• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH HUKUM ADAT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MAKALAH HUKUM ADAT"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

MAKALAH HUKUM ADAT

KEAGAMAAN DAN KEBERSAMAAN

Disusun Oleh :

1. Anisa Dwi Hidayati (20150610093) 2. Muhammad Dzulfan (20150610100) 3. Tengku Mahathir M (20150610106) 4. Anindia Kustini (20150610120) 5. Enggarvaesti Sinara (20150610125) 6. Wahyu Setiawan (20150610128) 7. Dewy Kusumandary (20150610099) 8. Afif Mifta Huda (20150610115) 9. Zola Fidinillah Halim (20150610123)

Dosen Pengampu :

Reni Anggriani, S.H., M.Kn.

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA

FAKULTAS HUKUM

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM

2015

(2)

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

Sebagai makhluk sosial, manusia selalu memiliki naluri untuk hidup berkelompok dan secara tidak langsung akan membentuk kelompok atau komunitas sesuai dengan kesamaan yang ada pada dirinya, entah kesamaan asal, minat, bakat, tujuan, dan sebagainya. Dalam menjalani kehidupan, tentu saja terdapat begitu banyak hal yang mewarnai perjalanan hidup seorang anak manusia, entah susah, sedih, senang, bahagia, kecewa dan sebagainya , tapi itulah yang membuat kisah hidup mereka menjadi lebih berwarna.

Berbagai keunikan dan keragaman suku, bangsa, agama, sifat, kebiasaan, potensi dan budaya yang dimilikinya membuat manusia harus senantiasa belajar, belajar memahami, belajar toleransi, belajar menghargai dan sebagainya.Meskipun juga, tidak bisa dipungkiri bahwa dalam keindahan keragaman yang dimiliki tersebut, juga tersimpan potensi perpecahan yang sangat besar.

1.2 RUMUSAN MASALAH

1.2.1 Bagaimana menciptakan kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial? 1.2.2 Bagaimana menciptakan kebersamaan dalam keagamaan?

1.2.3 Bagaimana menciptakan etika dari kebersamaan?

1.3 TUJUAN MASALAH

1.3.1 Untuk mengetahui bagaimana menciptakan kebersamaan umat beragama dalam kehidupan sosial

1.3.2 Untuk mengetahui bagaimana menciptakan kebersamaan dalam keagamaan 1.3.3 Untuk mengetahui bagaimana menciptakan etika dari kebersamaan

BAB II

(3)

2.1 KEBERSAMAAN UMAT BERAGAMA DALAM KEHIDUPAN SOSIAL

Manusia ditakdirkan Allah Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan hubungan dan interaksi sosial dengan sesama manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia memerlukan kerja sama dengan orang lain dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, baik kebutuhan material maupun spiritual. Ajaran Islam menganjurkan manusia untuk bekerja sama dan tolong menolong (ta’awun) dengan sesama manusia dalam hal kebaikan.

Dalam kehidupan sosial kemasyarakatan umat Islam dapat berhubungan dengan siapa saja tanpa batasan ras, bangsa, dan agama, begitu pun sebaliknya. Toleransi agama adalah suatu sikap saling pengertian dan menghargai tanpa adanya diskriminasi dalam hal apapun, yang mengkhususkan diri dalam masalah agama. Salah satu sikap inilah yang membutuhkan perhatian lebiha agar terciptanya kedamaian antar umat beragama.

Pada tahun 1967 diadakan musyawarah antar umat beragama, Presiden Soeharto dalam musyawarah tersebut menyatakan antara lain: "Pemerintah tidak akan menghalangi penyebaran suatu agama, dengan syarat penyebaran tersebut ditujukan bagi mereka yang belum beragama di Indonesia. Kepada semua pemuka agama dan masyarakat agar melakukan jiwa toleransi terhadap sesama umat beragama".

Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.

2.2 MENCIPTAKAN KEBERSAMAAN DALAM KEAGAMAAN

Berkaca pada perbedaan, maka bisa dikatakan bahwa ia adalah sarana saling melengkapi antar manusia. Sebab manusia selalu memerlukan orang lain. Di sinilah keindahan mulai terungkap saling melengkkapi. Sebab kehebatan manusia itu beraneka ragam. Ada yang ahli A tapi tidak bisa mengerjakan B ataupun sebaliknya. Adapun hal-hal untuk menciptakan kebersamaan dalam keagamaan sebagai berikut :

1. Kerja sama intern umat beragama

(4)

kali yang menyangkut berbagai persamaan, baik persamaan keturunan, keluarga, masyarakat, bangsa, dan agama. Ukhuwah yang islami dapat dibagi kedalam empat macam,yaitu :

- Ukhuwah ’ubudiyah atau saudara sekemakhlukan dan kesetundukan kepada Allah. - Ukhuwah insaniyah (basyariyah), dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara,

karena semua berasal dari ayah dan ibu yang sama; Adam dan Hawa.

- Ukhuwah wathaniyah wannasab, yaitu persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan. - Ukhuwwah fid din al islam, persaudaraan sesama muslim.

2. Kerja sama antar umat beragama

Hubungan antara muslim dengan penganut agama lain tidak dilarang oleh syariat Islam, kecuali bekerja sama dalam persoalan aqidah dan ibadah. Kedua persoalan tersebut merupakan hak intern umat Islam yang tidak boleh dicamputi pihak lain, tetapi aspek sosial kemasyarakatan dapat bersatu dalam kerja sama yang baik.

Kerja sama antar umat bergama merupakan bagian dari hubungan sosial anatar manusia yang tidak dilarang dalam ajaran Islam. Hubungan dan kerja sama dalam bidang-bidang ekonomi, politik, maupun budaya tidak dilarang, bahkan dianjurkan sepanjang berada dalam ruang lingkup kebaikan.

Kerjasama antarumat beragama di Indonesia selama ini telah terjalin relatif cukup baik, terutama dalam bidang-bidang di luar masalah agama, seperti dibidang politik, sosial, dan ekonomi. Sekelom¬pok orang dalam suatu partai politik berjuang dan bekerjasama untuk kemajuan partainya, meski mereka berbeda suku, ras, dan agama. Sekelom¬pok pemuda dalam Karang Taruna bekerjasama mensukseskan kegiatan Peringatan HUT Kemerdekaan RI tanpa mengindahkan perbedaan agama yang mereka anut. Demikian halnya di bidang ekonomi, kerjasama antar penganut agama yang berbeda seakan tak pernah menjadi penghalang. Hiruk pikuk pasar adalah bukti nyata hal ini, hampir dipastikan segala proses transaksi perdagangan dan proses take and give di sana sama sekali tidak memperhatikan faktor agama.

(5)

Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan Nomor 8 Tahun 2006, kerjasama antarumat beragama bahkan dapat terwujud lebih nyata.

3. Kerja sama umat beragama dengan pemerintah

Semua pihak menyadari kedudukannya masing-masing sebagai komponen orde baru dalam menegakkan kehidupan berbangsa dan bernegara.

Antara pemerintah dengan umat beragama ditemukan apa yang saling diharapkan untuk dilaksanakan.

Pemerintah mengharapkan tiga prioritas, umat beragama, diharapkan partisipasi aktif dan positif dalam:

 Pemantapan ideologi Pancasila;

 Pemantapan stabilitas dan ketahanan nasional;

 Suksesnya pembangunan nasional.

2.3 ETIKA KEBERSAMAAN

Untuk mencegah konflik yang terjadi akibat permusuhan yang terpicu kampanye hitam selama masa kampanye pilpres ataupun benturan kepentingan dalam kehidupan masyarakat beragam, tidak ada jalan lain yang lebih efektif selain segera mengembalikan etika kebersamaan yang humanis. Itu dimulai dengan, pertama, membangun kultur sportivitas untuk menerima kekalahan sebagai proses menuju kemenangan yang tertunda.

Sikap sportif dan/atau kultur sportivitas ini hendaknya terbangun terus dalam kehidupan sehari-hari dalam masyarakat, seperti sikap sportif dalam menerima kelebihan dan kekurangan orang lain, supaya tidak tumbuh rasa sirik, dengki, dan iri dalam kehidupan masyarakat nan beragam ini. Karena sikap sirik, dengki, dan iri adalah sumber terdalam lahirnya konflik dalam masyarakat plural yagn memiliki banyak perbedaan seperti kegagalan dan keberhasilan yang diraih secara individu dan kelompok dalam masyarakat yang beragam.

(6)

Sebagaimana Haryatmoko (2003) etika politik dalam masyarakat plural adalah mengarahkan ke hidup baik, bersama, dan untuk orang lain dalam rangka memperluas lingkup kebebasan dan membangun institusi-institusi yang adil. Institusi yang adil memungkinkan perwujudan kebebasan yang mencegah warga masyarakat atau kelompok dari perbuatan-perbuatan yang merusak kebersamaan. Dalam hal ini, pendidikan etika, moral, budi pekerti, terutama pendidikan agama menjadi sangat penting. Karena semua aspek pendidikan tersebut, khususnya agama, setiap agama selalu mengajarkan kebaikan, kedamaian, dan keharmonisan antarumat beragama.

Ajaran agama mana pun pasti mendorong semua orang untuk berbuat baik dan menjauhkan diri dari kejahatan, hawa nafsu, sirik, dengki, dan iri, yang merusak kebersamaan yang tentu dapat menodai Bhinneka Tunggal Ika. Agama memotivasi setiap pemeluknya untuk mengamalkan kebaikan kepada sesama dalam semangat pengabdian dan pemuliaan kepada Yang Maha Kuasa. Jadi, membangun kebersamaan atau membangun kembali etika kebersamaan dengan prinsip menghargai hak manusia dalam beraktivitas merupakan keharusan. Bhinneka Tunggal Ika mesti dijaga dan dilestarikan.

BAB III

(7)

3.1 SIMPULAN

3.1.1 Kerukunan umat beragama adalah suatu bentuk sosialisasi yang damai dan tercipta berkat adanya toleransi agama. Kerukunan umat beragama bertujuan untuk memotivasi dan mendinamisasikan semua umat beragama agar dapat ikut serta dalam pembangunan bangsa dan menjadi hal yang sangat penting untuk mencapai sebuah kesejahteraan hidup dinegeri ini.

3.1.2 Salah satu contoh menciptakan kebersamaan dalam keagamaan adalah dengan cara Kerja sama intern umat beragama, Kerja sama antar umat beragama, dan Kerja sama umat beragama dengan pemerintah

3.1.3 Membangun kebersamaan atau membangun kembali etika kebersamaan dengan prinsip menghargai hak manusia dalam beraktivitas merupakan keharusan. Bhinneka Tunggal Ika mesti dijaga dan dilestarikan.

3.2 SARAN

Referensi

Dokumen terkait

Orangtua yang menerapkan strength- based parenting cenderung memberikan saran dan motivasi kepada remaja untuk terus menemukan potensinya, lalu memberikan pujian

belum mematuhi standar operasional prosedur (SOP) yang dibuat untuk memperlancar penyelesaian pelayanan. selain itu badan Lingkungan Hidup Kota Semarang belum dalam

Gejala yang paling dominan ialah mosaik kuning dan bergaris kuning yang diperoleh dari semua sampel bawang merah (Bandung, Bantul, Brebes, dan Cirebon), sedangkan jenis gejala

Pada budaya yang terlihat, pengajar dan pemelajar akan segera menyadari akan hal tersebut karena memang terlihat dengan jelas, sedangkan pada mienai bunka ( 見えない文化

Berikut adalah contoh yang menunjukkan bahwa elit politik di negara-negara Amerika Latin bisa berasal dari kelompok minoritas Islam dan mereka mempunyai peran penting

Berdasarkan pada pengalaman kami dan informasi yang ada, diharapkan tidak ada efek yang membahayakan jika ditangani sesuai dengan rekomendasi dan tindakan pencegahan yang sesuai

Dari Gambar 1 di atas dapat dilihat bahwa kandungan total fenol pada ekstrak etanol daun alpukat (EEDA) lebih besar daripada ekstrak melalui hidrolisis dengan

Teknologi terbaru pengendalian hama penggerek batang padi perlu disesuaikan dengan harga gabah pada saat panen, yaitu segera dilaksanakan 4 hari setelah penerbangan ngengat yang