BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Peristiwa sejarah adalah kejadian, kenyataan, aktualitas yang sebenarnya telah
terjadi atau berlangsung pada masa lalu. Sejak Indonesia masih berupa
kepulauan-kepulauan terpisah dan kerajaaan berkuasa hingga terbentuknya Negara Kesatuan
Republik Indonesia, telah banyak menyimpan kejadian sejarah yang tak mungkin
dapat habis bila diceritakan keseluruhan, tentu saja salah satu bagian sejarah
terpenting Indonesia adalah bagaimana Indonesia mempertahankan kemerdekaan
yang berhasil dicapai, telah melahirkan banyak peristiwa perjuangan yang heroik,
salah satunya adalah Peristiwa Bandung Lautan Api.
Dengan sejarah, masyarakat bisa belajar berbagai hal, seperti keberhasilan,
perjuangan, membela yang benar, pantang menyerah, kegagalan dan kesalahan.
Apabila dalam suatu sejarah mengajarkan tentang perjuangan, membela yang
benar dan keberhasilan, maka dapat dijadikan contoh untuk bisa menjaganya,
menirunya dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari dimasa sekarang,
sebaliknya apabila sejarah mengajarkan tentang kesalahan dan kegagalan, maka
itu pun bisa dijadikan acuan untuk tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan
masa lalu agar tidak terulang dimasa sekarang. Peristiwa Bandung Lautan Api
merupakan peristiwa sejarah yang erat kaitannya dengan kota Bandung, selain
karena terjadi di kota Bandung, sifat heroik dari perjuangan masyarakat dan
tentara Indonesia menjadi kebanggaan tersendiri bagi masyarakat kota Bandung.
Peristiwa Bandung lautan api adalah peristiwa kebakaran besar yang terjadi di
Kota Bandung pada tanggal 24 Maret 1946. Dalam waktu 7 jam, sekitar 200.000
penduduk Kota Bandung membakar rumah mereka dan meninggalkan kota
menuju pegunungan di daerah Bandung Selatan (Wayan Badrika,2007,h.6).
Adapun alasan pembakaran kota Bandung adalah untuk mencegah tentara Sekutu
dan NICA Belanda yang kembali ke Indonesia dan berusaha merebut kota
mengungsi dimana mereka terlebih dahulu membakar kota Bandung agar tidak
dapat digunakan oleh tentara sekutu sebagai markas.
Kisah sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api sendiri, telah diterima oleh
masyarakat melalui sekolah, yaitu ketika belajar sejarah di Sekolah Menengah
Pertama (SMP) kelas 1. Pada buku pelajaran sekolah, baik pada tingkat SMP
maupun SMA, mempunyai materi informasi yang sama dimana informasi yang
ada tidak menceritakan Bandung Lautan Api secara mendalam dan detail, adapun
gaya penceritaannya sendiri berupa teks, sehingga kurang menarik bagi siswa
SMP.
Peristiwa Bandung lautan api kini telah mulai terlupakan, dikarenakan minimnya
media yang memuat Peristiwa Bandung Lautan Api secara khusus . Media yang
ada, seperti buku pelajaran dan internet hanya menginformasikan Peristiwa
Bandung Lautan Api secara umum. Informasi yang minim mengenai Peristiwa
Bandung Lautan Api, yaitu mengenai siapa saja tokoh dan tempat yang
berhubungan langsung dengan kejadian, membuat jejak rekam Peristiwa Bandung
Lautan Api, terutama yang berbentuk fisik, seperti rumah dan monumen tidak
terawat dengan baik.
Pengetahuan yang minim mengenai sejarah juga menyebabkan Bandung Lautan
Api tidak lagi menjadi kebanggaan masyarakat Kota Bandung, hal ini ditandai
dengan kurangnya perhatian masyarakat Kota Bandung ketika hari peringatan
Bandung Lautan Api tiba, yaitu pada setiap tanggal 24 maret. Perlu adanya suatu
media yang menarik dan berbeda yang mampu menarik minat dari target sasaran,
yaitu anak berumur 12 hingga 14 tahun agar lebih tertarik pada sejarah sehingga
membantu proses pembelajaran sejarah di sekolah, terutama mengenai Peristiwa
Bandung Lautan Api.
I.2 Identifikasi Masalah
Peristiwa Bandung Lautan Api yang mulai terlupakan dan tidak lagi
menjadi kebanggaan masyarakat kota Bandung.
Minimnya media informasi yang beredar di masyarakat tentang peristiwa Bandung Lautan Api.
Pada buku pelajaran sekolah mempunyai materi informasi yang tidak
menceritakan Bandung Lautan Api secara mendalam .
Media yang ada saat ini kebanyakan berupa teks, sehingga mengurangi
Pentingnya menyampaikan peristiwa sejarah khususnya Bandung Lautan Api
untuk mengenalkan kembali dan memperjelas informasi-informasi secara lebih
detail kepada masyarakat khususnya kepada anak sekolah menengah pertama.
1.4Pembatasan Masalah
penelitian yang akan di kembangkan adalah tentang suatu tragedi kejadian dalam
membumihanguskan Bandung sekitar 200.000 penduduk Kota Bandung
membakar rumah mereka dan meninggalkan kota menuju pegunungan di daerah
Bandung Selatan dalam peristiwa Bandung lautan api.
I.5 Tujuan Perancangan
tujuan dari perancangan ini adalah lebih memperkenalkan Peristiwa Bandung
Lautan Api kepada anak-anak, sehingga membantu proses pembelajaran sejarah di
BAB II
(Inggris), yang mengandung arti cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi
pada masa lampau. Dalam bahasa Indonesia menjadi sejarah. Kata sejarah
dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan. menjelaskan “Sejarah
juga merupakan dasar kajian filsafat, ilmu politik, ilmu ekonomi, dan bahkan seni
dan agama/religi. Tidak diragukan lagi bahwa sejarah merupakan ilmu
pengetahuan yang sangat diperlukan untuk pendidikan manusia seutuhnya.” (h. 1).
Dari pengertian sejarah yang dijabarkan tersebut maka sejarah dapat diartikan
sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang
dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi
tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami.
II.1.2 Manfaat sejarah
Sejarah menjadi sumber pembelajaran bagi seseorang. Dengan sejarah,
masyarakat bisa belajar berbagai hal, seperti keberhasilan, perjuangan,, kegagalan
dan kesalahan. Apabila dalam suatu sejarah mengajarkan tentang perjuangandan
keberhasilan, maka dapat dijadikan contoh untuk bisa menjaganya, menirunya dan
menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari, dan sebaliknya apabila sejarah
mengajarkan tentang kesalahan dan kegagalan, maka itu pun bisa dijadikan acuan
untuk tidak mengulangi kesalahan dan kegagalan masa lalu agar tidak terulang
II.1.3 Sejarah Bandung Lautan Api
Sejarah Bandung Lautan Api asal-usul sebuah kisah tentang harapan, keberanian
dan kasih sayang. Setelah kekalahan pihak Jepang, rakyat dan pejuang Indonesia
berupaya melucuti senjata para tentara Jepang. Maka timbulah
pertempuran-pertempuran yang memakan korban di banyak wilayah. Ketika gerakan untuk
melucuti pasukan Jepang sedang berkobar, tanggal 15 September 1945, tentara
Inggris mendarat di Jakarta, kemudian mendarat di Surabaya pada tanggal 25
Oktober 1945 (Wayan Badrik, 2007,h.33). Tentara Inggris datang ke Indonesia
tergabung dalam AFNEI (Allied Forces Netherlands East Indies) atas keputusan
dan atas nama Blok Sekutu, dengan tugas untuk melucuti tentara Jepang,
membebaskan para tawanan perang yang ditahan Jepang, serta memulangkan
tentara Jepang ke negerinya. Namun selain itu tentara Inggris yang datang juga
membawa misi mengembalikan Indonesia kepada administrasi pemerintahan
Belanda sebagai negeri jajahan Hindia Belanda. NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) ikut membonceng bersama rombongan tentara Inggris untuk
tujuan tersebut. Hal ini memicu gejolak rakyat Indonesia dan memunculkan
pergerakan perlawanan rakyat Indonesia di mana-mana melawan tentara AFNEI
dan pemerintahan NICA.
Berita pembacaan teks Proklamasi Kemerdekaan dari Jakarta diterima di Bandung
melalui Kantor Berita DOMEI pada hari Jumat pagi, 17 Agustus 1945. Esoknya,
18 Agustus 1945, cetakan teks tersebut telah tersebar. Dicetak dengan tinta merah
oleh Percetakan Siliwangi. Perobekan dengan bayonet tersebut dilakukan oleh
seorang pemuda Indonesia bernama Mohammad Endang Karmas, dibantu oleh
Moeljono. 11 Oktober 1945 Di Gedung DENIS, Jalan Braga, terjadi insiden
perobekan warna biru bendera Belanda, sehingga warnanya tinggal merah dan
Gambar II.1 Gedung DENIS, Jalan Braga
Sumber: foto pribadi (18 Mei 2015)
Tanggal 27 Agustus 1945, dibentuk Badan Keamanan Rakyat (BKR), disusul oleh
terbentuknya Laskar Wanita Indonesia (LASWI) pada tanggal 12 Oktober 1945.
Jumlah anggotanya 300 orang, terdiri dari bagian pasukan tempur, Palang Merah,
penyelidikan dan perbekalan.Peristiwa yang memperburuk keadaan terjadi pada
tanggal 25 November 1945. Selain menghadapi serangan musuh, rakyat
menghadapi banjir besar meluapnya Sungai Cikapundung. Ratusan korban
terbawa hanyut dan ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Keadaan ini
dimanfaatkan musuh untuk menyerang rakyat yang tengah menghadapi
musibah.Berbagai tekanan dan serangan terus dilakukan oleh pihak Inggris dan
Belanda ( Wayan Badika, 2007, h. 209 )
Tanggal 5 Desember 1945, beberapa pesawat terbang Inggris membom daerah
Lengkong Besar. Pada tanggal 21 Desember 1945, pihak Inggris menjatuhkan
bom dan rentetan tembakan membabi buta di Cicadas. Korban makin banyak
berjatuhan. Ultimatum agar Tentara Republik Indonesia (TRI) meninggalkan kota
dan rakyat, melahirkan politik “bumihangus”.
Menurut yang di sampaikan Iman sebagi salahsatu sejarawan di Bandung,
Beberapa hari yang penuh aktivitas diplomasi intens menyusul pengumuman
rencana Inggris. Pada 22 maret 1949, Didi Kartamasmita, komandan
Komandemen Jawa Barat dan Syafrudin Prawiranegara, wakil mentri keuangan,
terbang ke Bandung untuk memberi tahu pemimpin sipil dan militer lokal
mengenai Ultimatum Inggris dan untuk menyampaikan intruksi Syahrir yang
dan kepala seksi militer MP3 (SUKOTO), mediskusikan bahwa hal itu harus
dibahas secara lebh mendalam, untuk itu keesokan harinya Nasution terbang ke
Jakarta.
Gambar II.2 Abdul Haris Nasution
Sumber: www.cinta-nusantara-indonesia.blogspot.com
( 23 Mei 2015)
Sementara Nasution berada di Jakarta, Jendral Hawthorn, komandan Divisi Hindi
ke-23 di Bandung terus maju. Pada tanggal 23 Maret 1946 sore, Jendral Hawthorn
mengumukan lewat radio dan famplet bahwa Bandung selatan akan dibersihkan
dari orang-orang bersenjata. Pasukan bersenjata Indonesia harus sudah keluar dari
wilayah bandung sejauh 11 Km sebelum tanggal 24 maret tengah malam untuk
mencegah pertumpahan darah, dan warga sipil diminta untuk tetap tenang dan
berada di rumah mereka selama periode itu. ketika Nasution pulang dari Jakarta
pada 24 Maret pagi, dia mengadakan pertemuan yang dihadiri perwakilan dari
Pemerintah Sipil, Polisi, Badan eksekutif DPRD, menyampaikan bahwa
pemerintah pusan telah memutuskan untuk mematuhi Ultimatum Inggris supaya
tidak terjadi pertumpahan darah (John R.W.SMAIL, 2011,h.79)
Karena waktu sangat singkat, pagi itu Hawthorn diminta untuk mengundurkan
menolak permintaan tersebut. Pihak Indonesia mengajukan sejumlah alasan
ketika meminta pengunduran batas waktu, antara lain sulitnya mengorganisasikan
perpindahan dalam waktu yang singkat, di khawatirkan akan terjadinya insiden
bila oprasi di jalankan secara terburu-buru,dan sebagainya. Namun yang paling
penting dalam benak Nasution adalah masih tersimpannya suplai dan
perlengkapan militer di Bandung Selatan. Ini juga merupakan pertimbangan
penting bagi Hawthorn, sehingga menolak mengundurkan batas waktu, Nasution
mengiginkan tambahan waktu untuk membawa semua itu, sedangkan Hawthorn
ingin merampasnya. Nasution yang agak di batasi oleh posisi formalnya
menjalankan intruksi Syahrir, tidak terlibat dalam pembuatan keputusan ini
namun diberi persetujuan setelah mendengarnya. Perintah disampaikan lewat unit
militer dan jaringan MP3 kepada para pemuda yang siap beraksi, Dinamit dan
tanggung jawab dibagi, dan pada malam harinya rencana mengjancurkan kota
telah siap dijalankan
Otoritas sipil tidak berdaya menghadapi hal ini :
Jhon (2011) menjelaskan “Pada pukul 2.30 siang, Walikota memberitahu rakyat (
lewat siaran radio) mengenai keputusan pemerintahan pusat dan mengumumkan
bahwa pemerintah kota akan teta berada di bandung. Namun, sekitar pukul 4 sore
sebuah pesan diterima dari komandan divisi tiga, yang menyatakan bahwa
pejabat pemerintahan kota harus meninggalkan bandung sebelum pukul 8 malam,
karena seluruh kota akan di bakar dan dihancurkan (h.178)
Di belakang para pengungsi terdengar suara dinamit dari waktu ke waktu dan api
yang di sulut para pemuda menyebar di seluruh sisi kota sebelah selatan. Suasana
malam hari dalam kondisi revolsi menyebabkan api terlihat lebih mankutkan,
seolah-olah bandung menjadi lautan api, dan gambaran melekat kuat dalam benak
mereka yang berada dalam kota pada 24 maret
John (2011) menjelaskan “ Tadi malam (tanggal 24 Maret) api yang besar terjadi
dimana-mana, pagi ini pesawat pengintai RAF melaporkan bahwa seluruh
besar yang mengindikasikan bahwa taktik bumi-hangus masih dilakukan
diwilayah tersebut.
Pada malam hari tanggal 24, pihak Indonesia mengorbankan api tak lama setelah
gelap. Gedung-gedung di hancukan dan pos terdepan kita (Divisi Hindia Ke-23)
dihujani mortar. Pasukan kita di bandara Andir di hujani tembakan senapan”
(h.180)
Faktanya, intruksi dari badan militer dan MP3 hanya meliputi operasi
bumi-hangus terhadap sejumlah gedung-gedung penting dan gudang penyimpanan.
Namun, gedung-gedung yang besar tidak dapat di hancurkan dengan mudah oleh
mereka yang kurang berpengalaman dalam hal itu.
Gambar II.3 Suasana kota Bandung saat pembakaran terjadi
Sumber: www.bandung.go.id
(23 Mei 2015)
Staf pemerintahan kota Bandung pada mulanya akan tetap tinggal di dalam kota,
tetapi demi keselamatan mereka, maka pada pukul 21.00 itu juga ikut dalam
rombongan yang mengevakuasi dari Bandung. Sejak saat itu, kurang lebih pukul
24.00 Bandung Selatan telah kosong dari penduduk dan TRI. Tetapi api masih
membubung membakar kota, sehingga Bandung pun menjadi lautan api.
Pembumihangusan Bandung tersebut dianggap merupakan strategi yang tepat
dalam Perang Kemerdekaan Indonesia karena kekuatan TRI dan milisi rakyat
Setelah peristiwa tersebut, TRI bersama milisi rakyat melakukan perlawanan
secara gerilya dari luar Bandung.
Peristiwa heroik ini yang tercatat dalam sejarah bangsa Indonesia sebagai
peristiwa Bandung Lautan Api, yang menjadi lagu “Halo-Halo Bandung” yang di ciptakan oleh Ismail Marzuki menjadi lagu perjuangan yang terkenal dan
mengumandangkannya ke seluruh nusantara.
Warga Bandung Cinta Kotanya Yang Indah, Tetapi Lebih Cinta Kemerdekaan.
Sekarang Bandung Telah Menjadi Lautan Api. Mari Bung… Bangun…
Kembali… (Kartodiwirio,2006:396)
II.1.3.1 Asal Istilah Bandung Lautan Api
Menurut Pambudi (2010), istilah Bandung Lautan Api muncul dihari suara
merdeka tanggal 26 Maret 1964. Dimana seorang wartawan muda saat itu, yaitu
Atjie Bastaman menulis sebuah artikel menggenai pembakaran kota Bandung dan
memberi judul “Bandoeng Djadi Laoetan Api”. Namun karena kurangnya ruang
untuk tulisan judulnya, maka judul berita diperpendek menjadi “Bandoeng Laoetan Api”.
II.1.4 Buku Cerita Bergambar
Media buku merupakan salahsatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan
dari pengirim dan penerima sehingga dapat merangsang pikiran, perasaan, minat
dan perhatian sedemikian rupa sehingga proses belajar terjadi.
II.1.4.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar
Dari berbagai media, buku cerita bergambar atau yang lebih dikenal dengan
sebutan picture book sebagai salah satu media alternative pewarisan cerita rakyat.
Picture book merupakan sebuah media ilustratif yang menggabungkan narasi
visual dan verbal dalam format buku, dan paling sering ditujukan pada anak.
Picture book umumnya memiliki bahasa yang sangat dasar dan dirancang yang
berimajinasi. Sebagian besar ditulis dengan kosakata yang sangat sederhana agar
anak mudah mengerti.
II.1.4.2 Fungsi dan Peranan Buku Cerita Bergambar
Buku cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-
fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk
pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam
memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin
disampaikan dapat dipahami dengan jelas.
Cerita bergambar untuk informasi pendidikan, baik cerita maupun desainnya dirancang khusus untuk menyampaikan pesan-pesan
pendidikan. Inti pesan harus dapat diterima dengan jelas, misalnya
”hindari pemecahan masalah dengan kekerasan.”
Cerita bergambar sebagai sarana hiburan merupakan jenis yang paling
umum dibaca oleh anak-anak dan remaja. Bahkan sebagai hiburan
sekalipun. Cergam dapat memiliki muatan yang baik. Nilai-nilai seperti
kesetiakawanan, persahabatan, dan pantang menyerah dapat digambarkan
secara dramatis dan menggugah hati pembaca.
Cerita bergambar sebagai media advertising. Maskot suatu produk dapat dijadikan tokoh utama dengan sifat-sifat sesuai dengan citra yang
diinginkan produk atau brand tersebut. Sementara pembaca membaca
cergam, pesan-pesan promosi produk atau brand dapat tersampaikan.
II.1.4.3 Jenis-Jenis Buku Cerita Bergambar
Adapun jenis-jenis cergam berdasarkan isi dari cerita antara lain:
Cerita mengenai hewan
Adalah cerita realis yang bertokoh utamakan hewan/binatang atau
benda-benda mati. Hewan-hewan diceritakan bisa berbicara, berjalan, berpakaian
Cerita kehidupan sehari-hari atau nyata
Menampilkan tokoh-tokoh simpatis yang menimbulkan rasa empati dari
anak-anak. Topik yang biasa diangkat seperti sejarah, persahabatan, cinta.
Cerita petualangan fantasi
Adalah gabungan dari realita dan imajinasi. Kesan petualangan seakan
dimasukan dalam kegiatan sehari-hari, segalanya mungkin terjadi.
Cerita Tradisional
Meliputi dongeng, cerita rakyat, mitos, legenda, cerita tentang monster
II.1.4.4 Unsur-Unsur Visual dalam Buku Cerita Bergambar
Ada beberapa unsur visual dalam Buku Cerita Bergambar, yaitu :
Warna
Warna dalam cergam dapat mengungkap subjek secara objektif,
pembaca dapat lebih menyadari bentuk fisik suatu objek yang berwarna
daripada hitam putih.
Efek Visual
Merupakan kesan yang digambarkan untuk menekankan penggambaran
emosi, karakter, suasana, dan gerak dari tokoh dalam cergam.
Efek
Ada dua macam efek, yaitu efek tulisan dan efek gambar .
1. Efek tulisan: ditampilkan dalam bentuk tulisan, menyatakan bunyi
bunyi tertentu. Menggunakan berbagai macam font untuk
menyesuaikan tulisan dengan bunyi yang diwakili.
2. Efek Gambar: efek yang diaplikasikan dalam gambar untuk
penyampaian cerita dalam cerita. Efek ini dapat dikenakan pada
tokoh atau pada latar belakang. Walaupun gambar sama, efek yang
berbeda dapat menghasilkan suasana yang berbeda
II.2 Objek Penelitian
Perancangan buku cerita bergambar ini adalah sebagai salah satu sumber
pembelajaran bagi para siswa/siswi sekolah menengah pertama (SMP). Kemudian
dari aspek buku cerita ini adalah dari sejarah siswa/siswi bisa belajar dan
mengerti apa itu, perjuanga, membela yang benar, pantang menyerah.
Bagi target sasaran yaitu anak-anak, pengenalan Peristiwa Bandung lautan Api
merupakan pengenalan anak-anak terhadap sejarah Nasional Indonesia. Dengan
pengenalan sejarah dalam bentu buku cerita bergambar diharapkan anak-anak
dapat lebih tertarik dalam belajar sejarah.
II.3 Analisa Masalah
Dari hasil pengamatan penulis di lapangan yaitu toko-toko buku dan buku-buku
tentang sejarah di sekolah , peneliti menemukan informasi mengenai Bandung
lautan Api dari buku pelajaran Sejarah Sekolah Dasar (SD) kelas V dan Sekolah
menengah pertama (SMP) kelas VII. Informasi yang terdapat dalam kedua
buku pelajaran tersebut kurang detail dan bercerita secara teks, adapun penulis
menemukan buku mengenai Peristiwa Bandung Lautan Api yang informasi
cukup detail dan didominasi oleh teks. Anak-anak lebih tertarik terhadap buku
efek yang lebih kuat dari pada yang tidak bergambar (Dwi Sunar Prasetyono,
2008, h.89).
Dengan menggunakan media cergam dalam penceritaan sejarah, anak-anak akan
lebih tertarik dan termotivasi untuk membaca ,mengenal dan lebih
mengerti makna dari sejarah.
II.4 Target Audience Demografis
Secara demografis target audience dari buku cerita bergambar ini adalah
anak-anak, baik laki-laki maupun perempuan, dengan kategori usia mulai 12 - 14
tahun atau setara jenjang pendidikan sekolah menengah pertama (SMP).
Geografis
Secara geografis target audience dari buku cerita bergambar ditujukan untuk
anak-anak yang berada di wilayah pulau Jawa khususnya Jawa Barat. Selain
itu juga target audience juga bertempat tinggal di daerah perkotaan.
Psikografis
Mengingat di usia 12 – 14 tahun daya ingat dan daya tangkap mereka terhadap
sesuatu informasi atau pristiwa akan selalu terekam dengan baik dalam pikiran
mereka, dengan harapan menambah pengetahuan dan ketertarikan terhadap
sejarah Peristiwa Bandung Lautan Api. Buku ini juga diharapkan dapat
mencakup segala macam ras,suku dan agama
II.5 Solusi Perancangan
Perancangan visual buku cerita bergambar Peristiwa Bandung Lautan Api ini
dibuat unik dan lebih menarik dari buku-buku lain yang sama menjelaskan tentang
sejarah-sejarah lain, dengan harapan anak-anak bisa lebih tertarik dan termotivasi
BAB III
STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL III.1 Strategi Perancangan
Strategi perancangan yang dilakukan merupakan salah satu upaya untuk
mempermudah dalam perancangan buku cerita bergambar ini
III.1.1 Pendekatan Komunikasi
Dalam perancangan buku cergam Bandung Lautan Api, gambar dan informasi
disesuaikan dengan kriteria dari target sasaran.
III.1.1.1 Pendekatan Visual
Dalam perancangan buku cerita bergambar Bandung Lautan Api ini akan
mengakat tentang aksi-aksi heroic yang terjadi pada peristiwa Bandung Lautan
Api. Dengan segmentasi target market yang berusia 6-12 tahun, ilustrasi akan
dibuat sederhana tetapi masih berdasarkan refrensi dalam buku “30 Tahun
Indonesia Merdeka 1945-1949” dan buku “Bandung Awal Revolusi 1945-1946”
serta hasil wawancara dengan sejarawan yg bernama pak Iman sebagai alur cerita.
Objek visual mulai dari karakter, suasana tempat dan benda-benda yang terdapat
dalam cerita Bandung Lautan Api ini di gambarkan secara semirealis yang dapat
menarik perhatian anak-anak untuk membaca dan memahami isi dan makna dari
cerita Bandung Lautan api.
III.1.1.2 Pendekatan Verbal
Pendekatan verbal dalam perancangan buku cerita bergambar ini yaitu pendekatan
dengan tata bahasa dengan berbentuk tulisan, yang mana bahasa yang akan
digunakan adalah bahasa Indonesia yang baik dan benar, dengan penyampaian
cerita yang sederhana agar mudah diterima dan dipahami oleh anak-anak. Karena
dalam usia seperti ini daya ingat mereka sangatlah baik dengan menggunakan
bahasa Indonesa yang baik dan benar didalam penulisan cerita diharapkan
III.1.2 Strategi Kreatif
Strategi kreatif yang dilakukan adalah dengan cara memberikan informasi dalam
bentuk ilustrasi. Karena buku cerita bergambar yang menjelaskan tentang sejarah,
khususnya sejarah Bandung Lautan Api masih sedikit yang dibuat dalam bentuk
buku cerita bergambar. Kebanyakan buku yang menjelaskan tentang sejarah
hanya berupa teks.
III.1.2.1 Teknik Penceritaan
Teknik penceritaan yang digunakan adalah dengan menggunakan ilustrasi sebagai
penceritaan utama dibantu oleh narasi untuk lebih memperjelas kejadian. Ilustrasi
mendominasi cerita dengan dibantu narasi.
III.1.3 Strategi Media
Strategi media yang dilakukan merupakan salah satu upaya pemilihan karya apa
yang akan di buat untuk mengangkat peristiwa Bandung Lautan Api.
III.1.3.1 Media Utama
Media utama yang digunakan adalah ilustrasi, berupa buku cerita bergambar
(cergam), cergam dipilih karena sesuai dengan karakteristik anak berumur 10
hingga 12 tahun yang lebih menyukai sesuatu yang bergambar dibandingkan teks.
Karena dengan buku cerita bergambar bias merangkum atau menyederhanakan
cerita tanpa harus merubah isi dari cerita Bandung lautan api
III.1.3.2. Media Pendukung
Beberapa media promosi atau bias di katakana media pendukung yang digunakan
juga mendukung agar produk buku ini lebih dikenal, antara lain yaitu berupa
poster, X-Banner, kalender, pembatas buku, stiker dan sebagainya.
III.1.4 Strategi Distribusi
Buku ilustrasi ini di distribusikan bekerjasama dengan Dinas Pendidikan, dengan
bertujuan menjadi buku penunjang atau buku pendamping untuk sekolah-sekolah
menengah pertama di Bandung dengan materi yang diambil dari cerita bandung
III.2 Konsep Visual
Untuk menghasilkan media atau visual promosi yang baik maka dibutuhkan
konsep visual yang matang untuk mengindari kesalahan dalam menyampaikan
pesan dari peristiwa Bandung Lautan Api. Konsep visual adalah awal dari sebuah
ide yang didapat melalui sebuah proses pendekatan dan pendalaman materi dari
semua permasalahan. Konsep visual yang telah didapat harus di eksplorasi ke
dalam sebuah bentuk promosi yang bisa memberikan pesan visual kepada target
III.2.1 Format Desain
Desain perancangan buku ilustrasi ditunjukan untuk anak berusia 13 tahun, lebih
tepat nya anak sekoalah menengah pertama kelas 8.
Buku cerita bergambar ini di desain dengan konsep ilustrasi dan narisi yang
disederhanakan, buku ini tidak merubah pesan dan isi dari cerita Bandung Lautan
Api yang telah ada sebelumnya.
III.2.2 Tata Letak (Layout)
Tata letak yang digunakan adalah menggunakan orientation landscape dengan
komposisi illustrasi visual di bagian kanan, dan narasi di sebelah kiri. Dalam
narasi terdapat penjelasan singkat dari ilustrasi dan penjelasan singkat berupa
pengetahuan umum yang terkait dengan kota Bandung dan Peristiwa Bandung
Lautan Api itu sendiri.
Gambar III.1 : Salah satu layout dari buku ilustrasi Bandung Lautan Api
III.2.3 Huruf (Tipografi)
Tipograpi yang di gunakan pada logo adalah font ZING EZSY, karena font
tersebut menimbulkan kesan painting yang sama dengan konsep buku ilustrasi ini.
Font ZING EZSY yang di desain ulang kembali dengan merubah penempatan
font tersebut, dan beberapa huruf serta menambahkan vector api pada huruf “D”
dari kata Bandung.
Gambar III.2 : Logo Bandung Lautan Api
Sumber : Karya Pribadi (2015)
Sedangkan huruf pada body text menggunakan font FUTURA BOOK. Bentuk
yang ramping font tersebut menimbulkan kesan sederhana.
Gambar III.3: font FUTURA BOOK
Sumber : Karya Pribadi
III.2.4 Ilustrasi
Gaya ilustrasi yang digunakan adalah semirealis, pemilihan gaya semirealis
didasari dari cerita cergam yang bersumber dari sejarah. Pemilihan gaya kartunis
kurang tepat, karena akan menyebabkan kesan humor, sedangkan gaya realis
sendiri kurang diminati oleh target sasaran
Story Board
Hal Narasi Ilustrasi
1-2
berita proklamasi didengar di Bandung dipancarkan pertama kali oleh stasiun radio Bandung Hoshokyoku & PTT melalui telegrap.
3-4
Perjanjian Inggris & Belanda tentang keikutsertaan NICA (Netherlands Indies Civil Administrasion).
5-6
Di Gedung DENIS, Jalan Braga, terjadi insiden perobekan warna biru bendera Belanda sehingga warnanya tinggal merah dan
Barat yang kemudian menjadi
9-10
Pertempuran sengit terjadi di
kawasan Andir dan Tegalega
dengan tentara jepang. inggris pun
ikut serta melawan jepang dengan
tujuan membebaskan para
tawanan perang yang ditahan
Jepang, serta memulangkan
tentara Jepang ke negerinya.
11-12
NICA (Netherlands Indies Civil
Administration) ikut membonceng
bersama rombongan tentara
Inggris untuk tujuan
mengembalikan Indonesia kepada
administrasi pemerintahan
Belanda sebagai negeri jajahan
Hindia Belanda tersebut.
13-14
Selain menghadapi seranga
musuh, rakyat menghadapi banjir
17-18 Setelah pulang dari Jakarta
tanggal 23 Maret, Nasution
langsung mengdakan perundingan
dengan Jendral Hawthorn, selaku
Komanan Divisi Hindia Ke 23.
19-20 Pasukan bersenjata Indonesia
harus sudah keluar dari wilayah
bandung sejauh 11 Km sebelum
tanggal 24 maret tengah malam
untuk mencegah pertumpahan
darah
21-22 Pamflet yang berisikan dari
Jendral Hawthorn tentang
permintaan untuk mengosongkan
wilayah Bandung Selatan sejauh
11KM dari orang-orang bersenjata
sebelum jam 24 malam agar tidak
terjadi pertumpahan darah,
III.2.5 Warna
Gambar III.4 : warna yang digunakan
Biasanya warna yang di gunakan pada buku ilustrasi menggunakan warna warna
sepia, untuk menimbulkan kesan masa lampau, namun pada buku ini
menggunakan warna full color . tetapi dengan warna full color tersebut tidak
menggurangi kesan masa lampau, karena di bantu dengan penggayaan ilustrasi
semi realis juga bias mewakili suasana masa lampau,selain itu dengan full color
BAB IV
TEKNIS PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA IV.1 Teknis Produksi
Teknis dalam perancangan buku cerita bergambar ini harus ada beberapa tahap
seperti pembuatan sketsa, painting manual, painting digital, dan yg terakhir
me-layout
IV.1.1 Pembuatan Sketsa
Sketsa adalah bagian awal dari konsep yang sudah ditentukan sebelumnya, sketsa
dibuat dikertas ukuran A4 dengan beberapa objek yang sudah dikonsepkan yaitu
font untuk judul, dan beberapa icon pendukung untuk halaman “peranan”. Setelah
sketsa selesai lalu dipindai untuk selanjutnya bisa di lakukan tahap Painting.
Gambar IV.1: Sketsa Awal
Sumber : Dokumentasi Pribadi(28 Juli 2015)
IV.1.2 Proses Painting
Setelah proses sketsa proses tracing adalah salah satu proses penting, proses
`` Gambar IV.2: Sketsa proses painting Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)
IV.1.3 Proses Mengatur Warna Digital
untuk poses setelah painting program yang di gunakan adalah adobe Photosof CS
6. Scan dahulu sketsa yang sudah di warnai, lalu drag langsung sketsa tersebut ke
photoshop, ssebelum langsung mencoba beberapa efek yang ada di photodhof, itu
duplikat dulu layer yg berada di kanan bawah.
Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)
IV.1.4 Proses layout
Program yang digunakan untuk me-layout buku itu dilakukan di Adobe Indesign
CS6. Proses ini adalan proses terakhir setelah proses sebelumnya sudah selesai.
Setelah itu sketsa yang sudah di warnai masukan ke Indesign untuk di layout.
Setelah proses me-layout beres save file tersebut dengan format Indesign book
dan save kembali dengan format PDF, dan buku siap di produksi.
Gambar IV.4 : proses layout Sumber : Dokumentasi Pribadi
IV.2 Aplikasi Media Utama
Media utama yang digunakan adalah ilustrasi, berupa buku cerita bergambar
(cergam. Karena dengan buku cerita bergambar bias merangkum atau
menyederhanakan cerita tanpa harus merubah isi dari cerita Bandung lautan api
IV.2.1 Media Informasi (Buku Cerita Bergambar)
Gambar IV.5 Buku Cerita Bergambar Sumber : Dokumentasi Pribadi
(28 Juli 2015)
Buku cerita bergambar merupakan media komunikasi yang kuat. Fungsi-
fungsi yang bisa dimanfaatkan oleh cergam antara lain adalah untuk
pendidikan, untuk advertising, maupun sebagai sarana hiburan. Tiap jenis cergam
memiliki kriteria-kriteria tertentu yang harus dipenuhi agar pesan yang ingin
VI .3 Media Pendukung
karya agar dikenal khalayak tentu harus dipromosikan lewat media
pendukungnya. Media ini berperan sebagai pemberitahuan untuk disebarluaskan
sehingga memiliki fungsi komersil untuk sebuah produk.
IV.3.1 X-Banner
Gambar IV.6: X-Banner
Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)
X-Banner ini ditempatkan di lokasi penjualan buku tidak jauh dari rak buku cerita
anak. Media ini bertujuan untuk mempromosikan buku dilokasi strategis dimana
IV.3.2 Pin
Gambar IV.7: Pin
Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)
Pin adalah media pendukung yang diberikan gratis pada pembeli, bertujuan untuk
memberikan identitas kepemilikan, Sekaligus dapat dijadikan sebagai media
promosi bagi media utama dengan catatan selama media masih tersedia.
IV.3.3 Poster
Gambar IV.8: Poster
Penggunaan media poster tak lain sebagai suatu bentuk penyampaian informasi
mengenai keberadaan buku cerita bergambar “Bandung Lautan Api”. Selain
menampilkan kilasan cerita, poster ini juga membawa nuansa layout dari buku
cerita tersebut.
IV.3.4 Pembatas Buku
Gambar IV.9: Pembatas Buku
Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)
Pembatas buku ini merupakan pasangan dari buku cerita “Bandug Lautan Api”
serta ditempatkan didalam buku. Walaupun anak beralih bacaan kepada buku lain,
pembatas buku ini masih tetap dapat digunakan.
IV.3.5 Kalender
Kalender adalah media pendukung yang diberikan gratis pada pembeli, Kalender
merupakan alah satu media pendukung yang bisa di bilang efektif, karena bisa di
Gambar IV.10: Kalender
Sumber : Dokumentasi Pribadi
(28 Juli 2015)
IV.3.6 Note
GambarIV.11: Note
Sumber : Dokumentasi Pribadi (28 Juli 2015)
Note adalah media pendukung yang diberikan gratis pada pembeli, bertujuan
untuk memberikan identitas kepemilikan, Sekaligus dapat dijadikan sebagai
PERANCANGAN BUKU CERITA BERGAMBAR BANDUNG LAUTAN API
DK 38315/Tugas Akhir Semester II 2014/2015
Oleh:
Muhamad Ricky Darmawan 51910171
Program Studi Desain Komunikasi Visual
FAKULTAS DESAIN
UNIVERSITAS KOMPUTER INDONESIA
BANDUNG
DAFTAR ISI
II.1.3 Sejarah Bandung Lautan Api ... 5
II.1.3.1 Asal Istilah Bandung Lautan Api ... 10
II.1.4 Buku Cerita Bergambar ... 10
II.1.4.1 Pengertian Buku Cerita Bergambar ... 10
II.1.4.2 Fungsi dan Peranan Buku Cerita Bergambar ... 11
II.1.4.3 Jenis-jenis Buku Cerita Bergambar ... 11
II.1.4.4 Unsur-Unsur Visual dalam Buku Cerita Bergambar ... 12
II.2 Objek Penelitian ... 13
II.3 Analisa Masalah ... 13
II.5 Solusi Perancangan ... 14
BAB III STRATEGI PERANCANGAN DAN KONSEP VISUAL ... 15
III.1. Strategi Perancangan ... 15
III.2.2 Tata Letak (Layout) ... 17
III.2.3 Huruf (Tipografi) ... 18
III.2.4 Ilustrasi ... 19
III.2.5 Warna ... 21
BAB IV TEKNIK PRODUKSI DAN APLIKASI MEDIA ... 23
IV.1 Teknis Produksi ... 23
IV.1.1 Proses Painting ... 23
IV.1.2 Proses Mengatur Warna Digital ... 24
IV.1.3 Proses Layout ... 25
IV.2 Aplikasi Media Utama ... 26
IV.2.1Media Informasi (Buku Cerita Bergambar) ... 26
IV.3 Media Pendukung ... 27
IV.3.1 X-Banner ... 27
IV.3.2 Pin ... 28
IV.3.3 Poster ... 28
IV.3.5 Kalender ... 29
IV.3.6 NOTE ... 30
DAFTAR PUSTAKA ... 31
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A Lembar bimbingan MK TugasAkhir / Skripsi ... 32
Lampiran B Sketsa ... 35
Lampiran C Daftar Riwayat Hidup ... 42
DAFTAR PUSTAKA
Badrika, Wayan.(2007)30 Tahun Indonesia Merdeka 1945-1949. Jakarta:dhiwantara
Kochhar, S.K. (2008). Teaching of History. Jakarta: Grasindo.
Prasetyono, Sunar, Dwi. (2008). Rahasia Mengajarkan Gemar Membaca pada Anak Sejak Dini. Jogyakarta: Think
Smail, R.W., John. (2011). Bandung Awal Revolusi 1945-1946. Jakarta: Ka Bandung.
RIWAYAT HIDUP
Data Pribadi
Nama Lengkap : Muhamad Ricky Darmawan
Tempat/ Tanggal Lahir : Bandung/ 28 Desember 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status Perkawinan : Belum Kawin
Agama : Islam
Pendidikan Terakhir : Strata 1 Desain (Desain Komunikasi Visual)
Alamat : Kp. Cipicung 02/03 Kel. Manggahang Kec. Baleendah Kab. Bandung
No. Telp/ Hp : 087825776353
Email : m.rickydarmawan@yahoo.com
Pendidikan Formal
1997-1998 : TK Matlaul-huda
1998-2004 : SDN Manggahang II
2004-2007 : SMPN 2 Baleendah
2007-2010 : SMK Prakarya Internasioal
2010-2014 : Universitas Komputer Indonesia
Bandung, 8 Agustus 2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji setra syukur atas Rahmat dan Kebesaran-Nya sehingga
penulis dapat menyerlesaikan penelitian dan memuat laporan penelitian tugas akhir
yang dibuat dengan judul “Perancangan Buku Cerita Bergambar Bandung Lautan
Api” dapat diselesaikan dengan baik. Laporan penelitian tugas akhir ini sebagain
syarat matakuliah Desain Komunikasi Visual, banyak salah dan kesulitan yang
ditemui oleh penulis dalam penyusunan laporan penelitian ini, namun dengan adanya
dorongan dan semangat dari berbagai pihak Alhamdulillah laporan ini biasa selesai
tepat waktu. Ucapan terimakasih kepada berbagai pihak yang mendorong dan
memberi semangat kepada penulis agar laporan penelitian ini selesai dengan baik.
Bandung, Januari 2014