• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Ilustrasi Pada E-Book Novel Wiro Sableng Episode Makam Tanpa Nisan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Ilustrasi Pada E-Book Novel Wiro Sableng Episode Makam Tanpa Nisan"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Perkembangan sastra di Indonesia dimulai ketika bangsa pribumi diperbolehkan untuk mendapatkan pendidikan formal, walaupun pada saat itu pendidikan formal dimiliki oleh pemerintah Belanda. Setelah mendapatkan pendidikan formal, lahirlah para sastrawan hebat yang menciptakan karya masterpiece pada zamannya.

Genre sastra secara garis besar terbagi dalam tiga bentuk, yaitu puisi, prosa dan drama. Novel adalah salah satu bagian dari prosa, lebih tepatnya prosa modern. Dari tahun ketahun novel di Indonesia semakin berkembang, dari segi cerita, tokoh dan tema yang diangkat. Perkembangan novel juga didukung oleh banyaknya sastrawan baru yang bermunculan sehingga memperkaya kesusasteraan di Indonesia.

Pada awalnya novel banyak bercerita tentang agama, sejarah, spiritual, sosial, etnis hingga politik. Seiring dengan perkembangan zaman kemudian para pembaca mulai beralih pada cerita yang bertema fiksi, perempuan, sains,

action, biografi, bibliografi dan percintaan. Masing-masing novel

mengungkapkan semangat dan juga kejadian dari setiap zaman dimana novel itu lahir.

(2)

2 adalah Api di Bukit Menoreh yang serinya sangat panjang karya S.H. Mintardja, Nagasasra Sabukinten karya S.H. Mintardja, Tutur Tinular karya S. Tijab, Darah di Wilwatikta karya Dee dan Kuti, Bende Mataram karya menulis akhir dari cerita mengenai tokoh yang telah ditulisnya. Sehingga membuat cerita novel Wiro Sableng terasa menggantung dan membuat para penggemar penasaran dengan cerita lanjutannya.

Penulis novel silat seperti Kho Ping Ho dan Bastian sudah lama meninggal. Sehingga novel silat saat ini kurang mengalami perkembangan dan mulai tergeser oleh cerita bertemakan percintaan, agama, sosial, politik, misteri dan fiksi ilmiah. Sebenarnya novel silat memiliki manfaat yang baik bagi pembacanya.

Novel silat Wiro Sableng menceritakan tentang petualangan Wiro Sableng diseluruh Indonesia bahkan sampai keluar negeri. Sehingga dengan membaca novel silat Wiro Sableng pembaca dapat mengenal kebudayaan daerah seperti bahasa daerah, pakaian tradisional dan tempat-tempat khas daerah di Indonesia.

(3)

3 dengan tampilan yang berbeda. Dengan begitu diharapkan minat baca terhadap novel silat dapat bertambah.

1.2Identifikasi Masalah

Dari penjelasan latar belakang di atas dapat diidentifikasi beberapa masalah yang didapat, yaitu:

a. Berkurangnya pengarang novel silat yang produktif pada saat ini.

b. Perkembangan novel silat saat ini kurang signifikan bila dibandingkan tahun-tahun sebelumnya.

c. Kurangnya minat pembaca dalam membaca novel silat bila dibandingkan dengan novel percintaan atau fiksi ilmiah.

d. Novel silat Wiro Sableng kurang dikenal dimasyarakat terutama kalangan pelajar.

1.3Rumusan Masalah

Berdasarkan penjelasan identifikasi masalah di atas, maka didapat rumusan masalahnya yaitu:

- Bagaimana memperbaharui tampilan novel silat Wiro Sableng menjadi lebih kekinian sesuai dengan perkembangan teknologi?

- Bagaimana menggambarkan tokoh Wiro Sableng sesuai dengan cerita dari penulisnya?

1.4Batasan Malasah

Dari permasalahan di atas dibatasi pada bagaimana memperbaharui tampilan media novel silat agar sesuai dengan kebutuhan target audience tanpa mengubah alur cerita yang terdapat di dalam novel Wiro Sableng Episode Makam Tanpa Nisan karangan Bastian Tito.

1.5Tujuan Perancangan

(4)
(5)

5 BAB II

WIRO SABLENG SEBAGAI SALAH SATU NOVEL SILAT DI INDONESIA

II.1 Definisi Sastra

Esten (1978, 9) Sastra atau Kesusastraan adalah pengungkapan dari fakta artistik dan imajinatif sebagai manifestasi kehidupan manusia (dan masyarakat) melalui bahasa sebagai medium dan memiliki efek yang positif terhadap kehidupan manusia (kemanusiaan).

Sapardi (1979, 1) Memaparkan bahwa sastra itu adalah lembaga sosial yang menggunakan bahasa sebagai medium. Bahasa itu sendiri merupakan ciptaan sosial. Sastra menampilkan gambaran kehidupan dan kehidupan itu sendiri adalah suatu kenyataan sosial.

Secara garis besar sastra dibagi menjadi dua bentuk, yaitu Prosa dan Puisi. Prosa adalah karya sastra yang tidak terikat oleh aturan sedangkan puisi adalah karya sastra yang terikat dengan kaidah dan aturan tertentu. Contoh dari karya sastra Puisi yaitu puisi, pantun dan syair sedangkan contoh dari karya sastra Prosa adalah novel, cerita/cerpen dan drama.

(6)

6 II.2 Novel

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi III tahun 2008, oleh Balai Pustaka, novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.

Abrams (seperti dikutip Purba, 2012) Istilah novel dalam bahasa Indonesia berasal dari istilah novel dalam bahasa Inggris. Sebelumnya istilah novel dalam bahasa Inggris berasal dari bahasa Itali, yaitu novella (yang dalam bahasa Jerman novelle). Novella diartikan sebuah barang baru kecil, kemudian diartikan sebagai cerita pendek dalam bentuk prosa.

Novel atau roman adalah cerita fiktif yang panjang. Dalam bahasa inggris disebut novel, dalam bahasa Perancis disebut roman (dalam bahasa Belanda juga disebut roman). Oleh karena rangkaian ceritanya panjang, maka novel atau roman memiliki tokoh-tokoh yang umumnya lebih dari satu, kadang tokoh utama diceritakan dari kelahiran sampai kematian-bahkan sampai generasi selanjutnya-dengan watak atau karakter masing-masing tokoh dengan keunikannya sendiri-sendiri. Di dalam cerita rekaan itu unsur-unsur penunjang fiksi dihadirkan dengan cara yang sangat meyakinkan, seperti alur, atmosfer, watak, peristiwa, tema, tokoh, dan sebagainya yang diikat oleh bahasa yang memikat.

(7)

7 pekerti yang dimiliki oleh tokoh. Perwatakan adalah cara pandang menampilkan watak para tokoh dalam cerita yaitu secara langsung (analitik) dan tidak langsung (dramatik).

c) Latar/Seting

Latar merupakan peristiwa dalam prosa fiksi dilatari oleh tempat, waktu dan situasi tertentu.

d) Alur/Plot

Alur adalah rangkaian peristiwa yang memiliki hubungan sebab akibat. e) Gaya Bahasa

Gaya bahasa adalah cara seseorang pengarang menyampaikan adalah bagaimana pengarang menguraikan isi ceritanya kepada pembaca. Ada yang menggunakan bahasa lugas, ada yang bercerita dengan bahasa pergaulan atau bahasa sehari-hari.

f) Sudut Pandang

Sudut pandang merupakan cara seorang pengarang dalam memaparkan ceritanya dapat memilih sudut pandang tertentu. Pengarang dapat memilih satu atau lebih narator/pencerita yang bertugas memaparkan ide, peristiwa dalam prosa fiksi.

II.3 Novel Indonesia

Sastra di Indonesia sama-sama berkembang dengan dunia pendidikan di Indonesia. Di tahun 1900-an ketika penjajah Belanda membolehkan bangsa boemi poetra (Sebutan untuk orang Indonesia oleh Belanda) memasuki dunia pendidikan formal. Mulai dari situ banyak bermunculan sastrawan yang menciptakan karya seperti puisi dan prosa.

(8)

8 Angkatan 1920-an identik dengan novel Marah Rusli berjudul Siti Nurbaya; angkatan 1933 dengan tokoh sastrawannya Sutan Takdir Alisahbana (dalam bidang prosa) dan Amir Hamzah (bidang puisi). Angkatan 1945 dengan tokoh sentralnya, Chairil Anwar dengan puisi-puisinya yang sangat monumental berjudul Aku. Angkatan 1966 dengan tokoh centralnya Taufik Ismail dengan kumpulan puisinya berjudul Tirani dan Benteng.

Pembagian angkatan seperti itu dikemukakan oleh Hans Bague Jassin (H.B. Jassin), seorang ahli sastra Indonesia yang sering disebut-sebut sebagai Paus Sastra Indonesia. Tetapi yang lebih penting ketahui adalah bahwa sastra Indonesia dari masa ke masa mengalami perkembangan.

Di Indonesia terdapat berbagai jenis novel, diantaranya adalah :

1. Novel Romantis adalah novel yang bercerita seputar percintaan dan kasih sayang dari awal sampai akhir. Contohnya adalah Ayat-Ayat Cinta, Gita Cinta dari SMU, dan masih banyak lagi.

(9)

9 5. Novel Inspiratif adalah jenis novel yang ceritanya mampu menginspirasi banyak orang. Umumnya novel ini penuh dengan pesan moral atau hikmah tertentu yang dapat diambil oleh pembacanya sehingga pembaca akan termotivasi untuk melakukan hal yang lebih baik. Contohnya adalah Chairul Tanjung Si Anak Singkong.

6. Novel Silat atau yang lebih dikenal dengan cerita silat. Cerita silat adalah suatu cerita yang dihiasi dengan kental oleh bumbu-bumbu ilmu beladiri, dari penuntutan ilmu, mencari lawan tanding, memiliki murid dan mencapai kesadaran bahwa tataran tertinggi adalah tidak berkelahi dan saling mengasihi. Contohnya adalah Api di Bukit Menoreh dan Wiro Sableng.

(Aksan, 2013) Dalam perkembangannya cerita silat di Indonesia memiliki banyak karya yang populer. Pada tahun 1970-an novel silat begitu menjamur, novel silat yang populer diantaranya adalah:

a. Bu Kek Sian Su karya Kho Ping Ho

Gambar II.1 Cover Novel Silat Bu Kek Siansu

Sumber :

(10)

10 b. Api di Bukit Menoreh karya S. H. Mintardja

Gambar II.2 Cover Novel Silat Api di Bukit Menoreh

Sumber :

http://4.bp.blogspot.com/_DbZNa5NgTSQ/SwYyHb6mCoI/AAAAAAAAA Co/ETv5vSPlGW0/s1600/Cover+ADBM+1.jpg (30 Desember 2013)

c. Naga Sasra dan Sabuk Inten karya S. H Mintardja

Gambar II.3 Cover Novel Silat Naga Sasra dan Sabuk Inten

Sumber :

(11)

11 d. Bende Mataram karya Herman Pratikto

Gambar II.4 Cover Novel Silat Bende Mataram

Sumber :

https://d202m5krfqbpi5.cloudfront.net/books/1239067928l/6384210.jpg (30 Desember 2013)

e. Wiro Sableng karya Bastian Tito

Gambar II.5 Cover Novel Silat Wiro Sableng

Sumber :

(12)

12 II.4 Novel Wiro Sableng

Novel Wiro Sableng merupakan sebuah karya populer karangan Bastian Tito. Novel ini bercerita tentang seorang pendekar yang memiliki ilmu silat yang hebat yang diturunkan oleh gurunya yang bernama Sinto Gendeng. Wiro Sableng memiliki nama asli Wira Saksana dan ibunya bernama Suci.

II.4.1 Tokoh Wiro Sableng

Wiro Sableng banyak digambarkan dengan ciri-ciri seorang pemuda berusia 20-an, dengan rambut gondrong acak-acakan, berbadan tegap, beralis tebal, memakai ikat kepala putih, pakaian serba putih, kulitnya bersih kuning mirip kulit perempuan. Dia juga memiliki rajah angka “212” di dadanya.

Gambar II.6 Wiro Sableng

Sumber :

http://1.bp.blogspot.com/-sxmdwNSfa7w/UYjgjnT_AwI/AAAAAAAABMg/YWlwRWJ80RA/s16 00/wiro-sableng.jpg (20 Februari 2014)

Wiro Sableng memiliki beberapa senjata utama yaitu : 1. Kapal Maut Naga Geni 212

(13)

13 Di seri pertama Wiro Sableng : "Empat Berewok dari Goa Sanggreng", dikatakan bahwa kapak ini terbuat dari logam dan gading. Mulut ukiran naga dapat menembakkan jarum-jarum beracun, dengan jalan menekan tombol rahasia pada kapak. "Seruling" di gagang kapak dapat ditiup dan mengeluarkan suara yang sangat dahsyat. Beberapa musuh WIro Sableng yang tidak dapat dibunuh dengan kesaktiannya yang lain, dapat dikalahkan atau dibunuh dengan bunyi seruling ini, misalnya : Dewi Siluman dari Bukit Tunggul pada episode Dewi Siluman dari Bukit Tunggul, atau nenek Arashi pada episode Pendekar Gunung Fuji. Kapak ini baru dapat digunakan dengan mengerahkan tenaga dalam. Tebasannya terlihat seperti sinar putih dan mengeluarkan bunyi seperti dengungan ratusan tawon. Kapak ini juga mengandung racun mematikan. Pada

Batu hitam seukuran telapak tangan orang dewasa, berukir angka 212. Jika batu hitam ini diadu dengan mata Kapak Maut Naga Geni 212, dapat memercikkan semburan api besar yang sangat panas.

3. Bintang 212

Senjata rahasia berbentuk bintang dengan ukiran angka 212, digunakan dengan cara dilemparkan, seperti senjata "shuriken" milik ninja. Bintang 212 digunakan dalam episode Keris Tumbal Wilayuda dan Rahasia Lukisan Telanjang.

II.4.2 Judul-judul Novel Wiro Sableng

(14)

14 lanjutannya hingga mencapai lebih dari 150 judul. Berikut beberapa judul novel Wiro Sableng:

1. Empat Brewok dari Goa Sanggreng 2. Maut Bernyanyi di Pajajaran 3. Dendam Orang-orang Sakti 4. Badai di Parang Teritis 5. Guci Setan

6. Makam Tanpa Nisan 7. Wasiat Iblis

8. Rahasia Lukisan Telanjang 9. Raja Rencong dari Utara

10.Pangeran Matahari dari Puncak Merapi 11.Senandung Kematian

12.Hancurnya Istana Darah 13.Dewi Dua Musim

14.Jabang Bayi Dalam Guci 15.Rahasia Cinta Tua Gila 16.Asmara Darah Tua Gila 17.Roh Dalam Keraton

Gambar II.7 Buku Novel Silat Wiro Sableng

Sumber :

(15)

15 II.5 Lagu Tema

Lagu Tema Wiro Sableng begitu populer seiring dengan kepopuleran sinetronnya. Lagu ini juga sangat melekat diingatan penonton, bahkan masih banyak orang bisa menyanyikan sepenggal bagian lirik lagunya. Lagu bergenre Rap ini memiliki irama yang mudah diterima oleh pendengar. Liriknya juga berisi tentang kisah hidup Wiro Sableng.

Penyanyi : Harry O.G feat. Eric McWax Ciptaan : Agus H.H & J.J Jonathan Lirik :

Kau bukan utamakan tegap gagah perkasa Siapa dia? Wiro Sableng

Membela kebenaran membasmi kejahatan Inilah dia Wiro Sableng

Sikapnya lucu, tingkahnya aneh

Persis orang yang kurang ingatan dan tak sadar

Dia slengean tapi cinta damai Wiro Sableng disukai banyak orang Wiro Sableng, dasar sableng, gurunya gendeng muridnya sableng

Aku melangkah menyusuri dunia mencari arti kehidupan Walau rintangan menghalangi aku tetap tabah menghadapinya Sibakkan tirai yang menyelimuti diri meraih satu keputusan Tegakkan keadilan seluruh jagat insani

Cahaya kemenangan menyatu hati nurani

Wiro, Wiro Sableng, Sinto, Sinto Gendeng Wiro, Murid Sableng, Sinto, Guru Gendeng

Wiro Saksono itu nama aslinya, lahir dari ibu bernama Suci Dengan ayahnya bernama Raden Rana Weleng

(16)

16 Alias Eyang Sinto Gendeng, atau Sinto, Sinto Gila

Wiro Sableng mewariskan sebuah senjata sakti

Berupa kapak bermata dua, berhulu satu, berkepala naga

Kapak Naga Geni 212 namanya, senjatanya pamungkasnya Wiro Sableng yang hebat, yang siap membasmi orang-orang jahat

Angka 212 memiliki makna di dalam kehidupan

Dalam diri manusia terdapat dua unsur ingat duniawi dan Tuhan Segala yang ada di dalam dunia ini, terdiri atas dua bagian Yang berlainan namun merupakan pasangan

Keduanya tak dapat terpisahkan

Wiro, Wiro Sableng, Sinto, Sinto Gendeng Wiro, Murid Sableng, Sinto, Guru Gendeng Wiro, Wiro Sableng, Sinto, Sinto Gendeng Wiro, Murid Sableng, Sinto, Guru Gendeng Muridnya sableng? Gurunya gendeng?

II.6 Pengenalan Tentang Wiro Sableng

Sudah lebih dari 10 tahun sejak dibuatnya sinetron adaptasi Wiro Sableng yang tayang di televisi tidak ada lagi media yang memperkenalkan Wiro Sableng kepada masyarakat. Selain itu, kurang populernya novel silat dikalangan pelajar sehingga novel silat Wiro Sableng yang mulai terpinggirkan oleh novel-novel percintaan dan fiksi ilmiah yang kini banyak bermunculan.

(17)

17 II.7 Definisi E-book

Dengan pesatnya perkembangan teknologi membuat kehidupan menjadi semakin mudah dan praktis. Salah satunya adalah dengan adanya buku digital atau yang lebih populer dengan sebutan e-book. Berdasarkan kamus Oxford e-book adalah versi elektronik dari buku cetak yang dapat dibaca pada komputer pribadi. E-book merupakan singkatan dari electronic book atau buku elektronik. E-book memiliki berbagai macam format file, bisa berupa file pdf (portable document format), yang dapat dibuka dengan menggunakan program Adobe Reader, Foxit Reader, dan lainnya. Lalu ada juga yang berupa file html, yang dapat dibuka melalui browser seperti Mozilla Firefox, Google Chrome, atau program sejenis. Ada juga yang berupa file exe yang dapat langsung dibuka pada sistem operasi Windows. Tetapi kebanyak e-book yang beredar adalah berupa file pdf dan exe. Terciptanya e-book ini mepermudah para pembaca untuk melampiaskan hobinya membaca. E-book ini juga tidak membutuhkan tempat yang besar juga tidak membutuhkan bahan baku kertas, cukup dengan menyimpannya dalam media penyimpanan seperti harddisk atau flashdisk.

II.8 Contoh Novel dengan Ilustrasi

(18)

18

Gambar II.8 Cover Novel Antologi Rasa Illustrated Edition

Sumber :

http://i1141.photobucket.com/albums/n583/coldyice/AR-Cover.jpg~original

II.9 Kesimpulan dan Solusi

Karena berkurangnya penulis novel silat sekarang ini menyebabkan perkembangan novel silat menjadi kurang signifikan bila dibandingkan dengan genre novel lainnnya. Dengan demikian diperlukan pembaharuan dalam menampilkan novel silat, yaitu dengan menambahkan unsur gambar untuk memvisualisasikan adegan cerita atau penggambaran karakter tokoh. Diharapkan minat pembaca terhadap novel silat dapat kembali meningkat.

II.10 Target Audience

Target audience untuk pengenalan kembali Wiro Sableng adalah remaja dan dewasa yang berumur 18 tahun keatas. Kebanyakan pembaca novel silat sudah beranjak dewasa karena novel Wiro Sableng dirilis sekitar tahun 1970-an.

II.10.1Demografis

Berdasarkan demografis target audience dapat dikategorikan sebagai berikut :

a. Usia : 18 tahun keatas

(19)

19 c. Pendidikan : Sekolah Menengah Atas atau Mahasiswa d. Status Sosial : Semua kalangan.

e. Agama : Islam, Kristen, Budha, Hindu

II.10.2Psikografis

Berdasarkan psikografis, target audience yang akan dicapai adalah para pelajar gemar membaca, sejarah, kepahlawanan.

II.10.3Geografis

(20)

20 BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

III.1 Strategi Perancangan

Salah satu permasalahan yang diambil adalah mengenai bagaimana memperbaharui tampilan novel silat Wiro Sableng agar tidak terlihat seperti novel silat biasanya sehingga pembaca tidak merasa cepat bosan, agar minat baca pelajar dapat meningkat. Maka dari itu diperlukan penambahan unsur dalam perancangan novel silat Wiro Sableng, yaitu dengan menambahkan ilustrasi dan unsur interaktif untuk menarik minat pembaca. E-book novel ini bertujuan untuk mengenalkan Wiro Sableng kepada pelajar, menggambarkan alur cerita dan memperjelas penggambaran tokoh karakter. Dalam pembuatan e-book novel Wiro Sableng dapat dilakukan strategi perancangan, sebagai berikut:

III.1.1 Pendekatan Komunikasi a. Materi Pesan

Materi pesan yang disampaikan dalam novel Wiro Sableng adalah untuk memperjelas visual penokohan karakter, penggambaran latar tempat kejadian, penggambaran adegan cerita.

b. Tujuan Komunikasi

Tujuan komunikasi dari perancangan e-book novel Wiro Sableng ini adalah:

1. Menggambarkan tokoh Wiro Sableng kepada pembaca sesuai dengan gambaran yang ada dalam novel.

(21)

21 kartun semi realis digunakan agar penggambaran tokoh dapat mendekati sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam novel. Dengan gaya kartun semi realis ini juga bertujuan agar materi pesan cerita yang ingin disampaikan pengarang dapat diterima oleh pembaca dengan baik.

Untuk lebih menarik perhatian pembaca maka tampilan dari Wiro Sableng juga akan diperbaharui tanpa menghilangkan ciri khas yang sudah melekat dalam ingatan penggemar yang telah menonton film atau serialnya tetapi sesuai dengan penjelasan yang terdapat dalam novel.

d. Pendekatan Verbal

Pendekatan verbal yang akan digunakan adalah dengan menggunakan bahasa Indonesia yang tidak terlalu baku. Karena dalam teks novel Wiro Sableng sendiri tidak menggunakan bahasa yang baku. Kadang terdapat bahasa daerah dan juga kata-kata yang sedikit kasar. Sehingga para pembaca akan tetap merasakan ciri khas dari novel Wiro Sableng sendiri.

III.1.2 Strategi Kreatif

(22)

22 dimaksudkan agar dapat membantu pembaca dalam membayangkan kejadian dan penggambaran tokoh yang ada dalam novel. Tombol navigasi juga dibuat agar para pembaca lebih mudah berpindah halaman tanpa harus memindahkan halaman satu persatu. Sehingga novel e-book ini akan lebih menarik berbeda dari novel silat pada umumnya.

III.1.3 Strategi Media

Media yang dirancang akan dibuat sesuai dengan kebutuhan target audience, mengikuti perkembangan teknologi, efektif dan efisien agar informasi yang disampaikan dapat diterima dan dipahami dengan baik. Oleh karena itu, media yang akan dirancang terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

1. Media Utama

Membuat ilustrasi pada e-book novel silat yang berisi tentang cerita perjalanan Wiro Sableng melawan musuh yang menghadangnya. Tujuan dibuatnya ilustrasi pada e-book novel silat ini supaya penampilan cerita silat lebih menarik, membantu meningkatkan minat pembaca terhadap novel silat, sekaligus membantu dalam proses penyampaian pesan cerita novel.

2. Media Pendukung

Untuk menambah minat pelajar dalam mengenal novel silat Wiro Sableng maka akan dibuat media pendukung yang sifatnya mendukung, melengkapi dan mempromosikan media utama, yaitu:

 Mug

(23)

23  Pembatas buku

Karena target audience primer adalah pembaca maka dibuat pembatas buku sebagai salah satu media pendukung. Agar pembaca dapat menggunakan pembatas buku ketika membaca buku lainnya.

 Kaos

Kaos sebagai merchandise juga dapat ikut mengenalkan Wiro Sableng kepada masyarakat.

 Sticker

Sticker adalah media yang dapat ditempel dimana saja. Jadi sticker dapat menjadi media promosi yang baik.

III.1.4 Strategi Distribusi

Dalam pendistribusian e-book novel Wiro Sableng ini akan disebarkan secara gratis melalui media sosial seperti Facebook, Twitter, Path dan Instagram. Karena di Facebook sudah tercipta group penggemar novel silat Wiro Sableng. E-book ini akan diunggah di sebuah server sehingga pembaca dapat mengunduhnya dengan mudah dimana saja.

III.2 Konsep Visual

Konsep visual yang akan dirancang dalam e-book novel ini dengan menggunakan gaya visual kartun semi realis, dengan warna-warna yang cerah agar para pembaca tidak merasa bosan dan tampilannya lebih menarik. Penambahan elemen visual seperti tipografi dan ilustrasi yang sesuai dengan alur cerita agar cerita yang disampaikan dapat dimengerti oleh pembaca.

III.2.1 Format Desain

(24)

24 layar monitor high definition. Untuk resolusi novelnya sendiri adalah 457 x 650 pixel atau sama dengan kertas A5. Dengan resolusi tersebut maka tampilan gambar yang dihasilkan bisa lebih jelas dilihat agar dapat mempermudah pembaca dalam membaca isi cerita novel.

III.2.2 Tata Letak

Layout atau tata letak adalah penempatan elemen visual yang ada e-book novel seperti teks, ilustrasi, tombol navigasi dan semua konten yang terdapat dalam e-book novel ini tertata dengan baik sehingga tampilannya dapat lebih enak dipandang dan menarik. Berikut layout novel e-book yang akan ditampilkan :

Gambar III.1 Tata letak e-book novel

Sumber : Dokumen Pribadi

III.2.3 Tipografi

(25)

25 tidak membuat mata cepat lelah atau mengantuk. Oleh karena itu, huruf yang dipilih dalam perancangan e-book novel adalah sebagai berikut:

a) Judul

Pada bagian judul font yang digunakan adalah Charlemagne Std Bold. Font ini dipilih karena mempunyai kesan yang klasik tapi tetap kokoh dan kuat. Kemudian dibagian judul episode menggunakan font Viner Hand ITC. Karena font ini memberikan kesan tulisan tangan manusia, seperti tulisan pada batu nisan yang masih baru. Sehingga menambah kesan angker dan tragis.

Gambar III.2 Font Charlemagne Std Bold

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar III.3 Font Viner Hand ITC

(26)

26

Gambar III.4 Penggunaan font Charlemagne Std Bold pada logo dan Viner

Hand ITC pada judul buku

Sumber : Dokumen Pribadi

b) Isi Teks

Untuk bagian isi dari novel ini akan menggunakan font Good Fish. Font ini akan digunakan karena memiliki keterbacaan yang baik, tidak membuat mata cepat lelah ketika kita membaca teks yang banyak dan panjang dan juga memberikan kesan klasik.

Gambar III.5 Font GoodFish

Sumber : Dokumen Pribadi

III.2.4 Ilustrasi

(27)

27 kejadian yang ada dalam novel dengan baik. Gaya ilustrasi ini dipilih agar sesuai dengan isi cerita novel dan penggambaran tokoh dapat sesuai dengan penjelasan dalam novel. Sehingga dapat membantu pembaca dalam mengimajinasikan setiap adegan yang terdapat dalam novel dan membuat pembaca lebih tertarik dalam membaca novel dan tidak membuat pembaca cepat bosan.

Gambar III.6 Referensi gaya ilustrasi

Sumber :

https://m1.behance.net/rendition/modules/116615811/hd/2fee3a101900e 6b89da1bf7784553ec2.jpg (7 Juni 2014)

III.2.5 Warna

(28)

28 novel adalah zaman ketika belum adanya peradaban modern. Sehingga kebanyakan berlatar tempat di hutan atau pantai.

Gambar III.7 Palet Warna

Sumber : Dokumen Pribadi

III.2.6 Alur Cerita

Episode Makam Tanpa Nisan ini bercerita tentang seseorang pendekar hebat bernama Datuk Tinggi Raja Di Langit yang ingin membalas dendam kepada Wiro Sableng karena telah membunuh adiknya Datuk Sipatoka. Selain ingin membalas dendam Datuk Tinggi Raja Di Langit juga ingin mengambil Kapak Maut Naga Geni 212 dan Benang Kayangan dari tangan Wiro Sableng.

Untuk memancing kedatangan Wiro Sableng dan para pendekar hebat ke pula terpencil, Datuk Tinggi menyebarkan kabar bahwa Tua Gila telah meninggal dan dimakamkan di pulau dimana Tua Gila tinggal.

(29)

29 ternyata ada dua makam di pulau itu. Pada nisan makam yang satu tertuliskan nama Tua Gila, sedangkan makam yang satunya lagi tidak terdapat nisan.

Setiap pendekar yang datang diajak bertarung oleh Datuk Tinggi Raja Di Langit. Karena senjatanya yang hebat mereka pun kalah dan meninggal di pulau itu.

Suatu ketika Wiro Sableng datang untuk menziarahi makam Tua Gila. Ketika melihat ada dua makam dihadapannya, dia merasa heran makam siapa yang ada disebelah makam Tua Gila. Lalu tiba-tiba Datuk Tinggi Raja Di Langit muncul. Akhirnya Datuk Tinggi memberitahu bahwa makam yang tidak bernisan itu adalah makam Wiro Sableng.

Pertarungan antara Wiro Sableng dan Datuk Tinggi pun terjadi dan Wiro pun mengalami kekalahan karena kemampuan silat yang dimiliki Datuk Tinggi begitu hebat. Akhirnya Wiro masuk ke dalam makam yang tak bernisan itu dan berhasil mengambil Kapak Maut Naga Geni 212.

Tak lama setelah Wiro sampai di pulau terpencil itu, ternyata datang juga seorang gadis bernama Pandansuri. Karena bantuan Pandansuri senjata hebat milik Datuk Tinggi dapat diambil oleh Tua Gila. Dan akhirnya Datuk Tinggi dapat dikalahkan.

III.2.7 Studi Karakter

Karakter-karakter yang ada pada novel Wiro Sableng episode Makam Tanpa Nisan adalah sebagai berikut:

1. Wiro Sableng

(30)

30 ilmu dengannya untuk menguji kehebatan yang dimiliki Wiro Sableng. Atau banyak juga para pendekar lain yang ingin mengambil senjata sakti yang dimiliki oleh Wiro Sableng yaitu Kapak Maut Naga Geni 212. Wiro Sableng berpakaian serba putih, ikat kepalanya juga putih, rambutnya menjulai gondrong sebahu dan agak acak-acakan, tubuhnya tegap, tampangnya gagah dan kulitnya kuning, hampir seperti kulit perempuan, usianya baru menginjak awal 20-an.

Gambar III.8 Karakter Wiro Sableng

Sumber : Dokumen Pribadi

2. Datuk Tinggi Raja Dilangit

(31)

31 cantik. Datuk Tinggi Raja Dilangit memiliki sosok tubuh tinggi besar, bermuka panjang yang tertutup kumis dan brewokan liar, sepasang matanya sangat besar, berkumis dan berjenggot lebat, memakai pakaian berwarna kuning, bermantel hitam dalam sebatas lutut, dikepalanya bertengger topi tinggi, suaranya garang dan keras, giginya besar serta taring seperti harimau, memakai kasut kulit sampai sebatas lutut.

Gambar III.9 Karakter Datuk Tinggi Raja Dilangit

Sumber : Dokumen Pribadi

3. Nyanyuk Amber

(32)

32 bersisa. Kedua tangannya kiri kanan buntung sebatas pergelangan. Kedua kakinya juga buntung. Rambutnya putih jarang. Memakai jubah hitam. Pada bagian bahu kiri kanan baju hitam ini terdapat sebuah saku. Dan pada masing-masing saku tersisip selusin senjata berbentuk anak panah kecil sepanjang setengah jengkal, terbuat dari perak putih.

Gambar III.10 Karakter Nyanyuk Amber

Sumber : Dokumen Pribadi

4. Tua Gila

(33)

33

Gambar III.11 Karakter Tua Gila

Sumber : Dokumen Pribadi

5. Pandansuri

(34)

34

Gambar III.12 Karakter Pandansuri

Sumber : Dokumen Pribadi

6. Malin Sati

(35)

35

Gambar III.13 Karakter Malin Sati

Sumber : Dokumen Pribadi

7. Kiyai Surah Ungu

(36)

36

Gambar III.14 Karakter Kiyai Surah Ungu

Sumber : Dokumen Pribadi

8. Ramadi Watampone

(37)

37

Gambar III.15 Karakter Ramadi Watampone

Sumber : Dokumen Pribadi

9. Saringgih

(38)

38

Gambar III.16 Karakter Saringgih

(39)

39 BAB IV

MEDIA DAN TEKNIS PRODUKSI

VI.1 Proses Perancangan Ilustrasi Pada Novel Wiro Sableng

Dalam proses perancangan ilustrasi novel Wiro Sableng ini terdiri dari beberapa tahapan yang meliputi:

1. Membuat storyline dari setiap bab yang ada pada novel untuk dijadikan ilustrasi yang akan ditampilkan.

2. Membuat sketsa pensil di kertas A4 dari berdasarkan storyline yang telah dibuat.

3. Pewarnaan secara digital gambar sketsa yang telah dibuat di Adobe Illustrator.

4. Membuat layout teks novel dan gambar digital di dalam software Adobe InDesign.

5. Membuat tampilan e-book di software Adobe Flash.

VI.2 Media Utama

Media utama yang dibuat adalah ilustrasi pada e-book novel. Yaitu penggambaran adegan cerita yang diambil dari inti cerita setiap bab yang terdapat di dalam buku elektronik novel Wiro Sableng. Sehingga penyajian novel silat akan lebih menarik dan tidak membosankan ketika dibaca.

VI.2.1 Pembuatan Storyline

(40)

40 1. Di ujung depan, di sebelah tengah lapangan tampak dua gundukan tanah kuburan yang masih merah. Dari dua makam itu hanya satu yang memiliki batu nisan.

2. Kiyai Surah Ungu dan Ramadi Watampone segera membalik. Keduanya sama melengak kaget. Hanya delapan langkah di hadapan mereka tegak sesosok tubuh tinggi besar. Selain pakaian kuning yang dikenakannya, orang ini juga bermantel hitam dalam sebatas lutut. Wajahnya terlindung oleh kepekatan malam hingga tak bisa dikenali. Dikepalanya bertengger sebuah topi tinggi.

3. Di lereng barat Gunung Singgalang, seorang lelaki tengah asyik membakar seekor ikan besar sambil menyanyi di halaman rumah. Bau sedap ikan panggang ini menebar kemana-mana.

4. Tepat ketika dia memandang di sebuah celah antara dua batu karang tinggi mendadak dia melihat bayangan hitam besar bergerak.

5. Datuk Tinggi mengeluarkan senjata rahasianya untuk melawan Nyanyuk Amber.

6. Di celah batu-batu besar hitam Saringgih menghentikan perahunya, lalu dia mendukung Nyanyuk Amber turun ke darat.

7. Wiro angkat kepala, Pendekar 212 melengak kaget ketika melihat satu sosok tubuh tinggi besar bermantel hitam tahu-tahu sudah tegak dihadapannya.

8. Tiba-tiba Wiro menggerakkan kedua tangannya. Dua telapak tangan menghadap ke depan dan didorongkan perlahan saja. Ada hawa aneh yang memancarkan sinar hitam redup menyongsong pukulan sinar matahari. 9. Tua Gila mengeluarkan benang kayangan untuk menghabisi Datuk Tinggi

namun Datuk Tinggi berhasil menangkap sambaran Tua Gila.

10.Ketika Pandansuri sampai di mulut goa sang dara dikejutkan oleh apa yang dilihatnya di dalam goa batu itu. Seorang anak lelaki berusia sekitar enam tahun duduk tersandar ke diding goa.

(41)

41 12.Wiro Sableng, Tua Gila, Nyanyuk Amber dan Pandansuri bersiap untuk

melawan Datuk Tinggi di atas batu cadas.

13.Datuk Tinggi melihat seorang perempuan duduk diatas sebuah batu hitam membelakanginya sedang bermain saluang. Kedua tangannya memegang sebuah saluang yang ditiupnya dengan suara merdu diselingi dengan suara nyanyian yang berhiba-hiba.

14.Lalu Tua Gila meringkus kedua kaki Datuk Tinggi dan menyeretnya ke tengah pulau.

VI.2.2 Pembuatan Sketsa

Setelah storyline dibuat maka selanjutnya adalah membuat sketsa pensil di kertas A4. Berikut adalah salah satu gambar sketsa :

Gambar VI.1 Sketsa Ilustrasi Bab 1

(42)

42

Gambar VI.2 Sketsa Ilustrasi Bab 2

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.3 Sketsa Ilustrasi Bab 3

(43)

43

Gambar VI.4 Sketsa Ilustrasi Bab 4

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.5 Sketsa Ilustrasi Bab5

(44)

44

Gambar VI.6 Sketsa Ilustrasi Bab 7

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.7 Sketsa Ilustrasi Bab 12

(45)

45

Gambar VI.8 Sketsa Ilustrasi Bab 14

Sumber : Dokumen Pribadi

VI.2.3 Proses Pewarnaan Digital

Setelah sketsa gambar dibuat lalu gambar discan dan dimasukan ke dalam software Adobe Illustrator untuk dibuat pewarnaan digital. Warna yang dipilih untuk ilustrasi gambar sesuai dengan konsep yang telah dibuat.

Gambar VI.9 Pewarnaan Digital Bab 1

(46)

46

Gambar VI.10 Pewarnaan Digital Bab 2

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.11 Pewarnaan Digital Bab 3

(47)

47

Gambar VI.12 Pewarnaan Digital Bab 4

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.13 Pewarnaan Digital Bab 5

(48)

48

Gambar VI.14 Pewarnaan Digital Bab 7

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.15 Pewarnaan Digital Bab 12

(49)

49

Gambar VI.16 Pewarnaan Digital Bab 14

Sumber : Dokumen Pribadi

VI.2.4 Pembuatan Layout Novel

Setelah gambar ilustrasi selesai dibuat dalam digital. Selanjutnya gambar yang berformat jpg dimasukkan ke dalam software Adobe InDesign. Gambar akan digambungkan dengan background novel dan disesuaikan tata letaknya dengan teks novel. Sehingga membuat tampilan novel lebih rapi dan menarik.

Gambar VI.17 Tata Letak Ilustrasi Bab 1

(50)

50

Gambar VI.18 Tata Letak Ilustrasi Bab 2

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.19 Tata Letak Ilustrasi Bab 3

(51)

51

Gambar VI.20 Tata Letak Ilustrasi Bab 4

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.21 Tata Letak Ilustrasi Bab 5

(52)

52

Gambar VI.22 Tata Letak Ilustrasi Bab 7

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.23 Tata Letak Ilustrasi Bab 12

(53)

53

Gambar VI.24 Tata Letak Ilustrasi Bab 14

Sumber : Dokumen Pribadi

VI.2.5 Proses Pembuatan E-book

Setelah membuat layout tahap selanjutnya adalah membuat e-book di software Adobe Flash. Dengan program Adobe Flash maka e-book yang dibuat akan lebih menarik dan tidak membosankan karena dapat ditambahkan beberapa elemen.

Gambar VI.25 Pembuatan Ebook di Adobe Flash

(54)

54 VI.2.6 Hasil Akhir

Ketika e-book itu dijalankan dengan resolusi 1280 x 720 pixel maka hasil akhirnya adalah sebagai berikut :

Gambar VI.26 Tampilan Jilid Depan E-book

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.27 Tampilan Halaman 8-9

(55)

55

Gambar VI.28 Tampilan Halaman 16-17

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.29 Tampilan Halaman 24-25

(56)

56

Gambar VI.30 Tampilan Halaman 34-35

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.31 Tampilan Halaman 44-45

(57)

57

Gambar VI.32 Tampilan Halaman 60-61

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.33 Tampilan Halaman 106-107

(58)

58

Gambar VI.34 Tampilan Halaman 122-123

Sumber : Dokumen Pribadi

VI.3 Media Pendukung

Untuk melengkapi keberadaan media utama diperlukan media pendukung agar menarik minat, membujuk target audience, sebagai merchandise sekaligus sebagai media pengingat. Beberapa media yang dibuat adalah:

VI.3.1 Pembatas Buku

(59)

59

Gambar VI.35 Pembatas Buku

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran : 3,5 cm x 22 cm

Bahan : artpaper 210gr

Teknis Produksi : cetak digital

VI.3.2 Stiker

(60)

60

Gambar VI.36 Stiker Tokoh Karakter

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran : 5,5 cm x 7 cm

Bahan : kertas chromo

Teknis Produksi : cetak digital

VI.3.3 Mug

(61)

61

Gambar VI.37 Mug

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran : tinggi 10 cm diamater 8 cm

Bahan : mug coating

Teknis Produksi : cetak khusus

VI.3.4 Kaos

(62)

62

Gambar VI.38 Kaos Wiro Sableng

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran : large

Bahan : katun combed 30s

Teknis Produksi : cetak DTG

VI.4 Media Promosi

Untuk menyebarkan novel grafis Wiro Sableng dibutuhkan media promosi agar target audience dapat mengetahui bagaimana cara mendapatkan novel. Media promosi yang dibuat adalah:

VI.4.1 Mini X Banner

(63)

63

Gambar VI.39 Mini X Banner

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran : 26 cm x 40 cm Bahan : kertas photo Teknis Produksi : cetak digital

VI.4.2 Cover Group Facebook

(64)

64

Gambar VI.40 Cover Group Facebook

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran : 1200 x 377 pixel Media : Online

Teknis : Digital

VI.4.3 Poster Media Sosial

(65)

65 Gambar VI.41 Iklan di Path

Sumber : Dokumen Pribadi

Gambar VI.42 Iklan di Twitter

(66)

66

Gambar VI.43 Iklan di Instagram

(67)

Laporan Pengantar Proyek Tugas Akhir

PERANCANGAN ILUSTRASI PADA E-BOOK NOVEL WIRO SABLENG EPISODE MAKAM TANPA NISAN

DK 38315/Tugas Akhir Semester I 2014-2015

Oleh :

Imam Suhendi 51910242

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(68)

vi

I.1 Latar Belakang Masalah... 1

I.2 Identifikasi Masalah... 3

I.3 Rumusan Masalah... 3

I.4 Batasan Masalah... 3

I.5 Tujuan Perancangan... 3

BAB II CERITA SILAT SEBAGAI KHAZANAH SASTRA DI INDONESIA... 5

II.1 Definisi Sastra... 5

II.2 Novel... 6

II.3 Novel Indonesia... 7

II.4 Novel Wiro Sableng... 12

II.4.1 Tokoh Wiro Sableng... 12

II.4.2 Judul–judul Novel Wiro Sableng...14

II.5 Lagu Tema... 15

II.6 Pengenalan Tentang Wiro Sableng... 16

II.7 Definisi E-book... 17

II.8 Contoh Novel dengan Ilustrasi... 17

II.9 Kesimpulan dan Solusi... 18

II.10Target Audience... 18

II.7.1 Demografis... 18

II.7.2 Psikografis... 19

(69)

vii

BAB III Strategi Perancangan Konsep Visual... 20

III.1 Strategi Perancangan... 20

Bab IV Teknis Produksi Media... 39

VI.1 Proses Perancangan Ilustrasi Pada Novel Wiro Sableng...39

VI.2 Media Utama... 39

VI.2.1 Pembuatan Storyline... 39

VI.2.2 Pembuatan Sketsa... 41

VI.2.3 Proses Pewarnaan Digital... 45

VI.2.4 Pembuatan Layout Novel... 49

VI.2.5 Proses Pembuatan E-book... 53

VI.2.6 Hasil Akhir... 54

VI.4.2 Cover Group Facebook... 63

(70)
(71)

67

Daftar Pustaka

Aksan, H. (2013). Wawancara Bersama Hermawan Aksan. Bandung.

Damono, S. D. (1979). Novel Sastra Indonesia Sebelum Perang. Jakarta: Pusat

Pembinaan dan Pengembangan Bahasa.

Esten, M. (1978). Kesusasteraan : Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung : Angkasa.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (2008). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.

Lukman, M. M (2013). Perancangan Multimedia Interaktif Fabel Rusa dan Anjing. Bandung : Unikom.

Priyatni, E. T. (2010). Membaca Sastra dengan Literasi Kritis. Jakarta: Bumi Aksara.

Purba, A. (2012). Sastra Indonesia Kontemporer. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Rampan, K. L. (2013). Antologi Apresiasi Sastra Indonesia Modern. Yogyakarta:

(72)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Data Pribadi

Nama Lengkap : Imam Suhendi

Tempat Tanggal Lahir: Bandung, 14 Mei 1990

Jenis Kelamin : Laki-laki

Status Perkawinan : Belum menikah

Agama : Islam

Alamat : Jl. Ciparay Tengah No. 49 RT.06/RW.05

Bandung 40239

E-mail : imam.hendi@gmail.com

No. Telp : 085720510286

Pendidikan Formal :

1. 1996-2002 : SDN Cibaduyut IV Bandung 2. 2002-2005 : SMP N 38 Bandung

3. 2005-2009 : SMK N 4 Bandung

(73)

iii KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,

Dengan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan nikmat, rahmat, inayah dan karuniaNya yang telah diberikan. Sehingga penulis dapat menyelesaikan laporan tugas akhir ini dengan sebaik-baiknya.

Penulisan laporan tugas akhir ini, yang berjudul “Perancangan Ilustrasi Pada E-book Novel Wiro Sableng Episode Makam Tanpa Nisan”, yang diajukan penulis salah satu syarat wajib memenuhi mata kuliah Tugas Akhir yang diikuti oleh seluruh mahawasiswa Program Studi Desain Komunikasi Visual di Universitas Komputer Indonesia.

Penulis mengetahui bahwa masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam penulisan laporan tugas akhir ini. Maka dari itu penulis akan senantiasa menerima sumbangan ide, saran dan kritik dari semua pihak. Agar penulis dapat memperbaiki dan mengurangi kesalahan di kesempatan berikutnya. Semoga penulisan laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi penulis dan juga bagi yang membacanya.

Bandung, Februari 2015 Penulis

(74)
(75)
(76)

Gambar

Gambar III.8 Karakter Wiro Sableng Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar III.9 Karakter Datuk Tinggi Raja Dilangit Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar III.10 Karakter Nyanyuk Amber Sumber : Dokumen Pribadi
Gambar III.11 Karakter Tua Gila
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil wawancara dengan petani diperoleh rata-rata kebutuhan tenaga kerja pada usaha tani kakao dengan pola tanam tumpang sari yang ditunjukkan oleh tabel 6..

Sedangkan, jika cahaya jatuh pada permukaan yang tidak kasar atau tidak rata, maka cahaya tersebut akan dipantulkan dengan arah sembarang ke segala arah, sehingga terjadi

Salah satu yang akan menjadi kajian dalam penelitian ini adalah Habib Luthfi bin Yahya yang dikenal sebagai tokoh agama yang selalu menyampaikan paham cinta

Data diperoleh langsung dari penelitian di lapangan yang berupa hasil wawancara dengan narapidana wanita yang melakukan pembunuhan dan berkait dengan tema

Kecamatan Ingin Jaya yang terdiri dari 50 desa, dengan jumlah perempuan umur 40-. 49 tahun yang menikah dan tidak menikah

Hasil dari penelitian tersebut diperkuat oleh penelitian Ryanda Bella (2012) yang menunjukkan bahwa faktor psikologis meliputi overconfidence, mental accounting, dan emotion

Seni sangat penting untuk mendukung perkembangan otak anak entah itu seni rupa,music,seni tari dan sebagainya , pendapat inipun sudah dan banyak penelitian

Dapat menambah pengetahuan tentang cara menyelesaikan hambatan-hambatan yang dihadapi oleh nasabah dalam melakukan pembukaan dan penutupan tabungan di Bank Jatim