• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGEMBANGAN BUDAYA DAN IKLIM SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PENGEMBANGAN BUDAYA DAN IKLIM SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

iii

THE DEVELOPMENT OF CULTURE AND CLIMATE SCHOOL IN 2 SENIOR HIGH SCHOOL BANDAR LAMPUNG

Compiled By : Ide Lia Marzuki

This research aims to analyze and describe the development of culture and school climate, namely; (1) Strategies of the development of school the culture; (2) Target of the development of school the culture; (3) Strategies of the development of school climate; and (4) Target of the development of school climate in Senior High School 2 Bandar Lampung. This research uses the phenomenology qualitative research design, which is based on field observation, documentation, and interview. Such data is analyzed by an interactive model for furthermore be taken conclusion. Result of the research: (1) Strategies of the development of school culture, includes implement the accelerated program, hold a the learning program in increasing student achievement, establish good relations, coordinating with surrounding environment, and developing the entrepreneurial program; (2) Target of the development of cultural include, implement modernization of school management by applying information and communication technologies, implement modernization of teachers by facilitating in continued master studies as well as the professional development trainings of teacher, modernization of learning requires teachers to be able operate technology computerized; (3) Strategies of the development of school climate has a high responsibility, giving freedom to people in schools to always innovating, have standards in order to achieve satisfactory results, have clarity of the objectives are written in vision and mission of school is guided by Pancasila, as well as the award given in the form of praise and recognition for the hard work school community; (4) Target of the development of school climate, very attentive to level comfort of school, maximize the teaching process of learning, interpersonal relationships between students and students, teachers, and parents to get used scold, greeting and courtesie, cooperation with environmental institution either police, officials around, and the private sector.

(2)

ii

PENGEMBANGAN BUDAYA DAN IKLIM SEKOLAH DI SMA NEGERI 2 BANDAR LAMPUNG

Oleh: Ide Lia Marzuki

Penilitian ini bertujuan menganalisis dan mendiskripsikan pengembangan budaya dan iklim sekolah, yaitu; (1) Strategi pengembangan budaya sekolah; (2) Sasaran pengembangan budaya sekolah; (3) Strategi pengembangan iklim sekolah; dan (4) sasaran pengembangan iklim sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Rancangan penelitian menggunakan kualitatif fenomenologi, yang bersumber pada pengamatan dilapangan, dokumentasi, dan wawancara. Data dianalisis dengan model interaktif, selanjutnya diambil kesimpulan. Hasil penelitian didapat: (1) Strategi pengembangan budaya sekolah meliputi merinci, melaksanakan program akselerasi, mengadakan program pembelajaran dalam mendongkrak prestasi belajar, menjalin hubungan baik, berkoordinasi dengan lingkungan sekitar, dan mengembangkan program kewirausahaan; (2) Sasaran pengembangan budaya, menerapkan modernisasi pengelolaan sekolah dengan mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi, menerapkan modernisasi guru, memfasilitasi melanjutkan studi S2 serta pelatihan-pelatihan peningkatan profesional guru, modernisasi pembelajaran mewajibkan guru dapat mengoperasikan teknologi komputerisasi; (3) Strategi pengembangan iklim sekolah memiliki tanggung jawab yang tinggi, memberikan kebebasan kepada warga sekolah untuk berinovatif, memiliki standar guna mencapai hasil yang memuaskan, memiliki kejelasan akan tujuan-tujuan sekolah tertulis dalam visi dan misi sekolah yang berpedoman dengan pancasila, penghargaan berupa pujian-pujian dan pengakuan atas kerja keras warga sekolah.; (4) Sasaran pengembangan iklim sekolah, sangat memperhatikan tingkat kenyamanan sekolah, memaksimalkan proses pengajaran pembelajaran, menjalin hubungan interpersonal antara siswa dengan siswa, guru, dan orang tua dengan membiasakan tegur, salam, dan sapa, menjalin kerjasama dengan lembaga lingkungan baik itu kepolisian, pamong sekitar, dan pihak swasta.

(3)

Oleh

Ide Lia Marzuki

(Tesis)

Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Mencapai Gelar

MAGISTER PENDIDIKAN

Pada

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Magister Manajemen Pendidikan

Jurusan Ilmu Penddikan

PROGRAM PASCA SARJANA MAGISTER MANAJEMEN PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG

(4)
(5)

xii

BAB IV PAPARAN DATA, TEMUAN PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Paparan Data ... 46

4.1.2.1 Strategi Pengembangan Budaya Sekolah ... 52

4.1.2.2 Sasaran Pengembangan Budaya Sekolah ... 57

4.1.2.3 Strategi Pengembangan Iklim Sekolah ... 61

4.1.2.4 Sasaran Pengembangan Iklim Sekolah ... 66

4.2 Temuan Penelitian dan Pembahasan ... 73

4.2.1 Strategi Pengembangan Budaya Sekolah ... 73

4.2.2 Sasaran Pengembangan Budaya Sekolah ... 75

4.2.3 Strategi Pengembangan Iklim Sekolah ... 76

4.2.4 Sasaran Pengembangan Iklim Sekolah ... 79

4.3 Pembahasan ... 81

4.3.1 Strategi Pengembangan Budaya Sekolah ... 82

4.3.2 Sasaran Pengembangan Budaya Sekolah ... 83

4.3.3 Strategi Pengembangan Iklim Sekolah ... 84

4.3.4 Sasaran Pengembangan Iklim Sekolah ... 86

BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan ... 89

5.2 Rekomendasi ... 90

(6)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

2.1 Kerangka Pikir Penelitian ... 30

3.1 Langkah Analisis Data ... 42

4.1 Strategi Pengembangan Budaya Sekolah ... 74

4.2 Sasaran Pengembangan Budaya Sekolah ... 76

4.3 Strategi Pengembangan Iklim Sekolah ... 78

(7)

xv

(8)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1 Tabel Pengkodean ... 36

3.2 Daftar Informan Penelitian ... 37

3.3 Pedoman Wawancara ... 38

3.4 Setting dan peristiwa yang diamati ... 39

3.5 Daftar Dokumen ... 40

4.1 Jumlah Siswa/i SMAN 2 Bandar Lampung ... 49

4.2 Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah ... 72

4.3 Temuan Penelitian Strategi Pengembangan Budaya ... 73

4.4 Temuan Penelitian Sasaran Pengembangan Budaya ... 75

4.5 Temuan Penelitian Strategi Pengembangan iklim Sekolah...77

(9)
(10)
(11)
(12)

vii

MOTO

“Sesungguhnya ALLAH tidak akan mengubah suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila ALLAH menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tidak ada yang dapat menolaknya dan

tidak ada pelindung bagi mereka selain ALLAH” (QS.Ar-Ra’d:11)

“Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah”

(13)

ix

Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah SWT yang telah menciptakan akal bagi manusia sehingga manusia dapat meneliti dan mentafakuri ciptaan-Nya yang menghantarkan pada keimanan yang sempurna. Dengan segala kerendahan hati kupersembahkan tesis ini kepada :

1. Bapak dan Ibu tersayang, pahlawan tanpa batas jasa yang selalu berkorban, membimbing dan mendoakan setiap waktu untuk keberhasilanku dunia dan akhirat.

2. Kakakku : Anggry Novansyah atas doa dan dukungannya bagi kesuksesanku.

3. Adik-adikku : Fran Nata Vanero dan Rikal Kasnan yang memberiku semangat dan dukungan bagi kesuksesanku.

4. Keluarga besarku yang selalu mendukung, mendoakan dan membantu keberhasilanku

(14)

ix Bismillahirrohmanirrohim

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Allah SWT, yang selalu melimpahkan rahmat dan kasih sayang-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penulis menyadari bahwa dengan bantuan berbagai pihak, tesis ini dapat diselesaikan. Untuk itu penulis mengucapkan terimakasih kepada:

1. Prof. Dr. Sugeng P. Harianto, M.S., selaku Rektor Universitas Lampung 2. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Prof. Dr. Sudjarwo, M.S., selaku direktur Pascasarjana dan selaku dosen pembimbing I yang memberi masukan, kritik yang positif dan membangun.

4. Ibu Dr. Riswanti Rini, M.Si., selaku ketua jurusan Ilmu Pedidikan dan selaku dosen Penguji 1.

5. Bapak Dr. Irawan Suntoro, M.S., selaku Ketua Jurusan magister manajemen pendidikan dan selaku dosen pembimbing II yang telah memotivasi, membimbing, dan mengarahkan penulis selama penulisan tesis.

6. Bapak Dr. Sumadi, M.S., selaku dosen Penguji II atas kesabarannya dalam memberikan bimbingan, saran dan motivasi kepada penulis.

(15)

x

9. Bapak Payudi,S.Pd., selaku waka kurikulum di SMA Negeri 2 Bandar Lampung terimakasih atas bantuan dan kerja samanya selama penelitian berlangsung.

10.Sahabat seperjuanganku ALAK-ALAK atas motivasi, perhatian dan hiburannya selama ini

11.Teman-temanku keluarga besar magister manajemen pendidikan angkatan 2013 (MP 5) yang telah memberi motivasi, saran serta masukan guna terselesaikannya tesis ini, terima kasih atas bantuannya, kebersamaan serta kekeluargaannya selama ini.

12.Pak Bagyo dan Mas Dwi yang selalu memberi informasi mengenai segala urusan kampus

13.Kepada semua pihak yang telah membantu terselesainya tesis ini.

Penulis berdoa, semoga semua amal dan bantuan, mendapat pahala serta balasan dari Allah SWT dan semoga tesis ini bermanfaat bagi dunia pendidikan. Amin.

Bandar Lampung, 23 Juni 2015

(16)

BAB I PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal, tempat peserta didik belajar dan guru mengajar. Di sekolah, peserta didik tidak sekadar menimbah ilmu, tetapi dididik, dibimbing, dan didewasakan. Peserta didik dibekali dengan nilai-nilai luhur, tata tertib, sopan santun, tata krama, budi pekerti, serta adat budaya. Sekolah merupakan tempat berlangsungnya kegiatan pembelajaran. Kegiatan ini tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa, tetapi merupakan beberapa kegiatan untuk membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi secara fair dan sejenisnya yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Untuk mencapai sasaran tersebut, perlu adanya pengelolaan iklim dan budaya sekolah yang baik.

(17)

untuk meningkatkan kinerjanya agar tujuan sekolah dapat tercapai. Karena nilai, moral, sikap dan perilaku siswa selama di sekolah dipengaruhi oleh struktur dan kultur sekolah, serta interaksi mereka dengan aspek-aspek dan komponen yang ada di dalamnya, seperti kepala sekolah, guru, materi pelajaran dan hubungan antarsiswa sendiri.

Iklim sekolah merupakan lingkungan belajar yang medorong prilaku positif dan kepribadian siswa sehingga menciptakan proses pembelajaran yang optimal. Menurut Larsen dalam Moedjiarto (2002:28) bahwa “iklim sekolah merupakan suatu norma, harapan dan kepercayaan dari personil-personil yang terlibat dalam organisasi sekolah yang dapat memberikan dorongan untuk bertindak guna pencapaian prestasi siswa yang tinggi”.

(18)

Pengelolaan pendidikan yang bermutu lebih menekankan pada kemandirian, kreativitas sekolah dan perbaikan proses yang lebih dijiwai oleh budaya mutu. Sekolah bertanggung jawab atas mutu pendidikan kepada pemerintah, orangtua peserta didik, masyarakat, dan customer pendidikan. Di sinilah pentingnya membangun budaya mutu sebagai sebuah filosofi dan pijakan dasar sekolah dalam mengembangkan diri secara berkesinambungan.

Banyak hal yang dapat dilakukan untuk meningkatkan mutu pendidikan. Salah satunya adalah membangun budaya dan iklim sekolah dengan baik. Budaya dan iklim sekolah merupakan kultur organisasi dalam konteks persekolahan. Budaya dan Iklim sekolah sebagai kualitas kehidupan sekolah yang tumbuh dan berkembang berdasarkan spirit dan nilai yang dianut sekolah, yakni dalam bentuk bagaimana warga sekolah seperti komite sekolah, yayasan (untuk swasta), kepala sekolah, guru, karyawan, dan siswa bekerja, belajar, dan berhubungan satu sama lain. Budaya dan Iklim sekolah merupakan faktor yang esensial dalam membantuk siswa menjadi manusia yang optimis, berani tampil, berprilaku kooperatif serta memiliki kecakapan personal dan akdemik. SMA Negeri 2 Bandar Lampung merupakan salah satu sekolah yang mengelola budaya dan iklim sekolah dengan baik

(19)

Tinggi Favorit di Indonesia, bahkan banyak di antara mereka yang melanjutkan ke Pendidikan Tinggi di Luar Negeri. Saat ini banyak alumni lulusan SMA Negeri 2 Bandar Lampung yang menjadi para pejabat hingga seorang menteri. Akreditasi SMA Negeri 2 Bandar Lampung dengan nilai Akreditasi: 96 dan peringkat Akreditasi: A dengan Tanggal Penetapan: 22-Nov-2010.

(20)

I.2 Fokus Penelitian

Berdasarkan latar belakang penelitian, fokus penelitian adalah Pengembangan Budaya dan Iklim Kerja Sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung, adapun sub fokus sebagai berikut :

1. Strategi pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. 2. Sasaran pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. 3. Strategi pengembangan iklim kerja sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung 4. Sasaran pengembangan iklim kerja di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

I.3 Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka rumusan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Bagaimanakah strategi pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung?

2. Bagaimanakah sasaran pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung?

3. Bagaimanakah strategi pengembangan iklim kerja sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung?

(21)

I.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang di atas, maka tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis :

1. Strategi pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. 2. Sasaran pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. 3. Strategi pengembangan iklim kerja sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung 4. Sasaran pengembangan iklim kerja di SMA Negeri 2 Bandar Lampung

I.5 Kegunaan Penelitian 1.5.1 Secara Praktis

Adapun kegunaan dalam penelitian ini diharapkan berdaya guna sebagai berikut : 1. Bagi kepala sekolah; dapat menambah kajian literatur sekolah tentang

pentingnya budaya dan iklim sekolah

2. Bagi guru, guru dapat mengembangkan budaya dan iklim sekolah dalam meningkatkan kualitas pembelajaran

3. Bagi siswa, dengan budaya dan iklim sekolah dapat terlihat perubahan positif dalam diri siswa.

4. Hasil Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan terhadap pengetahuan Manajemen khususnya Manajemen Pendidikan

1.5.2 Secara Teoritis

(22)

I.6 Definisi Istilah

1.6.1 Budaya Sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah 1.6.2 Iklim Sekolah merupakan seperangkat karakteristik suatu sekolah yang

membedakan dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku guru, staf, siswa dan stakeholderi lainnya yang ada pada sekolah tersebut.

1.6.3 Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah merupakan proses perubahan yang direncanakan oleh kepala sekolah dan dilakukan oleh warga sekolah guna menuju pada perubahan yang lebih baik

1.6.4 Strategi Pengembangan Budaya dan Iklim Sekolah merupakan pendekatan secara keseluruhan yang dilakukam oleh kepala sekolah selaku pimpinan berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi guna tercapainya budaya dan iklim sekolah yang baik dalam kurun waktu tertentu.

(23)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Manajemen Sekolah

Menurut Sutisna dalam Rohiat (2012:13) dalam pemakaiannya secara umum, administrasi diartikan sama dengan manajemen, dan administrator dengan manajer. Dibidang pendidikan, pemerintahan, rumah sakit, dan kemiliteran, orang umumnya memakai istilah administrasi, sedangkan bidang industri dan perusahaan memakai istilah manajemen atau manager. Manajer berasal dari kata to mange yang berarti mengelola. Pengelolaan dilakukan melalui proses dan dikelola berdasarkan urutan dan fungsi-fungsi manajemen itu sendiri. Manajemen adalah melakukan pengelolaan sumberdaya yang dimiliki oleh sekolah/organisasi yang diantaranya adalah manusia, uang, metode, material, mesin, dan pemasaran yang dilakukan dengan sistematis dalam suatu proses.

Sedangkan dalam konteks sekolah yaitu manajemen sekolah menurut buku manajamen sekolah sebenarnya merupakan aplikasi ilmu manajemen dalam bidang persekolahan. Ketika istilah manajemen diterapkan dalam bidang pemerintahan akan menjadi manajemen pemerintahan, dalam bidang pendidikan menjadi manajemen pendidikan, begitu seterusnya.

(24)

persekolahan (dibaca juga pendidikan) karena keduanya sudah memenuhi syarat sebagai suatu ilmu. Manakala dipandang sebagai suatu seni, maka para pengelola sekolah dapat memerankan peranannya sebagai pemimpin yang mampu mempengaruhi dan mengajak orang lain untuk bekerja sama (guru-siswa, kepala sekolah-guru atau pegawai administrasi, dan seterusnya). Manakala dipandang sebagai suatu proses kegiatan maka setiap orang yang terlibat dalam proses kerja sama dalam bidang persekolahan harus dapat melaksanakan tugasnya sesuai dengan fungsi dan perannya secara proporsional (guru-dapat mengajar dengan baik, siswa-dapat belajar dengan baik, kepala sekolah-dapat menjadi pemimpin yang bijak dan seterusnya).

Manajemen pendidikan dapat diartikan sebagai seni dan ilmu mengelola sumber daya pendidikan untuk mencapai tujuan secara efektif dan efisien (Usman, 2013:12). Sumber daya pendidikan adalah sesuatu yang dipergunakan dalam pensyelenggaraan pendidikan yang meliputi :

a. Man (SDM) atau manusia adalah unsur terpenting yang perlu dikelola dalam

manajemen pendidikan, pengelolaan yang biasa dilakukan misalnya dengan mengorganisasikan manusia dengan melihat apa yang menjadi keahlian orang tersebut.

b. Money (uang), dimaksudkan untuk mengelola pendanaan atau pembiayaan secara efisien sehingga tidak terjadi pemborosan dalam suatu lembaga pendidikan.

c. Materials (bahan), merupakan aspek yang tidak kalah penting dalam

(25)

kurikulum yang berisi panduan dasar untuk mentransfer ilmu dari guru ke siswa.

d. Machines (mesin), bertujuan untuk dapat mengelola mesin yang digunakan untuk mendukung proses belajar mengajar supaya dapat digunakan sebaik mungkin dan tidak cepat mengalami kerusakan, untuk orang yang mengelola mesin biasanya harus orang yang benar-benar tau cara merawat mesin tersebut dengan baik.

e. Methods (metode), harus dilakukan dengan baik, metode yang digunakan untuk mengajar guru di sekolah satu dengan guru di sekolah lain tidak sama karena tergantung pada kesiapan siswa yang diajar.

f. Market (pasar) adalah salah satu kunci yang menentukan sekolah atau lembaga pendidikan tersebut menjadi lembaga pendidikan yang besar atau kecil, pasar yang dimaksud adalah masyarakat secara luas, sasaran yang dituju adalah masyarakat yang berniat menyekolahkan putra putri mereka. g. Minute atau waktu, perlu dikelola dengan baik karena waktu belajar peserta

didik di sekolah sangat terbatas, sehingga perlu pengelolaan yang baik supaya waktu belajar mengajar menjadi lebih efisien.

(26)

Pada hakekatnya istilah manajemen pendidikan dan manajemen sekolah mempunyai pengertian dan maksud yang sama. Keduanya susah untuk dibedakan karena sering dipakai secara bergantian dalam pengertian yang sama. Apa yang menjadi bidang manajemen pendidikan adalah juga merupakan bidang manajemen sekolah. Demikian pula proses kerjanya ditempuh melalui fungsi-fungsi yang sama, yang diturunkan dari teori administrasi dan manajemen pada umumnya.

2.1.1. Tujuan Manajemen Sekolah.

Tujuan Manajemen Sekolah menurut Sagala Syaiful (2009) adalah mewujudkan tata kerja yang lebih baik dalam empat hal, yaitu : 1) meningkatnya efesiensi penggunaan sumber daya dan penugasan staf. 2) meningkatnya profesionalisme guru dan tenaga kependidikan di sekolah. 3) munculnya gagasan-gagasan baru dalam implementasi kurikulum, penggunaan teknologi pembelajaran, dan pemanfaatan sumber-sumber belajar. 4) meningkatnya mutu partisipasi masyarakat dan stakeholder.

(27)

pengambilan keputusan secara partisipatif. Secara terperinci menurut Daryanto (2013:64) manajemen sekolah dilaksanakan memiliki tujuan khusus agar: pertama pada setiap jenis dan jenjang pendidikan terjadi adanya efektivitas produksi. Para lulusannya dapat melakukan pada jenjang pendidikan diatasnya, dapat bekerja sesuai dengan pengetahuan dan keterampilan. Kedua, tercapainya efisiensi penggunaan sumber daya dan dana, tidak terjadi pemborosan baik waktu, tenaga maupun uang dan yang lainnya. Ketiga, para lulusannya mampu menyesuaikan diri dalam kehidupan dimasyarakat, dan keempat, terciptanya kepuasan kerja pada setiap anggota warga sekolah. Untuk itu perlu dibangun suatu iklim organisasi sekolah yang sehat.

2.1.2 Fungsi-fungsi Manajemen Sekolah.

Manajemen adalah proses, yakni aktivitas yang terdiri dari empat subaktivitas yang masing-masing merupakan fungsi fundamental (Terry, 2000: 159). Menurut Percy E. Burrup fungsi-fungsi manajemen pendidikan di sekolah adalah:

1. Merencanakan cara dan langkah-langkah mewujudkan tujuan program sekolah.

2. Mengalokasikan baik sumber daya maupun kegiatan mengajar sehingga masig-masing tahu tugas dan tanggung jawab.

3. Memotifasi dan menstimulir kegiatan staf pengajar sehingga mereka dapat melaksanakan tugasnya dengan sebaik-baiknya.

4. Mengkoordinir kegiatan anggota staf pengajar dan setiap satuan tugas di sekolah sehingga tenaga dapat digunakan seefektif mungkin.

5. Menilai efektifitas program dan pelaksanaan tugas pengajaran dan tujuan-tujuan sekolah yang ditentukan sudah tercapai apa belum. Dan menilai pertumbuhan kemampuan mengajar tiap guru.

(28)

Fungsi manajemen sekolah dilihat dari bentuk masalahnya terdiri dari bidang-bidang substansi dan manajemen sekolah. Menurut Daryanto (2013:68) masalah-masalah yang merupakan bidang dari manajemen sekolah terdiri dari:

a. Bidang pengajaran atau lebih luas disebut kurikulum. b. Bidang kesiswaan.

c. Bidang personalia. d. Bidang keuangan. e. Bidang sarana. f. Bidang prasarana.

g. Bidang hubungan sekolah dengan masyarakat (humas)

Menurut Daryanto (2013:69) fungsi manajemen sekolah dilihat dari akivitas atau kegiatan manajemen, meliputi:

Kegiatan manajerial yang dilakukan oleh para pimpinan. Kegiatan manajerial meliputi: 1) Perencanaan, 2) Pengorganisasian, 3) Pengarahan, 4) Pengkoordinasian, 5) Pengawasan, 6) Penilaian, 7) Pelaporan, dan 8) Penentuan anggaran

Kegiatan yang bersifat operatif, yakni kegiatan yang dilakukan oleh para pelaksana. Kegiatan ini berkaitan langsung dengan pencapaian tujuan.. Fungsi operatif ini meliputi pekerjaan-pekerjaan: 1) Ketatausahaan, 2) Perbekalan, 3) Kepegawaian, 4) Keuangan dan 5) Humas

Pelaksanaan manajemen sekolah yang efektif dan efisien menuntut dilaksanakan beberapa fungsi manajemen tersebut secara terpadu dan terintegrasi dalam pengelolaan bidang-bidang manajemen pendidikan. Jadi melalui penerapan fungsi manajemen sekolah yang efektif dan efisien diharapkan dapat memberikan kontribusi terhadap peningkatan kualitas pendidikan secara keseluruhan.

2.1.3 Prinsip-prinsip Manajemen Sekolah.

(29)

ini landasan-landasan yang dijadikan dasar dalam dalam melaksanakan fungsi atau pekerjaan-pekerjaan manakeman sekolah. Menurut Daryanto (2013:70) dalam pengelolaan sekolah agar dapat mencapai tujuan sekolah dengan baik, maka perlu mendasarkan pada prinsip-prinsip manajemen sebagai berikut:

a. Prinsip efisiensi yakni dengan penggunaan modal yang sedikit dapat menhasilkan hasil yang optimal.

b. Prinsip efektivitas, yakni ketercapaian sasaran sesuai tujuan yang diharapkan

c. Prinsip pengelolaan, yakni seorang manajer harus melakukan pengelolaan sumber-sumber daya yang ada

d. Prinsip pengutamaan tugas pengelolaan, yakni seorang manajer harus mengutamakan tugas-tugas pokoknya. Tugas-tugas yang bersifat operatif hendaknya dilimpahkan pada orang lain secara proposional . manakala seorang manajer telah melimpahkan tugas kepada orang lain, tanggung jawab tetap ada pada pimpinan.

e. Prinsip kerjasama, yakni seorang manajer hendaknya dapat membangun kerjasama yang baik secara horizontal

f. Prinsip kepemimpinan yang efekif, yakni bagaimana seorang manajer dapat memberi pengaruh, ajakan pada orang lain untuk tujuan bersama.

2.1.4 Ruang Lingkup Manajemen Sekolah.

Ruang lingkup manajemen sekolah dalam tulisan ini adalah luasnya bidang garapan manajemen sekolah. Menurut Rohiat (2012:21) garapan manajemen sekolah meliputi beberapa bidang antara lain:

a. Manajemen kurikulum (pengajaran) b. Manajemen kesiswaan

c. Manajemen personalia yang mencakup tenaga edukatif dan tenaga administrasi

d. Manajemen sarana prasarana e. Manajemen keuangan

f. Manajemen hubungan dengan masyarakat, g. Manajemen layanan khusus

h. Manajemen Iklim dan Budaya Sekolah

(30)

manajemen iklim dan budaya sekolah, jika dikelola dengan baik maka akan terjadi sinergi dalam pencapaian tujuan sekolah.

2.2 Manajemen Iklim dan Budaya Sekolah

2.2.1 Budaya Sekolah

Istilah “budaya” mula-mula datang dari disiplin ilmu Antropologi Sosial. Apa yang tercakup dalam definisi budaya sangatlah luas. Istilah budaya dapat diartikan sebagai totalitas pola perilaku, kesenian, kepercayaan, kelembagaan, dan semua produk lain dari karya dan pemikiran manusia yang mencirikan kondisi suatu masyarakat atau penduduk yang ditransmisikan bersama. Sedangkan kebudayaan menurut Silvano dalam Wahab (2011:229) “merupakan masyarakat yang berdasarkan hukum-hukum yang adil, yang memungkinkan kondisi ekonomi dan psikologis yang paling baik bagi warga negaranya”.

Pandangan tentang apa itu budaya sekolah sudah ada sejak beberapa tahun silam dilontarkan. Pada tahun 1932 misalnya, Waller Peterson dan Deal (2009:8) menyatakan bahwa setiap sekolah mempunyai budayanya sendiri, yang berupa serangkaian nilai, norma, aturan moral, dan kebiasaan, di dalam sekolah yang dapat dibentuk, diperkuat, dan dipelihara melalui pimpinan dan guru-guru di sekolah. Budaya sekolah, dengan demikian merupakan konteks di belakang layar sekolah yang menunjukkan keyakinan, nilai, norma dan kebiasaan yang telah dibangun dalam waktu yang lama oleh semua warga dalam kerja sama di sekolah.

(31)

dengan sekolah lain”. Budaya sekolah merupakan ciri khas, karakter atau watak, dan citra sekolah tersebut di masyarakat luas. budaya sekolah sebagai karakteristik khas sekolah yang dapat didefinisikan melalui nilai yang dianutnya, sikap yang dimilikinya, kebiasaan-kebiasaan yang ditampilkannya, dan tindakan yang ditunjukkan oleh seluruh personel sekolah yang membentuk satu kesatuan khusus dari sistem sekolah. Menurut Riduwan (2012:109) bahwa “budaya sekolah yang kerap disebut dengan iklim kerja yang menggambarkan suasana dan hubungan kerja antara sesama guru, antara guru dan kepala sekolah, antara guru dengan tenaga kependidikan lainnya serta antar dinas dilingkungannya merupakan wujud dari lingkungan kerja yang kondusif”. Sekolah sebagai suatu organisasi, memiliki budaya tersendiri yang dibentuk dan dipengaruhi oleh nilai-nilai, persepsi, kebiasaan-kebiasaan, kebijakan-kebijakan pendidikan, dan perilaku orang-orang yang berada di dalamnya.

Sebagai suatu organisasi, sekolah menunjukkan kekhasan, yaitu pembelajaran. Budaya sekolah semestinya menunjukkan kapabilitas yang sesuai dengan prinsip-prinsip kemanusiaan. Konsep budaya sekolah masuk ke dalam pendidikan itu pada dasarnya sebagai upaya untuk memberikan arah tentang efisiensi lingkungan pembelajaran.

Kesimpulannya bahwa budaya sekolah adalah sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah.

(32)

demokratis. Ketiga kultur ini harus menjadi prioritas yang melekat dalam lingkungan sekolah.

2.2.2 Hakikat Budaya Sekolah

Budaya sekolah yang kondusif ditandai dengan terciptanya lingkungan belajar yang nyaman, aman, dan tertib sehingga pembelajaran dapat berlangsung secara efektif. Budaya sekolah yang kondusif sangat penting agar peserta didik dapat merasa senang dan bersikap positif terhadap sekolahnya, agar guru merasa dihargai, serta agar orang tua dan masyarakat merasa diterima dan dilibatkan. Hal ini dapat terjadi melalui penciptaan norma dan kebiasaan yang positif, hubungan dan kerja sama yang harmonis yang didasari oleh sikiap yang saling menghormati. Selain itu budaya sekolah yang kondusif mendorong setiap warga sekolah untuk bertindak dan melakukan sesuatu yang terbaik yang mengarah pada prestasi tinggi peserta didik.

(33)

tinggi akan pekerjaan yang berkualitas tinggi (4) persyaratan promosi dan penjenjangan, dan (5) pemberian perhatian pribadi kepada peserta didik perorangan.

Menurut Mulyasa (2013:91) terdapat beberapa indikator budaya sekolah yang baik sebagai berikut :

a) Tujuan-tujuan sekolah yang mencerminkan keunggulan yang ingin dicapai diperlihatkan dengan jelas kepada seluruh warga sekolah, ditetapkan dan diumumkan secara luas di sekolah.

b) Tujuan-tujuan pembelajaran akademik di sekolah dirumuskan dengan cara yang dapat diukur.

c) Fasilitas-fasilitas fisik sekolah dirawat dengan baik, termasuk segera diperbaiki fasilitas yang rusak.

d) Penampilan fisik sekolah yang bersih, rapi, dan nyaman serta mem-perhatikan keamanan.

e) Pekarangan dan lingkungan sekolah ditata sedemikian rupa sehingga memberi kesan asri, teduh, dan nyaman.

f) Poster-poster afirmasi (poster berisi pesan-pesan positif) digunakan dan dipajang di berbagai tempat strategis yang mudah dan selau dilihat oleh peserta didik.

g) Sekolah menciptakan rasa memiliki sehingga guru dan peserta didik menunjukkan rasa bangga terhadap sekolahnya.

h) Kondisi kelas yang menyenangkan sehingga tercipta suasana yang mendorong peserta didik belajar.

i) Acara-acara penting di sekolah dijadwal sedemikian rupa sehingga tidak mengganggu waktu. belajar.

j) Ada transisi/peralihan yang lancar dan cepat antar kegiatan-kegiatan di sekolah maupun di dalam kelas.

k) Guru mau mengubah metode-metode mengajar, bila metode yang lebih baik diperkenalkan kepadanya.

l) Penggunaan sistem moving-class.

m) Penciptaan relasi kekeluargaan dan kebersamaan.

n) Sekolah menciptakan suasana yang memberikan harapan, dimana para guru percaya bahwa peserta didik dapat mencapai tingkat prestasi yang tinggi.

o) Sekolah menekankan kepada peserta didik dan guru bahwa belajar merupakan alasan yang paling penting untuk bersekolah.

(34)

q) Harapan terhadap prestasi peserta didik yang tinggi disampaikan kepada seluruh orang tug peserta didik.

r) Seluruh staf dan guru berkomitmen untuk mengembangkan budaya mutu dalam menjalankan tugas sehari-hari.

2.2.3 Strategi Pengembangan Budaya Sekolah

Menurut Mulyasa (2013:94) terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan oleh kepala sekolah dalam mengembangkan budaya sekolah untuk meningkatkan kualitas pembelajaran, antara lain: (1) Program akselerasi (2) Mendongkrak prestasi belajar (3) Lingkungan sekitar sekolah (4) Program kewirausahaan

(35)

dan teratur terhadap seluruh peserta didik, bukan hanya kepada peserta didik yang bermasalah.

Untuk mendongkrak prestasi belajar, mulyasa (2013:98) mengatakan bahwa terdapat beberapa hal yang harus di perhatikan, antara lain : (1) Hendaknya dibentuk kelompok belajar, karena dengan belajar bersama peserta didik yang kurang paham dapat diberitahu oleh yang telah paham dan yang telah paham dapat meningkat pemahamannya, karena menerangkan kepada temannya, (2) Semua pekerjaan dan latihan hendaknya dikerjakan segera dan sebaik-baiknya, karena latihan, terutama latihan ekspresi merupakan cara terbaik untuk penguasaan ilmu dan kecakapan, (3) Mengesampingkan perasaan negatif dalam membahas atau berdebat mengenai suatu masalah, karena akan menghambat ekspresi dan mengurangi kejernihan pikiran, (4) Rajin membaca buku/majalah yang bersangkutan dengan pelajaran. Dengan banyak membaca, maka batas pandangan dan wawasan mengenai suatu pelajaran akan bertambah jauh dan luas, (5) Berusaha melengkapi dan merawat alat-alat belajar dengan baik. Hal ini kelihatannya soal sepele, tetapi alat-alat yang tidak lengkap atau tidak baik akan mengganggu proses dan hasil belajar, (6) Untuk mempersiapkan dan mengikuti ujian harus melakukan persiapan minimal seminggu sebelumnya. Dalam hal ini antara lain perlu persiapan yang matang untuk menguasai isi pelajaran, mengenai jenis pertanyaan dan jenis tes yang akan ditanyakan (apakah tes essay atau objektif), serta berlatih untuk mengkombinasikan isi dan bentuk tes.

(36)

cara mengamati dan melakukan secara langsung apa-apa yang ada dan berlangsung di lingkungan sekitar, baik rumah maupun sekolah. Dalam hal ini, peserta didik dapat menanyakan sesuatu yang ingin diketahui pada orang lain di lingkungan mereka yang dianggap kompeten tentang masalah yang dihadapi.

UNESCO mengemukakan jenis-jenis lingkungan yang dapat didayagunakan oleh peserta didik untuk kepentingan pembelajaran.

1. Lingkungan yang meliputi faktor-faktor fisik, biologi, sosio ekonomi, dan budaya yang berpengaruh secara langsung maupun tidak langsung, dan berinteraksi dengan kehidupan peserta didik.

2. Sumber masyarakat yang meliputi setiap unsur atau fasilitas yang ada dalam suatu kelompok masyarakat.

3. Ahli-ahli setempat yang meliputi tokoh-tokoh masyarakat yang memiliki pengetahuan khusus dan berkaitan dengan kepentingan pembelajaran.

(37)

2.2.4 Sasaran Pengembangan Budaya Sekolah

Proses pendidikan di sekolah bisa jadi meliputi arena yang luas, namun perlu dipertimbangkan adanya prioritas dan usaha. Menurut Mulyasa (2013:105), Prioritas yang perlu diperhatikan dalam pengembangan budaya sekolah adalah sebagai berikut: (1) Modernisasi pengelolaan sekolah, (2) Modernisasi guru, (3) Modernisasi pembelajaran.

Sejalan dengan uraian di atas, pemerintah terus menerus melakukan berbagai kajian, baik melalui diskusi, seminar, lokakarya, maupun pengkajian-pengkajian para ahli lainnya. Dari berbagai pengkajian tersebut, Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas; 2002), telah mengagendakan berbagai program perubahan yang harus dilakukan untuk menciptakan iklim sekolah yang kondusif dan menunjang terhadap pencapaian tujuan pendidikan. Program perubahan tersebut mencakup level kelas (regulator), level profesi (mediator), dan level sekolah (manajemen).

Berdasarkan Penjabaran di atas dapat disimpulkan bahwa sasaran dalam pengembangan budaya sekolah adalah modernisasi pengelolaan sekolah, modernisasi guru, dan modernisasi pembelajaran.

2.2.5 Iklim Sekolah

(38)

dengan sekolah lain dan karakteristik itu akan mempengaruhi perilaku guru, staf, siswa dan stakeholderi lainnya yang ada pada sekolah tersebut”. Sedangkan menurut Sergiovani dalam Masaong & Tilomi, (2011:181) bahwa “iklim sekolah sebagai sebuah konsep kelompok yang tidak lebih dari persepsi seseorang, perasaan, atau interpretasi kehidupan dalam suatu sekolah”. Serta menurut Ownes (dalam Masaong & Tilomi, 2011:181) “organizational climate is the study of perceptions that individuals have of the environment in the organization”.

Pengertian tersebut mengisyaratkan, bahwa iklim sekolah berkaitan erat dengan persepsi yang dimiliki oleh individu guu, staf dan siswa disekolah.

(39)

keinginan guru dan staf untuk menerima pengaruh dan pengarahan dari sosok yang berkualitas.

2.2.6 Iklim Sekolah

Dimensi iklim kerja menurut Litwin dan Stringer yang dikutip oleh Holbeche (2005: 101) adalah sebagai berikut :

(a) Tanggung jawab, karyawan diberi kebebasan untuk melaksanakan tugas dan menyelesaikannya, diberi motivasi yang lebih untuk melaksanakan tugas tanpa harus selalu mencari persetujuan manajer, diberi keberanian me-nanggung resiko dari pekerjaan tanpa rasa takut dimarahi.

(b) Fleksibilitas, karyawan diberi kebebasan untuk lebih inovatif

(c) Standar, diperlukan untuk mencapai hasil yang memuaskan ditandai dengan adanya dorongan untuk maju

(d) Komitmen tim, orang akan memberikan apa yang terbaik yang mereka bisa lakukan jika mereka memiliki komitmen terhadap organisasi dan bangga berada di dalamnya.

(e) Kejelasan, kejelasan terhadap apa yang menjadi tujuan, tingkatan tanggung jawab, nilai-nilai organisasi. Hal ini penting diketahui oleh karyawan agar mereka tahu apa yang sesungguhnya diharapkan dari mereka dan mereka dapat memberikan kontribusi yang tepat bagi organisasi.

(40)

peningkatan kinerja.

(g) Gaya kepemimpinan, ketika gaya kepemimpinan sesuai dengan situasi yang ada maka hasil akan dicapai.

Pendapat lain berkaitan dengan dimensi iklim kerja di sekolah adalah yang dikemukakan oleh Taguiri (dalam Owens: 1995), yang menyebutkan dimensi iklim kerja antara lain :

(a) Ecologie, berhubungan dengan faktor lingkungan fisik dan material

organisasi, sebagai contoh , ukuran, usia, fasilitas dan kondisi bangunan. (b) Milieu, berhubungan dengan dimensi sosial pada organisasi. Termasuk

ke dalam dimensi ini segala sesuatu mengenai orang-orang dalam organisasi. (c) Sosial system, berhubungan dengan struktur organisasi dan administrasi.

Termasuk dimensi ini adalah struktur organisasi sekolah, cara pengambilan keputusan dan siapa orang-orang yang terlibat di dalamnya, pola komunikasi di antara orang-orang dalam organisasi dan lain-lain.

(d) Culture, berhubungan dengan nilai, sistim kepercayaan, norms dan cars berpikir yang merupakan karakteristik orang-orang dalam organisasi.

(41)

Banyak faktor yang dapat mempengaruhi suasana kerja di sekolah. Kondisi iklim kerja disekolah dapat diukur dengan menggunakan berbagai macam dimensi. Cohen, (dalam Pinkus, 2009: 14), menjabarkan pengukuran iklim sekolah ke dalam empat dimensi, yaitu: (a) safety, (b) teaching and learning, (c) interpersonal relationships, dan (d) institutional environment. Dimensi safety terdiri atas (a) rules and norms, meliputi adanya aturan yang dikomunikasikan dengan jelas dan dilaksanakan secara konsisten, ( b) physical safety meliputi perasaan siswa dan orang tua yang merasa aman dari kerugian fisik di sekolah, dan (c) social and emotional security meliputi perasaan siswa yang merasa aman dari cemoohan, sindiran, dan pengecualian.

Dimensi teaching and learning terdiri atas: (a) support for learning, menunjukkan adanya dukungan terhadap praktek-praktek pengajaran, seperti tanggapan yang positif dan konstruktif, dorongan untuk mengambil risiko, tantangan akademik, perhatian individual, dan kesempatan untuk menunjukkan pengetahuan dan keterampilan dalam berbagai cara, dan (b) social and civic

learning, menunjukkan adanya dukungan untuk pengembangan pengetahuan

dan keterampilan social, termasuk mendengarkan secara efektif, pemecahan masalah, refleksi dan tanggung jawab, serta pembuatan keputusan yang etis.

(42)

tua untuk mendukung siswa dalam kaitannya dengan harapan tinggi untuk sukses, keinginan untuk mendengar, dan kepedulian pribadi, dan (c) social support students menunjukkan adanya jaringan hubungan untuk mendukung kegiatan

aka-demik dan pribadi siswa.

Dimensi institutional environment, terdiri atas (a) school connectedness/ engagement, meliputi ikatan positif dengan sekolah, rasa memiliki, dan norma-norma umum untuk berpartisipasi dalam kehidupan sekolah bagi siswa dan kelu-arga, dan (b) physical surroundings, meliputi kebersihan, ketertiban, dan daya tarik fasilitas dan sumber daya dan material yang memadai.

Berdasarakan penjabaran diatas, termasuk kedalam sasaran pengembangan iklim kerja sekolah, dimana sasaran pengembangan iklim sekolah meliputi (1) tingkat kenyamanan, (2) proses pengajaran dan pembelajaran (3) Hubungan interpersonal antara siswa dengan siswa, siswa dengan guru, maupun guru dengan orang tua serta (4) hubungan kelembagaan lingkungan dengan sekolah.

2.2.7. Faktor Penentu Iklim dan Budaya Sekolah

Iklim dan budaya sekolah memiliki faktor-faktor penentu yang perlu diperhatikan. Menurut Mulyasa (2013:104) secara umum faktor-faktor penentu yang perlu diperhatikan dalam iklim dan budaya sekolah adalah sebagai berikut.

(43)

dianalisis apa tujuan pendidikan nasional, apa pula tujuan institusionalnya, kurikulernya, sampai pada tujuan yang paling spesifik sekali, yaitu tujuan pembelajaran khusus, dalam kaitannya dengan kompetensi yang diperlukan. 2. Peserta didik merupakan subjek sekaligus objek pendidikan. Perubahan

perilaku peserta didik ditentukan oleh pengalaman belajamya di samping faktor-faktor bawaan (hereditas). Oleh karena itu, dalam proses pembaruan pendidikan perlu memperhatikan peserta didik, sosial maupun individual. 3. Mendidik merupakan pekerjaan profesional, memberikan petunjuk bahwa tidak

setiap orang dapat melaksanakan profesi mendidik (pendidik). Seseorang pendidik yang profesional, tidak saja harus memiliki kemampuan profesional saja, tetapi juga harus memiliki kemampuan personal dan kemampuan sosial. 4. Isi pendidikan merupakan segala pengalaman yang harus dimiliki peserta didik

sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai melalui proses pendidikan. Oleh karena itu, isi pendidikan (kurikulum) perlu penyesuaian.

5. Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh kelengkapan fasilitas clan sumber belajar. Hal ini terasa sekali dalam sistem pendidikan dewasa ini.

Menurut Mulyasa (2013:103) Iklim dan budaya sekolah yang kondusif tentu saja tidak akan terjadi secara otomatis. Sedikitnya diperlukan dua syarat dasar, yakni sikap positif terhadap pembaruan bagi semua komponen dan adanya sumber yang diperlukan untuk mengadakan pembaruan. Jika untuk memajukan pertanian diperlakukan mesin-mesin pertanian, maka untuk memajukan pendidikan di sekolah tidaklah diperlukan mesin-mesin seperti itu, tetapi sumber-sumber, misalnya untuk penunjang kegiatan penelitian dan percobaan sehingga kegiatan pembaruan pendidikan dapat dilakukan secara lebih luas, cepat, dan tepat.

2.2.8 Implementasi Iklim dan Budaya Sekolah

(44)

norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang merupakan harapan setiap pemangku kepentingan tersebut. Untuk itu, pimpinan sekolah, para guru, dan karyawan harus fokus pada usaha pengorganisasian yang mengarah pada harapan-harapan di atas. Daryanto dan Suryatri (2013:27) mengatakan ada lima cara yang harus diperhatikan guna menciptakan hal-hal pada harapan-harapan tersebut,

Pertama, mendefinisikan peran yang harus dimainkan oleh pimpinan sekolah, guru, dan komunitas sekolah melalui komunikasi yang terbuka dan kegiatan-kegiatan akademik yang dapat memberikan layanan terbaik terhadap harapan dan kebutuhan komunitas sekolah tertentu.

Kedua, menyusun mekanisme komunikasi yang efektif, seperti misalnya dengan melakukan pertemuan rutin (mingguan atau bulanan) diantara pimpinan sekolah, guru, dan karyawan; pihak sekolah dengan mitra, seperti dengan perguruan dengan atau organisasi profesi tertentu; pihak sekolah dengan orang tua/wali; dan pihak sekolah dengan pemerintah. Ketiga, melakukan kajian bersama untuk mencapai keberhasilan sekolah, misalnya melalui pertemuan dengan sekolah-sekolah tertentu yang telah berhasil atau sekolah unggulan, atau dengan melakukan studi banding. Keempat, melakukan visualisasi visi dan misi sekolah, keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan sekolah.

Kelima, memberikan pelatihan-pelatihan atau memberikan kesempatan kepada semua komponen sekolah untuk mengikuti berbagai pelatihan atau pengembangan diri, yang mendukung terwujudnya iklim dan budaya sekolah yang diharapkan.

Selain lima hal yang sudah disebutkan di atas, Lickona (1991:36) menyebutkan adanya enam unsur moral positif yang hendaknya ditanamkan dilingkungan sekolah :

1. Kepala sekolah hendaknya memperlihatkan kepemimpinan moral akademik

2. Pihak sekolah membuat aturan-aturan atau disiplin sekolah (nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan) yang efektif

(45)

4. Pihak sekolah dapay menggunakan organisasi siswa (OSIS) untuk mempromosikan terbinanya warga sekolah yang memiliki tanggung jawab bersama terhadap sekolah

5. Pihak sekolah dapat menciptakan komunitas moral 6. Pihak sekolah menekankan pentingnya nilai-nilai moral

Dinyatakan juga oleh Peterson dan Deal (2009:207) bahwa masing-masing komponen sekolah memainkan peran yang berbeda-beda. Mereka bertanggung jawab terhadap kelangsungan struktur dan kegiatan-kegiatan sekolah, berbagai prosedur dan kebijakan, program-program, dan sumberdaya, serta standar dan aturan yang berlaku di sekolah. Mereka juga memainkan peran yang pokok dalam membentuk iklim dan budaya sekolah dengan cara mengkomunikasikan visi dan misi sekolah, mengartikulasikan dan memelihara nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang positif, serta menghargai setiap capaian yang diperoleh warga sekolah.

2.3 KERANGKA PIKIR

(46)

standar, kejelasan, dan penghargaan. Serta proses terakhir yakni sasaran pengembangan iklim sekolah di SMA Negeri 2 Bandar lampung yang meliputi tingkat kenyamanan, proses pembelajaran, hubungan interpersonal, dan hubungan kelembagaan sekolah. Kemudian outputnya adalah mutu pendidikan sekolah.

Kerangka pikir penelitian ini dapat digambarkan, sebagai berikut;

(47)

III.METODE PENELITIAN

3.1 Pendekatan dan Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan sebuah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskritif berbentuk tulisan tentang orang atau kata-kata orang dan perilakunya yang nampak atau kelihatan. Menurut Sugiyono (2010:15), metode kualitatif sering disebut penelitian naturalistik karena penelitiannya dilakukan pada kondisi yang alami (natural setting). Pendekatan kualitatif memandang realita sosial sebagai sesuatu yang utuh/holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan hubungan yang bersifat interaktif (reciprocal).

(48)

Menurut Bungin (2010:9), fenomenologi pada dasarnya berpandangan bahwa apa yang tampak dipermukaan, termasuk pola perilaku sehar-hari hanyalah suatu gejala atau fenomena yang tersembunyi di kepala sang pelaku. Perilaku apapun yang tampak di permukaan baru bisa dipahami atau dijelaskan manakala bisa mengungkap atau membongkar apa yang tersembunyi dalam dunia kesabaran dan dunia pengetahuan si manusia pelaku. Sedangkan Moleong (2004:9) menyatakan dalam pandangan fenomenologi peneliti berusaha memahami arti peristiwa dan kaitannya terhadap orang-orang yang biasa dalam situasi tertentu.

3.2 Kehadiran Peneliti

Peneliti dalam penelitian ini berusaha berinteraksi dengan subyek penelitiannya secara alamiah dan tidak menonjol. Peneliti memperlakukan subyek penelitian dengan tidak memaksa agar suasana tidak berubah. Dalam penelitian ini peneliti harus memiliki daya responsif yang tinggi, mampu merespon sambil memberikan interpretasi terus menerus pada gejala yang dihadapi. Kecakapan peneliti dalam hal ini adalah:

a. Memiliki sifat adaptable, yaitu mampu menyesuaikan diri, mengubah taktik atau strategi mengikuti kondisi lapangan yang dihadapi;

b. Mempunyai kemampuan untuk memandang obyek penelitiannya secara holistik, mengaitkan gejala dengan konteks saat itu, mengaitkan dengan masa lalu, dan dengan kondisi lain yang relevan.

c. Sanggup terus-menerus menambah pengetahuan untuk bekal dalam melakukan interpretasi terhadap gejala;

d. Memiliki kemampuan untuk melakukan klasifikasi agar dengan cepat menginterpretasi. Selanjutnya peneliti juga diharapkan memiliki kemampuan menarik kesimpulan mengarah pada perolehan hasil;

(49)

Beberapa hal yang peneliti harus perhatikan dalam penelitian di lapangan adalah: 1) Peneliti berusaha untuk ramah, luwes dan memperlihatkan sikap atau perilaku yang baik dan sederhana sehingga tidak menonjolkan diri; 2) Peneliti berusaha menyesuaikan diri dengan kebiasaan subyek penelitian, menghormati etika pergaulan yang telah terbangun, dan mentaati peraturan serta ketentuan yang berlaku; 3) Peneliti berusaha menjalin keakraban secara wajar dengan informan pada saat wawancara dan pengamatan sehingga data yang diperlukan dapat diperoleh dengan baik dan lancar; 4) Peneliti menggunakan alat bantu untuk memperoleh data yaitu alat tulis, tape recorder dan kamera.

(50)

wawancara baik itu Kepala Sekolah, Waka Kurikulum, Waka Humas, Guru serta selesai mengambil dokumentasi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung.

3.3 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di SMA Negeri 2 Bandar Lampung yang merupakan sekolah Rintisan Sekolah Bertaraf Internasional (RSBI) dan memiliki siswa/siswi yang berprestasi. SMA Negeri 2 Bandar Lampung berlokasi Jl. Amir Hamzah No. 01 Gotong Royong, Bandar Lampung.

3.4 Sumber Data Penelitian

Sumber data penelitian meliputi data primer (manusia) dan data sekunder (bukan manusia). Sumber data primer yang diperlukan diantaranya kepala sekolah, guru,dan siswa. Sumber data sekunder berupa dokumen-dokumen yang mendukung dan sarana prasarana. Teknik pengambilan informan melalui teknik pengambilan sampel akan tetapi bukan untuk mewakili populasi melainkan untuk relevansi dan kedalaman informasi serta didasarkan pada tema penelitian dan kondisi lapangan.

(51)

3.4.1 Informan/ narasumber

Informan/narasumber digunakan sebagai instrumen pengumpul data utama. Penentuan informan disesuaikan dengan fokus penelitian yang digali dan informan yang menguasai permasalahan tersebut. Penulisan data diberikan kode yang dijadikan alat untuk mengorganisasikan satuan-satuan data. Adapun yang dimaksud satuan data adalah potongan-potongan catatan lapangan berupa kalimat, satu alinea, atau urutan alinea. Secara rinci, pengkodean dibuat berdasarkan pada teknik pengumpulan data dan kelompok informan. Tabel pengkodean terlihat pada Tabel 3.1

Tabel 3.1 Daftar Pengkodean

Teknik

Pengumpulan Kode Informan Kode

Wawancara

(52)

Tabel 3.2 Daftar Informan Penelitian

No Informan Kode

1 Kepala Sekolah W. KS/26-01-2015

2 Waka. Kurikulum W. WK/26-01-2015

3 Waka. Humas W. H/26-01-2015

4 Guru 1 Guru 2

W.G. 1/27-01-2015 W.G.2/27-01-2015 Keterangan :

W. KS. adalah Wawancara Kepala Sekolah tanggal 26-01-2015 W. WK adalah Wawancara Waka Kurikulum tanggal 26-01-2015 W. H adalah Wawancara Waka Humas tanggal 26-01-2015 W. G adalah Wawancara Guru 1 dan 2 tanggal 27-01-2015

3.5 Teknik Pengumpulan Data 3.5.1 Interview (Wawancara)

(53)
(54)

3.5.2 Observasi (Pengamatan)

Observasi dilakukan untuk mengetahui berbagai aspek mengenai pengembangan budaya dan iklim sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Alat yang digunakan adalah lembar observasi; yaitu untuk mencatat hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan budaya dan iklim sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Lembar observasi digunakan agar lebih efektif sehingga pengamatan akan lebih terekam dan bukan sekedar mencatat, tetapi juga mengadakan pertimbangan. Observasi yang dilakukan adalah: (1) melihat dan mendengar langsung tentang obyek yang diamati; (2) mengamati obyek yang diteliti; (3) mencatat hal-hal yang berhubungan dengan obyek penelitian; (4) memahami obyek yang diamati dengan membuat narasi.

Tabel 3.4 setting dan peristiwa yang diamati

Ragam Situasi yang Diamati Keterangan 1.Suasana lingkungan sekolah

2.Ruang Akselerasi 3.Sarana dan prasarana 4.Suasana ruang kelas

5.Rapat koordinasi kepala sekolah dan guru 6.Rapat dengan pengurus komite

7.Rapat dengan orang tua murid 8.Kegiatan kewirausahaan

9.Kerjasama pihak sekolah dengan lembaga

Setting yang

(55)

kondisi mengenai manajemen iklim dan budaya, sumber daya manusia (pendidik) dan kesiswaan bagi siswa/siswi di SMA Negeri 2 Bandar Lampung. Dokumen yang digunakan memperkuat argumentasi dan juga menambah ide peneliti yang dapat dipertanggungjawabkan. Alasan peneliti menggunakan metode ini adalah: (1) sebagai bukti untuk suatu pengujian; (2) relatif murah dan mudah diperoleh; (3) lebih bersifat alamiah; (4) merupakan sumber yang stabil dan kaya akan informasi; dan (5) memperluas pengetahuan peneliti terhadap situasi yang diteliti.

Tabel 3.5 Daftar dokumen yang diperlukan

NO. Jenis Dokumen

1. 10 Budaya Malu

2. Data jumlah Guru dan Karyawan 3. Data Kode Guru dan Mata Pelajaran

4. Data Jumlah Siswa Tahun Pelajaran 2014/2015 5. Data Denah Lokasi Ruang Belajar

6. Struktur Organisasi 7. Data Prestasi Siswa

3.6Analisis Data

(56)

3.6.1 Reduksi Data

Pada tahap ini, peneliti membuat rangkuman, memilih hal-hal pokok, menfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya dan membuang yang tidak perlu. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan (Sugiyono, 2013:247). Oleh karena itu dalam mereduksi data peneliti membuat ringkasan yang berisi uraian hasil penelitian terhadap catatan lapangan, pemfokusan pada jawaban terhadap masalah yang diteliti. Untuk selanjutnya dikembangkan sistem pengkodean. Semua data dituangkan dalam catatan lapangan, ringkasan kontak, ditelaah secara seksama. Setiap topik liputan diberikan kode yang menggambarkan topik tersebut.

3.6.2 Penyajian Data

(57)

3.6.3 Penarikan Kesimpulan/Verifikasi

Penarikan kesimpulan dan verifikasi dilakukan berdasarkan pemahaman terhadap data yang telah dikumpulkan. Penarikan kesimpulan ini dilakukan secara bertahap. Pertama, menarik kesimpulan sementara, namun seiring dengan bertambahnya data maka harus dilakukan verifikasi data dengan cara mempelajari kembali data yang telah ada. Berdasarkan verifikasi data, selanjutnya peneliti dapat menarik kesimpulan akhir temuan penelitian.

Gambar 3.4 Komponen-komponen Analisis Data: Model Interaktif (Miles dan Huberman dalam Sugiyono, 2013:247)

Berdasarkan pengertian ini, Analisis data kualitatif merupakan upaya yang berlanjut, berulang dan terus menerus. Masalah reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan/ verifikasi menjadi gambaran keberhasilan secara berurutan sebagai rangkaian kegiatan analisis yang saling susul menyusul. Namun dua hal lainnya senantiasa merupakan bagian dari lapangan.

Sajian Data Pengumpulan Data

Reduksi Data Verifikasi/

(58)

3.7 Pengecekan Keabsahan Data

Untuk menetapkan keabsahan data diperlukan teknik pemeriksaan. Pelaksanaan teknik pemeriksaaan didasarkan atas empat Kriteria, yaitu derajat kepercayaan (credibility), keteralihan (transferability), kebergantungan (dependability), dan kepastian (confirmability) (Moleong, 2013:324).

3.7.1 Uji Kredibilitas (credibility)

Untuk menguji keabsahan data hasil penelitian yang diperoleh, peneliti menggunakan uji credibility (validitas internal) atau kepercayaan terhadap data hasil penelitian, antara lain dilakukan dengan:

pertama, perpanjangan keikutsertaan peneliti pada latar penelitian.

Kedua, melakukan ketekunan pengamatan dengan maksud untuk menemukan

ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang dicari dan kemudian memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.

Ketiga, triangulasi yaitu teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan

(59)

sumber yang sama dengan teknik yang berbeda. Misalnya data yang diperoleh dengan wawancara, lalu dicek dengan observasi, dan dokumentasi, 3) Triangulasi waktu, dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi dan teknik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. Teknik ini dilakukan selama penelitian berlangsung dan sifatnya sirkuler serta berkesinambungan atau berlanjut, setelah data diperoleh langsung dibuat transkrip kemudian dikonfirmasikan kepada informan untuk diberikan kesesuaiannya, selanjutnya dilakukan modifikasi, perbaikan/penyempurnaan sampai kebenarannya dapat dipercaya.

Keempat, analisis kasus negative yang digunakan untuk menjelaskan hipotesis

alternatif sebagai upaya meningkatkan argumentasi penemuan.

Kelima, kecukupan referensial adalah merupakan alat untuk menampung dan

menyesuaikan dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi.

Keenam, pengecekan sejawat melalui diskusi yang dilakukan dengan cara

mengekpos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan para pengambil kebijakan dan rekan-rekan sejawat. Pengecekan anggota yang terlibat dalam penelitian meliputi data, kategori analisis, penafsiran, dan kesimpulan.

3.8 Tahap Penelitian

Tahapan penelitian yang peneliti laksanakan atas empat tahap yaitu:

(60)

perijinan, e) memilih informan dan f) menyiapkan perlengkapan penelitian 2) Tahap pekerjaan lapangan: a) memahami latar penelitian, b) pengumpulan data melalui wawancara, pengamatan dan pengkajian dokumen-dokumen 3) Tahap analisis data

Transkip wawancara dibaca berulang-ulang untuk dipilih yang terkait dengan fokus penelitian dan diberi kode berdasarkan sub fokus penelitian dan sumber datanya untuk kemudian ditarik kesimpulan, diberi saran.

4) Tahap pelaporan hasil penelitian yaitu berupa hasil penelitian dari bebrapa tahap sebelumnya yang berupa draf laporan hasil penelitian yang terdiri

atas: pendahuluan, kajian pustaka, metode penelitian yang digunakan, penyajian data penelitian, pengkajian temuan penelitian dan kesimpulan yang ditulis secara naratif.

(61)

BAB V

SIMPULAN DAN REKOMENDASI

5.1Simpulan

Berdasarkan pertanyaan penelitian dan hasil penelitian tentang pengembangan budaya dan iklim sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung dapat disimpulkan;

5.1.1 Strategi pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung, merinci dan melaksanakan program akselerasi, mengadakan program pembelajaran dalam mendongkrak prestasi belajar, menjalin hubungan baik dan selalu berrkoordinasi dengan lingkungan sekitar, dan mengembangkan program kewirausahaan

5.1.2 Sasaran pengembangan budaya sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung, dengan menerapkan modernisasi pengelolaan sekolah dengan mengaplikasikan teknologi informasi dan komunikasi, menerapkan modernisasi guru dengan mefasilitasi untuk melanjutkan studi S2 serta pelatihan-pelatihan peeningkatan profesional guru. Modernisasi pembelajaran mewajibkan guru untuk dapat mengoperasikan teknologi komputerisasi.

(62)

berpedoman dengan pancasila, serta penghargaan yang diberikan berupa pujian-pujian serta pengakuan atas kerja keras warga sekolah.

5.1.4 Sasaran Pengembangan iklim kerja sekolah dalam pengembangan budaya dan iklim sekolah di SMA Negeri 2 Bandar Lampung, meliputi sangat memperhatikan tingkat kenyamanan sekolah, memaksimalkan proses pengajaran dan pembelajaran menjalin hubungan interpersonal antara siswa dengan siswa, guru, dan orag tua dengan membiasakan tegur, salam, dan sapa. Menjalin kerjasama dengan lembaga lingkungan baik itu kepolisian, pamong sekitar, dan pihak swasta.

5.2Rekomendasi

Berdasarkan simpulan hasil penelitian, agar implementasi Manajemen Budaya dan iklim sekolah dapat membantu meningkatkan prestasi sekolah, peneliti merekomendasikan;

5.2.1 Bagi Kepala Sekolah

Kerja sama dan komitmen yang tinggi antara pimpinan, stake holder sekolah, dan lingkungan sekitar sangat membantu menciptakan budaya dan iklim sekolah yang kondusif, sehingga dapat membantu meningkatkan prestasi sekolah.

5.2.2 Bagi Guru

(63)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Renika Cipta. Jakarta.

Bungin, Burhan. 2010. Analisis Data Penelitian Kualitatif. Jakarta: Rajagrafindo Persada.

Burrup, Percy E.1962. Modern High School Administration. New York: Harper & Brother Publisher

Daryanto. 2013. Administrasi dan Manajemen Sekolah. Jakarta : Rineka Cipta. Deal & Peterson. 2009. Menciptakan budaya sekolah yang tetap eksis

http://www.mediaindonesia.co.id diakses tanggal 24 oktober 2014

Holbeche, Linda. 2005. The High Performance Organization : Creating dynamuc stability and suistainble success. Elsevier Butterworth-Heinemann. Oxford

Ikhlasiyah, Ifa. 2012. Hakekat Manajemen Sekolah http://ifaikhlass.blogspot.com/ 2012/03/hakikat-manajemen-sekolah.html. Diakses pada tanggal 26 oktober 2014.

Lickona, Thomas. 1991. Educating for Character: How Our School can do Teach Respect and Responsibility. Brantam Book: New York

Masaong, Abd Kadim & Ansar (A). 2011. Manajemen Berbasis Sekolah (Teori, Model dan Implementasi. Gorontalo : Senta Media.

Masaong, Abd Kadim & Arfan A.T (B). 2011. Kepemimpinan berbasis multiple intelligence (sinergi kecerdasan intelektual, emosional dan spritual untuk meraih kesuksesan yang gemilang). Bandung : Alfa beta.

Miles, BM. & Huberman, A.M. 1992. Analisis Data Kualitatif. Penerjemah Rohadi,R.T. Universitas Indonesia. Jakarta.

Moedjiarto. 2002. Karakteristik Sekolah Unggul. Surabaya: Duta Graha Pustaka Moleong, Lexy J. 2013. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja

(64)

Mortimore. 1993. School Effectiveness and The Management of Effective Learning and Teaching. School Effectiveness and School Improvement

Mulyasa, E. 2013. Manajemen dan Kepemimpinan Kepala Sekolah. Jakarta: Bumi Aksara

Nafaty, Tri. 2012. Hakekat Manajemen Sekolah.http://threenafathy.blogspot.com/ 2012/09/hakekat-manajemen-sekolah.html. Diakses pada tanggal 23 oktober 2014.

Owens, Robert G. 1995. Organizational Behavior in Education. Allyn an Bacon. Boston

Pinkus, Lyndsay M. 2009. Moving Beyond AYP: High School Performance Indicators. Alliance for Excellent Education. http://www.all4ed.org. Diakses tanggal 22 oktober 2014.

Riduwan.2012. Metode dan Teknik Menyusun Proposal Penelitian. Bandung:Alfabeta

Rochaety, Eti dkk. 2006. Sistem Informasi Manajemen Pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Rohiat. 2012. Manajemen Sekolah. Bandung : Refika Aditama.

Sagala,Syaiful.2009.Administrasi Pendidikan Kontenporer.Bandung: Cv.Alfabeta Sudrajat, Akhmad. 2008. Manajemen Sekolah. http://akhmadsudrajat.

wordpress.com/2008/02/03/konsep-manajemen-sekolah/. Diakses pada tanggal 26 oktober 2014.online

Sugiyono. 20013. Metodologi Penelitian Pendidikan; pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

Terry, George R. 2000. Prinsip-Prinsip Manajemen. (edisi bahasa Indonesia). Bandung: Bumi Aksara.

Usman, Husaini. 2013. Manajemen Teori, Praktik, dan Riset Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.1  Daftar Pengkodean
Tabel 3.2  Daftar Informan Penelitian
Tabel 3.4 setting dan peristiwa yang diamati
+2

Referensi

Dokumen terkait

KI-3: Kemampuan mengolah, menalar, dan menyaji pengetahuan yang diperoleh dalam praktik untuk kemandirian berkarya dalam menjalankan peran dan fungsi di masyarakat

KARAKTER JAWA DALAM SÊRAT SAFINGI SERTA RELEVANSINYA DENGAN PENGAJARAN BAHASA JAWA (Sebuah Pendekatan Semiotik) ” ini adalah karya penelitian saya sendiri dan bebas

Setelah kedatangan To-ManurunngE, timbul kesadaran dan semangat kedaerahan dalam bentuk persatuan antara masing-masing kelompok yang meskipun terdiri dari dua

Konsep Lean adalah perampingan atau efisiensi suatu proses, sedangkan Six Sigma didefinisikan sebagai proses yang tidak memproduksi lebih dari 3,4 produk cacat

Berdasarkan data pada Diagram 1 dapat disimpulkan bahwa tingkat kesiapan siswa dalam menghadapi UNBK berdasarkan aspek kognitif memiliki rata-rata 92% dengan nilai

Persahabatan bukan hanya terjadi antara orang yang seumuran dengan kita, tapi bisa juga terjadi dengan orang yang lebih tua atau lebih muda dari kita.Secara umum

Keahlian pemakai Sistem Informasi Akuntansi yang dimaksud menurut Mahendra dan Widhiyani 2016 adalah kemampuan pengguna dalam memahami, menggunakan, dan mengaplikasikan sebuah

Jadi apa yang diharapkan dengan mcnggunakan modul pembclajaran kendiri permasalahan perbezaan prestasi pelajar akibat dari masalah kelas bcsar