DEVELOPMENT OF LEARNING CYCLE MODEL ON TWO VARIABLES LINEAR INEQUALITIES AT TENTH GRADE OF SMK BANDAR LAMPUNG
By Erinal Lutfi
This research aimed to: (1) describe school’s potency and condition, (2) produce syntax of learning cycle model and student worksheet (LKS) (3) analyze the effectiveness of learning cycle model usage and students worksheet (4) analyze the efficient of learning cycle model usage and student worksheet (5) analyze the attractiveness of learning cycle model and student worksheet.
This research is development research. Subject of research are student of SMKN 1 Bandar Lampung, SMKN 3 Bandar Lampung, SMKN 4 Bandar Lampung. To collecting the data techniques was done by observation, questionnaires and test. The research data was analyzed by quantitative t-test by z score and qualitative.
This Result of research are: (1) schools’ potency and condition supported to develop learning model, (2) to produce syntax of learning cycle model which consists of seven stages, they are (a) elicit, (b) engage, (c) explore, (d) explain, (e) elaborate, (f) evaluate, (g) extend which supported by students worksheet. (3) effective product was used as a learning model because z score 0,46 was lower than z table 0,64 (4) efficiency product score was 1,5 , it is higher than efficiency criteria which is about 1 (5) percentage of attractiveness achieve 83,5 % by attractiveness criteria.
ABSTRAK
PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LEARNING CYCLE MATERI PERTIDAKSAMAAN LINIER DUA VARIABEL KELAS X SMK
KOTA BANDAR LAMPUNG Oleh
Erinal Lutfi
Penelitian ini mempunyai tujuan: (1) mendeskripsikan potensi dan kondisi sekolah, (2) menghasilkan sintak pembelajaran model Learning Cycle serta LKS (3) menganalisis tingkat efektivitas penggunaan model pembelajaran Learning Cycle
serta LKS dan (4) menganalisis tingkat efisiensi penggunaan model pembelajaran
Learning Cycle serta LKS (5) menganalisis kemenarikan penggunaan model pembelajaran Learning Cycle serta LKS.
Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan.Tempat penelitian di SMKN1 Bandar Lampung, SMKN 3 Bandar Lampung, SMKN 4 Bandar Lampung. Teknik pengumpulan data dilakukan melalui observasi, angket dan tes. Data penelitian dianalisis secara kuantitatif diuji dengan z skor dan kualitatif.
Hasil dari penelitian ini adalah : (1) kondisi dan potensi sekolah mendukung untuk pengembangan model pembelajaran, (2) menghasilkan sintak pembelajara model
Learning Cycle yang terdiri dari tujuh tahap, yaitu (a) elicit, (b) engage, (c)
explore, (d) explain, (e) elaborate, (f) evaluate, (g) extend serta didukung LKS. (3) produk efektif digunakan sebagai model pembelajaran karena nilai z skor adalah 0,46 lebih kecil dari z tabel sebesar 0,64, (4) nilai efisiensi produk adalah 1,5 lebih besar dari kriteria efisiensi yang bernilai 1 (5) persentase kemenarikan mencapai 83,5 % dengan criteria menarik.
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Lubuk Linggau, SumateraSelatan pada tanggal 18 Oktober 1967,
sebagai anak kedua dari sebelas bersaudara, putra dari Alimin dan Syamsimar.Jenjang
pendidikan diawali dari Sekolah Dasar (SD) di Madrasah Annur Lubuk Linggau
diselesaikan pada tahun 1980 Sekolah Menengah Pertama (SMP) di SMP Muhammadyah
Lubuk Linggau diselesaikan padatahun 1983, dan Sekolah Menengah Atas (SMA) di
SMA Negeri Lubuk Linggau diselesaikan pada Juni 1986. Bulan Agustus 1986, penulis
terdaftar sebagai Mahasiswa Jurusan MIPA Program Studi Kimia FKIP Universitas
Sriwijaya. Mendapatkan gelar Sarjana pada tahun 1991.Kemudian pada tahun 2012
penulis melanjutkan studi pasca sarjana di jurusan Ilmu Pendidikan program studi
Moto
“
Bacalah, danTuhanmulah
YangMahaPemurah,Yang mengajar
(manusia)denganperantarankalamDia
mengajarkepadamanusiaapa yang
tidakdiketahuinya
“.
(Q.S. Al 'Alaq : 3-5).
“
Sebaik-baikmanusiaadalah yang
dapatmemberikanmanfaatuntukmanusia
lain
”
(Al-hadist)
“Semua orang terlahir genius”
(Howard Gardner)
PERSEMBAHAN
Dengan kerendahan hati dan mengharap ridho
Allah, kupersembahkan karya kecil ini kepada:
Ayahanda Alimin dan IbundaSyamsimar serta uni
Efa Muryani SPdi yang terhormat,
Anakku tersayang (titipan Ilahi)
Muhammad Haris Lutfi dan Dwi Saraswati Lutfi
SegenapKeluargabesarku yang
selalumendoakankeberhasilanku,
Sahabatdanteman-temanku yang
selaluberbagikebahagiaan,
SANWACANA
Assalamu’alaikumWr. Wb.
Alhamdulillah, Puji dan syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT, karena atas
segala rahmat dan karunia-Nya tesis ini dapat diselesaikan.
Tesis dengan judul "Pengembangan Model Pembelajaran Learning Cycle (Siklus Belajar) Materi Pertidaksamaan Linier Dua Variabel Kls X SMK Bandar Lampung" adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Pendidikan pada program studi Magister Teknologi Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan, Universitas Lampung.Dalam pelaksanaan dan penulisan tesis ini tidak
lepas dari kesulitan dan rintangan, namun itu semua dapat penulis lalui berkat rahmat
dan ridha Allah SWT serta bantuan dan dorongan semangat dari orang-orang yang
hadir dikehidupan penulis. Dalam kesempatan ini, penulis menyampaikan terima kasih
setulus-tulusnya kepada :
1. Bp. Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, selaku rektor Universitas Lampung.
2. Bp. Prof. Dr. Sudjarwo, M.S, selaku Direktur Pasca Sarjana Universitas Lampung.
3. Bp. Dr. Bujang Rahman,M.Si, selaku Dekan Fakultas Kegururan Ilmu Pendidikan
Universitas Lampung.
4. Ibu Dr. Adelina Hasyim, M.Pd., selaku ketua Program Studi Magister Teknologi
Fakultas Kegururan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung..
5. Ibu Dr. Herpratiwi, M.Pd.,selaku pembimbing utama serta pembimbing akademik
yang telah banyak memberikan ilmu pengetahuan, bimbingan, semangat, kritik dan
saran kepada penulis dalam proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian serta
7. Dr. Budi Koestoro, selaku pembahas utama.
8. Dr. Sulton Djasmi, selaku pembahas kedua.
9. Seluruh dosen Magister Teknologi Pendidikan, FKIP Unila yang telah mendidik
dan memberikan ilmu pengetahuan yang berguna kepada penulis selama kuliah.
10. Yang terhormat Ayahku Alimin yang telah menanamkan keyakinan kepada Allah
SWT. Yang Mulia Ibunda Syamsimar yang senantiasa sabar dan mendoakan
keberhasilanku, nasehat dan senyum yang menyemangatkanku. Terimakasih
kakakku Efa Muryani SPdI atas segala hal terbaik dan semua yang telah diberikan
kepadaku yang takkan bisa aku ganti dengan apapun.
11. Titipan Illahi- kedua anakku, Muhammad Haris Luthfi dan Dwi Saraswati Luthfi.
Sumber semangat yang tak ternilai dalam hidupku.
12. Teman-teman seperjuangan serta sahabat terbaikku di Magister Teknologi
Pendidikan 2012 baik di kelas A dan B, terima kasih atas segala dukungan,
semoga Allah selalu memberikan rahmat-Nya untuk keberhasilan kita.
13. Semua pihak yang telah membantu dan mendukung penulis dalam penyusunan
tesi ini.
Akhir kata, Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan.Penulis
berharap semoga tesis yang sederhana ini dapat berguna dan bermanfaat bagi kita
semua.Amin.
Bandar Lampung, Mei 2014 Penulis
xii
2.2 Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Teori Belajar ... 21
2.4 Desain Pengembangan Model Pembelajaran Learning Cycle ... 36
2.4.1 Teori Pengembangan Model ... 36
2.4.2 Konsep Model yang Dikembangkan ... 47
2.5 Prosedur Pengembangan Model ... 48
xiii
2.5.5 Melibatkan Partisipasi Siswa ... 53
2.5.6 Mengevaluasi dan merivisi ... 54
2.6 Desain Konsep Model Pembelajaran Learning Cycle 2.6.1 Tujuan dan Asumsi ... 54
3.3 Prosedur Pengembangan dan Uji coba Model Pembelajaran ... 70
xiv
3.6 Definisi Konseptual dan Definisi Operasional ... 98
3.6.1 Definisi Konseptual ... 98
3.6.2 Definisi Operasional ... 99
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 100
4.1.1 Kondisi dan Potensi Pengembangan Model ... 100
4.1.2 Proses Pengembangan Model Pembelajaran ... 102
4.1.2.1 Melakukn Studi Pendahuluan... 103
4.1.2.2 Perencanaan ... 103
4.1.2.3 Pengembangan Produk Awal ... 104
4.1.2.4 Hasil Uji coba Terbatas ... 105
4.1.3 Efektifitas Model Pembelajaran ... 114
4.1.4 Efisiensi Pembelajaran ... 127
4.1.5 Kemenarikan ... 128
4.2 Pembahasan ... 129
4.2.1 Kondisi dan Potensi Pengembangan Model ... 129
4.2.2 Proses Pengembangan Model ... 130
4.2.3 Aspek Efektifitas Produk ... 131
4.2.4 Aspek Efisiensi Pembelajaran... 135
4.2.5 Aspek Kemenarikan ... 136
4.3 Keunggulan Produk Hasil Pengembangan ... 137
4.4 Kelemahan Produk Hasil Pengembangan ... 137
4.5 Keterbasan Penelitiaan... 138
V. SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 140
5.2 Implikasi ... 141
5.3 Saran ... 142
xv
Tabel Halaman
Tabel 1.1 Nilai Rerata Matematika siswa kls X SMK Kota Bandar Lampung……. 5
Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Pengelolaan Informasi……… 15
Tabel-2.2 Model-Model Pembelajaran Personal ………. 16
Tabel 2.3 Model-model Pembelajaran Pengajaran Sosial………. 17
Tabel 2.4 Model-model Pembelajaran Kelompok Perilaku………. 18
Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran 5-E dan 7-E……….. 39
Tabel 2.6 Sintak learning cycle–7E………. 58
Tabel 3.1 Kisi-kisi Instrumen Uji Perorangan, Kelompok kecil dan Besar…. 79
Tabel 3.2 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Desain Pembelajaran………….. 80
Tabel 3.3 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Media……….. 80
Tabel 3.4 Kisi-kisi Instrumen Validasi Ahli Materi Matematika………. .81
Tabel 3.5 Validasi Instrumen Angket kebutuhan Guru……… . 82
Tabel 3.6 Reliabilitas Instrumen Angket Kebutuhan Guru……….. 82
Tabel 3.7 Validasi Instumen Angket Kebutuhan Siswa………. 82
Tabel 3.8 Reliabilitas Instrumen Angket Kebutuhan Siswa……… 83
Tabel 3.9 Validitas Instrumen Soal Angket kemenarikan……… 83
Tabel 3.10 Reliabilitas Instrumen Soal Angket kemenarikan………. 84
Tabel 3.11 Uji Validitas Instrumen Butir Soal Pre-test……….. 84
Tabel 3.12 Reliabilitas Instrumen Butir Soal Pre-test………. 85
Tabel 3.13 Uji Validitas Instrumen Butir Soal Post-test………. 86
Tabel 3.14 Reliabilitas Instrumen Butir Soal Post-test……… 86
Tabel 3.15 Normalitas Data Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest) Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung... 88
xvi
Kelas Eksperimen SMK N 1 Bandar Lampung... 89
Tabel 3.17 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)
Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung... 90
Tabel 3.18 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)
Kelas Eksperimen SMK N 3 Bandar Lampung... .91
Tabel 3.19 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)
Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung...92
Tabel 3.20 Normalitas Distribusi Tes Awal (Pretest) dan Tes Akhir (Posttest)
Kelas Eksperimen SMK N 4 Bandar Lampung... 93
Tabel 3.21 Nilai Efisiensi dan Klasifikasinya ……… . 95
Tabel 3.22 Klasifikasi kemenarikan……… 95
Tabel 4.1 Draft Produk awal Pengembangan RPP dengan Model Pembelajaran
Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS) Materi
Pertidaksamaan Linier Dua Variabel……….. 100
Tabel 4.2 Penilaian Ahli Desain terhadap RPP dengan
model pembelajaran Learning Cycle ………. 101 Tabel 4.3 Penilaian Ahli Desain terhadap Lembar kerja Siswa (LKS)…… 102
Tabel4.4 Penilaian Ahli Desain terhadap RPP dengan model pembelajaran
Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS)……….. 103 Tabel 4.5 Penilaian Ahli Desain terhadap Lembar kerja Siswa (LKS)………. 104
Tabel 4.5 Penilaian Ahli Media Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 105
Tabel 4.6 Hasil Analisis Angket Kemenarikan Model Pembelajaran
Learning Cycle serta LKS pada uji perorangan………. 106 Tabel 4.7 Hasil Analisis Angket Kemenarikan Model Pembelajaran
Learning Cycle serta LKS pada uji kelompok kecil………. 107 Tabel 4.8 Draft Produk awal Pengembangan Model Pembelajaran
Learning Cycle serta Lembar Kerja Siswa (LKS)………. 109 Tabel 4.9 Nilai Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung……… 111
Tabel 4.10 Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen
xvii
Tabel 4.13 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung……….. 112
Tabel 4.14 Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………113
Tabel 4.15 Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan
Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung……….. 113
Tabel 4.17 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………. 114
Tabel 4.18 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest)Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 3 Bandar Lampung………. 114
Tabel 4.19 Nilai Rerata Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung ……… 115
Tabel 4.20 Nilai Rerata Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen
dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115
Tabel 4.21 Homogenitas Dua Varians Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115
Tabel 4.22 Homogenitas Dua Varians Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 115
Tabel 4.23 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
SMK N 1 Bandar Lampung……….. 117
Tabel 4.24 Uji-t Tes Akhir (Posttest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 1 Bandar Lampung………. 118
Tabel 4.25 Uji-t Tes Awal (Pretest) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol
SMK N 3 Bandar Lampung……… 119
Tabel 4.26 Uji-t Tes Akhir (Posttest)Eksperimen dan Kelas Kontrol
SMK N 3 Bandar Lampung……… 120
xviii
Tabel 4.28 Uji-t Tes Akhir (Posttestt) Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol SMK N 4 Bandar Lampung………. 122
Tabel 4.29 Perbandingan waktu yang diperlukan dengan waktu yang digunakan
dalam pembelajaran model Learning Cycle serta LKS………. 124
Tabel 4.30 Rekapitulasi hasil angket kemenarikan……….. 125
xix
Lampiran 1 : Insrumen Tes Talenta (Tes Kecerdasan Majemuk) ... 146
Lampiran 2 : Instrumen GayaBelajara ... 152
Lampiran 3 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswa SMKN 1 ... 154
Lampiran 4 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswaSMKN 3 ... 156
Lampiran 5 : Rekap Kecerdasan Majemuk siswa SMKN 4 ... 158
Lampiran 6 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 1 ... 160
Lampiran 7 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 3 ... 161
Lampiran 8 : Rekap Gaya Belajar siswa SMKN 4 ... 162
Lampiran 9 : Kisi-kisi Kebutuhan Siswa ... 163
Lampiran 10 : Instrumen Kebutuhan Siswa ... 164
Lampiran 11 : Rekap Kebutuhan Siswa ... 166
Lampiran 12 : Instrumen Kebutuhan Guru ... 167
Lampiran 13 : Rekap Kebutuhan Guru ... 169
Lampiran 14 : Instrumen dan Hasil Validasi Ahli Media ... 170
Lampiran 15 : Instrumen dan Hasil ahli desain pembelajaran ... 173
Lampiran 16 : Istrumen dan Hasil ahli materi ... 176
Lampiran 17 : Kisi-kisi Kemenarikan ... 179
Lampiran 18 : Instrumen Kemenarikan ... 179
Lampiran 19 : Rekap kemenarikan satu-satu ... 180
Lampiran 20 : Rekap kemenarikan kelompok kecil ... 181
Lampiran 21 : Rekap kemenarikan SMKN 1 ... 183
Lampiran 22 : Rekap kemenarikan SMKN 3 ... 185
Lampiran 23 : Rekap kemenarikan SMKN 4 ... 187
Lampiran 24 : Silabus ... 189
Lampiran 25 : RPP Kelas Kontrol ... 191
Lampiran 26 : RPP kelas eksprimen ... 195
Lampiran 27 : Ketuntasan Kelompok Kecil pre-test ... 202
xx
Lampiran 29 : Kisi-kisi soal pre-test dan post-test ... 206
Lampiran 30 : Lembar Obserasi Penilaian Sikap ... 208
Lampiran 31 : Lembar Obserasi Penilaian Keterampilan ... 209
Lampiran 32 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 210
Lampiran 33 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 211
Lampiran 34 : Uji Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 1 ... 212
Lampiran 35 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 1 ... 213
Lampiran 36 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 213
Lampiran 37 : Uji t pre-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1 ... 214
Lampiran 38 : Uji t post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 1... 215
Lampiran 39 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 216
Lampiran 40 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 217
Lampiran 41 : Grafik Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 3 218 Lampiran 42 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 3 ... 219
Lampiran 43 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 220
Lampiran 44 : Uji t pre-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3 ... 221
Lampiran 45 : Uji t post-test kelas kontrol dan eksprimen SMKN 3... 222
Lampiran 46 : Rekapitulasi Rerata pre-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 4 ... 223
Lampiran 47 : Rekapitulasi Rerata post-test Kelas kontrol dan eksprimen SMKN 4 ... 224
Lampiran 48 : Uji Normalitas pre-test dan post-test eksprimen SMKN 4 ... 225
Lampiran 49 : Uji Normalitas pre-test dan post-test kontrol SMKN 4 ... 226
xxi
Lampiran 52 : Uji homogenitas pre-test dan post-test kelas kontrol dan
eksprimen SMKN 4 ... 229
Lampiran 53 : Rekapitulasi Validitas Kebutuhan Guru ... 231
Lampiran 54 : Rekapitulasi Reliabilitas Kebutuhan Guru ... 232
Lampiran 55 : Rekapitulasi Validitas Kebutuhan Siswa... 233
Lampiran 56 : Rekapitulasi reliabilitas instrument kebutuhan siswa... 234
Lampiran 57 : Rekapitulasi Validitas dan Reliabilitas Kemenarikan ... 235
Lampiran 58 : Rekapitulasi Validitas Instrumen soal post-test ... 236
Lampiran 59 : Rekapitulasi Reliabilitas Instrumen soal post-test ... 237
Lampiran 60 : Instrumen soal pre-test dan post-test ... 238
Lampiran 61 : Tabel t ... 240
Lampiran 62 : Tabel r ... 243
BAB I PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang Masalah
Paradigma pendidikan yang dikembangkan saat ini dalam kurikulum 2013 adalah
paradigma konstruktivis. Pandangan konstruktivis menekankan pada keaktifan siswa
mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Dalam proses pembelajaran guru berperan
sebagai fasilitator dan motivator. Guru diharapkan mampu menciptakan suasana
pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa sehingga siswa tidak merasa dipaksa
untuk menemukan pengetahuannya sendiri. Proses pembelajaran akan berhasil bila
seorang guru mampu menerapkan pendekatan dan metode pembelajaran yang
dikuasainya serta relevan dengan teori atau konsep yang diajarkan. Karena itu
hendaknya dalam pembelajaran seorang guru dituntut menguasai berbagai metode
pembelajaran dan mengaplikasikannya di dalam kelas. Seorang guru harus selalu
mengacu paradigma baru dalam meranancang suatu perencanaan dan pelaksanaan
pembelajaran.
Pemilihan metode yang digunakan guru dalam pembelajaran matematika harus
mengacu pada fungsi pendidikan matematika, yaitu mengembangkan kemampuan
berpikir dan tindakan yang efetif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai
pengembangan dari yang dipelajarai di sekolah secara mandiri (Dirjen SMK, 2013 :
Matematika memegang peranan strategis dalam pengembangan sains dan teknologi.
Matematika mempunyai sifat universal yang mendasari perkembangan teknologi
modern yang memiliki karakteristik menuntut kemampuan berfikir logis, analitis,
sistimatis, kritis, kreatif, dan inovatif. Konsep-konsep matematika dapat digunakan
untuk membantu siswa mengembangkan potensi intelektual yang ada dalam dirinya
serta memudahkan mempelajari bidang-bidang ilmu lain.
Mengingat pentingnya peran mata pelajaran matematika dalam pengembangan potensi
yang dimiliki siswa dan pengembangan sains dan teknologi, maka proses pembelajaran
matematika di sekolah harus menjadi perhatian guru, sehingga siswa tidak lagi
menganggap bahwa pelajaran maetmatika itu sulit dan menakutkan. Oleh sebab itu,
pembelajaran matematika harus dibuat menarik dan menyenangkan dengan
menggunakan model pembelajaran yang inovatif dan mudah dipahami siswa sehingga
mereka menyukai matematika.
Arends (2008:259) menyatakan model pembelajaran mengacu pada pendekatan
pembelajaran yang digunakan,termasuk didalamnya tujuan pembelajaran, tahap-tahap
dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Joyce
dan Weil dalam Trianto (2012:51) menyatakan bahwa : “Models of teaching are really
models of learning. As we help student acquire information, ideas, skills, value, ways of thinking and means of expressing themselves, we are also teaching them how to
learn”. Artinya bahwa model pembelajaran merupakan model belajar, dan dengan
model tersebut, guru memperbaiki dan membantu siswa untuk mendapatkan atau
3
sendiri serta mengajarkan bagaimana belajar. Selanjutnya : “Each models guides us as
we design instruction to help students achieve various objective”. Maksudnya bahwa setiap model mengarahkan kita dalam merancang pembelajaran untuk membantu siswa
mencapai tujuan pembelajaran.
Tujuan pembelajaran matematika yang tercantum dalam Peraturan Menteri Pendidikan
Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi menyatakan agar
siswa memiliki kemampuan menggunakan penalaran pada pola dan sifat serta memiliki
sikap menghargai kegunaan matematika dalam kehidupan. Akan tetapi dalam
kenyataannya, siswa Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) kurang menggunakan
penalaran dan pemahaman untuk menyelesaikan soal matematika, apabila soal
matematika diubah atau tidak sesuai dengan contoh yang diberikan guru, siswa akan
mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal-soal tersebut. Oleh sebab itu,
diperlukan suatu model pembelajaran agar siswa dapat menggunakan penalaran dan
pemahaman konsep, sehingga apabila siswa menghadapi berbagai macam soal atau
permasalahan, siswa dapat menyelesaikan dan mengerjakannya dengan mudah dan
benar. Dalam pembelajaran matematika, apabila siswa tidak dapat mengerjakan soal
atau tidak memahami materi dan menghadapi kesulitan, minat belajar siswa dengan
sendirinya akan menurun sehingga siswa tersebut tidak dapat menyukai pelajaran
matematika itu sendiri, Akan tetapi sebaliknya, jika siswa dapat mengerti dan dapat
mengerjakan soal dan permasalahan matematika dengan mudah dan benar, minat siswa
dengan sendirinya meningkat sehingga siswa tersebut akan menyukai pelajaran
model pembelajaran pemahaman konsep sehingga siswa dapat menyukai bahkan dapat
mengerjakan dan menyelesaikan soal dengan mudah dan benar.
Penciptaan pembelajaran matematika agar menarik, menyenangkan, bersemangat, aktif
dan meningkatkan prestasi belajar, guru hendaknya berupaya memilih model
pembelajaran yang sesuai dengan tugas dan tujuan pembelajaran yang akan ditempuh
siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat akan membantu siswa dalam
mencapai tujuan pembelajaran yang ditetapkan. Ada beberapa model pembelajaran
yang dapat digunakan dalam kegiatan pembelajaran, akan tetapi guru harus dapat
menyesuaikan model mana yang cocok atau sesuai dengan tujuan pembelajaran,
karakter siswa dan lingkungan. Kenyataan yang terjadi di lapangan saat ini menunjukan
kondisi yang berbeda dengan situasi yang diharapkan. Pencapaian tujuan pembelajaran
matematika sebagaimana tersebut di atas belum memuaskan. Yang terjadi proses
pembelajaran matematika diarahkan kepada kemampuan siswa untuk menghafal
informasi; otak siswa dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi
tanpa memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya kehidupan
sehari-hari, akibatnya motivasi dan aktivitas belajar siswa sangat rendah, sehingga
hasil belajarnya juga kurang. Rendahnya hasil belajar matematika terlihat dari
rendahnya nilai ujian semester selama tiga tahun terakhir . Keadaan inilah yang terjadi
di SMK Kelompok Pariwisata Kota Bandar Lampung, yang data nilai hasil belajarnya
5
Tabel 1.1 Nilai Rerata Matematika siswa kls X SMK Kota Bandar Lampung
Materi Program linier/KD
Pencapaian KKM/%
2010 2011 2012
1.Membuat grafik himpunan
penyelesaian ≤ 50% ≤ 40% ≤ 48% 2. Menentukan model matematika
dari soal cerita ≤ 32% ≤ 42% ≤ 36%
Sumber : Guru Mata Pelajaran Matematika
Dari data diatas jelas hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika pada materi
menyelesaikan masalah program linier selama tiga tahun terakhir adalah tidak
mencapai KKM yang yang ditetapkan, yaitu 70. Data tersebut adalah data yang diambil
dari pencapaian hasil belajar di semester ganjil kelas X di SMK kelompok Pariwisata
kota Bandar Lampung kurun waktu tiga tahun terakhir.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar , diantaranya variabel
pembelajaran seperti yang dikemukan Reigeluth (dalam Uno B, 2008:141) Klasifikasi
variabel-variabel pembelajaran ini dimodifikasi menjadi 3, yaitu: (1) Kondisi
Pembelajaran (2) Metode Pembelajaran (3) Hasil Pembelajaran.
1. Kondisi Pembelajaran
Variabel yang termasuk ke dalam kondisi pembelajaran, yaitu variable variabel yang
mempengaruhi penggunaan variabel metode. Oleh karena perhatian kita adalah untuk
mempreskripsikan metode pembelajaran, maka variabel kondisi haruslah yang
berinteraksi dengan metode dan sekaligus berada di luar kontrol perancang
variabel-vriabel kondisi pembelajaran yang memiliki pengaruh utama pada ketiga
variabel .
Atas dasar ini, Regeluth dan Merrill (dalam Uno B, 2008;14) mengelompokkan
variabel kondisi pembelajaran menjadi 3 kelompok yaitu: (a) Tujuan dan karakteristik
bidang studi, (b) Kendala dan (c) Karakteristik peserta didik .
a. Tujuan dan Karakteristik Bidang Studi
Pernyataan tentang hasil pembelajaran apa yang diharapkan. Tujuan ini bisa sangat
umum, sangat khusus atau dimana saja dalam kontinum umum ke
khusus.Karakteristik bidang studi adalah aspek-aspek suatu bidang studi yang dapat
memberikan landasan yang berguna sekali dalam mempreskripsikan strategi
pembelajaran.
b. Kendala
Adalah keterbatasan sumber-sumber, seperti waktu, media, personalia, dan uang.
Karakteristik peserta didik adalah aspek-aspek atau kualitas peserta didik, seperti
bakat, motivasi, dan hasil belajar yang telah dimilikinya.
c. Karakteristik Peserta Didik
Dihipotesiskan memiliki pengaruh utama pada pemilihan strategi pengorganisasian
pembelajaran, kendala dan karakteristik bidang studi pada pemilihan strategi
penyampaian, dan karakteristik siswa pada pemilihan strategi pengelolaan
pembelajaran. Bagaimanapun juga, pada tingkat tertentu, mungkin sekali suatu
variabel kondisi akan mempengaruhi setiap variabel metode misalnya, karakteristik
peserta didik bisa mempengaruhi pemilihan strategi pengorganisasian dan pemilihan
7
pembelajaran.
2.Metode Pembelajaran
Variabel metode pembelajaran diklasifikasikan lebih lanjut menjadi 3 jenis yaitu:
(a) Strategi pengorganisasian (Organizational srategy)
(b) Strategi penyampaian (Delivery strategy
(c) Strategi pengelolaan (management strategy).
Organizational srategy adalah metode untuk mengorganissi isi bidang studi yang telah dipilih untuk pembelajaran. Mengorganisasi mengacu pada suatu tindakan seperti
pemilihan isi, penataan isi, pembuatan diagram, format, dan lain-lain.
Delivery strategy adalah metode untuk menyampaikan materi pembelajaran kepada peserta didik dan atau menerima serta merespon masukan yang berasal dari peserta
didik. Sumber belajar merupakan bidang kajian utama dari strategi ini.
Management strategy adalah metode untuk menata interaksi antara peserta didik dan variabel metode pembelajaran yang lain. Variabel strategi pengorganisasian dan
penyampaian isi pembelajaran. Strategi pengorganisasian pebelajaran dibedakan
menjadi strategi pengorganisasian pada tingkat makro dan mikro.
3.Hasil Pembelajaran
Pada tingkat yang amat umum sekali, hasil pembelajaran dapat diklasifikasikan
menjadi 3, yaitu:
(a) Keefektifan (effectiveneess)
(b) Efisiensi (efficiency)
Keefektifan Pembelajaran, biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si-belajar. Ada 4 aspek penting yang dapat dipakai untuk mempreskripsikan
keefektifan pembelajaran yaitu : (1) kecermatan penguasaan perilaku yang
dipelajari atau sering disebut tingkat kesalahan, (2) kecepatan unjuk kerja, (3)
tingkat alih belajar (4) tingkat retensi dari apa yang dipelajari.
Efisiensi Pembelajaran, biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si-belajar dan/atau jumlah biaya pembelajaran
yang digunakan.
Daya Tarik Pembelajaran, biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan si-belajar untuk tetap/terus belajar. Daya tarik pembelajaran erat kaitannya
dengan daya tarik bidang studi, dimana kualitas pembelajaran biasanya akan
mempengaruhi keduanya.
Disamping hal diatas, dari hasil observasi yang dilakukan di SMK Negeri kota
Bandar Lampung, diketahui bahwa umumnya model pembelajaran yang
digunakan guru cenderung model pembelajaran langsung yang belum
memberikan kesempatan siswa untuk terlibat secara langsung dalam proses
pembelajaran sehingga mereka masih pasif. Siswa hanya menunggu
penjelasaan dari guru, kemudian mencatatnya, hal yang demikian
menyebabkan siswa menganggap konsep yang diajarkan dalam proses
pembalajaran hanya hafalan yang tidak ada manfaat dan hubungannya dengan
masalah-masalah yang mereka hadapai dalam kehidupan sehari-hari. Siswa
kurang dilibatkan dalam melakukan penyelidikan, siswa hanya diajarkan
9
penyelidikan. Hal tersebut mengakibatkan tidak tercapainya tujuan mata
pelajaran biologi yang telah ditetapkan. Dalam sintaks model pembelajaran
langsung pengetahuan awal tidak diperhatikan secara khusus. Pengabaian
pengetahuan awal siswa dapat menghambat pemahaman suatu pengetahuan
baru, terlebih jika pengetahuan awal tersebut tidak sesuai dengan pengetahuan
baru yang diajarkan. Dalam proses pembelajaran dengan model pembelajaran
langsung, guru cenderung mengabaikan pengetahuan awal yang dimiliki siswa,
padahal peran pengetahuan awal siswa sangatlah penting dalam proses
pembelajaran. Selain itu tidak jarang kita temukan guru memonopoli dalam
penyampaian informasi sehingga kerap kali menumbuhkan suasana
membosankan di kalangan siswa. Siswa kurang diberikan kesempatan untuk
menggali pengetahuan dan mengkaitkan konsep yang dipelajari ke dalam situasi
berbeda sehingga pemahan tentang suatu konsep masih rendah, keterlibatan
siswa dalam proses penemuan pengetahuan sangat rendah. Siswa hanya
menunggu dari guru tanpa ada usaha untuk menemukan sendiri pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang dibutuhkan.
Salah satu model pembelajaran yang cenderung dapat meningkatkan aktivitas siswa dan hasil belajar adalah model pembelajaran siklus belajar (learning cycle). Model pembelajaran ini memungkinkan guru memfasilitasi dan membimbing siswa melakukan proses pembelajaran yang efektif, interaktif, inspiratif, menyenangkan, manantang, dan memotivasi peserta didik untuk berpartisipasi aktif serta memberi ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas dan kemandirian Pembelajaran berpusat pada siswa (student centered). Siswa dapat mengembangkan aktivitas dan kreativitasnya.
Model Learning Cycle adalah model pembelajaran yang terdiri fase– fase atau tahap–tahap kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa
dapat menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam
pembelajaran dengan jalan berperan aktif.
Model pembelajaran learning cycle
merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma
konstruktivisme. Pendekatan kontruktivistik pada dasarnya menekankan
pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat keterlibatan
dalam proses pembelajaran. Model learning cycle bertujuan membantu mengembangkan berpikir siswa dari berpikir konkrit ke abstrak (atau dari
konkrit ke formal).
Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Model learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada mulanya terdiri atas tiga tahap,
yaitu: exploration, invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu: engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Lima tahap ini dikembangkan lagi oleh Arthur Eisenkraft menjadi tujuh tahap, yaitu elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan
extend. Model learning cycle–7E ini mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka sendiri
dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan bekerja dan berfikir
baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat menguasai kompetensi–
11
1.2 Identifikasi Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai
berikut :
(1) Aktivitas dan partisipasi siswa dalam pembelajaran matematika masih rendah.
(2) Penerapan model pembelajaran belum berbasis konstruktif.
(3) Hasil belajar matematika siswa masih rendah.
(4) Penggunaan model pembelajaran siklus belajar belum pernah dilakukan guru.
(5) Model pembelajaran yang digunakan guru adalah model pembelajaran langsung
dengan pendekatan presentasi dan penjelasan.
1.2.1 Pembatasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah di atas, agar penelitian ini lebih terarah dan diharapkan
masalah yang dikaji lebih mendalam, perlu adanya pembatasan masalah yang akan diteliti.
Adapun pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah :
(1) Perlunya mengetahui potensi siswa dan guru sebagai dasar untuk pengembangan
model pembelajaran.
(2) Perlunya rancangan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) dalam pembelajaran materi pertidaksamaan linier dua variabel.
(3) Perlunya uji efektivitas model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) yang digunakan dalam proses pembelajaran pertidaksamaan linier dua variabel.
(5) Perlunya uji kemenarikan siswa terhadap model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel.
1.3 Perumusan Masalah
Mengacu pada identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang telah dikemukakan,
maka agar penelitian ini lebih jelas dan terarah, dirumuskan masalah sebagai berikut :
(1) Bagaimana potensi sekolah dan model pembelajaran matematika yang digunakan
saat ini di SMK pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?
(2) Bagaimana proses merancang produk (sintak) model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?
(3) Bagaimana efektivitas model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?
(4) Bagaimana efisiensi model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?
(5) Bagaiman kemenarikan siswa pada model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel ?
1.4 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian yang dicapai berdasarkan rumusan masalah penelitian
adalah sebagai berikut .
(1). Menganalisa potensi siswa dan model pembelajaran matematika yang di gunakan di
13
(2). Menghasilkan produk sintak model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) untuk pembelajaran matematika materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.
(3). Menjelaskan efektivitas penggunaan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.
(4) Menjelaskan efisiensi penggunaan model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) pada materi pertidaksamaan linier dua variabel di SMK.
(5) Menjelaskan kemenarikan siswa pada model pembelajaran learning cycle (siklus belajar) yang dilengkapi dengan LKS pada materi pertidaksamaan linier dua variabel
di SMK.
1.5 Kegunaan Penelitian
Adapun manfaat yang akan dicapai setelah diadakannya penelitian ini adalah :
1.5.1 Teoritis :
(1) Sebagai bahan referensi dan memperkaya konsep dalam Teknologi Pendidikan,
khususnya dalam mutu pendidikan di Sekolah Menengah Kejuruan di kota
Bandar Lampung.
(2) Menjadi rujukan bagi peneliti yang ingin meneliti lebih lanjut variabel-variabel
yang ada dalam penelitian ini.
1.5.2 Praktis
(1) Bagi Lembaga, sebagai sumbagan belajar siswa khususnya mata pelajaran
matematika SMK kelompok Pariwisata kota Bandar Lampung.
(2) Bagi guru-guru mata pelajaran matematika, hasil penelitian dan produk ini dapat
digunakan sebagai alternative model pembelajaran untuk meningkatkan
kompetensi siswa
(3) Bagi peneliti, semoga dapat memberikan pengalam yang sangat bermanfaat
sehingga, menjadi pemicu untuk terus berkarya, terutama untuk mengembangkan
model pembelajaran yang efektif dan efisien.
1.6 Spesifikasi Produk
Penelitian ini merupakan model pembelajaran siklus belajar 7-E (Arthur Eisenkraft. 2003.
Expanding the 5E Model. The Science Teacher. Sept.:. Reprented with permission from The Science Teacher, a journal for high school science educators published by the National Science Techers Association www.nsta.org), yang teridiri dari: elicit (menggali), engage
(melibatkan), explore (menjelajah), explain (menjelaskan), elaborate (meneliti) ,evaluate
(mengevaluasi) dan extend (memperluas). Pengembangan model pembelajaran berupa sintak pembelajaran yang dilengkapi dengan LKS pada mata pelajaran matematika materi
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
2.1 Teori Model Pembelajaran
Joyce dan Weil (2011 ; 31) menggolongkan model-model pembelajaran ke dalam
empat kelompok. Keempat Kelompok model pembelajaran tersebut adalah sebagai
berikut :
2.1.1 Kelompok model-model pengolahan informasi.
Model-model pembelajaran dalam rumpun ini bertitik tolak dari prinsip-prinsip
pengolahan informasi, yaitu yang merujuk pada cara-cara bagaimana manusia
menangani rangsangan dari lingkungan, mengorganisasi data, mengenali masalah,
menyusun konsep, memecahkan masalah, dan menggunakan simbol-simbol. Jenis
model-model pembelajaran yang termasuk ke dalam rumpun pengolahan informasi ini
adalah seperti pada tabel berikut:
Tabel 2.1 Model-model Pembelajaran Pengelolaan Informasi
No Model Tokoh Misi/tujuan/manfaat
1 Berpikir Induktif
Hilda Taba
Terutama ditujukan untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif yang banyak diperlukan dalam kegiatan akademik meskipun diperlukan juga untuk kehidupan pada umumnya. 2. Latihan
Dirancang terutama untuk pembentukan kemampuan berpikir induktif, tetapi juga untuk pengembangan konsep dan analisis
2.1.2 Kelompok model-model Personal
Model-model pembelajaran yang termasuk rumpun ini menekankan pada
pengembangan pribadi. Fokus pembelajaran ditekankan untuk membantu individu
dalam mengembangkan hubungan produktif dengan lingkungannya dan untuk melihat
dirinya sendiri dengan lebih baik, bertanggung jawab pada pendidiannya agar lebih
kuat, lebih sensitive dan lebih kreatif.
Jenis-jenis model pembelajaran pribadi seperti tercantum pada tabel berikut :
Tabel-2.2 Model-Model Pembelajaran Personal
Model Tokoh Misi/Tujuan
Pengajaran Tanpa Arahan
Carl Rogers
Penekanan pada pembentukan kemampuan belajar sendiri untuk mencapai pemahaman dan penemuan diri sendiri sehingga terbentuk konsep diri.
Meningkatkan
Membangun kepercayaan diri yang tinggi pada siswa.
(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011; 35)
2.1.3 Kelompok Model-model Pengajaran Sosial
Model-model ini menekankan hubungan individu dengan masyarakat atau orang lain.
Model-model ini memfokuskan pada proses dimana realitas adalah negosiasi sosial.
Model-model pembelajaran kelompok ini memberikan prioritas pada peningkatan
kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain untuk meningkatkan
proses demokratis, dan untuk belajar dalam masyarakat secara produktif. Jenis-jenis
model pembelajaran kelompok Pengajaran Sosial adalah seperti dalam tabel berikut
ini. :
17
Tabel 2.3 Model-model Pembelajaran Pengajaran Sosial
Model Tokoh Misi/tujuan
Kerja
Mengembangkan keterampilan keterampilan untuk berperan da-lam kelompok yang mene-kankan keterampilan komunikasi inter-personal dan kete-rampilan inkuari ilmiah. Aspek-aspek pengem-bangan pribadi merupakan hal yang penting dari model ini.
Bermain peran Fannie Shaftel Didisain untuk membantu siswa mengumpulkan dan mengolah informasi tentang masalah-masalah sosial melalui tingkah laku mereka sendiri dan nilai-nilai yang menjadi sumber dari penye-lidikan itu
Jurisprudential Donald Oliver James P.Shaver
Pengembangan keterampilan in-terpersonal dan kerja kelom-pok untuk mencapai, kesadar-an dan fleksibilitas pribadi
Didisain utama untuk melatih kemampuan mengolah infor-masi dan menyelesaikan isu kemasya-rakatan dengan kerangka acuan atau cara ber-pikir Jurisprudensial (ilmu ten-tang hukum-hukum manusia)
(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011 ; 37)
2.1.4 Kelompok Model-model Perilaku
Semua model pembelajaran rumpun ini didasarkan pada suatu pengetahuan yang
mengacu pada teori perilaku, seperti teori belajar, teori belajar sosial, modifikasi
perilaku, atau perilaku terapi. Model- model pembelajaran rumpun ini mementingkan
penciptaan lingkungan belajar yang memungkinkan manipulasi penguatan perilaku
secara efektif sehingga terbentuk pola perilaku yang dikehendaki.
Jenis model pembelajaran perilaku seperti pada tabel berikut ini.
Tabel 2.4 Model-model Pembelajaran Kelompok Perilaku
Model Tokoh Misi atau tujuan
Mastery Learning
Instruksi Langsung Tom Good Memfasilitasi pembelajaran melalui aktifitas yang
berhubungan dengan sasaran.
Simulasi Carl & Mery Smith
Pembelajaran yang dibangun dari gambaran tentang kondisi hidup nyata
Pembelajaran Sosial Albert Bandura
Carl Torensen
(Dikutip dari Bruce Joyce dan Marha Weil, 2011 ; 40)
2.1.5 Teori Model Pembelajaran Learning Cycle –7E
Model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang dapat di gunakan
untuk mendesain pola–pola mengajar secara tatap muka di dalam kelas atau mengatur
tutorial, dan untuk menentukan materi/perangkat pembelajaran termasuk di
dalamnya buku–buku, film, program perangkat komputer, dan kurikulum (sebagai
kursus untuk belajar). Setiap model mengarahkan kita untuk mendesain pembelajaran
yang dapat membantu siswa untuk mencapai berbagai tujuan (Trianto, 2010 ; 52)
Model learning cycle–7E adalah Model Pembelajaran yang Berorientasi pada
Konstruktivisme, model pembelajaran yang terdiri fase– fase atau tahap–tahap
kegiatan yang diorganisasikan sedemikian rupa sehingga siswa dapat menguasai
kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran dengan jalan berperan
aktif (Faizatul fajaroh, http:// lubisgrafura.wordpress.com/2007/09/20).
19
Pembelajaran learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran yang sesuai dengan paradigma konstruktivisme. Pendekatan teori kontruktivistik pada dasarnya
menekankan pentingnya siswa membangun sendiri pengetahuan mereka lewat
keterlibatan proses belajar mengajar. Sehingga proses belajar mengajar lebih berpusat
pada siswa (student centered) dari pada teacher centerred. Dengan kata lain pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Learning Cycle berpusat pada siswa dan guru berperan sebagai fasilitator. Menurut Rusman (dalam Trianto, 2007 ; 22)
ada beberapa model yang dilandasi konstruktivistik yaitu
model siklus belajar
(Learning Cycle), model pembelajaran generative, model pembelajaran interaktif, model CLIS (Children Learning in Science), dan model strategi pembelajaran kooperatif. Model Learning Cycle pertama kali diperkenalkan oleh Robet Karplus dalam Science Curriculum Improvement Study/SCIS. Model learning cycle merupakan salah satu model pembelajaran dengan pendekatan kontruktivistik yang pada
mulanya terdiri atas tiga tahap, yaitu: exploration, invention, dan discovery. Tiga tahap tersebut saat ini dikembangkan menjadi lima tahap oleh Anthony W lorsbach, yaitu:
engagement, exploration, explanation, elaboration, dan evaluation. Selanjutnya dikembangkan lagi menjadi tujuh tahap oleh Arthur Eisenkraft, yaitu : elicit, engagement, exploration, explanation, elaboration, evaluation dan extend.
Model learning cycle–7E ini mempunyai salah satu tujuan yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkostruksi pengetahuan dan pengalaman mereka
sendiri dengan terlibat secara aktif mempelajari materi secara bermakna dengan
bekerja dan berfikir baik secara individu maupun kelompok, sehingga siswa dapat
menguasai kompetensi–kompetensi yang harus dicapai dalam pembelajaran melalui
Fase 1 Elicit
Pada tahap ini tujuan utama adalah untuk muncul pengalaman masa lalu tentang
belajar dan menciptakan latar belakang yang kuat untuk tahapan lain. Dimulai dengan
hanya melibatkan isu-isu baru dengan yang sudah lama dan terkenal dapat dianggap
kurang dalam mendukung pemikiran kemampuan. Untuk itu, kita harus
menghidupkan kembali informasi lama dan pengalaman belajar
Fase 2 Engage
Pada tahap ini, guru berusaha membangkitkan dan mengembangkan minat dengan
keingintahuan (curiocity) siswa tentang topik yang akan diajarkan. Hal ini dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan tentang proses faktual dalam kehidupan
sehari-hari (yang sesuai dengan topik yang dibahas). Dengan demikian, siswa akan
memberikan respon ∕ jawaban, kemudian jawaban siswa tersebut dijadikan pijak oleh
guru untuk mengetahui pengetahuan awal siswa tentang pokok bahasan yang akan
dibahas.
Fase 3 Exploration
Pada fase ini, siswa diberi kegiatan yang dapat melibatkan keaktifan siswa untuk
menguji prediksi dan hipotesis melalui alternatif yang diambil, mencatat hasil
pengamatan dan mendiskusikan dengan siswa yang lain. Sehingga siswa memiliki
kesempatan untuk bekerja sama dalam kelompok– kelompok kecil tanpa pengajaran
langsung dari guru. Pada fase ini guru sebagai fasilitator.
Fase 4 Explanation
Kegiatan pada fase ini bertujuan untuk melengkapi, menyempurnakan dan
mengembangkan konsep yang diperoleh siswa. Siswa dituntut untuk menjelaskan
21
menemukan istilah–istilah dari konsep yang dipelajari.
Fase 5 Elaboration
Kegiatan belajar ini mengarahkan siswa menerapkan konsep-konsep yang telah
dipelajari, membuat hubungan antar konsep dan menerapkannya pada situasi
yang baru melalui kegiatan–kegiatan praktikum lanjutan yang dapat memperkuat
dan memperluas konsep yang telah dipelajari.
Fase 6 Evaluation
Siswa diberi pertanyaan untuk mendiagnosa pelaksanaan kegiatan belajar dan
mengetahui pemahaman siswa mengenai konsep yang diperoleh.
Fase 7: Extend
Pada tahap extend, siswa mengembangkan hasil elaborate dan menyampaikannya kembali untuk melatih siswa bagaimana mentransfer pelajaran dalam kehidupan
sehari-hari. Siswa berusaha meningkatkan pengetahuan baru secara tersusun yang
lebih mendalam sehingga pemahaman siswa lebih luas dan kesulitan dalam
konsep yang dipelajari mereka dapat dipahami.
2.2 Landasan Teori Belajar dan Pembelajaran 2.2.1 Teori Belajar
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang berlangsung
seumur hidup, yaitu belajar dimana saja, kapan saja, dengan siapa saja. Oleh sebab itu
belajar tidak dibatasi oleh ruang maupun waktu. Diungkapkan oleh Miarso (2011: 3)
belajar akan diperkuat jika siswa ditugaskan untuk (1) menjelaskan sesuatu dengan bahasa sendiri, (2) memberikan contoh mengenai sesuatu, (3) mengenali sesuatu dalam berbagai keadaan dan kesempatan, (4) melihat hubungan antara sesuatu dengan fakta atau informasi lain, (5) memanfaatkan sesuatu dalam berbagai kesempatan, (6) memperkirakan konsekuensinya, dan (7) menyatakan hal yang bertentangan
Salah satu model kognitif yang sangat berpengaruh adalah model dari Jerome Bruner
yang dikenal dengan nama belajar penemuan discovery learning. Bruner menganggap bahwa belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh
manusia dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Bruner
menyarankan agar siswa hendaknya belajar melalui berpartisipasi aktif dengan
konsep-konsep dan prinsip-prinsip agar mereka dianjurkan untuk memperoleh pengalaman dan
melakukan eksperimen-eksperimen yang mengizinkan mereka untuk menemukan
konsep dan prinsip itu sendiri. Teori belajar Bruner dikenal dengan tiga tahapan
belajarnya yaitu, enaktif, ikonik dan simbolik. Pada dasarnya setiap individu pada
waktu mengalami atau mengenal peristiwa yang ada di dalam lingkungannya dapat
menemukan cara untuk menyatakan kembali peristiwa tersebut di dalam pikirannya,
yaitu suatu model mental tentang peristiwa yang dialaminya. Brunner mengemukakan
bahwa perkembangan kognitif seseorang terjadi melalui tiga tahap yang ditentukan
dengan cara melihat lingkungan, yaitu enactive, iconic, dan symbolic.
1. Tahap enaktif, seseorang melakukan aktivitas-aktivitas dalam upayanya untuk
memahami lingkungan sekitarnya. Artinya dalam memahami dunia sekitarnya
anak mengggunakan pengetahuan motorik. Misalnya melalui gigitan, sentuhan,
23
2. Tahap ikonik, sesorang memahami objek-objek atau dunianya melalui
gambar-gambar dan visualisasi verbal. Maksudnya dalam memahami dunia sekitarnya,
anak belajar melalui bentuk perumpamaan (tampil) dan perbandingan (komparasi).
3. Tahap simbolik, seseorang telah mampu memiliki ide-ide atau gagasan-gagasan
abstrak yang sangat dipengaruhi oleh kemampuannya berbahasa dan logika.
Dalam memahami dunia sekitarnya anak belajar melalui simbol-simbol bahasa,
logika, matematika, dan sebagainya.
Dalam memandang proses belajar, Bruner menekankan adanya pengaruh kebudayaan
terhadap tingkah laku seseorang. Bruner menyebutkan bahwa proses belajar akan
berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menemukan suatu konsep, teori, aturan, atau pemahaman melalui contoh-contoh
yang ia temui dalam kehidupannya. Implementasi Teori Belajar Bruner tehadap
penelitian ini bahwa belajar juga memerlukan contoh, pemahaman konsep, sehingga
siswa merasakan banyak permasalahan hidup yang terkait degan system
pertidaksamaan linier dua variabel.
Kemudian teori pembelajaran Menurut Magnesen prosentase belajar bila dikaitkan
dengan metode/cara belajar dapat terjadi dengan; membaca 10 % ; mendengar 20 % ;,
melihat 30 % ; melihat dan mendengarkan 50 %; Mengatakan 70 %;Mengatakan
sambil melakukan 90 %; Pemberdayaan secara optimal dari seluruh indera siswa
dalam proses belajar dapat menghasilkan kesuksesan bagi peserta didik tersebut.
Melalui pengembangan model pembelajaran siklus belajar, belajar paling tinggi terjadi
dengan suatu kegiatan belajar (learning by doing) akan lebih mudah mengerti dan memahami materi.
Dari beberapa pandangan berbagai ahli tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa
dalam proses pembelajaran, siswa hendaknya diberikan stimulus agar lebih aktif,
kreatif, terlebih dalam pembelajaran matematika karena dapat membantu
mengembangkan potensi siswa. Tokoh yang termasuk dalam kelompok teori ini
adalah teori perkembangan kognitif Piaget, teori pemahaman konsep Bruner, dan
teori belajar bermakna Ausubel.
2.2.1.1 Teori Jean Piaget
Jean Piaget (dalam Karwono, 2010:81) adalah ahli psikologi yang pertama
menggunakan filsafat konstruktivisme dalam proses pembelajaran. Menurut
Piaget proses belajar sebenarnya terdiri atas tiga tahapan yaitu 1) Asimilasi :
proses pengintegrasian informasi baru ke struktur kognitif yang sudah ada. 2)
Akomodasi : proses penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi baru. 3)
Equilibrasi: penyesuaian yang berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.
Piaget juga mengemukakan bahwa proses belajar harus disesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif yang dilalui siswa. Proses belajar yang dialami seorang
anak berbeda pada tahap satu dengan tahap lainnya yang secara umum semakin
tinggi tingkat kognitif seseorang maka semakin teratur dan juga semakin abstrak
cara berpikirnya. Oleh karena itu, guru seharusnya memahami tahap-tahap
perkembangan kognitif anak didiknya serta memberikan isi, metode, media
25
2.2.1.2 Teori Belajar Bermakna David P.Ausubel
Menurut David P.Ausubel (dalam Suyono, 2012:100) siswa akan belajar dengan
baik jika isi pelajarannya didefinisikan dan kemudian dipresentasikan dengan baik
dan tepat kepada siswa (advanced organizer), dengan demikian akan mempengaruhi pengaturan kemampuan belajar siswa.
Advanced organizer adalah konsep atau informasi umum yang mewadahi seluruh isi pelajaran yang akan dipelajari oleh siswa. Advanced organizer memberikan tiga manfaat yaitu: 1) Menyediakan suatu kerangka konseptual untuk materi yang
akan dipelajari, 2) berfungsi sebagai jembatan yang menghubungkan antara yang
sedang dipelajari dan yang akan dipelajari, 3) dapat membantu siswa untuk
memahami bahan belajar secara lebih mudah.
Berdasarkan teori belajar Ausubel, menjembatani siswa untuk menghubungkan
kerangka konseptual suatu materi yang akan dipelajari sangat diperlukan
konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan
pengalaman-pengalaman yang dimiliki dan berada di lingkungan sekitar dengan konsep yang
akan dipelajari. Dengan menggunakan pembelajaran model learning cycle, siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep
awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk menyelesaikan secara nyata
dari permasalahan yang ada.
2.2.1.3 Teori Penemuan Jerome Bruner
Salah satu model instruksional kognitif yang sangat berpengaruh adalah model
dilakukan kapan saja tanpa harus menunggu seorang anak sampai mencapai tahap
perkembangan tertentu.
Apabila bahan pembelajaran didesain secara baik, individu dapat belajar
meskipun usahanya belum memadai.Bruner mengusulkan teori yang disebutnya
free discovery learning, teori ini menjelaskan bahwa proses belajar akan berjalan dengan baik dan kreatif jika guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan termasuk konsep, teori, ide, definisi dan sebagainya
melalui contoh-contoh yang menggambarkan atau mewakili aturan yang menjadi
sumbernya.
Keuntungan belajar menemukan : Menimbulkan rasa ingin tahu siswa sehingga
dapat memotivasi siswa untuk menemukan jawabannya. Menimbulkan
keterampilan memecahkan masalahnya secara mandiri dan mengharuskan siswa
untuk menganalisis dan memanipulasi informasi.
Teori Bruner ini menjelaskan bahwa siswa hendaknya belajar melalui partisipasi
secara aktif dengan konsep-konsep dan prinsip dan melakukan
eksperimen-eksperimen yang dapat membantu siswa untuk menemukan jawabannya, hal ini
dalam pembelajaran sesuai dengan menggunakan model pembelajaran learning cycle.
2.2.1.4 Teori Belajar Robert Gagne
Gagne (dalam Suyono, 2012:92), bahwa dalam pembelajaran terjadi proses
penerimaan informasi, untuk diolah sehingga menghasilkan keluaran dalam
27
Gagne berpendapat bahwa tahapan proses pembelajaran meliputi Sembilan
peristiwa belajar, sebagai berikut :
1. Memberikan perhatian (gain attention)
2. Memberi tahu siswa tentang tujuan pembelajaran (informlearner of objectives), biarkan siswa mengetahui apa yang akan dipelajari.
3. Dibangun atas pengetahuan yang telah lalu (recall priorknowledge), fase ini mengingat kembali informasi yang ada dalam memori.
4. Menyajikan pembelajaran sebagai rangsangan (present material)
5. Memberikan panduan belajar (provide guided learning), bantulah siswa agar dapat mengikuti pembelajaran dengan baik pada saat pembelajaran
berlangsung.
6. Menampilkan kinerja (elicit performance), mintalah para siswa mengerjakan apa – apa yang baru dipelajari.
7. Memberikan umpan balik (provide feedback), beritahu siswa kinerjanya masing – masing.
8. Menilai kinerja (assess performance), nilailah siswa tentang pengetahuannya mengenai topik pembelajaran.
9. Meningkatkan retensi/ingatan dan transfer pengetahuan (enhance retention and transfer), bantulah siswa dalam mengingat – ingat dan menerapkan keterampilan baru itu.
Berdasarkan uraian tersebut belajar dimulai dari hal yang paling sederhana
konsep, sampai pada tipe belajar yang lebih tinggi (belajar aturan dan pemecahan
masalah.
2.2.2 Teori Pembelajaran
Pengembang teori – teori pembelajaran Bruner (1964) membuat perbedaan antara
pembedaan antara teori belajar dan teori pembelajaran. Teori belajar adalah
deskriptif, sedangkan teori pembelajaran adalah preskriptif. Teori belajar adalah
mendeskripsikan adanya proses belajar, teori pembelajaran mempreskripsikan
strategi atau metode pembelajaran yang optimal yang dapat mempermudah proses
belajar. Perspektif lain, Simon (dalam Arikunto, 2006:67) mengemukakan
perbedaan serupa dengan memaparkan persamaan karakteristik dari “a
prescriptive science” dan membandingkan dengan karakteristik dari “a
descriptive science”. Dalam kerangka ini nyata sekali bahwa teori pembelajaran
termasuk teori preskriptif yang berpasangan dengan teori belajar yang termasuk
teori deskriptif.
Ilmu deskriptif dan ilmu preskriptif memiliki perbedaan peranan. Aspek penting
yang membedakan adalah hanya ada satu jenis profesi dalam ilmu deskriptif, yaitu
ilmuan. Sedangkan dalam ilmu preskriptif terlibat tiga jenis profesi, yaitu (1)
ilmuan; (2) teknolog dan (3) teknisi. Ilmuwan berurusan dengan pengembangan
prinsip dan teori. Teknolog yang menggunakan prinsip dan teori untuk
mengembangkan prosedur. Sedangkan teknisi yang menggunakan prosedur yang
dikembangkan teknolog untuk menciptakan sesuatu (Reigeluth, Bunderson, dan
29
Pembelajaran adalah usaha – usaha yang terencana dalam memanipulasi sumber –
sumber belajar agar terjadi proses belajar dalam diri siswa. Pembelajaran
merupakan susunan dari informasi dan lingkungan untuk memfasilitasi belajar.
Penggunaan lingkungan ini bukan hanya di mana pembelajaran berlangsung,
melainkan juga metode, media, peralatan yang diperlukan untuk memberi
informasi, dan membimbing siswa. Proses pembelajaran melibatkan juga
pemilihan, penyusunan dan pengiriman informasi dalam suatu lingkungan yang
sesuai dan cara siswa berinteraksi dengan lingkungan tersebut (Yudhi Munadi,
2008:4).
Pembelajaran sebagai proses pembelajaran dibangun oleh pendidik untuk
mengembangkan kreativitas berfikir untuk meningkatkan penguasaan yang baik
terhadap materi pelajaran. Pendidik dalam hal ini adalah sebagai fasilitator siswa untuk
dapat belajar dengan mudah. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional No.20
Tahun 2003 menyatakan pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dan
pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Miarso (2004:545) menyatakan bahwa :
“Pembelajaran merupakan suatu usaha sadar yang disengaja, bertujuan, dan
terkendali agar orang lain belajar, atau terjadi perubahan yang relatif menetap pada diri orang tersebut, yang dilakukan oleh seseorang atau tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan mengembangkan sumber
belajar yang diperlukan” .
Beberapa pendapat diatas memberikan pandangan bahwa pembelajaran adalah segala
sesuatu dengan usaha sadar, mempunyai tujuan, cara untuk mengupayakan
pengetahuan untuk mencapai tujuan pembelajaran dengan hasil belajar yang optimal.
pemanfaatan media sehingga pembelajaran menjadi efektif efisien dan memiliki daya
tarik.
Model siklus belajar yang dikembangkan dalam mata pelajaran matematika khususnya
pada materi pertidaksamaan linier dua variabel diharapkan agar siswa dapat melalui
proses pembelajaran dengan optimal sehingga hasil belajar (kompetensi) meningkat.
Siswa dapat mencapai kompetensi dasar yang ada pada standar kompetensi, sehingga
ketuntasan belajar dapat dikategorikan tuntas.
Pembelajaran menurut Gagne (dalam Miarso 2004:245) adalah seperangkat proses
yang bersifat internal bagi setiap individu sebagai hasil transformasi rangsangan yang
berasal dari persitiwa eksternal di lingkungan individu yang bersangkutan (kondisi).
Agar kondisi eksternal itu lebih bermakna sebaiknya diorganisasikan dalam urutan
persitiwa pembelajaran (metode atau perlakuan). Selain itu, dalam usaha mengatur
kondisi eksternal diperlukan berbagai rangsangan yang dapat diterima oleh panca indra.
Pembelajaran menurut Gagne hendaknya mampu menimbulkan persitiwa belajar dan
proses kognitif. Peristiwa belajar (instructional events) adalah peristiwa dengan urutan sebagai berikut : menimbulkan minat dan memusatkan perhatian agar peserta didik siap
menerima pelajaran, menyampaikan tujuan pembelajaran agar peserta didik tahu apa
yang diharapkan dalam pembelajaran itu, mengingat kembali konsep/prinsip yang telah
dipelajari sebelumnya yang merupakan prasyarat, menyampaikan materi pembelajaran,
memberikan bimbingan atau pedoman untuk belajar, membangkitkan timbulnya unjuk
kerja peserta didik, memberikan umpan balik tentang kebenaran pelaksanaan tugas,