• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa"

Copied!
64
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

Oleh

ISMI VITA MUTAHIRIA

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk me-ngetahui efektivitas metode penemuan terbimbing ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa. Desain yang digunakan adalah post-test only control design dengan populasi adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015 dan sampel adalah siswa kelas VIII-G dan VIII-H yang ditentukan dengan teknik purposive random sampling. Data pemahaman konsep matematis siswa diperoleh dari tes uraian. Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diperoleh kesimpulan bahwa penerapan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa pada kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015.

(2)

EFEKTIVITAS METODE PENEMUAN TERBIMBING TERHADAP PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA

(Studi pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)

Oleh

Ismi Vita Mutahiria

Skripsi

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar SARJANA PENDIDIKAN

pada

Program Studi Pendidikan Matematika

Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS LAMPUNG

(3)
(4)
(5)
(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung pada tanggal 2 April 1993. Penulis merupakan anak ketujuh dari tujuh bersaudara pasangan dari Bapak Drs. Hi. Munatsir Amin dan Ibu Hj. Nurwasis.

Penulis menyelesaikan pendidikan taman kanak-kanak di TK Kesuma Bandarlampung pada tahun 1999, pendidikan dasar di SD Negeri 1 Segala Mider pada tahun 2005, pendidikan menengah pertama di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada tahun 2008, dan pendidikan menengah atas di SMA YP Unila pada tahun 2011. Pada tahun 2011, penulis diterima sebagai mahasiswa di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

(7)

i

Persembahan

Segala Puji Bagi Allah

Subhanahu Wa Ta’ala

, Dzat Yang Maha Sempurna.

Sholawat serta salam selalu tercurah kepada Uswatun Hasanah Rasulullah

Muhammad

Shallallahu ‘Alaihi Wasallam

Kupersembahkan karya kecil ini sebagai tanda cinta dan kasih sayangku

kepada:

Ibuku tercinta Nurwasis dan Almarhum Bapakku tercinta Munatsir Amin,

yang telah membesarkan dan mendidik dengan penuh cinta kasih dan selalu

mendoakan kesuksesanku. Terimakasih atas segalanya, walaupun

dipenghujung perjuangan menyelesaikan sarjana ini Bapak meninggalkan

kami semua pada tanggal 11 November 2014.

Kakak-kakakku tercinta Muhammad Sulthoni, Dian Ekawati, Tri Indah

Noviana, Iin Hazalina, Agung Mairina, dan Maha Dewanto yang telah

memberikan dukungan dan semangatnya

Seluruh keluarga besar yang terus m

emberikan do’a dan dukungannya

Para pendidik yang telah mengajar dan mendidik dengan penuh

kesabaran

Semua sahabat-sahabatku yang tulus membantu, memberi dukungan, dan

do’

anya

(8)

MOTO

Jika kau bersyukur dan bersabar,

Allah pasti memberi yang

terbaik bahkan lebih dari yang

engkau pinta

Al Khair Mukhtarallah

…”

(yang terbaik adalah pilihan

(9)

SANWACANA

Alhamdulillahi Robbil „Alamin, puji syukur kehadirat Allah Subhanahu Wa Ta‟ala yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penyusunan skripsi ini dapat diselesaikan. Sholawat serta salam selalu tercurah pada junjungan yang membawa kita dari zaman Jahiliah ke zaman yang terang, yaitu Rasulullah Muhammad Shalallahu ‟Alaihi Wasalam.

Skripsi yang berjudul “Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Studi pada Siswa Kelas VIII Negeri 10 Bandarlampung Semester Genap Tahun Pelajaran 2014/ 2015)”, disusun untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

Penyusunan skripsi ini disadari sepenuhnya tidak terlepas dari bantuan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih yang tulus ikhlas kepada:

1. Ibu Nurwasis dan Almarhum Bapak Munatsir Amin tercinta, terimakasih atas bantuan moril dan materilnya serta doa yang selalu diucapkan untuk kesuksesanku.

(10)

iii Pembimbing I yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan sumbangan pemikiran, perhatian, kritik, saran, memotivasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

3. Ibu Dra. Arnelis Djalil, M.Pd., selaku Pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membimbing, memberikan saran, memotovasi, dan semangat kepada penulis selama penyusunan skripsi sehingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

4. Bapak Dr. Haninda Bharata, M.Pd., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika yang telah memberikan kemudahan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini dan selaku Pembahas yang telah memberikan masukan dan saran kepada penulis.

5. Bapak Dr. Bujang Rahman, M.Si., selaku dekan FKIP Universitas Lampung beserta staf dan jajarannya yang telah memberikan bantuan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Ibu dan Bapak Dosen Pendidikan Matematika di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan yang telah memberikan bekal ilmu pengetahuan kepada penulis. 7. Kakak-kakakku tercinta Muhammad Sulthoni, Dian Ekawati, Tri Indah

Noviana, Iin Hazalina, Agung Mairina, dan Maha Dewanto yang telah memberikan doa, semangat, dan motivasi kepadaku serta keluarga besar lainnya.

(11)

iv Yusuf), Agus (Agus Sugiarto), Kiyai (Didi Giatno), dan Nci Pin (Anita Ervina Astin) yang selama ini memberiku semangat, mengajariku, dan selalu menemani saat suka dan duka.

9. Sahabatku tercinta sejak SMP, Rinta Wulandari, Arma Cita Monica, Mega Fitri Nemara, dan Tiara Wahyuni yang selama ini memberiku semangat, memotivasi untuk menyelesaikan sarjana ini, dan selalu menemani saat suka dan duka.

10. Sahabatku tercinta sejak SMA, Mariam Ramadhona, Gita Kurniati, dan Nazwa Masiah yang telah memberikan dukungan untuk dapat menyelesaikan sarjana ini dan selalu menemani saat suka dan duka.

11. Teman-teman karibku tersayang, seluruh angkatan 2011 Pendidikan Matematika: Ade Irma, Agung, Agus, Kakak Aan, Bang Aliza, Mbak Vina, Ketua Kelas Uli, Ayu An, Ayu F, Ayu Sekar, Ayu Ta, Ayu Ti, Abay, Citra, Dedes, Desy, Dewi, Mbak Dian, Didi, Mbak Dina, Emi, Emilda, Enggar, Eni, Fitri, Flo, Fufu, Kakak Gilang, Hani, Ketua Angkatan Bang Heizlan, Ige, Ikhwan, Indah, Ista, Iwan Ndut, Laili, Ippeh, Lidia, Hasbi, Elcho, Panji, Yusuf, Muthiah, Nana, Niluh, Nourma, Pobby, Abi, Ria, Rizka, Oca, Bundo, Siska, Siti, Suci, Titi, Veni, Venti, Winda, Wulan, Yola, dan Yulisa, yang selama ini selalu berbagi ilmu, memberi semangat, bantuan, serta kebersamaannya yang telah terjalin seperti keluarga.

(12)

v 13. Kakak-kakakku angkatan 2007, 2008, 2009, 2010 serta adik-adikku angkatan 2012, 2013 yang tidak bisa disebutkan satu persatu terima kasih atas kebersamaanya.

14. Teman-teman seperjuangan KKN di Desa Padang Rindung, Kecamatan Pesisir Utara, Kabupaten Pesisir Barat Ambar, Sefti, Mbak Pit, Pipit, Teteh Kinan, Abang Rio, Mas Sur, Najib, Uda Topan atas kebersamaan selama kurang lebih tiga bulan yang penuh makna dan kenangan.

15. Bapak Azzadin Az selaku guru mitra yang telah banyak membantu dalam penelitian.

16. Ibu Kepala SMP Negeri 10 Bandarlampung beserta guru-guru, staf, karyawan yang telah memberikan kemudahan selama penelitian.

17. Seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung Tahun Pelajaran 2014/ 2015, khususnya siswa kelas VIIIG dan VIIIH atas perhatian dan kerjasama yang telah terjalin.

18. Ibu dan Bapak Peratin Desa Padang Rindu, Mbak Oci, guru-guru SMA Negeri 1 Pesisir Utara, Bapak dan Ibu Krui, dan seluruh keluarga baru di Pesisir Barat yang sudah membantu dan memberikan dukungan.

19. Pak Liyanto dan Pak Mariman, penjaga gedung G, terima aksih atas bantuan selama berada di gedung G.

20. Almamater Universitas Lampung tercinta.

21. Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

(13)

vi sudah terikat semoga selalu terjalin tali silaturahmi di antara kita, dan semoga skripsi ini bermanfaat. Aamiin ya Robbal „Alamin.

Bandarlampung, Agustus 2015 Penulis

(14)

DAFTAR ISI A. Efektivitas Pembelajaran ... 9

B. Metode Penemuan Terbimbing ... 12

C. Pembelajaran Konvensional ... 17

D. Pemahaman Konsep Matematis ... 18

E. Penelitian yang Relevan ... 20

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian ... 27

D. Data Penelitian ... 28

E. Teknik Pengumpulan Data ... 29

F. Instrumen Penelitian... 29

G. Analisis Instrumen Tes ... 31

1. Validitas ... 31

2. Reliabilitas ... 32

3. Tingkat Kesukaran ... 33

(15)

viii

H. Analisis Data ... 36

1. Uji Normalitas ... 36

2. Uji Homogenitas Varians ... 38

3. Uji Hipotesis ... 39

4. Uji Proporsi ... 40

IV.HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian ... 42

1. Uji Hipotesis ... 43

2. Uji Proporsi ... 43

3. Pencapaian Indikator Pemahaman Konsep Matematis ... 44

B. Pembahasan ... 46

V. KESIMPULAN A. Simpulan ... 51

B. Saran ... 51 DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Desain Penelitian Post-test Only Control Design... 27

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep... 30

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Reliabilitas... 33

Tabel 3.4 Interpretasi Tingkat Kesukaran Butir Soal... 34

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba... 34

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda... 35

Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba... 36

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 37

Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis... 39

Tabel 4.1 Data Hasil Post-test Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 42

Tabel 4.2 Rekapitukasi Data Hasil Uji – t... 43

Tabel 4.3 Hasil Uji Proporsi Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa... 44

(17)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

A. PERANGKAT PEMBELAJARAN

A.1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Metode Penemuan

Terbimbing ... 56

A.2 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Konvensional ... 88

A.3 Lembar Kerja Kelompok (LKK) ... 117

B. PERANGKAT TES B.1 Kisi-kisi Soal Post-test ... 149

B.2 Soal Post-test ... 152

B.3 Kunci Jawaban Soal Post-test ... 154

B.4 Pedoman Penskoran Tes Pemahaman Konsep Matematis ... 159

B.5 Form Penilaian Post-test ... 160

B.6 Surat Keterangan Validasi ... 162

C. ANALISIS DATA C.1 Hasil Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa (Kelas Uji Coba) ... 163

C.2 Uji Reliabilitas Tes Uji Coba ... 165

C.3 Analisis Daya Pembeda dan Tingkat Kesukaran Item Hasil Tes Uji Coba ... 167

C.4 Hasil Nilai Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Kelas Metode Penemuan Terbimbing ... 168

(18)

xi C.6 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

yang Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing ... 170

C.7 Uji Normalitas Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional... 174

C.8 Uji Homogenitas Varians ... 178

C.9 Uji Hipotesis ... 180

C.10 Uji Proporsi ... 183

C.11 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Metode Penemuan Terbimbing ... 185

C.12 Analisis Indikator Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa Skor Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa yang Menggunakan Pembelajaran Konvensional ... 188

D. LAIN-LAIN D.1 Kartu Kendali Bimbingan Skripsi ... 191

D.2 Daftar Hadir Seminar Proposal ... 193

D.3 Daftar Hadir Seminar Hasil ... 195

D.4 Surat Penelitian Pendahuluan ... 197

D.5 Surat Izin Penelitian ... 198

(19)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan kebutuhan yang sangat penting bagi kehidupan masyarakat, baik di negara yang sudah maju maupun sedang berkembang. Kemajuan suatu bangsa dapat ditentukan oleh kualitas pendidikan di negara itu sendiri. Pendidikan merupakan suatu proses kehidupan dalam mengembangkan potensi diri tiap individu untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan.

Pentingnya pendidikan di Indonesia tercantum dalam Undang-Undang Dasar Tahun 1945 yang mengamanatkan Pemerintah Negara Indonesia untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Kemajuan pendidikan di suatu negara merupakan tanggung jawab semua elemen bukan hanya pemerintah, tetapi juga banyak pihak lain, yaitu pendidik, orang tua, guru serat masyarakat yang berada di sekitar lingkungan tempat tinggal.

(20)

2 bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Untuk mewujudkan tujuan dari pendidikan nasional itu sendiri, maka pendidik harus memiliki potensi dan dapat memberikan pembelajaran yang menyenangkan agar pelajaran mudah diterima oleh peserta didik.

Dalam pembelajaran matematika, guru diharapkan dapat mengoptimalkan siswa menguasai konsep dengan membiasakan berpikir kritis, logis, sistematis dan terstruktur. Dalam membimbing siswa, guru harus dapat berpikir dan bernalar untuk mengembangkan kemampuan pemahaman konsep dengan berbagai masalah serta menarik kesimpulan dari apa yang telah dipelajari. Salah satu yang menjadi pokok bahasan pendidikan adalah kurangnya siswa dalam memahami konsep.

Untuk membandingkan prestasi matematika di Indonesia dengan negara-negara di dunia dapat dilihat dari hasil studi TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study). TIMSS adalah studi Internasional tentang prestasi matematika dan Sains siswa Sekolah Menengah Pertama. Hasil studi TIMSS pada tahun 2011 menyatakan dalam rata-rata skor matematika di Indonesia sebesar 386 berada diperingkat 38 dari 42 negara dengan rata-rata skor internasional, yaitu 500 (TIMSS, 2011). Demikian pula hasil studi PISA (Programme for International Student Assessment) pada tahun 2012, yang menyatakan bahwa kemampuan matematika siswa di Indonesia masih lemah, yaitu dengan skor 375 menduduki peringkat ke-64 dari 65 negara dengan skor tertinggi 613 (OECD, 2012).

(21)

3 matematis, bukanlah suatu hal yang mudah, karena setiap peserta didik mempunyai kemampuan yang berbeda dalam memahami konsep – konsep matematika. Namun, peningkatan pemahaman konsep matematika perlu diupayakan demi keberhasilan peserta didik dalam belajar. Salah satu upaya untuk mengatasi permasalah tersebut, guru harus pandai memilih dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran. Oleh karena itu, guru harus mampu mendesain pembelajaran matematika dengan metode yang dapat menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran.

Guru harus pandai memilih pembelajaran yang efektif untuk siswa agar tercapainya tujuan pembelajaran. Dalam rangka mencapai tujuan, pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain adalah model atau metode pembelajaran yang digunakan oleh guru. Metode pembelajaran yang sering diterapkan di sekolah-sekolah adalah metode ceramah atau biasa disebut pembelajaran konvensional. Pada metode ceramah guru sering kali menempatkan siswa sebagai penerima informasi (pasif) dan guru sebagai pemberi informasi (aktif).

(22)

4 Dari proses pembelajaran di atas, untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa maka perlu diadakan perlakuan yang berbeda terhadap siswa. Salah satunya mengubah cara pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru di sekolah-sekolah dengan pembelajaran yang menyenangkan dan dapat diterima oleh siswa. Untuk mewujudkan tujuan pendidikan matematika tersebut maka perlu metode lain yang harus diterapkan di sekolah, salah satunya adalah Metode Penemuan Terbimbing. Dimana siswa banyak berperan aktif dalam proses pembelajaran dan guru sebagai fasilitator untuk membimbing siswa dalam belajar.

Untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis, siswa dituntut agar dapat menyelesaikan masalah dengan cara berdiskusi bersama teman-teman sekelompoknya. Guru sebagai fasilitator, dimana ketika siswa menemukan kesulitan dalam memahami konsep, guru membimbing siswa dalam menye-lesaikan masalah yang ditanyakan. Guru tidak langsung memberikan jawaban kepada siswa terkait dengan hal yang ditanyakan. Namun, guru memancing pengetahuan siswa agar dapat berfikir lebih jauh dan dapat memecahkan masalah tersebut.

(23)

5 Selain itu, dapat juga diterapkan metode lain dalam upaya peningkatan nilai matematika siswa. Karena metode pembelajaran yang diterapkan di SMP Negeri 10 Bandarlampung juga masih menggunakan metode ceramah, dimana guru berperan aktif dalam pemebelajan, sehingga siswa hanya mengandalkan guru dalam mengetahui konsep yang akan dipelajari.

Penelitian dengan metode penemuan terbimbing ini dilakukan dalam upaya adanya pengaruh pemahaman konsep matematis siswa. Karena dalam metode ini, menekankan siswa untuk memahami suatu konsep dari permasalahan yang diberikan oleh guru. Siswa dipacu untuk aktif, cepat memahami, dan kreatif terhadap masalah yang berkaitan dengan mata pelajaran matematika, sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan efektif dan efisien.

Keefektifan pembelajaran pada penelitian ini dilihat dari dua aspek, yaitu meningkatnya pemahaman konsep matematis siswa dan persentase ketuntasan belajar di kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing. Dalam hal ini, penelitian ini mengangkat judul “Efektivitas Metode Penemuan Terbimbing terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Bagaimana efektivitas penerapan metode penemuan

terbimbing dalam pembelajaran matematika ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap tahun

(24)

6 C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas penerapan metode penemuan terbimbing ditinjau dari pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/ 2015.

D. Manfaat Penelitian

Melalui penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat untuk meningkatkan mutu pendidikan. Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan informasi terhadap perkembangan pembelajaran matematika, terutama yang berkaitan dengan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing.

2. Manfaat Praktis

(25)

7 E. Ruang Lingkup Penelitian

Berikut ini beberapa istilah yang terdapat pada penelitian yang dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Efektivitas Pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Efektivitas pembelajaran dalam penelitian ini ditinjau dari 2 aspek, yaitu:

a. Pembelajaran dikatakan efektif apabila kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

b. Pembelajaran dikatakan efektif apabila siswa tuntas belajar dengan mendapatkan nilai lebih dari atau sama dengan 70 mencapai lebih dari atau sama dengan 60% siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing.

2. Metode Penemuan Terbimbing merupakan metode yang banyak melibatkan siswa aktif dalam pembelajaran. Metode ini pada pelaksanaannya melibatkan siswa untuk menemukan konsep berdasarkan petunjuk guru. Guru membimbing siswa untuk menemukan suatu konsep. Dalam menemuan suatu konsep, siswa belajar bersama anggota kelompoknya. Hal tersebut untuk memudahkan siswa dalam bertukar pikiran.

(26)

8 disampaikan oleh guru, kemudian guru memberikan kesempatan untuk bertanya, dan setelah itu siswa diberikan soal-soal latihan untuk melihat kemampuan siswa setelah pembelajaran.

4. Kemampuan Pemahaman Konsep adalah kesanggupan atau kecakapan siswa dalam menyelesaikan soal-soal yang memuat indikator kemampuan pe-mahaman konsep.

Adapun indikator pemahaman konsep matematis siswa mengacu pada Peraturan Dirjen Dikdasmen Nomor 506/C/Kep/PP/2004, yaitu:

a. Menyatakan ulang sebuah konsep;

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya;

c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep;

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; e. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke pemecahan masalah.

(27)

II. KAJIAN PUSTAKA

A. Efektivitas Pembelajaran

Dalam Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional (2004: 7) pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Menurut Siddiq (Rahayuningtyas, 2010: 7) pembelajaran adalah suatu upaya yang dilakukan oleh seseorang (guru atau yang lain) untuk membelajarkan siswa yang belajar. Oleh karena itu, terjadinya pembelajaran apabila terdapat proses interaksi antara peserta didik dengan pendidik. Sumber belajar dalam pembelajaran juga diperlukan untuk acuan pendidik dalam memberikan ilmu pendidikan.

Menurut Hamalik (2002: 57) pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi (siswa dan guru), material (buku, papan tulis, kapur dan alat belajar), fasilitas (ruang, kelas audio visual), dan proses yang saling mempengaruhi mencapai tujuan pembelajaran. Berdasarkan pengertian pembelajaran di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu proses interaksi antara guru dengan siswa dalam memperoleh pembelajaran di suatu lingkungan belajar.

(28)

10 pembelajaran. Agar menghasilkan hasil pembelajaran yang optimal, maka perlu pembelajaran yang efektif untuk diterapkan dalam kelas sesuai karakter siswa dan kondisi kelas. Hamalik (2001: 171) menyatakan bahwa pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan kesempatan kepada siswa melakukan aktivitas seluas-luasnya untuk belajar. Proses pembelajaran tersebut diharapkan dapat membantu siswa untuk berperan aktif dalam pembelajaran. Ketika siswa aktif dalam pembelajaran, maka dapat terlihat bahwa banyak hal yang mulai didapatkan siswa dari pembelajaran tersebut. Banyaknya siswa yang bertanya dalam proses pembelajaran, menggambarkan bahwa keingintahuan siswa tinggi terhadap materi yang diajarkan oleh guru.

Huda (2013: 38) menyatakan bahwa pembelajaran merupakan proses aktif. Pembelajaran dihasilkan melalui keterlibatan aktif individu dalam merefleksikan pengalaman dan tindakan yang ia praktikkan di lingkungan tertentu. Oleh sebab itu, siswa harus aktif dalam pembelajaran untuk mendapatkan hasil yang optimal dari apa yang telah ia pelajari.

(29)

11 Lebih lanjut, Sutikno (2005: 88) menyatakan bahwa efektivitas pembelajaran adalah kemampuan dalam melaksanakan pembelajaran yang telah direncanakan yang memungkinkan siswa untuk dapat belajar dengan mudah dan dapat men-capai tujuan dan hasil yang diharapkan. Dari pendapat tersebut, maka guru diharapkan dapat merencanakan pembelajaran yang menyenangkan agar siswa dapat menerima pelajaran dengan mudah sehingga dapat berpengaruh juga terhadap hasil belajar yang diharapkan.

Simanjuntak (1993: 80) mengungkapkan bahwa suatu pembelajaran dikatakan efektif apabila menghasilkan sesuatu sesuai dengan apa yang diharapkan atau dengan kata lain tujuan yang diinginkan tercapai. Tujuan pembelajaran adalah perilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi, dimiliki, atau dikuasai oleh peserta didik setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tertentu.

(30)

12 Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa efektivitas pembelajaran adalah ukuran keberhasilan dari suatu proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkaan. Keberhasialan suatu pembelajaran dalam penelitian ini diukur dari indikator-indikator pemahaman konsep matematis serta persetase ketuntasan belajar siswa mencapai 60%.

B. Metode Penemuan Terbimbing

Proses pembelajaran metode penemuan merupakan pembelajaran yang melibatkan kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis serta logis, sehingga mereka dapat merumuskan penemuannya dengan bimbingan seorang guru. Suryosubroto (2006: 193) mengemukakan bahwa metode penemuan adalah suatu metode dalam pembelajaran, guru memperkenalkan siswa-siswanya untuk menemukan sendiri informasi yang secara tradisional biasa diberitahukan atau diceramahkan saja. Metode penemuan ini dapat dirancang penggunaannya oleh guru menurut tingkat perkembangan intelektualnya. Siswa memiliki sifat yang aktif, ingin tahu yang besar, terlibat dalam suatu situasi secara utuh, dan bertanggung jawab terhadap sesuatu proses dan hasil-hasil yang ditemukan.

(31)

13 pengetahuan baru. Sehingga siswa bereksperimen untuk menemukan suatu konsep. Pembelajaran juga berpusat pada siswa sehingga siswa dituntut untuk memiliki keingintahuan yang besar agar suatu konsep dapat ditemukan.

Metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hal ini sependapat dengan penelitian yang dilakukan Sanjaya (2014) dan Rahmawati (2013) bahwa penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Karena salah satu kelebihan metode penemuan terbimbing, yaitu siswa menemukan konsep sendiri melalui bimbingan guru. Selama proses penemuan suatu konsep, siswa akan mengingat langkah-langkah apa saja yang dilalui utnuk mencapai tujuan penemuan konsep. Sehingga, apa yang telah ditemukan akan lebih lama ada diingatan siswa. Menemukan konsep sendiri juga memiliki rasa kepuasan tersendiri bagi siswa, karena siswa beranggapan bahwa dirinya memiliki potensi dalam diri untuk menyelesaikan suatu permasalahan dengan bimbingan guru.

(32)

14 akan digunakan. Untuk membuktikan apakah rumus yang ditemukan oleh siswa itu bernilai benar, maka guru memberi latihan soal sebagai latihan.

Menurut Gorman (Kasto, 2009: 25) bahwa pembelajaran dengan metode discovery (penemuan) dapat dilakukan dalam dua bentuk yaitu free discovery (penemuan bebas) dan guided discovery (penemuan terbimbing). Guided discovery (penemuan terbimbing), guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam belajar. Guru membantu siswa memperoleh pengetahuan yang dicarinya, memecahkan masalah dan menyusun kembali data-data sehingga membentuk konsep baru. Proses pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing menitik beratkan pada pertanyaan-pertanyaan yang berarti dan mengarah pada pencapaian tujuan pembelajaran dalam hal ini daftar kegiatan yang telah dipersiapkan.

Langkah-langkah pembelajaran dengan metode penemuan Menurut Nasution dan Budiastra (Rahayuningtyas, 2010: 13-14) sebagai berikut:

(a) Siswa dikelompokkan, setiap kelompok terdiri dari beberapa siswa, (b) Guru mengajukan permasalahan dalam bentuk pertanyaan, (c) Untuk menjawab pertanyaan atau membuktikan benar tidaknya hipotesis, siswa diberi kesempatan untuk mengumpulkan berbagai keterangan yang sesuai dengan masalah yang dikaji, informasi diperoleh dengan jalan mengamati objeknya, mencoba sendiri atau melakukan percobaan, (d) Keterangan-keterangan yang terkumpul dari hasil percobaan kemudian diolah, (e) Dari hasil percobaan data tadi nantinya akan diperoleh jawaban dari masalah di atas, kemudian ditarik kesimpulan umum.

Sedangkan pendapat dalam Widdiharto (2004: 5) agar pelaksanaan metode penemuan terbimbing ini berjalan dengan efektif, beberapa langkah yang harus ditempuh oleh guru matematika sebagai berikut:

(33)

15 menimbulkan salah tafsir sehingga arah yang ditempuh siswa tidak salah.

2. Dari data yang diberikan oleh guru, siswa menyusun, memproses, meng-organisasi data tersebut. Dalam hal ini, bimbingan guru dapat diberikan sejauh yang diperlukan saja. Bimbingan ini sebaiknya mengarahkan siswa untuk melangkah ke arah yang hendak dituju, melalui pertanyaan-pertanyaan atau LKS.

3. Siswa menyusun konjektur (prakiraan) dari hasil yang dilakukannya. 4. Bila dipandang perlu, konjektur yang telah dibuat oleh siswa tersebut di

atas diperiksa oleh guru. Hal ini penting dilakukan untuk meyakinkan kebenaran prakiraan siswa sehingga akan menuju arah yang hendak dicapai.

5. Apabila telah diperoleh kepastian tentang kebenran konjektur tersebut maka verbalisasi konjektur sebaiknya diserahkan juga pada siswa untuk menyusunnya. Di samping itu perlu diingat pula bahwa induksi tidak menjamin 100% kebenaran konjektur.

6. Sesudah siswa menemukan apa yang dicari, hendaknya guru memberikan soal latihan atau soal tambahan untuk memeriksa hasil kebenaran dari penemuan.

Guru dapat melakukan langkah-langkah pelaksanaan pembelajaran di atas agar pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing dapat berjalan efektif. Namun, ada beberapa prinsip dalam metode penemuan terbimbing agar guru memahami cara belajar menggunakan metode penemuan terbimbing. Secara umum prinsip penemuan diungkapkan dalam Khotimah (2014: 15) sebagai berikut:

1. Siswa akan bertanya jika mereka dihadapkan pada masalah yang mem-bingungkan/ kurang jelas;

2. Dapat menyadari dan belajar menganalisis strategi berpikir mereka;

3. Strategi berpikir baru dapat diajarkan secara langsung dan ditambahkan pada apa yang telah mereka miliki;

(34)

16 Menurut Abidin (2011) metode penemuan terbimbing memiliki kelebihan dalam penerapannya. Adapun kelebihan dari penerapan metode penemuan terbimbing, yaitu:

1. Siswa aktif dalam kegiatan belajar, sebab ia berpikir dan menggunakan ke-mampuan untuk menemukan hasil akhir, siswa memahami betul bahan pelajaran, sebab mengalami sendiri proses menemukannya;

2. Sesuatu yang diperoleh dengan cara ini lebih lama diingat;

3. Menemukan sendiri menimbulkan rasa puas, kepuasan batin ini mendorong ingin melakukan penemuan lagi hingga minat belajarnya meningkat;

4. Siswa yang memperoleh pengetahunnya dengan metode penemuan akan lebih mampu mentransfer pengetahuan keberbagai konteks;

5. Metode ini melatih siswa untuk lebih banyak belajar sendiri.

Sementara kelemahan dari penggunaan metode penemuan terbimbing dalam Rahmawati (2014: 34) adalah: (a) untuk materi tertentu waktu lebih banyak tersita; (b) tidak semua siswa dapat mengikuti pelajaran dengan cara ini. Di lapangan, beberapa siswa masih terbiasa dan mudah mengerti dengan metode ceramah; (c) tidak semua topik cocok disampaikan dengan metode ini. Umumnya topik-topik yang berhubungan dengan prinsip dapat dikembangkan dengan metode penemuan terbimbing.

(35)

17 Penemuan terbimbing pada penelitian ini adalah pembelajaran yang mengarahkan siswa untuk memahami suatu konsep dengan cara menemukan sendiri konsep tersebut dengan bantuan bimbingan guru. Pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing juga siswa belajar dengan membentuk kelompok-kelompok kecil agar memudahkan siswa dalam berdiskusi untuk menemukan konsep.

Berdasarkan hal-hal yang telah dipaparkan, metode penemuan terbimbing adalah metode pembelajaran yang berupaya menanamkan dasar-dasar berpikir ilmiah pada diri siswa, sehingga dalam proses pembelajaran, siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kreativitas dalam memecahkan masalah. Peserta didik benar-benar ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing adalah sebagai pembimbing dan fasilitator.

C. Pembelajaran Konvensional

(36)

18 dari guru siswa tersebut sering mengandalkan jawaban teman yang telah paham materi pembelajaran.

Menurut Depdiknas (2004: 51) dalam pembelajaran konvensional, cenderung pada belajar hafalan yang menolelir respon-respon yang bersifat konvergen, menekankan informasi konsep, latihan soal dalam teks, serta penilaian masih bersifat tradisional dengan paper dan pensil tes yang hanya menuntut pada satu jawaban benar. Ruseffendi (2005: 17) menjelaskan pembelajaran konvensional pada umumnya memiliki kekhasan tertentu, misalnya lebih mengutamakan hafalan daripada pengertian, menekankan pada keterampilan berhitung, mengutamakan hasil dari pada proses, dan pengajaran berpusat pada guru.

Djamarah dan Zain (2006: 148) mengemukakan bahwa pembelajaran konvensional memiliki kelebihan dan kelemahan. Kelebihan pembelajaran konvensional yaitu tidak memerlukan waktu yang lama karena hanya menjelaskan materi dan dapat diikuti oleh siswa yang banyak sehingga waktu yang diperlukan lebih efisien dari pada belajar kelompok, mudah mempersiapkan dan melaksanakannya, dan guru mudah menguasai kelas. Sedangkan kelemahan pembelajaran konvensional yaitu siswa menjadi pasif, pembelajaran didominasi oleh guru.

D. Pemahaman Konsep Matematis

(37)

19 Untuk mencapai tujuan pembelajaran matematika, maka siswa harus memahami konsep-konsep matematika terlebih dahulu.

Sardiman (2007: 42) mengungkapkan pemahaman dapat diartikan menguasai sesuatu dengan pikiran, belajar harus mengerti secara mental makna dan filosofinya, maksud dan implikasi serta aplikasi-aplikasinya, sehingga menyebabkan siswa memahami suatu situasi.

Sagala (2008: 71) menyatakan bahwa konsep merupakan buah pemikiran seseorang atau sekelompok orang yang dinyatakan dalam definisi sehingga melahirkan produk pengetahuan meliputi prinsip, hokum, dan teori. Lebih lanjut Wardhani (2008: 8) mengatakan bahwa konsep atau ide (abstrak) adalah yang dapat digunakan atau memungkinkan seseorang untuk mengelompokkan/ menggolongkan sesuatu objek.

Menurut Jihad dan Haris (2012: 149) pemahaman konsep merupakan kompetensi yang ditunjukan siswa dalam memahami konsep dan dalam melakukan prosedur (algoritma) secara luwes, akurat, efisien, dan tepat.

Berdasarkan teori-teori yang sudah dijelaskan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa pemahaman konsep matematis adalah pengetahuan atau pemikiran yang telah dimiliki oleh seseorang dalam mengemukakan ide atau gambaran yang berkaitan dengan matematika

(38)

20 a. Menyatakan ulang sebuah konsep;

b. Mengklasifikasi objek menurut sifat-sifat tertentu sesuai dengan konsepnya;

c. Memberi contoh dan non contoh dari konsep;

d. Menyajikan konsep dalam berbagai bentuk representasi matematis; e. Mengembangkan syarat perlu atau syarat cukup suatu konsep;

f. Menggunakan dan memanfaatkan serta memilih prosedur atau operasi tertentu;

g. Mengaplikasikan konsep atau algoritma dalam pemecahan masalah.

Berdasarkan pendapat di atas, maka dapat disimpulkan pemahaman konsep adalah kemampuan yang dimiliki anak dengan menghubungkan pengetahuan awal yang dimiliki dengan pengetahuan yang akan mereka temukan dalam proses pembelajaran.

E. Penelitian yang Relevan

Penelitian yang relevan dengan penelitian ini adalah penelitian yang dilakukan oleh:

1. Sanjaya (2014) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Metode Penemuan

Terbimbing Terhadap Pemahaman Konsep Matematis Siswa”. Desain

(39)

21 2. Rahmawati (2013) yang berjudul “Efektivitas Penerapan Metode Penemuan

Terbimbing Terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa”.

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu yang bertujuan untuk mengetahui efektivitas metode penemuan terbimbing terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Desain penelitian ini adalah post-test only control design. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Katibung Tahun Pelajaran 2012/2013 dan sebagai sampel penelitian adalah siswa kelas VIII B dan VIII C yang dipilih melalui teknik Purposive Sampling. Berdasarkan hasil analisis data, diperoleh bahwa rata-rata pemahaman konsep matematis siswa dan ketuntasan belajar siswa yang mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing lebih tinggi daripada pembelajaran konvensional. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini adalah bahwa metode penemuan terbimbing efektif diterapkan terhadap kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

F. Kerangka Pikir

Penelitian tentang efektivitas metode penemuan terbimbing terhadap pemahaman konsep matematis siswa ini terdiri dari satu variabel bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebas dari penelitian ini adalah metode pembelajaran yang digunakan, yaitu metode penemuan terbimbing, sedangkan yang menjadi variabel terikat adalah pemahaman konsep matematis siswa.

(40)

22 mengingat apa yang telah ia temukan. Lain hal nya ketika siswa hanya menerima apa yang diberikan guru. Siswa yang memiliki daya ingat rendah akan cepat melupakan apa yang telah diberikan.

Dalam memilih suatu metode pembelajaran di kelas, guru harus pandai memilih metode yang cocok untuk menyampaikan suatu materi. Tidak semua model pembelajaran cocok untuk materi yang akan disampaikan. Guru juga harus mampu menyesuaikan kondisi kelas agar tercipta pembelajaran yang menyenangkan. Guru dapat melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran yang bertujuan untuk meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa.

Pembelajaran yang banyak melibatkan siswa akan lebih meningkatkan kemampuan pemahaman konsep matematis. Siswa yang berperan aktif dalam pembelajaran akan lebih mengingat apa yang telah dipelajari, dibandingkan siswa yang hanya mendengarkan guru menjelaskan materi di depan kelas. Siswa yang hanya mendengarkan saat pembelajaran, cenderung menirukan apa yang telah guru berikan. Sehingga ketika guru mengganti sebuah konsep, maka siswa akan sulit mengerti.

(41)

23 sangatlah berperan aktif dalam pembelajaran, siswa hanya mendengarkan apa yang telah disampaikan oleh guru.

Selama pembelajaran menggunakan metode penemuan terbimbing siswa tidak menemukan konsep sendiri, tetapi dengan cara bekerja dengan anggota kelompoknya. Proses belajar dengan berkelompok dapat memudahkan siswa untuk bertukar pikiran, sehingga tujuan pembelajaran mudah dicapai secara bersama-sama. Siswa yang kemampuannya tinggi dapat membantu siswa yang memiliki kemampuan rendah.

Guru dapat membuat Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk memudahkan siswa dalam proses penemuan. Di dalam LKK, guru memberikan langkah-langkah untuk mempermudah siswa dalam menemukan suatu konsep. Guru harus memberi bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan. Bimbingan guru bisa berupa pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan siswa ke tujuan yang diharapkan.

Dalam langkah-langkah metode penemuan terbimbing, siswa tidak hanya menemukan suatu konsep saja. Guru juga memberikan beberapa latihan soal berkaitan dengan konsep yang sedang dipelajari. Hal itu bertujuan untuk memantapkan atau menguji pemahaman siswa terhadap suatu konsep yang telah ditemukannya. Selain itu, latihan soal yang diberikan pada siswa dapat membantu guru untuk mengetahui sejauh mana pemahaman yang diperoleh siswa melalui proses penemuan yang telah dilakukan siswa.

(42)

24 kerja kelompoknya masing-masing di depan kelas. Siswa yang memiliki jawaban lain diberi kesempatan untuk menjelaskan apa yang telah ia dapatkan dari kerja sama kelompoknya. Konfirmasi bertujuan untuk menyatukan pikiran atau pendapat yang telah didapatkan dari kerja kelompok.

Berdasarkan hal yang telah diuraikan di atas, metode penemuan terbimbing lebih melibatkan siswa berperan aktif dalam pembelajaran. Siswa menemukan suatu konsep dengan bimbingan guru, sehingga siswa lebih mengingat konsep yang telah ia temukan. Hal tersebut dapat meningkatkan pemahaman konsep matematis siswa. Sehingga pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih baik dibandingkan dengan pembelajaran konvensional.

G. Anggapan Dasar

Peneliatian ini bertolak pada anggapan dasar sebagai berikut :

1. Setiap peserta didik kelas VIII di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015 memperoleh materi ajar dan kurikulum yang sama.

2. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi pemahaman konsep matematis siswa selain pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing tidak diperhatikan.

H. Hipotesis

(43)

25 1. Hipotesis Umum

Pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing efektif ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa.

2. Hipotesis Kerja

a. Pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari pada pemahaman konsep matematis siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional.

(44)

III.METODE PENELITIAN

A. Populasi dan Sampel Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 10 Bandarlampung pada semester genap tahun pelajaran 2014/2015. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung yang terdiri dari sepuluh kelas, yaitu kelas VIII-A sampai kelas VIII-J dan tidak memiliki kelas unggulan. Seluruh kelas memiliki rata-rata kemampuan yang sama.

(45)

27

B. Desain Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian eksperimen semu (quasi experiment), karena penelitian ini ingin mengetahui adanya hubungan sebab akibat antara variabel bebas dan variable terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah metode penemuan terbimbing sedangkan variabel terikatnya adalah kemampuan pemahaman konsep matematis siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Desain yang digunakan adalah post-test only control design, karena panelitian ini melibatkan dua kelompok, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol.

Adapun desain penelitian Post-test Only Control Group Design (Sugiyono, 2009: 112) digambarkan sebagai berikut:

Tabel 3.1 Desain Penelitian

Kelompok Perlakuan Hasil Tes

E X O1

K - O2

Keterangan:

E = Kelas yang menggunakan pembelajaran metode penemuan terbimbing K = Kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

X = Perlakuan pada kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing

O1 = Hasil tes pada kelas yang menggunakan metode penemuan terbimbing

O2 = Hasil tes pada kelas yang menggunakan pembelajaran konvensional

C. Prosedur Pelaksanaan Penelitian

(46)

28

a. Melihat kondisi lapangan, seperti terdapat berapa kelas, jumlah siswa, serta cara mengajar guru matematika selama pembelajaran.

b. Menentukan sampel penelitian.

c. Menyusun perangkat pembelajaran yang meliputi, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan pembelajaran metode penemuan terbimbing dan RPP dengan pembelajaran konvensional serta Lembar Kerja Kelompok (LKK) untuk pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing.

d. Membuat instrumen penelitian. e. Menguji coba instrumen penelitian. 2. Tahap Pelaksanaan

a. Melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan metode pembelajaran penemuan terbimbing pada kelas eksperimen dan model pembelajaran konvensional pada kelas kontrol sesuai dengan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang telah disusun.

b. Mengadakan post-test di kelas eksperimen dan kelas kontrol. 3. Tahap Pengolahan Data

a. Mengumpulkan data kuantitatif.

b. Mengolah dan menganalisis data penelitian. c. Mengambil kesimpulan.

D. Data Penelitian

(47)

29

pemahaman konsep matematis siswa dari kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dilakukan pembelajaran dengan materi Garis Singgung Lingkaran.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data berupa tes. Tes yang digunakan adalah tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Instrumen tes berupa soal uraian yang terdiri dari 5 butir soal.

F. Instrumen Penelitian

Materi tes berupa soal-soal yang terdapat pada materi garis singgung lingkaran. Bentuk tes yang diberikan adalah berupa tes uraian yang terdiri dari 5 soal. Tes uraian yaitu sejenis tes untuk mengukur hasil belajar siswa yang memerlukan jawaban yang bersifat pembahasan atau uraian kata-kata. Soal dengan bentuk seperti ini menuntut kemampuan siswa untuk dapat mengingat kembali pengetahuan yang telah dimiliki.

Sebelum soal diujikan ke kelas eksperimen dan kontrol, soal diujicobakan terlebih dahulu pada kelas uji coba, yaitu kelas yang berada di luar kelas eksperimen dan kelas kontrol. Hal tersebut untuk melihat reliabilitas, tingkat kesukaran, dan daya pembeda dari soal post-test. Materi yang diambil untuk tes tersebut adalah Garis Singgung Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung. Data yang diperoleh tersebut kemudian dianalisis, dibahas, dan disimpulkan. Adapun kelebihan tes bentuk uraian menurut Arikunto (2011: 163) adalah :

1. Mudah disiapkan dan disusun.

(48)

30

3. Mendorong siswa untuk berani mengemukakan pendapat serta menyusunnya dalam bentuk kalimat yang bagus.

4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk mengutarakan maksudnya dengan gaya bahasa dan caranya sendiri.

5. Dapat diketahui sejauh mana siswa mendalami sesuatu masalah yang diteskan.

Skor jawaban disusun berdasarkan indikator kemampuan pemahaman konsep. Pedoman penskoran tes kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dalam Sartika (2011: 22) pada penelitian ini disajikan pada tabel berikut:

Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis

No Indikator Ketentuan Skor

1. Menyatakan ulang sebuah konsep.

a. Tidak menjawab. 0

b.Menyatakan ulang sebuah konsep tetapi salah. 1 c.Menyatakan ulang sebuah konsep dengan

benar. 2

b. Mengklarifikasi objek menurut sifat tertentu

tetapi tidak sesuai dengan konsepnya. 1 c. Mengklarifikasi objek menurut sifat tertentu

sesuai dengan konsepnya. 2

3.

Memberi contoh dan non-contoh dari konsep.

a. Tidak menjawab 0

b. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis etapi salah. 1

c. Menyajikan konsep dalam bentuk representasi

matematis dengan benar. 2

4.

b. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur tetapi salah. 1

c. Menggunakan, memanfaatkan, dan memilih

prosedur dengan benar. 2

5.

b. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke

pemecahan masalah tetapi tidak tepat. 1 c. Mengaplikasikan konsep atau algoritma ke

(49)

31

G. Analisis Instrumen Tes

1. Validitas

Dalam Jihad dan Haris (2012: 179) validitas isi bertujuan untuk menentukan kesesuaian antara soal dengan materi ajar dengan tujuan yang ingin diukur atau dengan kisi-kisi yang dibuat. Validitas isi dari suatu tes kemampuan pemahaman konsep matematis dapat diketahui dengan membandingkan antara isi yang terkandung dalam tes pemahaman konsep matematis dengan indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Hal tersebut bertujuan untuk mengetahui apakah indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran sudah terwakili dalam tes pemahamn konsep tersebut atau belum terwakili.

Kevalidan isi dari tes kemampuan pemahaman konsep ini terlebih dahulu dikonsultasikan kepada dosen pembimbing kemudian selanjutnya dikonsultasikan kepada guru mitra. Jika penilaian guru menyatakan bahwa butir-butir tes telah sesuai dengan kompetensi dasar dan indikator maka tes tersebut dikategorikan valid. Pengesahan (validasi) isi pada dasarnya dan terpaksa didasarkan pada pertimbangan, dan pertimbangan tersebut harus dilakukan secara terpisah untuk setiap situasi.

(50)

32

Berdasarkan penilaian guru mitra, soal yang digunakan telah dinyatakan valid (lihat Lampiran B.6).

2. Reliabilitas

Menurut Jihad dan Haris (2012: 180) reliabilitas soal merupakan ukuran yang digunakan menyatakan tingkat keajegan atau kekonsistenan suatu soal tes. Sifat ini penting dalam segala jenis pengukuran. Suatu tes dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap (Arikunto, 2011: 86). Dengan kata lain, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data yang ajeg atau tetap. Untuk keperluan menghitung koefisien reliabilitas tes bentuk uraian didasarkan pada pendapat Arikunto (2011: 109) yang menyatakan bahwa untuk mencari nilai reliabilitas, rumus yang digunakan adalah rumus Alpha sebagai berikut :

=

[

] [

]

Keterangan :

= koefisien reliabilitas yang dicari

n = banyaknya butir soal

∑ = jumlah varians skor tiap-tiap item = varians total

(51)

33

Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Realibilitas

Nilai Keterangan

memiliki interpretasi nilai koefisien reliabilitas ≥ 70.

Berdasarkan hasil perhitungan uji coba instrumen tes, diperoleh bahwa nilai koefisien reliabilitas tes adalah 0,88. Hal ini menunjukkan bahwa instrumen tes yang diujicobakan memiliki reliabilitas yang baik sehingga instrumen tes ini dapat digunakan untuk mengukur kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Hasil perhitungan reliabilitas uji coba soal dapat dilihat pada Lampiran C.2.

3. Tingkat Kesukaran

Analisis tingkat kesukaran bertujuan untuk mengetahui apakah soal tersebut tergolong mudah, sedang, atau sukar. Menurut Arikunto (2011: 207) soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Soal yang terlalu mudah tidak merangsang siswa untuk mempertinggi usaha memecahkannya. Sebaliknya soal yang terlalu sukar akan menyebabkan siswa menjadi putus asa dan tidak mempunyai semangat untuk mencoba lagi karena di luar jangkauan. Arikunto (2011: 208) mengungkapkan untuk menghitung tingkat kesukaran suatu butir soal digunakan rumus berikut:

P =

Keterangan :

(52)

34

B = jumlah skor yang diperoleh siswa pada butir soal Js = jumlah skor maksimal pada suatu butir soal

Untuk menginterpretasi tingkat kesukaran butir soal menurut Sudijono (2008: 372) digunakan kriteria indeks tingkat kesukaran yang tertera dalam Tabel 3.4.

Tabel 3.4 Interpretasi Nilai Tingkat Kesukaran

Nilai Interpretasi

Butir-butir soal tes dalam penelitian ini mengambil nilai tingkat kesukaran dengan interpretasi sedang. Karena Arikunto (2011: 210) berpendapat bahwa soal-soal yang dianggap baik, yaitu soal-soal sedang, adalah soal-soal yang mempunyai indeks kesukaran 0,31 sampai dengan 0,70. Hasil perhitungan tingkat kesukaran uji coba soal disajikan pada Tabel 3.5.

Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba

No. Butir

Item Indeks TK Interpretasi

1 0,633 Sedang

2 0,691 Sedang

3 0,674 Sedang

4 0,677 Sedang

5 0,654 Sedang

(53)

35

Hasil perhitungan tingkat kesukaran butir item soal dapat dilihat pada Lampiran C.3.

4. Daya Pembeda

Analisis daya pembeda dilakukan untuk mengetahui apakah suatu butir soal dapat membedakan siswa yang berkemampuan tinggi dengan siswa yang berkemampuan rendah. Untuk menghitung daya pembeda, data terlebih dahulu diurutkan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi sampai siswa yang memperoleh nilai terendah. Menurut Arikunto (2011: 212) untuk kelompok kecil (kurang dari 100) seluruh kelompok testee dibagi dua sama besar, 50% kelompok atas dan 50% kelompok bawah.

Menurut Arikunto (2011: 213), rumus untuk menghitung daya pembeda adalah:

Keterangan :

DP : Indeks daya pembeda satu butir soal tertentu

JA : Rata-rata nilai kelompok atas pada butir soal yang diolah JB : Rata-rata nilai kelompok bawah pada butir soal yang diolah IA : Skor maksimum butir soal yang diolah

Untuk menginterpretasi hasil perhitungan daya pembeda butir soal digunakan kriteria indeks daya pembeda yang menurut Arikunto (2011: 218) seperti teretera dalam Tabel 3.6.

Tabel 3.6 Interpretasi Daya Pembeda

(54)

36

Kriteria soal tes yang digunakan dalam penelitian ini memiliki interpretasi baik, yaitu memiliki nilai daya pembeda > 0,30. Hasil perhitungan daya pembeda butir soal yang telah diujicobakan dapat dilihat pada Tabel 3.7.

Tabel 3.7 Daya Pembeda Butir Soal Uji Coba

No. Butir Item Indeks DP Interpretasi

1 0,327 Baik

2 0,334 Baik

3 0,321 Baik

4 0,327 Baik

5 0,366 Baik

Berdasarkan Tabel 3.7 daya pembeda butir item soal yang diperoleh dari semua soal memenuhi kriteria daya pembeda soal sesuai dengan kriteria yang digunakan. Hasil perhitungan daya pembeda butir item soal dapat dilihat pada Lampiran C.3.

H. Analisis Data

Untuk data skor post-test siswa yang mengikuti pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing dan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional dianalisis menggunakan uji kesamaan dua rata. Sebelum melakukan analisis kesamaan dua rata-rata perlu dilakukan uji prasyarat, yaitu uji normalitas dan homogenitas.

1. Uji Normalitas

(55)

37

penelitian ini menggunakan uji Chi-Kuadrat. Uji Chi-Kuadrat menurut Sudjana (2005: 272-273) adalah:

a. Hipotesis

H0: sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal

H1: sampel berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal

b. Taraf signifikan: α = 0,05 c. Statistik uji

Keterangan:

x2 = harga chi-kuadrat

Oi = frekuensi observasi

Ei = frekuensi harapan

normalitas dapat disajikan pada Tabel 3.8.

Tabel 3.8 Hasil Uji Normalitas Data Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Pembelajaran Keputusan Uji

Penemuan Terbimbing 6.0056

7,81 Sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal Konvensional 3.6377

(56)

38

diterima. Data kemampuan pemahaman konsep matematis siswa yang menggunakan pembelajaran konvensional juga memiliki pada taraf signifikansi = 5%, yang berarti H0 diterima. Dengan demikian, data

kemampuan pemahaman konsep pada kedua kelas tersebut berdistribusi normal. Perhitungan uji normalitas dapat dilihat pada Lampiran C.6 dan C.7.

2. Uji Homogenitas Varians

Uji homogenitas bertujuan untuk mengetahui apakah kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau tidak. Jika kedua kelompok mempunyai varians yang sama maka kedua kelompok tersebut dikatakan homogen. Uji dua pihak untuk pasangan hipotesis nol (H0) dan tandingannya (H1) menurut Sudjana (2005:

(57)

39

xi = tanda kelas

fi = frekuensi yang sesuai dengan tanda kelas

Kriteria pengujian adalah tolak Ho jika F ≥ F⅟₂α (n1 - 1 , n2 – 1) unuk taraf nyata α =

0,05, dimana diperoleh dari daftar distribusi F. Untuk n1-1 adalah dk pembilang

(varians terbesar) dan n2-1 adalah dk penyebut (varians terkecil).

Setelah dilakukan uji normalitas, data post-test dari siswa yang mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional berdistribusi normal, selanjutnya dilakukan uji homogenitas dengan menggunakan uji F. Hasil perhitungannya disajikan dalam Tabel 3.9.

Tabel 3.9 Hasil Uji Homogenitas Data Pemahaman Konsep Matematis Siswa

Pembelajaran Varians (s2) dk Kriteria Uji Penemuan

Terbimbing 110 27 1,81 1,88 memiliki varians kedua populasi yang sama

Konvensional 199 26

Berdasarkan Tabel 3.9, bahwa nilai Fhitung untuk data post-test dari siswa yang

mengikuti pembelajaran metode penemuan terbimbing dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional lebih kecil dari Ftabel , dengan taraf  =

0,05 dan dk = (26,27). Karena Fhitung < Ftabel, maka terima H0 diterima, artinya

kedua populasi mempunyai varians yang sama. Hasil perhitungan dapat dilihat pada Lampiran C.8.

3. Uji Hipotesis

(58)

40

Sehingga untuk menguji hipotesis digunakan uji t. Rumus yang digunakan menurut Sudjana (2005: 243) adalah sebagai berikut:

a. Hipotesis

H0 : µ1 = µ2 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

dengan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional) H0 : µ1 > µ2 (rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa

dengan pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematis siswa dengan pembelajaran konvensional) b. Taraf Signifikan: α = 5%

c. Statistik Uji: t = ̅ ̅

dengan =

d. Kriteria Uji: terima H0 jika thitung , dimana didapat dari daftar

distribusi t dengan dk = (n1 + n2– 2) dan peluang ( . Untuk harga-harga

t lainnya H0 ditolak.

4. Uji Proporsi

(59)

41

dilakukan uji proporsi yang menggunakan uji proporsi satu pihak. Rumusan hipotesis sebagai berikut:

H0 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis sama

dengan 60%)

H1 : (proporsi siswa yang memahami konsep matematis lebih

dari 60%)

Statistik yang digunakan dalam uji ini dalam Sudjana (2005:233-234) adalah:

⁄ √ ⁄

Keterangan:

x : banyaknya siswa yang tuntas dengan metode penemuan terbimbing. n : banyaknya sampel pada kelas eksperimen

Dalam pengujian ini digunakan taraf signifikansi , dengan peluang

dengan kriteria uji: tolak H0 jika , dimana

didapat dari daftar normal baku dengan peluang . Untuk

(60)

51

V. SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahsan dapat disimpulkan bahwa pembelajaran yang menggunakan metode penemuan terbimbing lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan pemahaman konsep matematis siswa kelas VIII SMP Negeri 10 Bandarlampung semester genap tahun pelajaran 2014/2015.

B. Saran

Berdasarkan kesimpulan tersebut, dikemukakan saran-saran sebagai berikut: 1. Bagi guru metode penemuan terbimbing hendaknya digunakan sebagai salah

satu alternatif dalam pembelajaran matematika untuk membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan pemahaman konsep matematis siswa. Namun harus menyesuaikan materi dan karakter siswa agar mencapai hasil yang optimal dan suasana kelas yang kondusif.

(61)
(62)

DAFTAR PUSTAKA

Abidin, Yunus. 2011. Pembelajaran Bahasa Berbasis Pendidikan Karakter. Bandung: Refika Aditama.

Arikunto, Suharsimi. 2011. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta: Bumi Aksara.

Depdiknas. 2004. Peraturan tentang Penilaian Perkembangan Anak Didik SMP No.506/C/Kep/PP/2004 Tanggal 11 November 2004. Jakarta: Ditjen Dikdasmen Depdiknas.

Disdikprov. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Lampung: Dinas Pendidikan Provinsi Lampung.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Bandung: Bumi Aksara.

_____________. 2002. Pendidikan Guru Berdasarkan Kompetensi. Jakarta: Bumi Aksara.

Huda, Miftahul. 2013. Model-model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Hudojo, Herman. 1984. Metode Mengajar Matematika. Jakarta: Depdikbud-Dirjen Dikti.

Jihad, Asep., dan Haris, Abdul. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta. Multi Pressindo.

(63)

54 dari motivasi belajar siswa. Surakarta: UNS. (Tesis). [Online] Diakses di http://digilib.uns.ac.id/ pada 12 Mei 2015.

Khotimah, Khusnul. 2014. Penerapan Model Student Teams Achievement

Divisions(Stad) Dengan Metode Penemuan Terbimbing Untuk Meningkatkan Minat Belajar Siswa Di Kelas Xi Ips 1 Sma Islam 1 Surakarta Tahun

Pelajaran 2012/2013. (Tesis). [Online]. Diakses di

http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=39366 pada 11 Januari 2015.

Markaban. 2006. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Penemuan Terbimbing. Yogyakarta: Depdiknas.

Mulyasa. 2006. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.

TIMSS. 2011. TIMSS 2011 Mathematics Achievement. [Online]. Diakses di https://timssandpirls.bc.edu/ pada 17 Februari 2015.

OECD. 2012. Pisa 2012 Results In Focus: What 15-Year-Olds Know and What They Can Do With What They Know. [Online]. Diakses di

http://www.oecd.org/pisa pada 17 Februari 2015.

Rahayuningtyas, Dwi. 2010. Peningkatan prestasi belajar siswa tentang konsep gaya pada mata pelajaran IPA dengan menggunakan metode penemuan terbimbing di kelas v SD Negeri Somongari Purworejo tahun pelajaran 2009 / 2010. (Tesis). [Online]. Diakses di

http://dglib.uns.ac.id/pengguna.php?mn=showview&id=13168 pada 11 Januari 2015.

Rahmawati, Ari Dwi. 2013. Efektivitas Penerapan Metode Penemuan Terbimbing terhadap Kemampuan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Rahmawati, Yusnita. 2014. Pengembangan Perangkat Pembelajaran Berbasis Penemuan Terbimbing (Guided Discovery) Dengan Pendekatan Somatic, Auditory, Visual, Intellectual (Savi). Surakarta: UNS. (Tesis). [Online] Diakses di http://dglib.uns.ac.id/ pada 12 Mei 2015.

Ruseffendi, E. T. 2005. Dasar-Dasar Matematika Modern dan Komputer untuk Guru Edisi 5. Bandung: Tarsito.

(64)

55

Sanjaya, Arief Ageng. 2014. Efektivitas Pembelajaran dengan Metode Penemuan Terbimbing Ditinjau dari Pemahaman Konsep Matematis Siswa. (Skripsi). Bandarlampung: Universitas Lampung.

Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Yang Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Sardiman, A.M. 2007. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: Raja Grasindo Persada.

Sartika, Dewi. 2011. Efektifitas Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipa TGT untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep Matematis Siswa. Skripsi Unila: Tidak diterbitkan.

Simanjuntak, Lisnawaty. 1993. Metode Mengajar Matematika 1. Rineka Cipta. Jakarta.

Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito.

Sudijono, Anas. 2008. Pengantar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. 2009. Statistik untuk Penelitian. Bandung: Alfabeda.

Suryosubroto, B. 2006. Proses Belajar Mengajar di Sekolah. Jakarta: Rineka Cipta.

Sutikno, M. Sobry. 2005. Pembelajaran Efektif. Mataram: NTP Pres.

Wardhani, Sri. 2008. Analisis SI dan SKL Mata Pelajaran Matematika SMP/MTs untuk Optimalisasi Tujuan. Yogyakarta: PPPPTK Matematika.

Gambar

Tabel 3.1 Desain Penelitian
Tabel 3.2 Pedoman Penskoran Tes Kemampuan Pemahaman Konsep
Tabel 3.3 Interpretasi Nilai Realibilitas
Tabel 3.5 Tingkat Kesukaran Butir Soal Uji Coba
+2

Referensi

Dokumen terkait

pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing lebih baik daripada siswa.. yang memperoleh

Berdasarkan analisis data dan pengujian hipotesis diperoleh bahwa pemahaman konsep matematika siswa pada kelas dengan pembe- lajaran metode penemuan terbimbing lebih

Mengingat metode penemuan terbimbing lebih baik dalam meningkatkan pemahaman konsep dan kemampuan penalaran matematik siswa sekolah dasar, maka peneliti menyarankan agar

Proses pembel- ajaran seperti inilah yang menyebabkan pencapaian indikator pemahaman konsep matematis siswa pada kelas yang mengikuti pembelajaran metode pe- nemuan

Rekomendasi yang dapat peneliti berikan adalah bagi guru bahwa metode pembelajaran penemuan terbimbing dapat dijadikan sebagai suatu alternatif dalam proses

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, diketahui bahwa pemaha- man konsep matematis siswa dengan pembelajaran inkuiri terbimbing lebih tinggi dari pemahaman

Kelebihan dari Metode Penemuan Terbimbing adalah sebagai berikut: (a) Siswa dapat berpartisipasi aktif dalam pembelajaran yang disajikan, (b) menumbuhkan sekaligus menanamkan

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa: (1) pencapaian kemampuan penalaran matematis siswa yang memperoleh pembelajaran dengan metode penemuan terbimbing