• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNG DI SUMATERA SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN KAWASAN JAGUNG DI SUMATERA SELATAN"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

1

RENCANA DISEMINASI HASIL PENGKAJIAN (RDHP)

PENDAMPINGAN PENGEMBANGAN

KAWASAN JAGUNG DI SUMATERA SELATAN

Penanggung Jawab : Ir.Triyandar Arief, M.Si

BALAI PENGKAJIAN TEKNOLOGI PERTANIAN SUMATERA SELATAN

BALAI BESAR PENGAKJIAN DAN PENGEMBANGAN TEKNOLOGI PERTANIAN BADAN PENELITIAN DAN PENGEMBANGAN PERTANIAN

KEMENTERIAN PERTANIAN

2018

(2)

2

LEMBAR PENGESAHAN

1. Judul RDHP : Pendampingan Pengembangan Kawasan Jagung di Sumatera Selatan

2. Unit Kerja : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

3. Alamat

: Jl. Kol. H. Burlian Km.6 Palembang, Kotak Pos 1265.

Telpon (0711) 410155 4. Sumber Dana

: DIPA TAHUN 2018 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

5. Status Penelitian : Lanjutan 6. Penanggung Jawab :

a. Nama : Ir. Triyandar Arief, MSi b. Pangkat/Golongan : Pembina Tk.I (IV/b) c. Jabatan : Penyuluh Madya

7. Lokasi : Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) 8. Agroekosistem : Lahan tadah hujan dan lebak

9. Tahun dimulai : 2015 10. Tahun selesai : 2018

11. Output Tahunan : 1) Terlaksananya bimbingan teknis penerapan inovasi teknologi budidaya jagung (Nara Sumber) pada pertemuan penyuluh di BPP dan kelompoktani di wilayah pengembangan jagung

2) Tersedianya contoh kepada petani/masyarakat keunggulan dan tata cara penerapan teknologi budidaya jagung spesifik lokasi dalam bentuk demplot jagung seluas 2,0 Ha

3) Evaluasi luas tambah tanam (LTT) Jagung MH 2016/2018 (Okt-Mart) dan MK 2018 (Apr-Sept), beserta faktor pendukung dan penghambat realisasi LTT Jagung di masing-masing Kecamatan wilayah pengembangan pengembangan Jagung di kabupaten OKUT Sumatera Selatan

4) Efektivitas pendampingan dalam penerapan inovasi teknologi pada pengembangan kawasan jagung di Kabupaten OKUT Provinsi Sumsel

(3)

3

12. Output Akhir : Terlaksananya pendampingan pengembangan kawasan jagung di seluruh kab/kota Sumatera Selatan

Mengetahui,

Budi Raharjo, S.TP, M.Si NIP. 196300 198903 2 002

Penanggung Jawab

Ir. Triyandar Arief, MSi NIP. 19590103 198603 1 001

Menyetujui, Kepala BPTP Sumsel

Dr.Ir. Priatna Sasmita, Msi NIP. 19641104 199203 1 001

(4)

4

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Jagung sampai saat ini masih merupakan komoditi strategis kedua setelah padi karena di beberapa daerah jagung masih merupakan bahan makanan pokok kedua setelah beras. Jagung juga mempunyai arti penting dalam pengembangan industri di Indonesia karena merupakan bahan baku untuk industri pangan maupun industri pakan ternak khusus pakan ayam. Dengan semakin berkembangnya industri pengolahan pangan di Indonesia maka kebutuhan akan jagung akan semakin meningkat pula (BPTP Sumsel, 2007). Program peluasan areal tanaman jagung (PAT-Jagung) adalah perluasan areal tanam jagung pada lahan-lahan yang sebelumnya tidak pernah ditanami jagung atau dulu pernah ditanami jagung tetapi sekarang tidak ditanami lagi (peningkatan IP) seperti lahan kering/tadah hujan lahan sawah beririgasi, sawah tadah hujan, lahan pasang surut-rawa, perhutani dan lain-lain, kegiatan ini dapat dilakukan melalui pengaturan pola tanam (UPSUS, 2015). Usaha peningkatan produksi jagung melalui program intensifikasi adalah dengan melakukan perbaikan teknologi dan manajemen pengelolaan. Usaha-usaha tersebut nyata meningkatkan produktivitas jagung terutama dengan penerapan teknologi inovatif yang lebih berdaya saing (produktif, efisien dan berkualitas) telah dapat menghasilkan jagung sebesar 7 – 9 ton/ha seperti ditemukannya varietas ungul baru dengan tingkat produktvitas tinggi dan metode manajemen pengelolaan tanaman dan sumberdaya secara terpadu.

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai sumber daya lahan yang cukup potensial dalam pengembangan jagung baik perluasan areal (ekstensifikasi) maupun peningkatan produksi (intensifikasi), mengingat semua daerah (kabupaten/kota) merupakan daerah penghasil tanaman pangan tersebut. Namun dalam usaha peningkatan produksinya masih banyak yang perlu dilakukan, khususnya produksi jagung masih berkisar antara 3- 5 ton/ha dan rendahnya produksi ini antara lain disebabkan oleh pengelolaan tanaman yang masih terbatas.

Produksi tanaman pangan memegang peranan penting di Sumatera Selatan.

Produksi jagung pada tahun 2014 sebesar 148,93 ribu ton pipilan kering, produksi ini mengalami penurunan sebesar 11,07% jika dibandingkan tahun 2013 (BPS, 2014). Untuk mempertahankan agar produksi jagung tidak terpuruk maka perlu adanya pendampingan baik dari segi manajemen pengelolaan tanaman sampai manajemen pengolahan hasil panen.

(5)

5

Berbagai program strategis dalam rangka pembangunan pertanian nasional dan daerah telah diprogramkan oleh Kementan, diantaranya adalah UPSUS Jagung dan Pendampingan Pengembangan Kawasan Jagung. Peningkatan produksi jagung ini mendapat dukungan dari Balitsereal sebagai penghasil teknologi dan BPTP sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian di provinsi.

Pendampingan pengembangan kawasan jagung diperlukan agar dapat mempercepat implementasi teknologi spesifik lokasi kepada petani/pengguna yang pada akhirnya terjadi peningkatan produksi dan pendapatan petani jagung. Salah satu pendekatan dalam pendampingan pengembangan kawasan jagung adalah melalui pendekatan berdasarkan tipe kawasan (kawasan penumbuhan, pengembangan dan pemantapan). Pendekatan melalui wilayah pengembangan menjadi prioritas dengan pertimbangan masih terbuka peluang peningkatan produktivitas, menekan kehilangan, dan peningkatan mutu hasil.

Pemerintah telah menetapkan swasembada berkelanjutan padi dan jagung serta swasembada kedelai harus dicapai dalam waktu 3 (tiga) tahun. Adapun target produksi yang harus dicapai pada tahun 2016 adalah produksi padi 85,73 juta ton dengan pertumbuhan 2,21%/tahun, jagung 30,54 juta ton dengan pertumbuhan 5,5%/tahun dan kedelai 1,2 juta ton dengan pertumbuhan 60,81%/tahun. Selanjutnya pengembangan tanaman jagung sangat erat hubungannya dengan pengembangan peternakan terutama unggas dan sapi potong. Oleh sebab itu, untuk pengembangan unggas dan sapi potong dibutuhkan bahan baku utama berupa jagung (± 52%) sebagai industri pakan dan penghasil biomas yang bermutu tinggi. Perkembangan jagung akan mempunyai peran yang semakin strategis ditinjau dari aspek: 1) agribisnis, karena jagung banyak terkait dengan kegiatan industri (pakan, pangan dan lainnya) serta adanya peluang ekspor, 2) peningkatan ketahanan pangan nasional, karena jagung mempunyai nilai gizi (karbohidrat, protein, lemak, mineral) yang setara dengan beras, dan 3) kesempatan penyerapan tenaga kerja dikaitkan dengan ketersediaan lahan yang cukup luas bagi pengembangan jagung (Badan Litbang Pertanian, 2007).

Jagung mempunyai adaptasi yang luas dan relatif mudah untuk dibudidayakan, sehingga komoditas ini diusahakan oleh banyak petani pada lingkungan fisik dan sosial ekonomi yang beragam. Jagung dapat tumbuh hampir di semua agroekosistem seperti lahan kering, lahan sawah irigasi, sawah tadah hujan, lahan lebak, dan lahan pasang surut dengan berbagai jenis tanah, pada berbagai tipe iklim, dan pada ketinggian tempat 0 s/d > 2000 m dpl, serta diusahakan oleh petani miskin maupun kaya dengan kepemilikan lahan sempit maupun luas.

(6)

6

Propinsi Sumatera Selatan dengan luas daerah seluruhnya 8.702.741 ha, memiliki iklim tropis dan basah dengan variasi curah hujan antara 33,1/6-564,2/24 mm3/hari.

Keadaan tanah terdiri dari organosol, litosol, alluvial, hidromorf, klei humus, regosol, andosol, redzina, latosol, lateritik dan podsolik (BPS, 2014). Luas penggunaan lahan di Sumatera Selatan khususnya untuk budidaya pertanian adalah sebesar 5.524.725 ha (63,49%). Hal ini tentunya menunjukkan bahwa ketersediaan lahan untuk budidaya pertanian masih cukup banyak dan tentunya juga berpotensi untuk dijadikan areal pengembangan tanaman pangan. Beberapa kajian juga menunjukkan bahwa penanaman tanaman pangan dapat pula dilakukan sebagai tanaman sela di perkebunan karet.

Umumnya daerah/lokasi perkebunan karet rakyat pada lahan kering yang didominasi oleh jenis tanah Pasolik Merah Kuning (PMK) yang juga memiliki kesesuaian untuk penanaman tanaman pangan (Subendi A, 2013). Tahun 2016 ini dengan adanya program UPSUS jagung, maka sasaran luas tanam jagung di Kabupaten Banyuasin dalam pencapaian swasembada berkelanjutan dimana luas tanam ditargetkan menjadi 15.500 ha dengan rincian 15.000 ha dengan pendanaan pemerintah pusat (APBN) dan 500 ha pendanaan pemerintah kabupaten (APBD) (Dinas TP Banyuasin, 2016).

Dalam Permentan No: 50/OT.140/8/2012, tentang Pedoman Pengembangan Kawasan Pertanian. Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) Provinsi Sumatera Selatan merupakan wilayah Pengembangan Kawasan Jagung. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas jagung. Diantaranya varietas unggul yang sebagian diantaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu.

Dengan adanya program tersebut diharapkan peran BPTP disamping mensosialisasikan jagung hasil penelitian Balitbangtan kepada masyarakat petani juga dapat mendampingi dan mengawal teknologi dengan tujuan agar sasaran tersebut dapat tercapai.

1.2. Tujuan

1) Melaksanakan pendampingan pengembangan kawasan jagung dalam bentuk pembinaan/bimbingan teknis (narasumber) pada pertemuan rutin penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di Kecamatan.

2) Mendiseminasikan teknologi budidaya jagung spesifik lokasi kepada kelompok tani/petani dalam bentuk demplot jagung.

(7)

7

3) Melakukan evaluasi pendampingan dalam implementasi dan diseminasi inovasi teknologi jagung melalui kegiatan UPSUS PTT Jagung di Kabupaten OKUT Provinsi Sumatera Selatan tahun 2015 dan 2016

1.3. Keluaran

1) Terlaksananya bimbingan teknis penerapan inovasi teknologi budidaya jagung (narasumber) pada pertemuan penyuluh di BPP dan kelompoktani di wilayah pengembangan jagung.

2) Terdiseminasinya teknologi budidaya jagung spesifik lokasi kepada kelompok tani/petani dalam bentuk demplot jagung.

3) Efektivitas pendampingan dalam penerapan inovasi teknologi pada pengembangan kawasan jagung di Kabupaten OKUT Provinsi Sumatera Selatan.

1.4. Manfaat dan Dampak

Penggunaan varietas unggul jagung hibrida dan penerapan teknologi budidaya jagung hibrida meningkatkan produksi dan pendapatan petani jagung.

(8)

8

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Kerangka Teoritis

Potensi wilayah Sumatera Selatan untuk peningkatan produksi padi masih terbuka luas karena didukung oleh sumber daya alam yang ada. Potensi tersebut belum dapat dimanfaatkan secara optimal karena terdapat beragam masalah, sehingga untuk mengoptimalkan potensi tersebut diperlukan upaya pendampingan. Pendampingan harus dilakukan dengan pendekatan pengembangan kawasan. Tujuan dari pengembangan kawasan ini untuk memadukan serangkaian program dan kegiatan pertanian menjadi suatu kesatuan yang utuh baik dalam perspektif sistem maupun kewilayahan, sehingga dapat mendorong peningkatan daya saing komoditas, wilayah serta kesejahteraan petani sebagai pelaku usaha tani.

Provinsi Sumatera Selatan mempunyai agroekosistem yang beragam, yaitu agroekosistem lebak, pasang surut, irigasi, tadah hujan dan lahan kering. Hal ini memperkaya Sumatera Selatan dengan berbagai komoditas pertanian. Dalam hal komoditas padi, keanekaragaman agroekosistem ini memberikan keunggulan dan permasalahan tersendiri. Agroekosistem sawah irigasi teknis, lebak, pasang surut dan tadah hujan di Sumsel sangat berpotensi untuk peningkatan produktivitas pertanian, namun pemanfaatan 4 agroekosistem tersebut sampai saat belum optimal. Salah satu pendekatan untuk meningkatkan produktivitas adalah melalui introduksi varietas unggul baru produktivitas tinggi yang dibudidayakan dengan pendekatan pengelolaan tanaman terpadu (PTT) (Hutapea et al., 2010). Berdasarkan hasil penelitian, penerapan PTT pada sawah irigasi Sumsel menunjukkan terjadi peningkatan produktivitas padi dengan kisaran 42,22 - 86,67% (Thamrin dan Hutapea, 2010).

Belum optimalnya produktivitas padi di lahan sawah, antara lain disebabkan oleh:

a). rendahnya efisiensi pemupukan, b). belum efektifnya pengendalian hama penyakit, c).

penggunaan benih kurang bermutu dan varietas yang dipilih kurang adaptif, d). kahat hara K dan unsur mikro, e). sifat fisik tanah tidak optimal, dan f). pengendalian gulma kurang optimal (Makarim et al., 2000). Beberapa masalah utama yang menghambat upaya peningkatan produksi, yaitu: alih fungsi lahan, sarana irigasi, benih, pupuk, organisme pengganggu tanaman (OPT), laju pertumbuhan penduduk dan tingkat konsumsi beras, susut hasil, pengolahan lahan, penyimpangan iklim, gejala kelelahan teknologi, dan penurunan kualitas sumberdaya lahan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian telah menghasilkan berbagai inovasi teknologi yang mampu meningkatkan produktivitas kedelai. Diantaranya varietas

(9)

9

unggul yang sebagian diantaranya telah dikembangkan oleh petani. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, Badan Litbang Pertanian juga telah menghasilkan dan mengembangkan pendekatan Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) yang ternyata mampu meningkatkan produktivitas padi, jagung dan kedelai dan infisiensi input produksi. Dalam upaya pengembangan PTT, Deptan meluncurkan program Sekolah Lapang (SL) PTT. Dengan SL-PTT diharapkan terjadi peningkatan pengetahuan dan penerapan komponen teknologi PTT oleh petani sehingga dapat meningkatkan pengetahuan dan keterampilan dalam mengelola usahataninya untuk mendukung upaya peningkatan produksi dan lebih khusus dalam peningkatan produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan petani padi, jagung dan kedelai. Berbagai program strategis dalam rangka pembangunan pertanian nasional dan daerah telah diprogramkan oleh Departemen Pertanian. Program tersebut adalah P2BN, SL-PTT (padi, jagung, kedelai, kacang tanah), PUAP, Gernas kakao, pengembangan kawasan hortikultura dan program peningkatan swasembada daging sapi (P2SDS). Semua program strategis deptan tersebut di implementasikan di wilayah kerja BPTP. Oleh karena itu, keberhasilan program strategis deptan harus mendapat dukungan dari Balit sebagai penghasil teknologi dan BPTP sebagai ujung tombak Badan Litbang Pertanian di provinsi. Disadari bahwa keterkaitan dan sinergi antara Balit dan BPTP belum optimal sehingga perlu ditingkatkan.

Pendampingan program strategis tersebut diharapkan dapat mempercepat implementasi teknologi spesifik lokasi kepada pengguna/petani yang pada akhirnya terjadi peningkatan produksi dan pendapatan petani.

(10)

10

III. PROSEDUR PELAKSANAAN

3.1. Pendekatan

Ada 4 (empat) pendekatan yang dilakukan pada kegiatan Pendampingan Pengembangan Kawasan Jagung di Sumatera Selatan, yaitu: 1) Pendekatan berdasarkan Tipe kawasan (kawasan penumbuhan, pengembangan dan pemantapan), dengan kriteria seperti pada Tabel 1, 2) Pendekatan agro-ekosistem: Inovasi teknologi jagung yang akan diintroduksikan tergantung kondisi agroekosistem di wilayah tersebut, diantaranya dicirikan oleh kondisi bio-fisik lahan yang mencakup ketinggian lokasi, kelerengan lahan, kondisi iklim, dan karakteristik tanah, 3) Pendekatan sistem agribisnis: Salah satu sasaran yang ingin dicapai dalam pengembangan kawasan komoditas jagung adalah meningkatnya kuantitas produksi, kualitas produk dan kesinambungan produksi komoditas yang dihasilkan. Dalam rangka pencapaian sasaran tersebut dan meningkatkan efektivitas serta efisiensi pengembangan komoditas unggulan, maka pengembangan kawasan jagung harus dilaksanakan melalui pendekatan sistem agribisnis, dan 4) Pendekatan partisipatif: perlu didorong agar ada rasa memiliki dan partisipasi semua pihak baik petani koperator, kelompok tani, dinas instansi terkait lainnya agar pendampingan dapat berhasil.

(11)

11

Tabel 1. Kriteria kawasan tanaman pangan menurut perkembangannya.

No. Tipe Kawasan Kriteria Kawasan Orientasi Penguatan 1. Pertumbuhan 1. Produktivitas lebih rendah

dari rata-rata provinsi 2. Pemanfaatan lahan belum

optimal

3. Tingkat kehilangan hasil tinggi

1. Peningkatan produktivitas 2. Peningkatan Indeks

Pertanaman (IP)

3. Penurunan tingkat kehilangan hasil

2. Pengembangan 1. Produktivitas hampir sama dengan produktivitas rata- rata provinsi atau rata-rata nasional

2. Pemanfaatan lahan hampir optimal

3. Tingkat kehilangan hasil sedang

4. Mutu hasil belum optimal

1. Peningkatan produktivitas 2. Penurunan tingkat

kehilangan hasil

3. Peningkatan mutu hasil

3. Pemantapan 1. Produktivitas sudah lebih tinggi dari produktivitas rata-rata nasional

2. Mutu hasil belum optimal 3. Efisiensi usaha belum

berkembang

4. Optimalisasi pendapatan melalui produksi sub sektor tanaman sudah maksimal (kecuali ada introduksi teknologi baru)

1. Pengenalan teknologi baru 2. Peningkatan mutu hasil 3. Efisiensi usaha melalui

pemanfaatan limbah lingkungan

4. Diversifikasi produk tanaman pangan

5. Pengaturan harga dan margin

6. Diversifikasi pendapatan melalui sub sektor lain

3.3. Lokasi dan Waktu Pelaksanaan

Pendampingan pengembangan kawasan jagung dilaksanakan di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (OKUT) Sumatera Selatan. Kegiatan dilaksanakan mulai dari bulan Januari hingga Desember 2018.

3.4. Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah: benih unggul jagung BIMA 19 dan 20, pupuk (Urea, NPK, dan bahan organik), pestisida, tali rapia, papan nama kegiatan, terpal jemur, dan bahan penolong lainnya. Sedangkan Alat yang akan digunakan adalah: alat pengolahan tanah, cangkul, sabit, handsprayer, meteran, timbangan, alat tulis dan alat pendukung lainnya.

(12)

12 3.5. Cakupan Kegiatan

Cakupan kegiatan pendampingan pengembangan kawasan jagung ini meliputi : 1) Persiapan: meliputi revisi proposal, penyusunan RODHP, Seminar penajaman RODHP, koordinasi penyiapan benih Balitsereal, 2) Pelaksanaan pendampingan: koordinasi penetapan CPCL dempot jagung, review data rencana dan realisasi LTT Jagung sampai saat ini, narasumber (bimbingan teknis) pertemuan penyuluh di Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) Kecamatan, bimbingan teknis penerapan inovasi teknologi (demplot) jagung, dan 3) Pelaporan: Penyusunan laporan (laporan bulanan, laporan tengah tahun, dan laporan akhir), dilakukan sebagai bentuk pertanggung-jawaban kegiatan maupun keuangan.

3.6. Metode Pelaksanaan

1) Pembinaan Bimbingan Teknis (Narasumber) Pertemuan Rutin Penyuluh di BPP Kecamatan

Pelaksanaan pembinaan/bimbingan teknis/latihan bagi penyuluh pertanian di BP3K bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan penyuluh pertanian sebagai materi dalam membina petani/poktan/ gapoktan/KEP. Latihan bagi penyuluh pertanian bertempat di BP3K dan diselenggarakan secara rutin setiap dua minggu sekali.

Pembinaan/bimbingan tehnis dilaksanakan melalui tatap muka, diskusi/tanya jawab.

Prosedur pelaksanaan pembinaan/bimbingan tehnis yaitu sebagai berikut: 1) Koordinasi dengan Dinas Pertanian untuk mengetahui jadwal pelaksanaan pelatihan di masing-masing BPP Kecamatan, 2) Mengidentifikasi kebutuhan materi, 3) Pengumpulan bahan/materi bimbingan, 4) Pelaksanaan bimbingan/pelatihan (diskusi, tanya jawab, kunjungan lapang, (bila perlu), 5) Penyusunan laporan (materi, dokumentasi).

2) Demplot/Percontohan Penerapan Inovasi Teknologi Jagung

- Langkah awal implementasi demplot/percontohan penerapan teknologi jagung diawali dengan koordinasi dengan Dinas Pertanian Kabupaten untuk menentukan calon petani dan calon lokasi (CPCL) dengan kriteria sebagai berikut: 1) berpengalaman dalam usahatani jagung, 2) lokasi termasuk dalam lokasi pengembangan kawasan jagung, 3) stategis (efek diseminasi), 4) tergabung dalam kelompok tani, dan 5) respon terhadap inovasi teknologi baru.

- Penyiapan alat dan bahan pendukung lainnya. Benih jagung hibrida Bima 19 dan Bima 20 diperoleh dari UPBS Balitsereal.

(13)

13

- Sebelum pelaksanaan demplot, dilakukan pertemuan kelompok tani atau pelatihan agar petani/kelompok tani mampu menerapkan teknologi budidaya jagung sesuai anjuran. Alternatif penerapan teknologi budidaya jagung, yaitu teknologi dasar dan pilihan.

Komponen teknologi dasar sangat dianjurkan untuk diterapkan di semua areal pertanaman jagung, yaitu:

a. Penggunaan varietas unggul baru hibrida (Bima 19 – Bima 20).

b. Benih bermutu dan berlabel. Benih bermutu adalah benih yang mempunyai tingkat kemurnian dan daya tumbuh yang tinggi (>95%) yang umumnya ditemukan pada benih yang berlabel. Sebelum dilakukan penanaman benih diberi perlakuan dengan bahan kimia, seperti Metalaksil sebanyak 2 gr per 1 kg benih yang dicampur dengan 10 ml air, larutan tersebut dicampurkan dengan benih secara merata, selanjutnya benih baru ditanam. Kebutuhan benih adalah 15 - 20 kg/ha, dan tergantung ukuran benih, semakin kecil ukuran benih dengan bobot 1.000 butir (200 g) semakin sedikit kebutuhan benih. Benih bermutu yang baik, jika ditanam akan tumbuh serentak pada saat umur 4 HST dalam kondisi normal. Untuk menciptakan hal ini bila pH kurang dari 5, sebaiknya ditambah kapur dengan dosis 1.200 kg/ha.

c. Populasi tanaman 66.000-75.000 tanaman/ha. Populasi tanaman ditentukan oleh mutu benih dan penggunaan jarak tanam, untuk mencapai populasi tersebut jarak tanam yang dianjurkan adalah :

- 70 x 20 cm dengan satu benih per lubang - 75 x 20 cm dengan satu benih per lubang - 75 x 40 cm dengan dua benih per lubang tanam

4) Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman dan status hara tanah. Pemberian pupuk berbeda antar lokasi, pola tanam, benih jagung yang digunakan (hibrida/komposit) dan pengelolaan tanaman. Penggunaan pupuk spesifik lokasi meningkatkan hasil dan menghemat penggunaan pupuk. Kebutuhan hara N tanaman dapat diketahui dengan cara mengukur tingkat kehijauan daun jagung dengan Bagan Warna Daun (BWD), sedangkan kebutuhan hara P dan K dengan Perangkat Uji Tanah Kering (PUTK). Penggunaan BWD pada 40-45 hari setelah tanam (HST) untuk mendeteksi kecukupan N bagi tanaman, sedangkan pemberian

(14)

14

pupuk P dan K mengacu pada PUTK (lahan kering) dan PUTS (lahan sawah).

Secara umum jenis, dosis dan pemberian pupuk dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Takaran pupuk dan waktu pemberian pada tanaman jagung Waktu pemupukan Urea (kg/ha) SP-36 (kg/ha) KCl (kg/ha)

7-10 HST 100 150 100

30-35 HST 150 - -

45-50 HST (gunakan BWD)

100-150 - -

Teknologi Pilihan

Komponen teknologi pilihan merupakan komponen teknologi yang harus disesuaikan dengan kondisi, kemauan dan kemampuan petani setempat seperti:

1. Penyiapan lahan. Pengolahan lahan untuk penanaman jagung dapat dilakukan dengan dua cara yaitu: olah tanah sempurna (OTS), umumnya dilakukan pada lahan kering, dengan mengolah tanah cara dibajak menggunakan traktor atau dibajak ditarik sapi, atau menggunakan cangkul kemudian digaru dan disisr hingga rata. Kemudian tanpa olah tanah (TOT) atau olah tanah minimum dan umumnya dilakukan pada lahan sawah setelah padi.

2. Pembuatan saluran drainase atau saluran irigasi. Pada lahan kering atau lahan sawah sangat diperlukan saluran drainase atau saluran irigasi, karena tanaman jagung sangat peka terhadap kelebihan air. Pada lahan kering saluran drainase diperlukan untuk mengalirkan air sekaligus berfungsi sebagai pengatur air di areal pertanaman terutama pada saat musim hujan dan biasanya dibuat pada saat penyiangan pertama dengan menggunakan cangkul atau mesin pembuat alur. Pada lahan sawah perlu dibuat saluran irigasi untuk memudahkan pengaturan pengairan tanaman biasanya dibuat pada saat penyiangan pertama dan dibuat setiap dua baris tanaman agar lebih efisien.

3. Pemberian bahan organik dapat berupa sisa tanaman. Kotoran hewan, pupuk hijau dan kompos (humus), biasanya diberikan sebagai penutup tanam benih dengan dosis 1-2 ton/ha. Bahan organik bermanfaat untuk memperbaiki kesuburan fisik, kimia dan biologi tanah dan hendaknya persyaratan teknis pupuk organik mengacu pada Permentan nomor 2 tahun 2006, kecuali diproduksi untuk keperluan sendiri.

(15)

15

4. Pembumbunan. Pembumbunan bertujuan untuk memberikan lingkungan akar yang lebih baik, agar tanaman dapat tumbuh kokoh dan tidak mudah rebah. Pembumbunan dilakukan bersamaan dengan penyiangan pertama dan pembuatan saluran, atau setelah pemupukan kedua (35 HST) bersaman dengan penyiangan kedua yang dapat dilakukan dengan menggunakan cangkul atau mesin.

5. Pengendalian gulma. Pengendalian gulma dapat dilakukan secara mekanis ataupun dengan herbisida kontak dengan dosis 1-2 liter per hektar.

Penyiangan secara mekanis dilakukan dengan cangkul. Penyiangan juga bertujuan untuk meningkatkan jumlah udara dalam tanah dan merangsang pertumbuhan akar. Penyiangan pertama dilakukan pada tanaman umur 15 hari setelah tanam dan penyiangan kedua dilakukan pada tanaman umur 30- 35 HST. Penyiangan dapat dilakukan bersamaan dengan pembumbunan dengan mencangkul tanah di antara barisan lalu ditimbunkan ke bagian barisan tanaman sehingga membentuk guludan yang memanjang dan dilakukan dengan memperhatikan periode kritis tanaman jagung terhadap gulma yaitu pada dua bulan pertama masa pertumbuhan.

6. Pengendalian hama dan penyakit. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan berdasarkan pendekatan pengendalian secara terpadu, oleh sebab itu dianjurkan : a) Identifikasi jenis populasi hama oleh petani atau pengamat OPT di lapangan, b) Penentuan tingkat kerusakan tanaman menurut kerugian ekonomi atau ambang tindakan yang sering digunakan sebagai dasar teknik pengendalian, c) Usaha pengendalian menggunakan taktik dan teknik, agar tanaman selalu sehat, pengendalian secara hayati, penggunaan varietas tahan, secara fisik dan mekanik, penggunaan senyawa hormon dan pestisida kimia.

7. Panen tepat waktu dan lakukan pengeringan segera. Panen jagung dilakukan pada saat jagung telah berumur sekitar 100 HST tergantung jenis varietas yang ditanam. Jagung yang telah siap panen atau disebut juga masak fisiologis bisa ditandai dengan memperhatikan :

 Kelobot tongkol telah mengering atau berwarna coklat, biji telah mengeras dan telah berbentuk lapisan hitam minimal 50% pada setiap baris biji.

 Tongkol yang sudah dipanen segera dijemur atau diangin-anginkan jika terjadi hujan.

(16)

16

 Tidak menyimpan tongkol dalam keadaan basah karena dapat menyebabkan tumbuhnya jamur.

 Pemipilan biji setelah tongkol kering (kadar air biji kurang lebih 20%) dengan alat pemipil.

 Jagung pipil dikeringkan lagi sampai kadar air biji mencapai sekitar 15%.

3.7. Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan terdiri dari: (1) Data agronomi meliputi keragaan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung (tinggi tanaman, tinggi tongkol, panjang tongkol, jumlah daun, dan produksi); (2) Data sosial meliputi respon petani koperator dan anggota kelompok tani terhadap teknologi yang diintroduksikan, evaluasi tingkat pengetahuan petani dan penyuluh terhadap teknologi budidaya jagung dengan pendekatan PTT, modal sosial petani dalam berusahatani jagung dan dampak demplot penerapan teknologi jagung meliputi : a) Jumlah petani yang berkunjung, b) Jumlah petani yang berminat tapi belum ada kepastian untuk menerapkan, c) Jumlah petani yang berminat dan akan melaksanakan, jumlah petani yang tidak berminat, dan d) permasalahan dalam penerapannya teknologi jagung. Data selanjutnya dianalisis secara deskriptif; (3) Data ekonomi yang diambil adalah kelayakan ekonomi teknologi budidaya jagung dengan pendekatan PTT. Data diambil melalui wawancara langsung dengan petani contoh/petani kooperator menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner).

3.8. Analisis Data

Data agronomi yang diperoleh ditabulasi dan dianalisis secara deskriptif. Data ekonomi dianalisis dimulai dari penghitungan pendapatan kotor atau Total Revenue (TR) dan pendapatan bersih atau Net Revenue (NR). Nilai TR dan NR yang diperoleh selanjutnya digunakan untuk mengukur peningkatan efisiensi usahatani padi – sapi dengan menggunakan analisis R/C ratio serta untuk mengukur kelayakan finansial usahatani integrasi padi – sapi dengan menggunakan analisis Marginal Benefit Cost Ratio (MBCR). Data sosial dianalisis dengan menggunakan interval kelas dan uji statistik Mann Whitney U.

(17)

17

ANALISIS RESIKO

Daftar risiko

No. Risiko Penyebab Dampak

1. Pertumbuhan tanaman jagung tidak maksimum

‐ Distribusi saprodi dan waktu tanam tidak tepat waktu,

‐ Mutu benih rendah,

‐ Dosis pupuk tidak tepat,

Produksi jagung tidak maksimum

Daftar penangan risiko

No. Risiko Penyebab Upaya Penanganan

1. Pertumbuhan tanaman jagung tidak maksimum

‐ Distribusi saprodi dan waktu tanam tidak tepat waktu,

‐ Mutu benih rendah,

‐ Dosis pupuk tidak tepat.

‐ Mengatur distribusi saprodi dan waktu tanam agar tepat waktu,

‐ Mengupayakan benih bermutu tinggi,

‐ Mengupayakan dosis pupuk sesuai dengan kondisi lahan.

(18)

18

TENAGA DAN ADMINISTRASI PELAKSANAAN

1. Tenaga yang terlibat di kegiatan

No Nama /NIP

Jabatan Fungsional/

Bid Keahlian

Jabatan Dlm Kegiatan

Uraian Tugas

Alokasi Waktu (Jam/mg) 1. Ir. Triyandar

Arief, MSi

Penyuluh Madya/

Sumberdaya

Penjab kegiatan

Mengkoordinir keg sejak persiapan hingga pelaporan kegiatan

8

2. Herwenita, SP, MSc

Peneliti Pertama/

Sosek

Pelaksana Kegiatan

Koordinator data dan analisis data

4

3. Bunaiyah Honorita, SP

Penyuluh Muda/ Sosek

Pelaksana Kegiatan

Koordinator materi pertemuan

(penyuluh/petani)

4

4. Agus

Setiawan, SP

Ka.UPTD Pelaksana Lapang

Pendamping Kegitan demplot

6

5. Said Hidayat, SP

Petugas Lapang

Pelaksana Lapang

Pendamping Kegiatan Demplot

6

6. Aster PUMK/Adm Adm Keu Admnistrasi Keu 2

(19)

19 2. Jangka Waktu Pelaksanaan

No. Tahapan Kegiatan Bulan

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

1.

Persiapan (Penajaman

RODHP, penyiapan benih dll

X x

2. Konsultasi &

koordinasi

x x x

3. Pelaksanaan Pendampingan

4.

Nara sumber pertemuan penyuluh di BPP

x x x x x

5. Pemantapan CPCL x

6. Demplot Jagung x x x x x

7. Pertemuan

kelompok x x x x x x

8. Pengumpulan data x x x x x x x x x x 9. Olah dan analisis

data x x x x x x

10. Penyusunan laporan x x x

(20)

20

DAFTAR PUSTAKA

BPTP Sumatera Selatan. 2011. Petunuk Teknis PTT Jagung. BPTP Sumatera Selatan.

BPS Sumatera Selatan. 2014. Produksi padi, jagung dan kedelai. No. 17/16/Th.XVI.03 Maret 2014.

Badan Litbang Pertanian. 2007. Teknik Produksi dan Pengembangan Jagung. Jakarta.

Dinas TPH Provinsi Sumatera Selatan. 2015. UPSUS Padi Jagung Kedelai Sumatera Selatan.

Dinas Tanaman Pangan dan Peternakan Kab. Banyuasin, 2016. Rencana Target Tanam, luas Panen GP-PTT Padi, Jagung, dan Kedelai 2016.

Kementerian Pertanian. 2015. Upaya Khusus Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Melalui Program Perbaikan Jaringan Irigasi dan Sarana Pendukungnya TA.2015. Jakarta

Subendi A, 2013. Laporan Akhir Tahun. Pendampingan Program Strategis Kementerian Pertanian SL-PTT Jagung di Wiayah Sumatera Selatan. BPTP Sumatera Selatan.

Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. 2009. Pedoman Umum PTT Jagung.

Kementerian Pertanian. Jakarta.

Direktorat Jendral Tanaman Pangan. 2010. Pedoman Pelaksanaan Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT) Padi, Jagung, Kedelai dan KacangTanah Tahun 2010. Kementrian Pertanian. Jakarta.

Adil, M. 2003. Teknologi Budidaya Jagung untuk Pangan dan Pakan yang Efisien dan Bekalan Jutas pada Lahan marginal. Laporan Akhir 2003, Balisereal.

Pikukuh, B., S. Roesmarkam, Handoko, Abu. 2001. Uji adaptasi calon varietas unggul jagung bersari bebas spesifik lokasi lahan kering. Prosiding Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Jawa Timur. Malang, 11-12 September 2001.

Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, 2009. Petunjuk Pelaksanaan Pendampingan SL-PTT Departemen Pertanian. Jakarta.

Referensi

Dokumen terkait

Varietas pepaya lebih banyak dikenal dari bentuk, ukuran, warna, rasa, dan tekstur buahnya, sehingga dikenal buah pepaya yang berukuran besar atau kecil, berbentuk bulat

berdasarkan Formulir ini (" REKENING "), termasuk tapi tidak terbatas untuk mendebet, memindahbukukan dana dari REKENING, meminta data, mutasi, dan keterangan lainnya

Ada tiga variabel terikat yaitu: Perawatan Kehamilan, adalah pemeriksaan kehamilan yang dilakukan oleh ibu dengan kriteria ANC K4 yaitu pemeriksaan kehamilan oleh

uttama selama beberapa hari saat peneliti datang ke rumah dari partisipan. Segala infonnasi yang diperoleh dalam penelitian ini, terlebih identitas

Pengaturan kecepatan putaran motor arus searah penguat sendiri dengan menggunakan thyristor dilakukan dengan mengubah sudut penyalaan (α) dari thyristor.. Semakin besar

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi promosi desa wisata Jelekong, Kabupaten Bandung yang dijalankan oleh Kelompok Penggerak Pariwisata

$EVWUDN 7ULGKDUPD 3HUJXUXDQ 7LQJJL PHQJDWXU SHUJXUXDQ WLQJJL XQWXN SHGXOL PHPHFDKNDQ PDVDODK GL PDV\DUDNDW GL DQWDUDQ\D PHODOXL NHJLDWDQ SHQJDEGLDQ PDV\DUDNDW .XOLDK .HUMD 1\DWD

Tahap Analysis merupakan langkah awal dalam pengembangan produk dimana peneliti melakukan analisis terhadap permasalahan dan kebutuhan siswa dalam proses