan rahmat-Nya untuk keberhasilan kita.

13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan

tesi ini.

Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.Penulis

berharap semoga tesis yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita

semua.Amin.

Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis

(12)

xii

2.2 Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Teori Belajar ... 21

2.4 Desain Pengembangan Model Pembelajaran Learning Cycle ... 36

2.4.1 Teori Pengembangan Model ... 36

2.4.2 Konsep Model yang Dikembangkan ... 47

2.5 Prosedur Pengembangan Model ... 48

(13)

xiii

2.5.5 Melibatkan Partisipasi Siswa ... 53

2.5.6 Mengevaluasi dan merivisi ... 54

2.6 Desain Konsep Model Pembelajaran Learning Cycle 2.6.1 Tujuan dan Asumsi ... 54

3.3 Prosedur Pengembangan dan Uji coba Model Pembelajaran ... 70

(14)

xiv

3.6 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 98

3.6.1 Definisi Konseptual ... 98

3.6.2 Definisi Operasional ... 99

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 100

4.1.1 Kondisi dan Potensi Pengembangan Model ... 100

4.1.2 Proses Pengembangan Model Pembelajaran ... 102

4.1.2.1 Melakukn Studi Pendahuluan... 103

4.1.2.2 Perencanaan ... 103

4.1.2.3 Pengembangan Produk Awal ... 104

4.1.2.4 Hasil Uji coba Terbatas ... 105

4.1.3 Efektifitas Model Pembelajaran ... 114

4.1.4 Efisiensi Pembelajaran ... 127

4.1.5 Kemenarikan ... 128

4.2 Pembahasan ... 129

4.2.1 Kondisi dan Potensi Pengembangan Model ... 129

4.2.2 Proses Pengembangan Model ... 130

4.2.3 Aspek Efektifitas Produk ... 131

4.2.4 Aspek Efisiensi Pembelajaran... 135

4.2.5 Aspek Kemenarikan ... 136

4.3 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ... 137

4.4 Kelemahan Produk Hasil Pengembangan ... 137

4.5 Keterbasan Penelitiaan... 138

V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 140

5.2 Implikasi ... 141

5.3 Saran ... 142

(15)

xv

Tabel Halaman

Tabel 1.1 Nilai Rerata Matematika siswa kls X SMK Kota Bandar Lampung……. 5

Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Pengelolaan Informasi……… 15

Tabel-2.2 Model-Model Pembelajaran Personal ………. 16

Tabel 2.3 Model-model Pembelajaran Pengajaran Sosial………. 17

Tabel 2.4 Model-model Pembelajaran Kelompok Perilaku………. 18

Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran 5-E dan 7-E……….. 39

Tabel 2.6 Sintak learning cycle–7E………. 58

Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Uji Perorangan, Kelompok kecil dan Besar…. 79

Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Desain Pembelajaran………….. 80

Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media……….. 80

Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Matematika………. .81

Tabel 3.5 Validasi Instrumen Angket kebutuhan Guru……… . 82

Tabel 3.6 Reliabilitas Instrumen Angket Kebutuhan Guru……….. 82

Tabel 3.7 Validasi Instumen Angket Kebutuhan Siswa………. 82

Tabel 3.8 Reliabilitas Instrumen Angket Kebutuhan Siswa……… 83

Tabel 3.9 Validitas Instrumen Soal Angket kemenarikan……… 83

Tabel 3.10 Reliabilitas Instrumen Soal Angket kemenarikan………. 84

Tabel 3.11 Uji Validitas Instrumen Butir Soal Pre-test……….. 84

Tabel 3.12 Reliabilitas Instrumen Butir Soal Pre-test………. 85

Tabel 3.13 Uji Validitas Instrumen Butir Soal Post-test………. 86

Tabel 3.14 Reliabilitas Instrumen Butir Soal Post-test……… 86

Tabel 3.15 Normalitas Data Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung... 88

(16)

xvi

Kelas Eksperimen SMK N 1 Bandar Lampung... 89

Tabel 3.17 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)

Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung... 90

Tabel 3.18 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)

Kelas Eksperimen SMK N 3 Bandar Lampung... .91

Tabel 3.19 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)

Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung...92

Tabel 3.20 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)

Kelas Eksperimen SMK N 4 Bandar Lampung... 93

Tabel 3.21 Nilai Efisiensi dan Klasifikasinya ……… . 95

Tabel 3.22 Klasifikasi kemenarikan……… 95

Tabel 4.1 Draft Produk awal Pengembangan RPP dengan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi

Pertidaksamaan Linier Dua Variabel……….. 100

Tabel 4.2 Penilaian Ahli Desain terhadap RPP dengan

model pembelajaran Learning Cycle ………. 101 Tabel 4.3 Penilaian Ahli Desain terhadap Lembar kerja Siswa (LKS)…… 102

Tabel4.4 Penilaian Ahli Desain terhadap RPP dengan model pembelajaran

Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS)……….. 103 Tabel 4.5 Penilaian Ahli Desain terhadap Lembar kerja Siswa (LKS)………. 104

Tabel 4.5 Penilaian Ahli Media Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 105

Tabel 4.6 Hasil Analisis Angket Kemenarikan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta LKS pada uji perorangan………. 106 Tabel 4.7 Hasil Analisis Angket Kemenarikan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta LKS pada uji kelompok kecil………. 107 Tabel 4.8 Draft Produk awal Pengembangan Model Pembelajaran

Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 109 Tabel 4.9 Nilai Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung……… 111

Tabel 4.10 Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen

(17)

xvii

Tabel 4.13 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung……….. 112

Tabel 4.14 Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………113

Tabel 4.15 Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan

Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung……….. 113

Tabel 4.17 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………. 114

Tabel 4.18 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………. 114

Tabel 4.19 Nilai Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung ……… 115

Tabel 4.20 Nilai Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen

dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115

Tabel 4.21 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115

Tabel 4.22 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115

Tabel 4.23 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

SMK N 1 Bandar Lampung……….. 117

Tabel 4.24 Uji-t Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung………. 118

Tabel 4.25 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

SMK N 3 Bandar Lampung……… 119

Tabel 4.26 Uji-t Tes Akhir (Posttest)Eksperimen dan Kelas Kontrol

SMK N 3 Bandar Lampung……… 120

(18)

xviii

Tabel 4.28 Uji-t Tes Akhir (Posttestt) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 122

Tabel 4.29 Perbandingan waktu yang diperlukan dengan waktu yang digunakan

dalam pembelajaran model Learning Cycle serta LKS………. 124

Tabel 4.30 Rekapitulasi hasil angket kemenarikan……….. 125

(19)

xix

Lampiran 1 : Insrumen Tes Talenta (Tes Kecerdasan Majemuk) ... 146

Lampiran 2 : Instrumen GayaBelajara ... 152

Lampiran 3 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswa SMKN 1 ... 154

Lampiran 4 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswaSMKN 3 ... 156

Lampiran 5 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswa SMKN 4 ... 158

Lampiran 6 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 1 ... 160

Lampiran 7 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 3 ... 161

Lampiran 8 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 4 ... 162

Lampiran 9 : Kisi-kisi Kebutuhan Siswa ... 163

Lampiran 10 : Instrumen Kebutuhan Siswa ... 164

Lampiran 11 : Rekap Kebutuhan Siswa ... 166

Lampiran 12 : Instrumen Kebutuhan Guru ... 167

Lampiran 13 : Rekap Kebutuhan Guru ... 169

Lampiran 14 : Instrumen dan Hasil Validasi Ahli Media ... 170

Lampiran 15 : Instrumen dan Hasil ahli desain pembelajaran ... 173

Lampiran 16 : Istrumen dan Hasil ahli materi ... 176

Lampiran 17 : Kisi-kisi Kemenarikan ... 179

Lampiran 18 : Instrumen Kemenarikan ... 179

Lampiran 19 : Rekap kemenarikan satu-satu ... 180

Lampiran 20 : Rekap kemenarikan kelompok kecil ... 181

Lampiran 21 : Rekap kemenarikan SMKN 1 ... 183

Lampiran 22 : Rekap kemenarikan SMKN 3 ... 185

Lampiran 23 : Rekap kemenarikan SMKN 4 ... 187

Lampiran 24 : Silabus ... 189

Lampiran 25 : RPP Kelas Kontrol ... 191

Lampiran 26 : RPP kelas eksprimen ... 195

Lampiran 27 : Ketuntasan Kelompok Kecil pre-test ... 202

(20)

xx

Lampiran 29 : Kisi-kisi soal pre-test dan post-test ... 206

Lampiran 30 : Lembar Obserasi Penilaian Sikap ... 208

Lampiran 31 : Lembar Obserasi Penilaian Keterampilan ... 209

Lampiran 32 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 210

Lampiran 33 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 211

Lampiran 34 : Uji Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 1 ... 212

Lampiran 35 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 1 ... 213

Lampiran 36 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 213

Lampiran 37 : Uji t pre-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 214

Lampiran 38 : Uji t post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1... 215

Lampiran 39 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 216

Lampiran 40 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 217

Lampiran 41 : Grafik Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 3 218 Lampiran 42 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 3 ... 219

Lampiran 43 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 220

Lampiran 44 : Uji t pre-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 221

Lampiran 45 : Uji t post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3... 222

Lampiran 46 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 4 ... 223

Lampiran 47 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 4 ... 224

Lampiran 48 : Uji Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 4 ... 225

Lampiran 49 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 4 ... 226

(21)

xxi

Lampiran 52 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan

eksprimen SMKN 4 ... 229

Lampiran 53 : Rekapitulasi Validitas Kebutuhan Guru ... 231

Lampiran 54 : Rekapitulasi Reliabilitas Kebutuhan Guru ... 232

Lampiran 55 : Rekapitulasi Validitas Kebutuhan Siswa... 233

Lampiran 56 : Rekapitulasi reliabilitas instrument kebutuhan siswa... 234

Lampiran 57 : Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Kemenarikan ... 235

Lampiran 58 : Rekapitulasi Validitas Instrumen soal post-test ... 236

Lampiran 59 : Rekapitulasi Reliabilitas Instrumen soal post-test ... 237

Lampiran 60 : Instrumen soal pre-test dan post-test ... 238

Lampiran 61 : Tabel t ... 240

Lampiran 62 : Tabel r ... 243

(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Paradigma pendidikan yang dikembangkan saat ini dalam kurikulum 2013 adalah

paradigma konstruktivis. Pandangan konstruktivis menekankan pada keaktifan siswa

mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam proses pembelajaran guru berperan

sebagai fasilitator dan motivator. Guru diharapkan mampu menciptakan suasana

pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak merasa dipaksa

untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran akan berhasil bila

seorang guru mampu menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang

dikuasainya serta relevan dengan teori atau konsep yang diajarkan. Karena itu

hendaknya dalam pembelajaran seorang guru dituntut menguasai berbagai metode

pembelajaran dan mengaplikasikannya di dalam kelas. Seorang guru harus selalu

mengacu paradigma baru dalam meranancang suatu perencanaan dan pelaksanaan

pembelajaran.

Pemilihan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika harus

mengacu pada fungsi pendidikan matematika, yaitu mengembangkan kemampuan

berpikir dan tindakan yang efetif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai

pengembangan dari yang dipelajarai di sekolah secara mandiri (Dirjen SMK, 2013 :

(23)

Matematika memegang peranan strategis dalam pengembangan sains dan teknologi.

Matematika mempunyai sifat universal yang mendasari perkembangan teknologi

modern yang memiliki karakteristik menuntut kemampuan berfikir logis, analitis,

sistimatis, kritis, kreatif, dan inovatif. Konsep-konsep matematika dapat digunakan

untuk membantu siswa mengembangkan potensi intelektual yang ada dalam dirinya

serta memudahkan mempelajari bidang-bidang ilmu lain.

Mengingat pentingnya peran mata pelajaran matematika dalam pengembangan potensi

yang dimiliki siswa dan pengembangan sains dan teknologi, maka proses pembelajaran

matematika di sekolah harus menjadi perhatian guru, sehingga siswa tidak lagi

menganggap bahwa pelajaran maetmatika itu sulit dan menakutkan. Oleh sebab itu,

pembelajaran matematika harus dibuat menarik dan menyenangkan dengan

menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan mudah dipahami siswa sehingga

mereka menyukai matematika.

Arends (2008:259) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan

pembelajaran yang digunakan,termasuk didalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap

dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Joyce

dan Weil dalam Trianto (2012:51) menyatakan bahwa : “Models of teaching are really

models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to

learn”. Artinya bahwa model pembelajaran merupakan model belajar, dan dengan

model tersebut, guru memperbaiki dan membantu siswa untuk mendapatkan atau

(24)

3

sendiri serta mengajarkan bagaimana belajar. Selanjutnya : “Each models guides us as

we design instruction to help students achieve various objective”. Maksudnya bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu siswa

mencapai tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan

Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan agar

siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat serta memiliki

sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Akan tetapi dalam

kenyataannya, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kurang menggunakan

penalaran dan pemahaman untuk menyelesaikan soal matematika, apabila soal

matematika diubah atau tidak sesuai dengan contoh yang diberikan guru, siswa akan

mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Oleh sebab itu,

diperlukan suatu model pembelajaran agar siswa dapat menggunakan penalaran dan

pemahaman konsep, sehingga apabila siswa menghadapi berbagai macam soal atau

permasalahan, siswa dapat menyelesaikan dan mengerjakannya dengan mudah dan

benar. Dalam pembelajaran matematika, apabila siswa tidak dapat mengerjakan soal

atau tidak memahami materi dan menghadapi kesulitan, minat belajar siswa dengan

sendirinya akan menurun sehingga siswa tersebut tidak dapat menyukai pelajaran

matematika itu sendiri, Akan tetapi sebaliknya, jika siswa dapat mengerti dan dapat

mengerjakan soal dan permasalahan matematika dengan mudah dan benar, minat siswa

dengan sendirinya meningkat sehingga siswa tersebut akan menyukai pelajaran

(25)

model pembelajaran pemahaman konsep sehingga siswa dapat menyukai bahkan dapat

mengerjakan dan menyelesaikan soal dengan mudah dan benar.

Penciptaan pembelajaran matematika agar menarik, menyenangkan, bersemangat, aktif

dan meningkatkan prestasi belajar, guru hendaknya berupaya memilih model

pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh

siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa dalam

mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Ada beberapa model pembelajaran

yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi guru harus dapat

menyesuaikan model mana yang cocok atau sesuai dengan tujuan pembelajaran,

karakter siswa dan lingkungan. Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini menunjukan

kondisi yang berbeda dengan situasi yang diharapkan. Pencapaian tujuan pembelajaran

matematika sebagaimana tersebut di atas belum memuaskan. Yang terjadi proses

pembelajaran matematika diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal

informasi; otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi

tanpa memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya kehidupan

sehari-hari, akibatnya motivasi dan aktivitas belajar siswa sangat rendah, sehingga

hasil belajarnya juga kurang. Rendahnya hasil belajar matematika terlihat dari

rendahnya nilai ujian semester selama tiga tahun terakhir . Keadaan inilah yang terjadi

di SMK Kelompok Pariwisata Kota Bandar Lampung, yang data nilai hasil belajarnya

(26)

5

Tabel 1.1 Nilai Rerata Matematika siswa kls X SMK Kota Bandar Lampung

Materi Program linier/KD

Pencapaian KKM/%

2010 2011 2012

1.Membuat grafik himpunan

penyelesaian ≤ 50% ≤ 40% ≤ 48% 2. Menentukan model matematika

dari soal cerita ≤ 32% ≤ 42% ≤ 36%

Sumber : Guru Mata Pelajaran Matematika

Dari data diatas jelas hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada materi

menyelesaikan masalah program linier selama tiga tahun terakhir adalah tidak

mencapai KKM yang yang ditetapkan, yaitu 70. Data tersebut adalah data yang diambil

dari pencapaian hasil belajar di semester ganjil kelas X di SMK kelompok Pariwisata

kota Bandar Lampung kurun waktu tiga tahun terakhir.

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar , diantaranya variabel

pembelajaran seperti yang dikemukan Reigeluth (dalam Uno B, 2008:141) Klasifikasi

variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjadi 3, yaitu: (1) Kondisi

Pembelajaran (2) Metode Pembelajaran (3) Hasil Pembelajaran.

1. Kondisi Pembelajaran

Variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variable variabel yang

mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk

mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang

berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol perancang

(27)

variabel-vriabel kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh utama pada ketiga

variabel .

Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (dalam Uno B, 2008;14) mengelompokkan

variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu: (a) Tujuan dan karakteristik

bidang studi, (b) Kendala dan (c) Karakteristik peserta didik .

a. Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi

Pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat

umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinum umum ke

khusus.Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat

memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi

pembelajaran.

b. Kendala

Adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti waktu, media, personalia, dan uang.

Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas peserta didik, seperti

bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.

c. Karakteristik Peserta Didik

Dihipotesiskan memiliki pengaruh utama pada pemilihan strategi pengorganisasian

pembelajaran, kendala dan karakteristik bidang studi pada pemilihan strategi

penyampaian, dan karakteristik siswa pada pemilihan strategi pengelolaan

pembelajaran. Bagaimanapun juga, pada tingkat tertentu, mungkin sekali suatu

variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode misalnya, karakteristik

peserta didik bisa mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian dan pemilihan

(28)

7

pembelajaran.

2.Metode Pembelajaran

Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis yaitu:

(a) Strategi pengorganisasian (Organizational srategy)

(b) Strategi penyampaian (Delivery strategy

(c) Strategi pengelolaan (management strategy).

Organizational srategy adalah metode untuk mengorganissi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti

pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain.

Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dan atau menerima serta merespon masukan yang berasal dari peserta

didik. Sumber belajar merupakan bidang kajian utama dari strategi ini.

Management strategy adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi pengorganisasian dan

penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian pebelajaran dibedakan

menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan mikro.

3.Hasil Pembelajaran

Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan

menjadi 3, yaitu:

(a) Keefektifan (effectiveneess)

(b) Efisiensi (efficiency)

(29)

Keefektifan Pembelajaran, biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si-belajar. Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan

keefektifan pembelajaran yaitu : (1) kecermatan penguasaan perilaku yang

dipelajari atau sering disebut tingkat kesalahan, (2) kecepatan unjuk kerja, (3)

tingkat alih belajar (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari.

Efisiensi Pembelajaran, biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si-belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran

yang digunakan.

Daya Tarik Pembelajaran, biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan si-belajar untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya

dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan

mempengaruhi keduanya.

Disamping hal diatas, dari hasil observasi yang dilakukan di SMK Negeri kota

Bandar Lampung, diketahui bahwa umumnya model pembelajaran yang

digunakan guru cenderung model pembelajaran langsung yang belum

memberikan kesempatan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses

pembelajaran sehingga mereka masih pasif. Siswa hanya menunggu

penjelasaan dari guru, kemudian mencatatnya, hal yang demikian

menyebabkan siswa menganggap konsep yang diajarkan dalam proses

pembalajaran hanya hafalan yang tidak ada manfaat dan hubungannya dengan

masalah-masalah yang mereka hadapai dalam kehidupan sehari-hari. Siswa

kurang dilibatkan dalam melakukan penyelidikan, siswa hanya diajarkan

(30)

9

penyelidikan. Hal tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tujuan mata

pelajaran biologi yang telah ditetapkan. Dalam sintaks model pembelajaran

langsung pengetahuan awal tidak diperhatikan secara khusus. Pengabaian

pengetahuan awal siswa dapat menghambat pemahaman suatu pengetahuan

baru, terlebih jika pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan pengetahuan

baru yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran

langsung, guru cenderung mengabaikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa,

padahal peran pengetahuan awal siswa sangatlah penting dalam proses

pembelajaran. Selain itu tidak jarang kita temukan guru memonopoli dalam

penyampaian informasi sehingga kerap kali menumbuhkan suasana

membosankan di kalangan siswa. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk

menggali pengetahuan dan mengkaitkan konsep yang dipelajari ke dalam situasi

berbeda sehingga pemahan tentang suatu konsep masih rendah, keterlibatan

siswa dalam proses penemuan pengetahuan sangat rendah. Siswa hanya

menunggu dari guru tanpa ada usaha untuk menemukan sendiri pengetahuan,

keterampilan dan sikap yang dibutuhkan.

Salah satu model pembelajaran yang cenderung dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar adalah model pembelajaran siklus belajar (learning cycle). Model pembelajaran ini memungkinkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa melakukan proses pembelajaran yang efektif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, manantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya.

(31)

Model Learning Cycle adalah model pembelajaran yang terdiri fase– fase atau tahap–tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa

dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam

pembelajaran dengan jalan berperan aktif.

Model pembelajaran learning cycle

merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma

konstruktivisme. Pendekatan kontruktivistik pada dasarnya menekankan

pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan

dalam proses pembelajaran. Model learning cycle bertujuan membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir konkrit ke abstrak (atau dari

konkrit ke formal).

Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Model learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap,

yaitu: exploration, invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Lima tahap ini dikembangkan lagi oleh Arthur Eisenkraft menjadi tujuh tahap, yaitu elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan

extend. Model learning cycle–7E ini mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri

dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir

baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–

(32)

11

1.2 Identifikasi Masalah.

Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai

berikut :

(1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.

(2) Penerapan model pembelajaran belum berbasis konstruktif.

(3) Hasil belajar matematika siswa masih rendah.

(4) Penggunaan model pembelajaran siklus belajar belum pernah dilakukan guru.

(5) Model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran langsung

dengan pendekatan presentasi dan penjelasan.

1.2.1 Pembatasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan

masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti.

Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :

(1) Perlunya mengetahui potensi siswa dan guru sebagai dasar untuk pengembangan

model pembelajaran.

(2) Perlunya rancangan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) dalam pembelajaran materi pertidaksamaan linier dua variabel.

(3) Perlunya uji efektivitas model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) yang digunakan dalam proses pembelajaran pertidaksamaan linier dua variabel.

(33)

(5) Perlunya uji kemenarikan siswa terhadap model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel.

1.3 Perumusan Masalah

Mengacu pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan,

maka agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, dirumuskan masalah sebagai berikut :

(1) Bagaimana potensi sekolah dan model pembelajaran matematika yang digunakan

saat ini di SMK pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(2) Bagaimana proses merancang produk (sintak) model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(3) Bagaimana efektivitas model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(4) Bagaimana efisiensi model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

(5) Bagaiman kemenarikan siswa pada model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang dicapai berdasarkan rumusan masalah penelitian

adalah sebagai berikut .

(1). Menganalisa potensi siswa dan model pembelajaran matematika yang di gunakan di

(34)

13

(2). Menghasilkan produk sintak model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) untuk pembelajaran matematika materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.

(3). Menjelaskan efektivitas penggunaan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.

(4) Menjelaskan efisiensi penggunaan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.

(5) Menjelaskan kemenarikan siswa pada model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) yang dilengkapi dengan LKS pada materi pertidaksamaan linier dua variabel

di SMK.

1.5 Kegunaan Penelitian

Adapun manfaat yang akan dicapai setelah diadakannya penelitian ini adalah :

1.5.1 Teoritis :

(1) Sebagai bahan referensi dan memperkaya konsep dalam Teknologi Pendidikan,

khususnya dalam mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan di kota

Bandar Lampung.

(2) Menjadi rujukan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut variabel-variabel

yang ada dalam penelitian ini.

1.5.2 Praktis

(35)

(1) Bagi Lembaga, sebagai sumbagan belajar siswa khususnya mata pelajaran

matematika SMK kelompok Pariwisata kota Bandar Lampung.

(2) Bagi guru-guru mata pelajaran matematika, hasil penelitian dan produk ini dapat

digunakan sebagai alternative model pembelajaran untuk meningkatkan

kompetensi siswa

(3) Bagi peneliti, semoga dapat memberikan pengalam yang sangat bermanfaat

sehingga, menjadi pemicu untuk terus berkarya, terutama untuk mengembangkan

model pembelajaran yang efektif dan efisien.

1.6 Spesifikasi Produk

Penelitian ini merupakan model pembelajaran siklus belajar 7-E (Arthur Eisenkraft. 2003.

Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Sept.:. Reprented with permission from The Science Teacher, a journal for high school science educators published by the National Science Techers Association www.nsta.org), yang teridiri dari: elicit (menggali), engage

(melibatkan), explore (menjelajah), explain (menjelaskan), elaborate (meneliti) ,evaluate

(mengevaluasi) dan extend (memperluas). Pengembangan model pembelajaran berupa sintak pembelajaran yang dilengkapi dengan LKS pada mata pelajaran matematika materi

(36)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Teori Model Pembelajaran

Joyce dan Weil (2011 ; 31) menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam

empat kelompok. Keempat Kelompok model pembelajaran tersebut adalah sebagai

berikut :

2.1.1 Kelompok model-model pengolahan informasi.

Model-model pembelajaran dalam rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip

pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia

menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,

menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Jenis

model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pengolahan informasi ini

adalah seperti pada tabel berikut:

Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Pengelolaan Informasi

No Model Tokoh Misi/tujuan/manfaat

1 Berpikir Induktif

Hilda Taba

Terutama ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. 2. Latihan

Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, tetapi juga untuk pengembangan konsep dan analisis

(37)

2.1.2 Kelompok model-model Personal

Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun ini menekankan pada

pengembangan pribadi. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu

dalam mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya dan untuk melihat

dirinya sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab pada pendidiannya agar lebih

kuat, lebih sensitive dan lebih kreatif.

Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel berikut :

Tabel-2.2 Model-Model Pembelajaran Personal

Model Tokoh Misi/Tujuan

Pengajaran Tanpa Arahan

Carl Rogers

Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri.

Meningkatkan

Membangun kepercayaan diri yang tinggi pada siswa.

(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011; 35)

2.1.3 Kelompok Model-model Pengajaran Sosial

Model-model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.

Model-model ini memfokuskan pada proses dimana realitas adalah negosiasi sosial.

Model-model pembelajaran kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan

kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan

proses demokratis, dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif. Jenis-jenis

model pembelajaran kelompok Pengajaran Sosial adalah seperti dalam tabel berikut

ini. :

(38)

17

Tabel 2.3 Model-model Pembelajaran Pengajaran Sosial

Model Tokoh Misi/tujuan

Kerja

Mengembangkan keterampilan keterampilan untuk berperan da-lam kelompok yang mene-kankan keterampilan komunikasi inter-personal dan kete-rampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengem-bangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.

Bermain peran Fannie Shaftel Didisain untuk membantu siswa mengumpulkan dan mengolah informasi tentang masalah-masalah sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penye-lidikan itu

Jurisprudential Donald Oliver James P.Shaver

Pengembangan keterampilan in-terpersonal dan kerja kelom-pok untuk mencapai, kesadar-an dan fleksibilitas pribadi

Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah infor-masi dan menyelesaikan isu kemasya-rakatan dengan kerangka acuan atau cara ber-pikir Jurisprudensial (ilmu ten-tang hukum-hukum manusia)

(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011 ; 37)

2.1.4 Kelompok Model-model Perilaku

Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang

mengacu pada teori perilaku, seperti teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi

perilaku, atau perilaku terapi. Model- model pembelajaran rumpun ini mementingkan

penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku

secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki.

Jenis model pembelajaran perilaku seperti pada tabel berikut ini.

(39)

Tabel 2.4 Model-model Pembelajaran Kelompok Perilaku

Model Tokoh Misi atau tujuan

Mastery Learning

Instruksi Langsung Tom Good Memfasilitasi pembelajaran melalui aktifitas yang

berhubungan dengan sasaran.

Simulasi Carl & Mery Smith

Pembelajaran yang dibangun dari gambaran tentang kondisi hidup nyata

Pembelajaran Sosial Albert Bandura

Carl Torensen

(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011 ; 40)

2.1.5 Teori Model Pembelajaran Learning Cycle –7E

Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat di gunakan

untuk mendesain pola–pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur

tutorial, dan untuk menentukan materi/perangkat pembelajaran termasuk di

dalamnya buku–buku, film, program perangkat komputer, dan kurikulum (sebagai

kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran

yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan (Trianto, 2010 ; 52)

Model learning cycle–7E adalah Model Pembelajaran yang Berorientasi pada

Konstruktivisme, model pembelajaran yang terdiri fase– fase atau tahap–tahap

kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai

kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan

aktif (Faizatul fajaroh, http:// lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20).

(40)

19

Pembelajaran learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan teori kontruktivistik pada dasarnya

menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat

keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat

pada siswa (student centered) dari pada teacher centerred. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Rusman (dalam Trianto, 2007 ; 22)

ada beberapa model yang dilandasi konstruktivistik yaitu

model siklus belajar

(Learning Cycle), model pembelajaran generative, model pembelajaran interaktif, model CLIS (Children Learning in Science), dan model strategi pembelajaran kooperatif. Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Model learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada

mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: exploration, invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu:

engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Selanjutnya dikembangkan lagi menjadi tujuh tahap oleh Arthur Eisenkraft, yaitu : elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan extend.

Model learning cycle–7E ini mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka

sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan

bekerja dan berfikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat

menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran melalui

(41)

Fase 1 Elicit

Pada tahap ini tujuan utama adalah untuk muncul pengalaman masa lalu tentang

belajar dan menciptakan latar belakang yang kuat untuk tahapan lain. Dimulai dengan

hanya melibatkan isu-isu baru dengan yang sudah lama dan terkenal dapat dianggap

kurang dalam mendukung pemikiran kemampuan. Untuk itu, kita harus

menghidupkan kembali informasi lama dan pengalaman belajar

Fase 2 Engage

Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dengan

keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan

sehari-hari (yang sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan

memberikan respon ∕ jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijak oleh

guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan

dibahas.

Fase 3 Exploration

Pada fase ini, siswa diberi kegiatan yang dapat melibatkan keaktifan siswa untuk

menguji prediksi dan hipotesis melalui alternatif yang diambil, mencatat hasil

pengamatan dan mendiskusikan dengan siswa yang lain. Sehingga siswa memiliki

kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok– kelompok kecil tanpa pengajaran

langsung dari guru. Pada fase ini guru sebagai fasilitator.

Fase 4 Explanation

Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan

mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Siswa dituntut untuk menjelaskan

(42)

21

menemukan istilah–istilah dari konsep yang dipelajari.

Fase 5 Elaboration

Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah

dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan menerapkannya pada situasi

yang baru melalui kegiatan–kegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat

dan memperluas konsep yang telah dipelajari.

Fase 6 Evaluation

Siswa diberi pertanyaan untuk mendiagnosa pelaksanaan kegiatan belajar dan

mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang diperoleh.

Fase 7: Extend

Pada tahap extend, siswa mengembangkan hasil elaborate dan menyampaikannya kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer pelajaran dalam kehidupan

sehari-hari. Siswa berusaha meningkatkan pengetahuan baru secara tersusun yang

lebih mendalam sehingga pemahaman siswa lebih luas dan kesulitan dalam

konsep yang dipelajari mereka dapat dipahami.

2.2 Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Teori Belajar

Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang berlangsung

seumur hidup, yaitu belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja. Oleh sebab itu

belajar tidak dibatasi oleh ruang maupun waktu. Diungkapkan oleh Miarso (2011: 3)

(43)

belajar akan diperkuat jika siswa ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri, (2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antara sesuatu dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal yang bertentangan

Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner

yang dikenal dengan nama belajar penemuan discovery learning. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh

manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner

menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan

konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan

melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan

konsep dan prinsip itu sendiri. Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan

belajarnya yaitu, enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada

waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat

menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya,

yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Brunner mengemukakan

bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan

dengan cara melihat lingkungan, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.

1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk

memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya

anak mengggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan,

(44)

23

2. Tahap ikonik, sesorang memahami objek-objek atau dunianya melalui

gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya,

anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).

3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan

abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya berbahasa dan logika.

Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa,

logika, matematika, dan sebagainya.

Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan

terhadap tingkah laku seseorang. Bruner menyebutkan bahwa proses belajar akan

berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa

untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh

yang ia temui dalam kehidupannya. Implementasi Teori Belajar Bruner tehadap

penelitian ini bahwa belajar juga memerlukan contoh, pemahaman konsep, sehingga

siswa merasakan banyak permasalahan hidup yang terkait degan system

pertidaksamaan linier dua variabel.

Kemudian teori pembelajaran Menurut Magnesen prosentase belajar bila dikaitkan

dengan metode/cara belajar dapat terjadi dengan; membaca 10 % ; mendengar 20 % ;,

melihat 30 % ; melihat dan mendengarkan 50 %; Mengatakan 70 %;Mengatakan

sambil melakukan 90 %; Pemberdayaan secara optimal dari seluruh indera siswa

dalam proses belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi peserta didik tersebut.

Melalui pengembangan model pembelajaran siklus belajar, belajar paling tinggi terjadi

(45)

dengan suatu kegiatan belajar (learning by doing) akan lebih mudah mengerti dan memahami materi.

Dari beberapa pandangan berbagai ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa

dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya diberikan stimulus agar lebih aktif,

kreatif, terlebih dalam pembelajaran matematika karena dapat membantu

mengembangkan potensi siswa. Tokoh yang termasuk dalam kelompok teori ini

adalah teori perkembangan kognitif Piaget, teori pemahaman konsep Bruner, dan

teori belajar bermakna Ausubel.

2.2.1.1 Teori Jean Piaget

Jean Piaget (dalam Karwono, 2010:81) adalah ahli psikologi yang pertama

menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses pembelajaran. Menurut

Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu 1) Asimilasi :

proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. 2)

Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. 3)

Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.

Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap

perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang

anak berbeda pada tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin

tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak

cara berpikirnya. Oleh karena itu, guru seharusnya memahami tahap-tahap

perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media

(46)

25

2.2.1.2 Teori Belajar Bermakna David P.Ausubel

Menurut David P.Ausubel (dalam Suyono, 2012:100) siswa akan belajar dengan

baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik

dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa.

Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu: 1) Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang

akan dipelajari, 2) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang

sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, 3) dapat membantu siswa untuk

memahami bahan belajar secara lebih mudah.

Berdasarkan teori belajar Ausubel, menjembatani siswa untuk menghubungkan

kerangka konseptual suatu materi yang akan dipelajari sangat diperlukan

konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan

pengalaman-pengalaman yang dimiliki dan berada di lingkungan sekitar dengan konsep yang

akan dipelajari. Dengan menggunakan pembelajaran model learning cycle, siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep

awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk menyelesaikan secara nyata

dari permasalahan yang ada.

2.2.1.3 Teori Penemuan Jerome Bruner

Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model

(47)

dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap

perkembangan tertentu.

Apabila bahan pembelajaran didesain secara baik, individu dapat belajar

meskipun usahanya belum memadai.Bruner mengusulkan teori yang disebutnya

free discovery learning, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya

melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi

sumbernya.

Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga

dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya. Menimbulkan

keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa

untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.

Teori Bruner ini menjelaskan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi

secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan

eksperimen-eksperimen yang dapat membantu siswa untuk menemukan jawabannya, hal ini

dalam pembelajaran sesuai dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle.

2.2.1.4 Teori Belajar Robert Gagne

Gagne (dalam Suyono, 2012:92), bahwa dalam pembelajaran terjadi proses

penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam

(48)

27

Gagne berpendapat bahwa tahapan proses pembelajaran meliputi Sembilan

peristiwa belajar, sebagai berikut :

1. Memberikan perhatian (gain attention)

2. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran (informlearner of objectives), biarkan siswa mengetahui apa yang akan dipelajari.

3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu (recall priorknowledge), fase ini mengingat kembali informasi yang ada dalam memori.

4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (present material)

5. Memberikan panduan belajar (provide guided learning), bantulah siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik pada saat pembelajaran

berlangsung.

6. Menampilkan kinerja (elicit performance), mintalah para siswa mengerjakan apa – apa yang baru dipelajari.

7. Memberikan umpan balik (provide feedback), beritahu siswa kinerjanya masing – masing.

8. Menilai kinerja (assess performance), nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran.

9. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan (enhance retention and transfer), bantulah siswa dalam mengingat – ingat dan menerapkan keterampilan baru itu.

Berdasarkan uraian tersebut belajar dimulai dari hal yang paling sederhana

(49)

konsep, sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan

masalah.

2.2.2 Teori Pembelajaran

Pengembang teori – teori pembelajaran Bruner (1964) membuat perbedaan antara

pembedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Teori belajar adalah

deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Teori belajar adalah

mendeskripsikan adanya proses belajar, teori pembelajaran mempreskripsikan

strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang dapat mempermudah proses

belajar. Perspektif lain, Simon (dalam Arikunto, 2006:67) mengemukakan

perbedaan serupa dengan memaparkan persamaan karakteristik dari “a

prescriptive science” dan membandingkan dengan karakteristik dari “a

descriptive science”. Dalam kerangka ini nyata sekali bahwa teori pembelajaran

termasuk teori preskriptif yang berpasangan dengan teori belajar yang termasuk

teori deskriptif.

Ilmu deskriptif dan ilmu preskriptif memiliki perbedaan peranan. Aspek penting

yang membedakan adalah hanya ada satu jenis profesi dalam ilmu deskriptif, yaitu

ilmuan. Sedangkan dalam ilmu preskriptif terlibat tiga jenis profesi, yaitu (1)

ilmuan; (2) teknolog dan (3) teknisi. Ilmuwan berurusan dengan pengembangan

prinsip dan teori. Teknolog yang menggunakan prinsip dan teori untuk

mengembangkan prosedur. Sedangkan teknisi yang menggunakan prosedur yang

dikembangkan teknolog untuk menciptakan sesuatu (Reigeluth, Bunderson, dan

(50)

29

Pembelajaran adalah usaha – usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber –

sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran

merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar.

Penggunaan lingkungan ini bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung,

melainkan juga metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberi

informasi, dan membimbing siswa. Proses pembelajaran melibatkan juga

pemilihan, penyusunan dan pengiriman informasi dalam suatu lingkungan yang

sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan lingkungan tersebut (Yudhi Munadi,

2008:4).

Pembelajaran sebagai proses pembelajaran dibangun oleh pendidik untuk

mengembangkan kreativitas berfikir untuk meningkatkan penguasaan yang baik

terhadap materi pelajaran. Pendidik dalam hal ini adalah sebagai fasilitator siswa untuk

dapat belajar dengan mudah. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20

Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan

pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.

Miarso (2004:545) menyatakan bahwa :

“Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang disengaja, bertujuan, dan

terkendali agar orang lain belajar, atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang tersebut, yang dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber

belajar yang diperlukan” .

Beberapa pendapat diatas memberikan pandangan bahwa pembelajaran adalah segala

sesuatu dengan usaha sadar, mempunyai tujuan, cara untuk mengupayakan

pengetahuan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal.

(51)

pemanfaatan media sehingga pembelajaran menjadi efektif efisien dan memiliki daya

tarik.

Model siklus belajar yang dikembangkan dalam mata pelajaran matematika khususnya

pada materi pertidaksamaan linier dua variabel diharapkan agar siswa dapat melalui

proses pembelajaran dengan optimal sehingga hasil belajar (kompetensi) meningkat.

Siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ada pada standar kompetensi, sehingga

ketuntasan belajar dapat dikategorikan tuntas.

Pembelajaran menurut Gagne (dalam Miarso 2004:245) adalah seperangkat proses

yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang

berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).

Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan

persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur

kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra.

Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan

proses kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap

menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa

yang diharapkan dalam pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah

dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran,

memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk

kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas,

Gambar

Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Pengelolaan Informasi
Tabel-2.2 Model-Model Pembelajaran Personal
Tabel 2.3 Model-model Pembelajaran Pengajaran Sosial
Gambar 2.1. Tahapan Model Pembelajaran 7-E
+7

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS KUALITAS HIDUP PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK SETELAH MENGIKUTI PROGRAM REHABILITASI PARU YANG DINILAI DENGAN.. COPD ASSESSMENT TEST (CAT) DAN UJI JALAN

Hasil prestasi belajar siklus I sebagai berikut: ketuntasan belajar pada siklus I sebesar 62,5 % menghasilakan nilai rata-rata 67,8 hasil siklus II mengasilkan prestasi

Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang demam berdarah dengue dan pemetaan wilayah penderita demam berdarah dengue diantaranya: Lizda Iswari (2008),

Pejabat Pengadaan pada Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan Kabupaten Musi Banyuasin Tahun Anggaran 2014, telah melaksanakan Proses Evaluasi

Bagi kami, rapat kerja gabungan ini memiliki arti yang sangat penting, tidak saja untuk menyamakan persepsi atas perkembangan ekonomi yang tengah terjadi serta

sebagai satu-satunya evaluasi yang dipilih MUVI-Learning Center karena dianggap. sebagai satu-satunya evaluasi yang memiliki relevansi terhadap peningkatan

Pada tabel 4.45 dan 4.25 diperoleh gambaran yang jelas bahwa apabila keterampilan manajerial kepala madrasah, budaya organisasi, dan komitmen kerja guru secara

Kondisi hubungan sosial pedagang dengan pedagang yang lebih dulu sudah menempati lokasi berdagang yang baru di Jalan Kembang Kuning dan Pasar Grand Medaeng