• Tidak ada hasil yang ditemukan

Evaluasi Pengembangan Kawasan Argowisata (Studi Kasus: Kawasan Argoteknobisnis Sumedang)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Evaluasi Pengembangan Kawasan Argowisata (Studi Kasus: Kawasan Argoteknobisnis Sumedang)"

Copied!
117
0
0

Teks penuh

(1)

SURAT KETERANGAN

PENYERAHAN HAK EKSLUSIF

Bahwa yang bertanda tangan di bawah ini, penulis bersedia:

“Bahwa hasil penelitian dapat dionlinekan sesuai dengan peraturan yang berlaku, untuk kepentingan riset dan pendidikan”.

Bandung, 31 Agustus 2012

Penulis,

(2)

EVALUASI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA

(Studi Kasus : Kawasan Agroteknobisnis Sumedang)

TUGAS AKHIR

Disusun untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Menempuh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Pada Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

Disusun Oleh : Cucu Juwandi

1.06.04.001

PROGRAM STUDI PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK DAN ILMU KOMPUTER

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA BANDUNG

(3)

LEMBAR PENGESAHAN

EVALUASI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROWISATA (Studi Kasus : Kawasan Agroteknobisnis Sumedang)

Disusun Oleh : Cucu Juwandi

1.06.04.001

Menyetujui Bandung, Agustus 2012

Pembimbing I

Ir. Romeiza Syafriharti, MT. NIP : 4127 70 17 001

Pembimbing II

Rifiati Safariah, ST.,MT. NIP : 4127 70 17 002

Mengetahui,

Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota

(4)
(5)

ABSTRAK

Agrowisata didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai objek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuanl, pengalaman, rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Adanya berbagai potensi wisata yang dimiliki Kawasan Agroteknobisnis Sumedang sebagai daerah tujuan wisata, maka potensi tersebut dapat dikembangkan sebagai tempat tujuan wisata agro, dan menjadi salah satu alternatif wisata yang ada di Jawa Barat, khususnya di wilayah Kabupaten Sumedang. Selain itu, pengembangan wisata agro ini juga didukung dengan adanya motivasi “back to nature” dari masyarakat perkotaan sehingga menjadi salah satu faktor pendukung dari pengembangan wisata agro.

Dalam upaya melihat pengembangan agrowisata di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS), penelitian yang dilakukan yaitu untuk melihat sejauh mana upaya pengembangan agrowisata di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk : 1) mengevaluasi potensi wisata agro di KAS berdasarkan kriteria kawasan agrowisata, 2) mengevaluasi ketersediaan obyek dan fasilitas wisata, 3) mengevaluasi pelaksanaan rencana tindak dari masterplan KAS yang sudah ada.

(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan pada Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayah-Nya tugas akhir ini dapat diselesaikan, serta salawat dan salam juga penulis panjatkan kepada Nabi Muhammad saw. Penulis sangat bahagia atas selesainya tugas akhir yang berjudul “Evaluasi Pengembangan Kawasan Agrowisata (Studi Kasus : Kawasan Agroteknobisnis Sumedang”. Penulisan tugas akhir ini merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan kegiatan belajar pendidikan tinggi di Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia.

Penulis menyadari bahwa selesainya tugas akhir ini tidak terlepas dari bimbingan serta bantuan dari berbagai pihak. Dengan tulus hati penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada berbagai pihak yang telah memberikan bimbingan, masukan, dorongan semangat dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses penyelesaian tugas akhir ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada :

1. Secara khusus penulis ucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada mamah dan bapak selaku orang tua yang telah memberikan dorongan, semangat, kasih sayang serta doa yang tiada henti-hentinya dengan penuh kesabaran dan keikhlasan. Untuk tugas akhir ini, kembali saya dedikasikan sebagai suatu penghormatan dan tanda bakti khusus kepada beliau.

2. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, MT., selaku Ketua Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota serta sebagai wali akademik yang telah memberikan dorongan dan semangat untuk menyelesaikan kuliah dengan baik.

3. Ibu Ir. Romeiza Syafriharti, MT dan Rifiati Safariah, ST., MT , selaku dosen pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan serta saran yang sangat berharga selama proses penyusunan tugas akhir ini. 4. Ibu Dr. Ir. Lia Warlina, M.Si dan Bapak Tri Nofansyah Putra, ST., selaku

(7)

5. Ibu Dr. Ir. Lia Warlina, M.Si, dan Bapak Tatang Suheri, ST., MT, selaku dosen penguji yang sangat membantu dalam memberikan masukan sumbangan pemikiran yang berarti bagi materi tugas akhir ini pada saat sidang ujian.

6. Seluruh staf pengajar Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia yang telah memberikan ilmu yang bermanfaat selama masa kuliah.

7. Sekretariat Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Komputer Indonesia yang telah membantu penulis dalam hal substansi maupun administrasi.

8. Staf Perpustakaan Unikom dan Departemen Teknik Planologi ITB, yang telah membantu penulis dalam mendapatkan referensi yang terkait dengan materi tugas akhir ini.

9. Pengelola Kawasan Agroteknobisnis Sumedang atas pelayanan dan keramahtamahan yang diberikan pada saat survey lapangan dan pengumpulan data.

10. Seluruh pengunjung Kawasan Agroteknobisnis Sumedang selaku responden atas kerjasamanya dalam pengisian kuesioner.

11. Adikku tercinta Jakariya dan Putri Agustin atas segala dukungan moralnya.

12. Untuk Sidik Surachman (sadul) dan Murni Tri Mulyani yang selalu memberikan semangat yang tidak pernah henti dan dukungan moral, serta doa dan rasa nyaman kepada penulis dalam proses penyusunan tugas akhir hingga selesai.

(8)

kebersamaannya selama masa kuliah dan segala dukungan moral serta doanya.

15. Teman-teman Tsal FC penulis ucapkan banyak terima kasih.

Semoga Allah SWT akan membalas kebaikan dan bantuan yang telah bapak/ibu, keluarga dan teman-teman berikan kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa hasil studi ini jauh dari sempurna, untuk itu saran dan kritik yang sifatnya membangun sangat penulis hargai. Penulis berharap semoga Tugas Akhir ini dapat memberi manfaat yang berarti bagi kita semua, Amin.

Bandung, Agustus 2012

(9)

DAFTAR ISI

1.3 Tujuan dan Sasaran ... 2

1.4 Ruang Lingkup ... 2

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah ... 3

1.4.2 Ruang Lingkup Materi ... 5

1.5 Manfaat Penelitian ... 5

1.6 Metodologi Penelitian ... 6

1.6.1 Metode Pengumpulan Data ... 6

1.6.2 Metode Analisis ... 6

2.1.1 Komponen Pengembangan Pariwisata ... 12

2.1.2 Daerah Tujuan Wisata ... 15

2.1.3 Pengelompokan Jenis Pariwisata ... 17

2.1.4 Kawasan Pariwisata ... 19

2.2 Wisatawan ... 21

2.2.1 Definisi Wisatawan ... 21

2.2.2 Karakteristik dan Pola Perjalanan Wisatawan ... 21

2.3 Kawasan Agrowisata ... 23

2.3.1 Pengertian Kawasan Agrowisata ... 23

2.3.2 Kriteria Kawasan Agrowisata ... 26

2.3.3 Ruang Lingkup/Cakupan Kawasan Agrowisata ... 27

2.3.4 Infrastruktur ... 28

(10)

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

3.1 Gambaran Umum Kawasan Agroteknibisnis Sumedang ... 31

3.1.1 Sejarah Terbentuknya Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 31

3.1.2 Kondisi Eksisting Lahan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 32

3.1.3 Konsep Penataan dan Pengembangan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 35

3.2 Karakteristik Wisata Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 36

3.2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata ... 36

3.2.2 Fasilitas Wisata ... 37

3.2.3 Aksesibilitas Menuju Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 42

3.3 Karakteristik Wisatawan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang Berdasarkan Status Sosial Ekonomi ... 42

3.4 Kaji Banding Kawasan Agroteknobisnis Sumedang dengan Kawasan Wisata Sejenis di Kabupaten Sumedang ... 59

BAB IV EVALUASI PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROTEKNOBISNIS SUMEDANG 4.1 Evaluasi Potensi Agrowisata Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 62

4.1.1 Evaluasi Potensi atau Basis Kawasan di Sektor Agro ... 62

4.1.2 Evaluasi Kegiatan Masyarakat ... 72

4.1.3 Evaluasi Interaksi Kegiatan Agro dengan Kegiatan Pariwisata ... 75

4.2 Evaluasi Ketersediaan Obyek dan Fasilitas Wisata di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 77

4.2.1 Jumlah Obyek Wisata ... 77

4.2.2 Jumlah Fasilitas Wisata ... 85

4.3 Evaluasi Pelaksanaan Rencana Tindak Penelitian untuk Pengembangan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 90

4.4 Potensi Pengembangan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ... 94

4.4.1 Potensi Kawasan di Sektor Agro ... 94

4.4.2 Ketersediaan Obyek dan Fasilitas Wisata ... 97

BAB V KESIMPULAN 5.1 Kesimpulan ... 101

5.2 Rekomendasi ... 103

(11)

BAB I PENDAHULUAN

Sebagai pembuka dari seluruh paparan dalam tulisan tugas akhir, bab ini

berisi mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan penelitian yang

telah dilakukan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan dan sasaran,

ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian, kerangka

berfikir, dan sistematika pembahasan.

1.1 Latar Belakang

Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS) memiliki luas lahan lebih

dari 70 ha, sedangkan yang baru dimanfaatkan sampai dengan saat ini kurang

lebih sekitar 20 ha, sehingga masih banyak peluang untuk perkembangannya di

masa mendatang. Selain itu, kawasan ini juga dijadikan sebagai pusat konsultasi

andalan bagi petani sekitar seperti konsultasi mengenai teknologi pertanian,

peternakan serta pengembangannya, dan konsultasi mengenai metode tepat guna

untuk mendapatkan hasil yang maksimal dan memiliki keunggulan tersendiri.

Konsep utama yang diterapkan dalam kawasan ini adalah sebagai wisata agro

yang menawarkan sarana rekreasi alam sekaligus sarana pengenalan dan

pendidikan terutama dalam teknik budidaya, produksi pertanian, peternakan,

perikanan, perkebunan, dan kehutanan kepada sentuhan teknologi.

KAS memiliki beberapa potensi wisata untuk dijadikan obyek daya tarik

wisata, baik berupa obyek wisata alam maupun buatan. Adanya berbagai potensi

wisata ini menjadikan KAS sebagai salah satu alternatif wisata yang ada di Jawa

Barat, khususnya di wilayah Kabupaten Sumedang. Selain itu, pengembangan

wisata agro ini juga didukung dengan adanya motivasi “back to nature” dari masyarakat perkotaan sehingga menjadi salah satu faktor pendukung dari

pengembangan wisata agro.

Untuk upaya pengembangannya, pengelola KAS menyusun masterplan

dan rencana tindak untuk merealisasikan pengembangan kawasan tersebut. Akan

tetapi dalam pelaksanaannya tidak semua rencana tersebut dapat direalisasikan.

Dalam pengembangannya terdapat berbagai kendala yang menjadi hambatan

(12)

1.2 Rumusan Masalah

Dengan adanya berbagai kendala dalam pengembangan Kawasan

Agroteknobisnis Sumedang, perlu dilakukan evaluasi pengembangan suatu

kawasan wisata dapat dikategorikan sebagai kawasan wisata agro harus memenuhi

kriteria tertentu. Salah satu kriteria yang dapat digunakan untuk menilai potensi

agro suatu kawasan wisata adalah yang dikeluarkan oleh BAPPENAS. Kriteria

tersebut berkaitan dengan potensi agro yang ada dan keterlibatan masyarakat

sekitar.

Pada bagian latar belakang sudah disampaikan bahwa KAS mempunyai

acuan untuk pengembangannya. Acuan tersebut berupa masterplan dan rencana

tindak. Di dalam masterplan dan rencana tindak sudah disusun jadwal pemenuhan

penyediaan obyek dan fasilitas wisata, serta kegiatan-kegiatan pendukung.

Berangkat dari isu di atas maka pertanyaan penelitian adalah sebagai

berikut :

1. Apakah potensi wisata agro di KAS sesuai dengan kriteria tertentu ?

2. Bagaimanakah pemenuhan penyediaan obyek dan fasilitas wisata ?

3. Apakah rencana tindak sesuai dengan jadwal yang direncanakan ?

1.3 Tujuan dan Sasaran

Tujuan dari penelitan ini adalah mengevaluasi pengembangan kawasan

agrowisata, yaitu Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Untuk mencapai tujuan

sasarannya adalah sebagai berikut

1. Mengevaluasi potensi wisata agro di Kawasan Agroteknobisnis

Sumedang berdasarkan kriteria kawasan agrowisata.

2. Mengevaluasi ketersediaan obyek dan fasilitas wisata.

3. Mengevaluasi jadwal pelaksanaan rencana tindak dari masterplan

yang sudah ada.

1.4 Ruang Lingkup

Ruang lingkup yang dimaksud dalam sub bab ini adalah yang mencakup

(13)

1.4.1 Ruang Lingkup Wilayah

Ruang lingkup wilayah adalah lokasi yang dijadikan sebagai obyek

penelitian. Dalam penelitian ini yang dijadikan sebagai obyek studi adalah

Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS) yang terdapat di Desa Marga Mekar,

(14)

Gambar I.1

(15)

1.4.2 Ruang Lingkup Materi

Penelitian ini dibatasi berdasarkan kajian-kajian teori maupun substansi

yang mendukung tercapainya tujuan dan sasaran penelitian. Lingkup materi dalam

penelitian ini mencakup :

• Dalam melakukan evaluasi, evaluasi yang digunakan yaitu evaluasi

formatif dimana evaluasi ini bertujuan untuk mengetahui mengetahui

seberapa jauh program yang dirancang dapat berlangsung, sekaligus

mengidentifikasi hambatan. Dengan diketahuinya hambatan dan hal-hal

yang menyebabkan program tidak lancar, pengambil keputusan secara dini

dapat mengadakan perbaikan yang mendukung kelancaran pencapaian

tujuan program.

• Evaluasi kriteria kawasan agrowisata, kriteria yang digunakan untuk

mengevaluasi potensi agro berdasarkan Buku Tata Cara Perencanaan

Pengembangan Kawasan yang dikeluarkan oleh BAPPENAS, adapun

kriteria yang dimaksud adalah kriteria yang berhubungan dengan

pengembangan kawasan agrowisata seperti :

1. Adanya potensi atau basis kawasan di sektor agro

2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian

3. Adanya interaksi antara kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata

• Mengevaluasi masterplan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang yang

sudah ada. Adapun evaluasi yang dilakukan dengan melihat jadwal

pelaksanaan rencana tindak dan pemenuhan kebutuhan penyediaan obyek

dan fasilitas wisata.

1.5 Manfaat Penelitian

Secara umum dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai bahan masukan atau input bagi pihak yang berkepentingan dalam

peningkatan pengembangan kegiatan wisata di Kawasan Agroteknobisnis

Sumedang. Selain itu diharapkan juga masyarakat dapat memperoleh manfaat

(16)

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode Pengumpulan Data

Untuk mendapatkan data dan informasi pengumpulannya dilakukan

dengan cara survey baik itu survey primer maupun survey sekunder. Berikut ini

adalah survey yang dilakukan untuk memperoleh data dan informasi tersebut :

Tabel 1.1

Selain data-data yang diperoleh diatas, dalam penelitian ini juga dilakukan

penyebaran kuesioner kepada pengunjung Kawasan Agroteknobisnis Sumedang.

Penyebaran kuesioner ini dilakukan untuk melihat karakteristik dan pola

kunjungan pengunjung KAS. Dalam penelitian ini penyebaran kuesioner

dilakukan pada hari minggu dengan responden sebanyak 50 orang responden.

1.6.2 Metode Analisis

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Sumedang yang merupakan jenis

penelitian dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif digunakan

untuk meneliti sekelompok manusia, suatu obyek, atau suatu kondisi pada masa

sekarang. Analisis ini digunakan untuk memberikan deskripsi, gambaran,

(17)

juga dalam penelitian ini dilakukan komparasi antara KAS dengan kawasan

agrowisata yang sudah berkembang seperti Kusuma Agrowisata Batu Malang dan

Taman Buah Mekarsari Bogor.

1.6.3 Variabel Penelitian

Penelitian akan dilakukan berdasarkan sasaran-sasaran yang melingkupi

kondisi eksisting kawasan agroteknobisnis Sumedang, karakteristik sediaan

(supply), kriteria kawasan agrowisata, dan pelaksanaan pengembangan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Berikut dibawah ini adalah tabel aspek dan

variabel-variabel yang akan diteliti.

Tabel I.2 Variabel Penelitian

No Aspek Variabel

1. Kriteria Kawasan Agrowisata 1. Potensi atau basis di kawasan di sektor agro baik pertanian, holtikultura, perikanan maupun peternakan

2. Kegiatan masyarkat yang

didominasi oleh kegiatan pertanian 3. Interaksi yang saling mendukung

antar kegiatan agro dengan kegiatan wisata

2. Ketersediaan (supply) 1. Obyek wisata 2. Fasilitas wisata

3. Pelaksanaan Kebijakan Pengembangan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

(18)

1.7 Kerangka Pemikiran

Pada saat ini pengembangan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang belum

maksimal. Adannya potensi yag dimiliki baik potensi alami maupun buatan belum

bisa dimanfaatkan secara optimal oleh pengelola KAS. Belum terlaksananya

program-program yang sudah direncanakan menjadi salah satu kendala dalam

proses pengembangan kawasan ini. Dalam penelitian ini dapat disajikan alur

pemikiran secara sederhana seperti pada gambar berikut ini :

Gambar I.2

(19)

1.8 Sitematika Penulisan

Dalam penulisan laporan tugas akhir ini secara keseluruhan dibagi menjadi

kedalam lima bab pembahasan, dengan sistem penulisan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi mengenai hal-hal yang berkaitan langsung dengan kegiatan

penelitian yang telah dilakukan meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan

dan sasaran, ruang lingkup penelitian, manfaat penelitian, metodologi penelitian,

kerangka berfikir, dan sistematika pembahasan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Bab ini membahas mengenai kajian literatur serta teori-teori yang mendukung

tujuan dari penelitian yang dilakukan. Tinjauan pustaka bermanfaat untuk

menghasilkan petunjuk kepada peneliti untuk dapat memecahkan persoalan yang

dihadapi di dalam penelitian secara ilmiah. Tinjauan pustaka dapat berupa kajian

konsep, teori, metode, serta tesis dari para pakar atau ahli yang berkompeten di

bidang masing- masing. Dalam penelitian ini, literatur yang akan dikaji adalah

pengertian pariwisata, komponen pengembangan pariwisata, daerah tujuan wisata,

obyek dan day tarik wisata, sarana dan prasarana wisata, definisi wisatawan,

positioning kawasan wisata, kawasan agrowisata, kriteria kawasan agrowisata,

ruang lingkup/cakupan kawasan agrowisata, tipologi kawasan agrowisata.

BAB III GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini berisi gambaran umum mengenai Kawasan Agroteknobisnis Sumedang,

Karakteristik Pengunjung Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, dan Kaji Banding

Kawasan Agroteknobisnis Sumedang dengan Kawasan Wisata Sejenis di

Kabupaten Sumedang

BAB IV EVALUASI PENGEMBANGAN KAWASAN AGROTEKNOBISNIS SUMEDANG

Bab ini berisi bahasan Evaluasi Pengembangan Kawasan Agroteknobisnis

(20)

Agroteknobisnis Sumedang, Evaluasi Ketersedian Obyek dan Fasilitas Wisata,

Evaluasi Pelaksanaan Rencana Tindak Penelitian untuk Pengembangan Kawasan

Agroteknobisnis Sumedang, dan Potensi Pengembangan Kawasan

Agroteknobisnis Sumedang.

BAB V KESIMPULAN

Setelah mendapatkan hasil analisis, maka dalam bab ini penulis akan menutup

dengan menyimpulkan dan menyertakan rekomendasi dari implikasi hasil evaluasi

pengembangan kawasan agrowisata di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Bab

ini juga memberikan catatan mengenai rekomendasi dan saran studi lanjutan

untuk penelitian-penelitaian selanjutnya yang terkait langsung maupun tidak

langsung dengan topik ini.

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Langkah awal yang ditempuh dalam penelitian ini adalah pengkajian serta penelusuran literatur serta teori yang relevan. Tinjauan pustaka bermanfaat untuk menghasilkan petunjuk kepada peneliti untuk dapat memecahkan persoalan yang dihadapi di dalam penelitian secara ilmiah. Tinjauan pustaka dapat berupa kajian konsep, teori, metode, serta tesis dari para pakar atau ahli yang berkompeten di bidang masing- masing.

Dalam penelitian ini, literatur yang akan dikaji adalah pengertian pariwisata, komponen pengembangan pariwisata, daerah tujuan wisata, obyek dan day tarik wisata, sarana dan prasarana wisata, definisi wisatawan, positioning kawasan wisata, kawasan agrowisata, kriteria kawasan agrowisata, ruang lingkup/cakupan kawasan agrowisata, tipologi kawasan agrowisata.

2.1 Pengertian Pariwisata

Apabila ditinjau secara etimologi (Yoeti, 1996), pariwisata berasal dari bahasa Sansakerta yang mempunyai arti sama dengan pengertian tour yaitu perjalanan yang dilakukan berkali-kali atau berputar-putar dari suatu tempat ke tempat lain. Hal ini didasarkan pada pemikiran bahwa kata “pariwisata” terdiri dari dua suku kata yaitu “Pari” dan “Wisata”.

̶ Pari, berarti banyak, berkali-kali, berputar-putar, lengkap.

̶ Wisata, berarti perjalanan, berpergian.

Kepariwisataan itu sendiri merupakan pengertian jamak yang diartikan sebagai hal-hal yang berhubungan dengan pariwisata, dimana dalam bahasa Inggris disebut dengan istilahtourism.

(22)

Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati objek dan daya tarik wisata (UU No. 9 Tahun 1990 tentang Kepariwisataan).

Pariwisata merupakan suatu perjalanan yang dilakukan untuk sementara waktu, yang diselenggarakan dari suatu tempat ke tempat lain dengan maksud bukan untuk berusaha (business) atau mencari nafkah di tempat yang dikunjungi tetapi hanya untuk sekedar menikmati perjalanan tersebut guna rekreasi atau untuk memenuhi keinginan yang beraneka ragam (Yoeti, 1996).

Faktor penting dalam batasan suatu definisi pariwisata (Yoeti, 1996), ialah:

a. Perjalanan itu dilakukan untuk sementara waktu;

b. Perjalanan itu dilakukan dari suatu tempat ketempat lainnya;

c. Perjalanan itu, walaupun apa bentuknya harus selalu dikaitkan dengan pertamasyaan atau rekreasi;

d. Orang yang melakukan perjalanan tersebut tidak mencari nafkah di tempat yang dikunjungi dan semata-mata sebagai konsumen di tempat tersebut.

Sedangkan pengertian lain mengenai pariwisata, adalah suatu aktivitas manusia yang dilakukan secara sadar yang mendapat pelayanan secara bergantian di antara orang-orang dalam suatu negara itu sendiri (di luar negeri), meliputi pendiaman orang-orang dari daerah lain (daerah tertentu, suatu negara atau benua) untuk sementara waktu dalam mencari kepuasan yang beraneka ragam dan berbeda dengan apa yang dialaminya dimana ia memperoleh pekerjaan tetap (Wahab, 1976; dalam Yoeti, 1996).

2.1.1 Komponen Pengembangan Pariwisata

(23)

Untuk melihat perjalanan kepariwisataan secara menyeluruh terdapat komponen-komponen pariwisata yang mempengaruhinya. Komponen pariwisata dibagi atas dua faktor, yaitu komponen penawaran atausupplydari pariwisata dan komponen permintaan atau demand dari pariwisata. Dalam pengembangan pariwisata terdapat sistem keterkaitan antara komponen sediaan (supply) pariwisata dan komponen permintaan (demand) dalam hal ini pengunjung ataupun wisatawan baik wisatawan domestik maupun mancanegara.

Komponen Sediaan (Supply) Pariwisata

Penawaran atau supply pariwisata mencakup segala sesuatu yang ditawarkan kepada wisatawan baik wisatawan yang aktual maupun wisatawan yang potensial. Penawaran dalam pariwisata menunjukan atraksi wisata alamiah dan buatan, jasa-jasa maupun barang-barang yang diperkirakan akan menarik perhatian orang-orang untuk mengunjungi objek suatu negara (Wahab, 1975).

Sediaan pariwisata merupakan sesuatu yang harus ada mencakup segala sesuatu untuk ditawarkan kepada pengunjung, sediaan ini bisa berupa buatan manusia maupun alami yang memang ada tanpa harus ada campur tangan manusia untuk pengadaannya.

Komponen sediaan pariwisata menurut Gunn, terdiri atas atraksi, servis atau pelayanan, transportasi, informasi dan promosi (Gunn, 2002).

a. Atraksi; merupakan daya tarik utama orang melakukan perjalanan, atraksi memiliki dua fungsi yaitu sebagai daya pikat, perangsang orang untuk melakukan perjalanan dan sebagai pemberi kepuasan kepada pengunjung. b. Servis; merupakan pelayanan atau fasilitas-fasilitas yang disediakan

termasuk didalamnya fasilitas restoran atau rumah makan, agen perjalanan, serta toko-toko yang menyajikan barang khas daerah.

(24)

d. Transportasi; merupakan komponen penting dalam sistem kepariwisataan yang berarti pula sebagai aksesibilitas atau kemudahan untuk mencapai ke suatu lokasi daya tarik wisata.

e. Informasi; adalah adanya informasi perjalanan, informasi dapat disajikan dalam bentuk peta, buku petunjuk, artikel dalam majalah, brosur maupun melalui internet.

Pendapat lain tentang komponen sediaan pariwisata disampaikan oleh Peter Mason yang menyatakan bahwa komponen produk wisata terdiri atas tiga komponen yaitu daya tarik, fasilitas dan aksesibilitas (Poerwanto, 2004;dalam Wahyono 2006) sehingga dalam pengembangan pariwisata mendasarkan pada tiga komponen tersebut.

a. Daya tarik (attraction); b. Fasilitas wisata (amenitis); c. Aksesibilitas;

d. Keamanan.

Sedangkan menurut Direktorat Jenderal Pariwisata Republik Indonesia menyebutkan berkembangnya pariwisata sangat tergantung pada empat faktor yaitu :

1. Attractions(daya tarik);

 Site attractions (tempat-tempat bersejarah, tempat dengan iklim yang baik, pemandangan indah).

 Event attractions (kejadian atau peristiwa) misalnya konggres, pameran atau peristiwa lainnya.

2. Amenities (fasilitas), adalah tersedianya fasilitas seperti tempat penginapan, restoran, transport lokal yang memungkinkan wisatawan bepergian di tempat itu serta alat-alat lain untuk komunikasi;

(25)

4. Tourist organization untuk menyusun suatu kerangka pengembangan pariwisata, mengatur industri pariwisata serta mempromosikan daerah sehingga dikenal orang.

Berdasarkan pendapat ahli dan lembaga otoritas pariwisata tersebut diatas maka komponen sediaan (supply) pariwisata dapat disederhanakan sebagai berikut, yang disajikan pada tabel II.4. Dari matrik komponen sediaan (supply) pariwisata, maka dapat diketahui bahwa yang dimaksud dengan komponen sediaan (supply) pariwisata dalam pengembangan pariwisata adalah daya tarik wisata, fasilitas wisata, aksesibilitas.

Komponen Permintaan (Demand) Pariwisata

Permintaan ataudemand pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubung dengan jumlah wisatawan secara kuantitatif. Permintaan pariwisata dapat dibagi menjadi permintaan yang potensial dan permintaan yang sebenarnya (Wahab, 1975). Permintaan potensial adalah sejumlah orang yang secara potensial danggup dan mampu melakukan perjalanan wisata. Sedangkan permintaan sebenarnya adalah sejumlah orang yang sebenarnya berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata, artinya sejumlah wisatawan yang secara nyata sedang berkunjung pada suatu daerah tujuan wisata.

Dalam kegiatan pariwisata yang dimaksud dengan komponen permintaan (demand) adalah pengunjung. Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO), pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.

2.1.2 Daerah Tujuan Wisata

(26)

Obyek dan daya tarik wisata

Daya tarik wisata yang juga sering disebut obyek wisata sering disebut obyek wisata merupakan potensi yang menjadi dorongan wisatawan ke daerah tujuan wisata.

a. Dalam kedudukannya yang sangat menentukan itu maka daya tarik wisata harus dirancang dan dibangun/dikelola secara propesional sehingga menarik wisatawan untuk datang. Membangun suatu wisata harus dirancang sedemikian rupa berdasarkan kriteria tertentu.

b. Umumnya daya tarik wisata berdasarkan pada

• Adanya sumber daya yang dijadikan obyek wisata,

• Adanya aksesibilitas menuju kawasan wisata,

• Adanya ciri khusus,

• Adanya sarana telekomunikasi, listrik, jalan, jembatan dan keamanan,

• Obyek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan pantai dan lain-lain,

• Obyek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena memiliki nilai khusus dalam bentuk atraksi dan lainnya.

Pembangunan pariwisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki. Dengan mengacu pada kriteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan yang ada di kawasan wisata. (SuwantoroGamal.SH (2004).dasar-dasar pariwisata).

Prasarana wisata

(27)

Sarana wisata

Sarana wisata merupakan kelengkapan daerah tujuan wisata yang diperlukan untuk melayani kebutuhan wisatawan dalam menikmati perjalanan wisatanya. Pembangunan sarana wisata tertentu harus disesuaikan dengan kebutuhan wisatawan baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Lebih dari itu suasana pasarpun dapat menentukan tuntutan sarana yang dimaksud. Berbagai sarana wisata yang harus ditentukan atau disediakan adalah hotel, biro perjalanan, alat transportasi, restoran serta sarana pendukung lainnya tidak semua obyek wisata memerlukan sarana yang sama atau lengkap. Pengadaan sarana wisata tersebut, harus disesuaikan dengan kebutuhan.

Tata laksana/infrastruktur

Infrastruktur adalah situasi yang mendukung sarana dan prasarana wisata, baik yang berupa system pengaturan maupun bangunan fisik di atas permukaan tanah dan dibawah tanah.

Masyarakat/lingkungan

Masyarakat atau lingkungan tujuan wisata yang memiliki obyek dan daya tarik wisata akan mengundang wisatawan. Masyarakat, lingkungan, budaya merupakan salah satu daya tarik wisatawan, karena dari 3 (tiga) aspek tersebut sangat berkaitan erat dan bisa dijadikan modal dalam menciptakan wisata. (Gamal Suanto.SH/dasar-dasar pariwisata).

2.1.3 Pengelompokan Jenis Pariwisata

Pariwisata menurut daya tariknya dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) bagian, yaitu

1. Daya Tarik Alam

(28)

2. Daya Tarik Budaya

Pariwisata daya tarik budaya merupakan suatu wisata yang dilakukan dengan mengunjungi tempat-tempat yang memiliki keunikan atau kekhasan budaya, seperti kampung naga, tanah toraja, kampung adapt banten, kraton kasepuhan Cirebon, kraton Yogyakarta, dan obyek wisata buidaya lainnya.

3. Daya Tarik Minat Khusus

Pariwisata ini merupakan pariwisata yang dilakukan dengan mengunjungi obyek wisata yang sesuai dengan minat seperti wisata olah raga, wisata rohani, wisata kuliner, wisata belanja, dengan jenis-jenis kegiatannya antara lain, olah raga gantole, bungee jumping, dan kegiatan lainnya.

Untuk kepentingan perencanaan dan pengembangan kepariwisataan itu sendiri, perlu dibedakan antara pariwisata dan jenis pariwisata lainnya, sehingga dengan demikian dapat ditentukan kebijakan apa yang perlu mendukung, sehingga jenis dan macam pariwisata yang dikembangkan akan dapat berwujud seperti diharapkan dari kepariwisataan itu.

Jenis dan macam pariwisata antara lain adalah :

1) Menurut letak geografis, dimana kegiatan pariwisata berkembang : a. Pariwisata lokal (Local Tourism)

b. Pariwisata Regional (Regional Tourism) c. Kepariwisataan Nasional (National Tourism) d. Regional-International Tourism

e. International Tourism

2) Menurut pengaruhnya terhadap Neraca Pembayaran a. In Tourismatau Pariwisata Aktif

b. Out-going Tourismatau Pariwisata Pasif 3) Menurut Alasan atau Tujuan Perjalanan

(29)

4) Menurut saat atau waktu berkunjung a. Seasonal Tourism

b. Occasional Tourism 5) Pembagian menurut obyeknya

a. Cultural Tourism

b. Recuperation Tourismatau pariwisata kesehatan c. Commercial Tourismatau pariwisata perdagangan d. Sport Tourismatau pariwisata olah raga

e. Political tourismatau pariwisata politik f. Religion Tourism

2.1.4 Kawasan Pariwisata

Kawasan menurut kamus umum tata ruang merupakan suatu area dalam unit kesatuan wilayah yang memiliki fungsi utama lindung dan atau budidaya, sedangkan kawasan pariwisata adalah area dalam suatu unit kesatuan wilayah yang memiliki fungsi sebagai aglomerasi kegiatan-kegiatan pariwisata suatu daerah yang memiliki maksud dan tujuan tertentu. Kawasan pariwisata dapat dibedakan berdasarkan jenisnya.

1. Berdasarkan aspek fisik-geografis

• Laut (wisata bahari), seperti kawasan wisata Bunaken, Greet Barier Reef Australia, Nusa Dua Bali, dan lain-lain.

• Pantai (wisata pesisir), seperti pantai Kuta bali, Pantai Pangandaran, Pantai Anyer, Ancol, dan lain-lain.

• Pulau, seperti Pulau Hawaii, Pulau Komodo, Pulau Alcatraz, dan lain-lain.

• Danau/waduk/bendungan, Danau Toba, Danau Sentani, Waduk Jatiluhur,

• Sungai, Sungai Amazon Brazil, Sungai Thames Inggris, Sungai Musi Palembang, dan lain-lain.

• Hutan, Ujung Kulon, Yellow Stone Amerika Utara, dan lain-lain.

(30)

• Gunung, Gunung Himalaya, Pegunungan Alpen, Gunung Jayawijaya, Tangkuban Perahu, dan lain-lain.

• Perkotaan, Milan, Paris, Hongkong, Jakarta, Bandung, dan lain-lain.

• Perdesaan, kampung Naga, Suku adat Banten, dan lain-lain.

2. Berdasarkan aspek sosio-ekonomi

• Sosial Budaya : adat, ritual, tarian, bangunan dan lain-lain.

• Sumber kekayaan alam : tambang, pertanian, kehutanan, perikanan, dan kelautan.

3. Berdasarkan jenis kegiatannya

• Wisata petualangan (adventure tourism), arung jeram, berburu, camping.

• Wisata pertanian (agritourism), taman buah taman sari, daerah Batu malang, Ciwidey.

• Wisata leluhur (ancestry teourism),

• Wisata belanja (shoping tourism), orchard road singapura,

• Wisata budaya (cultural tourism), kempung naga, suku adat Banten,

• Wisata pendidikan (educational tourism), museum, situs bersejarah.

• Wisata bahaya (extreme tourism), bungee jumping, scuba diving, sky diving.

• Wisata judi (gambling tourism), Macau, Las vegas, Monte Carlo.

• Wisata bencana (disaster tourism)

• Ekowisata (ecotourism)

• Wisata sejarah (heritage tourism)

• Wisata hobi (hobby tourism),

• Wisata inklusif (inklusif tourims)

• Wisata olah raga (sport tourim)

(31)

2.2 Wisatawan

2.2.1 Definisi Wisatawan

Wisatawan adalah sesorang atau kelompok yang melakukan suatu perjalanan wisata, lama tinggalnya sekurang-kurangnya 24 jam di daerah atau negara yang dikunjungi (Gamal Suwartono, 2004)

Menurut International Union of Official Travel Organization (IUOTO), pengunjung yaitu setiap orang yang datang ke suatu negara atau tempat tinggal lain dan biasanya dengan maksud apapun kecuali untuk melakukan pekerjaan yang menerima upah.

Pengertian yang sama disampaikan oleh World Tourism Organization (WTO) yang dimaksud dengan pengunjung (visitor) untuk tujuan statistik , yaitu setiap orang yang mengunjungi suatu negara yang bukan merupakan negaranya sendiri dengan alasan apapun juga kecuali untuk mendapatkan pekerjaan yang dibayar oleh negara yang dikunjunginya.

Dengan demikian ada dua kategori pengunjung, yaitu :

1. Wisatawan (tourist) yaitu pengunjung yang tinggal sementara sekurang-kurangnya selama 24 jam di negara yang kunjunginya dan tujuan perjalanannya dapat digolongkan kedalam klasifikasi sebagai berikut : a. Pesiar (leasure), untuk keperluan rekreasi, liburan, kesehatan, studi,

keagamaan dan olahraga.

b. Hubungan dagang (business), keluarga, konferensi, misi, dan lain sebagainya.

2. Pelancong (exursionist) yaitu pengunjung sementara yang tinggal di suatu negara yang dikunjungi dalam waktu kurang dari 24 jam.

2.2.2 Karakteristik dan Pola Perjalanan Wisatawan

(32)

melihat karakteristik pengunjung, melainkan perlu dilihat pula keterkaitannya terhadap persepsi pengunjung.

Pengunjung pada suatu obyek dan daya tarik wisata masing-masing memiliki karakteristik dan pola kunjungan, kebutuhan ataupun alasan seseorang melakukan kunjungan ke suatu obyek dan daya tarik wisata masing-masing berbeda hal ini perlu menjadi pertimbangan bagi penyedia pariwisata, sehingga dalam menyediakan produk dapat sesuai dengan minat dan kebutuhan pengunjung. Karakteristik pengunjung meliputi:

a. Jenis kelamin yang dikelompokan menjadi laki-laki dan perempuan b. Usia, yaitu umur responden pada saat melakukan survey

c. Kota atau daerah tempat tinggal responden d. Tingkat pendidikan

e. Status perkawinan f. Status pekerjaan

g. Pendapatan, dalam hal ini pendapatan per bulan responden.

Sedangkan pola kunjungan responden meliputi :

a. Maksud kunjungan yang merupakan tujuan utama melakukan perjalanan wisata.

b. Frekuensi kunjungan yaitu banyaknya kunjungan wisata yang pernah dilakukan responden.

c. Teman perjalanan adalah orang atau sekelompok orang yang bersama-sama dengan responden melakukan perjalanan wisata.

d. Alat transportasi yang digunakan yaitu alat transportasi yang dipilih untuk melakukan kunjungan wisata.

e. Lama waktu kunjungan adalah jumlah waktu yang dihabiskan responden selama berada di obyek wisata.

f. Waktu berkunjung yaitu hari yang dipilih untk melakukan kunjungan wisata.

g. Besar pengeluaran adalah jumlah pengeluaran atau biaya selama melakukan kunjungan perjalanan wisata.

(33)

2.3 Kawasan Agrowisata

2.3.1 Pengertian Kawasan Agrowisata

Dalam istilah sederhana, agritourism didefinisakan sebagai perpaduan antara pariwisata dan pertanian dimana pengunjung dapat mengunjungi kebun, peternakan atau kilang anggur untuk membeli produk, menikmati pertunjukan, mengambil bagian aktivitas, makan suatu makanan atau melewatkan malam bersama di suatu areal perkebunan atau taman (www.farmstop.com).

Sementara definisi lain mengatakan, agritourism adalah sebuah alternatif untuk meningkatkan pendapatan dan kelangsungan hidup, menggali potensi ekonomi petani kecil dan masyarakat pedesaan (www.farmstop.com).

Di Indonesia, Agrowisata atau agroturisme didefinisikan sebagai sebuah bentuk kegiatan pariwisata yang memanfaatkan usaha agro (agribisnis) sebagai obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman, rekreasi dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata merupakan bagian dari obyek wisata yang memanfaatkan usaha pertanian (agro) sebagai obyek wisata. Tujuannya adalah untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha dibidang pertanian. Melalui pengembangan agrowisata yang menonjolkan budaya lokal dalam memanfaatkan lahan, diharapkan bisa meningkatkan pendapatan petani sambil melestarikan sumber daya lahan, serta memelihara budaya maupun teknologi lokal (indigenous knowledge) yang umumnya telah sesuai dengan kondisi lingkungan alaminya (http://database.deptan.go.id)

Agrowisata memiliki pengertian yang sangat luas, dalam banyak hal seringkali berisikan dengan ekowisata. Ekowisata dan agrowisata memiliki banyak persamaan, terutama karena keduanya berbasis pada sumber daya alam dan lingkungan. Dibeberapa negara agrowisata dan ekowisata dikelompokkan dalam satu pengertian dan kegiatan yang sama, agrowisata merupakan bagian dari ekowisata. Untuk itu, diperlukan kesamaan pandangan dalam perencanaan dan pengembangan agrowisata dan ekowisata. Sedikit perbedaan antara agrowisata dan ekowisata dapat dilihat pada definisi dibawah ini.

(34)

contoh ekowisata adalah Taman Nasional, Cagar Alam, Kawasan Hutan Lindung, Cagar Terumbu Karang, Bumi Perkemahan dan sebagainya.

Agrowisata, menurut Moh. Reza T. dan Lisdiana F, adalah obyek wisata dengan tujuan untuk memperluas pengetahuan, pengalaman rekreasi, dan hubungan usaha di bidang pertanian. Agrowisata atau agrotourism dapat diartikan juga seabagai pengembangan industri wisata alam yang bertumpu pada pembudidayaan kekayaan alam. Industri ini mengandalkan pada kemampuan budidaya baik pertanian, peternakan, perikanan atau pun kehutanan. Dengan demikian agrowisata tidak sekedar mencakup sektor pertanian, melainkan juga budidaya perairan baik darat maupun laut.

Baik agrowisata yang berbasis budidaya, maupun ekowisata yang bertumpu pada upaya-upaya konservasi, keduanya berorientasi pada pelestarian sumber daya alam serta masyarakat dan budaya lokal. Pengembangan agrowisata dapat dilakukan dengan mengembangkan kawasan yang sudah atau akan dibangun seperti kawasan agropolitan, kawasan usaha ternak maupun kawasan industri perkebunan. Jadi, Pengembangan kawasan agrowisata berarti mengembangkan suatu kawasan yang mengedepankan wisata sebagai salah satu pendorong pertumbuhan ekonominya. Industri wisata ini yang diharapkan mampu menunjang berkembangnya pembangunan agribisnis secara umum.

Kawasan agrowisata sebagai sebuah sistem tidak dibatasi oleh batasan-batasan yang bersifat administratif, tetapi lebih pada skala ekonomi dan ekologi yang melingkupi kawasan agrowisata tersebut. Ini berarti kawasan agrowisata dapat meliputi desa-desa dan kota-kota sekaligus, sesuai dengan pola interaksi ekonomi dan ekologinya. Kawasan-kawasan pedesaan dan daerah pinggiran dapat menjadi kawasan sentra produksi dan lokasi wisata alam, sedangkan daerah perkotaan menjadi kawasan pelayanan wisata, pusat-pusat kerajinan, yang berkaitan dengan penanganan pasca panen, ataupun terminal agribisnis.

(35)

Pada era ini, manusia di bumi hidupnya dipenuhi dengan kejenuhan, rutinitas dan segudang kesibukan. Untuk kedepan, prospek pengembangan agrowisata diperkirakan sangat cerah. Pengembangan agrowisata dapat diarahkan dalam bentuk ruangan tertutup (seperti museum), ruangan terbuka (taman atau lansekap), atau kombinasi antara keduanya. Tampilan agrowisata ruangan tertutup dapat berupa koleksi alat-alat pertanian yang khas dan bernilai sejarah atau naskah dan visualisasi sejarah penggunaan lahan maupun proses pengolahan hasil pertanian. Agrowisata ruangan terbuka dapat berupa penataan lahan yang khas dan sesuai dengan kapabilitas dan tipologi lahan untuk mendukung suatu sistem usahatani yang efektif dan berkelanjutan. Komponen utama pengembangan agrowisata ruangan terbuka dapat berupa flora dan fauna yang dibudidayakan maupun liar, teknologi budi daya dan pascapanen komoditas pertanian yang khas dan bernilai sejarah, atraksi budaya pertanian setempat, dan pemandangan alam berlatar belakang pertanian dengan kenyamanan yang dapat dirasakan. Agrowisata ruangan terbuka dapat dilakukan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan (http://database.deptan.go.id)

Selanjutnya agrowisata ruangan terbuka dapat dikembangkan dalam dua versi/pola, yaitu alami dan buatan, yang dapat dirinci sebagai berikut:

a) Agrowisata Ruang Terbuka Alami

(36)

Tengger di Jawa Timur; Bali dengan teknologi subaknya; dan Papua dengan berbagai pola atraksi pengelolaan lahan untuk budi daya umbi-umbian.

b) Agrowisata Ruang Terbuka Buatan

Kawasan agrowisata ruang terbuka buatan ini dapat didesain pada kawasan-kawasan yang spesifik, namun belum dikuasai atau disentuh oleh masyarakat adat. Tata ruang peruntukan lahan diatur sesuai dengan daya dukungnya dan komoditas pertanian yang dikembangkan memiliki nilai jual untuk wisatawan. Demikian pula teknologi yang diterapkan diambil dari budaya masyarakat lokal yang ada, diramu sedemikian rupa sehingga dapat menghasilkan produk atraksi agrowisata yang menarik. Fasilitas pendukung untuk akomodasi wisatawan dapat disediakan sesuai dengan kebutuhan masyarakat modern, namun tidak mengganggu keseimbangan ekosistem yang ada. Kegiatan wisata ini dapat dikelola oleh suatu badan usaha, sedang pelaksana atraksi parsialnya tetap dilakukan oleh petani lokal yang memiliki teknologi yang diterapkan.

2.3.2 Kriteria Kawasan Agrowisata

Kawasan agrowisata yang sudah berkembang memiliki kriteria-kriteria, karakter dan ciri-ciri yang dapat dikenali. Kawasan agrowisata merupakan suatu kawasan yang memiliki kriteria sebagai berikut (BAPPENAS, 2004):

1. Memiliki potensi atau basis kawasan di sektor agro baik pertanian, hortikultura, perikanan maupun peternakan, misalnya:

a. Sub sistem usaha pertanian primer (on farm) yang antara lain terdiri dari pertanian tanaman pangan dan holtikultura, perkebunan, perikanan, peternakan dan kehutanan.

b. Sub sistem industri pertanian yang antara lain terdiri industri pengolahan, kerajinan, pengemasan, dan pemasaran baik lokal maupun ekspor.

(37)

pengembangan, perbankan dan asuransi, fasilitas telekomunikasi dan infrastruktur.

2. Adanya kegiatan masyarakat yang didominasi oleh kegiatan pertanian dan wisata dengan keterkaitan dan ketergantungan yang cukup tinggi. Kegiatan pertanian yang mendorong tumbuhnya industri pariwisata, dan sebaliknya kegiatan pariwisata yang memacu berkembangnya sektor agro.

3. Adanya interaksi yang intensif dan saling mendukung bagi kegiatan agro dengan kegiatan pariwisata dalam kesatuan kawasan. Berbagai kegiatan dan produk wisata dapat dikembangkan secara berkelanjutan.

2.3.3 Ruang Lingkup/Cakupan Kawasan Agrowisata

Ruang Lingkup/cakupan kawasan agrowisata dapat meliputi pegunungan, lereng, lembah, perairan (sungai dan danau) sampai ke pantai dan perairan laut. Dari segi fungsi dapat terdiri dari antara lain:

1. Sub Sistem Lahan Budidaya

Kawasan lahan budidaya merupakan kawasan dimana produk-produk agribisnis dihasilkan. Kawasan ini dapat berupa pertanian tanaman pangan, holtikultura, perkebunan dan perikanan baik darat maupun laut. Kegiatan dalam kawasan ini antara lain pembenihan, budidaya dan pengelolaan. Pengembangan produk wisata pada sub sistem ini misalnya wisata kebun, wisata pemancingan, wisata pendidikan, wisata boga di saung, penginapan saung, dan sebagainya.

2. Sub Sistem Pengolahan & Pemasaran

(38)

3. Sub Sistem Prasarana & Fasilitas Umum

Sub sistem ini merupakan sub sistem pendukung kawasan agrowisata. Prasarana dan Fasilitas Umum dapat terdiri dari pasar, kawasan perdagangan, transportasi dan akomodasi, fasilitas kesehatan serta layanan-layanan umum lainnya. Pengembangan fasilitas ini harus memperhatikan karakter dan nilai-nilai lokal tanpa meninggalkan unsur-unsur keamanan dan kenyamanan peminat agrowisata.

4. Interaksi antar Sub Sistem

Interaksi antar kawasan harus memperoleh perhatian yang serius misalnya kawasan cagar budaya, cagar alam, kawasan pemukiman dan kawasan sentra industri. Interaksi keseluruhan kawasan harus mampu mendukung pengembangan industri wisata secara keseluruhan. Untuk itu diperlukan kesadaran kolektif yang kuat sesuai dengan semangat pelayanan untuk pengembangan industri agrowisata.

2.3.4 Infrastruktur

Infrastruktur penunjang diarahkan untuk mendukung pengembangan sistem dan usaha agrowisata sebagai sebuah kesatuan kawasan yang antara lain meliputi:

1. Dukungan fasilitas sarana & prasarana yang menunjang kegiatan agrowisata yang mengedepankan kekhasan lokal dan alami tetapi mampu memberikan kemudahan, kenyamanan dan keamanan bagi wisatawan. Fasilitas ini dapat berupa fasilitas transportasi & akomodasi, telekomunikasi, maupun fasilitas lain yang dikembangkan sesuai dengan jenis agrowisata yang dikembangkan.

2. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem kegiatan agribisnis primer terutama untuk mendukung kerberlanjutan kegiatan agribisnis primer, seperti: bibit, benih, mesin dan peralatan pertanian, pupuk, pestisida, obat/vaksin ternak dan lain-lain. Jenis dukungan sarana dan prasarana dapat berupa:

a. Jalan

(39)

c. Pergudangan Sarana Produksi Pertanian

d. Fasilitas Bimbingan dan Penyuluhan, pendidikan dan pelatihan. e. Fasilitas lain yang diperlukan

3. Dukungan sarana dan prasarana untuk menunjang subsistem usaha tani/pertanian primer (on-farm agribusiness) untuk peningkatan produksi dan keberlanjutan (sustainability) usaha budi-daya pertanian: tanaman pangan dan hortikultura, perkebunan, peternakan, perikanan, dan kehutanan. Jenis sarana dan prasarana ini antara lain:

a. Jalan-jalan pertanian antar kawasan.

b. Sarana air baku melalui pembuatan sarana irigasi untuk mengairi dan menyirami lahan pertanian.

c. Dermaga, tempat pendaratan kapal penangkap ikan, dan tambatan perahu pada kawasan budi daya perikanan tangkapan, baik di danau ataupun dilaut.

d. Sub terminal agribisnis & terminal agribisnis.

4. Infrastruktur yang tepat guna, yang dimaksud infrastruktur yang dibangun baik jenis maupun bentuk bangunan harus dirancang sedemikian rupa tanpa melakukan eksploitasi yang berlebihan dan menimbulkan dampak yang seminimal mungkin pada lingkungan sekitarnya. Teknologi yang digunakan dapat bervariasi dan sebaiknya jenis teknologi harus disesuaikan dengan kondisi setempat.

5. Biro perjalanan wisata sebagai pemberi informasi dan sekaligus mempromosikan pariwisata, meskipun mereka lebih banyak bekerja dalam usaha menjual tiket dibandingkan memasarkan paket wisata.

2.3.5 Tipologi Kawasan Agrowisata

(40)

Tabel II.1

(41)

BAB III

GAMBARAN UMUM WILAYAH

Bab ini berisi gambaran umum mengenai Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, Karakteristik Pengunjung Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, dan Kaji Banding Kawasan Agroteknobisnis Sumedang dengan Kawasan Wisata Sejenis di Kabupaten Sumedang

3.1 Gambaran Umum Kawasan Agroteknibisnis Sumedang 3.1.1 Sejarah Terbentuknya Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS) mulai dibangun pada tahun 2003 dan merupakan program kerjasama Pemerintah Kabupaten Sumedang dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) Jakarta hingga tahun 2007. Selanjutnya pada tahun anggaran 2008 diserahkan pengelolaannya kepada Pemerintah Kabupaten Sumedang dalam hal ini ditangani oleh Bidang Ekonomi BAPPEDA Kabupaten Sumedang. Pada tahun 2009, KAS menjadi lembaga baru dalam bentuk UPTB di bawah BAPPEDA Kabupaten Sumedang dengan nama UPTB Pengelolaan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Visi dari KAS adalah menjadikan KAS sebagai Show Window Agribisnis Kabupaten Sumedang. Sedangkan Misi KAS adalah :

1. Terwujudnya KAS sebagai pusat pengkajian, transfer dan difusi teknologi pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, perikanan serta agroindustri

2. Mengembangkan model pembangunan Kawasan agribisnis secara terpadu, berwawasan lingkungan dan berkelanjutan

3. KAS sebagai pusat informasi dan pelatihan serta mitra pelaku agribisnis di Kabupaten Sumedang

4. KAS sebagai Kawasan agrowisata di Kabupaten Sumedang

(42)

oleh masyarakat yang beriman dan bertaqwa, yang maju dan mandiri, sehat, demokratis, berwawasan lingkungan, serta menjunjung tinggi hukum”. Visi tersebut secara jelas menyatakan bahwa pembangunan di Kabupaten Sumedang diarahkan pada sektor pertanian dan pariwisata. Lebih jelas lagi dinyatakan dalam salah satu misi yang dikembangkan dalam pembangunan di Kabupaten Sumedang adalah: “Meningkatkan dan mengembangkan potensi serta memanfaatkan sumberdaya alam, khususnya sumberdaya pertanian dan pariwisata untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat”. Keberadaan KAS sangat tergantung kepada keinginan politis dan arah pembangunan dari Pemerintah Daerah Sumedang.

Tujuan dibangunnya KAS, adalah menjadikan nilai tambah keberadaan KAS sebagai wahana rekreasi yang bersifat edukatif bagi masyarakat dan pelajar di Jawa Barat yang menekankan pada peningkatan kecintaan terhadap alam, kepedulian terhadap pelestarian lingkungan, peningkatan pengetahuan teknologi pertanian dan pengenalan konsep pertanian terpadu dan hidup selaras alam.

Sasaran KAS, sebagai tempat wisata edukatif alternatif di Sumedang yang memberikan hiburan dan pendidikan serta memberikan kontribusi pendapatan bagi KAS dan Pemda.

Konsep Agroteknowisata, sebagai wisata agro yang menawarkan sarana rekreasi alam sekaligus sarana pengenalan dan pendidikan terutama dalam teknik budidaya, dan produksi pertanian, peternakan, perikanan, perkebunan, dan kehutanan kepada sentuhan teknologi. Strategi Pengembangan Wisata Agro adalah:

• Sarana dan Prasarana

• Sumberdaya Manusia

• Promosi

• Sumberdaya Alam dan Lingkungan

• Kelembagaan.

3.1.2 Kondisi Eksisting Lahan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

(43)

permukaan laut. Lokasi KAS berada pada agroekosistem Lahan Kering Dataran Tinggi dengan topografi bergelombang sampai berbukit

Gambar III.1

Lokasi Kawasan Agroteknobisnis Sumedang di Desa Margamekar, Kecamatan Sumedang Selatan

Berdasarkan Peta Geologi, skala 1:100.000 Lembar Bandung (Puslit Geologi, 2003) bahwa tanah di lokasi pengkajian Desa Margamekar terbentuk dari bahan-bahan hasil letusan gunung api tua yang tidak teruraikan berupa breksi gunung api, lahan dan lava yang berselang-seling. Disamping itu sebagian tanah juga terbentuk dari hasil letusan Gunung Tampomas, berupa: pasir tufan, lapili, breksi, Lava dan aglomerat. Bahan gunung api ini membentuk perbukitan yang tertutup oleh tanah yang berwarna kemerahmerahan.

(44)

Gambar III.2

Peta Geologi Wilayah Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

 Klasifikasi Tanah

Tanah sebagai media tumbuh tanaman adalah salah satu sumberdaya alam yang sangat penting untuk dijaga kelestariannya. Tanah dalam proses pembentukannya dipengaruhi oleh 5 faktor pembentuk tanah, yaitu: bahan induk, iklim, relief/landform, vegetasi, dan waktu. Faktor pembentuk tanah yang dominan di daerah penelitian adalah bahan induk dan vegetasi.

Tanah di daerah ini berkembang dari bahan induk volkanik muda dan tua yang didominasi oleh Andesit, basal, dan batu lempung, berasal dari erupsi G. Tampomas, yang berupa lahar dan lava, terdiri dari bahan agak halus dan sedang saling berselingan, sedangkan bahan kasar dijumpai setempat-setempat. Rejim kelembaban termasuk udik dengan curah hujan tahunan >2000 mm, sedangkan di daerah cekungan atau yang terkena pengaruh air irigasi atau sekitar aliran mata air mempunyai rejim kelembaban akuik dicirikan dengan adanya warna kelabu (glei).

(45)

3.1.3 Konsep Penataan dan Pengembangan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Konsep pengembangan dari Kawasan Agroteknobisnis Sumedang berorientasi pada potensi Kawasan yang mendukung fungsi KAS sebagai Research for Development Area Kajian Pengembangan Agribisnis Kabupaten Sumedang. Skenario pengembangan yang akan dilakukan adalah Kawasan fasilitas riset, edukasi agro, wisata agro (pertanian) dan wisata alam dataran tinggi di pegunungan bagi masyarakat. Model konsepnya, sebagai berikut:

Agro

Konsep pengembangan Kawasan perlu diwujudkan, sebagai berikut: a. Agro dengan Teknologi : menjadikan pusat Lokasi Riset for Development

Area Kajian Pembangunan Agribisnis Komoditas Unggulan dan komoditas unggul spesifik lokasi Kabupaten Sumedang dengan sentuhan teknologi tepat guna spesifik lokasi. Kegiatan kajian-kajiannya bekerjasama dengan Badan Litbang pertanian, Litbang kehutanan, Litbang PU Binamarga dan pengairan, LIPI, Lemlit Perguruan Tunggi Negeri dan Swasta, Litbang Swasta Pertanian, Balitsa Lembang, dan BPTP Jawa Barat.

(46)

perguruan tinggi negeri maupun swasta di Sumedang, Jawa Barat, Nasional dan luar negeri.

c. Wisata dengan Agro : menghasilkan Lokasi Wisata produk komoditas Unggulan dan komoditas unggul spesifik lokasi Kabupaten Sumedang serta Wisata Alam dataran tinggi di Sumedang.

d. Kawasan Agroteknobisnis Sumedang (KAS); sebagai lokasi Pusat Riset for Development Area Kajian pembangunan Agribisnis Kabupaten Sumedang, Kawasan Unggulan Kota Sumedang, lokasi edukasi agro, lokasi wisata agro, serta show window Agribisnis Kabupaten Sumedang.

3.2 Karakteristik Wisata Kawasan Agroteknobisnis Sumedang 3.2.1 Objek dan Daya Tarik Wisata

Objek dan daya tarik wisata merupakan salah satu komponen pariwisata, di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang terdapat berbagai objek dan daya tarik wisata.objek dan daya tarik wisata merupakan faktor utama yang mempengaruhi atau mendorong wisatawan untuk mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Daya tarik wisata adalah sesuatu yang dapat dilihat atau disaksikan, seperti danau, pemandangan, pantai, gunung, candi, monumen-monumen, dan lainnya.

(47)

.

Gambar III.4

Daya Tarik Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Selain itu yang dapat menjadi daya tarik yang lain bagi pengunjung adalah adanya kegiatan-kegiatan wisata lain yang tersedia di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Pengunjung juga dapat melakukan olahraga dengan bersepda gunung menyusuri bukit-bukit di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, atau melakukan kegiatan outbond seperti flying fox. Selain bersepeda gunung, Kawasan Agroteknobisnis Sumedang juga menawarkan trek-trek yang memacu adrenalin bagi paracroser atau pecinta motor trail. Bagi pengunjung yang mempunyai hobi memancing, Kawasan Agroteknobisnis Sumedang juga menyediakan kolam pemancingan ikan Patin dan ikan Mas.

Dari uraian di atas dapat dilihat bahwa Kawasan Agroteknobisnis Sumedang mampu memberikan pengalaman baru bagi para wisatawan yang datang dan berkunjung.

3.2.2 Fasilitas Wisata

(48)

Berikut ini fasilitas wisata yang ada di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang :

a. Kios makanan

Kios makanan yang ada di area Kawasan Agroteknobisnis Sumedang jumlahnya sangat sedikit, jumlah kios makanan yang terdapat di Kawasan ini berjumlah 2 kios makanan. Hal ini menandakan masih kurangnya penyedian kios atau warung makanan di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang untuk memenuhi kebutuhan bagi pengunjung yang datang ke Kawasan ini. Dikarenakan hal ini pula yang menyebabkan pengunjung lebih memilih untuk membawa perbekalan makanan dan minuman dari rumah, karena warung yang menyediakan kebutuhan makanan atau minuman jumlahnya sangat sedikit dan mungkun tidak bisa memenuhi kebutuhan mereka.

Gambar III.5

Kondisi Warung Makanan b. Green House Melon Mas

(49)

Gambar III.6

Kondisi Green House Budidaya Melon Mas

c. Toilet

Keberadaan toilet dalam suatu tempat sangatlah penting, guna memberikan kenyamanan bagi penngunjung dalam memanfaatkan obyek wisata. Jumlah toilet yang tersedia di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, belum cukup memenuhi dan kurang tersebar di setiap area Kawsan Agroteknobisnis Sumedang. Hal ini menandakan jumlah toilet yang masih kurang penyebarannya disetiap area kurang memberikan kenyamanan bagi pengunjung. Tingkat kebersihan dan kondisi toilet dalam kondisi terawat dan aman bagi pengunjung (tertutup).

Gambar III.7

(50)

d. Papan Petunjuk Arah

Papan petunjuk arah yang ada di Kawsan Agroteknobisnis Sumedang memiliki keterangan mengenai lokasi tiap area lokasi yang ada di Kawasan ini. Keberadaan papan petunjuk arah memudahkan bagi wisatawan untuk mengetahui arah dan tujuan dari lokasi yang akan dituju. Kondisi papan petunjuk arah dalam keadaan kurang terawat, terlihat dari kondisi papan yang ada kondisinya kotor dan sebagian papan petunjuk arah ada yang terlepas. Jumlah papan petunjuk arah yang ada di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang berjumlah 1 buah yang terletak di pintu masuk Kawsan Agroteknobisnis Sumedang, disajikan pada gambar III. 8 berikut.

Gambar III.8

Kondisi Papan Petunjuk Arah

e. Lahan Parkir

(51)

Gambar III.9

Kondisi Lahan Parkir Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

f. Rumah Pohon

Rumah pohon merupakan salah satu fasilitas daya tarik di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Keberadaan rumah pohon ini menjadi daya tarik sendiri bagi Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, di atas rumah pohon ini pengunjung bisa menikmati keindahan alam di sekitar Kawasan ini. Kondisi rumah pohon dalam keadaan yang cukup terawat, terlihat dengan kondisi konstruksi bangunan yang masih kokoh menempel pada sebatang pohon dengan bambu sebagai penahan bangunan ini.

Meskipun terlihat kokoh, namun diperlukan perawatan yang rutin supaya pengunjung yang menikmati fasilitas ini merasa nyaman dan tidak takut bangunan roboh karena tiang-tiang penyangganya sudah rapuh.

(52)

3.2.3 Aksesibilitas Menuju Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Suatu objek wisata akan dikunjungi oleh wisatawan jika mempunyai faktor-faktor yang mendukung daya tarik pada daerah tersebut. Salah satu faktor pendukung tersebut adalah kemudahan aksesibilitas untuk mencapai lokasi atau Kawasan wisata tersebut.

Kawasan Agroteknobisnis Sumedang berjarak ± 9 Km dari pusat kota Kabupaten sumedang. Kondisi jalan menuju Kawasan ini cukup baik, selama diperjalan pengunjung di suguhkan dengan pemandangan yang menarik selama menuju Kawasan ini. Namun bagi pengunjung yang membawa kendaran diperlukan kendaraan dengan kondisi yang baik karena keadaan jalan yang menanjak dan berkelok-kelok.

Bagi pengunjung yang tidak membawa kendaraan pribadi, pengunjung dapat menggunakan kendaraan umum ojek untuk menuju ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ini, karena Kawasan ini belum terlayani oleh angkutan umum seperti angkot.

3.3 Karakteristik Wisatawan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang Berdasarkan Status Sosial Ekonomi

Berdasarkan pengamatan visual yang telah dilakukan, serta hasil pengisian kuesioner oleh pengunjung objek wisata Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, karakteristik social ekonomi wisatawan objek wisata ini dapat dikategorikan berdasarkan jenis kelamin, umur, status pernikahan, tempat tinggal, pendidikan terakhir, pekerjaan, pendapatan. Pembahasan mengenai karakteristik social ekonomi ini adalah untuk memberikan gambaran mengenai wisatawan yang datang dan memanfaatkan objek wisata KAS, yang selanjutnya akan memperkuat pembahasan mengenai perilaku pengunjung selama berada di lokasi.

Jenis Kelamin Responden

(53)

jumlah wisatawan dengan jenis kelamin laki-laki sebesar 27 orang wisatawan dan jumlah wisatawan perempuan sebesar 23 orang. Hal ini membuktikan bahwa kegiatan di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang diminati oleh semua jenis kelamin.

Gambar III.11

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Umur Responden

Karakteristik jenis kegiatan wisata di Kawasan Agroteknobisnis Sumedang membawa pengaruh kepada distribusi usia pengunjungnya. Kawasan Agroteknobisnis Sumedang sebagai objek wisata, diminati oleh segala lapisan umur. Proporsi umur remaja lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok umur lainnya, sedangkan untuk kelompok umur pada usia lanjut cenderung lebih sedikit dalam melakukan perjalanan ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang. Perbedaan dari proporsi kelompok umur ini dapat dilihat dari karakteristik didominasi usia remaja dalam rombongan, yang merupakan karakter khusus dari jenis kunjungan ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang.

Tabel III.1 Umur Responden

No Umur Jumlah

1 13-23 tahun 22

2 24-34 tahun 12

3 35-45 tahun 9

4 46-56 tahun 7

5 57-67 tahun

6 > 67 tahun

Total 50

(54)

Berdasarkan tabel III.1, dapat dilihat bahwa wisatawan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang yang disampel, proporsi wisatawan paling banyak adalah kelompok remaja 22 orang. Jumlah presentase yang besar, menunjukan bahwa kelompok umur 13-23 tahun sering mengunjungi dan menggunakan waktu liburannya untuk berkunjung ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang.

Status Pernikahan Responden

Pemanfaatan Kawasan Agrteknobisnis Sumedang ini selain dipengaruhi oleh jenis kelamin dan umur juga berhubungan dengan status wisatawan yang sudah menikah atau belum menikah, tabel III.2.

Tabel III.2

Status Pernikahan Pengunjung Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Umur Status Total

Menikah Belum Menikah

13-23 tahun 22 22

24-34 tahun 12 12

35-45 tahun 9 9

46-56 tahun 7 7

57-67 Tahun >67 tahun

Total 28 22 50

Sumber : Hasil survey, 2010

(55)

Tingkat Pendidikan Responden

Wisatawan yang datang ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang memiliki pekerjaan sebagai pelajar atau mahasiswa, dengan dominasi tingkat pendidikan yaitu kelompok siswa/i SMU dan SLTP dengan jumlah masing-masing 28%, dan untuk tingkat SD sejumlah 28%. Hal ini menunjukan bahwa pemanfaatan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang oleh kalangan pelajar sangat besar apabila dibandingkan dengan masyarakat umum.

Gambar III.12

Jumlah Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pekerjaan Responden

Pembahasan mengenai karakteristik wisatawan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang berdasarkan jenis pekerjaannya dapat dilihat pada gambar III.13.

Gambar III.13

Jumlah Responden Berdasarkan Jenis Pekerjaan

(56)

didominasi oleh pelajar sebesar (44%), kelompok lainnya dimanfaatkan oleh pegawai swasta (18%), ibu rumah tangga (14%), dan jenis pekerjaan dalam kategori lain-lain seperti mahasiswa, wirausaha, pegawai negeri, TNI, pensiun dan lainya.

Tempat Tinggal Responden

Responden yang berkunjung ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang didominasi oleh penduduk lokal atau yang berasal dari Kabupaten Sumedang sendiri. Pada gambar III.14 di bawah ini menunjukan, responden yang berasal dari Kab. Sumedang mendomonasi yaitu sebanyak 47 responden, sedangkan responden yang berasal dari luar Kab. Sumedang sebanyak 3 responden.

Gambar III.14

Jumlah Responden Berdasarkan Tempat Tinggal

Minimnya pengunjung dari luar Kab. Sumedang dikarenakan kurangnnya informasi atu minimnya promosi yang dilakukan oleh pengelola Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, sehingga mereka kurang mengetahui keberadaan kawasan ini sebagai sebuah kawasan wisata.

Tinggkat Pendapatan Responden

(57)

yang dibutuhkan tidak lagi mencari sarana yang murah dan terjangkau tetapi lebih kepada sarana yang memberi kepuasan, meskipun untuk mendapatkannya perlu mengeluarkan sejumlah biaya. Namun tidak menutup kemungkinan kelompok ini untuk mengunjungi Kawasan Agroteknobisnis Sumedang, karena pada objek wisata ini juga menawarkan sesuatu daya tarik yang tidak dapat ditawarkan oleh sarana lainnya.

Dari jumlah keseluruhan responden yang telah bekerja dengan status telah menikah, memiliki keberagaman jumlah pendapatan. Berdasarkan hasil kuesioner yang diberikan, ada kelompok responden yang memiliki pendapatan tertinggi yaitu Rp. 2.550.000,00 - Rp. 3.500.000,00, hal ini menunjukan bahwa walaupun dalam jumlah yang sedikit namun tetap ada kelompok yang berpendapatan tinggi yang memanfaatkan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang ini sebagai salah satu tujuan wisata dalam mengisi hari libur.

Waktu Perjalanan yang Ditempuh oleh Wisatawan Menuju Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

(58)

Kabupaten Sumedang maupun Kabupaten Sumedang sendiri mencapai 6%,, lihat gambar IV.1

Gambar III.15

Waktu Tempuh Responden Menuju Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Waktu tempuh 0-1 jam dipengaruhi oleh jenis moda transportasi yang didominasi dengan jenis kendaraan bermotor. Sedangkan waktu tempuh 2-3 jam yang diperlukan untuk melakukan perjalanan ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang juga tidak terlepas dari faktor moda transportasi yang digunakan responden baik yang menggunakan sepeda motor maupun mobil pribadi.

Informasi Keberadaan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang yang Didapat oleh Responden

(59)

Gambar III.16

Informasi Keberadaan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Bila dilihat dari gambar III.16, responden mendapatkan informasi keberadaan Kawasan Agroteknobisnis Sumedang dari teman-teman (54%) dan keluarga (46%) mereka yang pernah berkunjung ke kawasan ini sebelumnya. Hal ini menandakan bahwa promosi yang dilakukan oleh pengelola Kawasan Agroteknobisnis Sumedang kurang maksimal, sehingga wisatawan yang berkunjung ke kawasan ini masih sedikit.

Status Kunjungan Responden ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang

Apabila dilihat berdasarkan hasil jawaban kuesioner yang diberikan oleh responden, kedatangan wisatawan ke Kawasan Agroteknobisnis Sumedang pada umumnya bukan kunjungan yang untuk pertama kalinya (74 %) dan responden yang berkunjung untuk pertama kalinya sebanyak (26 %).

Gambar

Tabel II.1Tipologi Kawasan Agrowisata
Gambar III.1
Gambar III.2
Gambar III.3
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dalam perancangan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pusat Agrowisata Jawa Tengah

Penelitian ini telah dilaksanakan di wilayah kerja Cabang Dinas Pertanian Tanjungsari Kabupaten Sumedang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sejauh mana

Untuk mewujudkan perencanaan Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pengembangan Kawasan Perkebunan Kampoeng Bawen menjadi Pusat Agrowisata Jawa Tengah yang

Ada 4 (empat) pendekatan yang dilakukan pada kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Jagung di Sumatera Selatan, yaitu: 1) Pendekatan berdasarkan Tipe kawasan

Sedangkan faktor penghambat implementasi kebijakan pengembangan kawasan agrowisata belimbing tasikmadu di Desa Tasikmadu Kecamatan Palang Kabupaten Tuban, yaitu tidak

Penelitian ini meng gunakan pendekatan studi kasus karena me nyelidiki sejauh mana peranan kelompok tani sayuran organik dalam upaya pengembangan ekonomi lokal, serta

Melihat dari kondisi Kebun Buah Mangunan yang ada saat ini, penambahan tanaman dapat dilakukan dengan memanfaatkan lahan kosong yang berada di kawasan agrowisata,

Studi banding dilakukan untuk melihat sejauh mana kemungkinan suatu bagian kota untuk dilakukan upaya urban renewal, serta sejauh mana keberhasilan pengadaan hunian dalam upaya