• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perancangan Media Informasi Program Redenominasi Mata Uang Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Perancangan Media Informasi Program Redenominasi Mata Uang Indonesia"

Copied!
67
0
0

Teks penuh

(1)

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang Masalah

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dari segi ekonomi yang berbasis pasar dimana pemerintah dan Bank Indonesia memiliki peranan yang penting. Menurut situs BI (2013) Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Hal yang dimaksud dengan kestabilan nilai rupiah antara lain adalah kestabilan terhadap harga-harga barang dan jasa yang tercermin pada inflasi. Untuk mencapai tujuan tersebut, sejak tahun 2005 Bank Indonesia menerapkan kerangka kebijakan moneter dengan inflasi sebagai sasaran utama kebijakan moneter (Inflation Targeting Framework) dengan menganut sistem nilai tukar yang mengambang (free floating). Peran kestabilan nilai tukar sangat penting dalam mencapai stabilitas harga dan sistem keuangan. Oleh karenanya, Bank Indonesia juga menjalankan kebijakan nilai tukar untuk mengurangi volatilitas nilai tukar yang berlebihan, bukan untuk mengarahkan nilai tukar pada tingkatan tertentu. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

(2)

2 perhitungan sistem pembayaran. Contohnya jika pecahan yang berlaku sekarang Rp 100.000 maka setelah diberlakukan program redenominasi penulisan pecahannya diubah menjadi Rp 100 tanpa mengurangi nilai dari uang tersebut.

Redenominasi merupakan hal yang masih terdengar baru bagi masyarakat, begitu mendengar pengurangan nol, masyarakat langsung berpikiran redenominasi sama dengan sanering atau pemotongan mata uang sebagaimana kebijakan pemerintah di zaman Orde Lama yang menjadikan nilai uangnya akan berkurang. Sebagian masyarakat masih khawatir, kebijakan ini akan dimanfaatkan untuk memainkan harga. Kekhawatiran itulah yang harus menjadi perhatian Bank Indonesia dan pemerintah dalam menjalankan program redenominasi tersebut, sehingga justru berakibat buruk pada perekonomian nasional, oleh karenanya pemerintah masih belum melaksanakan program ini karena masih banyak hal yang harus dikaji lagi, sehingga pemerintah dan Bank Indonesia sampai saat ini masih melakukan upaya konsultasi publik yang bertujuan untuk memberikan pengertian yang lebih baik tentang perubahan harga rupiah yaitu “redenominasi bukan sanering”.

Maka tantangan selanjutnya adalah bagaimana proses pelaksanaan program redenominasi mata uang rupiah kepada masyarakat bisa sukses apabila diberlakukan, dengan wilayah yang luas dan terdiri atas belasan ribu pulau, tidak sedikit masyarakat yang tinggal di pelosok daerah, dan tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar masih rendah. Oleh karena itu perancangan ini menjadi sangat penting untuk membantu pemerintah dan Bank Indonesia dalam upaya melakukan konsultasi publik perihal pengenalan program redenominasi mata uang rupiah.

1.2 Identifikasi Masalah

Setelah latar belakang dipaparkan, terdapat beberapa masalah yang muncul antara lain:

(3)

3  Persepsi masyarakat yang masih beranggapan bahwa redenominasi (penyederhanaan pecahan mata uang) itu sama dengan sanering (pemotongan nilai mata uang).

 Kekhawatiran masyarakat tentang kebijakan redenominasi rupiah akan dimanfaatkan untuk memainkan harga.

 Masyarakat belum mengetahui secara menyeluruh tentang teknis dari pelaksanaan program redenominasi mata uang rupiah.

 Belum adanya media informasi yang efektif tentang program redenominasi mata uang rupiah kepada masyarakat.

1.3 Rumusan Masalah

Dari hasil pemaparan diatas tersimpulkan bahwa program redenominasi di Indonesia masih terdengar baru bagi masyarakat, maka dari itu bagaimana merancang media informasi untuk tujuan pemberitahuan kepada masyarakat seputar pengetahuan umum tentang program redenominasi mata uang rupiah apabila diberlakukan menjadi rumusan masalah dalam perancangan ini.

1.4 Batasan Masalah

Agar pembahasan tidak terlalu meluas maka ditentukannya batasan masalah yang ada, perancangan di fokuskan kepada masyarakat khususnya yang mempunyai profesi sebagai pedagang kalangan menengah, karena para pelaku ekonomi menengah merupakan sektor yang terkena dampak langsung secara psikologis, dan merupakan sektor yang cenderung mempunyai kebiasaan berinteraksi yang tinggi. Sehingga memerlukan edukasi seputar program redenominasi mata uang rupiah, dan memungkinkan akan saling bertukar informasi anatara pedagang dan pembeli.

1.5 Tujuan Perancangan

Tujuan perancangan yang diambil yaitu sebagai berikut:

(4)

4  Menyamakan persepsi masyarakat bahwa redenominasi itu berbeda dengan

sanering.

 Menumbuhkan kepercayaan masyarakat bahwa program redenominasi itu aman.

 Untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tentang teknis pelaksanaan program redenominasi sehingga tidak membingungkan masyarakat secara psikologis.

(5)

5

BAB II

MEDIA INFORMASI PROGRAM REDENOMINASI MATA UANG

RUPIAH DAN PERSEPSI MASYARAKAT

2.1 Media Informasi

Sejalan dengan perkembangan zaman media informasi sangat diperlukan setiap saat oleh manusia untuk mengetahui informasi yang sedang terjadi atau yang telah berkembang, sehingga yang asalnya belum tahu menjadi tahu karena manusia bisa berinteraksi satu dan yang lainnya dengan adanya media informasi tersebut. Selain itu melalui media informasi juga sebuah pesan dapat tersampaikan dengan baik jika media yang dibuat tepat kepada target sasaran yang ingin dicapai dan informasi yang disampaikan bisa bermanfaat bagi semua pihak.

2.1.1 Definisi Media Informasi

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan dengan segala kebutuhan akan informasi terutama dalam bentuk media. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001). Media merupakan salah satu komponen komunikasi, yaitu sebagai pembawa pesan dari komunikator menuju komunikan (Criticos, 1996). Sedangkan pengertian dari informasi secara umum informasi adalah data yang sudah diolah menjadi suatu bentuk lain yang lebih berguna yaitu pengetahuan atau keterangan yang ditujukan bagi penerima dalam pengambilan keputusan, baik masa sekarang atau yang akan datang (Gordon B. Davis 1990; 11).

(6)

6

2.1.2 Jenis Dan Fungsi Media Informasi

Untuk mencapai kriteria kepada target sasaran yang dituju, diperlukan studi kelayakan media yang cocok dan efektif agar manfaat dari pesan berupa informasi dapat tersampaikan dengan baik kepada target sasaran, maka pemilihan medianya pun harus sesuai. Menurut Eddy Syarif (2012) jenis media informasi dapat dikelompokan menjadi dua yaitu jenis media berdasarkan bentuknya, dan jenis media berdasarkan sifatnya.

a. Berdasarkan bentuknya jenis media dibagi menjadi empat kelompok yaitu:  Media Cetak

Media cetak yaitu segala barang cetak yang dapat dipergunakan sebagai sarana penyampaian pesan. Contoh: buku, kalender, majalah, koran dan lain-lain.

 Media Visual

Media visual yaitu penerimaan pesan yang tersampaikan menggunakan indra penglihatan. Contoh: Foto, televisi dan lain-lain.

 Media Audio

Media Audio adalah penerimaan pesan yang tersampaikan dengan menggunakan indra pendengaran. Contoh: Radio, tape recorder dan lain-lain.  Media Audio Visual

Media audio visual adalah media komunikasi yang dapat dilihat sekaligus didengar jadi untuk mengakses informasi yang disampaikan, digunakan indra penglihatan dan pendengaran sekaligus. Contoh: Televisi, film dan lain-lain. b. Media komunikasi audio, yaitu Berdasarkan sifatnya jenis media dibagi

menjadi tiga kelompok yaitu:

 media yang hanya dapat didengar saja, seperti radio, telepon, dan lain-lain.  Media komunikasi visual, yaitu media yang hanya dapat dilihat saja, seperti

koran, majalah, dan lain-lain.

(7)

7 Beberapa fungsi dari media informasi antara lain:

 Mempermudah penyampaian pesan  Mengefektifkan penyampaian pesan

 Memperjelas maksud dan tujuan penyampaian pesan

 Sebagai alat untuk membangkitkan motivasi dalam mendengarkan suatu informasi

Gambar 2.1 Jenis-jenis media

Sumber http://www.romelteamedia.com/media-massa-pengertian-dan-jenis.html (5 Mei 2014)

2.1.3 Kalender

(8)

8 Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kalender yaitu sistem pengorganisasian waktu yang memperlihatkan hari, pekan, dan bulan dalam satu tahun, untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang. Adapun peranan dari kalender yaitu untuk menetapkan tanggal, sehingga peristiwa alam, sejarah, keagamaan, dan kebudayaan baik yang berkala ataupun tidak berkala dapat ditulis kapan terjadinya, dan untuk mengukur waktu selang yang sama.

2.1.4 Jenis-Jenis Kalender

Menurut Asep Sutiadi (2011) kalender dapat dibagi menjadi tiga bagian, diantaranya:

a. Kalender Solar (Syamsiyah, berdasarkan matahari), contoh: Kalender Masehi.

 Waktu satu tahun sama dengan lamanya bumi mengelilingi matahari, yaitu 365 hari 5 jam 48 menit 46 detik atau 354,2422 hari

 Pergantian hari pada tengah malam (midnight)

 Awal bulan (tanggal 1) tidak bergantung pada posisi bulan

b. Kalender Lunar (Qomariyah, berdasarkan bulan), contoh: Kalender Hijriah.  Waktu satu tahun sama dengan dua belas kali lamanya bulan mengelilingi

bumi, yaitu 29 hari 12 jam 44 menit 3 detik atau 29,5306 hari. Dikalikan 12 menjadi 354 hari 8 jam 48 menit 34 detik atau 354,3672 hari

 Pergantian hari pada saat matahari tenggelam (sunset)  Awal bulan (tanggal 1) saat munculnya hilal

c. Kalender lunisolar (kalender lunar yang disesuaikan dengan matahari), contoh: Kalender Imlek.

 Dalam setahun kalender lunar lebih cepat 11 hari dari kalender solar, maka kalender lunisolar mempunyai bulan interkalasi (bulan tambahan, bulan ke-13) setiap 3 tahun, agar sesuai dengan perjalanan matahari.

 Pergantian hari pada saat matahari tenggelam (sunset)

(9)

9 Gambar 2.2 kalender

Sumber http://www.lintasnusantaraco.indonetwork.co.id/2785633 (5 Mei 2014)

2.1 Pengertian Mata Uang

Menurut D.H. Robertson dalam bukunya Money, disebutkan bahwa uang adalah sesuatu yang bisa diterima dalam pembayaran untuk mendapatkan barang-barang.

Menurut R.G. Thomas dalam bukunya Our Modern Banking menjelaskan uang adalah sesuatu yang tersedia dan secara umum diterima sebagai alat pembayaran

bagi pembelian barang-barang dan jasa-jasa serta kekayaan berharga lainnya serta

(10)

10 Gambar 2.3 Uang

Sumber: http://www.empowernetwork.com/grammywealth/blog (5 Mei 2014)

Dari berbagai definisi diatas dapat ditarik kesimpulan tentang pengertian uang yaitu segala bentuk yang diterima secara umum sebagai alat pembayaran yang sah. Keberadaan uang menyediakan alternative transaksi yang lebih mudah daripada barter yang lebih kompleks, tidak efesien, dan kurang cocok digunakan dalam sistem ekonomi modern karena membutuhkan orang yang memiliki keinginan yang sama untuk melakukan pertukaran dan juga kesulitan dalam penentuan nilai. Efesiensi yang didapatkan dengan menggunakan uang pada akhirnya akan mendorong perdagangan dan pembagian tenaga kerja yang kemudian akan meningkatkan produktifitas dan kemakmuran.

2.2.1 Sejarah Mata Uang

(11)

11 kesulitan akibat kurangnya daya tahan benda-benda tersebut sehingga mudah hancur atau tidak tahan lama. Kemudian muncul apa yang dinamakan dengan uang logam.

Kenapa logam yang dipilih, karena logam merupakan alat tukar menukar yang memiliki nilai tinggi sehingga digemari kebanyakan orang, bersifat tahan lama dan tidak mudah rusak, mudah dipecah tanpa mengurangi nilai, dan mudah dipindah-pindahkan. Logam yang dijadikan alat tukar karena memenuhi syarat-syarat tersebut adalah emas dan perak. Uang logam emas dan perak juga disebut sebagai uang penuh. Artinya, nilai bahan uang sama dengan nilai nominalnya (nilai yang tercantum pada mata uang tersebut). Pada saat itu, setiap orang berhak menempa uang, melebur, menjual atau memakainya, dan mempunyai hak tidak terbatas dalam menyimpan uang logam. Sejalan dengan perkembangan perekonomian, timbul kesulitan ketika perkembangan tukar-menukar yang harus dilayani dengan uang logam terus mengalami peningkatan sementara jumlah logam mulia (emas dan perak) sangat terbatas persediaannya. Maka menggunakan uang logam ini juga sulit dilakukan untuk transaksi dalam jumlah besar sehingga diciptakanlah uang kertas.

Awalnya uang kertas yang beredar merupakan bukti kepemilikan emas dan perak sebagai alat atau perantara untuk melakukan transaksi. Dengan kata lain, uang kertas yang beredar pada saat itu merupakan uang yang dijamin 100% dengan emas atau perak yang disimpan di pandai emas atau perak dan sewaktu-waktu dapat ditukarkan penuh dengan jaminannya. Pada perkembangan selanjutnya, masyarakat tidak lagi menggunakan emas (secara langsung) sebagai alat pertukaran. Sebagai gantinya, mereka menjadikan kertas bukti dari bukti kepemilikan emas dan perak tersebut sebagai alat tukar.

2.2.2 Fungsi Mata Uang

(12)

12  Sebagai alat tukar

Uang berfungsi sebagai alat tukar yang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.  Alat penyimpan nilai

Uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.

 Satuan unit hitung

Uang berfungsi sebagai satuan hitung karena uang dapat digunakan untuk menunjukan nilai berbagai macam barang/jasa yang diperjualbelikan, menunjukkan besarnya kekayaan, dan menghitung besar kecilnya pinjaman. Uang juga dipakai untuk menentukan harga barang/jasa (alat penunjuk harga). Sebagai alat satuan hitung, uang berperan untuk memperlancar pertukaran.

2.2.3 Jenis Mata Uang

Menurut Rahmad Safarai (2009), jenis uang yang beredar dimasyarakat dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu uang kartal dan uang giral.

Gambar 2.4 Jenis Uang

(13)

13 a. Uang kartal adalah alat bayar yang sah dan wajib digunakan oleh masyarakat dalam melakukan transaksi jual-beli sehari-hari. Terdiri dari uang logam dan uang kertas.

 Uang logam yaitu uang yang terbuat dari emas atau perak, karena kedua logam itu memiliki nilai yang cenderung tinggi dan stabil, bentuknya mudah dikenali, sifatnya yang tidak mudah hancur, tahan lama, dan dapat dibagi menjadi satuan yang lebih kecil tanpa mengurangi nilai.

 Uang kertas yaitu uang yang terbuat dari kertas dengan gambar dan cap tertentu. Menurut penjelasan UU No. 23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia, yang dimaksud dengan uang kertas adalah uang dalam bentuk lembaran yang terbuat dari bahan kertas atau bahan lainnya (yang menyerupai kertas). Diumumkan oleh pemerintah atau yang disahkan oleh pemerintah sebagai alat pembayaran yang sah atau apa saja yang secara legal harus diterima jika diserahkan baik dalam pembelian barang dan jasa atau untuk pembayaran yang lainnya.

b. Uang Giral adalah uang yang dimiliki masyarakat dalam bentuk simpanan (deposito) yang dapat ditarik sesuai kebutuhan. Uang ini hanya beredar di kalangan tertentu saja, sehingga masyarakat mempunyai hak untuk menolak jika ia tidak mau barang atau jasa yang diberikannya dibayar dengan uang ini. Bentuk uang giral dapat berupa cek, giro, atau elegraphic transfer.

Proses terjadinya uang giral antara lain:

 Seseorang menitipkan sejumlah uang kartal kepada sebuah bank. Bank mencatat dalam bukunya sebagai rekening orang yang menitipkan uang. Titipan semacam ini dinamakan primary deposits, yang berarti uang titipan. Dengan kejadian tersebut uang kartal yang dititipkan berubah menjadi uang giral.

(14)

14  Uang giral dapat pula diciptakan dengan cara seseorang menjual surat berharga ke bank dan bank membukukan hasil penjualan surat berharga itu sebagai deposit dari yang menjual.

2.3 Pengertian Redenominasi

Secara teknis, redenominasi mata uang didefinisikan sebagai proses dimana mata uang suatu negara dikalibrasi ulang (menghapus angka nol sebanyak tertentu dibelakang angka), karena inflasi yang signifikan, dan devaluasi mata uang. Secara umum, definisi redenominasi yaitu hanya menghapus angka nol dari mata uang. (Ojameruaye, 2007 : 2).

Dari definisi diatas dapat dikatakan bahwa yang dimaksud dengan redenominasi adalah penyederhanaan nominal atau digit yang tertera pada mata uang tertentu tanpa memotong nilai tukar itu sendiri terhadap harga barang atau jasa. Dalam kajian literatur tentang redenominasi yang banyak dijadikan rujukan antara lain, tulisan The National Currency Redenomination Experience in Several Countries atau Pengalaman Redenominasi Mata Uang Nasional di Berbagai Negara karya Duca Ioana seorang akademisi dari Rumania, redenominasi sebenarnya memiliki sejarah panjang. Pada abad ke-19 di Eropa, ketika negara kekurangan pasokan emas atau perak, pemerintah sering menyesuaikan nilai mata uang mereka. Itu merupakan bagian dari konsep redenominasi.

(15)

15 yang gagal dalam pelaksanaannya. Turki termasuk salah satu negara yang mencatat kisah sukses redenominasi yang lantas banyak dijadikan acuan bagi negara-negara lain yang ingin menerapkan kebijakan serupa. Berawal dari rendahnya nilai tukar mata uang Turki (lira) terhadap dolar AS, pemerintah Turki mulai mencanangkan program redenominasi pada 1998.

Setelah melakukan persiapan berupa konsultasi publik maupun sosialsisasi selama tujuh tahun, redenominasi mulai dilaksanakan pada 1 Januari 2005. Ketika itu, Turki menghilangkan 6 angka 0. Sehingga 1.000.000 lira = 1 new lira. Sebagai gambaran, pada 2004 atau sebelum redenominasi, nilai tukar mata uang lira terhadap dolar AS sekitar 1,32 juta lira per USD. Setelah redenominasi, nilainya menjadi sekitar 1,32 new lira per USD. Turki melaksanakan redenominasi di awal tahun (1 Januari) sehingga seluruh pembukuan anggaran negara maupun perusahaan bisa langsung dicatat dengan menggunakan mata uang baru hasil redenominasi yang angkanya lebih sedikit. Turki melakukannya secara bertahap. Pada tahap awal, Turki menerbitkan pecahan mata uang baru dengan kode YTL atau yeni Turkey lira. Yeni merupakan bahasa Turki yang berarti "baru". Dengan demikian, pecahan terbesar mata uang lama yang mencapai TL 20.000.000 diganti menjadi YTL 20.

(16)

16 Selain kisah sukses, ada pula kisah Rusia yang gagal dalam melaksanakan redenominasi. Pada tahun 1998, salah satu negara adikuasa di dunia itu melakukan redenominasi dengan memangkas tiga angka 0 sehingga 1.000 ruble = 1 new ruble. Rusia menjalankan redenominasi tersebut dalam periode empat tahun. Salah satu kunci kegagalan Rusia dalam redenominasi adalah ketidakmampuan pemerintah maupun bank sentral untuk meyakinkan masyarakat bahwa redenominasi tidak akan mendorong inflasi. Namun, di masyarakat, rumor terlanjur menyebar banyak yang menganggap bahwa redenominasi merupakan cara pemerintah membodohi rakyat, bahkan, rumor lain menyebut redenominasi merupakan cara pemerintah merampok uang rakyat karena uang 1.000 ruble hanya diganti dengan 1 new ruble.

Lemahnya mekanisme kontrol atau pengawasan harga di masyarakat juga menjadi pelengkap kegagalan redenominasi di Rusia. Akibatnya, harga barang melesat dan inflasi melonjak. Sebagai gambaran, sebelum redenominasi, laju inflasi di Rusia cukup tinggi di kisaran 14,6 persen per tahun. Pada periode transisi redenominasi, inflasi naik hampir dua lipat menjadi 27,6 persen. Lalu, setelah redenominasi berlaku penuh, inflasi makin tak terkendali, mencapai 85,7 persen.

2.3.1 Dampak Redenominasi Mata Uang

a. Dampak Positif Redenominasi Mata Uang

Berikut ini adalah beberapa manfaat standar redenominasi mata uang menurut Bank Indonesia yaitu:

 Mempermudah transaksi keuangan karena angka yang kecil dari pada nominal uang.

 Mempermudah perhitungan pada akuntasi keuangan.  Meningkatkan kepercayaan diri dimata dunia Internasional. b. Dampak Negatif Redenominasi Mata Uang

(17)

17  Biaya pertukaran mata uang lama untuk mata uang baru dalam hal ini

dapat menjadi pekerjaan yang merepotkan di bank, mengubah catatan dan akuntansi ganda dalam mata uang lama dan baru selama periode.

 Resiko gangguan besar dalam mekanisme harga dalam ekonomi dan jangka pendek dan tekanan inflasi yang timbul dari efek pengumuman.

2.4 Redenominasi Mata Uang Rupiah

Bank Indonesia merasa mata uang rupiah sekarang terlalu banyak jumlah nolnya dan akan mengakibatkan ongkos bertransaksi menjadi kurang efisien. Dalam situs detik finance (2014), mengemukakan hasil riset redenominasi mata uang seluruh dunia yang disampaikan oleh kepala biro riset ekonomi dan kebijakan moneter Iskandar Simorangkir dalam sebuah diskusi di Gedung BI, Jakarta, Selasa (4/5/2010), uang pecahan Indonesia yang terbesar saat ini adalah Rp. 100.000 oleh karena itu sekarang rupiah merupakan mata uang terbesar di dunia kedua setelah Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Maka, timbulah ide untuk merampingkan rupiah. Rencana kebijakan redenominasi di Indonesia masih dalam tahap persiapan, karena pemerintah harus benar-benar mengkaji untung ruginya menerapkan kebijakan ini, jangan sampai lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya. Redenominasi dilakukan ketika Indonesia menerapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga Indonesia dapat menyamakan nilai rupiah dengan mata uang negara-negara ASEAN.

(18)

18 Gambar 2.5 Tahapan redenominasi

Sumber: (Konsultasi publik perubahan harga rupiah redenominasi bukan sanering, 2013 :15)

Praktek penyederhanaan digit di Indonesia telah lazim dilakukan oleh sebagian masyarakat, penyederhanaan harga telah dilakukan di restoran, hotel, pasar tradisional, konter isi pulsa dan lain-lain.

Gambar 2.6 Praktek penyederhanaan digit

Sumber : http://media.viva.co.id/thumbs2/2010/08/06/94004_daftar-harga-di-kedai- makanan-cepat-saji_663_382.jpg

(19)

19 Menurut Bank Indonesia (2013) untuk merealisasikan kebijakan dari program redenominasi mata uang rupiah tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi faktor berhasilnya penerapan redenominasi, antara lain:

 Dukungan kuat dari seluruh lapisan masyarakat, terutama pemerintah, parlemen, dan pelaku usaha.

 Landasan hukum yang kuat dalam bentuk undang-undang yang secara tegas mengatur redenominasi.

 Pemilihan waktu pelaksanaan yang tepat, yaitu kondisi makroekonomi yang stabil (indikator), dan kondisi sosial politik yang kondusif.

 Masa transisi yang cukup dan sosialisasi intensif kepada masyarakat agar tidak terjadi kenaikan harga-harga secara berlebihan akibat tindakan pelaku ekonomi yang memanfaatkan struktur pasar oligopolistik pada beberapa barang kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia, dan agar program redenominasi tidak dianggap sebagai program sanering, seperti yang dilakukan Indonesia pada tahun 1959.

2.4.1 Pengalaman Kebijakan Mata Uang Di Indonesia

Dalam situs Bank Indonesia (2013) Indonesia pernah melakukan kebijakan moneter yaitu kebijakan sanering yang dilakukan pemerintah pertama kali pada tahun 1946 Oktober, masih berlaku Gulden mata uang NICA dan mata uang

(20)

20 Kemudian selanjutnya pada 10 Maret 1950. Pemerintah melakukan sanering untuk mengatasi situasi perekonomian Indonesia yang saat itu sedang terpuruk yaitu utang menumpuk, inflasi tinggi, dan harga melambung. Hal tersebut disebabkan perekonomian Indonesia yang masih belum tertata setelah kemerdekaan. Untuk itu pemerintah melakukan tindakan sanering yang dikenal dengan sebutan gunting syafruddin. Kemudian pemerintah kembali melakukan tindakan sanering yang kedua pada tahun 1959, tepatnya pada 25 Agustus 1959. Hal ini dilakukan untuk menekan laju infasi sehingga pemerintah mengeluarkan Peraturan Pemerintah (PERPU) No. 2 dan No. 3 tahun 1959 yang pada intinya melakukan pemotongan nilai uang kertas dari Rp 500,- dan Rp 1000,- menjadi Rp 50,- dan Rp 100,-. Dan pembekuan simpanan (giro dan deposito) di bank- bank. Selanjutnya pemerintah untuk yang keempat kalinya melakukan tindakan sanering dengan sebab dan alasan yang sama dengan sebelumnya, yaitu untuk mengurangi jumlah uang yang beredar yang disebabkan oleh inflasi. Kebijakan sanering ini dilakukan oleh pemerintah tepatnya pada 13 Desember 1965. Hal ini menyebabkan penurunan drastis pada rupiah dari nilai Rp 1000,- (uang lama) menjadi Rp 1,- (uang baru).

2.4.2 Perbedaan Redenominasi Dan Sanering

Setelah pengertian dari redenominasi telah dipaparkan maka redenominasi jelas berbeda dengan sanering. Yang dimaksud dengan sanering yaitu pemotongan nilai uang tetapi harga-harga barang tetap bahkan cenderung meningkat sehingga daya beli masyarakat menjadi menurun. (Bank Indonesia, 2013).

Beberapa perbedaan antara redenominasi dengan sanering antara lain: a. Redenominasi

(21)

21  Redenominasi juga biasanya dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil.

Ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali.

 Pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan

 Redenominasi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.

b. Sanering

 Sanering bertujuan mengurangi jumlah uang yang beredar akibat lonjakan harga-harga. Dilakukan karena terjadi hiperinflasi (inflasi yang sangat tinggi).  Sanering dilakukan dalam kondisi makro ekonomi tidak sehat, inflasi sangat

tinggi (hiperinflasi).

 Ketika terjadi sanering, maka nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena yang dipotong adalah nilainya.

 Sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba.

2.5 Persepsi Masyarakat Tentang Program Redenominasi

Persepsi dalam arti umum adalah pandangan seseorang terhadap sesuatu yang akan membuat respon bagaimana dan dengan apa seseorang akan bertindak. Kotler (2000) menjelaskan persepsi sebagai proses bagaimana seseorang menyeleksi, mengatur dan menginterpretasikan masukan-masukan informasi untuk menciptakan gambaran keseluruhan yang berarti. Leavitt (dalam Rosyadi, 2001) membedakan persepsi menjadi dua pandangan yaitu:

a. Pandangan yang sempit mengartikan persepsi sebagai penglihatan.

b. Pandangan yang luas mengartikannya sebagai bagaimana seseorang memandang atau mengartikan sesuatu.

(22)

22 berbagai faktor, antara lain faktor belajar, motivasi, dan pemerhati perseptor atau pemersepsi ketika proses persepsi terjadi. Dan karena ada beberapa faktor yang bersifat subyektif yang mempengaruhi, maka kesan yang diperoleh masing-masing individu akan berbeda satu sama lain. (Yashinta levy S, 2013 : 4)

Proses persepsi merupakan proses psikologi yang kompleks yang juga melibatkan aspek fisiologis. Proses psikologis dimulai dari aktivitas memilih, mengorganisasikan, dan menginterpretasikan sehingga konsumen dapat memberikan makna atas suatu obyek (Suryani,2008, p.102-109). Persepsi masyarakat yaitu suatu cara yang dilakukan oleh masyarakat dalam memilih, mengorganisasikan dan menterjemahkan stimulus menjadi suatu gambaran yang bermakna dan melekat pada benak masyarakat (Kanuk dan Sciffman, 2000, p.155). Dari definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa masyarakat sendirilah yang akan menentukan pilihan ataupun menyimpulkan suatu hal berdasarkan pengalaman dan kenyataan secara obeyektif.

(23)

23 Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana persepsi masyarakat dipilih yaitu metode kuisioner yang ditujukan untuk pedagang khususnya para pedagang dipasar Soreang Kabupaten Bandung sebagai studi kasus, Sampel diambil dari beberapa tempat yang berjumlah 20 orang dengan beberapa pertanyaan umum seputar program redenominasi antara lain:

 Pertanyaan yang pertama dalam kuisioner tersebut yaitu seputar pengetahuan masyarakat tentang adanya program redenominasi, maka responden yang menjawab tahu sebanyak 30% dan tidak tahu sebanyak 70%. Pertanyaan berikutnya yaitu pengetahuan tentang apa yang dimaksud dengan program redenominasi, jawaban yang benar sebanyak 10% dan tidak tahu sebanyak 90%.

 Kemudian pertanyaan perihal setuju dan tidak setuju dengan program redenominasi maka responden yang menjawab setuju sebanyak 10% dan 90% tidak setuju. Pertanyaan berikutnya yaitu pengetahuan tentang perbedaan antara redenominasi dengan sanering, 20% menjawab salah dan 80% menjawab tidak tahu. Pertanyaan yang terakhir yaitu apakah anda nyaman melakukan transaksi dengan uang rupiah sekarang, 60% menjawab ya dan 40% menjawab tidak.

(24)

24 Dari persentase pertanyaan umum seputar program redenominasi tersebut dapat diketahui bahwa responden belum paham dan mengerti dengan adanya program redenominasi mata uang rupiah, sehingga dibutuhkan suatu media informasi untuk masyarakat yang bisa tepat sasaran dan menjelaskan tentang apa itu program redenominasi dan teknis pelaksanaanya apabila diberlakukan.

2.6 Analisis 5W + 1H

Analisis 5W + 1H adalah suatu metode analisis yang digunakan untuk melakukan penanggulangan terhadap setiap akar permasalahan yaitu:

What (Apa Penanggulangannya ?)

Ketidaktahuan masyarakat tentang apa itu redenominasi dan bagaimana teknis pelaksanaanya apabila diberlakukan. Dan persepsi sebagian masyarakat yang masih menganggap bahwa redenominasi itu sama seperti sanering.

Why (Mengapa Ditanggulangi ?)

Karena dukungan dari seluruh lapisan masyarakat, terutama pemerintah, parlemen, dan pelaku usaha merupakan salah satu penentu keberhasilan dari program redenominasi mata uang rupiah.

How (Bagaimana Penanggulangannya ?)

Perancangan media informasi yang efektif dan efisien adalah salah satu cara untuk memecahkan permasalahan yang ada yaitu menyamakan persepsi seluruh lapisan masyarakat sehingga dapat menumbuhkan rasa kepercayaan terhadap program redenominasi mata uang rupiah.

Where (Dimana Penanggulangannya ?)

Tempat dilakukannya penanggulangan masalah akan difokuskan kepada masyarakat yang ada disekitar Bandung.

When (Kapan Penanggulangannya ?)

(25)

25  Who (Kepada Siapa Penanggulangannya ?)

Pihak yang terkena dampak secara langsung dari program redenominasi mata uang rupiah yaitu masyarakat pelaku ekonomi kalangan menengah yang masih memerlukan pemahaman tentang program redenominasi mata uang rupiah.

2.7 Target Khalayak

Target khalayak perancangan media informasi dari program redenominasi mata uang rupiah yaitu:

 Demografis

Program redenominasi mata uang rupiah ini secara demografis akan dikerucutkan kepada pria dan wanita mulai dari 17 sampai 45 tahun dengan status sosial pedagang kalangan menengah, karena profesi pedagang pada usia tersebut merupakan usia yang sudah aktif melakukan aktifitas jual beli.  Psikografis

Psikografis yang dituju adalah masyarakat yang sehari-harinya melakukan aktifitas jual beli barang atau jasa yang akan terkena dampak langsung secara psikologis ketika program redenominasi mulai diberlakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Ketika masa transisi berlangsung pedagang diwajibkan mencantumkan harga barang atau jasa dalam rupiah lama dan rupiah baru (dual price tagging), maka secara psikologis akan membingungkan dalam pelaksanaanya, oleh karena itu dibutuhkan satu media untuk mengedukasi masyarakat yang tingkat pendidikannya tidak terlalu tinggi, sehingga akan meminimalisir perbedaan persepsi.

 Geografis

(26)

26

BAB III

STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL

3.1 Strategi Perancangan

Pada dasarnya strategi perancangan merupakan satu tatacara bentuk komunikasi untuk mencapai tujuan yang hendak dicapai dalam sebuah media. Adapun perancangan konsep media informasi program redenominasi mata uang rupiah dibuat supaya pesan yang ada dapat tersampaikan kepada target khalayak sehingga dapat memberikan informasi mengenai apa itu redenominasi dan bagaimana teknis pelaksanaanya apabila diberlakukan oleh pemerintah dan Bank Indonesia. Strategi perancangan yang akan dilakukan pada program redenominasi mata uang rupiah yaitu merancang atau membuat suatu media informasi dengan bahasa formal dan didalamnya terdapat ilustrasi dari tahapan-tahapan program redenominasi, yang diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat umum perihal program redenominasi mata uang rupiah tersebut.

3.1.1 Pendekatan Komunikasi

Pendekatan komunikasi pada media informasi program redenominasi mata uang rupiah terbagi dua yaitu, pendekatan verbal dan pendekatan visual.

 Pendekatan verbal yaitu ungkapan secara lisan yang digunakan dalam pembuatan media informasi program redenominasi mata uang rupiah. Dalam pendekatan verbal digunakan bahasa Indonesia yang formal namun dengan kosa kata yang sederhana karena target khalayak pada media informasi ini adalah masyarakat yang berprofesi sebagai pedagang dengan rutinitas sehari-harinya yaitu melakukan aktifitas jual beli baik berupa barang ataupun jasa.  Pendekatan visual yang akan ditampilkan dalam media informasi tersebut

(27)

27

3.1.2 Strategi Kreatif

Perancangan media informasi dibuat harus efektif dan pesan yang akan disampaikan harus dapat diterima oleh penerimanya, maka pemilihan salah satu media harus mudah untuk diketahui dan dipahami sehingga pesan yang diinformasikan lebih cepat dimengerti oleh target sasaran. Agar perancangan media informasi program redenominasi mata uang rupiah bisa menarik bagi target sasaran maka media informasi ini dirancang dengan strategi kreatif sebagai berikut:

 Menggunakan judul yang bersifat tegas dan lugas, adapun judul yang digunakan untuk media informasi ini adalah “Program Penyederhanaan Mata Uang Indonesia” Judul ini disusun dan ditampilkan supaya mudah dipahami dan langsung dicerna oleh target sasaran.

 Merancang media informasi untuk kebutuhan yang dapat dipakai secara langsung oleh target sasaran dan akan ditampilkan dengan jelas. Sehingga dengan media tersebut dapat menginformasikan kepada orang lain yang datang mengunjungi tempat mereka.

 Menambahkan fungsi media dengan membuat ukuran dan bentuk yang custom, sehingga dapat menjadi pembeda dengan media serupa lainnya.

3.1.3 Strategi Media

(28)

28 a. Media Utama

Media utama yang digunakan berupa sebuah kalender landscape berukuran 25cm x 13cm agar praktis dalam penggunaanya akan tetapi informasi didalamnya dapat tersampaikan dengan maksimal. Jenis kertas yang digunakan pada kalender tersebut yaitu akasia putih 200 gram, karena memiliki tekstur yang unik dan sesuai dengan strategi kreatif yaitu sebagai pembeda dengan media serupa lainnya. Pemilihan kalender sebagai media utama karena ketika akan diberlakukan program redenominasi oleh pemerintah dan Bank Indonesia akan dicetak secara masal dan akan disebar di seluruh wilayah Indonesia, sehingga biaya yang dikeluarkan tidak terlalu tinggi untuk media informasi.

b. Media Pendukung

Media pendukung digunakan sebagai media tambahan yang mendukung dan memberikan nilai tambah pada media utama. Media tambahan ini meliputi:  Pin

Pin dibuat sebagai bagian dari merchandise. Tujuan pembuatanya sebagai alat pengingat dan untuk menarik minat target sasaran.

 Gantungan Kunci

Gantungan kunci dibuat tujuannya sebagai alat pengingat yang dapat dipakai oleh target sasaran ketika mau mengunci toko ataupun kiosnya.  Stiker

Media ini bertujuan untuk mengingatkan dalam bentuk deskriptif atau tulisan, yang bisa ditempel pada kendaraan, atau diberbagai tempat yang sering dikunjungi orang banyak orang.

 Label Harga

Label harga dibuat untuk kebutuhan para pedagang pada masa transisi yaitu wajib mencantumkan kuotasi harga Rp (lama) dan Rp “Baru” (Dual Price Tagging).

 Bolpoin

(29)

29  X Banner

Penggunaan x banner sebagai media pendukung akan ditempatkan di tempat yang strategis dan dapat dilihat oleh masyarakat sebagai media informasi bahwa kalender telah terbit. Banner yang ditampilkan memiliki kesan penasaran karena tidak menjelaskan dan menampilkan secara langsung gambaran media utama. Hal ini diharapkan dapat menarik perhatian target sasaran untuk mendapatkannya secara gratis.

 Poster

Media ini digunakan untuk mempromosikan kalender program redenominasi mata uang rupiah kepada masyarakat sebagai media yang bersifat mengundang penasaran masyarakat agar masyarakat tertarik dan berminat untuk mendapatkan kalender tersebut.

 Kaos

Kaos merupakan salah satu media pendukung untuk memberikan nilai tambah yaitu berupa ilustrasi penyederhanaan mata uang rupiah.

 Tenda Stand

Tenda Stand merupakan salah satu media pendukung untuk pihak panitia penyelenggara ketika akan membagikan kalender beserta media lainnya yang akan ditempatkan disekitar pasar tradisional.

3.1.4 Strategi Distribusi

(30)

30 Tabel 3.1 Tahapan Strategi Distribusi

Sumber: Dokumen Pribadi

Semua media tersebut akan berada di tenda stand yang telah disediakan. Sedangkan teknis penyebaran media tersebut yaitu pihak panitia dari Bank Indonesia akan membagikan secara langsung dengan membagikannya kepada target khalayak secara gratis kemudian akan didata untuk bahan laporan pendistribusian.

3.2 Konsep Visual

Konsep visual yang akan dirancang pada media informasi program redenominasi mata uang rupiah adalah infographics yang berkesan sederhana namun tegas berupa vector yang akan digabungkan dengan gambar menggunakan tehnik digital imaging sehingga sekalipun wilayahnya informative yang menarik namun fakta-fakta visualnya dapat disajikan lebih real. Dan ditunjang dengan warna serta huruf formal yang memberikan kesan tegas dan lugas. Sehingga dapat mudah diterima dan dipahami oleh target sasaran.

Gambar 3.1 Refernsi visual kalender duduk

(31)

31

3.2.1 Format Desain

Format desain pada kalender ini memakai kalender duduk (landscape) dengan ukuran 25cm x 13cm, selain berfungsi sebagai kalender dengan menambahkan panjang dudukannya yang berfungsi untuk menyimpan bolpoin. Pemilihan format ukuran ini yaitu supaya praktis dan tidak terlalu memakan tempat ketika dipajang oleh target sasaran akan tetapi tetap bisa memaksimalkan informasi berupa ilustrasi yang akan disampaikan. Dengan ukuran tersebut dan didukung dengan penanggalan kalender diharapkan bisa mendorong target sasaran untuk melihat semua informasi tentang program redenominasi mata uang rupiah ketika akan melihat tanggal pada hari itu.

Gambar 3.2 Format desain pada media informasi. Sumber: Dokumen pribadi

3.2.2 Tata Letak (layout)

(32)

32 Gambar 3.3 Tata letak pada media informasi.

Sumber: http://www.creativebloq.com/design/designers-guide-golden-ratio-12121546

3.2.3 Huruf

(33)

33 Gambar 3.4 Jenis-jenis huruf yang diapakai pada media informasi.

Sumber: Dokumen pribadi.

3.2.4 Ilustrasi

Ilustrasi menekankan hubungan subjek dengan tulisan yang bertujuan menerangkan atau menghiasi suatu cerita, tulisan atau informasi tertulis lainnya sehingga tulisan tersebut lebih mudah dipahami. Dalam perancangan kalender ini, ilustrasi yang akan ditampilkan berupa visualisasi pengetahuan dan teknis dari program redenominasi mata uang rupiah.

(34)

34 Gambar 3.5 Tampilan cover kalender.

Sumber: Dokumen pribadi.

Didalam isi media terdapat konten-konten berupa gambar ilustrasi yang akan ditampilkan pada media. Pada halaman pertama terdapat gambar tangan yang sedang mengambil digit angka nol dari uang pecahan Rp 100, yang mengilustrasikan tentang penyederhanaan atau pengurangan nominal mata uang. Sedangkan di sebelah kanannya terdapat gambar tangan yang sedang menggunting selembar uang pecahan Rp. 100.000, yang mengilustrasikan tentang pemotongan langsung nilai mata uang tersebut. Sehingga masyarakat dapat membedakan antara redenominasi dan sanering.

(35)

35 Pada halaman selanjutnya terdapat gambar selembar uang pecahan Rp.50.000 dan dibawahnya terdapat gambar durian dengan label harga, yang mengilustrasikan bahwa ketika awalnya membeli durian dengan selembar uang pecahan Rp. 50.000 setelah diberlakukan redenominasi maka uang pecahan Rp. 50.000 disederhanakan dengan memangkas tiga angka nol menjadi Rp. 50 akan tetapi tidak mengurangi nilainya, sehingga redenominasi tidak merubah daya beli masyarakat.

Gambar 3.7 Ilustrasi Redenominasi Tidak Merubah Daya Beli. Sumber: Dokumen pribadi.

Selanjutnya terdapat gambar uang pecahan Rp. 20.000 dengan garis putus kearah botol susu ukuran 2 liter dengan label harga yang sama, yang mengilustrasikan bahwa ketika awalanya uang dengan nominal Rp. 20.000 masyarakat dapat membeli 1 botol susu ukuran 2 liter , setalah diberlakukan sanering harga uang dengan nilai nominal Rp. 20.000 dipotong menjadi Rp. 20 sedangkan harga 1 botol susu ukuran 2 liter tetap Rp. 20.000, sehingga sanering menurunkan daya beli masyarakat dan hanya mampu membeli susu ukuran 400 mililiter saja.

(36)

36 Pada ilustrasi selanjutnya terdapat gambar penyederhanaan digit angka nol dari pecahan uang terbesar sampai pecahan terkecil yaitu uang logam 1 sen. Yang sesuai dengan rencana Bank Indonesia yaitu menghapus tiga digit angka nol pada tiap pecahan rupiah. Dan dihalaman berikutnya terdapat ilustrasi pencantuman kuotasi harga rupiah lama dan harga rupiah baru (dual price tagging) baik pada barang yang dijual offline maupun online.

Gambar 3.9 Ilustrasi Penyederhanaan Digit. Sumber: Dokumen pribadi

Gambar 3.10 Ilustrasi Pencantuman Kuotasi Harga. Sumber: Dokumen pribadi

3.2.5 Warna

(37)

37 karena istilah ketika orang yang terpana saat melihat uang menumpuk, masyarakat sering menyebut orang tersebut dengan sebutan mata hijau. Sebenarnya ini terjadi karena di masa lalu, saat Indonesia baru merilis mata uang rupiahnya yaitu ORI (Oeang Repoeblik Indonesia) pada tahun 1946, banyak uang kertas Indonesia dari berbagai nilai pecahan berwarna hijau. Menurut hendratman (2008) warna hijau melambangkan keinginan dan kebanggaan. Oleh karena itu warna hijau dapat membangun suatu kesatuan rasa kepada target sasaran yaitu rasa bangga terhadap mata uang rupiah. Berikut adalah palet warna yang digunakan pada setiap halaman dalam kalender program redenominasi mata uang rupiah:

(38)

38 BAB IV

TEKNIS PRODUKSI

4.1 Proses Perancangan

Agar hasil output berbentuk kalender duduk bisa makasimal dan pesan dapat tersampaikan dengan baik kepada target khalayak, maka proses perancangan media informasi program redenominasi mata uang Indonesia dilakukan 2 tahap yaitu tahap pra produksi, dan tahap produksi.

4.1.1 Pra produksi

Sebelum memproduksi media informasi program redenominasi mata uang rupiah maka materi harus disiapkan terlebih dahulu secara matang baik data verbal maupun data visual. Materi tersebut merupakan data konsultasi publik yang telah dilakukan oleh Bank Indonesia selaku institusi yang bertanggung jawab langsung. Kemudian dibuat sketsa kasar, dan disusun kembali yang dikemas dengan kemasan yang menarik yaitu dari unsur-unsur elemen desain seperti tata letak, jenis huruf, ilustrasi, dan warna, sehingga dapat menjadi kesatuan yang baik dan pesan yang ingin disampaikanpun dapat dengan mudah dipahami oleh target khalayak.

4.1.2 Produksi

(39)

39

Gambar 4.1 proses digital

Sumber : Dokumen Pribadi

4.2 Teknis Media

Dalam perancangan media informasi teknis media yang dilakukan yaitu menyusun media utama dengan penanggalan yang disesuaikan dengan tata letak setelah melalui proses pra produksi dan produksi, kemudian menonjolkan kesimpulan dari semua pesan yang akan disampaikan. Perancangan media pendukung untuk digunakan sebagai media tambahan yang mendukung sehingga dapat memberikan nilai tambah pada media utama.

4.2.1 Media Utama

(40)

40

Gambar 4.2 Cover Kalender Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 25 x 13cm

(41)

41

Gambar 4.3 Ilustrasi Pada Isi Media Utama Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 25 x 13cm

Material: Akasia 200 gram Teknis Produksi: Cetak offset

4.2 Media Pendukung

1. Poster

Media poster diperlukan sebagai media informasi yang sifatnya lebih umum untuk stempel di wilayah pasar tradisional pada beberapa tempat yang mudah dilihat oleh masyarakat.

(42)

42

Ukuran: 29,7 x 42,0cm

Material: Art Paper Teknis Produksi: Cetak offset

2. X Banner

Media x banner diperlukan sebagai media informasi yang memiliki kesan penasaran untuk menarik perhatian target sasaran bisa mendapatkan kalender

secara gratis pada tempat dan waktu yang telah ditentukan.

Gambar 4.5X Banner Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 60 x 120cm

(43)

43

3. Stiker

Media stiker sebagai souvenir yang juga berfungsi sebagai pengingat masyarakat mengenai kalender program redenominasi mata uang rupiah yang dapat di tempelkan dimanapun.

Gambar 4.6Stiker Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 7 x 7cm

Material: Cromo

Teknis Produksi: Cetak offset

4. Pin

Media pin sebagai souvenir yang juga berfungsi sebagai pengingat masyarakat bahwa redenominasi tidak sama dengan sanering yang dapat digunakan sebagai aksesoris.

(44)

44

Ukuran: Diameter 9 cm

Material: Art Paper Teknis Produksi: Cetak offset

5. Label Harga

Media label harga sebagai media yang berfungsi untuk kebutuhan pedagang ketika akan mancantumkan kuotasi dua harga rupiah lama dan rupiah baru pada barang atau jasa (dual price tagging).

Gambar 4.8label Harga Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 5 x 2 cm

Material: Cromo

Teknis Produksi: Cetak offset

6. Bolpoin

(45)

45

Gambar 4.9Bolpoin Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 5 x 2 cm

Teknis Produksi: Grafir

7. Gantungan Kunci

Media gantungan kunci sebagai souvenir yang juga berfungsi sebagai pengingat masyarakat akan program penyederhanaan mata uang rupiah yang dapat digunakan sebagai aksesoris.

Gambar 4.10Gantungan Kunci Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: Diameter 9 cm

(46)

46

8. Kaos

Kaos sebagai media pendukung yang juga berfungsi sebagai pengingat masyarakat dengan pertanyaan “sudahkah anda mengetahui apakah redenominasi itu”.

Gambar 4.11Kaos Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 10 x 20cm

Teknis Produksi: Print DTG

9. Tenda Stand

(47)

47

Gambar 4.12Tenda Stand

Sumber : Dokumen Pribadi

Ukuran: 3 x 3 m

(48)

Laporan Pengantar Tugas Akhir

PERANCANGAN MEDIA INFORMASI PROGRAM REDENOMINASI

MATA UANG INDONESIA

DK 38315/Tugas Akhir

Semester II 2013-2014

Oleh :

Lukmanul Hakim

51910116

Program Studi Desain Komunikasi Visual

FAKULTAS DESAIN

UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA

BANDUNG

(49)

vi DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ...….i

LEMBAR PERNYATAAN ORISINALITAS ... ...ii

KATA PENGANTAR ... ..iii

ABSTRAK ... ..iv

ABSTRACT ... ...v

DAFTAR ISI ... ..vi

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR TABEL ... ..ix

KOSAKATA/GLOSARY ...…x

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Rumusan Masalah ... 3

1.4 Batasan Masalah... 3

1.5 Tujuan Perancangan ... 4

BAB II MEDIA INFORMASI PROGRAM REDENOMINASI MATA UANG RUPIAH DAN PERSEPSI MASYARAKAT ... ..5

2.1 Media Informasi ... ..5

2.1.1 Definisi Media Informsi ... ..5

2.1.2 Jenis Dan Fungsi Media Informasi ... ..6

21.3 Kalender ... ..7

2.1.4 Jenis-Jenis Kalender ... ..8

2.2 Pengertian Mata Uang ... ..9

2.2.1 Sejarah Mata Uang ... 10

2.2.2 Fungsi Mata Uang ... 11

2.2.3 Jenis Mata Uang ... 12

2.3 Pengertian Redenominasi ... 14

(50)

vii

2.4 Redenominasi Mata Uang Rupiah ... 17

2.4.1 Pengalaman Kebijakan Mata Uang Di Indonesia ... 19

2.4.2 Perbedaan Redenominasi Dan Sanering ... 20

2.5 Persepsi Masyarakat Tentang Program Redenominasi ... 21

2.6 Analisis 5W+1H ... 24

2.7 Target Khalayak ... 25

BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 26

3.1 Strategi Perancangan ... 26

3.1.1 Pendekatan Komunikasi ... 26

3.1.2 Strategi Kreatif ... 27

3.1.3 Strategi Media ... 27

3.1.4 Strategi Distribusi... 29

3.2 Konsep Visual ... 30

3.2.1 Format Desain ... 31

3.2.2 Tata letak ... 31

3.2.3 Huruf ... 32

3.2.4 Ilustrasi ... 33

3.2.5 Warna ... 36

BAB IV TEKNIS PRODUKSI ... 38

4.1 Proses Perancangan ... 38

4.1.1 Pra Produksi ... 38

4.1.2 Produksi... 38

4.2 Teknis Media ... 39

4.2.1 Media Utama ... 39

4.2.2 Media Pendukung... 41

DAFTAR PUSTAKA ... 48

(51)

48

DAFTAR PUSTAKA

Bank Indonesia. (2013). konsultasi publik perubahan harga rupiah redenominasi bukan sanering. Jakarta: Indonesia

Hendratman, Hendi. (2008). Tips & Trix Graphics Design. Informatika: Bandung. Kusrianto, Adi. (2009). Pengantar Desain Komunikasi Visual. Andi: Yogyakarta. Ojameruaye, Emmanuel. (2007). Studi Kualitatif tentang Redenominasi Mata

Uang Naira. Phoenix: US.

Partadiredja, Ace. (2013). Modul 7 Uang Dan Bank : Jakarta

Rismayadi, Budi. ( 2012). Bank, & lembaga keuangan lainnya. Fakultas Ekonomi Universitas Singaperbangsa: Karawang.

Safarai, Rahmad. (2009). Uang Dan Lembaga Keuangan. SMP Negeri 1 Sangkapura. Gresik: Surabaya.

Syarif, Eddy. (2014). Komunikasi media.: Bandung

Yashintalevy. (2013). Psikologi kognitif persepsi. Universitas Dhyana Pura Internet:

Liputan6.com. (2013). Pedagang Pasar Tolak Redenominasi Rupiah Karena Bikin Bingung. Tersedia di:

http://bisnis.liputan6.com/read/501518/pedagang-pasar-tolak-redenominasi-rupiah-karena-bikin-bingung. [02 Oktober 2013]. Makhijani, Dyah N.K (2010) Redenominasi Bukan Pemotongan Uang Tersedia

di:

http://www.bi.go.id/id/ruang-media/siaran-pers/Pages/sp_123810.aspx [05 September 2013].

Sutiadi, Asep. (2011). Mengenal Jenis-Jenis Kalender. Tersedia di: http://ppt.template5.net/m/mengenal-jenis-jenis-kalender-download-w1005/ [05 Mei 2014].

(52)

Daftar Riwayat Hidup

Nama Lengkap : Lukmanul Hakim Jenis kelamin : Laki- laki

Tempat & Tanggal Lahir : Bandung, 12 Juli 1987

Alamat Lengkap : Jalan Raya Cipatik No.91 Rt 01 Rw 05 Desa Kopo Kecamatan Kutawaringin

Kabupaten Bandung

Nomor HP : 085624109826.

Status : Belum Menikah

Warga Negara : Indonesia

Agama : Islam

Pekerkerjaan : Mahasiswa

(53)

1 | H a l a m a n

Perancangan Media Informasi Program Redenominasi

Mata Uang Indonesia

Lukmanul Hakim lukmanhakiem24@gmail.com

ABSTRAK.

Rencana positif Bank Indonesia tentang program redenominasi, disebabkan karena mata uang Indonesia saat ini memiliki digit angka yang terlalu besar dan kurang efisien sehingga membuat proses pembayaran dan transaksi tunai menjadi lebih sulit. Program redenominasi hanya menyederhanakan digit angka mata uang rupiah tanpa mengurangi nilainya. Dampak psikologi kepada masyarakat menjadi hal yang sangat penting karena masyarakat belum sepenuhnya mengerti tentang program redenominasi dan jangan sampai disalahartikan seperti sanering. Bagaimana Bank Indonesia melakukan konsultasi publik sebagai sarana informasi akan menjadi awal dari pengetahuan masyarakat umum tentang program redenominasi dan bagaimana teknis pelaksanaannya apabila diberlakukan.

Maka dari itu diperlukannya suatu media yang efektif dan efisien untuk memberikan pengetahuan kepada masyarakat mengenai program redenominasi mata uang rupiah. Salah satu media informasi yang cukup populer di kalangan masyarakat yaitu kalender. Kalender dipilih sebagai media utama karena merupakan salah satu media yang bisa dipakai masyarakat dalam kehidupan sehari-harinya sehingga dapat memudahkan penggunanya untuk mengakses informasi secara berulang-ulang.

(54)

2 | H a l a m a n

1. Latar Belakang

Indonesia merupakan negara yang sedang berkembang, dari segi ekonomi yang berbasis pasar dimana pemerintah dan Bank Indonesia memiliki peranan yang penting. Menurut situs BI (2013) Bank Indonesia memiliki tujuan untuk mencapai dan memelihara kestabilan nilai rupiah. Tujuan ini sebagaimana tercantum dalam UU No. 3 tahun 2004 pasal 7 tentang Bank Indonesia. Dalam pelaksanaannya, Bank Indonesia memiliki kewenangan untuk melakukan kebijakan moneter melalui penetapan sasaran-sasaran moneter (seperti uang beredar atau suku bunga) dengan tujuan utama menjaga sasaran laju inflasi yang ditetapkan oleh pemerintah.

Makhijani (2010) dalam situs Bank Indonesia menjelaskan “sejalan dengan perkembangan perekonomian nasional menghadapi tantangan ke depan berupa integrasi perekonomian regional, saat ini Bank Indonesia tengah melakukan kajian mengenai penyederhanaan dan penyetaraan nilai rupiah atau biasa disebut redenominasi”. Mata uang Indonesia mempunyai pecahan terbesar saat ini yaitu Rp 100.000, uang rupiah

tersebut merupakan mata uang terbesar kedua di dunia setelah mata uang terbesar saat ini yaitu Vietnam yang mencetak mata uang terbesarnya yaitu 500.000 Dong. karena pecahan rupiah yang terlalu besar maka Bank Indonesia merasa perlu untuk melakukan program redenominasi tersebut sehingga dapat menyederhanakan pembayaran dan juga efisiensi dalam perhitungan sistem pembayaran. Contohnya jika pecahan yang berlaku sekarang Rp 100.000 maka setelah diberlakukan program redenominasi penulisan pecahannya diubah menjadi Rp 100 tanpa mengurangi nilai dari uang tersebut.

(55)

3 | H a l a m a n menjalankan program redenominasi

tersebut, sehingga justru berakibat buruk pada perekonomian nasional, oleh karenanya pemerintah masih belum melaksanakan program ini karena masih banyak hal yang harus dikaji lagi, sehingga pemerintah dan Bank Indonesia sampai saat ini masih melakukan upaya konsultasi publik yang bertujuan untuk memberikan pengertian yang lebih baik tentang perubahan harga rupiah yaitu “redenominasi bukan sanering”.

Maka tantangan selanjutnya adalah bagaimana proses pelaksanaan program redenominasi mata uang rupiah kepada masyarakat bisa sukses apabila diberlakukan, dengan wilayah yang luas dan terdiri atas belasan ribu pulau, tidak sedikit masyarakat yang tinggal di pelosok daerah, dan tingkat pendidikan masyarakat yang sebagian besar masih rendah. Oleh karena itu perancangan ini menjadi sangat penting untuk membantu pemerintah dan Bank Indonesia dalam upaya melakukan konsultasi publik perihal pengenalan program redenominasi mata uang rupiah.

2. Pembahasan

Dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan dengan segala kebutuhan akan informasi terutama dalam bentuk media. Kata media merupakan bentuk jamak dari kata medium. Medium dapat didefinisikan sebagai perantara atau pengantar terjadinya komunikasi dari pengirim menuju penerima (Heinich et.al., 2002; Ibrahim, 1997; Ibrahim et.al., 2001).

(56)

4 | H a l a m a n Gambar 2.1 Jenis-jenis media

Sumber http://www.romelteamedia.com/media-massa-pengertian-dan-jenis.html (5 Mei 2014)

Salah satu media informasi yang cukup populer dikalangan masyarakat yaitu kalender. Istilah kalender berasal dari bahasa Inggris modern calendar, berasal dari bahasa Perancis lama calendier yang asal mulanya dari bahasa Latin kalendarium yang artinya …..kalender dalam bahasa Indonesia adalah penanggalan. Adapun menurut istilah, kalender dimaknai sebagai suatu tabel atau deretan halaman yang memperlihatkan hari, pekan dan bulan dalam satu tahun tertentu (Ruswa Darsono 2010, hlm. 27). Menurut Ibnul yaum Alimustofa (2011) Secara istilah kalender merupakan sebuah sistem untuk memberi nama pada sebuah periode waktu (seperti hari). Nama-nama ini dikenal sebagai tanggal kalender. Tanggal ini bisa didasarkan

dari gerakan-gerakan benda angkasa seperti matahari dan bulan.

Dari berbagai definisi diatas dapat disimpulkan bahwa kalender yaitu sistem pengorganisasian waktu yang memperlihatkan hari, pekan, dan bulan dalam satu tahun, untuk tujuan penandaan serta perhitungan waktu dalam jangka panjang. Adapun peranan dari kalender yaitu untuk menetapkan tanggal, sehingga peristiwa alam, sejarah, keagamaan, dan kebudayaan baik yang berkala ataupun tidak berkala dapat ditulis kapan terjadinya, dan untuk mengukur waktu selang yang

(57)

5 | H a l a m a n uang adalah sesuatu yang bisa diterima

dalam pembayaran untuk mendapatkan

barang-barang. Menurut R.G. Thomas

dalam bukunya Our Modern Banking

menjelaskan uang adalah sesuatu yang

tersedia dan secara umum diterima

sebagai alat pembayaran bagi pembelian

barang-barang dan jasa-jasa serta

kekayaan berharga lainnya serta untuk

pembayaran utang. Menurut A.C. Pigou

dalam bukunya The Veil of Money, yang dimaksud uang adalah alat tukar.

Menurut Ace Partadiredja (2013), uang mempunyai tiga fungsi yang berbeda tergantung pada penggunaannya, yaitu:

 Sebagai alat tukar

Uang berfungsi sebagai alat tukar yang dapat mempermudah pertukaran. Orang yang akan melakukan pertukaran tidak perlu

menukarkan dengan barang, tetapi cukup menggunakan uang sebagai alat tukar. Kesulitan-kesulitan pertukaran dengan cara barter dapat diatasi dengan pertukaran uang.  Alat penyimpan nilai

Uang berfungsi sebagai alat penyimpan nilai karena dapat digunakan untuk mengalihkan daya beli dari masa sekarang ke masa mendatang. Ketika seorang penjual saat ini menerima sejumlah uang sebagai pembayaran atas barang dan jasa yang dijualnya, maka ia dapat menyimpan uang tersebut untuk digunakan membeli barang dan jasa di masa mendatang.  Satuan unit hitung

(58)

6 | H a l a m a n Secara teknis, redenominasi mata uang

didefinisikan sebagai proses dimana mata uang suatu negara dikalibrasi ulang (menghapus angka nol sebanyak tertentu dibelakang angka), karena inflasi yang signifikan, dan devaluasi mata uang. Secara umum, definisi redenominasi yaitu hanya menghapus angka nol dari mata uang. (Ojameruaye, 2007 : 2).

Dampak ketika redenominasi diberlakukan yaitu:

a. Dampak Positif Redenominasi Mata Uang

Berikut ini adalah beberapa manfaat standar redenominasi mata uang menurut Bank Indonesia yaitu:  Mempermudah transaksi

keuangan karena angka yang kecil dari pada nominal uang.  Mempermudah perhitungan

pada akuntasi keuangan.

 Meningkatkan kepercayaan diri dimata dunia Internasional. b. Dampak Negatif Redenominasi

Mata Uang

Kekurangan dan resiko

redenominasi mata uang adalah sebagai berikut:

 Biaya mencetak uang kertas

baru dan mencetak uang logam baru.

 Biaya pendidikan publik dan iklan perubahan kepada masyarakat.

 Biaya pertukaran mata uang lama untuk mata uang baru dalam hal ini dapat menjadi pekerjaan yang merepotkan di bank, mengubah catatan dan akuntansi ganda dalam mata uang lama dan baru selama periode.

 Resiko gangguan besar dalam mekanisme harga dalam ekonomi dan jangka pendek dan tekanan inflasi yang timbul dari efek pengumuman.

(59)

7 | H a l a m a n (4/5/2010), uang pecahan Indonesia

yang terbesar saat ini adalah Rp. 100.000 oleh karena itu sekarang rupiah merupakan mata uang terbesar di dunia kedua setelah Vietnam yang mencetak 500.000 Dong. Maka, timbulah ide untuk merampingkan rupiah. Rencana kebijakan redenominasi di Indonesia masih dalam tahap persiapan, karena pemerintah harus benar-benar mengkaji untung ruginya menerapkan kebijakan ini, jangan sampai lebih banyak kerugiannya daripada keuntungannya. Redenominasi dilakukan ketika Indonesia menerapkan Masyarakat Ekonomi ASEAN sehingga Indonesia dapat menyamakan nilai rupiah dengan mata uang negara-negara ASEAN.

Sebelum Bank Indonesia melakukan program redenominasi, BI harus meyakinkan semua infrastruktur yang terkait terlebih dahulu, agar program redenominasi ini tidak menimbulkan gejolak stabilitas ekonomi, maka dari itu kesiapan masyarakatlah yang menjadi poin paling penting untuk menjadikan program redenominasi ini bisa berjalan dengan sukses. Karena untuk mematangkan program redenominasi mata uang rupiah ini

membutuhkan waktu yang cukup lama, oleh karena itu secara teknis Bank Indonesia telah merencanakan program ini melalui 3 tahapan, yaitu tahap persiapan, tahap transisi, dan tahap pashing out.

Gambar 2.4 Tahapan redenominasi Sumber: (Konsultasi publik perubahan harga rupiah redenominasi bukan sanering, 2013 :15)

Menurut Bank Indonesia (2013) untuk merealisasikan kebijakan dari program redenominasi mata uang rupiah tersebut, terdapat beberapa hal yang menjadi faktor berhasilnya penerapan redenominasi, antara lain:

 Dukungan kuat dari seluruh lapisan masyarakat, terutama pemerintah, parlemen, dan pelaku usaha.

 Landasan hukum yang kuat dalam bentuk undang-undang yang secara tegas mengatur redenominasi.  Pemilihan waktu pelaksanaan yang

(60)

8 | H a l a m a n yang stabil (indikator), dan kondisi

sosial politik yang kondusif.

 Masa transisi yang cukup dan sosialisasi intensif kepada masyarakat agar tidak terjadi kenaikan harga-harga secara berlebihan akibat tindakan pelaku ekonomi yang memanfaatkan struktur pasar oligopolistik pada beberapa barang kebutuhan pokok masyarakat di Indonesia, dan agar program redenominasi tidak dianggap sebagai program sanering, seperti yang dilakukan Indonesia pada tahun 1959.

Setelah pengertian dari redenominasi telah dipaparkan maka redenominasi jelas berbeda dengan sanering. Yang dimaksud dengan sanering yaitu pemotongan nilai uang tetapi harga-harga barang tetap bahkan cenderung meningkat sehingga daya beli masyarakat menjadi menurun. (Bank Indonesia, 2013).

Beberapa perbedaan antara redenominasi dengan sanering antara lain:

a. Redenominasi

 Pada redenominasi, tidak ada kerugian karena daya beli tetap sama, sedangkan pada sanering menimbulkan banyak kerugian karena daya beli turun drastis. Selain itu redenominasi bertujuan menyederhanakan pecahan uang agar lebih efisien dan nyaman dalam melakuan transaksi. Tujuan berikutnya, mempersiapkan kesetaraan ekonomi suatu negara dengan negara regional.

 Redenominasi juga biasanya dilakukan saat kondisi makro ekonomi stabil. Ekonomi tumbuh dan inflasi terkendali.

 Pada redenominasi nilai uang terhadap barang tidak berubah, karena hanya cara penyebutan dan penulisan pecahan uang saja yang disesuaikan

 Redenominasi dipersiapkan secara matang dan terukur sampai masyarakat siap, agar tidak menimbulkan gejolak di masyarakat.

b. Sanering

(61)

9 | H a l a m a n karena terjadi hiperinflasi (inflasi

yang sangat tinggi).

 Sanering dilakukan dalam kondisi makro ekonomi tidak sehat, inflasi sangat tinggi (hiperinflasi).

 Ketika terjadi sanering, maka nilai uang terhadap barang berubah menjadi lebih kecil, karena yang dipotong adalah nilainya.

 Sanering tidak ada masa transisi dan dilakukan secara tiba-tiba. Salah satu persoalan penting dalam masyarakat adalah masalah ekonomi, hal ini disebabkan peran ekonomi itu sendiri sebagai sebuah aktivitas pemenuhan kebutuhan manusia. Terdapat banyak perdebatan mengenai aktivitas ekonomi, apalagi jika berhubungan dengan kebijakan yang diambil oleh beberapa pihak, khususnya pemerintah. Dalam hal ini kebijakan ekonomi bisa menjadi kontroversi ketika kebijakan tersebut diambil sepihak dan dalam kondisi yang memaksa kebijakan tersebut dilakukan. Hal ini terbukti dalam kebijakan sanering yang dilakukan tanpa koordinasi dari pihak Bank Indonesia, yang merupakan lembaga tertinggi dan Bank sentral Indonesia. Asosiasi

Pedagang Pasar Seluruh Indonesia (APPSI) secara tegas menolak rencana pemerintah untuk melakukan penyederhanaan digit uang atau redenominasi dengan alasan akan berdampak besar bagi psikologis pedagang. Menurut Sekretaris Jenderal APPSI, Ngadiran "para pedagang tidak setuju dan menolak redenominasi, karena imbasnya ke biaya dan psikologis pedagang. karena bukan penentu kebijakan yang merasakannya" Liputan6.com, Jumat (1/2/2013)

Target khalayak perancangan media informasi dari program redenominasi mata uang rupiah yaitu:

 Demografis

Program redenominasi mata uang rupiah ini secara demografis akan dikerucutkan kepada pria dan wanita mulai dari 17 sampai 45 tahun dengan status sosial pedagang kalangan menengah, karena profesi pedagang pada usia tersebut merupakan usia yang sudah aktif melakukan aktifitas jual beli.

 Psikografis

Gambar

Gambar 2.1 Jenis-jenis media
Gambar 2.2  kalender   Sumber http://www.lintasnusantaraco.indonetwork.co.id/2785633 (5 Mei 2014)
Gambar 2.3 Uang
Gambar 2.6 Praktek penyederhanaan digit
+7

Referensi

Dokumen terkait

Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media informasi Komunitas Adat Terpencil Suku Baduy dengan merancang media yang tepat dan efisien agar dapat memenuhi

Elemen Visual merupakan kelompok elemen bukan teks, yakni seluruh elemen visual yang terlihat dalam sebuah layout khususnya desain mata uang kertas, antara lain: (a) Artworks

Buku tentang Soekarno dalam visual uang kertas Republik Indonesia di Era kepemimpinannya, merupakan media uatma dalam perancangan ini.. Kata kunci : Buku, Mata

Strategi pembelian material impor yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya perubahan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah adalah dengan selalu

Strategi pembelian material impor yang dapat dilakukan untuk menghindari terjadinya perubahan nilai tukar mata uang asing terhadap rupiah adalah dengan selalu

Tujuan dari Tugas Akhir ini adalah untuk merancang buku sebagai media yang dapat mengedukasi masyarakat mengenai sejarah dan perkembangan uang Rupiah di Indonesia..

Strategi perancangan yang akan dilakukan pada kesenian Tari Merak adalah merancang atau membuat suatu media informasi berupa video dokumenter dengan bahasa formal dan sederhana

Strategi perancangan yang akan dibuat mengenai media informasi motif batik Merak Ngibing Garut & Tasikmalaya ini adalah dengan merancang media informasi yang tepat serta