• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kepemimpinan Gereja Gaya Google docx

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Kepemimpinan Gereja Gaya Google docx"

Copied!
5
0
0

Teks penuh

(1)

Oleh : Konstantinus Aman NPM : 14. 75. 5514 KEPEMIMPINAN GEREJA GAYA GOOGLE

1. PENGANTAR

Pada hakikatnya Gereja dapat dimengerti sebagai tempat perkumpulan semua orang yang percaya akan Kristus.1 Dari awal pembentukkannya, Gereja memiliki misi yang substansial yakni mempersatukan semua orang dalam satu kesatuan iman dan kepercayaan yang teguh akan Allah. Misi atau tugas mulia Gereja ini seyogianya telah diamanatkan oleh Para Rasul Yesus dahulu ketika berkumpul bersama, sehati dan sejiwa untuk mewartakan kabar gembira tentang Yesus dan Kerajaan Allah ke segala penjuru. Berangkat dari jejak historis pewartaan Para Rasul inilah yang menuntun semua umat beriman membentuk sebuah perkumpulan yang teguh yang bersifat menyatu dan mengikat satu sama lain yang kini dinamakan dengan Gereja. Dalam perjalanannya sejak zaman Para Rasul dahulu hingga sekarang ini Gereja memiliki struktur otoritas kepimpinan yang resmi yang disebut dengan hierarkis Gereja. Para hierarki Gereja mengemban peran atau tugas yang sangat urgen dalam mengarahkan kehidupan Gereja secara benar sesuai dengan amanat injil. Dalam tangan para hierarki, kehidupan Gereja menjadi lebih terpimpin dan terstuktur dengan jelas dari tingkat yang paling bawah seperti para imam, uskup hingga paus sebagai pemimpin atau kepala Gereja yang tertinggi. Para hierarki Gereja ini disebut sebagai para gembala Tuhan yang telah diikrarkan oleh daya Roh Kudus untuk melayani umat dan Gereja pada umumnya.

Namun dalam perjalanan waktu, kepemimpinan Gereja tersebut semakin ditantang seiring dengan semakin meruaknya kemajuan teknologi modern yang telah merebak ke segala lini kehidupan manusia tak terkecuali kehidupan Gereja itu sendiri. Internet merupakan salah satu media yang menjadi tantangan utama bagi Gereja khususnya dalam mengembangkan pewartaan dan meluhurkan kepemimpinannya di tengah-tengah dunia yang semakin sekular sekarang ini. Salah satu produk internet yang mengusik perhatian Gereja adalah media Google. Google merupakan gerbang atau pintu masuk bagi semua orang untuk menjelejahi dunia dengan mudah dan cepat. Bahkan google pun telah menjadi sarana yang lebih efisien guna mendalami kehidupan religius setiap orang.. Otoritas Gereja yang begitu legitimas dan kokoh di atas genggaman kuasa hierarki kini mulai diperhitungkan dan umat justru mulai menaruh sikap skeptis yang besar terhadap kiprah dan pelayanannya. Umat menganggap lembaga (hierarki) Gereja kurang peka dalam memecahkan persoalan-persoalan religius yang pelik. Hal ini pula disebabkan oleh kedangkalan pengetahuan umat akan pentingnya peran dan tugas hierarki dalam Gereja, sehingga umat cendrung pasif dan menerima begitu saja segala pengaruh-pengaruh yang mengekang mentalitas imannya.

(2)

Hal ini tentunya berdampak pada pilihan yang problematis yakni antara Gereja yang nyata ataukah Gereja maya menurut google? Jika ditilik dari realitas yang terjadi sekarang, Gereja google justru lebih produktif jika dibandingkan dengan Gereja nyata. Kepemimpinan Gereja ala google justru lebih gencar dalam mengakses semua informasi terkait kehidupan menggereja pada umumnya. Oleh karena itu untuk mengetahui secara mendalam akan kepemimpinan Gereja gaya google dan bagaimana pengaruhnya terhadap kepemimpinan Gereja nyata, penulis akan menggumulinya berikut ini.

2. KEPEMIMPINAN GEREJA GAYA GOOGLE

2.1. Google dan Pengaruhnya Terhadap Gereja

Dari awal kehadirannya, google telah menjadi media yang sangat berpengaruh besar terhadap kehidupan Gereja. Google telah menciptakan wahana Gereja baru sebagai wadah “pewartaan baru” bagi umat.2 Google mampu memberi jawaban pasti terhadap semua kerinduan umat akan janji keselamatan kekal. Melalui google setiap orang dapat dengan mudah mengakses semua pewartaan guna untuk menemukan Tuhan secara langsung dan tanpa batas. Misalnya melalui kitab suci elektronik, menjelajah situs-situs rohani, mengikuti perayaan-perayaan liturgi dalam Gereja secara online dan sebagainya, membuat orang dengan mudah dapat mendalami kehidupan iman mereka secara bebas. Lebih dari itu, google merupakan sarana komunikasi iman yang lebih intens antara sesama dan sebagai wadah untuk menyalurkan kesaksian-kesaksian iman secara langsung antar-sesama. Dengan demikian google telah menciptakan ruang bagi umat untuk mengekspresikan iman mereka secara bebas dan melaluinya perjumpaan mereka dengan Tuhan pun menjadi lebih mendalam dan intim.

Kenyataan inilah yang membuat orang lebih bergantung pada Gereja google ketimbang Gereja nyata. Jalur google menjadi semakin gencar dipakai karena dianggap lebih peka dalam menuai langkah profetis kehidupan religius setiap orang. Google kian produktif dalam menjalin relasi iman antara sesama dan dengan Tuhan sendiri. Diskusi-diskusi seputar persoalan Gereja menjadi lebih mudah bahkan dapat memecahkan segala persoalan tentang iman secara bersama-sama dalam tempo waktu yang relatif singkat.

Namun terlepas dari serangkaian manfaat tersebut, google justru memiliki sisi paradoks yang mengancam ketentraman Gereja. Semakin intensnya peran google sebagai sarana pewartaan Gereja bagi umat secara tidak langsung telah memutuskan hubungan antara umat dengan hierarki Gereja. Umat menjadi lebih menaruh kepercayaan terhadap otoritas kepemimpian Gereja gaya google dan mengabaikan peran dari lembaga-lembaga resmi Gereja. Salah satu contoh praktisnya bahwa: selama umat menjelajah google sebagai wadah untuk menemukan kembali iman mereka akan Tuhan dan keselamatan Allah lebih mudah untuk diakses, perlahan-lahan umat mulai enggan untuk mengikuti secara langsung upacara keselamatan yang dilaksanakan dalam Gereja yang sesungguhnya. Partisipasi aktif umat dengan Gereja dan hierarki Gereja semakin renggang dan dianggap lebih merugikan bagi umat karena

(3)

justru membebankan umat itu sendiri khususnya biaya dan segala macam tuntutan lainnya. Realitas inilah yang membuat para petinggi Gereja “murka”. Kebergantungan umat pada Gereja gaya google justru membutakan pemahaman umat terhadap ajaran dasar keselamatan yang datang dari Allah sendiri kepada manusia.

2.2. Kepemimpinan Gereja gaya Google serta Pengaruhnya

Meruaknya pengaruh google dalam Gereja membuat google dijadikan sebuah wadah Gereja baru bagi umat beriman. Sebagai Gereja baru perlahan-lahan google telah meretaskan otoritas kepemimpinan Gereja yang hierarki dan membangun kepemimpinannya sendiri. Google dan kehadirannya di tengah pergolakkan hidup umat beriman dalam Gereja telah menjadi hipotesis umat dalam mencari pencerahan yang konkrit. Hal inilah yang mendasari google sebagai tempat pendirian Gereja yang “baru”.

Kepemimpinan Gereja gaya google pada dasarnya berbeda dengan kepemimpinan Gereja yang asali. Gereja google dibangun tidak berdasarkan struktur yang jelas melainkan dilandasi oleh kehendak naluriah semata. Perkumpulan atau persekutuan yang diikat bukan atas dasar kesatuan hati, cinta kasih dan iman yang teguh akan Kristus melainkan berdasarkan perasaan atau kehendak keingintahuan untuk mencari kebenaran religius secara pragmatis. Melalui google orang dapat dengan mudah memuat segala macam seluk-beluk kehidupan Gereja tanpa ada batasan tertentu. Google menjadi sarana yang bebas dipakai oleh umat khususnya dalam membuka kedok privat Gereja yang mestinya dirahasiakan. Lebih lanjut, kepemimpinan Gereja gaya google lebih bersifat konsumerisme semata, di mana kebenaran iman menjadi kebenaran yang semu dan dimanfaatkan untuk mencari keuntungan materi seperti: munculnya situs-situs baru yang berisi tentang dokumen-dokumen Gereja dan berusaha untuk menggaetkan sebanyak mungkin para konsumen. Semakin banyak para konsumen yang berminat maka pemilik situs tersebut memetik banyak keuntungan. Inilah realitas kepemimpinan Gereja google dalam mencari keuntungan komersil.

Namun di sisi lainnya, google menjadi ruang terbuka bagi umat untuk mencari keselamatan yang datangnya dari Allah dalam hal ini terkait dengan kebenaran iman yang sesungguhnya. Dalam surat ensiklik paus Yohanes Paulus II yaitu Fides et Ratio menegaskan bahwa “setiap pencarian manusia ujung-ujungnya merupakan pencarian akan Allah. Iman dan akal budi ibarat dua sayap; karena itu jiwa manusia menanjak ke kontemplasi kebenaran; lagi pula Allah telah menaruh dalam hati manusiawi keinginan untuk mengenal kebenaran, mengenal diri sendiri dan supaya dengan mengenal dan mengasihi Allah semua orang dapat mencapai juga kepenuhan kebenaran tentang diri mereka sendiri.3 Pesan dari bapa suci ini secara tidak langsung menjurus pada pencarian kebenaran iman dan kesaksian akan Allah. Pencarian tersebut tidak terlepas dari kiprah teknologi dan salah satunya adalah media google untuk mengembangkan Gereja secara menyeluruh ke tengah-tengah dunia guna menyebarkan sayap kebenaran iman.

(4)

Namun dalam pemaparan selanjutnya bapa suci menaruh sikap kekhwatiran akan kiprah teknologi internet dalam hal ini media google dalam menyebarkan evangelisasi baru kepada dunia. Umat tetap waspada akan dampak yang akan menimpa Gereja. Oleh Karena itu apa suci menekankan supaya umat tetap cakap dan sadar untuk mrngkritisi kekuatan dan kelemahannya.4

2.3. Implikasi Kepemimpinan Gereja Gaya Goole

Terciptanya wahana Gereja baru atas dasar otoritas atau kepemimpinan google menyebabkan kesenjangan yang problematis dengan kepemimpinan Gereja nyata. Berikut ini dipaparkan beberapa implikasi dari kepemimpinan Gereja gaya google dalam pengalama praktis hidup beriman yakni:

2.3.1. Berubahnya watak Otoritas5

Sebagaimana sudah diuraikan, salah satu pengaruh yang amat kuat dari kepemimpinan Gereja gaya google adalah hilangnya diferensiasi dalam Gereja dan dengan demikian menjadi tidak relevan lagi hierarki Gereja yang sesungguhnya. Dengan demikian otoritas yang didasarkan kepada hierarki Gereja cepat atau lambat kehilangan kekuatan dan aktualitasnya. Hubungan dalam Gereja semakin ditentukan oleh kebebasan dan kepercayaan dan bukannya oleh satu kekuasaan yang terstruktur dan bersifat umum.

2.3.2. Berubahnya Fungsi Kontrol 6

Dengan adanya lalu lintas informasi melalui media google, hampir tidak adanya pihak atau lembaga yang berperan untuk mengawasi. Gereja sebagaimana hakikatnya memiliki lembaga-lembaga khusus yang berwenang untuk mengarahkan kehidupan Gereja ke arah yang benar seturut dengan pesan injil telah diubah dengan begitu cepat. Semua umat beriman lebih cendrung untuk mengikuti perkembangan interaksi iman secara bebas tanpa adanya otoritas yang menghalangi. Dengan demikian kontrol atau pengawasan tidak lagi berjalan secara vertikal dari atas ke bawah tetapi lebih terbentuk pada pengawasan yang bersifat mutual.

2.3.3. Peralihan dari Lembaga ke Fungsi dan Peranan7

Suatu gejala baru yang amat menyolok dari pengaruh kepemimpinan Gereja gaya google adalah bahwa lembaga Gereja atau para hierarki Gereja dianggap menjadi kurang penting dengan fungsi

4Ibid., hlm. 189.

5 Ignas Kleden, dkk., Gereja Milenium baru. Sebuah Bunga Rampai (Tangerang: Yayasan Gapura, 200) hlm. 27.

(5)

dan peran. Peran organisasi dalam Gereja dianggap kurang penting dan lebih menekankan pada aktivitas para aktor google tersebut.

Dengan demikian ketiga implikasi tersebut di atas secara tidak langsung merupakan bukti nyata terpecahnya kepemimpinan dalam Gereja. Hierarki dalam Gereja mulai diabaikan peran dan fungsinya. Lembaga-lembaga Gereja yang seyogianya memiliki kedudukan yang kuat dalam membangun dan membentuk Gereja menjadi kurang dianggap penting. Umat lebih cendrung mencari “peneduh” yang dianggap gampang dan lebih praktis ketimpang yang pelik. Mentalitas umat telah terkontaminasi oleh perilaku iman yang instan gaya google.

3. PENUTUP

Tak dapat disangkal lagi bahwa dunia modern sekarang ini telah menyuntik perilaku hidup manusia di tengah masyarakat. Manusia kian dirasuki oleh pengaruh teknologi yang melimpah ruah dan salah satunya adalah ruang batin manusia yakni dimensi iman manusia itu sendiri. Terkait hal ini Gereja merupakan salah satu wadah yang paling urgen dalam mengarahkan umat untuk mendalami kehidupan hidup beriman mereka. Sejak awal terbentuknya, umat percaya bahwa dalam Gereja Allah benar-benar hadir dan menyatu dengan hidup manusia. Dalam Gerejalah sumber keselamatan itu menyata. Namun, untuk mengarahkan hal ini, Gereja tentunya sangat membutuhkan garda pemimpin yang mutlak yang dapat mengarahkan kehidupan Gereja yang damai demi tercapainya misi keselamatan. Oleh karena itu setelah zaman para rasul Yesus dahulu, Gereja secara nyata membentuk satu kesatuan tekat dan iman guna untuk membentuk sebuah otoritas Gereja yang disebut dengan hierarki Gereja. Mereka merupakan para gembala Tuhan yang berperan untuk mengarahkan Gereja dengan tugas untuj mewartakan, mengajar dan memimpin umat.

Referensi

Dokumen terkait

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang merupakan segalanya bagi penulis atas kasih, penyertaan, berkat dan anugerahNya yang sungguh luar

Berdasarkan kualitas pemesinan kayu surian dan kepayang, maka kedua jenis kayu ini cocok digunakan sebagai bahan baku beragam produk yang mempersyaratkan kualitas

Kumea batu memiliki kayu teras berwarna coklat kemerahan; lingkar tumbuh samar-samar dan terkadang jelas serta menampakkan corak yang indah berupa garis-garis sejajar pada

Berdasarkan hasil penelitian ini diperoleh korelasi spasial yang signifikan sebesar yang berarti bahwa jumlah pengidap HIV atau AIDS pada suatu wilayah atau lokasi

Namun, penulis sebagai inisiator proyek harus menciptakan dokumen baik dari Google Docs, Google Sheets, maupun Google Slides agar menyerupai contoh dokumen yang diperlukan

Gejala yang paling umum dari penyakit ini adalah bercak berwarna coklat, berbentuk oval sampai bulat, berukuran sebesar biji wijen, pada permukaan daun (GB. 61), pada pelepah, atau

Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan model pembelajaran kooperatif, siswa belajar dalam kelompok kecil yang terdiri dari 4-5 orang dengan

Singkatnya, Gereja mengakui bahwa kitab suci adalah sabda Allah yang disampaikan kepada umat manusia sebagai “hukum dan kaidah tertinggi dari iman Gereja.. Karena itu, Gereja