1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Kerja Praktek
Seiring dengan peranan pemerintah daerah yang mengelola keuangan
daerahnya sendiri, sebagai upaya untuk mengoptimalkan potensi pendapatan pada
tiap-tiap daerah guna meningkatkan perkembangan daerah tersebut. Seperti
ditegaskan dalam UU No.32 Tahun 2004 bahwa otonomi daerah menggunakan
prinsip otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan
mengurus dan mengatur semua urusan pemerintahan di luar urusan pemerintah
pusat yang ditetapkan dalam undang-undang tersebut. Oleh sebab itu,
“Penyelenggaraan otonomi daerah harus selalu berorientasi pada peningkatan
kesejahteraan masyarakat dengan selalu memperhatikan kepentingan dan aspirasi
yang tumbuh dalam masyarakat. Untuk itu, otonomi daerah diharapkan dapat (1)
menciptakan efisiensi dan efektivitas pengelolaan sumber daya daerah, (2)
meningkatkan kualitas pelayanan umum dan kesejahteraan masyarakat, (3)
membudayakan dan menciptakan ruang bagi masyarakat untuk ikut berpartisipasi
dalam proses pembangunan” (Mardiasmo, 2002).
Agar terselenggaranya penyusunan laporan keuangan yang memenuhi asas
tertib, transparansi, akuntabilitas, konsistensi, komparabilitas, akurat, dapat
dipercaya dan mudah dimengerti, perlu disusun sistem dan prosedur penyusunan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan kebijaksanaan
keuangan tahunan pemerintah daerah yang disusun berdasarkan ketentuan
maksud agar penyusunan, pemantauan, pengendalian dan evaluasi APBD mudah
dilakukan.
APBD adalah Rencana Pendapatan dan Belanja suatu Daerah (APBD) untuk
satu tahun berjalan (1 periode) yang ditetapkan dengan Peraturan Daerah (Perda).
APBD disusun oleh Badan Ekskutif (pemerintah Kab/Kota), dan Legislatif
(DPRD). Salah satu tujuan dibuat anggaran adalah untuk membiayai seluruh
belanja rutin pegawai dan kegiatan publik dalam rangka meningkatkan
kesejahteraan rakyat. Laporan pertanggungjawaban APBD dapat dilakukan
dengan dua cara yaitu dengan pelaporan secara interim maupun tahunan.
Pengertian interim menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No.
3 tentang Laporan Keuangan Interim adalah laporan keuangan yang diterbitkan
diantara dua laporan keuangan tahunan. Yaitu harus dipandang sebagai bagian
yang integral dari periode tahunan, dan dapat disusun secara bulanan, triwulanan
atau periode lain yang kurang dari setahun dan mencakupi seluruh komponen
laporan keuangan sesuai standar akuntansi keuangan. Selanjutnya tahap
pelaksanaan APBD adalah proses pelaksanaan pembiayaan pembangunan yang
dilakukan oleh pemerintah kota/kabupaten selama tahun anggaran berjalan.
Setelah tahap pelaksanaan ini kemudian dilanjutkan dengan proses
pertanggungjawaban yang dilakukan oleh Walikota/ Bupati kepada DPRD
Kota/Kabupaten untuk diberikan penilaian.
Sebagai salah satu instansi pemerintahan yang memiliki kewajiban untuk
menyelenggarakan Penyusunan, Pelaksanaan, dan Pelaporan APBD. Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat telah melaksanakan proses penganggaran sesuai
mempertanggungjawabkan kegiatan berkaitan APBD dengan mengacu pada
Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 sebagai pedoman dalam pelaksanaan,
penatausahaan APBD dan laporan keuangan juga mencakup kebijakan akuntansi.
Kebijakan akuntansi merupakan dasar yang harus dipatuhi dalam menyusun
laporan keuangan.
Di samping kebijakan akuntansi, pemerintah daerah juga harus memiliki
SDM (Sumber Daya Manusia) yang mampu menyusun laporan keuangan daerah
yang sesuai dengan Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 dan Peraturan
Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan. Hal
ini merupakan salah satu tuntutan yang harus dipenuhi dari Permendagri Nomor
59 Tahun 2007 dimana ketentuan Pasal 189 ayat (4) dan (5) yang berbunyi
sebagai berikut:
(4) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
administratif atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada pengguna
anggaran/kuasa pengguna anggaran melalui PPK-SKPD paling lambat
tanggal 10 bulan berikutnya.
(5) Bendahara penerimaan pada SKPD wajib mempertanggungjawabkan secara
fungsional atas pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya dengan
menyampaikan laporan pertanggungjawaban penerimaan kepada PPKD
selaku BUD paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya.
Namun pada kenyataannya peraturan tersebut belum sepenuhnya
dilaksanakan oleh tiap-tiap Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) di lingkungan
Pemda Jawa Barat ada 47 unit, sehingga hal tersebut menyebabkan keterlambatan
pada penyerahan laporan pertanggungjawaban yang seharusnya berjalan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Serta menghambat proses pengolahan
data di tingkat selanjutnya. Sebab semua laporan pertanggungjawaban nantinya
akan melalui proses audit oleh Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dan tentunya
pemeriksaan oleh BPK tersebut membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh
karena itu banyak waktu yang akan terbuang hanya karena SKPD telat
menyerahkan laporan pertanggungjawaban.
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, maka penulis tertarik untuk
mengetahui bagaimana inti permasalahan yang sebenarnya terjadi pada proses
pertanggungjawaban tersebut. Oleh karena itu, laporan ini berjudul “TINJAUAN ATAS PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI APBD PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT ”. laporan ini menyajikan hasil
pengamatan dan pengalaman yang di dapat penulis selama melakukan kerja
praktek di Bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Barat.
1.2 Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Maksud dari penelitian judul ini adalah untuk mengetahui bagaimana proses
pertanggungjawaban realisasi APBD di lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa Barat. Sedangkan tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui bagaimana proses pertanggungjawaban APBD itu
dilakukan.
1.3 Kegunaan Kerja Praktek
1. Bagi Penulis
Kegunaan hasil penelitian tersebut bagi penulis , diantaranya :
a. Memberikan wawasan mengenai proses pertanggungjawaban realisasi
APBD yang diselenggarakan pada instansi pemerintahan khususnya di
lingkungan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat.
b. Mengetahui permasalahan yang dihadapi dalam proses pelaksanaan
realisasi pertanggungjawaban tersebut.
2. Bagi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat
Kegunaan hasil penelitian tersebut bagi Pemda Provinsi Jawa Barat,
membantu dalam menguraikan permasalahan yang terjadi pada proses penyerahan
laporan pertanggungjawaban keuangan oleh tiap-tiap SKPD, sekaligus membantu
mencari solusi untuk menghindari terjadinya keterlambatan atas penyelesaian dan
penyerahan laporan pertanggungjawaban keuangan tersebut.
3. Bagi Pembaca
Kegunaan hasil penelitian tersebut bagi Pembaca, diantaranya :
Memberikan informasi tambahan mengenai proses pertanggungjawaban
APBD secara interim pada instansi pemerintahan, khususnya di lingkungan
Pemda Provinsi Jawa Barat. Mengetahui permasalahan yang terjadi pada
pelaksanaan proses pertanggungjawaban tersebut. Memberikan gambaran umum
1.4 Metode Penelitian Kerja Praktek
Metode kerja praktek yang dilaksanakan penulis dalam penulisan laporan
kerja praktek pada Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat ini adalah metode
Block Release, yaitu metode pelaksanaan kerja praktek dalam satu periode
tertentu.
Adapun cara dalam pengumpulan data dan informasi sebagai bahan
pendukung dalam penyajian laporan ini adalah :
1. Penelitian Kepustakaan (library research)
Penelitian kepustakaan (library research) yaitu merupakan suatu kegiatan
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mempelajari, meneliti dan
menelaah berbagai macam bahan bacaan yang ada di perpustakaan, baik
buku-buku, diktat dan bahan-bahan lain yang ditulis dan disusun oleh beberapa
penulis yang erat hubungannya dengan masalah yang dibahas. Juga
catatan-catatan pribadi yang pernah didapat selama mengikuti perkuliahan.
2. Riset Lapangan (Field Research)
Riset lapangan (Field Research) yaitu merupakan penelitian yang dilakukan
penulis dengan cara terjun langsung pada objek penelitian. Penelitian yang
dilakukan dengan metode pengambilan data yang tersedia dilapangan yaitu:
a. Pengamatan (Observation)
Penulis melakukan pengamatan secara langsung dan mempelajari
kegiatan-kegiatan mengenai masalah yang akan penulis bahas.
b. Wawancara (Interview)
Penulis melakukan tanya jawab dengan para pegawai atau petugas yang
1.5 Lokasi dan Waktu Kerja Praktek 1. Lokasi
Lokasi penulis dalam melaksanakan kerja praktek dilakukan di Bagian
Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat Jl. Diponegoro
No. 22 Bandung 40115. Telepon (022) 4232448-4233347-4230963.
2. Waktu
Berikut ini adalah aktivitas kerja praktek selama penulis melaksanakan kerja
praktek di Bagian Akuntansi dan Pelaporan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa
Barat :
Tabel 1.1
Aktivitas Kerja Praktek
No Aktivitas Hari Waktu
1 Kerja Praktek Senin - Jum‟at 07.30 - 16.00
2 Istirahat Senin - Jum‟at 12.00 - 13.00
3 Libur Sabtu - Minggu -
Tabel 1.2 Aktivitas Pegawai
No Aktivitas Hari Waktu
1 Kerja Senin - Jum‟at 07.30 - 16.00
2 Istirahat Senin - Jum‟at 12.00 - 13.00
Dan berikut adalah gambaran jadwal pelaksanaan kerja praktek dari awal
sampai akhirnya pengujian laporan kerja praktek :
9
GAMBARAN UMUM PEMERINTAHAN
2.1 Sejarah Pemerintah Provinsi Jawa Barat
Jawa Barat merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang memiliki alam
dan pemandangan yang indah serta memiliki berbagai potensi yang dapat
diberdayakan, antara lain menyangkut simber daya ar, sumber daya alam, dan
pemanfaatan lahan, sumber daya hutan, sumber daya pesisir serta sumber daya
perekonomian.
Perkembangan sejarah menunjukan bahwa Provinsi Jawa Barat merupakan
provinsi yang pertama dibentuk di wilayah Indonesia (staatblaad Nomor :
378).Provinsi Jawa Barat dibentuk berdasarkan UU No.11 Tahun 1950, tentang
pembentukan Provinsi Jawa Barat.Provinsi Jawa Barat terdiri dari 17 Kabupaten
dan 9 Kotamadya, dengan mewmbawahkan 592 Kecamatan, 5201 Desa dan 609
kelurahan.
Provinsi Jawa Barat telah dipmpin oleh 12 orang Gubernur, yaitu : M Sutarjo
kartohadi (1954-1946), Mr Datuk Djamin (1946), M Sekawa (1946-1952), R
Muhamad Sanusi Hardjadinata (1952-1956, R Ipik Gandamana )1956-1960), H
Mashidu (1960-1970), Solihin GP (1970-1975), H Aaang Kunaefi (1975-1985), hr
Yogie SM (1985-1993), R Nuriana (1993-2003), H Danny Setiawan (2003-2008),
dan H ahmad Heryawan (2008-sekarang).
Pemerintah Provinsi Jawa Barat terdiri dari : Sekeretariat Daerah (Setda), 20
Dinas, 15 Badan, 1 Kas Daerah, dan 1 Kantor Perwakilan Pemerintah Provinsi
Jawa Barat yang berkedudukan di Jakarta. Pemerintah Provinsi Jawa Barat
digunakan sebagai acuan dalam penyelengaraan pemerintah Provinsi Jawa Barat.
Berikut ini visi dan misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat:
a. Visi Pemerintah Provinsi Jawa Barat
“TERCAPAINYA MASYARAKAT JAWA BARAT YANG MANDIRI DINAMIS DAN SEJAHTERA”
Penjabaran makna dari visi Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut:
1. Mandiri adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Baarat yang mampu
memenuhi kebutuhannya untuk lebih maju dengan mengandalkan
kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan,
kesehatan, ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis e-government, energi,
infrastruktur, lingkungan, dan sumber daya air.
2. Dinamis adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif
mampu merespon peluang dan tantangan jaman serta berkontribusi dalam
proses pembangunan.
3. Sejahtera adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa barat yang secara lahir
dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.
b. Misi Pemerintah Provinsi Jawa Barat
1. Mewujudkan sumber daya manusia Jawa Barat yang berproduktif dan
berdaya saing.
2. Meningkatkan pembangunan ekonomi regional berbasis potensi lokal.
3. Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah.
4. Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk
pembangunan yang berkelanjutan.
Berdasarkan undang-undang Nomor 22 tahun 1999 pasal 60 Sekretariat
Daerah merupakan salah satu unsur perangkat Daerah, yang pembentukannya
berdasarkan Undang-ndang Nomor 22 tahun 1999 pasal 68 ayat 1 dan peraturan
pemerintah nomor 84 tahun 2000 pasal 1 ayat 2 yang kemudian dibentuk
berdasarkan peraturan daerah nomor 13 tahun 2000 tentang sekertariat daerah.
Berdasarkan Permendagri No. 13 Tahun 2006 Pasal 6 ayat (1) Sekretaris
daerah merupakan koordinator pengelolaan keuangan daerah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (3) huruf a berkaitan dengan peran dan fungsinya
dalam membantu kepala daerah menyusun kebijakan dan mengkoordinasikan
penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah termasuk pengelolaan keuangan
daerah.
Tugas pokok sekretariat daerah yaitu membantu Gubernur dalam pelaksanaan
tugas pemerintah, organisasi dan tatalaksana serta memberi pelayanan
administratif kepada seluruh perangkat pemerintah.
Dalam menyelenggarakan tugas pokoknya tersebut, Sekretariat Daerah juga
berfungsi sebagai :
1. Pengkoordinasi perumusan kebijakan pemerintah daerah
2. Penyelenggaraan Administrasi pemerintah dan pelaksanaan pelayanan
admnistrasi kepada seluruh perangkat pemerintah daerah.
3. Pengendalian sumber daya aparatur, keuangan, prasarana dan sarana
pemerintah daerah.
4. Pelaksana tugas lain yang diberikan oleh Gubernur dengan tugas dan
Biro Keuangan merupakan salah satu unsur dari organisasi Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat yang bertugas mengelola seluruh keuangan organisasi
tersebut. Sejak tahun 1950 segala urusan keuangan daerah dipegang oleh Biro
Keuangan yang berkantor di Jl. Gereja No. 5 Bandung. Pada tahun 1967, Biro
Keuangan dipindahkan ke Gedung Kerta Mukti di Jl. Braga No. 137 Bandung,
Dengan tugas dan fungsi yang sama. Kemudian pada tahun 1968, Biro Keuangan
diganti menjadi administrator Bidang keuangan yang disesuaikan dengan struktur
organisasi Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat sebagai assist. III . dengan
diterbitkannya peraturan daerah Tk I Jawa Barat No. 1 Tahun 1993 tentang
susunan organisasi dan tata kerja Sekretariat Wilayah Daerah Tk 1 Jawa Barat dan
Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang baru penggunaan Biro Keuangan ini
digunakan sampai sekarang dengan tugas dan fungsi yang sama.
Biro Keuangan mempunyai tugas pokok dalam mengkoordinasikan
pengelolaan keuangan daerah yang meliputi keseluruhan kegiatan dalam rangka
proses pelaksanaan administrasi APBD, yang terdiri dari :
a. Perencanaan
b. Pelaksanaan
c. Penatausahaan
d. Pertanggungjawaban
Selain itu, Biro Keuangan memiliki fungsi dalam mengelola keuangan daerah
sebagai berikut:
1. Mengkoordinasikan kegiatan penyusunan APBD, meliputi kegiatan
penatausahaan sampai dengan pengendalian Administrasi pengelolaan
2. Mengkoordinasikan perhitungan APBD dalam rangka laporan
pertanggungjawaban Gubernur dan khususnya yang berkaitan dengan
pelaksanaan kebijakan di Bidang Keuangan Daerah.
3. Melaksanakan pengendalian/pengawasan preventif pelaksanaan APBD.
4. Menyelenggarakan pembinaan kepada aparat pengelolaan keuangan daerah
secara teknis fungsional dalam pengurusan keuangan secara khusus.
2.2 Struktur Organisasi
Struktur Organisasi merupakan susunan wewenang kerangka kerja yang
mewujudkan pola kerja tetap serta mengatur hubungan-hubungan di antara
bidang-bidang kerja, maupun orang-orang yang mewujudkan kedudukan dan
peranan masing-masing jabatan dalam mewujudkan kerjasama, struktur organisasi
juga membuka adanya kesatuan arah dan langkah dalam melaksanakan kegiatan,
serta adanya kejelasan pembagian tugas, wewenang dan tanggung jawab dari
orang-orang yang melaksanakan tugas tersebut.
Struktur organisasi di Biro Keuangan yang baru sesuai dengan Peraturan
Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 20 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata
Kerja Sekretariat Daerah Dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah
Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :
1. Biro Keuangan Dipimpin oleh seorang kepala biro, dimana Biro Keuangan
ini membawahi :
a) Bagian Anggaran, membawahkan:
1) Sub Bagian Anggaran Program;
2) Sub Bagian Anggaran Non Program;
b) Bagian Perbendaharaan, membawahkan:
1) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Program;
2) Sub Bagian Perbendaharaan Belanja Non Program;
3) Sub Bagian Belanja Pegawai;
c) Bagian Akuntansi dan Pelaporan, membawahkan:
1) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;
2) Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset;
3) Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan;
d) Bagian Kas Daerah, membawahkan:
1) Sub Bagian Pengelolaan Kas;
2) Sub Bagian Penerimaan;
3) Sub Bagian Pengeluaran;
e) Bagian Administrasi Keuangan Sekretariat Daerah, membawahkan:
1) Sub Bagian Penganggaran;
2) Sub Bagian Penatausahaan;
3) Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan;
2.3 Deskripsi Jabatan
Berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Barat Nomor 29 tahun 2009 pada
pasal 131 menyebutkan:
1) Biro Keuangan mempunyai tugas pokok menyelenggarakan perumusan bahan
kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi, pelaporan serta evaluasi anggaran,
perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi
2) Dalam menyelenggarakan tugas tersebut, Biro Keuangan mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan perumusan kebijakan umum anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan
Sekretariat Daerah
b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan
Sekretariat Daerah
c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi anggaran, perbendaharaan,
akuntansi dan pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan
Sekretariat Daerah.
3) Rincian tugas Biro Keuangan:
a. Menyelenggarakan perumusan dan penetapan program kerja Biro
Keuangan
b. Menyelenggarakan perumusan bahan kebijakan umum dan koordinasi
serta fasilitasi anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan pelaporan, Kas
Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah
c. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi anggaran
d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi perbendaharaan
e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi Kas Daerah
g. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi administrasi keuangan
Sekretariat Daerah
h. Menyelenggarakan pengelolaan keuangan daerah
j. Menyelenggarakan pengendalian anggaran, perbendaharaan, akuntansi dan
pelaporan, Kas Daerah dan administrasi keuangan Sekretariat Daerah
k. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
l. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan
dan Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di
Kabupaten/Kota
m.Menyelenggarakan ketatausahaan Biro Keuangan
n. Menyelenggarakan perumusan bahan Rencana Strategis, Laporan
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), Laporan Keterangan
Pertanggungjawaban (LKPJ), dan Laporan Penyelenggaraan Pemerintah
Daerah (LPPD) Biro Keuangan
o. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Biro Keuangan
p. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
q. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
4) Biro Keuangan membawahkan:
a. Bagian Anggaran
b. Bagian Perbendaharaan
c. Bagian Akuntansi dan Pelaporan
d. Bagian Kas Daerah
Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi,
pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi dan inventarisasi aset,
evaluasi dan pembinaan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok sebagaimana tersebut, Bagian
Akuntansi dan Pelaporan mempunyai fungsi:
a. Penyelenggaraan pengkajian bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan,
akuntansi dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan
b. Penyelenggaraan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi
dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan
c. Penyelenggaraan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan pelaporan, akuntansi
dan inventarisasi aset, evaluasi dan pembinaan
Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan :
a. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
c. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi
pelaporan serta evaluasi akuntansi dan pelaporan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan
Pelaporan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan pelaporan
b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi,
pelaporan serta evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta sistem
informasi keuangan.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Akuntansi dan
Inventarisasi Aset mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil
inventarisasi aset serta sistem informasi keuangan
b. Pelaksanaan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset
serta sistem informasi keuangan
c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi aset serta
sistem informasi keuangan
Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan mempunyai tugas pokok
melaksanakan penyusunan bahan kebijakan umum dan koordinasi, fasilitasi,
pelaporan serta evaluasi dan pembinaan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan
APBD OPD dan Kabupaten/Kota.
Untuk menyelenggarakan tugas pokok tersebut, Sub Bagian Evaluasi dan
Pembinaan mempunyai fungsi:
a. Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan
laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota
b. Pelaksanaan koordinasi, fasilitasi dan pembinaan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD OPD dan Kabupaten/Kota
c. Pelaksanaan pelaporan dan evaluasi dan pembinaan laporan
2.4 Aktivitas Utama Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro
Keuangan yang memiliki peran penting pada aktivitas pengelolaan keuangan
Sekretariat Daerah provinsi Jawa Barat. Berikut ini merupakan aktivitas yang
dilakukan oleh bagian Akuntansi dan Pelaporan:
a. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan
Daerah
c. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan
Daerah
d. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
e. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi
f. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan
g. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
h. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan
i. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota
j. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan pengelolaan
keuangan daerah akuntansi dan pelaporan
k. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD
l. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
m.Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota
n. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan
Pelaporan
o. Menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait
p. Menyelenggarakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya.
Bagian Akuntansi dan Pelaporan membawahkan :
1. Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melakukan berbagai aktivitas di
antaranya:
a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan
b. Menyusun bahan sistem akuntansi dan kebijakan akuntansi meliputi
pendapatan, belanja, dan pembiayaan kebijakan akuntansi harus dibuat
untuk mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan Pemerintah
Provinsi Jawa Barat untuk tujuan umum dalam rangka meningkatkan
keterbandingan laporan keuangan terhadap anggaran dan antarperiode.
Kebijakan akuntansi diterapkan dalam penyusunan dan penyajian Laporan
Keuangan Pemerintah Jawa Barat, termasuk Catatan atas Laporan
Keuangan.
c. Melaksanakan penyusunan bahan akuntansi dan pelaporan
d. Menyusun laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD secara berkala
Dalam hal ini, laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD adalah
berupa laporan keuangan Pemerintah Provinsi Jawa Barat yang salah satu
Keuangan. Laporan pertanggungjawaban APBD tersebut harus dilakukan
secara berkala baik per semester maupun per tahun.
e. Menyusun bahan koordinasi dan konsolidasi atas laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD. Dalam hal ini staf yang bertugas
menyusun Catatan atas Laporan Keuangan melakukan konsolidasi dengan
tiap SKPD tingkat provinsi untuk dijadikan sebagai Catatan atas Laporan
Keuangan pemda. Selain melakukan konsolidasi, Sub Bagian ini pun
melakukan koordinasi dengan tiap SKPD tersebut untuk mengurangi
kesalahpamahan dalam menyusun CaLK pemda sehingga dapat
menghasilkan kualitas laporan keuangan yang akuntabel.
f. Menyusun bahan nota pengantar pertanggungjawaban pelaksanaan APBD
g. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
h. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub Bagian Akuntansi dan
Pelaporan
i. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan melaksanakan koordinasi dengan
tiap SKPD tingkat Provinsi Jawa Barat agar pada saat menyusun Catatan
atas Laporan Keuangan tidak ada kesalahpahaman antara SKPD dengan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat. Koordinasi ini dilakukan oleh staf
Sub Bagian Akuntansi dan Pelaporan dengan staf tiap SKPD yang
bertugas membuat Catatan atas Laporan Keuangan. Koordinasi biasanya
dilakukan secara langsung maupun tidak langsung.
2. Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset melakukan berbagai aktivitas di
antaranya:
a. Menyusun program kerja Sub Bagian Akuntansi dan Inventarisasi Aset
b. Menyusun bahan kebijakan umum akuntansi dan hasil inventarisasi aset
c. Menyusun dan perumusan akuntansi aset
d. Melaksanakan koordinasi dan konsolidasi akuntansi aset
e. Menyusun dan merumuskan penyajian informasi keuangan daerah
f. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
g. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi akuntansi dan hasil inventarisasi
aset serta sistem informasi keuangan
h. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
i. Melaksanakan tugas lain sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya
3. Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan
Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan melakukan berbagai aktivitas di
antaranya:
a. Menyusun program kerja Sub Bagian Evaluasi dan Pembinaan
b. Menyusun bahan kebijakan umum evaluasi dan pembinaan laporan
keuangan Daerah OPD dan Kabupaten/Kota
c. Menelaah bahan Rancangan Peraturan Daerah tentang laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota
d. Melaksanakan pembinaan APBD bidang pelaporan keuangan daerah
e. Menyusun bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
kebijakan
f. Melaksanakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Sub bagian Evaluasi dan
Pembinaan
g. Melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait
25
BAB III
PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK
3.1 Bidang Pelaksanaan Kerja Praktek
Penulis melakukan kegiatan kuliah kerja praktek di Pemprov Jabar Bandung
di bagian Akuntansi dan Pelaporan, dalam pelaksanaannya penulis di berikan
pengarahan dan bimbingan mengenai kegiatan instansi khususnya di bidang
APBD (Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah).
Bagian Akuntansi dan Pelaporan merupakan salah satu bagian dari Biro Keuangan
yang sangat penting kontribusinya untuk menyusun dan meninjau semua transaksi
yang ada/terjadi.
Berikut ini merupakan aktivitas yang dilakukan oleh bagian Akuntansi dan
Pelaporan:
1. Menyelenggarakan pengkajian program kerja Bagian Akuntansi dan
Pelaporan.
2. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebujakan umum akuntansi keuangan
Daerah.
3. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum peleporan keuangan
Daerah.
4. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan pelaporan
5. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi akuntansi dan inventarisasi.
6. Menyelenggarakan koordinasi dan fasilitasi evaluasi dan pembinaan.
7. Menyelenggarakan pengkajian bahan laporan pertanggungjawaban
8. Menyelenggarakan pengkajian sistem informasi keuangan.
9. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan evaluasi laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Kabupaten/Kota.
10. Menyelenggarakan pengkajian bahan kebijakan umum pembinaan
pengelolaan keuangan daerah akuntansi dan pelaporan.
11. Menyelenggarakan fasilitasi penyusunan laporan pertanggungjawaban
pelaksanaan APBD.
12. Menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan
keputusan.
13. Menyelenggarakan koordinasi dengan Badan Koordinasi Pemerintahan dan
Pembangunan Wilayah, dalam pelaksanaan kegiatan di Kabupaten/Kota.
14. Menyelenggarakan pelaporan dan evaluasi kegiatan Bagian Akuntansi dan
Pelaporan.
3.1.1 Pengertian, Penyusunan, dan Pelaksanaan APBD 3.1.1.1PengertianAnggaran
Menurut Freeman (2003), anggaran adalah sebuah proses yang dilakukan
oleh organisasi sektor publik untuk mengalokasikan sumber daya yang
dimilikinya ke dalam kebutuhan- kebutuhan yang tidak terbatas (the process of
allocating resources to unlimited demands).
Menurut John F. Due (1975), anggaran adalah suatu pernyataan tentang
perkiraan pengeluaran dan penerimaan yang diharapkan akan terjadi dalam suatu
periode di masa depan, serta data dari pengeluaran dan penerimaan yang sungguh-
Berdasarkan pengertian anggaran sebagaimana di atas, maka melalui
anggaran suatu organisasi tidak hanya dapat diketahui besarnya rencana
penerimaan dan pengeluaran organisasi untuk suatu periode dimasa depan, akan
tetapi juga dapat diketahui mengenai penerimaan dan pengeluaran organisasi yang
sungguh- sungguh terjadi di masa yang lalu. Sehingga, secara lebih terinci dapat
pula dinyatakan bahwa :
a. Anggaran adalah gambaran dari kebijaksanaan organisasi yang dinyatakan
dalam ukuran uang, yang meliputi baik kebijaksanaan pengeluaran organisasi
suatu periode di masa depan maupun kebijaksanaan penerimaan organisasi
untuk menutup pengeluaran tersebut.
b. Di samping mengungkapkan kebijaksanaan organisasi untuk suatu periode di
masa depan, dari anggaran organisasi dapat diketahui pula realisasi
pelaksanaan kebijaksanaan organisasi di masa yang lalu.
c. Sehingga melalui anggaran organisasi dapat diketahui tercapai atau tidaknya
kebijaksanaan yang ditetapkan organisasi di masa yang lalu, serta maju atau
mundurnya kebijaksanaan yang hendak dicapai organisasi di masa yang akan
datang.
3.1.1.2 Pengertian Pendapatan Daerah
Definisi pendapatan menurut IASC Framework adalah penambahan dalam
manfaat ekonomi selama periode akuntansi dalam bentuk arus masuk, atau
peningkatan aset/aktiva, atau pengurangan utang/kewajiban yang mengakibatkan
penambahan ekuitas dana. Oleh karena itu, pendapatan dapat berupa arus aktiva
masuk, peningkatan aktiva atau pengurangan utang, yang bukan berasal dari
merupakan sarana Pemerintah Daerah untuk melaksanakan tujuan maksimalisasi
kemakmuran rakyat.
Pendapatan Daerah terdiri atas bermacam- macam jenis yang pada
dasarnya dapat dikelompokkan menjadi dua, yaitu pendapatan yang bersumber
dari :
1. Transaksi- transaksi pertukaran (disebut pendapatan pertukaran)
2. Transaksi- transaksi non- pertukaran (disebut pendapatan non- pertukaran).
Pendapatan pertukaran diperoleh bila pemerintah daerah menyediakan
barang dan jasa kepada masyarakat atau pemerintah daerah lain dengan
mengenakan pembayaran, seperti halnya perusahaan bisnis. Contoh pendapatan
pertukaran adalah penjualan barang, pemberian pelayanan, bunga, royalti, dividen,
dan komisi.
Pendapatan non-pertukaran diperoleh dari pelaksanaan kekuasaan
kedaulatan pemerintah daerah untuk menuntut pembayaran dari masyarakat
(seperti PAD) dan juga dari donasi, hibah, dan pembayaran dari pihak lain (seperti
Dana Perimbangan).
3.1.1.3 Pengertian Belanja Daerah
Belanja adalah semua pengeluaran pemerintah daerah pada suatu periode
anggaran. Secara umum Belanja dalam APBD dikelompokkan menjadi lima
kelompok, yaitu :
1. Belanja Administrasi Umum
2. Belanja Operasi, Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik
3. Belanja Modal
5. Belanja Tak Tersangka
Belanja dapat juga dikategorikan menurut karakteristiknya menjadi dua
bagian, yaitu :
a. Belanja Selain Modal (Belanja Administrasi Umum; Belanja Operasi,
Pemeliharaan Sarana dan Prasarana Publik; Belanja Transfer; Belanja Tak
Terduga).
b. Belanja Modal.
1. Belanja Administrasi Umum
Semua pengeluaran pemerintah daerah yang tidak berhubungan secara
langsung dengan aktivitas atau pelayanan publik. Diantaranya Belanja Pegawai,
Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan.
a. Belanja Pegawai merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
orang/personel yang tidak berhubungan secara langsung dengan aktivitas
atau dengan kata lain merupakan biaya tetap pegawai. Belanja Pegawai
meliputi : Biaya gaji dan tunjangan, Biaya perawatan dan pengobatan, dan
Biaya pengembangan sumber daya manusia.
b. Belanja Barang merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
penyediaan barang dan jasa yang tidak berhubungan secara langsung
dengan pelayanan publik. Belanja Barang meliputi :
Biaya bahan habis pakai contohnya biaya alat listrik dan elektronik,
biaya alat tulis, dan biaya gas.
Biaya jasa kantor, yaitu biaya yang berhubungan dengan pelayanan
serta penunjang administrasi kantor. Contohnya biaya kawat dan faks
Biaya cetak danpenggandaan, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk
mencetak dan penggandaan. Contohnya barang cetakan dan fotokopi.
Biaya langganan, yaitu pengeluaran yang dibayar setelah manfaatnya
dinikmati selama satu periode. Contohnya biaya listrik, biaya telepon,
dan biaya air.
Biaya Pakaian Dinas, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk penyediaan
pakaian dinas pegawai dan dewan. Contohnya biaya pakaian dinas,
biaya pakaian upacara, dan biaya polisi/mantri/agen pamong praja.
c. Belanja Perjalanan Dinas merupakan pengeluaran pemerintah untuk biaya
perjalanan pegawai dan dewan yang tidak berhubungan secara langsung
dengan pelayanan publik. Biaya ini terdiri atas :
Biaya perjalanan dinas, yaitu pengeluaran perjalanan pegawai atau
dewan yang menjalankan tugas. Contohnya biaya perjalanan dinas
dalam daerah dan biaya perjalanan dinas luar daerah.
Biaya perjalanan pindah, yaitu pengeluaran perjalanan bagi pegawai
yang pindah. Contohnya biaya perjalanan pindah dalam daerah dan
biaya perjalanan pindah luar daerah.
Biaya pemulangan pegawai yang gugur, dipensiunkan, dan cuti besar.
Contohnya biaya pemulangan dipensiun dalam daerah, biaya
pemulangan dipensiun luar daerah, dan biaya pemulangan pegawai
yang gugur.
d. Belanja Pemeliharaan merupakan pengeluaran pemerintah daerah untuk
pemeliharaan barang daerah yang tidak berhubungan secara langsung
Biaya pemeliharaan rumah dinas dan asrama, Biaya pemeliharaan meubel,
air, Biaya pemeliharaan perlengkapan kantor, Biaya pemeliharaan
peralatan kantor, dan Biaya pemeliharaan emplasment kantor.
2. Belanja Operasi dan Pemeliharaan Sarana, dan Prasarana Publik
Belanja ini merupakan semua pengeluaran pemerintah daerah yang
berhubungan dengan aktivitas atau pelayanan publik.Diantaranya Belanja
Pegawai, Belanja Barang, Belanja Perjalanan Dinas, dan Belanja Pemeliharaan.
3. Belanja Transfer
Belanja Transfer merupakan pengalihan uang dari pemerintah daerah kepada
pihak ketiga tanpa adanya harapan untuk mendapatkan pengembalian imbalan
maupun keuntungan dari pengalihan uang tersebut. Diantaranya Angsuran
Pinjaman, Dana Bantuan, dan Dana Cadangan.
4. Belanja Tak Tersangka
Belanja Tak Tersangka adalah pengeluaran yang dilakukan oleh pemerintah
daerah untuk membiayai kegiatan- kegiatan tak terduga dan kejadian- kejadian
luar biasa.
5. Belanja Modal
Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya
melebihi satu tahun anggaran dan akan menambah aset atau kekayaan daerah dan
selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya operasi dan
pemeliharaan. Belanja modal dibagi menjadi :
a. Belanja publik, yaitu belanja yang manfaatnya dapat dinikmati secara
jembatan dan jalan raya, pembelian alat transportasi massa, dan pembelian
mobil ambulans.
b. Belanja aparatur, yaitu belanja yang manfaatnya tidak secara langsung
dinikmati oleh masyarakat, tetapi dirasakan secara langsung oleh aparatur.
Contoh belanja aparatur : pembelian kendaraan dinas, pembangunan
gedung pemerintahan, dan pembangunan rumah dinas.
3.1.1.4 Penyusunan APBD
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah disusun sesuai dengan
kebutuhan penyelenggaraan pemerintahan dan kemampuan pendapatan daerah.
Penyusunan APBD berpedoman pada Rencana Kerja (Renja) Pemerintah Daerah
(RKPD) dalam rangka mewujudkan pelayanan kepada masyarakat demi
tercapainya tujuan bernegara. Setidaknya terdapat enam sub proses dalam
penyusunan APBD, yaitu penyusunan KUA, penyusunan Prioritas dan Plafon
Anggaran Sementara (PPAS), penyiapan SE Kepala Daerah tentang pedoman
penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran (RKA) SKPD, penyusunan RKA
SKPD, penyiapan Rancangan Peraturan Daerah (Raperda) APBD, pembahasan
Raperda APBD dan penyusunan Raper KDH Penjabaran APBD, evaluasi serta
Gambar 1 Mekanisme Penyusunan APBD Menurut UU No. 17 Tahun 2003
3.1.1.5 Pelaksanaan APBD
Pelaksanaan APBD dimulai dengan uraian tentang asas umum
pelaksanaan APBD yang mencakup:
1. Bahwa semua penerimaan dan pengeluaran daerah dalam rangka pelaksanaan
2. Setiap SKPD yang mempunyai tugas memungut dan/atau menerima
pendapatan daerah wajib melaksanakan pemungutan dan/atau penerimaan
berdasarkan ketentuan yang ditetapkan dalam peraturan perundang-undangan;
3. Dana yang diterima oleh SKPD tidak boleh langsung digunakan untuk
membiayai pengeluaran, kecuali ditentukan lain oleh peraturan
perundang-undangan;
4. Penerimaan SKPD berupa uang atau cek harus disetor ke rekening kas umum
5. Jumlah belanja daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan batas
tertinggi untuk setiap pengeluaran belanja;
6. Pengeluaran tidak dapat dibebankan pada anggaran belanja daerah jika untuk
pengeluaran tersebut tidak tersedia atau tidak cukup tersedia dana dalam
APBD;
7. Pengeluaran seperti tersebut pada butir (6) hanya dapat dilakukan dalam
keadaan darurat, yang selanjutnya harus diusulkan terlebih dahulu dalam
“rancangan perubahan APBD” dan/atau disampaikan dalam Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
8. Kriteria keadaan darurat ditetapkan sesuai dengan peraturan
perundang-undangan;
9. Setiap SKPD tidak boleh melakukan pengeluaran atas beban anggaran daerah
untuk tujuan lain dari yang telah ditetapkan dalam APBD; dan
10. Pengeluaran belanja daerah harus dilaksanakan berdasarkan prinsip hemat,
tidak mewah, efektif, efisien, dan sesuai dengan ketentuan
perundang-undangan.
3.2 Teknis Pelaksanaan Kerja Praktek
Pada saat melaksanakan kerja praktek di lingkungan Sekretariat Daerah
khususnya di bagian Akuntansi dan Pelaporan, selama satu bulan mulai tanggal 5
Juli 2010 sampai dengan tanggal 6 Agustus 2010 . penulis melakukan beberapa
kegiatan, Adapun kegiatan yang penulis laksanakan selama kerja praktek yaitu :
1. Penulis diberikan penjelasan secara lisan mengenai APBD oleh dosen
2. Penulis membantu mencatat, mengkoreksi, mengentry data untuk keperluan
Uang Persediaan (UP), Ganti Uang (GU), Tambahan Uang (TU) dan
Langsung (LS) yang telah siap dicairkan atau yang di tolak menggunakan
Microsoft Excel.
3. Penulis melakukan pengamatan terhadap masing-masing pegawai dalam
melaksanakan pekerjaannya sekaligus melakukan tanya jawab tentang
kaitannya dengan APBD.
4. Penulis juga membantu pegawai mengarsipkan dokumen- dokumen penting
lainnya.
3.2.1 Proses Pertanggungjawaban APBD
Presiden selaku Kepala Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan
keuangan negara sebagai bagian dari kekuasaan pemerintahan.
Kekuasaan itu antara lain :
- Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala
pemerintahan daerah untuk mengelola keuangan daerah dan
mewakili pemerintah daerah dalam kepemilikan kekayaan daerah
yang dipisahkan. (Pasal 6 UU No. 17 Tahun 2003)
Kekuasaan pengelolaan keuangan daerah
- Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah
selaku pejabat APBD;
- Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku
pejabat pengguna anggaran/ barang daerah. (Pasal 10 UU No. 17
Tugas Kepala Satuan Kerja Perangkat Daerah selanjutnya dijelaskan pada
Pasal 10 ayat (3) UU No. 17 Tahun 2003 :
a. Menyusun anggaran SKPD yang dipimpinnya
b. Menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
c. Melaksanakan anggaran SKPD yang dipimpinnya
d. Melaksanakan pemungutan penerimaan negara bukan pajak
e. Mengelola utang piutang daerah yang menjadi tangung jawab SKPD yang
dipimpinnya
f. Mengelola barang milik/kekayaan daerah yang menjadi tanggung jawab
SKPD yang dipimpinnya
g. Menyusun dan menyampaikan laporan keuangan SKPD yang
dipimpinnya.
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan
pemerintah daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBD. Laporan
Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber
daya ekonomi yang dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode
pelaporan. Laporan Realisasi Anggaran menyajikan sekurang-kurangnya
unsur-unsur sebagai berikut:
a) pendapatan;
b) belanja;
c) transfer;
d) surplus/defisit;
e) pembiayaan;
Laporan Realisasi Anggaran menggambarkan perbandingan antara
anggaran dengan realisasinya dalam satu periode pelaporan. Laporan Realisasi
Anggaran dijelaskan lebih lanjut dalam Catatan atas Laporan Keuangan.
Penjelasan tersebut memuat hal-hal yang mempengaruhi pelaksanaan anggaran
seperti kebijakan fiskal dan moneter, sebab-sebab terjadinya perbedaan yang
material antara anggaran dan realisasinya, serta daftar-daftar yang merinci lebih
lanjut angka-angka yang dianggap perlu untuk dijelaskan. Laporan keuangan
disajikan sekurang-kurangnya sekali dalam setahun.
Dalam situasi tertentu, tanggal laporan suatu entitas berubah dan laporan
keuangan tahunan disajikan dengan suatu periode yang lebih panjang atau lebih
pendek dari satu tahun, entitas pelaporan mengungkapkan informasi berikut:
a) alasan penggunaan periode pelaporan tidak satu tahun,
b) fakta bahwa jumlah-jumlah komparatif untuk laporan tertentu seperti arus kas
dan catatan-catatan terkait tidak dapat diperbandingkan.
Dalam situasi tertentu suatu entitas pelaporan harus mengubah tanggal
pelaporannya, misalnya sehubungan dengan adanya perubahan tahun anggaran.
Pengungkapan atas perubahan tanggal pelaporan adalah penting agar pengguna
menyadari kalau jumlah-jumlah yang disajikan untuk periode sekarang dan
jumlah-jumlah komparatif tidak dapat diperbandingkan. Contoh selanjutnya
adalah dalam masa transisi dari akuntansi berbasis kas ke akrual, suatu entitas
pelaporan mengubah tanggal pelaporan entitasentitas akuntansi yang berada
dalam entitas pelaporan untuk memungkinkan penyusunan laporan keuangan
3.2.2 Masalah Keterlambatan Penyerahan Laporan SKPD
Laporan Keuangan adalah produk akhir dari proses akuntansi yang telah
dilakukan. Laporan Keuangan yang disusun harus memenuhi prinsip yang
dinyatakan dalam PP No. 24 Tahun 2005. Laporan Keuangan dihasilkan dari
masing-masing SKPD yang kemudian dijadikan dasar dalam membuat Laporan
Keuangan Pemrov Jawa Barat. Pada Pemrov Jabar sendiri terdapat 47 unit SKPD
yang tersebar di wilayah Provinsi Jawa Barat, jumlah SKPD tersebut sangat
mempengaruhi penyerahan laporan pertanggungjawaban dikarenakan banyaknya
SKPD yang ada, mempersulit Pemrov Jabar untuk melakukan pengawasan dan
kontrol terhadap jalannya pembukuan pada tiap-tiap SKPD. Selain itu, tiap-tiap
SKPD tentunya memiliki permasalahan yang berbeda beda dalam menyusun
laporan keuangan. Tidak semua pendapatan dan belanja yang dianggarkan
berjalan dengan semestinya, kemungkinan tersebut bisa saja terjadi karena pada
prinsipnya tiap-tiap SKPD harus membuat DPA (Dokumen Pelaksanaan
Anggaran) SPKD yang digunakan sebagai dasar pelaksanaan anggaran oleh
Kepala SKPD sebagai pengguna anggaran. Dimana DPA SKPD tersebut terdiri
atas :
a. DPA SKPD 1
Digunakan untuk menyusun rencana pendapatan atau penerimaan SKPD
dalam tahun anggaran yang direncanakan.
b. DPA SKPD 2.1
Digunakan untuk menyusun rencana kebutuhan belanja tidak langsung SKPD
c. DPA SKPD 2.2.1
Digunakan untuk merencanakan belanja langsung dari setiap kegiatan yang
diprogramkan.
d. DPA SKPD 2.2
Merupakan formulir rekapitulasi dari seluruh program dan kegiatan SKPD
yang dikutip dari setiap formulir DPA SKPD 2.2.1 (rincian anggaran belanja
langsung menurut program dan per kegiatan SKPD).
e. DPA SKPD 3.1
Digunakan untuk merencanakan penerimaan pembiayaan dalam tahun
anggaran yang direncanakan.
f. DPA SKPD 3.2
Digunakan untuk merencanakan pengeluaran pembiayaan dalam tahun
anggaran yang direncanakan.
g. DPA SKPD
Merupakan kompilasi dari seluruh DPA SKPD.
Dari DPA SKPD itulah tiap-tiap SKPD melaksanakan anggaran baik
untuk mendanai pengeluaran-pengeluaran maupun penerimaan pendapatan.
Karena ini anggaran persentase terealisasinya pun tidak akan selalu 100% ada saja
proyek atau program yang tidak berjalan sesuai apa yang telah dianggarkan. Hal
tersebut membuat SKPD tentu harus membuat penyesuaian pada laporan
pertanggungjawaban yang akan disusun.
Selain itu proses yang cukup memakan waktu adalah saat melakukan
pencairan dana, dimana dana tiap-tiap SKPD akan diperkirakan oleh BUD. BUD
Selanjutnya Bendahara SKPD mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran)
berdasarkan SPD tersebut bersama dengan dokumen lain yang dipersamakan
dengan SPD. Proses selanjutnya adalah pengajuan SPP untuk diterbitkannya
SPM (diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPP diterima). SPM yang telah
ditandatangani kemudian diajukan kepada BUD sebagai otoritas yang akan
melakukan pencairan dana. Setelah SPM diterima oleh BUD baru lah Bendahara
SKPD memperoleh SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) dimana surat tersebut
berlaku pada bank yang telah ditunjuk sebagai tempat pencairan dana (SP2D
diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima). Proses tersebut belum
termasuk jika SPP dan atau SPM yang diajukan oleh Bendahara SKPD ditolak.
Hal tersebut tentu akan menghambat program kerja tiap-tiap SKPD yang sangat
membutuhkan dana tersebut. Saat dana tersebut dicairkan dan SKPD mulai
melaksanakan program kerjanya, SKPD diberikan waktu sampai tanggal 10 bulan
berikutnya untuk menyampaikan laporan pertanggungjawaban. Format laporan
tersebut sedikitnya harus terdapat Laporan Realisasi APBD, Neraca, Laporan
Arus Kas dan Catatan atas Laporan Keuangan yang disusun dan disajikan sesuai
Standar Akuntansi Pemerintahan (PP No.24 Tahun 2005). Dengan demikian
sudah jelas bahwa proses-proses tersebut sangat berpengaruh terhadap
penyampaian laporan pertanggungjawaban oleh tiap-tiap SKPD. Mekanisme ini
lah yang harus dipikirkan kembali solusinya jika Pemrov Jabar menginginkan
laporan tersebut dapat diserahkan tepat waktu, sehingga proses verifikasi tersebut
3.3 Pembahasan Hasil Pelaksanaan Kerja Praktek 3.3.1 Analisis Proses Pertanggungjawaban APBD
Berdasarkan hasil pengamatan penulis tentang Proses Pertanggungjawaban
APBD di Pemrov Jabar sudah melaksanakan prosedur dengan benar berdasarkan
UU No. 17 Tahun 2003 dimana dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Perangkat
Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/ barang daerah. bentuk
pertanggungjawaban tersebut berupa laporan keuangan SKPD yang dipimpinnya.
Laporan Realisasi Anggaran mengungkapkan kegiatan keuangan pemerintah
daerah yang menunjukkan ketaatan terhadap APBD. Laporan Realisasi Anggaran
menyajikan ikhtisar sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya ekonomi yang
dikelola oleh pemerintah pusat/daerah dalam satu periode pelaporan.
3.3.2 Analisis Keterlambatan Penyerahan Laporan SKPD
Berdasarkan hasil pengamatan penulis mengenai masalah keterlambatan
penyerahan laporan SKPD pada Pemrov Jabar terletak pada panjangnya proses
pencairan dana, dimana dana tersebut sangat penting bagi tiap-tiap SKPD untuk
menjalankan program kerja yang akan dilaksanakan pada periode tersebut.
Setidaknya setiap SKPD harus menunggu beberapa hari sampai dana tersebut cair
sebab harus melalui beberapa tahap verifikasi dimulai dari penyediaan dana oleh
BUD, kemudian BUD akan menyerahkan SPD (Surat Penyediaan Dana) sebagai
tanda bahwa dana yang diajukan dapat dipenuhi sesuai dengan kebutuhan dan
kemampuan tiap-tiap SKPD. setelah itu Bendaharawan SKPD harus mengajukan
SPP tersebut untuk diterbitkannyabersama dengan dokumen lain yang
dipersamakan dengan SPP untuk penerbitan SPM (Surat Perintah Membayar).
ditandatangani kemudian diajukan kepada BUD sebagai otoritas yang akan
melakukan pencairan dana. Setelah SPM diterima oleh BUD baru lah Bendahara
SKPD memperoleh SP2D (Surat Perintah Pencairan Dana) dimana surat tersebut
berlaku pada bank yang telah ditunjuk sebagai tempat pencairan dana (SP2D
diterbitkan paling lambat 2 hari sejak SPM diterima). Proses tersebut belum
termasuk jika SPP dan atau SPM yang diajukan oleh Bendahara SKPD ditolak
Hal tersebut jelas mempengaruhi SKPD dalam menjalankan program
kerjanya untuk kemudian tiap-tiap SKPD harus membuat laporan atas program
kerja yang telah dilaksanakan dan yang belum selesai maupun batal dilaksanakan.
52
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis penulis terhadap proses pertanggungjawaban dan
permasalahan terlambatnya laporan dari SKPD pada BAB III, maka penulis
memberikan kesimpulan sebagai berikut :
1. Proses pertanggungjawaban dimulai oleh Presiden selaku Kepala
Pemerintahan memegang kekuasaan pengelolaan keuangan negara sebagai
bagian dari kekuasaan pemerintahan. Kemudian kekuasaan itu diserahkan
Diserahkan kepada gubernur/bupati/walikota selaku kepala pemerintahan
daerah untuk mengelola keuangan daerah dan mewakili pemerintah daerah
dalam kepemilikan kekayaan daerah yang dipisahkan (Pasal 6 UU No. 17
Tahun 2003). Kemudian Dilaksanakan oleh Kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah selaku pejabat APBD, dan Dilaksanakan oleh Kepala
Satuan Kerja Perangkat Daerah selaku pejabat pengguna anggaran/ barang
daerah. (Pasal 10 UU No. 17 Tahun 2003). Kemudian tiap-tiap Kepala SKPD
bertanggungjawab untuk menyusun anggaran serta melaporkan dalam bentuk
laporan keuangan sebagai tanda penyelengaaraan pemerintahan selama satu
periode tertentu. Setelah itu laporan dari tiap-tiap SKPD di Pemrov Jabar
dikonsolidasikan untuk menjadi satu kesatuan laporan keuangan Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Barat dan akan melalui proses pemeriksaan olek BPK
2. Permasalahan terjadinya keterlambatan laporan pertanggungjawaban oleh
SKPD pada Pemrov Jabar tersebut terjadi karena banyaknya jumlah SKPD
yang ada di Pemrov Jabar sehingga membutuhkan pengawasan yang ketat
terhadap tiap-tiap SKPD dalam melaksanakan pembukuan, kemudian
panjangnya mekanisme yang harus ditempuh oleh SKPD dalam melakukan
pencairan dana serta ketatnya verifikasi dokumen untuk melengkapi proses
administrasi tersebut. Sedikitnya terdapat lima tahapan bagi tiap-tiap
Bendahara SKPD untuk memproses pencairan dana diawali dengan membuat
DPA-SKPD, dibuatkan SPD (Surat Penyediaan Dana) oleh BUD, kemudian
mengajukan SPP (Surat Permintaan Pembayaran) dengan SPD sebagai dasar,
penerbitan SPM (Surat Perintah Membayar) yang telah ditandatangani kepada
BUD, kemudian Bendahara SKPD menerima SP2D (Surat Perintah Pencairan
Dana). Perlu dicatat bahwa satu SP2D dibuat hanya untuk satu SPM. Dan
4.2 Saran
Berdasarkan hasil pengamatan dan penelitian selama penulis melaksanakan
kerja praktek tentang TINJAUAN ATAS PERTANGGUNGJAWABAN
REALISASI APBD PEMROV JABAR sampai dengan menyusun hasil laporan
kerja praktek ini, maka penulis dapat memberikan saran sebaiknya Pemrov Jabar
melakukan evaluasi ulang terhadap proses pencairan dana bagi tiap-tiap SKPD,
sebab dana tersebut merupakan masalah penting bagi tiap-tiap SKPD yang akan
menjalankan tugasnya dalam pemerintahan. Verifikasi terhadap dokumen yang
dibutuhkan dalam proses pencairan dana tersebut sebaiknya dipermudah misalnya
untuk pengajuan SPP untuk diterbitkan SPM cukup dengan dokumen SPP itu
saja, tanpa harus menyertakan dokumen pembantu lain. Atau bisa juga mengubah
format pada SPP itu sendiri menjadi lebih lengkap. Sehingga tidak dibutuhkan
lagi dokumen lain. Dan tingkat pengawasan terhadap tiap-tiap SKPD nampaknya
perlu ditingkatkan, mengingat terdapat 47 unit SKPD yang terdapat di Pemrov
Jabar. Sehingga memungkinkan terjadinya kelalaian pada pengawasan SKPD
PROVINSI JAWA BARAT
Laporan Kerja Praktek
Diajukan sebagai salah satu syarat
Mata Kuliah Kerja Praktek Studi D-III
Program Studi Akuntasi
Disusun oleh :
FIKRY ARNADI
21308052
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
55
Abdul Halim, 2002. Akuntansi Keuangan Daerah. Salemba empat : Jakarta.
Deddi Nordiawan, Iswahyudi Sondi Putra, Maulidah Rahmawati, 2007. Akuntansi
Pemerintahan. Salemba Empat : Jakarta.
Ihyaul Ulum MD, 2004. Akuntansi Sektor Publik. Penerbitan Universitas
Muhammadiyah Malang : Malang.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 dan Perubahannya
Nomor 59 Tahun 2007. Fokusmedia : Bandung.
Revrisond Baswir, 1989. Akuntansi Pemerintahan Indonesia. BPFE-Yogyakarta :
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Fikry Arnadi
Tempat tanggal lahir : Jakarta, 04 November 1990
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Perum. Bumi Lestari Blok H/22 No.4 Rt
008/Rw 14 Bekasi
DATA PENDIDIKAN
SDN Mangun Jaya 05 Bekasi 1996-2002
SMP Negeri 3 Tambun Selatan Bekasi 2002-2005
SMA Negeri 3 Tambun Selatan Bekasi 2005-2008
i
Alhamdulillahi Robbil „alamin, puji serta syukur penulis panjatkan kehadirat
Allah SWT karena dengan limpahan rahmat, ridho dan karunia-Nya penulis dapat
menyelesaikan Kuliah Kerja Praktek lapangan ini dengan mengambil judul
“TINJAUAN ATAS PERTANGGUNGJAWABAN REALISASI APBD
PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA BARAT ”.Adapun tujuan dari Kuliah
Kerja Praktek ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat untuk menempuh jenjang
pendidikan Program Diploma III Jurusan Akuntansi di Universitas Komputer
Indonesia.
Penulis menyadari bahwa laporan ini tidak akan terwujud tanpa adanya
bimbingan, dorongan, nasehat serta do‟a dan bantuan dari berbagai pihak, maka pada
kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc, selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj. Umi Narimawati, Dra., SE., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Sri Dewi Anggadini SE., M.Si, selaku Ketua Jurusan Program Studi Akuntansi
Jenjang Pendidikan Diploma III Universitas Komputer Indonesia.
4. Surtikanti, SE., M.Si, selaku Dosen Pembimbing Kerja Praktek di Universitas.
5. Siti Kurnia Rahayu.SE.,M.Ak, selaku Dosen Wali kelas AK5 angkatan 2008.
ii
8. Dra. Hj. Rina Rodianingsih., AK. MM, selaku Kepala Bagian Administrasi
Keuangan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang juga mengizinkan
penulis melakukan kerja praktek di tempatnya
9. Rininta Andjani selaku pembimbing di Bagian Administrasi Keuangan.
10. Bapak, Ibu dan Karyawan Sekretariat Daerah Provinsi Jawa Barat yang tidak
dapat penulis sebutkan satu persatu.
11. Seluruh Staff dan Dosen Universitas Komputer Indonesia khususnya di Program
Studi Akuntansi.
12. Untuk keluarga besar penulis terima kasih karena selalu memberikan do‟a
sebagai dorongan bagi penulis untuk menyelesaikan laporan ini.
13. Serta terima kasih kepada seluruh rekan-rekan kelas 3AK5 sebagai teman
seperjuangan yang selalu memberikan semangat dan kebersamaan dalam
menyelesaikan laporan ini.
Akhir kata, Penulis mohon maaf atas segala keterbatasan dan kekurangan karena
sesungguhnya kebenaran itu datangnya dari Allah SWT. Semoga segala bentuk
bantuan yang telah diberikan kepada Penulis selama ini akan mendapatkan pahala dan
ridho dari Allah SWT, Amin.
Bandung, Desember 2010