• Tidak ada hasil yang ditemukan

Strategi PeningkatanPendapatan Asli Daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dab Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Strategi PeningkatanPendapatan Asli Daerah di Dinas Pengelolaan Keuangan dab Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka)"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PENDAPATAN ASLI

DAERAH DI DINAS PENGELOLAAN KEUANGAN DAN

ASET DAERAH (DPKAD) KABUPATEN MAJALENGKA

LAPORAN KKL

Diajukan Sebagai Laporan Kuliah Kerja Lapangan Di Dinas Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka pada Prodi

Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Komputer Indonesia

Disusun oleh :

Della Farahdilla Juwita

41709038

PROGRAM STUDI ILMU PEMERINTAHAN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

(2)
(3)

RIWAYAT HIDUP

1. Identitas Diri

Nama : Della Farahdilla Juwita Jenis Kelamin : Perempuan

Status : Mahasiswa/Belum Menikah

Agama : Islam

Tempat Tanggal Lahir : Majalengka, 26 Juni 1991

Alamat : Jl bayangkara no 136 Majalengka Email : diella_26061991@yahoo.com Nama Ayah : Ir Syarief Maryana

Pekerjaan Ayah : pegawai negeri swasta Nama Ibu : Rj Mardewita

Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga

2. Pendidikan Formal

1997-2003 : SDN Majalengka kulon 2 2003-2006 : SMPN 1 Majalengka 2006-2009 : SMA 1 Majalengka

2009-Sekarang : Universitas Komputer Indonesia

3. Pendidikan Non Formal

1. Tahun 2009 Ceramah Umum Dekan FISIP Unikom

(4)

3. Tahun 2010 Training: Table Manner Class

4. Tahun 2011 Logika KPK (Dialog Interaktif bersama KPK

5. Tahun 2011 Seminar Pelaksanaan e-Ktp Guna Meningkatkan Pelayanan Publik

6. Tahun 2012 Latihan dasar Kepemimpinan PRODI Ilmu Pemerintahan UNIKOM Angkatan 2010

Demikian Daftar Riwayat Hidup ini dibuat dengan sebenar-benarnya.

Bandung, Oktober 2012 Ttd

(5)

Halaman

LEMBAR PENGESAHAN... i

KATA PENGANTAR... ii

DAFTAR ISI... iii

DAFTAR TABEL... vi

DAFTAR LAMPIRAN... vii

BAB I PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang KKL... 1

1.2 Kegunaan KKL... 5

1.3 Metode KKL... 5

1.4 Lokasi dan Waktu KKL... 7

1.4.1Lokasi KKL………... 7

1.4.1.1GambaranUmumKabupatenMajalengka……….. 7

1.4.1.2GambaranUmumDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah……… 8

1.4.1.3 Visi Dan MisiDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah……….. 9

1.4.1.4 Tujuan Dan SasaranDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah……… 10

1.4.1.5 KebijakanDinasPengelolaanKeuangan Dan Aset Daerah……….. 11

1.4.2Waktu KKL………... 9

BAB II LANDASAN TEORI... 16

2.1Strategi... 16

2.1.1 Pengertian Strategi……… 16

2.1.2 Karakteristik Strategi………. 18

2.1.3 Cara Membuat Strategi………. 18

(6)

2.1.6 Perencanaan Strategis... 22

2.1.7 Perumusan Strategi……….. 23

2.1.8 Tingkat Strategi... 23

2.2Pendapatan Asli Daerah... 25

2.2.2 Pengertian Pajak Daerah………. 25

2.2.3 Pengertian Retribusi Daerah……… 26

2.2.4 Penetapan Jenis Retribusi Daerah………. 31

2.2.5 Dasar Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah……….. 33

2.2.6 Isi Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah……….. 34

2.2.7 Lain-lain pendapatan asli daerah yang syah………... 36

2.2.8 Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah……….. 37

2.2.9 Pajak Daerah Kabupaten Majalengka……… 38

BAB III HASIL KEGIATAN DAN PEMBAHASAN KKL... 39

3.1 Hasil Kegiatan KKL... 41

3.2 Pembahasan KKL………. 43

3.2.1 Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Majalengka………. 43

3.2.2WaktuPeningkatanPendapatanAsli Daerah... 47

3.2.3DampakPeningkatanpendapatanaslidaerah……… 48

3.2.4PemusatanUpayaPeningkatanPendapatanAsli Daerah……….. 49 3.2.5Pola-PolaPeningkatanPendapatanAsli Daerah……... 50

3.2.6 Daya Meresap Peningkatan Pendapatan Asli Daerah... 50

BAB IV PENUTUP... 51

4.1 Kesimpulan………. 57

4.2 Saran………... 58

DAFTAR PUSTAKA... 59

(7)

DAFTAR PUSTAKA Buku-Buku :

Bohari, 1995, Pengantar Hukum Retribusi, Edisi Pertama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

B.Boediono, 2000, Perpajakan Di Indonesia, Jakarta :DiaditMedia

Djaenuri Aries, 2012, Hubungan Keuangan Pusat Dan Daerah,Bogor: Ghalia Indonesia.

Hilarious Abut, 2005, Perpajakan, Jakarta : Diadit Media

Koswara, E. 2001.Otonomi Daerah, Untuk Demokrasi Dan Kemandirian Rakyat, Jakarta: Yayasan Pariba.

Mardiasmo, 2002, Perretribusian,Yogyakarta :Penerbit Andi, Edisi Revisi

ResmiSiti, 2009, Perpajakan Teori Dan Kasus, Jakarta :Salemba Empat Ishak, Februari 2010, Posisi Politik Masyarakat Dalam Era Otonomi Daerah, Jakarta: Penaku.

Stoner A.F. James, 2003, Perencanaan Dan Pengambila nKeputusan,Jakarta: PT RINEKA CIPTA.

Siahaan P. Marihot, 2005, Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, Jakarta: PT RajagrafindoPersada.

RujukanElektronik :

http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi( 15/7/2012)

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/08/konsep-strategi-definisi-perumusan.html( 19/7/2012)

http://www.scribd.com/doc/32930068/6/-1995-859-%E2%80%9CStrategi-memiliki-arti-sebagai-rencana (19/7/2012)

(8)

Dokumen-dokumen :

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157

Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah

Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah

UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU No.18 Tahun 1997

UU No. 34 Tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis pajak

UU No. 34 Tahun 2000pasal 1 ayat (28) tentang pengertian retribusi

UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan Daerah

UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah

Undang-undang No. 18 Tahun 1997 sebagai mana telah diubah dalam undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Pasal 2 ayat 1 dan 2)

Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah

Undang-Undang Nomor 18 Tahun1997 Tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah

UU Nomor 28 Tahun 2009 sebagai pengganti dari UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah danRetribusi Daerah

Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permen dagri Nomor 59 Tahun 2007

Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2011 tentang retribusi daerah

Pertaturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Retribusi Daerah

Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah

(9)

Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 10 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupeten Majalengka

Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka

Perda No 9 Tahun 2010 tentang Pajak Daerah Kabupaten Majalengka

Laporan akun tabilitas kinerja instansi pemerintah (LAKIP) dinas pengelolaan keuangan dan asset daerah kabupaten majalengka tahun 2011.

Bahan Sosialisasi Pengelolaan Pajak Daerah Di Kabupaten Majalengka.

Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2010 Tentang Pajak Daerah Kabupaten Majalengka.

Rekonsiliasi hasil Rekapitulasi Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka (tanggal 2 januari sampai dengan 31 desember2009 )

RekonsiliasihasilRekapitulasiPendapatan Daerah KabupatenMajalengka (tanggal 1 januarisampaidengan 31 desember2010 )

Rekonsiliasihasil Rekapitulasi Pendapatan Daerah Kabupaten Majalengka (tanggal 1 januari sampai dengan 31 desember 2011)

(10)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang KKL

Pendapatan Asli Daerah merupakan pendapatan daerah dalam hal ini merupakan pendapatan yang diperoleh daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan, berdasarkan Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pusat dan Daerah Pasal 1angka 18. Kebijakan keuangan daerah diarahkan untuk meningktakan pendapatan aslidaerah sebagai sumber utama pendapatan daerah yang dapat dipergunakan oleh daerah dalam melaksanakan pemerintahan dan pembangunan daerah sesuai dengan kebutuhannya guna memperkecil ketergantungan dalam mendapatkan dan adanya pemerintah tingkat atas (subsidi).

Keuangan daerah merupakan faktor strategis yang turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintah daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung manajemen Pemerintah Daerah terhadap peyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggung jawabnya. Tingkat kemampuan keuangan daerah, dapat diukur dari kapasitas Pendapatan Asli Daerah, rasio Pendapatan Asli Daerah terhadap jumlah penduduk dan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Untuk memahami tingkat kemampuan keuangan daerah, maka perlu dicermati kondisi kinerja keuangan daerah, baik kinerja keuangan masa lalu maupun kebijakan yang melandasi pengelolaannya.

(11)

Keuangan Daerah, Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006 juncto Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, dan Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 12 Tahun 2008 Tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah. Berdasarkan ketentuan tersebut, kinerja keuangan pemerintah daerah sangat terkait dengan aspek kinerja pelaksanaan APBD dan aspek kondisi neraca daerah. Kinerja pelaksanaan APBD tidak terlepas dari struktur dan akurasi belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung) pendapatan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan yang sah.

Adapun sumber-sumber pendapatan asli daerah (PAD) sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 Pasal 157 yaitu : 1. Hasil Pajak Daerah

Pajak merupakan sumber keuangan pokok bagi daerah-daerah disamping retribusi daerah.

2. Hasil Retribusi Daerah

Retribusi daerah menurut (Josef Kaho Riwu, 2005:171) merupakan pungutan daerah sebagal pembayaran pemakalan atau karena memperoleh jasa pekerjaan, usaha atau mhlik daerah untuk kepentingan umum, atau karena jasa yang diberikan oleh daerah balk Iangsung maupun tidak Iangsung

3. Hasil Pengelolaan Kekayaan yang dipisahkan

(12)

mempertinggi produksi, yang kesemua kegiatan usahanya dititkberatkan kearah pembangunan daerah khususnya dan pembangunan ekonomi nasional umumnya serta ketentraman dan kesenangan kerja dalam perusahaan menuju masyarakat adil dan makmur.

4. Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang sah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, meliputi Hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, Jasa giro, Pendapatan bunga, Keuntungan seIisih nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing; dan komisi, potongan, ataupun bentuk lain sebagai akibat dan penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah.

Menurut Undang-Undang No.33 tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, yang dimaksud dengan PAD adalah pendapatan daerah yang bersumber dari hasil pajak daerah, hasil retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Sesuai dengan prinsip otonomi daerah yang memberikan kewenangan yang luas, nyata dan bertanggungjawab, penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerah secara bertahap akan semakin banyak diserahkan kepada daerah. Strategi untuk meningkatkan PAD merupakan ujung timbak dalam peyelenggaraan Pemerintah Daerah, berbagai kegiatan pemerintah baik tugas pokok maupun tugas pembantuan harus diimbangi oleh adanya PAD sebagai media penggerak program pemerintah daerah. Agar keberadaan PAD berjalan lancar, maka jumlah pendapatan minimal seimbang dengan pengeluaran artinya tidak besar pasak daripada tiang, oleh karena itu Pemerintah Daerah harus mempunyai strategi dalam pengelolaan PAD terutama dalam meningkatkan pendapatan asli daerahnya.

(13)

dalam strategi mengoptimalisasikan sumber-sumber PAD tersebut. Aset Daerah pun selain menjadi sumber dari PAD bersumber dari pelaksanaan APBD merupakan output atau outcome dari terealisasinya belanja modal dalam satu tahun anggaran. Namun, pengakuan besarnya nilai aset tidak sama dengan besaran anggaran belanja modal. Penafsiran atas Permendagri No.13/2006 memang memungkinkan kita menyataan bahwa besaran belanja modal sama dengan besaran penambahan aset di neraca. Hal ini kurang pas jika neraca dipandang dari konsep akuntansi, karena penilaian suatu aset haruslah sebesar nilai perolehannya (konsep full cost). Artinya, seluruh biaya yang dikeluarkan sampai aset tersebut siap digunakan (ready to use) haruslah dihitung sebagai kos aset bersangkutan. Dalam konsep anggaran kinerja, biaya yang dikeluarkan adalam semua biaya yang menjadi masukan (input) dalam pelaksanaan kegiatan yang menghasilkan aset ini.

Pengelolaan pendapatan daerah diarahkan pada peningkatan penerimaan daerah melalui optimalisasi Pendapatan Daerah sesuai peraturan yang berlaku dan kondisi daerah, peningkatan kemampuan dan keterampilan SDM Pengelola Pendapatan Daerah, peningkatan intensitas hubungan perimbangan keuangan pusat dan daerah secara adil dan proporsional berdasarkan potensi dan pemerataan dan peningkatan kesadaran masyarakat untuk memenuhi kewajibannya. Adapun kebijakan yang terkait dengan pengelolaan pendapatan daerah, yaitu memantapkan Kelembagaan dan Sistem Operasional Pemungutan Pendapatan Daerah, meningkatkan Pendapatan Daerah dengan intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan yang memperhatikan aspek legalitas, keadilan, kepentingan umum, karakteristik daerah dan kemampuan masyarakat dengan memegang teguh prinsip-prinsip akuntabilitas.

(14)

Pajak Daerah dan Retribusi Daerah dan Peraturan pelaksanaannya dan melaksanakan kajian penerapan pajak progresif. Dalam hal ini Kabupaten Majalengka sendiri merupakan daerah yang rendah sumber pendapatannya dari 26 kabupaten di Jawa Barat. Majalengka merupakan 5 terendah dari banjar, kuningan. Tapi dalam 5 tahun terakhir ini terdapat lonjakan yang cukup tinggi yaitu dari 40 milyar sampai dengan 90 milyar. sehingga Dengan penjelasan yang dipaparkan diatas tersebut maka saya tertarik untuk meneliti tentang “Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten

Majalengka”

1.2 Kegunaan KKL

Adapun bentuk dari Kegunaan KKL ialah sebagai berikut :

1 Kegunaan bagi peneliti, hasil laporan ini diharapkan bermanfaat bagi penulis dalam mengembangkan dan pemahaman ilmu pengetahuan di bidang ilmu pemerintahan khususnya mengenai strategi peningkatan pendapatan asli daerah.

2 Kegunaan teoritis (guna ilmiah), hasil laporan ini secara teori diharapkan dapat memberikan sumbangan pemikiran dan pengembangan khususnya bagi Ilmu Pemerintahan sehingga hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan literatur bagi penelitian-penelitian selanjutnya.

3 Kegunaan praktis, hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka sebagai suatu bahan masukan dan bahan pertimbangan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dalam Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah di dinas tersebut.

1.3 Metode KKL

(15)

berdasarkan suatu metode. Metode tersebut dapat lebih mengarahkan penyusun dalam melakukan penulisan dan pengamatan guna penulisan laporan KKL ini.

Dengan demikian, metode yang digunakan dalam penulisan laporan KKL ini yaitu menggunakan metode deskriptif. Metode Deskriptif pertama penulis merumuskan masalah, selanjutnya mencari informasi mengenai masalah kemudian menggambarkan permasalahan yang terjadi yang kemudian meringkas dan menarik gambaran tentang kondisi dan situasi yang menjadi masalah dalam laporan KKL ini, yang menggambarkan tentang Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

Adapun teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis dalam penulisan laporan KKL ini adalah:

A. Studi Pustaka, yaitu dengan membaca dan mencari buku-buku yang berhubungan dengan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang tersedia pada kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

B. Studi Lapangan, yaitu dengan mengamati dan terjun langsung ke lapangan untuk mengetahui Strategi Peningkatan pendapatan asli daerah di dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

Studi lapangan ini terdiri dari :

1. Observasi, yaitu penulis turun dan melihat langsung ke lapangan dengan pengamatan dan mencatat gejala-gejala yang di teliti berhubungan dengan Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

(16)

tentang strategi peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Kabupaten Majalengka.

1.4 Lokasi dan Waktu KKL

1.4.1 Lokasi KKL

Tempat atau Lokasi pelaksanaan KKL yang penulis pilih ialah di Kantor Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka yaitu di Jalan Ahmad.Yani No 9 Majalengka 45411 Telp. (0233) 281167; Fax. (0233) 281167. Adapun judul dari laporan KKL “Strategi Peningkatan Pendapatan Asli Daerah Di Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah (DPKAD) Kabupaten Majalengka.

1.4.1.1 Gambaran Umum Kabupaten Majalengka

Kabupaten Majalengka adalah merupakan bagian dari wilayah

administrasi Provinsi Jawa Barat dengan luas wilayah 120.424 hektar yang terdiri atas 26 kecamatan, 13 kelurahan dan 321 desa dan secara geografis terletak pada koordinat 60 32’16,39” Lintang Selatan sampai dengan 70 4’ 24,75” Lintang Selatan dan 10802’ 30,87” Bujur Timur sampai dengan 1080 24’ 32,84” Bujur Timur.

Jarak dari Ibukota Kecamatan ke Ibukota Kabupaten berkisar antara 0 - 37 Kilometer, dan jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Provinsi Jawa Barat adalah ± 91 Kilometer serta jarak dari Ibukota Kabupaten ke Ibukota Negara adalah ± 200 Kilometer. Batas wilayah administrasi, Kabupaten Majalengka sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Indramayu, sebelah Selatan dengan Kabupaten Ciamis dan Kabupaten Tasikmalaya, sebelah Barat dengan Kabupaten Sumedang, dan Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Kuningan dan Kabupaten Cirebon.

(17)

dalam kelas kemiringan lahan 15 - 40 persen, dan 68,26 persen berada pada kelas kemiringan lahan 0 - 15 persen.

Sedangkan berdasarkan ketinggian, wilayah Kabupaten Majalengka diklasifikasikan dalam 3 (tiga) klasifikasi utama yaitu dataran rendah (0 - 100 mdpl), dataran sedang (100 - 500 mdpl) dan dataran tinggi (> 500 mdpl). Dataran rendah sebesar 42,21 persen dari luas wilayah, berada di Wilayah Utara Kabupaten Majalengka, dataran sedang sebesar 20,82 persen dari luas wilayah, umumnya berada di Wilayah Tengah, dan dataran tinggi sebesar 36,97 persen dari luas wilayah, mendominasi Wilayah Selatan Kabupaten Majalengka, termasuk di dalamnya wilayah yang berada pada ketinggian di atas 2.000 mdpl yaitu terletak di sekitar kawasan kaki Gunung Ciremai.

Sumber daya air di Kabupaten Majalengka dibagi ke dalam dua bagian yaitu air permukaan dan air bawah tanah. Potensi air permukaan diperoleh dari 2 (dua) sungai Cimanuk dan sungai Cilutung serta beberapa anak sungai lainnya. Sementara potensi air permukaan lainnya berasal dari sumber mata air yang umumnya berada di wilayah Selatan Kabupaten Majalengka. Sedangkan untuk kondisi Air Bawah Tanah (ABT), secara umum berada di Wilayah Utara dan Tengah Kabupaten Majalengka yang potensi ketersediaan ABT cukup baik, kecuali untuk Kecamatan Kertajati, Dawuan, dan Ligung kondisinya kurang baik.

1.4.1.2 Gambaran Umum Dinas Pengeloalaan Keuangan Dan Aset

Daerah Kabupaten Majalengka

(18)

Adapun susunan organisasi dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah sebagaimana diatur dalam Ayat (3) Pasal I Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 8 Tahun 2011 Tentang Perubahan Atas Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka Yang Mengubah Ketentuan Ayat (1) Dan Ayat (2) Pasal 28 Paragraf 2, Bagian Kesembilan, Bab VII Peraturan Daerah Kabupaten Majalengka Nomor 9 Tahun 2009 Tentang Organisasi Perangkat Daerah Kabupaten Majalengka, terdiri dari : 1. Kepala Dinas

2. Sekretariat, membawahkan : 1. Sub bagian umum 2. Sub bagian keuangan

3. Sub bagian perencanaan, evaluasi, dan pelaporan. 3. Bidang pendapatan, membawahkan :

1. Seksi Pengelolaan Pajak Bumi Dan Bangunan (PBB) Dan Bea Perolehan Hak Atas Tanah Dan Bangunan (BPHTB).

2. Seksi pengelolaan pendapatan asli daerah dan lainnya.

3. Seksi Pengelolaan Dana Perimbangan Dan Lain-Lain Pendapatan Yang Sah.

4. Bidang anggaran, membawahkan : 1. Seksi Penyusunan Anggaran 2. Seksi Pengendalian Anggaran

5. Bidang perbendaharaan dan akuntansi, membawahkan : 1. Seksi Pengelolaan Belanja Tidak Langsung 2. Seksi Pengelolaan Belanja Langsung 3. Seksi Akuntansi Dan Pelaporan 6. Bidang aset, membawahkan :

1. Seksi Penatausahaan Aset Lancer Dan Aset Lainnya 2. Seksi Penatausahaan Aset Tetap

3. Seksi Pelaoran Aset 7. UPTD

(19)

1.4.1.3 Visi Dan Misi Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka

Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah sendiri mempunyai Visi dan misi yang mendalam dan menunjukan tekad yang kuat dari dinas tersebut. Adapun visi itu sendiri merupakan gambaran masa depan yang hendak diwujudkan, namun visi tersebut harus bersifat praktis, realistis, untuk dicapai, dam menberikan tantangan serta menumbuhkan motivasi yang kuat bagi dinas tersebut. Visi dari dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah yaitu Mewujudkan Tata Kelola Keuangan Daerah Yang Profesioanal Dan Akuntabel. Misi dari dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah adalah :

1. Memantapkan tata kelola anggaran yang tepat 2. Meningkatkan pendapatan daerah

3. Memantapkan penatausahaan keuangan daerah yang akuntable 4. Memantapkan penatausahaan aset daerah yang tertib

Dengan misi ini diharapkan menjadi sebuah lembaga yang mampu menampung pendanaan pembangunan kabupaten majalengka dan menatausahaan pengelolaan belanja daerah. Dalam hal ini dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah mempunyai tujuan tertentu yaitu : 1. Tersedianya regulasi sebagai paying hukum dalam pengelolaan

keuangan dan aset daerah

2. Meningkatkan pajak daerah yang realistis 3. Meningkatkan tata kelola anggaran

4. Meningkatkan penatausahaan keuangan daerah yang akuntabel 5. Menigkatkan penatausahaan aset daerah yang tertib

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang menujuk pada visi, misi, sasaran dan tujuan Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah, maka kebijakan yang telah ditetapkan sebagai berikut :

(20)

1.4.1.4 Tujuan Dan Sasaran Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah Kabupaten Majalengka

Tujuan yang hendak dicapai oleh dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah adalh sebagai berikut :

1. Tersedianya regulasi sebagai paying hukum dalam pengelolaan keuangan dan aset daerah

2. Menigkatkan pajak daerah yang realistis 3. Meningkatkan tata kelola anggaran

4. Meningkatkan penatausahaan keuangan yang akuntabel 5. Meningkatkan penatausahaan aset daerah yang tertib

Adapun sasaran yang hendak dicapai oleh dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah adalh sebagai berikut :

1. Jumlah regulasi sebagai payung hukum dalam pengelolaan keungan dan aset daerah

2. Optimalisasi potensi dan realisasi pendapatan daerah

3. Terwujudnya optimalisasi anggaran untuk meningkatkan pelayanan aparatur dan kesejahteraan masyarakat

4. Terwujudnya penatausahaan keuangan daerah yang dapat dipertanggungjawabkan

5. Terwujudnya pengelolaan aset daerah yang tertib

6. Berjalannya fungsi kantor untuk menunjang pelaksanaan tugas pokok dan fungsi

1.4.1.5 Kebijakan Dinas Pengelolaan Keuangan Dan Aset Daerah

Untuk mencapai tujuan dan sasaran yang merujuk pada visi, misi sasaran, tujuan dinas pengelolaan keuangan dan aset daerah kabupaten majalengka, telah ditetapkan kebijakan sebagai berikut :

1. Kebijakan dibidang anggaran yaitu :

1.1 Melaksanakan sinkronisasi dan konsistensi penyusunan anggaran yang berbasis prestasi kerja.

(21)

1.3 Transparasi dan akuntabilitas anggaran daerah 1.4 Disiplin anggaran

1.5 Keadilan anggaran

1.6 Efisiensi dan efektifitas anggaran

1.7 Disiplin dalam penjadualan anggaran untuk mendukung efektifitas penganggaran

1.8 Disiplin pengalokasian anggaran berdasarkan karakteristik sumber penerimaan

2. Kebijakan bidang pendapatan

3. Kebijakan bidang aset dan akuntansi

Pada laporan KKL ini objek yang digunakan penulis ialah tentang pajak daerah dan retribusi daerah kabupaten majalengka tersebut. Dalam hal ini pajak daerah sendiri telah diatur dalam UU No. 34 Tahun 2000 yang merupakan penyempurnaan dari UU No.18 Tahun 1997 dan ditindaklanjuti peraturan pelaksananya dengan PP No.65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Jenis pajak kabupaten atau kota tidak bersifat limiatif, artinya kabupaten atau kota diberi peluang untuk menggali potensi suber-sumber keuangannya selain yang telah ditetapkan secara eksplisit dalam UU No. 34 Tahun 2000, dengan menetapkan sendiri jenis pajak dengan memperhatikan kriterianya menurut Undang – Undang tersebut.

(22)

penting dalam peranan Pendapatan Asli Daerah pajak daerah dan retribusi merupakan kompenen yang berimplikasi dalam memberikan kontribusinya kepada Pendapatan Asli Daerah.

Pada sisi lain otonomi daerah pun berpotensi besar dalam membiayai daerah-daerah dan memberikan peluang untuk menggali potensi daerah melaui pajak daerah dan retribusi daerah dalam meningkatkan Pendapatan Daerah. Retribusi dapat digolongkan atas tiga golongan, yaitu Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, Retribusi Perizinan Tertentu. 1. Retribusi Jasa Umum adalah retribusi atas jasa yang disediakan atau

diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk tujuan kepentingan dan kemanfaatan umum serta dapat dinikmati oleh probadi atau badan. Jenis Retribusi Jasa Umum antara lain retribusi pelayanan kesehatan, retribusi pelayanan kebersihan / persampahan, retribusi penggantian biaya cetak kartu penduduk dan akte sipil dan lain-lain.

2. Retribusi jasa usaha adalah retribusi atau jasa yang disdiakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta. Jenis Retribusi Jasa Usaha antaralain retribusi pemakaman kekayaan daerah, retribusi pasar grosir dan atau pertokoan, retribusi tempat pelelangan. 3. Retribusi Perijinan Tertentu adalah retribusi atas kegiatan tertentu

pemerintah daerah dalam rangka pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendaliaan, dan pengawasan, atas kegiatan pemanfaatan ruang, penggunaan sumberdaya alam,sarana dan prasarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum.

(23)

dipisahkan, dan lain-lain PAD yang sah, yang bertujuan untuk memberikan keleluasaan kepada daerah dalam menggali pendanaan dalam pelaksanaan otonomi daerah sebagai perwujudan asas desentralisasi. Berbagai kebijaksanaan keuangan daerah yang diambil diarahkan untuk semakin meningkatkan kemampuan dalam membiayai urusan penyelenggaraan pemerataan dan pembangunan daerahnya. Secara garis besar kebijaksanaan mencakup beberapa komponen utama yaitu:

1. Kebijaksanaan di bidang penerimaan yaitu untuk mendorong kemampuan daerah yang semaksimal mungkin dalam membiayai urusan rumah tangganya sendiri

2. Kebijaksanaan di bidang pengeluaran

Berorientasi pada prinsip desentralisasi dalam perencanaan, penyusunan program, serta pengambilan keputusan dalam memilih Negara dan proyek daerah serta pelaksanaannya.

3. Peningkatan kemampuan organisasi pemerintah daerah termasuk kemampuan personil dan struktur organisasinya.

1.4.2 Waktu KKL

Penulisan kuliah kerja lapangan sampai dengan pengumpulan laporan terdiri dari:

1 Penyusunan rancangan judul, bulan Mei 2012. 2 Penyusunan Laporan KKL, bulan Juni –Juli 2012. 3 Pelaksanaan KKL, bulanJuli- Agustus 2012 4 Pengumpulan Data bulan Juli - Agustus2012.

5 Penyusunan Laporan KKL September - Oktober 2012. 6 Pengumpulan Laporan KKL November 2012.

7 Seminar Laporan KKL

(24)

Tabel 1.1 Jadwal KKL

No Waktu

Kegiatan

2012 2013

Me i

Juni Juli Ags Sep Okt Nov Jan

1 Penyusunan rancangan judul

2 Penyusunan Laporan KKL 3 Pelaksanaan

KKL

4 Pengumpulan Data

5 Penyusunan Laporan KKL 6 Pengumpulan

Laporan KKL 7 Seminar

(25)

LANDASAN TEORI

2.1 Strategi

2.1.1 Pengertian Strategi

Pada penyelenggaraan ataupun proses pembangunan daerah dan APBD di daerah-daerah khususnya pada peningkatan pajak daerah dan retribusi daerah. Pemerintah daerah pada umumnya harus mempunyai suatu strategi dalam meningkatkan sumber keuangan daerahnya tersebut. Karena dengan adanya Pendapatan Asli Daerah akan meningkatkan sumber pendapatan bagi daerahnya masing-masing. Perencanaan pembangunan daerah hendaknya memperlihatkan perencanaan secara terpadu dan terintegrasi antara kebijaksanaan perencanaan program dan kebijaksanaan pembiayaan penyelenggaraan pemerintah daerah. Namun pada umumnya strategi untuk mencapai keberhasilan suatu daerah akan berjalan semestinya dilihat dari visi daerahnya masing-masing agar mencapai suatu tujuan yang dapat mensejahterakan masyarakat.

(26)

dan kekhususan suatu daerah dalam sistem Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Berdasarkan asal kata "strategi" adalah turunan dari kata dalam bahasa Yunani, stratēgos. Adapun stratēgos dapat diterjemahkan sebagai 'komandan militer' pada zaman demokrasi Athena. Strategi adalah pendekatan secara keseluruhan yang berkaitan dengan pelaksanaan gagasan, perencanaan, dan eksekusi sebuah aktivitas dalam kurun waktu tertentu. Di dalam strategi yang baik terdapat koordinasi tim kerja, memiliki tema, mengidentifikasi faktor pendukung yang sesuai dengan prinsip-prinsip pelaksanaan gagasan secara rasional, efisien dalam pendanaan, dan memiliki taktik untuk mencapai tujuan secara efektif. (http://id.wikipedia.org/wiki/Strategi)

Strategi secara umum adalah proses penentuan rencana para pemimpin puncak yang berfokus pada tujuan jangka panjang organisasi, disertai penyusunan suatu cara atau upaya bagaimana agar tujuan tersebut dapat dicapai.

Berdasarkan uraian diatas mengenai pengertian strategi, penulis akan menguraikan dua prespektif yang diungkapkan oleh James A.F. Stoner, Charles Wankel dalam bukunya ”Perencanaan Dan Pengambilan

Keputusan” berikut ini dua prespektif yaitu :

Strategi dapat disoroti sekurang – kurangnya dari dua prespektif yang berbeda, yaitu dari prespektif mengenai apa yang hendak dilakukan oleh sebuah organisasi dan yang kedua dari apa sesungguhnya dilakukan oleh sebuah organisasi, baik tindakannya sejak semula memang disengaja atau tidak. Dari prespektif pertama, strategi didefinisikan sebagai program yang luas untuk menentukan dan mencapai tujuan organisasi dan melaksanakan misinya. Dari prespektif yang kedua, strategi adalah pola tanggapan organisasi yang dilakukan terhadap lingkungannya sepanjang waktu. (James A.F. Stoner, Charles Wankel 2003 : 160-161 )

Menurut kamus besar bahasa Indonesia, stategi mempunyai empat pengertian, yaitu :

1. ilmu dan seni menggunakan semua sumber daya bangsa(-bangsa) untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dl perang dan damai;

(27)

3. rencana yg cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus;

4. tempat yg baik menurut siasat perang ( Kamus Besar Indonesia 1995 : 859 )

2.1.2 Karakteristik Strategi

Robert H. Hayes dan Steven C. Wheelwright telah mengindetifikasi lima sifat pokok strategi yaitu :

1 Waktu. Pada umumnya kata strategi digunakan untuk melukiskan kegiatan yang meliputi waktu dalam arti yang luas, menyangkut baik waktu yang dicapai untuk melaksanakan kegiatan tersebut maupun waktu yang digunakan untuk mengamati dampaknya.

2 Dampak. Mesikipun akibat yang ditimbulkan karena mengikuti strategi tertentu belum terlihat jelas sekalipun dalam jangka waktu yang lama, namun dampak akhirnya akan sangat berarti.

3 Pemusatan upaya. Sebuah strategi yang efektif biasanya memerlukan pemusatan kegiatan sempit, upaya, atau perhatian seseorang pada tujuan yang agak.

4 Pola – pola keputusan.

5 Daya meresap. Sebuah strategi mencakup spectrum aktivitas yang luas. (Hayes dan Wheelwright, 2003 : 162 )

Kelima sifat ini jelas menunjukan bahwa strategi sebuah organisasi merupakan inti yang menjadi pusat dari semua kegiatan utama lainnya dari sebuah organisasi. Strategi bersifat jangka panjang dan mencangkup banyak hal. Ia meresapi dan mengendalikan semua tindakan penting organisasi, dan merupakan faktor penting yang menentukan keberhasilan atau kegagalan sebuah organisasi dikemudian hari.

2.1.3 Cara-Cara Membuat Strategi

Dalam bagian ini akan membahas tentang berbagai gaya penyusunan strategi. Mintzberg memberikan tiga cara pembuatan strategi, yaitu cara wiraswsta, cara adaptif, dan cara perencanaan.

(28)

Dengan kekuasaannya yang terpusat ditangan eksekutif kepala organisasi wiraswasta dimotivasi terutama oleh satu tujuan tunggal pertumbuhan konstan. Penyusunan strategi ditentukan oleh pencarian terhadap peluang baru secara aktif dengan pilihan yang diarahkan oleh rencana pribadi pimpinan untuk melakukan serangan.

Cara adaptip dikenal sebagai “ilmu melakukan terobosan”. Apabila

wiraswastawan menghadapi lingkungannya sebagai kekuatan yang harus ditakhlukan,maka manajer yang adaptip hanya menanggapi setiap situasi yang muncul. Apabila dalam organisasi wiraswasta strategi cenderung terdiri atas lompatan-lompatan besar kedepan untuk menghadapi ketidakpastian, maka organisasi adaptip melangkah secara hati-hati dengan gerakan kecil yang terputus-putus. Apabila seorang wiraswatawan terus berusaha mengalahkan pesaingnya, manajer adaptip cenderung mengambil sikap bertahan menghadapi tindakan pesaingnya.

Perbedaannya terletak pada alpanya sumber pusat kekuasaan. Karena tereperangkap dalam jaringan tuntutan pihak-pihak yang terkait yang saling bertentangan, manajemen tidak selalu dapat menyatakan sasaranya dengan jelas. Ini mungkin akan menghasilkan strategi yang bersifat reaktif dan fragmentif, yang akhirnya menambah fleksibilitas yang menentukan sebagian besar kemampuan organisasi untuk mengatasi kekacauan.

(29)

2.1.4 Tingkat-Tingkat Strategi

Dengan merujuk pada pandangan dan Schendel dan Charles Hofer, Higgins (1985) menjelaskan adanya empat tingkatan strategi keseluruhannya disebut Master Strategy, yaitu: enterprise strategy, corporate strategy, business strategy dan functional strategy.

1 Enterprise Strategy

Strategi ini berkaitan dengan respons masyarakat. Setiap organisasi mempunyai hubungan dengan masyarakat. Masyarakat adalah kelompok yang berada di luar organisasi yang tidak dapat dikontrol. Di dalam masyarakat yang tidak terkendali itu, ada pemerintah dan berbagai kelompok lain seperti kelompok penekan, kelompok politik dan kelompok sosial lainnya. Jadi dalam strategi enterprise terlihat relasi antara organisasi dan masyarakat luar, sejauh interaksi itu akan dilakukan sehingga dapat menguntungkan organisasi. Strategi itu juga menampakkan bahwa organisasi sungguh-sungguh bekerja dan berusaha untuk memberi pelayanan yang baik terhadap tuntutan dan kebutuhan masyarakat.

2. Corporate Strategy

Strategi ini berkaitan dengan misi organisasi, sehingga sering disebut Grand Strategy yang meliputi bidang yang digeluti oleh suatu organisasi. Pertanyaan apa yang menjadi bisnis atau urusan kita dan bagaimana kita mengendalikan bisnis itu tidak semata-mata untuk dijawab oleh organisasi bisnis, tetapi juga oleh setiap organisasi pemerintahan dan organisasi nonprofit. Apakah misi universitas yang utama? Apakah misi yayasan ini, yayasan itu, apakah misi lembaga ini, lembaga itu?

3. Business Strategy

(30)

stratejik yang sekaligus mampu menunjang berkembangnya organisasi ke tingkat yang lebih baik.

4. Functional strategi

Staregi ini merupakan strategi pendukung dan untuk menunjang suksesnya strategi lain. Ada tiga jenis strategi functional yaitu :

1 Strategi Functional Ekonomi yaitu mencakup fungsi-fungsi yang memungkinkan organisasi hidup sebagai satu kesatuan ekonomi yang sehat, antara lain yang berkaitan dengan keuangan, pemasaran, sumber daya, penelitian dan pengembangan.

2 Stategy Function Manajemen mencakup fungsi-fungsi manajemen yaitu planning, organizing, implementating, controlling, staffing, leading, motivating, communicating, decision making, representing, dan inregrating

3 Stregy Isu Stratejik fungsi utamanya ialah mengontrol lingkungan, baik situasi lingkungan yang sudah diketahui maupun situasi yang belum diketahui atau yang selalu berubah ( Dalam Bukunya Richard P. Rumelt, 2003 : 191 )

2.1.5 Jenis-Jenis Strategi

Banyak organisasi menjalankan dua strategi atau lebih secara bersamaan, namun staregi kombinasi dapat sangat beresiko jika dijalankan terlalu jauh. Diperusahaan yang besar dan terdiversifikasi, strategi kombinasi biasanya digunakan ketika divisi-divisi yang berlainan menjalankan strategi yang berbeda. Organisasi yang berjuang untuk tetap hidup mungkin menggunakan gabungan dari sejumlah strategi defensive, seperti divestasi, likuidasi dan rasionalisasi biaya secara bersamaan. Jenis-jenis strategi sebagai berikut :

1 Strategi integrasi

Integrasi kedepan, integrasi kebelakang, integrasi horizontal kadang semuanya disebut sebagai integrasi vertikal. Strategi vertikal

memungkinkan perusahaan dapat mengendalikan para distributor, pemasok, dan atau pesaing.

2 Strategi intensif

Penetrasi pasar, dan pengembangan produk kadang disebut sebagai strategi intensif, karena semuanya memerlukan usaha-usaha intensif jika posisi persaingan perusahaan dengan produk yang ada hendak ditingkatkan.

(31)

Terdapat tiga jenis strategi diversifikasi, yaitu diversifikasi konsentrik, horizontal, dan konglomerat. Menambah produk dan jasa baru yang tidak terkait untuk pelanggan yang sudah ada disebut divesifikasi horizontal.

4 Strategi divensif

Disamping strategi integrative, intensif, dan diversifikasi, organisasi juga dapat menjalankan strategi rasionalisasi biaya, divestasi, atau likuidasi.

Rasionalisasi Biaya, terjadi ketika suatu organisasi melakukan restrukturisasi melalui penghematan biaya dan aset untuk meningkatkan kembali penjualan dan laba yang sedang menurun. Kadang disebut juga sebagai strategi berbalik (turnaround) atau reorganisasi, rasionalisasi biaya dirancang untuk memperkuat kompetensi pembeda dasar organisasi. Selama proses rasionalisasi biaya, perencana strategi bekerja dengan sumber daya terbatas dan menghadapi tekanan dari para pemegang saham, karyawan dan media. Divestasi adalah menjual suatu divisi atau bagian dari organisasi.

Divestasi sering digunakan untuk meningkatkan modal yang selanjutnya akan digunakan untuk akusisi atau investasi strategis lebih lanjut. Divestasi dapat menjadi bagian dari strategi rasionalisasi biaya menyeluruh untuk melepaskan organisasi dari bisnis yang tidak menguntungkan, yang memerlukan modal terlalu besar, atau tidak cocok dengan aktivitas lainnya dalam perusahaan. Likuidasi adalah menjual semua aset sebuah perusahaan secara bertahap sesuai nilai nyata aset tersebut. Likuidasi merupakan pengakuan kekalahan dan akibatnya bisa merupakan strategi yang secara emosional sulit dilakukan.

2.1.6 Perencanaan Strategis

(32)

perencanaan strategis telah menjadi semakin penting bagi para manajer dan organisasi. Ia memberikan suatu kerangka kerja bagi kegiatan organisasi sehingga organisasi berfungsi dengan lebih baik dan semakin lebih tanggap.

Kebanyakan organisasi sekarang mengakui pentingnya perencanaan strategis untuk perkembangan dan kemantapan jangka panjang organisasi mereka. Dalam perencanaan strategis membantu kita mengembangkan konsep yang jelas mengenai organisasi kita. Pada gilirannya hal ini memungkinkan kita merumuskan rencana dan kegiatan yang akan lebih mendekatkan organisasi kita pada tujuan.

Pada perencanaan strategis terdapat kelebihan dan kelemahannya yaitu : 1. Kelebihan dari perencanaan strategis memberikan pedoman yang

sesuai untuk kegiatan organisasi. Dengan menggunakan perencanaan strategis, manjer menjabarkan tujuan organisasinya yang ditentukan secara jelas lengkap dengan metode untuk mencapainya. Disamping itu, proses perencanaan tersebut membantu manajer mengantisipasi masalah sebelum ia menjadi berlarut-larut. Sedangkan manfaat penting lainnya dari perencanaan strategis adalah ia membantu manajer mengenali peluang yang mengandung risiko dan peluang yang aman dan memilih peluang yang terbaik. Analisis yang teliti yang diberikan oleh perencanaan strategis memberi para manajer lebih banyak informasi yang mereka butuhkan utnuk membantu keputusan yang tepat.

(33)

2.1.7 Perumusan Strategi

Perumusan strategi merupakan proses penyusunan langkah-langkah ke depan yang dimaksudkan untuk membangun visi dan misi organisasi, menetapkan tujuan strategis dan keuangan perusahaan, serta merancang strategi untuk mencapai tujuan tersebut dalam rangka menyediakan customer value terbaik. Beberapa langkah yang perlu dilakukan dalam merumuskan strategi yaitu :

1. Mengidentifikasi lingkungan yang akan dimasuki oleh perusahaan di masa depan dan menentukan misi perusahaan untuk mencapai visi yang dicita-citakan dalam lingkungan tersebut.

2. Melakukan analisis lingkungan internal dan eksternal untuk mengukur kekuatan dan kelemahan serta peluang dan ancaman yang akan dihadapi oleh perusahaan dalam menjalankan misinya. 3. Merumuskan faktor-faktor ukuran keberhasilan (key success

factors) dari strategi-strategi yang dirancang berdasarkan analisis sebelumnya.

4. Menentukan tujuan dan target terukur, mengevaluasi berbagai alternatif strategi dengan mempertimbangkan sumberdaya yang dimiliki dan kondisi eksternal yang dihadapi.

5. Memilih strategi yang paling sesuai untuk mencapai tujuan jangka pendek dan jangka panjang.

Pada uraian diatas penulis akan menguraikan strategi yang diungkapkan oleh Hofer dalam bukunya strategy formulation mempunyai langkah-langkah perumusan dan pelaksanaan strategi yaitu :

1. Formulasi sasaran

2. Identifikasi sasaran dan strategi sasaran 3. Analisis lingkungan

4. Analisis sumber daya kekuatan dan kelemahan perusahaan 5. Identifikasi peluang dan ancaman strategis

6. Analalisi sepanjang penentuan tingkat perubahan yang diperlukan untuk strategi sekarang

(34)

2.1.8 Tingkat Strategi

Arthur A. Thomson dan A.J. Strickland menguraikan tiga tingkatan strategi dalam bukunya “Perencanaan Dan Pengambilan

Keputusan” yaitu :

1. Strategi Tingkat Perusahaan

Strategi perusahaan dirumuskan oleh manajemen puncak untuk mengatur kepentingan dan operasi organisasi yang jauh lebih bervariasi daripada kepentingan dan operasi organisasi yang menekuni satu bidang usaha saja. Dua pertanyaan penting

berkenaan dengan jenjang startegi ini adalah ” jenis usaha apakah yang harus ditekuni oleh oleh perusahaan ini” dan “ bagaimana

sebaiknya sumberdaya dialokasikan diantara jenis usaha-usaha

ini?” untuk menjawab pertanyaan dasar tersebut, para perencanaan

tersebut staregis perusahaan, biasanya manjemen puncak, harus

mengemukakan rangkaian pertanyaan lebih lanjut sebagai berikut: “

jenis usaha apa yang sebaiknya kita masuki, dan jenis usah apa yang sebaiknya kita tinggalkan? Siapa pelanggan yang sebaiknya kita layani? Teknologi baru yang bagaimana yang sebaiknya harus kita gunakan? Bagaimana kita mengelola jenis-jenis kegiatan kita, dan bagaimana kita memperoleh dan menggunakan sumberdaya untuk kegiatan yang kita pilih? “ staregi tingkat perusahaan memusatkan perhatian pada tingkatan yang diambil dan harus diambil oleh organisasi serta berusaha menentukan peran yang dimainkan dan yang seharusnya dimainkan oleh setiap kegiatan usaha dalam organisasi.

2. Strategi tingkat unit usaha

Strategi unit kepentingan dengan pengelolaan kepentingan dan unit operasi unit usaha tertentu. Ia berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan seperti: bagaimana perusahaan bersaing dalam pasarnya? Produk/ jasa apa saja yang harus disediakan? Siapa pelanggan yang akan dilayaninya? Bagaimana berbagai fungsi produksi, pemasaran, keuangan, dan lain-lain akan dikelola guna memenuhi tujuan pasar? Bagaimana sumberdaya akan didistribusikan dalam unit usaha?

Strategi unit usaha berupaya menentukan pendekatan apa yang sebaiknya diambil dalam menaklukan pasarnya dan bagaimana kegiatan usah itu seharusnya dijalankan, sesuai dengan kondisi pasar dan sumberdaya yang dimilikinya. Sebuah unit usaha strategi mengelompokan semua aktivitas usaha dalam sebuah usaha multi usaha yang menghasilkan jenis produk atau jasa tertentu dan memperlakukannya sebagai unit usah tunggal.

(35)

Strategi tingkat fumgsional menciptakan kerangka bagi manajemen fungsi seperti keuangan, riset dan pengembangan, serta pemasaran sehingga sesuai dengan strategi tingkat unit usaha. Misalnya, stategi unit usaha menghendaki pengembangan unit usaha baru. Bagian riset dan pengembangan akan membuat rencana tentang cara pengembangan produk dimaksud.

2.2 Pendapatan Asli Daerah

2.2.1 Pengertian Pendapatan Asli Daerah

Pembangunan di Indonesia masih terus dilaksanakan walaupun sekarang ini keadaan Negara yang kurang stabil. Pembangunan ini meliputi segala bidang aspek kehidupan, yang pada hakekatnya menciptakan suatu Masyarakat yang adil dan makmur bagi bangsa Indonesia. Upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat agar semakin adil dan merata harus terus ditingkatkan, pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan melalui upaya nyata dalam bentuk perbaikan pendapatan dan peningkatan daya beli Masyarakat. Pembangunan yang berhasil dirasakan oleh rakyat sebagai perbaikan tingkat taraf hidup pada segenap golongan Masyarakat akan meningkatkan kesadaran mereka akan arti penting pembangunan dan mendorong Masyarakat berperan aktif dalam pembangunan.

Menurut UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, sumber pendapatan Daerah terdiri dari: Pendapatan Asli Daerah Sendiri, yang terdiri dari: Hasil Pajak Daerah, Hasil Retribusi Daerah, Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan, Lain-lain pendapatan asli Daerah yang sah, dan Dana Perimbangan.

Pendapatan asli daerah (PAD) adalah penerimaan yang diperoleh daerah dari sumber-sumber dalam wilayah sendiri yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku”. (Djaenuri, 2012:88)

Dari ketentuan pasal tersebut di atas, maka pendapatan daerah dapat dibedakan dalam dua jenis yaitu :

(36)

Dalam UU No. 34 Tahun 2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah menetapkan ketentuan-ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijaksanaan dan arahan bagi Daerah dalam pelaksanaan pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, juga menetapkan pengaturan yang cukup rinci untuk menjamin prosedur umum perpajakan dan Retribusi Daerah. Penyelenggaraan Pemerintah Daerah sebagai subsistem Pemerintah Negara dimaksudkan untuk meningkatkan daya guna dan hasil guna penyelenggaraan Pemerintah dan pelayanan Masyarakat sebagai Daerah Otonomi. Sampai pada saat ini yang termasuk pendapatan asli daerah adalah pendapatan yang berasal dari daerah itu sendiri yang didapat dari pajak daerah dan retribusi daerah.

2.2.2 Pengertian Pajak Daerah

Untuk menyelenggarakan pemerintahan dan pembangunan daerah maka penggalian dan pengolahan keuangan daerah dengan segala sumber daya merupakan salah satu unsure yang memegang peranan penting dan sangat menentukan sehingga perlu diusahakan bagaimana mengolah sistem pengolahan keuanagan daerah agar dapat terlaksana dengan baik sehingga mampu mendukung kelancaran penyelenggaraan pemeritahan dan pelaksanaan pembangunan sebagai bagian yang tak terpisahkan dari pembangunan nasional.

Secara umum pajak adalah pungutan daeri masyarakat oleh negara (pemerintah) berdasarkan undang – undang yang bersifat dapat dipaksakan dan terutang oleh yang wajib membayarnya dengan tidak mendapat prestasi kembali (kontra prestasi/balas jasa) secara langsung, yang hasilnya digunakan untuk membiayai pengeluaran negara dalam meyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan. (Siahaan, 2008 :7)

(37)

Selanjutnya, jenis pajak daerah Kabupaten Majalengka terdiri atas 10 macam pajak yaitu pajak hotel, pajak restoran, pajak hiburan, pajak reklame, pajak penerangan jalan, pajak mineral bukan logam batuan, pajak parkir, pajak air tanah, pajak sarang burung walet, dan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan.

Kriteria Pajak daerah secara spesifik dapat diuraikan dalam 4 (empat) hal yakni :

1. Pajak yang dipungut oleh pemerintah daerah berdasarkan pengaturan yang dilaksanakan oleh daerah itu sendiri;

2. Pajak yang dipungut berdasarkan pengaturan dari pemerintah pusat tetapi penetapan besarnya tarif pajak oleh pemerintah daerah; 3. Pajak yang ditetapkan dan atau dipungut oleh pemerintah daerah

itu sendiri;

4.

Pajak yang dipungut dan diadministrasikan oleh pemerintah pusat,

tetapi hasil pemungutannya diberikan kepada pemerintah daerah

.

Pajak daerah di Indonesia dapat di golongkan berdasarkan tingkatan Pemerintah Daerah, yaitu pajak daerah tingkat Provinsi dan pajak daerah tingkat Kabupaten/Kota. Penggolongan pajak seperti tersebut di atas diatur dalam Undang-undang No. 18 Tahun 1997 sebagaimana telah diubah dalam undang Nomor 34 Tahun 2000 tentang Perubahan Undang-undang Republik Indonesia tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Pasal 2 ayat 1 dan 2) serta Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah. Peraturan Pemerintah tersebut mengatur tentang obyek, subyek, dasar pengenaan pajak dan ketentuan tarif dari pajak daerah yang berlaku, baik sebelum maupun sesudah berlakunya Undang-undang Nomor 34 Tahun 2000. Selanjutnya Pajak Daerah saat ini yang hak kewenangan pemungutnya dapat diklasifikasikan menurut wilayah pemungutan pajak dapat dibagi menjadi :

(38)

1. Pajak Hotel. Pajak hotel merupakan pajak yang dipungut atas pelayanan hotel. Obyek pajaknya adalah setiap pelayanan yang disediakan dengan pembayaran hotel. Seperti fasilitas penginapan atau tempat tinggal dalam waktu sementara atau jangka pendek. Subyek pajak dari pajak hotel adalah orang pribadi atau badan usaha yang melaksanakan pembayaran atas pelayanan hotel. Sedang wajib pajaknya adalah pengusaha hotel.

2. Pajak Restoran. Pajak restoran merupakan pajak yang dipungut atas pelayanan yang disediakan restoran, seperti makanan dan minuman. Subyek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang melaksanakan pembayaran atas pelayanan restoran. Sedangkan wajib pajaknya adalah pengusaha restoran.

3. Pajak Hiburan. Pajak hiburan merupakan pajak yang dipungut dari semua jenis pertunjukan permainan, dan atau keramaian dengan nama dan bentuk apapun yang ditonton, dinikmati oleh setiap orang. Obyek pajaknya adalah penyelenggaraan hiburan, subyek pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang mendengar, menonton dan atau menikmati hiburan. Sedangkan wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan yang menyelenggarakan hiburan. 4. Pajak Reklame. Pajak reklame merupakan pajak yang dipungut

atas penyelenggaraan reklame. Obyek pajaknya adalah penyelenggaraan reklame, subyek pajaknya adalah orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame atau memesan reklame. Sedangkan wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan reklame.

(39)

6. Pajak Pengambilan bahan Galian Golongan C. Pajak pengambilan bahan galian golongan C merupakan pajak yang dipungut atas kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C. Obyek pajaknya adalah kegiatan eksploitasi bahan galian golongan C, misalnya asbes, batu, granit, garam batu dll. Subyek pajaknya adalah orang pribadi atau badan hukum yang mengeksploitasi atau mengambil bahan galian golongan C. Wajib pajaknya adalah orang pribadi atau badan hukum yang menyelenggarakan eksploitasi.

7. Pajak Parkir. Pajak parkir merupakan pungutan atas tempat atau lahan yang digunakan parkir untuk kendaraan baik roda dua (2) atau roda empat (4). Obyek pajaknya adalah tempat penyelenggaraan parkir, wajib pajaknya adalah orang pribadi yang mendapatkan fasilitas parker.

Dalam rangka pengawasan, peraturan daerah yang menetapkan pajak daerah disampaikan kepada pemerintah pusat paling lama lima belas hari setelah ditetapkan.Penetapan ini telah mempertimbangkan administrasi pengiriman peraturan daerah dari daerah yang tergolong jauh. Dalam hal ini peraturan daerah tersebut disampaikan kepada Menteri Dalam Negeri dan Menteri Keuangan. Jika peraturan daerah bertentangan dengan kepentingan umum dan peraturan perundang-undangan yang lebih tinggi, pemerintah pusat dapat membatalkan peraturan daerah yang dimaksud. Pejabat pemerintah pusat yang diberi kewenangan untuk membatalkan peraturan daerah adalah Menteri Dalam Negeri setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Keuangan.

(40)

ketentuan yang berlaku. Pemungutan pajak daerah saat ini menggunakan tiga sistem pemungutan pajak yaitu:

1. Dibayar sendiri oleh wajib pajak. Sistem ini merupakan perwujudan dari sistem self assessment yaitu sistem pengenaan pajak yang memberi kepercayaan kepada wajib pajak untuk menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Pajak Daerah (SPTPD).

2. Ditetapkan oleh kepala daerah. Sistem ini merupakan perwujudan dari sistem official assessment yaitu sistem pengenaan pajak yang dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh kepala daerah atau pejabat yang ditunjuk melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah atau dokumen lain yang dipersamakan.

3. Dipungut oleh pemungut pajak. Sistem ini merupakan perwujudan dari sistem with holding yaitu sistem pengenaan pajak yang dipungut oleh pemungut pajak pada sumbernya, antara lain PLN yang telah ditetapkan berdasar PP Nomor 65 Tahun 2001 tentang pajak Daerah sebagai pemungut Pajak Penerangan jalan atas penggunaan tenaga listrik yang disediakan PLN.

Secara umum, sistem yang digunakan dalam pemungutan pajak daerah adalah sistem self assessment dan official assessment.

1. Pada cara pertama pajak dibayar oleh wajib pajak setelah terlebih dahulu ditetapkan oleh kepala daerah melalui Surat Ketetapan Pajak Daerah (SKPD) atau dokumen lain yang dipersamakan. Dokumen lain yang dipersamakan antara lain berupa karcis dan nota perhitungan.

(41)

Wajib pajak yang memenuhi kewajibannya dengan cara membayar sendiri, diwajibkan melaporkan pajak yang terutang dengan menggunakan SPTPD. Apabila wajib pajak yang diberi kepercayaan menghitung, memperhitungkan, membayar dan melaporkan sendiri pajak yang terutang tidak memenuhi kewajibannya kepadanya dapat diterbitkan SKPDKB dan atau SKPDKBT yang menjadi sarana penagihan pajak.

2.2.3 Pengertian Retribusi Daerah

Pembangunan di Indonesiamasih terus dilaksanakan walaupun sekarang ini keadaan Negara yang kurang stabil. Pembangunan ini meliputi segala bidang aspek kehidupan, yang pada hakekatnya menciptakan suatu Masyarakat yang adil dan makmur bagi bangsa Indonesia. Upaya mewujudkan kesejahteraan rakyat agar semakin adil dan merata harus terus ditingkatkan, pertumbuhan ekonomi harus ditingkatkan melalui upaya nyata dalam bentuk perbaikan pendapatan dan peningkatan daya beli Masyarakat. Pembangunan yang berhasil dirasakan oleh rakyat sebagai perbaikan tingkat taraf hidup pada segenap golongan Masyarakat akan meningkatkan kesadaran mereka akan arti penting pembangunan dan mendorong Masyarakat berperan aktif dalam pembangunan.

Retribusi diartikan sebagai pungutan uang oleh pemerintah (kota praja dsb) sbg balas jasa.

“tidak semua jasa yang diberikan yang diberikan oleh pemrintah

daerah dapat dipungut retribusinya, tetapi hanya jenis-jenis jasa tertentu yang menurut pertimbangan sosial ekonomi layak dijadikan sebagai objek retribusi. Jasa tertentu tersebut dikelompokkan kedalam tiga golongan, yaitu jasa umum, jasa usaha, dan perizinan tertentu.

1. Jasa Umum antara lain adalah pelayanan kesehatan dan pelayanan persampahan. Yang tidak termasuk jasa umum adalah jasa urusan umum pemerintahan.

2. Jasa usaha antara lain adalah penyewaan aset yang dimiliki/dikuasai oleh pemerintah daerah, penyediaan tempat penginapan, usaha bengkel kendaraan,tempat pencucian mobil dan penjualan bibit. 3. Perizinan tertentu mengingat bahwa fungsi perizinan dimaksudkan

(42)

tersebut pemerintah daerah mungkin masih mengalami kekurangan biaya yang tidak selalu dapat dicukupi dari sumber-sumber penerimaan daerah, sehingga terrhadap perizinan tertentu masih dipungut retribusi. Perizinan tertentu yang dapat dipungut retribusi, antara lain adalah izin mendirikan bangunan, dan izin peruntukan

penggunaan tanah”.(Djaenuri:2012:95)

Berdasarkan Undang-undang Dasar 1945 yang menempatkan perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan, dalam penjelasan Pasal 23 ayat (2) ditegaskan bahwa penetapan belanja mengenai hak rakyat untuk menentukan nasibnya sendiri, maka segala tindakan yang menempatkan beban kepada rakyat, seperti pajak dan lain-lain, harus ditempatkan dengan Undang-undang, yaitu dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat, oleh karena itu pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah harus didasarkan pada Undang-undang. Pungutan retribusi yang berkembang selama ini didasarkan pada Undang-Undang Nomor 12 Drt. Tahun 1957 tentang Peraturan Umum Retribusi Daerah menunjukkan beberapa kelemahan, seperti:

1. Hasilnya kurang memadai jika dibandingkan dengan biaya penyediaan jasa oleh daerah

2. Biaya pemungutannya relatif tinggi

3. Kurang kuatnya prinsip dasar retribusi terutama dalam hal pengenaan, penetapan, struktur, dan besarnya tarif

4. Adanya beberapa jenis retribusi yang pada hakekatnya bersifat pajak karena pemungutannya tidak dikaitkan secara langsung dengan jasa pelayanan pemerintah daerah kepada pembayar retribusi

5. Adanya jenis retribusi perizinan yang tidak efektif dalam usaha untuk melindungi kepentingan umum dan kelestarian lingkungan 6. Adanya jenis retribusi yang mempunyai dasar pengenaan atau

objek yang sama

(43)

mencerminkan hubungan yang jelas antara tarif retribusi dengan pelayanan dan jasa yang diberikan Pemerintah Daerah.

Namun demikian berdasarkan PP No.66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah, daerah dapat menerapkan berbagai jenis retribusi lainnya sesuai dengan kriteria yang ditetapkan dalam undang-undang. Jenis retribusi lainnya, misalnya adalah penerimaan negara bukan pajak yang telah diserahkan kepada daerah. Ketentuan inilah yang membuka peluang bagi daerah untuk menerbitkan berbagai

2.2.4 Penetapan Jenis Retribusi Daerah

Sesuai dengan pasal 5 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2011 tentang retribusi daerah, penetapan jenis retribusi jasa umum dan retribusi perizinan tertentu untuk daerah provinsi dan daerah daerah kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan kewenangan masing-masing sebagaimana diatur dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Hal yang sama juga berlaku untuk penetapan jenis retribusi jasa usaha untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota, yang dilakukan sesuai dengan jasa/pelayanan yang diberikanoleh masing-masing daerah. Rincian dan masing-masing jenis retribusi diatur dalam peraturan daerah yang bersangkutan. Pada retribusi daerah pun ada yang disebut dengan bukan objek retribusi daerah, yaitu hanyalah jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah secar langsung.

(44)

jasa yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah. Apabila BUMD memanfaatkan jasa atau perizinan tertentu yang diberikan oleh pemerintah daerah, BUMD wajib membayar retribusi daerah.

Jenis-jenis Retribusi Jasa Umum, Retribusi Jasa Usaha, dan Retribusi Perizinan Tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah berdasarkan kriteria sebagai berikut :

1. Retribusi Jasa Umum Bersifat Bukan Pajak Dan Bersifat Bukan Retribusi Jasa Usaha Atau Retribusi Perizinantertentu;

2. Jasa Yang Bersangkutan Merupakan Kewenangan Daerah Dalam Rangka Pelaksanaan Desentralisasi;

3. Jasa Tersebut Memberi Manfaat Khusus Bagi Orang Pribadi Atau Badan Yang Diharuskan Membayar Retribusi, Di Samping Untuk Melayani Kepentingan Dan Kemanfaatan Umum;

4. Jasa Tersebut Layak Untuk Dikenakan Retribusi;

5. Retribusi Tidak Bertentangan Dengan Kebijakan Nasional Mengenai Penyelenggaraannya;

6. Retribusi Dapat Dipungut Secara Efektif Dan Efisien, Serta Merupakan Salah Satu Sumber Pendapatan Daerah Yang Potensial; Dan

7. Pemungutan Retribusi Memungkinkan Penyediaan Jasa Tersebut Dengan Tingkat Dan/Atau Kualitas Pelayanan Yang Lebih Baik.

2.2.5 Dasar Hukum Pajak Dan Retribusi Daerah

Setiap jenis pajak dan retribusi daerah yang diberlakukan di indonesia harus berdarkan dasar hukum yang kuat untuk menjamin kelancaran pengenaan dan pemungutannya. Hal ini juga berlaku untuk pajak daerah. Dewasa ini yang menjadi dasar hukum pemungutan pajak daerah di indonesia adalah sebagaimana dibawah ini :

(45)

2. Undang Nomor 34 Tahun 2000 Tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 20 desember 2000.

3. Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 1997 Tentang Pajak Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 4 juli 1997

4. Pertaturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1997 Tentang Retribusi Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 4 juli 1997.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 Tentang Pajak Daerah, yang diundangkan di Jakarta dan mulai berlaku pada tanggal diundangkan, yaitu 13 september 2001.

6. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 Tentang Retribusi Daerah yang diundangkan yaitu 13 september.

7. Keputusan Presiden, Kepetusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Keuangan, Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Dibidang Pajak Daerah.

8. Keputusan Presiden, Keputusan Menteri Dalam Negeri, Keputusan Menteri Keuangan, Pertauran Daerah Provinsi, Dan Peraturan Daerah Kabupaten/Kota Dibidang Retribusi Daerah.

Saat ini ketentuan peraturan perundangan yang mengatur tentang PDRD adalah UU Nomor 28 Tahun 2009 sebagai pengganti dari UU Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 34 Tahun 2000.Beberapa perubahan mendasar yang diatur dalam UU Nomor 28 Tahun 2009 tersebut antara lain adalah:

(46)

daerah untuk mentapkan jenis Pajak Daerah dan Retribusi Daerah baru akan memberikan kepastian bagi masyarakat dan dunia usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dan dunia usaha yang pada gilirannya diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam memenuhi kewajiban perpajakannya.

2. Meningkatkan kewenangan perpajakan daerah dan retribusi daerah dengan memperluas basis pungutan dan memberikan kewenangan kepada daerah dalam penetapan tariff. Perluasan basis pajak dilakukan sesuai dengan prinsip pajak yang baik, tidak menyebabkan ekonomi biaya tinggi dan atau menghambat mobilitas penduduk, lalu lintas barang dan jasa antar ekspor impor. Berdasarkan pertimbangan tersebut, perluasasan basis pajak daerah yang dilakukan dengan memperluas basis pajak daerah yang sudah ada mendaerahkan pajak pusat dan menambah jenis pajak baru.

2.2.6 Isi Peraturan Daerah Tentang Pajak Daerah

Selain dasar hukum yang berlaku di indonesia, pajak daerah mempunyai peraturan daerah yang memberlakukan tentang pajak daerah. Peraturan daerah tersebut sekurang-kurangnya mengatur ketentuan mengenai :

1. Nama, Objek, Dan Subjek Pajak

2. Dasar Pengenaan, Tarif, Dan Cara Penghitungan Pajak 3. Wilayah Pemungutan

4. Masa Pajak 5. Penetapan Pajak

6. Tata Cara Pembayaran Dan Penagihan Pajak 7. Kadaluarsa Penagihan Pajak

8. Sanksi Administrasi

9. Tanggal Mulai Berlakunya Pajak

Selain Ketentuan Yang Pokok Diatas, Peraturan Daerah Tentang Suatu Pajak Daerah Dapat Mengatur Ketentuan Mengenai Beberapa Hal Lainnya, Yaitu:

(47)

Dapat Diberikan Dengan Pertimbangkan Antara Lain Kemampuan Membayar Pajak.

2. Tata Cara Penghapusan Piutang Pajak Yang Kadaluarsa.

3. Asas Timbal Balik. Sesuai Dengan Kelaziman Internasional, Pengurangan, Keringanan, Dan Pembebasan Pajak Daerah Dapat Diberikan Kepada Korps Diplomatik.

2.2.7 Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Syah

Lain-lain pendapatan asli daerah yang sah ini dibeberapa daerah, misalnya didapatkan dari sumber berikut :

1. Hasil penjualan barang milik daerah 2. Jasa giro

3. Sumbangan pihak ketiga

4. Penerimaan ganti rugi atas kekayaan daerah

5. Setoran kelebihan pembahayaran kepada pihak ketiga 6. Denda keterlambatan pelaksanaan pekerjaan daerah 7. Angsuran/ cicilan kendaraan bermotor

8. Penjualab drum bekas aspal 9. Pachter berak kelelawar 10. Pachter sarang burung walet 11. Penjualan tanaman

12. Penerimaan dari tes bahan beton 13. Penerimaan dari revolving

14. Penerimaan tunggakan pajak/retribusi dan sebagainya.

2.2.8 Peranan Pajak Daerah Dan Retribusi Daerah Dalam mendukung Pembiayaan Daerah

Gambar

Tabel 1.1 Jadwal KKL
Tabel 3.1 From Aktivitas Harian KKL

Referensi

Dokumen terkait

Pada era globalisasi sekarang pendidikan merupakan suatu kebutuhan pokok yang penting dan harus dimiliki oleh setiap individu terlepas dari apapun jenis pelajaran yang

Memberikan informasi tentang motif dan kepuasan yang diharapkan pemirsa televisi dalam menonton program infotainmen.. khususnya kepada para wanita di wilayah

What types of transitional signals are most frequently used in argurrents for the issue in the discussion texts written by the students of English Departrrent ofWidya

Sistem penanaman yang digunakan didominasi (82,35 persen) oleh sistem polikultur. Sedangkan 17,64 persen petani menggunakan sistem monokultur. Petani yang

Manusia hidup di bumi yang kaya akan sumber daya alam, yang sejak awal diciptakan alam dengan kekayaan dan keindahan yang merupakan penunjang kesejahteraan

Syukur Alhamdulillah penulis haturkan ke hadirat Allah SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya serta sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad

(5) Penjaminan mutu pendidikan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan secara internal oleh Universitas dan eksternal secara berkala oleh badan akreditasi

Penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) yang mengambil fokus kajian pada upacara tradisi satu sura dalam masyarakat desa Traji sebagai media dari