RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi :
Nama : Mulya
Tempat, Tanggal Lahir : Subang, 11 April 1991
Agama : Islam
Jenis Kelamin : Laki-laki
Kewarganegaraan : Indonesia
Alamat : Ds Jatimulya RT 13/04, Kec. Compreng
Kab. Subang
Email : Mulya33@rocketmail.com
Riwayat Pendidikan :
Tahun Pendidikan Tempat
1997 - 2003 SDN Jatimulya Subang
2003 - 2006 SMPI Cipasung Tasikmalaya
2006 - 2009 SMA “Plus” ASTHA HANNAS Subang
THE EFFECT OF WORKING CAPITAL AND CAPITAL STRUCTURE ON
RETURN ON EQUITY
SKRIPSI
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Kelulusan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
Program Studi Akuntansi
Dosen pembimbing: Dr. Deddy Supardi SE.,M.Si, Ak
Disusun Oleh :
Mulya
21109079
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
iii
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr.Wb.
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan karunai-Nya sehinga penulis dapat menyelesaikan
penelitian ini tepat pada waktunya. Penelitian dengan judul “Pengaruh Modal Kerja Dan Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan (ROE) Studi Kasus Pada PT.Gudang Garam Tbk” ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas
Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi di Universitas Komputer
Indonesia (UNIKOM) Bandung.
Selama menyusun penelitian ini, penulis banyak mendapat bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak baik moril maupun materiil. Untuk itu penulis
hanya dapat menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr. Ir. Eddy Suryanto Soegoto, M.Sc., selaku Rektor Universitas Komputer
Indonesia.
2. Prof. Dr. Hj Ernie Tisnawati Sule S.E., M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Komputer Indonesia.
3. Dr. Surtikanti, SE., M.Si, Ak selaku Ketua Program Studi Akuntansi Fakultas
Ekonomi Universitas Komputer Indonesia.
4. Wati Aris Astuti, SE., M.Si, selaku Sekretaris Program Studi Akuntansi
iv
5. Dr. Deddy Supardi SE., M.si, Ak, selaku dosen pembimbing Penelitian
yang telah berkenan meluangkan waktu, tenaga dan pikiran dalam
membimbing penulis selama proses penyelesaian penelitian ini.
6. Lilis Puspitawati, SE., M.Si. Ak selaku Dosen Wali yang telah banyak
memberikan pengarahan kepada penulis.
7. Seluruh Staff Dosen dan Sekretariat Program Studi Akuntansi Univesitas
Komputer Indonesia.
8. Orang tua tercinta, Ayah, Ibu, Nenek, Kakek dan adik-adik yang telah
memberikan doa, kasih sayang, semangat dan pengorbanan tak terhingga baik
secara moril maupun materil.
9. Sahabat-sahabat ku Rega, Rizki, Bagus, Greggy, Agus, Irman dan teman-teman
lainnya kelas Ak2 yang selalu memberikan dukungan dalam segala hal, terima
kasih atas kebersamaanya selama ini.
Semoga laporan ini bermanfaat bagi semua pihak dan semoga seluruh amal baik
yang telah diberikan kepada penulis, mendapat ridho dari Allah SWT, Amin.
Bandung, Juli 2013 Penulis,
Mulya
v
SURAT PERNYATAAN
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR GAMBAR ... x
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang Masalah ... 1
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah ... 10
1.2.1 Identifikasi Masalah ... 10
1.2.2 Rumusan Masalah ... 10
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian ... 11
1.3.1 Maksud Penelitian ... 11
1.3.2 Tujuan Penelitian ... 11
1.4 Kegunaan Penelitian ... 12
vi
1.5.2 Waktu Penelitian ... 13
BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS 2.1 Kajian Pustaka ... 15
2.1.1 Modal Kerja ... 15
2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja ... 15
2.1.1.2 Konsep Modal Kerja ... 17
2.1.1.3 Jenis-Jenis Modal Kerja ... 18
2.1.1.4 Manfaat Modal Kerja ... 19
2.1.1.5 Sumber-sumber Modal Kerja ... 20
2.1.1.6 Penggunaan Modal Kerja ... 22
2.1.1.7 Kebijakan Modal Kerja ... 22
2.1.2 Struktur Modal ... 24
2.1.2.1 Pengertian Struktur Modal ... 24
2.1.2.2 Komponen Struktur Modal ... 26
2.1.3 Rasio Profitabilitas ... 30
2.1.3.1 Pengembalian Modal Sendiri ... 30
2.1.3.2 Kegunaan Pengembalian Modal Sendiri ... 31
vii
2.2.3 Hasil Penelitian Terdahulu ... 37
2.3 Hipotesis ... 39
BAB III OBJEK DAN METODE PENELITIAN ... 40
3.1 Objek Penelitian ... 40
3.2 Metode Penelitian ... 40
3.2.1 Desain Penelitian ... 41
3.3 Operasionalisasi Variabel ... 45
3.4 Sumber Data ... 46
3.5 Alat Ukur Penelitian ... 47
3.5.1 Uji Normalitas Data Residual ... 47
3.5.2 Uji Multikolinieritas ... 48
3.5.3 Uji Heteroskedastisitas ... 49
3.5.4 Uji Autokorelasi ... 50
3.6 Populasi dan Penarikan Sampel ... 51
3.6.1 Populasi ... 51
3.6.2 Sampel ... 51
3.7 Metode Pengumpulan Data ... 52
viii
4.1 Hasil Penelitian ... 63
4.1.1 Gambaran Umum Unit Penelitian ... 63
4.1.1.1 Sejarah Singkat PT Gudang Garam, Tbk ... 63
4.1.1.2 Struktur Organisasi PT Gudang Garam, Tbk ... 64
4.1.1.3 Deskripsi jabatan ... 64
4.1.1.4 Aktivitas Perusahaan ... 67
4.1.2 Analisis Deskriptif ... 71
4.1.2.1 Perkembangan Modal Kerja pada PT Gudang Garam, Tbk ... 71
4.1.2.2 Perkembangan Struktur Modal pada PT Gudang Garam, Tbk ... 76
4.1.2.3 Perkembangan Return on equity (ROE) pada PT Gudang Garam, Tbk ... 80
4.1.3 Analisis Verifikatif ... 83
4.1.3.1 Pengaruh Modal Kerja terhadap Return on equity .... 91
ix
4.2.1 Pengaruh Modal Kerja terhadap Return on equity (ROE)
Pada PT Gudang Garam, Tbk ... 102
4.2.2 Pengaruh Struktur Modal terhadap Return on equity (ROE) Pada PT Gudang Garam, Tbk ... 103
4.2.3 Pengaruh Modal Kerja dan Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan (ROE) pada PT Gudang Garam, Tbk ... 104
BAB V SIMPULAN DAN SARAN ... 106
5.1 Simpulan ... 106
5.2 Saran ... 107
DAFTAR PUSTAKA ... 109
LAMPIRAN ... 112
109
DAFTAR PUSTAKA
A.A. Anwar Prabu Mangkunegara, 2005, Manajemen Sumber Daya Manusia Perusahaan, PT. Remaja Rosdakarya. Bandung.
Astuti, Herlina Puji, 2005, “Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja
Fahmi, Irham, 2011, Analisis Kinerja Keuangan, Panduan bagi Akademisi, Manajer, dan Investor untuk Menilai dan Menganalisis Bisnis dari Aspek Keuangan, Alfabeta, Bandung.
Gujarati. Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar: Edisi Keenam. Jakarta : Erlangga Ika Yuli Wijayanti, 2007, Pengaruh Modal Kerja dan Perputaran Modal Kerja
Terhadap ROE Pada Perusahaan Manufaktur di BEJ, Universitas Negri Semarang. Semarang
Jonathan, Sarwono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif. Yogyakarta : Graha Ilmu.
Jumingan. 2006, Analisis Laporan Keuangan, PT Bumi Aksara, Jakarta.
Jumingan,2009, Analisis Laporan Keuangan,Edisi Kesatu, Cetakan Ketiga, PT.Bumi Aksara: Jakarta.
Husein Umar. 2005, Metode Penelitian Untuk skripsi dan Tesis bisnis, Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada.
Kasmir, 2008. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: liberty.
Mahmud, Abdul Halim, 2003,Analisis Laporan Keuangan,CetakanPertama, UPP STIE YKPN: Yogyakarta.
Mamduh. M. Hanafi. (2003). Analisis Laporan keuangan, Penerbit UPP AMK YKPN, Yogyakarta.
Moh.Nazir, 2003, Metode Penelitian, Jakarta: Ghalia.
Mulyadi, 2001, Akuntansi Manajemen: Konsep, Manfaat dan Rekayasa, Edisi 3, Yogyakarta, Bagian Penerbitan Universitas Gajah Mada.
Mursidah Nurfadillah. 2011. Analisis Pengaruh Earning Per Share, Debt to Equity Ratio dan Return On Equity Terhadap Harga Saham PT Unilever Indonesia Tbk. Jurnal Manajemen dan Akuntansi.
Rahmi Thovania Khaban. 2010. Analisis Hubungan Struktu Modal Dengan ROA Dan ROE Pada PT. PLN (Persero) Ilayah Sumatera Utara Cabang Medan. Universitas Sumatera Utara. Medan.
Riyanto, Bambang, 2001, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan, Edisi Keempat, Cetakan Ketujuh, BPFE, Yogyakarta.
Riyanto, Bambang, 2008, Dasar-dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: Gajah Mada.
S. Munawir, 2004, Analisa Laporan Keuangan, Yogyakarta: Liberty.
Sawir, Agnes, 2005, Analisis Kinerja Keuangan dan Perencanaan Keuangan Perusahaan, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Sofyan Syafri Harahap, 2004, Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan, Raja Grafindo: jakarta.
Sucipto. (2003). “Penilaian Kinerja Keuangan”. Sumatera: Jurnal Digital Library
Universitas Sumatera Utara.
Sugiyono. 2009. Statistika Untuk Penelitian. Bandung : CV. Alfabeta.
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.
Sutrisno, 2007, Manajemen Keuangan, Penerbit: Ekonisia Kampus Fakultas Ekonomi UII, Yogyakarta.
Narimawati, Umi. 2008, Metodologi Penelitian Kualitatif dan Kuantitatif: Teori dan Aplikasi. Bandung: Universitas Komputer Indonesia.
Van Horne, James C dan Wachowicz, John M. 2007. Prinsip-prinsip Manajemen Keuangan, Buku 2 Edisi 12, dialih bahasakan oleh Deni Fitriasari dan Deny Arnos Kwary, Salemba Empat, Jakarta
1
1.1 Latar Belakang Penelitian
Sebagaimana kita ketahui bahwa bidang keuangan merupakan bidang yang
sangat penting dalam suatu perusahaan. Baik dalam perusahaan yang berskala besar
maupun yang berskala kecil, ataupun bersifat profit motif maupun non-profit motif
akan mempunyai perhatian yang sangat besar di bidang keuangan, terutama dalam
perkembangan dunia usaha yang semakin maju, menimbulkan persaingan antara
perusahaan pun semakin ketat, sehingga menuntut perusahaan untuk dapat membuat
perusahaan lebih efisien dalam beroperasi sehingga dapat terus-menerus
meningkatkan kemampuan bersaing demi kelangsungan hidup perusahaannya. Untuk
dapat bertahan, perusahaan harus mencermati dan menganalisis kinerja perusahaan,
salah satunya adalah dengan melakukan analisis kinerja dari sisi keuangan terhadap
laporan keuangan.
Untuk memutuskan suatu perusahaan memiliki kualitas yang baik maka ada
dua penilaian yang paling dominan yang dapat dijadikan acuan untuk melihat apakah
perusahaan tersebut telah menjalankan suatu kaidah-kaidah manajemen yang baik.
balance sheet (neraca), income statement (laporan laba-rugi), dan cash flow statement
(laporan arus kas) serta hal-hal lain yang turut mendukung sebagai penguat penilaian
financial performance tersebut. (Irham Fahmi, 2011)
Seperti alat analisis lainnya, rasio paling bermanfaat bila orientasi ke depan,
oleh karena itu penganalisa harus mampu untuk menyesuaikan faktor-faktor yang ada
pada periode atau waktu ini dengan faktor-faktor dimasa yang akan datang yang
mungkin akan mempengaruhi posisi keuangan atau hasil operasi perusahaan yang
bersangkutan (Subramanyam dan jhon, 2010:42).
Dalam membahas metode penilaian kinerja keuangan, perusahaan harus
didasarkan pada data keuangan yang dipublikasikan yang dibuat sesuai dengan
prinsip akuntansi keuangan yang berlaku umum. Laporan ini merupakan data yang
paling umum yang tersedia untuk tujuan tersebut, walaupun seringkali tidak
mewakili- hasil dan kondisi ekonomi. Laporan keuangan disebut sebagai periodik
yang memuat hasil investasi operasi dan pembiayaan perusahaan, maka fokus akan
diarahkan pada hubungan dan indikator keuangan yang memungkinkan analisa
penilaian kinerja masa lalu dan juga proyeksi hasil masa depan dimana akan
menekankan pada manfaat serta keterbatasan yang terkandung didalamnya. (Sucipto,
2003)
Dalam kaitannya tingkat pengembalian ekuitas (Return on equity) mungkin salah satu ukuran rasio profitabilitas yang paling penting untuk menemukan
kualitas sebuah investasi. Salah satunya yang paling penting dalam usaha adalah
"laba atas ekuitas". ROE menunjukan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
profit bagi pemilik modal yang ada pada perusahaan itu. Artinya tingkat
pengembalian ekuitas ini dapat menjadi ukuran efisiensi bagi penggunaan modal
sendiri yang dioperasionalkan dalam perusahaan. Semakin besar tingkat
pengembalian ekuitas, berarti semakin besar pula tingkat kemampuan perusahaan itu
menghasilkan laba bagi pemilik modal sendirinya. (Higgins,1995:49)
Selain memperoleh laba tujuan perusahaan lainnya adalah mengembangkan
usaha atau ekspansi. Ekspansi disini dilakukan oleh perusahaan tidak hanya
mempercepat perkembangan perusahaan namun juga mengantisipasi permintaan
pangsa pasar yang setiap saat selalu meningkat, walaupun demikian perusahaan itu
juga tidak akan terhindar dari hambatan-hambatan terutama faktor eksternal
perusahaan diantaranya kebijakan pemerintah, krisis global perekonomian dunia,
selera pasar yang berubah-ubah, tingkat persaingan dan faktor alam. (Dian
Anggraeni, 2006)
Salah satu bentuk yang perlu mendapat perhatian adalah investasi usaha
dalam bentuk modal kerja. Menurut pengertiannya, modal kerja merupakan investasi
perusahaan dalam bentuk harta yang berputar dalam jangka waktu kurang dari satu
periode atau usaha normal yang digunakan untuk membiayai operasi perusahaan
sehari-hari. Dengan mengetahui jumlah pengeluaran setiap harinya dan periode
perusahaan.Salah satu konsep modal kerja adalah net working capital (modal kerja bersih). Modal kerja bersih sangat penting untuk membiayai operasi perusahaan tanpa
mempengaruhi likuiditasnya, yaitu kelebihan asset lancar diatas hutang lancarnya
sehingga dapat menaikkan tingkat pengembalian ekuitas perusahaan, Pemenuhan dan
pengelolaan yang efektif dan efisien serta produktif pada modal kerja yang tepat,
dapat mengembangkan perusahaan dengan baik, dan disertai pengendalian yang
efektif dalam mencegah timbulnya kecurangan yang mungkin terjadi (Herlina Puji
Astuti, 2005).
Dalam mengembangkan usahanya, modal kerja haruslah memadai
kapasitas-nya dan juga perlu di jaga kestabilan modal kerja tersebut agar tidak berlebihan.
Penyebab utama kegagalan perusahaan ialah tidak mencukupinya modal perusahaan,
sebaliknya jika adanya modal kerja yang berlebih menunjukan dana yang tidak
produktif, maka dari itu perusahaan harus berhati-hati dalam pengambilan keputusan
mengenai modal kerja. Dengan demikian setiap perusahaan diharapkan mampu
mengahsilkan Return on equity secara maksimal dari laba yang dihasilkan (Ika Yuli Wijayanti, 2007).
Manajemen modal kerja biasanya dimaksudkan sebagai pengaturan aset
lancar yaitu kas, surat-surat berharga, piutang dan persediaan, dan pengaturan hutang
lancar atau jangka pendek. Aset lancar menunjukkan jumlah uang yang dimiliki dan
aset yang sudah dirubah menjadi uang. Sering dikatakan bahwa setiap aset memiliki
Sedangkan untuk aset lain, likuiditas memiliki dua dimensi yaitu waktu yang
diperlukan untuk berubah menjadi kas dan tingkat kepastian yang berhubungan
dengan rasio perubahan, atau harga aset tersebut. Jumlah investasi pada aset lancar
akan berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Maka dengan demikian modal kerja
yang optimal dapat mencerminkan kinerja perusahaan yang baik (efektif dan efisien).
Aktivitas yang melibatkan modal kerja akan menghasilkan laba atau keuntungan
perusahaan (profitabilitas) yang mengindikasikan suatu kinerja perusahaan yang
diharapkan dalam rangka mencapai tujuan perusahaan (goal conqruence). Goal conqruence ini diperlihatkan dengan kemampuan/daya melaba (earning power) dan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan kas (cash generating power) untuk kelanjutan usaha dan sebagai alat untuk pemenuhan kewajiban-kewajiban jangka
pendek perusahaan.
Pada dasarnya tugas manajer keuangan perusahaan adalah berusaha mencari
keseimbangan neraca keuangan yang dibutuhkan serta mencari susunan kualitatif
neraca tersebut dengan sebaik-baiknya. Masalah struktur modal merupakan masalah
penting bagi setiap perusahaan, karena baik buruknya struktur modal akan
mempunyai efek langsung terhadap posisi keuangan perusahaan. Suatu perusahaan
yang mempunyai struktur modal yang tidak baik, dimana mempunyai utang yang
sangat besar akan memberikan beban yang berat pada perusahaan yang bersangkutan
Penetapan struktur modal yang tepat merupakan syarat keberhasilan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuannya. Penentuan besar kecilnya modal
membutuhkan pemecahan yang tepat sehingga dana yang tersedia dapat menjaga
kelangsungan perusahaan tersebut. Kelebihan modal mengakibatkan kemampuan
perusahaan dalam menghasilkan laba menurun karena lambatnya tingkat perputaran
perusahaan maka akan terdapat dana mengganggur. Demikian juga apabila
kekurangan modal menyebabkan perusahaan sulit untuk memenuhi kewajiban
sehingga mengakibatkan hilangnya peluang menghasilkan laba. Penggunaan besarnya
proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat rasio Leverage. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban
finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan
perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya
yang dapat diukur melalui Debt Equity Ratio/DER dan Debt Ratio/DR (Rahmi Thovania Kaban, 2010).
Keputusan struktur modal yang buruk akan menimbulkan biaya modal yang
tinggi, sebaliknya keputusan keuangan yang efektif akan dapat merendahkan biaya
modal yang akhirnya akan meningkatkan nilai perusahaan. Selain ditunjang oleh
pemenuhan modal kerja yang tepat, agar perusahaan dapat berkembang dengan baik,
pengelolaan yang efektif dan efisien serta produktif pun akan sangat berpengaruh
sangat mempengaruhi dalam penyusunan rencana usaha perusahaan yang akan
diambil untuk masa yang akan datang demi kelangsungan hidup perusahaan.
PT Gudang Garam Tbk merupakan produsen rokok kretek terkemuka di
Indonesia yang memproduksi berbagai jenis produk berkualitas tinggi, mulai dari
sigaret kretek linting, sigaret kretek tangan dan sigaret kretek mesin yang sudah
tersebar luas. Dari penjelasan diatas, penulis mencoba melihat kondisi laporan
keuangan perusahaan PT. Gudang Garam Tbk. yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia
selama tahun 2003-2012 dimana Sruktur modal dan ROE mengalami fluktuasi berupa
kenaikan dan penurunan, hal ini dapat dilihat dari Tabel 1.1 sebagai berikut:
Tabel 1.1
Return On Equity dan Debt Equity Ratio(Struktur Modal)
PT. GUDANG GARAM Tbk
Tahun ROE (%) Fluktuasi Peningkatan
/ Penurunana ROE DER (%)
Fluktuasi Peningkatan / Penurunan DER
2003 17.78 % 58.04 %
2004 15.46 % 68.89 %
2005 14.94 % 68.66 %
2006 7,67 % 65,05 %
2007 10,58 % 68,28 %
2008 12,69 % 55,12 %
2009 20,44 % 48,35 %
2010 19,76 % 44,19 %
2011 20,19 % 59,21 %
2012 15,29 % 56,02 %
Dari tabel 1.1 diatas menggambarkan persentase kinerja keuangan yang
diukur dengan menggunakan ROE (Return on equity). ROE merupakan pengukuran kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba dilihat dari modal perusahaan. Data
tersebut menunjukan bahwa adanya perubahan kondisi yang berfluktuasi pada PT
Gudang Garam Tbk yakni terjadinya peningkatan dan penurunan persentasi ROE dari
tahun ke tahun. Pada tahun 2004 mengalami penurunan tingkat ROE ke titik 15,46 %
dan diikuti dengan kenaikan DER di tahun yang sama sebesar 68,89%. Meningkatnya
DER diasumsikan karena pernurunan laba yang diperoleh perusahaan, sehingga
perusahaan tidak dapat melunasi hutang-hutangnya. Pada tahun 2005 hingga 2006
ROE perusahaan mengalami penurunan, dan DER mengalami peningkatan. Pada
2005, ROE perusahaan menurun hingga 14,94 %, dan pada saat yang bersamaan DER
perusahaan mengalami penurunan ke tingkat 68,66 %. Begitupun pada tahun 2006,
dimana ROE menurun ke tingkat 7,67 % dan pada tahun yang sama DER perusahaan
juga mengalami penurunan sebesar 65,05 %. Pada 2007 dan 2008 ROE perusahaan
mengalami peningkatan sebesar 10,58 % namun diikuti dengan meningkatnya DER
sebesar 68,28 %. Pada 2008 hingga 2009 ROE perusahaan mengalami peningkatan
masing-masing sebesar 12,69 % dan 20,44 % sehingga diikuti dengan menurunnya
DER pada masing-masing tahun sebesar 55,12 % dan 48,35 %. Dan pada tahun 2010
hinga tahun 2012 ROE perusahaan mengalami peningkatan dan penurunan, di tahun
2010 dan 2012 ROE menurun pada tingkat 19,76 % dan 15,29% diikuti dengan
ROE perusahaan mengalami penurunan ke tingkat 20,19 % dan DER meningkat ke
tingkat 59,21 %. Hal ini diasumsikan bahwa pada saat laba perusahaan tinggi, maka
perusahaan akan dapat membayar hutang nya, sehingga hutang perusahaan menurun,
dan jika laba perusahaan rendah maka diasumsikan perusahaan tidak dapat membayar
hutangnya sehingga hutang perusahaan mengalami peningkatan. Hal ini bertentangan
dengan teori yang dikemukakan oleh Mursidah Nurfadilah (2011), yaitu peningkatan
DER seharusnya tidak searah atau berbanding terbalik dengan ROE. ketika return on equity mengalami penurunan menandakan bahwa kinerja yang kurang baik dalam pencapaian laba perusahaan.
Aspek struktur modal dan modal kerja bagi perusahaan cukup penting,
kaitannya dengan tingkat pengembalian ekuitas (ROE) yang baik adalah dilihat
bahwa perusahaan yang mampu mengelola sumber dana baik modal sendiri maupun
modal pinjaman yang berasal dari hutang kemudian melakukan investasi untuk
membiayai usahanya dalam bentuk modal kerja secara optimal dan efisien agar dapat
meningkatkan keuntungan.
Berdasarkan uraian diatas penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih
lanjut serta membahas masalah tersebut dan menuangkannya dalam bentuk skripsi
yang berjudul: “PENGARUH MODAL KERJA DAN STRUKTUR MODAL
1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka identifikasi masalah penelitian ini
adalah :
1. Pada tahun 2005 dan 2006 ROE perusahaan mengalami penurunan. Hal ini diasumsikan bahwa pada saat laba perusahaan tinggi, maka perusahaan akan dapat membayar hutang nya, sehingga hutang perusahaan menurun, dan jika laba perusahaan rendah maka diasumsikan perusahaan tidak dapat membayar hutangnya sehingga hutang perusahaan mengalami peningkatan
2. Pada tahun 2005, 2006, 2010 dan 2012 return on equity perusahaan mengalami penurunan namun diikuti dengan struktur modal perusahaan yang
mengalami penurunan disaat laba perusahaan sedang menurun. Fenomena ini
tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa peningkatan/penurunan DER seharusnya tidak searah atau berbanding terbalik dengan ROE. ketika return on equity mengalami penurunan menandakan bahwa kinerja yang kurang baik dalam pencapaian laba perusahaan.
1.2.2 Rumusan Masalah
Sesuai dengan identifikasi masalah diatas, rumusan masalah penitian adalah
sebagai berikut:
2. Seberapa besar pengaruh struktur modal terhadap return on equity (ROE) pada PT Gudang Garam Tbk.
3. Seberapa besar pengaruh modal kerja dan struktur modal terhadap return on equity (ROE) secara parsial pada PT Gudang Garam Tbk.
1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian
Maksud dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besar pengaruh
modal kerja dan struktur modal terhadap return on equity pada PT Gudang Garam Tbk.
1.3.2 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini untuk memperoleh bukti empiris mengenai :
1. Untuk menganalisis modal kerjaterhadap return on equity pada PT Gudang Garam Tbk.
2. Untuk menganalisis struktur modal dan return on equity pada PT Gudang Garam Tbk.
1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis
1. Bagi Perusahaan
Diharapkan dapat memberi masukan mengenai modal kerja dan struktur
modal serta pengaruhnya terhadap return on equity pada PT Gudang Garam, Tbk di masa yang akan datang.
2. Bagi Investor
Hasil penelitian diharapkan dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam
pengambilan keputusan pada PT Gudang Garam, Tbk berdasarkan modal
kerja dan struktur modal.
1.4.2 Kegunaan Akademis 1. Bagi Penulis
Menambah wawasan ilmu pengetahuan dan pemahaman dalam hal akuntansi
mengenai modal kerja, struktur modal dan return on equity. 2. Bagi Akademika
Sebagai bagian pemenuhan dan referensi atau bahan rujukan untuk menambah
ilmu pengetahuan maupun untuk mengadakan penelitian lebih lanjut
1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian 1.5.1 Lokasi Penelitian
Penulis melakukan penelitian pada PT Gudang Garam Tbk yang beralamat di
Jl. Semampir II/1 Kediri 64121, Indonesia. Dengan memperoleh data sekunder
melalui Bursa Efek Indonesia yang berlokasi di Gedung Bursa Efek Indonesia, Tower
2 Lantai 1, Jl Sudirman Kav.52-53 Jakarta 12190.
1.5.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan mulai pada bulan Oktober 2012 sampai dengan
15
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Modal Kerja
2.1.1.1 Pengertian Modal Kerja
Setiap perusahaan selalu membutuhkan modal kerja untuk membiayai
aktivitasnya sehari-hari, misalnya membayar gaji pegawai dan upah buruh, pembelian
bahan bakar, dan sebagainya. Modal yang dikeluarkan tersebut diharapkan bisa
kembali dalam jangka waktu yang pendek melalui penjualan produksinya.
Definisi modal kerja menurut Sutrisno (2007:39) mengatakan bahwa:
“Dana yang diperlukan oleh perusahaan untuk memenuhi kebutuhan operasional perusahaan sehari-hari, seperti pembelian bahan baku, pembayaran upah buruh, membayar hutang, dan pembayaran lainnya disebut modal kerja”.
Sedangkan modal kerja menurut Sofyan Syafri Harahaf (2007:288),
mengatakan bahwa :
“Modal kerja adalah asset lancar dikurangi utang lancar. Modal kerja juga
bisa dianggap sebagai dana yang tersedia untuk diinvestasikan dalam asset
tidak lancar atau untuk membayar utang tidak lancar”.
Sedangkan menurut Jumingan (2009:66) mengatakan bahwa :
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja meliputi semua
aspek pengelolaan asset lancar dan kewajiban lancar yang digunakan perusahaan.
Pengertian Modal Kerja Bersih (Net Working Capital) menurut Sutrisno (2007:50):
“Modal kerja bersih adalah selisih antara asset lancar dengan kewajiban lancar
atau hutang lancarnya”.
Sedangkan Syamsuddin (2009:202) mengatakan bahwa:
“Net Working Capital atau modal kerja bersih perusahaan seringkali
didefinisikan sebagai selisih antara aset lancar dengan hutang lancar”.
Modal kerja bersih (Net Working Capital) dapat dikaitkan dengan besarya jumlah hutang lancar yang segera harus dibayar. Dengan demikian pembagian asset
lancar perusahaan harus disediakan untuk memenuhi kewajiban yang segera harus
dibayarkan, karena bagian asset lancar ini tidak boleh digunakan dalam membiayai
operasi perusahaan guna menjaga likuiditas perusahaan. Oleh karena itu, modal kerja
bersih adalah modal kerja yang benar-benar digunakan untuk membiayai operasional
perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya yaitu merupakan kelebihan asset lancar
diatas hutang lancar.
Dari uraian diatas modal kerja bersih (Net Working Capital) merupakan selisih antara aset jangka pendek perusahaan dengan kewajiban lancar atau hutang
jangka pendek nya. Pada prinsipnya asset jangka pendek terdiri dari kas, surat
terdiri dari kredit jangka pendek, kredit yang segera harus dibayar, hutang dagang,
hutang wesel, biaya yang belum dibayar dan hutang pajak.
2.1.1.2 Konsep Modal Kerja
Di dalam modal kerja terdapat beberapa konsep modal kerja. Menurut
Sutrisno (2007:39) ada tiga konsep modal kerja, yaitu:
1. Konsep Kuantitatif
Konsep ini menitikberatkan pada segi kuantitas dana yang tertanam dalam
asset yang masa perputarannya kurang satu tahun. Modal kerja menurut
konsep ini adalah keseluruhan elemen asset lancar. Oleh karena semua elemen
asset lancar diperhitungkan sebagai modal kerja tanpa memperhatikan
kewajiban-kewajiban jangka pendeknya, maka modal kerja ini sering disebut
modal kerja bruto atau gross working capital. 2. Konsep Kualitatif
Pada konsep ini modal kerja bukan semua asset lancar, tetapi telah
mempertimbangkan kewajiban-kewajiban yang segera harus dibayar. Dengan
demikian dana yang digunakan benar-benar khusus digunakan untuk
membiayai operasi perusahaan sehari-hari tanpa khawatir terganggu oleh
pembayaran-permbayaran hutang yang segera jatuh tempo. Karena menurut
konsep ini hutang lancar telah dikeluarkan dari perhitungan, sehingga modal
kerja merupakan selisih antara asset lancar dengan hutang lancarnya.
Konsep ini lebih menitikberatkan pada fungsi dana dalam menghasilkan
pengahasilan langsung atau current income. Pengertian modal kerja menurut konsep ini adalah dana yang digunakan oleh perusahaan untuk menghasilkan
current income sesuai dengan tujuan didirikannya perusahaan pada satu periode tertentu.
Bambang Riyanto (2001:52) memberikan definisi modal kerja yang
berhubungan dengan konsep fungsional, yaitu:
”Modal kerja sebagai dana yang digunakan selama periode akuntansi yang
dimaksudkan untuk menghasilkan current income yang sesuai dengan maksud
utama didirikannya perusahaan tersebut”.
Dari ketiga konsep tersebut, konsep kuantitatif dan kualitatiflah yang sering
digunakan perusahaan karena lebih sederhana dan mudah dimengerti.
2.1.1.3 Jenis –jenis Modal Kerja
Penggolongan jenis-jenis modal kerja yang dikemukakan oleh W.B Taylor
dan dikutip oleh Sawir (2005:132) adalah:
a. Modal Kerja Permanen (Permanent Working Capital)
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada perusahaan untuk dapat
menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal kerja yang secara terus
menerus diperlukan untuk kelancaran perusahaan. Modal kerja permanen
1. Modal kerja primer (Primary Working Capital) yaitu, modal kerja minimum yang harus ada pada perusahaan untuk menjamin kontinuinitas
usahanya.
2. Modal kerja normal (Normal Working Capital) yaitu, modal kerja yang diperlukan untuk menyelenggarakan luas produksi normal dalam artian
yang dinamis.
2.1.1.4Manfaaat Modal Kerja
Modal kerja digunakan untuk membiayai pengeluaran atau operasi perusahaan
sehari-hari, dengan modal kerja yang cukup akan menguntungkan perusahaan,
disamping bagi perusahaan tidak mengalami kesulitan keuangan.
Menurut Munawir (2004:116), keberadaan modal kerja yang cukup akan
memberikan beberapa manfaat yaitu:
1. Melindungi perusahaan terhadap krisis modal kerja karena turunya asset lancar
2. Memungkinkan untuk membayar semua kewajiban jangka pendek tepat pada
waktunya.
3. Menjamin dimilikinya kredit standing perusahaan semakin besar dan
memungkinkan perusahaan untuk dapat menghadapi kesulitan-kesulitan keuangan
yang mungkin terjadi.
4. Memungkinkan untuk memiliki persediaan barang dalam jumlah yang cukup
untuk melayani konsumen.
5. Memungkinkan bagi perusahaan untuk memberikan syarat-syarat kredit yang
6. Memungkinkan bagi perusahaan untuk beroperasi lebih efisien karena tidak ada
kesulitan untuk memperoleh barang atau jasa yang dibutuhkan.
2.1.1.5Sumber-sumber modal kerja
Perusahaan memerlukan modal kerja untuk dapat memperlancar operasi
perusahaan. Menurut Munawir (2004:120), modal kerja yang dibutuhkan oleh
perusahaan dapat dipenuhi dari empat aktivitas pembelajaan yang memberikan modal
kerja, yaitu:
1. Hasil operasi perusahaan
Jumlah modal kerja yang berasal dari hasil operasi perusahaan dapat dihitung
dengan menganalisa laporan perhitungan laba rugi perusahaan tersebut. Dengan
adanya keuntungan atau laba dari usaha perusahaan, dan apabila laba tersebut
tidak diambil oleh pemilik perusahaan maka laba tersebut akan menambah modal
perusahaan yang bersangkutan.
2. Keuntungan dari penjualan surat-surat berharga (investasi jangka pendek)
Surat berharga yang dimiliki perusahaan unutk jangka pendek adalah salah satu
elemen asset lancar yang segera dapat dijual dan akan menimbulkan keuntungan
bagi perusahaan. Dengan adanya penjualan surat berharga ini menyebabkan
terjadnya perubahan dalam unsur modal kerja yaitu dari surat berharga berubah
menjadi kas.
Sumber lain yang dapat menambah modal kerja adalah hasil penjualan asset tetap,
investasi jangka panjang, dan aset tidak lancar lainnya yang tidak diperlukan lagi
oleh perusahaan. Perubahan dari aset ini menjadi kas atau piutang akan
menyebabkan bertambahnya modal kerja sebesar hasil penjualan tersebut.
4. Penjualan saham/obligasi
Untuk menambah dana atau modal kerja yang dibutuhkan, perusahaan dapat pula
mengadakan emisi saham baru atau meminta kepada para pemilik perusahaan
untuk menambah modal sahamnya, disamping itu perusahaan dapat juga
mengeluarkan obligasi atau bentuk hutang jangka panjang lainya guna memenuhi
kebutuhan modal kerjanya.
Dari uraian tentang sumber modal kerja tersebut dapat disimpulkan bahwa
modal kerja akan bertambah apabila:
a. Adanya kenaikan sektor modal kerja baik yang berasal dari laba maupun adanya
pengeluaran modal saham atau bertambahnya investasi dari pemilik perusahaan.
b. Adanya pengurangan atau penurunan aset tetap yang diimbangi dengan
bertambahnya aset lancar karena adanya penjualan aset tetap maupun melaui
proses depresiasi.
c. Adanya penambahan utang jangka panjang baik dalam bentuk obligasi, hipotek
atau utang jangka panjang lainya yang diimbangi dengan bertambahnya aset
2.1.1.6Penggunaan Modal Kerja
Menurut Kasmir (2008:259) Penggunaan dana untuk modal kerja dapat
diperoleh dari kenaikan asset dan menurunnya pasiva. Secara umum penggunaan
modal kerja biasa dilakukan perusahaan untuk :
1. “Pengeluaran untuk gaji, upah, dan biaya operasi perusahaan lainya yang digunakan untuk menunjang penjualan;
2. Pengeluaran untuk membeli bahan baku yang digunakan dalam proses produksi atau membeli barang dagangan untuk dijual kembali;
3. Menutupi akibat penjualan surat berharga;
4. Pembentukan dana, merupakan pemisahan aset lancar untuk tujuan dalam jangka panjang. Pembentukan dana ini akan mengubah bentuk aset dari aset lancar menjadi aset tetap.
5. Pembelian asset tetap (tanah, bangunan, kendaraan, mesin, dll), pembelian ini akan mengakibatkan berkurangnya aset lancar dan timbulnya utang lancar.
6. Pembayaran utang jangka panjang (obligasi, hipotek, utang bank jangka panjang). 7. Pembelian atau penarikan kembali saham yang beredar dengan cara membeli
kembali, untuk sementara waktu maupun selamanya.
8. Pengambilan uang atau barang untuk kepentingan pribadi, termasuk pengambilan keuntungan atau pembayaran deviden oleh perusahaan”.
2.1.1.7Kebijakan Modal kerja
Kebijakan modal kerja merupakan strategi yang diterapkan oleh perusahaan
dalam rangka memenuhi kebutuhan modal kerja dengan berbagai alternative sumber
dana. Seperti diketahui bahwa sumber dana untuk memenuhi modal kerja bisa dipilih
dari sumber dana jangka panjang atau jangka pendek. Dimana masing-masing
alternatif mempunyai konsekuensi dan keuntungan tersendiri. Oleh karena itu perlu
kebijakan untuk mencari sumber pembelanjaan sehingga diperoleh biaya yang paling
Kebijakan modal kerja apa yang harus diambil perusahaan tergantung dari
seberapa besar manajer berani mengambil resiko. Kebijakan modal kerja yang
diambil oleh perusahaan menurut Sutrisno (2007:42) adalah sebagai berikut:
1. Kebijakan konservatif
Rencana pemenuhan kebutuhan dana konservatif merupakan rencana pemenuhan
dana modal kerja yang lebih banyak menggunakan sumber dana jangka pendek.
Kebijakan ini disebut konservatif (hati-hati) karena sumber dana jangka panjang
mempunyai jatuh tempo yang lama sehingga perusahaan memiliki keleluasaan
dalam pelunasan kembali, artinya perusahaan mempunyai tingkat keamanan atau
margin of safety yang besar. 2. Kebijakan moderat
Pada kebijakan atau strategi pendanaan ini perusahaan membiayai asset dengan
dan yang jangka waktunya kurang lebih sama dengan jangka waktu perputaran
asset tersebut. Kebijakan ini didasarkan atas matching principle yang
menyatakan bahwa jangka waktu sumber dana sebaiknya disesuaikan dengan
lamanya dana tersebut diperlukan.
3. Kebijakan Agresif
Bila pada kebijakan konservatif perusahaan lebih mementingkan faktor
keamanan sehingga margin of safety nya besar, tetapi tentunya akan mengakibatkan tingkat profitabilits menjadai rendah. Sebaliknya dengan
kebijakan agresif, maka sebagian kebutuhan dana jangka panjang akan dipenuhi
menanggung resiko yang cukup besar, sedangkan trade off yang diharapkan adalah memperoleh tingkat profitabilitas yang besar.
2.1.2 Struktur Modal
2.1.2.1 Pengertian Struktur Modal
Sumber pendanaan didalam suatu perusahaan dibagi kedalam dua kategori
yaitu pendanaan internal berupa modal sendiri yang diperoleh dari sumber saldo laba
dan pendanaan eksternal berupa modal pinjaman yang diperoleh dari para kreditor
atau yang disebut dengan hutang dari pemilik, peserta atau pengambil bagian dalam
perusahaan atau yang disebut sebagai modal. Proporsi atau bauran dari penggunaan
modal sendiri dan hutang dalam memenuhi kebutuhan dana perusahaan disebut
struktur modal perusahaan. Perbandingan antara modal pinjaman dan modal sendiri
dalam suatu perusahaan haruslah tepat dan sesuai, karena perbandingan tersebut akan
berpengaruh langsung terhadap posisi keuangan perusahaan.
Struktur modal (capital structure) mempunyai pengertian yang berbeda dengan struktur keuangan (financial structure). Struktur modal hanya merupakan bagian dari struktur keuangan.
Menurut Van Horne dan Wachowicz yang dialihkan oleh Deni Fitriasari dan
Deny Arnos Kwary (2007:232) mengatakan bahwa ;
Menurut Agus Sartono (2008:225) mengatakan bahwa :
“Struktur modal merupakan perimbangan jumlah utang jangka pendek yang
bersifat permanen, utang jangka panjang, saham preferen dan saham biasa.”
Sedangkan menurut Brigham & Weston (2005: 150) menyatakan bahawa :
“Struktur modal adalah pembelanjaan permanen yang mencerminkan
perimbangan antara hutang jangka panjang dan ekuitas. Struktur modal yang optimal adalah gabungan dari hutang dan ekuitas yang memaksimalkan harga saham perusahaan. Penggunaan besarnya proporsi hutang dalam struktur modal dapat diamati lewat rasio Leverage. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi segala kewajiban finansialnya. Dengan kata lain bahwa rasio leverage ini mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi semua hutang jangka pendek dan jangka panjangnya yang dapat diukur melalui Debt Equity Ratio/DER dan Debt Ratio/DR.”.
Sedangkan Irham Fahmi (2012:179) menyatakan bahwa:
“Struktur modal merupakan gambaran dari bentuk proporsi financial perusahaan yaitu antara modal yang dimiliki yang bersumber dari utang jangka panjang (long term liabilities) dan modal sendiri (shareholders’
equity) yang menjadi sumber pembiayaan suatu perusahaan”
Struktur atau komposisi modal harus diatur sedemikian rupa sehingga
terjamin stabilitas keuangan perusahaan, memang tidak ada ukuran yang pasti
mengenai jumlah dan komposisi modal dari tiap-tiap perusahaan, tetapi pada
dasarnya pengaturan terhadap struktur modal dalam pesahaan harus berorientasi pada
tercapainya stabilitas keuangan dan terjaminnya kelangsungan hidup perusahaan.
Dari pengertian-pengertian yang dipaparkan dapat ditarik kesimpulan tentang
struktur modal yaitu perbandingan atau perimbangan antara hutang jangka panjang
Keuangan yang digunakan perusahaan dalam mencapai stabilitas keuangan dan
kelangsungan hidup perusahaan.
2.1.2.2 Komponen Struktur Modal
Menurut Bambang Riyanto, (2001) Struktur modal suatu perusahaan secara
umum terdiri atas beberapa komponen yaitu:
1. Modal Asing
Modal asing atau hutang jangka panjang adalah hutang jangka waktunya
adalah panjang umumnya lebih dari sepuluh tahun. Hutang jangka panjang ini pada
umumnya digunakan untuk membelanjai perluasan perusahaan (ekspansi) atau
modernisasi dari perusahaan karena kebutuhan modal untuk keperluan tersebut
meliputi jumlah yang besar.
Komponen - komponen hutang jangka panjang ini terdiri dari:
a. Hutang hipotik (mortgage)
Hutang hipotik adalah bentuk hutang jangka panjang yang dijamin dengan
asset tidak bergerak (tanah dan bangunan).
b. Obligasi (bond)
Obligasi adalah sertifikat yang menunjukan pengakuan bahwa perusahaan
meminjam uang dan menyetujui untuk membayarnya kembali dalam jangka
waktu tertentu. Pelunasan atau pembayaran kembali obligasi dapat diambil
dari penyusutan asset tetap yang dibelanjai dengan pinjaman obligasi tersebut
Modal asing hutang jangka panjang di lain pihak, merupakan sumber dana
bagi perusahaan yang harus dibayar kembali dalam jangka waktu tertentu. Semakin
lama jangka waktu semakin ringan syarat-syarat pembayaran kembali hutang tersebut
akan mempermudah dan memperluas bagi perusahaan untuk mendayagunakan
sumber dana yang berasal dari asing atau hutang jangka panjang tersebut.
Meskipun demikian, hutang tetap harus dibayar pada waktu yang sudah
ditetapkan tanpa memperhatikan kondisi keuangan perusahaan pada saat itu dan harus
sudah disertai dengan bunga yang sudah diperhitungkan sebelumnya, dengan
demikian seandainya perusahaan tidak mampu membayar kembali hutang dan bunga,
maka kreditur dapat memaksa perusahaan dengan menjual asset yang dijadikan
jaminannya.
Oleh karena itu, kegagalan membayar hutang atau bunganya akan
mengakibatkan perusahaan kehilangan kontrol terhadap perusahaannya seperti halnya
sebagian atau keseluruhan modal yang ditanamkan dalam perusahaan, begitu pula
sebaliknya para kreditur dapat kehilangan kontrol sebagian atau keseluruhan dana
pinjaman dan bunganya, karena segala macam bentuk yang ditanamkan dalam
perusahaan selalu dihadapkan pada risiko kerugian.
Struktur Modal pada dasarnya merupakan suatu pembiayaan permanen yang
terdiri dari modal sendiri dan modal asing, dimana modal sendiri terdiri dari berbagai
saham dan saldo laba. Penggunaan modal asing akan menimbulkan beban yang tetap
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa semakin besar proporsi modal
asing atau hutang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan akan semakin
besar pula risiko kemungkinan terjadinya ketidakmampuan untuk membayar kembali
hutang jangka panjang beserta bunga pada jatuh tempo. Bagi kreditur hal ini berarti
bahwa kemungkinan turut serta dana yang mereka tanamkan dalam perusahaan untuk
dipertaruhkan pada kerugian juga semakin besar.
2. Modal Sendiri (Shareholder Equity)
Modal Sendiri adalah modal yang berasal dari pemilik perusahaan dan yang
tertanam dalam perusahaan dalam jangka waktu tertentu. Modal sendiri berasal dari
sumber intern maupun extern, sumber intern didapat dari keuntungan yang dihasilkan oleh perusahaan, sedangkan sumber extern berasal dari modal yang berasal dari pemilik perusahaan.
Komponen Modal sendiri terdiri dari:
a. Modal Saham
Saham adalah tanda bukti kepemilikan suatu Perusahaan Terbatas (PT), dimana
modal saham terdiri dari:
1) Saham Biasa (Common Stock)
Saham biasa adalah bentuk komponen modal jangka panjang yang ditanamkan
oleh investor, dengan memiliki saham ini berarti ia membeli prospek dan siap
menanggung segala risiko sebesar dana yang ditanamkan.
Saham preferen bentuk komponen modal jangka panjang yang merupakan
kombinasi antara modal sendiri dengan hutang jangka panjang.
b. Saldo Laba
Saldo laba adalah sisa laba dari keuntungan yang tidak dibayarkan sebagai
deviden.
Komponen modal sendiri ini merupakan modal perusahan yang dipetaruhkan
untuk segala risiko, baik risiko usaha maupun risiko-risiko kerugian lainnya. Modal
sendiri ini tidak memerlukan jaminan atau keharusan untuk pembayaran kembali
dalam setiap keadaan maupun tidak adanya kepastian tentang jangka waktu
pembayaran kembali modal sendiri. Oleh karena itu, tiap–tiap perusahaan harus
mempunyai jumlah minimum modal yang diperlukan untuk menjamin kelangsungan
hidup perusahaan.
Modal sendiri yang bersifat permanen akan tetap tertanam dalam perusahaan
dan dapat diperhitungkan pada setiap saat untuk memelihara kelangsungan hidup dan
melindungi perusahan dari risiko kebangkrutan. Modal sendiri merupakan sumber
dana perusahaan yang paling tepat untuk diinvestasikan pada asset tetap yang bersifat
permanen dan investasi-investasi yang menghadapi risiko kerugian yang relative
kecil, karena suatu kerugian atau kegagalan dari investasi tersebut dengan alasan
apapun merupakan tindakan membahayakan bagi kontinuitas kelangsungan hidup
2.1.3 Rasio Profitabilitas
Menurut Sutrisno (2007;254) menyatakan :
“Profitabilitas adalah rasio keuntungan untuk mengukur seberapa besar
tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh perusahaan”.
Menurut Bambang Riyanto (2008:35) menyatakan bahwa :
“Profitabilitas atau rentabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk
menghasilkan laba selama periode tertentu”.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah rasio keuntungan
untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat diperoleh oleh
perusahaan selama periode tertentu.
Dalam mengukur profitabilitas dapat menggunakan beberapa rasio, salah satu
diantaranya adalah return on equity (ROE).
2.1.3.1 Pengembalian Modal Sendiri (Return on Equity)
Menurut Joel G. Siegel dan Jae K. Shim (2005: 378) ROE adalah :
“Statistik yang mencerminkan keuntungan pemilik usaha. Ini sama dengan
laba bersih dibagi dengan rata-rata modal pemilik.”
Sedangkan menurut Jopie Jusuf (2008:71) menyatakan bahwa :
“Return on equity (ROE) merupakan rasio yang mengukur berapa besar
pengembalian yang diperoleh pemilik bisnis (pemegang saham) atas modal
Sehingga dapat disimpulkan bahwa return on equity yaitu rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba
bersih dari modal sendiri yang digunakan oleh perusahaan tersebut, yang dinyatakan
sebagai suatu persentase dan diperoleh atas investasi dalam saham biasa perusahaan
untuk suatu periode waktu tertentu.
2.1.3.2 Kegunaan Pengembalian Modal Sendiri (ROE)
Nilai dari return on equity ini dijadikan sebagai ukuran tingkat efektivitas suatu perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan memanfaatkan ekuitas
(investasi modal dalam bentuk saham pada perusahaan) yang dimiliki perusahaan.
Jika nilai ROE naik atau tinggi, maka hal tersebut dijadikan sebagai indikasi bahwa
perusahaan dapat memanfaatkan investasi yang ada dengan baik dan mampu
menghasilkan keuntungan. Hal ini membuat investor tertarik untuk membeli saham,
sehingga harga saham akan meningkat. Rasio yang paling penting adalah
pengembalian atas ekuitas (return on equity), yang merupakan laba bersih bagi pemegang saham dibagi dengan total ekuitas pemegang saham. Pemegang saham
pastinya ingin mendapatkan tingkat pengembalian yang tinggi atas modal yang
mereka investasikan, dan ROE menunjukkan tingkat yang mereka peroleh (Brigham
& Houston, 2010: 133).
2.1.3.3 Rumus Pengembalian Modal Sendiri (ROE)
Laba bersih yang dimaksud dalam rumus perhitungan di atas adalah laba
bersih perusahaan dalam satu periode akuntansi yang dilihat dari neraca perusahaan.
Dan ekuitas biasa adalah seluruh total modal perusahaan, yaitu hasil penjumlahan
modal sendiri dan modal saham yang ada di perusahaan.
2.2 Kerangka Pemikiran
Komposisi asset lancar dan utang lancar pada neraca merupakan cerminan
dari kebijakan modal kerja (working capital) suatu perusahaan. Sebagian besar kegiatan harian manajer keuangan berhubungan dengan pengelolaan modal kerja.
Suatu pekerjaan yang tampaknya sederhana, tetapi apabila tidak dikelola dengan
sungguh-sungguh, berpeluang memperburuk tingkat likuiditas, yang pada akhirnya
memungkinkan perusahaan mengalami kebangkrutan.
Menurut Serian Wijatno (2009:150) mengatakan bahwa: “Modal kerja
merupakan modal yang digunakan untuk mendukung kegiatan operasional
perusahaan dalam jangka pendek. Modal kerja biasanya dibutuhkan untuk membeli
inventaris, membayar tagihan, membayar gaji dan upah karyawan dan mengurus
hal-hal tidak terduga ”.
�� � � = � �� �ℎ
Dari definisi diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa modal kerja
merupakan hal penting perusahaan, karena modal kerja perusahaan dibutuhkan untuk
memenuhi kegiatan opersional perusahaan dalam jangka pendek.
Menurut Bambang Riyanto (2001:22) struktur modal adalah pembelanjaan
permanen dimana mencerminkan perimbangan antara hutang jangka panjang dengan
modal sendiri. Sedangkan menurut Sutrisno (2003:289) struktur modal adalah
merupakan perimbangan antara modal asing atau hutang dengan modal sendiri.
Arti pentingnya struktur modal suatu perusahaan disebabkan oleh adanya
perbedaan karakteristik dari masing-masing sumber dana. Saham memiliki sifat yang
akan tertanam dalam suatu perusahaan dan dipertaruhkan untuk segala resiko yang
akan dihadapinya, oleh karena itu investasi pada asset tetap dan investasi yang
resikonya relatif tinggi sebaiknya dibelanjai oleh modal saham, sedangkan hutang
jangka panjang merupakan sumber dana bagi perusahaan yang harus di bayar kembali
tepat pada waktunya tanpa memperhatikan kondisi keuangan perusahaan saat itu, dan
pada umumnya pembayaran hutang jangka panjang harus disertai dengan bunga yang
sudah diperhitungkan sebelumnya.
Profitabilitas yang meningkat juga akan menjadi nilai lebih bagi perusahaan
dimata kreditur. Dengan profitabilitas yang terus meningkat kreditur akan semakin
tertarik untuk menanamkan modalnya di suatu perusahaan, dengan begitu perusahaan
akan mendapatkan aliran modal yang tinggi dari hasil pinjaman para kreditur (rasio
utang atas modal). Suatu keuntungan dimana perusahaan yang mendapat kepercayaan
tinggi, dimana dengan aliran modal yang tinggi maka perusahaan dapat
memanfaatkannya untuk meningkatkan angka produksi yang tentunya akan
meningkatkan pula keuntungan yang didapat.
2.2.1 Hubungan Antara Modal Kerja dan return on equity
Modal kerja dalam perusahaan perlu dijaga kelancarannya agar perusahaan
memperoleh data yang diharapkan dalam rangka meningkatkan laba perusahaan.
Modal kerja adalah salah satu investasi perusahaan dalam bentuk asset lancar,
pengelolaannya akan sangat mempengaruhi kinerja keuangan.
Seperti yang telah dikemukakan di awal bahwa seringkali perusahaan
dihadapkan pada sebuah dilema atau pemikiran dalam kebijakan pengaturan modal
kerja. Pada kondisi perusahaan berusaha mempertahankan tingkat likuiditas yang
tinggi dengan memegang banyak uang tunai dan asset lancar lainnya sehingga dapat
mengantisipasi kebutuhan akan uang tunai. Pada kondisi lain, perusahaan akan
berusaha meningkatkan pendapatan untuk memperoleh tingkat rentabilitas yang
tinggi, dengan memegang sedikit asset lancarnya dan mengutamakan investasi jangka
panjangnya.
Adapun pendapat menurut Sutrisno (2000:56) mengenai pengaruh pengelolaan
modal kerja terhadap return on equity adalah sebagai berikut:
“Masalah yang cukup penting dalam pengelolaan modal kerja adalah menentukan
seberapa besar kebutuhan modal kerja perusahaan. Hal ini penting karena bila modal kerja perusahaan terlalu besar berarti ada sebagian dana yang menganggur dan ini akan menurunkan tingkat profitabilitas atau tingkat rentabilitas
Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa modal kerja yang terlalu besar
akan berakibat pada adanya sebagian dana yang menganggur dan menunjukan dana
yang terikat pada modal kerja besar atau kelebihan investasi pada modal kerja. Hal
tersebut akan menurunkan tingkat ROE perusahaan. Apabila modal kerja yang
digunakan lancar, maka perusahaan akan menjadi semakin produktif dalam
menghasilkan tingkat penjualan dan akan meningkatkan laba sehingga akan
meningkatkan return on equity perusahaan.
2.2.2 Hubungan Antara Struktur Modal dan
Return On Equity
Salah satu faktor yang membuat suatu perusahaan memiliki daya saing dalam
jangka panjang karena faktor kuatnya struktur modal yang dimilikinya. Sehingga
keputusan sumber-sumber dana yang dipakai untuk memperkuat struktur modal suatu
perusahaan tidak dapat dilihat sebagai keputusan yang sederhana namun memiliki
implikasi kuat terhadap apa yang akan terjadi di masa yang akan datang.
Menurut Irham Fahmi (2011:112) mengatakan bahwa:
“Keadaan struktur modal akan berakibat langsung pada posisi keuangan
perusahaan sehingga mempengaruhi kinerja keuangan perusahaan. Pernggunaan modal dari pinjaman akan meningkatkan risiko keuangan, berupa biaya bunga yang harus dibayar, walaupun perusahaan mengalami kerugian. Akan tetapi biaya bunga adalah tax deductible, sehingga perusahaan dapat memperoleh manfaat karena bunga diberlakukan sebagai biaya. Bila perusahaan menggunakan modalnya sendiri ketergantungan terhadap pihak
luar berkurang, tetapi modalnya tidaklah merupakan pengurang pajak.”
Adapun menurut Mursidah Nurfadilah (2011), menagatakan bahwa:
“Dimana semakin rendah DER mencerminkan semakin besar kemampuan
peningkatan/penurunan DER seharusnya tidak searah (berbanding terbalik)
dengan ROE”.
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa struktur modal merupakan
faktor penting dalam suatu perusahaan, maka manajer keuangan dituntut harus dapat
menggunakan modal tersebut secara efektif dan efisien.
Untuk lebih memahami kerangka pemikiran dalam penelitian ini, maka dapat
digambarkan dalam kerangka pemikiran yang memperlihatkan hubungan antara
variabel dalam penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Laporan Keuangan
Total Asset Total Pasiva
Struktur Modal
�=� �� � � �� Asset Tetap
�� = � �� �ℎ
� �� 100%
Asset Lancar
Modal Kerja
2.2.3 Hasil Penelitian Terdahulu
Penelitian yang berkaitan dengan Modal kerja, Struktur Modal dan return on equity bukanlah yang pertama kali dilakukan. Maka dikemukakan penelitian-penelitian oleh peneliti lain adalah sebagai berikut:
Tabel 2.1
Results of the study indicated that
the firm’s working capital
management policy, financial leverage
and size have significant relationship to the net income, ROE, and ROA. The ANOVA F
The current assets to total assets ratio shows a weak positive association with the performance
measures of return on assets and return on equity used in the
study.
Asset lancar dibagi total asset menunjukkan hubungan positif
yang lemah dengan ukuran kinerja pengembalian aset dan return on equity yang digunakan dalam penelitian ini.
from Iran (net liquidity balance).
Hasil ini menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara
Thus, the firm’s capital structure is an important determinant of
firm’s financial
performance and the direction of the relationship is reverse.
Dengan demikian, struktur modal perusahaan merupakan faktor penentu penting dari perusahaan
kinerja keuangan dan arah dari hubungan yang
terbalik.
Journal of Arts, Science & Commerce ■ E-ISSN
2229-The study finds that the main results indicate that firm performance is positively related
to
capital structure and statistically significant with TDTA except MBVR was significant with TDTA
& SDTA.
Studi ini menemukan bahwa hasil utama menunjukkan bahwa kinerja perusahaan secara positif
berhubungan dengan struktur modal dan secara statistik
signifikan dengan TDTA kecuali
Aman Srivastava and Dinesh Sharma
Financial Performance: Evidence from India
structure and financial performance of the companies.
Memiliki dampak langsung struktur modal terhadap kinerja
keuangan perusahaan.
2.3 Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2001:39) adalah sebagai berikut:
“Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah
penelitian”.
Bedasarkan kerangka pemikiran di atas maka penulis mencoba merumuskan
hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara dari penelitian sebagai berikut:
H1: Ada pengaruh yang signifikan antara modal kerja dan struktur modal terhadap
return on equity secara parsial pada PT Gudang Garam, Tbk.
H2: Ada pengaruh yang signifikan antara modal kerja dan struktur modal terhadap
40
3.1 Objek Penelitian
Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) adalah:
“Objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek
penelitian. Juga dimana dan kapan penelitian dilakukan. Bisa juga ditambahkan
hal-hal lain jika dianggap perlu”.
Objek yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah modal kerja dan struktur
modal sebagai variabel bebas dan return on equity sebagai variabel terikat. 3.2 Metode Penelitian
Menurut Sugiyono (2012:2) mengenai metode penelitian, adalah sebagai berikut:
“Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan
data dengan tujuan dan kegunaan tertentu”.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode deskriptif dan metode
verifikatif.
Pengertian metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:29) adalah sebagai
berikut:
“Metode deskriptif adalah metode yang digunakan untuk menggambarkan
atau menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk
Tujuan metode deskriptif adalah untuk membuat deskripsi, gambaran atau
lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta
hubungan antar fenomena yang diselidiki.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode deskriptif analitis, yang
dimaksudkan bahwa penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang menekankan
analisisnya pada data-data numeric (angka) yang diolah. Digunakan untuk menguji modal kerja, struktur modal dan return on equity (ROE).
3.2.1 Desain Penelitian
Desain penelitian merupakan rancangan penelitian yang digunakan sebagai
pedoman dalam melakukan proses penelitian. Desain penelitian ini akan berguna bagi
semua pihak yang terlibat dalam proses penelitian.
Desain Penelitian menurut Moh. Nazir (2003:84) adalah:
“Desain Penelitian adalah semua proses yang diperlukan dalam perencanaan
dan pelaksanaan penelitian”.
Langkah-langkah desain penelitian menurut Umi Narimawati (2011:30)
adalah:
Proses penelitian meliputi :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
selanjutnya menetapkan judul penelitian.
2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.
4. Menetapkan tujuan penelitian.
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.
6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang
digunakan.
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan
data.
8. Melakukan analisis data.
9. Menyusun pelaporan hasil penelitian.
Berikut ini penjelasan mengenai langkah-langkah desain penelitian :
1. Menetapkan permasalahan sebagai indikasi dari fenomena penelitian,
selanjutnya menetapkan judul penelitian.
Ada pendapat yang menyatakan bahwa apabila modal kerja tinggi maka
return on equity juga akan meningkat, tetapi pada kenyataannya tidak selalu begitu. Selain itu ada penelitian yang menyatakan bahwa struktur modal
berpengaruh positif terhadap return on equity tetapi pada kenyataannya juga tidak selalu begitu. Maka judul dari penelitian ini adalah pengaruh modal
kerja dan struktur modal terhadap Return on equity. 2. Mengidentifikasi permasalahan yang terjadi.
Banyak faktor yang dapat mempengaruhi return on equity. Dalam penelitian ini yang diambil adalah modal kerja dan struktur modal
Dalam penelitian ini rumusan masalahnya yaitu seberapa besar pengaruh
modal kerja dan struktur modal terhadap return on equity pada PT Gudang Garam Tbk
4. Menetapkan tujuan penelitian.
Tujuan penelitian dalam penelitian ini yaitu ingin menganalisis seberapa besar
pengaruh modal kerja dan struktur modal terhadap return on equity pada PT Gudang Garam Tbk.
5. Menetapkan hipotesis penelitian, berdasarkan fenomena dan dukungan teori.
Hipotesis dalam penelitian ini adalah modal kerja dan struktur modal
berpengaruh terhadap return on equity.
6. Menetapkan konsep variabel sekaligus pengukuran variabel penelitian yang
digunakan.
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah modal kerja dan struktur modal,
sedangkan yang menjadi variabel terikatnya adalah return on equity
Perusahaan.
7. Menetapkan sumber data, teknik penentuan sampel dan teknik pengumpulan
data.
Dalam penelitian ini menggunakan data sekunder yaitu berupa laporan
keuangan, teknik penentuan sampelnya terdiri dari populasi dan sampel.
Sampelnya Laporan Laba rugi dan Neraca PT Gudang Garam Tbk. Periode
tahun 2003 – 2012, teknik pengumpulan datanya di dapat dari dokumentasi
8. Melakukan analisis data.
Analisis data dilakukan dengan menggunakan analisis kualitatif (metode
deskriptif) dan analisis kuantitatif (metode verifikatif).
9. Menyusun pelaporan hasil penelitian.
Desain penelitian yang telah lebih lengkap lagi akan dijelaskan dalam bentuk
tabel dibawah ini :
GARAM Tbk Time Series
T-2 Verifikatif
Analysis Explanatory Survey
PT GUDANG
GARAM Tbk Time Series
T-3 Verificative
Analysis Explanatory Survey
PT GUDANG
GARAM Tbk Time Series
Sumber : Umi Narimawati 2010
Dari tabel diatas kemudian peneliti meguraikan sebagai berikut :
1. Tujuan penelitian pertama adalah untuk menganalisis modal kerja, struktur modal,
dan return on equity dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, melalaui unit analisis yaitu perusahaan.
2. Tujuan penelitian kedua adalah untuk menganalisis modal kerja dan struktur
modal terhadap return on equity (ROE) secara parsial dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul, melalui unit