PENTINGNYA PENGAWASAN GURU DALAM MENGAWASI PERTUMBUHAN DAN PERKEMBANGAN ANAK
Pada masa pubertas anak sudah mulai mengalami perubahan biologis, psikologis dan kognitif. Perubahan tersebut didukung dengan asupan nutrisi yang mereka makan. Nutrisi sangat membantu mempercepat perubahan saat pubertas, semakin baik nutrisi yang masuk dalam tubuh, semakin cepat pula mereka mengalami masa pubertas. Selain perkembangan fisik yang nampak, perkembangan emosi juga dirasakan saat masa pubertas. Sebelum pubertas, perkembangan emosi anak belum begitu nampak, namun saat masa pubertas perubahan emosi seperti marah, malu, takut, dan rasa bersalah akan semakin nampak. Saat masa kanak-kanak emosi tersebut tidak begitu nampak karena otak dan emosi anak belum berkembang pesat seperti pada perkembangan dimasa pubertas.
Pada masa pubertas anak mengalami perubahan fisik yang berbeda antara laki-laki dan perempuan. Usia pubertas wanita yaitu dari usia 8-13 tahun. Pada masa tersebut anak mengalami perubahan fisik seperti membesarnya payudara, membesarnya pinggul, tumbuhnya bulu-bulu di sekitar ketiak dan kemaluan, dan menstruasi. Sedangkan pada laki-laki pubertas dimulai pada usia 10-14 tahun. Pada masa tersebut laki-laki-laki-laki mengalami perubahan fiski seperti suara membesar, tumbuhnya bulu-bulu di sekitar ketiak dan kemaluan, dan mimpi basah. Pubertas laki-laki dan perempuan mempunyai perbedaan usia, perempuan lebih cepat mengalami masa pubertas dibandingkan dengan laki-laki. Namun saat laki-laki sudah mulai mengalami pubertas pertumbuhannya akan lebih cepat dibandingkan dengan pertumbuhan perempuan. Hal tersebut memang terjadi karena kelenjar laki-laki lebih cepat bertumbuh daripada kelenjar perempuan.
Selain perkembangan fisik, pada masa pubertas juga mengalami perkembangan emosi. Perkembangan tersebut biasanya tergantung dengan pendidikan yang mereka dapat dan perkembangan otak yang mereka alami karena perkembangan emosi dipengaruhi oleh perkembangan otak dan pengaruh sosial anak. Emosi yang dirasakan saat masa pubertas lebih bertambah dibanding saat mereka masih anak-anak. Perasaan malu, marah, takut, dan merasa bersalah sudah mulai dialami pada masa pubertas. Pembimbingan orangtua dan guru harus dilakukan untuk mengontrol dan mengetahui perkembangan emosi anak.
temporal berhubungan dengan susunan saraf simpatik dan parasimpatik, kedua saraf tersebut adalah saraf yang mengontrol perasaan manusia. Perkembangan otak dari masa anak-anak ke masa dewasa akan terus berubah, usia pubertas dan dewasa juga memiliki perbedaan pemikiran tentang emosi karena perkembangan otak yang berbeda. Usia pubertas lebih labil dalam mengontrol emosi dibanding usia dewasa karena perkembangan otak saat masa pubertas juga mengalami naik turun sehingga keadaan tersebut berpengaruh pada keadaan emosi anak.
Jika dua anak dihadapkan pada satu masalah yang sama maka setiap anak memiliki respon yang berbeda pada masalah tersebut. Namun pada anak usia 10 sampai 11 tahun sudah bisa memandang masalah dalam dua emosi yang berbeda, hal tersebut juga salah satu tanda jika anak sudah mengalami masa pematangan berfikir karena mereka sudah menilai suatu masalah dalam dua pandangan. Kematangan berfikir sangat penting karena cara berfikir inilah yang akan berguna jika anak sudah dewasa. Mulainya kematang berfikir juga menandakan jika anak sudah beranjak remaja. Walaupun anak sudah mengalami kematangan berfikir dibanding masa anak-anak, pemikiran mereka masih labil karena usia mereka yang membuat kematangan berfikir belum sepenuhnya sempurna. Kematangan berfikir akan sempurna saat anak sudah menginjak dewasa atau melewati masa pubertas.
Perkembangan anak usia dini atau saat mereka masih kecil sangat penting sehingga perlu adanya pengawasan. Dikatakan sangat penting karena kesalahan sedikit pada masa anak-anak akan berpengaruh saat dia dewasa. Contohnya jika kepala anak terbentur atau anak jatuh saat bermain akan berakibat timbulnya penyakit saat tua nanti. Hal tersebut dapat terjadi karena saraf di dalam otak mengalami kerusakan yang berupa gumpalan ataupun kerusakan yang lain yang berakibat terjadinya penyakit-penyakit pada masa tua. Kesensitifan otak inilah yang mengharuskan orang tua ataupun guru mengawasi anak dengan baik agar menghindari anak mengalami masalah pada masa kecil yang berakibat penyakit pada dewasa nantinya.
sebab itu perlu adanya pengawasan oleh guru ataupun orang tua agar anak dapat melakukan hal-hal yang terkontrol agar tidak melakukan hal-hal yang membahayakan. Contoh lain yaitu anak yang tinggi badannya berhenti bertumbuh pada umur 5 atau 6 tahun sehingga saat usia mereka bertambah namun tinggi mereka masih seperti anak-anak. Kelainan ini selain karena kesalahan perkembangan otak atau kesalahan penerimaan informasi oleh saraf juga dapat terjadi karena gen. Anak yang memiliki kelainan fisik biasanya orang tua atau keluarga sebelumnya memiliki kelainan fisik juga oleh karena itu GEN juga sangat berpengaruh pada pertumbuhan anak.
Selain kelainan fisik yang disebutkan diatas, kelainan anak juga yang biasa muncul adalah Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). ABK biasanya mengalami keterlambatan pada fungsi-fungsi indra atau bahkan keterlambatan pada fungsi otak. ABK yang berusia 17 tahun bisa bertingkah laku seperti anak 5 atau 6 tahun karena otak mereka terlambat berkembang. Dewasa ini ABK juga terdapat di sekolah-sekolah umum bukan hanya di SLB, oleh sebab itu guru harus mengetahui cara penanganan ABK dengan baik karena ABK tidak bisa ditangani seperti anak biasa. ABK perlu adanya bimbingan khusus sesuai kebutuhan yang mereka butuhkan. Jangan sampai ABK mendapatkan materi melebihi kemampuan mereka karena itu sangat sulit untuk ditangkap oleh otak mereka. Emosi anak ABK juga lebih sensitif dibandingkan dengan anak biasanya oleh karena itu jika ABK bersekolah di sekolah umum perlu adanya pengawasan guru agar ABK tidak diganggu oleh teman-temannya karena hal tersebut juga dapat mengganggu psikis ABK.
DAFTAR PUSTAKA
Pinel, J. P. (2009). Biopsikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Somantri, S. (2007). Psikologi Anak Luar Biasa. Bandung: PT. Refika Aditama.