• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang"

Copied!
77
0
0

Teks penuh

(1)

PERILAKU IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET

ZAT BESI (Fe) DI DESA TANJUNG REJO KEC.PERCUT SE

TUAN KAB.DELI SERDANG TAHUN 2012

SKRIPSI

OLEH

Erniwati Nainggolan 111121122

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

Judul : Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang Tahun 2012 Nama Mahasiswa : Erniwati Nainggolan

Nim : 111121122

Jurusan : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang prevalennya pada ibu hamil masih cukup tinggi. Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon), juga suatu tindakan atau perbuatan suatu organisasi yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel sebanyak 35 orang dengan teknik total sampling, teknik pengambilan data dengan cara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 40,0 % responden memiliki pengetahuan tidak baik dan responden memiliki sikap yang baik 51,4 % sedangkan responden memiliki tindakan yang digolongkan dalam kategori tidak baik 68,6 %. Secara umum perilaku ibu hamil mayoritas tidak baik dengan jumlah 20 orang (57,1%). Saran bagi ibu hamil agar lebih memperhatikan kondisi kesehatan kehamilannya dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan dan mengkonsumsi tablet zat besi guna meningkatkan kesehatan ibu dan janin.

(4)

PRAKATA

Segala puji syukur dan hormat penulis panjatkan hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi yang berjudul “Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang Tahun 2012”. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyelesaikan pendidikan dan mencapai gelar sarjana di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan.

Penyusunan skripsi ini telah banyak mendapat bantuan, bimbingan, dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

2. Ibu Erniyati, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

4. Bapak Ikhsanuddin Ahmad Harahap, S.Kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara

5. Ibu Nur Asiah S. Kep, Ns selaku dosen pembimbing skripsi penulis yang telah menyediakan waktu serta dengan penuh keikhlasan dan kesabaran telah memberikan arahan, bimbingan, dan ilmu yang bermanfaat selama masa perkuliahan di fakultas keperawatan dan selama penyusunan skripsi ini

6. Ibu Linda Sari Siregar S.kep, Ns, M.kep dan Ellyta Aizar S.Kp selaku dosen penguji I dan II yang juga banyak memberikan arahan dan bimbingan kepada penulis.

(5)

8. Semua pihak yang dalam kesempatan ini tidak dapat disebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu peneliti baik dalam penyelesaian skripsi ini di Fakultas Keperawatan USU.

9. Teristimewa buat my mumz M.Br Silaban yang selalu ku sayangi terimakasih yang tak terhingga buat semua dukungan moril, spiritual, dan material selama perkuliahan ini.

10.Buat keluarga besar ku Nainggolan Bersaudara yang sangat ku sayangi Usman Nainggolan, Jasudi Nainggolan, Megawan Nainggolan, Maslan Nainggolan, Siti Nainggolan, Diani Nainggolan, Rosdiana Nainggolan, Derliana Nainggolan dan eda ku tersayang Channa Pandiangan dan Emy Taileleu Terimakasih buat dukungan serta doa kalian. Aku sayang kalian

Semoga Tuhan Yang Maha Kuasa melimpahkan berkat dan karunia-Nya kepada semua pihak yang telah banyak membantu penulis. Harapan penulis semoga skripsi ini dapat bermanfaat nantinya untuk pengembangan ilmu pengetahuan, khususnya ilmu keperawatan.

Medan, Februari 2013

Penulis

(6)
(7)

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN ... 31

4.1Desain Penelitian ... 31

4.2Populasi ... 31

4.3Sampel ... 31

4.4Lokasi dan Tempat Penelitian ... 31

4.5Pertimbangan Etik ... 32

4.6Instrumen Penelitian... 32

4.7Jenis dan Cara pengumpulan Data ... 36

4.8Pengolahan dan Analisa Data... 37

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... ... 40

5.1Hasil Penelitian ... 40

5.1.1Karakteristik Responden ... 40

5.2 Analisa Univariat ... 41

5.3 Pembahasan ... 42

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ……… 46

6.1 Kesimpulan ……… 46

6.2 Saran ……… 46

Daftar Pustaka

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel. 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden……….. 40 Tabel. 5.1.2 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu Hamil Dalam

Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe)……….41 Tabel. 5.1.3 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Ibu Hamil Dalam

Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe)………..41 Tabel. 5.1.4 Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe)……….. 42 Tabel. 5.1.5 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Ibu Hamil Dalam

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir persetujuan responden Lampiran 2 Kuesioner penelitian

Lampiran 3 Surat izin penelitian dari Fakultas Keperawatan USU

Lampiran 4 Surat izin penelitian dari Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang

Lampiran 5 Surat selesai penelitian dari Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang

Lampiran 6 Master Tabel Lampiran 7 Uji reliability

Lampiran 8 Hasil statistic Frequencies Lampiran 9 Jadwal penelitian

Lampiran 10 Taksasi dana pembuatan skripsi Lampiran 11 Daftar riwayat hidup

(10)

Judul : Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang Tahun 2012 Nama Mahasiswa : Erniwati Nainggolan

Nim : 111121122

Jurusan : Ilmu Keperawatan Universitas Sumatera Utara

Tahun : 2012

Abstrak

Anemia gizi besi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia yang prevalennya pada ibu hamil masih cukup tinggi. Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan (respon), juga suatu tindakan atau perbuatan suatu organisasi yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi. Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kuantitatif. Jumlah sampel sebanyak 35 orang dengan teknik total sampling, teknik pengambilan data dengan cara menggunakan kuesioner. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 40,0 % responden memiliki pengetahuan tidak baik dan responden memiliki sikap yang baik 51,4 % sedangkan responden memiliki tindakan yang digolongkan dalam kategori tidak baik 68,6 %. Secara umum perilaku ibu hamil mayoritas tidak baik dengan jumlah 20 orang (57,1%). Saran bagi ibu hamil agar lebih memperhatikan kondisi kesehatan kehamilannya dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan dan mengkonsumsi tablet zat besi guna meningkatkan kesehatan ibu dan janin.

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Pembangunan kesehatan di Indonesia diarahkan untuk meningkatkan mutu dan kemudahan pelayanan kesehatan yang makin terjangkau oleh

seluruh lapisan masyarakat dalam rangka meningkatkan kesehatan masyarakat khususnya pada kelompok resiko tinggi seperti bayi, balita, ibu hamil dan ibu

bersalin. Dengan tujuan meningkatkan secara bermakna harapan hidup, menurunkan angka kesakitan dan kematian pada ibu dan bayi, menurunkan beberapa angka kesakitan penyakit penting, menurunkan angka kecacatan dan

ketergantungan serta meningkatkan status gizi masyarakat dan menurunkan angka fertilitas (Departemen Kesehatan, 2006).

Salah satu penyebab kematian ibu menurut WHO adalah anemia, hal ini dikarenakan wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah, sehingga apabila mengalami perdarahan baik antepartum atau postpartum

akan berakibat fatal. Kejadian anemia pada ibu hamil berkisar antara 20-89%. Angka anemia pada kehamilan di Indonesia menunjukkan nilai yang cukup

tinggi yaitu 70% atau 7 dari 10 wanita hamil menderita anemia akibat ketidakpatuhan mengkonsumsi zat besi dan kekurangan asupan zat besi serta

asam folat selama masa kehamilan (Amiruddin, 2004).

(12)

penyakit penuaan dan masalah gizi merupakan masalah mendasar karena secara langsung menentukan kualitas sumber daya manusia serta dapat

meningkatkan derajat kesehatan. Salah satu masalah di Indonesia yang belum teratasi adalah anemia. Anemia masih merupakan masalah pada wanita

Indonesia sebagai akibat kekurangan zat besi dan asam folat dalam tubuh serta faktor lain seperti penyakit infeksi dan penyakit kronis. Dari semua golongan umur, wanita hamil mempunyai resiko paling tinggi menderita anemia karena

pada masa ini terjadi peningkatan kebutuhan untuk mendukung pertumbuhan dan perkembangan janin (Tarwoto & Wasnidar, 2007).

Menurut Notoadmojo (2007) pembentukan perilaku dipengaruhi oleh pengetahuan, sikap dan tindakan dimana pengetahuan akan menjadi sikap jika diiringi kesiapan atau kepatuhan bertindak.

Sackert (1976) seperti yang dikutip oleh Niven (2002), menyatakan bahwa kepatuhan dalam menjalankan terapi pengobatan menggambarkan

sejauh mana perilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan professional kesehatan. Sedangkan menurut Hartman dan Becker (1976) dalam bukunya Niven 2002, menyatakan bahwa keyakinan seseorang terhadap

program pengobatan sangat berguna bagi penentu kepatuhan terhadap pengobatan.

(13)

penting untuk diketahui tentang tingkat ketidakpatuhan, faktor-faktor yang mempengaruhi ketidakpatuhan dan cara untuk mengurangi ketidakpatuhan.

Derajat ketidakpatuhan bervariasi sesuai dengan apakah pengobatan tersebut kuratif atau preventif, jangka panjang atau pendek. Sacket dan snow

(1976) menemukan bahwa ketaatan terhadap 10 hari jadwal pengobatan sejumlah 70-80% dengan tujuan pengobatan, dan 60-70% dengan tujuan pencegahan. Kegagalan untuk mengikuti program pengobatan jangka panjang,

yang bukan kondisi akut, dimana derajat ketidakpatuhan rata-rata 50% dan derajat tersebut bertambah buruk sesuai waktu (Niven, 2002).

Kepatuhan mengkonsumsi zat besi selama masa kehamilan sangat penting karena merupakan asupan nutrisi yang dibutuhkan ibu hamil untuk memenuhi kebutuhan fisiologis tubuh ibu dan bayi selama masa kehamilan.

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi zat besi, frekuensi konsumsi

perhari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan zat besi (Afnita, 2004).

Untuk menambah zat besi maka ibu hamil dapat mengkonsumsi suplemen zat besi seperti sulfat ferosus sebanyak 90 tablet selama masa

kehamilan dengan frekuensi 1-2 tablet per hari (Arisman, 2002). Pemberian zat besi harus diberikan sesuai kebutuhan dalam jangka panjang sehingga ada kemungkinan ibu hamil untuk tidak mematuhi konsumsi zat besi tersebut

(14)

sendiri. Oleh karena itu perlu diketahui tingkat kepatuhan serta faktor yang mempengaruhi perilaku kepatuhan itu sendiri.

Di Indonesia anemia pada ibu hamil merupakan penyakit ke empat yang prevalensinya terbanyak yaitu 50,9% pada tahun 1995 akibat konsumsi

makanan yang tidak memenuhi syarat gizi kehamilan dan ketidakpatuhan ibu dalam mengkonsumsi zat besi (Fe) sesuai anjuran petugas kesehatan dimana kebutuhan tubuh terhadap zat besi saat kehamilan sangat meningkat namun,

pada tahun 2001 menurun menjadi 40,1%. Hal ini disebabkan karena penanggulangan anemia yang difokuskan pada ibu hamil berupa pemberian

suplemen zat besi oleh pemerintah (SKRT,1995, 2001).

Di Sumatera Utara khususnya kota Medan hasil Survey Demografi Kesehatan Indonesia tahun 2007 jumlah ibu hamil yang menderita anemia

defesiensi zat besi sebanyak 4.427 dari 13.170 angka kelahiran atau 27%, diantaranya 17% mengkonsumsi zat besi dan sisanya sama sekali tidak patuh

mengkonsumsi zat besi sesuai dengan anjuran petugas kesehatan (Profil Kesehatan Medan, 2010).

Masih tingginya prevalensi angka kematian ibu dan angka kematian

bayi di Sumatera Utara kemungkinan disebabkan oleh kurangnya pengetahuan, sikap dan tindakan para ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet

zat besi (Fe), sedangkan data dari Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan tahun 2011 dari 85 orang ibu hamil sebanyak 20% mengalami anemia. Dari survei pendahuluan yang dilakukan tanggal 23 april melalui wawancara

(15)

mengatakan kurang memahami tentang zat besi, fungsi dan manfaatnya, yang dapat mempengaruhi kepatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi

tersebut. maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut

Sei tuan Kab.Deli Serdang. 1.2Perumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah, bagaimanakah perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kab.Deli

Serdang

1.3Tujuan Penelitian

1.3.1Tujuan Umum

Untuk mengetahui perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei tuan Kab.Deli Serdang

1.3.2Tujuan Khusus

a. Untuk mengetahui pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi

b. Untuk mengetahui sikap ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi c. Untuk mengetahui tindakan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi

(16)

1.4Manfaat Penelitian

1.4.1Profesi keperawatan

Hasil penelitian dapat menjadi masukan bagi tenaga profesi keperawatan dalam memberikan informasi yang tepat kepada masyarakat tentang

pentingnya zat besi dalam mencegah anemia pada kehamilan. 1.4.2Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini bisa menjadi informasi kepada masyarakat tentang

pentingnya mengkonsumsi zat besi pada masa kehamilan

1.4.3Penelitian keperawatan

(17)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1Perilaku

2.1.1Definisi Perilaku

Perilaku merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan

tanggapan (respon), juga suatu tindakan atau perbuatan suatu organisasi yang dapat diamati dan bahkan dipelajari. Dengan demikian perilaku adalah suatu

respon terhadap stimulus dan akan sangat ditentukan oleh keadaan stimulusnya, individu atau organisme seakan-akan tidak mempunyai kemampuan untuk menentukan perilakunya sehingga hubungan stimulus dan

respon seakan-akan bersifat mekanistis (Notoatmodjo, 2007)

Selanjutnya Skinner (1938) seperti yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007), seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organism dan

kemudian organism tersebut merespon, maka teori Skinner ini disebut teori

“S-O-R” atau Stimulus Organisme Respon. Skinner membedakan adanya dua

respon:

a) Responden respon atau reflexive yaitu respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus seperti ini disebut

eliciting stimulation karena menimbulkan respo-respon yang relativ tepat. Responden respon ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya

(18)

b) Operant Respons atau Instrumental Respon yaitu respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti dengan stimulus atau perangsang tertentu.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua:

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih

terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut dapat diamati

secara jelas oleh orang lain. 2. Perilaku terbuka (Overt Behavior)

Respon seseorang dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon

seseorang terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik, yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat

orang lain. 2.1.2Jenis Perilaku

Menurut Notoatmodjo, 2007 perilaku dibagi menjadi dua bagian

a) Perilaku yang alami (Innate Bahavior)

Perilaku alami yaitu yang dibawa sejak organisme dilahirkan yang

berupa reflex dan insting

(19)

Perilaku operan yaitu perilaku yang dibentuk melalui proses belajar, sebagian besar perilaku manusia adalah perilaku operan.

2.1.3Prosedur Pembentukan Perilaku

Prosedur pembentukan perilaku adalah sebagai berikut:

a) Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat reinforce berupa hadiah-hadiah atau rewads bagi perilaku yang dibentuk.

b)Melakukan analisis untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk perilaku yang dikehendaki. Kemudian

komponen-komponen tersebut disusun menuju terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c) Menggunakan secara urut komponen tersebut sebagai tujuan

sementara, mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing komponen tersebut.

d)Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang tersusun tersebut. Apabila komponen pertama dilakukan maka hadiah akan diberikan. Hal ini akan mengakibatkan

komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan (Notoatmodjo, 2007).

2.1.4Bentuk Perilaku

(20)

orang lain, misalnya berpikir, tanggapan atau sifat batin dan pengetahuan.

b) Bentuk Aktif (Operant Behavior) adalah apabila perilaku itu jelas dapat diobservasi secara langsung (Notoatmodjo, 2007).

2.1.5Perilaku Kesehatan

Berdasarkan batasan perilaku maka perilaku kesehatan adalah suatu respon seseorang (organisme) terhadap stimulus atau objek yang

berkaitan dengan sakit atau penyakit, system pelayanan kesehatan, makanan dan minuman serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku

kesehatan diklasifikasikan menjadi tiga kelompok:

a) Perilaku pemeliharaan kesehatan (Health Maintanance)

Adalah perilaku atau usaha-usaha seseorang unutk memelihara atau

menjaga kesehatan agar tidak sakit dan usaha untuk penyembuhan bila sakit.

b) Perilaku Pencarian Pengobatan (Health Seeking Behavior)

Perilaku ini menyangkut upaya atau tindakan seseorang pada saat menderita penyakit atau kecelakaan. Tindakan atau perilaku ini

dimulai dari mengobati sendiri (Self treatment) sampai mencari pengobatan keluar negeri.

c) Perilaku Kesehatan Lingkungan

Yaitu bagaimana seseorang merespon lingkungan, baik lingkungan fisik maupun sosial budaya, sehingga lingkungan tidak

(21)

2.1.6Perubahan-Perubahan Perilaku

Perubahan-perubahan dalam diri seseorang dapat diketahui

melalui persepsi. Persepsi adalah sebagai pengalaman yang dihasilkan melalui panca indra. Setiap orang memiliki persepsi yang beda,

meskipun mengamati pada satu objek yang sama. Motivasi yang diartikan sebagai suatu dorongan untuk bertindak untuk mencapai suatu tujuan juga dapat terwujud dalam bentuk perilaku. Perilaku juga dapat

timbul karena emosi. Aspek psikologis yang mempengaruhi emosi yang berhubungan erat dengan keadaan jasmani, yang pada hakekatnya

merupakan faktor keturunan. Manusia dalam mencapai kedewasaan secara aspek tersebut diatas akan berkembang sesuai dengan perkembangan (Notoatmodjo, 2007)

2.1.7Domain Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku dapat diukur dengan

pengetahuan (knowledge), sikap (attitude) dan tindakan (practice).

a. Pengetahuan

1) Definisi Pengetahuan

Pengetahuan sebagai suatu kompleks gagasan yang berbeda dalam pikiran manusia yang diperoleh dari proses belajar. Pengetahuan

adalah hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran,

(22)

sejumlah fakta dan teori yang mungkin seseorang untuk dapat memecahkan masalah yang dihadapinya. Pengetahuan tersebut

diperolehnya baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain.

2) Cara memperoleh pengetahuan

Dari berbagai macam cara yang telah digunakan untuk mmemperoleh kebenaran pengetahuan sepanjang sejarah dapat dikelompokkan

menjadi dua, yakni: a) Cara tradisional

Yaitu cara penemuan pengetahuan pada periode ini antara lain meliputi:

1. Cara coba-coba, cara ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan

2. Cara kekuasaan dan otoritas

3. Berdasarkan pengalaman pribadi 4. Melalui jalan pikiran

b) Cara modern

Cara modern atau cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sitematis, logis dan ilmiah. Cara ini disebut

metode ilmiah

3) Proses adopsi perilaku terhadap pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari

(23)

Notoatmodjo 2007, mengungkapakan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru didalam diri orang tersebut terjadi proses

yang berurutan, yakni:

a) Awareness (kesadaran) yakni orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus objek terlebih dahulu. b) Interest yakni orang mulai tertarik pada stimulus.

c) Evaluation menimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi

dirinya, hal ini berarti responden sudah lebih baik lagi.

d) Adaption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikapnya terhadap stimulus. 4) Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan terdiri dari 6 tingkatan, yaitu:

a) Tahu (know) : mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh

badan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima, merupakan tingkat pengetahuan yang lebih rendah.

b) Memahami (Comprehension)

Suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat mengintrepretasikan materi tersebut dengan

benar.

(24)

d) Analisa (analysis) : suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen tetapi masih

didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

e) Sintesis (synthesis): kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.

f) Evaluasi (Evaluation): kemampuan untuk melakukan judifikasi penilaian terhadap suatu materi atau objek.

5) Pengukuran pengetahuan

Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket (kuisoner) yang menanyakan tentang materi yang ingin diukur dari suatu subjek

penelitian atau responden. Kedalam pengetahuan yang ingin diketahui atau diukur dapat disesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas

(Notoatmodjo, 2007).

b. Sikap (Attitude)

1) Definisi

yaitu suatu tingkatan afeksi baik ang bersifat positif maupun negative dalam hubungannya dengan objek-objek psikologis, sikap juga sebagai

(25)

2) Pembentukan sikap

Sikap sosial terbentuk dari interaksi sosial yang dialami individu.

Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling mempengaruhi diantara individu sebagai anggota kelompok sosial yang satu dengan yang lain,

terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai naggota masyarakat. Ada berbagai faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya:

(a) Pengalaman pribadi, (b) pengaruh orang lain, (c) pengaruh kebudayaan, (d) media massa, lembaga pendidikan dan lembaga

agama, (e) pengaruh faktor emosional. 3) Tingkatan sikap

Sikap terdiri dari berbagai tingkatan diantaranya:

(a) Menerima (Reciving) : bahwa orang atau subjek mau dan menerima stimulus yang diberikan dalam objek

(b) Merespon (Responding) : memberikan jawaban apabila ditanya mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap

(c)Menghargai (Valuing) : mengajak orang lain untuk emnerjakan atau mendiskusikan suatu masalah yang merupakan suatu indikasi sikap

tingkat tiga.

(d) Bertanggung jawab (Responsible) : bertanggungjawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap

(26)

4) Pengukuran sikap

Cara pengukuran sikap ini dapat dilakukan dengan menggunakan

skala Borgadus, Thrustone dan Likert. Namun dari ketiga skala tersebut, skala Likert yang paling mudah dilakukan. Dalam menciptakan alat ukur,

likert juga menggunakan pernyataan-pernyataan dengan menggunakan lima alternatif atau tanggapan atas pernyataan-pernyataan. Lima alternatif jawaban yang dikemukakan linkert adalah: sangat setuju (Strongly Approve), Setuju (Approve), Ragu-ragu (Undecided), Tidak setuju

(Disapprove), Sangat tidak setuju (Strongly disapprove).

Skala likert menggunakan nilai untuk masing-masing pernyataan bergerak antara 1-5. Nilai terendah adalah 1 dan nilai tertinggi adalah bila pernyataan bersifat positif dan seseorang setuju terhadap pernyataan

tersebut, maka orang tersebut akan memperoleh nilai 5, dengan demikian dapat dikemukakan untuk mengukur sikap yang terdiri dari 10 pertanyaan,

maka skor tertinggi yang mungkin dicapai adalah 50, sedangkan skor terendah adalah 10. Jumlah nilai yang dicapai seseorang menggambarkan sikap orang terhadap suatu objek sikap. Corak khas dari skala likert,

bahwa makin tinggi skor yang diperoleh seseorang merupakan indikasi bahwa orang tersebut sikapnya makin positif terhadap objek sikap,

(27)

c. Tindakan (Practice)

1) Definisi

Tindakan adalah realisasi dari pengetahuan dan sikap menjadi suatu perbuatan nyata. Tindakan juga merupakan respon seseorang

terhadap stimulus dalam bentuk nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan yang dengan mudah diamati atau dilihat oleh orang lain.

2) Tingkatan dalam tindakan

Tingkatan- tingkatan dalam tindakan yaitu:

(a)Persepsi (perception) : mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh dan merupakan indicator tingkat pertama.

(b) Respon terpimpin (Quided Response) : dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar sesuai dengan contoh dan

merupakan indicator praktek tingkat kedua.

(c)Mekanisme (Mechanism) : telah dapat melakukan sesuatu yang benar secara otomatis atau segala itu sudah merupakan kebiasaan

maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

(28)

3) Pengukuran tindakan

Pengukuran tindakan dapat dilakukan secara tidak langsung,

yakni dengan wawancara terhadap kegiatan yang telah dilakukan atau dengan observasi secara langsung (Notoatmodjo, 2007).

2.2Kepatuhan

2.2.1Definisi kepatuhan

Kepatuhan adalah sejauh mana perilaku pasien dengan ketentuan yang

diberikan oleh professional kesehatan (Niven, 2002). Yang mendukung kepatuhan pasien adalah:

a) Pendidikan

Pendidikan pasien dapat meningkatkan kepatuhan, sepanjang bahwa pendidikan tersebut merupakan pendidikann aktif seperti penggunaan

buku-buku dan kaset oleh pasien secara mandiri. b) Akomodasi

Suatu usaha harus dilakukan untuk memahami cirri kepribadian pasien yang dapat mempengaruhi kepatuhan. Sebagai contoh pasien yang lebih mandiri harus dapat merasakan bahwa ia dilibatkan secara aktif dalam

program pengobatan.

c) Modifikasi faktor lingkungan dan sosial

(29)

d) Perubahan model terapi

Program-program pengobatan dapat dibuat sesederhana mungkin, dan

pasien dapat terlibat aktif dalam pembuatan program tersebut. Dengan cara ini komponen sderhana dalam program pengobatan dapat diperkuat untuk

selanjutnya mematuhi komponen yang lebih kompleks. e) Meningkatkan interaksi professional kesehatan dengan pasien

Suatu hal yang penting untuk memberikan umpan balik pada pasien

serelah memperoleh informasi tentang diagnosis. Pasien mebutuhkan penjelasan tentang kondisinya saat ini, apa penyebanya dan apa yang dapat

mereka lakukan denagn kondisi seperti itu (Niven, 2002). 2.2.2Faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan pasien

Menurut Sachwartz dan Griffin dalam buku psikologi kesehatan

karangan Bart Smet mengatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepatuhan adalah:

a) Sosial ekonomi b) Umur

c) Tingkat pendidikan

d) Sumber informasi

2.3Anemia Pada Ibu Hamil

2.3.1 Defenisi anemia

Anemia dapat didefinisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada di bawah normal. Di Indonesia Anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan

(30)

defisiensi besi merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami deplesi besi sehingga

hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar

hemoglobin ibu turun sampai di bawah 11 gr/dl selama trimester III. Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat

mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas

dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi berat badan

lahir rendah (BBLR) dan prematur juga lebih besar.

2.3.2 tanda dan gejala anemia pada ibu hamil

- Kulit pucat, khususnya daerah wajah

- Kelemahan dan kelelahan

- Jantung berdebar-debar, takikardi, sesak nafas

- Kelainan gambaran darah

- Pada hasil pemeriksaan laboratorium terlihat adanya hemoglobinemi, hiperbilirubinea

2.3.3 Pengobatan anemia dalam kehamilan

Pencegahan dan penanggulangan anemia defisiensi zat besi dilakukan antara

(31)

a. Meningkatkan konsumsi zat besi dari makanan

b. Suplementasi tablet zat besi dapat memperbaiki status hemoglobin

c. Fortifikasi zat besi, yaitu dengan penambahan zat gizi kedalam pangan, atau diberikan tablet Fe 1 kali sehari (Wirakusuma, 2001).

2.4Zat Besi

2.4.1Definisi

Zat besi adalah salah satu nutrient yang tidak dapat diperoleh dalam

jumlah yang adekuat dan bermakna yang dikonsumsi selama masa kehamilan. Jumlah zat besi yang dibutuhkan untuk kehamilan tunggal yang normal adalah

sekitar 1000 mg, 350 mg untuk pertumbuhan janin dan plasenta, 450 mg untuk peningkatan massa sel darah merah ibu dan 200 mg untuk kehilangan basal (Bobak, 2004).

Zat besi berkaitan erat dengan anemia atau kekurangan sel darah merah sebagai adanya perubahan fisiologis selama kehamilan yang disebabkan oleh:

(a) Meningkatnya kebutuhan zat besi untuk pertumbuhan janin

(b) Kurangnya asupan zat besi pada makanan yang dikonsumsi sehari-hari (c) Adanya kecenderungan rendahnya cadangan zat besi pada wanita,

sehingga tidak mampu menyuplai kebutuhan zat besi dan mengembalikan persediaan darah yang hilang akibat persalinan sebelumnya.

Kelebihan zat besi jarang terjadi karena makanan, tetapi tidak dapat disebabkan oleh suplemen besi. Gejalanya adalah rasa mual, muntah, diare, denyut jantung meningkat, sakit kepala, mengigau dan pingsan

(32)

2.4.2Fungsi zat besi

(a) Metabolisme energi

Didalam sel zat besi bekerja sama dengan rantai protein pengangkat electron, yang berperan dalam langkah-langkah akhir metabolisme

energi. Menurunnya produktivitas kerja pada kekurangan zat besi disebabkan oleh dua hal, yaitu: berkurangnya enzim-enzim yang mengandung zat besi dan menurunnya hemoglobin darah. Akibatnya,

metabolisme energi didalam otot terganggu dan terjadi penumpukan asam laktat yang menyebabkan rasa lelah.

(b) Sistem kekebalan

Zat besi memegang peranan penting dalam system kekebalan tubuh. Respon kekebalan sel oleh limfosit-T terganggu karena

berkurangnya pembentukan sel-sel (c) Pelarut obat-obatan

Obat-obatan yang tidak larut dalam air oleh enzim mengandung besi dapat dilarutkan hingga dapat dikeluarkan dari tubuh (Almatsier, 2004).

2.4.3Sumber zat besi

Sumber zat besi adalah makanan hewani, seperti daging, ayam dan ikan.

Sumber lainnya telur, serelia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah. Pada umumnya zat besi didalam daging, ayam dan ikan mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi didalam serelia dan

(33)

sayuran yang mengandung asam laktat tinggi seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya diperhatikan kombinasi makanan

sehari-hari yang terdiri atas campuran sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain yang dapat membantu absorbs

(Almaitser, 2004)

2.4.4Zat besi untuk ibu hamil

Wanita memerlukan zat besi lebih tinggi dari laki-laki karena terjadi

menstruasi dengan pendarahan sebanyak 50 sampai 80 CC setiap bulan dan kehilangan zat besi 30 sampai 40 mg, disamping itu kehamilan memerlukan

tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel darah merah janin dan plasenta. Makin sering seorang wanita mengalami kehamilan dan melahirkan akan makin banyak kehilangan zat besi dan akan menjadi semakin anemis

(Manuaba, 1998).

Pada setiap kehamilan kebutuhan zat besi yang diperlukan sebanyak

900 mg Fe yaitu meningkatnya sel darah ibu 500 mg Fe, terdapat dalam plasenta 300 mg Fe, dan untuk darah janin sebesar 100 mg Fe. Jika persediaan cadangan Fe minimal, maka setiap kehamilan menguras Fe tubuh dan

akhirnya akan menimbulkan anemia pada kehamilan (Manuaba, 1998). Kebutuhan zat besi setiap tri wulan pertama relative kecil, yaitu 0,8 mg

perhari, namun meningkat dengan pesat selama triwulan kedua dan ketiga hingga 6,3 mg perhari. Sebagian dari peningkatan dapat dipengaruhi oleh simpanan zat besi dan peningkatan aditif presentase zat besi yang diserap,

(34)

dari makanan sangat sedikit, maka suplemen zat besi sangat dibutuhkan pada masa kehamilan (Demayer, 1995).

Pada ibu hamil dan menyusui kebutuhan akan zat besi meningkat karena selain dibutuhkan oleh sang ibu, zat besi juga dibutuhkan oleh bayinya.

Pada ibu hamil, zat besi juga dibutuhkan oleh plasenta dan janinnya. Apabila kebutuhan yang tinggi ini tidak dapat dipenuhi, maka kemungkinan terjadinya anemia defisiensi besi cukup besar. Kebutuhan zat besi tiap semester pada ibu

hamil sebagai berikut: Trimester I

Kebutuhan zat besi ± 5mg/hari (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.

Trimester II

Kebutuhan zat besi ± 5mg/hari (kehilangan basal 0,8 mg/hari) ditambah 30mg dan coceptus 115mg.

Trimester III

Kebutuhan zat besi ± 5 mg/hari (kehilangan basal 0,8mg/hari) ditambah kebutuhan sel darah merah 150mg dan coceptus 223 mg.

Selama masa kehamilan minimal diberikan 90 tablet sampai 42 minggu setelah melahirkan, diberikan sejak pemeriksaan ibu pertama. Pemeberian zat

(35)

2.4.5Akibat Kekurangan Zat Besi Pada Masa Kehamilan

Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar hemoglobin dalam darah

kurang dari normal yang berbeda untuk setiap kelompok umur dan jenis kelamin. Kadar normal hemoglobin dalam darah yaitu : anak balita 11 gr, anak

usia sekolah 12 gr, wanita dewasa 12 gr, ibu hamil 11 gr, laki-laki 13 gr, ibu menyusui 12 gr (Depkes RI, 1999).

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan

pada pertumbuhan janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin didalam kandungan, abortus, cacat bawaan,

BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih tinggi. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas

maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar.

Menurut manuaba (1998) anemia pada kehamilan dapat berakibat buruk pada ibu dan janin yang dikandung. Bahaya selama kehamilan adalah terjadi abortus, persalinan prematuritas, hambatan tumbuh kembang janin

dalam rahim, mudah terjadi infeksi, ancaman dekompensasi kordis (Hb<6 gr%), mola hidatidosa, hiperemesis gravadarum, perdarahan antepertum, dan

(36)

Wiknyosastro (1999) dalam Dina (2004) menyatakan bahwa kematian ibu dapat digolongkan pada kematian obstetrik langsung. Kematian obstetrik

tidak langsung disebabkan oleh penyakit atau komplikasi lain yang sudah ada sebelum kehamilan atau persalinan seperti hipertensi, penyakit jantung,

diabetes millitus malaria dan anemia. Royston (1994) juga mengemukakan bahwa salah satu penyebab tidak langsung kematian ibu adalah penyakit yang mungkin telah terjadi sebelum kehamilan dan diperburuk oleh kehamilan ibu

sendiri, penyakit tersebut antara lain adalah anemia.

2.4.6Upaya Pencegahan Dan Penanggulangan Kurang Besi Pada Ibu

Hamil

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan menganggulagi kurang zat besi pada ibu hamil menurut Depkes (1999) adalah :

1. Meningkatkan konsumsi zat besi dari sumber alami, terutama makanan sumber hewani yang mudah diserap seperti ikan, hati, daging. Selain itu

perlu ditingkatkan juga makanan yang banyak mengandung vitamin C dan vitamin A (buah-buahan dan sayur-sayuran) untuk membantu zat besi dan membantu proses pembentukan Hb.

2. Fortifikasi bahan makanan, yaitu menambah zat besi asam folat, vitamin A, dan asam amino esensial pada bahan makanan yang dimakan secara

luas oleh kelompok sasaran. Penambahan zat besi ini umumnya dilakukan pada bahan makanan hasil produksi industri pangan. Untuk mengetahui bahan makanan yang mengandung zat besi, dianjurkan membaca label

(37)

3. Suplementasi besi-folat secara rutin selama jangka waktu tertentu, bertujuan untuk meningkatkan kadar Hb secara cepat. Dengan demikian

suplementasi zat besi hanya merupakan salah satu upaya cara pencegahan dan penanggulangan kurang besi yang perlu diikuti dengan cara lainnya.

2.5Faktor Yang Mempengaruhi Kepatuhan Mengkonsumsi Zat Besi Pada

Ibu Hamil

Kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi diukur dari ketepatan jumlah

tablet yang dikonsumsi, ketepatan cara mengkonsumsi zat besi, frekuensi konsumsi per hari. Suplementasi besi atau pemberian tablet Fe merupakan

salah satu upaya penting dalam mencegah dan menanggulangi anemia, khususnya anemia kekurangan zat besi (Afnita, 2004).

Menurut Dinicola dan Dimatteo (1984), cara meningkatkan kepatuhan

diantaranya melalui perilaku sehat dan pengontrolan perilaku dengan faktor kognitif, dukungan sosial dalam bentuk dukungan emosional dari anggota

keluarga yang lain, teman, waktu dan uang maupun dukungan dari professional medis merupakan faktor yang penting dalam kepatuhan menjalani program-program medis. Tablet zat besi sebagai suplementasi yang diberikan

pada ibu hamil menurut aturan harus dikonsumsi setiap hari. Namun karena berbagai alasan misalnya, pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu hamil yang

kurang baik, efek samping dari zat besi dan motivasi petugas kesehatan yang sering kali menjadi faktor ketidakpatuhan ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi. Hal ini dapat mengakibatkan tujuan dari pemberian zat besi tidak

(38)

BAB III

KERANGKA PENELITIAN

1.1Kerangka Penelitian

Menggambarkan perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi zat besi, maka peneliti menyusun kerangka konsep sebagai berikut:

(39)

1.2Defenisi Operasional

Variabel Defenisi Alat

ukur

Hasil ukur Skala

ukur

(40)

Sikap Respon ibu hamil di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli

Serdang terhadap kepatuhan

mengkonsumsi zat besi

Kuesioner Baik : Skor (11-20) Tidak Baik:

Skor (1-10)

Ordinal

Tindakan Langkah yang diambil ibu hamil di Desa

Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang terhadap

kepatuhan

mengkonsumsi zat besi

Kuesioner Baik: Skor(6-10) Tidak baik: Skor(0-5)

Ordinal

Perilaku kuesioner Baik: skor (26-40)

Tidak baik : (10-25)

(41)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1Desain Penelitian

Jenis penelitian ini adalah Deskriptif dengan pendekatan kuantitatif yaitu metode penelitian yang dilakukan untuk menggambarkan perilaku ibu hamil

dalam mengkonsumsi zat besi. Desain penelitian ini adalah pendekatan dimana data masing-masing variabel diukur dalam waktu yang sama (Notoatmodjo, 2005).

4.2Populasi Dan Sampel

4.2.1Populasi

Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil

di Desa Tanjung Rejo Kecamatan Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang sebanyak 35 orang.

4.2.2Sampel

Sampel merupakan bagian dari populasi, dimana sampel diambil dari ibu hamil yang memiliki kriteria yang sesuai untuk diteliti dengan total sampling. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 35 orang

4.3Lokasi, Waktu dan Tempat Penelitian

(42)

4.4Pertimbangan etik

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti terlebih dahulu meminta izin kepada

komite yang berada di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara. selanjutnya permohonan izin tersebut ditujukan kepada Kepala Desa di Desa

Tanjung Rejo kecamatan Percut Sei tuan Kab.Deli Serdang. Setelah disetujui, kemudian kuesioner diberikan kepada responden yang akan diteliti dengan: 1. Terlebih dahulu memberikan penjelasan kepada responden tentang tujuan

penelitian serta diminta kesediaannya untuk menandatangani lembar persetujuan.

2. Partisipasi responden yang diteliti bersifat sukarela. Responden mempunyai hak untuk mengundurkan diri dari penelitian dan peneliti tidak akan memaksa serta menghormati hak responden.

3. Anonimity (tanpa nama) untuk menjaga kerahasiaan, maka kuesioner yang diberikan kepada responden tanpa nama dan hanya diberikan kode

tertentu.

4. Confidentility (kerahasiaan) yaitu bahwa hanya peneliti yang mempunyai akses terhadap informasi tersebut.

4.5Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini dibuat dalam bentuk

(43)

1) Pengetahuan

Kuesioner pengetahuan berjumlah 10 pertanyaan yang disusun

berdasarkan tinjauan pustaka. Penilaian dalam kuesioner ini menggunakan skala Guttman dimana jika responden menjawab pertanyaan dengan benar

maka diberi skor 1 dan jika salah diberi skor 0. Skor tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 10 dan skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 0. Adapun kunci jawaban untuk kuesioner ini adalah sebagai

berikut.

- Untuk pertanyaan nomor 1,2,3,4,5,6,7,9 kunci jawabannya terdapat

pada option A

- Untuk pertanyaan nomor 8 kunci jawabannya terdapat pada option B - Untuk pertanyaan nomor 10 kunci jawabannya terdapat pada option C

Menurut Sudjana (2002), penilaian kuesioner bisa ditentukan dengan

menghitung P =

, dimana P merupakan Panjang kelas

dengan rentang kelas diperoleh dari nilai tertinggi dikurangi nilai terendah, sedangkan banyak kelas merupakan jumlah hasil ukur setiap variabel yang

diukur. Maka panjang kelas yang diperoleh adalah:

P =

P = 5

(44)

- Tidak baik : bernilai 0-5 2) Sikap

Pernyataan dalam kuesioner sikap berjumlah 10. Penilaian menggunakan skala guttman dengan pilihan jawaban yang terdiri dari 2 tingkat. Penilaian

yang diberikan adalah skor 2=setuju, 1= tidak setuju. Skor tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 20 dan skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 10.

Menurut Sudjana (2002), penilaian kuesioner bisa ditentukan dengan

menghitung P =

, dimana P merupakan Panjang kelas

dengan rentang kelas diperoleh dari nilai tertinggi dikurangi nilai terendah, sedangkan banyak kelas merupakan jumlah hasil ukur setiap variabel yang

diukur. Maka panjang kelas yang diperoleh adalah:

P =

P = 5

Dari hasil tersebut maka variabel sikap dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

16-20 : baik 10-15 : tidak baik 3) Tindakan

(45)

tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 10 dan skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 0. Menurut Sudjana (2002), penilaian kuesioner

bisa ditentukan dengan menghitung P =

, dimana P

merupakan Panjang kelas dengan rentang kelas diperoleh dari nilai tertinggi dikurangi nilai terendah, sedangkan banyak kelas merupakan jumlah hasil ukur setiap variabel yang diukur. Maka panjang kelas yang

diperoleh adalah:

P =

P = 5

Dari hasil tersebut maka variable tindakan dikategorikan atas kelas interval sebagai berikut:

6-10 : baik 0-5 : tidak baik

4.6Uji validitas dan reliabilitas

Validitas adalah suatu indeks yang menunjukan kemampuan instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk mendapatkan

data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey, 2002). Pada penelitian ini menggunakan validitas isi (content validity indeks/CVI), yaitu validitas berdasarkan tinjauan pustaka selanjutnya dikonsultasikan kepada yang

(46)

Reabilitas adalah tingkat konsistensi hasil yang dicapai oleh sebuah alat ukur, meskipun digunakan berulang-ulang pada subjek yang sama atau berbeda

(Danim,2003). Uji realibitas telah dilakukan terhadap 30 orang ibu hamil. Hasil yang didapat dianalisa melalui program statistik dengan menggunakan

komputerisasi yaitu dengan nilai crobach alpa 0,782 dimana lebih besar dari 0,632, hal ini berarti instumen telah reliabel (Notoadmojo, 2006).

4.7Cara Pengumpulan Data

4.7.1Cara pengumpulan data

Proses pengumpulan data penelitian dilakukan setelah peneliti

mendapatkan surat permohonan izin penelitian dari Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara dan selanjutnya mengirim surat permohonan izin penelitian yang telah diperoleh kepada Kepala Desa Tanjung Rejo, setelah

mendapatkan izin penelitian dari Kepala Desa Tanjung Rejo maka peneliti mulai mengumpulkan data dengan membagi kuesioner kepada responden

dengan menemui responden dari rumah ke rumah dan memperkenalkan diri, serta menjelaskan kepada responden tentang tujuan penelitian dan cara pengisian kuesioner, kemudian calon responden yang bersedia diminta untuk

menandatangani formulir persetujuan (informed consent) dan diminta untuk mengisi kuesioner dengan diberikan waktu sekitar 15 – 20 menit. Peneliti

(47)

kuesioner yang tidak lengkap atau pertanyaan dalam kuesioner tidak diisi seluruhnya oleh responden juga, data yang tidak lengkap dilengkapi saat itu.

4.8Pengolahan dan Analisa Data

4.8.1Pengolahan data

Pengolahan data dilakukan setelah pengumpulan data selesai, dengan maksud agar data yang dikumpulkan jelas, kemudian dimasukkan kedalam master tabel. Adapun langkah-langkah dalam pengolahan data antara lain: a) editing,

memeriksa kelengkapan isian kuesioner, apa semua pertanyaan sudah terjawab, jika ada data yang meragukan atau kurang maka ditelusuri kembali

kepada responden. b) coding, memberikan kode padasetiap pertanyaan, dilakukan sebagai persiapan pemasukan data kedalam master tabel. c) tabulating, untuk mempermudah anlisa data, pengolahan data serta

memasukkan data kedalam tabel frekuensi.

4.8.2Analisa Data

a) Analisa Univariat

Analisa univariat dilakukan dengan mendeskripsikan besarnya persentase pada seluruh variabel penelitian dan disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi. Berikut analisa dari variabel penelitian: 1. Pengetahuan

Analisa dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban responden yang benar dari 10 pertanyaan. Jawaban yang benar diberi skor 1 dan salah diberi skor 0. Untuk pengetahuan baik jika total skor 6-10, pengetahuan

(48)

2. Sikap

Untuk mengetahui variabel sikap digunakan skala guttman. Penilaian

yang diberikan adalah skor 2= setuju, 1= tidak setuju. Analisa dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban responden yang sesuai dengan skala

dari 10 pertanyaan. Untuk sikap baik jika total skor 16-20, dan sikap tidak baik dengan skor 10-15.

3. Tindakan

Analisa dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban responden yang sesuai dengan skala guttman dari 10 pertanyaan. Untuk variabel

tindakan, ya jika total skor 6-10 melakukan tindakan dan tidak jika total skor 0-5 tidak melakukan tindakan.

4. Perilaku

Analisa dilakukan dengan menghitung jumlah jawaban responden dari pertanyaan pengetahuan, sikap, dan tindakan. Dimana keseluruhan

variabel ada sebanyak 30 pertanyaan. Skor tertinggi yang mungkin diperoleh adalah 40 dan skor terendah yang mungkin diperoleh adalah 10. Menurut Sudjana (2002), penilaian kuesioner bisa ditentukan dengan

menghitung P =

, dimana P merupakan Panjang kelas

dengan rentang kelas diperoleh dari nilai tertinggi dikurangi nilai terendah,

sedangkan banyak kelas merupakan jumlah hasil ukur setiap variabel yang diukur. Maka panjang kelas yang diperoleh adalah:

(49)

P = 15

Dari hasil tersebut maka variabel perilaku dikategorikan atas kelas interval

sebagai berikut: 26-40 : baik

(50)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1Hasil Penelitian

Dari hasil penelitian dengan judul “Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) di Desa Tanjung Rejo Kec.percut Sei

Tuan Kab.Deli Serdang” di peroleh data yang sudah diolah dalam bentuk tabel sebagai berikut:

5.1.1Karakteristik Responden

Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang

(51)

Dari tabel 5.1.1 dapat dilihat bahwa dari 35 orang responden mayoritas responden berumur antara 20-35 tahun dengan jumlah 32 orang (91,4%),

pendidikan responden adalah SD dengan jumlah 13 orang (37,1%), pekerjaan responden adalah ibu rumah tangga dengan jumlah 28 orang (80,0%), usia

kehamilan responden adalah 14- 28 minggu dengan jumlah 18 orang (51,4%), sumber informasi dari televisi dengan jumlah 21 orang (60,0%).

5.2 Analisa Univariat

Analisa univariat yang dilihat dalam penelitian ini adalah Perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe), seperti pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1.2 Distribusi Frekuensi Kategori Pengetahuan Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe)

No Pengetahuan Ibu Hamil Frekuensi Persentase (%)

1 Baik 14 40.0

2 Tidak baik 21 60.0

Jumlah 35 Orang 100 %

Dari tabel 5.1.2 diatas dapat dilihat bahwa dari sebanyak 35 orang responden, mayoritas responden memiliki pengetahuan tidak baik sebanyak 21 orang (60,0 %).

Tabel 5.1.3 Distribusi Frekuensi Kategori Sikap Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe)

(52)

Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Ibu Hamil Dalam responden, mayoritas responden memiliki tindakan tidak baik dengan jumlah 24 orang (68,6%).

Tabel 5.1.5 Distribusi Frekuensi Kategori Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) responden, mayoritas responden memiliki perilaku tidak baik dengan jumlah 20 orang (57,1%).

5.3 Pembahasan

Berdasarkan hasil pengumpulan data melalui kuesioner terhadap

pengetahuan, sikap, dan tindakan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang tahun 2012

dapat dilihat bahwa secara umum perilaku responden dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) adalah kategori tidak baik hal ini dapat dilihat dari hasil penelitian pada tabel 5.1.5 dapat diketahui bahwa perilaku responden berada pada kategori

(53)

pengetahuan tidak baik dengan jumlah 21 orang (60,0 %). Pengetahuan ibu hamil yang tidak baik kemungkinan disebabkan karena sebahagian besar responden

mempunyai tingkat pendidikan yang kurang baik. Hal ini dapat dilihat pada tabel 5.1.1 mayoritas responden memiliki tingkat pendidikan SD dengan jumlah 13

orang (37,1 %). Hal ini juga karena kurangnya informasi yang didapat oleh responden dimana secara umum mayoritas responden mendapatkan informasi hanya dari televisi dengan jumlah 21 orang (60,0%). Hal ini juga sesuai dengan

hasil penelitian Yusniar (2011) yang berjudul hubungan perilaku ibu hamil yang mengalami anemia dengan kepatuhan mengkonsumsi zat besi di Wilayah Kerja

Puskesmas Kabanjahe Kab.Karo yang mendapat proporsi responden mayoritas memiliki pengetahuan cukup 19 orang (48,7%). dan hasil penelitian ini juga tidak jauh berbeda dengan penelitian yang dilakukan Zulfadli (2009) yang berjudul

Perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) di Puskesmas Alue Ie Mirah Kecamatan Indra Makmu Kabupaten Aceh Timur mendapat proporsi

responden mayoritas memiliki pengetahuan sedang 42 orang (61,8%),

Hal ini sesuai dengan teori pengetahuan dari Notoatmodjo (2003) Pada umumnya pengetahuan merupakan hal yang sangat penting untuk memperoleh suatu perilaku yang baik. Dimana diharapkan dari pengetahuan yang baik akan

timbul suatu perilaku yang baik pula. Sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Rogers bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan bertahan lebih lama dari pada perilaku yang tidak didasari dengan pengetahuan Notoatmodjo (2003).

(54)

memiliki persepsi yang baik belum tentu memiliki perilaku yang baik pula hal ini kemungkinan disebabkan karena kepercayaan mereka terhadap manfaat

mengkonsumsi tablet zat besi. Kurangnya kepercayaan ini bisa disebabkan karena mereka mengetahui adanya ibu hamil yang mengkonsumsi tablet zat besi namun

masih mengalami anemia. Dengan kata lain responden berasumsi kurang efektifnya zat besi dalam mencegah anemia pada masa kehamilan, tanpa menghitung penyebab lain yang mungkin mempengaruhinya. Menurut teori yang

dikemukakan oleh Notoatmodjo (2007), Sikap sosial terbentuk dari interaksi sosial yang dialami individu. Dalam interaksi sosial terjadi hubungan saling

mempengaruhi diantara individu sebagai anggota kelompok sosial yang satu dengan yang lain, terjadi hubungan timbal balik yang turut mempengaruhi pola perilaku masing-masing individu sebagai naggota masyarakat. Ada berbagai

faktor yang mempengaruhi pembentukan sikap diantaranya: Pengalaman pribadi, pengaruh orang lain, pengaruh kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan

dan lembaga agama, pengaruh faktor emosional.

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap

suatu stimulus atau objek. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek

di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek. Allport (1954)

seperti yang dikutip Notoatmodjo (2007) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3

komponen pokok, yaitu: Kepercayaan (keyakinan), ide, dan konsep terhadap suatu

objek. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek dan Kecenderungan

untuk bertindak.

(55)

dilihat dari hasil penelitian pada tabel 5.1.4 dapat diketahui bahwa tindakan

responden berada pada kategori tidak baik yaitu 24 orang (68,6%). Dari informasi

tambahan yang didapat oleh peneliti, Hal ini dikarenakan jauhnya jarak pelayanan

kesehatan dan ekonomi yang masih rendah sehingga sulit bagi responden untuk

mendapatkan tablet zat besi, dan mereka mengatakan cukup mengkonsumsi sayur

bayam dan bangun-bangun saja. Hal ini sesuai dengan teori dari Notoatmodjo (2003),

tindakan merupakan respon nyata seseorang terhadap suatu objek, dipengaruhi oleh

persepsi individu tentang kegawatan objek. Tindakan ini ditentukan oleh pengalaman

interaksi induvidu dengan lingkungan khususnya menyangkut pengetahuan dan

(56)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1Kesimpulan

Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei

Tuan Kab.Deli Serdang. Penelitian ini dilakukan terhadap 35 orang responden. Hasil penelitian ini memperlihatkan bahwa Tingkat pengetahuan ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi (Fe) di Desa Tanjung Rejo

Kec.Percut Sei Tuan Kab.deli Serdang termasuk dalam kategori tidak baik dengan jumlah 21 orang (60,0%), sikap responden adalah baik dengan jumlah

18 orang (51,4%), tindakan responden termasuk kategori tidak baik dengan jumlah 24 orang (68,6%). Umumnya perilaku responden kategori tidak baik 20 orang (57,1%).

6.2Saran

6.2.1Ibu hamil

Saran bagi ibu hamil agar lebih memperhatikan kondisi kesehatan

kehamilannya dengan cara melakukan pemeriksaan kehamilan dan mengkonsumsi tablet zat besi guna meningkatkan kesehatan ibu dan

janin.

6.2.2Profesi keperawatan

Dalam pelayanan keperawatan hendaknya tenaga keperawatan harus aktif

(57)

akibat anemia terhadap ibu hamil dan fungsi tablet zat besi serta lebih aktif lagi dalam memberikan tablet zat besi (Fe)

6.2.3Penelitian Selanjutnya

Kendala yang dijumpai oleh peneliti adalah pada saat Pengumpulan data,

dimana peneliti menjumpai responden dari rumah ke rumah. Hendaknya untuk peneliti selanjutnya lebih meningkatkan kerjasama dengan puskesmas di desa tersebut untuk mengumpulkan responden di puskesmas

(58)

DAFTAR PUSTAKA

Afnita, 2004. Zat Besi pada Ibu Hamil

Alimul A, 2007. Riset Keperawatan Tehnik Penulisan Ikmiah. Surabaya: Salemba

Medika.

Almatsier, Sunita, 2004. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Arikunto. S, 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta: Rineka Cipta

Bari, Abdul Saifudin, dkk. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka

Departemen Kesehatan, 2006. Profil Kesehatan Kota Medan 2010 Hinchliff, Sue. 1999. Kamus keperawatan. Jakarta: EGC

Made Bakta, 2003. Anemia pada kehamilan

Manuaba, 1998, Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obsebtri Ginekologi. Jakarta: FKUI

Mochtar, Rustam.1997. Sinopsis Obsebtri, Jilid 1. Jakarta: EGC Niven Neil, 2002. Psikologi Kesehatan. Jakarta: EGC

Ngatsyah, 1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Notoatmodjo Soekidjo, 2007. Metode Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta Notoatmodjo soekidjo, 2003. Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Rineka Cipta

Nursalam, 2008. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salambe Medika

(59)

Proverawati, Atikah dan Asfusah Siti. 2009. Gizi Untuki Kota Medan. Jakarta: Muha Medika

Ridwan Amiruddin, 2004. Anemia pada Kehamilan

Wirakusumah, E. S, 2003. Perencanaan Menu Anemia Gizi Besi. Jakarta: Trabus

(60)

Lampiran 1

FORMULIR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Perilaku Ibu hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di Desa Tanjung Rejo Tahun 2012

Oleh :

Erniwati Nainggolan

Saya adalah mahasiswi Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu kegiatan dalam menyelesaikan tugas akhir di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi perilaku ibu hamil dalam mengkonsumsi tablet zat besi (fe). Saya berharap jawaban yang diberikan sesuai dengan pendapat sendiri tanpa dipengaruhi oleh orang lain. Saya menjamin kerahasiaan pendapat dan identitas saudara. Informasi yang saya peroleh hanya akan dipergunakan untuk pengembangan ilmu keperawatan dan tidak akan dipergunakan untuk maksud-maksud lain. Partisipasi saudara dalam penelitian ini bersifat bebas untuk ikut menjadi peserta penelitian atau menolak, tanpa ada sanksi apapun. Jika saudara bersedia menjadi peserta penelitian ini, silakan saudara menandatangani kolom dibawah ini.

Tanggal :

No. Responden : Peneliti Responden

(61)

Lampiran 2

KUISIONER

PERILAKU IBU HAMIL DALAM MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI (Fe) DI DESA TANJUNG REJO KEC.PERCUT SEI TUAN

KAB. DELI SERDANG TAHUN 2012

II. Sumber informasi yang didapat tentang anemia dan zat besi a. Media Cetak

b. Radio c. Televisi

d. Petugas Kesehatan

Petunjuk menjawab soal: pilihlah salah satu jawaban yang saudara anggap paling benar.

III. Pertanyaan Untuk Pengetahuan Responden

1. Yang dimaksud dengan Anemia adalah a. Penyakit kurang darah

b. Tekanan darah rendah c. Tekanan darah tinggi

d. Tidak tahu

2. Tanda dan gejala anemia adalah

(62)

b. Wajah tampak cerah c. Nafsu makan meningkat

d. Tidak tahu

3. Pengobatan anemia dalam kehamilan adalah

a. Meningkatkan konsumsi zat besi b. Meningkatkan konsumsi protein c. Meningkatkan konsumsi mineral

d. Tidak tahu

4. Menurut ibu fungsi zat besi adalah…….

a. Meningkatkan pembentukan sel darah merah b. Menambah nafsu makan

c. Untuk kesehatan bayi

d. Tidak tahu

5. Berapa jumlah zat besi yang diperlukan ibu hamil selama kehamilan?

a. 90 tablet b. 30 tablet c. 20 tablet

d. Tidak tahu

6. Pada usia kehamilan berapa bulan ibu mengkonsumsi tablet zat besi ?

a. Trimester I b. Trimester II c. Trimester I,II,III

(63)

7. Penyakit kurang darah dapat dicegah dengan : a. Minum tablet tambah darah

b. Minum jamu c. Minum teh

d. Tidak tahu

8. Ibu hamil dianjurkan memeriksa kadar hb/hemoglobin minimal sebanyak barapa kali ?

a. Tiga kali b. Empat kali

c. Seperlunya saja d. Tidak tahu

9. Apakah ibu tahu akibat dari kekurangan darah (anemia) pada waktu hamil

a. Pendarahan antepertum b. Serangan Jantung

c. Nafsu makan Bertambah d. Tidak tahu

10.Tujuan ibu hamil mengkonsumsi zat besi adalah

a. Menambah selera makan

b. Menghilangkan mual dan muntah

(64)

IV. SIKAP RESPONDEN

1. Ibu hamil mengkonsumsi tablet zat besi untuk penambah darah

a. Setuju b. Tidak setuju

2. Anemia pada ibu hamil tidak disebabkan oleh kekurangan zat besi

a. Setuju b. Tidak setuju

3. Fungsi zat besi bukan untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah a. Setuju b. Tidak setuju

4. Anemia defisiensi (kekurangan) besi bukan merupakan salah satu gangguan yang paling sering terjadi pada ibu hamil

a. Setuju b. Tidak setuju

5. Pemberian suplemen zat besi diberikan pada ibu hamil untuk penambah darah

a. Setuju b. Tidak setuju

6. Bila tidak mengkonsumsi tablet zat besi tubuh akan lemah, letih dan lesu

a. Setuju b. Tidak setuju

7. Jumlah zat besi yang diperlukan ibu hamil selama kehamilan adalah 90 tablet agar kebutuhan zat besinya terpenuhi

a. Setuju b. Tidak setuju

8. Ibu hamil harus mengkonsumsi banyak Sayur-sayuran dan buah-buahan

karena dapat menggantikan tablet zat besi a. Setuju b. Tidak setuju

9. Setiap ibu hamil harus mengkonsumsi tablet zat besi pada masa kehamilan

(65)

a. Setuju b. Tidak setuju

10.Kekurangan zat besi tidak mempengaruhi berat badan bayi waktu lahir

a. Setuju b. Tidak setuju

V. TINDAKAN RESPONDEN

1. Apakah ibu memenuhi kebutuhan zat besi nya dengan mengkonsumsi tablet Fe/Penambah darah selama kehamilan?

a. Ya b. Tidak

2. Apakah ibu memakan tablet zat besi? a. Ya b. Tidak

3. Apakah ibu menghabiskan tablet zat besi yang diberikan oleh petugas kesehatan?

a. Ya b. Tidak

4. Apakah ibu pergi ke sarana pelayanan kesehatan untuk mendapatkan tablet zat besi?

a. Ya b. Tidak

5. Apakah ibu memakan tablet zat besi dengan vitamin C a. Ya b. Tidak

6. Apakah ibu mendapatkan penyuluhan tentang tablet zat besi? a. Ya b. Tidak

7. Apakah ibu menghindari minum teh, kopi dan bahan lain yang

(66)

8. Jika zat besi yang diberikan oleh petugas telah habis, apakah ibu pergi ke salah satu tempat pelayanan kesehatan?

a. Ya b. Tidak

9. Apakah ibu memeriksakan kadar Hb sewaktu hamil?

a. Ya b. Tidak

10.Apakah ibu mengkonsumsi sayuran seperti bayam atau bangun-bangun untuk memenuhi kebutuhan zat besi?

(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)

Lampiran 6

Master Tabel

Perilaku Ibu Hamil Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di Desa Tanjung Rejo Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang

N

(73)
(74)

Gambar

tablet zat besi meliputi
Tabel 5.1.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden di Desa Tanjung Rejo Kec.Percut Sei Tuan Kab.Deli Serdang
Tabel 5.1.4 Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Ibu Hamil Dalam

Referensi

Dokumen terkait

Keskimääräiset kokonaiskustannukset matkaa, lupaa sekä metsästyspäivää kohden – pienriistan metsästäjät (lyhytaikainen lupa) ...22..

Candi Teluk I secara astronomis terletak 102 22’45”BT dan 01 24’33”LS, keberadaan Candi Teluk ditemukan secara kebetulan pada tahun 1980, sebuah buldoser yang sedang

Dari kajian pustaka di atas, maka didapatkan beberapa informasi mengenai beberapa hal seperti : pada Cekungan Natuna Barat terdapat empat fase tektonik yang menghasilkan

Dari hasil analisis regresi linier sederhana tersebut, terdapat pengaruh yang negatif antara aktivitas dalam organisasi kemahasiswaan terhadap hasil belajar, hal

Maksud dari pernyataan tersebut yakni sejarah pertempuran Kotabaru yang merupakan peristiwa nyata yang ditulis dalam bentuk teks sejarah dan kemudian ada perwujudan lain

yang berkeadilan, dan akses Pendidikan Tinggi secara berkelanjutan serta pemantapan dan peningkatan kapasitas pengelolaan akademik dan pengelolaan sumber daya Perguruan Tinggi.

Dari hasil pembahasan maka untuk dapat menghasilkan sebuah rancangan Riau Badminton Center yang mampu merespon kondisi iklim di sekitar bangunan sehingga pengguna

Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor biofisik dan sosial ekonomi yang mempunyai korelasi yang kuat terhadap keberadaan lanskap hutan pada DAS Citanduy Hulu dan DAS Ciseel